HUBUNGAN PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2009
Skripsi Oleh: Weni Kumalasari NIM K 6404061
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang keadaan dunia senantiasa mengalami perubahan yang berlangsung secara cepat, menyeluruh, mendalam dan serba tidak terduga. Dengan adanya perubahan tersebut manusia harus dapat mempersiapkan diri menjadi sumber daya yang berkualitas agar dapat berkompetisi dalam percaturan dunia yang semakin kompetitif. Sumber daya manusia berkualitas lahir dari pendidikan yang berkualitas sehingga untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan peningkatan mutu pendidikan nasional. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap krteatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Peningkatan mutu penidikan nasional membutuhkan spirit dan komitmen dari semua elemen bangsa serta harus memfokuskan profesionalisme di semua aspek dunia pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam usaha peningkatan
mutu
pendidikan
karena
guru
adalah
faktor
esensial
dari
keberlangsungan pendidikan. Guru adalah faktor penggerak dari proses pendidikan disamping menjadi faktor pendorong kemajuan dari sistem pendidikan. Oleh karena itu guru dan pendidikan merupakan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peranan guru dalam dunia pendidikan serta dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Oleh karena guru merupakan komponen penting dalam peningkatan mutu pendidikan maka dibutuhkan guru yang profesional. 1
Undang –Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8 menyatakan bahwa : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Pasal (9), (10), dan (12) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa : Kualifikasi akademik adalah ijazah tentang akademik yang harus dimiliki oleh guru dan dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal ditempat penugasan. (Pasal 9) Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. (Pasal 10) Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. (Pasal 12) Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, dan sosial, dan spiritual yang membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Pasal 28 ayat (3) Tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa : Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : a. Kompetensi pedagogik; Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b. Kompetensi kepribadian;
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan beraklak mulia. c. Kompetensi professional; Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. d. Kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Penguasaan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran dibuktikan dengan sertifikat sebagai pendidik. Untuk mendapatkan sertifikat seorang guru harus mengikuti uji sertifikasi. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seorang guru sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Kompetensi yang diujikan meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Untuk kompetensi pedagogik materi yang diujikan meliputi aspek kegiatan : pra pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup. Mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru terdiri dari dua mekanisme, yaitu : melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan dan melalui pendidikan dan pelatihan profesi guru. Penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan adalah bukti fisik yang menggambarkan pengalaman berkarya atau berprestasi dalam menjalankan profesi sebagai seorang guru dalam suatu satuan pendidikan, ketika Undang – undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen diberlakukan. Bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen portofolio mendeskripsikan : kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya
pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial, penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Dari penilaian ini guru yang memiliki nilai portofolio di atas batas minimal dinyatakan lulus penilaian portofolio dan berhak menerima sertifikat pendidik. Namun, guru yang hasil nilai portofolio memperoleh nilai kurang sedikit dari batas minimal diberi kesempatan untuk melengkapi portofolio. Setelah lengkap guru dinyatakan lulus dan berhak menerima sertifikat pendidik. Bagi guru yang memperoleh nilai ujian di bawah batas minimal lulus wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) profesi guru yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Pada akhir diklat profesi guru, dilakukan ujian dengan materi uji mencakup empat kompetensi guru. Bagi guru yang lulus ujian berhak menerima sertifikat pendidik, dan guru yang belum lulus diberi kesempatan untuk mengulang materi diklat yang belum lulus sebanyak 2 kali kesempatan. Menurut Prof. Baedhowi, M.Si., Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan atau PMPTK Departemen Pendidikan Nasional dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Manajemen
Sumber Daya
Manusia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah, Kamis 12 November 2009, beliau mengatakan bahwa program sertifikasi guru model portofolio seperti yang diterapkan saat ini ternyata tidak menjamin kualitas kompetensi guru. Hasil kajian yang dilakukan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008 menunjukkan bahwa meskipun lolos sertifikasi, nilai komptensi guru rata – rata pada angka yang berkisar dari 52 – 64 persen. Beliau menjelaskan bahwa kompetensi yang dinilai dalam sertifikasi meliputi kompetensi pedagogik yang terkait dengan kemampuan mengajar, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Rata – rata nilai untuk kompetensi pedagogik para guru yang lolos sertifikasi sebesar 54,33 %, nilai kompetensi kepribadian 52,37 %, kompetensi profesional 64,36% dan kompetensi sosial sebesar 53,92 %. Beliau juga mengatakan
bahwa kompetensi seorang guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio tidak secara otomatis meningkat, menujukkan tidak terjadi peningkatan mutu guru, bahkan menunjukkan adanya penurunan kinerja guru. Untuk kompetensi pedagogik mengalami penurunan sebesar 44,77 %, kompetensi kepribadian sebesar 28,56 %, kompetensi profesional sebesar 19,59 %, dan kompetensi sosial sebesar 23,62 %. Beliau mengatakan bahwa kenyataan kompetensi guru setelah sertifikasi belum menunjukkan peningkatan seperti yang diharapkan. (www-koran-jakarta.com-berita-detail terkini.php?id=16903, 12 November 2009). Berkaitan dengan keadaan kompetensi guru yang dikemukakan oleh Prof. Baedhowi, M.Si tersebut di atas maka seorang guru harus memiliki kesadaran untuk meneliti dan mengevaluasi dirinya apakah dia sebagai seorang guru
dalam
menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi –kompetensi tersebut. Apabila belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan berusaha untuk mencapai perbaikan (self correction). Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk mengubah, menyempurnakan, dan mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan zaman secara terus menerus. Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pendapat Sustermeister dalam S. Eko Putro Widoyoko ( 2009 : 7 ) bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh faktor diri atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, penataran pelatihan, dan etos kerja. Sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta lingkungan sosial. Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar. (http//www.um.pwr/ac.id/web download/publikasasi…/ : 15 Januari 2009) Dari pendapat tersebut, pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat dikatakan bahwa pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru. Pengalaman mengajar diartikan sebagai masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh
guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang dimilikinya. Pengalaman mengajar juga merupakan salah satu komponen portofolio, dimana pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru (termasuk guru bimbingan dan konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. Salah satu bagian dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik, sehingga pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik dan keduanya saling berhubungan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu, menyelengarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi komunikasi
dan
informasi
untuk
kepentingan
pembelajaran,
memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Seorang guru jika sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup maka guru tersebut akan memilki tingkat kecakapan serta ketrampilan dalam mengajar karena memperoleh pengalaman secara langsung dari proses pembelajaran yang diselenggarakan, sebab guru selalu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru yang setiap hari mengajar maka ia akan terlatih untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik. Latihan yang
dilakukan berkali-kali dan diulang secara terus menerus akan membuat guru lebih menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk juga kompetensi pedagogik yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar. Pengalaman mengajar seorang guru akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengelola pembelajaran sehingga semakin lama seorang guru melaksanakan tugas mengajar, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya akan lebih baik, sedangkan guru yang kurang berpengalaman, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya belum dapat berkembang secara optimal. Semakin lama seorang guru mengajar maka guru tersebut akan banyak memperoleh pengalaman sehingga dapat membentuk sikap profesionalisme. Seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar belum lama akan menemui kesulitan jika menghadapi permasalahan dalam tugasnya, sedangkan guru yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari masalah dalam menjalankan tugas, tetapi yang membedakan adalah pada tingkat kesulitan yang dihadapi, atau dapat dikatakan bahwa kesulitan yang dihadapi akan berkurang sejalan dengan pengalaman yang dialami. Pengalaman mengajar berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik guru sehingga keduanya saling berhubungan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.
