SUMBANGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, IKLIM SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TAMAN KARYA MADYA YOGYAKARTA Oleh: Arif Bintoro Johan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
ABSTRACT This research is aimed to investigate the contribution of principals leadership, schools climate and teachers cleamate and teacher competence to senior high schools teachers performance, and the contributions of principals leadership, schools climate and teacher competence as an aggregate to the senior high school teachers performance in vocational high school Taman Karya Madya Yogyakarta. This research was designed as an ex post facto research. The population and sample of this research all 62 vocational high school teachers in Taman Karya Madya Yogyakarta. The data were collected by using 4 models of questionaires with 1-4 scales of responses. The ware 101 valid and reliabel total number items, devided into 4 models of the questionnaire. The data were analyzed using descriptive statistics, and simple and multiple regressions. The results of this reseach show that : (1) there are significance contributions of the principals leadership to the teachers performance, in which the value of probability rx1y is 0.000 < 0.05 and could explain 5.6% variations in teachers performance wich the formula of the regressionline is Y = 60.221 + 0.241X1, (2) there are significance contributions of the schools climate to the teachers performance, in which the value of probability rx2y is 0.000 < 0.05 and could explain 18,5 % variations in teachers performance with teh formula of the regression line is Y = 45.505 + 0,434X2, (3) there are significance contributions of the teachers competence to the teacher performance, in which the value of probability rx3y is 0.000 < 0.05 and could explain 37,9% variations in teachers performance with the formula of the regression line is Y = 29.262 + 0.636X3, (4) there are significance contributions of the principals leadership, schools climate, teachers competence as an agregate to the teachers performance, in which the value of probability Rx1,2,3y is 0.000 < 0.05 and could explain 40.5 % variations of teachers performance with the formula of the regression line is Y = 18.558 + 0.061X1 + 0.168X2 + 0.541X3. This results indicate that if the qualities of principals leadership, schools climate and teachers competence improve, they would give contributions to the improvement of the quality of vocational high school Taman Karya Madya Yogyakarta. Keywords : principals leadership, school climate, teacher competence and teacher performance
PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), mengamanatkan perubahan dalam proses pendidikan di
1
Indonesia untuk melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang relevan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat. Amanat tersebut dituangkan dalam kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006: 3). Kebijakan ini merupakan salah satu langkah strategik dalam rangka implementasi perubahan proses pendidikan di Indonesia. Dalam proses pelaksanaan pembaruan pendidikan tersebut guru merupakan faktor yang sangat penting. Karena itu upaya pembaruan proses pendidikan perlu memberikan perhatian yang serius pada peningkatan kemampuan profesional guru yang tercermin dalam kinerjanya yang tinggi (Mulyasa, 2009: 4-6). Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap upaya peningkatan kemampuan profesional guru melalui kebijakan sertifikasi guru (Permendiknas no. 18 tahun 2007). Namun menurut Unifah Rosyidi, kinerja guru yang sudah lulus proses sertifikasi masih belum memuaskan. Dari hasil survey yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) hasil sementara yang diperoleh di 16 propinsi dari total 28 propinsi yang sedang di survey, ditemukan bahwa dampak program sertifikasi kurang memuaskan. Para guru yang telah lulus sertifikasi diharapkan mengalami perubahan pola kerja, motivasi kerja, pembelajaran, dan peningkatan kualitas diri, namun tenyata masih tetap sama seperti sebelumnya, kinerja guru tetap rendah (Kompas,7 Oktober 2009:12). Kondisi kinerja guru yang belum memuaskan saat ini merupakan tantangan bagi semua pihak untuk selalu berusaha mencari jaran bagi upaya peningkatan kinerja guru menuju terciptanya guru-guru profesional. Menurut Hamzah B. Uno (2007:15) guru profesional adalah orang yang memiliki kedewasaan pribadi dan yang secara sadar dan penuh tanggung jawab memberikan pendidikan kepada para peserta didik. Karena itu guru harus memiliki kemampuan merancang program pembelajaran dan mampu menata serta mengelola kelas secara profesional agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Menurut Moh. Uzer Usman (2008:6) profesionalitas guru dirunjukkan dalam tingkat kinerjanya yang tinggi di sekolah. Kinerja guru tersebut diwujudkan melalui kemampuannya mendidik, mengajar, dan melatih para peserta didik
