HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI 3 PALEMBANG
ABSTRAK
Syahrul Fuadi*) Mahasiswa H. Siswoyo Haryono**)
Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen Universitas Tridinanti Palembang Jl. Kapten Marzuki No.2446 Kamboja Palembang Telp. 0711-372164-360717, Fax. 0711-360725 Wab site : www/mm-utp.com
E-mail :
[email protected] Kata Kunci : Kepemimpinan, dan Iklim Organisasi
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara (1) kepemimpinan dengan kinerja guru, (2) iklim organisasi dengan kinerja guru, dan (3) kepemimpinan dan iklim organisasi dengan kinerja guru. Hipotesis yang diuji adalah : (1) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan dengan kinerja guru, (2) terdapat hubungan positif antara iklim organisasi dengan kinerja guru, dan (3) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan dan iklim organisasi secara bersama - sama dengan kinerja guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Populasi target dalam penelitian adalah 72 orang guru SMP Negeri 3 Palembang, sedangkan jumlah responden ujicoba 30 orang guru dan sampel penelitian sebanyak 48 orang dengan menggunakan teknik sampel jenuh. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi untuk variabel kepemimpinan (X1) dengan kinerja guru (Y) sebesar 0,310 dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %, koefisien korelasi untuk variabel iklim organisasi (X2 dengan kinerja guru (Y) sebesar 0,444 dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %, sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,462, nilai ini dapat ditafsirkan bahwa besarnya persentase hubungan antara variabel kepemimpinan dan iklim organisasi secara bersama - sama dengan kinerja guru adalah 46,2 %. Dengan kata lain kontribusi efektif kepemimpinan dengan iklim organisasi dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang adalah sebesar 46,2 % sedangkan selebihnya 53,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien regresi untuk variabel kepemimpinan (X!) sebesar 0,400 dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %, koefisien regresi untuk variabel iklim organisasi (X2) sebesar 0,294 dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %, sehingga persamaan regresi berganda penelitian ini adalah : Ŷ = 81,850 + 0,400X1 + 0,294X2 + e Implementasinya adalah agar pihak pimpinan SMP Negeri 3 Palembang secara terus menerus meningkatkan kepemimpinan dan iklim organisasi, sehingga dengan kesadaran diri mereka bersama sama untuk selalu berusaha mencapai tujuan.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) oleh sebab itu pihak pemerintah dan masyarakat hendaklah berupaya mewujudkan SDM yang Jurnal Manajemen MM UTP
49
berkualitas. Upaya - upaya tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan kurikulum, sistem evaluasi, sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Guru sebagai pelaksana pendidikan terdepan di sekolah memegang peranan penting terhadap pembangunan sumber daya manusia. Hal ini cukup beralasan sebab salah satu unsur yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru. Betapapun baiknya sistem persekolahan, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, namun semuanya itu tidak berarti jika tidak didukung oleh penampilan guru yang baik. Tanpa guru unsur-unsur lain tidak akan mempunyai arti banyak. Menyadari pentingnya peranan guru dalam peningkatan mutu pendidikan, maka pemerintah melakukan berbagai upaya. Dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru antara lain melengkapi sarana dan prasarana, kemampuan teknis guru dalam mengajar seperti melalui penataran, seminar dan lokakarya. Di samping itu pemerintah juga memberi kemudahan - kemudahan bagi guru yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru antara lain dengan memberikan kemudahan - kemudahan pengurusan kenaikan pangkat, memperpanjang umur pensiun (dari 56 menjadi 60 tahun), memberikan tunjangan fungsional dan memberikan penghargaan dalam bentuk satya lencana pendidikan pada guru - guru yang mempunyai dedikasi tinggi dalam melaksanakan tugas. Jadi keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh kinerja (performance) guru sebagai tenaga pendidik. Yang dimaksud dengan kinerja adalah kemauan, kemampuan seseorang melakukan sesuatu pekerjaan. Bila guru mempunyai kinerja yang baik maka hasil proses belajar mengajar juga akan baik. Untuk itu kinerja memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pengajaran yang optimal. Mengingat pentingnya peranan kinerja ini maka sekolah perlu meningkatkan kinerja guru agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara maksimal. Kenyataan yang ada di SMP Negeri 3 Palembang kinerja guru kelihatannya masih belum tinggi. Hal ini dapat dilihat dari fenomena - fenomena di lapangan antara lain sebagian besar guru ada yang suka mengajar banyak dan ada pula yang mengajar sedikit, ada yang mau mengajar dengan jumlah siswa yang banyak dan ada pula sebaliknya. Kesediaan guru untuk membuat kelengkapan mengajar masih rendah. Hal ini terlihat dari kurang mampunya guru dalam membuat perencanaan pengajaran dengan baik, kurang terampil menggunakan media pengajaran, kurang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, kurang mampu menentukan metode mengajar yang benar dan kurang mampu menguasai materi yang akan diajarkan. Faktor lain diduga ikut mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan adalah kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan dan kemudahan lainnya akan membuat suasana yang komunikatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kedekatan antara kepala sekolah dengan guru – guru maupun hubungan yang terjadi antara guru itu sendiri membuat iklim kerja dan motivasi melaksanakan tugas tercipta secara baik. Jurnal Manajemen MM UTP
