Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
135
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Profesionalitas Guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk Ngadimun* & Desselianita Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Kalimantan Selatan Riwayat: Terima: 27 Mei 2017, Revisi: 20 Juni 2017, Terbit: 1 Juli 2017
Abstrak Penelitian tentang Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Profesionalitas Guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap profesionalitas guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk, pengaruh motivasi kerja terhadap profesionalitas guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk, dan pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap profesionalitas guruSMPN di Kecamatan Sungai Tabuk.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru berjumlah 67 orang guru diambil dengan sampling jenuh. Pengambilan data dikumpulkan dengan menggunakan angket. Materi angket merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran terhadap 3 variabel: supervisi kepala sekolah, motivasi kerja, dan profesionalitas guru.Skala yang digunakan adalah skala Likert. Teknik analisis data yang digunakan berupa statistik deskriptif dengan analisis regresi sederhana dan ganda. Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara supervisi kepala sekolah terhadap profesionalitas guru; (2) ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara motivasi kerja terhadap profesionalitas guru; (3) ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap profesionalitas guru. © 2017 Rumah Jurnal. All rights reserved Kata-kata kunci: Supervisi Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, Profesionalitas Guru
——— * Korespondensi. Ngadimun; e-mail:
[email protected]
136
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
1. Pendahuluan Mengingat demikian penting, berat, dan luasnya beban kerja guru, maka guru perlu mendapatkan bimbingan, binaan, arahan, dan pengawasan yang secara langsung ditangani oleh kepala sekolah. Untuk itu peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran disekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor, pembina, dan atasan langsung. Usaha perbaikan dan peningkatan kualitas mengajar guru akan dilakukan melalui supervisi oleh kepala sekolah. “Tugas supervisi kepala sekolah dalam pembinaan dan peningkatan profesi guru dalam mengajar antara lain: 1) Membantu guru dalam memahami strategi belajar mengajar, 2) Membantu guru dalam merumuskan tujuan-tujuan pengajaran, 3) Membantu guru dalam menyusun berbagai pengalaman pembelajaran, 4) Membantu guru dalam menyusun keaktifan belajar, dan 5) Membantu guru dalam meningkatkan ketrampilan dasar mengajar” (Sahertian, 1990: 85). Guru juga harus memiliki motivasi kerja yaitu salah satu faktor ikut menentukan peningkatan produktivitas kerja dimana guru mau bekerja keras dan antusias melakukan tugasnya dengan semangat tinggi untuk berupaya mencapai kualitas mengajar yang terbaik. Dalam kerangka itu maka kepentingan, kebutuhan (motivasi pendorong dan penyehat) dan harapan guru perlu diakomodir. Motivasi merupakan pendorong/penggerak untuk melakukan sesuatu dengan segala upayanya mencapai suatu kepuasan dengan pemberian motivasi meliputi kegiatankegiatan antara lain; (1) mengkomunikasikan dan menjelaskan tujuan-tujuan organisasi kepada para bawahannya, (2) menentukan standar-standar pelaksanaan, (3) memberikan bimbingan kepada para bawahan, (4) memberikan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi. Sesuai dengan tuntutan zaman, guru harus melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai profesi, “Profesi merupakan suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam satu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif" (Arifin dkk., 2013:15). Guru juga diwajibkan untuk meraih predikat profesional, tugas-tugas guru harus didukung
