128 HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI SEKOLAH DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK SWASTA Lina Sukanti Dosen STKIP Bina Mutiara Sukabumi Jl. Pembangunan (Salakaso) Desa Pasir Halang Kotak Pos 01 Kec. Sukaraja Sukabumi Telp: (0266) 6243531
[email protected] Abstrak Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian korelasional yang yang dirancang untuk mendapatkan informasi tentang hubungan antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Penelitian ini mengkaji hubungan tiga variabel, yang terdiri atas dua variabel bebas, yaitu iklim organisasi sekolah (X1) dan kompetensi profesional guru (X2) serta satu variabel terikat, yaitu kinerja guru (Y). Populasi penelitian ini adalah Guru Tetap Yayasan (GTY) SMK Swasta yang berada di wilayah Utara Kabupaten Sukabumi (5 sekolah) yang berjumlah 102 guru. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil 50 guru dari populasi dengan menggunakan proportional random sampling. Metode yang digunakan, yaitu survei dan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran karakteristik penyebaran skor setiap variabel-variabel yang diteliti dengan menghitung mean, median, dan modus. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi sederhana serta teknik analisis regresi dan korelasi ganda. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang terdiri atas uji normalitas galat taksiran, regresi, dan homogenitas. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menghasilkan tiga kesimpulan, yaitu: pertama, terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru dengan persamaan regresi Ŷ = 2,923 + 1,004 X1 dan koefisien korelasi ry1 = 0,883. Kedua, terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru, dengan persamaan regresi Ŷ = 76,720 + 2,756 X2 dan koefisien korelasi ry2 = 0,874. Ketiga, terdapat hubungan positif yang signifikan antara iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru bersama-sama dengan kinerja guru ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 26,541 + 1,470 X1 + 0,583 X2 dan koefisien korelasi ry.12= 0,928. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru SMK Swasta di Kab. Sukabumi dapat ditingkatkan melalui iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru. Kata Kunci: Iklim Organisasi Sekolah, Kinerja Guru, Kompetensi Profesional Guru.
PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah telah digulirkan dan semua tentang kebijakan pembangunan wilayah sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Keadaan ini menuntut pemerintah daerah melakukan pengelolaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada secara optimal dan terprogram, khususnya bidang pendidikan. Seyogyanya pada era globalisasi ini, terutama yang berkaitan dengan Iptek serta media informasi dan komunikasi pengelolaan dalam bidang pendidikan diharapkan lebih cepat dan efisien. Oleh karena kehidupan masyarakat semakin kompetitif dalam meningkatkan kehidupan dan jaminan masa depan
129 yang lebih baik, maka melalui pendidikan diharapkan akan melahirkan manusia-manusia pembangunan yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga dapat survive dalam persaingan global. Saat ini, sumber daya manusia (SDM) di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Kompetensi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia pada tahun 2002 hanya pada urutan ke-112 dari 175 negara di dunia. Tingkat pendidikan diukur dengan rata-rata lamanya penduduk dalam usia kerja telah mengikuti sekolah. Penduduk Indonesia berusia 15 tahun atau lebih, rata-rata mengikuti sekolah selama 6,5 tahun. Jadi, sedikit di atas Sekolah Dasar1. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Hal ini bahwa pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemeratan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya agar memiliki daya saing dalam menghadapi tuntutan global. Peningkatan relevansi manajemen pendidikan pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Untuk mencari tujuan pendidikan tersebut, di tataran persekolahan maka perlu adanya perubahan dalam proses manajemen sistem pendidikan dan proses pembelajaran yang demokrasi, desentralisasi, inovatif, dan kontekstual sejalan perkembangan dan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan. Upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan telah dan sedang dilakukan antara lain dengan pengembangan kurukulum, peningkatan kualifikasi tenaga pengajar, termasuk perbaikan sarana prasarana. Peningkatan mutu pendidikan sudah sejak lama menjadi salah satu agenda nasional. Berbagai bentuk inovasi dan upaya perbaikan telah dilakukan untuk meningkatan mutu pendidikan dan mengatasi masalah yang dihadapi, namun upaya yang dilakukan selama ini belum mampu meningkatkan mutu pendidikan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Peningkatan mutu pendidikan harus ditunjang adanya sumber daya manusia yang mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara profesional. Dalam UU No. 14 Tahun 2004 tentang guru dan dosen, pasal 8 ayat (1) menegaskan: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan Pendidikan Nasional. Namun, upaya yang dilakukan selama ini untuk peningkatan mutu pendidikan belum menyelesaikan inti masalah dalam pendidikan, yaitu mutu kinerja yang masih rendah khususnya di SMK Swasta Kabupaten Sukabumi, sekalipun banyak guru yang telah memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi profesional minimal.
1
Payaman J. Simajuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 92.
130 Guru profesional selain harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi, juga dituntut untuk mampu menciptakan iklim organisasi sekolah yang kondusif hingga dapat menumbuhkan kinerja yang optimal dalam pekerjaannya. Demikian juga iklim organisasi sekolah memiliki peranan penting dalam mendorong prestasi kerja guru. Prestasi di satu sisi dapat dijadikan salah satu ukuran keberhasilan sekolah dan di sisi lain prestasi kerja itu tidak dilahirkan dengan sendirinya, tetapi ada kaitan dengan iklim organisasi sekolah, kompetensi profesional, dan terutama kinerja guru. Hal ini manjadi menarik untuk diteliti. Kreativitas guru dipandang sangat penting karena akan mendorong guru untuk mengembangkan kinerjanya dan mengarahkan segenap kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai kerja yang optimal. Pada gilirannya, guru yang bekerja secara optimal akan menunjang peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan supervisi salah satu Pengawas SMK Kabupaten Sukabumi terhadap guru – guru SMK Swasta di Wilayah Utara Kabupaten Sukabumi terbukti dari hasil laporan instrumen monitoring dan instrumen penilaian kinerja yang disebarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi ke semua SMK melalui Kepala Sekolah. Secara umum, kinerja guru SMK Swasta di Kabupaten Sukabumi masih harus ditingkatkan lagi. Beberapa hal yang menjadi catatan pengawas adalah Berhubungan dengan tanggung jawab, membuat perangkat pembelajaran yang menjadi tugasnya secara mandiri, dan kelompok, 40%. Berhubungan dengan prestasi kerja, pernah menjadi guru teladan, penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan kompetensinya, 50%. Berhubungan dengan prakarsa, inisiatif, kreatif dan inovatif, 30%. Berhubungan dengan kerjasama, konflik internal dan persaingan tidak sehat sehingga iklim organisasi menjadi kurang kondusif, 40%. Berdasarkan penilaian kepala sekolah yang dilaporkan kepada pengawas. Peningkatan kualifikasi guru agar kinerja guru meningkat merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran karena peran guru sebagai pendidik melalui pengajaran sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, bimbingan sebagai pengembangan sikap dan keterampilan tidak dapat digantikan oleh perangkat apapun karena dalam pendidikan terkandung makna pengembangan nilai-nilai hidup yang menuntut interaksi yang humanis antara guru dan peserta didik. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional. Perolehan data primer di lapangan menggunakan tes dan kuesioner yang disusun berdasarkan indikatorindikator yang ada dalam variabel penelitian. Data primer yang dibutuhkan adalah iklim organisasi sekolah, kompetensi profesional guru, dan kinerja guru. Variabel iklim organisasi dan kinerja menggunakan instrumen kuesioner, sedangkan kompetensi profesional menggunakan tes, yang ditujukan kepada guru SMK Swasta di Wilayah Utara Kabupaten Sukabumi sebanyak 50 orang. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu terikat. Variabel bebas (X1) adalah iklim organisasi sekolah dan variabel bebas (X2) adalah kompetensi profesionel guru, sedangkan varibel terikat (Y) adalah kinerja guru.
131
ɛ X1 Y X2 Gambar 1. Konstelasi Variabel yang Diteliti Keterangan: X1 = Iklim organisasi sekolah X2 = Kompetensi profesional guru Y = Kinerja guru ɛ = Variabel lain
Populasi dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah Guru SMK Swasta yang berada di Wilayah Utara Kabupaten Sukabumi yang berstatus Guru Tetap Yayasan (GTY) dengan jumlah guru sebanyak 102 orang berasal dari 5 sekolah. Sampel dalam penelitian ini ditentukan 50 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane2. 𝑛=
𝑁 𝑁. 𝑑2 + 1
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi (10%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: n=
102 102.(0,1)2 + 1
=
102 2.02
= 50,49 = 50
Penarikan sampel yang representatif, ditentukan seimbang dengan banyaknya guru dalam setiap sekolah, maka digunakan teknik proportional random sampling. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian data maka dapat dideskripsikan data hasil pengukuran tentang kinerja guru, iklim organisasi, dan kompetensi profesional. Deskripsi statistik data tiap-tiap variabel di atas meliputi rata-rata skor (mean), nilai tengah (median), skor atau nilai yang paling sering muncul (modus), standar deviasi (SD) skor atau nilai maksimum dan minimum,
2
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 65.
132 rentang antara skor maksimum dan minimum (range), keragaman data yang meliputi (varians sampel banyak kelas dan rentang kelas). A.
Data Kinerja Guru Kinerja guru adalah skor hasil pengukuran terhadap hasil kinerja guru dalam melaksanakan tugas mengajar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari hasil perhitungan diperoleh skor rata-rata 140,5; median 139,5; modus 141; varians 111,36; skor tertinggi, yaitu 166 dan skor terendah 123 dengan rentangan (range) skor 43; standar deviasi 10,55; jumlah kelas 7; dan panjang kelas 6. Distribusi frekuensi dan grafik histogram data kinerja guru adalah sebagai berikut. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru (Y) Kelas Frekuensi Frekuensi No. Interval Absolut Relatif (%) 1 123 - 129 6 12 2 130 - 136 9 18 3 137 - 143 19 38 4 144 - 150 8 16 5 151 - 157 4 8 6 158 - 164 3 6 7 165 - 171 1 2 50 100 Jumlah
Frekuensi
122,.5
129,5
136,5
143,5
150,5
157,5
164,5
171,5
Kinerja Guru
Gambar 2. Histogram Data Variabel Kinerja Guru
Dari sebaran frekuensi setiap interval yang terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 2 dan juga berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa rata-rata skor empirik diperoleh 140,5 yang berada pada kelas interval median dan modus menunjukkan bahwa data cenderung menyebar normal.