50
Secara administratif dan psikologis, kepemimpinan menentukan jalannya managemen yang ada di semua sekolah. Kepala sekolah menjalankan tugas yang multikompleks, karena kepala sekolah selain berfungsi sebagai administratif juga bertindak sebagai supervisor dan terkandang masih ikut mengajar pada sekolah yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, kepala sekolah dituntut mampu menunjukkan kepemimpinan yang disenangi oleh guru - guru dan bawahan lainnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang disenangi oleh guru - guru diduga sangat berpengaruh terhadap tingkat kinerja guru di sekolah. Bila kepala sekolah mengembangkan kepemimpinan yang tidak dapat diterima oleh guru - guru maka hal tersebut diduga ikut mempengaruhi kinerja guru sehingga mereka tidak akan melaksanakan tugasnya secara sungguh - sungguh. Baik buruknya persepsi guru - guru tentang kepemimpinan tergantung pada pemberian yang mereka terima dari kepala sekolah dan persepsi positif terhadap kepala sekolah akan timbul apabila mereka merasa senang dan hal ini dapat meningkatkan keberhasilan tugas guru - guru maupun kinerja guru. Namun kenyataannya masih ada guru yang kurang peduli dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh kepala sekolah. Usaha pemerintah menyeleksi kepala sekolah yang cenderung berdasarkan aspek “kogresif” ternyata banyak kepala sekolah yang terpilih berusia muda dan belum berpengalaman. Hal ini membuat masalah tersendiri bagi kepala sekolah dalam mengelola sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut. Di samping faktor kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi juga memegang peranan penting dalam meningkatkan keberhasilan guru mengajar. Iklim organisasi yang harmonis sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan. Suasana atau iklim organisasi yang penuh dengan tekanan serta kurang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan kepala sekolah (supervisor), dan guru dengan staf administrasi dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar yang efektif. Sebaliknya iklim organisasi yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan pegawai administrasi dan guru dengan siswa akan menunjang terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu iklim organisasi yang harmonis hendaklah dapat diwujudkan. Dengan adanya iklim organisasi yang baik dalam semua kegiatan di sekolah diharapkan kinerja guru jadi lebih baik. Kenyataan di lapangan masih ada guru yang tidak peduli dengan guru guru lain, tidak mau bekerjasama, kurang bersifat terbuka, kurang akrab satu sama lain. Fenomena ini tidak hanya terdapat antara guru sama guru tetapi juga kelihatan antara guru dengan kepala sekolah dan para guru serta pegawai. B. Identifikasi Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengemban tugas – tugas di sekolah. Mereka mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terutama terhadap kualitas penyajian pelajaran kepada anak didik. Oleh karena itu, pekerjaan guru tidak boleh dianggap ringan dan tidak mungkin dilakukan secara sambilan atau asal - asalan saja. Guru hendaknya melakukan kinerja yang baik agar dapat mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran siswa. Kinerja guru akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah kemampuan, motivasi, sikap, minat dan penerimaan orang tersebut terhadap Jurnal Manajemen MM UTP
51
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Selanjutnya faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang antara lain daya tarik pekerjaan, upah (insentif), keamanan dan perlindungan kerja, pengetahuan manajemen, lingkungan dan suasana kerjasama, harapan pengembangan karir, keterlibatan dalam pengembangan organisasi, perhatian dan kepemimpinan atasan. Berdasarkan pendapat di atas, maka kinerja guru di sekolah diperngaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) kemampuan, (2) motivasi, (3) sikap, (4) minat, (5) rasa tanggung jawab, (6) daya tarik pekerjaan, (7) insentif, (8) keamanan, (9) perlindungan kerja, (10) pengetahuan manajemen, (11) iklim kerjasama, (12) harapan pengembangan karir, (13) keterlibatan dalam organisasi, (14) kepemimpinan. Seperti terlihat pada gambar berikut. kemampuan
motivasi
sikap
minat
tanggung jawab insentif iklim kerjasama
daya tarik pekerjaan keamanan perlindungan kerja Kelengkapan mengajar
Kinerja Guru
gaya kepemimpinan Pengembangan karir
pengetahuan manajemen
Keterlibatan dalam organisasi
Gambar 1. Faktor - Faktor Yang Dikira Mempengaruhi Kinerja Guru Berdasarkan identifikasi masalah pada SMP Negeri 3 Palembang sebagai berikut : 1. Kinerja guru yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari fenomena fenomena di lapangan antara lain sebagian besar guru menginginkan jumlah jam mengajar sedikit, dan mengharapkan rata - rata siswa yang diajarpun sedikit. 2. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kurang disenangi oleh guru - guru, terlihat dari masih banyaknya guru - guru yang kurang peduli terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh Kepala Sekolah. 3. Iklim organisasi yang kurang kondusif, terlihat dari masih ada guru yang tidak peduli terhadap guru lain, tidak mau bekerjasama, kurang bersifat terbuka dan kurang akrab satu sama lainnya. 4. Lingkungan kerja yang kurang mendukung untuk meningkatkan kinerja. 5. Suasana kerja masih kurang dinamis karena jarak tempat tinggal guru yang jauh dari sekolah sehingga guru datang sering terlambat. 6. Rendahnya tingkat motivasi kerja para guru yang dapat dilihat dari kurangnya disiplin para guru untuk mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. 7. Kepemimpinan kepala sekolah sering bersikap otoriter sehingga keputusan yang dibuat tanpa musyawarah dengan bawahan.
