PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA
Disusun Oleh: ITA YUMALIA NIM D0105088
SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Dra. Sudaryanti, M.Si NIP.195704261986012002
3
HALAMAN PENGESAHAN Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari :
Tanggal
:
Panitia Penguji: 1. Drs. H. Marsudi, M.Si
(.......................................)
NIP. 195508231983031001
Ketua Penguji
(......................................)
2. Drs. Suryatmojo, M.Si NIP. 195308121986011001
Sekretaris Penguji
3. Dra. Sudaryanti, M.Si
(......................................)
NIP. 195704261986012002
Penguji
Mengetahui, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dekan
Drs. H. Supriyadi, SN., SU NIP. 195301281981031001.
4
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah : 5-8)
Pabila engkau sedang bergembira, Mengacalah dalam-dalam ke dalam jiwamu, Di sanalah nanti engkau akan dapati, Bahwa yang pernah membuat derita, Berkemampuan memberimu bahagia. (Kahlil Gibran)
Jangan Pernah Mengeluh Karena Dengan Mengeluh Tidak Akan Selesai Masalah, Teruslah Berusaha dan Yakin Bahwa Allah Akan Memberimu Kemudahan, Allah Tidak Pernah Tidur Dia Akan Menunjukkan Jalan Terbaik Kepada Hamba-Nya Yang Mau Berdoa. (Penulis)
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada: ♦ Bapak dan Ibu tercinta Bapak dan Ibu yang selalu iklas berdoa untukku, terima kasih atas segala kasih sayang, bimbingan, dan atas pengorbanan serta perjuangan yang tiada kenal lelah, kupersembahkan karya kecilku…untuk kalian. ♦ Adik-adikku tersayang Terima kasih telah memberiku semangat dan motivasi serta membuatku tertawa kala sedih dan bahagia. ♦ Almamaterku
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’aalamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Teknik Mekanik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta”. Penulis menyadari bahwa sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini. 3. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN., SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Drs. Rakhmat Sutopo, M.Pd selaku Kepala SMK Negeri 2 Surakarta atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7
6. Bapak Drs. Sarmanto selaku wakil kepala sekolah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta atas informasi yang diberikan dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Hari Agung S,S. Pd dan Bapak Tri Joko S,S.Pd selaku pembimbing praktek kerja industri yang telah bersedia menjadi nara sumber bagi penulis. 8. Bapak Nursaidi, S.Pd selaku wakil kepala sekolah sumber daya manusia SMK Negeri 2 Surakarta yang telah memberikan data-data kepada penulis. 9. Siswa SMK Negeri 2 Surakarta yang telah menjadi nara sumber bagi penulis. 10. Riezka, Aroem, Anggietha, Nofika, Irma, Yaya, Yhu-nie, Ipin, Betty, dan teman-teman AN 2005 yang telah memberi motivasi, bantuan serta atas kebersamaannya selama ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, meskipun telah berusaha secara maksimal untuk hasil yang terbaik. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang menuju ke arah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikian penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan. Amien.
Surakarta,
Agustus 2009
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
iii
MOTTO ....................................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
DAFTAR ISI .............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
xii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................
xiii
ABSTRAK ................................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Perumusan Masalah...............................................................
9
C. Tujuan Penelitian...................................................................
10
D. Manfaat Penelitian.................................................................
10
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................
11
F. Kerangka Pemikiran ..............................................................
25
G. Metodologi Penelitian............................................................
29
BAB II DESKRIPSI LOKASI .................................................................
37
9
A. Deskripsi SMK Negeri 2 Surakarta........................................
37
B. Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu ........................................
39
C. Kegiatan Akademik ...............................................................
41
D. Fasilitas Pendidikan...............................................................
43
E. Struktur Organisasi................................................................
45
F. Keadaan Pegawai ..................................................................
59
G. Jumlah Siswa dan Penyebarannya..........................................
61
H. Kegiatan Siswa......................................................................
63
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS .....................................
66
A. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 2 Surakarta
66
1. Persiapan praktek kerja industri .......................................
67
1.1 Penentuan waktu praktek kerja industri ....................
67
1.2 Pemetaan dunia usaha dan industri (du/di)................
70
1.3 Pemetaan siswa ........................................................
77
1.4 Pembekalan siswa calon praktek kerja industri .........
81
2. Tahap pelaksanaan praktek kerja industri ........................
85
2.1 Penyerahan siswa ke dunia usaha dan industri (DU/DI)
85
2.2 Pelaksanaan praktek kerja industri ............................
86
2.3 Pembimbingan siswa di dunia usaha dan industri (DU/DI) 90 2.4 Penarikan siswa ........................................................
96
3. Pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri ..............
97
4. Penulisan surat keterangan praktek kerja industri .............
99
BAB IV PENUTUP ..................................................................................
108
10
A. Kesimpulan ...........................................................................
108
B. Saran .....................................................................................
111
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1. Penelusuran Tamatan Di SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Diklat 2007/2008, Penyerapan Sampai Bulan November 2008 .......................................
8
2.1. Guru SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Status Tahun Pelajaran 2008/2009 .........................................................................................
59
2.2. Guru SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Pendidikan Tahun Pelajaran 2008/2009 ........................................................................................
60
2.3. Karyawan SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Status Tahun Pelajaran 2008/2009 .........................................................................................
60
2.4. Karyawan SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Pendidikan Tahun Pelajaran 2008/2009..........................................................................
61
2.5. Jumlah Siswa dan Jumlah Kelas di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Tingkat Kelas Tahun Pelajaran 2008/2009 ........................................
61
2.6. Jumlah Siswa dan Jumlah Kelas di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Program Keahlian Tahun Pelajaran 2008/2009..................................
62
3.1. Nama dan Alamat Dunia Usaha/ Industri Untuk Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 72 3.2. Pemetaan Siswa Prakerin Periode 1 Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Tahun Pelajaran 2009/2010................................................
79
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1. Kerangka Pemikiran............................................................................
28
1.2. Model Analisis Interaktif ....................................................................
35
2.1. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Surakarta......................................
46
2.2. Struktur OSIS SMK Negeri 2 Surakarta Tahun 2008/2009..................
65
13
ABSTRAK Ita Yumalia, D 0105088. Skripsi. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Teknik Mekanik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2009. 106 halaman. Dalam rangka mendekatkan kesesuaian mutu tamatan Sekolah Menengah Kejuruan dengan dunia kerja, Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan untuk menyelenggarakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan dengan model Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sisten Ganda merupakan suatu proses pendidikan yang melibatkan sekolah di satu sisi dan dunia kerja dalam bentuk praktek kerja industri pada sisi lain. Praktek kerja industri merupakan bentuk sistem pendidikan baru yang menggantikan sistem pendidikan lama yaitu sistem magang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (a) penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menitikberatkan/ mengarah pada pendeskripsian (penggambaran) mengenai kondisi di lapangan (tipe deskriptif), (b) lokasi penelitian adalah Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 2 Surakarta, (c) teknik penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling, (d) sumber data yang digunakan adalah informan, peristiwa atau aktivitas, dan dokumen, (e) taknik pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi, (f) metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data interaktif, (g) validitas data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan praktek kerja industri yang meliputi penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri, pemetaan dunia usaha/ industri, dan pemetaan siswa dan pembekalan siswa telah berjalan dengan baik walaupun ada kendala dalam hal pemetaan dunia usaha/industri yaitu karena kesibukan pihak dunia usaha/industri dapat diatasi dengan mencari dunia usaha/industri lain yang sesuai dengan kompetensi siswa dan bersedia bekerjasama. Untuk pelaksanaan praktek kerja industri juga sudah berjalan cukup baik, namun dalam pembimbingan siswa oleh guru pembimbing masih belum optimal karena masih ada beberapa guru pembimbing yang tidak melakukan tugas dengan baik. Sedangkan tahap pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri sudah dilakukan oleh siswa dengan baik dan pada tahap penulisan surat keterangan praktek kerja industri juga sudah baik. Saran yang diberikan adalah waktu pelaksanaan prakerin ditambah menjadi 3-4 bulan, dalam pembekalan juga bisa mendatangkan pembicara dari alumni, perlu dilakukan kominikasi antara siswa dengan wakil kepala sekolah hubungan masyarakat maupun dengan pokja praktek kerja industri mengenai sistem pembimbingan dari guru pembimbing.
14
ABSTRACT Ita Yumalia, D 0105088, Skripsi, The Implementation of Industrial work practice of Automotive Mechanical Engineering in Public Vocational High School 2 Surakarta, Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, 2009, 106 pages. In the attempt of matching the quality of Vocational High School’s graduation and the work field, the Government through the Education and Culture Office issues policy to implement the curriculum of Vocational High School with Multiple System Education (PSG). The Multiple System Education is an education process involving the school on the one hand and work field in the form of industrial work practice on the other hand. Industrial work practice is the new form of education system replacing the old education system, the apprenticeship system. This study aims to find out more about the implementation of industrial work practice of automotive mechanical engineering in Public Vocational High School 2 Surakarta. The methods employed in this research are: (a) the research used a qualitative research method, emphasizing/focusing on description of field condition (descriptive type), (b) the research location was Public Vocational High School 2 Surakarta, (c) the sampling technique employed was purposive sampling, (d) data sources used were informant, event and activity, and document, (e) techniques of collecting data used were interview, observation, and documentation, (f) method of analyzing data used was an interactive data analytical method, (g) the data validity used was source triangulation. The result of research is the implementation of industrial work practice of automotive mechanical engineering in Public Vocational High School 2 Surakarta encompasses several stages the preparation of industrial work practice involving the determination of industrial work practice schedule, business/industrial realm mapping, and students mapping and students building had proceed well despite several obstacles in the term of business/industrial realm that is because the business/industrial realm preoccupation can be coped with by searching for other business/industrial realm corresponding to the students competence and the readiness to cooperate. The implementation of industrial work practice of automotive mechanical engineering had proceeded well, but the students guiding by the counseling teacher has not been optimum because many counseling teachers do not their task well. Meanwhile the collection of journal book on industrial work practice has been conducted well by the students and the stage of recommendation letter writing of industrial work practice has also proceeded well. The recommendation given is that the implementation of prakerin time is increased to 3-4 months, the speaker from the alumni can be invited in the students building, there should be communication between the students and the vice headmaster, public relations and with the work group of industrial work practice about the building system from the counseling teacher.
15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Memasuki kerjasama ekonomi, Negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan perdagangan bebas asean (Asean Free Trade Area/ AFTA) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun 2020 akan menimbulkan persaingan ketat baik barang jadi/komoditas maupun jasa. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing baik mutu hasil produksi maupun jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari penyiapan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang merupakan faktor keunggulan menghadapi persaingan tersebut. Jika kita tidak bisa mengantisipasi persiapan sumber daya manusia yang berkualitas antara lain, berpendidikan, memiliki keahlian dan keterampilan terutama bagi tenaga kerja dalam jumlah yang memadai, maka Indonesia akan menjadi korban perdagangan bebas. Oleh karena itu, negara kita perlu menyiapkan sumber daya manusia baik pada tingkat menengah maupun tingkat tinggi yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri atau dunia usaha. Salah satunya upaya penyiapan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sektor yang berinterdependensi dengan sektor lainnya dalam pembangunan. Pada negara yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pencipta sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat penting artinya, karena tanpa pendidikan manusia akan terbelakang dan
16
sulit berkembang. Penyelenggaraan pendidikan pada hekikatnya merupakan suatu proses yang terencana, terstruktur dan sistematis untuk memberdayakan potensi individu yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan pada keberdayaan masyarakat dan bangsa. Melalui pendidikan setiap orang mempunyai kesempatan yang lebih tersedia untuk memperoleh, mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan
dan
sikap
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
menumbuhkan kreatifitas dengan kepribadian yang lebih mantap. Dalam kaitannya dengan pendidikan, Idra Djati Sidi (2001: 42), mengemukakan bahwa di abad-21, pendidikan nasional setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks, yaitu: 1. Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan. 2. Tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat, dari masyarakat agraris ke masyarakat modern, menuju masyarakat industri yang menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). 3. Tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya yang bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
17
4. Munculnya kolonialisme di bidang iptek dan ekonomi menggantikan kolonialisme politik. Berkembangnya teknologi informasi dalam bentuk komputer dan internet, membuat bangsa kita tergantung terhadap bangsa barat dalam hal teknologi dan informasi. Rendahnya mutu pendidikan akan berakibat pada rendahnya mutu sumber daya manusia. Karena proses untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu adalah melalui jalur pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. Oleh karena itu, sistem pendidikan tidak cukup hanya mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks), akan tetapi juga memerlukan aspek ketrampilan (skill) untuk menerapkan ipteks dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan dari masa ke masa senantiasa disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan zaman seiring dengan perkembangan ipteks serta mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa. Meskipun penentu keberhasilan seseorang dalam meraih kemapanan hidup tidak sepenuhnya ditentukan oleh pendidikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa jalur pendidikan merupakan jalan terbaik bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan. Secara empiris, telah terjadi kekurang sepadanan antara supply dan demand keluaran pendidikan. Dalam arti lain, adanya kekurangcocokan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja. Dari data statistik tahun 2006, jumlah penduduk Surakarta pada tahun 2006 adalah 512.898 jiwa dan yang termasuk usia kerja sebesar 396.609 (77,33 %). Dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja tersebut, penduduk yang berada pada kelompok angkatan kerja sebesar 235.383 jiwa (63,89 %). Angkatan kerja
18
yang telah bekerja sebesar 233.892 (92,31 %). Sebagian besar dari mereka yang bekerja, sebesar 47,1 % berpendidikan rendah (dibawah SMA) dan sisanya sebesar 52,9 % berpendidikan tinggi (SMA/sederajat dan diatas SMA). Pada tahun 2006, perbandingan antara penduduk yang bekerja dan menganggur adalah 12 : 1, jadi dalam setiap 12 angkatan kerja terdapat 1 orang yang masih menganggur. Tahun 2006, jumlah pengangguran di Surakarta sekitar 19.491 jiwa dimana sekitar 40,44 % (7.882 orang) dari mereka masih berpendidikan rendah dan 59,56 % (11.609 orang) berpendidikan tinggi. (Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2006). Kompetisi di dunia kerja semakin hari tidak hanya semakin ketat tetapi juga semakin berat, dimana untuk memperoleh pekerjaan yang memadai atau sesuai dengan yang diinginkan dibutuhkan kemauan pendidikan yang cukup. Pendidikan sangat relevan memberikan kontribusi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia. Wagiran dan Didik Nurhadiyanto (2004: 55), menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pemasok tenaga kerja, namun dituntut menghasilkan lulusan yang memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja. Ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan turut bertanggungjawab terhadap kualitas lulusan termasuk dalam hal mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Jika tidak, maka lembaga pendidikan hanya menghasilkan pengangguran baru yang tidak terserap di lapangan kerja. Di Indonesia, tuntutan publik terhadap pelayanan pendidikan yang adil dan berkualitas semakin meningkat sejak masa reformasi. Tuntutan publik tersebut . antara lain tuntutan terhadap mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas,
19
dan lapangan pekerjaan. Saat ini pemerintah mempunyai program dalam dunia pendidikan, yaitu untuk SMK sebanyak 70% dan 30% untuk SMU. Perubahan jumlah sekolahan ini terpicu data yang diperoleh di lapangan bahwa pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMU. Pada dasarnya SMU diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan skill (untuk SMU) bisa dikatakan, tidak ada. Berbeda dengan dunia SMK, mereka dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat
menciptakan
lapangan
pekerjaan
sendiri.
(http://re-
searchengines.com/0607syunu.html). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Perhatian pemerintah tersebut dapat dilihat dari usaha-usaha peningkatan kualitas lembaga berupa peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan jumlah dan kemampuan pendidik yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar mampu bersaing di pasar kerja. Adapun kebijakan yang diambil Pemerintah untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap bersaing di pasar kerja adalah Kebijakan link and match. Kebijakan
link
and
match
merupakan
alternatif
dalam
rangka
mendekatkan kesesuaian mutu tamatan dengan kebutuhan lapangan. Link berarti keterkaitan atau hubungan interaktif, sedangkan match berarti kesesuaian atau kecocokan. Dengan demikian link and match merupakan kebijakan di bidang pendidikan yang hasilnya diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Kebijakan link and match ini kemudian dikembangkan dengan model Pendidikan
20
Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan kegiatan belajar yang memadukan pengalaman belajar siswa di sekolah dengan kegiatan belajar melalui bekerja langsung di perusahaan/ industri sesuai dengan bidang studi yang dipelajari dalam bentuk praktek kerja industri (Mardi, 1997: 50). Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) sebagai sebuah organisasi yang salah satu tujuannya menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang berkualitas dan siap bekerja pada bidang tertentu harus terus meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mewujudkan keinginan masyarakat. Salah satu strategi SMK dalam mewujudkan keinginan masyarakat adalah dengan menerapkan konsep Total Quality Management (TQM). Konsep TQM ini pada dasarnya menekankan pada perbaikan berkesinambungan (continual improvement) pada setiap proses organisasi untuk memenuhi keinginan masyarakat. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana dalam buku “Total Quality Management” (2001: 262), memberikan penjelasan perbaikan berkesinambungan sebagai suatu usaha konstan untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik. ISO 9000 merupakan bagian dari standar mutu untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu organisasi melalui perbaikan berkesinambungan. Sebagai organisasi publik yang peduli terhadap keinginan masyarakat, SMK Negeri 2 Surakarta terus berupaya mutu organisasi melalui visinya yaitu mencetak sumber daya manusia profesional dalam bidang teknologi dan industri yang mampu menghadapi era global. Atas upayanya tersebut, SMK Negeri 2 Surakarta berhasil meraih sertifikasi ISO 9001:2000 yang merupakan bagian dari standar mutu ISO 9000. ISO 9001:2000 adalah sistem terpadu untuk
21
mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan suatu kerangka kerja dengan maksud untuk meningkatkan mutu, daya saing, dan pangsa pasar organisasi tersebut (Nasution, 2001: 218). Dengan diterapkannya ISO 9001: 2000 di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta menjadikan sekolah ini sebagai salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) unggulan di Surakarta. Sebagai sekolah unggulan di Surakarta, SMK Negeri 2 Surakarta diharapkan mampu melaksanakan praktek kerja industri dengan baik karena dengan pelaksanaan praktek kerja industri diharapkan mampu menyiapkan lulusan dalam menghadapi dunia kerja. Setiap program yang dibuat selalu memiliki tujuan demikian juga dengan program ini. Mengenai tujuan pelaksanaan praktek kerja industri, dalam wawancara dengan Bapak Sarmanto selaku Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat diketahui bahwa ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, seperti yang nampak pada hasil wawancara berikut: “Tujuan dari praktek kerja industri adalah untuk mendapatkan input mengenai sinkronisasi kurikulum dan validasi kurikulum antara sekolah dengan industri. Sedangkan bagi siswa, praktek kerja industri dilaksanakan untuk mengetahui dan memahami wawasan industri selain itu juga untuk mempersiapkan kebutuhan dasar, menengah/ tingkat lanjut angkatan tenaga madya/ alumni SMK yang dibutuhkan industri”. (wawancara, 29 Mei 2009 pukul 10.50).
Seperti yang disebutkan diatas tujuan praktek kerja industri adalah mensinkronkan antara kurikulum sekolah dengan industri sehingga pihak sekolah mengetahui tenaga kerja yang bagaimana yang mereka harapkan dan pihak sekolah dapat memperbaiki kualitas lulusan yang dihasilkan. Sekolah dituntut menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian berkualitas, yaitu tenaga kerja
22
yang memiliki tingkat pengetahuan ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Jadi, praktek kerja industri merupakan suatu langkah nyata untuk membuat sistem pendidikan SMK lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan lulusan yang bermutu. SMK Negeri 2 Surakarta telah berhasil mencetak lulusan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 tentang penelusuran tamatan SMK Negeri 2 Surakarta. Tabel 1.1 Penelusuran Tamatan Di SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Diklat 2007/2008, Penyerapan Sampai Bulan November 2008 Program Keahlian TGB
Jml Lulusan 29
TKB
10
4
5
Belum Bekerja 10
31
15
3
5
8
64
TP
24
14
1
2
7
67
TAV
105
55
8
25
17
76
TLP
33
25
1
5
2
90
TPM
102
81
7
10
4
89
TMO
96
65
8
15
8
83
TKJ
71
25
19
5
22
42
Jumlah
491
290
51
72
78
73,72
Bekerja
Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta Ket: 1. TGB : Tek. Gambar Bangunan 2. TKB : Tek. Konstruksi Bangunan 3. TP
: Tek. Perkayuan
4. TAV : Tek. Audio Visual 5. TLP : Tek. Listrik Pemakaian
Melanjutkan Wirausaha
% Kerja 52
23
6. TPM : Tek. Pemesin 7. TMO : Tek. Mekanik Otomotif 8. TKJ : Tek. Komputer Jaringan
Dari tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah lulusan SMK Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008 yang sudah bekerja 290 orang dan yang bekerja mandiri/ berwirausaha 72 orang. Sedangkan lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi/ kursus ada 51 orang atau sekitar 10,38% dan yang belum bekerja ada 78 orang. Melihat jumlah lulusan yang terserap di dunia kerja dan yang berwirausaha ada 73,72% menunjukkan bahwa praktek kerja industri yang dilaksanakan di SMK Negeri 2 Surakarta cukup berhasil dalam menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Setelah lulus, mereka tidak hanya dapat diterima kerja di suatu perusahaan tetapi juga sebagian dari mereka dapat menciptakan usaha sendiri atau berwirausaha. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan praktek kerja industri sebagai salah satu upaya dalam mempersiapkan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta memasuki dunia kerja.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas, maka penulis mengambil perumusan masalah: “Bagaimana pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta?”
24
C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan termasuk penelitian pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang dijadikan pedoman dan arahan. Tujuan merupakan standar atau patokan yang akan dituju peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Operasional Untuk memperolah gambaran tentang pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta. 2. Tujuan Fungsional Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga yang bersangkutan maupun pihak lain yang membutuhkan sebagai pengetahuan ataupun dasar pengambilan keputusan. 3. Tujuan Individual Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Administrasi Negara, jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: a. Untuk memberi gambaran megenai pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta
25
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta memberikan informasi atau masukan bagi penelitian lebih lanjut. c. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif sebagai salah satu upaya dalam mempersiapkan siswa dengan berbekal pengetahuan dan ketrampilan untuk memasuki dunia kerja.
E. Tinjauan Pustaka 1. Pelaksanaan Pengertian pelaksanaan/ implementasi menurut Salusu (1998: 409) adalah: “Implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilaksanakan menyusul suatu keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktivitas.”
Jadi, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu. Higgins (dalam Salusu, 1998: 410) berpendapat bahwa implementasi adalah serangkaian strategi dari berbagai kegiatan yang didalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Selanjutnya Salusu (1998: 411) mengemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses yang terarah dan terorganisasi yang melibatkan banyak sumber daya. Hal yang paling kritis dalam public policy adalah usaha untuk melaksanakan policy (kebijakan). Jika suatu kebijakan telah diputuskan, kebijakan
26
tersebut tidak berhasil dan terwujud kalau tidak dilaksanakan. Usaha untuk melaksanakan kebijakan ini membutuhkan keahlian dan ketrampilan menguasai persoalan yang dikerjakan. (Miftah Thoha, 2005: 69). Pelaksanaan kebijakan dilakukan setelah kebijakan tersebut ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Miftah Thoha (1005: 68) sebagai berikut: “Jika policy telah ditetapkan, persoalan yang kemudian timbul ialah bagaimana policy itu dilaksanakan. Dengan kata lain, jika suatu kebijaksanaan telah diputuskan, maka dibutuhkan suatu sistem untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut.”
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah keputusan ditetapkan guna mencapai sasaran tertentu yang didalamnya melibatkan banyak sumber daya. 2. Pendidikan kejuruan Pendidikan sebagai pranata pengembangan sumber daya manusia mempunyai tujuan untuk mewujudkan pembangunan bangsa. Definisi pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) dalam Hasbullah (2005: 307), yaitu: “Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar kepada peserta didik sehingga
27
mereka dapat mengembangkan potensi diri, kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan agar berguna bgi diri sendiri, bangsa, dan negara. Sementara itu, Robert Palmer (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas sistem pendidikan, yaitu: “factors that will ensure or inhibit the sustainable provision of quality education system such as the financing of education; availability of teachers and educational managers; the educational infrastructure; attitudes towards education; a supportive home and community environment; and the opportunities for progressing up the educational ladder”. Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa kualitas sistem pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pembiayaan pendidikan, ketersediaan guru dan manajer pendidikan, infrastruktur pendidikan, sikap terhadap pendidikan, lingkungan rumah dan masyarakat yang mendukung, dan peluang untuk maju pada jenjang pendidikan Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 dalam Hasbullah (2005: 314), jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Sedangkan House committe on education and labour menyatakan bahwa: “Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar ketrampilan dan kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan ketrampilan. Program kejuruan merupakan program pengembangan dan bukan program terminal, mempersiapkan siswa kepada pilihan maksimal untuk melanjutkan studi atau mendapatkan pekerjaan.”(Oemar Hamalik, 1990: 24).
28
Mardi Rasyid (1997: 49) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan Sutaryadi (2004: 48) berpendapat bahwa: “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang membantu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebagai persiapan untuk bekerja atau pendidikan tambahan dalam bekerja, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang membekali peserta didik dengan program pengembangan bakat dan pendidikan dasar ketrampilan yang mengarah pada dunia kerja. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja, meskipun tidak menutup kemungkinan peserta didik melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Setiap organisasi pasti mempunyai suatu tujuan begitu pula dengan sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan atas UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 dalam Hasbullah (2005: 349), merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sukamto dalam Sutaryadi (2004: 48) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah semua program pendidikan diberbagai jenjang yang bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensinya ke arah suatu bentuk pekerjaan (karier). Sedangkan menurut Wagiran dan Didik Nurhadiyanto (2004: 54), Pendidikan kejuruan sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan menyiapkan
29
lulusannya memasuki dunia kerja memiliki peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia khususnya tenaga kerja tingkat menengah. Menurut Made Wena dalam Sutaryadi (2004: 48) tujuan pendidikan kejuruan adalah: 1. membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan; 2. menghasilkan tamatan yang siap pakai; 3. mengembangkan potensi yang ada pada diri anak; 4. mempersiapkan peserta didik untuk mampu memasuki lapangan kerja.
Berdasarkan uraian diatas, pendidikan kejuruan mempunyai suatu tujuan yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk memasuki dunia kerja dan menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja serta menghasilkan lulusan yang mampu menjadi tenaga tingkat menengah yang siap pakai, terampil, luwes, menguasai teknologi dan seni, efektif dan efisien dalam bekerja. Namun sampai saat ini, pendidikan kejuruan masih diselimuti oleh berbagai permasalahan terutama terkait dengan masalah relevansi pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri. Permasalahan tersebut tampak dengan masih banyaknya pengangguran terbuka yang berasal dari sekolah menengah kejuruan. Sekolah menengah kejuruan tiap tahunnya meluluskan peserta didik, namun tidak semuanya terserap di dunia kerja sehingga akan menambah jumlah pengangguran yang berasal dari lulusan SMK. Keadaan diatas menunjukkan adanya kesenjangan antara ketrampilan dan keahlian yang diperlukan oleh perusahaan/ industri dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan menengah kejuruan. Untuk
30
menghadapi kesenjangan tersebut, diperlukan kerjasama yang erat dan permanen antara SMK dengan dunia usaha dan industri. Badeni (2002: 714), menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat dikatakan memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan kerja apabila: a. Masa tunggu tamatan sampai memperoleh pekerjaan relatif singkat atau pendek. b. Para lulusannya bekerja sesuai dengan program atau bidang keahlian yang diberikan. c. Tingkat partisipasi lulusan di dunia kerja tinggi dan prosentase lulusannya yang terserap di dunia kerja tinggi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tamatan SMK dikatakan relevan dengan dunia kerja apabila setelah lulus dari SMK, para lulusan tersebut segera mendapatkan pekerjaan dan mampu bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk itu, pihak SMK harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas lulusannya agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Adapun salah satu upaya SMK dalam menciptakan lulusan yang relevan dengan dunia kerja adalah dengan melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). 3. Pendidikan sistem ganda (PSG) Pendidikan Sistem Ganda merupakan program kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia industri. Menurut Mardi (1997: 50), Pendidikan Sistem Ganda (dual system) sebelumnya telah dilaksanakan di beberapa negara seperti di Amerika Serikat dan di Jerman. Di Amerika Serikat, program di laksanakan pada Universitas Cincinnati dengan nama “cooperative education” dimana sebagian pengalaman belajar siswa dilakukan di sekolah dan sebagian lagi di industri kemudian pada tahap berikutnya mereka bertukar tempat. Di Jeman, program ini
31
juga dilaksanakan di sekolah dan di industri, dan setelah latihan mereka diberi sertifikat pekerja terlatih dan bisa memilih melanjutkan pendidikan atau langsung bekerja di industri pilihan mereka. Depdikbud-Konsep sistem ganda pada sekolah menengah kejuruan di Indonesia (1994: 7) mengemukakan bahwa: “Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu”. (Depdikbud-Konsep sistem ganda pada sekolah menengah kejuruan di Indonesia, 1994: 7).
Sedangkan Sutaryadi (2004: 49) menyatakan bahwa Pendidikan sistem ganda merupakan program bersama antara SMK dengan industri (dunia kerja) dan dilaksanakan di dua tempat, yaitu di sekolah dan di dunia kerja. Selanjutnya Mardi (1997: 50 ) juga memiliki pendapat yang senada dengan pendapat diatas, ia berpendapat bahwa: “Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan kegiatan belajar yang memadukan pengalaman belajar siswa di sekolah dengan kegiatan belajar melalui bekerja langsung di perusahaan/ industri sesuai dengan bidang studi yang dipelajari dalam bentuk praktik kerja industri.”
Berdasarkan pengertian PSG di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan sistem ganda adalah suatu proses pendidikan yang melibatkan sekolah di satu sisi dan dunia kerja pada sisi lain. Program pendidikan pada PSG diarahkan pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan yang berlaku di dunia kerja. Program pendidikan ini dapat tercapai jika ada kerjasama yang saling membutuhkan antara dunia pendidikan khususnya Sekolah
32
Menengah Kejuruan (SMK) dengan dunia kerja. Tanpa adanya peran serta dari dunia kerja maka SMK dalam menghasilkan kualitas lulusan yang terampil dan siap kerja tidak akan tercapai, karena dunia kerja yang mengerti bagaimana standart tenaga kerja yang siap dan terampil yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Adapun tujuan Pendidikan Sistem Ganda menurut Depdikbud-Konsep Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia (1994: 7) adalah: Ø menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Ø memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia kerja. Ø meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. Ø memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
Berdasarkan tujuan diatas dapat diketahui pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan upaya lembaga pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajarnya di lingkungan sekolah dan di dunia usaha. Maksud utama dari pelaksanaan PSG ini adalah memperkokoh link and match antara sekolah dan dunia kerja supaya dengan PSG ini dapat meningkatkan efisiensi pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang profesional dan dapat mensinkronkan kurikulum antara sekolah dan dunia kerja. Sebagai suatu program dalam dunia pendidikan SMK, pengembangan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) memiliki beberapa prinsip. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum PSG, yaitu: 1. Berbasis Kompetensi (Competencies Based) SMK bersama Institusi Pasangannya harus menetapkan kompetensi apa saja yang harus dikuasai siswa, agar dapat dinyatakan berhasil menyelesaikan program.
33
2. Berbasis Dasar (Broad Based) Disamping membekali siswa dengan sejumlah keahlian kerja (kompetensi), SMK berkewajiban juga menyiapkan siswa dengan dasar-dasar kemampuan yang dapat dijadikan bekal untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya; terutama kemampuan mengelola dan memanfaatkan informasi, berfikir logis, serta pola pikir dan perilaku positif sebagai tenaga kerja industri. 3. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Pada pendekatan berbasis kompetensi, seharusnya ada standar minimal yang harus dikuasai oleh siswa sebelum dinyatakan berhasil. Siswa dapat dinyatakan telah belajar tuntas, jika telah mencapai batas minimal. 4. Belajar Melalui Pengalaman Langsung (Learniny By ExperienceDoing) Penguasaan kompetensi tidak hanya menyangkut ketrampilan, tetapi melibatkan dalam suasana apa dan bagaimana ketrampilan itu digunakan, oleh karena itu penguasaan kompetensi tidak cukup hanya melalui latihan yang bersifat simulasi. Harus benar-benar diperoleh melalui pengalaman langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya. 5. Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) Setiap ketrampilan yang dipelajari siswa melalui pelatihan, harus jelas kaitannya dengan produk yang akan dibuat. Siswa tidak hanya belajar ketrampilan demi ketrampilan, tetapi harus memahami dan menghayati gunanya ketrampilan tersebut secara utuh dalam suatu produk yang bermanfaat. 6. Belajar Perseorangan (Individualized Learning) Setiap siswa harus diberi kesempatan untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan irama perkembangannya masingmasing. Keharusan administratif yang biasanya menuntut semua siswa dalam satu kelas untuk bersama-sama melakukan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan, harus sudah mulai diubah, paling tidak diminimalkan. 7. Balikan dan Penguatan (Feed-back and Reinforcement) Pengakuan terhadap pengalaman berhasil yang diperoleh siswa akan sangat mendorong mereka untuk meraih prestasi yang lebih baik. Perlu selalu diberikan balikan (tanggapan positif) terhadap setiap pekerjaan siswa dan pemberian motivasi. (Depdikbud – Penyusunan Kurikulum Pendidikan Sistem Ganda, 1997: 3-4). Berdasarkan prinsip PSG diatas, Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada dasarnya merupakan milik dan tanggung jawab bersama antara SMK dan institusi pasangannnya sehingga kedua belah pihak (SMK dan instituai pasangan) seharusnya terlibat secara bersama-sama dalam penyusunan kurikulum mulai dari
34
penetapan jenis keahlian apa yang akan dihasilkan, standar keahlian yang harus dicapai, sampai kepada bagaimana kurikulum tersebut dilaksanakan dan dievaluasi
dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
dalam
pengembangan
kurikulum PSG tersebut seperti berbasis kompetensi, berbasis dasar, belajar tuntas, belajar melalui pengalaman langsung, pelatihan berbasis produksi, belajar perorangan serta balikan dan penguatan dari pelaksanaan PSG. Sehingga pada gilirannya siswa dapat menguasai kompetensi yang relevan dan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997: 12) menyatakan bahwa isi dari kurikulum PSG dapat dikelompokkan menjadi 1) Program pendidikan normatif (umum); 2) Program pendidikan adaptif; dan 3) Program pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan. Program pendidikan normatif (umum) adalah program untuk membekali dan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, memiliki watak dan kepribadian sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. Isi dari program ini sama seperti kurikulum pendidikan menengah pada umumnya. Sedangkan program pendidikan adaptif adalah untuk memberi bekal penunjang bagi siswa dalam menguasai keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya program pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan keahlian tertentu, sesuai program studi masingmasing. Program ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi: a) teori kejuruan; berisi pengetahuan tentang teori-teori yang berkaitan langsung bidang keahlian yang
35
bersangkutan; b) praktik dasar kejuruan yaitu berupa latihan dasar untuk menguasai dasar-dasar teknik bekerja secara baik dan benar sesuai dengan persyaratan keahlian profesi; dan c) praktik keahlian produktif yakni kegiatan bekerja langsung secara terprogram dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional. 4. Praktek kerja industri (Prakerin) Menurut Made Wena (1997: 34), praktik kerja atau kegiatan magang sebenarnya merupakan usaha pemanfaatan dunia industri sebagai sumber belajar. Pendapat lain diungkapkan oleh Zamtinah (2003: 202), yaitu: “Praktek industri adalah jenis latihan kerja siswa yang menjadi program di SMK. Pelaksanaan praktik kerja industri dilakukan dengan menerjunkan siswa pada dunia usaha/industri sehingga siswa secara langsung menghadapi pekerjaan sesuai dengan bidangnya”. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa praktek kerja industri (prakerin) merupakan suatu program yang langsung dilakukan di tempat kerja dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh peserta didik di sekolah dan mengikutsertakan peserta didik dalam proses produksi di dunia usaha dan industri. Adapun tujuan dari praktik kerja industri menurut Departemen Pendidikan Nasional – Praktek Kerja Industri (2002: 1) adalah: a) Mengukur kemampuan siswa SMK dalam menentukan potensi dalam mengikuti pelatihan praktik kerja industri; b) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian berkualitas, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan ketrampilan sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan
kerja dan c) Meningkatkan hubungan SMK
36
dengan dunia usaha/industri di luar negeri agar dapat meningkatkan mutu pendidikan menengah kejuruan yang berstandar nasional dan internasional. Billett and Beven (dalam Stephen Billet, 2008) menyatakan bahwa “job practice meant assist developing students’ vocational knowledge about workplace, students frequently reported the importance of stories and examples provided by teachers”. (praktik kerja dimaksudkan untuk membantu siswa kejuruan mengembangkan pengetahuan tentang tempat kerja, siswa sering melaporkan cerita dan contoh penting yang diberikan oleh guru). Sedangkan menurut Zamtinah (2003: 203), secara umum praktek kerja industri diharapkan akan menambah pengetahuan dan ketrampilan siswa tentang bidang pekerjaannnya, memberi pengalaman tentang keadaan dunia kerja yang tidak diperoleh di bangku sekolah. Dari pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dilakukan praktik kerja industri antara lain: 1. Mengenalkan siswa kepada dunia usaha dan industri yang sebenarnya sehingga akan mampu mempersiapkan siswa terjun langsung ke dunia usaha apabila telah menyelesaikan studinya. 2. Mengukur kemampuan siswa SMK dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya. 3. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian berkualitas, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja.
37
4. Meningkatkan dan mengembangkan hubungan SMK dengan dunia usaha atau industri sehingga mutu pendidikan menengah kejuruan juga dapat meningkat. Sedangkan feed back bagi sekolah adalah memperoleh masukan tentang kesesuaian antara kurikulum dunia kerja dengan kurikulum sekolah. 4. Kesiapan siswa SMK memasuki dunia kerja Kerja memiliki berbagai macam definisi, seperti yang diungkapkan oleh Taliziduhu Ndraha (1999: 1) “Kerja diartikan sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit alat pemenuh kebutuhan yang ada. Menurut George Thomason yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha (1999: 40), mengatakan bahwa “Work is an activity which demand the expenditure of energy or effort to create from row materials those products or services which people value.”(Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang menuntut energi atau usaha untuk menciptakan jasa atau produk yang dapat dinilai orang). Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa kerja adalah suatu kegiatan untuk menambah atau menciptakan nilai baru dari sumber daya yang ada baik barang ataupun jasa untuk mendapatkan imbalan maupun kepuasan batin guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap perusahaan memiliki kriteria sendiri dalam memilih karyawan yang akan diterima kerja. Menurut Randall S. Schuller dan Susan E. Jackson (1997: 287), kriteria utama perusahaan dalam memilih karyawan antara lain: 1) pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan, 2) kepribadian, minat, dan kesukaan, dan 3) karakteristik lainnya.
38
Sejalan dengan itu, Umar dalam Made Wena (1997: 40), mengemukakan bahwa kebutuhan pokok industri terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut: a) industri membutuhkan tenaga-tenaga terampil, b) industri membutuhkan tenagatenaga terdidik, dan c) industri membutuhkan tenaga-tenaga yang relatif siap pakai. Hal tersebut menunjukkkan bahwa kesesuaian dunia kerja lebih mengacu pada ketepatan/ kecocokan jenis-jenis ketrampilan kerja lulusan lembaga pendidikan dengan jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan industri. Lembaga pendidikan dituntut untuk mampu menghasikan lulusan yang memiliki ketrampilan kerja sesuai dengan jenis ketrampilan kerja yang dibutuhkan oleh dunia industri. Oleh karena itu, pihak SMK harus benar-benar berusaha mempersiapkan siswanya agar menjadi lulusan yang siap berkompetisi di dunia kerja, dapat diserap di dunia kerja, dan mampu menjadi tenaga kerja profesional pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Kesiapan tidak bergantung pada kematangan semata-mata tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Mouly dalam Made Wena (1997: 203), istilah kesiapan merupakan konsep yang sangat luas dan melibatkan berbagai faktor yang dapat dikelompokkan menjadi: a. Faktor psikologis, adalah suatu tingkah laku tidak dapat terjadi kecuali apabila organ-organ pengindera, sistem syaraf pusat, otot-otot, dan organ-organ fisiologis telah berfungsi dengan baik. b. Faktor pengalaman adalah untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu dengan baik, seseorang harus mempunyai motivasi yang baik dan bebas dari konflik-konflik emosional serta halangan-halangan psikologis. c. Faktor pengalaman proses belajar dapat terjadi apabila didasarkan pada pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang.
39
Dari uraian diatas maka yang dimaksud dengan kesiapan kerja adalah suatu kondisi keadaan mental dan emosi yang serasi dalam individu calon tenaga kerja. Kesiapan siswa SMK memasuki dunia kerja merupakan suatu titik kematangan dimana siswa dapat menempatkan diri dan memiliki kemampuan jasmani dan rohani untuk terjun di dunia kerja sebagai tenaga kerja. Adapun kriteria kesiapan siswa SMK dalam memasuki dunia kerja adalah apabila siswa telah memiliki kepribadian yang baik, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kompetensi standar dalam bidangnya, memiliki sikap profesional serta mempunyai motivasi untuk bekerja dengan baik. Upaya SMK dalam mempersiapkan siswanya agar siap berkompetisi di dunia kerja adalah melalui praktek kerja industri.
F. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah landasan berfikir seseorang tentang bagaimana dia berusaha menjelaskan suatu fakta atau hubungan antar faktor dengan mengacu pada kerangka pemikiran. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kerangka pemikiran sebagai berikut: Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan kejuruan yang bertujuan menyiapkan siswa didiknya agar dapat bekerja pada bidang tertentu dan menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai serta memiliki standar keahlian dan kompetisi. SMK sebagai sarana pendidikan menengah kejuruan selalu dituntut untuk berupaya sebaik mungkin
menghasilkan sumber dana
manusia yang berkualitas dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh
40
Sekolah Menengah Kejuruan menyebabkan relevansi antara pendidikan menengah kejuruan dengan dunia kerja juga rendah. Dalam rangka mendekatkan kesesuaian mutu tamatan dengan kebutuhan lapangan kerja, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menempuh kebijakan untuk menyelenggarakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan model Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dalam penyelenggaraaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ini siswa tidak hanya melakukan proses belajar mengajar di sekolah tetapi juga diterjunkan langsung ke dunia usaha dan industri untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya dalam jangka waktu tertentu yang disebut dengan praktek kerja industri. Selama praktek kerja industri, siswa dapat belajar ketrampilan bekerja dengan melakukan pelatihan kerja yang nyata dan budaya kerja yaitu sesuai dengan keadaan yang berlaku di tempat kerja tersebut. Adapun pelaksanaan praktek kerja industri melalui beberapa tahap kegiatan yaitu: persiapan praktek kerja industri untuk menentukan kebutuhan pelatihan yang akan dilaksanakan yang meliputi penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri, pemetaan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan, pemetaan siswa dan pembekalan siswa. Untuk pelaksanaan praktek kerja industri terdiri dari penyerahan siswa ke dunia usaha/industri, pelaksanaan praktek kerja industri, pembimbingan siswa di dunia usaha/industri dan penarikan siswa dari dunia usaha/ industri. Sedangkan pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri adalah untuk mengetahui setiap tahapan proses praktek kerja industri yang dilaksanakan oleh siswa sehingga dapat menentukan pencapaian target yang
41
diharapkan. Dan terakhir penulisan surat keterangan praktek kerja industri yaitu proses pemberian sertifikat bagi peserta untuk memperoleh pengakuan atau legalitas akademik bahwa yang bersangkutan memiliki kompetensi dalam bidang tertentu. Dengan mengikuti praktek kerja industri ini diharapkan siswa yang awalnya tidak mempunyai ketrampilan (non skill) dapat memiliki ketrampilan kerja sebagai bekal memasuki pasar kerja maupun membuka usaha sendiri sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki setelah mereka lulus dari bangku Sekolah Menengah Kejuruan. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
42
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI) sebagai tempat prakerin
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Penyiapan siswa agar sesuai dengan tuntutan dunia kerja melalui Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
Kegiatan Belajar Mengajar di SMK
Pelaksanaan prakerin di dunia usaha/ dunia industri
Proses pelaksanaan praktek kerja industri A. PERSIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 1. Penentuan Waktu Praktek Kerja Industri 2. Pemetaan Dunia Usaha dan Industri (DU/DI) 3. Pemetaan Siswa 4. Pembekalan Siswa Calon Prakerin B. TAHAP PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 1. Penyerahan Siswa ke Dunia Usaha dan Industri (DU/DI) 2. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri 3. Pembimbingan siswa di Dunia Usaha dan Industri (DU/DI) 4. Penarikan siswa C. PENGUMPULAN BUKU JURNAL PRAKTEK KERJA INDUSTRI D. PENULISAN SURAT KETERANGAN PRAKERIN
Lulusan sesuai kebutuhan pasar kerja
43
G. Metodologi Penelitian Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara yang dipergunakan dalam suatu penelitian sehingga dapat mempermudah pelaksanaan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. 1. Jenis Penelitian Penelitian tentang praktek kerja industri menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000: 3), metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Peneliti memilih bentuk penelitian kualitatif didasarkan asumsi bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada sifat naturalisme, yaitu realita yang muncul menjadi bahan kajian dalam penelitian ini sehingga objek penelitian dan permasalahan yang diteliti akan diungkap secara mendalam dengan cara mencari kebenaran secara ilmiah dengan memandang objek secara keseluruhan. Menurut H.B. Sutopo (2002: 110), dalam penelitian kualitatif terdapat tiga tingkatan penelitian yaitu penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatif. Penelitian eksploratif adalah penelitian penjelajahan dimana peneliti sama sekali belum mengetahui apa yang terjadi dan tidak menggunakan bekal teori atau kerangka pikir yang akan digunakan dalam menghadapi data lapangan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dengan kata-kata tentang permasalahan yang ada pada masa sekarang. Sedangkan penelitian eksplanatif adalah penelitian yang mengarah pada studi analisis sebab akibat.
44
Berdasarkan jenis penelitian kualitatif menurut H.B. Sutopo diatas, jenis penelitian tentang praktek kerja industri ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara rinci dan mendalam mengenai pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 2 Surakarta. 2. Lokasi penelitian Dalam penelitian ini tempat penelitian yang dipilih adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta, di Jalan LU. Adi Sucipto No. 33 Surakarta, dengan alasan sebagai berikut: •
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta merupakan salah satu sekolah kejuruan yang sudah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 yang merupakan suatu keberhasilan yang dapat membedakan dengan SMK lain.
•
Lulusan SMK Negeri 2 Surakarta diorientasikan untuk dapat langsung bekerja, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana kesiapan siswa SMK Negeri 2 Surakarta untuk berkompetisi di dunia kerja.
•
Fasilitas yang ada di SMK Negeri 2 Surakarta sudah lengkap seperti tersedianya bengkel elektronik, bengkel bangunan, bengkel mesin, bengkel otomotif dan ruang diesel sehingga mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan praktek.
3. Teknik penarikan sampel Teknik penarikan sampel digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan permasalahan agar pemilihan sampel lebih mengarah pada tujuan penelitian. Menurut Moleong (2000: 165) sampling digunakan untuk menjaring sebanyak
45
mungkin informasi dari pelbagai macam sumber. Selanjutnya Moleong juga menjelaskan bahwa pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample). Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel dengan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. 4. Sumber data Menurut H.B. Sutopo (2002: 54), jenis sumber data secara menyeluruh dapat dikelompokkan menjadi narasumber (informan); peristiwa atau aktivitas; tempat atau lokasi; dokumen dan arsip serta berbagai benda lain. Dalam penelitian tetang praktik kerja industri ini, sumber data yang digunakan adalah: 1. Informan Menurut Lexy Moleong (2000: 90), “informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.” Informan dalam penelitian ini adalah: a. Wakil Kepala Sekolah (WKS) hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta. b. Guru pembimbing praktek kerja industri SMK Negeri 2 Surakarta. c. Siswa-siswi SMK Negeri 2 Surakarta. d. Instruktur Pembimbing praktek kerja industri di institusi pasangan.
46
2. Peristiwa atau aktivitas Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses terjadinya sesuatu secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Dalam penelitian ini, peneliti melihat sendiri pelaksanaan praktek kerja industri sehingga mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta praktek kerja industri, guru pembimbing maupun instruktur dari institusi pasangan. 3. Dokumen Dokumen merupakan bahan atau pernyataan tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau permasalahan yang diteliti. Dokumen yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah jurnal kegiatan siswa selama praktek kerja industri, sertifikat dan peraturan yang harus ditaati selama praktek kerja industri, serta dokumen lain yang berkaitan dengan praktik kerja industri. 5. Teknik pengumpulan data Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: a. Wawancara Menurut Lexy J. Moleong (2000: 135), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
yang
diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dan mendalam dengan informan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.
47
Untuk mempermudah proses wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang mencakup pokok-pokok pertanyaan. Dan apabila perlu, peneliti juga mengajukan pertanyaan di luar pedoman yang ditetapkan. Dengan teknik ini dimungkinkan peneliti dapat benar-benar menggali informasi yang sebenar-benarnya. b. Observasi Observasi adalah pengamatan. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap peristiwa maupun lokasi penelitian dengan mengamati, memahami, dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah penelitian yang meliputi kegiatan dan peristiwa yang terjadi. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pencatatan dokumen. Data diambil dari sumber-sumber tertulis yang ada, yang merupakan dokumen dari sekolah yang bersangkutan, sehingga dalam penyajiannya dengan memaparkan pada apa yang tertulis dokumen tersebut. 6. Metode analisis data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti. Proses analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Menurut Miles & Huberman (dalam H.B. Sutopo, 2002: 94), terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis dalam penelitian kualitatif
48
yaitu model analisis jalinan atau mengalir dan model analisis interaktif. Dimana kedua model tersebut terdiri dari tiga komponen yaitu: a. Reduksi Data Yaitu proses mempertegas, penyederhanaan, membuat fokus, membuang yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa untuk membuat kesimpulan akhir. Tahap ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. b. Sajian Data Penyajian data merupakan suatu usaha untuk menyusun sekumpulan informasi yang telah diperoleh di lapangan, untuk kemudian data tersebut disajikan secara jelas dan sistematis sehingga akan mempermudah peneliti dalam menarik kesimpulan. Penyajian data itu sendiri dapat berupa kalimat-kalimat, bagan atau gambar, maupun tabel-tabel. c. Penarikan Simpulan Menarik kesimpulan bukanlah langkah final dari suatu kegiatan analisis, karena kesimpulan-kesimpulan tersebut masih bersifat sementara. Untuk itu, kesimpulan tersebut perlu diverifikasi agar diperoleh informasi yang benarbenar akurat, cocok dan kokoh sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Perlu dilakukan pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pemikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data. Penelitian ini menggunakan teknik analisis model interaktif, dimana ketiga komponen
analisis
aktivitasnya
dilakukan
dengan
cara
interaksi,
baik
49
antarkomponennya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus. Model analisis interaktif dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.2 Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Simpulan/verifikasi Sumber : Miles dan Huberman, dalam H.B. Sutopo, 2002 : 96
Tahap analisis data dalam penelitian ini adalah setelah kegiatan awal pengumpulan data (yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi maupun dokumentasi) selesai, maka reduksi data segera dilakukan dan diteruskan dengan penyajian data. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti menarik simpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Bila simpulan dirasa kurang mantap, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data untuk mencari pendukung simpulan yang sudah ada. 7. Validitas data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapannya dan kebenarannya. Oleh karena itu,
50
setiap peneliti harus bisa memiliki dan menentukan cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2000: 178), “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.” Menurut Patton (dalam H.B. Sutopo, 2002: 79), ada 4 macam teknik triangulasi yaitu 1) triangulasi data/ sumber adalah menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan teknik pengumpulan data yang berbeda agar data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya; 2) triangulasi metode adalah mengumpulkan data sejenis dengan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda; 3) triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti; dan 4) triangulasi teori adalah menggunakan lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan teknik wawancara dengan narasumber yang berbeda baik dari wakasek human relations, guru pembimbing, instruktur pembimbing, maupun siswa peserta prakerin. Kemudian kesamaan data/ informasi yang diperoleh dibandingkan antara satu narasumber dengan narasumber lainnya yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.
51
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi SMK Negeri 2 Surakarta Sekolah Menengah Negeri 2 Surakarta terletak di Jl. Adisucipto 33 Manahan Surakarta 57139. Sekolah ini mempunyai lokasi yang sangat strategis yaitu di kompleks persekolahan dan dekat dengan Stadion Manahan sehingga menunjang suasana pendidikan dan latihan serta olahraga. Sekolah ini mempunyai luas 23.150m2. Sekolah ini juga sudah memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 2 Surakarta sehingga siswa yang telah lulus bisa langsung disalurkan pada perusahaan-perusahaan yang sudah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 2 Surakarta sesuai dengan program keahlian yang dimiliki. Sebagai
suatu
lembaga
pendidikan
yang
terkenal,
maka
untuk
mempertahankan predikat yang disandang sebagai sekolah kejuruan favorit, SMK Negeri 2 Surakarta menetapkan tujuan, visi dan misi. a. Tujuan Sekolah Tujuan dari SMK Negeri 2 Surakarta adalah: 1. Mencetak tamatan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mewujudkan teknologi untuk kawasan global, 2. Memberikan bekal hidup untuk memasuki dunia kerja, 3. Memenuhi tuntutan global dalam pengembangan SMK Negeri 2 Surakarta.
52
Hasil yang diharapkan adalah: 1. Lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2. Lulusan yang handal dalam bidang teknologi industri di kawasan global, 3. Lulusan yang
mampu
bekerja professional dan mampu
belajar
berkelanjutan. 4. Nama SMK Negeri 2 Surakarta akan dikenal secara regional dan internasional. b. Visi Visi dari SMK Negeri 2 Surakarta adalah: Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai pencetak Sumber Daya Manusia Profesional dalam bidang Teknologi dan Industri yang mampu menghadapi era global. c. Misi Dengan berdasarkan pada visi di atas maka Misi SMK Negei 2 Surakarta adalah sebagai berikut: 1. Membentuk
tamatan
yang
berkepribadian
unggul
dan
mampu
mengembangkan diri. 2. Menyiapkan tenaga trampil yang mampu bersaing di lapangan kerja. 3. Menyiapkan wirausahawan yang tangguh dalam bidang Teknologi dan Industri. 4. Menyiapkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri.
53
B. Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu 1. Kebijakan mutu Kebijakan mutu SMK Negeri 2 Surakarta terbagi menjadi 2 mutu yaitu mutu pendidikan dan mutu organisasi. a. Mutu pendidikan Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari stakeholders, SMK Negeri 2 Surakarta bertekad menjawab tantangan tersebut dengan bekerja keras membangun visi sekolah dengan membentuk sumber daya manusia yang SINERGI. Mutu pendidikan SMK Negeri 2 Surakarta adalah SINERGI: Si
: Sistem yang selalu memiliki pedoman dan prosedur
N
: Nilai akhir yang dihasilkan selslu memuaskan pelanggan
E
: Evocatip mampu menggugah rasa terhadap masukan demi perbaikan
R
: Responsip terhadap segala perubahan
G
: Global sebagai wawasan untuk berkembang
I
: Internasional level sebagai predikat sekolah
b. Mutu organisasi Mengingat tuntutan pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait, selalu sesuai dengan tuntutan ruang dan waktu, maka sekolah akan selalu berusaha
meningkatkan
mutu
dengan
perbaikan
berkelanjutan,
berdasarkan standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2000, untuk memenuhi kepuasan pelanggan/ stakeholders. Agar tuntutan masyarakat,
54
pemerintah dan pihak-pihak yang terkait tersebut dapat tercapai, SMK Negeri 2 Surakarta mempunyai mutu organisasi SIMPATE: Sim
: SIMPEL dalam perencanaan
Pa
: CEPAT dalam berfikir
T
: TEPAT dalam bertindak
E
: EFISIEN dalam bekerj
2. Sasaran mutu Sasaran mutu SMK Negeri 2 Surakarta tahun 2008 adalah: i.
Menghasilkan 80% tamatan yang mempunyai sertifikasi kompetensi dengan nilai ≥7,50
ii. Minimal 75% dari jumlah tamatan yang bersertifikat kompetensi sesuai dengan program keahlian, dapat terserap pada dunia kerja yang relevan dalam masa tunggu 1 tahun dengan pelayanan yang lebih representatif iii. Minimal 82% tamatan memperoleh nilai ujian nasional Bahasa Inggris ≥ 7,50 iv. Minimal 82% tamatan memperoleh nilai ujian nasional Matematika ≥ 7,50 v. Minimal 82% tamatan memperoleh nilai ujian nasional Bahasa Indonesia ≥ 7,50 vi. Peningkatan
manajemen sekolah untuk mempertahankan kembali
Sertifikat ISO 9001: 2000 pada Bulan Maret 2009 vii. Minimal 85% tersedia Data Base Guru dan Karyawan.
55
C. Kegiatan Akademik Sistem pembelajaran di SMK Negeri 2 Surakarta berlangsung selama 3 tahun dan terbagi menjadi 6 semester. Praktek kerja industri (prakerin) diterapkan untuk menjembatani proses pembelajaran antara pihak sekolah dengan industri yang dilakukan selama 3 bulan. SMK Negeri 2 Surakarta telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi pedoman pada proses pembelajaran. Struktur kurikulum terdiri dari mata pelajaran normatif, adaptif dan produktif yang diberikan sesuai dengan jumlah jam yang tercantum dalam kurikum sekolah. 1. Pembelajaran normatif dan adaptif Pelajaran normatif dan adaptif merupakan pelajaran non kejuruan yang diberikan
kepada
siswa
sebagai
penunjang
kemampuan
produktif.
Pembelajaran normatif dan adaptif diberikan di dalam kelas oleh guru-guru yang berkompetensi di bidang normatif dan adaptif. Tiga mata pelajaran normatif adaptif yang diujiankan secara nasional (UN) yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika selalu mendapatkan prioritas yang lebih guna mencapai standar yang nasional yang diharapkan. Untuk mata pelajaran normatif dan adaptif yang lainya yang diberikan di SMK Negeri 2 Surakarta dapat dilihat di bawah ini. a. Mata pelajaran kelompok normatif Mata pelajaran normatif adalah untuk membekali dan membentuk siswa menjadi warga Negara yang baik, memiliki watak dan kepribadian sebagai warga Negara dan bangsa Indonesia. Mata pelajaran ini terdiri dari:
56
v Pendidikan Agama v Pendidikan Kewarganegaraan v Bahasa Indonesia v Pendidikan jasmani,Olahraga dan Kesehatan v Seni Budaya b. Mata pelajaran kelompok adaptif Mata pelajaran adaptif adalah memberi bekal penunjang bagi siswa dalam menguasai keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran ini terdiri dari: v Bahasa Inggris v Matematika v Sejarah nasional dan umum v Ilmu Pengetahuan Alam (I P A) yaitu fisika, kimia dan biologi v Kewirausahaan 2. Pembelajaran produktif Mata pelajaran produktif adalah pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus yang diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Pembelajaran produktif diberikan di bengkel/instalasi masing-masing jurusan. Program keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 ada 8 yaitu: 1. Teknik Gambar Bangunan (TGB) 2. Teknik Konstruksi Bangunan (TKB)
57
3. Teknik Perkayuan (TP) 4. Teknik Audio Visual (TAV) 5. Teknik Listrik Pemakaian (TLP) 6. Teknik Pemesin (TPM) 7. Teknik Mekanik Otomotif (TMO) 8. Teknik Komputer Jaringan (TKJ)
D. Fasilitas Pendidikan Sebagai tempat untuk mendidik para pelajar tingkat SMK, SMK Negeri 2 Surakarta memiliki fasilitas praktek yang cukup lengkap. Setiap fasilitas praktek ditempatkan di masing-masing bengkel/intsalasi setiap jurusan. Fasilitas ini digunakan untuk berbagai kegiatan praktek kejuruan. Adapun berbagai fasilitas dan labolaturium di SMK Negeri 2 Surakarta adalah sebagai berikut : a. Ruang belajar/ teori, terdiri dari 53 kelas b. Ruang praktek, terdiri dari: ♦ Bengkel bangunan Terdapat fasilitas labolaturium kerja kayu, kerja batu, plumbing, gambar (konvensional & auto cad) dan labolaturium survey dan pemetaan. Setiap labolaturium disediakan berbagai peralatan, baik peralatan kerja maupun peralatan pendukung. Selain itu juga disediakan tabung pengaman kebakaran serta kotak P3K untuk menaggulangi bahaya kecelakaan.
58
♦ Bengkel elektronika Terdapat fasilitas labolaturium pengukuran elektronika, perakitan pesawat elektronika, labolaturium TV dan radio dan labolaturium komputer. ♦ Bengkel listrik Terdapat fasilitas labolaturium pengukuran listrik, sistem kontrol, reparasi dan labolaturium instalasi. ♦ Bengkel mesin Terdapat fasilitas labolaturium pengukuran, kerja bangku, kerja mesin, pengujian bahan, gambar auto cad, kerja plat, las (las listrik dan asitelin) dan labolaturium pembentukan. ♦ Bengkel otomotif Terdapat fasilitas labolaturium kelistrikan otomotif, motor bensin, motor diesel, chasis dan labolaturium las dan kerja bangku. c. Perpustakaan d. Ruang kepala sekolah e. Ruang wakil kepala sekolah f. Ruang guru g. Ruang bimbingan dan konseling (BK) h. Ruang tata usaha i.
Ruang kesenian
j.
Ruang pertemuan
k. Gudang l.
Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
59
m. Ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) n. Tempat Ibadah/ Mushola o. Koperasi p. Kantin q. Tempat parker r. Pos satpam s. Kamar mandi/ WC
E. Struktur Organisasi Seperti layaknya organisasi, untuk menunjukkan batasan kewenangan dan tanggung jawab, serta hubungan kerja yang terjadi dalam organisasi biasanya digambarkan dalam struktur organisasi. Struktur organisasi SMK Negeri 2 Surakarta dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 STRUKTUR ORGANISASI SMK NEGERI 2 SURAKARTA 2008/2009 KEPALA SEKOLAH
KOMITE SEKOLAH
Quality Management Representative (QMR)
Kepala Tata Usaha (KTU)
Wakil Kepala Sekolah (WKS) Kurikulum
Ketua prog. Keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB)
Ketua prog. Keahlian Teknik Konstruksi Bangunan (TKB)
Wakil Kepala Sekolah (WKS) Kesiswaan
Ketua prog. Keahlian Teknik Perkayuan (TP)
Ketua prog. Keahlian Teknik Audio Video (TAV)
Wakil Kepala Sekolah (WKS) Sumber Daya Manusia
Ketua prog. Keahlian Teknik Listrik Pemakaian (TLP)
GURU WALI KELAS Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta
Ketua prog. Keahlian Teknik Pemesinan (TPM)
Wakil Kepala Sekolah (WKS) Humas
Ketua prog. Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (TMO)
Ketua prog. Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
Ketua Guru Normatif Adaptif (KGNA)
47
Struktur organisasi di atas menggambarkan mekanisme pengelolaan dan alur kegiatan SMK Negeri 2 Surakarta, yang selengkapnya menceritakan tanggung jawab, wewenang dan tugas masing-masing jabatan. 1. Kepala Sekolah Kepala sekolah sebagai puncak pimpinan sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap aktivitas yang terjadi di sekolah. Namun demikian seluruh warga sekolah harus saling bahu membahu dan bekerja sama guna mencapai kemajuan sekolah. Dalam memangku jabatan sebagai kepala sekolah, dibantu oleh beberapa wakil kepala sekolah. Terdapat empat orang wakil kepala sekolah yakni wakil kepala sekolah kurikulum, wakil kepala sekolah kesiswaan, wakil kepala sekolah sumber daya manusia, dan wakil kepala sekolah hubungan masyarakat. Berikut uraian tetang tanggung jawab, wewenang dan tugas dari kepala sekolah. 1.1.Tanggung jawab 1.1.1. Bertanggung
jawab
kepada
Pemerintah
Kota
dan
Dinas
Pendidikan. 1.1.2. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan di sekolah, Garis Koordinasi sesuai dengan visi dan misi sekolah. 1.2.Wewenang Garis Komando Menyelenggarakan
seluruh
kegiatan
yang
berhubungan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang meliputi:
dengan
48
1.2.1. Perencanaan program kerja sekolah dan Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS). 1.2.2. Pengorganisasian seluruh program kerja di sekolah. 1.2.3. Memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan. 1.2.4. Menentukan kegiatan untuk perbaikan selanjutnya. 1.3.Tugas Pengelolaan teknik edukatif Program Diklat berdasarkan Visi dan Misi sekolah, yaitu: 1.3.1. Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan Program Diklat Kurikulum SMK edisi 1999/ Kurikulum SMK edisi 2004. 1.3.2. Mengelola unsur pokok-pokok manajemen sekolah: Man (guru, karyawan, siswa); Money (dana dari orang tua siswa dan pemerintah); dan Material (fasilitas berupa: gedung, perabot sekolah, alat-alat pelajaran teori dan praktek). 1.3.3. Mengadakan kerjasama dengan pihak luar, seperti orang tua siswa, pengguna produk (tamatan), jajaran pemerintah, dll. 2. Wakil Kepala Sekolah Kurikulum Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah atas terlaksananya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Wewenang Menyelenggarakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
49
Tugas 2.3.1 Menjabarkan kurikulum menjadi program operasional Diklat di sekolah melalui analisis kurikulum, sinkronisasi, menetapkan kurikulum validasi. 2.3.2 Menetapkan program pembelajaran, jadwal kegiatan, pembagian tugas mengajar, jadwal pelajaran, dan bahan ajar. 2.3.3 Mengorganisasi dan mengkooedinasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) baik teori maupun praktek yang terdiri dari: persiapan KBM, pelaksanaan KBM, evaluasi hasil belajar, analisis hasil evaluasi belajar, perbaikan dan pengayaan. 2.3.4 Mengelola administrasi pendidikan/ pengajaran. 2.3.5 Merencanakan dan menyusun program pengembangan kurikulum. 2.3.6 Bersama Wakil Kepala Sekolah urusan kesiswaan melaksanakan kegiatan Penerimaan Siswa Baru (PSB). 3. Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan Bidang Kesiswaan. Wewenang Menyelenggarakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) Penanganan ketertiban siswa Menyelenggarakan Bimbingan dan Penyuluhan (BP)/ Bimbingan Karier (BK)
50
Tugas Menyusun
program
kegiatan
kesiswaan
dan
mengkoordinasikan
pelaksanaannya. Mengkoordinasikan pelaksanaan pendampingan siswa. Memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan kesiswaan. Merencanakan dan melaksanakan pendaftaran dan penerimaan siswa baru. Menegakkan disiplin tata tertib siswa. Mengkoordinasi program Bimbingan dan Penyuluhan (BP)/ Bimbingan Karier (BK). Pembinaan/ Pengembangan kepribadian siswa. Pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Ekstrakulikuler. Mengelola administrasi kegiatan siswa. Memperhatikan, memelihara, menjaga suasana sekolah (keamanan, ketertiban, kerapian, kesehatan, kekeluargaan, dan kenyamanan siswa). Menerencanakan, membuat dan merevisi buku pengenal dan tata tertib siswa. 4. Wakil Kepala Sekolah Sumber Daya Manusia Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam hal pengelolaan sumber daya sekolah. Wewenang Merencanakan pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya sekolah. Tugas Menyusun program pemberdayaan sarana prasarana.
51
Menyusun program pemberdayaan dan pengembangan ketenagaan. Mengarahkan urusan ketenagaan agar berfungsi sebagaimana mestinya. Secara rutin menyampaikan hasil kerja kepada Kepala Sekolah Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan dan pengembangan ketenagaan. Menetapkan kompetensi personil (guru) sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pendampingan seluruh guru sekolah. Mengusulkan jumlah guru sesuai dengan prinsip kecukupan dan kesesuaian kebutuhannya. Mengusulkan pengembangan kemampuan guru. 5. Wakil Kepala Sekolah Hubungan Masyarakat Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah atas terwujudnya kerjasama dengan Dunia Usaha/ Industri (DUDI) dan stakeholders. Wewenang Mengendalikan kegiatan promosi, informasi, komunikasi dan kerjasama dengan dunia usaha/ dunia industri (DUDI) serta stakeholders. Tugas Menyusun program kerjasama dengan dunia usaha/ industri dan stakeholders.
52
Menjalin kerjasama dengan dunia usaha/ industri (DUDI) dan stakeholders. Mempromosikan potensi sekolah. Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan program yang berkaitan dengan berhubungan masyarakat. Mengelola input-input dari stakeholders. Bersama
Wakil
Kepala
Sekolah
kurikulum
melaksanakan
sinkronisasi dan menetapkan validasi kurikulum. Melaksanakan program praktek kerja industri. Mengelola program pemasaran dan penelusuran tamatan. 6. Ketua Program keahlian (KP)/ Ketua Guru Normatif Adaptif (KGNA) Ketua Program keahlian (KP) merupakan salah seorang guru mata pelajaran produktif yang menjadi kepala suatu program keahlian di SMK Negeri 2 Surakarta. Sama halnya dengan KP, Ketua guru normatif adaptif adalah kepala dewan pengajar (guru) untuk mata pelajaran umum (normatif adaptif). Adapun tanggung jawab, wewenang dan tugasnya adalah sebagai berikut: Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah atau pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) praktek dan pengelolaan bengkel. Wewenang Merencanakan dan melaksanakan seluruh kegiatan kegiatan belajar mengajar (KBM) praktek di Program Keahlian masing-masing.
53
Tugas Bersama wakil kepala sekolah urusan kurikulum menyusun jadwal KBM praktek. Membuat tata tertib bengkel. Menentukan kebutuhan bahan dan alat KBM praktek. Melaksanakan pengembangan bengkel. Mengelola pengadaan barang khususnya bahan praktek di bengkel. 7. Wali Kelas Wali kelas adalah salah seorang guru yang menjadi pendamping dari suatu kelas. Adapun tangggung jawab, wewenang dan tugas dari wali kelas adalah sebagai berikut: Tanggung jawab Bertanggung
jawab
kepada
kepala
sekolah
atas
terlaksananya
pendampingan dan monitoring kelas. Wewenang Melaksanakan kegiatan yang berhubungan pendampingan dan monitoring kelas. Tugas Mewakili kepala sekolah dan orangtua siswa dalam pembinaan siswa. Membina kepribadian, ketertiban dan kekeluargaan. Membantu
pengembangan
ketrampilan siswa.
peningkatan
kecerdasan
dan
54
Evaluasi nilai rapor dankenaikan kelas. Membantu wakil kepala sekolah urusan kurikulum dan wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dalam permasalahan yang terkait. Membuat catatan tentang: Situasi keluarga dan eknomi. Ketidakhadiran, pelanggaran, dan perilaku siswa. Prestasi akademik masing-masing siswa. 8. Guru Guru adalah pendidik. Guru mendidik siswa di sekolah dan memebrikan sebagian ilmunya pada peserta didik. Guru di SMK Negeri 2 Surakarta, memiliki tanggung jawab, wewenang dan tugas sebagai berikut: Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada kepala sekolah beerkenaan dengan kegiatan kegiatan belajar mengajar (KBM) menurut tingkat yang diajarkan. Wewenang Melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan tugas mengajar. Tugas Program kegiatan belajar mengajar (KBM) meliputi: Persiapan analisis kurikulum. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM). Evaluasi. Analisis. Perbaikan.
55
Pembinaan terhadap siswa. Pengelolaan kelas. 9. Quality Management Representative (QMR) Quality Management Representative (QMR) adalah sekelompok guru yang ditunjuk untuk mengurusi sistem manajemen mutu yang ada di SMK Negeri 2 Surakarta. Adapun tanggung jawab, wewenang dan tugasnya adalah sebagai berikut: Tanggung jawab Memastikan bahwa program yang diperlukan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ditetapkan, diterapkan dan dipelihara. Melaporkan kepada kepala sekolah tentang pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu di sekolah dan kebutuhan apapun untuk perbaikannya. Membangkitkan
kesadaran
di
sekolah
tentang
pentingnya
harapan
stakeholders. Menjadi penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu.
Wewenang Mengatur,
menumbuhkan
kesadaran
tentang
pentingnya
harapan
stakeholders, mengendalikan dan mengembangkan sistem dari seluruh proses yang terjadi sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Mutu serta
56
kewenangan untuk menjalin hubungan dengan pihak luar khususnya mengenai Sistem Manajemen Mutu. Tugas Memeriksa kecukupan dokumen Pedoman Mutu pada Sistem Manajemen Mutu. Mengesahkan dokumen Standart Operating Procedure (SOP) pada Sistem Manajemen Mutu. 10. Ketua Tata Usaha (KTU) Ketua tata usaha adalah salah seorang pegawai (selain guru) yang menjadi kepala dalam urusan administrasi di sekolah. Adapun tanggung jawab, wewenang dan tugasnya adalah sebagai berikut: 10.1. Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada kepala sekolah atas terselenggaranya kegiatan ketatausahaan. 10.2. Wewenang Mengelola seluruh kegiatan yang berhubungan dengan administrasi dan ketatausahaan.
10.3. Tugas 10.3.1. Melaksanakan
kebijaksanaan
administrasi dan ketatausahaan.
kepala
sekolah
dalam
hal
57
10.3.2. Melaksanakan hubungan masyarakat khususnya instansi vertikal yang terkait. 10.3.3. Melaksanakan administrasi umum/ korespondensi ke dalam dan ke luar. 10.3.4. Membuat daftar gaji. 10.3.5. Mengelola ketatausahaan sekolah. 10.3.6. Mengelola administrasi kepegawaian dan pensiunan. 10.3.7. Mengelola Buku Induk Siswa dan Buku Induk Pegawai. 10.3.8. Mengelola pengadaan barang. 10.3.9. Mengelola lingkungan sekolah. 11. Komite Sekolah Komite sekolah SMK Negeri 2 Surakarta adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/ wali peserta didik, komunitas sekolah serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Adapun tanggung jawab, wewenang dan tugasnya adalah sebagai berikut: 11.1. Tugas 11.1.1. Menyusun rencana program kerja Komite Sekolah. 11.1.2. Melaksanakan semua keputusan hail musyawarah rapat anggota Komite Sekolah. 11.1.3. Mengundang kepala sekolah dalam rapat-rapat Komite Sekolah. 11.1.4. Pengurus komite sekolah melaksanakan rapat kerja pengurus sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.
58
11.1.5. Pengurus komite sekolah melaksanakan rapat luar biasa bila dipandang peerlu. 11.1.6. Mengkomunikasikan hasil rapat komite sekolah kepada kepala sekolah. 11.1.7. Menghadiri rapat dinas sekolah atas undangan kepala sekolah. 11.1.8. Menerima klarifikasi persoalan yang dihadapi sekolah. 11.1.9.Mengadakan pertanggungjawaban keuangan yang dititipkan dari masyarakat kepada sekolah. 11.1.10.Mengevaluasi program kerja komite sekolah. 11.2. Kewajiban Komite sekolah juga berkewajiban untuk melaksanakan: 11.2.1. Penggalian sumber daya sekolah 11.2.2. Pengelolaan sumber dana sekolah. 11.2.3. Pengendalian kualitas pelayanan pendidikan. 11.2.4. Jaringan kerjasama dan sistem informasi dengan lembaga/ instansi terkait. 11.2.5. Pengelolaan sarana prasarana. 11.2.6. Partisipasi bidang usaha dalam peningkatan kinerjanya.
F. Keadaan Pegawai 1. Keadaan guru
59
Jumlah guru SMK Negeri 2 Surakarta pada tahun 2008/2009 sebanyak 167 orang. Adapun jumlah guru tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2. Tabel 2.1 Guru SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Status Tahun Pelajaran 2008/2009 No.
Uraian
1. 2.
Guru Tetap Guru Tidak Tetap Jumlah
Jenis Kelamin L P 103 12 115
45 11 56
Jumlah Jumlah % 148 86,55 % 23 13,45 % 171 100 %
Sumber: SMK Negeri2 Surakarta
Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa jumlah guru tetap di SMK Negeri 2 Surakarta adalah 148 orang atau mencapai 86,55 %, lebih banyak daripada jumlah guru tidak tetap yang hanya 13,45 % (23 orang). Guru tetap adalah guru yang sudah menjadi PNS, sedangkan guru tidak tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi PNS. Jumlah guru tetap adalah 148 orang yang terdiri dari 103 laki-laki dan 45 guru perempuan. Sedangkan jumlah guru tidak tetap 23 orang masing-masing 12 guru laki-laki dan 11 guru perempuan. Sedangkan jumlah guru berdasarkan jejang pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Guru SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Pendidikan Tahun Pelajaran 2008/2009
60
No. 1. 2. 3.
Jenjang Pendidikan S2 S1 D3 Jumlah
Jumlah 9 152 10 171
Prosentase 5,26 % 88,89 % 5,85 % 100 %
Sumber : SMK Negeri 2 Surakarta
Dari tabel 2.2 dapat diketahui bahwa mayoritas guru di SMK Negeri 2 Surakarta adalah mempunyai jenjang pendidikan S1 yaitu sekitar 88.89% dari jumlah seluruh guru yang ada. Sedangkan guru dengan pendidikan S2 dan D3 masing-masing ada 9 orang (5,26 %) dan 10 orang (5,85 %). Ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan guru di SMK Negeri 2 Surakarta sudah dapat dibilang cukup kompeten. 2. Keadaan karyawan Jumlah karyawan SMK Negeri 2 Surakarta adalah 43 orang. Adapun jumlah karyawan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4. Tabel 2.3 Karyawan SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Status Tahun Pelajaran 2008/2009 No. 1. 2.
Status Karyawan tetap Karyawan tidak tetap Jumlah
Jenis Kelamin L P 3 4 30 6 33 10
Jumlah 7 36 43
Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta
Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa jumlah karyawan tetap di SMK Negeri 2 Surakarta hanya 7 orang yaitu 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Karyawan tetap adalah karyawan yang sudah diangkat menjadi PNS). Sedangkan karyawan tidak tetapnya (belum diangkat menjadi PNS) ada 36 orang atau sekitar.
61
mencapai yang terdiri dari 30 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Sedangkan jumlah karyawan berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Karyawan SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Pendidikan Tahun Pelajaran 2008/2009 No. Pendidikan 1. S2 2. S1 3. Lainnya (D3,SMA/sederajat,SMP) Jumlah
Jumlah 1 5 37 43
Prosentase 2,32 % 11,63 % 86,05 % 100 %
Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta
Dari tabel 2.4 dapat dilihat pegawai di SMK Negeri 2 Surakarta yang berpendidikan S2 hanya 1 orang (2,32 %), S1 ada 5 orang (11,63 %) dan yang berpendidikan D3,SMA/sejerajat,SMP ada 37 orang atau sekitar 86,05 %.
G. Jumlah Siswa dan Penyebarannya Berdasarkan data rekap dari SMK Negeri 2 Surakarta yang dilakukan sampai bulan Mei 2009, maka jumlah siswa di sekolah tersebut dapat dilihat pada tebel 2.5 dan 2.6. Tabel 2.5 Jumlah Siswa Dan Jumlah Kelas Di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Tingkatan Kelas Tahun Pelajaran 2008/2009 Jumlah Siswa No Jumlah Tingkatan Kelas . Kelas L P Jumlah 1. Kelas X (sepuluh) 19 586 48 634 2. Kelas XI (sebelas) 19 543 50 593 3. Kelas XII (dua belas) 15 476 27 503 Dari tabel Jumlah 2.5 dapat diketahui bahwa jumlah siswa SMK Negeri 53 1605 125 1730 2 Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta
Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 1730 orang. Jumlah tersebut
62
terbagi dalam 53 kelas. Untuk SMK Negeri 2 Surakarta, sesuai dengan Kurikulum 2004, sebutan kelas dimulai dari kelas X (sepuluh), dan dilanjutkan dengan kelas XI (sebelas), dan XII (dua belas) menggantikan tahun-tahun sebelumnya yang lazim disebut dengan kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Jumlah siswa kelas X ada 634 orang dengan jumlah siswa laki-laki 586 orang dan siswa perempuan 48 orang, kelas XI ada 593 orang yaitu 543 siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan. Sedangkan siswa kelas XII ada 503 orang yang terdiri dari 476 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan. Jumlah siswa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Jumlah siswa laki-laki di tiap tingkatan kelas lebih banyak daripada siswa perempuan. Adapun jumlah siswa berdasarkan program keahlian dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Jumlah Siswa dan Jumlah Kelas Di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Program Keahlian Tahun Pelajaran 2008/2009 N o. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jumlah Kelas
Jumlah Siswa
Program Keahlian
X (sepuluh)
XI (sebelas)
XII (dua belas)
L
P
Teknik Gambar Bangunan (TGB) Teknik Konstruksi Bangunan (TKB)
1
1
1
92
5
Jumlah Keseluruhan 97
1
1
1
88
-
88
Teknik Perkayuan (TP) Teknik Listrik Pemakaian (TLP) Teknik Audio Visual (TAV) Teknik Pemesin (TPM) Teknik Mekanik Otomotif (TMO) Teknik Komputer
1
1
1
75
-
75
1
1
1
96
3
99
4
4
3
351
21
372
4
4
3
360
1
361
4
4
3
365
1
366
3
3
2
178
94
272
63
Jaringan (TKJ) Jumlah
19
19
15
1605
125
1730
Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta
Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa jumlah kelas pada teknik audio, teknik pemesinan dan teknik mekanik otomotif ada 4 kelas dengan jumlah siswa masingmasing 372 orang, 361 orang dan 366 orang. Jumlah kelas dan siswa pada program keahlian ini lebih banyak dibanding jumlah kelas dan siswa di program keahlian lain dikarenakan program keahlian ini merupakan program keahlian yang diunggulkan di SMK Negeri 2 Surakarta. Adapun jumlah kelas pada teknik gambar bangunan, teknik konstruksi bangunan, teknik perkayuan dan teknik listrik pemakaian masing-masing ada 1 kelas. Sedangkan jumlah siswa pada teknik komputer dan jaringan ada 3 kelas dengan 272 siswa. Siswa yang diterima di SMK Negeri 2 Surakarta langsung masuk pada program keahlian yang dipilih oleh siswa. Maksud dari penggolongan program keahlian ini adalah agar siswa lebih mampu mengembangkan kompetensinya lebih dini sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
H. Kegiatan Siswa Siswa atau pelajar adalah warga negara yang terdidik, oleh sebab itu, siswa seharusnya merupakan warga negara yang baik, loyal, tertib, dan pantas dicontoh. Kehidupan pelajar merupakan masa yang paling baik dalam membentuk fisik, mental, dan karakter untuk menjadi manusia pembangunan yang berPancasila. Berhubung dengan hal tersebut, maka SMK Negeri 2 Surakarta
64
memfasilitasi para siswanya untuk mengikuti kegiatan intra sekolah dan ekstrakulikuler. Kegiatan intra sekolah merupakan kegiatan utama yang secara langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolahan. Kegiatannya meliputi Organisasi Intra Sekolah (OSIS) yang wajib diikuti tiap siswa. Sedangkan kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan tambahan yang tidak secara langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar, meliputi: 1. Keolahragaan: semua kegiatan untuk peningkatan kesehatan dan kesegaran jasmani. 2. Kesenian/ Kebudayaan: karawitan, musik dance, teater. 3. Bakti masyarakat: Palang Merah Remaja (PMR). 4. Rekreasi dan pembinaan generasi muda: Perkemahan, pecinta alam, pramuka. 5. Kegiatan Publikasi: kliping, majalah dinding, berita kegiatan. 6. Kegiatan Ilmiah: Karya Ilmiah Remaja (KIR), diskusi kelompok, study tour. 7. Ketrampilan: semua aspek yang mencakup ketrampilan siswa. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang merupakan organisasi yang wajib diikuti oleh tiap siswa dan mempunyai struktur organisasi seperti berikut:
Gambar 2.2 Struktur Osis SMK Negeri 2 Surakarta 2008/2009
Wakil Kepala Sekolah
65
BAB III
66
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam rangka mendekatkan kesesuaian mutu tamatan yang meliputi kemampuan kerja dan sikap professional dengan kebutuhan lapangan kerja, Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
menempuh
kebijakan
untuk
menyelenggarakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan model Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Program ini terdiri dari dua sistem yaitu kegiatan belajar mengajar di sekolah dan praktek kerja di industri yang disebut dengan praktek kerja industri (prakerin). Prakerin adalah kegiatan magang di dunia usaha/industri dalam waktu tertentu untuk mengenal lebih dini dunia kerja sebelum mereka menamatkan pendidikan di SMK. Penelitian ini mencakup satuan pengamatan pelaksanaan praktek kerja industri di SMK Negeri 2 Surakarta. Sedangkan analisis penelitian berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi langsung, dokumen-dokumen dan laporanlaporan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti. Pada bab ini, data-data yang telah diperoleh akan disusun, disajikan dan dianalisis secara sistematis sesuai dengan perumusan masalah yang ada. Susunan analisis data akan nampak sebagai berikut: A. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 2 Surakarta Secara lebih jelas pembahasan tentang pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 2 Surakarta dapat dilihat pada pembahasan berikut ini:
1. Persiapan praktek kerja industri
67
Persiapan praktek kerja industri merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum praktik kerja industri dimulai. Tujuannya adalah untuk menyiapkan segala kebutuhan praktek kerja industri yang akan diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Negeri 2 Surakarta di dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat persiapan tersebut antara lain: 1.1
Penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri Penentuan waktu pelaksanaan prakerin ini harus tepat agar tidak
mengganggu proses belajar mengajar yang telah ditentukan oleh bagian kurikulum. Waktu pelaksanaan prakerin adalah jangka waktu siswa sebagai peserta prakerin dari awal pelaksanaan di dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan sampai penarikan oleh pihak sekolah. Dalam penentuan waktu pelaksanaan prakerin ini, Wakil Kepala Sekolah Hubungan Masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta melakukan koordinasi dengan bagian kurikulum dalam penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Selokah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut: “Waktu pelaksanaan prakerin sudah ditentukan oleh WKS 4 SMK Negeri 2 Surakarta yang berkoordinasi dengan bagian kurikulum. Keduanya berkoordinasi dalam penentuan waktu prakerin agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan sebelumnya.” (Wawancara dengan Drs. Sarmanto, 07-07-09).
Praktek kerja industri Teknik Mekanik Otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ini dilaksanakan dalam 2 periode yaitu : 1. Periode ke 1 : 1 Juli s.d. 30 Agustus 2009
68
2. Periode ke 2: 1 September s.d. 31 Oktober 2009 Pelaksanaan prakerin dalam program keahlian Teknik Mekanik Otomotif dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama melakukan prakerin pada periode ke 1 dan kelompok kedua melakukan prakerin pada periode ke 2. Kegiatan prakerin ini dilaksanakan pada awal semester satu kelas XII (duabelas) selama waktu kerja 2 bulan atau lebih di dunia usaha/industri yang menjadi institusi pasangan. Lamanya prakerin ini tergantung pada kesepakatan antara pihak sekolah dengan institusi pasangan serta lokasi tempat prakerin. Sebagaimana dijelaskan oleh Wakil Kepala Selokah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut: “Untuk siswa yang melakukan prakerin pada perusahaan yang ada di Kota Surakarta, waktunya sekitar 2-3 bulan sedangkan siswa yang melakukan prakerin di luar Kota Surakarta bisa sampai 4 bulan”.(Wawancara dengan Drs. Sarmanto, 07-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu siswa SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut: “Pelaksanaan prakerin sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Pelaksanaan prakerin dibagi dalam dua periode yaitu periode ke 1 pada bulan JuliAgustus dan periode ke 2 pada bulan September-Oktober. Tetapi untuk siswa yang melakukan prakerin di Luar Kota Solo, waktunya lebih lama mbak yaitu sekitar 4 bulan”.(Wawancara dengan Linggar Endra, 14-0709).
Hal ini dibenarkan oleh siswa jurusan Teknik Mekanik Otomotif yang lain yaitu Luthfi Al Hakim sebagai berikut: “Saya mengikuti prakerin pada tahap 1 yaitu bulan Juli-Agustus, dan hanya 2 bulan saja mbak. Tetapi teman saya dari jurusan lain ada yang mengikuti prakerin sampai 4 bulan.” (Wawancara, 14-07-09).
69
Dari beberapa hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa lamanya prakerin ditentukan oleh lokasi tempat prakerin dan kesepakatan antara pihak sekolah dengan pihak institusi pasangan. Dunia usaha/ industri sebagai tempat pelaksanaan prakerin menjadi komponen yang penting dalam pelaksanaan prakerin, sehingga dalam penentuan waktu pelaksanaan prakerin juga perlu mempertimbangan kesanggupan pihak dunia usaha/ industri. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto, wakil kepala sekolah hubungan masyarakat sebagai berikut: “Prakerin dapat dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran kompetensi yang direncanakan akan diberikan di dunia kerja. Di samping itu perlu juga mengadakan komunikasi dengan dunia kerja, dengan tujuan untuk memastikan kesiapan dunia kerja dan pembimbing, menerima peserta prakerin sesuai kompetensi yang diharapkan.”(wawancara,07-07-09)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hari Agung, S.Pd, guru pembimbing prakerin sebagai berikut: “Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi siswa. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaan dan penempatan peserta didik untuk prakerin tepat sasaran sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari.” (Wawancara, 0607-09).
Hampir semua dunia usaha/ industri yang bekerjasama dengan pihak SMK Negeri 2 Surakarta menyetujui jadwal waktu pelaksanaan prakerin. Adapun dunia usaha/ industri yang menolak penentuan waktu pelaksanaan prakerin mempunyai alasan bahwa kondisi kesibukan aktivitas pekerjaan yang tidak mendukung sehingga pihak dunia usaha/ industri kuatir tidak bisa melaksanakan tugas sebagai institusi pasangan dengan maksimal. Berdasarkan ketidaksesuaian penentuan
70
waktu pelaksanaan praktek kerja industri antara pihak sekolah dengan pihak dunia usaha/ industri, maka pihak sekolah mencari dunia usaha/ industri lain sebagai institusi pasangan, hal ini nampak dari pernyataan Guru Pembimbing prakerin sebagai berikut: “Dalam penentuan waktu pelaksanaan prakerin, apabila ketidaksesuaian waktu yang mengakibatkan penolakan oleh pasangan, maka siswa bisa mencari dunia usaha/ institusi lain institusi pasangan dalam prakerin”. (Wawancara dengan Hari S.Pd, 06-07-09)
terjadi institusi sebagai Agung,
Dari hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri, selain adanya koordinasi antara tim Pokja SMK Negeri 2 Surakarta dengan bagian kurikulum, penentuan waktu pelaksanaan prakerin juga harus memperhatikan kesanggupan dari pihak dunia usaha/ industri yang akan menjadi institusi pasangan. Pemilihan waktu ini harus tepat agar tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. 1.2
Pemetaan dunia usaha/ industri sebagai tempat praktek kerja industri Pemetaan dunia usaha/industri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh kejelasan tentang dunia usaha/industri yang akan menjadi tempat praktek kerja industri. Dunia usaha/ industri merupakan komponen terpenting karena posisinya sebagai institusi pasangan atau partner kerjasama dalam pelaksanaan praktek kerja industri. Pemetaan dunia usaha/industri sangat penting dilakukan sebelum program prakerin dirancang. Hal ini dimaksudkan agar dunia usaha/industri yang dijadikan institusi pasangan benar-benar sesuai dengan
71
program keahlian yang sedang ditekuni oleh peserta didik sehingga tujuan prakerin tercapai dengan baik. Pelaksanaan praktek kerja industri hanya mungkin dapat dilaksanakan apabila ada kesediaan dan kemauan industri/perusahaan untuk menjadi pasangan SMK, karena itu dituntut kemauan dan kemampuan SMK untuk berinisiatif mendekati serta mendapatkan industri/perusahaan untuk menjdi pasangannya. Pelaksanaan prakerin sudah menjadi jadwal rutin dari sekolah sehingga dunia usaha/ industri yang menjadi institusi pasangan sebagian besar sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta yaitu Bapak Sarmanto berikut ini: “Berlangsungnya prakerin sudah menjadi kegiatan rutin dari sekolah sehingga pemetaan tempat prakerin baik yang ada di karesidenan Surakarta maupun yang ada di luar kota Surakarta dilakukan melalui proses prakerin yang sudah berlangsung pada tahun sebelumnya. Pemetaan dunia usaha/industri dilakukan melalui pengisian angket observasi pembimbingan yang dilakukan guru pembimbing di waktu pembimbingan di dunia usaha/ industri.”(Wawancara, 07-07-09).
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pemetaan dunia/ industri dilakukan melalui pengisian angket observasi pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing selama pembimbingan di dunia usaha/ industri karena prakerin merupakan kegiatan rutin yang dilakukan tiap tahun. Dalam rangka melaksanakan prakerin untuk program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, SMK Negeri 2 Surakarta telah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan/ industri baik yang ada di karesidenan Surakarta maupun yang ada di luar kota. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel 3.1 mengenai nama-nama dunia usaha/industri
72
yang menjadi institusi pasangan dalam prakerin program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Tabel 3.1 Nama dan Alamat Dunia Usaha/ Industri Untuk Rogram Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 NO. 1.
Lokasi
Nama-nama Dunia usaha/ industri
Karesidenan Surakarta 1.
Bengkel RPM Jl. Slamet Riyadi No. 108 Kartasura, Sukoharjo. 2. Bengkel Fajar Motor Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali. 3. Bengkel Hero Auto Service Jl. Cokroaminoto No. 2 Surakarta. 4. Bengkel Exast Jl. Batik Keris No. 54 Cemani Surakarta. 5. Bengkel Nitro Speed Jl. Dr. Rajiman No. 452 Laweyan Ska. 6. Bengkel Sun Motor Jl. Ahmad Yani Km. 5 Pabelan Sukoharjo. 7. Bengkel Setia Prima Jl. Adi Sucipto No. 200 Surakarta. 8. Bengkel Mega Merapi Jl. Solo-Yogya Km. 11 Kartasura. 9. Bengkel Monte Carlo/ Otoclinic Jl. Soepomo No. 6A Surakarta. 10. Bengkel Otoclinik Jl. Raya Solo Tw Mangu Km. 7 Palur Kra. 11. Bengkel Anugerah Kasih Jl. Tangkuban Perahu No. 23a Surakarta. 12. Star Prima Jl. Suryo No. 147 Jagalan Surakarta. 13. PT. Astra Internasional Tbk. DaihatsuSurakarta Jl. Raya Solo Permai Solo Baru Sukoharjo. 14. Honda Solo Baru Jl. Raya Solo Baru Sukoharjo. 15. Toyota Nascomo Solo Baru Jl. Raya Solo Permai Solo Baru. 16. Bengkel Purnomo Jl. Sumbing Tengah No. 1 Mojosongo, Surakarta
73
17. Bengkel Joko Respon Jl. Kumbang Moro RT.03/03 Danusuman Ska. 18. Bengkel Fajar Motor Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali. 19. Bengkel Otomotif Tomo Jl. Kapten P. Tendean No. 2 Nusukan Surakarta. 20. Bengkel YN Jl. Kapten Muladi No. 335B Surakarta. 21. Bengkel Sahabat Jl. Slamet Riyadi No. 442 Makamhaji, Kartasura, Surakarta. 22. MAN Motor Madungan Jongke Karanganyar. 23. Bengkel Yanto Jl. Slamet Riyadi No. 421 Makamhaji, Kartasura, Surakarta. 24. Bengkel Isuzu Astra DSO Jl. Adi Sucipto Surakarta. 25. Bengkel Bintang Motor Mobilindo Jl. Slamet Riyadi No. 181 Surakarta 26. Bengkel Mobil Harjuna Jl. Yosodipuro No. 34 Solo. 27. Bengkel Hero Auto Service Jl. Cokroaminoto No. 2 Surakarta. 28. Bengkel Bapak Warono Kajen RT.25/VII Celep, Kedawung Sragen. 29. Bengkel Azhari Sangkrah Surakarta. 30. Bengkel Era 2000 Jl. Raya Palur Tawangmangu Km. 6,9. 31. PT. Solo Indonesia Utama Jl. Ahmad Yani Km. 8 Pabelan Kartasura Surakarta. 32. Bengkel Iwan Jl. Papangan Dukuh Makamhaji 2. Luar Kota 1. PT. Surya Putra Sarana Jl. Jend. Sudrman No. 776 Bandung. 2. PT. New Ratna Motor Jl. Raya Kaligawe Km. 5 Semarang. Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta
Dari beberapa dunia usaha/ industri tersebut, ada beberapa dunia usaha/ industri yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya tetapi ada juga dunia usaha
74
industri yang baru. Perubahan dunia usaha/ industri tersebut dikarenakan ketidaksesuaian dengan kompetensi siswa. Dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai tempat berlangsungnya prakerin adalah melalui 2 cara yaitu pertama, dunia usaha/ industri dipilihkan oleh pihak sekolah dan yang kedua adalah siswa mencari sendiri dunia usaha/ industri yang akan mereka jadikan sebagai tempat prakerin. Pada cara yang kedua ini, apabila setelah dilakukan survei oleh guru pembimbing ternyata dunia usaha/ industri yang dipilih siswa tidak sesuai dengan kompetensi siswa maka siswa disarankan untuk pindah ke dunia usaha/ industri lain atau mereka akan dicarikan dunia usaha/ industri oleh pihak sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Hari Agung sebagai berikut: “Dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai tempat prakerin, ada yang dicarikan oleh pihak sekolah dan ada juga siswa yang mencari sendiri yang penting dunia usaha/ industri yang dipilih sesuai dengan kompetensi siswa.”(Wawancara, 06-07-09). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dunia usaha/ industri yang menjadi tempat praktek kerja industri tidak seluruhnya dipilihkan oleh pihak sekolah. Siswa diberikan kebebasan untuk mencari dunia usaha/ industri sendiri tetapi dalam pemilihan dunia usaha/ industri tersebut harus sesuai dengan kompetensi yang dimiliki siswa sehingga diharapkan siswa bisa memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan program keahlian yang dimiliki. Pihak SMK Negeri 2 Surakarta mempunyai beberapa kriteria dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan. Kriteria pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan antara lain kesesuaian pekerjaan di dunia usaha/ industri dengan kompetensi yang ada di sekolah. Oleh karena itu, dunia usaha/ industri harus bersedia menempatkan siswa pada bagian pekerjaan
75
yang sesuai dengan program keahlian siswa peserta prakerin. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hari Agung sebagai berikut: “Dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan, kriteria yang paling utama yang harus ada adalah pekerjaan yang ada di dunia usaha/ industri harus sesuai dengan kompetensi yang ada di sekolah. Sehingga diperlukan adanya komunikasi antara sekolah dan institusi pasangan dalam pemetaan jenis pekerjaan di industri/ perusahaan yaitu mengidentifikasi jenis-jenis ketrampilan kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada di dunia industri/usaha berikut kemampuan-kemampuan yang dipersyaratkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut”. (Wawancara, 06-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sarmanto sebagai berikut: “Kriteria penentuan DUDI itu harus sesuai dengan kompetensi kemampuan siswa yaitu yang sesuai dengan program keahlian siswa sehingga DUDI yang akan dijadikan tempat prakerin harus bersedia memberikan pekerjaan kepada siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya. Kami berharap dengan pemilihan dunia usaha/ industri sesuai dengan program keahlian siswa adalah agar siswa peserta prakerin dapat menerapkan teori yang diperoleh di sekolah”. (Wawancara, 07-07-09) Dari hasil wawancara dengan kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 2 Surakarta tidak sembarangan dalam memilih dunia usaha/industri sebagai institusi pasangannya. Salah satu kriteria dalam pemilihan dunia usaha/industri adalah adanya kesesuaian kompetensi siswa dengan jenis pekerjaan yang ada di dunia usaha/industri sebagai tempat prakerin. Pihak SMK Negeri 2 Surakarta harus berusaha memilih dunia usaha/industri yang sesuai dengan kompetensi tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar jenis pekerjaan yang akan dilakukan siswa pada saat pelaksanaan praktek kerja industri adalah pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya sehingga ilmu dan pengetahuan di bidang keahlian siswa bisa semakin bertambah.
76
Dalam hal ini, Bapak Sarmanto menambahkan bahwa kriteria kedua dalam pemilihan dunia usaha/ industri adalah sebagai berikut: “Kesediaan dunia usaha/ industri untuk mengkomunikasikan hak dan kewajiban siswa peserta prakerin juga harus diperhatikan. Hak dari siswa peserta prakerin antara lain memperoleh bimbingan dari instruktur di dunia usaha/ industri dan memperoleh suasana kerja yang. Sedangkan kewajiban dari siswa peserta prakerin adalah menaati peraturan yang ada di dunia usaha/ industri tentang jam kerja, sikap maupun kesopanan dalam berpakaian.” (Wawancara, 07-07-09).
Dan kriteria yang ketiga adalah penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk prakerin. Penyelenggaraan praktek kerja industri sangat ditunjang keberhasilannya dengan tersedianya sarana dan prasarana pelatihan yang memadai, dalam arti cukup dalam jumlah dan lengkap jenisnya. Terlebih lagi dalam praktek kerja industri, siswa melakukan praktek setiap hari sehingga dalam hal ini sarana prasarana juga turut mendukung kelancaran proses praktek kerja industri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto sebagai berikut: “Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di DUDI adalah penting. Tetapi masih ada beberapa DUDI yang belum memadai sarana dan prasarananya”(Wawancara, 07-07-09).
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan dunia usaha/ industri juga harus memperhatikan sarana prasarana yang ada karena pihak sekolah mengharapkan peserta prakerin mempunyai pengetahuan dan penambahan ketrampilan dalam pengenalan dan penguasaan teknologi yang berlaku di dunia kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pemilihan dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan, dapat disimpulkan
77
bahwa pihak sekolah mempunyai beberapa kriteria dalam pemetaan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan. Dunia usaha/ industri merupakan tempat pendidikan dan pelatihan kerja dalam menerapkan teori yang telah diperoleh siswa di sekolah. Oleh karena itu, dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan, pihak SMK Negeri 2 Surakarta mempunyai beberapa kriteria yang harus ada di dunia usaha/ industri, antara lain: 1. Kesesuaian bidang usaha yang ada di dunia usaha/ industri dengan program keahlian siswa peserta prakerin. 2. Kesediaan dunia usaha/ industri untuk mengkomunikasikan hak dan kewajiban peserta prakerin selama pelaksanaan prakerin. 3. Ketersediaan sarana dan prasarana sebagai alat pelatihan kerja. 1.3
Pemetaan siswa Pemetaan siswa merupakan penentuan penempatan siswa di dunia usaha/
industri sesuai dengan program keahlian yang dimiliki siswa. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pemetaan siswa adalah Kelompok Kerja (POKJA) prakerin, Ketua program keahlian, Kepala sekolah melalui Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat. Hal ini dungkapkan oleh Bapak Sarmanto sebagai berikut: “Dalam pemetaan siswa ini pembimbing sekolah melakukan koordinasi dengan POKJA prakerin di program keahlian dilanjutkan bersama-sama koordinasi di lini ketua program keahlian bersama dengan WKS 4 dengan kepala POKJA prakerin”.(Wawancara, 07-07-09).
Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Hari Agung, S.Pd., Guru Pembimbing prakerin sebagai berikut: “Pemetaan siswa dilakukan apabila siswa telah mendapatkan jawaban dari dunia usaha/ industri, kemudian pihak sekolah membuatkan surat
78
permohonan, baru siswa dipetakan. Pemetaaan siswa ini dilakukan oleh POKJA prakerin.” (Wawancara, 06-07-09).
Dalam pemetaan siswa tersebut juga dilakukan seleksi terhadap siswa seleksi tersebut berkaitan dengan pretasi siswa di sekolah. Hal ini dilakukan karena ada beberapa dunia usaha/ industri yang menuntut diadakannya seleksi untuk menjaring siswa peserta prakerin. Berikut penjelasan Bapak Sarmanto selaku Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat sebagai berikut: “Adapun kriteria dalam pemetaan siswa di DUDI adalah berkaitan dengan prestasi siswa sebagai tuntutannya. Selain itu, dalam pemetaan siswa juga berdasarkan pada daya tampung yang ada di dunia usaha/ industri.” (Wawancara, 07-07-09).
Hal tersebut diperjelas lagi dengan pernyataan dari Bapak Hari Agung sebagai berikut: “Kriteria khusus dalam pemetaan siswa adalah tentang prestasi siswa dei sekolah, yaitu mereka yang memperoleh peringkat 1-3. Selain itu juga berdasarkan daya tampung di DUDI.”(Wawancara, 06-07-09).
Dari kedua pendapat mengenai seleksi siswa peserta prakerin, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pemetaan siswa calon peserta prakerin tidak ada seleksi khusus kecuali apabila dunia usaha/ industri yang menuntut dilakukannya seleksi. Dalam pemetaan siswa berdasarkan pada daya tampung yang ada di dunia usaha/ industri sehingga siswa dalam satu program keahlian tidak ditempatkan dalam institusi yang sama, mereka dibagi dalam beberapa kelompok tergantung pada daya tampung yang disediakaan oleh dunia usaha/ industri. Seperti yang diungkapkan oleh Luthfi Al Hakim, peserta prakerin sebagai berikut:
79
“Pelaksanaan prakerin di program Teknik Mekanik Otomotif ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Tergantung pada dunia usaha/ industri yang membutuhkan.”(wawancara, 14-07-09).
Hal ini dibenarkan oleh peserta prakerin lain yaitu Wicaksono sebagai berikut: “Kami dalam satu program keahlian itu tidak ditempatkan dalam satu industri yang sama. Saya prakerin di Bengkel Exast Jl. Batik Keris No.5 Cemani dengan 3 orang teman saya.”(wawancara, 14-07-09).
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Agung Tri Wibowo sebagai berikut: “Dalam jurusan teknik mekanik otomotif, siswa tidak ditempatkan dalam dunia usaha/ industri yang sama. Di bengkel Nitro ini, siswa teknik mekanik otomotif dari SMK Negeri 2 Surakarta yang melakukan prakerin ada 4 orang.”(Wawancara, 14-07-09).
Untuk lebih jelasnya, berikut ditampilkan tabel 3.3 mengenai pemetaan siswa peserta praktek kerja industri (prakerin) sebagai berikut: Tabel 3.2 Pemetaan Siswa Praktek Kerja Industri (Prakerin) Periode 1 Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 N O. 1. 2. 3. 4.
Nama dan Alamat DUDI Bengkel RPM Jl. Slamet Riyadi No. 108 Kartasura, Sukoharjo. Bengkel Fajar Motor Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali. Bengkel Hero Auto Service Jl. Cokroaminoto No. 2 Surakarta. Bengkel Exast Jl. Batik Keris No. 54 Cemani Surakarta.
Nama Siswa 1. Andi Hariyanto 1. Danang Kurniawan 1. Triyono 2. Adimas Kusumo 1. Wicaksono GP 2. Luthfi Al Hakim 3. Arwi Siswinanto 4. Fian Metal AP
80
5.
Bengkel Nitro Speed Dr. Rajiman No. 452 Laweyan Ska.
6.
Bengkel Sun Motor Jl. Ahmad Yani Km. 5 Pabelan Sukoharjo.
7.
Bengkel Setia Prima Jl. Adi Sucipto No. 200 Surakarta. 8. Bengkel Mega Merapi Jl. Solo-Yogya Km. 11 Kartasura. 9. Bengkel Monte Carlo/ Otoclinic Jl. Soepomo No. 6A Surakarta. 10. Bengkel Otoclinik Jl. Raya Solo Tw Mangu Km. 7 Palur Kra. 11. Bengkel Anugerah Kasih Jl. Tangkuban Perahu No. 23a Surakarta. 12. Star Prima Jl. Suryo No. 147 Jagalan Surakarta. 13. Kosti Solo Jl. Sumpah Pemuda No. 145 Mojosongo Ska.
14. PT. Astra Internasional Tbk. Daihatsu-Surakarta Jl. Raya Solo Permai Solo Baru Sukoharjo. 15. Honda Solo Baru Jl. Raya Solo Baru Sukoharjo. 16. Toyota Nascomo Solo Baru Jl. Raya Solo Permai Solo Baru. 17. Bengkel Purnomo Jl. Sumbing Tengah No. 1 Mojosongo, Surakarta. 18. Bengkel Joko Respon Jl. Kumbang Moro RT.03/03 Danusuman Ska. 19. Bengkel Fajar Motor Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali. 20. Bengkel Otomotif Tomo Jl. Kapten P. Tendean No. 2 Nusukan Surakarta. 21. Bengkel YN Jl. Kapten Muladi No. 335B Surakarta. 22. Bengkel Sahabat Jl. Slamet Riyadi No. 442 Makamhaji, Kartasura,
1. Agung Tri W 2. Linggar Endra R. 3. Linggar Singgih A. 4. Muhammad Iqbal 1. Adie Prasetyo 2. Imam Lukmana 3. Johan Sugiyanto 1. Pebrian Sri S 1. Ari Setyawan 2. Muhammad Bachru 1. Kusmantoro 1. Eko Prasetyo 1. Rohmad Susanto 2. Endri Ngadiyanto 3. Prastianto Wahyu 1. Jamaludin 1. Rohmad Jailani 2. Ghofar Ismoyo A 3. Masna Wahyu H 4. Oktavianus Yuda K 5. Wisnu Dwi P 6. Muhammad Azia R 7. Iwan Kustia N 1. Ardi Prasetyo 2. Hery Setiawan 1. Hendra Budi S 2. Subur Widodo 1. Fajar Ari A 1. Surya Hari W 1. Agung Widiatmoko 2. Dedy Agung P 1. Karno 1. Pardiyanto 1. Hamdani Sapto H 1. Nursila Aminudin
81
Surakarta. 23. MAN Motor Madungan Jongke Karanganyar. 24. Bengkel Yanto Jl. Slamet Riyadi No. 421 Makamhaji, Kartasura, Surakarta. 25. Bengkel Isuzu Astra DSO Jl. Adi Sucipto Surakarta. 26. Bengkel Bintang Motor Mobilindo Jl. Slamet Riyadi No. 181 Surakarta 27. Bengkel Mobil Harjuna Jl. Yosodipuro No. 34 Solo. 28. Bengkel Bapak Warono Kajen RT.25/VII Celep, Kedawung Sragen. 29. Bengkel Azhari Sangkrah Surakarta. 30. Bengkel Era 2000 Jl. Raya Palur Tawangmangu Km. 6,9. 31. PT. Solo Indonesia Utama Jl. Ahmad Yani Km. 8 Pabelan Kartasura Surakarta. 32. Bengkel Iwan Jl. Papangan Dukuh Makamhaji 33. PT. Surya Putra Sarana Jl. Jend. Sudrman No. 776 Bandung. 34. PT. New Ratna Motor Jl. Raya Kaligawe Km. 5 Semarang. Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta
1. Galih Prasetyo 1. Bimo Sinugroho 2. Radityo Ponco N 1. Bimo Sinugroho 2. Radityo Ponco N 1. Friska Andi W 1. Agus Dwi S 1. Deni Kristiyanto 2. Rachmat Adi F 1. Agus Santoso 2. Agus Triwahyono 1. Abdullah Ruyfasa 1. Fery Adi P 1. Bastiyan Adinata 2. Abdul malik 1. Yunatur Lestiana P 1. Fajar Ari
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa siswa dalam satu program keahlian tidak ditempatkan pada institusi yang sama. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok terdapat 1-7 orang. Jumlah ini tergantung pada daya tampung yang disediakan oleh dunia usaha/ industri. 1.4
Pembekalan siswa calon peserta prakerin Setelah dilakukan seleksi terhadap siswa peserta prakerin, kemudian siswa
diberikan pembekalan. Sebelum siswa diterjunkan dan ditempatkan di institusi pasangan untuk melakukan praktek kerja industri, terlebih dahulu siswa diberi bekal agar mempunyai kesiapan dalam melakukan praktek kerja industri karena
82
nantinya siswa dihadapkan dengan dunia kerja yang sebenarnya. Pembekalan ini dilakukan dengan mengumpulkan semua siswa kelas XII (duabelas) di Aula sekolah kemudian Pokja prakerin, ketua program keahlian, WKS 4, serta ada perwakilan dari pihak dunia usaha/ industri yang datang ke sekolah memberikan pengarahan kepada siswa mengenai prakerin yang akan dilakukan oleh siswa. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Sarmanto, wakil kepala sekolah hubungan masyarakat sebagai berikut: “Sebelum siswa melakukan prakerin, mereka diberi pembekalan terlebih dahulu. Pada wakti itu bertempat di Aula SMK Negeri 2 Surakarta. Pembekalan ini dilakukan selama 4-5 jam. Sedangkan yang bertanggung jawab dalam pemberian pembekalan ini adalah Pokja prakerin, dokter kesehatan, ketua program keahlian, WKS 4, serta ada perwakilan dari pihak dunia usaha/ industri yang datang ke sekolah.”(Wawancara, 07-0709). Hal ini dibenarkan oleh Linggar Singgih, salah satu siswa peserta prakerin sebagai berikut: “Pada waktu sebelum kami melakukan prakerin, kami dikumpulkan di Aula untuk memperoleh pembekalan. Pembicara dalam pembekalan tersebut antara lain WKS 4, QMR dan perwakilan dari DUDI. Pembekalan itu dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2009 selama kurang lebih 4 jam.”(wawancara, 14-07-09).
Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat peserta lain yaitu Arwi Siswinanto sebagai berikut: “Iya mbak, sebelum kami melakukan prakerin kami diberi pembekalan terlebih dahulu. Kalau tidak salah dilakukan pada tanggal 27 Juni 2009. Pembekalan tersebut dimilai pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.”(Wawancara, 14-07-09).
Selain dilakukan oleh pihak sekolah, pembekalan ini juga dilakukan oleh perwakilan dari pihak dunia usaha/ industri. Tujuannya adalah untuk memberikan
83
pengetahuan mengenai kondisi di dunia usaha/industri. Adapun materi dalam pembekalan ini adalah etika dan perilaku di dunia usaha/ industri, tata tertib mengikuti prakerin, cara pengisian buku jurnal yang disampaikan oleh pihak sekolah yaitu kepala sekolah, Pokja, kepala program keahlian, dan WKS 4. Sedangkan perwakilah dari pihak dunia usaha/industri menyampaikan materi tentang manajemen kerja serta keselamatan kerja di dunia usaha/ industri. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Sarmanto, S.Pd. sebagai berikut: “Agar siswa dapat melaksanakan prakerin dengan baik, maka sebelum pelaksanaan prakerin siswa diberi pembekalan terlebih dahulu. Pembekalan ini disampaikan oleh pihak sekolah melalui kepala sekolah, WKS 4, Pokja prakerin, dan ketua program keahlian maupun disampaikan oleh perwakilan dari dunia usaha/ industri. Materi dalam pembekalan ini antara lain tentang hiperkes yaitu tetang keselamatan kerja di perusahaan, etika dan perilaku di perusahaan, tata tertib di DUDI, beserta profil-profil kompetensi di DUDI dan tertib administrasi pengisisan buku jurnal.”(Wawancara, 07-07-09).
Hal senada diungkapkan oleh Bapak Hari Agung S,S.Pd. selaku guru pembimbing prakerin sebagai berikut: “Peserta didik yang akan melaksanakan prakerin harus diberikan pembekalan terlebih dahulu tentang program yang akan dilaksanakan sehingga betul-betul memahami apa yang harus mereka lakukan di dunia usaha/industri sebagai tempat prakerin. Hal-hal yang menjadi fokus pembekalan antara lain: pelaksanaan program prakerin yang dituangkan di dalam jurnal yang mereka bawa, tata tertib/aturan yang berlaku di dunia usaha/industri dimana mereka berada, dan menjaga/memelihara nama baik sekolah.”(Wawancara, 06-07-09).
Hal tersebut dibenarkan oleh Linggar Endra, siswa peserta prakerin dari program keahlian Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Sebelum kami diserahkan ke industri pasangan untuk melakukan prakerin, kami diberikan pembekalan dulu oleh pihak sekolah. Dalam pembekalan tersebut kami dijelaskan mengenai banyak hal seperti etika
84
dan perilaku kerja di perusahaan, tata tertib yang ada di perusahaan dan tentang petunjuk pengisian buku jurnal.”(Wawancara, 14-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh Luthfi Al Hakim, peserta prakerin dari jurusan Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Iya mbak, sebelum pelaksanaan prakerin, kami diberi pembekalan berupa segala hal yang berkaitan dengan persiapan menghadapi prakerin serta cara pengisisn buku jurnal, sehingga pelaksanaan prakerin bisa lancar dan menghindari adanya kesalahan yang dapat dilakukan oleh siswa.”(Wawancara, 14-07-09).
Senada dengan pernyataan diatas, Linggar Singgih A. peserta prakerin dari program keahlian Teknik Mekanik Otomotif juga menyatakan: “Sebelum saya melakukan prakerin, saya memang diberi pembekalan dari pihak sekolah maupun dari pihak dunia usaha/ industri. Menurut saya pembekalan itu cukup bermanfaat karena dengan pembekalan tersebut saya menjadi mempunyai gambaran tetang kondisi dunia usaha/ industri sebelum saya melakukan prakerin. Materi dalam pembekalan tersebut antara lain adalah tentang tata tertib di DUDI, sopan santun di DUDI dan cara pengisian buku jurnal prakerin.” (Wawancara, 14-07-09).
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pembekalan terhadap siswa dapat diketahui bahwa SMK Negeri 2 Surakarta memberikan pembekalan kepada siswa sebelum mereka melakukan praktek kerja industri, pembekalan tersebut dimaksudkan untuk menyiapkan siswa agar pelaksanaan prakerin bisa berjalan dengan lancar. Upaya SMK Negeri 2 Surakarta dalam mempersiapkan siswa sebelum penerjunan siswa ke dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan yaitu dengan melakukan pembekalan. Siswa dikumpulkan di aula sekolah untuk mengikuti pengarahan dari guru-guru dan perwakilan dari pihak dunia usaha/industri. Adapun materi dalam pembekalan tersebut antara lain
85
adalah mengenai tata tertib di dunia usaha/ industri, petunjuk pengisian buku jurnal, sikap dan etika siswa, profil kompetensi dunia usaha/ industri, dan juga pembekalan tentang keselamatan kerja. 2
Pelaksanaan praktek kerja industri Tahap ini adalah inti dari pelaksanaan praktek kerja industri karena di
dalamnya berlangsung proses transformasi materi pelatihan. Beberapa kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan praktek kerja industri tersebut adalah: 2.1
Penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri (DU/DI) Proses penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri ini merupakan proses
awal dari pelaksanaan praktek kerja industri. Pelaksanaan prakerin dimulai dengan penerjunan siswa ke institusi pasangan. Kegiatan penerjunan siswa untuk prakerin biasanya dilakukan pada awal tahun ajaran baru. Dalam penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri seharusnya siswa didampingi oleh pembimbing dari sekolah. Siswa dan pembimbing bersama-sama datang ke dunia usaha/ industri dan kemudian siswa diserahkan ke dunia usaha/ industri untuk selanjutnya melakukan praktek kerja industri. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Sarmanto, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Hubungan masyarakat sebagai berikut: “Idealnya dalam penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri dilakukan bersama-sama antara siswa peserta prakerin dengan pembimbing dari sekolah. ” (Wawancara,07-07-09). Berdasarkan penuturan di atas diketahui bahwa seharusnya siswa dan guru pembimbing bersama-sama datang ke dunia usaha/ industri yang menjadi institusi pasangan. Tetapi pada kenyataannya siswa datang sendiri ke dunia usaha/ industri tampa didampingi oleh guru pembimbing dari sekolah. Hal ini lebih diperjelas
86
dengan pernyataan Wicaksono, peserta prakerin dari jurusan Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Pada hari pertama melakukan prakerin, kami tidak didampingi oleh guru pembimbing. Kami datang sendiri ke DUDI yang telah kami pilih.”(Wawancara,14-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh Agung Tri Wibowo, peserta praktek kerja industri sebagai berikut: “Benar mbak, dulu pas pertama kami datang ke DUDI, kami datang sendiri tidak didampingi oleh guru pembimbing. Dan untuk hari-hari selanjutnya kami sudah masuk sebagai peserta prakerin dan mengikuti peraturan yang ada di perusahaan/industri tersebut.”(Wawancara,14-0709). Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai penyerahan siswa ke dunia usaha/industri dapat diketahui bahwa siswa datang ke dunia usaha/ industri tempat berlangsungnya praktek kerja industri sendiri tanpa diantar/ didampingi oleh guru pembimbing. Dan setelah hari-hari berikunya siswa mengikuti praktek kerja industri dalam waktu yang sudah disepakati bersama antara pihak sekolah dengan pihak dunia usaha/industri. 2.2
Pelaksanaan praktek kerja industri Pada dasarnya praktek kerja industri ini dilaksanakan dan sudah menjadi
tanggung jawab dari pihak dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan tetapi pihak sekolah juga harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan praktek kerja industri tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan praktek kerja industri ini diorientasikan pada praktek kerja yang ada di lapangan kerja yang sebenarnya. Sehingga materi yang diberikan dalam pelaksanaan praktek kerja industri adalah mayoritas pada praktek, adapun teorinya hanya pada awal pelaksanaan praktek
87
kerja industri yaitu pada saat siswa baru masuk di perusahaan/industri. Teori yang diberikan berupa peraturan-peraturan yang harus ditaati siswa selama pelaksanaan praktek kerja industri, selebihnya siswa langsung kerja seperti sesuai dengan jenis pekerjaaan yang disediakan oleh pihak dunia usaha/industri. Sedangkan untuk penyampaian materinya sendiri dilakukan oleh instruktur pembimbing dari dunia usaha/industri. Berikut wawancara dengan Bapak Luluk, instruktur pembimbing dari Bengkel Nitro Speed: “Materi yang kami berikan berupa teori dan praktek. Untuk teori hanya sedikit karena siswa dapat belajar dari modul yang ada dan selebihnya siswa langsung praktek. Dalam praktek ini siswa dituntut untuk aktif, apabila siswa tidak mau bertanya maka kami juga menganggap bahwa mereka sudah paham.Untuk pekerjaan yang kami berikan pada peserta prakerin di sini antara lain tentang service mobil, penggantian dan penyetelan sepatu rem, prosedur pemeriksaan dan pengisian (Charging) baterai dan pekerjaan lain yang berkaiatan dengan perbaikan mobil”(Wawancara, 14-07-09).
Hal ini dibenarkan oleh Linggar Endra, peserta prakerin dari sebagai berikut: “Ditempat saya prakerin penyampaian materi oleh instruktur pembimbing bisa diterima dengan baik.Instruktur pembimbing sangat menyenangkan dan baik. Instruktur pembimbing memberikan jawaban dengan baik dan jelas sampai kami paham dengan pekerjaan yang kami lakukan. Pekerjaan yang saya lakukan adalah seperti service, sending, ngompon, masking. Ada beberapa pekerjaan yang sesuai tetapi ada juga yang tidak sesuai dengan kompetensi saya.”(Wawancara, 14-07-09).