133 B.
Data Iklim Organisasi Sekolah Iklim organisasi adalah skor hasil pengukuran terhadap iklim organisasi sekolah, yaitu suasana/kondisi lingkungan tempat bekerja, baik suasana/kondisi psikologis dan sosial lingkungan tempat guru di sekolah itu berada dalam meningkatkan kinerja guru. Dari hasil perhitungan tentang iklim organisasi sekolah diperoleh skor rata-rata 137,08; median 135,5; modus 130; varians 86,24; skor tertinggi adalah 159; dan skor terendah adalah 120 dengan rentang (range) skor 39; standar deviasi 9,29; jumlah kelas 7; dan panjang kelas 6. Distribusi frekuensi dan grafik histogram data Iklim Organisasi Sekolah adalah sebagai berikut. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Iklim Organisasi (X1) Kelas Frekuensi Frekuensi No. Interval Absolut Relatif (%) 1 120 - 125 6 12 2 126 - 131 8 16 3 132 - 137 15 30 4 138 - 143 10 20 5 144 - 149 5 10 6 150 - 155 4 8 7 156 - 161 2 4 50 100 Jumlah
Frekuensi
119,5
125,5
131,5
137,5
143,5
149,5
155,5
161,5
Iklim Organisasi Sekolah
Gambar 3. Histogram Data Variabel Iklim Organisasi Sekolah
Dari sebaran frekuensi tiap interval yang terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 3 dan juga berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa rata-rata skor empirik diperoleh 138,08 yang berada pada kelas interval median dan modus menunjukkan bahwa data cenderung menyebar normal.
134 C.
Data Kompetensi Profesional Guru Kompetensi profesional guru adalah skor hasil pengukuran yang diperoleh terhadap kompetensi profesional guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya, meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan–keterampilan pada siswa. Dari hasil perhitungan diperoleh skor tertinggi data kompetensi profesional guru adalah diperoleh skor rata-rata 23,14; median 23; modus 22; varians 11,18; skor tertinggi adalah 29 dan skor terendah adalah 16 dengan rentang (range) skor 13; standar deviasi 3,34; dan jumlah kelas 7; dan panjang kelas 2. Distribusi frekuensi dan grafik histogram data kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kompetensi Profesional Guru (X2) Kelas Frekuensi Frekuensi No. Interval Absolut Relatif (%) 1 16 – 17 3 6 2 18 – 19 5 10 3 20 – 21 6 12 4 22 – 23 14 28 5 24 – 25 9 18 6 26 – 27 7 14 7 28 – 29 6 12 Jumlah 50 100 16 14 12 10
Frekuensi
8 6 4 2 0 15,5
17,5
19,5
21,5
23,5
25,5
27,5
29,5
Kompetensi Profesional Guru
Gambar 4. Histogram Data Variabel Kompetensi Profesional Guru
Dari sebaran frekuensi tiap interval yang terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 4 dan juga berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa rata-rata skor empirik diperoleh 23,14 yang berada pada kelas interval median dan modus menunjukkan bahwa data cenderung menyebar normal.
135 1.
Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum melakukan pengujian hipotesis seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan statistik yang harus dipenuhi yang dalam penelitian ini terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Galat Kinerja Guru (Y) atas Iklim Organisasi Sekolah (X1) Uji normalitas dipergunakan untuk melihat apakah data yang digunakan berdistribusi normal. Pengujian normalitas menggunakan Uji Statitik Lilliefors. Pengujian normalitas galat taksiran Y dan X dimaksudkan untuk menguji apakah galat takiran H0: (Y – Ỹ) berdistribusi normal versus H1: (Y - Ỹ) tidak berdistribusi normal. Kriteri pengujian yang dilakukan adalah H0 diterima apabila L0 < Lt, artinya H0 ditolak. Uji normalitas galat diawali dengan menentukan taksiran regresi Y atas X1. Berdasarkan hasil perhitungan regresi Y atas X1 diperoleh persamaan regresi. Tahap berikutnya membandingkan nilai L0 = 0,09891; sedangkan Lt untuk n = 50 diperoleh 0,1246. Sesuai dengan kaidah pengambilan keputusan, maka hipotesis 0 (H0) diterima. Hal ini, berarti bahwa (Y – Ŷ) berdasarkan regresi Kinerja Guru atas Iklim Organisasi Sekolah (X1) dengan persamaan berdistribusi normal. Syarat normal adalah L0 < Lt. Dengan demikian, bahwa galat taksir Y dan X1 berasal dari populasi yang sama berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel Kinerja Guru (Y) atas Variabel Kompetensi Profesional Guru (X2) Hasil perhitungan galat taksiran (Y – Ŷ) variabel Kompetensi Profesional Guru (X2) Nilai Lo = 0,09251. N = 50 α = 0,05 diperoleh harga Lt = 0,1246. Dengan demikian, galat taksiran Y atas X2 berasal dari distribusi normal. Tabel 4. Rangkuman Uji Normalitas Data dengan Menggunakan Rumus Liliefors Ltabel No. Galat Lo-maks Kesimpulan α= 00,5 1 2
c.
