perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA NEGERI I KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh : INTAN KURNIA JATI X 6406021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAJUAN
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA NEGERI I KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : INTAN KURNIA JATI X 6406021
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Intan Kurnia Jati. HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA NEGERI I KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Februari. 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif korelasional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2010/2011, namun yang diajar oleh guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Populasi penelitian terdiri dari 3 kelas sebanyak 133 siswa. Sampel diambil dengan teknik Proporsional Random Sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 33 siswa. Teknik pengumpulan data untuk variabel kompetensi guru PKn (X) dan variabel motivasi belajar PKn (Y), keduanya menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi sederhana. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2010/2011 yang dapat dibuktikan dengan hasil analisa yaitu diperoleh harga r xy = 0,369 dan pada taraf signifikansi 5% dengan N=33 diperoleh r tabel = 0,344, karena r xy > r tabel yaitu 0,369 > 0,344 , maka menunjukkan ada hubungan yang positif antara variabel X dengan variabel Y. Sedangkan harga thitung=2,211 dan pada taraf signifikansi 5% dengan N=33 diperoleh ttabel=2,03, karena thitung>ttabel yaitu 2,211 > 2,03 maka antara variabel X dengan variabel Y terdapat hubungan yang signifikan atau berarti. Adapun persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=67.7090+0.2204X, berdasarkan persamaan regresi menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel kompetensi guru PKn maka diikuti kenaikan variabel motivasi belajar PKn sebesar kemiringan gradien garis regresi sebesar 0,2204.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Intan Kurnia Jati. The Correlation between the Competence of the Civics Teacher and the Learning Motivation in Civics of the 11th-grade Students Majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura of Sukoharjo Regency in the Academic Year of 2010/2011. Skripsi: the Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta. February, 2011. The objective of this research is to investigate whether or not there is a positive correlation between the competence of the Civics teacher and the learning motivation in Civics of the 11th-grade students majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura in the academic year of 2010/2011. This research used a descriptive quantitative correlational method. The population of this research was all of the 11th-grade students majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura in the academic year of 2010/2011, who were taught by the certificate of teacher certification. The population of the research consisted of 3 classes as many as 133 students. The samples of the research consisted of 33 students, and were taken by using a proportional random sampling technique. The data of both variables, the competence of the Civics teacher (X) and the learning motivation in Civics (Y), were gathered through questionnaire. The data were then analyzed by using a simple correlational technique of analysis. The result of this research shows that there is a positive correlation between the competence of the Civics teacher and the learning motivation in Civics among the 11th-grade students majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura in the academic year of 2010/2011, indicated by the value of r xy = 0.369 at the significance level of 5%, and with N = 33 that that of r table = 0.344. Because r xy = 0.369 > r table = 0.344, this indicates that there is a positive correlation between the X variable and the Y variable. Meanwhile, the analysis also shows that the value of tcount is 2.211 at the significance level of 5%, and with N = 33 that of ttable is 2.03. Since tcount = 2.211 > ttable= 2.03, this indicates that there is a significant correlation between the X variable and the Y variable. The equation of the linear regression equation is Y = 67.7090 + 0.2204X. The regression equation signifies that if there is an increase in one unit or the rise of one number at the variable of the competence of the Civics teacher, it is followed by an increase in the variable of the learning motivation in Civics by the gradient declivity of regression line or as much as 0.2204.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Ing ngarso sung tulodho. Ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani”. (Di depan memberikan teladan. Di tengah menggerakan. Di belakang memberikan dorongan).
Ki Hadjar Dewantara
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk: Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan segalanya, semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat. Adik Nur Rahma Akbarina dan Adik Aulia Sofa yang selalu membantu kakak. Didik Haryanto yang selalu memberiku doa dan dorongan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman dekat: Asih, Eka, Nana (Smart Girl). Arum Dwi Lestari, Maya, Eliza, Rini, Tifany, Erlina, Arif Che, Triji yang telah membantu menyusun skripsi dari tahap awal sampai akhir. Teman-teman PPKn angkatan 2006. commit to user Almamater. viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini 2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini 3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini. 4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 5. Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 6. Dra. Rusnaini, M.Si, Pembimbing I yang telah sabar memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Drs. Suyatno, M.Pd Pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini 8. Muh. Hendry N, S.Pd pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan 9. Drs. Juari, M.M Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kartasura yang telah memberikan ijin penelitian commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
10. Segenap
Bapak/Ibu
digilib.uns.ac.id
dosen
Program
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Surakarta,
Februari 2011
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
ABSTRACK.....................................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................
10
C. Pembatasan Masalah .........................................................................
10
D. Perumusan Masalah ..........................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................
11
F. Manfaat Penelitian ............................................................................
11
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 1.
12
Tinjauan tentang Variabel Kompetensi Guru Pkn ......................
12
a. Kompetensi Guru ..................................................................
12
1) Pengertian Kompetensi ....................................................
12
2) Pengertian Guru ................................................................
13
3) Pengertian Profesi ............................................................ commit toGuru user ........................................... 4) Pengertian Kompetensi
16
xi
18
perpustakaan.uns.ac.id
2.
3.
digilib.uns.ac.id
a) Kompetensi Pedagogik ..............................................
20
b) Kompetensi Profesional ............................................
27
b. Definisi Konseptual Kompetensi Guru ..................................
33
c. Definisi Operasional Kompetensi Guru ................................
33
Tinjauan tentang Variabel Motivasi Belajar Pkn........................
33
a. Pengertian Belajar ..........................................................................
33
b. Masalah-Masalah Belajar ..............................................................
34
c. Pengertian Motivasi Belajar ..........................................................
38
d. Fungsi Motivasi .............................................................................
41
e. Tujuan Motivasi Belajar ................................................................
42
f. Ciri-Ciri Siswa Yang Memiliki Motivasi ......................................
42
g. Jenis-Jenis Motivasi .......................................................................
44
h. Bentuk-Bentuk Motivasi Di Sekolah .............................................
44
i. Nilai Motivasi Dalam Pembelajaran ..............................................
48
j. Definisi Konseptual Motivasi Belajar ...........................................
49
k. Definisi Operasional Motivasi Belajar ..........................................
49
Teori penghubung antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn ..................................................................
49
Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan ....................................
51
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................
58
C. Kerangka Berpikir .............................................................................
59
D. Perumusan Hipotesis .........................................................................
63
4.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
64
B. Metode Penelitian .............................................................................
65
C. Populasi dan Sampel ........................................................................
66
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
68
E. Teknik Analisis Data ........................................................................
76
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ................................................................................... 1. 2.
Deskripsi Data Kompetensi Guru PKn.................. ..................... commit to user Deskripsi Data Motivasi Belajar PKn......................................... xii
80 80 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................
83
1.
Uji Normalitas ...........................................................................
83
2.
Uji Linieritas ...............................................................................
83
C. Pengujian Hipotesis ..........................................................................
84
1.
Pengujian Hasil Analis Data .......................................................
84
2.
Penafsiran Pengujian Hipotesis .................................................
85
3.
Kesimpulan Pengujian Hipotesis ................................................ 86
4.
Pembahasan Hasil Analisis data .................................................
86
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................
89
B. Implikasi ...........................................................................................
89
C. Saran .................................................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
91
LAMPIRAN .....................................................................................................
95
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Waktu kegiatan penelitian ....................................................................................
64
2. Sampel penelitian ..................................................................................................
68
3. Distribusi frekuensi data kompetensi guru PKn ...................................................
81
4. Distribusi frekuensi data motivasi belajar PKn ....................................................
82
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Skema kerangka berpikir .............................................................................
62
2. Histogram kompetensi guru PKn ...............................................................
81
3. Histogram motivasi belajar PKn ................................................................
82
4. Garis linier X terhadap Y ...........................................................................
86
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Daftar nilai siswa yang remidi pada ulangan harian I dan II .............................................................................................
94
Lampiran 2
Daftar nama sampel penelitian ...........................................
96
Lampiran 3
Daftar nama siswa uji coba .................................................
97
Lampiran 4
Kisi-kisi angket uji coba kompetensi guru PKn (X) ...........
98
Lampiran 5
Lembar angket uji coba kompetensi guru PKn ...................
99
Lampiran 6
Kisi-kisi angket uji coba motivasi belajar PKn (Y) ............ 103
Lampiran 7
Lembar angket uji coba motivasi belajar PKn .................... 104
Lampiran 8
Data hasil uji validitas dan reliabilitas variabel kompetensi guru PKn (X) ..................................................................... 108
Lampiran 9
Data hasil uji validitas dan reliabilitas motivasi belajar PKn (Y) ............................................................................... 111
Lampiran 10
Contoh perhitungan uji validitas angket kompetensi guru PKn (X)................................................................................ 114
Lampiran 11
Contoh perhitungan uji validitas angket motivasi belajar PKn (Y) ............................................................................... 117
Lampiran 12
Contoh perhitungan uji reliabilitas angket variabel kompetensi guru PKn ........................................................ 120
Lampiran 13
Contoh perhitungan uji reliabilitas angket variabel motivasi belajar PKn ........................................................... 121
Lampiran 14
Kisi-kisi angket penelitian kompetensi guru PKn (X)......... 122
Lampiran 15
Lembar angket penelitian kompetensi guru PKn ................ 123
Lampiran 16
Kisi-kisi angket penelitian motivasi belajar PKn (Y) ......... 126
Lampiran 17
Angket penelitian motivasi belajar PKn ............................. 127
Lampiran 18
Rekapitulasi data penelitian ................................................ 131
Lampiran 19
Tabel uji normalitas kompetensi guru PKn ........................ 132
Lampiran 20
Tabel uji normalitas motivasi belajar PKn ......................... 135 to user Tabel distribusi commit z ................................................................. 138
Lampiran 21
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 22
Tabel nilai kritik uji lilliefors .............................................. 140
Lampiran 23
Tabel uji linieritas dan independen kompetensi guru PKn (X) terhadap motivasi belajar PKn (Y) ............................... 141
Lampiran 24
Penghitungan uji linieritas dan independen kompetensi guru PKN (X) terhadap motivasi belajar PKN (Y) ............ 142
Lampiran 25
Tabel distribusi f ................................................................. 146
Lampiran 26
Koefisien korelasi sederhana antara kompetensi guru PKn (X) dan motivasi belajar PKn (Y) ....................................... 148
Lampiran 27
Tabel nilai-nilai r product moment ..................................... 149
Lampiran 28
Uji keberartian koefisien korelasi ....................................... 150
Lampiran 29
Tabel distribusi t ................................................................. 151
Lampiran 30
Garis regresi sederhana motivasi belajar PKn (Y) atas kompetensi guru PKn (X) ................................................... 152
Lampiran 31
Sertifikat Pendidik .............................................................. 153
Lampiran 32
Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP UNS ........................................................................... 154
Lampiran 33
Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Menyusun Skripsi ................................................................................. 155
Lampiran 34
Surat Permohonan Ijin Researsch/Try Out Kepada Kepala SMA Negeri 1 Kartasura .................................................... 156
Lampiran 35
Surat keterangan telah mengadakan research / try out dari SMA Negeri 1 Kartasura .................................................... 157
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen utama yang paling menentukan dalam sistem pendidikan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Sehubungan dengan itu, guru akan menjadi sorotan yang strategis ketika membicarakan masalah pendidikan karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru merupakan pemegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Selain itu, guru merupakan faktor penentu keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan sertifikasi pendidik, hal tersebut wujud penerapan dari UndangUndang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 8 adalah “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional” (Anonim, 2009: 5). Melalui Pasal 8 guru diminta untuk memiliki kompetensi guru yang nantinya akan dijadikan bekal dalam mengajar anak didiknya. Oleh karena itu, guru yang profesional harus mendapat pengakuan dari pemerintah dengan diberikannya sertifikat sertifikasi atau sertifikat pendidik. Hal ini dikuatkan oleh Pasal 1 ayat 11 dan 12 UU No. 14 Tahun 2005 bahwa “Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan Dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional” (Anonim, 2009: 3). Sertifikat sertifikasi merupakan bukti otentik yang diberikan oleh pemerintah kepada gurucommit user lulus sertifikasi dianggap telah guru yang telah lulus sertifikasi. Gurutoyang 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 memiliki kompetensi guru yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun arti kompetensi itu sendiri menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 10 yang mana “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan” (Anonim, 2009: 3). Pasal tersebut menekankan bahwa dalam melaksanakan tugas mulianya guru harus memiliki kompetensi atau kemampuan yang nantinya akan berperan dalam mendidik siswanya kelak. Kompetensi yang dimiliki oleh guru haruslah rasional atau dapat dikatakan harus memiliki arah dan tujuan sebab kompetensi guru tersebut akan berdampak pada perilaku anak didiknya dalam situasi dan waktu yang lama. Selanjutnya, kompetensi yang diterapkan oleh pemerintah dan harus dimiliki oleh guru meliputi empat kompetensi. Hal ini telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28 ayat 3 bahwa: Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial. (Anonim, 2006: 11) Adapun yang perlu dilakukan guru dalam menerapkan kompetensi pedagogik adalah guru dituntut untuk meningkatkan kualitasnya dalam proses pengembangan peserta didik dengan cara mengawasi pelaksanaan programnya. Menurut E. Mulyasa (2007, 77-78) mengenai pelaksanaan program guru adalah “guru berperan dalam pembentukan kompetensi siswa dan cara pencapaian tujuan yang diinginkan. Dalam membuat program sesorang guru harus menyesuaikan dengan perkembangan kurikulum yang ada, sistem pembelajaran yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan silabus. Setelah itu silabus dikembangkan melalui RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dari RPP itulah seorang guru berperan dalam melaksanakan program pembelajaran. Pengembangan RPP harus disesuaikan dengan karakter masing-masing siswa. Menurut Dubrin (1990), jika guru ingin sukses dalam mencapai rencana pembelajaran yang dibuatnya, maka commit to user guru harus mengkondisikan siswanya dengan memberikan stimulus. Selanjutnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 stimulus yang diberikan oleh guru akan direspon oleh siswanya, kemudian timbulah keinginan siswa untuk belajar atau yang disebut dengan motivasi belajar”. Oleh karena itu, tugas guru sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran harus dapat menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya untuk belajar supaya tercapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan oleh guru. Kompetensi selanjutnya adalah kompetensi kepribadian yang mana dalam kompetensi tersebut guru dapat membentuk kepribadian peserta didik. Pembentukan kepribadian anak didik dilakukan guru dengan cara memberikan contoh yang baik pada setiap anak didiknya karena sikap guru menjadi cermin anak didiknya dalam bermasyarakat. Bertitik pada kemampuan dan daya pikir tersebut, maka Syaiful Sagala (2009: 34) mengadopsi pendapat Usman (2004) mengenai kompetensi pribadi yang meliputi “(1) kemampuan mengembangkan kepribadian, (2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, dan (3) kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan”. Berdasarkan pendapat Usman, Guru merupakan manusia dewasa yang berperan mengarahkan peserta didiknya dalam segala hal dengan cara berkomunikasi dengan siswanya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk bertindak konsisten sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, sikap guru yang arif dan bijaksana dapat ditunjukkan melalui keterbukaan guru pada peserta didiknya. Hal ini menunjukkan bahwa peran pada kompetensi kepribadian hanyalah mengarahkan dan memberi contoh sikap kepada siswa supaya memiliki kepribadian yang tangguh, sehingga segala tingkah laku siswa di masyarakat masih dalam batas norma yang telah ditentukan. Selain kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian, guru juga harus memiliki kompetensi profesional. Pada kompetensi ini guru dituntut dalam pengembangan materi dengan berbagai cara penerapannya, setelah itu untuk mengetahui apakah guru tersebut sudah berhasil atau belum dalam kegiatan belajar mengajarnya guru harus dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Selanjutnya, ketika pemberian materi pada siswa harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didiknya untuk kelancaran proses belajar pembelajaran. to user harus mencakup beberapa syarat Namun, dalam menentukan matericommit pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 menurut Hasan (2004) dalam E. Mulyasa (2007: 139) yang sedikitnya mencakup lima hal yaitu “validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan, kepuasan”. Dari kelima syarat materi pembelajaran tadi yang berhubungan dengan motivasi adalah syarat kemenarikan. Menurut Hasan (2004) dalam E. Mulyasa (2007 : 139) mengenai syarat kemenarikan sebagai berikut: Kemenarikan (interes), pengertian menarik di sini bukan hanya sekedar menarik perhatian peserta didik pada saat mempelajari suatu materi pelajaran. Lebih dari itu materi yang diberikan hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang diberikan melalui proses belajar mengajar di sekolah. Berdasarkan uraian diatas pokok dari sebuah pembelajaran terletak pada materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehubungan dengan itu, guru harus memiliki cara bagaimana agar peserta didiknya dapat mengembangkan materi melalui keterampilan dan merasa materi tersebut sangat berguna untuk masa depannya kelak. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa peran dari kompetensi profesional guru yaitu untuk mengembangkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran yang ia pelajari sesuai dengan kompetensi peserta didik. Kompetensi terakhir ini adalah kompetensi sosial. Guru merupakan makhluk sosial yang setiap saat berinteraksi dalam kehidupannya, sehingga guru dituntut untuk memahami masyarakat yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, nilai, norma, moral yang ada di masyarakat adalah hal yang paling utama dan harus dipatuhi oleh guru sebab dalam kehidupan bermasyarakat guru harus mempertanggungjawabkan atas apa yang dia perbuat. Menurut E. Mulyasa (2007: 173) kemampuan yang harus dimiliki oleh guru pada kompetensi sosial adalah “a) berkomunikasi secara lisan, tulisan, isyarat; b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, peserta didik; d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar”. Selanjutnya, sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang luwes dengan siapa commit to user saja dan harus mengenal nilai-nilai yang berkembang di masyarakat sekitarnya”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Meskipun demikian, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial tidak berhubungan dengan motivasi belajar sebab kompetensi sosial lebih mengarah kepada hubungan guru dengan masyarakat. Keempat