oleh kesiapan-kesiapan sebagai berikut: “1) mempunyai komitmen tinggi pada siswa dalam kegiatan belajar, 2) guru menguasai secara mendalam bahan/materi pembelajaran, 3) guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa, 4) guru mampu berfikir sistematis dan mampu mengadakan inovasi pembelajaran, 5) guru merupakan bagian dari masyarakat belajar, dalam lingkungan profesinya” (Arifin dkk., 2013:64). Dengan demikian supervisi dan motivasi kerja memiliki pengaruh yang besar terhadap profesionalitas guru. Guru merupakan salah satu SDM yang penting dan sangat berhubungan terhadap mutu pendidikan. Hal ini dapat dikaji dari guru itu sendiri antara lain dari supervisi yang dilakukan dan motivasi kerja yang mendukung kualitas pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas, penulis merumuskan masalah: Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap profesionalitas guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk?Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap profesionalitas guruSMPN di Kecamatan Sungai Tabuk?Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap profesionalitas guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk? Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pada umumnya yang berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap profesionalitas guru baik secara sendiri maupun secara bersamasama.Diharapkan pula, penelitian ini akan memberikan berbagai informasi atau masukan sebagai temuan di lapangan terutama menambah wawasan tentang pengaruh antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap profesionalitas guru, sebagai informasi empiris tentang pengaruh antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap profesionalitas guru, dan untuk membuat kebijakan yang relevan untuk profesionalitas guru
2. Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Supervisi Indikatornya
Kepala
Sekolah
dan
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
Wahjosumidjo (2003:83) menyatkan bahwa kepala sekolah diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, sedangkan sekolah adalah suatu lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Kemudian dikatakan lebih lanjut kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Supervisi kepala sekolah adalah suatu aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah secara terencana dan berkesinambungan, untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif yang mengukur tentang melaksanakan kunjungan kelas, menilai tugas profesional guru, menilai ketrampilan pengajaran guru, menciptakan hubungan harmonis antara kepala sekolah dengan guru, menganalisa kebutuhan pembinaan, merevisi pelaksanaan pembinaan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada intinya yaitu melakukan pembinaan, bimbingan untuk memecahkan masalah pendidikan termasuk masalah yang dihadapi guru secara bersama. Guru yang mempunyai tanggapan yang baik terhadap supervisi pengajaran maka guru akan bekerja dengan sebaik-baiknya, karena supervisi itu berarti pembinaan kepada guru ke arah perbaikan dalam bekerja sebagai pendidik. Sebaliknya jika guru mengabaikan supervisi maka bisa berdampak pada kegiatan kinerjanya yang kurang baik. Soetopo dan Soemanto, (1985:55) menyebutkan bahwa kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting yaitu (a) Peran pembimbingan yaitu membimbing guru agar dapat memahami secara lebih jelas masalah atau persoalan-persoalan dan kebutuhan murid serta membantu guru dalam mengatasi persoalan, memberikan bimbingan yang bijaksana terhadap guru baru dengan sifat materinya, (b) Peran memberi bantuan yaitu membantu guru dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar, membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang sesuai dengan sifat materinya, membantu guru memperkaya pengalaman belajar sehingga suasana pengajaran bisa menggembirakan anak didik, dan membantu guru mengerti makna dari alat-alat pelajaran, (c) Peran memberikan layanan yaitu
137
memberi pelayanan kepada guru agar dapat menggunakan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan tugas, dan (d) Peran pembinaan yaitu membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi dalam pelaksanaan tugas. Pendapat tersebut menunjukkan adanya aktivitas supervisi antara kepala sekolah dan guru yang meliputi kegiatan pembimbingan, bantuan, layanan, serta pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Selanjutnya supervise kepala sekolah memiliki indikator yang didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 yaitu (a) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran Dalam memberikan bimbingan kepada guru-guru dalam penyusunan silabus, kepala sekolah dituntut mampu menguasai metode penyusunan silabus, menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajaran, sudah sewajarnya para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah. Dari uraian ini mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai kurikulum sekolah. Tidak mungkin seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru sementara dia sendiri tidak menguasai dengan baik; (b) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran Dalam memberikan pembelajaran terhadap anak-anak di kelas guru harus menguasai metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan yang diajarkan. Kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik dengan memonitor secara langsung maupun tidak langsung bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran tersebut di kelas, dan sekali-kali mendiskusikan dengan guru bagaimana memilih metode yang sesuai dengan kondisi guru serta materi pembelajaran yang akan diajarkan; (c) Membimbing guru dalam menyusun RPP Dalam pembinaan penyusunan rencana pembelajaran, kepala sekolah dapat menempuh cara dengan mengumpulkan seluruh RPP yang dibuat guru sebelum dipraktekkan di sekolah. Dengan demikian kepala sekolah bisa menelaah RPP setiap guru yang ada di sekolah tersebut. Bimbingan bisa dilakukan secara langsung melalui tatap muka dengan memberikan bantuan berupa koreksi kepada guru tersebut secara langsung dengan memberikan
138
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
coretan atau saran tambahan; dan (d) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Untuk mengetahui sejauhmana guru mampu melaksanakan pembelajaran, kepala sekolah secara berkala perlu melaksanakan kegiatan supervise melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung terutama dalam memilih dan menggunakan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan, kompetensi guru yang bersangkutan. Selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut sehinggan guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Membimbing guru dalam mengelola dan merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas belajar Proses pembelajaran di kelas akan lebih maksimal hasilnya bila ditunjang dengan media pendidikan maupun fasilitas pembelajaran lainnya seperti LCD atau komputer, membimbing mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi siswa berinteraksi sehingga siswa aktif, mendorong siswa mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang berbeda. f. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran Proses pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknologi informasi menjadi tuntutan bahkan telah menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan teknologi informasi, kepala sekolah mendorong guru untuk memberikan kesempatan mengikuti pelatihan ICT yang diadakan sekolah atau lainnya agar dalam proses pembelajaran dapat menggunakan fasilitas tersebut. 2.2. Motivasi Kerja Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Hasibuan, 2006: 141). Pada dasarnya seorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan rang yang lain berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di dalam bekerja. Menurut Vroom dalam Purwanto (2006:72), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell, dkk mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah tersebut mencakup sejumlah konsep dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya. Menurut Uno (2008:66-67) kerja adalah sebagai aktivitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia, 2) kerja itu memberikan status, dan mengikat seseorang kepada individu lain dan masyarakat, 3) pada umumnya wanita atau pria menyukai pekerjaan, 4) moral pekerja dan pegawai itu banyak tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik maupun materiil dari pekerjaan, 5) insentif kerja itu banyak bentuknya, diantaranya adalah uang. Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja guru. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya. Menurut Purwanto (2007) motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu: 1) Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3) Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reniforce) intensitas, dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
2.3. Profesionalitas Guru Menurut Saudagar dan Idrus (2009:6) menjelaskan bahwa: “Profesionalitas adalah sikap seseorang profesional yang menjunjung tinggi kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuai bidangnya”. Prinsip Profesionalitas guru menurut UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab III Pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya; dan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Soetjipto dan Kosasi (2008: 21) mengemukakan bahwa sasaran sikap profesional seorang guru adalah: a. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan. Pada butir sembilan kode etik Guru I disebutkan balik: “Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan”. Di pusat maupun di daerah maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita. b. Sikap Terhadap Organisasi Profesi. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan
c.
d.
e.
f.
g.