Jurnal Manajemen MM UTP
52
C. Pembatasan Masalah Oleh karena cukup banyak faktor yang mungkin mempengaruhi kinerja guru dan mengingat keterbatasan penulis, baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya, maka penulis membatasi hanya dua masalah saja yang penulis duga erat kaitannya dengan kinerja guru. Kepemimpinan (X1), dan iklim organisasi (X2) yang keduanya sebagai variabel bebas dan diduga terdapat hubungan dengan kinerja guru (Y). D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan diantaranya : Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan dan iklim organisasi secara bersama - sama dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang ? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja organisasi sekolah secara bersama - sama dengan kinerja guru. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini, ”Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan dan iklim organisasi dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang”. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan sejak proses perencanaan, pelaksanakan dan pelaporan hasil penelitian, yaitu dilakukan pada bulan November 2008 sampai bulan Maret 2009. Tempat melaksanakan penelitian pada SMP Negeri 3 Palembang. B. Teknis Analisis Data Teknik analisis data menurut Sugiyono (2002 : h. 112), dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik, yang terdiri dari statistik deskriptif, statistik inferensial, statistik parametris dan statistik nonparametris. Dimana dalam penelitian ini akan digunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial, dimana sampel penelitian dilakukan terhadap 48 orang guru SMP Negeri 3 Palembang sebagai responden. 1. Uji Pengamatan Analisis Data a. Uji Normalitas Data Untuk melakukan uji normalitas distribusi data, menurut Santoso (2004 : h. 36) dapat digunakan uji Kolmogorof Smirnov dari program SPSS. Normalitas distribusi data dihitung dengan cara membandingkan nilai Asymtotic Significance yang diperoleh dengan nilai α = 0.05. Apabila Asymp. Sig. > α = 0.05, maka data dinyatakan normal. Jurnal Manajemen MM UTP
53
b. Uji Homogenitas Sebagai salah satu persyaratan untuk melakukan analisis data dengan menggunakan analisis regresi, data perlu diuji homogenitasnya. Uji homogenitas ini perlu untuk memastikan apakah data tersebut berasal dari populasi yang homogen. Pengujian homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan menetapkan signifikansi 5 % (α = 0.05). Interpretasi homogenitas data dihitung berdasarkan nilai Asymtotic Significance yang diperoleh. Jika Asymp. Sig. > α = 0.05, maka data dinyatakan homogen. c. Uji Linearitas Uji linearitas dipergunakan untuk mengetahui apakah regresi yang diperoleh “berarti” apabila dipergunakan untuk membuat kesimpulan antar variabel yang sedang dianalisis. Pengujian linearitas variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan dengan menggunakan One-way Anova program SPSS. Pengujian linearitas menggunakan taraf siginikansi 5 % ( α = 0.05 ). Interpretasi data dilakukan dengan ketentuan jika F-hitung > F-tabel, maka variabel bebas dengan variabel terikat tersebut mempunyai hubungan yang linear. 2. Analisis Statitik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisi. Statistik ini dapat digunakan bila penelitiannya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karateristik data. Selain penyajian tabel dan grafik, untuk mengetahui deskripsi data diperlukan ukuran yang lebih eksak, yaitu dengan dua jenis ukuran penting yang sering dipakai pengambilan keputusan adalah : Mencari central tendency (kecendrungan terpusat) seperti mean, median dan modus. Mencari ukuran dispersion seperti standar deviasi dan varians. Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah jenis pertama, yaitu mencari central tendency (kecendrungan terpusat). 3. Analisis Statistik Inferensial Statistik inferensial sering disebut juga statistik induktif atau statistik probabilitas adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Jadi statistik jenis ini memberlakukan populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang. Berikut adalah hubungan dari berbagai keadaan dari pokok bahasan yang dilihat secara analisis korelasi dan determinasinya : a. Analisis Korelasi (r) Pada kasus diatas, tujuan penelitian adalah mencari hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja guru. Oleh karena itu besaran yang akan dianalisis Jurnal Manajemen MM UTP
54
adalah korelasi (r), Regresi linear sederhana, dan regresi linear berganda serta pengujian statistiknya. Korelasi adalah salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini tidak ditentukan variabel mana yang mempengaruhi variabel yang lainnya. Nilai koefisien korelasi berkisar antar -1 dan 1. Semakin mendekati satu nilai absolut koefisien korelasi maka hubungan antara variabel tersebut semakin kuat, sedangkan semakin kecil (mendekati nol) nilai absolute koefisien korelasi maka hubungan antara variabel tersebut semakin lemah. Tanda positif atau negatif menunjukkan arah hubungan. Kuat atau lemahnya korelasi antara variabel tidak ada ukuran yang pasti. Menurut Young (1982 : h. 317), ukuran korelasi diterjemahkan sebagai berikut 1). 0,70 - 1,00 (baik positif / minus) menunjukkan derajat asosiasi yang tinggi. 2). 0,40 - 0,70 (baik positif / minus) menunjukkan hubungan yang subtansial. 3). 0,20 - 0,40 (baik positif / minus) menunjukkan adanya korelasi yang rendah 4). < 0,20 (baik positif atau minum) korelasi dapat diabaikan. b. Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi atau penentuan nilai R² ini berkisar antara 0 – 1, semakin mendekati 1 nilai R² tersebut berarti semakin besar variabel independent (X) mampu menerangkan variabel dependent (Y). Analisis terhadap nilai R-square (R2) ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kedua variabel bebas (X) dapat menerangkan hubungan perubahan variabel terikat (Y), dilakukan dengan program komputer SPSS 12. c. Analisis Korelasi Hubungan Antara Kepemimpinan dan iklim organisasi dengan Kinerja Guru 1). Hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja guru, persamaannya adalah sebagai berikut : Y = a + b1 . X1 + e 2). Hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru, persamaannya adalah sebagai berikut : Y = a + b2 . X2 + e 3). Hubungan kepemimpinan dan iklim organisasi dengan kinerja guru, persamaannya adalah : Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + e Dimana : Y : Variabel kinerja guru a : Konstanta X1 : Variabel kepemimpinan X2 : Variabel iklim organisasi b1 , b2 : Koefisien regresi variabel kepemimpinan dan iklim organisasi e : Residu C. Pengujian Hipotesis Statistik Hipotesis yang akan diuji secara statistik dalam penelitian ini adalah : 1. Hipotesis pertama : H0 : Tidak terdapat hubungan positif antara kepemimpinan dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang. Jurnal Manajemen MM UTP
55
2.
3.
