Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
PERSEPSI TENTANG SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU Rusno Universitas Kanjuruhan Malang
Abstract Educate means continuo and develop science, train means develop student skill. To do the job and responsibility, teacher should have skill. Skill is one of parts of teacher professionalism. Working satisfaction is suitability between one’s hope and wages. Teacher who satisfies to his job can be has a positive effect to the increasing of education quality and otherwise because fulfilled teacher’s necessity makes teacher doing his job well. keywords: principal supervising, working motivation, satisfaction of teacher performance.
Guru yang mempunyai persepsi yang baik terhadap supervisi pengajaran maka guru akan mengajar dengan baik, karena supervisi itu berarti pembinaan kepada guru ke arah perbaikan dalam mengajar. Begitu sebaliknya jika saran dan advis dari supervisor (pengawas) diabaikan oleh guru maka bisa berdampak pada kegiatan mengajarnya yang kurang baik. Motivasi merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik/mengajar atau jika dia mengajar karena terpaksa saja. Guru yang termotivasi dalambekerja maka akan menimbulkan
PENDAHULUAN Untuk menjadikan guru sebagai tenaga profesional maka perlu diadakan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja berdampak pada prestasi kerja, disiplin, dan kualitas kerjanya. Pada guru yang puas terhadap pekerjaanya kemungkinan akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan. Demikian sebaliknya, jika kepuasan kerja guru rendah maka akan berdampak negatif terhadap perkembangan mutu pendidikan.
146
146
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
kepuasan kerja, karena kebutuhankebutuhanguru yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan kinerjanya.Kegiatan Supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru akanberpengaruh secara psikologis terhadap kepuasan kerja guru, guru yangmerasa puas dengan pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasikerja maka ia akan bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapatmembuat produktivitas kerja guru menjadi meningkat. Tetapi jika gurukurang puas terhadap pelaksanaan supervisi dan motivasi kepala sekolahmaka guru akan bekerja karena terpaksa dan kurang bergairah yangditunjukkan oleh sikap-sikap yang negatif karena merasa tidak puas, halini mengakibatkan produktivitas kerja guru menjadi turun. Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1) apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Malang. 2) Apakah ada pengaruh yang signifikan motivasi kerja guru terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Malang. 3) Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Malang. Berpijak dari latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah: 1) untuk mengetahui ada pengaruh yang signifikan persepsi supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri 4
Malang. 2) Untuk mengetahui ada pengaruh yang signifikan motivasi kerja guru terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Malang. 3) Untuk mengetahui ada pengaruh yang signifikan persepsi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Malang. KAJIAN PUSTAKA Supervisi Kepala Sekolah Istilah Supervisi lebih mendekatkan pada sifat manusiawi dalam pelaksanaan supervisi tidak mencari kesalahan atau kekurangan tetapi melakukan pembinaan, agar pekerjaan yang disupervisi diketahui kekurangannya, diberitahukan cara meningkatkan, dan membicarakan bersama sesuatu kekurangan (Arikunto, 1990). Selanjutnya Arikunto menyatakan tentang pengertian Supervisi Pengajaran dengan menyebut sebagai “Supervisi Klinis” yaitu suatu bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan kualitas mengajar dengan melalui sarana siklus yang simpatik untuk langkah-langkah intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan untuk mengadakan perubahan dengan cara yang rasional (Arikunto, 1990). Glickman dalam Bafadal (1979) mendefinisikan Supervisi Pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Daresh mengemukakan Supervisi Pengajaran adalah upaya membantu 147