B. Identifikasi Masalah Masalah yang muncul dan dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1.
Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh kualitas guru.
2.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru yang memerlukan perhatian dan penanganan optimal.
3.
Sertifikasi guru tidak menjamin adanya peningkatan kompetensi pedagogik guru.
4.
Tidak semua guru mampu memanfaatkan pengalaman mengajar yang dimiliki untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya. C. Pembatasan Masalah Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi, penelitian ini membatasai
masalah pada : Ada atau tidaknya hubungan pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas , maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut ; Adakah hubungan pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.
E. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan tertentu agar penelitian menjadi terarah. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut : Untuk
mengetahui
adakah
hubungan
pengalaman
mengajar dengan
kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”. F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkenbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan pengajaran, khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu dengan diketahuinya hubungan pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan
sehungga dapat
menambah pengetahuan bagi guru dan khasanah pustaka.
2. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk selalu meningkatkan kualitas mengajarnya agar lebih berkompeten sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Pengalaman Mengajar a.
Pengertian Pengalaman Mengajar Pengalaman mengajar diartikan, berikut dikemukakan beberapa pengertian pengalaman mengajar antara lain : Dalam Tesis Deby Setyawati (2007 : 40) “Pengalaman mengajar dapat dikatakan sebagai masa kerja yang dihayati oleh setiap guru yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang dimilikinya.”. Masnur Muslich (2007 : 13), menyatakan bahwa : Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru (termasuk guru bimbingan konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2009 Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu. Bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat tugas atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang ( pemerintah, pemda, penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan).” psg 15 .um.ac.id/cup – content/uploads/2009. Sedangkan menurut Suci Kuswardani (2007 : 20) mengatakan bahwa : Pengalaman atau lama mengajar dapat diartikan sebagai jangka waktu yang digunakan oleh seorang guru dalam pengalamannya untuk menciptakan, menyajikan, menyampaikan dan membimbing anak didiknya untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideas (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge, dengan kata lain dapat juga diartikan sebagai jangka waktu yang ditempuh guru dalam pengalamannya selama mengajar. 10
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar adalah masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang dimilikinya. Dalam penelitian ini pengalaman mengajar yang dimaksud adalah jangka waktu yang ditempuh guru selama mengajar. Jangka waktu dihitung dari jumlah tahun lamanya mulai mengajar pada satu mata pelajaran. Seorang guru dikatakan memiliki pengalaman mengajar apabila masa kerjanya cukup lama, untuk melakukan perubahan atau pembaharuan terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan, memiliki ketrampilan mengajar yang bervariasi, memiliki banyak pengetahuan berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai pendidik. b. Kategori Pengalaman Mengajar Dalam buku pedoman penilaian sertifikasi guru, Pengalaman Mengajar dikategorikan sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
> 25 tahun 23 – 25 tahun 20 – 22 tahun 17 – 19 tahun 14 – 16 tahun 11 – 13 tahun 8 – 10 tahun 5 – 7 tahun 2 – 4 tahun Berbagai penelitian mengenai kategori pengalaman mengajar yang
dikemukakan oleh : Marsin (2002 : 185 ) mengkategorikan menjadi tiga, yaitu: a) Kategori Rendah ( 0 sampai dengan 16 tahun ) b) Kategori Sedang ( 17 sampai dengan 26 tahun) c) Kategori Tinggi ( 26 tahun > )
Setya Nurachmandani (2002 : 77). Mengkategorikan Masa Kerja Guru sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g) h)
1 - 5 tahun 6 - 10 tahun 11 - 15 tahun 16 - 20 tahun 21 - 25 tahun 26 - 30 tahun 31 - 35 tahun 36 - 40 tahun Suci Kuswardani (2007 : 44) Membagi kategori lama mengajar guru
menjadi empat, yaitu : a) < 10 tahun b) 10-20 tahun c) 20-30 tahun d) > 30 tahun Dari beberapa penelitian mengenai pengalaman mengajar di atas, terdapat perbedaan mengenai kategori rentang waktu pengalaman mengajar, yaitu 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun. Dalam penelitian ini pengalaman mengajar dibagi menjadi 5 kategori, yaitu : a) < 5
tahun
b) 6-10 tahun c) 11-15 tahun d) 16-20 tahun e) > 20 tahun Dengan memiliki pengalaman mengajar yang sudah lama seorang guru dapat memperbaiki kekurangan dirinya dan meningkatkan kemampuan profesinya melalui pengalaman mengajar yang dimilikinya. Guru yang memiliki pengalaman mengajar baru sebentar akan menemui kesulitan jika menghadapi permasalahan dalam tugasnya, sedangkan bagi guru yang memiliki pengalaman
mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari masalah di sekolah tetapi yang membedakan tingkat kesulitan yang dihadapinya atau dapat dikatakan bahwa kesulitan yang dihadapi guru akan berkurang seiring dengan pengalaman mengajar yang dialaminya.
2. Tinjauan Tentang Kompetensi Pedagogik a.
Pengertian Kompetensi Pedagogik Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Pasal 28 ayat (3) : Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut E. Mulyasa (2007 : 75), dalam RPP tentang Guru dikemukakan bahwa : Kompetensi pedagogik adalah merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h.
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan Pemahaman terhadap peserta didik Pengembangan kurikulum/ silabus Perancangan pembelajaran Pelaksanaanpembelajaran yang mendidik dan dialogis Pemanfaatan teknologi pembelajaran Evaluasi hasil belajar (EHB) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Giyarni (2008 :23) “ Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut : a. b. c. d.
Kemampuan mengelola pembelajaran Pemahaman terhadap peserta didik Perancangan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran f. Evaluasi Hasil Belajar g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara lebih rinci dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan kompetensi guru, kompetensi inti guru untuk kompetensi pedagogik meliputi : a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. 1) Memahami peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya. 2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 3) Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dala mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kretatif dalam mata pelajaran yang diampu. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. 2) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. 3) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. 4) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. 5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. 6) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
e.
f.
g.
h.
2) Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. 3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. 4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorim, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. 5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. 6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 1) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. 2) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreatifitasnya. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 4) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen. 6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. 7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar. 2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. 3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. 4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. 3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. 3.Tinjauan Tentang Guru a.