H1 : Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang. Kriteria : H0 diterima apabila t signifikan ≥ 0,05 H0 ditolak apabila t signifikan < 0,05 Hipotesis kedua : H0 : Tidak terdapat hubungan positif antara iklim organisasi dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang. H1 : Terdapat hubungan positif antara iklim organisasi dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang. Kriteria : H0 diterima apabila t signifikan ≥ 0,05 H0 ditolak apabila t signifikan < 0,05 Hipotesis ketiga : H0 : Tidak terdapat hubungan positif antara kepemimpinan dan iklim organisasi secara bersama - sama dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang H1 : Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan dan iklim organisasi secara bersama - sama dengan kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang. Kriteria : H0 diterima apabila F signifikan ≥ 0,05 H0 ditolak apabila F signifikan < 0,05
HASIL DAN INTERPRETASI Hasil analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan teoritis, artinya hasil analisis kuantitatif digunakan sebagai petunjuk awal untuk menelusuri beberapa permasalahan dan fenomena. Pada akhirnya dengan mendaya gunakan data yang tersedia dan dihubungkan dengan dasar teoritis serta hasil analisis kuantitatif, akan dapat diperoleh pemecahan yang lebih komprehensif dari permasalahan. Berturut - turut tentang : uji instrumen, analisis statistik deskriptif dan analisis butir instrumen, pengujian persyaratan analisis, yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas, uji linieritas, analisis statistik inferensial serta pengujian hipotesis, yang menguji hubungan antara kepemimpinan dan iklim organisasi dengan kinerja guru di SMP Negeri 3 Palembang, baik secara parsial maupun secara berganda Dari hasil pengolahan data ujicoba dan data penelitian terhadap 30 orang sebagai bahan ujicoba dan 48 orang sebagai sampel yang diolah dengan menggunakan program SPSS. A. Uji Instrumen 1. Uji Validitas Dalam melakukan analisis data dan guna membahas pernyataan, maka langkah pertama adalah dengan menguji validitas yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur konstruk yang akan diukur melalui pengujian item homogenitas yang dilakukan dengan uji validitas. Untuk pernyataan yang digunakan dalam mengukur suatu variabel, pengujian skor item homogenitas Jurnal Manajemen MM UTP
56
dari item menunjukkan bahwa skor pernyataan - pernyataan dalam variabel kinerja guru, kepemimpinan dan iklim organisasi mempunyai instrumen yang valid. Selanjutnya pengujian validitas tiap butir pernyataan digunakan analisa item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir pernyataan dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir pernyataan. Korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson moment, dimana syarat minimum adalah r = 0,374 (lampiran 10), jadi korelasi antar butir dengan skor total > 0,374 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan valid. Berikut ini adalah tabel dari Hasil Uji Validitas Kinerja Guru (Y): Dari Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y) ternyata koefisien korelasi semua butir skor total diatas 0,374 sehingga semua butir pertanyaan variabel kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang dengan 15 butir pernyataan dinyatakan valid. Berikut ini adalah tabel dari Hasil Uji Validitas Kepemimpinan (X1). Dari Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan (X1) ternyata koefisien korelasi semua butir skor total diatas 0,374 sehingga semua butir pertanyaan variabel kepemimpinan di SMP Negeri 3 Palembang dengan 18 butir pernyataan dinyatakan valid. Dari Hasil Uji Validitas Iklim Organisasi (X2) ternyata koefisien korelasi semua butir skor total diatas 0,374 sehingga semua butir pertanyaan variabel iklim organisasi di SMP Negeri 3 Palembang dengan 15 butir pernyataan dinyatakan valid. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah ukuran konsisten instrumen penelitian, instrumen dinyatakan reliabel jika alat ukur yang digunakan aman karena bekerja dengan baik pada waktu dan kondisi yang berbeda, sedangkan hasil pengujian reliabelitas menunjukkan bahwa seluruh item yaitu 48 pernyataan yang dibuat dengan metoda belah dua ganjil dan genap untuk masing - masing variabel kinerja guru 15 pernyataan, kepemimpinan 18 pernyataan dan iklim organisasi 15 pernyataan adalah reliabel dengan nilai Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil ujicoba instrumen baik uji validitas maupun uji relaibilitas sebagaimana terurai di muka, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen telah memenuhi persyaratan untuk dipergunakan dalam rangka mengumpulkan data penelitian lanjut. B. Analisis Deksriptif 1. Analisis Statistik Deksriptif Variabel penelitian terdiri dari satu variabel terikat ( Y ) dan dua variabel bebas (X1 dan X2 ). Variabel terikat (Y) adalah kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang, sedangkan variabel bebas pertama (X1) adalah kepemimpinan dan variabel bebas kedua (X2) adalah iklim organisasi. Jumlah subjek penelitian yang dianalisis sebanyak 48 responden. Berikut ini diskripsi tentang variabel terikat (kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang) dan variabel bebas (kepemimpinan dan iklim organisasi) berdasarkan data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian maka dapat dilihat secara terperinci dan berturut - turut nilai skor Jurnal Manajemen MM UTP
57