139
dan pengabdian. Yang di maksud organisasi disini adalah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala perangkat serta alat-alat perlengkapannya. Dalam dasar keenam dari kode etik dengan gambling juga dituliskan, bahwa guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu serta martabat profesinya. Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan. dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi pertandingan, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Sikap Terhadap Teman Sejawat. Dalam ayat tujuh kode etik Guru disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa: Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesame guru dalam lingkungan kerjanya. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalm dan di luar lingkungan kerjanya. Sikap Terhadap Anak Didik. Dalam kode etik dengan jelas dituliskan bahwa: guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya, yakni: tujuan Pendidikan Nasional, prinsip membimbing, dan pronsip pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Sikap Terhadap Tempat Kerja. Suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas, hal ini harus disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru dan guru berkewajiban menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: (a) guru sendiri dan (b) hubungan guru dengan orangtua dan masyarakat sekeliling. Penciptaan suasana kerja harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya, hal ini maksudnya untuk membina peran serta dan tanggungjawab bersama terhadap pendidikan. Keharusan guru membina hubungan dengan orang
140
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
tua dan masyarkat sekitarnya merupakan isi dari butir kelima kode etik Guru. h. Sikap Terhadap Pemimpin. Pemimpin suatu unit atau organisasi mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, dimana tiap anggota organisasi dituntut berusaha untuk bekerjasama dalam melaksanakan tujuan organisasi. Kerjasama yang dituntut pemimpin diberikan berupa tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka. Disini dapat disimpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, maksudnya adalah harus adanya sikap bekerjasama dlaam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
3. Metodologi Penelitian ini dilaksanakan di tiga buah SMP Negeri di Kecamatan Sungai Tabuk yaitu: SMPN 1 Sungai Tabuk, SMPN 2 Sungai Tabuk, dan SMPN 3 Sungai Tabuk dengan Populasi sebanyak 67 orang yang kesemuanya dijadikan sebagai sampel. Data Penelitian dikumupulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner Supervisi Kepala Sekolah terdiri 34 item, kuesioner motivasi kerja terdiri dari 45 item, kuesioner profesionalitas guru terdiri dari 28 item. Ketiga-tiga instrumen telah diujicobakan dengan kesemua item adalah valid dan instrumen menunjukkan reliable dengan masingmasing koefisien alpha cronbach lebih dari 0,80. Selanjutnya Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial regresi linear dan ganda dengan syarat normalitas, multikolinearitas, autokoeralasi, dan heterokedastisitas dengan perhitungan menggunakan SPSS IBM 20.
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Profesionalitas Guru Berdasarkan perhitungan dari regresi sederhana terdapat skor Supervisi Kepala Sekolah (X1) dengan profesionalitas Guru (Y) diperoleh koefisien Uji-t
sebesar 5,644 dan taraf signifikan (sig) 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara supervisi kepala sekolah dengan profesionalitas guru pada guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Redani (2013) yang meneliti hubungan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMP pada tiga kecamatan di kabupaten HSU. Penelitian ini berkesimpulan bahwa supervisi kepala sekolah memberikan dampak yang penting terhadap peningkatan kerja guru terutama untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penelitian lain yang mendukung dipaparkan oleh Tanjung (2015). Dia memaparkan, “These research findings are as follow: (1) there is a direct effect of school principal leadership on work motivation; (2) there is a direct effect of compensation on work motivation; (3) there is a direct effect of school principal leadership on teacher professionalism; (4) there is a direct effect of compensation on teacher professionalism; (5) there is a direct effect of work motivation on teacher professionalism. These findings showed that school principal leadership, compensation and work motivation influenced teacher professionalism. Therefore, teacher professionalism could be improved by increasing school principal leadership, compensation and work motivation. The SIJ Transactions on Industrial, Financial & Business Management (IFBM) (2014) juga memaparkan, “The findings provided evidences of relevant instructional leadership practices linked with teacher professional development that contributed to student learning. Responding to the changes in educational environment, principals were expected to foster communication and collaboration among teachers both inside and outside schools. The roles of principals in managing instructional matters associated with teacher professional development tended to be more dynamic and versatile.” Selanjutnya, Rahardjo (2014) melaporkan, “Research showed that: (1) competence and leadership not effect towards the motivation, (2) work environment influential significantly towards motivation, (3) competence not affect towards the performance, (4) leadership and work environment
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