2
dalam proses pembelajaran. Jadi guru yang profesional memiliki kinerja yang tinggi dalam proses pembelajaran dan mampu menghasilkan peserta didik (output) yang berkualitas. Menurut Sagala (2009:14-17) kinerja guru merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan program-program pendidikan di sekolah. Karena itu kinerja guru merupakan elemen strategis yang perlu dikembangkan, sehingga guru sebagai tenaga pendidik rnemiliki kemampuan profesional dan mampu melahirkan proses pendidikan yang relevan dengan tuntutan situasi, kondisi, dan kebutuhan masyarakat pengguna rurusan. Sebaiknya, kinerja guru yang rendah (tidak memenuhi standar kinerja) akan berdampak negatif bagi proses pendidikan di sekolah. Hal ini ditegaskan oleh Jones, Jenkin, Lord (2006:2) yang menyatakan, Teachers who perform inadequately not only fail to achieve their own performance standards, but they can also affect the performance of those with whom they come into contact, e.g. other staff, pupils. Teacher’s under- performance can have a negative impact upon the school reputation and standing in the community, attainment and achievements of pupils... Maksud kutipan ini adalah para guru yang kinerjanya kurang memuaskan tidak hanya gagal meningkatkan standar kinerjanya sendiri, tetapi juga berdampak pada kinerja orang-orang yang berhubungan dengan mereka seperti para staff lain, para siswa. Kinerja guru yang rendah dapat memberikan dampak yang negatif pada reputasi dan peringkat sekolah, pencapaian dan kemajuan para murid. Kutipan ini memberikan penegasan bahwa kinerja guru yang rendah berpengaruh negatif terhadap kinerja semua warga sekolah. Dalam rangka menciptakan guru profesional yang berkinerja tinggi pada setiap lembaga pendidikan, Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen untuk mendorong usaha meningkatkan kualitas tenaga pendidikan (guru) menjadi pendidik profesional. Pada Pasal 8 UU tersebut ditegaskan, "Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tuiuan pendidikan nasional.” Dalam hal
3
ini guru yang melaksanakan pekerjaan pada lembaga pendidikan wajib memiliki kualifikasi tersebut yang menjamin keahlian, kemahiran atau kecakapannya sebagai pendidik profesional. Kriteria-kriteria wajib tersebut merupakan standar mutu yang harus dipenuhi oleh guru. Profesionalitas guru yang memenuhi standar tersebut merupakan pendukung terciptanya kualitas kinerja seorang guru dalam rnenjalankan pekerjaannya. Terciptanya
kualitas
kinerja
guru
yang
profesional
di
sekolah
membutuhkan dukungan peran kepala sekolah yang kompeten sebagai leader dan sebagai manager (Wahyudi, 2009:29-36). Di satu sisi, kepala sekolah berperan sebagai seorang pemimpin (leader) yang memiliki visi ke masa depan yang jelas dan dapat diwujudkan serta mampu mendorong proses transformasi di sekolah. Di sisi lain kepala sekolah berperan sebagai manajer, yang memiliki strategi-strategi yang efektif dan efisien untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan dan keputusan yang telah ditetapkan. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah tersebut merupakan kemampuankemampuan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Dengan kemampuan kepemimpinan itu seorang kepala sekolah mampu memberdayakan kegiatan-kegiatan di sekolah. Di sisi lain kepala sekolah
harus mampu
melaksanakan fungsi manajerial melalui tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi kepemimpinan dan fungsi manajerial tersebut diterapkan dalam pelaksanaan setiap bidang tugas kepala sekolah, terutama dalam memimpin dan mengarahkan para guru agar memiliki tingkat kinerja yang tinggi dalam tugas profesionalnya membimbing para peserta didik. Dengan demikian fungsi kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penting yang memberikan sumbangan tertentu terhadap kinerja para guru, di samping fungsi manajerialnya. Menurut Hoy dan Miskel (2001: 189-190) selain kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru yang bermutu juga membutuhkan dukungan iklim sekolah yang kondusif. Dalam hal ini iklim sekolah merupakan kesatuan kondisi dan karakteristik sekolah yang dipersepsikan para warga sekolah berupa suasana kerja yang menyenangkan, keterbukaan terhadap kritikan dan masukan dari sesama