Pengertian Guru Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996 : 330) ”Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya )mengajar. Menurut Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 ayat 1 ” Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Menurut Oemar Hamalik (2008:36) ”Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Wikipedia (2009 : 2), ”In education, a teacher is a person who educates other. A teacher who educates an individual student may also be described as a personal tutor. The role of teacher is often formal and ongoing, carried but by way of occupation profession at a school or other place formal education.” http://wikipedia.com, 2009. Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa, seorang guru adalah seseorang yang mendidik orang lain. Seorang guru yang mendidik siswa, seorang, seorang individu juga dapat digambarkan sebagai pribadi guru. Peran guru secara formal dan berkelanjutan, dilakukan dengan cara dari pekerjaan atau profesi sekolah atau tempat formal pendidikan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
4. Pendidikan Kewarganegaraan a.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pengertian
Pendidikan
Kewarganegaraan,
berikut dikemukakan
beberapa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan antara lain : Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan dan bagian yang tidak
terpisahkan
dalam
sistem
pendidikan
nasional.
Pendidikan
Kewarganegaraan adalah “Pendidikan yang mengembangkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. (Penjelasan pasal 37 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (Permendiknas No 22 tahun 2006 ).
Menurut Udin S. Winataputra (2007:1) “Pengertian pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara substantif dan paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”. Paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”. Lebih lanjut beliau menyebutkan “Tiga Pendekatan dalam Membangun
Karakter
Bangsa”.
Pertama,
pendekatan
socio-cultural
development yang menganjurkan bahwa untuk membangun karakter dapat dilakukan melalui penciptaan dan pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehaihari di masyarakat. Data empirik telah dibuktikan oleh para “ founding father”, karena ditempa dalam situasi kehidupan penuh tantangan dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, maka karakter dan jiwa kebangsaan mereka amat tebal, sekalipun tidak mereka pelajari di sekolah. Kedua, pendekatan psycho-paedagigical development yang menganjurkan bahwa karakter dapat dibangun melalui perkembangan psikologis seseorang melalui proses belajar. Pendekatan inilah yang sedang diupayakan oleh dunia pendidikan,
baik
formal maupun non
formal,
melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Ketiga, pendekatan socio-political development yang mempercayai bahwa karakter bangsa dapat ditumbuhkembangkan melalui berbagai intervensi politik pemerintah. Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam lima status: 1) Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah. 2) Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. 3) Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam rangka pendidikan guru. 4) Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila ( Penataran P4 ) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh pmerintah sebagai crash program. 5) Kelima, sebagai suatu kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang
dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewaraganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga,dan keempat.http://sps.upi.edu/pend/wp, 2007 Dalam hal ini peneliti memfokuskan pendidikan kewarganegaraan pada status pertama yaitu sebagai mata pelajaran di sekolah. Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia ternyata tidak hanya mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi. Menurut Winarno (2007 : 114115) Pendidikan kewarganegaraan mengemban beberapa misi. Misi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan dalam arti sesungguhnya yaitu civic education. 2) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan karakter. 3) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan bela negara. 4) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi ( politik). Sedangkan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada satuan pendidikan dasar dan menengah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah sebagai berikut: Kelompok mata pelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Menurut (David Kerr, 1999:3) citizenship education is a proces to encompas the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizen and particular, the role of education (trough scooling, teaching, and learning) in that prepatory process. Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan ditafsirkan secara luas untuk mencakup persipan orang muda untuk mereka dalam peran dan tanggung jawabnya
sebagai warga negara dan khususnya peranan pendidikan (melalui pendidikan, pengajaran
dan
belajar)
dalam
proses
persiapan.
http://
www/imca.org.uk/pdf/citizhenship-no-intro-pdf, I999. Menurut (Reid, A and Gill J, 2009:5) : The formalised knowledge represented in the curriulum as’ civics and citizenship” usually concerned with the stuctures of power and governance, citizen”s rights and responsibilities, and the skills and disposition foer participation in the polity and civil society. This may have constitued a subject as in the first half of the 20 th century, but since the 1960 it subyek has usually been taught across the curriculum, particularly within social studies or through a strand of what is now known as Studies of Society and the environment (SOSE), as well as throught the more traditional subjects (sose), such as history,geography,science and the arts. (http : www/citized info.©.2009) Rumusan di atas mengandung arti bahwa representasi formal kewarganegaraan
dan
kewarganegaraan
dalam
kurikulum pengetahuan
diformalkan diwakili dalam kurikulum sebagai ”kewarganegaraan dan kewarganegaraan, biasanya berkaitan dengan struktur kekkuasaaan dan pemerintahan dan masyarakat sipil. Ini mungkin merupakan suatu subyek yang terpisah seperti pada paruh pertama abad 20, tetapi sejak tahun 1960-an itu biasanya telah diajarkan di kurikulum, terutama dalam sosial. Atau melalui seuntai apa yang dikenal sebagai studi masyarakat dan lingkungan dan juga mata pelajaran yang lebih tradisional seperti sejarah, geografi, sastra, sains dan seni. Menurut Torney Purta, J., Richardson, and W, Barber, C (2009:5) : The ministry of education is considering introducing civic education as a core subject in the school curriculum. He said the seeming future of most Africa countries. Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa Menteri pendidikan menyatakan bahwa kewarganegaraan sebagai pokok inti dalam kurikulum sekolah. Ia berkata masa depan yang faktanya nampak di kebanyakan negara – negara Afrika. Dalam Wikipedia ( 2009 : 1 ), dinyatakan bahwa :
”citizenship” is used to refer to an educational activity – that is, to the process of helping people learn how to become active, informed and responsible citizen. Citizenship in this sense is also known as citizenship education or education for citizenship. It encompass all forms of education, from informal educationin the home or through youth work to more formal types of education provided in schools, colleges, universities, trainingg organisations and the workplace. Wherever it occurs, citizenship education has the sam e basic aims purposes. It is education for citizenship – that is, education which aims to help people learn how to become active, informed and responsible citizens. More specifically, it aims to prepare them for life as citizens of a democracy. http://en.wikipedia.org // wiki / Citizhenship education, 2009. Rumusan di atas mengandung arti bahwa ” kewarganegaraan ” digunakan untuk merujuk kepada kegiatan pendidikan – yaitu, untuk proses membantu orang belajar bagaimana untuk menjadi aktif, informasi dan bertanggung jawab warga negara. Kewarganegaraan dalam pengertian ini dikenal sebagai pendidikan kewarganegaraan. Ini mencakup semua bentuk pendidikan, dari pendidikan informal di rumah atau melalui kerja muda untuk lebih formal jenis pendidikan yang diberikan di sekolah – sekolah, kolase, universitas, organisasi pelatihan dan tempat kerja. Di mana pun itu terjadi, pendidikan kewarganegaraan memilki dasar yang sama dan tujuan. Ini adalah pendidikan untuk kewarganegaraan – yaitu, pendidikan yang bertujuan untuk membantu orang belajar bagaimana untuk menjadi aktif, informasi dan bertanggung jawab warga negara. Lebih khusus lagi, bertujuan untuk mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai warga negara demokrasi. Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang berpartisipasi aktif dalam rangka membangun sistem bangsa yang maju dan modern.
5.
Tinjauan Tentang Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan Kompetensi Pedagogik
a.
Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan Kompetensi Pedagogik Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, pendapat Sustermeister dalam S. Eko Putro Widoyoko (2009: 7) tentang faktor yang mempengaruhi kompetensi guru yaitu faktor diri atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari individu guru itu sendiri, yang meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, penataran dan pelatihan, etos kerja dan sebagainya. Sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi: iklim dan kebijaksanaan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta lingkungan sosial. Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar. (http// www. um.pwr/ac.id/web download/publikasasi, 15 Januari 2009) Debi Setiawati (2007 : 41) “Kompetensi guru tidak hanya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya saja, namun pengalaman mengajar ikut mempengaruhi
dalam
pembentukan
kompetensi
guru,
sebab
dengan
pengalaman mengajar yang cukup seorang guru dapat memperbaiki kekurangan dirinya dan meningkatkan kemampuan profesinya melalui pengalaman yang dialaminya”. Suci Kuswardani (2007 : 4) “Kompetensi guru menunujuk pada kualifikasi tingkat pendidikan dan lamanya mengajar. Untuk itu kedua komponen itu sangat mempengaruhi kompetensi guru, dimana jika tidak dipedulikan maka akan berakibat kurang baik pada siswa dan masyarakat pada umumnya”. Maka dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Kompetensi guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, penataran dan pelatihan, dan etos kerja.. Kompetensi pedagogik merupakan bagian dari kompetensi guru sehingga juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tesebut di atas.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi
kompetensi guru terdapat faktor pengalaman mengajar, sehingga kompetensi pedagogik juga dipengaruhi oleh pengalaman mengajar.
B. Penelitian Yang Relevan Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini : Marsin (2002) dalam Tesis yang berjudul Kemampuan Mengajar Guru Sekolah Dasar Ditinjau dari Model Penyelenggaraan Program Penyeteraaan D-II PGSD dan Pengalaman Mengajar di Kabupaten Boyolali” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan model penyelenggaran program penyetaraan DII PGSD terhadap kemampuan mengajar guru Sekolah Dasar dengan P= 0,003, terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pengalaman mengajar terhadap kemampuan mengajar guru Sekolah Dasar dengan P=0,000; terdapat perbedaan pengaruh interaksi model penyelenggaraan program penyetaraan D-II PGSD dan pengalaman mengajar dalam meningkatkan kemampuan guru Sekolah Dasar dengan P=3,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru Sekolah Dasar dapat ditingkatkan melalui penyelenggaraan Program penyetaraan DII PGSD yang benar-benar efektif dengan didukung oleh pengalaman mengajar yang memadai. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang guru apabila tidak pernah dikembangkan tidak dapat mendukung dalam peningkatan kualitas pengajaran. Untuk itu pengalaman kerja akan mempengaruhi dalam kinerjanya. Debi Setiawati (2007) dalam Tesis yang berjudul Kontribusi Motivasi Kerja Dan Pengalaman Mengajar Terhadap kinerja Guru Sejarah Di Surakarta.” Menunjukkan bahwa ada kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru sejarah sebesar 24 %, ada kontribusi pengalaman mengajar terhadap kinerja guru sejarah sebesar 45 %, dan ada kontribusi motivasi kerja dan pengalaman mengajar secara bersama-sama terhadap kinerja guru sejarah sebesar 49 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama, motivasi kerja dan pengalaman mengajar
memberikan sumbangan yang berarti terhadap kinerja guru sejarah yang mengindikasikan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi kinerja guru sejarah. Dilihat dari besarnya kontribusi tiap variabel prediktor (bebas) terhadap variabel respon (terikat), kontribusi pengalaman mengajar terhadap kinerja guru sejarah menunjukkan bahwa pengalaman mengajar dapat menjadi prediktor yang lebih baik dari motivasi kerja. Suci Kuswardani (2007) dalam skripsi berjudul Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Lama Mengajar dengan Kompetensi Guru PKn Sekolah Menengah Pertama Negeri Purworejo Kabupaten Purworejo tahun 2005/2006 ‘’ Menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN Purworejo Kabupaten Purworejo tahun 2005/2006 hal ini ditunjukkan dengan rx1y = 0,291 > rtabel = 0,250, ada hubungan yang positif dan signifikan antara lama mengajar dengan kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN Purworejo Kabupaten Tahun 2005/2006 hal ini ditunjukkan dengan rx2y = 0,272 > rtabel= 0,250, ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dan lama mengajar secara bersama dengan kompetensi guru PKn di SMPN Purworejo Kabupaten Purworejo tahun 2005/2006, hal ini ditunjukkan dengan Rxy (1,2) = 0,3864 dan Fhitung = 4,826 > Ftabel =3,17. Sumbangan Relatif (SR % ) variabel tingkat pendidikan sebesar 53,65 %, dan Sumbangan Relatif (SR %) variabel lama mengajar sebesar 46,35%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE%) variabel tingkat pendidikan sebesar 8,01% dan sumbangan efektif variabel lama mengajar sebesar 6,92 %. Dari berbagai uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengalaman mengajar memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengajar, kinerja, dan kompetensi guru. Sehingga antara satu dan lainnya saling berhubungan.
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut : Pengalaman mengajar adalah masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu,
mengembangkan menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor diri atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, penataran dan pelatihan, dan etos kerja. Sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta lingkungan sosial. Faktor - faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar. Pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat dikatakan bahwa pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru. Salah satu bagian
dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik, sehingga pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik dan keduanya saling berhubungan. Dengan pengalaman mengajar seorang guru akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan tentang mengajar. Pengalaman mengajar dapat dihitung dari jumlah tahun lamanya mengajar, khususnya dalam mata pelajaran yang diampunya. Semakin lama seseorang menekuni profesi sebagai seorang guru akan semakin tinggi juga tingkat kompetensi pedagogiknya, demikian juga sebaliknya. Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Pengalaman mengajar
Kompetensi Pedagogik
Gambar 1. Skema kerangka berpikir
D. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih akan diuji secara empiris dengan melalui berbagai pengujian. Atas dasar pemikiran di atas maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah : “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian SMP Negeri di Kota Surakarta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel. 1 Tempat Penelitian No
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
1.
SMP Negeri 1 Surakarta
Jl. MT Haryono No. 4
2.
SMP Negeri 2 Surakarta
Jl. Apel No. 3 Jajar
3.
SMP Negeri 3 Surakarta
Jl. Kartini No. 18
4.
SMP Negeri 4 Surakarta
Jl. DI. Panjaitan No. 14
5.
SMP Negeri 5 Surakarta
Jl. Diponegoro No. 45
6.
SMP Negeri 6 Surakarta
Jl. Kapten Mulyadi No. 254
7.
SMP Negeri 7 Surakarta
Jl. Mr. Sartono No. 37
8.
SMP Negeri 8 Surakarta
Jl. H.O.S Cokro Aminoto No. 51
9.
