perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALITAS GURU TEKNIK BANGUNAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh : HERI BUDIYAWAN SURYANTO K 1506026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALITAS GURU TEKNIK BANGUNAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA
Oleh: HERI BUDIYAWAN SURYANTO K1506026
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Heri Budiyawan Suryanto. PERANAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALITAS GURU TEKNIK BANGUNAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober. 2011. Tujuan penelitian adalah: (1) mengetahui dan mendeskripsikan Peran supervisi oleh kepala sekolah kaitannya terhadap kompetensi profesional guru di SMK N 2 Surakarta; (2) mengetahui dan mendeskripsikan profesionalitas kerja guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta; dan (3) mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor penghambat pelaksanaan supervisi kepala sekolah kepada guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta. Jenis Penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 2 Surakarta. Subjek penelitian adalah kepala sekolah di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan kajian dokumentasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai informan utama, serta wakasek, siswa dan guru sebagai staf pengajar di lingkungan sekolah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Peranan supervisi oleh kepala sekolah kaitannya terhadap profesionalitas kerja guru teknik bangunan SMK N 2 Surakarta telah diusahakan untuk mencapai hasil yang optimal. Pencapaian prosentase aspek-aspek supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu Perencanaan sebesar 75%, Pelaksanaan sebesar 89,28%, Evaluasi sebesar 82,5%, Pengawasan sebesar 85%. Rata-rata pencapaian seluruh aspek supervisi tersebut adalah 82,94% dan dikategorikan Baik Sekali. (2) Profesionalitas kerja guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta dikategorikan Baik. Pencapaian prosentase dari aspek Paedagogik 66,25%, Kepribadian 85,38%, Sosial 89,16%, Profesional 81%. Rata-rata capaian prosentase dari aspek-aspek tersebut sebesar 80,45% dan dikategorikan Baik. (3) Faktor-faktor penghambat pelaksanaan supervisi kepala sekolah kepada guru teknik bangunan SMK N 2 Surakarta, antara lain: (a) Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah sehingga kepala sekolah sedikit kesulitan dalam pengaturan waktu. (b) Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi sehingga dalam kegiatan evaluasi/penilaiaan menjadi kurang objektif. (c) Kurangnya persiapan teknis guru yang disupervisi. Kata kunci: supervisi, pembelajaran, profesionalitas.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAC Heri Budiyawan Suryanto. ROLE OF THE PRINCIPAL SUPERVISION OF PROFESSIONALISM TECHNICAL VOCATIONAL TEACHERS AT HIGH SCHOOL BUILDING IN STATE 2 SURAKARTA, Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, October. 2011. Research objectives are: (1) know and describe the role of supervision by the principal terms of the professional competence of teachers at High School Building In State 2 Surakarta, (2) recognize and describe the professional work of the building techniques teachers at High School Building In State 2 Surakarta, and (3) understand and describe factors inhibiting the implementation of the supervision of the principal building techniques to teachers at High School Building In State 2 Surakarta This study is a descriptive qualitative research. The study was conducted at High School Building In State 2 Surakarta. Is the principal subject of study at the sites. Data collection techniques used were observation, interviews, and review of documentation. Resource persons in this study is the principal as the key informants, as well as wakasek, students and teachers as a faculty member in the school environment. Based on the research results can be concluded: (1) The role of supervision by the principal terms of the professionalism of teachers' work building techniques at High School Building In State 2 Surakarta has endeavored to achieve optimal results. The achievement percentages aspects of supervision conducted by the principal by 75% ie Planning, Implementation of 89.28%, amounting to 82.5% Evaluation, Supervision by 85%. The average achievement of all aspects of supervision is 82.94% and categorized Excellent. (2) professionalism of teachers working in the building techniques at High School Building In State 2 Surakarta categorized Good. Attainment percentage of the aspects Paedagogik 66.25%, 85.38% Personality, Social, 89.16%, 81% Professional. Average percentage achievement of these aspects of 80.45% and is filed under Good. (3) Factors inhibiting the implementation of the supervision of school principals to teachers building techniques at High School Building In State 2 Surakarta, among others: (a) The complexity of the principal managerial duties so that the principal difficulty in setting a little time. (b) The element of subjectivity teacher supervisor so that it is still high in the evaluation / an atmosphere become less objective. (c) Lack of technical preparation of teachers supervised. Key words: supervision, learning, professionalism.
.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Boleh kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak” (QS. Al Baqoroh: 216)
“Diperlukan suatu hentakan yakin yang akan melahirkan keberanian, keteguhan dan kesabaran. Bertolak dari jaminan yang tak pernah lapuk” (Rahmat ‘Abdullah)
“Belajar, berlatih, berkarya dan berjuang” (Brahmahardhika)
“Berfikir positif, berusaha dan berdo’a sukses pasti akan kita dapatkan” (Penulis)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan Kepada : Ibu dan Bapak yang saya sayang dan hormati. Kakak-kakakku dan keluarga besarku yang saya sayangi. Teman-teman kuliahku di Pendidikan Teknik Bangunan angkatan 2006. Segenap keluarga besar BRAHMAHARDHIKA Mapala FKIP UNS. Tutut Dwi Handayani. Almamater.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah kepada kita, salah satunya kepada penulis sehingga pada saat ini penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Peranan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Profesionalitas Guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta” Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, di antaranya kepada : 1. Drs. Sutrisno, ST.,M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret; 2. Ida Nugroho Saputro, ST.,M.Pd. selaku ketua Program Pendididkan Teknik Sipil/ Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 3. Abdul Haris Setiawan, M.Pd. selaku koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 4. Drs. Agus Efendi M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal ini; dan 5. Sukatiman ST., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kesalahan, maka penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun guna kesempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya. Surakarta, November 2011
Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................................................
i
PERSETUJUAN...................................................................................................
iii
PENGESAHAN....................................................................................................
iv
ABSTRAK............................................................................................................
v
MOTTO................................................................................................................. vii PERSEMBAHAN................................................................................................. viii KATA PENGANTAR..........................................................................................
ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Pembatasan Masalah.................................................................................
4
C. Rumusan Masalah.....................................................................................
4
D. Tujuan Penelitian......................................................................................
4
E. Manfaat Penelitian....................................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori..............................................................................................
6
1. Karakteristik Supervisi Pendidikan oleh Kepala Sekolah ............
6
a. Peran Kepala Sekolah ..................................................................
6
b. Supervisi Pendidikan.....................................................................
7
1) Definisi Supervisi ...................................................................
7
2) Jenis-Jenis Supervisi ..............................................................
9
3) Tujuan Supervisi Pendidikan ................................................
11
2. Karakteristik Profesionalitas Kerja Guru ........................................... 12 B. Penelitian yang Relevan............................................................................ 19
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir..................................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian.................................................................... 23 B. Subjek Penelitian....................................................................................... 23 C. Waktu Penelitian....................................................................................... 24 D. Data dan Sumber Data..............................................................................
24
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 25 F. Validitas Data............................................................................................ 35 G. Teknik Analisis Data................................................................................. 36 H. Prosedur Penelitian................................................................................... 37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………………………..
41
1. Latar Belakang SMK Negeri 2 Surakarta ……………………..…… 41 2. Data Umum Sekolah Tahun Ajaran 2010/2011……..……………… 41 3. Program Keahlian SMK Negeri 2 Surakarta …………..…………… 42 4. Visi SMK Negeri 2 Surakarta ……………………………………… 43 5. Misi SMK Negeri 2 Surakarta …………………...…………………
43
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .......................................................... 43 1. Peran Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Di SMK Negeri 2 Surakarta ……..… 43 a. Latar Belakang Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta….........…………………………..… 44 b. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta....................................................................................
45
c. Ruang Lingkup Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK N 2 Surakarta …………..…………………….. 55 d. Tujuan Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta ……………………..……………… 57
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Fungsi Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta……………...........................………… 58 f. Peranan Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SMK Negeri 2 Surakarta ………………………………….…..…… 60 2. Profesionalitas Kerja Guru Teknik Bangunan di SMK Negeri 2 Surakarta …………………………………….…………...
61
3. Faktor-faktor penghambat Pelaksanaan Supervisi Kepala sekolah kepada Guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta.............................................................................................
69
C. Pembahasan Hasil Penelitian............................................………...……. 70 1. Pelaksanaan Supervsi Kepala Sekolah di SMK N 2 Surakarta............................................................................................ 70 2. Profesionalitas Kerja Guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta............................................................................................ 76 3. Peranan Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Di SMK Negeri 2 Surakarta............................................................................. 80 4. Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Kepada Guru Teknik Bangunan Di SMK N 2 Surakarta............................................................................................ 81
BAB V PENUTUP A. Simpulan………………………………………………….…………
84
B. Implikasi………………………………………………………...…...
85
C. Saran………………………………………………………….…...…
86
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... LAMPIRAN
commit to user xii
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Pedoman Observasi Peneliti Untuk Kepala Sekolah..................
26
Tabel 2
Pedoman Pengisian Pedoman Observasi………………………
29
Tabel 3.
Pedoman Observasi Peneliti Untuk Guru...................................
29
Tabel 4.
Pedoman Pengisian Pedoman Observasi Guru...........................
32
Tabel 5.
Pedoman Wawancara Bagi Kepala Sekolah...............................
33
Tabel 6.
Pedoman Wawancara Bagi Guru Teknik Bangunan...................
33
Tabel 7.
Pedoman Wawancara Bagi Siswa Teknik Bangunan.................
34
Tabel 8.
Penentuan Kriteria Kategori Pencapaian....................................
41
Tabel 9.
Pelaksanaan Aspek Perencanaan Supervisi................................
49
Tabel 10.
Pelaksanaan Aspek Pelaksanaan Supervisi.................................
51
Tabel 11.
Pelaksanaan Aspek Evaluasi Supervisi.......................................
53
Tabel 12.
Pelaksanaan Aspek Pengawasan Supervisi.................................
55
Tabel 13.
Hasil Pelaksanaan Observasi Tentang Supervisi........................
56
Tabel 14.
Aspek Paedagogik Guru Teknik Bangunan................................
64
Tabel 15.
Aspek Kepribadian Guru Teknik Bangunan...............................
66
Tabel 16.
Aspek Sosial Guru Teknik Bangunan.........................................
67
Tabel 17.
Aspek Profesional Guru Teknik Bangunan................................
69
Tabel 18.
Hasil Prosentase Aspek-aspek Profesionalisme Guru................
70
Tabel 19.
Prosentase Aspek-aspek Supervisi Oleh Kepala Sekolah...........
73
Tabel 20.
Prosentase dan Kategori Aspek-aspek Profesionalisme.............
78
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Kerangka Alur Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas ..............
6
Gambar 2.
Kerangka Berpikir .......................................................................
23
Gambar 3.
Skema Model Analisis Data Interaktif.........................................
38
Gambar 4.
Alur Penelitian ………………………………………………….
39
Gambar 5.
Diagram Hasil Observasi Supervisi Kepala Sekolah...................
57
Gambar 6.
Diagram Hasil Observasi Kemampuan Profesionalisme.............
70
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD RI tahun 1945 menyatakan “ .... untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ...." Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia harus diperhatikan. Berkaitan dengan kinerja guru maka relevan jika profesionalitas guru perlu ditingkatkan untuk menyesuaikan keadaaan dan memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Kualitas
pendidikan
di
Indonesia
masih
berada
dalam
taraf
perkembangan. Pengupayaan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia telah dilakukan oleh pemerintah di antaranya penyelenggaraan ujian nasional sebagai kriteria kelulusan bagi siswa di Indonesia. Perhatian pemerintah tidak terbatas hanya pencapaian kualitas pendidikan saja, namun juga pada aspek-aspek dan proses yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Aspek-aspek tersebut di antaranya pengajar (guru), siswa, metode, materi, fasilitas, dan peluang usaha. Uraian tersebut menjelaskan bahwa pengajar menjadi faktor utama karena manusia yang menjalankan semua kegiatan dalam belajar di sekolah. Adanya faktor-faktor selain guru dan siswa yang melimpah tidak akan berarti tanpa adanya kesungguhan dari guru dan siswa. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) di Surakarta lebih berprestasi dan menjadi favorit bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang lain. Di Surakarta terdapat dua sekolah menengah kejuruan negeri yang memiliki program teknik bangunan. Perkembangan sekolah-sekolah negeri menjadi perhatian oleh pemerintah karena segala sesuatu yang berkaitan dengan sekolah tersebut nantinya akan kembali ke pemerintah. Usaha masing-masing sekolah untuk memperbaiki situasi pendidikan dan pengajaran diantaranya adalah supervisi pendidikan oleh kepala sekolah. Karena alasan tersebut peneliti mencoba untuk mengkaji peranan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah yang bersangkutan dalam memberikan bantuan berupa bimbingan kepada guru pengajar serta pola
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pembelajaran yang diterapkan oleh guru pengajar. Peneliti mengamati bentuk supervisi yang dilakukan kepala sekolah untuk memperbaiki situasi pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Supervisi telah dilaksanakan di SMK N 2 Surakarta di tiap awal dan akhir semester, pelaksanaan selain dilakukan oleh kepala sekolah juga dibantu oleh wakil kepala sekolah maupun ketua masing-masing jurusan. Namun pelaksanaan pembelajaran yang ada khususnya oleh para guru pengajar di jurusan teknik bangunan belum optimal. Masih ada beberapa guru yang enggan menggunakan media pembelajaran, kurang tertib dalam pergantian jam pelajaran, dan terkesan bersifat monoton dan konvensional. Pelaksanaan dan kualitas supervisi yang dilakasanakan oleh kepala sekolah di SMK N 2 Surakarta menjadi suatu tanda tanya mengapa masih terjadi hal-hal yang demikian. Variabel yang mengindikasikan keefektifan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah adalah aspek perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam supervisi yang dilaksanakan. Permasalahan global yang muncul dalam dunia pendidikan
yang sampai sekarang masih terjadi pada pendidikan di
Indonesia di antaranya kualitas, kuantitas, relevansi, dan efektifitas pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi/menunjang pendidikan kependudukan, dana pendidikan, aspirasi masyarakat, perkembangan IPTEK, dan kebudayaan. Belum sesuainya pendidikan dengan karakter tiap daerah dan kurangnya profesionalitas guru merupakan contoh permasalahan pendidikan di Indonesia. Banyak variabel yang bisa mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah peran kepala sekolah dalam mengelola sekolah. Pengelolaan sekolah mencakup pembinaan keprofesionalan guru dalam mengajar dan penyiapan administrasi, aspek yang disoroti dalam kemampuan profesional guru antara lain: aspek paedagogik, kepribadian, social masyarakat, dan profesional. Namun yang paling penting adalah menjamin mutu pendidikan yang diterima anak. Desentralisasi manajemen pendidikan dan manajemen berbasis sekolah (MBS) membuat peran kepala sekolah mulai berubah. Kepala sekolah yang lebih terbuka mengakui bahwa para guru juga mengalami kendala untuk mengubah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
perilaku/kinerjanya di kelas daripada mengatakan bahwa guru tersebut tidak responsif.
Masing-masing
sekolah
melaksanakan
metode
dan
strategi
pembelajaran tertentu untuk meningkatkan prestasi belajar dari peserta didik SMK N 2 Surakarta sudah mulai menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bersama dengan beberapa sekolah-sekolah lain di Surakarta. Dengan penerapan MBS ini pastinya guru pengajar akan dituntut untuk lebih profesional. Pengelolaan dan pengembangan
sumber daya manusia tersebut
terutama akan dipengaruhi oleh tenaga pengajar sebagai fasilitator penyampai materi. Profesionalitas guru yang dipertanyakan akan berimbas kepada siswa dan yang paling bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut nantinya adalah pihak sekolah yang diwakili oleh kepala sekolah. Hal ini karena kepala sekolah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di sekolah tersebut. Pembinaan pada guru-guru di SMK N 2 Surakarta sudah diupayakan oleh kepala sekolah untuk menunjang proses pembelajaran mulai dari pelatihan dan training kepada guru-guru tentang media pendukung dalam penyampaian materi ajar. Namun di lain hal ada beberapa yang terlewatkan diantaranya administrasi, penerapan hasil training/pelatihan waktu pembelajaran di kelas, interaksi dari guru dan siswa. Aspek dan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru pengajar yaitu paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional perlu adanya suatu kajian dan pembinaan lebih lanjut. Selain itu peran supervisi dalam suatu proses pembelajaran juga perlu dikaji. Beberapa guru di SMK N 2 Surakarta masih menyampaikan materi secara konvensional. Penyampaian materi dari guru bersifat monoton karena suatu kebiasaan dalam mengajar. Penyampaian materi tidak menggunakan media penunjang yang telah disediakan sekolah. Sekolah sudah mengupayakan fasilitas media dan beberapa pelatihan kepada guru namun hal itu seakan tidak berfungsi karena diabaikan dan tidak diimplementasikan oleh beberapa guru dalam mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan akan diperlukan oleh guru pengajar. Program tahunan yang diagendakan sekolah tenteng peningkatan kualitas mengajar guru semisal pelatihan penggunaan media-media pembelajaran yang baru kurang begitu optimal. Sehingga motivasi untuk memperbaiki cara mengajar guru kepada siswa oleh guru pengajar bisa ditingkatkan dengan adanya supervisi secara langsung dari kepala sekolah. Bertolak dari penjabaran di atas, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan tersebut dalam skripsi “Peranan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Profesionalitas Guru Teknik Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta”. B. Pembatasan Masalah Kualitas penelitian bukan terletak pada keluasan masalah namun pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah. Maka dari itu untuk penelitian ini dibatasi dalam meneliti yaitu: 1. Supervisor adalah kepala sekolah SMK N 2 Surakarta atau yang mewakili. 2. Guru yang disupervisi adalah guru program teknik bangunan SMK N 2 Surakarta. 3. Profesionalisme kerja guru yang diteliti adalah guru SMK N 2 Surakarta. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peranan supervisi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas kerja guru teknik bangunan SMK N 2 Surakarta? 2. Sejauh mana profesionalitas kerja guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta? 3. Apa sajakah faktor-faktor penghambat pelaksanaan supervisi kepala sekolah kepada guru teknik bangunan SMK N 2 Surakarta? D. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
1. Peran supervisi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di SMK N 2 Surakarta. 2. Profesionalitas kerja guru teknik bangunan dalam pembelajaran di SMK N 2 Surakarta. 3. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan supervisi kepala sekolah kepada guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta. E. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan relevan. b. Sebagai sumbangan pada pembelajaran, utamanya peningkatan profesionalisme kinerja guru. 2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan kualitas sekolah menuju standar nasional. b. Bagi kepala sekolah Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan kualitas mengajar guru. c. Bagi siswa Penelitian ini akan memberikan motivasi belajar bagi siswa dalam mengikuti tiap proses pembelajaran. d. Bagi peneliti Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian pengaruh supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. e. Bagi Program Pendidikan Teknik Bangunan Memberikan gambaran kepada mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan tentang pelaksanaan supervisi tingkat sekolah yang diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A Kajian Teori 1. Karakteristik Supervisi Pendidikan oleh Kepala Sekolah a. Peran kepala sekolah Desentralisasi manajemen pendidikan dan manajemen berbasis sekolah (MBS) membuat peran kepala sekolah mulai berubah. Kepala sekolah mempunyai dua peran utama. Pertama, sebagai pemimpin institusi bagi para guru dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen. Peranan pokok pihak sekolah adalah bekerjasama lebih erat dengan para guru dan masyarakat dalam menangani permasalahan pendidikan yang ada. Kerjasama penanganan masalah ini termasuk tugas pengelolaan penting, seperti: supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), memimpin pertemuan informal dengan para guru, menstimulasi, berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai inovasi, menghargai dan mendukung hasil kerja dari komite sekolah untuk sekolah. Secara umum, peran kepala sekolah dan pengawas dapat digambarkan dengan skema seperti berikut: Merencanakan
Melaksanakan
Mengevaluasi
Mengawasi
Gambar 1. Kerangka alur Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas (sumber : http://sitimasruroh.blogspot.com/2009/11/kompetensi-guru.html)
6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Kepala sekolah mendorong guru untuk menciptakan dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah Manajemen terbuka menjadi transparan, akuntabel dan melibatkan banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama sama dengan para guru dan masyarakat. Rencana sekolah dan RAPBS di pajang untuk dilihat semua pihak. Kepala sekolah melakukan supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan PAIKEM. Kepala sekolah juga harus mendukung inovasi-inovasi yang dilakukan oleh guru. b. Supervisi pendidikan 1) Definisi Supervisi Secara morfologis, supervisi berasal dari bahasa inggris yaitu supervision yang diuraikan menjadi super yang berarti atas dan vision yang bermakna visi. Jadi, makna supervisi dari uraian kata di atas adalah ”melihat dari atas”. Sedangkan secara semantik, supervisi pendidikan didefinisikan sebagai pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada kususnya. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0134/0/1977, tentang supervisi pendidikan kelas, supervisi sekolah dan komite sekolah bahwa yang temasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penilik sekolah, dan para pengawas di tingkat kabupaten/kotamadya, serta staf di kantor bidang yang ada di tiap provinsi Pada dasarnya, tugas pokok kepala sekolah adalah menilai dan membina penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Dengan kata lain, salah satu tugas kepala sekolah sebagai pembina dapat dilakukan dengan memberikan arahan, misalnya, pembinaan dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal tersebut berarti bahwa kepala sekolah sebagai supervisor telah melaksanakan tugasnya dalam supervisi pembelajaran di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Ngalim Purwanto (1998: 76) menjelaskan supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan. Supervisi ini berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan dari pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis terhadap fase dalam seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Adam dan Dickey dalam Piet A. Sahertian (2000: 18) menyatakan bahwa Supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Sedangkan Good Carter dalam Piet A. Sahertian (2000: 18)
menjelaskan
bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-
petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainya dalam memperbaiki pengajaran. Berbeda dengan Mc Nerney dalam Piet A. Sahertian (2000: 18) melihat supervisi sebagai suatu prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. Piet A. Sahertian (2000:19) menyimpulkan supervisi tidak lain adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Sesuai dengan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam supervisi pembelajaran adalah sebagai berikut: a) membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru menjalankan tugasnya terutama dalam pembelajaran; b) mengembangkan kegiatan belajar mengajar; dan c) upaya pembinaan dalam pembelajaran. 2) Jenis Jenis Supervisi Penjelasan
jenis-jenis
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/
supervisi
dalam
menyebutkan
bahwa
supervisi dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Observasi kelas, saling kunjung, demonstrasi mengajar, supervisi klinis dan kaji tindak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
a) Observasi Kelas Supervisi jenis ini merupakan salah satu cara paling baik dalam memberikan supervisi pembelajaran karena dapat melihat kegiatan guru, murid, dan masalah yang sedang timbul. Ada beberapa tahapan
yang
terdapat
dalam
observasi
kelas.
http://sitimasruroh.blogspot.com/2009/11/kompetensi-guru.html menyebutkan bahwa tahapan Observasi kelas yaitu : (1) Perencanaan : kepala sekolah merencanakan dalam menyusun program dalam satu semester atau tahunan. Program tergantung dari jumlah guru yang perlu di observasi. Ada tiga macam observasi yaitu dengan pemberitahuan, tanpa pemberitahuan, dan atas undangan. (2) Mekanisme Observasi Tahapan observasi dalam pelaksanaan supervisi ada beberapa poin yang musti diperhatikan, yaitu: (a)Persiapan yang diperhatikan : kepala sekolah memberitahukan kepada jajaran guru tentang akan diadakannya observasi, kesepakatan kepala sekolah dan guru tolak ukur tentang hal-hal yang dijadikan objek observasi. (b) Sikap observasi di dalam kelas : Memberikan salam kepada guru yang mengajar; mencari tempat duduk yang tidak mencolok; tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas; mencatat setiap kegiatan; bila ada memakai alat elektronika (tape recorder dan kamera); mempersiapkan isian berupa check list (c) Membicarakan hasil observasi dengan guru. Beberapa hal perlu dipersiapkan dalam membicarakan hasil observasi: Kepala sekolah mempersiapkan (bisa bertanya pada nara sumber); tempat percakapan; waktu percakapan; sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi; guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat; kelamahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki kelemahan; saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis (d)Laporan percakapan. Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah diobservasi. Isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran. b) Saling Kunjung Terdapat wadah bagi kegiatan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pembelajaran guru-guru antara lain Untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan pusat kegiatan guru (PKG) untuk tingkat sekolah dasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c) Demonstrasi Mengajar Sangat sukar menentukan mana yang benar dalam praktik mengajar. Mengajar dalam pekerjaan di sekolah bukan pekerjaan yang mudah, karena pola penyampaian masing-masing guru berbeda dan pola pembelajaran yang diharapkan siswapun berbeda-beda. Hal yang perlu dilakukan adalah mencari ahli yang dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik sesuai teori yang ada. d) Supervisi Klinis Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Prosedur pelaksanaannya ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan kemudian langsung mengusahakan perbaikan kekurangan. Pelaksanaan supervisi klinis menurut la sulo (1987: 19), mengemukakan ciri-ciri supervisi sebagai berikut. (1) Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi. (2) Kepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan yang paling pointing (diskusi guru dengan supervisor). (3) Instrumen dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dengan supervisor. (4) Guru melakukan persiapan dengan aspek kelemahan yang akan diperbaiki. Bila perlu berlatih diluar sekolah. (5) Pelaksanaannya seperti dalam teknik observasi kelas. (6) Balikan diberikan dengan segera dan bersifat objektif. (7) Guru hendaknya dapat menganalisa penampilannya. (8) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan. (9) Supervisor dan guru dalam keadaam suasanan intim dan terbuka. (10) Supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan perbaikan keterampilan pembelajaran. e) Kaji Tindak Fokus utama kajian tindak adalah mendorong para praktisi untuk meneliti dan terlibat dalam praktik penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya dipakai sendiri oleh peneliti dan orang lain yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
membutuhkan hasil penelitian tersebut. Menurut kemmi (1995) dalam http://sitimasruroh.blogspot.com/2009/11/kompetensi-guru.html,
kaji
tindak dirumuskan dalam empat tahap yaitu : tahap perencanaan, tahap aksi atau pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan, tahap evaluasi dan refleksi/umpan balik. Laporan hasil penelitian kaji tindak terdiri dari: (1) gagasan umum. (2) Perumusan masalah. (3) Perencanaan penelitian kaji tindak. (4) Pelaksanaan penelitian kaji tindak. (5) Monitoring. (6) Evaluasi dan refleksi. (7) Saran dan rekomendasi.
3) Tujuan Supervisi Pendidikan Tujuan supervisi pendidikan sangat luas meliputi tujuan umum dan tujuan kusus. Berikut penjabaran masalah tujuan umum dan tujuan kusus dalam supervisi pendidikan: a) Tujuan Umum (1) Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri. (2) Membina
orang-orang
yang
disupervisi
menjadi
manusia
pembangunan dewasa yang berpancasila. (3) Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. b) Tujuan Khusus (1) Membantu guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya. (2) Membantu guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid. (3) Memperbesar kesanggupan guru mendidik murid untuk terjun ke masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
(4) Memperbesar kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan kooperatif. (5) Memperbesar ambisi guru untuk berkembang. (6) Memperkenalkan karyawan baru kepada sekolah. (7) Membantu guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki. (8) Melindungi guru daru tuntutan tak wajar dari masyarakat. (9) Mengembangkan profesional guru. 2. Karakteristik Profesionalitas Kerja Guru Istilah profesional berasal dari profession yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan kusus. Terdapat beberapa pengertian yang berkaitan dengan profesionalisme yaitu okupasi, profesi dan amatif. Para profesional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaan itu. Kompetensi itu bercirikan tiga kemampuan profesional yaitu kepribadian guru, penguasa ilmu dan bahan pelajaran, dan ketrampilan mengajar yang disebut the teaching triad. Ini berarti antara profesi dan kompetensi memilki hubungan yang erat. Profesi tanpa kompetensi akan kehilangan makna, dan kopetensi tanpa profesi akan kehilanga guna. (M. Arifin, 2009: 2) Pemerintah mengatur peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia melalui Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang ditetapkan sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Penjelasan mengenai tenaga pendidik yang profesional juga telah dijelaskan dan dari uaraian tersebut diharapkan pendidik mampu memenuhi kualifikasi tersebut. Beberapa ketetentuan yang telah disebutkan harus menjadi perhatian secara kusus bagi sekolah untuk memenuhi ketentuan dan terciptanya tenaga pendidik yang profesional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi ( UU SISDIKNAS, 2006: 39, 2 ) Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban: Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Mempunyai komitemen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan keprcayaan yang diberikan kepadanya ( UU SISDIKNAS, 2006: 40, 2 ) Ketentuan ini mencakup tipe kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru yaitu pengajaran, penelitan, dan pengabdian masyarakat. Beban ini tidak ada bedanya dengan beban bagi dosen. Tiga macam kegiatan tersebut secara hirarki melambangkan tiga upaya berjenjang dan meluas gerakannya. Pengajaran melambangkan pelaksanaan tugas rutin, penelitian melambangkan upaya pengembangan profesi, sedangkan pengabdian melambangkan pemberian kontribusi sosial kepada masyarakat akibat prestasi yang dicapai tersebut. Bagi profesi guru berarti ciri-ciri itu lebih spesifik lagi dalam kaitannya dengan tugastugas pendidikan dan pengajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Mengenai kompetensi, di Indonesia telah ditetapkan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu: a. Memiliki kepribadian ideal sebagai guru; b. Penguasaan landasan pendidikan; c. Menguasai bahan pengajaran; d. Kemampuan menyusun program pengajaran; e. Kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar; f. Kemampuan menyelenggarakan program bimbingan; g. Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah; h. Kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat dan masyarakat; dan i.
Kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Keberhasilan guru dapat ditinjau dari dua segi, yakni segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru dapat dikatakan berhasil bila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Hal tersebut juga terlihat dari gairah dan semangat mengajarnya serta adanya rasa percaya diri pada diri siswa. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil bila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebaliknya dari sisi siswa, belajar akan berhasil bila memenuhi dua persyaratan yakni: (1) belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa. dan (2) ada kesiapan untuk belajar, yakni kesiapan memperoleh pengalaman-pengalaman baru baik pengetahuan maupun keterampilan. Seorang guru yang profesional harus memiliki kriteria-kriteria tertentu yang positif. Gilbert H. Hunt menyatakan bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria: a. Sifat positif dalam membimbing siswa. b. Pengetahuan yang mamadai dalam mata pelajaran yang dibina. c. Mampu menyampaikan materi pelajaran secara lengkap. d. Mampu menguasai metodologi pembelajaran. e. Mampu memberikan harapan riil terhadap siswa. f. Mampu merekasi kebutuhan siswa. g. Mampu menguasi manajemen kelas Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik sehingga timbul minat dan nafsunya untuk belajar. Profesionalitas guru tercermin dalam berbagai keahlian yang dibutuhkan pembelajaran, baik terkait dengan bidang keilmuan yang diajarkan, kepribadian, metodologi, pembelajaran, maupun psikologi belajar. Seorang guru selalu dituntut untuk memperbaiki metode dan strategi belajar mengajarnya di dalam kelas, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan latar belakang peserta didiknya. Hal tersebut membuat guru harus senantiasa mengembangkan kompetensi dan kemampuannya dalam mengajar. Usaha tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
dapat dilakukan dengan membaca buku maupun dengan mengikuti seminar atau pelatihan-pelatihan, Agar usaha yang dilakukan tidak sia-sia. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa harus efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif adalah dapat membawa hasil atau berhasil guna. Sedangkan efesiensi adalah ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,tenaga dan biaya. Dalam pengertiannya, efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan caracara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Liang Gie (1989: 108) mendefinisikan efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya itu. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client. Pernyataan lain dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya Steers (1985: 176) menyebutkan: Sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan. Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
tujuan. Jika definisi ini diterapkan dalam pembelajaran, efektivitas berarti kemampuan sebuah lembaga dalam melaksanakan program pembelajaran yang telah direncanakan serta kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian pembelajaran berasal dari kata belajar, yang memiliki arti yaitu aktivitas perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud itu nyata memiliki arti yang sangat luas yaitu perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pada kenyataannya, pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di mana saja tanpa ada ruang dan waktu, karena memang pembelajaran biasa dilakukan kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran hanya dilakukan di sekolah atau lembaga tertentu. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, pasal 2 disebutkan bahwa Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, Kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai
dan
diaktualisasikan
oleh
guru
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan. Kompetensi
Guru
sebagaimana
dimaksud
meliputi
kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru bersifat holistik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b. pemahaman terhadap peserta didik. c. pengembangan kurikulum atau silabus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
d. perancangan pembelajaran. e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. f. pemanfaatan teknologi pembelajaran. g. evaluasi hasil belajar. h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik
dan
masyarakat,
secara
obyektif
mengevaluasi
kinerja
sendiri,
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu dan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Standar kompetensi Guru dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Keempat kompetensi di atas selanjutnya
dalam
Penilaian
Kinerja
Guru
sebagaimana
yang
harus
dilakukan terhadap guru yang tercantum dalam Permendiknas 35/2010 tentang petunjuk teknis Pelaksanaan jabatan fungsional Guru dan angka kreditnya, dijabarkan menjadi 14 sub kompetensi. Penilaiannya akan dilakukan dengan sistem paket yang terkait dalam pelaksanaan tugas utama yaitu: a. Pedagogik 1) Menguasai karakteristik peserta didik 2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3) Pengembangan kurikulum 4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5) Pengembangan potensi peserta didik 6) Komunikasi dengan peserta didik 7) Penilaian dan evaluasi b. Kepribadian 1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional 2) Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan 3) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru c. Sosial 1) Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif 2) Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik dan masyarakat d. Profesional 1) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir dan keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2) Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
B. Penelitian yang Relevan Abi sujak (2006) dalam jurnal tenaga kependidikan mengkaji tentang standar mutu sekolah, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Beliau mendapatkan hasil tentang standar mutu sekolah, kepala sekolah, dan pengawas sekolah penting dirumuskan dalam acuan dalam penyiapan dan pengembangan profesi kepala sekolah. Standar mutu ini juga menjadi acuan bagi perguruan tinggi dalam mendisain kurikulum pendidikan untuk kepala sekolah dan calon pengawas sekolah. Jurnal tersebut menyatakan bahwa standar mutu sekolah terdiri dari (1) Nilai-nilai dan misi; (2) Tata laksana dan kepemimpinan; (3) Kurikulum; (4) Pengajaran; (5) Penilaian dan evaluasi; (6) Sumber Daya; (7) Layanan Pendukung; (8) Komunikasi dan Jalinan Hubungan dengan Pemangku Kepentingan; (9)
Kemasyarakatan; dan (10)
Peningkatan mutu secara
berkelanjutan. Standar mutu kepala sekolah dan pengawas sekolah terdiri dari (1) Visi Pendidikan; (2) Budaya sekolah; (3) Manajemen; (4) Komunikasi dan Kolaborasi dengan masyarakat; (5) Sikap Keteladanan, kejujuran, keadilan, dan Etika profesi (6) Lingkungan Politik, Sosial, Hukum, Ekonomi Dan Budaya; (7) Program Instruksional; dan (8) Implementasi Kebijakan. Aris Munandar (2006) dalam jurnal tenaga kependidikan mengkaji tentang kepemimpinan kepala sekolah yang efektif bagi peningkatan mutu pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi akademik dapat diprediksi berdasarkan pengetahuan tentang perilaku kepemimpinan pengajaran kepala sekolah. Proses kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap semua aspek kinerja sekolah. Penelitian yang memisahkan sekolah dan prestasi tinggi dengan sekolah dengan prestasi rendah mengungkap bahwa aspek-aspek kepemimpinan kepala sekolah yang efektif meliputi Pengikutsertaan staf dalam pengambilan keputusan pengajaran penting, perlindungan guru dari tekanan eksternal, pemberian otonomi pengajaran, komunikasi tuntunan prestasi tinggi, penghargaan terhadap prestasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
akademik, koordinasi program pengajaran, partisipasi dalam isu-isu pengajaran, observasi metode pengajaran guru kelas, pelaksanaan kunjungan kelas, dan guru dalam perbaikan pengajaran. Penelitian lain yang mengkaji tantang supervisi pendidikan juga dilakukan oleh Suryani setyaningsih dengan judul Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Oleh Kepala Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta. Didapatkan beberapa kesimpulan bahwa Pelaksanaan supervisi dalam penerapan KTSP di SMA Negeri 6 Surakarta dilatar belakangi karena banyak guru kesulitan mengimplementasikan kurikulum serta keterbatasan sarana/ prasarana penunjang kurikulum. Kendala yang dihadapi antara lain (1) Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah; (2) Kurangnya persiapan teknis dari guru yang disupervisi; (3) unsur subyektifitas dari guru supervisor masih tinggi; (4) sering dilakukan pergantian kepala sekolah. Usaha untuk mengatasi kendala antara lain: (1) pendelegasian kepada guru-guru senior; (2) memotivasi guru akan pentingnya supervisi pendidikan; (3) pembinaan kepada supervisor dan membentuk tim penilai supervisi; (4) dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah. C. Kerangka Berpikir Komite dan kepala sekolah berperan penting dalam pengelolaan sekolah. Pengelolaan sekolah meliputi beberapa unsur yaitu mengembangkan, merawat fasilitas sekolah, merencanakan, dan mengusahakan sumber-sumber belajar namun yang paling penting adalah meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Monitoring kepala sekolah perlu dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik sebagai usaha untuk memastikan kesungguhan jajaran dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Secara tidak langsung diharapkan akan mempengaruhi cara pembelajaran guru dalam mengajar agar lebih kreatif dan inofatif dalam mengajar. Ketegasan dan sikap guru dalam mengajar akan mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Supervisi pendidikan oleh kepala sekolah adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya yang dilakukan oleh kepala sekolah. Diharapkan dengan adanya supervisi ini guru dan siswa akan mendapatkan masukan dan bantuan dalam proses pembelajaran. Evaluasi dari kepala sekolah akan memotivasi siswa dan guru karena dari siswa dan guru serasa diperhatikan dan dalam hal ini disebabkan kepala sekolah lebih dekat dengan guru dan mengamati secara langsung kinerja dari bawahannya, sehingga dapat diketahui segala permasalahan dalam proses pembelajaran. Praktik di lapangan nantinya, kepala sekolah selaku supervisor melaksanakan observasi tentang pembelajaran yang ada di kelas. Data awal yang didapatkan kepala sekolah adalah mengenai proses pembelajaran yang terjadi. Dari proses observasi yang dilakukan tadi, kepala sekolah akan tahu permasalahan yang timbul atau ada dalam proses pembelajaran tersebut secara langsung. Fokus utamanya nanti dititik beratkan dari faktor pengajar /guru sebagai pemimpin kelas saat mengajar. Bantuan dan bimbingan kepada guru dilakukan oleh kepala sekolah setelah adanya evaluasi dan mengetahui secara langsung permasalahan yang ada dari proses pembelajaran yang terjadi. Peranan kepala sekolah akan sangat berpengaruh. Secara tidak langsung nantinya akan ada dukungan kepada pengajar/guru dalam mensukseskan pembelajaran di dalam kelas. Hasil evaluasi dari kepala sekolah nantinya disampaikan kepada guru pengajar sebagai masukan yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas selanjutnya. Penerapan hasil evaluasi dari kepala sekolah dalam proses pembelajaran masih perlu diobservasi kembali untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pembelajaran dan sikap profesionalitas kerja guru di dalam kelas. Hasil dari beberapa faktor dan reaksi dari siswa nantinya akan dapat di simpulkan apakah memang hasil evaluasi yang terdahulu sudah bisa diterapkan secara kontinyu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kepada peserta didik atau masih ada koreksi untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran yang efektif. Hasil yang terjadi dalam proses ini adalah efektifitas pembelajaran dan profesionalitas kerja guru akan
meningkat, stabil/sama, atau berkurang. Jika
proses ini belum mencapai apa yang diharapkan masih perlu adanya evaluasi kembali yaitu dimulai kembali untuk observasi kelas dan masukan, saran, ataupun teguran yang dilakukan kepada guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dengan efektifitas pembelajaran dan profesionalitas kerja guru diharapkan meningkat. Secara jelasnya dapat dicermati dalam gambar kerangka berpikir. SMK N 2 Surakarta
Supervisi Pendidikan Oleh Kepala Sekolah Faktor-faktor penghambat Bantuan dan Bimbingan Kepada Guru
Belum optimal Tidak
Pelaksanaan Pembelajaran
Profesionalitas kerja guru
Evaluasi Ya Profesionalitas kerja guru meningkat
Gambar 2. Kerangka berfikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta. SMK Negeri 2 Surakarta dipilih karena pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa guru masih secara konvensional dan di sekolah tersebut telah menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah (MBS). Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif dan dilaksanakan pada semester ganjil pada tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap. Secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan Tahap persiapan adalah tahap yang dilakukan oleh peneliti untuk mendukung kegiatan penelitian. Tahap persiapan yang dilakukan peneliti meliputi permohonan ijin observasi sekolah, pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini dilaksananakan pada bulan September 2010 sampai Februari 2011. 2. Tahap penelitian Tahap penelitian adalah tahap dari peneliti memulai kegiatan penelitian. Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu pelaksanaan observasi dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011 3. Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011. B. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah SMK Negeri 2 Surakarta selaku supervisor pendidikan di tingkat sekolah dan guru teknik bangunan di SMK Negeri 2 Surakarta selaku objek yang disupervisi.
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
C. Data Dan Sumber Data Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi/pengamatan, wawancara kepada kepala sekolah selaku supervisor, guru mata pelajaran selaku oyeknya dan beberapa siswa kelas yang dipilih secara acak, dan dokumentasi. Pencarian sumber data akan difokuskan padapelaksanaan supervisi sepala sekolah dan profesionalitas mengajar guru di SMK N 2 Surakarta. D. Teknik Sampling Dalam penelitian ini peneliti tidak menentukan jumlah sampel. Peneliti lebih cenderung untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantab. Teknik ini dikenal dengan nama Purposive Sampling. Dalam pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peneliti dalam mengolah data. Menurut H.B Sutopo (2002:55) ”Teknik sampling merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi”. Dimana yang dimaksud dengan pemusatan pemilihan adalah memilih informan dalam penelitian. Menurut kartono (1986:133) “Purposive sampling adalah pengambilan sampel dari anggota-anggota yang dianggap sedemikian rupa sehingga sampel tersebut benar-benar mencerminkan ciri-ciri populasi yang dikenal sebelumnya. Subyek-subyek yang dipilih menjadi anggota sampel itu mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi dari mana sampel itu ditarik. Fokus pada penelitian ini yaitu kepala sekolah selaku supervisor di tingkat sekolah dan beberapa guru teknik bangunan yang berjumlah 5 guru di SMK N 2 Surakarta. Asumsi dalam penentuan sampel guru tersebut adalah guru tersebut dianggap dipercaya, mengetahui situasi dan permasalahan supervisi secara mendalam yang terjadi di SMK N 2 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Pedoman Observasi Pedoman observasi adalah berkas ataupun data awal yang dipersiapkan dan sesuai dengan teori yang ada yang digunakan sebagai acuan peneliti dalam mengamati suatu kejadian saat pembelajaran terjadi di sekolah. Pedoman observasi yang dibuat peneliti yaitu untuk mengamati semua kegiatan yang terjadi baik kinerja kepala sekolah maupun profesionalitas yang ditunjukkan oleh guru teknik bangunan dalam kinerjanya. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mendapatkan data pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dan guru teknik bangunan. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian yaiti di kelas teknik bangunan SMK N 2 Surakarta. Peneliti akan
melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang ada hubungannya
dengan peran kepala sekolah dalam mengatur dan membimbing guru sehingga diperoleh profesionalitas kerja guru dan mendukung dalam memperbaiki kualitas dan hasil pembelajaran. Pedoman observasi untuk pelaksanaan supervisi kepala sekolah yaitu dengan membandingkan aspek-aspek yang mendasari supervisi di tingkat sekolah yaitu aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengawasan. Pedoman observasi
untuk
profesionalitas
guru
teknik
bangunan
yaitu
dengan
membandingkan aspek-aspek yang mendasari guru dikatakan profesional yaitu aspek paedagogik, kepribadian, sosial masyarakat, dan profesional. Berpedoman dari pendapat Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd. dalam bukunya Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (2009) pedoman observasi untuk kepala sekolah selaku supervisor ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Pedoman Observasi Peneliti Untuk Kepala Sekolah/Supervisor N o 1
Aspek
Indikator
Perencanaan
a. Kepala sekolah memberitahukan kepada jajaran guru tentang akan diadakannya supervisi b. Kepala sekolah menyusun/memprogramkan
commit to user
Temuan peneliti 1 2 3 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
2
3
4
c. supervisi secara kontinyu d. Kepala sekolah menyusun dan menyiapkan instrumen supervisi dalam supervisinya e. Kepala sekolah menyusun jadwal dalam mensupervisi f. Kesepakatan kepala sekolah dan guru tolak ukur tentang hal-hal yang dijadikan objek observasi g. Kepala sekolah mempelajari RPP guru yang akan disupervisi Pelaksanaan a. Kepala sekolah/Supervisor memberikan salam kepada guru yang mengajar b. Kepala sekolah/Supervisor Mencari tempat duduk yang tidak mencolok c. Kepala sekolah/Supervisor tidak menegur kesalahan guru di dalam kelas d. Kepala sekolah/Supervisor mencatat setiap kegiatan e. Kepala sekolah/Supervisor memakai alat elektronika : tape recorder, kamera f. Kepala sekolah/Supervisor mempersiapkan isian berupa check list g. Kepala sekolah/Supervisor memperhatikan kondisi kelas baik guru maupun siswa Evaluasi a. Kepala sekolah/Supervisor membicarakan hasil supervisi kepada guru yang disupervisi b. Kepala sekolah/Supervisor mempersiapkan evaluasi c. Kepala sekolah/Supervisor memilih/merencanakan tempat percakapan d. Kepala sekolah/Supervisor memilih/merencanakan waktu percakapan e. Kepala sekolah/Supervisor bersikap ramah simpatik tidak memborong percakapan f. Percakapan tidak keluar dari data observasi g. Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat h. Kepala sekolah/Supervisor menjelaskan bahwa kelamahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki kelemahan i. Saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis j. Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah diobservasi Pengawasan a. Kepala sekolah/Supervisor mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
dokumen data guru yang telah disupervisi b. Isi dokumen sesuai dan dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran c. Kepala sekolah/Supervisor memberikan saran/umpan balik saat guru yang telah disupervisi mengalami kesulitan d. Kepala sekolah/Supervisor menentukan monitoring pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya e. Kepala sekolah/Supervisor meminta laporan perkembangan pembelajaran yang dilakukan setelah adaya evaluasi supervisi f. Kepala sekolah/Supervisor mengetahui proses dan hasil pembelajaran (adanya dokumen/perangkat pembelajaran tiap guru meliputi: silabus, RPP,Media Pembeloajaran, Dll). g. Kepala sekolah/Supervisor menilai hasil belajar pembelajaran (adanya dokumen/lembar penilaian yang terisi setelah supervisi dilakukan) h. Kepala sekolah/Supervisor mengetahui standar mutu hasil belajar siswa i. Kepala sekolah/Supervisor mampu mengembangkan Profesi guru - Menyusun Karya tulis ilmah - Menemukan teknologi tepat guna - Membuat alat peraga - Menciptakan karya seni - Mengikuti pengembangan kurikulum j. Kepala sekolah/Supervisor melakukan pengadaan dan pemanfaatan sumber-sumber belajar (ditunjang dengan adanya dokumen tentang kebijakan manajerial kepala sekolah) - Program Tahunan Tata Usaha - Organisasi sekolah - Dokumen kurikulum - Dokumen administasi - Pembelajaran - Dokumen data kepegawaian Pada pengisiannya peneliti membuat ketentuan dan kisi-kisinya sehingga dalam mengisi tidak sertamerta hanya penilaian secara subyektif dari peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Pengisian poin pedoman observasi ini dilandasi dengan melihat kisi-kisi yang telah disiapkan. Kisi-kisi penilaian/pengisian adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Pedoman Pengisian Pedoman Observasi Poin 4
3
Keterangan Supervisor melaksanakan/melakukan semua kriteria dalam indikator yang disebutkan. (Baik sekali / Selalu) Supervisor melaksanakan/melakukan sebagian besar kriteria dalam indikator yang disebutkan (Baik / Sering)
2
Supervisor melaksanakan/melakukan sebagian kecil kriteria dalam indikator yang disebutkan (Cukup / Kadang-kadang)
1
Supervisor tidak melaksanakan/melakukan semua kriteria dalam indikator yang disebutkan. (Kurang / Tidak) Selain pedoman observasi untuk mengamati kepala sekolah peneliti juga
menyiapkan pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta. Pedoman ini digunakan untuk mengamati sejauhmana profesionalitas kerja guru teknik bangunan di sekolah tersebut. Pedoman observasi tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3. Pedoman Observasi Peneliti Untuk Guru Teknik Bangunan. No 1
Aspek Paedagogik (Guru mampu mengelola pembelajaran peserta didik)
Indikator a. Guru memahami wawasan atau landasan kependidikan - guru menerangkan materi pelajaran secara sistematik dan sesuai bahan ajar - guru mampu fleksibel dalam mengajar namun tidak melenceng dari agenda pembelajaran - guru menyampaikan materi secara tenang dan mengedepankan pemahaman siswa
commit to user
Temuan peneliti 1 2 3 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2
Kepribadian
b. Pemahaman terhadap peserta didik - guru memahami kondisi siswa ada kedekatan batin dengan siswa - guru menunjukkan keakraban dengan peserta didiknya c. Pengembangan kurikulum atau silabus d. Perancangan pembelajaran - Guru menyiapkan RPP sebelum mengajar - Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis - memberi kesempatan peserta didik bertanya - merangsang peserta didik untuk bertanya - guru merangsang siswa agar timbul dinamika dalam pembahasan materi f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran - Guru memakai media dalam menyampaikan materinya g. Evaluasi hasil belajar - guru memberikan pree test sebelum memulai pembelajaran - guru memberikan post test sebelum mengakiri pembelajaran - guru melaksanakan evaluasi pembelajaran setelah selesai satu kompetensi h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. - guru memberikan waktu/meminta pendapat dari beberapa siswa untuk menjawab/memecahkan suatu persoalan - guru mengarahkan siswa untuk presentasi tentang tugas yang diberikan di depan kelas - guru mengoreksi pekerjaan/tugas siswa secara langsung (tatap muka) a. Guru menunjukkan sikap iman dan bertakwa b. Guru menunjukkan sikap berakhlak mulia c. Guru menunjukkan sikap arif dan bijaksana d. Guru menunjukkan sikap demokratis e. Guru menunjukkan sikap mantap f. Guru menunjukkan sikap berwibawa g. Guru menunjukkan sikap stabil h. Guru menunjukkan sikap dewasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
3
Sosial (kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat)
4
Profesional (kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam)
i. Guru menunjukkan sikap jujur j. Guru menunjukkan sikap sportif k. Guru menjadi teladan bagi siswa l. Guru secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri m. Guru mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. a. Guru dapat berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun b. Guru menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional c. Guru bergaul/komunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan f. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif a. konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar - guru menyampaikan materi dengan metode mengajar sesuai dengan materi ajar - guru tidak memaksakan metode mengajar yang sama terhadap mata pelajaran yang berbeda b. materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah - materi yang diajarkan guru sesuai dengan kurikulum sekolah c. hubungan konsep antar mata pelajaran terkait - guru menjelaskan kaitan mata pelajaran lain dalam mempelajari materi yang disampaikannya d. penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari - Guru memberikan contoh kasus yang terjadi di kehidupan sehari-hari dan berhubungan dengan materi ajar e. kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
budaya nasional. - guru bersikap heterogen dan tidak idealis dalam menjawab pertanyaan. - guru memberikan penjelasan penerapan materi ajar secara luas Pada pengisian di lembar observasi ini peneliti juga menyiapkan kisi-kisi untuk pedoman pengisiannya. Kisi-kisi tersebut sebagai berikut : Tabel 4. Pedoman Pengisian Pedoman Observasi Guru Pengajar. Poin 4
3
Keterangan Guru melaksanakan/melakukan semua kriteria dalam indikator yang disebutkan. (Baik sekali / Selalu) Guru melaksanakan/melakukan sebagian besar kriteria dalam indikator yang disebutkan (Baik / Sering)
2
Guru melaksanakan/melakukan sebagian kecil kriteria dalam indikator yang disebutkan (Cukup / Kadang-kadang)
1
Guru tidak melaksanakan/melakukan semua indikator yang disebutkan. (Kurang / Tidak)
kriteria dalam
2. Pedoman Wawancara Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Terwawancara adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data dari informan yang benar benar menguasai atau berhubungan langsung dengan permasalahan yang diamati. Pedoman wawancara yang disiapkan peneliti berdasarkan data/teori yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengetahui segala informasi/pendapat/alasan dari terwawancara mengenai suatu hal yang terjadi. Kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap guru teknik bangunan ditujukan untuk meminta pendapat guru tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah, kesiapan dan persiapan guru saat dilakukan supervisi, cara dan teknik mengajar guru didalam kelas, dan prasarana dan sarana pendukung pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
di SMK N 2 Surakarta.Wawancara kepada siswa teknik bangunan dilakukan untuk menggali data tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang terjadi, dan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran di SMK N 2 Surakarta. Berikut ini adalah pedoman wawancara yang disiapkan oleh peneliti yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru teknik bangunan, dan siswa. Tabel 5. Pedoman Wawancara Bagi Kepala Sekolah. No
Pertanyaan
1
Apa pendapat bapak mengenai pengertian kurikulum?
2
Sejak kapan di SMK N 2 Surakarta memberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
3
Menurut bapak, bagaimana kesiapan sekolah dengan diberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
4
Apa pendapat bapak mengenai pengertian profesionalisme guru?
5
Bagaimana pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah kaitannya dengan hasil dan proses pembelajaran?
6
Apa saja tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam konteks pembelajaran dan cara mengajar guru?
7
Menurut pendapat bapak, prinsip-prinsip supervisi seperti apa yang dianut diterapkan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pendidikan di SMK N 2 Surakarta?
8
Teknik-teknik supervisi seperti apa yang dianut diterapkan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pendidikan di SMK N 2 Surakarta?
9
Dilihat dari pelaksanaannya kepala sekolah cenderung memiliki tipe supervisor pendidikan yang seperti apa menurut bapak?