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran (Bafadal, 1979). Menurut pendapat Harris dalam Sahertian dan Sahertian (1992) Supervisi Pengajaran adalah apa yang dilakukan oleh petugas sekolah terhadap stafnya untuk memelihara (maintain) atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang langsung berpengaruh terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar guru(Sahertian dan Sahertian, 1992). Selanjutnya Crosby sebagaimana dikutip oleh Burhanuddin mengemukkan supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik(Burhanudin, 1998). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan supervisi pengajaran adalah upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkahlangkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar guru. Usaha dan kegiatan membimbing guru meliputi bimbingan di dalam kelas seperti metode penyampaian, cara mengajar, hubungan guru dengan guru, dan proses belajar mengajar, bimbingan di luar kelas meliputiteknik membuat satuan pelajaran, menulis dan mereview satuan pelajaran, pengembangan proses instrumen
laporan (Atmodiwiro & Totogurunto, 1991). Motivasi Kerja Guru Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasimempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja secara produktif berhasil mencapai dan wewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan, 1999).Motif adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan suatu kecenderungan tertentu (Kast dan Rosenzweigt, 1995). Dengan demikian, setiap pekerja mempunayai motiv keinginan (want) dan kebutuhan (needs) tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil kinerjanya (Hasibuan, 1999). Guru sebagai manusia pekerja juga memerlukan pemenuhan kebutuhankebutuhan sebagaimana dikembangkan oleh Maslow, Herzberg dan Mc. Clelland, sebagai sumber motivasi dalam rangka meningkatkan semangat mengajarnya. Namun yang paling penting bagi seorang guru adalah motivasi yang dimulai dari dalam dirinya sendiri (motivasi instrinsik), sesuai dengan pendapat G.R Terry dalam Winardi (1971) bahwa “Motivasi yang paling berhasil adalah pengarahan diri sendiri oleh pekerja yang bersangkutan. Keinginan atau dorongan tersebut harus datang dari individu itu sendiri dan bukanlah dari 148
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
orang lain dalam bentuk kekuatan dari luar”.(Winardi, 1971) Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian tentang teori motivasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi kerja guru adalah dorongan bagi seorang guru untuk melakukan pekerjaan agar tercapai tujuan pekerjaan sesuai dengan rencana. Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka.(Davis & Newstrom, 2000). Hasibuan (1999) mendefinisikankepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintaipekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasikerja. Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatifyang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku.Kepuasan Kerja adalah sikap umum pekerja yang menilai perbedaanantara jumlah imbalan yang diterima dengan yang diyakininya seharusnyaditerima.(Robbins,1989) Sedang menurut Schermerhorn, Hunt dan Osborn (1995) bahwa kepuasankerja adalah tingkat dimana seseorang merasa positif atau negatif tentangberbagai segi dari pekerjaan, tempatkerja dan hubungannya dengan temankerja. Berdasarkan atas beberapa pendapat ahli tersebut maka dapatdisimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepuasan kerja adalah refleksiperasaan seseorang
yang menyenangkan mengenai pekerjaan berdasarkan atasharapan dengan imbalan yang diberikan oleh organisasi. Prestasi kerja menyumbang timbulnya kepuasan kerja, dimana prestasiyang lebih baik akan menimbulkan imbalan ekonomi, sosiologis dan psikologisyang lebih tinggi. Apabila imbalan itu dipandang pantas dan adil, maka timbulkepuasan yang lebih besar karena pegawai merasa bahwa mereka menerimaimbalan yang sesuai prestasinya. Sebaliknya, apabila imbalan dipandang tidaksesuai dengan tingkat prestasinya, cenderung timbul ketidak puasan (Muhammad, 2005). Teori Ketidaksesuaian Menurut Locke (1969) dalam kutipan Wexley dan Yukl (1992),kepuasan atau ketidak puasan dengan aspek pekerjaan tergantung pada selisih(discrepancy) antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yangdiinginkan. Jumlah yang “diinginkan” dari karakteristik pekerjaan didefinisikansebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anda. Sedang Proter (1961) mendefiniskan kepuasan sebagai selisih dari banyakanya sesuatu yang “seharusnya ada” dengan banyaknya “apa yang ada”.Konsepsi ini pada dasarnya sama dengan model Locke, tetapi “apa yangseharusnya ada” menurut Locke berarti penekanan yang lebih banyak padapertimbanganpertimbangan yang adil dan kekurangan atas kebutuhankebutuhankarena determinan dari 149