kompetensi
guru
tersebut
dapat
berpengaruh
pada
tanggungjawab guru ketika mengajar. Dalam berbagai hal guru sebagai pembimbing perjalanan pembelajaran siswanya, yang mana guru tidak hanya menjalankan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual. Oleh karena itu untuk menuju kelancaran, guru harus memberikan motivasi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya disetiap apa yang direncanakan dan dilaksanakannya. Hal ini telah dijelaskan dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 1 bahwa “Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik” (Anonim, 2006: 15). Berbagai peran guru sebagai agen pembelajaran tersebut, terutama sebagai motivator dapat diterapkan dalam kompetensi pedagogik dan profesional. Dalam hal ini guru harus dapat membuat bagaimana seorang siswa menumbuhkan dan memiliki semangat belajar atau yang lebih disebut dengan motivasi belajar. Pada perjalanannya sebagai seorang pendidik, guru berperan sebagai motivator peserta didiknya yang mana tugas guru disini adalah membangkitkan belajar siswanya. Motivasi yang diberikan oleh guru dipercaya akan meningkatkan antusiasme dari peserta didik saat mengikuti pelajaran sehingga akan menumbuhkan rasa keingintahuan siswa pada apa yang sedang dipelajarinya. Menurut E. Mulyasa (2007: 58) bahwa “pembangkitan nafsu atau selera belajar sering disebut motivasi belajar”. Oleh sebab itu guru yang profesional harus dapat menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik untuk melakukan sesuatu yang bertujuan dalam pencapaian hasil belajar yang maksimal. Peserta didik yang termotivasi akan memiliki perubahan energi sehingga dalam melaksanakan sesuatu
lebih
bersemangat
dan
bersungguh-sungguh,
sehingga
dapat
meningkatkan keingintahuan peserta didik terhadap apa yang sedang ia pelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 Pada dasarnya motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan. Selanjutnya, motivasi dapat bersifat internal (intrinsik) dan eksternal (ekstrinsik). Menurut Aunurrahman (2009: 115), motivasi internal adalah “motivasi internal atau motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas”. Seseorang yang memiliki motivasi dalam dirinya akan melakukan dengan semangat dan mampu mewujudkan cita-citanya melalui rasa ingin tahu mengenai sesuatu yang sedang ia pelajari. Motivasi dalam diri seseorang pun tidak cukup jika tidak ada motivasi dari pihak lain. Aunurrahman menambahkan kembali mengenai motivasi eksternal, “motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu”. Motivasi eksternal dapat berupa pujian, hadiah, nilai, dan penghargaan. Peserta didik yang telah termotivasi memiliki keinginan untuk mendapatkan hadiah atau pujian, melalui hadiah dan pujian tersebut mereka berlomba-lomba mendapatkan nilai terbaik dengan belajar giat. Motivasi eksternalpun dapat berubah menjadi motivasi internal sebab dengan adanya dorongan dari luar, seorang siswa akan terbiasa untuk memperoleh hasil yang biasanya ia peroleh ketika ia mendapat hadiah. Berdasarkan uraian diatas guru yang sudah mengikuti sertifikasi guru dan lulus sertifikasi, dinilai guru tersebut sudah menjadi guru yang profesional, dalam arti telah menguasai empat kompetensi. Keempat kompetensi tersebut antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial, dengan keempat kompetensi tersebut diyakini guru dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa terutama dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Kedua kompetensi tersebut sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat belajar dalam diri siswa sebab kedua kompetensi tersebut bertitik pada cara penyampaian materi yang dilakukan oleh guru pada siswa sehingga membuat siswa menyukai pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Namun, pada kenyataannya tidak sejalan dengan apa yang seharusnya terjadi, penulis menemukan masih banyak siswa yang remidi pada commit to user ulangan yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dikaji melalui hasil perolehan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 nilai dari 133 populasi di SMA Negeri 1 Kartasura kelas XI IPS Tahun Ajaran 2010/2011, yang memiliki nilai rendah ulangan harian PKN 1 dan 2 pada semester 1 dari 3 kelas jurusan IPS sebagaimana nilai yang standar yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Kelas IPS 1 yang nilainya di bawah standar dari 45 siswa ada 14 anak (31.11%), kelas IPS 2 tidak ada yang remidi semua memenuhi kriteria, kelas IPS 3 dari 44 siswa ada 1 siswa (2,27%). Kemudian, pada ulangan harian PKn yang ke 2 kelas IPS 1 sebanyak 8 siswa (17,78%), kelas IPS 2 sebanyak 18 siswa (40,91%), dan kelas IPS 3 sebanyak 4 siswa (9,09%). (Daftar nilai siswa yang remidi pada ulangan harian I dan II, lihat pada lampiran 1). Seharusnya, guru yang telah lulus uji sertifikasi memiliki kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. Hal ini telah dibenarkan oleh David Wijaya (2009: 74), dalam jurnal pendidikannya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan Berbasis Kompetensi Guru Dalam Rangka Membangun Keunggulan Bersaing Sekolah”, dari hasil penelitian yang dilakukan setelah pemerintah mengadakan sertifikasi adalah nilai yang diperoleh guru dalam pengelolaan pembelajaran (dalam penyusunan RPP, pelaksanaan interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemahaman potensi peserta didik, penggunaan alat bantu pembelajaran, penilaian prestasi belajar peserta didik, dan pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik) sebagian besar mendapatkan kategori baik. Sehingga, dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan guru yang telah lulus sertifikasi dianggap telah memiliki kompetensi guru terutama kompetensi yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik dengan kompetensi profesional. Sebab kedua kompetensi tersebut berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran. Selanjutnya, berkaitan dengan cara guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya, seperti yang ada dalam “Teori Belajar Asosiasi” yang telah dikemukakan oleh Herman Ebinghaus dalam Thoifuri (2008: 101-102) bahwa “pada teori ini guru dapat meningkatkan hasil belajar dengan memberikan stimulus yang menarik pada siswanya dengan cara memberikan hadiah atau to user reward, karena dengan begitu commit siswa akan merespon dengan baik stimulant-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 stimulant
itu dengan cara belajar dengan giat dan rajin mencari informasi
mengenai hal-hal yang sedang dipelajarinya sekarang”. Motivasi belajar merupakan masalah penting ketika siswa belajar dan berusaha untuk meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi belajar siswa yang menurun dapat berdampak pada hasil belajar, oleh karena itu guru yang telah lulus sertifikasi dipercaya oleh pemerintah untuk meningkatkan hasil belajar siswanya dengan menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya, dengan kompetensi yang dimilikinya terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi professional Alasan dipilihnya guru SMA karena pada jenjang pendidikan SMA, peserta didik mulai belajar untuk berpikir kritis tentang masalah-masalah kewarganegaraan
dan
belajar
menganalisa
tentang
masalah-masalah
kewarganegaraan. Oleh karena itu diperlukan guru yang memiliki kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik dengan ditunjang kelulusan uji sertifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswanya. Adapun dipilihnya sekolah negeri karena guru-guru di sekolah negeri lebih berkompeten sehingga menarik untuk diteliti. Kemudian, alasan dipilihnya siswa IPS karena siswa IPS yang lebih membutuhkan perhatian dari guru karena selama ini siswa IPS adalah siswa yang kurang memperhatikan pelajaran di sekolah. Pelanggaran-pelanggaranpun sering dilakukan oleh anak IPS. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan menghasilkan sumber daya yang berkualitas siswa selalu diarahkan dan dibimbing oleh guru dengan kompetensi yang dimilikinya sebagaimana yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
penerapan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru PKN sebagai
agen pembelajaran dalam menumbuhkan motivasi belajar PKN di sekolah. Oleh
karena itu, peneliti mengambil judul “Hubungan Antara Kompetensi Guru
PKN Dengan Motivasi Belajar PKN Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA
Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas, muncul berbagai permasalahan yang perlu diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kompetensi guru PKN berhubungan dengan motivasi belajar PKN. 2. Kompetensi yang berhubungan dengan motivasi belajar adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. 3. Dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru, maka guru PKN dapat meningkatkan motivasi belajar PKN. 4. Motivasi belajar PKN yang diberikan oleh guru dapat mempengaruhi hasil belajar PKN.
C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang terkait dengan judul di atas sangat luas sehingga tidak mungkin di lapangan permasalahan yang ada itu dapat terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah sehingga persoalan yang akan diteliti menjadi jelas. Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Hubungan Antara Kompetensi Guru PKn Dengan Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011”.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
identifikasi
masalah,
dan
pembatasan masalah yang penulis sebutkan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan “Adakah hubungan positif antara kompetensi guru PKN (kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional) dengan motivasi belajar PKN siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011?”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 E. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui: Hubungan antara kompetensi guru PKN dengan motivasi belajar PKN siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian seperti tersebut pada perumusan masalah dan tujuan penelitian, diharapkan akan memperoleh manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan dan pengajaran, khususnya pendidikan Kewarganegraan yang berkaitan dengan kompetensi guru PKn dan motivasi belajar PKn sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn. b. Menambah pengetahuan bagi guru khususnya mengenai kompetensi guru dan motivasi belajar. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang relevan di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada guru untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa secara menarik sehingga menumbuhkan semangat belajar siswa terutama pada pelajaran PKn. b. Sebagai bahan untuk memecahkan berbagai masalah bagi guru PKn dalam proses belajar mengajar. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi penulis sebagai calon pendidik sehingga
menjadi bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Variabel Kompetensi Guru PKn
a. Kompetensi Guru
1) Pengertian Kompetensi
Menurut E. Mulyasa (2007: 26) bahwa kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Hal ini telah sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 10 Tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa “kompetensi adalah seperangkat sepengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan” (Anonim, 2009: 3). Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan sebab seseorang yang benar-benar memiliki kompetensi mampu menguasai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang mampu direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak ketika melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sehubungan dengan itu, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan yang harus dimiliki guru berupa ketrampilan, pengetahuan, sikap, kecerdasan, kepemimpinan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Spencer and Spencer dalam (Hamzah B, 2008: 63) seseorang yang berkompeten dalam suatu bidang memiliki lima karakteristik kompetensi yaitu: commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 a) Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. b) Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsistensi terhadap situasi atau informasi. c) Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang. d) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. e) Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental.
Kaitannya dengan guru adalah guru tersebut dikatakan memiliki kompetensi jika sudah memenuhi lima karakteristik kompetensi di atas. Guru yang berkompeten selalu memberikan hal yang terbaru dengan bereksplorasi, dan selalu mencari informasi agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Setiap guru harus memiliki kompetensi yang telah ditetapkan oleh organisasi guru yaitu PGRI sebab guru di bawah naungan PGRI, jadi untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan dari PGRI, guru harus berkompeten dalam bidangnya.
2) Pengertian Guru
Menurut Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam Hamzah B. Uno (2008: 15), “Teacher is professional person who conducts classes. Selanjutnya Hamzah B. Uno (2008: 15) berpendapat bahwa “Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik”. Berdasarkan dua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru adalah seseorang yang telah matang dalam segala hal sehingga dapat mengatur kelas dan dapat memberikan pengetahuan yang luas untuk bekal dikemudian hari. Selain itu, seorang guru juga harus bisa mengarahkan anak didiknya kearah yang benar dan baik dengan pengetahuan dan kompetensi yang ia miliki. Selain dua pendapat di atas, kita dapat menambahkan kembali pengertian guru yang terdapat pada Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Pasal 1 ayat 1 sebagai berikut: “Guru adalah pendidik commit to userprofesional dengan tugas utama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” (Anonim, 2009: 2). Berdasarkan dari beberapa pengertian guru tadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa guru adalah seseorang yang profesional dalam mendidik, mengajar, membimbing siswa dalam segala hal dengan memberikan pengetahuan yang ia miliki berdasarkan perkembangan zaman. Pengetahuan dan ilmu yang dimiliki oleh guru dapat digunakan sewaktu-waktu untuk merubah zaman, sehingga akan tercipta penemuan, pengetahuan dan teknologi yang baru dan bermanfaat untuk masyarakat luas. Adapun tugas guru yang lebih utama dalam pendidikan adalah mendidik anak didiknya untuk menghadapi perkembangan jaman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno (2008: 20) mengenai tugas guru adalah “Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup”. Berdasarkan pendapat tersebut guru haruslah memberikan contoh yang baik, serta memberikan keterampilan yang dibutuhkan untuk siswanya. Sehingga, siswa akan merasa bahwa dirinya mampu bersaing di zaman modern terutama di era globalisasi ini yang semua hal dilakukan dengan tekhnologi yang canggih. Kemudian, Hamzah B. Uno menambahkan kembali bahwa tugas guru tidak hanya itu saja, “guru berkewajiban mencerdaskan bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila”. Sehubungan dengan peran guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, maka guru Indonesia harus berpegang teguh pada Pancasila agar pengetahuan yang guru berikan pada siswa tidak menyimpang nilai-nilai yang tertera di Pancasila. Peran guru pun tidak hanya berhenti di sekolah saja, akan tetapi guru juga berperan dalam kegiatan masyarakat. Menurut E. Mulyasa (2007: 19) kaitannya peran guru dalam kehidupan masyarakat adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Sebagai anggota masyarakat: bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
Profesi guru di mata masyarakat adalah suatu pekerjaan yang mulia, karena guru adalah pahlawan bangsa yang berperan dalam mencerdaskan anak bangsa. Guru sangat dihormati oleh masyarakat sehingga guru dituntut untuk bisa membawa diri dimanapun dia berada dan dapat dikatakan guru adalah cermin masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus menguasai psikologi sosial dengan harapan guru mampu menelaah apa saja yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat sebab untuk saat ini masyarakat haus akan pegangan hidup, masyarakat membutuhkan penuntun hidup dan panutan hidup. Menurut Adams dan Dickey dalam Oemar Hamalik (2003: 123), sesungguhnya peranan guru itu luas, meliputi: “1) guru sebagai pengajar (teacher as instructor), 2) guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor), 3) guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist), 4) guru sebagai pribadi (teacher as person)”. Peranan guru jika ditinjau satu persatu yaitu: a) Guru sebagai pengajar Tugas
guru
adalah
memberikan
pengajaran
di
sekolah.
Guru
menyampaikan pelajaran di depan kelas agar murid memahami atas apa yang telah disampaikannya. Untuk mempermudah tugas guru, maka guru harus menguasai metode dan teknik mengajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi muridnya. b) Guru sebagai pembimbing Guru wajib mengarahkan siswa jika menemui masalah dan wajib memberikan bantuan dalam pemecahan masalah. Sehingga siswa akan mandiri dalam pemecahan masalah berikutnya, dan dapat menyesuaikan diri dengan commit to user lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 c) Guru sebagai ilmuwan Siswa memandang guru sebagai orang yang pandai, berpengetahuan luas. Oleh karena itu guru harus mengembangkan keterampilan yang dimilikinya dan mengembangkan pengetahuannya. Pengembangan itu dapat melalui: kursus, mengarang buku, mengadakan penelitian-penelitian, membuat tulisan-tulisan ilmiah. d) Guru sebagai pribadi Sebagai seorang pribadi yang yang selalu diperhatikan bahkan ditiru oleh masyarakat, guru harus memiliki sifat yang disenangi oleh murid, rekan kerjanya, masyarakat. 3) Pengertian Profesi Setelah melihat tugas dan peran dari seorang guru, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru merupakan suatu profesi. Kata “Profesi” dalam Syaiful Sagala (2009: 2), “kata profesi berasal dari bahasa Yunani “pbropbaino” yang berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin “professio” yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh seseorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik”. Namun, menurut Piet A. Sahertian (1994: 26) “profesi merupakan suatu pernyataan janji terbuka, yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”. Mengenai makna profesi Everet Hughes dalam Piet A. Sahertian, (1994: 26) berpendapat bahwa “profesi merupakan symbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri”. Sebagai simpulan, pengertian profesi itu adalah seseorang yang mengabdikan dirinya pada suatu jabatan sesuai dengan keahliannya karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu dan melakukannya dengan sepenuh hatinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Guru merupakan suatu profesi sebab memiliki beberapa ciri-ciri menurut para ahli. Ciri-ciri profesi menurut Chandler dalam Syaiful Sagala, (2009: 4) adalah a) Lebih meningkatkan layanan kemanusiaan melebihi dari kepentingan pribadi; b) Masyarakat mengakui bahwa profesi itu punya status yang tinggi; c) Praktek profesi itu didasarkan suatu penguasaan pengetahuan yang khusus; d) Profesi ditantang untuk memiliki keaktifan intelektual; e) Hak untuk memiliki standar kualifikasi professional ditetapkan dan dijamin oleh kelompok organisasi profesi.