Y – Ŷ1 Y – Ŷ2
0,09891 0,09251
0,1246 0,1246
Normal Normal
Uji Homogenitas Varians data Iklim Organisasi Sekolah (X1) dengan Kinerja Guru (Y) Uji homogenitas dipergunakan untuk mengetahui galat taksiran baku bersifat homogen atau tidak, perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan bantuan Uji Bartlet. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai χ2hitung = 8,04 χ2tabel = 67,5. Persyaratan data-data disebut homogen adalah χ2hitung < χ2tabel, berarti kelompok data kinerja guru atas iklim organisasi sekolah berasal dari populasi yang homogen. d. Uji Homogenitas Varians Data Kompetensi Profesional Guru (X2) dengan Kinerja Guru (Y) Homogen varians data kinerja guru atas kompetensi profesional guru diuji dengan menggunakan uji Bartlet. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai χ2hitung = 38,81 sedangkan χ2tabel = 67,5 persyaratan data disebut homogen adalah χ2hitung < χ2tabel berarti kelompok data kinerja guru atas kompetensi profesional guru berasal dari populasi homogen.
136 2. a.
Pengujian Hipotesis Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah (X1) dengan Kinerja Guru (Y) Hubungan fungsional antara iklim organisasi sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y), dapat disajikan dalam bentuk persamaan Regresi sebagai berikut: Ŷ = 2,923 + 1,004 X1. Untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara iklim organisasi sekolah (X1) denagan kinerja guru (Y) maka diuji signifikansi dan linieritas terhadap persamaan regresi dengan menggunakan uji F. Adapun persyaratan hipotesis teruji apabila Fhitung > Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikansi regresi seperti tampak pada Tabel 5 diperoleh nilai Fhitung = 170,237, sedangkan Ftabel = 7,218. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kinerja guru adalah signifikan. Untuk menguji apakah persamaan regresi tersebut linier atau tidak, perlu dilakukan pengujian linieritas dengan uji F. Syarat linieritas persamaan regresi tersebut dengan menggunakan uji F, yaitu persamaan regresi tersebut dikatakan linier apabila Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Fhitung = 1,599, sedangkan Ftabel = 2,92 α = 0,05. dengan demikian persamaan regresi Ŷ = 2,923 + 1,004 X1; adalah linier. Selengkapnya, hasil perhitungan uji signifikansi dan uji kelinearan regresi antara variabel iklim organisasi sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) dapat dilihat pada pada Tabel 5.
SV Total (T)
Tabel 5. Analisis Varians Variabel Pengujian Signifikansi dan Linearitas Ftab Ftab dk JK RJK Fhitung Kesimpulan (α = 0,05) (α = 0,01) 50 992469,00
Regresi a Regresi (b/a) Sisa (S) Tuna Cocok (TC) Galat (G)
1 1
987012,5 4256,367
987012,5 4256,367
170,237 **
4,04
7,218
Sangat signifikan
48 30 18
1200,124 872,624 327,500
25,003 29,087 18,194
1,599 ns
2,11
2,92
Linear
Keterangan: SV : Sumber Varians dk : Derajat Kebebasan JK : Jumlah Kuadrat RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat ** : Sangat Signifikan (Fhitung = 170,237 > Ftabel = 7,218) ns : Non Signifikan/Linear (Fhitung = 1,599 < Ftabel = 2,92)
Berdasarkan hasil perhitungan, di mana apabila Fhitung > Ftabel maka regresi signifikan. Pengujian signifikansi model regresi dilakukan dengan uji F terhadap pasangan data kinerja guru (Y) dengan iklim organisasi sekolah (X1). Rangkuman hasil analisis seperti disajikan pada tabel, memperlihatkan bahwa Fhitung =170,237> Ftabel = 7,21 pada taraf signifikan 0,05 (4,04), Hal ini mengandung arti bahwa persamaan regresi Ŷ = 2,923 + 1,004 X1 adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
137
Ŷ = 2,923 + 1,004 X1 ry1 = 0,883
Gambar 5. Diagram Pencar Regresi Linear antara Iklim Organisasi Sekolah (X1) dengan Kinerja (Y)
Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor iklim organisasi sekolah menyebabkan kenaikan 1,004 skor variabel kinerja guru (Y). Kekuatan antara variabel iklim organisasi sekolah (X1) dengan kinerja, ditunjukkan oleh koefisien korelasi pada Tabel 6. Berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi tersebut disimpulkan bahwa koefisien korelasi kinerja guru (Y) dengan iklim organisasi sekolah (X1) adalah signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan positif antara kinerja guru (Y) dengan iklim organisasi sekolah (X1). Dengan kata lain, semakin kuat iklim organisasi sekolah, semakin tinggi kinerja guru. Koefisien determinansi yang dihasilkan adalah sebesar 0,780 atau 78 % variasi besar kecilnya kinerja guru ditentukan oleh iklim organisasi sekolah. Tabel 6. Rangkuman Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi ry1 r2y2 thit ttab(0,05;48) ttab (0,01;48) Kesimpulan 0,883 0,780 31,442** 2,010 2,686 Sangat signifikan
b.