Hal tersebut diperjelas dengan ungkapan dari Fian Metal, peserta prakerin dari Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Materi yang disampaikan oleh instruktur pembimbing mudah dicermati dan mudah di nalar. Bila kita belum tahu dengan pekerjaan yang kita lakukan, bisa bertanya kepada instruktur pembimbing dan instruktur pembimbing akan memberikan jawaban dengan baik dan
88
menyampaikannya dengan santai tidak terlalu formal seperti di sekolahan. Menurut saya pekerjaan yang diberikan sudah sesuai dengan program keahlian saya, yaitu otomotif. Pekerjaaan yang saya lakukan antara lain over houl clutch, memasang bantalan-bantalan, tune up, bongkar pasang rem.”(Wawancara,14-07-09).
Hal serupa juga dinyatakan oleh Muhammad Iqbal, peserta prakerin sebagai berikut: “Prakerin disini enak mbak, lebih santai tidak tegang. Kalo tidak tahu tinggal bertanya pada instruktur dan diberi penjelsan sehingga kami bisa menerima. Pekerjaan yang saya lakukan adalan service engine dan body repair.”(Wawancara,14-07-09).
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pelaksanaan prakerin dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan praktek kerja industri siswa dituntut untuk lebih aktif karena instruktur pembimbing tidak akan tahu apabila peserta tidak bertanya. Disini instruktur tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi lebih luas lagi sebagai pembimbing peserta prakerin. Fungsi instruktur sebagai konsultan terutama jika peserta menemui kesulitan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tugas, fungsi dan peran instruktur telah berjalan dengan baik. Akan tetapi dalam suatu pelatihan terkait pula dengan faktor peserta sendiri yaitu terkait dengan sikap dari peserta. Mengenai sikap selama penyampaian materi, Wicaksono salah satu peserta prakerin dari Teknik Mekanik Otomotif menyatakan sebagai berikut: “Kita harus aktif, kalau ada yang kurang jelas saya bertanya dan kalau masih kurang paham saya tanya ke teman saya yang sudah bisa. Kalau nggak kayak gitu ya saya nggak bisa terus nantinya.”(Wawancara,14-0709).
89
Hal senada juga dituturkan oleh Arwi Siswinanto, peserta prakerin dari sebagai berikut: “Ya untuk memdapatkan pengarahan yang baik kita juga harus aktif, tidak hanya diam saja. Kalau untuk hasil yang maksimal kita harus berusaha dari diri kita sendiri juga, kalau kita bisa mahir kan berarti kita berhasil dalam prakerin ini.”(Wawancara,14-07-09). Hal ini menunjukkan kesadaran peserta tentang pentingnya motivasi diri dalam melakukan prakerin agar setelah lulus, ilmu yang sudah diperoleh bisa diaplikasikan dalam keseharian maupun dunia kerja. Selain penyampaian materi, dalam pelaksanaan praktek kerja industri juga diperlukan kelengkapan sarana dan prasarana. Mengenai kelengkapan fasilitas sendiri, berikut diuraikan hasil wawancara dengan Fian Metal, peserta prakerin dari Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Kalau untuk fasilitasnya bisa dikatakan sudah memadai, soalnya kan pekerjaan yang kita kerjakan itu langsung berhubungan dengan pelanggan sehingga peralatan yang digunakan juga sudah lengkap”(Wawancara, 1407-09).
Mengenai kondisi sarana pelatihan dan peralatan, peserta prakerin lain yaitu Fian Metal menyatakan sebagai berikut: “Masalah sarana prasarananya sudah lengkap, untuk failitasnya sendiri disini juga sudah ada Mushola dan toilet, terus untuk peralatan prakteknya saya kira sudah lengkap.”(Wawancara,14-07-09).
Dari hasil wawancara mengenai sarana prasarana di dunia usaha/industri disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan siswa peserta prakerin sudah lengkap karena peralatan yang mereka gunakan adalah peralatan yang digunakan oleh karyawan di perusahaan/industri untuk melayani pelangannya.
90
Dengan demikian siswa bisa lebih paham tentang kegunaan dari peralatan-peratan yang mereka gunakan. 2.3
Pembimbingan siswa di dunia usaha/ industri (DU/DI) Pembimbing terdiri dari pembimbing internal yaitu guru pembimbing yang
bertanggung jawab terhadap pembelajaran kompetensi, dan pembimbing eksternal yaitu staf dari dunia usaha/industri yang sekaligus bertindak selaku instruktur pembimbing yang mengarahkan peserta didik dalam melakukan pekerjaannya. Kegiatan pembimbingan dilaksanakan dengan mengarahkan, memotivasi, melatih, menilai dan membimbing siswa selama pelaksanaan prakerin. Tujuan dari kegiatan pembimbingan ini adalah sebagai sarana pemantauan yang dapat berupa penemuan masalah sekaligus pemecahan masalah yang dialami oleh siswa peserta prakerin. Kegiatan pembimbingan oleh guru
pembimbing
diawali dengan
penyerahan siswa sebagai peserta prakerin secara langsung ke dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan. Dalam memberikan bimbingan ini diserahkan sepenuhnya kepada pihak dunia usaha/industri, karena pihak sekolah menilai bahwa pihak dunia usaha/industri merupakan pihak yang mengetahui berbagai tugas yang menjadi tanggung jawab peserta prakerin sehingga guru pembimbing tidak melakukan pembimbingan setiap hari. Guru pembimbing hanya sebagai pengawas saja sedangkan pembimbingan prakerin selebihnya adalah tanggung jawab dari instruktur pembimbing. Berikut wawancara dengan Bapak Sarmanto, S.Pd. selaku wakil kepala sekolah hubungan masyarakat: “Dalam proses pembimbingan ini guru pembimbing hanya sebagai pengawas saja. Guru pembimbing tidak berhak memberikan nilai prakerin
91
karena pemberian nilai ini mutlak diberikan oleh pihak dunia usaha/industri. Guru pembimbing hanya melaksanakan monitoring, kegiatannya adalah menanyakan menegnai kesulitan dan kendala yang dihadapi siswa selama melaksanakan prakerin. Di samping itu, guru pembimbing meminta informasi kepada pihak dunia usaha/industri tentang etika dan moral siswa peserta prakerin di dunia usaha/industri, jika terdapat permasalahan maka pada saat itu juga dapat dicarikan solusinya.”(Wawancara,07-07-09).
Selanjutnya Bapak Sarmanto menambahkan pernyataan sebagai berikut: “Guru pembimbing bertanggungjawab pada saat penyerahan siswa ke dunia usaha/industri kemudian melakukan monitoring setiap 1 bulan sekali. Namun, untuk siswa yang melakukan prakerin di luar kota, pembimbingan ini hanya dilakukan via telepon saja.”(Wawancara, 07-0709).
Hal senada juga diungkapkan oleh Agung Tri Wibowo, peserta prakerin di Bengkel Nitro Speed sebagai berikut: “Memang ada pembimbingan dari pihak sekolah. Kami sudah dimonitor selama 3 kali oleh guru pembimbing. Guru pembimbing menengok ke tempat prakerin kami, bertanya tentang kegiatan prakerin yang kami jalani. Bahkan ada beberapa guru pembimbing yang tidak pernah menengok siswanya.”(Wawancara,14-07-09).
Hal senada diungkapkan oleh Hendri Cahyanto sebagai berikut: “Selama kami melakukan prakerin di sini, kami sudah dikunjungi oleh guru pembimbing sebanyak 3 kali. Kami merasa senag karena ternyata pihak sekolah juga memeprhatikan kami.’(wawancara , 14-07-09).
Dari hasil wawancara mengenai pembimbingan dari guru pembimbing dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah melakukan pembimbingan dalam pelaksanaan praktek kerja industri melalui guru pembimbing yang telah ditunjuk. Guru pembimbing tersebut bertanggung jawab melakukan memonitor kegiatan siswa selama praktek kerja industri. Frekuensi pembimbingan yang dilakukan
92
oleh guru pembimbing selama prakerin masih kurang sehingga pihak sekolah tidak dapat mengetahui perkembangan maupun kesulitan yang dihadapi siswa. Sedangkan untuk jumlah guru pembimbing sendiri, Bapak Sarmanto menyatakan sebagai berikut: “Tiap dunia usaha/industri itu terdapat 1 guru pembimbing. Guru pembimbing ini bertanggung jawab atas semua siswa yang melakukan praktek kerja industri di perusahaan/industri tersebut.”(Wawancara,07-0709).
Pernyataan diatas dibenarkan oleh Muhammad Iqbal yang menyatakan sebagai berikut: “Saat prakerin kemarin kelompok saya terdiri dari 2 orang, tetepi di DUDI tempat saya prakerin terdapat dua kelompok sehingga guru pembimbingnya juga ada 2 orang.”(Wawancara,14-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh peserta prakerin lain, Linggar Rendra, sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan prakerin di Bengkel Nitro ini, kami dibimbing oleh 2 orang guru pembimbing karena kami terdiri dari dua kelompok. Selama ini guru pembimbing sudah mengunjungi kami selama 3 kali.”(wawancara, 14-07-09).
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai jumlah guru pembimbing diketahui bahwa dalam 1 dunia usaha/industri yang menjadi tempat praktek kerja industri terdapat 1 guru pembimbing dari sekolah. Para pembimbing diwajibkan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pada siswa yang dibimbingnya agar salama prakerin dapat melakukan kewajiban seperti yang diharapkan.
93
Adapun kriteria untuk menjadi guru pembimbing praktek kerja industri adalah seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto berikut ini: “Pihak sekolah memilih guru pembimbing itu didasarkan pada kesesuaian kompetensi yang dimiliki oleh guru pembimbing dengan kompetensi siswa di tempat praktek kerja industri. ”(Wawancara,07-07-09). Berikut juga akan dipaparkan hasil wawancara dengan Bapak Hari Agung, selaku guru pembimbing sebagai berikut: “Dalam menentukan guru pembimbing, yang penting adalah mempunyai kompetensi sesuai dengan program keahlian siswa yang akan dibimbing serta memiliki dedikasi yang tinggi sebagai pembimbing.”(Wawancara,0607-09). Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pembimbingan terhadap siswa peserta prakerin tidak semua guru bisa menjadi pembimbing karena ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh guru untuk menjadi pembimbing praktek kerja industri. Berkaitan dengan proses pembimbingan, dalam pelaksanaan praktek kerja industri juga terdapat pembimbing dari dunia usaha/industri. Pembimbingan yang dilakukan oleh instruktur pembimbing dari dunia usaha/industri pada dasarnya merupakan
upaya
yang
ditempuh
oleh
instruktur
pembimbing
dalam
memperkenalkan siswa peserta praktek kerja industri dengan kondisi kerja yang meliputi keadaan lingkungan kerja tempat prakerin, karyawan, jenis pekerjaan, dan tanggung jawab serta berbagai hal yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku di perusahaan/ industri tersebut. Pembimbingan ini dilakukan untuk mendidik dan melatih kerja peserta prakerin agar mampu bekerja, langkah ini ditempuh dengan pembelajaran sekaligus pelatihan. Langkah pembelajaran sekaligus pelatihan yaitu setelah adanya pengenalan kondisi kerja maka instruktur
94
pembimbing memberikan kesempatan kepada peserta prakerin untuk mencoba dan mempraktekkan jenis pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Pelaksanaan pembimbingan ini memudahkan siswa untuk belajar kompetensi sesuai dengan tuntutan di dunia kerja. Berikut wawancara dengan Bapak Luluk selaku instruktur pembimbing dari Bengkel Nitro Speed: “Pada hari pertama siswa datang ke perusahaan kami, pembimbingan langsung dilakukan. Siswa pada awalnya dijelaskan tentang kondisi kerja, peralatan yang digunakan dan melakukan pengamatan terhadap karyawan yang bekerja disini. Untuk selanjutnya, siswa bisa langsung ikut praktek bersama para karyawan. Apabila siswa mengalami kesulitan, kami langsung membantu mereka sampai mereka bisa paham.”(Wawancara,1407-09).
Hal senada diungkapkan oleh Linggar Singgih, peserta prakerin sebagai berikut: “Instruktur pembimbing membimbing kami dengan baik. Kami diajari cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik. Instruktur pembimbing mengarahkan pada saya dalam melakukan pekerjaan yang saya kerjakan dan mereka juga menjelaskan apabila ada kerusakan seperti ini maka yang harus diperbaiki adalah bagian yang ini.”(Wawancara,14-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh Luthfi Al Hakim, peserta prakerin, sebagai berikut: “Menurut saya, sistem pembimbingan yang kami peroleh sudah cukup baik dan para instruktur juga cukup bertanggung jawab. Dan instruktur pembimbing membimbing kami dengan cukup baik, mereka memberikan pengarahan dengan jelas.”(Wawancara,14-07-09). Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat diketahui bahwa proses pembimbingan yang dilakukan oleh instruktur pembimbing sudah cukup baik. Siswa diberikan pembimbingan sampai mereka paham. Dalam proses prakerin, instruktur memegang peranan dominan sebagai transformator ilmu.
95
Efektivitas pelatihan akan sangat tergantung pada kemampuan instruktur dalam memberikan pengarahan kepada siswa. Adapun jumlah instruktur pembimbing di tiap dunia usaha/ industri berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada penunjukan dari pihak dunia usaha/industri seperti yang dijelaskan oleh Bapak Hari Agung S.,S.Pd sebagai berikut: “Untuk jumlah instruktur sendiri itu tergantung dari pihak dunia usaha/industri dalam menyediakan instruktur. Kami tidak mematokkan jumlah instruktur, yang penting siswa disana ada yang membimbing dan mengarahkan tentang pekerjaan yang mereka lakukan. Ada dunia usaha/industri yang menyediakan 1 instruktur untuk 1 siswa, tetapi ada juga dunia usaha/industri yang hanya menyediakan dua instruktur untuk semua siswa yang melakukan prakerin di perusahaannya.”(Wawancara,0607-09). Seperti yang dijelaskan diatas bahwa jumlah instruktur di tiap dunia usaha/industri tidak sama. Hal ini juga dapat dilihat pada beberapa pernyataan dari siswa peserta prakerin sebagai berikut: “Di tempat saya prakerin yaitu di Bengkel Nitro Speed ada 3 orang instruktur yaitu instruktur untuk bengkel, body repair dan untuk salon mobil. Mereka saling bergantian dalam memberikan pembimbingan kepada kami. Instruktur di sana juga merupakan karyawan jadi apabila instruktur ada yang sedang bekerja maka kami diberi pengarahan oleh instruktur yang satunya lagi.”(Wawancara dengan Linggar Endra,14-0709).
Sedangkan pernyataan dari Arwi Siswinanto, peserta prakerin di Bengkel Exast adalah sebagai berikut: “Waktu saya prakerin dulu, ada 5 instruktur pembimbing sedangkan dalam kelompok saya ada 4 orang. Mereka bergantian dalam memeberikan pembimbingan kepada kami. Apabila ada pekerjaan yang belum kami pahami kami bisa bertanya kepada salah satu dari mereka, maka mereka akan menjelaskan dengan baik.”(Wawancara 14-07-09).
96
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa instruktur pembimbing jumlahnya berbeda di tiap perusahaan. Pihak instruktur pembimbing secara rutin dan berkelanjutan mengadakan pemantauan terhadap hasil pekerjaan peserta praktek kerja industri. Frekuensi pembimbingan yang intensif akan memudahkan instruktur pembimbing dalam mengarahkan dan memberikan solusi terhadap kesulitan yang dihadapi siswa. 2.4
Penarikan siswa Proses penarikan siswa peserta praktek kerja industri ini dilakukan sesuai
dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Untuk program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, penarikan siswa dilakukan setelah siswa 2 bulan melakukan prakerin di dunia usaha/industri. Dalam proses ini seharusnya guru pembimbing datang ke dunia usaha/industri untuk meminta kembali siswa karena masa praktek kerja industri sudah berakhir tetapi dalam kenyataannya siswa tidak dijemput oleh guru pembimbing. Apabila waktu praktek kerja industri telah berakhir, siswa tidak lagi mengikuti prakerin pada hari berikutnya dan kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan Luthfi Al Hakim, peserta prakerin Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Pada hari akhir kami melakukan prakerin, kami tidak dijemput oleh guru pembimbing. Setelah waktu 2 bulan berakhir, kami kembali masuk sekolah seperti biasa.”(wawancara, 14-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh Muhammad Iqbal peserta prakerin di Bengkel Nitro Speed, sebagai berikut: “Setelah 2 bulan kami melaksanakan prakerin, keesokan harinya kami masuk sekolah seperti biasa dan tidak melakukan prakerin lagi. Pada hari terakhir prakerin, sebelum pulang kami mengucapkan terima kasih kepada
97
semua pihak yang telah membantu kami dalam pelaksanaan prakerin yaitu pemilik bengkel dan para instruktur pembimbing selain itu juga meminta maaf apabila ada kesalahan yang telah saya lakukan”(wawancara, 14-0709).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai penarikan siswa peserta prakerin dari dunia usaha/indusrtri dapat diketahui bahwa dalam proses penarikan siswa ini siswa tidak dijemput oleh guru pembimbing. Setelah waktu pelaksanaan praktek kerja industri selesai, siswa kembali masuk sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperi biasa. 3. Pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri Pada saat akan melaksanakan praktek kerja industri, setiap siswa diberikan buku jurnal praktek kerja industri (prakerin) untuk diisi dan ditandatangani oleh instrutur dari pihak dunia usaha/industri. Siswa harus selalu membawa buku jurnal prakerin ini setiap melakukan prakerin. Buku jurnal prakerin ini berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama prakerin. Buku jurnal ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mempermudah instruktur pembimbing mengetahui perkembangan penguasaan kompetensi dan ketrampilan dari peserta prakerin. Selain itu, buku jurnal prakerin ini juga digunakan oleh pihak sekolah untuk kegiatan yang dilakukan siswa peserta prakerin apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan prakerin pada tahun berikutnya. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sarmanto, S.Pd sebagai berikut: “Buku jurnal ini record dari pelaksanaan prakerin sehingga dapat diketahui kesesuaian jenis pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki siswa.Semua siswa harus mengumpulkan buku jurnal prakerin ini. “(wawancara,07-0709).
98
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh guru pembimbing prakerin, Bapak Hari Agung S, S.Pd sebagai berikut: “Seluruh siswa harus melengkapi buku jurnal, dimana seluruh kegiatan selama masa prakerin harus tercatat dan ditandatangani oleh pembimbing di tempat kerja. Dan setelah selesai prakerin, seluruh siswa wajib mengumpulkan buku jurnal prakerin. Dengan buku jurnal tersebut dapat diketahui tentang jenis pekerjaan yang dilakukan siswa di dunia usaha/industri, apakah sudah sesuai dengan kompetensi siswa apa belum.”(wawancara, 06-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh Linggar Endra sebagai berikut: “Setelah kami selesai melakukan prakerin, kami wajib mengumpulkan buku jurnal prakerin kepada guru pembimbing. Semua siswa harus mengumpulakn buku jurnal tersebut sebagai bukti bahwa kami sudah selesai mengikuti prakerin”(wawancara, 14-07-09).
Hal ini dibenarkan juga oleh Wicaksono, salah seorang peserta prakerin sebagai berikut: “Buku jurnal dikumpulkan setelah selesai prakerin kepada guru pembimbing. Semua siswa harus megumpulkan buku jurnal tersebut.”(wawancara,14-07-09).
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut dapat diketahui bahwa setelah siswa selesai melaksanakan prakerin, siswa wajib mengumpulkan buku jurnal prakerin yang berguna untuk mengetahui kesesuaian jenis pekerjaan yang dilakukan siswa selama prakerin dengan kompetensi siswa. Buku jurnal ini memuat kegiatan yang dilakukan siswa selama prakerin. Dalam penulisan buku jurnal prakerin ini perlu adanya keaktifan siswa dalam melaporkan berbagai macam pekerjaan yang dilakukan secara tertulis mengingat bahwa proses
99
pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing frekuensinya yang masih sangat kurang sehingga pihak sekolah tidak mengetahui hal-hal yang terjadi selama prakerin. 4. Penulisan surat keterangan praktek kerja industri Pada tahap akkhir pelaksanaan praktek kerja industri adalah penulisan surat keterangan prakerin yang berisi keterangan bahwa siswa telah selesai melaksanakan prakerin kemudian siswa berhak atas sebuah pengakuan atau legalitas akademik dalam bentuk sertifikat. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto, S.Pd. sebagai berikut: “Setelah siswa selesai melaksanakan prakerin, selanjutnya diadakan penilaian oleh dunia usaha/industri. Penilaian ini di buat dalam bentuk sertifikat. Dengan diberikannya sertifikat kepada siswa diharapkan ada pengakuan legalitas akademik atas keahlian yang dimiliki siswa. Sertifikat tersebut berupa keterangan bagi siswa dan sekolah telah melaksanakan prakerin dan untuk dasar pijakan anak melaksanakan tugas akhir.”(wawancara,07-07-09).
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang peserta prakerin yaitu Agung Wibowo sebagai berikut: “Setelah kami selesai melakukan prakerin, kami memperoleh sertifikat. Sertifikat tersebut bisa kami gunakan sebagai bukti bahwa kami pernah melakukan prakerin bisa juga digunakan untuk mencari pekerjaan setelah kami lulus nanti.”(wawancara,14-07-09).