Ciri-ciri profesi menurut More yang dikutip Syaiful Sagala (2009: 4) yaitu sebagai berikut: a) Seorang profesional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaanya; b) Ia terikat oleh suatu panggilan hidup, dalam hal ini ia memperlakukan pekerjaannya sebagai seperangkat norma kepatuhan dan perilaku; c) Ia anggota organisasi profesional yang formal; d) Ia menguasai pengetahuan yang berguna dan atas dasar latihan spesialisasi atau pendidikan yang amat khusus; e) Ia terkait oleh syarat-syarat kompetensi khusus; f) Ia memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi.
Berdasarkan ciri-ciri profesi menurut para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru dapat disebut sebagai profesi diantaranya: a)
Lebih mementingkan kepentingan umum atau kepentingan sosial dari pada kepentingan pribadi, dengan meluangkan waktu untuk memberikan pengetahuan pada orang lain guru dapat disebut makhluk sosial;
b) Guru memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dia miliki untuk masyarakat, agar masyarakat mempunyai pegangan hidup berupa ketrampilan untuk hari depan; c)
Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang sesuai dengan bidangnya;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 d) Keterampilan/keahlian yang khusus yang dimiliki dari pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah; e)
Keahlian tersebut diperoleh dari perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama;
f)
Proses menempuh pendidikan tersebut berasal dari aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional itu;
g) Seorang guru harus berpegang teguh pada kode etik keguruan yang mengatur keanggotaan guru dan penerapan kode etik tersebut diawasi langsung oleh organisasi yang menaunginya yaitu PGRI; h) Memperoleh otonomi baik untuk
menyelesaikan terhadap permasalahan
profesi, maupun ketika praktek melayani masyarakat; i)
Guru anggota organisasi profesional yang formal dan dianggap mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat maka guru berhak memperoleh imbalan yang tinggi.
4) Pengertian Kompetensi Guru Ketika menjalankan tugasnya guru dituntut memiliki kemampuan yang lebih berguna untuk pengembangan kariernya, pengembangan pengetahuan dengan cara menjelajahi atau menyelidiki penemuan baru. Oleh sebab itu, dengan kompetensi yang dimiliki seorang guru dalam mengembangkan kariernya dinilai layak untuk menjadi guru profesional. Kewajiban seorang guru untuk memiliki kompetensi sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada Pasal 8 yaitu “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional” (Anonim, 2009: 5). Arti kompetensi itu sendiri menurut E. Mulyasa (2007: 26) yaitu: Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan analisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, pengertian kompetensi menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 10 bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan” (Anonim: 2009: 3). Sejalan dengan beberapa pengertian tadi, dalam makalahnya yang telah disampaikan dalam Seminar
Nasional
Pendidikan
Dewan
Pendidikan
Kabupaten
Wonogiri, Ravik Karsidi berpendapat bahwa : Profesionalisme guru harus didukung oleh kompetensi yang standar yang harus dikuasai oleh para guru profesional. Kompetensi tersebut adalah pemilikan kemampuan atau keahlian yang bersifat khusus, tingkat pendidikan minimal, dan sertifikasi keahlian haruslah dipandang perlu sebagai prasyarat untuk menjadi guru profesional. (Ravik Karsidi, 2005: 11)
Berdasarkan dari beberapa pernyataan di atas maka, dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi guru itu sangat diperlukan dalam prakteknya. Kompetensi yang dimiliki oleh guru bukan hanya dari orang lain saja, namun dari penemuannya sendiri bahkan guru bisa menggabungkan antara penemuan yang didapatkannya dengan pengetahuan yang dipelajarinya. Setelah itu, guru akan menerapkan di depan kelas yang pada akhirnya menjadi pengetahuan untuk muridnya. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 64) bahwa “Kompetensi guru adalah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar”. Oleh sebab itu, kompetensi guru dapat dijadikan sebagai alat seleksi dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 penerimaan calon guru dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan kompetensi guru. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi” (Anonim, 2009: 5). Guru adalah pendidik formal yang tugasnya memberi pelajaran pada siswanya, memberi keterampilan, serta mendewasakan siswanya agar menjadi pribadi yang siap untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, seorang guru wajib memiliki kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai bekal untuk mendidik siswanya. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 69) sepuluh kemampuan dasar yang sebagai syarat untuk menjadi seorang guru adalah: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j)
Menguasai bahan, Mengelola program belajar mengajar, Mengelola kelas, Menguasai media atau sumber belajar, Menguasai landasan kependidikan, Mengelola interaksi belajar mengajar, Menilai prestasi siswa, Mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan, Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pendidikan dan pengajaran. 10 kemampuan dasar di atas harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengembangkan keempat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1. Peran guru yang sebagai pendidik dan sebagai agen pembelajaran tidak akan lepas dari caranya dalam menerapkan kompetensi yang diatur juga dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 28 ayat 3, sebagai berikut: Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: commit to user a. Kompetensi pedagogik;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; d. Kompetensi sosial. (Anonim, 2006: 21) Berdasarkan uraian di atas kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai agen pembelajaran yaitu ada empat, sedangkan makna dari agen pembelajaran menurut Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 1 yaitu “Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik” (Anonim, 2006: 81). Sejalan dengan makna agen pembelajaran, pada penelitian ini hanya akan membahas antara kompetensi guru yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Adapun kompetensi yang berhubungan dengan motivasi belajar yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional berikut penjelasan mengenai masing-masing kompetensi tersebut: a) Kompetensi Pedagogik Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a bahwa:
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Anonim, 2006: 81)
Sedangkan menurut Penjelasan UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat 1, menjelaskan bahwa: “Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik” (Anonim, 2009: 32). Hal ini menunjukkan kompetensi pedagogik sangat perlu untuk dikuasai commit to user oleh guru sebab kemampuan yang sering diabaikan oleh guru adalah kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Seorang guru terkadang hanya fokus pada bagaimana dia dapat menyampaikan materi dengan baik dan bagaimana materi yang diberikan dapat selesai tepat waktu. Sebagian besar guru hanya beranggapan bahwa peserta didik diibaratkan sebagai bejana yang akan diisi dengan air (ilmu) oleh gurunya, guru cenderung menyampaikan materi dengan metode ceramah dan menguasai kelas. Hal ini yang menyebabkan siswa menjadi pribadi pasif yang hanya mampu menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa memiliki kemampuan untuk menyampaikan sesuatu. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang maksimal maka diperlukan manajemen sistem pembelajaran yang terfokus pada siswa. Selanjutnya, untuk mewujudkan pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien, pada kompetensi ini guru diharapkan membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran efektif, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Kaitannya dengan pengembangan program yang telah dibuat oleh guru dalam pembelajaran, guru harus memperhatikan tiga fungsi manajerial karena guru adalah seorang manajer dalam pendidikan. Ketiga fungsi tersebut adalah “perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian”. (E. Mulyasa 2007: 77). Hal tersebut dapat dijelaskan dengan sebagai berikut: (1) Perencanaan
menyangkut
penetapan
tujuan,
dan
kompetensi
serta
memperkirakan cara mencapainya. Dalam hal ini, guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar
untuk
membentuk
kompetensi
dasar
dan
mencapai
tujuan
pembelajaran; (2) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana commit prasarana yang diperlukan, sehingga dapat to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan. E. Mulyasa juga menambahkan pendapat Dubrin (1990), bahwa fungsi pelaksanaan merupakan fungsi manajerial yang mempengaruhi pihak lain dalam upaya mencapai tujuan, yang akan melibatkan berbagai proses antarpribadi, misalnya bagaimana memotivasi dan memberikan ilustrasi kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran dan membentuk kompetensi pribadinya secara optimal; (3) Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mengambil langkah-langkah atau tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang signifikan atau adanya kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di dalam kelas dengan yang telah direncanakan. Berdasarkan uraian di atas bahwa motivasi belajar yang dilakukan guru pada siswa terletak pada fungsi pelaksanaan atau fungsi manajerial sebab guru sebagai manajer pendidikan dituntut untuk memotivasi peserta didiknya dalam meningkatkan hasil belajar atau tujuan lain yang ingin dicapainya. Dalam hal ini tugas guru adalah sebagai pengembang kurikulum, sehingga yang melaksanakan kurikulum adalah guru. Pengembangan kurikulum tidak akan berjalan lancar jika peserta didiknya tidak memiliki minat dan semangat untuk menggali pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Oleh karena itu, maju dan tidaknya pembelajaran berada ditangan guru. Sehingga, dalam penerapannya guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai yaitu kompetensi pedagogik, dalam mengelola pembelajaran dan mengubah paradigma pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan peserta didik sebab dalam proses pencapaian hasil yang maksimum, diperlukan kegiatan manajemen sistem pembelajaran sebagai keseluruhan proses untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Pengelolaan sistem pembelajaran akan berhasil jika guru dapat membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa. Motivasi akan meningkat jika ada tekad yang kuat dan tokeuletan commit user untuk bereksplorasi mengenai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 pengetahuan yang menyangkut tentang apa yang ia pelajari saat ini, dengan begitu tanpa mereka sadari, mereka dapat membuat keterampilan sesuai dengan kemampuannya dan pengalaman mereka masing-masing. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a Kemampuan mengelola pembelajaran atau kompetensi pedagogik meliputi: (1) Kemampuan Guru Memahami Peserta Didik Kemampuan memahami peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan hal yang perlu dilakukan oleh setiap guru untuk mendapatkan keberhasilan saat proses belajar mengajar. Seorang guru tentunya harus menangani berbagai sifat dan sikap, serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. Menurut E. Mulyasa (2007: 86) ada beberapa cara untuk mengatasi perbedaan tersebut yaitu “Guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreatifitasnya, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek”, dengan begitu dalam pengembangan bakat maupun kreativitas setiap siswa akan berjalan sesuai dengan pengalaman belajar yang ia miliki sendiri. Akan tetapi, guru harus senantiasa memberikan arahan pada setiap siswa yang mengalami kesulitan. Bukan hanya perbedaan kemampuan otak saja yang harus guru pahami dalam proses pembelajaran, keterbatasan fisik juga merupakan hal yang perlu disoroti oleh seorang guru. Sehubungan dengan peserta didik yang mengalami hambatan ini, Ornstein dan Levine (1986) membuat pernyataan berikut : (a) Orang-orang yang mengalami hambatan, bagaimanapun hebatnya ketidakmampuan mereka, harus diberi kebebasan dan pendidikan yang cocok; (b) Penilaian terhadap mereka harus adil dan menyeluruh; (c) Orang tua atau wali harus adil dan boleh memprotes keputusan yang dibuat oleh kepala sekolah;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 (d) Rencana pendidikan individual, yang meliputi pendidikan jangka panjang dan jangka pendek harus diberikan. Harus pula diadakan tinjauan ulang terhadap tujuan dan metode yang dipilih; (e) Layanan pendidikan diberikan dalam lingkungan yang agak terbatas; untuk memberikan layanan yang tepat, pada saat tertentu anak-anak bisa ditempatkan di kelas khusus atau terpisah. (E. Mulyasa, 2007: 95) Adapun yang harus dilakukan guru berkaitan dengan perbedaan fisik yaitu memberikan kenyamanan serta keadilan yang bisa dirasakan oleh siswanya, karena siswa yang memiliki perbedaan fisik dengan temannya mungkin akan merasa minder. Dari sinilah peran guru sangat diperlukan untuk membantu proses kelancaran belajar siswanya. Dengan begitu akan terwujud suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan untuk proses pembelajaran.
(2) Kemampuan Merancang dan Pelaksanaan Pembelajaran Perancangan pembelajaran yang terdiri dari identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. Mengenai muara dari perancangan pembelajaran yaitu: (a) Identifikasi kebutuhan Menurut E. Mulyasa (2007: 100) “Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya”. Berdasarkan pendapat di atas peserta didik didorong untuk menyadari bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan untuk memenuhi kebutuhan belajarnya siswa didorong untuk mengenali lingkungan. (b) Identifikasi Kompetensi Kompetensi adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh peserta didik dan bagian yang pertama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran sebab kompetensi memiliki peran penting dalam menentukan pembelajaran. Masih commit to user melibatkan intelegensi question dalam E. Mulyasa pembentukan kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 (IQ), emosional inteligensi (EI), creativity inteligensi (CI), yang secara keseluruhan harus tertuju pada pembentukan spiritual inteligensi (SI). Dengan demikian ada hubungan antara tugas-tugas yang harus diemban oleh peserta didik dengan kemampuan yang diperlukannya kelak untuk hidup di masyarakat. (c) Penyusunan Program Pembelajaran Penyusunan program pembelajaran bermuara pada pelaksanaan pembelajaran yang ada dalam RPP. Dalam RPP telah mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Menurut Joni dalam Sugeng Hamka (2010: 17) bahwa Kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran; (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar; (3) merencanakan pengelolaan kelas; (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan. Pada kemampuan merancang dan pelaksanaan pembelajaran, Venti Dano Karsa (2009: 5) berpendapat bahwa : Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi : membuat dan merumuskan bahan ajar; menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan
ilmu,
kebutuhan dan kemampuan siswa, commit to user komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif; merancang metode yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa; menyediakan sumbeer belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran; media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif, efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.
Jadi dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.
(3) Kemampuan Evaluasi Hasil Belajar Menurut Join Commite dalam Wirawan sebagaimana yang telah dikutip oleh Sugeng Hamka (2010: 21) bahwa “Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan”. Sejalan dengan pendapat yang diambil oleh Sugeng Hamka, Venti Dano Karsa (2009: 5) juga berpendapat bahwa “Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya”. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya secara terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswanya dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses Selanjutnya, umpan balik commitpembelajaran. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 yang ada akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal
(4) Kemampuan Pengembangan Peserta Didik Pengembangan peserta didik dilakukan untuk mengaktualisasikan potensi atau bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan dengan cara diberi arahan dalam bimbingan dan konseling pendidikan, namun untuk mengasah langsung potensi tersebut siswa diarahkan untuk mengikuti ekstra kurikuler sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masingmasing siswa. Menurut uraian di atas kompetensi guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Banyak cara yang dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain dengan cara pengembangan peserta didik, evaluasi hasil belajar, dan pemahaman peserta didik. Guru yang dapat memahami peserta didik tentu dapat memberikan motivasi belajar siswa sebab guru tersebut mengetahui seberapa besar tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa. Cara guru dengan melakukan Evaluasi belajar dapat dilakukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa sebab siswa akan berlomba-lomba untuk meraih hasil belajar yang terbaik.
b) Kompetensi Profesional Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada Penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c, sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan” (Anonim, 2006: 82). Sedangkan dalam Penjelasan commit to user UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1, menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 bahwa: “Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam” (Anonim, 2009: 32). Kompetensi ini mutlak untuk dipenuhi oleh seorang guru sebab kompetensi ini menyangkut penyampaian materi. Pada kompetensi profesional, guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dan menarik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Selain itu, penguasaan materi yang akan disampaikan dapat diuraikan dengan urut dan jelas karena sesuai dengan ketepatan metode saat menyampaikan materi. Ketepatan metode yang dipakai oleh guru, merupakan kunci utama untuk memfokuskan perhatian siswa serta dapat menghilangkan kejenuhan saat mengikuti pelajaran. Selanjutnya, yang tidak dapat dilupakan oleh guru adalah pengalokasian waktu dalam penyampaian materi. Hal ini ditujukan agar materi dapat selesai tepat waktu dan mampu mencapai hasil yang memuaskan. Selain pengalokasian waktu dengan benar penguasaan bahan ajar pokok, bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang dengan baik untuk keperluan pengajarannya juga tidak kalah pentingnya. Penerapan teori belajar harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar terjadi keseimbangan. Menurut Sugeng Hamka (2010: 17), konsep kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dasar melaksanakan tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan menilai proses belajar mengajar.