influential significantly towards performance, (5) competence not affect towards the performance of teacher without motivation, (6) influential leadership significant towards the performance without motivation, (7) work environment influential significant towards the performance through motivation, (8) work environment influential significantly towards motivation and effect the performance. This means improved teacher performance and motivation of elementary school in Surakarta City effectively can be increased with an increase in the work environment. This research showed that the results for improving the performance of the teacher elementary school in Surakarta could be done by improving the work environment. Maka peneliti menarik kesimpulan dari penelitian sebelumnya bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalitas guru. Semakin tinggi supervisi kepala sekolah maka semakin tinggi juga profesionalitas guru. 4.2. Pengaruh Motivasi Profesionalitas Guru
Kerja
terhadap
Berdasarkan perhitungan dari regresi sederhana terdapat skor Motivasi Kerja (X1) dengan profesionalitas Guru (Y) diperoleh koefisien Uji-t sebesar 6,958 dan taraf signifikan (sig) 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara motivasi kerja dengan profesionalitas guru pada guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dediansyah (2013) yang meneliti hubungan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan semangat kerja guru SMP Negeri di Kecamatan Hilir Kabupaten Katingan. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kepala sekolah dapat memberikan motivasi pada guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menyediakan buku baru sebagai sumber belajar, dan guru agar menyelesaikan tugas, menghadiri rapat guru dan mentaati peraturan sekolah. Tanjung (2015) menjelaskan, “Motivation is a driving force for people to do something. If a person's work motivation is high then it will have a strong
141
spirit and utilize the full devotion in working to achieve the optimal goal. Therefore work motivationbecome a strong foundation for the individual in completing a job. Teacher work motivation is influenced by many factors, one of the dominant factors that determine this is school leadership. The school principal has a role and multi function in school, either as an administrator, supervisor, evaluator and motivator. School leadership will create a working climate in schools that will affect the work motivation of teachers. On that basis it is suspected that school leadership has a positive influence on work motivation of teachers.” Maka peneliti menarik kesimpulan dari penelitian sebelumnya bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalitas guru. Semakin tinggi motivasi kerja maka semakin tinggi juga profesionalitas guru. 4.3. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Profesionalitas Guru Berdasarkan perhitungan dari regresi ganda terdapat skor Supervisi Kepala Sekolah (X1), Motivasi Kerja (X2) dengan profesionalitas Guru (Y) diperoleh koefisien regresi ganda pada X1 sebesar 3,288, X2 sebesar 4,858 dan taraf signifikan (sig) untuk X1 0,002 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, untuk X2 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap profesionalitas guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk. Apabila dilihat dari regresi ganda harga koefisien determinasi R2 (R Square)=0,510 (51,0%) memberikan arti bahwa ada 51,0 % pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan profesionalitas guru, sedangkan sisanya 49,0% merupakan hubungan dengan variabel lain.
5. Simpulan dan Saran Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat di simpulkan (1) Ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara supervisi
142
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-2017
kepala sekolah terhadap profesionalitas guruSMPN di Kecamatan Sungai Tabuk, (2) Ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara motivasi kerja terhadap profesionalitas guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk, dan (3) Ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap profesionalitas guru SMPN di Kecamatan Sungai Tabuk. Adapun saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah (1) Bagi Kepala Sekolah SMP Negeri di Kecamatan Sungai Tabuk disarankan untuk meningkatkanbimbingan guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran, memilih dan menggunakan strategi/metode/tekhnik pembelajaran, menyusun RPP, mengelola dan merawat serta menggunakan media pendidikan dan fasilitas belajar, dan memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran, (2) Bagi Guru SMP Negeri di Kecamatan Sungai Tabuk hendaknya meningkatkan motivasi motivational dan hygiene terutama dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sehari-hari walaupun mendapatkan jabatan tambahan di sekolah, dan (3) Bagi Guru SMP Negeri di Kecamatan Sungai Tabuk berupaya lebih meningkatkan profesionalismenya terhadap peraturan perundang-undangan,organisasi profesi,teman sejawat,anak didik,tempat kerja, sertaterhadap pemimpin
Daftar Rujukan Akbar, R., Setiady, P., & Usman, H. (2006). Pengantar Statistika Edisi Ke-2. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Arifin, D., dkk. (2013). Panduan Menjadi Guru Profesional. Bandung: Nuansa Aulia. Hasibuan, M. (2000). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Akasara. Saudagar, F., & Idrus, A. (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta:Gaung Persada. Purwanto, M. N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya. Soetjipto , & Kosasi, R. M. (2008). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Soetopo, H., & Soemanto, W. (1985).Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta