1
HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KREATIVITAS GURU (SurveiPada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok)
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Disusun Oleh: FEBRIANI RAMADHANA NIM. 1112015000017
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 1
2
1i
3
1 ii
4
iii
1
5
1 iii
6
ABSTRAK FEBRIANI RAMADHANA.1112015000017. Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Guru. SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016 Penelitian korelasional ini terdiri atas 1 (satu) variabel bebas, yaitu kompetensi pedagogik serta 1 (satu) variabel terikat, yaitu kreativitas guru.Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, Kota Depok , dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang guru IPS.Tujuannyaadalahuntukmengetahuihubungankompetensipedagogikdengankrea tivitas guru yang diharapkandapatmeningkatkankretivitas guru melaluikompetensipedagogik. Metode yang digunakan yaitu survei dan teknik analisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linear sederhana. Adapun pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas gurun dengan persamaan regresi Ŷ = 68,95 + 2,84 dengan nilai koefisien korelasi ry.1 = 0,619 serta nilai koefisien determinasi r2y.1 = 0,383.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kretaivitas guru dapat ditingkatkan melalui kompetensi pedagogik. Kata Kunci: Kompetensi, Pedagogik, Kreativitas, Guru.
1 iv
7
ABSTRAC FEBRIANI RAMADHANA.1112015000017.The Relationship Between Pedagogical Competence with Creativity if Teachers. Skripsi. Jakarta: of education social science the faculty of tarbiyah and teaching state Islamic university (uin) syarifhidayatullah Jakarta. 2016. This correlation study consists of one independent variables, pedagogical competence, and one dependent variable, the creativity of teachers.The experiment was conducted in primary scholls in District Sawangan and Bojongsari, Depok, with a total sample of 30 teachers. The aim was to determine the correlation of pedagogic competence and creativity of teachers are expected to increase creativity teachers through pedagogical competence. The method used is a survey and data analysis techniques using statistical test of correlation and simple linear regression. Hypothesis testing is performed at a significance level of 0,05 and 0,01. The result of this study, there is a significant positive correlation between teachers pedagogical competence and creativity with the regression equation Ŷ = 68,95 + 2,83 with correaltion coefficient ry.1 = 0,619 and determina-tion coefficient r2y.1 = 0,383.Based on the above it can be concluded that the teachers creativity can be enhanced through pedagogical competence.
Keywords: Competence, Pedagogical, Creativity, Teacher.
1
v
3
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KREATIVITAS GURU” ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada: 1.
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan Syarippuloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS yang telah tulus dan ikhlas memberikan layanan kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., dan Sodikin, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.Terimakasih atas bimbingan dan motivasinya selama penulis menyusun skripsi.
3.
Kedua orang tua saya terutama Ibunda tercinta, Nahaya yang senan tiasa memberikan do’a, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
4.
Keenam kakakku, kakak-kakak Iparku, Kakek dan Nenekku Tersayang. Terimakasih atas dukungan dan motivasi serta do’a yang telah diberikan kepada penulis.
vi
1
4
5.
Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama masaperkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6.
Seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok yang telah memberikan izin penulis melakukan penelitian.
7.
Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2012 sertatemanteman Konsentrasi Sosiologi-Antropologi 2012 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tetap kompak selalu dan terus jalin tali silaturrahmi.
8.
Sahabat-sahabatku, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tanpa kalian, apalah aku saat ini. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin dengan baik dan tak lekang oleh waktu.
Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan, harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiinn.
Jakarta, 09 September 2016
Penulis
1 vii
5
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESASHAN……………………………………………..
i
PERNYATAAN KARYA ILMIAH...........................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...........................
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI..........................
iv
ABSTRAK..................................................................................................
v
ABSTRACT...............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR..............................................................................
viii
DAFTAR ISI...............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
BAB II
Latar Belakang Permasalahan ........................................... Identifikasi Masalah ......................................................... Batasan Masalah .............................................................. Perumusan Masalah ......................................................... Tujuan Penelitian ............................................................. Manfaat Penelitian ............................................................
TINJAUAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. TinjauanTeoritik .............................................................. 1. Hakikat Kreativitas Guru (Y) ............................... 2. Hakikat Kompetensi Pedagogik (X) .................... B. Hasil Penelitian yang Relevan............................................. C. Kerangka Berpikir .............................................................
BAB III
1 10 10 10 11 11
12 12 22 33 34
METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. E.
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... Metode Penelitian ............................................................. Populasi dan Sampling ..................................................... Teknik Pengumpulan Data ................................................ Teknik Analisis Data ......................................................... 1 viii
37 37 38 40 45
6
F. BAB IV
47
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F.
BAB V
Hipotesis Statistik .............................................................
Deskripsi Tempat Penelitian ............................................... Deskripsi Data .................................................................. Pengujian Persyaratan Analisis ......................................... Pengujian Hipotesis .......................................................... Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... Keterbatasan Penelitian ....................................................
48 49 52 54 57 61
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................... B. Implikasi .......................................................................... C. Saran .................................................................................
62 62 64
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................
69
ix 1
7
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Sub Kompetensi dan Indikator-indikator Kompetensi Pedagogik ……………………………………………………..
31
Tabel 2.2 Tahapan Proses Kognitif .......................................................
31
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................
37
Tabel 3.2 Jumlah guru dan jumlah sampel yang akan diambil ..............
39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kreativitas Guru .....................
42
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik ...........
44
Tabel 4.1 Daftar Nama-Nama SMP di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok ....................................................
48
Tabel 4.2 Ringkasan Data Variabel Kompetensi Pedagogik ................
50
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kompetensi Pedagogik (X) .........................................................................................
50
Tabel 4.4 Ringkasan Data Variabel Kreativitas Guru ..........................
51
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kreativitas Guru (Y) .....
52
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Normalitas Data ............................................
53
Tabel 4.7 RangkumanUji Homogenitas Data ......................................
54
Tabel 4.8 RangkumanUji Signifikansi & Kelinearan Persamaan Regresi
54
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Korelasi Variabel X dan Y
57
x1
8
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
The three components of creativity ...................................
20
Gambar 2.3
Skema Hubungan antara Variabel X danVariabel Y ......
35
Gambar 3.1
Konstelasi Hubungan antar Variabel ...............................
38
Gambar 4.1
Histogram Variabel Kompetensi Pedagogik (X) ..............
51
Gambar 4.2
Histogram Variabel Kreativitas Guru (Y) .......................
52
1 xi
9
LAMPIRAN-LAMPIRAN Halaman Lampiran I
Instrumen Penelitian ......................................................
80
Lampiran II
Uji Validitas dan Reliabilitas .........................................
96
Lampiran III
Deskripsi Data Hasil Penelitian.....................................
111
Lampiran IV
Uji Normalitas...............................................................
120
Lampiran V
Uji Homogenitas............................................................
117
Lampiran VI
Pengujian Hipotesis........................................................
124
Lampiran VII
Surat Bimbingan Skripsi………………………………
129
Lampiran VIII
Uji Referensi…………………………………………..
130
Lampiran IX
Surat Izin Penelitian…………………………………..
131
Lampiran X
Biodata Penulis………………………………………..
132
xii1
10
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Permasalahan Saat ini hampir seluruh negara di dunia semakin menyadari pentingnya pendidikan sebagai sarana paling strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara-negara yang kini tergolong sebagai negara maju, ternyata telah didukung oleh sistem pendidikan yang baik. Sebab hanya melalui pendidikan yang berkualitaslahakan dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter, dan berdaya saing tinggi. Ditinjau
dalam
konteks
Negara
Kesatuan
RepublikIndonesia,
kesadaran akan pentingnya pendidikan ternyata sudah disadari sejak awal oleh para Founding Fathers. Hal ini terbukti dari salah satu rumusan tujuan Negara
Republik
Indonesia,
yaitu:“Mencerdaskan
Kehidupan
Bangsa”.1Selanjutnya rumusan tujuan negara tersebut dipertegas lagi dalam UUD Tahun 1945 padaPasal 31 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi: “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” dan “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.2Inilah kiranya yang menjadi fondasi utama kenapa bidang pendidikan selalu menjadi prioritas pembangunan nasional dalam setiap orde pemerintahan. Keseriusan dan kesungguhan pemerintah terhadap bidang pendidikan terlihat semakin nyata sejak 1 (satu) dekade terakhir ini. Berbagai kebijakan terus dilakukandalam rangka penataan pembangunan pendidikan yang semakin terencana, terarah, bertahap, dan berkesinambungan.Ditetapkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 1
Pupuh Fathurrohman, Guru Professional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 15. Redaksi Cmedia, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, (Jakarta: Cmedia, 2012), h. 21. 2
1 1
112
tentang Pendanaan Pendidikan, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), sampai pada berbagai peraturan menteri yang bersifat teknismenjadi bukti nyata upaya terus menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Namun demikian,sampaisaat ini pendidikan yang berkualitas belum sepenuhnya dapat diwujudkan. Selain data tentang rendahnya kualitas pendidikan nasional secara komparatif dibandingkan dengan negara lain, berbagai permasalahan internal yang terkait dengan belum terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu masih menjadi topik utama tentang pendidikan di Indonesia. Berdasarkan hasil survei United Nations Development Program (UNDP) tentang peringkat Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) pada tahun 2010, Indonesiaberada pada peringkat 108 dari 187 negara. Peringkat tersebut tidak mengalami peningkatan pada tahun 2013, bahkan Indonesia berada di bawah 5 (lima) negara tetangga ASEAN, yaituSingapore, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina.3 Selain itu, berbagai permasalahan internal terkait denganbelum terpenuhinya berbagai Standar Nasional Pendidikan (SNP), antara lain terindikasi darimasih rendahnya nilai rata-rata Ujian Nasional (UN), banyaknya sekolah yang belum memiliki sarana prasarana sesuai standar, rendahnya kemampuan satuan pendidikan dalam melakukan pengelolaan diri secara efektif dan efisien,sampai pada masalah yang terkait dengan rendahnya kompetensipendidik atau guru. Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, komponen-komponen tersebut dikenal dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kedelapan SNP tersebut meliputi: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar 3
m.detik.com/news.berita/2647298/posisi-indeks-pembangunan-manusia-indonesia rangking-108-dari-187-negara
1
3 12
Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian.4 Tanpa bermaksud mengurangi arti penting komponen yang lain, standar pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran paling strategis, karena berkaitan langsung dengan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan DosenPasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa Guru adalah pendidik
professional
dengan
tugas
utamamendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.5 Untuk dapat mewujudkan tugas utama tersebut, maka seorang guru diharapkan dapat berperan sebagai inspirator, motivator, dan fasilitatorbagi peserta didik dalam pembelajaran.Sebagai seorang inspirator yang hebat, guru harus mampu membuka cakrawala pemikiran peserta didik. Motivator yang tangguh harus mampu memberi sugesti dan mendorong peserta didik agarberupaya mencurahkan segala potensi yang dimilikinyauntuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.Sedangkan sebagai fasilitator, guruharus mampu menjembatani peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Namun disisi lain, perkembangan di era globalisasi saat ini yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan secara langsung maupun tidak juga
telah
mempengaruhi
dunia
pendidikan.
Perkembangan
ilmu
pengetahuan yang didukung oleh tekhnologi informasi dan komunikasi semakin mempermudah setiap orang untuk mengakses berbagai informasi terbaru. Dalam dunia pendidikan, salah satu implikasi positifnya adalah semakin terbuka lebarnya sumber belajar yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun.Dengan berbekal komputer dan jaringan internet, seorang peserta didik dapat mengakses berbagai materi pelajaran, bahkan konsep-konsep 4 5
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 30 Desember 2005.
1
4 13
dan teori terbaru tanpa harus diajarkan oleh guru melalui tatap muka secara konvensional di dalam kelas. Terjadinya berbagai fenomenadi atas, tentu menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Guru harus semakin professional dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman, guru professional adalah sosok guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya secara maksimal.6Guru yang melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal, akan ditandai oleh: semangat kerja yang tinggi, tidak mudah menyerah, terbuka terhadap berbagai perkembangan, senantiasa mengembangkan diri, berpikir positif, berupaya menemukan berbagai
alternatif
dalam
menyelesaikan
masalah
yang
dihadapi,
menerapkan cara-cara baru dan unik untuk mencapai hasil yang terbaik. Intinya adalah sosok guru yang selalu mengembangkan kreativitas sesuai tuntutan profesinya. Guru yang memiliki kreativitas tinggi tidak akan mudah puas dengan kemampuan yang telah dimiliki. Kreativitas akan mendorong guru untuk mencoba hal-hal yang baru, baik berupa penerapan maupun modifikasi berbagai model-model, pendekatan, metode-metode, dan strategi-strategi agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa, kreativitas akan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh guru sekarang lebih baik dari apa yang telah dilakukan sebelumnya, dan apa yang dikerjakan dimasa datang lebih baik dari sekarang.7 Pernyataan Mulyasa di atas mengindikasikan bahwa jika seorang guru telah menyadari pentingnya kreativitas, maka semua aktivitasnya akan ditopang, dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Sehingga guru yang kreatif tidak hanya akan melaksanakan tugasnya sebagai sebuah rutinitas belaka. Melalui sosok guru yang kreatif inilah diharapkan mampu 6
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok, Radja Grafindo Persada, 2010), h. 18. 7 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), h. 52.