Adapun maksud dari masing-masing pendapat Sugeng Hamka yaitu (1) Kemampuan guru dalam merencanakan program belajar mengajar
Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya pembelajaran berlangsung dengan baik dan dapat commit to user mencapai hasil yang diharapkan. Setiap perencanan selalu berkenaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 dengan pemikiran tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran. Sugeng Hamka (2010: 18) menambahkan kembali pendapatnya bahwa “Isi perencanaan
yaitu
mengatur
dan
menetapkan
unsur-unsur
pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian”. Guru yang profesional, dalam pengembangan bahan ajarnya harus dapat menggunakan alat, media dan fasilitas lain yang menunjang. Selain itu dalam pengolahan bahan pembelajaran, guru harus
memperhatikan
kriteria-kriteria
apa
saja
yang
perlu
dipertimbangkan. Sejalan dengan pendapat Sugeng Hamka, Hasan (2004), dalam E. Mulyasa (2007: 139-140) berpendapat mengenai kriteriakriteria tersebut mencakup sedikitnya 5 macam yaitu: “validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan, kepuasan”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Validitas (validity) atau tingkat ketepatan materi. Materi yang akan diberikan kepada siswa, sebelumnya harus dipastikan oleh guru bahwa materi tersebut memang benar dan sudah teruji kebenarannya. Pengujian materi dapat menghindarkan siswa dari salah konsep, salah tafsir dan salah pemakaian; (b) Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Kebermanfaatan materi dapat dilihat melalui terpakainya dalam mengembangkan kemampuan akademis baik disegala bidang. Oleh karena itu materi harus relevan dengan keadaan dan kebutuhan siswa; (c) Relevansi (relevance) artinya materi yang diberikan kepada siswa tidak terlalu sulit dan disesuakan dengan tingkat kemampuan peserta didik. Sehingga, siswa dapat menggunakannya dikemudian hari; (d) Kemenarikan (interest), pengertian menarik di sini adalah siswa merasa commit termotivasi atau mempunyai minatto user untuk mempelajari pelajaran lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 mendalam. Sehingga, siswa dapat mengembangkan pelajaran melalui keterampilan yang dimilikinya; (e) Kepuasan (satisfacation) artinya hasil pembelajaran dapat dirasakan secara langsung manfaatnya. Sehingga, siswa dapat bekerja atau mengembangkan keterampilan melalui materi yang telah diberikan oleh gurunya. Materi
pembelajaran
sangat
penting
dalam
proses
pembelajaran, sebab materi pembelajaran merupakan akses untuk mencapai tujuan dalam pembentukan kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, dalam pemberian materi pembelajarn guru harus memasukkan lima kriteria yang harus ada dalam materi pembelajaran. Dari kelima kriteria tersebut yang berhubungan dengan peningkatan motivasi belajar peserta didik adalah kemenarikan (interest). Materi belajar harus dikemas sedemikian rupa untuk mengambil alih perhatian peserta didik, sehingga menimbulkan antusiasme yang tinggi saat memperhatikan guru mengajar. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mengalami perubahan yaitu dengan cara memperhatikan guru, penggalian materi yang diajarkan oleh guru melalui berbagai sumber, dan rasa ingin tahu siswa pada apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Peran guru pada motivasi belajar dalam memilih dan menentukan materi pembelajaran, dapat menjadikan peserta didik menggantungkan pada guru. Ada enam faktor yang perlu diperhatikan guru dalam menentukan materi pembelajaran dan memilih materi pembelajaran. Menurut E. Mulyasa (2007: 168) faktor-faktor tersebut adalah : “1) lingkungan pembelajaran, 2) tingkat ketergantungan pada guru, 3) ketersediaan materi, 4) cakupan pembelajaran, 5) individual atau kelompok, 6) besarnya kelompok sasaran”. Dari keenam faktor tersebut yang berhubungan pada peran guru dalam mengembangkan motivasi belajar siswa adalah tingkat ketergantungan pada guru. Materi pembelajaran akan membawa tingkat ketergantungan kepada guru commit user sama sekali dari ketergantungan yang berbeda-beda. Materi dapattobebas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 kepada guru jika mencakup semua komponen strategi pembelajaran dan petunjuk bagi peserta didik. Seringkali ada topik yang memerlukan motivasi lisan, ceramah atau latihan, sehingga menyebabkan kombinasi ketergantungan kepada guru dan materi merupakan jalan terbaik. Kombinasi yang paling umum adalah: petunjuk satuan pembelajaran oleh guru, motivasi oleh guru, ceramah dengan rekaman, latihan dengan buku, penilaian oleh guru, dan tindak lanjut direncanakan oleh guru. (E. Mulyasa, 2007: 168)
Dalam pengembangan materi ada materi yang guru perlu mencontohkan pada peserta didik. Contoh guru yang menarik dapat memberikan inspirasi pada peserta didik, sehingga secara tidak langsung guru telah menjalankan perannya sebagai motivator. Terjunnya guru dalam proses pembelajaran menandakan bahwa tingkat ketergantungan siswa pada guru tinggi.
(2) Melaksanakan proses belajar mengajar Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan
tentang
siswa,
diperlukan
pula
kemahiran
dan
keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. Sri Jutmini (1992) dalam Sugeng Hamka (2010: 20) mengemukakan bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (a) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran; (b) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran; (c) berkomunikasi dengan siswa; (d) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (e) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
Sugeng Hamka (2010: 20) menambahkan kembali dengan hal serupa yang dikemukakan oleh Baharuddin Harahap (1983), yang menyatakan bahwa: Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (a) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran; (b) mengarahkan tujuan pengajaran; (c) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran; (d) melakukan pemantapan belajar; (e) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar; (f) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan; (g) memperbaiki program belajar mengajar; dan (h) melaksanakan hasil penilaian belajar.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan
menolong
keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. commit to user
Pada
dasarnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
(3) Melaksanakan penilaian proses belajar mengajar Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Menurut Oteng Sutisna (1985) dalam Sugeng Hamka (2010: 21) bahwa, “Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan”. Selanjutnya Sugeng Hamka menambahkan kembali pendapatnya Joint Commite dalam Wirawan, bahwa “evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan”. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan mengenai tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa. Dari uraian tentang kompetensi profesional guru di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru yang memiliki keahlian khusus mengenai bidang keguruan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik sebagai pengajar maupun pendidik dengan penuh rasa tanggung jawab dan layak. Masih
dalam
Sugeng
Hamka
(2010:
22)
menurut
pendapatnya bahwa Kompetensi profesional guru dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu kompetensi substantif dan non substantif. Kompetensi substantif diartikan sebagai kemampuan dalam melaksanakan tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar, dan melakukan evaluasi hasil proses belajar mengajar. Kompetensi non substantif diartikan sebagai kemampuan dalam hal landasan dan wawasan pendidikan, serta kepribadian, profesi dan pengembangan dari guru yang bersangkutan.
Kompetensi profesional guru sangat diperlukan guna mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan dalam hal ini guru. Guru merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, tingkat kompetensi profesional guru di suatu sekolah dapat dijadikan barometer bagi mutu dan keberhasilan pendidikan di sekolah.
b. Definisi Konseptual Kompetensi Guru
Kompetensi Guru PKN adalah kemampuan guru PKN membelajarkan siswa dengan kegiatan di kelas dengan cara mengelola pembelajaran agar terarah, melalui penguasaan materi pembelajaran yang akan diberikan pada siswa dengan didukung pemahaman karakteristik peserta didik, perancangan program pembelajaran dengan metode dan strategi pembelajaran yang tepat, serta kecakapan guru menilai kemampuan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 c. Definisi Operasional Kompetensi Guru
1) Kemampuan penguasaan bidang studi atau bahan ajar; 2) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik; 3) Kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran; 4) Kemampuan penguasaan metode dan strategi pembelajaran; 5) Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.
2. Variabel Motivasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (1995: 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Selanjutnya, menurut pendapat Davies (1991) dalam Aunurrahman (2009: 113-114), mengenai penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu : “1) segala sesuatu yang diperoleh oleh murid, tidak seorangpun mengetahui hal apa yang dibutuhkan dalam pembelajarannya. Sebab setiap orang memiliki kebutuhan untuk belajar yang berbeda; 2) Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu belajar yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa; 3) Penguatan (reinforcement) sangat diperlukan dalam pembelajaran, sebab siswa akan lebih memahami suatu materi yang diberikan oleh guru jika ada penguatan; 4) Siswa harus memahaminya secara penuh dan mendalam, setiap langkah-langkah pembelajaran yang diberikan oleh guru; 5) Setiap pembelajaran yang dilakukan oleh kehendak siswa sendiri asal bertanggungjawab atas apa yang telah dipelajarinya, maka ia akan merasa lebih termotivasi sebab siswa diberi keleluasaan untuk bereksplorasi. Sehingga, pelajaran yang telah dipelajarinya sendiri lebih mudah diingatnya, karena siswa melakukan pembelajaran menurut caranya sendiri”. Atas dasar prinsip-prinsip belajar di atas, maka seseorang yang belajar user prinsip-prinsip belajar demi harus mengerti dan memahamicommit lebihtodahulu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 keberhasilan belajarnya. Selain itu seseorang akan belajar giat jika ia memiliki motivasi belajar untuk maju dalam dirinya. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Dengan demikian yang dimaksud dengan belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan setiap individu yang melalui usaha untuk memperoleh perubahan pada dirinya yang dipengaruhi oleh fisik dan psikis.
b. Masalah-masalah Belajar
Masalah dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Masalah belajar dapat terjadi sebelum proses belajar berlangsung, maupun ketika proses belajar terjadi. Menurut Aunurrahman (2009: 178-187) faktor internal masalah belajar adalah “1) Ciri khas/karakteristik siswa; 2) Sikap terhadap belajar; 3) Motivasi belajar; 4) Konsentrasi belajar; 5) Mengolah bahan belajar; 6) Menggali hasil belajar; 7) Rasa percaya diri; 8) Kebiasaan belajar”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Ciri khas/karakteristik siswa. Dalam persoalan ini siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran yang berkaitan akan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum pelajaran dimulai, bahkan mereka akan mencatat segala sesuatu yang diterangkan oleh gurunya jika dirasa penting untuk dicatat. Pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa juga menentukan munculnya masalah belajar sebelum kegiatan belajar dimulai. Selain itu siswa yang memiliki pengalaman yang mendukung materi pelajaran yang bersangkutan akan lebih antusias untuk mengikuti pelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 2) Sikap terhadap belajar Sikap ini berhubungan dengan emosional siswa terhadap mata pelajaran yang akan dihadapinya. Seorang siswa merespon pelajaran tersebut dengan cara berusaha mengikuti pelajaran dengan sebaik mungkin. 3) Motivasi belajar Motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri siswa untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting, sebab untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa yang telah memiliki motivasi belajar tinggi akan menunjukkan sikap belajar yang tekun, ulet, kesungguhan dalam menyimak pelajaran, serta ketelatenan dalam mengerjakan tugas. Hal itu tidak lepas dari peran seorang guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebab mereka yang mengawasi pola belajar siswa. Oleh sebab itu motivasi adalah hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. 4) Konsentrasi belajar Konsentrasi saat mengikuti pelajaran merupakan hal pokok yang perlu dilakukan oleh siswa saat mengikuti pelajaran. Kesulitan konsentrasi merupakan masalah yang sering dihadapai siswa. Oleh karena itu untuk membantu hambatan dalam mencapai hasil belajar, dibutuhkan ketelatenan dari guru dalam membimbing siswanya, dengan cara memfokuskan perhatian siswa pada pelajaran yang sedang diajarkannya. 5) Mengolah bahan belajar Jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam mengolah pesan dari gurunya, maka berarti ada kendala dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam hal ini bantuan guru dibutuhkan untuk mendorong siswanya agar memiliki kemampuan yang berupa keterampilan tersendiri dalam mengolah bahan belajar. 6) Menggali hasil belajar Kesulitan seorang siswa dalam hal memahami pelajaran yang telah commit to user dengan proses penerimaan, diajarkan oleh guru, memiliki keterkaitan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 pengolahan bahan yang telah diajarkan oleh guru, dan proses penyimpanan hal yang telah ia pelajari. Oleh sebab itu, untuk menggali keaktifan siswa maka dapat dilakukan melalui pemberian tugas, latihan-latihan yang dikerjakan di rumah, serta rumus singkat yang dapat memudahkan siswa dalam memahami soal. 7) Rasa percaya diri Rasa percaya diri akan timbul jika ada pengakuan dari pihak lain dan dari lingkungannya. Oleh sebab itu dalam proses pendidikan dan pembelajaran, seorang guru dan orang tua harus menggunakan prinsip pedagogis secara tepat. Menumbuhkan rasa percaya diri dapat dilakukan dengan memberikan hadiah atau pujian. Namun lain halnya dalam mendidik dengan cemoohan atau celaan, seorang anak akan merasa minder, bahkan anak akan berpikir bahwa semua yang akan ia lakukan dianggap salah oleh lingkungannya. 8) Kebiasaan belajar Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti : a) Belajar tidak teratur; b) Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa); c) Belajar bilamana menjelang ulangan atau pujian; d) Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap; e) Tidak terbiasa membuat ringkasan; f) Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran; g) Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas; h) Sering datang terlambat; i) Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok). Adapun faktor eksternal masalah belajar menurut Aunurrahman (2009: 188-196) adalah : “1) Faktor guru; 2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya); 3) Kurikulum sekolah; 4) Sarana Sekolah”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor guru Peran guru dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan oleh siswa, walaupun kemajuan teknologi telah pesat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang terkait dengan pentingnya tugas guru terhadap keterampilan yang harus ia kuasai dan harus dimiliki oleh guru antara lain yaitu: a) Faktor pertama Seorang guru harus dapat memilah materi, topik, dan aktivitas yang sesuai dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu pengembangan strategi pembelajaran yang dikemas semenarik mungkin oleh guru dapat mendorong para siswa untuk lebih giat belajar. b) Faktor kedua Adanya perubahan pandangan di dalam masyarakat yang memiliki penerapan pada upaya-upaya pengembangan pendekatan terhadap siswa. Dalam hal ini keterampilan sebagai seorang guru untuk memotivasi siswanya agar belajar dengan giat dengan memberi bekal keterampilan dan pengetahuan para siswanya. c) Faktor ketiga Perkembangan teknologi baru yang mampu menyajikan berbagai informasi lebih cepat dan menarik. Perkembangan teknologi dapat membantu guru dalam penguasaan sejumlah keterampilan para siswanya, serta dapat meraih perhatian dari siswa untuk meningkatkan proses pembelajaran. Seharusnya dengan adanya perkembangan teknologi, guru dapat mengembangkan aspek-aspek afektif (sikap) yang tugasnya sebagai seorang guru sebagai model para siswa. Menurut Shulman dan Socket dalam Aunurrahman (2009: 190) menjelaskan bahwa “guru yang baik harus menggunakan penilaian terhadap tindakan situasi kelas secara khusus. Penilaian dan tindakan-tindakan guru commit to user siswa sebagai sumber-sumber terhadap situasi harus mencakup tindakan-tindakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 (agen) moral”. Sehingga secara tidak langsung pengembangan pembelajaran yang baik adalah pengembangan afektif (sikap) dengan diiringi pengembangan moral. 2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya) Sebagai makhluk sosial setiap siswa berinteraksi dengan lingkungan dan teman-teman sebayanya. Lingkungan sosial yang baik dapat mempengaruhi sikap positif siswa yang ditunjukkan ketika ia belajar. Banyak siswa mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberikan motivasi dalam dirinya untuk berusaha lebih baik dengan cara belajar atau mengubah tingkah lakunya. 3) Kurikulum sekolah Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Kurikulum yang baik disusun berdasarkan perkembangan masyarakat, namun perubahan pada sisi lain kurikulum juga menimbulkan masalah. Menurut Dimyati dan Mujiono dalam Aunurrahman (2009: 195) masalah-masalah itu adalah a) Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah; bila pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar juga berubah. b) Isi pendidikan berubah; sehingga akan ada perubahan buku acuan yang digunakan dan berdampak pada anggaran yang dikeluarkan oleh orang tua siswa. c) Kegiatan belajar mengajar berubah; sehingga guru dituntut untuk memilih strategi, metode, teknik dan pendekatan mengajar yang baru. Hal ini menuntut siswa untuk beradaptasi kembali dengan kebiasaankebiasaan yang baru. d) Evaluasi berubah; guru harus menggunakan metode dan teknik evaluasi belajar yang baru. Sehingga siswa harus mempelajari caracara belajar yang sesuai dengan tuntutan tersebut. 4) Sarana dan Prasarana Ketersedian sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran akan memberikan dampak pada terciptanya pembelajaran yang lebih kondusif. Selain itu siswa akan merasa diberi kemudahan dalam mendapatkan informasi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 sehingga mendorong siswa berkembangnya motivasi dalam diri untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan fasilitas yang ada. c. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald sebagaimana yang telah dikutip oleh Martinis Yamin (2006: 172) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2007: 1), “motivasi adalah dorongan dasar merupakan perubahan yang ada dalam diri seseorang setelah ia mendapat dorongan dari orang lain”. Dorongan tersebut dapat berupa tindakan, yang mana tindakan itu dapat mempengaruhi tingkah laku orang yang mendapat motivasi, sehingga mentalnya akan terbentuk suatu keyakinan bahwa ia sanggup atau bisa untuk melaksanakan sesuatu yang dimotivasikan kepadanya. Motivasi berasal dari kata “motif”, yang berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebakan individu tersebut bertindak atau berbuat. Menurut Hamzah B. Uno (2007: 3) arti kata motif yang telah ia kutip dari W. S. Winkel, “Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu”. Hamzah B. Uno (2007: 3) menambahkan kembali bahwa motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1) Motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhankebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya. Misal lapar, haus, istirahat. 2) Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang-orang tersebut berada. Misal, keinginan mendengarkan musik. 3) Motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan TuhanNya. Misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Daya penggerak dapat berupa biologis, sosiologis, dan teologis yang jika terbentuk dengan baik maka akan tercapai tujuan hidup seseorang. Dengan demikian motivasi adalah suatu dorongan commit to user dalam diri seseorang untuk mengubah tingkah laku yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan arti motivasi menurut Zahera (2000: 26) adalah “suatu proses untuk menggiatkan motifmotif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan”. Menurut Jere Brophy (1998: 3) bahwa “Motivation refers to students’ subjective experiences, especially their willingness to engage in lessons and learning activities and their reasons for doing so”. Arti dari pendapat Jere Brophy adalah motivasi mengacu pada pengalaman subyektif siswa, khususnya keinginan mereka untuk terlibat dalam kegiatan belajar dan pembelajaran serta alasan mereka untuk melakukannya. Sehingga, dari pendapat Jere Brophy tersebut, pengalaman subyektif siswa merupakan titik awal timbulnya keinginan dan alasan mereka untuk terlibat dan melakukan proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian motivasi di atas, tersirat tiga elemen penting, yaitu: 1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto 1995: 2). Setelah seseorang belajar maka akan memperoleh perubahan dari dirinya, dimana perubahan itu bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik atau keterampilan berbicara. Perubahan eksternal seseorang dapat langsung diamati, sedangkan perubahan internalnya tidak dapat langsung diamati. Sebab, yang mengetahui orang telah berubah setelah commitbelajar to useradalah dirinya sendiri,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Dari pengertian belajar dan motivasi dapat digabungkan sehingga menjadi pengertian motivasi belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dari faktor eksternal dan hasil dari dorongan tersebut adalah tercapainya suatu tujuan dengan ditandai perubahan baik perubahan kogntif maupun afeksi. Motivasi mengacu pada pengalaman siswa subjektif, terutama keinginan mereka untuk terlibat dalam pelajaran dan kegiatan pembelajaran dan alasan mereka untuk melakukannya. Jadi dengan motivasi belajar yang diberikan oleh guru kepada siswanya, maka siswa akan seperti yang diinginkan oleh gurunya. Motivasi belajar dapat diberikan dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa akan mudah menangkap atas apa yang digambarkan oleh gurunya.
d. Fungsi Motivasi
Menurut Oemar Hamalik (2003: 161) ada tiga fungsi motivasi yaitu: 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pendapat Oemar Hamalik menegaskan bahwa suatu perbuatan akan timbul jika mendapat motivasi dari orang yang dipercaya. Sebab guru tahu apa yang dibutuhkan oleh siswanya dan siswa akan menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya karena guru telah memiliki banyak pengalaman. Selain itu dengan motivasi belajar, siswa lebih giat untuk mencari pengetahuan karena guru telah mengarahkan bahwa mereka butuh wawasan dari luar selain wawasan yang dimiliki oleh guru meraka. Dengan begitu siswa akan bergerak seperti apa yang diinginkan gurunya, dan sesuai hasil akhir dari apa yang diharapkan oleh guru commit to user yaitu pencapaian prestasi yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Sedangkan Jere Brophy (1998:7) berpendapat bahwa “when people are motivated, they intend to accomplish something and undertake goal-oriented action to do so”. Artinya bahwa motivasi membuat seseorang akan cenderung merampungkan suatu garapan dan mengambil langkah-langkah yang berorientasi pada tujuan dari garapan tersebut. Dari pendapat Jere Brophy tersebut, keberadaan motivasi jika diterapkan dalam pembelajaran, berfungsi sebagai pendorong agar siswa mau melakukan langkah-langkah dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran tersebut rampung dan siswa mampu mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Berdasarkan fungsi-fungsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapat prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar. Ketiga fungsi di atas guna mengukur indikator dari motivasi belajar yaitu sebagai berikut, mendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan. Selanjutnya, dengan melihat fungsi motivasi di atas dapat diketahui bahwa motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga tercapai tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi juga menentukan arah perbuatan yaitu kearah perwujudan suatu tujuan dan cita-cita. Seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan berjuang keras untuk dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Selain itu, motivasi yang ada dalam diri seseorang dapat menyeleksi perbuatannya, yang artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
e. Tujuan Motivasi Belajar
Menurut Ngalim Purwanto (2003: 73) “Dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu”. Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan siswa agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan hasil belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum.
f. Ciri-Ciri Siswa yang Memiliki Motivasi
Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas pututs asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya. 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya). 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. (Sardiman A. M, 2010: 83)
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2007: 27-28) bahwa “seseorang yang telah memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam dirinya dengan ditandai rasa ingin tahu yang tinggi, dapat dipahami bahwa terjadi penguatan belajar pada sesesorang. Selanjutnya, seseorang yang memiliki motivasi belajar akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui commit to useranak yang telah termotivasi untuk atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Seorang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 belajar sesuatu, berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.” Menurut pendapat di atas siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan selalu berusaha untuk mencari hal-hal baru yang dapat menambah khasanah pengetahuannya. Sikap ingin mencoba hal-hal yang baru atau bereksperimen dibutuhkan keuletan, kegigihan dan rasa percaya diri, serta tidak mudah putus asa. Keyakinannya dalam mempertahankan pendapatnya adalah kunci utama dalam eksperimennya tersebut, sebab ia memiliki satu prinsip yang kuat dalam pemecahan persoalan. Pemecahan persoalan dapat dilakukan dengan cara membaca buku dan peran guru dalam hal ini adalah membimbing dan mengarahkan siswanya dalam pemecahan persoalan. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka dia tidak tahan untuk belajar.
g. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Oemar Hamalik (2003: 162) mengemukakan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua yaitu: “1) Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid; 2) Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar”. Menurut Woodworth dan Marquis dalam Sardiman A. M (2010: 134) menyebutkan bahwa jenis motivasi ada tiga, yaitu: 1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: makan, minum, bernapas, seksual, beristirahat. 2) Motif-motif darurat, meliputi: untuk berusaha, untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk belajar. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. 3) Motif-motif obyektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, menaruh minat, melakukan manipulasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Motivasi muncul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif, muncul dari dalam. Bila peserta didik sebelum mempelajari sesuatu telah mempunyai motivasi intrinsik pada dirinya maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang diminatinya. Peserta didik yang mempunyai motivasi intrinsik selalu ingin maju dan berprestasi dalam belajar. Keinginan tersebut dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif bahwa materi pelajaran yang dipelajarinya karena kebutuhannya.
h. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan oleh pelajar, sebab seorang pelajar yang memiliki motivasi untuk belajar akan lebih memelihara ketekunannya dalam belajar serta lebih mengembangkan kegiatan yang menunjang proses belajarnya. Dalam mengembangkan motivasi belajar dalam diri siswa, guru harus memberikan motivasi dalam bentuk dan cara yang sesuai dalam kegiatan belajar di sekolah. Menurut Sardiman A. M (2010: 92-95) ada beberapa bentuk dalam memberikan motivasi terhadap siswa yaitu “1) Memberi angka; 2) Hadiah; 3) Saingan kompetensi; 4) Ego-involvement; 5) Memberi ulangan; 6) Mengetahui hasil; 7) Pujian; 8) Hukuman; 9) Hasrat untuk belajar; 10) Minat; 11) tujuan yang diakui”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Memberi angka Angka merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Dengan angka seorang siswa akan termotivasi untuk lebih giat belajar demi mendapatkan nilai yang lebih bagus dari teman-temannya. Selain memiliki segi positif, nilai juga memiliki pengaruh yang negatif untuk siswa. Bisa saja seorang siswa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan commit to user nilai yang baik, sebab ia merasa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 malu dengan teman-temannya jika mendapatkan nilai yang jelek atau di bawah rata-rata. Sehingga boleh dikatakan hasil belajar atau nilai yang diperoleh siswa belum menunjukkan hasil yang sebenarnya diperoleh siswa. 2) Hadiah Hadiah mungkin bisa digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan agar sesuai tujuan yang diinginkan. Namun pemberian hadiah tidak selalu menarik untuk seseorang yang tidak menyukai bakat tersebut. 3) Saingan/kompetisi Persaingan yang sehat dalam proses belajar sangat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa. Menurut Erly F. P, Jenny L. S, dan Wiriana (2008: 151) sebagaimana telah
mengutip dari
pendapat Slameto dan Sardiman bahwa : Teman dapat menjadi faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik bagi diri siswa, sebaiknya teman yang jelek pasti akan mempengaruhi sifat buruk pula. Kompetisi atau persaingan dengan teman sekelas juga dapat menumbuhkan motivasi untuk membangkitkan minat belajar siswa. Dalam hal ini teman ikut mempengaruhi motivasi untuk belajar.
Oleh sebab itu, tugas guru dalam kelas harus membangkitkan semangat belajar siswanya dengan meningkatkan persaingan nilai. Persaingan nilai dapat dilakukan dengan cara guru memberikan pertanyaan bonus. Sehingga, siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan bonus akan berusaha untuk belajar agar dikemudian hari bisa mendapat nilai tambahan dari pertanyaan bonus tadi. 4) Ego-involvement Dapat diartikan sebagai penumbuhan kesadaran dengan cara memberikan
commit user tanggungjawab yang kuat pada siswa.to Sehingga mereka akan merasa harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 mempertahankan harga dirinya dari tanggungjawab tersebut dengan cara meningkatkan hasil belajar. 5) Memberi ulangan Pemberian
ulangan
merupakan
sarana
motivasi,
sebab
siswa
akan
mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan dengan giat belajar. Namun ulangan juga harus diberi waktu dengan maksud ulangan tidak dilakukan setiap hari agar siswa tidak merasa jenuh dan tidak merasa ulangan adalah suatu rutinitas. Keterbukaan seorang guru pada siswanya ketika akan melaksanakan ulangan sangat membantu siswa dalam mempersiapkan ulangan. 6) Mengetahui hasil Motivasi dalam diri siswa dapat dibantu dengan memberikan hasil ulangan atau nilai. Sebab dengan mengetahui kemajuan perolehan hasil ulangan dapat membantu siswa untuk lebih giat belajar, bahkan dapat meningkatkan belajar mereka dengan suatu harapan hasil belajar yang akan datang lebih bagus dari pada hasil belajar yang telah diperolehnya saat ini. 7) Pujian Selain hadiah, pujian juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan motivasi dalam diri siswa. Pujian harus dilakukan dengan tepat untuk menumbuhkan suasana yang menyenangkan, selain itu pujian dapat membangkitkan harga diri seseorang dan kepercayaan diri di muka umum. 8) Hukuman Prinsip-prinsip pemberian hukuman yang tepat dapat membantu siswa untuk menumbuhkan motivasi dalam dirinya. Motivasi dapat menumbuhkan dampak negatif bagi siswa, sebab bisa jadi siswa akan kecewa dengan pemberian hukuman yang diberikan oleh guru. Sehingga, siswa akan menghalalkan berbagai cara agar selamat dari hukuman. Selain itu, dari kekecewaan yang dimiliki oleh siswa dapat menghambat tujuan guru untuk memberikan motivasi pada siswanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 9) Hasrat untuk belajar Keinginan belajar dalam diri siswa merupakan suatu kesengajaan untuk belajar. Sehingga siswa yang memiliki hasrat belajar yang tinggi, maka dalam diri mereka ada motivasi belajar yang tinggi pula. 10) Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan dari pihak yang terkait (siswa). Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi otomatis dalam dirinya terdapat motivasi untuk belajar yang kuat. Menurut Sardiman A. M (2010: 95) minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut:
“a)
membangkitkan
adanya
suatu
kebutuhan;
menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
b)
c) memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik; d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar”. 11) Tujuan yang diakui Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa, merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, yang dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul semangat dalam dirinya untuk belajar terus. Sedangkan menurut Zahera (2000: 26) ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa antara lain: a) Guru harus memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; guru harus menggunakan metode belajar yang bervariasi; membuat situasi persaingan; mengadakan evaluasi yang berkesinambungan; guru harus membuat contoh yang baik. b) Kompetisi, pace moking, tujuan yang jelas, kesempatan untuk sukses, minat yang besar, dan mengadakan penilaian antar tes. c) Cara yang dipakai untuk memotivasi adalah dengan pendekatan cemeti dan pendekatan pemikat.
Dari cara-cara di atas yang mempunyai kewajiban untuk menumbuhkan commit to user motivasi belajar siswa adalah seorang guru atau pendidik. Dengan melakukannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 diharapkan seorang siswa dapat termotivasi untuk giat belajar sehingga hasil belajar yang dicapai dapat meningkat.
i. Nilai Motivasi dalam Pembelajaran
Seorang pendidik sangat bertanggungjawab dalam melaksanakan sistem pembelajaran, agar berhasil dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membangkitkan motivasi belajar. Menurut Oemar Hamalik (1992: 52), motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: 1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal; 2) Pembelajaran yang termotivasi pada hakekatnya adalah pembelajarn yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa; 3) Pembelajaran yang bermotivasi menurut kreativitas dan imajinasi guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi, guru membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; 4) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas; 5) Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang essensial dalam proses belajar dan pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan di atas motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai prestasi belajar. Dalam hal ini yang dimaksud motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar, demi mencapai tujuan. Motivasi belajar ini mempunyai peran khas dalam membangkitkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk belajar. Dalam penelitian ini motivasi belajar dilihat dari kegiatan belajar, usaha untuk belajar, kemauan untuk belajar, menyukai tantangan, dan harapan untuk berhasil yang dalam diri siswa, namun tidak lepas dorongan dari seorang guru. commit to user Sebab guru memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi profesional dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 kompetensi pedagogik, yang keduanya berperan dalam membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa.
j. Definisi Konseptual Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dari faktor eksternal dan hasil dari dorongan tersebut adalah tercapainya suatu tujuan dengan ditandai perubahan baik perubahan perasaan dan sikap.
k. Definisi Operasional Motivasi Belajar
1) Memberi angka 2) Memberi hadiah 3) Membuat situasi persaingan 4) Ego-envolvement 5) Memberi ulangan 6) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai 7) Memberikan penghargaan pujian 8) Memberikan hukuman 9) Membuat hasrat untuk belajar 10) Menumbuhkan minat untuk belajar 11) Menjelaskan tujuan yang hendak dicapai.
3. Teori Penghubung Antara Kompetensi Guru Dengan Motivasi Belajar
Berdasarkan uraian antara kompetensi guru dan motivasi belajar, teori yang sesuai adalah “Teori Belajar Asosiasi” Penggagas teori ini adalah Hermann Ebinghaus. Menurut Thoifuri (2008: 102) dalam teori menekankan tiga hal yaitu: user stimulannya; a) Siswa adalah respons commit dan gurutosebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 b) Pengajaran hendaknya memuaskan pada siswa dengan seperangkat stimulant yang ditampilkan guru; c) Pengajaran dianjurkan untuk lebih memberikan reward (ganjaran/hadiah), dari pada punishment (hukuman), karena hukuman dapat menjadi salah satu sebab siswa tidak mau memberikan suatu respons.
Teori ini menitik beratkan pada stimulant dan respon, sesuatu yang dilakukan guru harus dapat merangsang siswanya untuk lebih mengembangkan keterampilan yang ia miliki dengan cara memberikan hadiah pada siswanya. Hadiah merupakan suatu penguat untuk hubungan antara S-R sebab dengan diberikannya hadiah, siswa akan merasa puas terhadap hasil yang ia peroleh. Cara yang dilakukan guru dengan memberikan hadiah dapat didahului dengan mengadakan evaluasi pembelajaran atau ulangan, ulangan juga dapat dijadikan sebagai cara alternatif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Siswa akan merasa memiliki kewajiban untuk belajar agar tidak mendapat hukuman selain itu ada motivasi lain yang mungkin berupa ingin mendapatkan pujian, hadiah dari gurunya atau bahkan ingin bersaing dengan temannya. Selain hadiah atau reward pengajaran yang dinilai siswa sangat menarik atau memuaskan dapat menumbuhkan sikap ingin belajar dan ingin mengetahui tentang apa yang telah diterangkan oleh guru tersebut. Dalam hal ini guru harus pandai-pandai menerapkan model pembelajaran dan penggunaan media serta sumber belajar. Kreatifitas guru ketika memberikan materi pada siswa sangat diperlukan oleh karena itu guru harus menerapkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Penerapan kreatifitas yang dimiliki oleh guru harus disesuaikan dengan kemampuan serta kondisi siswanya. Sehingga sebagai simpulan kreatifitas merupakan alat yang digunakan oleh guru untuk mengambil respon dari siswa. Selain kreatifitas penggunaan sumber belajar dan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dapat menumbuhkan semangat belajar dalam dirinya. Kemudian ulangan yang diberikan oleh guru adalah salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar dalam diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 siswa, dengan motivasi siswa akan mendapatkan tujuan yang ingin diraihnya atau siswa akan belajar karena dia takut akan hukuman yang diberikan oleh gurunya jika mendapat nilai yang jelek.
4. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk membangun bangsa Indonesia melalui generasi mudanya, karena pendidikan memberikan arti penting dalam masa perkembangan generasi muda. Khususnya dalam perkembangan sikap dan perilaku guna memberikan arah dan penentuan pandangan hidupnya. Pendidikan memiliki hakikat mengajarkan manusia untuk menjunjung etika, moral, akhlak, budi pekerti serta perilaku manusia yang dapat menciptakan suatu kehidupan yang baik. Salah satu mata pelajaran yang berperan dalam pembentukan moral, akhlak, budi pekerti, dan etika adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Nils Rosemann (2006: 73) mengatakan bahwa,” Education was designed in order to make those educated able to act in accordance with their knowledge either to restrain from violations or to claim human right for their protection”. Pendidikan dirancang untuk membuat orang-orang berpendidikan dan mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan mereka baik untuk menahan dari pelanggaran atau untuk mengklaim hak-hak manusia untuk perlindungan mereka. Sedangkan menurut Numan Sumantri (2001) dalam Winarno dan Wijianto (2010: 4) pengertian pendidikan kewarganegaraan untuk konteks Indonesia yaitu : Pendidikan Kewarganegaraan yang kiranya cocok dengan Indonesia adalah sebagai program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua yang kesemua itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasar Pancasila dan UUD 1945. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang mengembangkan semangat kebangsaan dan kesadaran bernegara untuk bela Negara sebab dengan pelajaran PKN siswa akan diajarkan mencintai tanah air yang berdasarkan atas Pancasila. Rasa cinta tanah air sangat dibutuhkan untuk tetap tegaknya NKRI. Kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya, Winarno dan Wijianto (2010: 7) menambahkan kembali pendapatnya mengenai tujuan PKn sekarang ini adalah membentuk peserta didik agar memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan dipersiapkan untuk masa depan generasi muda agar menjadi warga negara yang terdidik dengan etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Selain itu dengan Pendidikan Kewarganegaraan generasi muda akan memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, sehingga mereka akan menyumbangkan pikirannya dalam dunia pendidikan yang maju dan modern. Menurut pendapat Rusnaini (2009: 59) yang mengatakan bahwa UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, sejalan dengan pemikiran “civic education” tentang pendidikan untuk kewarganegaraan commit user atau pendidikan membangun jatitodiri kewarganegaraan berimplikasi pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 pendidikan yang bukan hanya menekankan pada pengetahuan kewarganegaraan, tetapi pada pengembangan nilai, keterampilan dan pengertian. Oleh karena itu, di dalam pendidikan yang ada di Indonesia harus berimplikasi pada pendidikan kewarganegaraan sebab di Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan beragam nilai-nilai yang terkandung di masyarakat. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang ada di sekolah dimaksudkan untuk memanfaatkan kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar, agar mereka dapat menghargai hasil jerih payah pengorbanan para leluhurnya dalam mempertahankan kebudayaan Indonesia. Sedangkan, menurut Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 mengenai Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru bahwa kompetensi guru mata pelajaran PKn pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK yaitu a. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan; b. Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills); c. Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (Anonim, 2009: 169). Berawal dari penjelasan di atas, pendidikan kewarganegaraan dapat memberikan dampak yang positif pada kehidupan siswa. Menurut Kokom Komalasari dan Dasim Budimansyah (2008: 77) bahwa “Globalisasi menuntut Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan civic competence yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic
skills),
dan
watak
kewarganegaraan
(civic
disposition)
yang
multidimensional”. Adapun yang dimaksud dalam komponen-komponen civic competence adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 a. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) Pengetahuan kewarganegaraan pada prinsipnya pengetahuan yang harus diketahui oleh warga Negara dan berhubungan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dalam kurikulum 2006 konsep-konsep kunci yang harus dikembangkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan meliputi persatuan dan kesatuan, norma, hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, demokrasi dan sistem politik, Pancasila, dan globalisasi. Menurut Branson (1990) berdasarkan National Standards And Civics Framework For The 1988 National Assesmenst Of Educational Progress (NAEP),
komponen pengetahuan kewarganegaraan ini
diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yaitu: 1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan pemerintahan?; 2) Apa fondasi-fondasi sistem politik?; 3) Bagaimana pemerintah yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan prinsip demokrasi?; 4) Hubungan antara suatu negara dan negara lain dan posisinya dalam masalah internasional; 5) Apa peran warga negara dalam demokrasi? (Kokom Komalasari dan Dasim Budimansyah, 2008: 84). Menurut Dasim Budimansyah dan Udin S. Winataputra (2007: 186-188) yang membahas mengenai lima pertanyaan tentang komponen pengetahuan kewarganegaraan, yaitu “1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan pemahaman; 2) Apa fondasi-fondasi sistem politik; 3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan–tujuan, nilai–nilai dan prinsip-prinsip demokrasi Indonesia?; 4) Bagaimana hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia?; 5) Apa peran warga negara dalam demokrasi Indonesia?”. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan sebagai berikut : 1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, pemerintahan?. Berdasarkan pertanyaan di atas, hendaknya mengembangkan pemahaman lebih besar akan hakikat pentingnya civiltosociety commit user atau jaringan kompleks dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 asosiasi-asosiasi politik, sosial dan ekonomi yang dibentuk dengan bebas dan sukarela yang merupakan komponen essensial dari demokrasi konstitusional. Civil society yang telah maju dapat membantu pemerintah untuk mengentaskan penyelewengan kekuasaan yang berlebihan. Organisasi-organisasi civil society pun dapat digunakan sebagai laboratorium publik, yang warga negara dapat belajar sambil praktek. 2) Apa fondasi-fondasi sistem politik?. Inti dari pertanyaan di atas yang dibahas adalah mengenai nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ditegaskan dalam Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945. Adapun nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam demokrasi dikenal sebagai kesepuluh pilar demokrasi, yang mana isi dari sepuluh pilar tersebut adalah (a) Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa; (b) Demokrasi dengan kecerdasan; (c) Demokrasi yang berkedaulatan rakyat; (d) Demokrasi dengan rule of law; (e) Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan dan system saling mengawasi dan mengimbangi (checks and ballances); (f) Demokrasi dengan hak asasi manusia; (g) Demokrasi dengan pengadilan yang bebas; (h) demokrasi dengan otonomi daerah; (i) Demokrasi dengan kemakmuran; dan (j) Demokrasi yang berkeadilan sosial. Pendidikan di sekolah haruslah berakar pada semangat cita-cita sebagaimana yang telah terkandung dalam pembukaan pasal-pasal UUD 1945. Segala yang ada dalam UUD 1945 dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk cara dan tujuan pemerintah atau kelompok-kelompok yang merupakan bagian dari civil society. 3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan–tujuan, nilai–nilai dan prinsip-prinsip demokrasi Indonesia?. Pertanyaan ini membantu warganegara untuk memahami dan mengevaluasi pemerintahan yang meliputi pembagian kekuasaan dan penyebaran yang dilakukan oleh pemerintah. Maksud dari pembatasan, penyebaran dan pembagian kekuasaan adalah dengan memahami tujuan tersebut maka setiap warganegara akan mengetahui akan hak dan kewajiban warganegara baik di commit tonasional. user tingkat lokal, daerah maupun Sehingga, mereka bisa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 mengembangkannya melalui partisipasi dan pengembangan hukum dalam sistem politik Indonesia. 4) Bagaimana hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia?. Dengan memahami pertanyaan di atas masyarakat dapat mengukur peran Indonesia saat ini di mata Internasional karena perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Masyarakat pun dapat mengukur peran Indonesia ke arah mana kebijakan politik luar negeri yang harus diarahkan dan elemenelemen penting hubungan internasional. 5) Apa peran warga negara dalam demokrasi Indonesia?. Setiap warganegara merupakan anggota yang setara dari suatu komunitas otonom dan memiliki hak-hak fundamental dan tanggung jawab. Keterlibatan wraganegara dalam kehidupan politik dan civil society dapat membantu meningkatkan kualitas hidup di lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan pengetahuan yang harus dikuasai warga negara seperti pengetahuan tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya. Artinya, guru harus mengembangkan pengetahuan siswa melalui pelajaran yang diterangkannya.
b. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Civic
skills
merupakan
implementasi
yang
dikembangkan
dari
pengetahuan kewarganegaraan agar siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan The National Standards For Civics and Government Dan The Civics Framework For 1988 National Assessment Of Educational Progress (NAEP), Kokom Komalasari dan Dasim Budimansyah (2008: 84-85) menegaskan commitmeliputi to user keterampilan mengidentifikasi, bahwa “keterampilan berpikir kritis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 mengagambarkan/mendeskrisikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan, dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalahmasalah publik”. Sedangkan menurut Rusnaini (2009: 63) bahwa “kecakapan kewarganegaraan
yang
kewarganegaraan,
meliputi
dikembangkan
dari
pengetahuan
kecakapan-kecakapan
intelektual
(intellectual skills) dan kecakapan partisipasi (participation skills)”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan-kecakapan intelektual
penting
berperpengetahuan,
untuk efektif,
terbentuknya dan
warga
bertanggung
negara jawab.
yang Dalam
pembelajaran PKN, siswa diajak untuk pandai dalam menyelesaikan masalah-masalah publik yang akan mereka dihadapi dalam negara, agar mereka dapat berpikir kritis. Kemudian dari situlah akan tumbuh kesadaran dalam diri siswa untuk cinta tanah air.
c. Watak-watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Menurut Quigley, dkk (1991) dalam Kokom Komalasari dan Dasim Budimansyah (2008: 85) merumuskan mengenai civic disposition adalah Sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi. Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yakni: “civility (respect and civil discourse), individual responsibility, self-discipline, civic mindedness, open-mindedness (openness, skepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles”. Artinya kesopanan yang mencakup penghormatan dan interaksi manusiawi tanggung jawab, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisimisme, pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keagamaan, kesabaran dan keajekan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 Karakter privat yang mana seseorang wajib menjaga nama baiknya masing-masing dimanapun ia berada, sedangkan karakter publik yaitu seorang warga negara harus tanggap dengan keadaan sekitar dan peduli dengan masakah yang sedang dihadapi negara. Watak-watak kewarganegaraan yang dibentuk dalam PKN haruslah dapat dikembangkan oleh siswa melalui materi yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan Civic Center Education (CCE) dalam Winarno dan Wijianto (2010: 11) karakter kewarganegaraan (civic disposition) diantaranya yaitu : 1) Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri). 2) Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik. 3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu. 4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan efektif. 5) Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat. Berangkat dari pendapat di atas, sehingga dapat dikembangkan dalam pembelajaran PKN untuk membentuk watak-watak kewarganegaraan dalam diri siswa. Pada dasarnya bangsa ini membutuhkan warga negara yang mampu berpartisipasi dalam urusan kewarganegaraan sebab hasil dari pikiran merekalah Indonesia dapat berkembang seperti saat ini. Warga negara yang mandiri dan memiliki tanggung jawab penuh di bidang politik dan ekonomi, dinilai dapat membantu bangsa kita dalam mengentaskan masalah yang ada. Selain itu, setiap warga negara wajib menjaga harga diri mereka dimanapun berada dan wajib menjaga nama baik NKRI di muka Internasional. Pengembangan watak kewarganegaraan tidak hanya berhenti disitu saja, namun dalam hal demokrasi konstitusional juga perlu untuk dikembangkan yang artinya bahwa setiap warga negara wajib mentaati peraturan yang ada. Berdasarkan uraian di atas civic education yang ada di sekolah perlu dikembangkan melalui motivasi belajar, sebab dalam menumbuhkan watak-watak kewarganegaraan seorang guru perlu memberikan contoh dengan masalah yang commit to user ada di sekitarnya. Kemudian, dalam menumbuhkan civic skills dalam diri siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 seorang guru dituntut untuk aktif dengan menyisipkan masalah yang ada ketika menyusun bahan ajar. Selanjutnya, dalam mempertahankan pendapatnya pada soal yang diberikan oleh guru, siswa perlu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan masalah kewarganegaraan. Oleh sebab itu, dalam meningkatkan kualitas civic education di sekolah tidak pernah lepas dari peran guru yang selalu memberikan motivasi belajar dalam diri siswa dan tidak lepas dari kompetensi yang berhubungan dengan motivasi belajar yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Kedua kompetensi tersebut dinilai dapat meningkat hasil belajar dari civic education sebab berhubungan dengan cara guru menyampaikan materi atau dengan kata lain berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini: 1. Erna Wahyuni (2009) yang berjudul Kompetensi Guru Pasca Sertifikasi (Studi Kasus Guru Bersertifikat Pendidik Profesional di SMPN Kota Blitar), dari analisis datanya dapat disimpulkan: (1) Terjadi peningkatan kompetensi pedagogik pada guru-guru bersertifikat pendidik di Kota Blitar, (2) Terjadi peningkatan kompetensi profesional pada guru yang sudah bersertifikat pendidik yang ditunjukkan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban. 2. Dian Winanti (2007) yang berjudul “Kompetensi Guru Dan Kesiapan Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi Pada Mata Diklat Akuntansi Program Keahlian Khusus Akuntansi Di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Diklat 2006/2007”. Berdasarkan penelitiannya disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi professional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi dari seseorang guru sangat diperlukan oleh siswa, sebab motivasi dapat menimbulkan semangat dalam diri siswa sehingga mereka akan berantusias untuk belajar mengenai apa yang diterangkan oleh gurunya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 3. Afif Susanto yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Siswa Dan Kompetensi Pedagogik Guru Dengan Kualitas Pembelajaran Sosiologi Di Kelas X SMA N 1 Sleman Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi siswa dan kompetensi pedagogik guru sosiologi dengan kualitas pembelajaran sosiologi. Yang dikatakan dapat semakin tinggi motivasi siswa untuk berprestasi dan semakin tinggi kompetensi pedagogik yang dikuasai guru maka akan semakin tinggi pula kualitas pembelajaran sosiologi yang dilaksanakan. 4. Eko Putro Widoyoko yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi pada umumnya berasal dari kelas yang gurunya mempunyai kinerja sangat baik (8,7%) dibandingkan dengan kelas yang gurunya mempunyai kinerja yang cukup (3,7%). Menurut hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar. Adapun kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi professional, sebab kedua kompetensi tersebut berpengaruh terhadap motivasi belajar.
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan, mengacu pada permasalahan dan kajian teori di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut: Hubungan kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dengan motivasi belajar.
Guru sebagai pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar yang mempunyai tugas yaitu mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa commit to user agar menjadi sumber daya yang berkualitas dan mampu mengembangkan potensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 diri dan juga kemampuan-kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar. Berdasarkan UU RI No. 14 tahun 2005 Tentang guru dan Dosen ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik yaitu kompetensi yang berperan dalam pemahaman peserta didik, evaluasi belajar, perancangan pembelajaran dan pengembangan peserta didik. Kompetensi pedagogik berhubungan dengan motivasi belajar sebab dalam kompetensi tersebut guru berperan sebagai manajer dalam pendidikan yang melaksanakan dan mengelola materi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru harus memberikan motivasi belajar. Selain kompetensi pedagogik, yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Pada dasarnya kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional. Pada kompetensi ini penguasaan materi guru dituntut untuk tidak asalasalan namun harus mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan peserta didiknya. Karena setiap siswa memiliki tingkat IQ dan kreatifitas yang berbeda-beda. Untuk menyamakan hasil peserta didik yang memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi dan yang rendah maka guru harus mengemas bahan materi pembelajaran dengan menarik. Karena dengan kemenarikan itulah seluruh peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar mereka sendiri-sendiri. Untuk mewujudkan tujuan dari pembelajaran seorang guru harus meningkatkan motivasi belajar siswa baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik dengan cara memiliki kedua kompetensi tersebut. Berdasarkan uraian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang telah dihubungkan dengan teorinya Herman Ebinghauss yang mana meliputi 1) guru sebagai stimulus dan siswa sebagai respon; 2) pengajaran hendaknya memuaskan siswa dengan commit tooleh user guru; 3) pengajaran sebaiknya seperangkat stimulant yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 menggunakan reward (penghargaan) bukan menggunakan punishment (hukuman) maka dapat disimpulkan bahwa kedua kompetensi tersebut berhubungan dengan motivasi belajar. Hal ini dapat ditunjukan dengan pemberian materi yang menarik dapat memberikan motivasi pada siswa dengan cara pemberian evaluasi belajar yang diadakan oleh guru, pemanfaatan media pembelajaran, pengolahan materi yang sesuai dengan keadaan siswa. Semua itu berhubungan dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Selain meningkatkan hasil belajar, pengembangan kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) juga berperan dalam pengembangan sikap peserta didik di masyarakat. Pengembangan sikap siswa di masyarakat dimasukkan dalam civic skills sebab komponen civic skills dapat membuat siswa untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah kewarganegaraan. Civic skills yang
ada
dapat
mengembangkan
watak-watak
kewarganegaraan
(civic
disposition) sehingga siswa akan berbuat sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pancasila. Kedua komponen civic education tidak lepas dari peran civic knowledge, sebab dengan civic knowledge siswa akan mengetahui untuk apa ia berbuat sesuai dengan Pancasila dan bersikap disiplin. Oleh sebab itu, motivasi sangat penting perananannya dalam menentukan segala tindakan manusia, demikian juga dalam belajar PKn. Jika guru mampu menguasai kompetensi guru yang dapat meningkatkan mata pelajaran PKn maka guru dapat meningkatkan hasil belajar siswanya. Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini data digambarkan dengan skema sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Berdasarkan UU No.14 Tahun 2005 M
Penerapan
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Guru
O T
(X)
I V A
Peraturan Pemerintah
Kompetensi
S
No. 19 Tahun 2005
Kepribadian
I
Tentang Standar Nasional Pendidikan
B
Yaitu kompetensi
E L Kompetensi profesional
A J A
Kompetensi Sosial
Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir Keterangan:
Garis Hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
D. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih akan diuji secara empiris dengan melalui berbagai pengujian. Atas dasar pengertian di atas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kartasura. Pemilihan tempat penelitian tersebut dilakukan karena di sekolah tersebut terdapat permasalahan serta tujuan penelitian yang dilakukan.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai dengan Maret 2011, yang selanjutnya dapat diperlihatkan pada perincian berikut: Tabel 1. Waktu Kegiatan Penelitian Keterangan
2010
Feb
Mar
2011
Apr
Mei
Pengajuan judul
Penyusunan proposal
Perijinan
Penyusunan instrumen
Pengumpulan data
Analisis data
Penyusunan laporan
commit to user 68
Juni
Des
Jan
Feb
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 B. Metode Penelitian Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 52) “Metode penelitian merupakan rangkuman cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian adalah “Studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat”. (Winarno Surakhmad, 1998: 131) Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam suatu studi melalui penyelidikan terhadap suatu masalah sehingga mendapat pemecahan masalah yang tepat. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif bersifat korelasional. Adapun alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena peneliti memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang bersifat aktual dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disusun, dijalankan, kemudian dianalisis untuk disimpulkan. Bersifat korelasional maksudnya adalah untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Disini, peneliti berusaha meneliti hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor, berhubungan dengan satu variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya. Dengan kata lain penelitian ini bermaksud mengungkapkan bentuk hubungan timbal balik antara variabel yang diselidiki yaitu hubungan antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 C. Populasi dan Sampel Pelaksanaan penelitian tidak terlepas dari populasi dan sampel karena merupakan subjek dalam penelitian. Agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik, maka populasi dan sampel diambil secara tepat. Sampel yang diambil harus representatif, yakni mewakili populasi. 1. Populasi Penelitian
Sebelum menetapkan populasi, kiranya terlebih dahulu dikemukakan tentang pengertian populasi. Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010: 117) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2010/2011 yang diajar oleh guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi yang berjumlah 133 siswa. 2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2010: 118) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Mengingat jumlah populasi ada 133 orang, maka peneliti hanya akan mengambil sebagian dari jumlah populasi yang menggunakan sampel. Penentuan besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, akan menggunakan acuan pendapatnya Suharsimi Arikunto (2006: 134) sebagai berikut: Untuk sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besarnya telah lebih dari 100 maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan data; b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar hasilnya akan lebih commit to user baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Berdasarkan pada pendapat di atas, maka peneliti menentukan besar sampel sebanyak 33 orang yang diperoleh 25% dari seluruh kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 133 siswa. Kemudian
teknik
pengambilan
sampel
yang
digunakan
adalah
teknik
proporsional random sampling. 3. Teknik Pengambilan Sampel
Sutrisno Hadi (2004: 83) menyatakan, ”Pada dasarnya teknik sampling dapat dibagi menjadi dua yaitu teknik random sampling dan teknik non-random sampling” Adapun macam dari teknik sampling seperti penjelasan di atas adalah : 1) Teknik Random Sampling Prosedur random sampling meliputi: a) Cara Undian, yaitu pengambilan sampel secara undian. b) Cara Ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan tertentu. c) Cara Randomisasi dari tabel bilangan random. 2) Teknik Non-Random Sampling meliputi: a) Teknik proportional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi. b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada quantum. e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area. g) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Untuk
teknik
pengambilan
sampel
penulis
melakukan
secara
proporsional random sampling yang artinya tehnik pengambilan sampel ini dilakukan dengan mendasarkan pada sub-sub atau bagian-bagian yang ada dalam populasi tersebut. Dalam pengambilan sampel secara random sebesar 25% dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 jumlah siswa, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 33 siswa. Adapun pengambilan sampel dengan perhitungan sebagai berikut :
x jumlah sampel
Jumlah siswa setiap kelas
Jumlah populasi
x 33 = 10, 917 = 11
44
133 Karena hasilnya tidak bulat maka pembagian sampel tiap kelas adalah sebagai berikut : Tabel 2. Sampel penelitian NO 1.