SMP Negeri 9 Surakarta
Jl. Sekarjagat 1, Pajang
10. SMP Negeri 10 Surakarta
Jl. Kartini No.12
11. SMP Negeri 11 Surakarta
Jl. Sungai Kapuas No. 30
12. SMP Negeri 12 Surakarta
Jl. A. Yani No. 370
13. SMP Negeri 13 Surakarta
Jl. Urip Sumoharjo No. 49
14. SMP Negeri 14 Surakarta
Jl. Prof. WZ. Yohanes No. 254
15. SMP Negeri 15 Surakarta
Jl. Purwonegaran No.60
16. SMP Negeri 16 Surakarta
Jl. Kol. Sutarto No. 188
17. SMP Negeri 17 Surakarta
Jl. Jend. A. Yani
18. SMP Negeri 18 Surakarta
Jl. Tembus Kadipiro
19. SMP Negeri 19 Surakarta
Jl. Brondongan, Serengan
No
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
20. SMP Negeri 20 Surakarta
Jl. Surya No. 155
21. SMP Negeri 21 Surakarta
Jl. Karegan No. 276
22. SMP Negeri 22 Surakarta
Jl. Makam Bergola, Serengan 26
23. SMP Negeri 23 Surakarta
Jl. Adi Sumarmo, Banyuanyar
24. SMP Negeri 24 Surakarta
Jl. Dr. Muwardi No. 36
25. SMP Negeri 25 Surakarta
Jl. Dr. Muwardi No. 37
26. SMP Negeri 26 Surakarta
Jl. Joyonegaran No. 2
27. SMP Negeri 27 Surakarta
Jl. Arifin No. 17
( Sumber Data Sekunder, 2009) Alasan penulis mengambil lokasi tersebut karena lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga sedapat mungkin akan mempermudah penelitian maupun waktu, biaya dan tenaga dalam perijinan riset maupun dalam proses pengumpulan data.
2. Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu kurang lebih 11 bulan., yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Desember 2009. Adapun perincian jadwal sebagai berikut : Tabel 2. Waktu dan Jadwal Kegiatan Penelitian No
Kegiatan Penelitian
2009 Feb
1.
Penyusunan Proposal
2.
Pengurusan Ijin Penelitian
3.
Pengumpulan Data
Mar-
Jul-
Juni
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
No
Kegiatan Penelitian
2009 Feb
4.
Analisis Data
5.
Penyusunan Laporan.
Mar-
Jul-
Juni
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang bersifat Ex post facto, karena penelitian ini dilaksanakan dengan mendeskripsikan situasi sekarang yang datanya berupa angka-angka, kemudian dicari hubungan dengan faktor-faktor yang lain yang terjadi sebelumnya. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 64) menerangkan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Ex post facto menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 56) adalah : “Ex post facto artinya sesudah fakta Ex post facto sebagai metode penelitian menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas (X) telah terjadi sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat (Y).
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suharsimi Arikunto (2006 : 130) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah
semua
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta, yang berjumlah 67 guru. Tabel 3. Data Populasi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan Pengalaman Mengajar
No.
Pengalaman Mengajar
Populasi
1.
<5
tahun
6
2.
6 – 10 tahun
6
3.
11 – 15 tahun
9
4.
16 – 20 tahun
5
5.
> 20
41
tahun
Jumlah
67
2. Sampel Suharsimi Arikunto (2006 : 131 ) menyatakan bahwa ” Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin ( dalam Consuelo, 1993 :161) sebagai berikut : n=
N 1 Ne 2
Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi e = Nilai kritis sebesar 0,05 Populasi sejumlah 67 orang dan nilai kritis 0,05 diambil dari tabel yang dikutip dari Pagoso, Garcia dan Guererro de Leon (1978) dalam bukunya Consuello (1993:162) maka perhitungan sampelnya adalah sebagai berikut : n=
N 1 Ne 2
=
67 1 67.0,05 2
=
67 1 0,2
=
67 1,2
= 55,833 = 56 Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 56 guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta.
3. Teknik Sampling Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Proportional Random Sampling yaitu setiap anggota populasi akan mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Dengan menggunakan teknik random sampling ini diharapkan anggota sampel dapat benar-benar mewakili dari sejumlah populasi yang ada. Dalam penelitian ini dari 67 guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta diambil 56 guru sebagai sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Data yang akan dikumpulkan adalah data dari variabel sebagai berikut : a. Variabel Bebas Variabel bebas yaitu pengalaman mengajar (X)
b. Variabel Terikat Variabel terikat yaitu kompetensi pedagogik (Y)
2. Penyusunan Instrumen Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapat data yang diperlukan dengan menggunakan suatu alat tertentu. Untuk mendapatkan data yang obyektif dan valid, dalam penelitian ini maka digunakan teknik angket.
Angket untuk mengumpulkan data tentang pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik. a. Angket 1. ) Pengertian Angket Suharsimi Arikunto (2006 : 151 ) ” Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dengan kata lain angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran angket tersebut secara tertulis disertai petunjuk yang ada. Dengan menggunakan angket data akan terkumpul dalam waktu yang singkat. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik guru. 2. ) Macam - Macam Angket Suharsimi Arikunto (2006 : 152) tentang macam kuesioner ( angket ) dapat ditinjau dari beberapa segi : a) Dipandang dari segi yang menjawab (1) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab pertanyaan dengan kalimatnya sendiri. (2) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. b) Dipandang dari jawaban yang diberikan : (1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. (2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. c) Dipandang dari bentuknya : (1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup. (2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. (3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cheeck ( V ) pada kolom yang sesuai. (4) Rating scale ( skala bertingkat ), yaitu sebuah pernyataan diikuti kolom – kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Berdasarkan klasifikasi tersebut maka dalam penelitian ini digunakan jenis angket langsung tertutup, karena peneliti langsung memberikan angket kepada guru yang isinya mengungkapkan diri tentang responden itu sendiri dan responden tinggal memberi tanda silang ( X ) pada salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pilihan masing-masing. 3.) Keuntungan dan Kelemahan Kuesioner a) Keuntungan Kuesioner (1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti, (2) Dapat dibagikan serentak kepada banyak responden, (3) Dapat dijawab oleh responden menurut ketepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden, (4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu – malu menjawab, (5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi responden dapat diberi pertanyaan- pertanyaan yang benar – benar sama.
b) Kelemahan Kuesioner (1)Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi dikembalikan lagi kepadanya, (2) Sering sukar dicari validitinya, (3) Walaupun dibuat anonim, kadang- kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur, (4) Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. Menurut penelitian angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 %, (5) Waktu pengembaliaanya tidak bersama – sama, bahkan kadangkadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat. 4.) Teknik Pengukuran a) Pengukuran Variabel Pengalaman Mengajar Pengukuran variabel pengalaman mengajar yaitu responden menjawab pertanyaan mengenai lamanya pengalaman mengajar. Pengalaman mengajar tersebut dikategorikan sebagai berikut : (1) < 5 tahun
= skornya 1
(2) 5 – 10 tahun
= skornya 2
(3) 10 – 15 tahun
= skornya 3
(4) 15 – 20 tahun
= skornya 4
(5) > 20 tahun
= skornya 5
b) Pengukuran Variabel Kompetensi Pedagogik Pengukuran variabel kompetensi pedagogik yaitu responden menjawab pertanyaan mengenai kompetensi pedagogik dengan memilih salah satu jawaban yang disediakan.