4
maupun atasan, penghargaan yang wajar atas kinerja, dan ra sa aman secara finansial, sosial, dan psikologis yang mempengaruhi perilaku mereka. Jadi iklim sekolah merupakan faktor yang turut mendukung dan menentukan kinerja guru. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa mutu proses pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh sinergisnya proses interaksi antara faktor-faktor kompetensi guru, iklim sekolah, dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap taktor kineja guru. Lemahnya manajemen atas faktor-faktor ini akan mempengaruhi pencapaian tingkat mutu pendidikan pada sekolah-sekolah menjadi kurang optimal yang antara lain tampak dalam nilai hasil UN para siswa yang rendah dan berdampak pada kualitas SDM yang tidak mampu bersaing. Prestasi belajar peserta didik yang terukur dalam perolehan nilai ujian, 95% disebabkan oleh cara kerja para guru dalam proses pembelajaran (Rooijakkers, 1993:x). Sejalan dengan gagasan ini, Kupermintz (2003:287) menegaskan, "Student test score gains have been proposed recently as a measure of the educational 'value-added' contributed by teachers and school to students learning" (Pencapaian nilai test siswa telah dikemukakan baru-baru ini sebagai ukuran dari 'nilai tambah' pendidikan yang disumbangkan guru dan sekolah pada proses belajar siswa). Gagasan-gagasan ini menunjukkan bahwa guru berperan penting dalam proses belajar para siswa dan hasil belajar siswa yang terukur alam nilai ujian mencerminkan kualitas kerja guru dalam mendidik para siswa. Karena itu rentang peringkat berdasarkan data Nilai Ujian Nasional bisa menjadi salah satu indikator adanya persoalan dalam proses pendidikan, terutama persoalan rendahnya kinerja guru yang membuat rata-rata kelulusan para siswa berada di bawah standar kelulusan nasional. Secara
umum
penelitian
ini bertujuan
mendapatkan
data
empiris,
menganalisis data, menemukan model hasil analisis, dan menguji kebermaknaan sumbangan kepemimpinan kepara sekolah, iklim sekolah, dan kompetensi guru terhadap kinerja guru di SMK Taman Karya Madya Yogyakarta. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1.
Mengetahui sumbangan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK di SMK Taman Karya Madya Yogyakarta.
5
2.
Mengetahui sumbangan iklim sekolah terhadap kinerja guru di SMK Taman Karya Madya Yogyakarta.
3.
Mengetahui sumbangan kompetensi guru terhadap kinerja guru di SMK Taman Karya Madya Yogyakarta.
4.
Mengetahui sumbangan kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan kompetensi guru secara simultan terhadap kinerja guru di SMK Taman Karya Madya Yogyakarta.
KINERJA GURU 1) Pengertian Kinerja Bernardin dan Rusel (Rucky, 2006: 15) mendefisikan kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu selama kurun waktu tertentu. Kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Menurut Robbins (Husaini Usman, 2008: 457) kinerja adalah produk dari fungsi kemampuan dan motivasi seseorang. Dalam hal ini kinerja dilihat dari segi tujuan, yaitu hasil atau prestasi kerja dari kemampuan dan motivasi seseorang yang sesuai dengan tuntutan standar tertentu sebagai alat ukurnya Menurut Jones, Jenkin, Lord (2006: 4) "...definition o.f performance leads to the conclusion that an individual's performance needs to be gauged with both behaviors and outcomes in mind. " Maksud kutipan ini adalah kinerja seseorang harus diukur serentak menurut perilaku dan dampaknya. Menurut Armstrong dan Baron (Wibowo, 2008: 2) kinerja bukan hanya menyatakan hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Dua gagasan ini memberikan perhatian pada aspek tindakan dan hasil dari tindakan tersebut. Berdasarkan uraian di atas konsep kinerja mengandung 2 aspek yang harus ada dalam kinerja seseorang yaitu tindakan yang sesuai standar prosedur dan hasil yang sesuai tujuan. Jadi kinerja dapat diartikan sebagai
6
tindakan sesuai standar prosedur untuk mewujudkan hasil kerja sesuai tujuan yang telah ditetapkan melalui fungsi kemampuan dan motivasi.