2.
3.
KELAS
JUMLAH SISWA
SAMPEL
XI IPS 1
45 × 33 = 11,17 133
11
XI IPS 2
44 × 33 = 10,92 133
11
XI IPS 3
44 × 33 = 10,92 133
11
33,01
33
TOTAL
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 33 siswa. Nama subyek penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian
Data yang akan dikumpulkan adalah data dari variabel bebas dan variabel terikat yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 a. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu kompetensi guru PKN. 1) Definisi Variabel Kompetensi Guru PKN adalah kemampuan guru PKN membelajarkan siswa dengan kegiatan di kelas dengan cara mengelola pembelajaran agar terarah, melalui penguasaan materi pembelajaran yang akan diberikan pada siswa dengan didukung pemahaman karakteristik peserta didik, perancangan
program
pembelajaran
dengan
metode
dan
strategi
pembelajaran yang tepat, serta kecakapan guru menilai kemampuan siswa. 2) Indikator dari kompetensi guru PKN antara lain: a) Kemampuan penguasaan bidang studi atau bahan ajar; b) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik; c) Kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran; d) Kemampuan penguasaan metode dan strategi pembelajaran; e) Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah motivasi belajar PKN. 1) Definisi Variabel Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dari faktor eksternal dan hasil dari dorongan tersebut adalah tercapainya suatu tujuan dengan ditandai perubahan baik perubahan perasaan dan sikap. 2) Indikator motivasi belajar PKN antara lain: a) Memberi angka; b) Memberi hadiah; c) Membuat situasi persaingan; d) Ego-envolvement; e) Memberi ulangan; f) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai; g) Memberikan penghargaan pujian; h) Memberikan hukuman; i) Membuat hasrat untuk belajar; j)Menumbuhkan minat untuk belajar; k) Menjelaskan tujuan yang hendak dicapai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik pengumpulan data berupa teknik komunikasi tak langsung. Untuk menjaring data kompetensi guru PKN dan motivasi belajar PKN maka menggunakan instrumen angket.
2. Metode Angket
Menurut Riduwan (2009: 52) “Angket (questionnaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain, bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 151) “Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan Sonny Sumarsono (2004: 81) menyatakan “Daftar pertanyaan atau kuesioner diartikan sebagai suatu daftar tertulis yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab secara tertulis.” Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angket/kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab. Peneliti menggunakan teknik angket untuk mendapatkan data variabel bebas yaitu sikap integrasi nasional. a. Macam-macam Angket/Kuesioner
Tentang macam kuisioner (angket), dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu: “Dipandang dari cara menjawab terdiri dari Kuisioner terbuka dan kuisioner tertutup, dipandang dari jawaban yang diberikan ada kuisioner langsung dan kuisioner tidak langsung, dipandang dari bentuknya terdiri dari kuisioner pilihan ganda,kuisioner isian, check list dan rating scale” (Suharsimi Arikunto, 2006: 152).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut 1) Dipandang dari cara menjawab, maka ada: a) Kuisioner terbuka, yaitu memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. b) Kuisioner tertutup, yaitu kuisioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. 2) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada: a) Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. b) Kuisioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. 3) Dipandang dari bentuknya maka ada: a) Kuisioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuisioner tertutup. b) Kuisioner isian, yang dimaksud adalah kuisoner terbuka. c) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check () pada kolom yang sesuai. d) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda check (). Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut: 1) Melakukan spesifikasi data-data sumber Spesifikasi data dan sumbernya merupakan langkah awal dan utama sebelum penyusunan angket. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui aspek-aspek yang akan diukur dan siapa-siapa yang akan dijadikan responden. Adapun yang akan diukur adalah : a) Kompetensi guru PKN sebagai variabel X commit to user b) Motivasi belajar PKN sebagai variabel Y
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 2) Menyusun angket Cara-cara yang ditempuh dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut: a) Membuat item-item pertanyaan berdasarkan pada aspek yang akan diukur b) Penentuan bobot nilai Penilaian alternatif jawaban menggunakan angka 1 – 5, dilanjutkan dengan pemberian skor positif dan negatif. Adapun kategori alternatif jawaban, sesuai dengan pendapat Nana Syaodih Sukmadinata (2006 : 226) adalah “ Sangat setuju, setuju, raguragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju”. Adapun pedoman penilaian dalam angket ini adalah Pemberian bobot pernyataan positif adalah : 1) Jawaban
SS (Sangat Setuju)
diberi nilai 5
2) Jawaban
S (Setuju)
diberi nilai 4
3) Jawaban
R (Ragu-ragu)
diberi nilai 3
4) Jawaban
TS (Tidak Setuju)
diberi nilai 2
5) Jawaban
STS (Sangat Tidak Setuju)
diberi nilai 1
Sedangkan bobot pernyataan negatif adalah : 1) Jawaban
SS (Sangat Setuju)
diberi nilai 1
2) Jawaban
S (Setuju)
diberi nilai 2
3) Jawaban
R (Ragu-ragu)
diberi nilai 3
4) Jawaban
TS (Tidak Setuju)
diberi nilai 4
5) Jawaban
STS (Sangat Tidak Setuju)
diberi nilai 5
b. Mengadakan Uji coba angket Adapun instrumen yang akan diujicobakan dalam penelitian ini adalah instrumen angket kompetensi guru PKn dan angket motivasi belajar PKn. commit to user Ujicoba atau tryout dilaksanakan tanggal 10 Januari 2011. Uji coba instrumen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 ini diberikan kepada siswa di luar sampel yaitu siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011, yang mana telah ditentukan sebanyak 30 siswa dengan maksud untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Adapun daftar siswa yang digunakan dalam ujicoba atau tryout dapat dilihat pada lampiran 3.
1) Uji Validitas Menurut Sugiyono (2010: 176) ”Instrumen yang nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct validity)”. Riduwan menambahkan kembali pendapatnya dari Sutrisno Hadi (1986) bahwa : Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Untuk melahirkan definisi, maka diperlukan teori-teori. Bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas konstruksi karena menggunakan angket yang terdiri dari beberapa indikator untuk mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam konsep yaitu kompetensi guru PKN dan motivasi belajar PKN pada siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura. Dari indikator tersebut kemudian disusun butir angket berdasarkan kisi-kisi uji coba angket kompetensi guru PKn (lihat lampiran 4) dan lembar uji coba angket kompetensi guru PKn (lihat lampiran 5). Sedangkan kisikisi Uji coba angket motivasi belajar PKn (lihat lampiran 6) dan lembar uji coba angket motivasi belajar PKn (lihat lampiran 7). Untuk mengetahui valid tidaknya butir angket maka diuji dengan commit to user rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 rxy =
N. ∑ X Y − (∑ X )(∑ Y ) {N. ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N. ∑Y 2 − (∑ Y ) 2 }
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170) Keterangan : rxy
:
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑X
: Skor masing-masing item
∑Y
: Skor total
∑XY
: Jumlah penelitian X dan Y
2 ∑X
: Jumlah
2 ∑Y
: Jumlah kuadrat dari Y
N
: Jumlah subjek
kuadrat dari X
Hasil validitas nilai korelasi item kemudian dikonsultasikan dengan tabel rtabel dalam taraf signifikansinya 5%. Item dinyatakan valid apabila
r
hitung
> rtabel , sebaliknya item dinyatakan tidak valid apabila rhitung < rtabel . Berdasarkan hasil uji coba angket untuk variabel kompetensi guru
PKn dapat dilihat pada lampiran 8, diperoleh butir pernyataan yang valid sebanyak 27 butir, yaitu butir no: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33. Demikian juga untuk hasil uji coba angket variabel motivasi belajar PKn dapat dilihat pada lampiran 9, diketahui dari 40 butir yang diujicobakan diperoleh butir pernyataan yang valid sebanyak 35 butir, yaitu butir no: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Adapun contoh hasil perhitungan validitas salah satu item angket kompetensi guru PKn dapat dilihat pada lampiran 10, sedangkan contoh hasil perhitungan validitas salah satu item angket motivasi belajar PKn dapat dilihat pada lampiran 11.
2) Uji Reliabilitas Menurut Sugiyono (2010: 173) ”Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa commit to userkali untuk mengukur obyek yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
sama, akan menghasilkan data yang sama”. Adapun mencari reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2006: 180) adalah ”(1) rumus Spearman Brown, (2) rumus Flanagan, (3) rumus Rulon, (4) rumus K-R.20, (5) rumus K-R21, (6) rumus Hoyt, (7) dan rumus Alpha”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas angket. Teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Product Moment, dilanjutkan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 196) dengan rumus : 2 k ∑δ b r11 = − 1− 2 k −1 δ t
Keterangan: r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir soal = jumlah varians butir
δ
2 t
= jumlah varians total
Setelah diperoleh harga r11 , kemudian dikonsultasikan dengan
pengkategorian harga r dalam Suharsimi Arikunto (2006: 276) sebagai berikut: a) b) c) d) e)
Antara 0,8 sampai 1,0 dikategorikan sangat tinggi. Antara 0,6 sampai 0,8 dikategorikan tinggi. Antara 0,4 sampai 0,6 dikategorikan cukup. Antara 0,2 sampai 0,4 dikategorikan rendah. Antara 0,0 sampai 0,2 dikategorikan sangat berkorelasi.
rendah/tidak
Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket tersebut dikatakan reliabilitasnya sangat tinggi. Hasil perhitungan dari uji
reliabilitas angket tentang kompetensi guru PKn diperoleh nilai r11 = 0,906 dapat dilihat pada lampiran 12.
sedangkan pada motivasi belajar PKn
diperoleh nilai r11 = 0,908 lihat pada lampiran 13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 c. Revisi Angket Dari hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket yang akan digunakan sebagai angket penelitian. Revisi angket ini dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item yang tidak valid. Adapun mengenai kisi-kisi angket penelitian kompetensi guru PKn dapat dilihat pada lampiran 14 dan lembar angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 15. Sedangkan kisi-kisi angket penelitian data motivasi belajar PKn dapat dilihat pada lampiran 16 dan lembar angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 17.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian. Ada dua teknik analisis data dalam suatu penelitian, yaitu teknik statistik dan non statistik. Dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik karena data diambil merupakan data kuantitatif. Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji Lilliefors dengan cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan simpangan baku. Adapun langkah-langkah dalam uji Lilliefors adalah sebagai berikut: 1) zi = (Xi − X ) S
zi = Angka baku X = Rata-rata
∑X
i
N
S = Simpangan baku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
=
N
(∑ X
2 i
− (∑ Xi )
2
N ( N − 1)
)
2) Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung peluang: F(zi) = P(z ≤ zi) 3) S ( zi) =
Banyaknyazi , z2 ,....zn yang ≤ zi N
4) Hitung selisih F (zi ) − S (zi ) tentukan harga mutlaknya 5) Cari nilai yang terbesar dari selisih F (zi ) − S (zi ) jadikan Lhitung atau Lhit 6) Kesimpulannya: a) Jika Lhit ≥ Ltabel atau Lkritis tolak hipotesis statistik, jadi tidak normal.
b) Jika Lhit < Ltabel, terima hipotesis statistik, jadi normal.
(Hassan Suryono, 2005:79)
b. Uji Linieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan varibel terikat terdapat hubungan yang linier atau tidak. Jika Fhitung
Ftabel maka tolak Ho berarti korelasinya tidak linier. Pengujian linieritas menggunakan SPSS 14 dan rumus menurut Sudjana (2001:15) dengan langkah-langkah sebagai berikut: JK (T ) = ∑ Y 2
( Y) JK (a ) = ∑
2
n
JK (b / a ) = b ∑ XY − =
(∑ X )(∑ Y ) n
n ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) n ∑ X 2 to − (∑ X) commit user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 JK(S ) = JK(T ) − JK(a) − JK(b / a) 2 ( Y ) ∑ 2 JK (G ) = ∑ ∑ Y − ni Xi
JK (TC ) = JK ( S ) − JK (G )
Keterangan: JK
: Jumlah kuadrat-kuadrat
JK(T)
: Jumlah kuadrat total
JK(a)
: Jumlah kuadrat koefisien
JK(b/a)
: Jumlah kuadrat regresi
JK(S)
: Jumlah kuadrat siswa
JK(TC)
: Jumlah kuadrat tuna cocok
JK(G)
: Jumlah kuadrat galat
c. Uji Independen
Uji ini memberi informasi apakah kriterium benar-benar tergantung
pada predictor atau tidak. Hasil pengujian meyakinkan jika Y dependen pada
X, demikian sebaliknya.
Maka langkah-langkah yang harus dikerjakan antara lain :
1) Menghitung
a) JKT = ∑Y 2
∑ (Y )
2
b) JKreg (a) =
N
c) JKreg(b/a) = b ∑ XY −
d) JKres
(∑ X )(∑ Y )
N
= JK(T) - JKreg(a) - JKreg(b/a)
Catatan : b =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) N ∑ X − (∑ X )
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
2) Menghitung
a) dFreg (a)
= banyak prediktor = 1
b) dFreg (b/a)
= banyak prediktor = 1
c) dFres
= N – (dFreg (a) + dFreg (b/a))
3) Menghitung
a) RJKreg (a)
=
JKreg ( a ) dFreg ( a )
b) RJKreg (b/a)
=
JKreg (b / a ) dFreg (b / a )
c) RJKreg
=
JKreg ( a ) dFreg
d) RJKreg
=
RJKreg (b / a ) RJKreg
4) Ftabel (1-α) (1.N-2)
a) Jika Fhit ≥ Ftabel Ho ditolak.
Berarti Y tidak independen atau dependen pada X.
Jadi X dapat memprediksi Y.
b) Jika Fhit ≤ Ftabel Ho diterima.
Berarti yang independen pada X.
Jadi X tidak dapat memprediksi Y.