1
5 14
menghasilkan lulusan yang berkualitas pula, sekaligus berimplikasi secara positif terhadap sekolah tempat dimana guru tersebut mengabdikan diri. Dikaitkan dengan Islam sebagai sebuah agama yang sangat lengkap, ternyata ditemukan pula ajaran-ajaran tentang pentingnya kreativitas. Ada salah satu Hadis yang berbunyi,"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka(Al Hadist)".8
Dari hadis tersebut
terkandung anjuran untuk selalu melakukan perbaikan dan perbaikan yang pada dasarnya sama dengan prinsip kreativitas. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kreatif, sehingga yang lebih penting adalah bagaimana mengembangkannya. Perkembangan kreativitas seseorang dapat dipengerahui oleh berbagai aspek, baik yang berasal dari diri sendiri (internal) maupun dari luar(eksternal). Hal ini sesuai dengan pernyataan Deni Koswara, bahwa untuk dapat berpikir dan bersikap kreatif, disamping faktor pembawaan, diperlukan sejumlah faktor lain seperti pengetahuan yang luas, pengalaman yang memadai, semangat kerja yang tinggi, konsentrasi dan lingkungan yang selalu merangsang untuk berdaya cipta.9 Dikaitkan dengan guru, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yang berasal dari diri sendiri antara lain adalah motivasi kerja, minat terhadap profesi, keinginan untuk mengaktualisasikan diri, dan sebagainya. Selain itu yang tidak kalah penting adalah penguasaan guru terhadap kompetensi, baik kompetensi pedagogik maupun professional. Guru yang menguasai
kompetensi
pedagogik
dengan
baik
diharapkan
dapat
mengembangkan kreativitas pembelajaran dengan cara mengkombinasikan berbagai model, pendekatan atau metode secara bervariasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sehingga substansi pembelajaran yang menjadi inti kompetensi professional dapat dicapai 8 9
Muslich Shabir, Terjemahn Riyadlus Shalihin, (Semarang: CV Toha Putra, 1981), h. 156. Deni Koswara, Bagaima Menjadi Guru Kreatif, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008), h.
48.
1
6 15
secara efektif. Sedangkan faktor eksternal atau yang berasal dari luar antara lain adalah lingkungan kerja yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya
kreativitas,
kepemimpinan
kepala
sekolah,
budaya
organisasi, iklim organisasi, sarana prasarana sekolah, dan sebagainya. Sebagai
agen
pembelajaran,
kreativitas
seorang
guru
dapat
diwujudkan pada seluruh tahap pembelajaran, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
maupun
pada
tahap
penilaian.
Sebuah
perencanaan
pembelajaran yang matang, akan memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah, guru yang kreatif akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Guru yang kreatif akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan berupaya menemukan hal-hal yang baru. Upaya itu misalnya dilakukan melalui penyempurnaan rencana pembelajaran yang lebih kontekstual dan variatif. Begitu pulapada tahap proses pelaksanaan pembelajaran, kreativitas guru dapat diwujudkan melaluipenataan kelas dan peserta didik secara variatif, kombinasi belajar di dalam dan di luar kelas, atau memodifikasi berbagai metodedan teknik pembelajaran supaya lebih efektif. Sedangkan pada
tahap
pelaksanaan
penilaian
pembelajaran,
kreativitas
dapat
diwujudkan melalui penerapan berbagai metode dan teknik penilaian, sehingga mampu menghasilkan penilaian yang outentik. Kreativitas guru juga dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam pengembangan profesi seperti melakukan tindakan reflektif dalam bentuk penelitian tindakan kelas maupun karya tulis ilmiah lainnya. Pentingnya kreativitas seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran terasa semakin urgent dikaitkan dengan mata pelajaran IPSpada jenjang SMP. Merujuk pada lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 1
7 16
2) Memiliki kemampuandasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.10 Selain
itu,
sebagai
mata
pelajaran
yang
mengemban
misi
kewarganegaraan (citizenship), IPSdiarahkan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai young citizen, sehingga nantinya dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.11 Dalam
kurikulum
SMP,
mata
pelajaran
IPS
terdiri
dari
muatanberbagaidisiplin ilmu sosial, sepertigeografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi, yang disajikan secara terpadu (IPS Terpadu). Hal ini senada dengan pernyataan Soemantri, bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalahmasalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah untuk
tujuan
pendidikan
pada
tingkat
pendidikan
dasar
dan
menengah.12Selain itu, implikasi dari penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah menuntut mata pelajaran IPS harus dapat mencapai keseluruhan ranah pembelajaran, baik pada ranah kognitif,afektif dan psikomotorik. Gambaran ideal tentang mata pelajaran IPS seperti yang terurai di atas tentu berimplikasi pada bagaimana seorang guru seharusnya dapat mengelola kurikulum sedemikian rupa, sehingga standar kompetensi, 10
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Dasim Budimansyah, Inovasi Pembelajaran Project Citizen, (Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2009), h. 25. 12 Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 8. 11
1
8 17
kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai peserta didik secara optimal.Kemampuan ini sangat terkait dengan How to Teach dalam proses pembelajaran. Secara ideal, pembelajaran IPS pada jenjang SMPdiharapkan mampu mengembangkan berbagai keterampilan peserta didik, sepertikemampuan berpikir
kritis,
pembelajaran
memecahkan dengan
masalah,
kehidupan
nyata
mengaitkan dalam
konsep-konsep
masyarakat,
dan
sebagainya.Hal ini tentu hanya dapat terwujud jika guru mampu mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student center). Hal ini sejalan dengan pendapat A Kosasih Djahiri dalam Sapriya, bahwa pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri, agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analisis, mengaitkan materi pembelajaran dengan keidupan nyata di masyarakat.13 Tantangan pembelajaran IPS sebagaimana tergambar di atas, menuntut
guru
harusselalu
mengembangkan
kreativitas
dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kreativitas itu dapat diwujudkan antara lain melalui: upaya pengembangan diri secara terus menerus, terbuka terhadap pengalaman baru, berani mengambil resiko, melakukan hal-hal yang baru atau berbeda dari yang sebelumnya. Muara dari semua upaya tersebut adalah agar dapat memberikan layanan pembelajaran yang terbaik bagi peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Namun dalam kenyataannya, harapan tentang profil ideal guru IPS sebagaimana yang terurai di atas belum dapatterwujud sepenuhnya. Pembelajaran yang terjadi di ruang-ruang kelas masih ditandai oleh teacher center, monoton, metode pembelajaran yang didominasi oleh ceramah dan kurang variatif, hanya memanfaatkan buku teks sebagai sumber belajar satusatunya, pembelajaran lebih menekankan hafalan dan kognitif, kurang
13
Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, h. 8.
1
9 18
kontekstual, dan sebagainya. Selain itu masih banyak guru yang belum mampu melaksanakan pembelajaran IPS secara terpadu. Realitas di lapangan, berdasarkan hasil survei pendahuluan melalui penyebaran angket terhadap 10orang guru IPS yang berasal dari berbagai SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok pada bulan September 2015 mengindikasikan bahwa kreativitas guru masih rendah. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, terindikasi bahwa kreativitas guru mata pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Depok masih relatif rendah.Prosentase guru yang masih monoton dalam memulai pembelajaran dan belum melakukan improvisasi dalam KBM agar dapat
mencapai
55,56%.Prosentase
tujuan guru
pembelajaran yang
belum
secara
efektif
mengembangkan
mencapai diri
secara
berkelanjutan mencapai 57,78%.Prosentase guru yang belum memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menerapkan ide atau gagasan baru dalam pembelajaran mencapai 66,67%. Sementara itu, prosentase guru yang tidak
berani
mengambil
resiko
dalam
pembelajaran
mancapai
60,00%.Sedangkan prosentasi untuk guru yang belum berpandangan positif terhadap pengalaman baru mencapai 62,22%. Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa tidak satu pun indikator kreativitas yang mencapai 75%. Padahal kreativitas guru memiliki peranan yang penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Peserta didik yang kreatif hanya akan dapat dihasilkan melalui pembelajaran yang difasilitasi oleh guru yang kreatif, sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas yang menunjukkan pentingnya krativitas bagi seorang guru, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kerativitas Guru (Survei pada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok).
1
10 19
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dirumuskan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 15 orang guru mata pelajaran IPS di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok menunjukkan bahwa kreativitas guru relatif masih rendah.
2.
Rendahnya kreativitas guru tersebut antara lain terindikasi dari: masih rendahnya inisiatifdalam pembelajaran, kurang berani mengambil resiko, kurangterbuka terhadap pengalaman baru, masih rendahnya keinginan untuk mengembangkan diri, dan memiliki rasa percaya diri yang rendah untuk menerapkan hal-hal yang baru.
3.
Implikasi dari rendahnya kreativitas guru di atas, berdampak pada proses pembelajaran yang cenderung monoton, kurang bervariasi, teacher center, didominasi ceramah, menekankan hafalan (kognitif), dan kurang kontekstual.
4.
Proses
pembelajaran
yang kurang kreatif
di
atas telah
berimplikasi pula pada rendahnya kualitas hasil belajar peserta didik.
C.
Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tampak adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan kreativitas guru. Agar penelitian ini dapat dilakukan secara intensif, maka hanya dibatasi pada 2 (dua) variabel saja, yaitu: 1.
Kreativitas Guru sebagai variabel terikat (Y);dan
2.
Kompetensi Pedagogik sebagai variabel bebas (X)
Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar mata pelajaranIPS pada jenjang SMP di Wilayah KecamatanSawangan dan Bojongsari Kota Depok.
1
11 20
D.
Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah
terdapat
hubungan
Kompetensi
Pedagogik
dengan
Kreativitas Guru?”
E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi hubungan kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru.
F.
Manfaat Penelitian 1.
Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk menyusun konsep dan strategi baru bagi pengembangan kemampuan dan wawasan, khususnya terkait dengan hubungan antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan informasi secara teoritis pada peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian sejenis.
2.
Kegunaan Praktis a.
Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah sekaligus dinas pendidikan setempat mengenai kreativitas guru dilihat dari aspek kompetensi pedagogik yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
b.
Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam mengembangkan kreativitas, khususnya berkaitan dengan kompetensi pedagogik, demi tercapainya proses dan
1
12 21
hasil belajar yang lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. c.
Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti dalam mengembangkan kreativitas yang dimilikinya, khususnya berkaitan dengan kompetensi pedagogik, karena peniliti merupakan calon guru.
1
22
BAB II TINJAUAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A.
Tinjauan Teoritik 1.
Hakikat Kreativitas Guru (Y) a.
Pengertian Kreativitas Kreativitas
merupakan
sebuah
konsep
yang
multidimensional dan kompleks. Hal tersebut terbukti dari banyaknya kajian kreativitas dari berbagai perspektif, seperti
pendekatan psikologis, sosiologis, maupun
kombinasi keduannya. Karena sifatnya yang demikian, menjadi tidak mudah untuk merumuskan sebuah definisi yang operasional. Namun yang pasti pada dasarnya setiap orang yang normal memiliki potensi kreativitas, hanya frekuensi dan kualitasnya saja yang berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan pendapat Devito yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda.14 Begitu pula menurut Treffinger, bahwa tidak ada orang yang tidak sama sekali mempunyai kreativitas, seperti halnya tidak ada seorang pun manusia yang inteligensinya nol.15 Upaya
untuk
memupuk
dan
mengembangkan
kreativitas menjadi semakin penting dan bermakna ketika dunia mengalami perubahan yang begitu cepat dan 14
Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, (Bandung: CV Alfabeta, 1997), h. 16. 15 Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 16.
1 13
23 14
kompleks seperti yang sekarang ini. Kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi secara cerdas melalui cara-cara yang baru semakin diperlukan agar dapat survive dan tidak hanyut dalam persaingan. Sebagaimana dikemukakan oleh Coleman, bahwa ketika jiwa kreatif itu terjaga, ia menggerakkan cara untuk hidup yang dipenuhi hasrat untuk berinovasi, mencari caracara baru untuk melakukan sesuatu, mewujudkan impian menjadi nyata.16 Sementara itu menurut Munandar, ada empat makna pentingnya pengembangan kreatifitas bagi setiap orang, yaitu: 1) Dengan kreativitas orang dapat mengaktualisasikan diri 2) Dapat melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah 3) Bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan; dan 4) Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.17 Jika dilakukan kajian kepustakaan tentang definisi kreativitas, ditemukan banyak sekali pendapat para ahli tentang pengertian dan batasan konsep tersebut. Menurut Naim yang merujuk pada pendapat Hurlock, menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak pernah
16
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 243. 17 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 31.
1
15 24
dikenal oleh pembuatnya.18
Sejalan dengan itu, Naim
mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu hasil karya atau ide-ide yang baru.19 Pengertian yang lebih lengkap dikemukakan oleh Supriadi bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesutau yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relaif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.20 Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
pada
hakikatnya
merupakan
kemampuan
seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya, baik berupa ide atau gagasan maupun hasil karya yang nyata. Selain definisi yang menekankan kreativitas sebagai kemampuan untuk melahirkan ide atau gagasan dan karya nyata, ada pula ahli yang menambahkan penekanan pada tindakan. Menurut Csikszentmihalyi, kreativitas merupakan suatu tindakan, ide, atau produk yang merubah ranah yang ada, atau mengubah ranah yang sudah ada menjadi ranah yang baru.21 Pendapat ini didukung pula oleh Richard dalam Sigelmen yang menyatakan bahwa kreativitas merupakan tindakan yang menghasilkan produk baru yang bermanfaat.22
Berdasarkan
kedua
teori
ini,
berarti
kreativitas bukan hanya ide atau produk, namun termasuk 18
Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 217. 19 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, h. 229. 20 Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 7. 21 Mihaly Csikszentmihalyi, Flow and The Psychology of Discovery and Invention, (New York: Herper Perenial, 2000), h. 28. 22 Carol K. Sigelmen, Life-Spam Human Development, (Canada USE: Cole Publishing Company, 2002), h. 258.
1
25 16
pula tindakan yang dapat merubah atau menghasilkan sesuatu menjadi yang baru. Selain itu, kreativitas juga sering dikaitkan dengan upaya pemecahan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Pranowo, menurut para psikolog ternyata manusia setiap hari paling tidak menghadapi 6.000 masalah. Bahkan lebih mencengangkan lagi adalah betapa kreatifnya manusia ketika dapat menyelesaikan ribuan masalah tersebut
yang
mungkin
berbeda
setiap
hari
dan
menyelesaikan dengan cara yang berbeda-beda pula.23 Hubungan antara kreativitas dan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Semiawan yang mengatakan bahwa
kreativitas
merupakan
kemampuan
untuk
memberikan gagasan baru dan menerapkan-nya dalam pemecahan masalah.24 Begitu pula menurut Chaplin bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam
upaya
memecahkan
masalah-masalah
dengan
metode-metode baru.25 Berdasarkan uraian berbagai teori di atas dapat disimpulkan
bahwa
kreativitas
merupakan
tindakan
seseorang dalam bentuk gagasan maupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya.
23
Panji Pranowo, Cara Super untuk Kreatif, (Yogyakarta: Buku Pintar, 2013), h. 11. Yeni Rachmawati, Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 14. 25 Yeni Rachmawati, Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, h. 14. 24
1
26 17
b.
Karakteristik Kreativitas Selain
menjelaskan
konsep
krativitas
melalui
pengertian atau definisi, banyak pula ahli yang menjelaskan konsep ini berdasarkan karakteristik individu kreatif atau ciri-ciri
orang
kreatif.
Beberapa
ahli
yang
telah
mengemukakan ciri-ciri atau karakteristik individu kreatif antara lain adalah Utami Munandar, Deni Saputra, Yatim Rianto, dan Sund. Menurut Munandar, ada 7 (tujuh) sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang melekat pada orang-orang kreatif, yaitu: 1) Terbuka terhadap pengalaman baru 2) Luar biasa 3) Luwes dalam berpikir 4) Bertindak bebas dalam mengekspresikan diri 5) Berminat pada kegiatan-kegiatan keratif 6) Percaya pada gagasan sendiri 7) Mandiri.26 Sedangkan Saputra mengemukakan 9 (sembilan) ciri kepribadian kreatif, meliputi: 1) Imajinatif 2) Mempunyai prakarsa/inisiatif (dapat memulai sesuatu sendiri) 3) Mempunyai minat yang luas 4) Mandiri (bebas) dalam berpikir 5) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
26
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, (Jakarta, Kencana, 2012), hh. 229 – 230.
1
27 18
6) Kepetualangan 7) Penuh semangat 8) Percaya diri 9) Bersedia mengambil resiko dan berani dalam keyakinan.27 Sementara itu berdasarkan kajian dari berbagai studi, Riantomengemukakan 24 ciri kepribadian kreatif, yaitu: 1) Terbuka terhadap pengalaman baru 2) Fleksibel perasaan 3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan 4) Menghargai fantasi 5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kretaif 6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar 8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti 9) Mengambil resiko yang diperhitungkan 10) Percaya diri dan mandiri 11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas 12) Tekun dan tidak mudah bosan 13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah 14) Kaya inisiatif 15) Peka terhadap situasi lingkungan 16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa lalu
27
Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, hh. 220 – 221.
1
28 19
17) Memiliki citra diri dan emosionalitas yang stabil 18) Tertarik kepada hal-hal abstrak, kompleks, holistik dan mengandung teka-teki 19) Memiliki gagasan orisinil 20) Mempunyai minat yang luas 21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri 22) Kritis terhadap pendapat orang lain 23) Sering mengajukan pertanyaan yang baik 24) Memiliki kesadaran etika moral dan estetika yang tinggi.28 Ciri-ciri yang dikemukakan oleh Riyanto di atas juga ditemukan
pada
ciri-ciri
kepribadian
kreatif
yang
dikemukakan oleh Sund, yaitu: 1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar 2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3) Panjang/banyak akal 4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti 5) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan 6) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas 7) Berpikir fleksibel 8) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak 9) Kemampuan membuat analisis dan sintesis 28
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, h. 230.
1
29 20
10) Memiliki semangat bertanya serta meneliti 11) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik 12) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.29 Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa orang kreatif setidak-tidaknya memiliki ciri-ciri atau karakteristik: 1) Memiliki Inisiatif yang tinggi 2) Selalu berupaya mengembangkan diri 3) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi 4) Berani mengambil resiko 5) Terbuka terhadap pengalaman baru c.
Pentingnya Kreativitas bagiGuru Kaitan antara kreativitas dengan dunia pendidikan sudah banyak dikaji oleh para ahli, Mulyasa yang mengutip pernyataan Piaget, “The principle goal of education is to create man who are capable of doing new things, not simply of repeating what other generations have done – man who are creative, inventive, and discoverers”.30 Kalimat tersebut menunjukkan betapa kreativitas dan orang-orang kreatif merupakan indikator penting dalam keberhasilan pendidikan. Manusia-manusia kreatif sebagai output pendidikan hanya akan dapat dihasilkan melalui proses kreatif yang selalu merangsang perkembangan kreatifitas.
29
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, h. 226. 30 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 85.
1
30 21
Paragraf di atas secara tidak langsung mengungkapkan pentingnya kreativitas bagi seorang guru. Tanpa bermaksud mengurangi arti penting komponen yang lain, peran guru sebagai agen pembelajaran sangat strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Di sisi lain, perkembangan di era globalisasi saat ini yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan secara langsung maupun tidak
juga
telah
mempengaruhi
dunia
pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh tekhnologi
informasi
dan
komunikasi
semakin
mempermudah setiap orang untuk mengakses berbagai informasi terbaru. Fenomena di atas tentu menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi guru. Guru harus semakin maksimal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan cara selalu mengembangkan diri, terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak mudah menyerah, berpikir positif, dan berupaya menemukan berbagai alternatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Intinya
adalah
sosok
guru
yang
selalu
mengembangkan kreativitas sesuai tuntutan profesinya. Keberadaan guru yang kreatif sebagaimana diuraikan di atas juga sangat dibutuhkan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang SMP. Merujuk pada kurikulum, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS pada jenjang SMP adalah untuk mengembangkan berbagai keterampilan peserta didik, seperti kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah. Selain itu peserta didik juga diharapkan
mampu mengaitkan konsep-konsep 1
yang
31 22
dipelajari dengan fenomena kehidupan nyata dalam masyarakat. Hal ini tentu tidak akan tercapai jika pembelajaran yang terjadi di kelas-kelas hanya berupa transfer of knowledge yang didominasi oleh metode ceramah. Hasil kajian Skeel dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peserta didik dalam mata pelajaran
IPS
atau
social
studies
sangat
rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Salah satu penyebabnya adalah peserta didik cenderung merasa bosan karena pembelajaran didominasi oleh motode ceramah.31 Selain berbagai teori tentang kreativitas yang sudah dijelaskan pada sub sebelumnya, teori yang menarik lainnya dikaitkan dengan kreativitas guru adalah The three components of creativity yang dikemukakan oleh Amabile. Jane Hanry yang mengutip pendapat Amabile, menyatakan bahwa kreativitas merupakan fungsi dari tiga komponen, yaitu: expertise, creative-thinking skills, dan motivation.32 Ketiga komponen kreativitas di atas kadang disebut juga sebagai: domain skill, creative thinking and working skill, dan intrinsic motivation. Secara visual, teori Amabile ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
31
Rudi Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hh. 108 – 109. 32 Jane Henry, Creative Management and Development, (London: SAGE Publication Ltd., 2006), h.18.
1
32 23
Gambar 2.1 The three components of creativity33 Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa kreativitas merupakan interseksi dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu: Skill atau keahlian khusus dalam bidang tertentu, Creative Thinking atau keahlian untuk berpikir secara kreatif, dan Intrinsict Motivation atau motivasi yang datang dari dalam diri sendiri. Dengan sangat menarik, Naim mengumpamakan ketiga komponen kreativitas di atas sebagai hal-hal yang diperlukan untuk membuat masakan sup yang enak.34 Lebih lanjut, Naim menjelaskan bahwa keahlian dalam bidang tertentu atau khusus adalah syarat utama, karena tidak mungkin seseorang akan kreatif kalau tidak memiliki keahlian tentang hal tersebut. Keahlian ini merupakan dasar utama bagi semua pekerja kreatif yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, maupun pengalaman. Bagi seorang guru, keterampilan ini akan terlihat pada pengetahuan, wawasan, dan kecakapan dalam bidangnya. Keahlian seorang guru akan samakin meningkat apabila ada upaya33
Jane Henry, Creative Management and Development, h.18. Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, hh. 247 – 248. 34
1
33 24
upaya untuk mengembangkan diri secara terus-menerus, baik
melalui
berbagai
pelatihan
maupun
inisiatif
pembelajaran secara mandiri. Selanjutnya tentang keterampilan berpikir kreatif, Naim mengibaratkannya sebagai kemampuan meracik atau meramu bumbu sehingga menghasilkan sup dengan rasa yang enak, berbeda, unik, dan spesial. Berpikir kreatif dapat diibaratkan sebagai cara mendekati dunia yang memungkinkan
untuk
menemukan
kemungkinan-
kemungkinan baru dan mewujudkan-nya hingga akhir. Domain ini terkait dengan cara melihat hal yang umum dari sudut pandang yang berbeda, menemukan kemungkinan baru, dan mewujudkannya sehingga menghasilkan sesuatu yang berbeda. Bagi seorang guru, domain keterampilan kreatif ini akan terindikasi dari ciri-ciri berpikir divergen, toleran terhadap ambiguitas, yang ditopang oleh rasa percaya diri yang tinggi, serta keberanian mengambil resiko. Sedangkan intrinsict motivation dapat diibaratkan pula sebagai kecintaan, maknanya adalah keinginan untuk mengerjakan apa saja karena menganggap hal tersebut menarik. Seorang individu yang memiliki intrinsict motivation akan melakukan sesuatu bukan karena adanya ganjaran atau hadiah, tetapi didorong oleh rasa kecintaan dan kesenangan. Guru yang memiliki motivasi intrinsik, tidak akan memperhitungkan penghargaan atau ganjaran atas upaya-upaya terbaik yang telah dilakukannya. Profil guru seperti inilah yang akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, senang mencoba atau terbuka terhadap hal-hal yang 1
25 34
baru, dan tidak mudah menyerah ketika dihadapi kendala atau hambatan. Berdasarkan berbagai pendapat dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru adalah tindakan seorang gurudalam bentuk gagasan maupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya. Adapun indikatornya adalah: 1) Memiliki banyak inisiatif dalam pembelajaran; 2) Selalu berupaya mengembangkan diri; 3) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi; 4) Berani mengambil resiko; dan 5) Terbuka terhadap pengalaman baru. 2.
Hakikat Kompetensi Pedagogik (X) a.
Pengertian Kompetensi Dewasa
ini
istilah
kompetensi
sangat
sering
diperbincang-kan, tidak hanya pada dunia kerja, namun juga dalam kalangan masyarakat awam. Sehingga tidak mengherankan jika berkembang pula berbagai definisi atau pengertian yang beragam tentang istilah tersebut. Bagi masyarakat awam, kompetensi sering dikaitkan dengan kata competence yang berarti kemampuan atau kapabilitas. Dalam bahasa Indonesia, istilah “kemampuan” yang berasal dari kata “mampu” ternyata juga dapat dimaknai secara berbeda-beda sesuai dengan konteks pembicaraan dan penggunaannya. Dikaitkan dengan kompetensi, kata mampu sering digunakan untuk menggantikan kata: pintar, 1
2635
ahli, dapat melakukan sesuatu pekerjaan, serba tahu, terampil, dan sebagainya. Berdasarkan kajian kepustakaan, ditemukan banyak pengertian kompetensi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Spencer mengatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi tertentu.35 Sementara itu, Guion mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan caracara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.36 Sedangkan Jhonsons mengartikan kompetensi sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.37 Selain itu, banyak pula ahli-ahli Indonesia yang telah mendefinisikan kompetensi. Danim menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dari seorang tenaga profesional. Selanjutnya,
Danim
menegaskan
bahwa
kompetensi
merupakan spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan
35
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 78. 36 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, h. 78. 37 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, h. 79.
1
27 36
oleh masyarakat dan dunia kerja.38 Sejalan dengan itu, Musfah mengatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.39 Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki seorang,
agar
dapat
melaksanakan
tugasnya
secara
profesional. b.
Pengertian Pedagogik Pedagogik adalah sebuah
konsep
yang
sering
digunakan dalam dunia pendidikan atau pembelajaran. Secara etimologi, istilah pedagogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos yang artinya anak laki-laki dan agogos yang artinya mengantar atau membimbing. Sehingga secara harfiah, pedagogi berarti pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian makna ini berkembang menjadi seseorang yang melakukan tugas
pengajaran,
pembimbingan,
pembinaan
secara
profesional terhadap individu atau sekelompok individu, agar
tumbuh
kembang
menjadi
pribadi
yang
bertanggungjawab di masyarakat.40
38
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Profesional Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 111. 39 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 29. 40 Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pendagogi Modern, (Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 2.
1
37 28
Dalam
perkembangan
selanjutnya,
pedagogik
berkembang menjadi sebuah ilmu sekaligus seni. Menurut Purwanto, pedagogik sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.41 Pedagogik sebagai ilmu juga dikemukakan oleh Hoogveld yaitu ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, supaya kelak mampu secara mendiri menyelesaikan tugas hidupnya.42 Sedangkan
pedagogik sebagai
seni diantaranya
dikemukakan oleh Sulaiman. Menurutnya dikatakan seni karena harus mempertimbangkan perbedaan individu setiap peserta didik, memiliki kaedah yang sesuai dengan peserta didik, memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam yang dilandasi asumsi bahwa setiap peserta didik merupakan insan yang berpotensi.43
Pedagogik sebagai
seni juga dikemukakan oleh Schleiermacher dan Schiller dengan menyebut pedagogik sebagai seni beraksi, yaitu bagaimana guru berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa. Hal yang menarik dikemukakan oleh Hebert bahwa pembelajaran tidak bisa direproduksi begitu saja. Sebuah pengalaman keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga tidak dapat begitu saja diterapkan kembali dalam konteks tempat atau waktu yang berbeda, walaupun dengan isi yang serupa.44
41 42
Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pendagogi Modern, h. 2. Uyoh Sadullah, Agus Muharam, Pedagogik: Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 2. 43
Esah Sulaiman, Pengenalan Pedagogi, (Johor: University Technologi Malaysia,2004), h.
3. 44
Anna Hebert, The Pedagogy of Creativity, (New York: Rouletge Taylor and Prancis Group, 2010), hh. 70 – 71.
1
29 38
Dari beberapa teori dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Pedagogik adalah ilmu sekaligus seni yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif. c.
Kompetensi Pedagogik Guru Dengan berlakunya Undang-Undang Nomer 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen telah meningkatkan status guru menjadi pendidik professional. Tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kata professional mengisyaratkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seorang guru dapat menjadi sumber penghasilan kehidupan,
namun
harus
memenuhi
persyaratan-
persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut adalah memiliki kualifikasi akademik, keahlian, kemahiran, dan kecakapan tertentu. Persyaratan minimal secara akademik seorang guru adalah Sarjana (S1) atau Diploma 4, serta menguasai kompetensi
guru
secara
utuh
meliputi
kompetensi
pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Tujuan ditetapkannya persyaratan penguasaan kompetensi bagi guru tersebut adalah untuk menjamin keterlaksanaan tugas sebagai pendidik secara professional. Salah satu kompetensi yang penting dikuasai guru adalah kompetensi pedagogik. Dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru yang terkait dengan pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan 1
30 39
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Pasal 1 dan 2 mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi kompetensi, salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik ini sangat penting karena terkait langsung dengan aktivitas pembelajaran. Menurut Rusman, penguasaan kompetensi pedagogik penting bagi guru agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.45 Pernyataan ini juga didukung
oleh
pengetahuan
Victor
tentang
C.X.
Wang,
pedagogik,
bahwa
setiap
tanpa
kegiatan
pembelajaran hanya akan menyebabkan aktivitas yang ceroboh, apalagi pengajaran yang efektif.46 Berdasarkan hasil kajian kepustakaan, ditemukan banyak sekali definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian kompetensi pedagogik serta lingkupnya. Menurut Janawi, kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Selanjutnya dijelaskan bahwa komptensi pedagogik paling tidak berhubungan dengan: 1) Mengusai karakteristik peserta didik 2) Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran 3) Mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran
45
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, h. 22. Victor C.X. Wang, et, al., Pedagogical and Andragogical: Teaching and Learning With Information, Communication, Technologies, (USE: IGI Global, 2012), h. V. 46
1
31 40
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 5) Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk kepentingan pembelajaran 6) Menfasilitasi perkembangan potensi peserta didik 7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik 8) Menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar 9) Memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran 10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.47 Sementara itu, Hadis dan Nurhayati mengatakan bahwa
kompetensi
pedagogik
adalah
kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi kaidah-kaidah pedagogik. Kemampuan ini meliputi: 1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 2) Memahami
latar
belakang
keluarga
dan
masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya 3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik 4) Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik 5) Menguasai
teori
dan
prinsip
belajar
pembelajaran yang mendidik
47
Janawi, Guru: Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 65.
1
dan
41 32
6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran 7) Merancang pembelajaran yang mendidik 8) Melaksanakan pembelejaran yang mendidik 9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.48 Begitu pula menurut Sagala, bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik, meliputi: 1) Pembahasan wawasan guru akan landasan filsafat pendidikan 2) Mengenali potensi dan keberagaman peserta didik 3) Mengembangkan kurikulum/silabus 4) Menyusun rencana dan strategi pembelajaran 5) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentif,
efektif,
dan
menyenangkan 6) Melakukan evaluasi hasil belajar denga memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan 7) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.49 Mulyasa yang mengutip dari Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
48
Abdul hadis dan Nurhayati, Menejemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.
22. 49
Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung; Alfabeta, 2009), hh. 30 – 31.
1
33 42
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi: 1) Pemahaman terhadap peserta didik 2) Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran 3) Evaluasi hasil belajar 4) Pengembangan
peserta
mengaktualisasi-kan
didik
berbagai
untuk
potensi
yang
dimilikinya.50 Tidak berbeda jauh dengan Mulyasa di atas, Sudarwan Danim, juga mengemukakan sub kompetensi pedagogik yang terdiri dari: 1) Mengenal peserta didik secara mendalam 2) Merancang pembelajaran 3) Melaksanakan pembelajaran 4) Merancang
dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran 5) Mengembangkan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasi-kan berbagai potensinya.51 Secara
lebih
lengkap,
Sudarwan
Danim
telah
mengemukakan indikator-indikator yang dijabarkan dari 5 (lima) sub kompetensi di atas pada tabel 2.1 berikut.
50 51
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 75. Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
22.
1
43 34
Tabel 2.1 Sub Kompetensi dan Indikator-indikator Kompetensi Pedagogik52 Sub Kompetensi Indikator Mengenal peserta 1.1 Memahami peserta didik dengan didik secara memanfaatkan prinsip-prinsip mendalam perkembangan kognitif 1.2 Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian 1.3 Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik Perancangan dan 2.1 Memahami landasan pendidikan pelaksanaan 2.2 Menerapkan teori belajar dan pembelajaran pembelajaran 2.3 Menemukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar 2.4 Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih Melaksanakan 3.1 Menata latar (setting) pembelajaran pembelajaran 3.2 Melaksanakan pembelajaran yang kondusif Merancang dan 4.1 Merancang dan melaksanakan melaksanakan evaluasi (assesment) proses dan evaluasi hasil belajar secara pembelajaran berkesenambungan dengan berbagai metode 4.2 Menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastry learning) 4.3 Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan keseulitan program pembelajaran secara umum 52
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, hh. 25 – 26.
1
44 35
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasik an berbagai potensinya
4.1 Menfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik 4.2 Menfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi non akademik
Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru secara menyeluruh,
tentu
memerlukan
penilaian
yang
komprehensif, karena mencakup domain kognitif, afektif, dan keterampilan. Namun demikian, penilaian kompetensi juga dapat dilakukan pada domain atau ranah tertentu saja. Sebagai contoh, pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilaksanakan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan beberapa tahun terakhir ini dilakukan melalui tes tertulis dengan penekanan pada domain kognitif. Terkait dengan kemampuan dalam domain kognitif, Anderson dan Kratwohl telah mengemukakan tahapan proses kognitif dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu: Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3), Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) dan Mengkreasi (C6). Secara lengkap tahapan kemampuan kognitif tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Tahapan Proses Kognitif53 Tahapan Proses Kognitif 1. Mengingat (C1) 1.1. Mengenal kembali 1.2. Memunculkan kembali 53
Kemampuan Kompetensi Kognitif 1.1. Mengidentifikasi 1.2. Menyatakan kembali
Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 117.
1
36 45
2. Memahami (C2) 2.1. Menginterpretasi 2.2. Memberi contoh 2.3. Mengklasifikasi 2.4. Merangkum 2.5. Menyimpulkan 2.6. Membandingkan 2.7. Menjelaskan
3. Menerapkan (C3) 3.1. Menggunakan 3.2. Melaksanakan
4. Menganalisis (C4) 4.1. Membedakan 4.2. Menguraikan 4.3. Mengorganisasikan
5. Mengevaluasi (C5) 5.1. Mengecek 5.2. Mengkritik
6. Mengkreasi (C6) 6.1. Mengembangkan 1
2.1. Mengklasifikasi, menceritakan, menyajikan 2.2. Mengilustrasikan, memberi contoh 2.3. Mengkategorikan, mengelompokkan 2.4. Mengabstraksikan, menggeneralisasikan 2.5. Menyimpulkan, melengkapi, memperkirakan 2.6. Membandingkan, memetakan, menjodohkan 2.7. Menyusun model 3.1. Menggunakan prosedur pada hal yang jelas 3.2. Menggunakan prosedur pada hal yang belum jelas 4.1. Mencari perbedaan, memisahkan, memilih 4.2. Membagi, merinci 4.3. Mengintegrasikan, menemukan koherensi, memadukan, membuat struktur 5.1. Mendeteksi, memonitor, memeriksa, menguji 5.2. Mendeteksi ketidaksesuaian
6.1. Merumuskan
46 37
6.2. Merencanakan 6.3. Membuat
hipotesis, meningkatkan kegiatan 6.2. Merancang prosedur, menyusun rencana kerja 6.3. Menciptakan satu karya, menghasilkan produk
Dengan demikian, kompetensi pedagogik guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran dapat dinilai berdasarkan kemampuan kognitif yang mengacu pada tahapan proses kognitif sebagaimana yang tertuang pada tabel di atas. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif
sesuai
dengan
metodologi
pengajaran
yang
ditetapkan. Adapun indikator-indikatornya adalah: 1) Pemahaman terhadap peserta didik 2) Penguasaan prinsip dan teori pembelajaran 3) Pengembangan
kurikulum
dan
perancangan
pembel-ajaran 4) Plaksanaan
pembelajaran
yang
efektif
dan
mendidik 5) Penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar.
1
38 47
B.
Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian sejenis yang telah dilaksanakan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini antara lain adalah: 1.
Penelitian milik Heryanti (2015) yang berjudul: “Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan Kreativitas Kerja Guru pada Guru SD di Wilayah Babakan Mandang dan Karang Tengah Kota Bogor”. Metode dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Hasil penelitian sebagai berikut: Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Kompetensi Pedagogik
dengan
Kreativitas
Kerja
Guru,
dengan
persamaan regresi Ŷ = 56,8285 + 0,3908X1 dengan nilai koefisien korelasi ry.1 = 0,6326 serta nilai koefisien determinasi r2y.1 = 0,4002.54 2.
Penelitian milik Nelfuad (2015) yang berjudul: “Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru (Survei pada Guru SDN di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok). Hasil penelitian sebagai berikut: Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Kerja Guru, dengan persamaan regresi Ŷ = 85,257 + 1,854X1 dengan nilai koefisien korelasi ry.1 = 0,606 serta nilai koefisien determinasi r2y.1 = 0,367.55
54
Heryanti, Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan Kreativitas Kerja Guru, (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015). 55 Nelfuad, Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru, (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015).