2) Pengertian Kinerja Guru Menurut Brumbach (Jones, Jenkin, Lord, 2006: 4): Performance means both behaviours and results. Behaviours emanate from the performer and transform performance from abstraction to action. Not just the instruments for result, behaviours are also outcomes in their own right - the product of mental and physical effort applied to tasks-and can be judged apart from result Maksud kutipan ini adalah kinerja serentak merupakan perilaku dan hasilnya. Perilaku berasal dari pelaku dan mengubah kinerja dari bentuk abstrak menjadi kegiatan. Perilaku bukan hanya alat untuk mewujudkan suatu hasil, tapi juga merupakan dampak perilaku itu sendiri yaitu produk dari upaya mental dan psikis yang diterapkan pada tugas, dan dapat dinilai terpisah dari hasil. Gagasan inimenekankan kinerja serentak sebagai perilaku dan hasil kerja atas pelaksanaan suatu tugas. Menurut Lunenburg & Omstein (2000: 540) "School administrators also ttsefeedback about employees' performance to recognize them.for a job well done and to motit,ote them. " Maksud kutipan ini adalah pirnpinan sekolah menggunakan umpan balik kinerja karyawan untuk rnemperkenalkan cara rnengerjakan tugasnya dengan baik dan memotivasi mereka. Kinerja guru berkaitan dengan pelaksanaan tugas guru. Menurut Purwanto (1995: 13g) tugas utama guru adalah mengajarkan macam-macam ilmu pengetahuan, melatih ketrampilan-ketrampilan, dan mendidik para peserta didik di sekolah. Menurut Hazkew dan Mclendon (Hamzah B. Uno, 2007: 15) guru adalah orang yang profesional dalam mengorganisasi atau mengelola kelas. Menurut Moh. Uzer Usman (200g: 67) ada tiga tugas guru yang utama yaitu (a) Sebagai profesi meliputi; tugas mendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan dalam diri peserta didik nilai-nilai hidup sosial masyarakat; tugas mengajar yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi; tugas melatih 7
yaitu mengembangkan keterampilan dalam diri peserta didik. (b) Tugas guru di sekolah dalam bidang kemanusiaan adalah menjadi orang tua kedua bagi para peserta didiknya. Sebagai orang tua di sekolah, guru harus mampu menjadi panutan dan teladan bagi para peserta didik, guru harus mampu mendorong dan membangkitkan motivasi belajar dalam diri peserta didik. 3) Tugas guru daram bidang kemasyarakatan adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian tentang kinerja dan kinerja guru tampak bahwa kinerja seorang guru berkaitan erat dengan kemampuannya menjalankan tugasnya sebagai guru secara profesional. Jadi kinerja guru merupakan keseluruhan perilaku dan hasil kerja yang ditunjukkan guru dalam melaksanakan tugas utamanya mendidik mengajarkan, melatih, memberi teladan, membangkitkan memotivasi belajar para peserta didik dalam pengorganisasian dan pengelolaan kelas secara profesional melalui fungsi kemampuan dan motivasi menjalankan tugas keguruannya secara profesional sesuai aturan dan standar yang berlaku. 3) Manajemen Kinerja Guru Dalam Sistem Organisasi Sekolah Menurut Hamalik (2007:45) manajemen organisasi membutuhkan suatu pendekatan sistem (system approach), termasuk organisasi sekolah. Dalam pendekatan ini organisasi sekolah dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berkait antara faktor input, proses, output, dampak, dan lingkungan dalam menjalankan fungsinya, termasuk pengelolaan kinerja guru. Menurut Rucky (2006: 6) manajemen kinerja berkaitan dengan usaha yang dilakukan pimpinan organisasi untuk merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan. Jadi sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan membutuhkan suatu pendekatan sistem dalam merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi guru di sekolah.