terendah, nilai skor tertinggi, nilai rata - rata, simpangan baku, median dan modusnya pada hasil distribusi frekuensi variabel (Statistics) Untuk lebih jelas distribusi frekuensi dan deskriptifnya dari variabel variabel tersebut : a. Variabel Kinerja Guru (Y) Dari data yang terkumpul setelah diolah tentang data kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang melalui instrumen yang diberikan kepada 48 responden dengan 48 pernyataan, maka diperoleh skor terendah 42 dan skor tertinggi 63, kemudian dari data yang terkumpul setelah diolah maka menghasilkan nilai rata rata (mean) untuk variabel kinerja guru (Y) adalah 52,8333: simpangan baku 5,39240; median : 54,1538; dan untuk modus : 55,00. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rata – rata hitung mean, median dan modus tidak jauh berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa distribusi frekuensi variabel kinerja guru SMP Negeri 3 Palembang sebaran datanya cendrung berdistribusi normal. b. Variabel Kepemimpinan (X1) Untuk mengetahui deskripsi data variabel kepemimpinan SMP Negeri 3 Palembang peneliti berupaya mengumpulkan data tentang kepemimpinan (X1) terhadap 48 responden dengan sebanyak 18 pernyataan, setelah dilakukan pengolahan data tersebut, maka diperoleh skor terendah 51 dan skor tertinggi 77, kemudian dari data yang terkumpul setelah diolah maka menghasilkan nilai rata - rata (mean) 63.6250, simpangan baku 6,80621; median 64,3333, dan modus 66,00. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rata – rata hitung (mean), median dan modus tidak jauh berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa distribusi frekuensi variabel kepemimpinan SMP Negeri 3 Palembang sebaran datanya cendrung berdistribusi normal. c. Variabel Iklim Organisasi (X2) Hasil pengolahan data tentang variabel iklim organisasi SMP Negeri 3 Palembang (X2) yang diperoleh melalui instrumen yang diberikan kepada 48 responden sebanyak 15 butir pernyataan, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa skor terendah 38 dan skor tertinggi 65. Kemudian data yang terkumpul diolah maka menghasilkan nilai rata – rata (mean) 52,0417, simpangan baku 6,38135, median 52,2500, dan modus 52,00. Data tersebut menunjukkan bahwa rata – rata hitung (mean), median dan modus tidak jauh berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa distribusi frekuensi variabel iklim organisasi SMP Negeri 3 Palembang sebaran datanya cendrung berdistribusi normal. 2. Analisis Butir Instrumen Untuk memperjelas dari uraian pada analisis statistik deskriptif diatas, maka dilanjutkan dengan menganalisis setiap butir instrumen terlihat pada Interpretasi data : Dari Analisis Butir Instrumen untuk Variabel Kinerja Guru (Y) terlihat nilai rata - rata terendah sebesar 3,1 dan tertinggi 3,7 , hal ini menunjukkan bahwa item pernyataan mendapat respon yang baik dari responden, untuk itu pimpinan sekolah diharapkan dapat mempertahankan keadaan ini dan bahkan meningkatkannya keadaan ini demi kemajuan kedepan. Jurnal Manajemen MM UTP
58
Dari tabel nilai minimum dan maksimum variabel kinerja guru (Y) terdapat nilai rata-rata terendah 3 dan tertinggi 4 , nilai ini berarti tidak jauh berbeda dengan nilai analisis butir instrumen, jadi menunjukkan bahwa kinerja guru pada SMP Negeri 3 sudah baik, untuk itu pimpinan sekolah diharapkan tetap dipertahankannya dan bahkan ditingkatkan. guna perbaikan kedepan. Dari tabel analisis butir instrument Variabel kepemimpinan (X1) terlihat nilai rata - rata yang dihasilkan sudah baik, karena nilai terendah 3,4 dan tertinggi 3,9, hal ini menunjukkan bahwa item pernyataan mendapat respon yang baik dari responden. Untuk ini pimpinan sekolah agar dapat mempertahankan dan memperhatikan nilai-nilai dari pernyataan yang rendah guna pembenahan kedepan. Dari tabel nilai minimum dan maksimum Variabel Kepemimpinan (X1) terlihat bahwa mempunyai hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil analisis butir instrument yaitu nilai terendah 3,5 dan tertinggi 4, sehingga pimpinan sekolah dapat meningkatkan variable kepemimpinan yang sudah baik ini akan menjadi lebih baik lagi dengan memperhatikan nilai-nilai dari pernyataan ini. Dari tabel analisis butir instrumen Variabel Iklim Organisasi (X2) terlihat nilai rata - rata yang dihasilkan sudah baik, tetapi masih ada nilai yang perlu diperhatikan, hal ini menunjukkan bahwa pimpinan sekolah agar memperhatikan nilai dari pernyataan yang rendah guna pembenahan kedepan. Dari tabel nilai minimum dan maksimum variabel iklim organisasi terlihat nilai yang rendah sebesar 3,5 dan tertinggi 4, hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil analisis butir instrumen berarti pimpinan sekolah diharapkan dapat melakukan peningkatan dengan kondisi yang baik ini menjadi lebih baik lagi guna mencapai tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misinya.
C. Teknik Analisi Data 1. Pengujian Persyaratan Analisis Setelah setiap butir pernyataan semuanya dinyatakan valid dan reliabel dari responden yang berjumlah 48 orang guru SMP Negeri 3 Palembang , maka dilakukan penjumlahan total untuk mendapatkan data nominal. Adapun hasilnya didapat dari pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan SPSS versi 12 berikut ini adalah pengujian persyaratan analisis : 1. Uji Normalitas Untuk melakukan uji normalitas distribusi data, menurut Santoso (2004 : h. 36) dapat digunakan uji Kolmogorof Smirnov dari program SPSS. Normalitas distribusi data dihitung dengan cara membandingkan nilai Asymtotic Significance yang diperoleh dengan nilai α = 0.05. Apabila Asymp. Sig. > α = 0.05, maka data dinyatakan normal. Interprestasi Output : Karena nilai Asymp. Sign. untuk variabel Kinerja Guru (Y) diperoleh sebesar 0,843 , kepemimpinan (X1) sebesar 0,779 dan Iklim organisasi (X2) sebesar 0,705 maka dapat disimpulkan bahwa data variabel tersebut berdistribusi normal.