1
39 48
Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan No. 1
2
Nama Peneliti, Persamaan Tahun, Judul Terdapat Heryanti variabel (2015) “Hubungan kreativitas guru Kompetensi dan variabel Pedagogik dan kompetensi Kecerdasan pedagogik Emosional Indikator dengan Kreativitas Kreativitas Guru: inisiatif Kerja Guru” yang tinggi Indikator Kompetensi Pedagogik : Menguasai prinsip dan teori pembelajaran, Mengembangka n perancangan pembelajaran
Nelfuad (2015) “Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru”
Terdapat variabel kreativitas guru dan variabel kompetensi pedagogik Indikator Kreativitas Guru: rasa 1
Perbedaan Terdapat variabel kecerdasan emosional ]Survei dilakukan pada guru Sekolah Dasar (SD) Survei dilakukan pada wilayah yang berbeda Indikator Kreativitas Guru: mandiri, fleksibel, gagasan orosinil Indikator Kompetensi Pedagogik : Memahami kesulitan belajar peserta didik, mengaktualisasi-kan berbagai potensi peserta didik melaksanakan pembelajaran yang aktif Terdapat variabel kecerdasan adversitas Survei dilakukan pada guru Sekolah Dasar (SD) Indikator Kreativitas Guru: berpikir divergen
49 40
percaya diri, Indikator pengambilan Kompetensi resiko Pedagogik : Indikator mengaktualisasi-kan Kompetensi berbagai potensi Pedagogik : peserta didik, menguasai pembelajaran yang evaluasi proses aktif dan dan hasil belajar, menyenangkan, menguasai menguasai strategi prinsip dan teori pembelajaran pembelajaran
C.
Kerangka Berpikir Berdasarkan konstruksi variabel kompetensi pedagogik (X) dan variabel kreativitas guru (Y), berikut ini akan dilakukan analisis rasional tentang hubungan antara kedua variabel tersebut.Dalam penelitian ini, kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif sesuai dengan metodologi pengajaran yang ditetapkan. Adapun indikatorindikatornya adalah: 1) Pemahaman terhadap peserta didik; 2) penguasaan prinsip dan teori pembelajaran; 3) pengembangan kurikulum
dan
perancangan
pembelajaran;
4)
pelaksanaan
pembelajaran yang efektif dan mendidik; dan 5) penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar. Sedangkan kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru dalam bentuk gagasan, tindakan, maupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya. Adapun indikatornya adalah: 1)
1
50 41
Inisiatif pembelajaran; 2) Pengembangan diri; 3) Rasa percaya diri; 4) Pengambilan resiko; dan 5) Pandangan terhadap pengalaman baru. Hubungan antara variabel kompetensi pedagogik dengan variabel kreativitas guru dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Gambar 2.2 Skema Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y Berdasarkan hubungan-hubungan antara indikator-indikator variabel X dan Y pada Gambar 2 di atas, selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Seorang guru yang memiliki pemahaman terhadap latar belakang peserta didik dengan baik dalam berbagai aspek, seperti: minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosial-budaya, dan sebagainya, akan kaya dengan inisiatif sehingga dapat 1
51 42
mengembangkan rencana pembelajaran yang berbasis pada keberagaman karakteristik peserta didik. 2.
Seorang
guru
yang
memahami
dengan
baik
teori
perkembangan kognitif, Multiple Intellegence, dan berbagai gaya belajar diduga akan kaya dengan inisiatif pembelajaran. 3.
Sebaliknya, penguasaan guru terhadap berbagai teori belajar dan teori tentang karakteristik peserta didik dari berbagai aspek (seperti: minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosialbudaya, dan sebagainya) tidak dapat dipisahkan dari hasil pengembangan diri yang telah dilakukan oleh seorang guru.
4.
Guru yang selalu mengembangkan diri akan terindikasi pula dari upaya memodifikasi dan menyempurnakan rancangan pembelajaran secara berkelanjutan. Upaya tersebut tentu didukung oleh adanya rasa kepercayaan diri yang tinggi.
5.
Guru yang memiliki rasa percaya diri tinggi dan disertai keberanian mengambil resiko akan melakukan penataan kelas (setting) secara bervariasi, termasuk belajar di luar kelas dengan tujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
6.
Guru yang terbuka terhadap pengalaman baru, akan selalu mencoba menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan strategi
pembelajaran
inovatif.
Keterbukaan
terhadap
pengalaman baru juga akan terindikasi dari keberanian untuk mencoba menerapkan berbagai bentuk dan teknik penilaian proses dan hasil belajar yang otentik. Berdasarkan analisis hubungan antar indikator-indikator variabel X dan variabel Y di atas, maka dapat diduga terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru.
1
52
BAB III METODE PENELITIAN G. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, Kota Depok.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan terhitung dari bulan Desember 2015 sampai dengan Agustus 2016, mulai dari seminar proposal sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian. Secara garus besar rancangan jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian No 1 2 3 4 5 6
Jenis Kegiatan
Bulan/Minggu Des.2015 1 2 3 4
Jun.2016 1 2 3 4
1
Jul. 2016 2 3 4
Agust. 2016 1 2 3 4
Seminar Proposal Pembuatan Instrumen Uji Coba Instrumen Pengumpulan data Analisis Data Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
H. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan korelasional, yaitu jenis penelitian yang berupaya untuk 1 43
4453
membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel-variabel yang dimaksud, yaitu: Kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas (X) dan Kreativitas Guru sebagai variabel terikat (Y). Sedangkan alat ukur (instrumen) yang digunakan adalah tes dan non tes, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang ada dalam variabel penelitian. Sebagai responden untuk kedua variabel tersebut adalah guruguru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengajar mata pelajaran IPS dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, Kota Depok. Konstelasi masalah yang diteliti dapat dilihat pada gambar berikut:
Keterangan: X : Kompetensi Pedagogik Y : Kreativitas Guru Ɛ : Variabel lain yang diduga memiliki hubungan dengan kreativitas guru Gambar 3.1 Konstelasi Hubungan antar Variabel
I.
Populasi dan Sampling 1.
Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP mata pelajaran IPS dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, kota Depok berjumlah 33 orang yang berasal dari 24 Sekolah.
2.
Sampel Penelitian Penelitian ini memiliki jumlah populasi 33 orang guru mata pelajaran IPS. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus yang
1
45 54
digunakan oleh Solvin dengan tingkat kepercayaan 95% (tingkat kesalahan 5%)56 dengan perhitungan sebagai beikrut: n=
𝑁 1 + 𝑁𝑒²
Keterangan: n : Jumlah Sampel N : Jumlah populasi e : tingkat kesalahan (presisi) ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: n=
n=
n=
33 1 +33 (0,05)² 33 1 +0,825 33 1,0825
n = 30,40 Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan Slovin di atas, untuk keperluan penelitian jumlah sampel dibulatkan menjadi 30 orang guru. Sedangkan untuk uji coba akan diberikan pada 10 orang guru di luar perhitungan sampel penelitian. Perhitungan selanjutnya yaitu membagi responden secara proporsional yang dapat dilihat dalam tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2 Jumlah Guru dan Jumlah Sampel yang akan diambil No
Nama Sekolah
1. 2. 3. 4. 5. 6.
SMP Al-Hasra SMP Darul Ulum SMP Terpadu Darussalam SMP Islamiyah Serua SMPN 14 Depok SMP Permata Bunda Reni Jaya
56
Jumlah Guru 2 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 3 Orang 1 Orang
Jumlah Sampel 2 1 1 1 2 1
Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, (Jakarta: Ushul Press, 2009), h. 34.
1
46 55
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
J.
SMP PGRI 363 Pondok Petir SMP Raudhatul Falah SMP Bina Insan Cendikia SMP Islam Al-Ihsan SMP Islam Al-Ma’arif SMP Arrihlah SMP Darul Qur’an SMP Hidayatul Ihsan SMP Islam Plus Az-Zahra SMPN 10 Depok SMPN 18 Depok SMP Daarun Ni’Mah SMP Yapan SMP Muhammadiyah 29 SMP Islamiyah Sawangan SMP IT Amec SMP IT Daarul Rahman IT Darul Hikam Jumlah
1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 3 Orang 3 Orang 1 Orang 2 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 33 Org
1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 30
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan indikator setiap variabel. Pengumpulan data untuk variabel kreativitas guru (Y) berbentuk non tes berupa kuesioner dengan menggunakan skala penilaian 1 – 5. Sedangkan pengumpulan data untuk variabel kompetensi pedagogik (X) dilakukan melalui tes terstruktur berupa pertanyaan pilihan ganda. Sebelum diberikan kepada responden yang diberikan sampel pada penelitian ini, instrumen terlebih dahulu di validasi dan di uji reliabilitasnya. Penjelasan mengenai instrumen masing-masing variabel penelitian, adalah sebagai berikut: 1.
Intrumen Kreativitas Kerja Guru a.
Definisi Konseptual Kreativitas Guru adalah tindakan seorang guru dalam bentuk gagasanmaupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas
1
56 47
profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya. b.
Definisi Operasional Kreativitas Guru dalam penelitian ini adalah penilaian guru
terhadap
dirinya
sendiri
tentang
tindakan
yang
dilakukannyabaik dalam bentuk gagasan maupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya, yang
diukur
melalui:
1)
Inisiatif
pembelajaran;
2)
Pengembangan diri; 3) Rasa percaya diri; 4) Pengambilan resiko; dan 5) Pandangan terhadap pengalaman baru. c.
Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang digunakan untuk mengukur kreativitas guru dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikatorindikator yang telah ditetapkan. Instrumen berupa kuesioner, terdiri dari 40 butir pernyataan positif dan negatif dengan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu Selalu (Sl), Sering (Sr), Kadangkadang (Kd), Pernah (P), dan Tidak Pernah (TP). Pernyataan positif adalah pernyataan yang mengindikasikan tingginya kreativitas guru. Penghitungan skor untuk pernyataan positif ini adalah Selalu (Sl) diberi skor 5, Sering (Sr) diberi skor 4, Kadang-kadang (Kd) diberi skor 3, Pernah (P) diberi skor 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1. Sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang mengindikasikan rendahnya kretaivitas guru. Penghitungan skor adalah Selalu (Sl) diberi skor 1, Sering (Sr) diberi skor 2, Kadang-kadang (Kd) diberi skor 3, Pernah (P) diberi skor 4, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 5. Secara lengkap instrumen kerativitas guru dapat dilihat pada tabel berikut ini.
1
57 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi Insrumen Variabel Kreativitas Guru No
Indikator
1
Inisiatif pembelajaran 2 Pengembangan diri 3 Rasa percaya diri 4 Pengambilan resiko 5 Pandangan terhadap pengalaman baru Jumlah Pernyataan d.
Pernyataan Jumlah Positif Negative 1, 2, 4, 5, 6, 7
3, 8
8
10, 11, 12, 13, 15, 16 17, 18, 20, 21, 22 25, 26, 28, 29, 31, 32
9, 14
8
19, 23, 24
8
27, 30
8
33, 34, 36, 38, 40
35, 37, 39
8
28
12
40
Kalibrasi (Uji Coba) Instrumen Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan reliabel. Oleh karena itu perlu dilakukan uji coba untuk melihat koefisien validitas dan reliabilitas yang sudah dibuat. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan telah dapat mengukur konsep yang akan diukur. Sedangkan realibilitas bertujuan mengetahui kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur.57 1)
Validitas Validitas instrumen kreativias guru ditentukan dengan korelasi product moment person, dengan kriteria validitas instrumen ditentukan melalui validitas butir pernyataan. Butirbutir pernyataan dalam instrumen dinyatakan valid jika rhitung > rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05. Adapun subjek yang digunakan dalam uji coba instrumen adalah responden yang setara dengan subjek penelitian sebanyak 10 orang guru SMP yang mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Sawangan dan
57
Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, h. 20.
1
49 58
Bojongsari Kota Depok, yang tidak menjadi sampel dalam penelitian ini. 2)
Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama pada saat yang berbeda. Pengujian reliabilitas ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur yang stabil dengan tingkat akurasi yang baik. Pengujian reliabilitas instrumen
kreativitas
guru
menggunakan
rumus
Alpha
Crombach. Instrumen dinyatakan reliabel jika koefisiensi Alpha (α) ≥ 0,7. 2.
Instrumen Kompetensi Pedagogik a.
Definisi Konseptual Kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif sesuai dengan metodologi pengajaran yang ditetapkan.
b.
Definisi Operasional Kompetensi pedagogik dalam penelitian ini adalah penilaian terhadapkemampuan kognitif guru yang terkait dengan pengelolaan
pembelajaran
secara
efektif
sesuai
dengan
metodologi pengajaran yang ditetapkan, yang diukur melalui: 1) Pemahaman terhadap peserta didik; 2) penguasaan prinsip dan teori
pembelajaran;
3)
pengembangan
kurikulum
dan
perancangan pembelajaran; 4) pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan mendidik; dan 5) penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar.
1
59 50
c.
Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik guru adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda (multiple choise). Soal tes dikembangkan sebanyak 40 butir berdasarkan indikstor-indikator yang telah ditetapkan dan setiap butir soal terdiri dari 4 (empat) pilihan atau option jawaban. Pedoman penskoran menggunakan skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah. Sebelum digunakan dalam penelitian, soal ini juga diuji validitas dan reliabilitasnya terhadap 10 orang guru yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Selanjutnya sebaran butir soal yang disusun berdasarkan indikator-indikator variabel kompetensi pedagogik dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik No
Nomer Soal/Kemampuan Ranah Kognitif
Indikator
1
Pemahaman terhadap peserta didik 2 Penguasaan prinsip dan teori pembelajaran 3 Pengembangan kurikulum dan perancangan pembelajaran 4 Pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan mendidik 5 Penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar Jumlah Pernyataan
1
Jmlh
C1 1
C2 2, 3
C3 4, 5,
C4 6, 7
C5 8
8
9
10, 11
12, 13
14,15
16
8
22, 23
24
8
17
18,19 20,21
25
26, 27
28, 29
30, 31
32
8
33
34, 35
36, 37
38, 39
40
8
5
10
10
10
5
40
60 51
d.
Kalibrasi (Uji Coba Instrumen) 1)
Validitas Pengujian
kesahihan
atau
validitas
instrumen
kompetensi pedagogik dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Point Biserial, yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan. Butir soal dinyatakan valid apabila rhitung> rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05. 2)
Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas, instrumen kompetensi pedagogik, digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20). Instrumen dinyatakan reliabel jika r11> 0,6.
K. Teknik Analisis Data Data
yang
terkumpul
dalam
penelitian
ini
akan
dianalisis
menggunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial. 1.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum penyebaran atau distribusi data. Data yang akan diolah dengan menggunakan teknik statistik deskritif akan menggambarkan rata-rata (Mean), nilai tengah (Median), nilai yang sering muncul (Modus), simpangan baku (standard deviation), distribusi frekuensi (variant), nilai maksimum (Max), nilai minimum (Min), rentang antara nilai maksimum dan minimum (range), keragaman data (variant sample), total nilai (Sum), banyak kelas, rentang kelas, dan disertai grafik histogram dari masing-masing variabel penelitian.
2.
Statistik Inferensial Uji statistik inferensial digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Beberapa uji statistik inferensial yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1
52 61
a.
Uji Persyaratan Analisis 1)
Uji Normalitas Galat Baku Taksiran Uji distribusi
normalitas
digunakan
populasi
berdasarkan
untuk
mengetahui
pengolahan
data
penelitian. Pengujian normalitas populasi dilakukan dengan menggunakan rumus uji Liliefors. Adapun pernyataan normal adalah jika Lhitung < Ltabel pada taraf signifikansi 0,05. 2)
Uji Homogenitas Uji
homogenitas
dilakukan untuk
mengetahui
kesamaan varian populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas
ini
menggunakan 2
persyaratan homogenitas adalah X b.
uji hitung<
Bartlet
dengan
X2tabel.
Uji Hipotesis 1)
Uji Regresi Sederhana Uji regresi sederhana dalam penelitian ini adalah untuk menemukan persamaan regresi sederhana variabel kreativitas guru (Y) atas variabel kompetensi pedagogik (X) yang dirumuskan dalam bentuk Ŷ = a + bX.
2)
Uji Keberartian dan Kelinieran Persamaan Regresi Sederhana Persamaan regresi sederhana Y atas X di atas, perlu diuji keberartian dan kelinierannya. Uji dilakukan dengan mengelompokkan skor variabel Y atas X, kemudian hasil perhitungan dimasukkan ke dalam daftar Anava guna memperoleh Fhitung.
3)
Uji Korelasi Uji korelasiyang dimaksud adalah korelasi antara variabel kompetensi peagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y). Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kedua variabel 1
62 53
tersebut. Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus product moment person.Setelah diketahui korelasi antara variabel X dan Y, selanjutnya dilakukan uji keberartian korelasi dengan menggunakan uji t. 4)
Mencari Koefisien Determinasi Mencari
koefisien
determinasibertujuan
untuk
mengetahui besarnya sumbangan atau kontribusi variabel kompetensi pedagogik (X) terhadap variabel kreativitas guru (Y).Adapun cara menghitung kontribusi kompetensi pedagogik terhadap kreativitas guru adalah rx2.
L.
Hipotesis Statistik Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis antara dua variabel, yaitu Kompetensi Pedagogik dan Kreativitas Guru, yang dapat diuraikan sebagai berikut: H0: ρy1 = 0 Tidak terdapat hubungan antara Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Guru H1: ρy1> 0 Terdapat hubungan positif antara Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Guru Keterangan H0 : Hipotesis Nol (Hipotesis statistik) H1 : Hipotesis Alternatif (Hipotesis statistik) ρy1 : Koefisien kolerasi antara variabel kompetensi pedagogik dengan variabel kreativitas guru.
1
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok. Secara umum, Depok adalah sebuah kota yang terletak di Selatan Jakarta, yakni antara Jakarta dan Bogor. Dahulu Depok adalah Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kota yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 Kecamatan yang terbagi menjadi 63 kelurahan hasil pemekaran. Adapun selengkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomer 08 Tahun 2007 yang disahkan DPRD Kota Depok, adalah Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Limo, Kecamatan Cinere, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Tapos, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Bojongsari. Selanjutnya, dikaitkan dengan pendidikan, Kota Depok memiliki sekitar 2214 sekolah, 309743 siswa dan 20234 guru. Dalam penenlitian ini, saya melakukan survei pada guru mata pelajaran IPS di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok. Terdapat 24 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada pada Kecamatan tersebut, 17 SMP berada di Kecamatan Sawangan dan 7 SMP berada di Kecamatan Bojongsari, berikut nama-nama sekolah yang menjadi sumber data penelitian. Tabel 4.1 Daftar Nama-Nama SMP di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok No NAMA SEKOLAH 1. SMP Al-Hasra 2. SMP Darul Ulum 3. SMP Terpadu Darussalam
1 54
KECAMATAN Bojongsari Sawangan Bojongsari
55 64
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
B.
SMP Islamiyah Serua SMPN 14 Depok SMP Permata Bunda Reni Jaya SMP PGRI 363 Pondok Petir SMP Raudhatul Falah SMP Bina Insan Cendikia SMP Islam Al-Ihsan SMP Islam Al-Ma’arif SMP Arrihlah SMP Darul Qur’an SMP Hidayatul Ihsan SMP Islam Plus Az-Zahra SMPN 10 Depok SMPN 18 Depok SMP Daarun Ni’Mah SMP Yapan SMP Muhammadiyah 29 SMP Islamiyah Sawangan SMP IT Amec SMP IT Daarul Rahman IT Darul Hikam
Bojongsari Sawangan Bojongsari Bojongsari Bojongsari Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Bojongsari Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan Sawangan
Deskripsi Data Data hasil penelitian diperoleh dari sampel sebanyak 30 orang Guru yang mengajar mata pelajaran IPS dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin. Deskripsi data penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum penyebaran atau distribusi data. Data diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif untuk menggambarkan rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (standard deviation), distribusi frekuensi (variant), nilai maximum dan minimum, rentang antara nilai maksimum dan minimum (range), keragaman data (varians sampel), total nilai (sum), banyak kelas, rentang kelas (interval), dan disertai grafik histogram dari masing-masing variabel penelitian.
1
56 65
1.
Variabel Kompetensi Pedagogik (X) Ringkasan data variabel kompetensi pedagogik, mulai dari skor total sampai dengan varians dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Ringkasan Data Variabel Kompetensi Pedagogik No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan Skor Total Skor terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Simpangan Baku Modus Median Rentang Varians
Hasil 478 8 20 15,933 3,787 20 17 12 14,340
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, hasil tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda 4 (empat) option sebanyak 23 butir soal terhadap 30 orang guru IPS yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh skor terendah 8, skor tertinggi 20, skor rata-rata 15,93, simpangan baku 3,79, modus 20, dan skor total 478.58 Selanjutnya distribusi frekuensi data variabel kompetensi pedagogik dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kompetensi Pedagogik (X) Interval Kelas 8 - 10 11 – 13 14 – 16 17 – 19 20 – 22 Jumlah
Frekuensi 3 4 7 10 6 30
Frekuensi Relatif (%) 10% 13% 23% 33% 20% 100%
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang sebaran data menurut kelas yang ditentukan, maka distribusi frekuensi variabel 58
Perhitungan statistik deskriptif variabel kompetensi pedagogik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran III, hh. 109 – 110.
1
66 57
kompetensi pedagogik digambarkan dalam bentuk histogram pada gmbar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1 Histogram Variabel Kompetensi Pedagogik (X) 2.
Variabel Kreativitas Guru (Y) Ringkasan data variabel kreativitas guru, mulai dari skor total sampai dengan varians dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4. Ringkasan Data Variabel Kreativitas Guru No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan Skor Total Skor terendah Skor Tertinggi Skor Rata-rata Simpangan Baku Modus Median Rentang Varians
Hasil 3424 80 144 114,133 17,354 107 113 64 301,154
Penjelasan tentang tabel di atas adalah, bahwa berdasarkan hasil isian kuesioner sebanyak 31 pernyataan menggunakan skala likert terhadap 30 orang guru tentang sikap atau pendapat mereka tentang kreativitas, diperoleh skor terendah 80, skor tertinggi 144, skor rata-rata 114,133,
1
58 67
simpangan baku 17,354, modus 107, dan skor total 3424.59 Selanjutnya distribusi frekuensi data variabel kreativitas guru dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kreativitas Guru (Y) Interval Kelas 80 - 92 93 - 105 106 - 118 119 - 131 132 - 144 Jumlah
Frekuensi 4 6 6 8 6 30
Frekuensi Relatif (%) 13% 20% 20% 27% 20% 100%
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang sebaran data menurut kelas yang ditentukan, maka distribusi frekuensi variabel kreativitas guru digambarkan dalam bentuk histogram pada gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Histogram Variabel KreativitasGuru(Y)
59
Perhitungan statistik deskriptif variabel kreativitas guru selengkapnya dapat dilihat pada lampiran III, hh. 111 – 112.
1
59 68
C.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1.
Instrumen Kompetensi Pedagogik (X) a.
Instrumen Sebelum Uji Coba Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik guru adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda (multiple choise). Soal tes dikembangkan sebanyak 40 butir berdasarkan indikstor-indikator yang telah ditetapkan dan setiap butir soal terdiri dari 4 (empat) pilihan atau option jawaban. Pedoman penskoran menggunakan skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah. Tabel 4.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik Sebelum Uji Coba No
Nomer Soal/Kemampuan Ranah Kognitif
Indikator
1
Pemahaman terhadap peserta didik 2 Penguasaan prinsip dan teori pembelajaran 3 Pengembangan kurikulum dan perancangan pembelajaran 4 Pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan mendidik 5 Penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar Jumlah Pernyataan
1
Jmlh
C1 1
C2 2, 3
C3 4, 5,
C4 6, 7
C5 8
8
9
10, 11
12, 13
14,15
16
8
17
18,19
20, 21
22, 23
24
8
25
26, 27
28, 29
30, 31
32
8
33
34, 35
36, 37
38, 39
40
8
5
10
10
10
5
40
69 60
b.
Instrumen Setelah Uji Coba 1) Validitas Pengujian
kesahihan
instrumen
menggunakan
rumusan korelasi poin biserial, untuk melihat korelasi antara skor buitr instrumen dengan skor total seluruh butir pada instrumen yang bersangkutan. Pernyataan valid apabalia rhitung > rtotal pada taraf kepercayaan 95% dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0,05). Berdasarkan data hasil uji coba validitas instrumen kompetensi pedagogik, terdapat 23 butir soal yang valid dan 17 butir soal yang tidak valid, yaitu nomer 2, 3, 7, 11, 12, 14, 15, 18, 20, 22, 26, 29, 30, 31, 34, 37, dan 39. Dengan demikian, 17 butir soal tersebut dibuang dan jumlah instrumen yang akan disebar berisi 23 butir soal. Selengkapnya butir soal yang valid setelah dilakukan uji coba dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik Setelah Uji Coba Nomer Soal/Kemampuan Ranah Kognitif
No
Indikator
1
Pemahaman terhadap peserta didik Penguasaan prinsip dan teori pembelajaran Pengembangan kurikulum dan perancangan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran
2
3
4
1
Jml
C1 1
C2 -
C3 2, 3
C4 4
C5 5
5
6
7
8
-
9
4
10
11, 12
-
13, 14
-
5
15
16
17
18
-
4
70 61
yang efektif dan mendidik 5 Penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar Jumlah Pernyataan
19
20
21
22, 23
-
5
5
5
5
6
2
23
2) Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas instrumen kompetensi pedagogik, digunakan rumus KR-20. Bersadarkan hasil perhitungan diperolah nilai sebesar 1,0336. Dikarenakan
r11> 0,6 maka instrumen penelitian variabel kompetensi pedagogik dinyatakan reliabel, artinya instrumen layak digunakan untuk penelitian. 2.
Instrumen Kreativitas Guru (Y) a.