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
banyaknya faktor pekerjaan yang lebih disukai. StudiWanous dan Laler (1972) menemukan bahwa para pekerja memberikantanggapan yang berbeda-beda menurut bagaimana kekurangan/selisih itudidefinisikan. Keduanya menyimpuljkan bahwa orang memiliki lebih dari satu jenisperasaan terhadap pekerjaannya, dan tidak ada “cara yang terbaik” yang tersediauntuk mengukur kepuasan kerja.(Wexleydan Yukl, 1992) Teori di atas menekankan selisih antara kondisi yang diinginkan dengankondisi aktual (kenyataan), jika ada selisih jauh antara keinginan dan kekuranganyang ingin dipenuhi dengan kenyataan maka orang menjadi tidak puas. Tetapi jikakondisi yang diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata sesuaidengan kenyataan yang didapat maka ia akan puas. Guru yang mengajar daripagi hingga sore ternyata penghasilannya dapat mencukupi perekonomian rumahtangganya sehingga dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran tanpa hutangsana-hutang sini maka guru akan puas bekerja. Tetapi jika sebaliknya maka guru bisa menjadi tidak puas dalam bekerja. Teori Dua Faktor Teori dua faktor menyatakan bahwa kepuasan kerja secara kualitatif berbeda dengan ketidak puasan kerja (Herberg, (1966); Mausner dan Snyderman,1959). Menurut teori ini, karekateristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadidua kategori, yang satu dinamakan ‘disatisfier” atau “hygiene factors” dan yanglainnya dinamakan ‘satisfier” atau
‘motivators”. Hygiene factor meliputi hal-halseperti: gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.Jumlah tertentu dari hygiene factors diperlukan untuk memenuhi doronganbiologis serta kebutuhan dasar seseorang seperti :kebutuhan keamanan danberkelompok. Jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi, seseorang tidak puas. Namun jika besarnya hygiene factors memadai untuk memenuhi kebutuhantersebut, seseorang tidak akan kecewa lagi tetapi belum tentu terpuaskan.Seseorang hanya terpuaskan jika terdapat jumlah yang memadai untuk faktorfaktorpekerjaan dinamakan satisfier. Sarisfier adalah karakteristik pekerjaan yangrelevan dengan kebutuhan-kebutuhan urutan lebih tinggi seseorang sertaperkembangan psikologisnya, mencakup pekerjaan yang menarik penuhtantangan, kesempatan untuk berprestasi, penghargaan dan promosi. Jumlah satisfier yang tidak mencukupi akan merintangi para pekerja mendapatkankepuasan positif yang menyertai pertumbuhan psikologis (Wexley dan Yukl, 1992).Jadi dalam teori dua faktor ini membedakan antara kepuasan denganketidak puasan. Faktor yang menjadi sumber kepuasan disebut “satisfier” atau”motivators” dan dan faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan disebut”disastifier” atau “hygiene factors”. Seorang guru bisa merasa puas bila jumlahsatisfier lebih banyak daripada hyigene factors. Berdasarkan beberapa pendapat dan beberapa uraian teori kepuasankerja tersebut maka dapat 150
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja guru adalahrefleksi perasaan guru yang timbul setelah melakukan evaluasi terhadaplingkungan pekerjaannya. Guru yang merasa puas dengan pekerjaanya akanmemiliki sikap yang positif dengan pekerjaan sehingga akan memacu untukmelakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, sebaliknya adanya kemangkiran,hasil kerja yang buruk, mengajar jurang bergairah merupakan akibat dari ketidakpuasan kerja guru. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini akan meneliti dua variabel independen (predictor), yaitu persepsi tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja, terhadap kepuasan kerja guru. sebagai variabel dependen (kriterium). Berdasarkan tujuan penelitian yang pada dasarnya adalah untuk menjelaskan adanya pengaruh persepsi tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru sebagai variable bebas maka penelitian yang digunakan termasuk dalam penelitian terapan. Penelitian terapan menurut Suriasumantri dalam Sugiono (1999:6) adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis. Demikian pula jika mengacu pada Babbie (1979:45) dikatakan bahwa penelitian explanation adalah “The discovery and reporting of relationship among different aspect of the fenomena under study”. Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk survey (Sugiyono,1999:4). “Penelitian dengan pendekatan survey
adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara tepat”, (Sugiyono,1999:7). Sedangkan menurut Copper (1997:37), “Survey adalah studi yang melibatkan intervensi peneliti melebihi persyaratan untuk pengukuran”. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini, seluruh guru SMA Negeri 4 Kota Malang Tahun Pelajaran 2010-2011. Adapun jumlah guru pada sekolah tersebut adalah 60 orang. Menurut Suharsimi Arikunto apabila subyek yang terdaftar sebagai populasi di atas 100 sampel dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Dalam penelitian ini sampel atau wakil populasi yang diteliti diambil 50% x 60 guru = 30 guru. Penentuan sampel tersebut diambil secara asigment random sampling. Tehnik ini dilakukan karena peneliti ingin memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh populasi untuk menjadi sampel. Tehnik Analisa Data Data yang terkumpul ada 3 (tiga) macam, yaitu data tentang persepsi tentang supervisi kepala sekolah, data tentang motivasi kerja, dan data tentang kepuasan kerja guru. Untuk menganalisis data yang sudah terkumpul akan digunakan analisis regresi ganda melalui program SPSS. 12 for Windows. Analisis ini digunakan oleh peneliti karena ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan yang terjadi pada variable terikat yang 151
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
diakibatkan oleh variable-variabel bebas. Disamping itu, untuk pengujian hipotesis pengaruh secara bersamasama antara persepsi guru tentang persepsi tentang supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap kepuasan kerja guru (Y) menggunakan analisis regresi ganda dengan bantuan Program SPSS for Windows versi 12. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Hipotesis yang telah dilakukan untuk mengukur pengaruh variabel X1 , X2, terhadap Y adalah sebagai berikut: pengujian secara parsial dapat dilihat pada signifikansi koefisien masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung. Hipotesis 1: persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Kota Malang . Uji hipotesis 1 adalah sebagai berikut: koefisien X1 terhadap Y sebesar 7.574, dengan tingkat signifikansi 0.000, menunjukkan bahwa persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah (X1) terhadap kepuasan kerja guru (Y) SMA Negeri 4 Kota Malang ada pengaruh yang signifikan, karena tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil (<) dari 0.05. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa hipotesis 1 teruji secara signifikan. Hipotesis 2: motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang . Uji
hipotesis 2 adalah sebagai berikut: koefisien X2 terhadap Y sebesar 7.762, dengan tingkat signifikansi 0.000, menunjukkan bahwa motivasi kerja (X2) terhadap kepuasan kerja guru (Y) SMA Negeri 4 Kota Malang ada pengaruh yang signifikan, karena signifikansi 0.000 lebih kecil (<) dari 0.05. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa hipotesis 2 teruji secara signifikan. Hipotesis 3: secara bersamasama persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang . Untuk menguji hipotesis 3 ini dilakukan dengan analisis Multi Variabel-Korelasi dan Regresi Linier Berganda yang dapat dilihat pada lampiran 2b (output 2 regression) mulai bagian variables entered/ removed dan seterusnya dengan tahapan sebagai berikut: a) variabel yang dimasukkan adalah X1, X2, dan tidak ada variabel yang di keluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah single step (enter). b) Angka R square adalah 0.705 adalah kuadrat dari 0.840 merupakan koefisien determinasi, yang dalam hal ini berarti 70.5% besarnya kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang (Y) dapat dijelaskan/ dipengaruhi oleh variabel (X1), (X2), dan sisanya (29.5%) dijelaskan/dipengaruhi oleh sebabsebab lain. c) Standard error of the Estimate (5.479) berada dibawah Standard Deviation Y (9.732), maka model regresi ini lebih baik dalam bertindak sebagai prediktor Y daripada 152