Jurnal Manajemen MM UTP
59
2. Uji Homogenitas Sebagai salah satu persyaratan untuk melakukan analisis data dengan menggunakan analisis regresi, jadi data perlu diuji homogenitasnya. Uji homogenitas ini perlu untuk memastikan apakah data tersebut berasal dari populasi yang homogen. Pengujian homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan menetapkan signifikansi 5 % (α = 0.05). Interpretasi homogenitas data dihitung berdasarkan nilai Asymtotic Significance yang diperoleh. Jika Asymp. Sig. > 0.05, maka data dinyatakan homogen. Hasil Uji Homogenitas Interprestasi Output : Karena nilai Asymp. Sign. untuk ketiga variabel (Y, X1, X2) diperoleh masing - masing sebesar 0,618 ; 0,897 ; 0,523 maka disimpulkan bahwa data populasi memiliki varians homogen. 3. Uji Linieritas Uji linearitas dipergunakan untuk mengetahui apakah regresi yang diperoleh “berarti” apabila dipergunakan untuk membuat kesimpulan antar variabel yang sedang dianalisis. Pengujian linearitas variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan dengan menggunakan One-way Anova program SPSS. Pengujian linearitas menggunakan taraf siginikansi 5 % (α = 0.05). Interpretasi data dilakukan dengan ketentuan jika F-hitung > F-tabel, maka variabel bebas dengan variabel terikat tersebut mempunyai hubungan yang linear terlihat Interpetasi dari Hasil Uji Linearitas untuk X1 dan X2 dengan Y (ANOVA Table) Nilai Sign. pada baris Deviation from Liniarity pada kedua tabel ANOVA diatas diperoleh masing - masing sebesar 0,312 dan 0,143 keduanya lebih besar dari α sebesar 5 %, maka Ho diterima artinya variabel Y dengan Variabel X1 mempunyai hubungan yang linier dan variabel Y dengan variabel X2 juga mempunyai hubungan yang linier. 2. Analisis Statistik Inferensial Statistik inferensial sering disebut juga statistik induktif atau statistik probabilitas adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Jadi statistik jenis ini memberlakukan populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang. Berikut adalah hubungan dari berbagai keadaan dari pokok bahasan : 1. Regresi Linear Sederhana (RLS) a. Hubungan Kepemimpinan (X1) dengan Kinerja Guru (Y) Berikut ini merupakan hasil dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 12 untuk mencari : Analisis regresi, nilai korelasi dan nilai determinasi. Analisis hasil output Hasil Analisis Korelasi Dan Koefisien Determinasi Untuk X1 dengan Y dan Hasil Analisis Regresi untuk X1 dengan Y adalah : Angka koefisien korelasi (R) sebesar 0,954 pada taraf signifikansi 95 % diperoleh pengertian bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat dan nyata kearah positif. Angka R Square adalah 0,909, hal ini berarti 90,90 % variasi skor variabel kinerja guru bisa dijelaskan oleh variabel kepemimpinan dalam model regresi yang dihasilkan. Sisanya 9,10 % dijelaskan oleh faktor lain yaitu error (e). Jurnal Manajemen MM UTP
60
Standard Error of the Estimate adalah 1.64054 lebih kecil dari standar
deviasi kinerja guru (5.39240), maka model regresi kurang baik dalam bertindak sebagai predictor kinerja guru dari pada rata - rata skor kinerja guru itu sendiri. Tabel selanjutnya Coefficients berisi nilai koefisien regresi (kolom B) dimana konstanta = 4.762 dan koefisien regresi kepemimpinan = 0,756. Sehingga persamaan regresi sederhana dapat ditulis sebagai ini : Ŷ = 4.762 + 0,756X1 + e dimana : - Konstanta sebesar 4.762 menyatakan bahwa jika tidak ada kepemimpinan maka skor kinerja guru adalah 4.762. - Koefisien regresi X1 sebesar 0,756 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu satuan skor kepemimpinan akan meningkatkan skor kinerja guru sebesar 0,756.
b. Hubungan Iklim Organisasi (X2) dengan Kinerja Guru (Y) Berikut ini merupakan hasil dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 12 untuk mencari : analisis regresi, nilai korelasi dan nilai determinasi. Analisis hasil output Hasil Analisis Korelasi Dan Koefisien Determinasi Untuk X2 dengan Y dan Hasil Analisis Regresi untuk X2 dengan Y adalah : Angka koefisien korelasi (R) sebesar 0,907 pada taraf signifikansi 95 % diperoleh pengertian bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat dan nyata kearah positif. Angka R Square adalah 0,823 hal ini berarti 82,30 % variasi skor variabel kinerja guru bisa dijelaskan oleh variabel iklim organisasi dalam model regresi yang dihasilkan. Sisanya 17,70 % dijelaskan oleh faktor lain yaitu error (e). Standard Error of the Estimate adalah 2.29230 lebih kecil dari standar deviasi kinerja guru (5.39240), maka model regresi kurang baik dalam bertindak sebagai predictor kinerja guru dari pada rata - rata skor kinerja guru itu sendiri. Tabel selanjutnya Coefficients berisi nilai koefisien regresi (kolom B) dimana konstanta = 12,935 dan koefisien regresi iklim organisasi = 0,767. Sehingga persamaan regresi sederhana dapat ditulis sebagai ini : Ŷ = 12,935 + 0,767X2 + e dimana : Konstanta sebesar 12,935 menyatakan bahwa jika tidak ada iklim organisasi maka skor kinerja guru adalah 12,935. - Koefisien regresi X2 sebesar 0,767 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu satuan skor iklim organisasi akan meningkatkan skor iklim organisasi sebesar 0,767. 2. Regresi Linear Berganda (RLB) Analisis output Hasil Variables Entered/Removed (b) X1 dan X2 dengan Y dan Hasil Analisis Korelasi & Koefisien Determinasi Untuk X1 dan X2 serta Hasil Analisis Regresi untuk X1 dan X2 dengan Y adalah :
Jurnal Manajemen MM UTP
61
Variabel entered menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan, atau dengan kata lain kedua variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan regresi. Koefien Determinasi (R2) adalah 0,799. Hal ini berarti 79,90 % variasi nilai skor variabel kinerja guru bisa dijelaskan secara bersama - sama oleh kepemimpinan dan iklim organisasi dalam model regresi. Sisanya 20,10 % dijelaskan oleh faktor lain. Standard Error of the Estimate adalah 1.65787 lebih kecil dari standar deviasi kinerja guru (5.39240), maka model regresi kurang baik dalam bertindak sebagai predictor kepemimpinan dan iklim organisasi dari pada rata - rata skor kinerja guru itu sendiri. Dari hasil Coefficients didapat persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = 4,875 + 0,733X1 + 0,325X2 + e dimana : - Konstanta sebesar 4.875 menyatakan bahwa jika mengabaikan kepemimpinan dan iklim organisasi maka skor kinerja guru adalah 4.875. - Koefisien regresi X1 sebesar 0,733 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu satuan skor kepemimpinan (X1) akan meningkatkan skor kinerja guru sebesar 0,733 dengan menjaga skor kepemimpinan (X1) tetap / konstan. - Koefisien regresi X2 sebesar 0,325 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu satuan skor iklim organisasi (X2) akan meningkatkan skor kinerja guru sebesar 0,325 dengan menjaga skor iklim organisasi (X2) tetap / konstan.