Tabel 6. Pedoman Wawancara Bagi Guru Teknik Bangunan. No
Pertanyaan
1
Apa pendapat bapak mengenai pengertian profesionalisme guru?
2
Bangaimana pendapat bapak tentang sarana prasarana di SMK N 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Surakarta? 3
Bagaimana tanggapan bapak mengenai supervisi kepala sekolah?
4
Bagaimana pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SMK N 2 surakarta ini?
5
Berapa kali bapak kepala sekolah dalam satu semester melakukan supervisi?
6
Apakah bapak kepala sekolah memberitahukan kepada guru saat akan melakukan supervisi?
7
Kesiapan seperti apa yang bapak lakukan saat akan disupervisi?
8
Bagaimana teknis menyajar bapak saat melakukan pembelajaran di kelas?
9
Bagaimanakah
tipe
supervisi
dari
bapak
kepala
sekolah
dalam
mensupervisi?
Tabel 7. Pedoman Wawancara Bagi Siswa Teknik Bangunan. No
Pertanyaan
1
Apakah para guru menguasai dengan baik materi yang diajarkan?
2
Apakah anda dapat menyerap semua pelajaran dan materi yang diajarkan oleh guru kepada anda?
3
Bagaimana cara mengajar yang diterapkan oleh para guru?
4
Menurut anda, apakah media yang digunakan para guru dalam mengajar sudah memadai dan mampu membantu anda dalam memahami materi?
5
Apakah para guru hanya
menggunakan metode ceramah dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada anda? 6
Apakah guru selalu memberikan pre-test dan post-test setiap melakukan pembelajaran di kelas?
7
Apakah fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar, seperti laboratorium, perpustakaan, Internet sudah memadai dan dapat dimanfaatkan?
8
Hal-hal apa saja yang kadang dan sering mengganggu anda dalam menerima materi pelajaran di kelas?
9
Apakah kepala sekolah rutin meninjau pembelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
3. Kajian Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 236) menyatakan bahwa yang dimaksud metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Data yang diperoleh dari data dokumentasi antara lain tentang pekerjaan kepala sekolah, kualifikasi kemampuan/ketrampilan seorang kepala sekolah dan segala hal yang ada hubungannya dengan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas kerja guru. Kajian dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam proses supervisi dan pembelajaran. Dokumen tersebut antara lain berupa instrumen supervisi guru, lembar evaluasi guru yang telah disupervisi, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar pedoman observasi pelaksanaan supervisi dan pelaksanaan pembelajaran guru. Instrumen yang diperlukan dalam pengumpulan data-data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Instrumen supervisi guru Instrumen supervisi guru digunakan oleh kepala sekolah sebagai pedoman penilaian mengajar guru pada saat supervisi dilakukan. Isi dan materi dalam instrumen ini merujuk kepada kesiapan administrasi guru. Instrumen ini disesuaikan dengan standar sekolah yang berlaku. b. Lembar evaluasi guru yang telah disupervisi Lembar evaluasi ini disiapkan oleh supervisor setelah kegiatan supervisi selesai dilaksanakan. Lembar ini berupa ringkasan-ringkasan eveluasi ataupun masalah yang timbul juga saran-saran dari supervisor bagi guru yang telah disupervisi. c. Silabus Silabus disusun sesuai dengan kurikulum yang dipakai di SMK N 2 Surakarta. Yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun oleh masing-masing guru yang digunakan sebagai rencana mengajar dalam kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini diperlukan untuk disesuaikan dengan realita guru saat menyampaikan materinya. RPP ini sebagai penunjang saat penilaian dalam pedoman observasi e. Lembar pedoman observasi pelaksanaan supervisi Instrumen ini digunakan untuk menilai pelaksanaan supervisi kepala sekolah kepada guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta. Hal dinilai yaitu aspek perencanaan, aspek pelaksanaan, aspek evaluasi, dan aspek pengawasan. f. Lembar pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran guru. Instrumen ini digunakan untuk menilai profesionalitas guru dalam melaksanakan pembelajaran terhadap siswa di SMK N 2 Surakarta. Aspek-aspek yang dinilai yaitu aspek paedagogik, aspek kepribadian, aspek sosial masyarakat, dan aspek profesional. g. Pedoman wawancara Instrumen ini dijadikan sebagai pedoman wawancara dengan guru maupun siswa. Wawancara dilakukan kepada guru ataupun siswa setelah guru disupervisi. Data yang didapatkan nantinya dijadikan salah satu data penunjang dalam penyusunan hasil penelitian. F. Validitas Data Validitas data dapat dipastikan dengan menggunakan metode triangulasi. pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informannya. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber artinya dalam pengumpulan data peneliti wajib menggunakan beberapa sumber data yang tersedia. Dengan teknik ini, data yang diperoleh dari sumber yang satu akan bisa lebih teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Triangulasi sumber yang digunakan bukan hanya menguji kebenaran data dan bukan untuk mengumpulkan berbagai macam data, melainkan juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
merupakan suatu usaha untuk melihat dengan lebih jelas hubungan
antara
berbagai data untuk mencegah kesalahan dalam analisis data. Metode dalam pengumpulan data di penelitian ini adalah dengan melihat indikator-indikator dalam aspek-aspek yang mencerminkan supervisi dan guru profesional yang seharusnya dibandingkan dengan realita yang terjadi. Dari data tersebut nantinya didapatkan data kuantitatif untuk dijadikan pedoman dalam pengkategorian kualiatas supervisi dan profesionalitas guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta. G. Teknis Analisis Data Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif yaitu model analitis yang menyatu dengan proses pengumpulan data dalam suatu siklus. Menurut Miles dan Huberman (1994: 16) “Analisis mengalir dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Jadi antara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun suatu analisis yang tangguh. Reduksi
data
meliputi
proses
penyeleksian,
penfokusan,
dan
penyederhanaan dari data lapangan (hasil wawancara, hasil observasi, hasil dokumentasi, dll) yang berlangsung sepanjang kegiatan pelaksanaan penelitian dengan menggunakan salah satu data yang dianggap paling relevan dari beberapa sumber data yang telah diperoleh. Penyajian data meliputi penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram maupun grafik. Penarikan kesimpulan atau verivikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Untuk lebih jelasnya model dari ketiga komponen analisis data diatas dapat digambarkan dalam skema model analisis interaktif sebagai berikut : Pengumpulan Data
Reduksi commit to user Data
Penyajian Data Kesimpulan/ Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
H.Skema Prosedur penelitian Gambar 3. Model Analisis Data Interaktif ( Sumber Miles & Huberman 1994: 26 ) Prosedur penelitian yang sistematis dan berurutan diperlukan untuk mempermudah penulisan laporan sehingga hasil yang diperoleh akan dicapai sesuai dengan yang diinginkan. Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian dari awal sampai akhir. Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, monitoring, analisis data dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah penelitian dapat diilustrasikan sebagai berikut : Identifikasi masalah
Studi pendahuluan
Pengamatan/ pengumpulan
Pelaksanaan pendekatan
Analisis data
Penarikan simpulan
Penulisan proposal
Memilih sistem pendekatan
Gambar 4. Alur Penelitian 1. Studi Pendahuluan Merupakan tahap pengenalan kepada obyek yang akan diteliti dan sebagai gambaran awal peneliti dalam penyusunan proposal. Merupakan pengumpulan data-data ringan yang diperlukan dalam penyusunan proposal. Dilakukan dengan mengamati secara langsung pola pelaksanaan supervisi yang terjadi di SMK N 2 Surakarta. 2. Penulisan Proposal Proposal dibuat setelah peneliti mengetahui data data awal pelaksanaan supervisi dan kemampuan guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta. Selanjutnya peneliti melakukan pembatasan masalah, perumusan masalah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
menentukan tujuan penelitian, manfaat penelitian, melakukan pengkajian teori serta metode penelitian yang akan digunakan. 3. Memilih Sistem Pendekatan Tahap perencanaan tindakan mencakup berbagai hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kepala sekolah dalam memimpin dan membina profesional bagi para guru. Perencanaan yang dilakukan peneliti, antara lain: a. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah SMK N 2 Surakarta untuk dapat mengijinkan dan menyusun program supervisi kepada guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik fisik maupun non fisik yang meliputi sarana dan prasarana, evaluasi, dan kegiatan pembelajaran. b. Peneliti menyiapkan pedoman observasi, lembar wawancara, dan alat dokumentasi yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang peranan kepala sekolah dalam melakukan supervisi terhadap guru yaitu kepada siswa, guru dan kepala sekolah sendiri. 4. Pelaksanaan Pendekatan Pendekatan ini dilaksanakan dengan cara kepala sekolah hadir mengikuti proses belajar menganjar di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Bantuan berupa saran dan evaluasi nantinya akan disampaikan kepada guru yang bersangkutan sehingga pola pembelajaran kepada siswa dapat dikembangkan. Selain itu dari peneliti juga akan melakukan wawancara kepada guru dan kepala sekolah mengenai segala hal yang berhubungan dengan adanya supervisi. 5. Pengamatan/Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data peneliti menggunakan 3 teknik yaitu: pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengamatan/observasi dilakukan pada saat berlangsungnya supervisi oleh kepala sekolah ketika berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Data difokuskan pada aspek-aspek yang mengindikasikan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dan profesionalitas guru yang diharapkan. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru teknik bangunan dan siswa sesudah supervisi dilaksanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Dokumentasi dengan mengarsipkan data-data pendukung yang didapatkan dari kegiatan supervisi dan pola pembelajaran guru teknik bangunan.
6. Analisis Data Data yang telah didapatkan dari proses diatas selanjutnya akan dikaji oleh peneliti dengan membaca, menelaah, menafsirkan, mengklasifikasikan, serta menginterprestasikan data yang telah diperoleh untuk ditarik kesimpulan. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif kualitatif prosentase. Hasil observasi langsung menghasilkan prosentase pencapaian yang selanjutnya diinterprestasikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Proses perhitungan prosentase dengan cara hasil yang didapatkan dari observasi yang diolah dari aspek-aspek dari setiap subyek yang sesuai dengan pedoman observasi langsung lalu disesuaikan dengan pedoman wawancara. Aspek yang dimaksud yaitu untuk subjek kepala sekolah adalah aspek perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Sedangkan untuk subjek guru yaitu aspek paedagogik, sosial, kepribadian dan profesional. Rekomendasi yang diberikan terhadap prosentase pencapaian yang diperoleh merupakan status dengan pedoman kriteria sebagai berikut: Tabel 8. Penentuan Kriteria Kategori Pencapaian Skor
Katagori
Rentang Prosentase
4
Baik sekali
3
Baik
(62,51% - 81,25%)
2
Cukup
(43,76% - 62,25%)
1
Kurang
(
(
Sumber : Saifuddin Azwar 2008 : 108 Penentuan kriteria tersebut mengacu pada aturan pengelompokan kategori yang dikemukakan oleh Saifuddin Azwar dan telah diubah dan sesuaikan dengan penelitian analisis peranan supervisi kepala sekolah terhadap profesionalitas kerja guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta. Untuk
peranan
supervisi kepala
sekolah yaitu
commit to user
aspek
perencanaan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
pelaksanaan,
evaluasi,
pengawasan
dan
untuk
profesionalitas
kerja
guru.efektifitas aspek paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional
7. Penarikan Simpulan Penarikan kesimpulan berdasarkan pada tujuan penelitian dengan didukung
data
yang
valid
sehingga
hasil
penelitian
dapat
dipertanggungjawabkan. Penarikan kesimpulan didasarkan pada hasil analisis yang didapatkan, bagaimana capaian hasil pelaksanaan supervisi di SMK N 2 Surakarta dibandingkan dengan capaian hasil tentang profesionalitas guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Latar Belakang SMK Negeri 2 Surakarta SMK Negeri 2 Surakarta terletak di dalam Kota Surakarta di komplek lingkungan persekolahan. Sekolah tersebut memiliki lokasi yang strategis dan dekat dengan Gelora Manahan. SMK Negeri 2 Surakarta beralamat di Jl. Adi Sucipto 33 Manahan, Surakarta. SMK N 2 Surakarta yang juga dikenal dengan nama Sekolah Teknik Menengah (STM) 1 Surakarta ini berdiri sejak tanggal 1 Juli 1952. Pada tanggal 22 Juli 1952 terbit surat Keputusan Menteri Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 3095/B. Sejak saat itu, STM Solo resmi menjadi STM Negeri Solo dengan pimpinan Bp. Ir. Frederik Camalius Lovis Olden. Selanjutnya, sekolah ini berubah menjadi SMK Negeri 2 Surakarta pada Tahun Pelajaran 1997/1998 dengan melaksanakan kurikulum 1994 dan beban spesifik pendidikan sistem ganda. Dalam perkembangannya, SMK N 2 Surakarta memiliki 9 program keahlian di antaranya Teknik Konstruksi Bangunan, Teknik Gambar Bangunan, Teknik Perkayuan, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Audio Video, Teknik Permesinan, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Komputer Dan Jaringan, Dan Rekayasa Perangkat Lunak. 2. Data Umum Sekolah Tahun Ajaran 2010/2011 a. Data Sekolah 1) Nama sekolah
: SMK N 2 Surakarta
2) NSS
: 321036105001
3) Jenjang Pendidikan
: SMK
4) Status Sekolah
: Negeri
5) Akreditasi
:A
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
6) Alamat Sekolah
: JL. Adisucipto 33 Manahan Surakarta 57139
7) Telepon
: 0271 714901
8) Fax
: 0271 727003
9) Email
:
[email protected]
10) Website
: http://www.smkn2-solo.net
11) Kepala Sekolah
: Drs. Susanta, MM.
12) Manajemen
: ISO 9001 : 2008
3. Program Keahlian Teknik Bangunan di SMK Negeri 2 Surakarta a. Teknik Konstruksi Bangunan Program Teknik Konstruksi Bangunan mempunyai jumlah siswa sebanyak 99 siswa dengan rincian: 34 siswa kelas 1, 36 siswa kelas 2, dan 29 siswa kelas 3. Program keahlian ini memiliki beberapa bengkel praktik. Dengan tenaga pengajar berjumlah 8 guru. Klasifikasi pendidikan pendidik di SMK Negeri 2 Surakarta adalah 6 orang guru merupakan lulusan Strata 1 (S1) dan 2 orang guru adalah lulusan Diploma 3 (D3). b. Teknik Gambar Bangunan Program Teknik Gambar Bangunan memiliki 104 siswa dengan rincian: 33 siswa kelas 1, 37 siswa kelas 2, dan 34 siswa kelas 3. Program keahlian ini memiliki beberapa bengkel praktik. Tenaga pengajar yang dimiliki leh program keahlian ini adalah 8 pengajar yang semuanya adalah lulusan strata 1 (S1). c. Teknik Perkayuan Program Teknik Perkayuan diikuti oleh 91 siswa dengan rincian: siswa 28 siswa kelas 1, 34 siswa kelas 2, dan 29 siswa kelas 3. Program keahlian ini memiliki beberapa bengkel praktek di antaranya: bengkel kayu mesin, bengkel kayu tangan, dan bengkel kerja batu. Jumlah pengajar yang dimiliki program keahlian ini adalah 8 guru lulusan strata 1 (S1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
4. Visi SMK Negeri 2 Surakarta Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai pencetak sumber daya manusia profesional dalam bidang Teknologi dan Industri yang mampu menghadapi era global. 5. Misi SMK Negeri 2 Surakarta a. Membentuk
tamatan
yang
berkepribadian
unggul
dan
mampu
mengembangkan diri. b. Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing di lapangan kerja. c. Menyiapkan wirausahawan yang tangguh dalam bidang teknologi dan industri. d. Menyiapkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Peran Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Di SMK Negeri 2 Surakarta Tugas pokok kepala sekolah adalah merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengawasi pembelajaran di sekolah. Dengan kata lain tugas kepala sekolah adalah dengan memberikan arahan dan pembinaan dalam proses pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor diharapkan mengetahui dan memberi solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan dari pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis terhadap fase dalam seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Bertolak dari pernyataan tersebut, kegiatan supervisi merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengevaluasi langkah dan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mengembangkan sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
a. Latar Belakang Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Di SMK N 2 Surakarta Sejak tahun 2000 SMK Negeri 2 Surakarta mulai menerapkan pola pembelajaran Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang mendorong SMK tersebut untuk bisa unggul dalam pelaksanaan pembelajaran. Penerapan MBS menuntut guru untuk melakukan kinerja secara lebih profesional. Kelemahan yang masih terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK Negeri 2 Surakarta antara lain masih disebabkan oleh beberapa guru yang masih melakukan pembelajaran yang bersifat konvensional sehingga membuat pembelajaran menjadi monoton. Lebih lanjut, hal tersebut akan membuat pembelajaran yang terjadi kurang berkembang karena harus menyesuaikan kurikulum yang diterapkan di sekolah. Kondisi demikian seperti yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah I, Sigit, S. Pd, MT dalam kutipan berikut. “Ya kadang ada guru yang karena seringnya mengajar beliau pinter karena materinya sudah hafal diluar kepala kadang kala bisa mengajar tapi administrasi pendidikannya ada yang tidak lengkap tapi itukan ya ga bener, musti ada administrasi….” Permasalahan lain yang timbul dalam pembelajaran ketika dilakukan supervisi adalah kurangnya pengoptimalan media yang dilakukan oleh guru. Selama pembelajaran, guru dinilai kurang memanfaatkan sarana dan media yang telah disediakan sekolah, seperti LCD yang jarang digunakan. Terjadinya hal tersebut juga bisa diindikasikan karena beberapa guru yang masih kesulitan atau kurang begitu lancar dalam mengoperasikan laptop dan multimedia lainnya. Lebih lanjut, jika hal tersebut disinkronkan dengan RPP, maka akan terjadi ketidaksesuaian antara jalannya pembelajaran dengan langkah-langkah yang ditulis dalam RPP. Kedisiplinan mengajar guru dalam jadwal yang telah ditentukan. Pengontrolan tentang sikap-sikap guru juga tidak lepas dari pengawasan walaupun bersifat insidental. Pengontrolan dari kepala sekolah atau yang mewakili pada saat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
jam pelajaran efektif dilakukan secara insidental. Hal ini dimaksudkan agar guru lebih punya tanggung jawab dan merasa diperhatikan oleh sekolah. b. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Di SMK N 2 Surakarta Pelaksanaan supervisi di SMK N 2 Surakarta tidak hanya sebatas dalam pola pembelajaran yang terjadi di SMK tersebut, melainkan dapat secara luas tergantung konteks permasalahan atau kegiatan yang akan dilakukan. Supervisi di sekolah ini dilakukan secara periodik maupun secara insidental. Supervisi secara periodik ditunjukkan dengan pengecekkan berkasberkas/perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran, misalnya pengecekan berkas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sedangkan supervisi insidental antara lain dilakukan dengan mengontrol kelas secara tidak terjadwal. Hal tersebut misalnya dilakukan dengan mengecek kelas-kelas yang sekaligus dapat digunakan untuk mengecek kedisiplinan guru saat mengajar. Realisasi pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SMK N 2 Surakarta diwakilkan kepada Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) I maupun masing-masing ketua program studi. Guru yang berjumlah 195 guru ditambah staf pengajar maka akan sulit jika supervisi dilakukan langsung oleh seorang kepala sekolah yang harus mengontrol secara langsung semua guru dan staf pengajar sejumlah tersebut. Hasil wawancara dengan Bp. Sabikis, S.Pd yang merupakan salah satu guru Teknik Bangunan mengatakan: “Sejauh ini pelaksanaannya terkadang didelegasikan kepada wakasek ataupun semisal sibuk dilimpahkan kepada masing masing ketua program. Diharapkan nanti untuk supervisi guru-guru di programnya masing masing. Tapi kadang-kadang pak kepala sekolah ya terjun sendiri melakukan supervisi kepada guru-gurunya. Yah memang pak kepala sekolah mungkin juga ada kesibukan lain sehingga meminta bantuan dari jajaran dibawahnya.” Proses pelaksanaan supervisi kepala sekolah mencakup beberapa aspek diantaranya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan. Dalam tiap-tiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
aspek tersebut didalamnya terdapat indikator-indikator yang mengidentifikasikan dan merujuk ke tiap aspek tersebut. Kesempurnaan jalannya pembelajaran di masing-masing sekolah tidak dapat dipisahkan dari peran pimpinan sekolah, yakni kepala sekolah. Sebagai pimpinan, seorang kepala sekolah tidak dapat lepas dari kegiatan-kegiatan manajerial, salah satunya adalah supervisi atau pengawasan. Dengan menjalankan peran supervisi inilah, maka seorang kepala sekolah dapat dikatakan sebagai supervisor pendidikan. Berdasarkan dari kajian teori dan berbagai sumber teori peneliti telah membuat pedoman observasi yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan observasi secara langsung bagaimana supervisi tersebut dilakukan dan bagaimana cara para guru mengajar menyampaikan materi ajar kepada siswa didiknya. Pasca observasi peneliti telah mendapatkan data-data dalam pelaksanaan supervisi yang terjadi di SMK N 2 Surakarta, sebagai berikut : 1) Aspek Perencanaan Aspek supervisi kepala sekolah yang pertama yaitu tahap perencanaan. Berdasarkan aturan pengelompokan kategori yang diungkapkan oleh Saifudin azwar dalam bukunya “Validitas dan Realibilitas” (2008:108) hasil observasi menunjukkan peran kepala sekolah selaku supervisor dapat dikatakan baik yaitu dengan prosentase 75% didukung dengan beberapa indikator yaitu informasi kepada jajaran guru tentang akan diadakannya supervisi, pemprograman supervisi secara kontinyu, penyiapan dan penyusunan instrumen supervisi dalam supervisi, penyusunan jadwal dalam mensupervisi, Kesepakatan dengan guru tolak ukur tentang hal-hal yang dijadikan objek observasi, Kepala Sekolah mempelajari RPP guru yang akan disupervisi. Perencanaan dilakukan oleh kepala sekolah sudah baik, kepala sekolah telah melakukan berbagai persiapan baik kaitannya dengan perencanaan intern maupun ekstern. Intern yang dimaksud adalah segala berkas/kebutuhan/instrumen dari kepala sekolah untuk melakukan supervisi. Sedangkan ekstern yaitu semua hal yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi yang seyogyanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
dipersiapkan oleh pihak lain selain supervisor untuk keberhasilan pelaksanaan supervisi. Kepala sekolah telah membuat instrumen supervisi yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan supervisi, kepala sekolah juga sudah mempelajari RPP guru dalam mengajar pada kesempatan itu. Selain itu kepala sekolah sebelumya juga sudah membicarakan tentang rencana supervisi yang akan dilakukan kepada beberapa guru yang direncanakan akan disupervisi. Pedoman observasi juga disiapkan peneliti digunakan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan supervisi dalam aspek perencanaan. Dari observasi peneliti yang berpedoman dari pedoman observasi tersebut didapatkan data sebagai berikut : Tabel 9. Pelaksanaan Aspek Perencanaan Supervisi di SMK N 2 Surakarta RataAspek
Indikator
Poin
a
4
b
1
c
4
d
1
e
4
f
4
Perencanaan
Jumlah
18
rata
3
%
75 %
Keterangan indikator : a. Kepala sekolah memberitahukan kepada jajaran guru tentang akan diadakannya supervisi b. Kepala sekolah menyusun/memprogramkan supervisi secara kontinyu c. Kepala sekolah menyusun dan menyiapkan instrumen supervisi dalam supervisinya d. Kepala sekolah menyusun jadwal dalam mensupervisi e. Kesepakatan kepala sekolah dan guru tolak ukur tentang hal-hal yang dijadikan objek observasi f. Kepala sekolah mempelajari RPP guru yang akan disupervisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Selain dari data yang didapatkan diatas peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa guru teknik bangunan untuk kaliberasi hasil. Berikut kutipan dari hasil wawancara dengan Bp. Sabikis, S.Pd yang merupakan salah guru sekaligus Ketua Jurusan Teknik Bangunan “Iya, beliau memberitahukan dulu jadi biar kita ada persiapan lebih.” Senada dengan ungkapan Bp. Didik Purwanto, S.Pd yang mengatakan “Iya, diberi tahu misal kami akan disupervisi”. Berdasarkan wawancara tersebut mendukung bahwa kepala sekolah telah merencanakan dan memberitahukan rencana supervisi yang akan dilakukannya. 2) Aspek pelaksanaan Aspek supervisi kepala sekolah yang kedua yaitu pelaksanaan, dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa teknis dalam pelaksanaan supervisi dapat dikatakan baik sekali yaitu dengan prosentase 89,28%. Kepala sekolah sebagai supervisor telah menunjukkan indikator-indikator sebagai berikut antara lain : memberikan salam kepada guru yang mengajar, mencari tempat duduk yang tidak mencolok, tidak menegur kesalahan guru di dalam kelas, mencatat setiap kegiatan, mempersiapkan isian berupa check list, memperhatikan kondisi kelas baik guru maupun siswa. Pekasanaan supervisi kepada guru pengajar dilakukan oleh supervisor dengan terlebih dulu memberikan salam dan pengantar kepada siswa. Dimaksudkan agar siswa tidak merasa grogi atau tegang, supervisor menjaga agar para siswa bersikap biasa dan tidak terganggu atas adanya guru lain (Supervisor) di dalam kelasnya. Semua berkas telah disiapkan oleh supervisor dan guru pengajar juga telah menyiapkan tempat yaitu di paling belakang. Supervisor juga tetap tenang dan berusaha menyesuaikan terhadap kondisi kelas. Supervisor secara fokus mengamati cara mengajar guru juga kondisi kelas yang terjadi. Supervisor juga mencatat beberapa poin yang terjadi di dalam kelas baik tentang perilaku guru, perangkat pembelajaran ataupun kondisi siswa selain itu juga mengisi isian dalam berkas yang telah dibawanya langsung didalam kelas. Sesaat sebelum pelajaran diakhiri supervisor kembali memberi salam kepada siswa dan guru pengajar untuk mohon ijin undur diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Berikut adalah data yang didapatkan oleh peneliti berkaitan dengan aspek pelaksanaan supervisi yang telah dilakukan oleh kepala sekolah : Tabel 10. Pelaksanaan Aspek Pelaksanaan Supervisi di SMK N 2 Surakarta RataAspek
Indikator
Poin
a
4
b
4
c
4
d
4
e
1
f
4
g
4
Pelaksanaan
Jumlah
25
rata
3,57
%
89,28 %
Keterangan indikator : a.
Kepala sekolah/Supervisor memberikan salam kepada guru yang mengajar
b.
Kepala sekolah/Supervisor Mencari tempat duduk yang tidak mencolok
c.
Kepala sekolah/Supervisor tidak menegur kesalahan guru di dalam kelas
d.
Kepala sekolah/Supervisor mencatat setiap kegiatan
e.
Kepala sekolah/Supervisor memakai alat elektronika : tape recorder, kamera
f.
Kepala sekolah/Supervisor mempersiapkan isian berupa check list
g.
Kepala sekolah/Supervisor memperhatikan kondisi kelas baik guru maupun siswa Pelaksanaan supervisi tidak mengganggu kelas, semua telah dipersiapkan
untuk
mendukung
kelancaran
supervisi.
Indikator-indikator
yang
mengindikasikan aspek perencanaan tidak semua dilaksanakan. Penggunaan alat elektronik tidak dilakukan sebagai media dokumentasi. Namun sacara garis besar dalam kegiatan tersebut sudah baik karena baik siswa maupun guru mampu melaksanakan pembelajaran secara wajar dan tidak merasa terbebani karena ada guru lain yang masuk kedalam kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Pelaksanaan supervisi di SMK N 2 Surakarta dalam satu semester dilaksanakan minimal satu kali oleh kepala sekolah atau yang mewakili. Sesuai dengan pernyataan Bp. Tri Djatmo, S.Pd yaitu “kepala sekolah secara insidentil, tanpa jadwal langsung mendadak supervisi. Tidak terjadwal namun ditiap awal semester itu pasti” pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Bp. Sudarsono, S.Pd yakni “Supervisi dilakukan dua kali dalam satu semester di awal dan di pertengahan semester”. 3) Aspek Evaluasi Aspek supervisi kepala sekolah yang ketiga yaitu Evaluasi, dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa teknis dalam pelaksanaan supervisi dapat dikatakan baik sekali yaitu dengan prosentase 82,5%. Beberapa indikator yang masuk dalam aspek ini yaitu meliputi supervisor membicarakan hasil supervisi
kepada
guru
memilih/merencanakan
yang
tempat
disupervisi,
percakapan,
mempersiapkan
evaluasi,
memilih/merencanakan
waktu
percakapan, percakapan tidak keluar dari data observasi, guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat, menjelaskan bahwa kelamahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki kelemahan, Saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis, Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah diobservasi. Evaluasi dari supervisor dilakukan tidak langsung ditempat melainkan membuat kesepakatan kembali dengan guru untuk waktu dan tempatnya. Hal yang disoroti utamanya pada materi yang disampaikan dan pemanfaatan media yang telah disiapkan sekolah. Beberapa guru ada yang masih menyampaikan materi secara konvensional dan diarahkan ke pemanfaatan media. Menurut para guru sendiri fasilitas yang diberikan sekolah sudah cukup lumayan dan menunjang untuk penyampaian materi. Namun hal tersebut kurang begitu dimanfaatkan oleh beberapa guru kususnya guru yang sudah senior/guru yang akan pensiun. Data yang didapatkan dilapangan sesuai dengan pedoman observasi adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Tabel 11. Pelaksanaan Aspek Evaluasi Supervisi di SMK N 2 Surakarta Aspek
Evaluasi
Indikator
Poin
a b c d e f g h i j
4 4 4 4 1 2 4 4 2 4
Jumlah
Ratarata
%
33
3,3
82,5 %
Keterangan : a. Kepala sekolah/Supervisor membicarakan hasil supervisi kepada guru yang disupervisi b. Kepala sekolah/Supervisor mempersiapkan evaluasi c. Kepala sekolah/Supervisor memilih/merencanakan tempat percakapan d. Kepala sekolah/Supervisor memilih/merencanakan waktu percakapan e. Kepala sekolah/Supervisor bersikap ramah simpatik tidak memborong percakapan f. Percakapan tidak keluar dari data observasi g. Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat h. Kepala sekolah/Supervisor menjelaskan bahwa kelamahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki kelemahan i. Saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis j. Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah diobservasi Berdasarkan kutipan wawancara dari Bp. Sudarsono, S.Pd. mengenai fasilitas sarana prasarana pembelajaran mengatakan “Dulu belum, namun sekarang sudah cukup lumayan kita sudah punya ruang-ruang praktek sendiri. Tempat praktik batu yang sekarangkan baru kemaren berdiri. Ya mungkin untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
yang lain ada yang masih kurang” memberikan bukti bahwa dari guru sendiri sudah mendapatkan fasilitas yang cukup memadai dan menunjang. Arahan dari supervisor kepada para guru juga mengarah pada relevansi materi dan pemanfaatan media. Berikut kutipan wawancara kepada Bp. Tri Djatmo, S.Pd. “Sejauh ini pelaksanaannya mengarah ke dalam administrasi, dicek juga oleh bapak kepala sekolah itu ada tanda tangan kepala sekolah di tiap RPP yang telah kami ajukan relevansi untuk bahan yang diterangkan, materi ajar untuk lebih ditingkatkan yang mengarah ke media dan ICT untuk pengembangan” selain itu juga permasalahan tentang cara mengajar beberapa guru yang masih konvensional bisa di kurangi dengan pelaksanaan supervisi. Berikut kutipan wawancara dengan Bp. Sigit, S.Pd,MT “Tujuannya memperbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun materil yaitu media-media yang digunakan dan memungkinkan utuk hal yang lebih baik untuk tujuan bersama” 4) Aspek Pengawasan Aspek supervisi kepala sekolah yang keempat yaitu pengawasan dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa teknis dalam pengawasan supervisi dapat dikatakan baik sekali yaitu dengan prosentase 85%. pelaksanaan pengawasan
ditunjukkan
dengan
indikator-indikator.
diantaranya
Kepala
sekolah/Supervisor mempunyai dokumen data guru yang telah disupervisi, Isi dokumen sesuai dan dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran, Kepala Sekolah/Supervisor meminta laporan dan mempelajari laporan guru pengajar, Kepala sekolah/Supervisor memberikan saran/umpan balik saat guru yang telah disupervisi mengalami kesulitan, Kepala sekolah/Supervisor memberikan saran-saran kepada guru pengajar
baik
dalam
kodisi
formal
maupun
non
formal,
Kepala
sekolah/Supervisor sering kali berkeliling di lingkungan sekolah untuk memantau/memastikan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya, Kepala Sekolah/Supervisor meminta laporan perkembangan pembelajaran yang dilakukan guru setelah adanya evaluasi dari supervisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Data yang didapatkan dari hasil observasi di lapangan adalah sebagai berikut : Tabel 12. Pelaksanaan Aspek Pengawasan Supervisi di SMK N 2 Surakarta. Aspek Pengawasan
Indikator
Poin
a b c d e f g h i j
4 4 4 1 2 4 4 4 3 4
Jumlah
Ratarata
%
34
3,4
85 %
Keterangan : a. Kepala Sekolah/Supervisor mempunyai dokumen data guru yang telah disupervisi b. Isi dokumen sesuai dan dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran c. Kepala Sekolah/Supervisor memberikan saran/umpan balik saat guru yang telah disupervisi mengalami kesulitan d. Kepala Sekolah/Supervisor menentukan monitoring pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya e. Kepala Sekolah/Supervisor meminta laporan perkembangan pembelajaran yang dilakukan setelah adaya evaluasi supervisi f. Kepala Sekolah/Supervisor mengetahui proses dan hasil pembelajaran (adanya dokumen/perangkat pembelajaran tiap guru meliputi: silabus, RPP,Media Pembeloajaran, Dll). g. Kepala Sekolah/Supervisor menilai hasil belajar pembelajaran (adanya dokumen/lembar penilaian yang terisi setelah supervisi dilakukan) h. Kepala Sekolah/Supervisor mengetahui standar mutu hasil belajar siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
i.
Kepala Sekolah/Supervisor mampu mengembangkan Profesi guru
j.
Kepala Sekolah/Supervisor melakukan pengadaan dan pemanfaatan sumber-sumber belajar Kepala sekolah mempunyai data dan arsip tentang pelaksanaan supervisi
terdahulu. Permasalahan dan cara mengatasi permasalahan juga ada. Selain itu di tiap akhir semester guru juga harus memberikan laporan tentang pelaksanaan pembelajaran yang terjadi. Berikut kutipan wawancara denagan Bp. Sudarsono, S.Pd. “Di tiap akhir semester kepala sekolah meminta laporan dan bapak ibu guru mengumpulkan RPP dan hasil pembelajaran untuk di tandatangani. Dan jika ada permasalahan yang terjadi nantinya akan dibahas didalam rapat.” Tipe supervisi yang dilakukan kepala sekolah mengarah ke demokratis dalam arti tetap mengakomodir dari pendapat para guru. Bp. Sudarsono, S.Pd. menyatakan “Demokratis, ya beliau memahami kondisi namun kadang beliau bersikap tegas dan otoriter. Ya tergantung kitanya yang mensikapi.” Senada seperti yang diungkapkan oleh Wakasek I Bp. Sigit, S.Pd.,MT “Beliau bertipe demokratis, mengacu ke kemajuan, dan kadang juga bersifat otoriter.” Secara keseluruhan dari aspek-aspek sebagai kriteria supervisi sesuai data yang didapatkan dilapangan sebagai berikut : Tabel 13. Hasil Pelaksanaan Observasi Tentang Supervisi di SMK N 2 Surakarta. No
Aspek
%
1
Perencanaan
75%
2
Pelaksanaan
89,28%
3
Evaluasi
82,5%
4
Pengawasan
85%
Jumlah
331,78%
Rata-Rata
82,94%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat digambarkan dalam diagram dibawah, yaitu sebagai berikut: C a p a i a n
95%
P r o s e n t a s e
80%
89,28%
90%
85%
85%
75%
82,5%
75%
70% 65% Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Pengawasan
ASPEK-ASPEK PELAKSANAAN SUPERVISI Gambar 5. Diagram Hasil Observasi Supervisi Kepala Sekolah c. Ruang Lingkup Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK N 2 Surakarta Pelaksanaan supervisi di SMK N 2 Surakakarta ini masih terus berjalan. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala sekolah maupun yang mewakili dilakukan mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan supervisi, dan diahiri dengan tahap evaluasi. Pelaksanaan supervisi tidak hanya dilakukan pada sistem pembelajaran saja, namun juga pada sistem yang berkaitan erat sebagai penunjang pembelajaran itu sendiri yaitu administratif dan sarana/prasarana. 1) Pembelajaran Kegiatan supervisi bukanlah kegiatan yang semata-mata mencari kesalahan guru, namun lebih menitik beratkan pada kegiatan perbaikan dan pembinaan
kepada
guru-guru
pengajar.
Dalam
pembelajaran,
selain
dilakukansecara langsung oleh kepala sekolah, supervisi juga terkadang dilakukan oleh guru senior atas delegasi wewenang dari kepala sekolah. Supervisi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
dilakukan pada perangkat pembelajaran program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan alat evaluasi supervisi dilakukan dengan proses pembelajaran oleh guru yang ditunjuk sebagai supervisor yang disebut dengan pembimbingan teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan dari segi pengelolaan kelas, supervisi yang dilakukan mencakup aspek penguasaan materi, penyajian materi oleh guru, metode pembelajaran, penggunaan alat peraga, keterlibatan siswa, bimbingan kepada siswa,
teknik
bertanya,
penguasaan
bahasa
pengantar,
pengembangan
keterampilan siswa, evaluasi proses, dan pencapaian tujuan pembelajaran. Keseluruhan kriteria tersebut memiliki rentang nilai yang berbeda-beda. Guru memiliki peran yang besar terhadap keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebelumnya guru juga memiliki tanggung jawab untuk mensupervisi diri peserta didiknya. Supervisi terhadap peserta didik dalam kegiatan pembelajaran juga dapat dilakukan guru dengan cara memberikan bimbingan, pengajaran, pengarahan, maupun pengawasan kepada peserta didik secara langsung. Kegiatan belajar mengajar dikelola oleh guru agar dapat diperoleh kegiatan pembelajaran yang mampu memunculkan keaktifan siswa. Hasil belajar dapat diketahui oleh guru melalui hasil test, baik post-test maupun pre-test. Bertolak dari data yang didapat oleh peneliti, supervisi di SMK N 2 Surakarta yang meliputi aspek pembelajaran meliputi penilaian perangkat pembelajaran, seperti program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan pengelolaan kelas. 2) Administratif Aspek administratif bertujuan untuk mendukung melaksanakan lancarnya kegiatan pembelajaran. Berdasarkan temuan dokumen yang diperoleh, diketahui bahwa bentuk supervisi yang dilakukan kepala sekolah juga dilakukan dalam kegiatan administratif. Kegiatan yang dimaksud meliputi kewajiban guru dalam mengisi daftar hadir guru tetap dan guru tidak tetap, mengisi jurnal mengajar, dan penulisan laporan piket oleh guru piket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Menurut hasil pengamatan peneliti pada bulan Juli dan Agustus 2011, diketahui bahwa setiap harinya ada pergantian guru piket. Guru piket ini, selain bertugas untuk memberikan ijin bagi warga sekolah yang akan keluar masuk dan menerima tamu sekolah, juga bertugas untuk mengecek kondisi setiap kelas. Kelas yang belum terisi dapat dimasuki dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa. Kondisi tersebut dilakukan agar kondisi siswa di kelas tetap terjaga dan tidak mengganggu kelas lain. 3) Sarana/Prasarana Aspek sarana/prasarana merupakan salah satu faktor penunjang terlaksananya pembelajaran. Dalam bidang sarana dan prasarana, wewenang untuk melakukan pengawasan dilimpahkan kepada wakil kepala sekolah (wakasek) bidang sarana prasarana. Namun, pelaksanaannya di lapangan tetap di bawah kontrol pimpinan, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Dalam
bidang
sarana/prasarana,
supervisi
juga
dilakukan pada
kemampuan guru dalam menggunakan sarana yang telah disediakan oleh sekolah. Hal tersebut senada seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru dalam kutipan wawancara berikut.“Hal lain yang disoroti dalam penggunaan sarana, misalnya adalah penggunaan IT atau media lain yang digunakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, misalnya penggunaan LCD.” d. Tujuan Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta Kegiatan supervisi pendidikan memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama dari pelaksanaan supervisi mengacu pada perbaikan dan pembianaan. Adanya supervisi pendidikan yang jelas dan terarah akan membuat pembelajaran yang terjadi di kelas dan sekolah mencapai hasil optimal. Berikut adalah petikan wawancara yang dilakukan dengan Wakasek Bidang Kurikulum SMK Negeri 2 Surakarta Bp. Sigit, S.Pd. yang mengemukakan tentang komponen-komponen yang berperan dalam supervisi di sekolah tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
“Perencanaan dan persiapan supervisi dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia; peningkatkan peran serta komite sekolah, masyarakat, Dunia Usaha Dan Dunia Industri (Du/Di), untuk mendukung kinerja sekolah. Jadi, seluruh komponen sekolah terlibat baik di dalam maupun di luar. Kita juga melibatkan peran serta guru, komite, orangtua, Du/Di dan yang lain.” Tujuan supervisi dapat tercapai jika komponen yang ada dalam sebuah sekolah mengerti dan memahami pentingnya pelaksanaan supervisi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang diinginkan. Hal tersebut senada dengan pendapat Bp. Sabikis, S.Pd. dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Kutipan wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut. “Menurut saya, supervisi kepala sekolah itu sangat-sangat penting sekali harapannya untuk mengetahui kekurangan dan peran serta guru.misalnya, setelah guru disupervisi, guru diharapkan dapat merubah hal-hal yang dirasa kurang pas dan dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada siswa. Supervisi yang bertujuan untuk memperbaiki personil maupun material pun dapat tercapai. Artinya, sebuah sekolah dapat memiliki materi dan peralatan yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Terciptanya suasana yang lebih baik tentu akan membantu untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik.” Selain itu, supervisi yang dilakukan di SMK Negeri 2 Surakarta juga tetap memperhatikan masukan dari pihak luar. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah bahwa sekolah tetap memperhatikan perkembangan dunia luar. Hal tersebut dikarenakan sekolah bertujuan juga untuk menghasilkan output pendidikan atau lulusan yang dapat siap dengan kondisi dan kebutuhan pasar. Supervisi yang dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan masyarakat akan membuat siswa meengetahui dan paham serta siap terjun ke masyarakat. Demikian adalah tujuan supervisi pendidikan jangka panjang yang dilakukan di SMK Negeri 2 Surakarta. e. Fungsi Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta Supervisi pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik ketika fungsifungsi yang dimiliki mampu diterapkan dengan baik pula sehingga tujuan supervisi dapat dicapai seperti yang diharapkan. Tujuan dapat segera dicapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
dengan baik jika mapu melaksanakan fungsi-fungsi supervisi pendidikan secara tepat. Ketepatan dan konsistensi pelaksanaan fungsi-fungsi supervisi pendidikan dapat dijadikan indikator terwujudnya supervisi pendidikan secara optimal. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan wakasek bidang kurikulum Bp. Sigit, S. Pd, MT sebagai berikut. “Fungsi dasar supervisi adalah memperbaiki situasi pembelajaran sehingga kualitas mengajar menjadi lebih baik. Iya kan? Nah, Jadi untuk memperbaiki itu, supervisi harus dilakukan secara periodik, rutin. Selain mensupervisi perangkat pembelajaran itu, kita juga harus mensupervisi ke kelas. Ini supaya kita tidak hanya tahu hasilnya, tapi juga tahu prosesnya bagaimana.” Langkah-langkah yang ditempuh oleh pihak sekolah untuk melakukan supervisi kepada guru dilakukan sekolah dengan cara memberikan diklat materi tentang media pembelajaran kepada para guru. Media yang sering diberikan dalam pelatihan adalah media power point dan software lainnya. Selain itu, sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan Wakasek Bidang Kurikulum, supervisi di SMK Negri 2 Surakarta juga dilakukan dalam bentuk yang lain. Kepala SMK N 2 Surakarta maupun guru-guru senior yang telah didelegasikan diberi wewenang oleh kepala sekolah untuk membantu kepala sekolah sebagai supervisor melaksanakan supervisi pendidikan dengan berbagai cara, namun dengan tujuan utama sama. Fungsi-fungsi supervisi pendidikan yang diterapkan di SMK Negeri 2 Surakarta antara lain dilakukan dengan langkah-langkah berikut. 1) Pembinaan kepemimpinan oleh kepala sekolah. 2) Pembinaan tanggung jawab pada diri guru. 3) Adanya contoh suri tauladan yang baik dari kepala sekolah maupun guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor. 4) Memotivasi guru agar bekerja dengan baik. 5) Melakukan pengawasan secara rutin dan efektif. 6) Memberikan pembinaan untuk perbaikan secara menyeluruh terhadap kemampuan profesional guru melaui berbagai teknik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
f. Peranan Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SMK Negeri 2 Surakarta Segala komponen yang terdapat dalam supervisi, baik itu berupa fungsi dan tujuan yang dicapai dan berjalan dengan berkesinambungan akan memberikan dampak yang positif pada kinerja guru. Dampak positif tersebut dapat terlihat pada perubahan nyata ke arah yang lebih baik pada cara guru melakukan pembelajaran di dalam kelas. Jika dipertimbangkan dalam skala jangka panjang, hal tersebut akan dapat memperlihatkan peranan yang semestinya dari adanya supervisi pendidikan di dalam lingkungan sekolah. Adanya supervisi pendidikan kepada para guru baik dari segi administrasi maupun cara mengajar
dan aspek-aspek
yang lain akan
mempengaruhi dan mendorong guru untuk lebih baik dalam setiap penampilannya dalam mengajar. Hal tersebut akan terlihat pada proses persiapan maupun pelaksanaan mengajar yang dilakukan oleh seorang guru. Dan bahkan dalam segi administrasi. Dari segi penguasaan media, adanya supervisi juga akan memberikan dorongan dan motivasi tersendiri bagi guru sebagai pendidik untuk menguasai media pembelajaran dan penguasaan serta pengembangan bahan ajar yang diselaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Wakasek Bidang Kurikulum Bp. Sigit, S.Pd. dalam kutipan wawancara berikut. “Kesuksesan supervisi nantinya akan ditandai dengan meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan sesadaran dan ketrampilan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Usaha yang konkret telah dilakukan pihak sekolah dalam berbagai cara untuk mengangkat kembali kualitas pembelajaran yang ada disekolah. Salah satunya dengan supervisi pendidikan. Meningkatnya kualitas pembelajaran yang terjadi nantinya akan berimbas pada meningkatnya kualitas pendidikan dan selanjutnya merunut ke meningkatnya kulitas pengetahuan siswa sebagai sumber daya manusia.” Tahap akhir yang dilakukan dalam supervisi, yakni evaluasi yang dilakukan oleh supervisor diharapkan dapat menambah persiapan guru dalam menyiapkan segala sesuatu yang memang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Hal tersebut meliputi masalah kedisiplinan, perencanaan pembelajaran, maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
pelaksanaan pembelajaran. Jika diperlukan, teguran juga diberikan kepada pihak yang disupervisi. Hal tersebut sesuai dengan kutipan wawancara yang dilakukan dengan Ketua Prodi Teknik Bangunan Bp. Sabikis, S. Pd sebagai berikut. “Ya, Mas. Teguran pastinya juga dilakukan jika diperlukan. Jadi, supervisi itu diharapkan akan membawa perbaikan bagi yang disupervisi.” 2. Profesionalitas Kerja Guru Teknik Bangunan Di SMK Negeri 2 Surakarta Seorang guru selalu dituntut untuk bisa mengajar secara profesional dan selalu memperbaiki metode dan strategi belajar mengajarnya di dalam kelas, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan latar belakang peserta didiknya. Dilihat dari latar belakang pendidikan pengajar/guru Teknik Bangunan di SMK Negeri 2 Surakarta sebagian besar guru berpendidikan terahir S1, ada pula yang berpendidikan S2 walaupun hanya sebagian kecil. Sebagian guru-guru di SMK N 2 surakarta sudah sertifikasi walaupun tidak semuanya sudah sertifikasi. Berikut petikan wawancara dengan wakasek bidang kurikulum: Guru kita yang jumlahnya 195 mungkin lebih, itu yaa ada yang sudah memenuhi sertifikasi dan juga ada yang belum. Menurut kami profesionalisme itu adalah kemampuan guru untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, kemudian melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran seperti menurut UU RI No 14 Th. 2005 tentang guru dan dosen. jadi guru yang profesional itu meliputi 4 komponen. Pernyataan di atas sekolah mengharapkan guru-guru di SMK N 2 Surakarta untuk dapat mengajar secara profesional dan sesuai dengan teori yang disampaikan. Kusus untuk program studi teknik bangunan sendiri yang memiliki program keahlian gambar bangunan, teknik perkayuan, dan teknik konstruksi bangunan dan memiliki jumlah 20 pengajar dan 19 diantaranya berlatar pendidikan S1. Pelaksanaan observasi oleh peneliti merujuk ke aspek-aspek yang harus dimiliki seorang guru yaitu aspek Paedagogik, aspek kepribadian, aspek sosial, dan aspek Profesional. Aspek-aspek tersebut dijabarkan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
1) Aspek Paedagogik Pengelolaan pembelajaran dan penyampaian pembelajaran kepada siswa harus dikuasai oleh guru seorang yang tujuannya untuk mendukung kegiatannya dalam penyampaian pembelajaran kepada siswa-siswanya. menguasai
aspek
tersebut
tentunya
seorang
guru
harus
Untuk dapat mau
untuk
mengembangkan diri dan mendalami hal-hal yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran. Hasil observasi yang dilakukan peneliti memperlihatkan bahwa kemampuan paedagogik guru sudah baik yaitu dengan presentase 66,25%. Indikator dalam aspek paedagogik yaitu guru memahami wawasan dan landasan kependidikan, indikator kedua tentang pemahaman kepada peserta didik, indikator ketiga tentang pengembangan kurikulum/silabus, indikator keempat tentang perancangan, indikator kelima pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, indikator keenam pemanfaatan teknologi pembelajaran, indikator ketujuh evaluasi hasil belajar, indikator kedelapan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensiyang dimiliki.
Berikut secara lengkap data yang
didapatkan dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti : Tabel 14. Aspek Paedagogik Guru Teknik Bangunan SMK N 2 Surakarta Aspek Paedagogik Subjek (Guru Pengajar)
a
b
c
d
e
f
g
h
Guru I
4
4
1
4
3
4
1
1
Guru II
2
4
1
4
3
4
1
1
Guru III
4
2
4
4
3
4
1
1
Guru IV
3
2
2
3
2
4
2
1
Guru V
4
4
2
4
2
4
1
1
17
16
10
19
13
20
6
5
Rata-rata
3,4
3,2
2
3,8
2,6
4
1,2
1
Prosentase (%)
85
80
50
95
65
100
30
25
Prosentase total
66,25 %
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Keterangan: a. Guru memahami wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum atau silabus d. Perancangan pembelajaran e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran g. Evaluasi hasil belajar h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan kutipan wawancara kepada salah satu siswa kelas XI TGB Didik Haryono yang mengungkapkan “Iya, trus juga berkeliling untuk mengoreksi kerja kami. Tapi enak kog mas, misal pengen tanya”Kedekatan kedekatan secara emosional ditunjukkan oleh beberapa guru dengan siswa didiknya. Hubungan yang baik terhadap peserta didik dan dalam pembelajaran tercipta iklim kekeluargaan jadi siswa tidak sungkan misal ingin bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan rata-rata dari beberapa guru pada setiap pertemuan tidak dilakukan, semisal adanya post test ataupun pre test pada awal ataupun ahir pertemuan di kelas. 2) Aspek kepribadian Kepribadian seorang guru menjadi faktor yang sangat penting karena seorang guru akan menjadi sosok yang akan dicontoh oleh siswa-siswanya. Perilaku dan sikap guru harusnya menjadi contoh bagi para siswa-siswanya. Hasil observasi aspek kepribadian dari para guru pengajar jurusan teknik Bangunan di SMK Negeri 2 Surakarta dapat dikatakan baik sekali dengan presentase 85,38%. Ditunjukkan dari indikator-indikator yaitu sikap iman dan takwa, berakhak mulia, menunjukan sikap arif dan bijaksana, demokratis, sikap yang mantab, berwibawa, sikap stabil, dewasa, jujur, sportif, teladan bagi siswa, obyektif dalam mengevaluasi kinerja sendiri, mampu mengembangkan diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukkan beberapa indikator yang mengindikasikan aspek kepribadian tersebut rata-rata semua guru ditunjukkan dengan hasil baik dan
berimbang. Tidak ada hasil yang sangat
signifikan mencolok yang terjadi. Berikut data yang didapatkan peneliti : Tabel 15. Aspek Kepribadian Guru Teknik Bangunan SMK N 2 Surakarta. Aspek kepribadian Subject a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
K
l
m
Guru I
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
Guru II
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
2
Guru III
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
1
1
Guru IV
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
Guru V
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
3
18
18
18
19
18
19
19
19
19
19
16
9
11
Rata-rata
3,6
3,6
3,6
3,8
3,6
3,8
3,8
3,8
3,8
3,8
3,2
1,8
2,2
Prosentase (%)
90
90
90
95
90
95
95
95
95
95
80
45
55
Prosentase Total
85,38 %
Keterangan: a. Guru menunjukkan sikap demokratis b. Guru menunjukkan sikap mantap c. Guru menunjukkan sikap berwibawa d. Guru menunjukkan sikap stabil e. Guru menunjukkan sikap dewasa f. Guru menunjukkan sikap jujur g. Guru menunjukkan sikap sportif h. Guru menjadi teladan bagi siswa i.
Guru secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
j.
Guru mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
k. Guru menunjukkan sikap iman dan bertakwa l.
Guru menunjukkan sikap berakhlak mulia
m. Guru menunjukkan sikap arif dan bijaksana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
3) Aspek Sosial Kemampuan sosial guru nantinya akan berimbas kepada hubungan dengan masyarakat sekitar. Hubungan dan komunikasi yang baik terhadap masyarakat, kepada orang tua siswa, akan menciptakan suasana yang mendukung oleh guru dan siswa yang nantinya juga berimbas pada kesiapan dan dukungan pembelajaran di kelas. Siswa dan guru akan sama-sama mengerti dan saling bisa menyesuaikan pembelajaran yang dilakukan. Kemampuan sosial diindikasikan dengan indikator-indikator sebagai berikut yaitu komunikasi, menggunakan teknologi komunikasi, komunikasi dengan teman sejawat dan umum, bergaul dengan masyarakat, penerapan prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan, sikap inklusif, obyektif dan tidak deskriminatif. Dari observasi yang dilakukan, peneliti mendapatkan data kemampuan guru didalam aspek sosial yaitu sebagai berikut : Tabel 16. Aspek sosial Guru Teknik Bangunan SMK N 2 Surakarta Aspek
Subjek
a
b
c
d
E
f
Guru I
4
2
4
4
4
4
Guru II
4
2
4
4
4
4
Guru III
3
3
3
4
4
2
Guru IV
4
3
4
4
3
3
Guru V
3
3
4
4
4
4
19
13
19
20
19
17
Rata-rata
3,8
2,6
3,8
4
3,8
3,4
Prosentase (%)
95
65
95
100
95
85
Prosentase Total
89,16 %
Keterangan: a. Guru dapat berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun b. Guru menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
c. Guru bergaul/komunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan f. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif Pencapaian beberapa indikator diatas yang dilakukan guru teknik bangunan rata rata menunjukkan hasil yang berimbang tidak ada beberapa indikator yang tidak terealisasi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dikatakan baik sekali dengan prosentase 89,16%. Guru menunjukkan komunikasi yang baik kepada semua unsur-unsur yang ada baik siswa, sesama pedidik, orang tua siswa atau wali juga dengan masyarakat. Sikap ramah dan simpatik ditunjukkan oleh beberapa guru kepada para siswanya dengan tujuan sebagai dorongan secara moril kepada siswa agar mau untuk lebih memperbaiki kondisi belajarnya. 4) Aspek Profesional Aspek profesional yang dimaksud yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang dikuasai guru sebagai syarat penunjang dalam penyampaian pembelajarannya. Indikator-indikator kemampuan profesional seorang guru yaitu konsep, struktur dan metode yang koheren dengan materi ajar, materi ajar ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Data dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dengan indikatorindikator diatas dapat dikatakan baik yaitu sebesar 81%. Semua guru yang di observasi menunjukkan bahwa materi yang diajarkan sesuai dengan silabus dan kurikulum yang diterapkan di SMK N 2 Surakarta. Indikator lain juga ditunjukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
dengan hasil yang berimbang dan tidak ada perbedaan hasil yang mencolok. Data observasi yang didapatkan adalah sebagai berikut : Tabel 17. Aspek Profesional Guru Teknik Bangunan SMK N 2 Surakarta Aspek
Subjek
A
b
c
d
E
Guru I
4
4
3
4
4
Guru II
4
4
1
2
4
Guru III
4
4
2
4
2
Guru IV
3
4
4
4
4
Guru V
3
4
2
2
1
18
20
12
16
15
Rata-rata
3,6
4
2,4
3,2
3
Prosentase (%)
90
100
60
80
75
ProsentaseTotal
81 %
Keterangan: a. Konsep,
struktur,
dan
metoda
keilmuan/teknologi/seni
yang
menaungi/koheren dengan materi ajar b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah c. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari e. Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada beberapa guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta menunjukkan dari empat aspek yang diamati mendapatkan hasil untuk aspek Paedagogik masuk dalam kategori baik dengan prosentase sebesar 66,25%, Aspek Kepribadian dikategorikan Baik Sekali dengan presentase sebesar 85,38%,
Aspek Sosial dikategorikan Baik Sekali dengan
presentase sebesar 89,16%, dan aspek Profesional dikategorikan Baik dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
presentase sebesar 81%. Secara lebih jelasnya dapat digambarkan seperti pada tabel dibawah : Tabel 18. Hasil Prosentase Aspek-aspek Profesionalisme Guru Pengajar No
Aspek
Prosentase (%)
1
Paedagogik
66,25%
2
Kepribadian
85,38%
3
Sosial
89,16%
4
Profesional
81%
Jumlah
321,79%
Rata-Rata
80,45%
Dari tabel diatas dapat dibuat diagram seperti di bawah ini : C A P A I A N P R O S E N T A S E
100,00% 85,38%
90,00%
89,16% 81%
80,00% 70,00%
66,25%
60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Paedagogik
kepribadian
Sosial
Profesional
Aspek-aspek Gambar 6. Diagram Hasil Observasi Kemampuan Profesionalisme Guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Pada pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan guru di SMK N 2 Surakarta kususnya pada program studi teknik bangunan sudah mengoptimalkan media yang ada serta cara mengajar sedikit demi sedikit mulai dirubah dari yang secara monoton dan konvensional menuju ke model-model pembelajaran yang lebih baik. Berikut kutipan wawancara kepada Ketua Program Studi Teknik Bangunan “Untuk sebagian guru sebagian besar sudah menggunakan IT dan yang kaitannya gambar itu siswanya sudah menggambar dengan autocad. Dan yang lain pun juga sudah baik dengan pemanfaatan lab. secara optimal”. Kesiapan-kesiapan oleh para guru pengajar di SMK N 2 surakarta dilakukan sebelum memulai dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Mulai dari persiapan RPP, materi ajar ataupun media dan minitik beratkan bahwasanya siswa juga harus tau tujuan dari pembelajaran. Senada dengan hal tersebut pendapat dari salah satu siswa kelas XI TGB mengungkapkan “ada lab, Cara mengajarnya mudah dan beberapa guru dekat dengan siswa” . Penerapan kurikulum spektrum yang baru saja diterapkan di Program studi teknik bangunan membuat para guru harus sedikit
beradaptasi.
Dikemukakan oleh Ketua Prodi Teknik Bangunan tentang kurikulum spektrum Berikut kutipan pendapat dari wawancara yang dilakukan oleh penulis “…Penguasaan dalam kurikulum spektrum ya memang kami belum begitu menguasai karena perbedaan klas antara klas 1 dan klas 2 yang kaitanntaya baru, awal dan sekali. Untuk selanjutnya kami juga mengajukan untuk diadakannya work shop yang berhubungan dengan spektrum.” kutipan tersebut menerangkan bahwa guru program studi Teknik Bangunan mengakui dalam pembelajaran belum memahami secara mendalam tentang kurikulum yang ada, namun dari segi lain para guru tetap mengoptimalkan pembelajaran. 3. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Kepada Guru Teknik Bangunan Di SMK N 2 Surakarta. Beberapa
kendala
dihadapi
oleh pihak
kepala
sekolah dalam
melaksanakan supervisi di SMK Negeri 2 Surakarta. Namun, mengenai adanya kendala tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007) telah mengemukakan, “Para Kepala Sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi pendidikan”. Berdasarkan fakta di lapangan, peneliti menemukan bahwa kendala supervisi yang sangat umum terjadi di lapangan adalah kurangnya motivasi dari guru ketika mendapat supervisi. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya anggapan yang telah melekat pada guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang sematamata untuk mencari-cari kesalahan. Masalah sedemikian masih menjadi pemikiran oleh beberapa guru kususnya guru-guru yang sudah lama atau akan pensiun. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh
Muhammad Arsyad (2008: 2) yang mendeskripsikan
tentang kendala umum yang biasa terjadi di sekolah mengenai pelaksanaan supervisi sebagai berikut: Permasalahan yang timbul adalah dalam melaksanakan supervisi yang bersangkutan belum sepenuhnya dapat melaksanakan tugas secara utuh. Kunjungan atau supervisi kelas untuk memantau profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran jarang dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk menghindari kebebasan guru mengajar dan menghilangkan kesan psikologis bahwa guru kurang mampu melaksanakan tugas pokoknya. Dengan demikian, kepala sekolah cenderung lebih sering tidak melaksanakan supervisi kelas. Artinya, supervisi yang dilakukan lebih menekankan pada aspek administrasi persiapan mengajar jika dibandingkan dengan bimbingan dan penyuluhan KBM di kelas. C. Pembahasan Hasil Penelitian. 1. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Di SMK Negeri 2 Surakarta Hasil dari observasi yang telah dilakukan peneliti dalam prosentase Peranan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Profesionalitas Guru Teknik Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta dengan subyek kepala sekolah dapat diketahui dalam tabel dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 19. Prosentase Aspek-aspek Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah
No
Aspek
Hasil observasi (%)
Kategori
1
Perencanaan
75%
Baik
2
Pelaksanaan
89,28%
Baik sekali
3
Evaluasi
82,5%
Baik sekali
4
Pengawasan
85%
Baik sekali
Jumlah
331,78%
-
Rata-Rata
82,94%
Baik sekali
Kisi-kisi dalam pedoman observasi adalah dengan mengambil beberapa aspek yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi di sekolahnya. Berdasarkan pembahasan dan analisis aspek-aspek secara keseluruhan dan ditinjau dari pedoman kriteria prosentase dalam analisis untuk Peranan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Profesionalitas Guru Teknik Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta dapat dikategorikan baik sekali dengan prosentase rata-rata sebesar 82,94%. Aspek peran supervisi kepala sekolah yang diantaranya yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi,dan Pengawasan. Aspek-aspek yang di analisis diatas merupakan aspek seorang kepala sekolah selaku supervisor pendidikan di tingkat sekolah. Menurut rata-rata yang sudah didapat dari hasil tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di SMK N 2 Surakarta berjalan baik. Masih ada beberapa indikator dalam aspek-aspek yang belum sepenuhnya optimal. Perlengkapan, sarana prasarana dan media yang bisa dibilang sudah cukup memadai dan mendukung di SMK tersebut kurang begitu di maksimalkan oleh kepala sekolah, salah satu contohnya adalah pemanfaatan media dokumentasi (alat perekam, kamera, tape recorder, dll) dalam pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
supervisi. Seharusnya hal tersebut bisa untuk di minimalkan lagi karena pada dasarnya segala indikator didalamnya bergantung dari dalam supervisor/kepala sekolah sendiri. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dapat dianalisis menurut rincian dari masing-masing aspek sebagai berikut: a. Aspek perencanaan Hasil prosentase untuk aspek perencanaan yaitu sebesar 75% dan dikategorikan baik. Beberapa indikator yang dinilai cukup kurang adalah tentang jadwal dan memprogramkan supervisi secara kontinyu sehingga waktu beserta agenda supervisi jelas, dan kepala sekolah bisa menyesuaikan hal tersebut dengan agenda lain kepala sekolah. Perencanaan kepala sekolah tentang supervisi di sekolahnya sepertinya kurang begitu diperhatikan. Pelaksanaan supervisi dilaksanakan secara insidental, tidak ada jadwal yang jelas dari kepala sekolah dalam agenda supervisinya, pendelegasian wakil kepala sekolah dan mungkin dilimpahkan lagi kepada masing masing ketua program dalam pelaksanaan supervisi merupakan beberapa bukti tentang kurang matangnya aspek perencanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Perencanaan seharusnya dibuat dan disesuaikan dengan agenda sekolah, meskipun jumlah guru di SMK 2 Surakarta adalah 195 guru hal tersebut seharusnya tidak menjadi kendala dalam penyusunan program dan jadwal dari kepala sekolah. Meskipun tidak bisa sepenuhnya kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala sekolah paling tidak sudah ada target dan dan agenda yang jelas dan menjadi perhatian oleh kepala sekolah. Paling tidak hal tersebut akan merangsang guru untuk lebih siap dalam mengajar bukan hanya pengecekan semua kesiapan dalam KBM di awal dan ahir semester. b. Aspek Pelaksanaan Pelaksanaan supervisi didalam kelas merupakan faktor penting dimana nantinya seorang supervisor akan menyaksikan langsung bagaimana guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
pengajar menyampaikan materi kepada para siswanya. Dari hasil analisis prosentase aspek pelaksanaan sebesar 89,28% dan dapat dikategorikan baik sekali. Pencapaian prosentase aspek perencanaan dikategorikan baik sekali, kepala sekolah hadir mengikuti kegiatan KBM di kelas yang sedang berlangsung, segala teksis dalam pelaksanaan supervisinya baik diantaranya beliau duduk di belakang sehingga tidak mencolok bagi siswa, tidak menegur dan berkomentar kepada guru saat mengajar, dll. Secara umum kehadiran kepala sekolah saat melakukan supervisi di kelas tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut. Siswa dan guru dapat melaksanaakan kegiatan belajar mengajar secara biasa dan nyaman. Hal yang perlu diperhatikan bagi kepala sekolah/supervisor yaitu Persiapan oleh supervisor tentang peralatan dokumentasi saat pelaksanaan supervisi semisal penggunaan tape recorder, kamera atau peralatan yang lain. Peralatan tersebut sebagai bukti dokumentasi yang dapat dijadikan penjelas ataupun bukti oleh kepala sekolah saat beliau menganalisis atau memberikan beberapa masukan dan saran bagi guru. Sehingga gurupun lebih jelas akan kekurangan yang musti diperbaiki dalam proses kegiatan belajar mengajar selanjutnya. c. Aspek Evaluasi Evaluasi perlu dilakukan untuk secara langsung kepada guru yang telah disupervisi tentang hal-hal yang ditemukan oleh supervisor saat supervisi dilakukan. Prosentase aspek evaluasi mencapai 82,5% dan dikategorikan baik. Evaluasi oleh kepala sekolah kepada guru didasarkan pada hasil pelaksanaan supervisi di dalam kelas. Segala kekurangan yang di temukan oleh kepala sekolah yang telah di catat dalam isian yang disiapkan sebelumnya kembali diulas dan dibicarakan kepada guru. Pelaksanaan evaluasi sudah direncanakan oleh kepala sekolah baik waktu maupun bahan apa saja yang nantinya akan disampaikan kepada guru, segala sesuatu yang bersifat teknis sudah dipesiapkan kepala sekolah dalam pelaksanaan evaluasinya. Berbeda dengan kesiapan-kesiapan yang dipersiapkan ada beberapa hal yang mungkin bisa untuk menjadi perhatian dari kepala sekolah dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
pelaksanaan evaluasinya yaitu sikap ramah simpatik dari kepala sekolah/ supervisor, tidak memborong percakapan, juga percakapan tidak keluar dari data observasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kepala sekolah cenderung bersikap eksklusif, sehingga guru seakan kurang begitu lepas dalam mengeluarkan pendapatnya. Kepala sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk berargumen namun hal tersebut kurang begitu optimal karena kepala sekolah terkadang memotong pembicaraan untuk kembali menyampaikan pendapatnya. Walaupun demikian kepala sekolah tetap menanggapi dan mengakomodir pendapat guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kepala sekolah dinilai cukup bagus dalam pelaksanaan supervisi dan bersikap demokratis. Tindak lanjut kepala sekolah usai pelaksanaan evaluasi mungkin juga perlu untuk kembali di maksimalkan. Beberapa hal yang harus dihadapai oleh kepala sekolah adalah tentang kemajuan yang sudah tampak dan apa peran kepala sekolah
dan
pengawas
dalam
menunjang/mendorong
proses
kemajuan
tersebut,misalnya dalam hal peningkatan mutu proses pembelajaran, Inovasiinovasi, Monitoring, Pembinaan kepada guru, Peningkatan partisipasi orang tua dan masyarakat, Cara menghadapi masalah dan tantangan d. Aspek pengawasan Pengawasan harus dilakukan oleh supervisor/kepala sekolah sebagai wujud tindak lanjut pelaksanaan supervisi. Sehingga hasil supervisi baik dari berbagai aspek sebelumnya dapat selalu kontinyu dan tidak kembali menurun. Berdasarkan hasil analisis prosentase untuk aspek pengawasan yaitu sebesar 85% dan dikategorikan baik sekali. Pelaksanaan pengawasan secara teoritis berdasarkan berkas yang disiapkan dan dokumen yang dimiliki kepala sekolah sudah mewakili seperti dokumen data guru yang telah disupervisi, dokumen/perangkat pembelajaran tiap guru (silabus, RPP, Media Pembelajaran, Dll), dokumen/lembar penilaian yang terisi setelah supervisi dilakukan. Kepala sekolah/Supervisor juga melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
pengadaan dan pemanfaatan sumber-sumber belajar berdasarkan pelaporan yang didapatkan. Berbeda dengan hal diatas yaitu tentang pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh kepala sekolah dengan melihat sendiri segala perkembangan yang ada di sekolah kurang begitu optimal. Pengawasan secara langsung yang diagendakan secara insidental pada kenyataannya tidak efektif. Intensitas kepala sekolah disekolahnya bisa dibilang kurang. Kesibukan dan agenda yang padat dari kepala sekolah yang selama ini menjadi alasan sekolah. Melihat dari hal tersebut walaupun dikatakan baik sekali pada indikator-indikator dalam aspek pengawasan dari supervisi kepala sekolah, Namun bila dilihat dari sisi yang lain bisa dikatakan kurang begitu optimal. Beberapa hal yang mungkin bisa diterapakan atau diperbaiki oleh supervisor yaitu kepala sekolah/Supervisor menentukan monitoring pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya, meminta laporan perkembangan pembelajaran yang dilakukan setelah adaya evaluasi supervisi. Kepala sekolah/Supervisor mampu mengembangkan profesi guru semisal pelatihan penyusunan karya tulis ilmah, menemukan teknologi tepat guna, menggunakan dan membuat alat peraga, pengembangan diri untuk mengikuti perkembangan kurikulum. Hal lain yang mungkin bisa dijadikan perhatian adalah penyusunan agenda dan jadwal, ataupun semisal perlu pembagian tugas kepada para wakil kepala sekolah yang jelas. Sehingga dengan kesibukan kepala sekolah dan padatnya agenda tidak menjadi alasan untuk program-program sekolah yang lain terabaikan. Sehingga tidak secara mendadak wakil kepala sekolah harus mewakili menghadiri/melaksanakan agenda kepala sekolah. 2. Profesionalitas Kerja Guru Teknik Bangunan Di SMK Negeri 2 Surakarta Hasil dari observasi dalam prosentase Peranan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Profesionalitas Guru Teknik Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta dengan subyek guru pengajar Program Keahlian Teknik Bangunan dapat diketahui dalam tabel dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Tabel 20. Hasil Prosentase dan Kategori Aspek-aspek Profesionalisme Guru Pengajar No
Aspek
Prosentase
Katagori
(%) 1
Paedagogik
66,25%
Baik
2
Kepribadian
85,38%
Baik Sekali
3
Sosial
89,16%
Baik Sekali
4
Profesional
81%
Baik
Jumlah
321,79%
-
Rata-Rata
80,45%
Baik
Berdasarkan pembahasan dan analisis aspek-aspek secara keseluruhan dan ditinjau dari pedoman kriteria prosentase dalam analisis untuk Peranan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Profesionalitas Guru Teknik Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta kemamapuan profsionalitas guru pngajar dikategorikan baik dengan prosentase sebesar 80,45%. Aspek-aspek yang di analisis diatas merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Didasarkan pada rata-rata yang didapat dari hasil tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan profesionalitas guru di SMK N 2 Surakarta dinilai baik. Pemafatan media dan teknis mengajar yang diterapkan oleh beberapa guru merupakan hal yang harus ditingkatan dan mendapatkan perhatian dari pihak sekolah. Keempat aspek yang dijadikan sebagai dasar analisis semua menunjukkan angka prosentase besar, secara keseluruhan angka prosentase di tiap kolom pada tabel kurang berimbang khususnya pada aspek paedagogik. Pencapaian prosentase dari masing masing aspek juga belum bisa maksimal. Hal tersebut menunjukkan bahwa memang ada beberapa kekurangan yang memang belum optimal dalam aspek-aspek guru profesional
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Berdasarkan hasil rata-rata yang sudah didapat dari tabel, maka kemampuan profesionalitas kinerja guru dapat diperinci dengan beberapa aspek yang mendasarinya yaitu sebagai berikut : a. Aspek paedagogik Paedagogik adalah kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran. Prosentase aspek paedagogik guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta yaitu sebesar 66,25% yang dikategorikan baik. Indikator-indikator dalam aspek paedagogik kurang dilaksanakan oleh beberapa guru. Cara mengajar beberapa guru di SMK N 2 Surakarta ada beberapa yang masih konfensional mereka mengandalkan pengalaman dan kebiasaan mengajar sehingga mungkin kurang begitu aktif untuk melakukan pengembangan diri sesuai tuntutan kurikulum. Melihat hasil prosentase dan capaian tindakan yang sesuai dengan indikator aspek paedagogik oleh beberapa guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta yang kurang maksimal peneliti mencoba memberi masukan yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan oleh sekolah untuk memperbaiki dan memaksimalkan keadaan tersebut, yaitu: 1) Pengembangan
kurikulum
atau
silabus.