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
rata-rata Y. d) Uji ANOVA (F test) didapat F hitung 32.253 dengan tingkat signifikansi 0.000. Oleh karena signifikansi (0.000) lebih kecil (<) dari 0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi besarnya kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang (Y) yang berarti X1,X2, secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Y. Dari analisis a) s/d d) tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis 3 teruji secara signifikan. e) Persamaan regresinya adalah : Y = 19.445 + 7.574 X1 + 7.762 X2 Dimana : Y = kepuasan kerja guru X1 = persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah X2 = motivasi kerja PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunukan bahwa ada pengaruh yang berarti antar variable yang diteliti. Sebagaimana diketahui bahwa diskripsi variable rata-rata 3.67 untuk motivasi kerja lebih besar daripada 3.53 untuk persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah. Oleh karena itu variabel motivasi kerja seharusnya mendapat perhatian yang lebih besar dalam meningkatkan kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Kota Malang . Penggunaan supervisi kepala sekolah yang dilakukan, seharusnya sejalan dengan peningkatan motivasi kerjanya. Dengan supervisi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja guru. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan kedua variable tersebut dengan penyuluhan terhadap guru dan
upaya peningkatan kemampuan guru yang berkaitan dengan hal tersebut, melalui studi lanjut dan atau penataran/seminar, mengikutkan guru dalam MGMP dan sebagainya. Hal tersebut didasari pemikiran bahwa dengan peningkatan hal-hal tersebut akan mendorong guru untuk meningkatkan belajarnya, yang pada akhirnya kepuasan kerja gurunya juga akan meningkat. Hasil pengujian asumsi regresi berdasarkan hasil uji bantuan komputer program SPSS versi 12 pada lampiran 2b uji asumsi regresi, sesuai dengan pendapat Santoso (2000: 203219) terlihat bahwa tidak ada masalah, yang berarti data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dianalisis sesuai dengan rancangan penelitian yang disiapkan yaitu regresi ganda. Hasil pengujian hipotesis baik dengan uji secara parsial maupun bersama-sama dengan regresi ganda diatas dapat diketahui bahwa variabel bebas X2 (motivasi kerja) mempunyai sumbangan efektif yang lebih besar daripada X2 (persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah), terhadap variabel Y (kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Kota Malang ), dimana tiap penambahan satu poin motivasi kerja akan meningkatkan kepuasan kerja gurusebesar 7.762. Sedangkan untuk persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah, setiap penambahan 1 poin akan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang sebesar 7.574. Hal ini tidak berarti bahwa persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah kurang penting dalam mendukung pelaksanaan proses 153
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
pembelajaran, tetapi agar dalam kenyataannya agar persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dapat optimal, perlu diikuti perhatian dan upaya secara serius dan secara terusmenerus, baik yang bersifat kualitas maupun kuantitas. Supervisi kepala sekolah sebagai kegiatan pembelajaran guru perlu ditingkatkan secara terusmenerus sesuai kebutuhan. Untuk itu diperlukan penelitian yang medalam tentang hal tersebut, agar upaya pengembangan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan guru. Koefisien determinasi berganda (R square) = 0.705 berarti kontribusi teori dalam penelitian ini adalah sebesar 70.5% dan sisanya 29.5% dipengaruhi oleh hal-hal lain yang tidak diteliti, artinya bahwa kepuasan kerja guru, 70.5% dipengaruhi secara positif oleh persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja, sedangkan yang 29.5% dipengaruhi oleh hal-hal diluar variabel bebas tersebut seperti variasi metode dan media, tingkat kecerdasan guru, kondisi keluarga, sikap guru, sarana-prasarana dan sebagainya. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya kepuasan kerja guru guru tidak mungkin hanya dipengaruhi oleh variabel bebas tersebut (persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja), karena sesedikit apapun variasi metode dan media, keceerdasan guru, kondisi keluarga, sikap guru, sarana-prasarana dan sebagainya tersebut akan mempengaruhi kepuasan kerja guru.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, maka kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Hipotesis 1 diterima secara signifikan. Hal ini berarti bahwa persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang . 2) Hipotesis 2 diterima secara signifikan. Hal ini berarti bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri 4 Kota Malang . 3) Hipotesis 3 diterima secara signifikan. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang . 4) Kontribusi teori dalam penelitian ini adalah sebesar 70.5% dan sisanya 29.5% dipengaruhi oleh hal-hal lain yang tidak diteliti, artinya bahwa kepuasan kerja guru guru SMA Negeri 4 Kota Malang, 70.5% dipengaruhi secara positif oleh persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja, sedangkan yang 29.5 dipengaruhi oleh hal-hal diluar variabel tersebut. Saran-saran Saran dari penelitian ini adalah: 1) Kepala sekolah seharusnya menerapkan supervisi yang tepat untuk digunakan pada gurunya dengan harapan dapat meningkatkan motivasi kerja guru, dan akhirnya meningkatkan 154
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
kepuasan kerja guru. 2) Guru hendaknya selalu kreatif, inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode atau model model pembelajaran sehingga pembelajaran lebih Aktif, Kreatif, Efektif, Inovatif dan menyenangkan. 3) Diperlukan penelitian yang mendalam tentang hal yang berkaitan dengan penerapan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja guru.
Beck, Robert C. 1990. Motivation Theories and Principle. New jersey : Prentice-I al,inc
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2003, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL), Jakarta
Ames, C. 1986. Effective Motivation: The Contribution of the Learning Environment, Ln R.S Feldman (Ed), The Social Psycology of Education. Cambridge University Press Arikunto, Suharsismi. 2000. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsismi. 2002. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Basuki.
2009. Pengaruh Persepsi tentang Pendekatan Kontekstual dan Motivasi kerja Mata Pelajaran IPS Guru Kelas VII SMP Negeri 1 Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2008-2009. Program Pascasarjana Universitas Kanjuruhan Malang.
Bropby,
J. 1983. Conceptualizing student motivation. Educational Psychologist, 18, 200-215.
Davies, Ivor K. 1997. Instruction Technique. New York: McGrow-Hillbook Company.
Gagne, R.M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction. Fourth edition, New York : Holt, Richard and Winston. Good, Thomas L, and Jere E Bropby, 1990, Educational Psychology: A Realistic Approach, New York: Longman Maslow, A.H. 1954, Motivation and Personality, New York: Harper & Row Publ.inc. McClelland, David. 1977, The Achievement Motive: soul w. Gelleman Motivation and Productivity. New York: The American Management ass.Inc.
155
Rusno, Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Desain and Model, An Overview of current Status. New York: Laurence Erbaulm.
Weiner, B. 1979. A theory of motivation for some classroom experiences. Jurnal of Educational Psychology, 71 (1), 3-25. Winardi, J. 2002. Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
SAGRIC International. 2002. Contextual Teaching and Learning : A Practical Approach, Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik , Jakarta : PT. Elex Computindo. Santoso, Singgih. 2001. SPSS Versi 12 Mengolah data statistic secara professional, Jakarta : PT. Elex Computindo. Steers, Richard M. and Lyman W. Porter.1991. Motivation and Work Behavior. New York : McGrew-Hill Inc. Sugiyono, 1999, Metode penelitian bisnis , Bandung, CV. Alfabeta Surisumantri, Jujun S. Berpikir Sistem : Konsep, Penerapan, Teknologi, dan Strategi Implementasi. Jakarta : Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta (Tanpa Tahun) 156