Jawaban yang disediakan dan
skoring atas jawaban setiap item dari masing- masing responden adalah sebagai berikut : (1) Untuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif maka skoring untuk setiap alternatif jawaban adalah sebagai berikut : (a) Untuk jawaban A ( Selalu )
= Skor 5
(b) Untuk jawaban B ( Sering )
= Skor 4
(c) Untuk jawaban C ( Kadang-kadang )
= Skor 3
(d) Untuk jawaban D ( Jarang )
= Skor 2
(e) Untuk jawaban E ( Tidak Pernah)
= Skor 1
(2) Untuk pertanyaan atau pernyataan bersifat negatif maka skoring untuk setiap alternatif jawaban sebagai berikut : (a) Untuk jawaban A ( Selalu )
= Skor 1
(b) Untuk jawaban B ( Sering )
= Skor 2
(c) Untuk jawaban C ( Kadang-kadang ) = Skor 3 (d) Untuk jawaban D ( Jarang )
= Skor 4
(e) Untuk jawaban E ( Tidak Pernah)
= Skor 5
5.) Langkah- Langkah Penyusunan Angket Langkah- langkah dalam penyusunan angket berdasarkan pelaksanaan a) Menentukan konsep variabel penelitian, b) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel penelitian,
c) Menyusun kisi – kisi angket, ( lihat lampiran 1 ) d) Menyusun butir – butir pertanyaan, (lihat lampiran 2) e) Melakukan uji coba angket / try out dengan tujuan mengetahui validitas dan reliabilitas, ( lihat lampiran 3 dan 4 ) f) Melakukan revisi angket g) Memperbanyak angket sebanyak sampel, h) Menggunakan angket yang telah diperbanyak dan setelah mendapat umpan balik dari responden kemudian dianalisis. b. Uji Coba Sebelum angket yang sebenarnya digunakan dalam penelitian maka angket perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba angket dilaksanakan pada bulan Juli 2009 terhadap 30 guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai responden. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan angket yang sahih dan terandalkan. Adapun angket yang diuji cobakan yaitu angket kompetensi pedagogik guru. Agket yang diuji cobakan terdiri dari 37 butir. Sehubungan dengan hal tersebut skor minimal 1 dan skor maksimal 5 sehingga jumlah seluruhnya untuk skor minimal 37 dan skor maksimal 185. 1.) Uji validitas Instrumen setelah diuji cobakan dihitung validitasnya dengan tujuan untuk mengetahui apakah butir-butir yang diuji cobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 168) “ Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Jadi suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Valid tidaknya instrument diuji dengan rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Suharsimi Arikunto (2006 : 170) :
rxy =
NXY (X )(Y )
N .X ² (X )²N .Y ² (Y )²
Keterangan rxy
: Koefisien
korelasi antara variabel X dan Y
∑X
: Skor
masing-masing item
∑Y
: Skor
total
∑ XY
: Jumlah
2 ∑X
: Jumlah kuadrat dari X
2 ∑Y
: Jumlah kuadrat dari Y
N
: Jumlah
penelitian X dan Y
Subyek
Hasil analisis validitas nilai korelasi item kemudian dikonsultasikan dengan tabel rtabel dalam taraf signifikansi 5 %. Item dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel. Hasil uji coba dari 37 item angket kompetensi pedagogik guru, diketahui bahwa dari 37 item angket tersebut dinyatakan valid semua. Contoh perhitungan validitas angket disajikan dalam ( lampiran 3 dan 4).
2.) Uji Reliabilitas Menurut Suharsimi Arikunto, (2006 : 170) “ reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Untuk mengetahui tingkat kestabilan alat ukur digunakan reabilitas. Adapun cara mencari reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 180) adalah dengan rumus Spearman Brown, (2) dengan rumus Flanagan, (3) dengan rumus Rulon, (4) dengan rumus K-R.20, (5) dengan rumus K-R.21, dengan rumus Hoyt, dan (7) dengan rumus Alpha.
Penelitian ini menghitung reliabilitas dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut : r11 =
2 xr1 / 21 / 2 (1 r1 / 21 / 2 )
Keterangan
r11 r1/21/2
= reliabilitas instrumen = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006 : 180) Hasil analisis reliable kemudian dikonsultasikan dengan koefisien
reabilitas. Adapun mengenai besarnya koefisien korelasi dapat digunakan rumus sebagai berikut : 1 ) Antara 0,800 sampai dengan 1,00 2 ) Antara 0,600 sampai dengan 0,800 3 ) Antara 0,400 sampai dengan 0,600 4 ) Antara 0,200 sampai dengan 0,400 5 ) Antara 0,000 sampai dengan 0,200
= = = = =
Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah berkorelasi)
(tak
( Suharsimi Arikunto, 2006 : 276)
Hasil uji coba angket tersebut diperoleh r11 = 0,934. maka angket tersebut dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi. Contoh perhitungan uji reliabilitas angket disajikan dalam lampiran 5. E. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan membuktikan kebenaran hipotesis penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi sederhana. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut : 1. Uji Persyaratan Analisis a) Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sampel baris berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji hal ini digunakan rumus chi kuadrat sebagai berikut : X2 =
( fo fh) 2 fh (Suharsimi Arikunto,1998:259)
Keterangan X2 = chi kuadrat fo = frekuensi yang diperoleh fh = frekuensi yang diharapkan b.) Uji Linieritas Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan variabel terikatnya terdapat hubungan linier. Pengujian linieritas dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Nilai X yang sama disusun beserta pasangannya.
Yi² 2) a) JK(E) = Yi² N b) JKTC = Jkres-JK (E) 3) a) dFE = N-K atau dFres-dFTC K
= banyaknya kelompok X
b) dFTC = K-2 4) a) RJK (E) =
b) RJK (TC) = 5) FHitung
=
JK ( E ) dF ( E )
JK (TC ) dF (TC ) RJK (TC ) RJK ( E )
6) Ftabel (1-α) (K-2, N-K) a) Jika Fhitung ≥ Ftabel tolak Ho berarti tidak linear
b) Jika Fhitung < Ftabel tolak Ho berarti linear (Hassan Suryono, 2005 : 86)
2.Uji Hipotesis Teknik analisis korelasi sederhana dilaksanakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut: Menghitung koefisien koerelasi sederhana X dan Y rxy =
NX 1Y (X 1 )(Y )
N .X 1 ² (X 1 )²N .Y ² (Y )²
Keterangan: rxy = Koefisien kolerasi antara X dengan Y n
= Jumlah subjek
X = Jumlah skor Y = Jumlah skor Y Kriteria pengujian, jika rhitung > rtabel maka terdapat hubungan antara X dengan Y dan jika rhitung ≤ rtabel maka tidak ada hubungan antara X dengan Y. (Sudjana, 2005 : 369)
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian dengan judul “ Hubungan Pengalaman Mengajar dengan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Kewaraganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun 2009”. Penelitian ini menyajikan data dari dua variabel yaitu : (1) pengalaman
mengajar
dan
(2)
kompetensi
pedagogik
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun 2009.