Instrumen Sebelum Uji Coba Instrumen yang digunakan untuk mengukur kreativitas guru dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikatorindikator yang telah ditetapkan. Instrumen berupa kuesioner, terdiri dari 40 butir pernyataan positif dan negatif dengan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu Selalu (Sl), Sering (Sr), Kadang-kadang (Kd), Pernah (P), dan Tidak Pernah (TP). Tabel 4.8 Kisi-kisi Insrumen Variabel Kreativitas Guru Sebelum Uji Coba No
Indikator
1
Inisiatif pembelajaran Pengembangan diri Rasa percaya
2 3
1
Pernyataan Positif Negative 1, 2, 4, 5, 6, 3, 8 7 10, 11, 12, 9, 14 13, 15, 16 17, 18, 20, 19, 23,
Jml 8 8 8
62 71
diri Pengambilan resiko 5 Pandangan terhadap pengalaman baru Jumlah Pernyataan 4
b.
21, 22 25, 26, 28, 29, 31, 32 33, 34, 36, 38, 40
24 27, 30 35, 37, 39
8
28
12
40
8
Instumen Setelah Uji Coba 1) Validitas Pengujian
kesahihan
instrumen
menggunakan
rumusan korelasi product moment pearson, dengan kriteria validitas instrumen ditentukan melalui validitas butir pernyataan.
Butir-butir
pernyataan
dalam
instrumen
dinyatakan valid apabalia rhitung > rtabel pada taraf kepercayaan 95% dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0,05). Berdasarkan data hasil uji coba validitas instrumen kreativitas guru, terdapat 31 butir pernyataan yang valid dan 9 butir pernyataan yang tidak valid, yaitu nomer 2, 5, 10, 15, 17, 26, 30, 32, dan 40. Dengan demikian, 9 butir pernyataan tersebut dibuang dan jumlah instrumen yang akan disebar berisi 31 butir pernyataan. Selengkapnya butir pernyataan yang valid setelah dilakukan uji coba dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Kisi-kisi Insrumen Variabel Kreativitas Guru Setelah Uji Coba No
Indikator
1
Inisiatif pembelajaran Pengembangan diri Rasa percaya
2 3
1
Pernyataan Positif Negative 1, 3, 4, 5 2, 6 8, 9, 10, 12 13, 15, 16,
Jml 6
7, 11
6
14, 18,
7
72 63
4
diri Pengambilan resiko
17 20, 22, 23, 24,
5
Pandangan 25, 26, 28, terhadap 30 pengalaman baru Jumlah Pernyataan 20
19 21
5
27, 29, 31
7
11
31
2) Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas instrumen kreativitas guru, digunakan rumus Alpha Cronbach. Bersadarkan hasil perhitungan diperolah nilai sebesar 0,923. Dikarenakan
r11> 0,7 maka instrumen penelitian variabel kreativitas guru
dinyatakan
reliabel,
artinya
instrumen
layak
digunakan untuk penelitian.
D.
Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yakni uji normalitas galat baku taksiran dan uji homogenitas data variabel. Sesuai dengan jenis datanya, maka uji liliefors digunakan untuk menguji normalitas galat baku taksiran dan uji bartlet digunakan untuk menguji homogenitas varians. 1.
Uji Normalitas Galat Baku Taksiran (Y - Ŷ) Persamaan Regresi antara Variabel Kompetensi Pedagogik (X) dengan Kreativitas Guru (Y) Hasil uji normalitas galat baku taksiran (Y - Ŷ) persamaan regresi antara kompetensi pedagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y) melalui perhitungan didapatkan nilai Lhitung = 0,117, sementara Ltabel pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,159.Maka dapat dilihat bahwa Lhitung < Ltabel yaitu 0,117 < 0,159. Dengan demikian Galat Baku Taksiran Y – Ŷ persamaan regresi antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y) 1
6473
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Rangkuman uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10 Rangkuman Uji Normalitas Data Galat Baku Taksiran Y–Ŷ
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
0,117
0,159
Normal
Syarat Normal Lhitung < Ltabel
2.
Uji Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan melalui Uji Bartlet untuk mengetahui apakah varians populasi bersifat homogen atau tidak. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika χ²hitung< χ²tabel. Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas data kreativitas guru (Y) atas kompetensi pedagogik (X) diperoleh nilai χ²hitung = 6,36, sedangkan χ²tabel = 16,92. Hal ini berarti skor pada variabel kreativitas guru dan skor pada kompetensi pedagogik memiliki varians yang sama, sehingga kedua skor berasal dari populasi yang homogen. Rangkuman uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.11 Rangkuman Uji Homogenitas Data Pengelompokan Y atas X
Jumlah dk Sampel 30 10
χ²hitung 6,36
χ²tabel
Kesimpulan
(0,05)
16,92
Homogen
Persyaratan populasi homogen χ²hitung < χ²tabel (0,05)
E.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi pedagogik (X) dengan kreativitas guru (Y). Pengujian hipotesis diawali dengan melakukan uji signifikansi dan linearitas terhadap persamaan regresi. Kemudian dilakukan uji korelasi sederhana untuk mengetahui koefisien korelasi antar variabel serta signifikansinya. Analisis regresi linear sederhana antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y) menghasilkan persamaan regresi Y = 68,95 + 2,84 X. Uji signifikansi dan linearitas 1
74 65
terhadap persamaan regresi dilakukan dengan menggunakan uji F. Hubungan dinyatakan signifikan apabila nilai Fhitung > Ftabel pada taraf signifikansi 0,05. Sedangkan persamaan regresi dikatakan linear apabila nilai Fhitung < Ftabel. Berdasarkan uji dengan menggunakan analisis varians (ANOVA) diperoleh hasil seperti tertera pada tabel berikut ini. Rangkuman uji signifikansi dan kelinearan persamaan regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.12 Rangkuman Uji Signifikansi dan Kelinearan Persamaan Regresi Uji
Fhitung
Signifikansi
20,170
Kelineran
1,563
Ftabel α=0,05 α=0,01 4,20 7,64 2,45
3,56
Kesimpulan Sangat Signifikan Fhitung > Ftabel Non Signifikan (Regresi Linear) Fhitung < Ftabel
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa harga Fhitung sebesar 20,170 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 adalah 4,20 dan pada taraf signifikansi 0,01 adalah 7,64. Dengan demikian harga Fhitunglebih besar dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 68,95 + 2,84 X dapat digunakan sebagai acuan untuk memprediksi kreativitas guru melalui kompetensi pedagogik. Selanjutnya pengujin linearitas regresi mendapatkan hasil Fhitung = 1,563 lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 yaitu 2,45 dan Ftabel dengan taraf signifikansi 0,01 yaitu 3,56. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa persamaan regresi Y = 68,95 + 2,84 X adalah linear. Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor kompetensi pedagogik (X) akan menyebabkan kenaikk an 2,84 unit skor kreativitas guru (Y) pada konstanta 68,95. Secara grafis, persamaan regresi antara kompetensi pedagogik (X) dan kreativitas guru (Y) dapat dilihat pada diagram pencar berikut.
1
66 75
Gambar 4.3 Diagram Pencar Regresi antara Kompetensi Pedagogik (X) dengan Kreativitas Guru (Y) Kekuatan hubungan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan kreativitas guru (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry.1 = 0,619 dengan koefisien determinasi r²y.1 = 0,383. Hal ini berarti bahwa kompetensi pedagogik memberikan kontribusi sebesar 38,3% terhadap kreativitas guru. Sedangkan 61,7% kreativitas guru dipengaruhi oleh faktor lain. Secara grafis, kontribusi kompetensi pedagogik terhadap kreativitas guru dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4 Kontribusi kompetensi pedagogik terhadap kreativitas guru
1
67 76
Selanjutnya, untuk menguji signifikansi hubungan positif antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan kreativitas guru (Y) diperlukan uji signifikansi koefisien korelasi, yaitu Uji t. Jika t hitung> t tabel
maka koefisien korelasi dinyatakan Signifikan. Berdasarkan hasil
penghitungan, diperoleh t
hitung
signifikansi 0,05 = 2,04 dan t
= 4,168 sedangkan t tabel
tabel
dengan taraf
dengan taraf signifikansi 0,01 =
2,75. Sehingga, koefisien korelasi antara variabel kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru dinyatakan sangat signifikan pada taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya terdapat hubungan positif antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Hasil uji signifikansi koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Korelasi Variabel X dan Y Koefisien Korelasi ry.1
N
t hitung
ttabel α = 0,01
α = 0,05
Kesimpulan
0,619
30
4,168
2,75
2,04
Sangat Signifikan
Persyaratan uji taraf signifikansi: t hitung > t tabel
F.
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Dengan demikian, indikatorindikator dalam variabel kompetensi pedagogik dapat meningkatkan kreativitas guru. Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y). Hubungan fungsional antara variabel kompetensi pedagogik dengan variabel kreativitas guru tersebut ditunjukkan
1
77 68
oleh persamaan regresi Ŷ = 68,95 + 2,84 X. Bentuk persamaan regresi ini bermakna bahwa dalam setiap peningkatan satu unit kompetensi pedagogik akan meningkatkan kreativitas guru sebesar 2,84 unit dengan konstanta 68,95. Dengan demikian, semakin tinggi kompetensi pedagogik, maka kreativitas guru juga akan semakin meningkat. Kekuatan hubungan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan kreativitas guru (Y) ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (ry.1) sebesar 0,619 dan nilai koefisien determinasi (r²y.1) sebesar 0,383. Hal ini bermakna bahwa kontribusi kompetensi pedagogik (X) dalam meningkatkan kreativitas guru (Y) adalah sebesar 38,3%. Sedangkan 61,7% disebabkan oleh faktor lain.Kenyataan ini menggambarkan bahwa kreativitas guru dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya kompetensi pedagogik. Dalam penelitian ini, kompetensi pedagogik secara konseptual didefinisikan sebagai kemampuan kognitif guru yang terkait dengan pengelolaan
pembelajaran
yang efektif
sesuai
dengan
metodologi
pengajaran yang ditetapkan.Dengan bekal kemampuan kognitif atau pengetahuan yang memadai, guru diharapkan dapat mengelola pembelajaran secara efektif, inovatif, dan kreatif. Pentingnya penguasaan kompetensi pedagogik bagi guru ternyata telah dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain Victor C. X Wang dan Rusman. Victor C. X Wang seorang profesor bidang pendidikan kepemimpinan dan metodologi penelitian di Florida Atlantic University, pernah mengatakan bahwa tanpa pengetahuan tentang pedagogik, setiap kegiatan pembelajaran hanya akan menyebabkan aktivitas yang ceroboh, apalagi pengajaran yang efektif.60 Pernyataan Wang ini dengan jelas menekankan pentingnya kompetensi pedagogik bagi seorang guru agar dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik secara efektif. Hal ini juga didukung oleh Rusman,
seorang
dosen
Universitas
60
Indonesia,
yang
mengatakan
Victor C.X. Wang, et, al., Pedagogical and Andragogical: Teaching and Learning With Information, Communication, Technologies, h. V.
1
69 78
bahwapenguasaan kompetensi pedagogik penting bagi guru agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.61 Sosok guru yang memiliki kemampuan kognitif yang baik dalam pengelolaan pembelajaran ditandai oleh pemahaman yang mendalam terhadap peserta didik dalam berbagai aspek, menguasai prinsip dan berbagai teori pembelajaran, mampu merancang pembelajaran yang efektif, dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik, serta menguasai cara melaksanakan evaluasi proses maupun hasil belajar. Seorang guru yang memahami peserta didik dengan baik, dalam berbagai aspek (minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosial budaya) akan dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berbasis pada karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Sebagaimana dikemukakan oleh Esah Sulaiman, seorang dosen dari University Technologi Malaysia, bahwa guru harus mempertimbangkan perbedaan setiap peserta didik agar dapat memenuhi kebutuhan dan keperluan mereka yang beragam dan pada dasarnya setiap peserta didik adalah insan yang memiliki potensi.62 Pemahaman terhadap karakteristik dan kebutuhan peserta didik yang beragam ini, akan lebih bermakna ketika guru juga memiliki bekal yang baik terkait dengan teori-teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Seorang
guru
yang
menguasai
teori
belajar
behaviorisme
dan
konstruktivisme akan dapat memilih dan memilah kapan pembelajaran akan dilaksanakan secara drill dan kapan pula peserta didik diberikan peluang yang luas untuk membangun pengetahuan mereka secara mandiri. Begitu pula halnya, seorang guru yang menguasai teori yang dikemukakan oleh Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk, akan dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berbasis pada kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sebagaimana telah diketahui, Gardner telah membagi 8 (delapan) kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, matematis-logis, visual spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, 61 62
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, h. 22. EsahSulaiman, Pengenalan Pedagogi, h. 3.