D. Pengujian Hipótesis Statistik Hipótesis 1 : Terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dengan kinerja guru (Y). Uji Hipótesis Statistik : H0 = Tidak terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dengan kinerja guru (Y). H1 = Terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dengan kinerja guru (Y). Kriteria pengujian : Terima H0, Jika sig. t ≥ 0,05 Tolak H0 (Terima H1), jika sig. t < 0,05 Hasil Analisis Regresi untuk X1 dengan Y disimpulkan : Terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dengan kinerja guru (Y). Hipotesis 2 : Terdapat hubungan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). Uji Hipótesis Statistik : H0 = Tidak terdapat hubungan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). H1 = Terdapat hubungan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). Kriteria pengujian : Terima H0, Jika sig. t ≥ 0,05 Tolak H0 (Terima H1), jika sig. t < 0,05 Hasil Analisis Regresi untuk X2 dengan Y dismpulkan : Terdapat hubungan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). Jurnal Manajemen MM UTP
62
Hipótesis 3 : Terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). Uji Hipótesis Statistik : H0 = Tidak terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). H1 = Terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). Kriteria pengujian : Terima H0, Jika Sig. F ≥ 0,05 Tolak H0 (Terima H0), jika sig. F < 0,05 Hasil Uji F untuk X1 dan X2 dengan Y disimpulkan terdapat hubungan kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). E. Interpretasi Hasil Penelitian Sesuai analisis deskriptif variabel kepemimpin secara umum telah berada pada kategori sangat baik. Oleh karena itu, kepemimpin di SMP Negeri 3 Palembang perlu ditingkatkan melalui peningkatan indikator – indikator yang telah ditentukan sesuai dengan kisi - kisi. Dari hasil analisis deskriptif iklim organisasi juga ditemukan adanya beberapa kelemahan seperti : pemahaman standar kerja oleh guru, evaluasi proses dan hasil kerja guru dalam pelaksanaan tugas. Dalam kerangka peningkatan iklim organisasi, standar kerja merupakan acuan atau dasar sehingga tanpa adanya standar kerja pemahaman guru untuk bekerja tidak akan optimal. Standar kerja dapat dikembangkan mencakup standar operasional prosedur dan standar hasil kerja. Sesuai hasil analisis korelasi daan regresi antara variabel kepemimpin (X1) dengan kinerja guru (Y) menunjukkan bahwa model regresinya adalah Ŷ = 4.762 + 0,756X1 + e dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,954 pada taraf signifikansi 95 % diperoleh pengertian bahwa kepemimpinan (X1) dapat memprediksi kinerja guru. Variabel kepemimpinan (X1) ini memiliki hubungan positif dan determinasi yang nyata dan berarti. Koefisien determinasi menunjukkan 0, 0,909 atau 90,90 % variasi yang terjadi pada kinerja guru dapat dijelaskan oleh kepemimpinan (X1). Hubungan variabel kepemimpinan (X1) dengan kinerja guru (Y) itu, Sesuai rumusan regresi dapat dijelaskan bahwa jika tidak ada variabel kepemimpinan (X1), maka nilai kinerja guru (Y) adalah sebesar 4.762. Penambahan satu satuan kepemimpinan (X1), akan meningkatkan nilai kinerja guru (Y) sebesar 0,756 satuan yang dapat ditingkatkan sehingga mampu meningkatkan kinerja guru (Y) itu, sesuai hasil analisis deskriptif. Selanjutnya hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa meskipun dikontrol oleh variabel iklim organisasi (X2). Variabel iklim organisasi (X2) tetap berarti. Hal ini merupakan landasan dalam upaya meningkatkan kinerja guru (Y) melalui iklim organisasi (X2). Tidak akan tercapai kinerja guru (Y) yang tinggi jika iklim organisasi (X2) tidak dikembangkan dengan secara optimal. Sesuai hasil analisis korelasi dan regresi antara variabel iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) menunjukkan bahwa model regresi Ŷ = 12,935 + 0,767X2 + e dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,907 pada taraf signifikansi 95 % diperoleh pengertian bahwa iklim organisasi dapat memprediksi kinerja guru. Jurnal Manajemen MM UTP
63
Variabel iklim organisasi (X2) ini memiliki hubungan positif dan pengaruh / determinasi yang berarti. Koefisien determinasi menunjukkan 0,823 atau 82,30 % variasi yang terjadi pada kinerja guru (Y) dan dapat dijelaskan oleh iklim organisasi (X2). Hubungan variabel iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) tersebut, berdasarkan rumusan regresi dapat dijelaskan bahwa jika tidak ada variabel iklim organisasi (X2), maka nilai kinerja guru (Y) adalah sebesar 12,935. Penambahan satu satuan iklim organisasi (X2), akan meningkatkan nilai kinerja guru (Y) sebesar 0,767. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa meskipun dikontrol oleh variabel kinerja guru (Y) variabel iklim organisasi (X2) tetap berarti. Hal ini merupakan landasan dalam upaya meningkatkan kinerja guru (Y) melalui iklim organisasi (X2). Tidak akan tercapai kinerja guru (Y) yang tinggi jika iklim organisasi (X2) tidak dikembangkan dengan secara optimal. Sesuai hasil analisis korelasi dan regresi ganda antara variabel kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) menunjukkan bahwa model regresi Ŷ = 4,875 + 0,733X1 + 0,325X2 + e dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,874 pada taraf signifikansi 95 % diperoleh pengertian bahwa variabel kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) dapat memprediksi kinerja guru (Y). Variabel kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) ini memiliki hubungan positif dan pengaruh / determinasi yang berarti. Koefisien determinasi menunjukkan 0,799 atau 79,90 % variasi yang terjadi pada kinerja guru (Y) dapat dijelaskan oleh kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2). Hubungan variabel kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) tersebut, berdasarkan rumusan regresi dapat dijelaskan bahwa jika tidak ada variabel kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2), maka nilai kinerja guru (Y) adalah sebesar 4,875. Penambahan satu satuan kepemimpinan (X1) akan meningkatkan nilai kinerja guru (Y) sebesar 0,733. Satuan variabel iklim organisasi (X2) yang dapat ditingkatkan sehingga mampu meningkatkan kinerja guru (Y) sebesar 0325. KESIMPULAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Sesuai analisis data dan pengujian hipotesis ada beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan (X1) dengan kinerja guru (Y) secara nyata dan sangat kuat. 2. Terdapat hubungan positif antara iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) secara nyata dan sangat kuat. 3. Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) secara bersama - sama dengan kinerja guru (Y) secara nyata dan sangat kuat. B. Implikasi Berdasarkan uraian kesimpulan di atas diketahui bahwa ketiga hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yaitu : kepemimpinan (X1) mempunyai hubungan positif dengan kinerja guru (Y); iklim organisasi (X2) mempunyai Jurnal Manajemen MM UTP