Hubungan antara Kompetensi Profesional Guru (X2) dengan Kinerja Guru (Y) Hubungan fungsional antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru dapat disajikan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = 76,720 + 2,756 X2 untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara kinerja guru dengan kompetensi profesional guru, maka diperlukan uji signifikan dan linearitas terhadap persamaan regresi dengan menggunakan uji F seperti yang disajikan pada Tabel 7. Adapun persyaratan hipotesis teruji apabila F hitung > F tabel, Ŷ = 76,720 + 2,756 X2.
138
SV
Tabel 7. Analisis Varians Pengujian Signifikansi dan Linearitas Ftab Ftab Dk JK RJK Fhitung (α = 0,05) (α = 0,01)
Total (T)
50
992469,00
Regresi a Regresi (b/a)
1 1
987012,5 4163,37
4163,37
Sisa (S)
48
1293,13
26,94
Tuna Cocok (TC)
12
329,906
27,492
Galat (G)
36
385,45
18,355
Kesimpulan
154,541**
4,04
7,218
Sangat Signifikan
1,028ns
2,07
2,70
Linear
Keterangan: SV : Sumber Varians dk : Derajat Kebebasan JK : Jumlah Kuadrat RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat ** : Sangat Signifikan (Fhitung = 154,541 > Ftabel = 7,218) ns : Non Signifikan/Linear (Fhitung = 1,028 < Ftabel = 2,70)
Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikansi regresi, seperti disajikan pada Tabel 7, diperoleh nilai Fhitung = 154,541, sedangkan Ftabel = 7,218. Hal ini membuktikan bahwa hubungan antara variabel kinerja guru dengan motivasi kerja guru adalah signifikan. Untuk mengutahui apakah persamaan regresi tersebut linear atau tidak, maka perlu dilakukan uji linearitas dengan uji F, Syarat persamaan regresi tersebut dinyatakan linear apabila F hitung < F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang disajikan pada Tabel 7, diperoleh nilai F hitung = 1,028. Adapun Ftabel = 2,70 (dk pembilang = 12 dk penyebut = 36 dan α = 0,05). Dengan demikian, persamaan regresi variabel kinerja guru dengan kompetensi profesional guru Ŷ = 76,720 + 2,756 X2 adalah linear. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah, model persamaan regresi Ŷ = 76,720 + 2,756 X2, dari hubungan kompetensi profesional guru adalah signifikan dan linier. Besarnya kompetensi profesional guru adalah 2,756. Artinya, jika kompetensi profesional guru ditingkatkan maka kinerja guru akan meningkat. Gambaran tentang persamaan regresi linier variabel kompetensi profesional guru (X2) dengan kinerja guru (Y) disajikan dalam bentuk diagram pencar pada Gambar 6.
139
Ŷ = 76,720 + 2,756 X2
ry2 = 0,874
Gambar 6. Diagram Pencar Regeresi Linear Kompetensi Profesional Guru (X2) dengan Kinerja Guru (Y)
Persamaan regresi di atas memperlihatkan bahwa setiap kenaikan 1 skor motivasi kerja guru akan menyebabkan kenaikan 2,756 skor variabel kinerja guru (Y). kekuatan hubungan antara variabel kompetensi profesional guru (Y) ditunjukkan oleh kolerasi pada tabel berikut. Tabel 8. Rangkuman Pengujian Signifikansi Koefisien Kolerasi (X2 dengan Y) ry2 r2y2 thit ttab(0,05;48) ttab(0,01;48) Kesimpulan 0,874 0,763 51,326** 2,010 2,686 Sangat signifikan
Berdasarkan uji signifikansi koefisien kolerasi tersebut disimpulkan bahwa kolerasi kinerja guru (Y) dengan kompetensi profesional guru (X2) adalah sangat signifikan, dengan koefisien korelasinya sebesar 0,874, atau yang berarti kontribusi kompetensi profesional guru signifikan, terhadap kinerja sangat signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan positif antara kinerja guru dan kompetensi profesional guru. Artinya, semakin baik kompetensi profesional guru, semakin tinggi pula kinerja guru. Koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,763 atau 76,3% variasi besar kecilnya kinerja guru ditentukan oleh kompetensi profesional guru. c. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah (X1) dan Kompetensi Profesional Guru (X2) secara bersama-sama dengan Kinerja Guru (Y) Analisis regresi linier sederhana terhadap pasangan data variabel kinerja guru (Y) dengan variabel iklim organisasi sekolah (X1) dan kompetensi profesional guru (X2) menghasilkan persamaan regresi Ŷ = 26,541 + 1,470 X1 + 0,583 X2. Uji signifikan linieritas regresi ganda Y atas X1 dan X2 dapat dilihat pada rangkuman hasil pengujian berikut:
140
SV
Dk
Total (T) Koefisien (b0) Total Dikoreksi Regresi
50 1
Sisa
Tabel 9. Analisis Varian Hasil Pengujian Signifikasi JK RJK Fhitung Ftab Ftab (α = 0,05) (α = 0,01) 992469,00 987012,5 987012,5
49
5456,5
2
4694,107
47
762,393
Kesimpulan
111,357 2347,054 144,691**
3,2
5,11
Sangat Signifikan
16,221
Berdasarkan uji signifikansi koefisien kolerasi tersebut disimpulkan bahwa, koefisien kolerasi kinerja guru (Y) memiliki hubungan positif signifikan dengan iklim organisasi sekolah (X1) dan kompetensi profesional guru (X2). Tabel 10. Rangkuman Pengujian Signifikasi Korelasi X1 dan X2 dengan Y