1
70 79
intrapersonal, dan naturalis. Ketika disebuah kelas, guru menemukan peserta didik yang suka menulis kreatif, mengarang cerita, mengeja kata-kata dengan tepat dan mudah, guru akan mengembangkan potensi peserta didik tersebut sesuai dengan kecerdasan linguistik yang dimilikinya. Selain menguasai kompetensi pedagogik dengan baik, kreativitas juga merupakan hal yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugas profesional dengan baik. Guru yang kreatif akan selalu berupaya mengaktualisasikan diri untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas profesionalnya melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda. Sosok guru kreatif tidak akan melaksanakan tugas sebagai rutinitas saja. Sebagaimana dikemukakan oleh E. Mulyasa bahwa kreativitas akan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan guru sekarang lebih baik dari yang telah dilakukan sebelumnya.63 Guru yang kreatif akan ditandai oleh tingginya inisiatif pembelajaran, selalu berupaya mengembangkan diri, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani mengambil resiko, serta terbuka terhadap pengalaman baru. Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik akan mempengaruhi kreativitas. Guru kreatif yang ditandai oleh kaya dengan inisiatif pembelajaran tentu dibekali oleh pemahaman yang baik terkait dengan keberagaman peserta didik dalam berbagai aspek. Pemahaman inilah yang dijadikan dasar untuk merancang pembelajaran yang berbasis pada teoriteori dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Berbekal pada teori-teori dan prinsip pembelajaran ini pula guru dapat memilih model atau metode pembelajaran yang paling efektif yang berbasis pada kebutuhan dan potensi peserta didik. Selanjutnya, sebuah perencanaan pembelajaran yang telah disusun dengan baik belum tentu selalu dapat diiplementasikan sesuai harapan. Sehingga tidak mengherankan jika Anna Herbert mengatakan bahwa pembelajaran tidak dapat direproduksi bergitu saja. Sebuah pengalaman 63
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, h. 52.
1
71 80
keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga tidak dapat begitu saja diterapkan dalam konteks tempat dan waktu yang berbeda, walaupun dengan isi yang serupa.64 Dalam hal inilah pentingnya kreativitas guru agar dapat mengatasi masalah yang dihadapi secara efektif melalui pengembangan diri, terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki rasa percaya diri yang tinggi disertai keberanian mengambil resiko. Pentingnya upaya memupuk kreativitas guru melalui pengembangan diri secara terus-menerus serta keterbukaan terhadap pengalaman baru ini juga sejalan dengan teori tentang kreativitas yang dikemukakan oleh Dedi Supriadi, bahwa setiap orang lahir dengan potensi kreatif dan tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas, yang diperlukan adalah bagaimana mengembangkannya.65 Peningkatan kemampuan kompetensi pedagogik
melalui
pengembangan
wawasan,
diharapkan
dapat
meningkatkan kreativitas guru adalah dengan meningkatkan kompetensi pedagogik. Sejalan dengan itu, dalam penelitian relevan yang dilakukan oleh Nelfuad dan Haryati pun menyatakan bahwa kompetensi pedagogic dapat meningkatkan kreativitas guru. Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diindikasikan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kreativitas kerja guru adalah dengan meningkatkan kompetensi pedagogik.
G. Keterbatasan Penelitian Selama melakukan penelitian di lapangan, banyak faktor yang dimungkinkan akan mempengaruhi objektivitas hasil penelitian. Namun untuk menghasilkan generalisasi dilakukan upaya untuk menekan sekecil mungkin berbagai faktor yang mengurangi makna dari hasil penelitian yang dicapai. Beberapa keterbatasan penelitian ini antara lain adalah: 1. Sulitnya menyesuaikan jadwal responden secara bersamaan pada saat pengumpulan data. 64 65
Anna Hebert, The Pedagogy of Creativity, hh. 70 – 71. Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 16.
1
81 72
2. Keterbatasan pengalaman peneliti pada saat menghitung analisis data, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengelolaan data. Keterbatasan
waktu
yang
dimiliki
oleh
peneliti,
sehingga
membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan penelitian ini hingga selesai.
1
82
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan data empirik di lapangan, hasil analisis, dan pembahasan penelitian, diperoleh kesimpulan
bahwa terdapat hubungan positif dan
sangat signifikan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y) yang ditunjukkan melalui persamaan regresi Ŷ = 68,95 + 2,84 X. dan nilai koefisien korelasi ry.1 = 0,619 serta nilai koefisien determinasi r²y.1 = 0,383 atau 38,3%. Hal ini berarti bahwa kompetensi pedagogik memberikan kontribusi terhadap kreativitas guru sebesar 38,3%.
B.
Implikasi Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Oleh karena itu perlu dirumuskan implikasi dalam upaya meningkatkan kreativitas guru melalui peranan kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang terkait dengan pengelolaan secara efektif sesuai dengan metodologi pengajaran yang ditetapkan. Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik akan mempengaruhi kreativitas kerja. Guru yang memahami karakteristik peserta didik serta ditunjang oleh penguasaan berbagai teori dan prinsip pembalajaran yang efektif akan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara efektif, variatif, dan menyenangkan. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk meeningkatkan atau mengembangkan kreativitas guru melalui peningkatan kemampuan pedagogik. Upaya utama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas guru adalah melalui pengembangan diri secara terus-menerus, baik secara personal atau mandiri maupun bersama-sama teman sejawat. Secara personal, guru dapat meningkatkan pengatahuan, wawasan dan keterampilan yang terkait dengan kemampuan pedagogik melalui bacaan maupun 1 73
7483
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk mengakses berbagai informasi terbaru. Saat ini banyak buku terbitan baru tentang keterampilan mengajar yang dilengkapi dengan model-model pembelajaran inovatif. Selain itu banyak pula banyak situs atau blog di dunia maya yang menyajikan informasi-informasi terbaru tentang pendidikan. Melalui bacaan dari berbagai sumber tersebut diharapkan semakin membuka inspirasi dan cakrawala guru, khususnya yang terkait dengan kemampuan pengelolaan pembelajaran yang lebih variatif. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah keberanian guru untuk mencoba menerapkan wawasan baru tersebut dalam pembelajaran di kelas. Dengan menerapkan wawasan dan pengetahuan baru tersebut di kelas, selain akan mengasah rasa percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman, serta keberanian mengambil resiko, secara tidak langsung guru juga akan melakukan refleksi dan perbaikkan secara terus-menerus. Guru yang melakukan perbaikkan diri secara terusmenerus inilah yang menjadi hakikat dari kreativitas. Peningkatan kemampuan pedagogik juga dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan yang relevan, seminar, lokakarya, workshop, atau pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran. Keberadaan narasumber dalam kegiatan atau pertemuan ilmiah tersebut dapat meningkatkan pengetahuan atau wawasan serta memberikan inspirasi yang positif. Namun setelah itu yang lebih penting tentu bagaimana guru memanfaatkan hasil yang diperoleh dari berbagai pertemuan ilmiah tersebut di sekolah atau diruang kelas masing-masing. Selain itu, pertemuan rutin dengan teman sejawat melalui wadahwadah organisasi profesi seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan pedagogik guru. Selain untuk memperoleh informasi terbaru, pertemuan guru dalam kegiatan KKG ini juga menjadi wadah saling bertukar pikiran, diskusi, dan membahas masalah-masalah nyata yang dihadapi guru di kelas. Masalah-masalah nyata tersebut selanjutnya dicoba dipecahkan bersamma-sama. Aktivitas-aktivitas inilah yang secara tidak langsung akan dapat meningkatkan kreativitas kerja 1
75 84
guru, seperti semakin kaya dengan inisiatif pembelajaran, pengembangan diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru, dan sebagainya. Oleh sebab itu penting bagi guru untuk berpartisipsi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan semacam ini untuk meningkatkan kemampuan pedagogik, yang selanjutnya berimplikasi pada peningkatan kreativitas guru.
C.
Saran Berdasarkan kesimpulan, implikasi dan data hasil penelitian di atas, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kreativitas guru memalui peningkatan kompetensi pedagogik sebagai berikut: 1.
Bagi Guru a.
Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, berdasarkan data yang diperoleh ada dua indikator dalam variabel kompetensi pedagogik yang perlu ditingkatkan, yaitu rendahnya penguasaan teori belajar dan rendahnya pelaksanaan pembelajaran yang mendidik. Kedua indikator tersebut memang saling berkaitan satu dengan lainnya. Atas dasar tersebut, guru disarannkan untuk selalu mengembang-kan diri melalui berbagai cara, seperti mengikuti kegiatan pelatihan dan workshop yang diadakan oleh internal sekolah maupun inisiatif sendiri. Peningkatan pemahaman tentang teori-teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik akan berdampak secara positif pada peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara efektif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Guru akan dapat memilih model dan metode pembelajaran yang paling efektif, menata/setting kelas yang sesuai dengan pengalaman belajar yang harus dialami peserta didik, serta menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran.
b.
Selanjutnya data hasil penelitian pada variabel kreativitaskerja guru menunjukkan bahwa indikator keberanian guru mengambil 1
85 76
resiko relatif rendah. Hal ini mengindikasikan masih banyak guru yang takut gagal atau salah bahkan disalahkan ketika mencoba melakukan hal-hal baru atau yang relatif berbeda dengan biasanya. Untuk itu guru disarankan meningkatkan keberanian mengambil resiko, terutama dengan mengsugesti diri bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertuda. Kesalahan demi kegagalan adalah langkah menuju keberhasilan. Selain itu juga guru disarankan banyak membaca buku tentang tokoh-tokoh ternama yang sukses karena mengambil resiko. 2.
Bagi Kepala Sekolah a.
Untuk meningkatkan kemampuan guru terkait dengan pemaaman tentang teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik, kepala sekolah diharapan dapat melaksanakan berbagai kegiatan, seperti diskusi, lokakarya atau menyediakan buku-buku terkait yang relevan.
b.
Sementara
untuk
meningkatkan
kemampuan
guru
dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif, kepala sekolah dapat mengintensifkan
supervisi
akademik,
terutama
supervisi
kunjungan kelas. Bahkan jika memungkinkan, kepala sekolah dapat
melakukan
karakteristik
pendekatan
permasalahan
supervisi
klinis,
masing-masing
guru
sehingga dapat
diidentifikan dan dicarikan solusi yang tepat pula. 3.
Bagi Peneliti Lanjutan Bagi peneliti yang ingin melakukan pennelitian di bidang sejenis ataupun mereplikasikan penelitian ini, maka hendaknya memperhatikan keterbatasan yang ditemui dalam penelitian ini. Selain itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam terhadap faktor-faktor lain yang lebih komprehensif terkait dengan peningkatan kreativitas guru, yaitu: motivasi
kerja,
minat
terhadap
profesi,
keinginan
untuk
mengaktualisasikan diri, kompetensi profesional, dan berbagai faktor lainnya. 1
86 78 80 79
DAFTAR PUSTAKA Anna Hebert. The Pedagogy of Creativity. New York: Rouletge Taylor and Prancis Group, 2010. B. Uno, Hamzah. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Budimansyah, Dasim. Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2009. C.X. Wang Victor, et, al. Pedagogical and Andragogical: Teaching and Learning With Information, Communication, Technologies, USE: IGI Global, 2012. Danim, Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Profesional Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 2013. Dariyo, Agoes. Dasar-dasar Pendagogi Modern. Jakarta: PT Indeks, 2013. Fathurrohman, Pupuh. Guru Professional. Bandung: PT Refika Aditama, 2012. Gunawan, Rudi. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2013. Hadis, Abdul dan Nurhayati. Menejemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010. Henry, Jane. Creative Management and Development. London: SAGE Publication Ltd., 2006. Heryanti. Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan Kreativitas Kerja Guru. Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015. Janawi. Guru: Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta, 2012. Koswara, Deni. Bagaima Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008. Mansoer, Masri dan Elin Driana. Statistik Sosial. Jakarta: Ushul Press, 2009. Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif
1
81
dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2009). Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. m.detik.com/news.berita/2647298/posisi-indeks-pembangunan-manusiaindonesia-rangking-108-dari-187-negara Naim, Ngainun. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Naim, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Nelfuad. Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru. (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015). Panji Pranowo. Cara Super untuk Kreatif. Yogyakarta: Buku Pintar, 2013. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniawati. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana, 2010. Redaksi Cmedia, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, (Jakarta: Cmedia, 2012), h. 21. Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: Radja Grafindo Persada, 2010. Sadullah, Uyoh dan Agus Muharam. Pedagogik: Ilmu Mendidik. Bandung: Alfabeta, 2010. Sagala, Saiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung; Alfabeta, 2009. Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI
1
87
88 82
Press, 2006. Sulaiman, Esah. Pengenalan Pedagogi. Johor: University Technologi Malaysia, 2004. Supriadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: CV Alfabeta, 1997. Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 117. Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 30 Desember 2005. Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana, 2012.
1
89
BIODATA PENULIS Nama
:FEBRIANI RAMADHANA
TTL
:Bogor, 03 Februari 1995
Alamat
:Bojongsari, Kota Depok
No TLP : 085776714533 Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. 2. 3. 4.
:
SDN Bojongsari 02 Tahun 2000 – 2005 SMPN 10 Depok Tahun 2006 – 2008 SMA Al-Hasra Depok 2009 – 2012 Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK)Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Konsentrasi SosiologiTahun 2012 hingga sekarang.
“Ketika hidupmu terasa sulit, yakinlah orang lain pun mengalami hal yang sama .. Jalani, nikmati, jangan menyiksa diri, Don’t Worry, Uye˜˜˜˜” (eBoy)
1