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH 1) Definisi Kepemimpinan
8
Menurut Husaini (2008: 275) terdapat definisi yang beranekaragam tentang kepemimpinan. Definisi-definisi tersebut memberikan tekanan pada aspek berbeda-beda sesuai maksud dan pandangan subyektif setiap ahli. Husaini Usman menegaskan, Sebagaimana halnya dengan konstruksi-konstruksi di dalam ilmu sosial, definisi tentang kepemimpinan bersifat sewenang-wenang dan sangat subyektif. Beberapa definisi dapat lebih berguna dari pada lainnya, namun tidak ada definisi yang "tepat". Untuk sementara waktu, lebih baik menggunakan berbagai macam konsep tentang kepemimpinan sebagai sebuah sumber dari berbagai macam perspektif yang ada pada sebuah fenomena yang kompleks. Pendapat ini menegaskan kenyataan bahwa tidak ada satu definisi kepemimpinan yang bisa mencakup semua makna yang terkandung dalam kepemimpinan. Setiap definisi hanya mampu memberikan sebagian penjelasan tentang aspek-aspek kepemimpinan. Karena itu dibutuhkan beberapa definisi yang bisa saling membantu memberikan gambaran yang lebih lengkap dan seimbang tentang kepemimpinan. Menurut Katz dan Kahn (Wuradji, 2009: 100-101) seorang kepala sekolah harus memiliki keahlian atau keterarnpilan manajerial, yaitu sekelornpok kemampuan yang harus dimiliki oleh tingkat pemimpin apapun, yang rnencakup conceptual skills, human skill dan technical skills. a. Technicol skills (keterampilan teknik), yaitu: kecakapan spesifik tentang proses, prosedur atau teknik-teknik, atau merupakan kecakapan khusus dalam tugas-tugas manajerial yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, memonitor dan mengevaluasi. b. Human skill (keterampilan relasi manusiawi), yaitu: keahlian atau keterampilan manajerial yang berkaitan dengan relasi sosial yang humanistik. Kemampuan kepala sekolah menciptakan rasa saling menghormati, menghargai, saling memberi dan menerima perhatian dan masukan, serta keterampilan memotivasi dan membangun semangat. c. Conceptual skills (keterampilan konseptual), yaitu keahlian atau keterampilan manajerial yang berkaitan dengan penguasaan pengetahuan
9
dan konsep-konsep teoretis tentang visi dan misi sekolah, kurikulum, teori-teori belajar dan proses belajar mengajar pada umumnya. Berdasarkan tiga kategori kemampuan manajerial tersebut, kepala sekolah harus memiliki kemampuan yang meliputi; a) mampu berfungsi sebagai seorang pendidik, b) marnpu menampilkan analisis tinggi untuk mengumpulkan, mencatat dan menguraikan tugas pekerjaan, c) mampu mengembangkan silabus rangkaian mata pelajaran dan program-program pengajaran, d) mampu menjadi mahkota dari berbagai macam teknik mengajar, e) mampu merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan dan mempergunakan temuan riset, f) mampu mengadakan supervisi dan evaluasi pengajaran, fasilitas, kelengkapan, dan materi pelajaran, g) mengetahui kejadian di luar sekolah yang berhubungan dengan paket dan pelayanan pendidikan.
IKLIM SEKOLAH 1) Pengertian Iklim Sekolah Iklim merupakan suatu istilah dalarn ilmu tentang cuaca yaitu klimatologi. Iklim merupakan keadaan atau kondisi rata-rata cuaca dan lingkungan pada daerah tertentu. Dalam iklim terdapat musirn dan cuaca yang selalu berubah-ubah secara rutin. Gagasan iklim ini kemudian digunakan juga untuk mengungkapkan fenomena psikologis-sosial dalam suatu organisasi. Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin tahun 1930-an dalam istilah psychological climate (iklim psikologis) (Wirawan, 2007 121). Dari uraian tersebut diketahui bahwa istilah iklim diadopsi dari cabang ilmu klimatologi untuk membantu menjelaskan suasana dan kondisi psikologis-sosial suatu organisasi. Menurut Tagiuri dan Lidwin (Wirawan, 2007: 121) iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi; mempengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi.
10
Menurut Wirawan (2007:122) iklim organisasi yaitu persepsi anggota organisasi, baik secara individual maupun kelompok, dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi tersebut tentang apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi. Kedua gagasan ini menekankan iklim organisasi berpengaruh terhadap perilaku anggota dan menjadi karakteristik organisasi. Menurut Hoy dan Miskel (2001: 189-190) iklim organisasi sekolah adalah, Put simply, the set of internal characteristic that distinguish one school from another and influence the behavior of ech school's members is the organizational climate of the school. More specifically, school climate is a relatively enduring quality of the school environment that is experienced by participants, effects their behavior, and is based on their collective perceptions of behavior in schools. Maksud kutipan ini adalah iklim sekolah secara sederhana merupakan serangkaian karakteristik internal yang membedakan suatu sekolah dari yang lainnya dan dipengaruhi perilaku para warga sekolah adalah iklim organisasi sekolah. Secara
lebih spesifik, iklim sekolah adalah kualitas lingkungan
sekolah yang kreatif bertahan yang dialami oleh para warga sekolah, mempengaruhi perilaku mereka, dan didasarkan pada persepsi kolektif mereka tentang perilaku di sekolah. Berdasarkan definisi iklim organisasi secara umum maupun iklim organisasi sekolah terdapat beberapa unsur penting yang membentuk iklim oganisasi sekolah yaitu : a) serangkaian karakteristik internal yang relatif tetap bertahan dalam organisasi yang terbentuk oleh persepsi para anggota organisasi dan mempengaruhi sikap, perilaku para anggota, dan kinerja individual anggota; menggambarkan
b) karakteristik tersebut mempengaruhi perilaku dan
kualitas
kinerja organisasi serta
dapat diukur; c)
karakteristik tersebut membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya, suatu sekolah dari sekolah lainnya. jadi iklim sekolah merupakan sifat-sifat
11
atau ciri suasana yang dirasakan dalam lingkungan sekolah yang timbul terutama karena persepsi para anggota atas kegiatan intem sekolah yang dilakukan secara sadar atau tidak, yang dianggap mempengaruhi tingkah laku warga sekolah. iklim sekolah dapat dipandang sebagai kepribadian organisasi sekolah menurut persepsi para anggotanya.