Program
sekolah
yang
memfokuskan guru mengikuti semacam pelatihan tentang teknis dan materi untuk melaakukan pengembangan kurikulum. 2) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, diantaranya memberi kesempatan peserta didik bertanya, merangsang peserta didik untuk bertanya, guru merangsang siswa agar timbul dinamika dalam pembahasan materi 3) Evaluasi hasil belajar bisa dilakukan dengan memberikan pree test sebelum memulai pembelajaran, memberikan post test sebelum mengakiri pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran setelah selesai satu kompetensi. 4) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Semisal guru memberikan waktu/meminta pendapat dari beberapa
siswa
untuk
menjawab/memecahkan
commit to user
suatu
persoalan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
mengarahkan siswa untuk presentasi tentang tugas yang diberikan di depan kelas, mengoreksi pekerjaan/tugas siswa secara langsung (tatap muka) b. Aspek kepribadian Prosentase pencapaian aspek kepribadian guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta yaitu sebesar 85,38% yang dikategorikan baik sekali. Aspek kepribadian adalah aspek yang mencerminkan sosok guru sebagai figur yang menjadi
teladan
bagi
siswa-siswanya.
Indikator-indikator
didalamnya
seyognyanya mampu dan wajib dilaksanakan oleh seorang guru. Tidak hanya di dalam kelas saat mengajar namun juga pada keseharian. Faktor tersebut nantinya akan mempengaruhi siswa secara tidak langsung untuk meniru dan bersikap. Melihat hasil prosentase yang ditunjukkan dengan hasil yang baik sekali namun masih ada beberapa hal yang mungkin bisa dimaksimalkan lagi. Beberapa masukan dari peneliti yang mungkin dijadikan pertimbangan oleh sekolah untuk meningkatkan aspek kepribadian guru, diantaranya yaitu: Guru secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dimaksudkan selain masukan dari supervisor guru harus mau untuk mengevaluasi diri tentang kekurangan-kekurangan ataupun kendala yang dihadapainya. Guru mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan guru tidak hanya mengandalkan kebiasaan yang menjadi rutinitas. Dengan relita bahwa materi pelajaran yang berkembang dan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan dunia usaha maka guru pengajar wajib melakukan pengembangan diri baik dari sisi ketrampilan, penguasaan materi ajar maupun administrasinya. c. Aspek sosial Kemampuan aspek sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat. Pencapaikan prosentase dari hasil analisis adalah 89,16% dan dikategorikan baik sekali. Kedekatan emosional antara guru dan siswa akan sangat berpengaruh dalam mempengaruhi dan membawa siswa kedalam materi. Kecakapan guru Teknik Bangunan di SMK N 2 Surakarta dalam berkomunikasi dengan siswa sangat baik. Siswa dapat menemukan kenyamanan tersendiri saat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
mengeluarkan pendapat dengan guru. hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar juga bisa dibilang baik. Sekolah seringkali melibatkan lingkungan di sekitar sekolah untuk turut membantu dalam agenda-agenda tertentu sekolah. Walaupun demikian peneliti menemukan beberapa hal yang mestinya bisa untuk di maksimalkan. Hal yang masih harus diperhatikan dan mungkin jadi pertimbangan untuk dikembangkan
yaitu tentang penggunaan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional. Pemanfaatan media mengajar yang sudah di sediakan oleh sekolah mestinya di optimalkan oleh para guru dalam menyampaikan materi ajarnya. Penyampaian materi ajar dengan media/ alat bantu mengajar akan lebih memudahkan siswa dalam menyerap materi yang disampaikan guru. Penguaan teknologi komunikasi dan informasi yang ada belum begitu maksimal, walaupun secara real semua itu sudah dikemas, namun dalam pengelolaan dan didalamnya kurang komunikatif semisal pemaksimalan web site pengeras suara di sekolah, dll. Selain itu pemanfataan media mengajar semisal adanya LCD Proyektor yang disiapkan kurang maksimal ada beberapa guru yang memang merencanakan tidak menggunakannya walaupun semisal digunakan akan mempermudah siswa menerima materi ajarnya. d. Aspek profesional Aspek profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Dari hasil analisis tabel pencapaian aspek profesional guru Teknik Bangunan SMK N 2 Surakarta sebesar 81% dan dikategorikan Baik. Beberapa saran peneliti yang mungkin bisa menjadi referensi dan dioptimalkan oleh para guru pengajar disekolah tersebut yaitu : 1) Keterkaitan antara materi masing-masing mata pelajaran, yaitu guru menjelaskan kembali kaitan pentingnya materi dalam mata pelajaran yang disampaikan dengan mata pelajaran yang lain atau dalam kehidupan sehari-hari. 2) guru bersikap profesional dan heterogen dan tidak idealis dalam menjawab pertanyaan/ menyelesaikan masalah/soal. Dalam arti tetap mengakomodir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
jawaban-jawaban siswa untuk dapat diarahkan sesuai dengan tujuan dari penyampaian materi tersebut. 3. Peranan Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Di SMK Negeri 2 Surakarta Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Perlu digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas. Peranan
Supervisi
oleh
Kepala
Sekolah
dalam
Meningkatkan
Kompetensi Profesional Guru Di SMK Negeri 2 Surakarta dianalisis dengan membandingkan hasil analisis pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan hasil analisis profesionalitas guru pengajar. Hasil yang didapatkan bahwa pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dikategorikan baik sekali dan profesionalitas guru dengan kategori baik. Dengan adanya supervisi oleh kepala SMK N 2 Surakarta yang dilakukan minimal dua kali dalam satu semester membuat para guru lebih siap dalam melaksanakan kewajibannya dalam mengajar. Supervisi di awal pembelajaran oleh kepala sekolah menuntut guru untuk sudah menyelesaikan semua perangkat pembelajaran yang direncanakan dalam satu semester. Sehingga ketertiban keadministrasian oleh guru maupun sekolah akan lebih terkontrol dan rapi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Supervisi di akhir maupun di pertengahan semester juga dilakukan oleh kepala sekolah yang nantinya akan terkait dengan ketertiban, kerapian, dan usahausaha oleh guru-guru yang disupervisi untuk berusaha memperbaiki admisnistrasi, kualitas mengajar, maupun kesiapan perangkat pembelajaran. Sesuai pendapat dari E. Mulyasa (2004 : 115) Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah memang harus disesuaikan dengankeadaan sekolah penggunaan metode yang tepat adalah salah satu faktor yang membuat keberhasilan pelaksanaan supervisi. Hasil pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang dilakukan memang belum bisa membuat hasil yang sangat baik. Kesibukan dan kepadatan agenda dari kepala sekolah membuat pelaksanaan supervisi di SMK N 2 Surakarta tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh kepala sekolah. Jumlah guru pengajar di SMK N 2 Surakarta yang banyak membuat kepala sekolah membuat kebijakan untuk mendelegasikan wakil kepala sekolah untuk ikut membantu dari pelaksanaan supervisi. Selain itu kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik 4. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Kepada Guru Teknik Bangunan Di SMK N 2 Surakarta. Berdasarkan data yang didapat dan dari pengamatan secara langsung oleh peneliti ada beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi di SMK N 2 Surakarta, kendala tersebut antara lain sebagai berikut. a. Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah Banyaknya tugas serta kesibukan dari seorang kepala sekolah membuat program kegiatan supervisi yang seharusnya dilaksanakan tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
dapat terlaksana secara optimal, khususnya supervisi yang menekankan pada aspek pembelajaran. berikut kutipan wawancara dengan Wakasek I Bp. Sigit, S.Pd.,MT “Jumlah guru yang berjumlah 195 yaa pastinya repot jika semuanya harus dilakukan sendiri oleh beliau, toh kinerja beliau tidak mensupervisi saja tapi masih ada yang lain, dan pastinya beliau repot.” Pelaksanaannya lebih sering di bantu oleh guru-guru senior dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Meskipun tetap berada dalam kontrol kepala sekolah sebagai pimpinan, namun sedikit banyak hal kendala-kendala di lapangan tidak diketahui kepala sekolah secara langsung. Hal tersebut sedikit banyak membuat tujuan supervisi tidak bisa dicapai secara maksimal. b. Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi Keadaan ini terjadi karena kegiatan supervisi tidak dilakukan sendiri secara langsung dari kepala sekolah, tetapi oleh guru-guru yang dianggap telah senior oleh kepala sekolah. Sedangkan guru-guru yang ditunjukpun memiliki kepribadian tersendiri yang berbeda, prinsip, dan teknik supervisi yang berbeda-beda pula. Adanya perbedaan yang terdapat pada guru senior yang bertindak sebagai supervisor ini membuat penilaian menjadi tidak seragam. berikut pendapat saah seorang guru “…itu kadang tergantung supervisornya kog mas mungkin ya hanya formalitas ato apa, tp yang jelas mungkin yang dianggap tidak sesuai dengan caranya ya dianggap kurang benar he he he…” c. Kurangnya persiapan guru yang disupervisi Masih melekatnya anggapan pada guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan membuat motivasi para guru dalam penyiapan secara matang segala sesuatu tentang pembelajaran menjadi sedikit berkurang. Bahkan, ketika pemberitahuan tentang adanya supervisi sudah diinformasikan terlebih dahulu, persiapan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran pun masih sama dan dinilai kurang matang. hasil supervisi pun juga menunjukkan untuk segi administrasi kurang begitu matang yang menyebabkan pembelajaran seakan monoton dan statis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Bertolak dari kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan supervisi di SMK Negeri 2 Surakarta berasal dari internal. Kendala tersebut lebih dominan berasal dari kepala sekolah sendiri maupun dari guru-guru sebagai pengajar di SMK tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Bertolak pada data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian mengenai peranan supervisi kepala sekolah terhadap profesionalitas guru teknik bangunan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta, simpulan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Peranan supervisi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas kerja guru teknik bangunan SMK N 2 Surakarta telah diusahakan untuk mencapai hasil yang optimal. Beberapa hal yang berhubungan dengan supervisi di lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SMK N 2 Surakarta dilatarbelakangi oleh adanya kondisi dimana pada kalangan guru beberapa menemui kesulitan, cara mengajar yang konvensional, dan kurang penguasaan dalam penggunaan media pembelajaran yang telah ada di SMK N 2 Surakarta. b. Lingkup atau bidang yang disupervisi adalah administrasi, sarana prasarana, materi pembelajaran dan teknik mengajar yang digunakan oleh guru di kelas. c. Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah dengan dibantu oleh wakil kepala sekolah yang bertujuan untuk pembinaan meningkatkan profesionalisme guru secara menyeluruh melalui berbagai teknik supervisi. d. Tujuan akhir yang diharapkan dapat dicapai dengan adanya supervisi adalah terciptanya proses kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan relevan melalui peningkatan kemampuan serta ketersediaan faktor penunjang. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di SMK N 2 Surakarta dikategorikan Baik Sekali dengan capaian prosentase 82,94% dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
didasarkan dari capaian aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan. 2. Profesionalitas kerja guru teknik bangunan di SMK N 2 Surakarta sudah dikategorikan baik dengan capaian prosentase 80,45% dengan didasarkan dari capaian aspek paedagogik, kepribadian sosial, dan profesional. Pemafatan media dan teknis mengajar yang diterapkan oleh beberapa guru merupakan hal yang harus ditingkatan dan mendapatkan perhatian dari pihak sekolah 3. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan supervisi kepala sekolah kepada guru teknik bangunan SMK N 2 Surakarta. Diantaranya sebagai berikut: a. Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah sehingga kepala sekolah sedikit kesulitan dalam pengaturan waktu. b. Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi sehingga dalam kegiatan evaluasi/penilaiaan menjadi kurang objektif. c. Kurangnya persiapan teknis guru yang disupervisi. B. Implikasi Implikasi adalah dampak dari temuan penelitian. Bertolak pada data yang telah dikumpulkan dan analisis data yang telah dilakukan serta melalui kegiatan penarikan simpulan, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apabila supervisi pendidikan dapat terlaksana dengan baik dengan memperhatikan tujuan, fungsi, prinsip, dan tekniknya, maka pelaksanaan supervisi pendidikan akan mampu menjawab berbagai macam kendala. Terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pencapaian sasaran/tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif. 2. Bagi kepala sekolah, menimbulkan gagasan inspirasi dan strategi untuk dapat memajukan
sekolah
dengan
berbagai
cara.
Salah
satunya
dengan
melaksanakan supervisi pendidikan secara rutin dan sempurna. Selain itu, para guru yang disupervisi akan memiliki dorongan, motivasi, dan semangat untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran sehingga profesionalisme guru dapat meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
3. Memunculkan pandangan bahwa supervisi pendidikan merupakan satu komponen yang penting dan bukan sekadar kegiatan yang dilakukan untuk mencari-cari kesalahan semata. Pemahaman yang perlu diketahui oleh semua unsur sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah bahwa supervisi bertujuan untuk memberikan stimulus positif. Artinya, supervisi bertujuan untuk memberikan motivasi dan dorongan untuk semakin meningkatkan kinerja masing-masing unsure dalam sebuah sekolah agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan lulusan serta mencapai prestasi yang diharapkan. C. Saran Supervisi memiliki arti penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan. Bertolak pada simpulan dan implikasi penelitian yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Kepala sekolah a. Pelaksanaan supervisi hendaknya lebih ditingkatkan. Pelaksanaannya dilakukan secara rutin dan kontinyu dan diusahakan agar setiap guru mendapat supervisi sehingga semua guru dapat mengetahui kekurangan dan menerima saran untuk perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya di dalam kelas. b. Evaluasi yang dilakukan pada saat supervisi hendaknya menggunakan penilaian yang dilakukan secara objektif dengan melihat realita dan performa guru dalam mengajar maupun kedisiplinannya. c. Sosialisasi mengenai pentingnya supervisi bagi masing-masing pengajar dan sekolah hendaknya perlu dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran pada setiap guru akan arti penting supervisi dan memberikan dorongan serta motivasi untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
2. Bagi Guru a. Guru hendaknya selalu memiliki motivasi dan dorongan kuat untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Guru hendaknya memiliki kesiapan dan inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. c. Guru hendaknya menyadari arti penting supervisi dan tidak memancang supervisi sebagai kegiatan yang sekadar mencari kesalahan guru. Kondisi tersebut akan membuat guru dapat mendukung kegiatan supervisi secara penuh sehingga tujuan akhir supervisi dapat tercapai.s 3. Bagi Siswa Siswa adalah unsur penting setelah guru yang menjadi modal utama dalam pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Maka, dibutuhkan kerja sama antara siswa dengan unsur yang lain agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih optimal. Siswa pun harus sadar dan memahami arti penting supervisi agar dapat ikut memberikan andil dan mendukung pelaksanaan supervisi di sekolah. 4. Bagi Peneliti Berikutnya Penelitian-penelitian yang dilakukan setelah penelitian ini diharapkan dapat lebih kreatif dalam meneliti dan menelaah kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Inovasi-inovasi lain pun diharapkan akan hadir untuk melengkapi penelitian ini. Persiapan pedoman observasi dan perangkat penelitian disiapkan secara matang sangat penting untuk kesiapan peneliti dalam melakukan
observasi.
Kepada
peneliti
berikutnya
diharapkan
dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi dalam meneliti implikasi dari peran supervisi kepala sekolah kaitannya dengan profesionalitas kerja guru. b. Perlu pengkajian lebih mendalam tentang aspek, indikator dan sub indikator dalam penyusunan pedoman observasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
c. Kesesuaian Data/isi cheklis yang dijadikan acuan sekolah dengan pedoman observasi peneliti. d. Pedoman observasi mengacu pada instrumen supervisi guru yang berlaku secara real di sekolah. 5. Bagi Program Studi Teknik Bangunan Penelitian Peranan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Profesionalitas Guru Teknik Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta hendaknya menjadi perhatian dan refrensi untuk Program Studi Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk lebih mempersiapkan karakter guru yang profesional yang matang. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan tentang pelaksanaan supervisi tingkat sekolah yang diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang mulai menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan mulai mengembangkan kurikulum spektrum.
commit to user