1. Pengalaman Mengajar Hasil pengumpulan data tentang variabel pengalaman mengajar yang diukur dari lamanya waktu mengajar melalui angket yang diberikan kepada guru PKn, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) skor tertinggi 5, (2) skor terendah 1, (3) mean sebesar 3,86 (4) standart deviasi 1,46. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6. Adapun sebaran frekuensi pengalaman mengajar seperti pada tabel berikut : Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Pengalaman Mengajar
Interval 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 -
1,9 2,9 3,9 4,9 5,9
Fmutlak 6 6 9 4 31
Prosentase mutlak
10,714 % 10,714 % 16,071 % 7,143 % 55,358 %
Fkomulatif 6 12 21 25 56
Prosentase komulatif
10,714 % 21,428 % 37,499 % 44,642 % 100,00 %
( Sumber Data Primer, 2009 ) Tabel distribusi frekuensi data pengalaman mengajar sebagaimana tersebut di atas, dapat digambarkan dengan grafik histogram sebagai berikut
38
Gambar 2. Grafik Histogram Pengalaman Mengajar Guru
2. Kompetensi Pedagogik Guru Hasil pengumpulan data tentang variabel kompetensi pedagogik guru melalui angket yang diberikan kepada guru, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) skor tertinggi 183, (2) skor terendah 144, (3) mean sebesar 163,98, (4) standar deviasi sebesar 11,10. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 7. Adapun sebaran frekuensi kompetensi pedagogik guru seperti pada tabel berikut : Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Kompetensi Pedagogik Guru
Interval 141,0 147,1 153,2 159,3 165,4 171,5 177,6
-
147,0 153,1 159,2 165,3 171,4 177,5 183,6
Fmutlak 4 7 8 9 13 10 5
Prosentase mutlak
7,143 % 12,500 % 14,286 % 16,071 % 23,214 % 17,857 % 8,929 %
Fkomulatif 4 11 19 28 41 51 56
Prosentase komulatif
7,143 % 19,643 % 33,929 % 50,000 % 73,214 % 91,017 % 100,00 %
Tabel distribusi frekueni data kompetensi pedagogik guru diatas dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Histogram Kompetensi Pedagogik Guru
B. Pengujian Persyaratan Analisis Teknik statistik sebagai analisa data, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah sampel diambil secara random / acak, bentuk distribusi variabel X dan Y merupakan garis lurus / linear. Hipotesis sebelum diuji, harus menguji persyaratan analisis data dengan uji normalitas dan uji linearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari data – data penelitian diperoleh hasil prasyarat yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel. 5 Uji Normalitas
Variabel
2 hitung
2 tabel
Keputusan Uji
Kompetensi Pedagogik
3,3305
9,49
Normal
Guru Setelah dilakukan perhitungan bahwa pada taraf signifikansi 5 % untuk dk = k – 3 = 4 diperoleh X = 9,49. Karena 2
hitung
< 2
tabel
atau 3, 3305 < 9,49 maka
dinyatakan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8). 2. Uji Liniearitas Uji Liniearitas diperlukan untuk mendeteksi adanya hubungan liniear antara variabel X dan Y. Uji Linearitas Variabel X dan Y Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh harga-harga sebagai berikut : JK(E)
= 5067,61
RJK(TC) = 31,53
JK(TC) = 94,59
RJK(E) = 99,36
dk(TC) = 3
Fhitung = 0,32
dk(E)
= 51 Setelah dilakukan perhitungan bahwa pada taraf signifikasi 5 % dengan dk
pembilang = 1 dan dk penyebut = 51 diperoleh Ftabel= 4,02. Karena Fhitung< Ftabel atau 0,32 < 4,02 maka dinyatakan bahwa X linear terhadap Y. ( Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9).
C. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan uji persyaratan analisis melalui uji normalitas dan uji linearitas, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut : “ ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun 2009”. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis korelasi sederhana.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh besarnya koefisien korelasi antara X dengan Y (rxy) sebesar 0,488. Setelah hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel N= 56 dan taraf signifikasi 5 % diperoleh rtabel sebesar 0,250, karena rxy > rtabel atau 0,488 > 0,250 maka dapat dikatakan ada hubungan positif antara pengalaman mengajar (X) dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10). . D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka dapat dilakukan pembahasan hasil analisis data sebagai berikut : Untuk uji normalitas diperoleh 2
hitung
=3,3305 < 2
tabel =
9,49 , ini
menunjukkan bahwa sampel yang digunakan berasal dari populasi bersitribusi normal, sedangkan untuk uji linieritas variabel pengalaman mengajar didapatkan Fhitung = 0,32 < Ftabel = 4,02 menunjukkan bahwa variabel pengalaman mengajar linear terhadap variabel kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan. Terpenuhinya uji prasyarat analisis data dapat dilanjutkan untuk pengujian hipotesis. Dari perhitungan analisis data untuk uji keberartian regresi linear didapatkan harga Fhitung = 16,85 > Ftabel = 4,02, menunjukkan bahwa regresi antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan adalah berarti. Hasil analisis korelasi product moment didapatkan harga koefisien korelasi sederhana antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan sebesar rxy = 0,488 > 0,250. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
bahwa
pengalaman
mengajar
mempunyai
hubungan
dengan
kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk koefisien korelasi diperoleh harga t hitung > ttabel atau 4,105 > 1,67 sehingga dapat dikatakan bahwa koefisien korelasinya berarti. Besarnya kontribusi pengalaman mengajar terhadap kompetensi pedagogik sebesar 24 %. Untuk persamaan regresi diperoleh Ŷ = 149,6618 + 3,7127 X yang menunjukkan bahwa apabila ada perubahan satu unit atau
adanya kenaikan satu angka pada variabel pengalaman mengajar ( X ) maka membawa perubahan sebesar 3,7127 pada kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta. Dari hasil tersebut berarti apabila seorang guru sudah mempunyai pengalaman mengajar yang cukup atau sudah lama mengajar maka guru tersebut akan memiliki kompetensi pedagogik yang tinggi pula, sebab dengan pengalaman mengajar yang cukup seorang guru dapat memperbaiki kekurangan pada dirinya dan senantiasa meningkatkan kemampuan profesinya melalui pengalaman yang dialaminya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sustermeister dalam S. Eko Putro Widoyoko ( 2009 : 7 ) bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh faktor diri atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, penataran dan pelatihan, serta etos kerja. Sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, lingkungan sosial dan sebagainya. Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar. (http//www.um.pwr/ac.id/web download/publikasasi.15 Januari 2009). Dari pendapat tersebut, pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat dikatakan bahwa pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru. Pengalaman mengajar diartikan sebagai masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang dimilikinya. Salah satu bagian dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik, sehingga pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik dan keduanya saling berhubungan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan
intelektual,
menguasai
teori
prinsip
pembelajaran
yang
mendidik,
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Seorang guru jika sudah memiliki pengalaman mengajar yang sudah lama maka guru tersebut akan memilki tingkat kecakapan serta ketrampilan dalam mengajar karena memperoleh pengalaman secara langsung dari proses pembelajaran yang diselenggarakan, sebab guru selalu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru yang setiap hari mengajar maka ia akan terlatih untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik. Latihan yang dilakukan berkali-kali dan diulang secara terus menerus akan membuat guru lebih menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk juga kompetensi pedagogik yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar. Pengalaman mengajar seorang guru akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengelola pembelajaran sehingga semakin lama seorang guru melaksanakan tugas mengajar, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya akan lebih baik, sedangkan guru yang kurang berpengalaman, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya belum dapat berkembang secara optimal. Semakin lama seorang guru mengajar maka guru tersebut akan banyak memperoleh pengalaman sehingga dapat membentuk sikap profesionalisme. Seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar belum lama akan menemui kesulitan jika menghadapi permasalahan dalam tugasnya, sedangkan guru
yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari masalah dalam menjalankan tugas, tetapi yang membedakan adalah pada tingkat kesulitan yang dihadapi, atau dapat dikatakan bahwa kesulitan yang dihadapi akan berkurang sejalan dengan pengalaman yang dialami. Demikian pula, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik. Dengan demikian teori yang mengatakan adanya hubungan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik terbukti secara nyata di lapangan.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian serta pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru PKn di SMP Negeri Kota Surakarta tahun 2009. Adanya kesimpulan tersebut dibuktikan dari perhitungan analisis data yang dilakukan dengan analis korelasi sederhana, diperoleh harga rxy sebesar 0,488 sedangkan harga rtabel N= 56 dan taraf signifikasi 5 % diperoleh rtabel sebesar 0,250, karena rxy > rtabel atau 0,488 > 0,250 maka dapat dikatakan ada hubungan positif antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan. Sedangkan keberartian atau signifikasi hubungan kedua variabel tersebut dibuktikan dengan perolehan Fhitung = 16,85 > Ftabel = 4,02 . Untuk koefisien korelasi diperoleh harga thitung > ttabel atau 4,105 > 1,67 sehingga dapat dikatakan bahwa koefisien korelasinya berarti. Kontribusi variabel pengalaman mengajar (X) terhadap variabel kompetensi pedagogik (Y) sebesar 24%. Mengenai naik turunnya atau besar kecilnya kompetensi pedagogik guru dapat diprediksi melalui persamaan regresi Ŷ = 149,6618 + 3,7127 X yang berarti bahwa apabila ada perubahan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel pengalaman mengajar (X) maka membawa perubahan sebesar 3,7127 pada kompetensi pedagogik (Y).
B. Implikasi Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di ata maka dapat diperoleh implikasi sebagai berikut : 1. Teoritis Kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kwarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta tahun 2009 dapat dipengaruhi oleh pengalaman mengajar.
Pengalaman mengajar merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogik sehingga keduanya saling berhubungan. 2. Praktis Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru PKn. Dengan adanya hubungan yang positif dan signifikan tersebut, maka guru yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama akan dapat lebih menguasai kompetensi pedagogik dan dapat mengajar dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki pengalaman mengajar belum lama memiliki kompetensi pedagogik yang lebih rendah.
C. Saran Para guru yang mempunyai pengalaman mengajar belum lama atau baru setahun, dua tahun, atau tiga tahun maka sebaiknya perlu menambah pengalamannya di dunia pendidikan misalnya dengan mengikuti pelatihan dan seminar-seminar yang berkaitan dengan masalah pendidikan, mengikuti kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi melalui berbagai media baik media massa maupun media elektronik. Sedangkan para guru yang sudah mempunyai banyak pengalaman atau sudah puluhan tahun mengajar sebaiknya harus lebih meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam mengajar sehingga dapat menjadi guru yang benar-benar profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka. Anonim. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Anonim. 2005. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Anonim. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007. Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. Consuelo, G. Sevilla, Jesus A. Ochave, Twila G. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel, G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI- Press. Debi Setiawati. 2007. Kontribusi Motivasi Kerja dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kinerja Guru Sejarah Di Surakarta. Tesis. Tidak ditebitkan. Giyarni. 2008. Evaluasi Kompetensi Pedagogik Guru Setelah Lulus Uji Sertifikasi Di SMK Kelompok Bisnis Manajemen Se-Kota Surakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan. Hassan Suryono. 2005. Statistik: Pedoman, Teori dan Aplikasi. Surakarta: UNS Press. Marsin. 2002. Kemampuan Mengajar Guru Sekolah Dasar Ditinjau dari Model Penyelenggaraan Program Penyeteraaan D-II PGSD dan Pengalaman Mengajar di Kabupaten Boyolali. Tesis . Tidak diterbitkan. Masnur Muslih. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta. Bumi Aksara. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Oemar Hamalik. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Praktek. Jakarta : 47 PT Bumi Aksara. Setya Nurachmandani. 2002. Kontribusi Motivasi Mendesain Sistem Pembelajaran Dan Masa Kerja Terhadap Kompetensi Mendesain Sistem Pembelajaran Pada Guru SLTPN Kabupaten KarangAnyar. Tesis. Tidak diterbitkan. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta. Suci Kuswardani. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Lama Mengajar Dengan Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Purworejo Kabupaten PurworejoTahun 2005/ 2006. Skripsi. Tidak diterbitkan.. Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara. Sumber internet Anonim. Kompetensi Guru Lulus Sertifikasi Tidak Otomatis Meningkat. www-koranjakarta.com-berita-detail terkini.php?id=16903. Diunduh hari Jumat tanggal 22 Januari 2010 jam 21.00 WIB. David Kerr. 1999. Citizhenship Education and International Comparison. http : / www/imca.org.uk/pdf/citizhenship-no-intro-pdf. Diunduh hari Selasa tanggal 1 Desember 2009 jam 09.00 WIB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Suplemen buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru tahun 2009. psg 15 .um.ac.id/cup – content/uploads/2009. Diunduh hari Selasa tanggal 20 Oktober 2009 jam 23.45 WIB. Reid, A and Gill J. 2009. International Journal of Citizhenship and Teacher Education. (5), 1 – 7. http : www/ citized info © 2009. Diunduh hari Rabu tanggal 18 November 2009 jam 07.00 WIB.
S. Eko Putro Widoyoko. 2009. Kompetensi Mengajar Guru IPS SMA Kabupaten Purworejo. http// www. um. pwr / ac .id /web download/ publikasi. Diunduh hari Senin tanggal 17 Agustus 2009 pukul 23.59 WIB. Torney Purta, J., Richardson, and W, Barber, C. 2009. International Journal of Citizhenship and Teacher Education. (1), 32 – 57. http : www/ citized info. ©.2009. Diunduh hari Senin tanggal 21 Desember 2009 jam 22.00 WIB. Udin S. Winataputra. 2007. Temu Sambut Mahasiswa Baru Program Studi PKn. http:sps.upi.edu/pend/wp. Diunduh hari Rabu tanggal 18 November 2009 jam 06.00 WIB. Wikipedia. 2009. Citizenship Foundation. http://en.wikipedia.org // wiki / Citizhenship education. Diunduh hari Sabtu tanggal 19 Desember 2009 jam 12.30 WIB. Wikipedia. 2009. Wikipedia Is There When You Need It Now It Needs You. http: // wikipedia.com. Diunduh hari Sabtu tanggal 19 Desember 2009 jam 13.00 WIB.