(Hasan Suryono, 2005: 83)
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah dipenuhi maka dapat dilakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan. Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan maka diperlukan adanya pengolahan data selama penelitian, dalam penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi sederhana, dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Mencari koefisien korelasi sederhana antara X dan Y, menggunakan rumus user : Product Moment dari Pearsoncommit sebagaitoberikut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 r xy =
N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑ Y ) { N ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 }{ N ∑ Y 2 − ( ∑ Y ) 2
( Suharsimi Arikunto, 2006: 274) Keterangan: r xy
: Koefisien korelasi antara X dan Y
∑ XY
: Jumlah perkalian X dan Y
∑ XY
: Jumlah perkalian X dan Y
X
: Skor masing-masing item
Y
: Skor total
X2
: Jumlah kuadrat dari X
Y2
: Jumlah kuadrat dari Y
N
: Jumlah responden Apabila rhitung > rtabel maka terdapat hubugan antara X dan Y (H0
ditolak dan Ha diterima), sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka tidak terdapat hubungan antara X dan Y (Ho diterima dan Ha ditolak). b. Uji Keberartian Koefisiensi Korelasi
t=
r 2 (Ν − 1) 1− r 2
(Suharsimi Arikunto, 2006: 294) Keterangan: t
: uji keberartian
r
: koefisien korelasi
N
: jumlah sampel Jika t hitung > t tabel maka koefisien korelasinya berarti, sebaliknya jika
t hitung ≤ t tabel maka koefisien korelasinya tidak berarti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 c. Persamaan garis regresi (y= a + bX) dengan harga a dan b diperoleh melalui:
(∑ Y )(∑ X ) − (∑ X )(∑ XY ) a= N (∑ X ) − (∑ X ) 2
2
b=
2
N (∑ XY ) − (∑ X )(∑ Y ) N ∑ X 2 − (∑ X ) 2
Apabila harga b positif, maka variabel motivasi belajar PKn (Y) akan mengalami kenaikan atau pertambahan, sehingga hubungan fungsionalnya menjadi positif, sebaliknya apabila harga b negative, maka variabel motivasi belajar PKn (Y) akan mengalami penurunan sehingga hubungan fungsionalnya menjadi negatif. (Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar (2003: 216).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu kompetensi guru PKn sebagai variabel bebas (X) dan motivasi belajar PKn sebagai variabel terikat (Y). Adapun tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel kompetensi guru PKn dan variabel motivasi belajar PKn menggunakan metode angket yang skala pengukurannya menggunakan skala likert. Sebelum mengumpulkan data dengan menggunakan angket, terlebih dahulu dilakukan try out angket terhadap 33 siswa diluar sampel yang dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2011. Try out digunakan untuk menguji validitas dan reabilitas angket sebagai instrumen pengumpulan data. Setelah dilakukan try out terdapat enam item angket kompetensi guru PKn dan lima item angket motivasi belajar PKn yang tidak memenuhi syarat validitas maupun reabilitas. Peneliti kemudian membuang item-item tersebut karena masing-masing indikator sudah terwakili dengan item-item yang lain. Setelah data dari kedua variabel dikumpulkan, ditentukan tabulasinya serta dilakukan analisis, maka peneliti dapat memberikan gambaran atau deskripsi data mengenai kompetensi guru PKn (X) dan motivasi belajar PKn (Y) sebagai berikut: 1. Deskripsi Data Kompetensi Guru PKn
Data kompetensi guru PKn diperoleh melalui angket. Berdasarkan rekapitulasi data diketahui jumlah responden (N) = 33, Nilai tertinggi = 96, Nilai terendah = 46, Mean= 71,30 dan didapat standar deviasi (SD) = 11,68. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam lampiran 18. Untuk mendapatkan kelas interval, terlebih dahulu dicari interval (R) diperoleh dari perhitungan R= data max – data min yaitu 96-46 hasilnya adalah 50. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (33) hasilnya 6,011 dapat dibulatkan menjadi 6. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K hasilnya commit userberikut ini : adalah 8,3. Secara rinci dapat dilihat padatotabel 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Data Kompetensi Guru Pkn Interval 54.30 46.00 62.70 54.40 71.10 62.80 79.50 71.20 87.90 79.60 96.30 88.00
Nilai Tengah 50.15 58.55 66.95 75.35 83.75 92.15
Fmutlak 3 3 10 10 4 3
Fkomulatif 3 6 16 26 30 33
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
71.20-78.50 nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 62.80-70.10 dan 71.20
dengan frekuensi 10 dan nilai terendah terdapat pada interval 46.00-53.30; 54.4061.70 dan 88.00-95.30 dengan frekuensi 3. Selengkapnya mengenai hasil dari
PKnn dapat disajikan dalam bentuk pengumpulan data tentang kompetensi guru PK grafik histogram sebagai berikut: 10
10
4 3
50.15
3
3
58.55
66.95
75.35
83.75
92.15
Gambar 2. Histogram Kompetensi Guru PKn
2. Deskripsi Data Tentang Motivasi Belajar PKn
Data motivasi belajar PKn diperoleh melalui angket. Berdasarkan data
diketahuii jumlah responden (N)=33, Nilai tertinggi= 100, hasil penelitian dapat diketahu Nilai terendah = 69, Mean= 83,42 dan didapat standar deviasi (SD) = 6,98. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam lampiran 18. Untuk mendapatkan kelas interval,
ari perhitungan R= data max – data terlebih dahulu dicari interval (R) diperoleh ddari 31. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat min yaitu 100-69 hasilnya adalahcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (33) hasilnya 6,011 dapat dibulatkan menjadi 6. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K hasilnya adalah 5,1. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar PKn Interval 69.0 74.2 79.4 84.6 89.8 95.0
74.1 79.3 84.5 89.7 94.9 100.1
Nilai Tengah 71.6 76.8 82.0 87.2 92.4 97.6
Fmutlak
Fkomulatif
3 8 7 12 1 2
3 11 18 30 31 33
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
84,60-89,70 dengan frekuensi nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 84,60
12 dan nilai terendah terdapat pada interval 89,80-94,90 dengan frekuensi 1. Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang motivasi belajar PKn dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut: 12 8 7
3
2 1
71.6
76.8
82.0
87.2
92.4
97.6
Gambar 3. Histogram Motivasi Belajar PKn
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 B. Pengujian Prasyarat Analisis Pengujian persyaratan analisis meliputi dua hal yaitu pengujian normalitas data dan pengujian linieritas data. Rincian pelaksanaan kedua pengujian tersebut adalah seperti di bawah ini. 1. Pengujian Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Lilliefors. Apabila Lhit < Ltabel maka sampel diambil dari distribusi normal, sedangkan apabila Lhit > Ltabel maka sampel diambil dari distribusi tidak normal. a. Uji Normalitas Kompetensi Guru PKn
Dari uji normalitas data tentang kompetensi guru PKn yang telah dilakukan diperoleh Lhitung =0,1210 dan pada taraf signifikasi 5%, Ltabel=0,1542 . Karena harga Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,1210 < 0,1542 maka dapat disimpulkan bahwa nilai kompetensi guru PKn adalah normal. Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 19. b. Uji Normalitas Motivasi Belajar PKn
Dari uji normalitas data tentang motivasi belajar PKn yang telah dilakukan
diperoleh
Lhitung=0,1060
dan
pada
taraf
signifikasi
5%,
Ltabel=0,1542. Karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,1060 < 0,1542 maka dapat disimpulkan bahwa nilai motivasi belajar PKn adalah normal. Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20. Sebelum mendapatkan nilai Ltabel, pada penghitungan uji liliefors dibutuhkan tabel nilai Z. Tabel nilai Z dapat dilihat pada lampiran 21, sedangkan tabel nilai kritik uji liliefors dapat dilihat pada lampiran 22. Adapun ketentuan untuk menentukan Ltabel adalah taraf signifikansi 5% dan jika n > 30 maka dalam menentukannya menggunakan cara sebagai berikut 0,886 ÷ n = 0,886 ÷ 33 = 0,1542 . Sehingga, diperoleh Ltabel sebesar 0,1542.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 2. Pengujian Linieritas
Uji linieritas diperlukan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara variabel X terhadap variabel Y. Uji linieritas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier. Jika Fhitung < Ftabel maka terima Ho berarti linier, namun apabila Fhitung > Ftabel maka tolak Ho berarti tidak linier. Adapun uji linieritas antara data kompetensi guru PKn terhadap motivasi belajar PKn adalah dengan membuat tabel kerja linieritas yang terlampir pada lampiran 23. Berdasarkan hasil perhitungan uji linieritas variabel kompetensi guru PKn terhadap motivasi belajar PKn diperoleh harga-harga sebagai berikut: JK(T)
= 231225
JK(a)
= 229666,94
JK(b/a)
= 212,19
JK(S)
= 1345,87
JK(G)
= 794,00
JK(TC )
= 551,87
dk(TC)
= 23
dk(G)
= 8
RJK(TC)
= 23,99
Fhit
= 0,24
Penghitungan uji linieritas variabel kompetensi guru PKn terhadap motivasi belajar PKn, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24. Setelah dilakukan penghitungan, menunjukkan bahwa pada taraf signifikasi 5% dengan dk pembilang 23 dan dk penyebut 8 diperoleh Ftabel 3,12). Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel atau 0,24 < 3,12 maka dinyatakan kompetensi guru PKn linier terhadap motivasi belajar PKn.
3. Uji Independen Uji Independen dilakukan untuk membuktikan, bahwa antar variabel bebas tidak berhubungan atau independen.berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai Fhitung = 4,89 (penghitungan dapat dilihat pada lampiran 24). Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai Ftabel dengan N = 33 dan taraf signifikansi sebesar 5% diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,12 (tabel distribusi F dapat dilihat pada lampiran 25). Karena Fhitung > Ftabel atau 4,89 > 3,12 maka dapat dikatakan bahwa X dependen terhadap Y, jadi X dapat memprediksi Y. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk mengkaji apakah persyaratan yang akan dikemukakan dalam perumusan hipotesis bisa diterima kebenarannya atau ditolak kebenarannya. Hipotesis diterima apabila data yang didapat mendukung persyaratan dalam hipotesis yang diajukan. Dan sebaliknya ditolak apabila fakta-fakta empiris yang ada tidak dapat mendukung persyaratan dalam hipotesis yang diajukan.
1. Pengujian Hasil Analis Data
Setelah dilakukan uji nomalitas dan linieritas hasilnya menunjukkan normal dan linier, kemudian langkah selanjutnya mengadakan uji hipotesis yaitu dengan analisis regresi melalui korelasi dari pearson. Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 26. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisiensi korelasi antara X dan Y dengan nilai rxy=0,369. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai r
tabel
dengan N=33 dan db=N-2= 31 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,344 (tabel nilai r product moment dapat dilihat pada lampiran 27). Karena rhitung > rtabel atau 0,369 > 0,344 maka Ho ditolak dengan kata lain Ha diterima berarti ada hubungan antara kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y). Untuk menentukan apakah hubungan itu berarti atau tidak maka perlu diadakan uji keberartian atau signifikansi terhadap koefisiensi korelasi yang telah diperoleh dengan menggunakan rumus t. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung
sebesar 2,211 (penghitungan dapat dilihat pada lampiran 28) dan
dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5% dengan N=33 dan db=N-2= 31 sebesar 2,03 (tabel dapat dilihat pada lampiran 29). Jadi, dari perhitungan yang dilakukan maka thitung > ttabel atau 2,211 > 2,03 maka Ho ditolak dengan kata lain Ha diterima sehingga koefisien korelasi antara X dan Y berarti atau signifikan. Persamaan garis regresi antara kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y) ialah Y = a+bx dan dari hasil perhitungan diperoleh Y = to user 67,7090+0,2204X (Penghitungan commit dapat dilihat pada lampiran 30). Karena harga b
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 positif, maka hubungan antara kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y) adalah positif. Ini berarti hipotesis ini menyatakan ada hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn (X) dan motivasi belajar PKn (Y).
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis data adalah melakukan penafsiran pengujian hipotesis untuk semua variabel yang telah dianalisis yaitu sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian diperoleh r
xy
= 0,369 dengan sampel 33
siswa dan db=31 pada taraf signifikasi 5 % diperoleh r tabel dengan demikian r hitung > r tabel
= 0,344. Selanjutnya
atau 0,369 > 0,344 sehingga dapat ditafsirkan
ada hubungan antara kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y) siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010-2011. Untuk uji keberartian koefisiensi korelasi sederhana dengan uji t diperoleh thitung > ttabel atau 2,211 > 2,03 sehingga hubungan antara kompetensi guru PKn (X) dan motivasi belajar PKn (Y) adalah berarti atau signifikan. Persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=a+bx atau
Y=67,7090+0,2204X.
Jadi
dari
persamaan
regresi
yang
didapat
menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel kompetensi guru PKn (X) maka diikuti kenaikan motivasi belajar PKn (Y) sebesar kemiringan gradien garis regresi yaitu 0,2204. y = 0.2204x + 67.7090
Motivasi Belajar PKN (Y)
100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40
45
50
55
60
65 70 75 80 85 Kompetensi Guru PKN (X)
commit to user
90
95
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 Gambar 4. Garis Linier X terhadap Y 3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data dan penafsiran terhadap pengujian hipotesis selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari pengujian hipotesis tersebut, yaitu adanya hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010-2011.
D.
Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisa dan interprestasi hasil analisa data antara variabel kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y), maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011”, dinyatakan diterima. Hal ini disebabkan karena rhitung > rtabel, yaitu 0,369 > 0,344, selanjutnya dengan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,211 > 2,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kompetensi guru PKn dengan variabel motivasi belajar PKn Siswa Kelas XI jurusan IPS Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn mempunyai hubungan yang erat. Dimana kompetensi guru PKn menjadi tolak ukur yang penting dalam rangka membangun motivasi belajar PKn pada siswa. Kompetensi guru PKn sangat diperlukan untuk membangun serta meningkatkan motivasi belajar PKn. Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar, hal ini dikarenakan dengan adanya motivasi belajar maka antusias belajar siswa akan semakin meningkat sehingga pencapaian dalam penguasaan maupun pemahaman terhadap materi pembelajaran dapat optimal. Salah satu faktor terpenting kaitannya dengan motivasi belajar adalah commit to userkhususnya kompetensi pedagogik kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 dan professional. Dimana, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional ini merupakan kemampuan seorang guru dalam memahami dan membimbing peserta didik untuk dapat menguasai suatu materi serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini sejalan dengan teori belajar asosiasi dari Herman Ebinghaus. Teori ini menitik beratkan pada stimulant dan respon, yang mana siswa sebagai respon dan guru sebagai stimulan. Dalam memberikan stimulan kepada siswa seorang guru harus memperhatikan keadaan dan kebutuhan siswa. Selain itu, sesuatu yang dilakukan guru harus dapat merangsang siswanya untuk lebih mengembangkan keterampilan atau potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, pendekatan serta strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat berperan dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai hubungan antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn Siswa Kelas XI Jurusan IPS Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn Siswa SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011. Adanya kesimpulan tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang selanjutnya diperoleh r besar dari r
The image part with relationship ID rId97 was not found in the file.
xy
sebesar 0,369, dimana hasil ini menunjukkan r xy lebih
atau rhitung > rtabel yaitu 0,369 > 0,344 pada taraf signifikasi sebesar
5%. Besaranya hubungan menunjukkan keterangan bahwa variabel kompetensi guru PKn mempunyai hubungan yang positif atau kuat terhadap variabel motivasi guru PKn. Sedangkan signifikansi atau keberartian hubungan kedua variabel dibuktikan dengan harga thitung lebih besar dari ttabel atau thitung > ttabel yaitu 2,211 > 2,03. Selanjutnya naik turunnya atau besar kecilnya motivasi belajar PKn siswa, dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y=67,7090+0,2204X.
B. Implikasi Berdasarkan
landasan
teori
serta
kesimpulan
penelitian
dapat
disampaikan implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis
Motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011 dapat dipengaruhi oleh kompetensi guru PKn di SMA tersebut dengan didukung kompetensi yang dimilikinya, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian bahwa ada hubungan positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn. Dengan adanya hubungan tersebut, maka implikasi commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 teoritisnya adalah semakin tinggi kompetensi guru PKn yang dimiliki seorang guru berarti semakin tinggi pula motivasi belajar PKn yang dimiliki seorang siswa. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan siswa yang diajar oleh guru yang tidak melaksanakan kompetensi guru yang berhubungan dengan motivasi belajar. 2. Implikasi Praktis
Melihat dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ada hubungan positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn. Ternyata kompetensi guru PKn mempunyai peranan dalam menumbuhkan motivasi belajar PKn siswa. Maka diharapkan guru mampu mengembangkan kompetensinya terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang sangat berperan dalam mengembangkan motivasi belajar siswa..
C. Saran Sesuai dengan hasil kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan di atas,
maka
dalam
rangka
memberikan
sumbangan
pemikiran
penulis
menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat merespon setiap stimulus / rangsangan yang diberikan oleh guru dalam membangun motivasi belajarnya sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya. 2. Bagi Guru
Setiap
pendidik
atau
guru
hendaknya
lebih
mengembangkan
kompetensinya dengan menunjukkan kreativitas dalam mengajar serta dapat membangun dan mengembangkan motivasi belajar siswa sehingga siswa dapat menunjukkan partisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. 3. Bagi Sekolah
Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi guru dan siswa dalam mengawasi proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu disarankan kepada pihak sekolah untuk dapat meningkatkan kompetensi guru serta mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa melalui program pelaksanaan pengajaran yang baik. commit to user