KONSEP KOMPETENSI GURU 1) Pengertian Kompetensi Guru Menurut Cornelius (200i: 89) kompetensi merupakan, "trainee capability, to the job." Maksud kutipan ini adalah kompetensi merupakan kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan tertentu. Selanjutnya mengutip pendapat Robertson's, Cornelius menjelaskan, "being able to perform whole work roles (perform, not just know about or understand) to the standards expected in employment (not standards divorced from work expectations) in real working environtment (including all the related pressures and variances of work). " Maksud kutipan ini adalah kompetensi merupakan kemampuan mewujudkan seluruh peran, bukan hanya mengetahui atau memahami peran tersebut, sesuai standar yang diharapkan dari pekerjaan tersebut, dalam lingkungan pekerjaan yang nyata, tetmasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Menurut Simarnora 12006: 92) kompetensi merupakan jenis keahlian, pengetahuan, dan kernampuan yaug diperlukan untuk menunaikan sebuah pekerjaan secara efektif. Dalam proses rekruitmen informasi tentang kompetensi seseorang digunakan untuk seleksi dan penempatan seseorang dalam tugas tertentu. Menurut Jones, Jenkin, Lord (2006: 48) " When we become consciously competent we have acquired the new skill that can be performed reliably at will. We become more confident in our ability to be able to do it ..." Maksud kutipan ini adalah ketika kita menyadari kompetensi diri, kita telah memperoleh keterampilan baru yang dapat diwujudkan secara terpercaya pada kemauan. Kita menjadi lebih percaya diri dalam kemampuan untuk melakukan sesuatu. Kompetensi berarti keterampilan dan kemampuan
12
melakukan sesuatu. Menurut Brian E. Becher, Fark Huslid & Dave Ulrich (Sudarrnanto, 2009: 47) kompetensi merupakan pengetahuan, keahlian, kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan. Menurut Moh. Uzer Usman (2008: 14) kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Definisi ini memberi tekanan pada aspek kemampuan dan keterangan seorang guru dalam melaksanakan fugastugasnya secara bertanggungjawab (accountable) dan profesional. Menurut Sagala (2009: 17-22). Kompetensi guru merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi, dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang guru dalam menjalankan tugasnya. Sagala, menambahkan bahwa kompetensi guru berkaitan erat dengan pelaksanaan profesinya, yaitu secara profesional rnenyajikan jasa kependidikan berdasarkan ilmu pengetahuan yang hanya dipahami oleh orang-orang tertentu melalui jalur pendidikan. Pelaksanaan profesi tersebut diformulasikan secara sistematik dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan para peserta didik. Pelaksanaan profesi tersebut diformulasikan secara sistematik dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan para peserta didik. Dalam hal ini profesional menunjukkan keahlian akademis seseorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu profesional adalah orang yang melaksanakan profesi dengan tingkat pendidikan minimal S1 dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi, seorang guru yang profesional melaksanakan profesinya mengacu pada standar profesi yaitu prosedur, norma-norma hukum, dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar hasil pelaksanaan profesi secara kuantitas dan kualitas tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat dapat dipenuhi. Standar profesi tersebut merupakan jaminan dan bentuk tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi seorang guru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kompetensi guru merupakan kemampuan, pengetahuan, sikap, karakteristik pribadi, dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruan.
13
Kemampuan tersebut merupakan keahlian untuk melakukan tindakan mendidik,
mengajar,
dan
melatih
para
peserta
didik
yang
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kewenangan merupakan kuasa yang diperoleh melalui jenjang pendidikan formal (ijasah S1 dan sertifikat pendidik) dan pengalaman yang dimiliki guru. Kewenangan tersebut diwujudkan dalam tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Kemampuan dan kewenangan tersebut berpengaruh langsung terhadap kinerja guru.
JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Metode yang dipilih adalah ex post facto, yaitu menggunakan data dari suatu fakta yang telah terjadi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif yaitu menentukan besarnya sumbangan suatu variabel terhadap variabel lainnya. Berdasarkan jenis data dan teknik analisisnya penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan di SMK Taman Karya Madya Yogyakarta. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah para guru yang bekerja pada sekolah menengah kejuruan di SMK Taman Karya Madya Yogyakarta. pengambilan sampel dari populasi yang ada dan diambil keseluruhannya berjumlah 62 guru. Peneliti mengambil keseluruhan dari populasi untuk diambil sampelnya sehubungan hanya satu sekolah saja dan kesimpulan yang dihasilkan bisa digeneralisasian untuk sekolah tersebut.
DATA PENELITIAN DAN DESKRIPSINYA 1.
Data Skor Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Dari skor ideal minimal 25 (25x1) dan maksimal 100 (25x4), diperoleh skor terendah 60, tertinggi 99, dan rata-rata (mean) 82. Titik tengah rentang skor
14
adalah 81,00. Skor yang paling sering muncul (mode) adalah 79,00. Simpangan baku (SD) 8,57 dan varians 73,517. 2.
Data Skor Variabel Iklim Sekolah (X2) Dari skor ideal minimal 25 (25x1) dan maksimal 100 (25x4), diperoleh skor terendah 60, tertinggi 99, dan rata-rata (mean) 83. Titik tengah rentang skor adalah 79,00. Skor yang paling sering muncul (mode) adalah 84,00. Simpangan baku (SD) 8,41 dan varians 70,778.
3.
Data Skor Variabel Kompetensi Guru (X3) Dari skor ideal minimal 25 (25x1) dan maksimal 100 (25x4), diperoleh skor terendah 60, tertinggi 99, dan rata-rata (mean) 83. Titik tengah rentang skor adalah 79,00. Skor yang paling sering muncul (mode) adalah 84,00. Simpangan baku (SD) 8,41 dan varians 70,778.
4.
Data Skor Variabel Kinerja Guru (Y) Dari skor ideal minimal 25 (25x1) dan maksimal 100 (25x4), diperoleh skor terendah 60, tertinggi 99, dan rata-rata (mean) 87. Titik tengah rentang skor adalah 79,00. Skor yang paling sering muncul (mode) adalah 84,00. Simpangan baku (SD) 8,41 dan varians 70,778.
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut, 1.
Terdapat sumbangan yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Taman Karya Madya.
2.
Terdapat sumbangan yang signifikan iklim sekolah terhadap kinerja guru SMK Taman Karya Madya.
3.
Terdapat sumbangan yang signifikan kompetensi guru terhadap kinerja guru SMK Taman Karya Madya.
4.
Terdapat sumbangan yang signifikan kepemimpian kepala sekolah, iklim sekolah, dan kompetensi guru secara bersama-sama (simultant) terhadap kinerja guru SMK Taman Karya Madya.
15
SARAN Beberapa saran dapat diberikan kepada para pengelola satuan pendidikan terutama kepala sekolah dan para guru, penanggung jawab lembaga pendidikan, berkaitan dengan pemanfaatan hasil penelitian ini. 1.
Hasil penelitian ini dapat memberikan landasan teoritis, metodis, dan empiris bagi kepentingan akademik dalam bidang ilmu pendidikan, dalam memahami kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, kompetensi guru, dan kinerja guru SMK Taman Karya Madya.
2.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu titik tolak bagi kepala sekolah SMK Taman Karya Madya dan Dinas Pendidikan dalam merencanakan strategi peningkatan kinerja para guru secara profesional baik ditingkat masingmasing sekolah maupun di tingkat kecamatan dan kabupaten.
3.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif model inovasi pengembangan kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, kompetensi guru, dan kinerja guru bagi semua guru dan kepala sekolah SMK Taman Karya Madya.
DAFTAR PUSTAKA Aan, Komariah.,& Yati S. Mulyati. (2009). Manajemen Sekolah. Riduwan., (ed). Manajemen Pendidikan (pp. 8 5 - I 0 1 ). Bandung: Alfabeta. Abdul, Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya. Agustina Endah. (2006). Pengaruh kompetensi profesional dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru. Tesis magister tidak diterbitkan. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Diambil tanggal 1l Agustus 2009 dan http :/ldigilib.upi. edu/pasca/available/etd-022 I 1 0 8- I 02247l Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Bacal, Robert. (2002). Performance Management. (Alih bahasa: surya Dharma dan Yanuar Irawan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Beyer, Bonnie. (2009). An imperative for leadership preparation programs: preparing fufure leaders to meet the needs of students, schools, and communities. International journal of educational leadership preparation. vol 4 Number I (January - March 2009). Diambil tanggal 13 Juli 2009 dari http ://cnx. org/contenVm 1 9029/ 1 . 2/? formappdf.