64
hubungan positif dengan kinerja guru (Y) dan ; kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2) secara bersama - sama mempunyai hubungan positif dengan kinerja guru (Y). Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja guru (Y) perlu dilakukan melalui upaya peningkatan kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2). Beberapa upaya guna meningkatkan kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X2), yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja guru (Y). 1. Upaya meningkatkan kepemimpinan (X1), maka beberapa indikator yang perlu ditingkatkan yaitu : a. Keleluasaan guru untuk berinisiatif dalam proses belajar mengajar. Upaya ini akan bermuara pada tumbuhnya inisiatif, tanggungjawab, serta partisipasi bawahan secara lebih optimal. b. Tindaklanjut monitoring dan evaluasi untuk perbaikan lembaga. Hasil monitoring dan evaluasi merupakan masukan penting bagi pengembangan lembaga, karena hal itu berdasarkan kondisi riil di lapangan. Feed back hasil monitoring dan evaluasi akan memperbaiki kinerja lembaga secara obyektif dan proporsional. c. Peningkatan kepengawasan dengan prinsip : berkelanjutan, dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi penyimpangan, diarahkan terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan dengan lingkup semua guru dan pegawai tata usaha. d. Lembaga harus memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran yang jelas, program tahunan dikembangkan berdasarkan rencana strategik, keputusan manajemen luwes menyesuaikan kondisi dan berdasarkan perubahan yang terencana, serta adanya komitmen mutu lembaga. 2. Untuk meningkatkan iklim organisasi (X2), maka beberapa indikator yang perlu ditingkatkan yaitu : a. Penerapan standar kerja mencakup standar operasional prosedur dan standar hasil kerja akan memungkinkan para guru bersikap dapat melaksanakan tugas dan mewujudkannya. b. Evaluasi proses dan hasil kerja dalam pelaksanaan tugas. Melalui evaluasi ini dapat dilakukan telaah tentang kelemahan - kelemahan dan penyimpangan penyimpangan proses dan hasil kerja yang mungkin terjadi, sehingga dengan segera dapat dilakukan perbaikan. c. Kepemimpinan kepala sekolah benar - benar dapat mendukung kinerja guru. DAFTAR PUSTAKA Adnan, S, Sukma.,1996. Hubungan Antara Kinerja Selaku Pengajar dengan
Kemampuan Mengembangkan Diri dan Kemampuan Mengelola Stres Pada Widyaiswara di Lembaga Diklat Se-Sumatra Barat, Tesis PPs IKIP Padang. Anwar Prabu Mangkunegara, 2000, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, PT.
Remaja Rosida Karya, Bandung. Dharma, Agus., 1984. Gaya Kepemimpinan yang Efektif bagi para Manajer, Sinar Baru, Bandung. Djadjasastra, Jusuf, dkk., 1977. Administrasi Pendidikan Kepemimpinan Pendidikan, Departemen Pendidikan Kebudayaan, Bandung. Jurnal Manajemen MM UTP
65
Depdikbud. 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta. Depdiknas. 2003, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Biro Hukum & Organisasi, Jakarta. Gibson, J I Ivansenvich, J.M and Donelly, J.H,. 1989. Organisasi (Terjemahan Djoerhan Wahid), Bina Aksara, Jakarta Hasibuan, Malayu, S.P. (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia ,Dasar dan Kunci Keberhasilan. Jakarta: CV. Hasji Masagung. Husein Umar, 2005, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Handoko, T. Hani, 1990, Manajemen, Edisi II, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Hariandja, Marihot Tua Efendi, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo, Jakarta. Indrafachrudi, Soekarto,. 1983. Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Ghalis Indonesia, Jakarta. Kartini Kartono, 2005, Pimpinan dan Kepemimpinan, PT. Plaju Grafindo Persada, Jakarta. Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Prenhallindo, Jakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Rosdakarya, Bandung. Ndraha, Taliziduhu, 1997, Budaya Organisasi, Rineka Cipta, Jakarta. Nasir, M. 1998. Metode Penelitian. Cetakan kedua, Ghalia Indonesia. Robins, Stephens P, 1998. Organizational Behaviour Concept Controversions and Application. 7th. Ed., Hall International, San Diego. Santoso Singgih, 2001. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Elex Media Komputindo. Jakarta. Saptoatmojo, 1998, Lingkungan dan Iklim Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta. Siagian Sondang P., 2002. Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi, Gunung Agung, Jakarta. Simanora, Hendry, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia., Bumi Aksara, Jakarta. Siswanto, H, 1987. Iklim Organisasi., Bumi Aksara, Jakarta. Soelaiman Sukmalana, 2007, Manajemen Kinerja, PT. Intermedia Personalia Utama, Jakarta. Steers, Richard M. And Lyman W. Porter. 1991. Motivation and Work Behavior, McGraw-Hill, Singapore. Stoner, James A. F., R. Edward Freeman, and Daniel R. Gilbert. 1996. Manajemen. Terjemahan Alexander Sindoro. Prenhallindo, Jakarta. Sugiyono,.2007, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung. Sugandha, Dharma., 1984, Kepemimpinan di Dalam Administrasi, Bandung : Sinar Baru. Tim Sisdiknas. 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen. Sinar Grafika. Jakarta. Usman, Uzer Moch. 1991. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Rosda Karya. Walinono. 1987. Pendidikan di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta Winardi, 1990, Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Renika Cipta, Jakarta.
Jurnal Manajemen MM UTP
66