ry1.2 r2y1.2 Fthit 0,928 0,860 32,480** Syarat Signifikan Fhit > Ftab
Ftab (0,05;48) 3,2
Ftab (0,01;48) 5,11
Kesimpulan Sangat signifikan
Koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,860 atau 86% variasi besar kecilnya kinerja guru (Y) ditentukan oleh iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara: (1) hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru; (2) hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru; dan (3) hubungan antara iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama dengan kinerja guru. Memperhatikan bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam bentuk hubungan fungsional maka kinerja guru merupakan hasil dari bekerjanya variabel iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru. d.
Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru Hubungan positif antara variabel iklim organisasi sekolah dengan variabel kinerja guru dilihat dari analisis regresi, akan terlihat hubungan terebut merupakan hubungan fungsional, di mana kinerja guru terbentuk sebagai hasil bekerjanya variabel iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru. Hubungan fungsional antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru dapat dilihat pada persamaan regresi Ŷ = 2,923 + 1,004 X1 dari hubungan antara iklim organisasi sekolah (X1) dengan variabel kinerja guru (Y) adalah signifikan dan linear artinya, apabila iklim organisasi sekolah ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja guru akan meningkat sebesar 1,004 satuan. Hasil yang didapatkan untuk determinan iklim organisasi sekolah berkorelasi dan memberikan kontribusi yang berarti pada taraf signifikan 0,05 terhadap kinerja guru, yaitu
141 0,780 dengan hitungan persentasenya adalah 78% variasi kinerja guru dijelaskan oleh iklim organisasi sekolah, sisanya 22% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Kinerja guru akan meningkat jika didukung oleh iklim organisasi yang kondusif. Iklim organisasi menurut Wirawan adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi3. e. Hubungan antara Kompetensi Profesional Guru dengan Kinerja Guru Hubungan fungsional antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru ditunjukkan dengan peramaan regresi Ŷ = 76,720 + 2,756 X2 besarnya pengaruh kompetensi profesional guru (X2) dengan kinerja guru adalah signifikan dan linear ini berarti. Apabila kompetensi profesional guru ditingkatkan sebesar satu satuan, maka kinerja guru maka akan meningkatkan sebesar 2,756 satuan. Koefisien determinan kompetensi profesional guru berkorelasi dan memberikan kontribusi yang berarti pada taraf signifikan 0,05 terhadap kinerja guru, yaitu sebesar 0,763. Hal ini artinya bahwa 76,3% kinerja guru dapat dijelaskan oleh kompetensi profesional guru, dan 23,7% disumbangkan oleh variabel-variabel lain yang memiliki hubungan dengan peningkatan kinerja guru. Kinerja guru akan disumbang oleh faktor kompetensi profesional guru sebab kompetensi profesional guru berpengaruh terhadap kinerja guru. Berkaitan dengan hal ini Mohamad Surya mengemukakan, kompetensi profesional ialah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi aspek kepakaran atau keahlian dalam bidangnya, yaitu penguasaan bahan yang akan diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya, dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lain4. f. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Secara Besama-sama dengan Kinerja Guru Berdasarkan hasil analisis data tentang kekuatan hubungan antara variabel bebas iklim organisasi sekolah (X1) dan Kompetensi profesional (X2) secara bersama-sama dengan variabel terikat kinerja guru (Y) menunjukkan kekuatan hubungan positif. Hubungan fungsional antara iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama dengan kinerja guru ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 26,541 + 1,470 X1 + 0,583 X2. Ini menunjukkan bahwa apabila iklim organisasi sekolah meningkat satu satuan maka kinerja guru akan meningkat sebesar 1,470 satuan dengan anggapan kompetensi profesional guru konstan. Demikian pula dengan anggapan kompetensi profesional guru meningkat satu satuan akan mempengaruhi peningkatan sebesar 0,583 satuan, dengan anggapan iklim organisasi sekolah adalah konstan atau tetap. Pengaruh koefisien determinan dan korelasi antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru, kompetensi profesional guru secara bersama-sama dengan kinerja guru dapat dijejaskan seberapa besar persentase kinerja guru dapat dijelaskan melalui uji varians yang dapat dilihat dari setiap variabel bebas tersebut secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. 3 4
Wirawan, Loc.Cit. Mohamad Surya, Loc.Cit.