16
Blanchard, Ken. (2007). Leading at a higher level. New Jersey: Pearson Prentice Hall. BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Comelius, Nelarine. (2001). Human resource management a managerial perspective. (Second Edition). North Yorkshire: Thomson Leaming Business Press. Danim, Sudarwan & Suparno. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformational Kekepala Sekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internationalisasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depdiknas. (2003) Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2005). Undang- undang RI Nomor II Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 18, Tahun 2007, Tentang Sertifikasi Pemuda dan Olahraga bagi Guru dalam Jabatan melalui Penilaian Portofolio. Ekosiswoyo, H. Rasdi. (2003). Pengaruh pemberdayaan, kepemimpinan, dan motivasikerja terhadap kinerja guru SMK eks SMEA pembina di Jawa Tengah. Disertasi doktor tidak diterbitkan. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Diambil tanggal l1 Agustus 2009 dari http//digrlib.rrpi."ddpur"duuuilubl"/"td-0609 r 05- 1 217 l g/ Ghozali, H. lmam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gibson, James L, et al. (2003). Organizations Behavior Structure Processes. New York: McGraw-Hill/ Irwin Hamalik, Oemar. (2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPS UPI dan Remaja Rosdakarya. Hamzah B. Uno (2007). Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cicil G. (2001). Educational Administrafion. New York: Rondo House. Husaini Usman. (2008). Manajemen;Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Johnson, R.A., et a|. (1973). The Theory and Management of Systems. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha. Jones, J. Jenkin, M., & Lord, S .(2006). Deveroping Effective Teacher Performan ce. London: Paul Chapman Publishing Kinerja Guru Rendah. Diambil Tanggal 7 Oktober 2009, dari Kompas, p.12. Kupennintz, Haggai. (2003). Teacher Effects and Teacher Eff-Ectiveness: a Validity Investigation of The Tennessee Value Addecal Assessrnent System. Journal educational et,aluation and polic.v anarysis, vol. 25, No. 3, Thn. 2003. Lunenburg, Fred C., Allan C. Ornstein. (1999). Educational Administration Concepts and Practices. Belmont USA: Wadswortiv Thomson Learning.
17
Maigahoaku, Fredrikus Djelahu. (2010). Sumbangan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Manggarai. Tesis Magister tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta. Moh. Uzer Usman. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muh. Syaifudin. (2002). Sumbangan Gaya Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Pembinaan Oleh Kepala Sekolah, dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Tesis Magister tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta. Mulyasa, E.(2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E..(2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto, M. Ngalim. (1995). Ilmu Pendidikan Teoritis dan praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Purwanto, M. Ngalim. (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Retno Prasetyorini. (2007). Hubungan Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru SLTP Negeri se Kota Samarinda. Tesis magister tidak diterbitkan. Universitas Samarinda. Diambil tanggal 8 Agustus 2009 dari http :i/www. eeocities. coni/guruval ahlpenelitian.html Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. (2007). Organizational Behavior 12 Th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Rooijakkers, Ad. (1993). Mengajar dengan Sukses; Petunjttk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran (Alih Bahasa: Soenoro dan H. Susmadi) Jakarta: PT Grasindo. Ruky, Achmad S. (2006). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sagala, H. Syaiful.(2009). Kemampuan Profesional Guru dan Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group Tenaga Sa'ud, Udin Saefudin. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Siagian, Sondang P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Simamora, Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. Sudarmanto.(2009).Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
18
Surya Darma (2005). Manajemen kinerja falsafah, teori dan penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tatty,Rosmiaty.,& Achmad Kumiadi. (2009). Kepemimpinan Pendidikan. Dalam Riduwan., (ed) Manajemen Pendidikan (pp.r25 162). Bandung: Alfabeta. Triton,P.B (2006). Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi Offset. Wahjosumidjo.(2007).Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wahyudi.(2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfa Beta. Wibowo. (2008). Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Winkel,W.S. (2007). Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Media Abadi. Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. Wuradji (2009). The educational leadership (kepemimpinan transformational).
19