142 Hal lain yang dapat dilihat adalah apabila koefisien determinan iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama berkorelasi dan memberikan kontribusi yang berarti pada taraf signifikan 0,05 terhadap kinerja guru 0,860 artinya 86% variasi kinerja guru dijelaskan oleh iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama, sedangkan sebesar 14% disumbangkan oleh variabel-variabel lainnya yang memiliki hubungan dengan peningkataan kinerja guru. Dilihat dari sisi lain, yaitu hasil penelitian ini memiliki korelasi antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru ry1 = 0,883 lebih besar dibandingkan dengan korelasi kompetensi profesional guru dengan kinerja guru ry2 = 0,874. Akan tetapi, akan lebih besar apabila dilihat hubungan secara berama-sama ry1.2 = 0,928. Hal ini mengandung arti bahwa iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara berama-sama merupakan faktor untuk mencapai kerja guru maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Gary dan Margaret dalam E Mulyasa bahwa Guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif; (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran; (3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedbaack) dan penguatan (reinforcement); dan (4) memiliki kemampuan untuk meningkatkan diri5. Apabila iklim organisasi sekolah dapat berlangsung secara kondusif, guru memiliki kompetensi profesional tinggi akan menumbuhkan kinerja guru yang optimal, oleh karena itu kedua faktor tersebut saling menunjang, berpengaruh dan terintegrasi dalam pencapaian kinerja guru. Sehingga antara iklim organisasi dan kompetensi profesional sekolah tidak dapat dipisahkan, serta secara sinergis dapat meningkatkan kinerja guru dalan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian hipotesis pada bab pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru (th=31,442 > 2,686= tt(0.01; 38)) dan besarnya hubungan tersebut (ry1) sebesar 0,883. Besarnya kontribusi variabel iklim organisasi sekolah dalam menerangkan kinerja guru adalah 78% (ry12 = 0,780). Hubungan fungsional antara variabel iklim organisasi sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) memenuhi persamaan regresi Ŷ = 2,923 + 1,004 X1 dan hubungan tersebut bersifat sangat signifikan (Fh = 170,237 > 7,218= Ft(0.01)) yang berarti bahwa setiap peningkatan satu unit iklim organisasi sekolah akan meningkatkan kinerja guru sebesar 1,004 unit kinerja guru. 2. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru (th=51,326 > 2,686=tt(0.01)) dan besarnya hubugnan tersebut (ry2) adalah 0,874. Kontribusi variabel kompetensi profesional guru dalam menerangkan kinerja guru adalah sebesar 87,4% (ry22 = 0,874). Hubungan fungsional antara variabel kompetensi profesional guru dengan kinerja guru memenuhi persamaan Ŷ = 76,720 + 5
E. Mulyasa, Loc.Cit
143
3.
B.
2,756 X2 dan persamaan tersebut sangat signifikan (Fh =154,541>7,218= Ft(0.01)) yang berarti bahwa setiap peningkatan 1 unit kompetensi profesional guru akan meningkatkan kinerja guru sebesar 2,756 unit. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama dengan kinerja guru (Fh =32,480 > 5,11 = Ft(0.01)). Kontribusi variabel iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama dalam menerangkan variabel kinerja guru adalah sebesar 92,8% (r.122 = 0,928). Hubungan fungsional antara iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama dengan kinerja mengikuti persamaan regresi Ŷ = 26,541 + 1,470 X1 + 0,583 X2 dan hubungan tersebut sangat signifikan (Fh = 32,480> 5,11= Ft(0.01)) sehingga dapat digunakan untuk memprediksi nilai kinerja guru yakni dengan mengetahui nilai iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru. Antara variabel iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru terjadi pengaruh yang saling menguatkan (sinergis) dalam menerangkan kinerja guru.
SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian, beberapa saran dapat penulis kemukakan sebagai berikut: 1. Untuk Guru a. Guru dalam rangka pemenuhan kebutuhannya menyangkut aspek pekerjaan dapat diperoleh dalam lingkungan kerja dengan cara menciptakan lingkungan yang bersih, suhu udara yang segar dan adanya fasilitas yang memadai, mendapat imbalan yang adil, rasa aman, perkembangan karier dan pribadi, memiliki minat, tantangan serta keterlibatan dalam proses pencapaian tujuan organisasi. b. Guru sedapat mungkin proaktif dalam meningkatkan kompetensi melalui pendidikan formal, seminar, maupun pendidikan dan latihan. Guru sebagai jembatan profesional harus memiliki kesadaran yang tinggi mengenai tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Dengan kesadaran yang tinggi, guru akan memaksimalkan kemampuan untuk berkreatif dan berinovasi dalam rangka penigkatan kinerja. Dengan kinerja yang tinggi maka kualitas pendidikan akan meningkata pula. 2. Untuk Lembaga Terkait a. Kepada Pemerintah Pusat, Daerah, dan juga Yayasan diharapkan dapat memperhatikan yang layak serta dapat melakukan reward dan punishment secara adil dan proporsional. b. Membuat sistem penilaian kinerja guru yang memenuhi standar sehingga dari sistem penilain tersebut dapat dijadikan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kinerja guru. c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk dapat meningkatkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. d. Peningkatan kinerja guru dapat diusahakan melalui iklim organisasi sekolah dan kompetensi profesional guru berdasarkan penelitian ini. Untuk itu perlu dikaji dan diteliti kembali mengenai kemungkinan variabel lain yang dapat meningkatkan
144 kinerja guru sehingga sebagai bahan komparatif terhadap upaya peningkatan kinerja guru secara nyata. DAFTAR PUSTAKA A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosda Karya. Andreas Budihardjo. 2014. Coorporate Culture in Action from Theory to Practice. Membangun Budaya Profesional untuk Memenangkan Persaingan Bisnis. Jakarta: Prasetiya Mulya Publising. Angelo Kinicki and Brian K William. 2008. Management A Practical Introduction. New York: McGraw- Hill International Edition. Appelbaum, S., et al. “Organizational Citizenship Behavior: a Case Study of Culture, Leadership and Trust”Management Decision, Vol. 42, No. 1, 2004. Ashar Sunyoto Munandar. 2001. Psikologi Infustri dan Organisasi. Jakarta: UI Press. Bolino, M.C., Turnley, W.H., dan Bloodgood, J.M. “Citizenship Behavior and the Creation of Social Capital in Organization” Academy of Management, Vol. 7, No. 4, 2002. Colquit A Jason, Jeffery A, Lepine and Michel J Wesson. 2009. Organizational Improving Performance and Commitment in the Work Place. New York: McGraw-Hill. Colquitt A. Jason. 2009. Organization Behavior. New York: McGraw-Hill. David L Turnispeed. 2005. Handbook of Organizational Citizenship Behavior. New York: Nova Science Publishers, Inc. Derlega, Vorelian S., Barbara Winstead, Jones. 2005. Personality Contemporary Theory And Research. Belmont USA: Thomson Wadworth. Don Hellriegel dan John W. Sloeum. 2001. Organizational Behavior. 13th Edition. SouthWestern: Change Learning. Feist, Jess & Feist, G. J. 2006. Theories of Personality. 6th Edition. Boston: Mc-Graw Hill. Gareth R Jones, dan George, Jennifer M. 2008. Contemporary Management. 5th Edition. USA: McGraw-Hill International. Gouglas W. Materson. 2005. Introductory Psychology: The Modern View. Illionis: The Dryden Press. Greenberg Jerald, Robert A. Baron. 2008. Behavior In Organizations. 9th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. J. Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hadari Nawawi. 2006. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ivancevich, Konopaske Matteson. 2008. Organizational Behavior and Management. 8th Edition. New York: McGraw-Hill. Kinicki Angelo dan Brian K. Williams. 2008. Management: A Practical Introduction. New York: McGraw-Hills Companies, Inc. Kreitner Robert dan Angelo Kinicki. 2009. Organizational Behavior. New York: McGrawHill. Luthans Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Yogyakarta: Penerbit Andi. Luthan Fred. 2010. Organizational Behavior. 12th Edition. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
145 Malayu Hasibuan. 2000. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara. Marzano J. Robert, John S. Kendall. 2007. The New Taxonomy of Educational Objektive. California: Corwin Press. McShane, Stephen L. Dan Mary Ann Von Glinow. 2010. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Irwin. Mullins L.J.. 2005. Management and Organization Behavior. 7th Edition. London: Pearson Education. Noor Puad dan Gofur Ahmad. 2009. Integrited Human Resources Development. Jakarta: Grasindo. Payaman J. Simajuntak. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pervin, Cervone dan John. 2005. Personality Theory and Research. 9th Edition. America: John Wiley and Sons. Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Robbins P. Stephen, Timothy A. Judge. 2013. Organizational Behavior. 15th Edition. England: Pearson Education Limited. Syamsudin Yusuf. 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung: Remaja Rosda Karya. Syamsudin Yusuf dan Juntika Nurishan. 2011. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosda Karya. Spector E. Paul. 2000. Industrial Organizational Psychology. New York: Research and Practise Inc. Steven L. McShane, Mary Ann Von Glinow. 2010. Organizational Behavior. Emerging Gnowledge and Pracise for the Real World. New York: McGraw-Hill Companies. Winterton. 2002. Develoving Managerial Competence. New York: Taylor & Francis eLibrary. Wood, et al. 2000. Organisational Behaviour An Asia-Pacific Perspective. Australia: Jacaranda Wiley Ltd.