Hal tersebut dibenarkan oleh Muhammad Iqbalsebagai berikut: “Sertikat prakerin dapat digunakan sebagai modal dalam mencari pekerjaan di dunia kerja dan sebagai legalitas akademik bahwa kami pernah mengikuti prakerin di sebuah perusahaan.”(Wawancara, 14-07-09).
100
Berdasarkan hasil wawancara
dengan kedua informan tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa berhak memeproleh sertifikat setelah menyelesaikan praktek kerja industri. Sertifikat ini diberikan oleh dunia usaha/industri tempat prakerin berlangsung. Adapun tujuan dari pemberian sertifikat ini adalah: a. memberi pengakuan atau legalitas akademik terhadap keahlian yang dimiliki siswa peserta praktek kerja industri. b. mendorong peserta untuk meraih penguasaan terstandar sehingga sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan mempermudah dalam memasarkan tamatan. c. memacu dan memotivasi SMK untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan dengan mutu terstandar. Penilaian ini berdasarkan pada pemantauan dari instruktur pembimbing. Kemudian hasil pemantauan tersebut diserahkan kepada pimpinan perusahaan sebagai pertimbangan dalam memberikan nilai pada lembar sertifikat. Adapun kriteria penilaian tersebut terdiri dari dua aspek yaitu 1) aspek kepribadian siswa yang meliputi disiplin waktu, kemauan kerja dan motivasi, kualitas kerja, inisiatif dan kreatifitas serta perilaku siswa, dan 2) jenis pekerjaan yaitu pemberian nilai yang berdasarkan pada kemampuan siswa dalam melaksanakan pekerjaan yang sudah diberikan kepadanya.
101
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pelaksanaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 2 Surakarta pada program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif” dapat diambil kesimpulan bahwa praktek kerja industri dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan praktek kerja industri. Pada tahap persiapan pelaksanaan praktek kerja industri di SMK Negeri 2 Surakarta dapat dikatakan cukup baik dan efektif. Pihak SMK Negeri 2 Surakarta berusaha keras dalam menyiapkan segala keperluan untuk pelaksanaan praktek kerja industri, dari mulai penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri agar tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah, sehingga perlu adanya koordinasi antara wakil kepala sekolah kurikulum dengan wakil kepala sekolah hubungan masyarakat sebagai koordinator pelaksanaan praktek kerja industri. Penetuan waktu yang telah diambil sudah cukup efektif dilihat dari segi kematangan siswa sebagai peserta praktek kerja industri. Dalam hal ini, tidak mengalami kendala yang berat, segala kendala kecil yang ada seperti kesibukan dunia usaha/industri sehingga waktu pelaksanaan praktek kerja industri tidak disetujui bisa diatasi dengan fleksibilitas kebijakan dari pihak sekolah. Untuk masalah pemetaan dunia usaha/industri juga sudah baik karena dunia usaha/industri yang menjadi
102
institusi pasangan dalam pelaksanaan praktek kerja industri sebagian besar adalah dunia usaha/industri yang pernah bekerjasama pada tahun sebelumnya. Pihak SMK Negeri 2 Surakarta dalam memilih dunia usaha/industri melalui angket observasi pembimbingan oleh guru pembimbing saat melakukan pembimbingan di dunia usaha/industri. Adapun kriteria dalam pemilihan dunia usaha/industri yang akan menjadi institusi pasangan antara lain kesesuaian bidang usaha yang ada di dunia usaha/ industri dengan program keahlian siswa peserta prakerin, kesediaan dunia usaha/ industri untuk mengkomunikasikan hak dan kewajiban peserta prakerin selama pelaksanaan prakerin, dan ketersediaan sarana dan prasarana sebagai alat pelatihan kerja. Dalam hal pemetaan siswa sebenarnya tidak ada kriteria khusus, tetapi apabila pihak dunia usaha/industri mengajukan beberapa persyaratan dalam penentuan peserta prakerin maka pihak sekolah akan mengusahakannya. Adapun persyaratan yang diajukan adalah tentang prestasi siswa di sekolah. Dan untuk tahap pembekalan siswa, pihak SMK Negeri 2 Surakarta melakukan pembekalan kepada siswa dengan memberikan pengarahan kepada siswa tentang etika dan perilaku di dunia usaha/ industri, tata tertib mengikuti prakerin, cara pengisian buku jurnal yang disampaikan oleh pihak sekolah yaitu kepala sekolah, Pokja, kepala program keahlian, dan WKS 4. Sedangkan perwakilah dari pihak dunia usaha/industri menyampaikan materi tentang manajemen kerja serta keselamatan kerja di dunia usaha/ industri.
103
2. Tahap pelaksanaan praktek kerja industri. Pelaksanaan praktek kerja industri pada program teknik mekanik otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta rata-rata hanya 2 bulan. Hal ini dikarenakan tempat praktek kerja industri adalah di Kota Surakarta dan sekitarnya yang lokasinya masih dinilai cukup dekat. Walaupun sebagian besar dunia usaha/industri yang menjadi institusi pasangan terdapat di kota Surakarta, namun dapat dikategorikan pelaksanaannya berjalan baik dan lancar. Dalam penyerahan siswa ke dunia usaha/industri, guru pembimbing mendampingi siswa untuk mengikuti praktek kerja industri selama waktu yang telah disepakati dan untuk pelaksanaannya sendiri sepenuhnya diserahkan kepada pihak dunia usaha/industri. Dari penyampaian materi pelatihan, siswa cukup mudah memahami apa yang disampaikan oleh instruktur pembimbing. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk aktif yaitu mereka berani bertanya apabila mengalami kesulitan saat melakukan pekerjaan. Untuk jenis pekerjaan yang dilakukan siswa juga cukup sesuai dengan kompetensi siswa sehingga setelah selesai praktek kerja industri, siswa bisa menerapkan ilmunya di kehidupan sehari-hari. Selain itu, sarana prasarana yang ada di dunia usaha/industri cukup memadai,serta jumlah instruktur cukup menunjang didukung dengan kualitas instruktur yang baik dalam hal memberikan pengarahan kepada siswa untuk melakukan pekerjaan. Untuk pembimbingan siswa dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak sekolah yang diwakili oleh guru pembimbing dan pihak industri yang diwakili oleh istruktur pembimbing. Pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing masih dinilai kurang karena ada beberapa
104
guru pembimbig yang tidak rutin melakukan pembimbingan. Sedangkan pembimbingan yang dilakukan oleh instruktur pembimbing dilakukan setiap hari. Dan untuk penarikan siswa dari dunia usaha/industri dilakukan oleh guru pembimbing, dan prosesnya dapat dikatakan berjalan dengan baik. 3. Pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri. Proses pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri dapat dikatakan berjalan dengan lancar, seluruh peserta wajib mengumpulkan buku jurnal setelah mereka selesai melakukan praktek kerja industri 4. Penulisan surat keterangan prakerin Kegiatan penulisan surat keterangan praktek kerja industri dalam bentuk sertifikat dilakukan oleh pihak dunia usaha/industri dan sudah menjadi tanggung jawab dari pimpinan perusahaan/industri tempat praktek kerja industri berlangsung. Sistem penilaian diserahkan sepenuhnya kepada pihak dunia usaha/industri. Seluruh perusahaan/industri yang menjadi institusi pasangan SMK Negeri 2 Surakarta sebagian besar sudah mengirimkan sertifikat praktek kerja industri tepat waktu.
B. Saran Berdasarkan hail penelitian, ada beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi SMK Negeri 2 Surakarta dalam melaksanakan praktek kerja industri pada program keahlian teknik mekanik otomotif yaitu sebagai berikut: 1. Penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri yang dirasa oleh beberapa siswa masih kurang dapat diatasi dengan menambah waktu pelaksanaan praktek kerja industri. Pelaksanaan praktek kerja industri di program keahlian
105
teknik mekanik otomotif yang rata-rata hanya 2 bulan saja dapat ditambah menjadi 3-4 bulan karena waktu praktek kerja industri yang hanya 2 bulan adalah waktu untuk siswa beradaptasi dengan dunia kerja tetapi mereka masih belum mahir terhadap jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Jadi, seolah-olah prakerin hanya sebatas formalitas saja. Apabila waktu pelaksanaan prakerin ditambah, berarti bahwa pelaksanaan praktek kerja industri pada periode selanjutnya waktunya akan
mundur 1-2 bulan sehingga diperlukan
musyawarah antara pokja praktek kerja industri, wakil kepala hubungan masyarakat, guru pembimbing, dan wakil kepala sekolah kurikulum serta pihak dunia usaha/industri sebagai tempat praktek kerja industri untuk penambahan waktu
praktek kerja
industri sehingga
nantinya tidak
mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun memberatkan pihak dunia usaha/industri. 2. Dalam hal pembekalan terhadap siswa, perlu juga didatangkan pembicara dari beberapa alumni. Alumni bisa berbagi pengalaman tentang praktek kerja industri yang pernah mereka lakukan. 3. Penulis setuju dengan proses pembimbingan yang dilakukan dengan mengunjungi siswa di tempat praktek kerja industri sehingga dapat mengetahui kegiatan siswa selama praktek kerja industi. Tetapi karena ada beberapa guru pembimbing yang tidak melakukan tugas pembimbingan dengan baik misalnya tidak pernah mengunjungi siswa di tempat praktek kerja industri, penulis menyarankan agar pihak sekolah melakukan wawancara dengan siswa tentang proses pembimbingan yang mereka peroleh dari guru
106
pembimbing sehingga dapat diketahui siapa saja guru pembimbing yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan bisa diambil tindakan yang tegas oleh pihak sekolah dengan memberi surat peringatan, menegur, maupun tidak diikutsertakan lagi pada tugas pembimbingan selanjutnya. 4. Masih ditemukan siswa yang menganggap bahwa praktek kerja industri itu sebagai sesuatu hal yang dilakukan secara santai saja, sehingga mereka sering tidak masuk, membolos dan bahkan tidak memperhatikan selama pelaksanaan praktek kerja industri dapat diatasi dengan memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan menjelaskan tentang pentingnya praktek kerja industri atau dengan memberikan hadiah kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi dalam praktek kerja industri. Hal ini bisa memotivasi siswa untuk lebih bersungguh-sungguh melakukan praktek kerja industri.
107
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Konsep Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia, Jakarta: Depdikbud. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, Penyususnan Kurikulum Pendidikan Sistem Ganda, Jakarta: Depdikbud. Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Praktek Kerja Industri (Prakerin), Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2001, Total Quality Management, Yogyakarta: ANDI OFFSET. Hasbullah, 2005, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian : Dasar teori dan penerapannya dalam penelitian, Surakarta: Sebelas Maret, University Press. Indra Djati Sidi, 2001. Menuju Masyarakat Belajar : Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta : Paramadina. J. Salusu, 1998, Pengembangan keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit, Jakarta: PT. Gramedia. Lexy J. Moleong, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Miftah Thoha, 2005, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. M. N. Nasution, 2001, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Jakarta: Ghalia Indonesia. Oemar Hamalik, 1990, Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Kejuruan, Kewiraswastaan dan Manajemen, Bandung : Citra Aditya Bakti. Taliziduhu Ndraha, 1999, Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
108
JURNAL Badeni, 2002, Relevansi SMK Berpendidikan Sistem Ganda (PSG) dengan Kebutuhan Pasar Kerja di Indonesia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun ke-8 No. 038, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Billet, Stephen, 2008, Constituting the workplace curriculum, Journal of Curriculum Studies 37 (3). http://www.avetra.org/workplacecurriculum.pdf. Made Wena, 1997, Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar Dalam Pendidikan Sistem Ganda, Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan dan Kebudayaan, No. 010/III/September/1997. Mardi Rasyid, 1997, Makna Pentingnya Pendidikan Sistem Ganda Untuk Menghasilkan Tenaga Terampil, Jurnal Ilmiah, Kajian Pendidikan dan Kebudayaan No. 010/III/September/1997. Palmer, Robert. 2007, Beyond The Basics: Balancing Education And Training Systems in Developing Countries, Journal for Education in International Development, 2:1. http://www.equip123.net/JEID/articles/2/BeyondBasics.pdf. Sutaryadi, 2004, Upaya Peningkatan Mutu Ketrampilan Tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (Studi kasus penerapan model PSG di SMK 3 Surakarta, Majalah Ilmiah Pengetahuan Sosial Vol. 3 No. 1 Maret 2004, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Wagiran dan Didik Nurhadiyanto, 2004, Pembiayaan SMK Negeri dan Swasta di DIY Dalam Era Otonomi, Jurnal Kependidikan Nomor 1, Tahun XXXIV, Mei 2004, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. Zamtinah, dkk, 2003, Pengaruh Informasi Kerja dan Pengalaman Praktik Industri pada Kesiapan Kerja Siswa SMK, Jurnal Kependidikan, Nomor 2, Tahun XXXIII, November 2003.
SUMBER LAIN: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, tahun 2007. Syunu Trihantoyo, 2007, Beralihnya SMU ke SMK di Kota Malang, http://researchengines.com/0607syunu.html, diakses, Rabu, 11 Februari 2009.
109
LAMPIRAN
110
PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SEBAGAI UPAYA DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA
Indikator B. PERSIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 5. Penentuan Waktu Praktek Kerja Industri a. Siapa yang bertanggungjawab menentukan waktu pelaksanaan praktek kerja industri? b. Kapan praktek kerja industri dilaksanakan? c. Berapa lama praktek kerja industri dilaksanakan? d. Apa kendala yang dihadapi pada saat menentukan waktu pelaksanaan praktek kerja industri? 6. Pemetaan Dunia Usaha dan Industri (DU/DI) a. Bagaimana prosedur pemetaan (penyeleksian) dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan? a. Apasaja kriteria/ persyaratan untuk penentuan dunia usaha/ industri yang akan dijadikan institusi pasangan? b. Apa kendala dalam pemetaan dunia usaha/ industri? 7. Pemetaan Siswa a. Siapa yang mempunyai kewajiban melakukan pemetaan siswa? b. Bagaimana mekanisme pemetaan siswa? c. Apakah siswa dalam satu jurusan ditempatkan pada institusi yang sama? d. Adakah kriteria khusus dalam pemetaan siswa di dunia usaha/ industri? 8. Pembekalan Siswa Calon Prakerin a. Materi apasaja yang diberikan pada saat pembekalan siswa?
111
b. Kapan pembekalan dilaksanakan? Berapa lama proses pembekalan siswa ini berlangsung? c. Siapa yang mempunyai kewajiban memberikan pembekalan pada siswa? C. TAHAP PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 2. Penyerahan Siswa ke Dunia Usaha dan Industri (DU/DI) a. Bagaimana proses penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri? b. Siapa yang mempunyai kewajiban melakukan penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri? 3. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri a. Apasaja materi dan pekerjaan yang diberikan pada saat pelaksanaan praktik kerja industri? b. Apakah sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik kerja industri? c. Apakah sarana dan prasarana tersebut sudah memadai untuk setiap jurusan dalam hal jumlah maupun kualitasnya? 4. Pembimbingan siswa di Dunia Usaha dan Industri (DU/DI) 1. Proses Bimbingan Siswa di Dunia Usaha/ Industri oleh Guru Pembimbing a. Bagaimana sistem pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing pada saat pelaksanaan praktik kerja industri? b. Apakah proses pembimbingan ini dilakukan setiap hari? c. Adakah kriteria khusus untuk menjadi guru pembimbing? d. Berapa jumlah guru pembimbing dalam sebuah dunia usaha/ industri? Berapa perbandingan jumlah guru pembimbing dengan jumlah siswa? 2. Proses Bimbingan Siswa di Dunia Usaha/ Industri oleh Instruktur di Dunia Usaha/ Industri a. Bagaimana sistem pembimbingan yang dilakukan oleh instruktur pembimbing di dunia usaha/ industri? b. Apakah proses pembimbingan ini dilakukan setiap hari?
112
c. Berapa jumlah instruktur pembimbing dalam sebuah dunia usaha/ industri? Berapa perbandingan jumlah instruktur pembimbing dengan jumlah siswa? 4. Penarikan Siswa a. Kapan proses penarikan siswa dilakukan? b. Siapa yang bertanggung jawab untuk menjemput siswa dari tempat praktek kerja industri? D. PENGUMPULAN BUKU JURNAL PRAKTEK KERJA INDUSTRI 1. Kapan pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri dilakukan? 2. Apakah semua siswa harus mengumpulkan buku jurnal tersebut? 3. Apa kegunaan dari buku jurnal praktek kerja industri tersebut? E. PENULISAN SURAT KETERANGAN PRAKERIN 1. Apa isi dari surat keterangan praktek kerja industri? 2. Untuk apakah surat keterangan praktek kerja industri tersebut?
113
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA PESERTA PRAKTEK KERJA INDUSTRI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 2 SURAKARTA
1. Kapan Anda melaksanakan praktek kerja industri? 2. Berapa lama Anda melaksanakan praktek kerja industri? 3. Dimana Anda melaksanakan praktek kerja industri? 4. Apakah siswa dalam satu program keahlian ditempatkan pada dunia usaha/industri yang sama? Kalau tidak, berapa jumlah peserta dalam satu dunia usaha/industri? 5. Apakah sebelum Anda melakukan praktek kerja industri, Anda diberi pembekalan? Kalau iya, kapan pembekalan itu dilaksanakan dan berapa lama proses pembekalan itu berlangsung? 6. Apasaja materi yang diberikan saat pembekalan? 7. Siapa saja yang menjadi pembicara dalam pembekalan tersebut? 8. Pada hari pertama Anda ke dunia usaha/industri, Anda didampingi oleh guru atau tidak? 9. Bagaimana penyampaian materi yang diberikan oleh instruktur kepada Anda? Apakah bisa Anda pahami? 10. Pekerjaan apasaja yang Anda lakukan ketika praktek kerja industri? 11. Apakah pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan kompetensi Anda?
114
12. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada di dunia usaha/industri tempat Anda prakerin? Apakah sudah memadai atau belum? 13. Apakah guru pembimbing memonitor Anda selama praktek kerja industri? Kalau iya, berapa kali Anda dikunjungi oleh guru pembimbing? 14. Berapa jumlah guru pembimbing yang membimbing Anda? 15. Apakah dalam melakukan pekerjaan di dunia usaha/industri Anda dibantu oleh instruktur? Berapa jumlah instruktur yang membimbing Anda? 16. Bagaimana
system
pembimbingan
yang
dilakukan
oleh
instruktur
pembimbing? 17. Apakah pada hari terakhir Anda melakukan praktek kerja industri, Anda dijemput oleh guru pembimbing Anda? Apasaja yang Anda lakukan pada hari terakhir praktek kerja industri? 18. Apakah Anda mengumpulkan buku jurnal praktek kerja industri? Kepada siapa buku journal tersebut Anda kumpulkan? 19. Apakah Anda memeproleh sertifikat setelah praktek kerja industri berakhir? 20. Menurut Anda, apa kegunaan sertifikat tersebut?
115
Struktur Kurikulum. Bidang Keahlian Program Keahlian
: Teknik Otomotif : Teknik Mekanik Otomotif
PROGRAM / MATA DIKLAT
ALOKASI WAKTU (Jam)
A. Mata Pelajaran 1. PROGRAM NORMATIF
896
1.1. Pendidikan Agama
192
1.2 . Pendidikan Kewarganegaraan
192
1.3 . Bahasa Indonesia
192
1.3. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
192
1.4. Seni Budaya
128
2. PROGRAM ADAPTIF
2138
2.1. Bahasa Inggris
440
2.2. Matematika
516
2.3. Ilmu Pengetahuan Alam
192
2.4. Fisika
276
2.5. Kimia
192
2.6. Ilmu Pengetahuan Sosial
128
2.7. Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi
202
2.8. Kewirausahaan
192
3. PROGRAM PRODUKTIF Dasar Kompetensi Kejuruan
144
3.1
Pembacaan dan pemahaman gambar teknik
72
3.2
Menerapkan ketentuan-ketentuan keselamatan kerja di bengkel
6
3.3
Pemeliharaan/servis sistem hidrolik
66
Kompetensi Kejuruan
1084
3.4
Peralatan bengkel
50
3.5
Keselamatan kerja
12
3.6
Pengetahuan tentang dasar motor
48
3.7
Pengetahuan tentang motor
54
3.8
Pengetahuan tentang kelistrikan otomotif
26
116
PROGRAM / MATA DIKLAT 3.9
ALOKASI WAKTU (Jam)
Pengetahuan tentang dasar casis
6
3.10 Pengetahuan tentang sistem suspensi
20
3.11 Pengetahuan tentang sistem kemudi
10
3.12 Pengetahuan tentang sistem rem
10
3.13 Pengetahuan tentang roda
10
3.14 Pengetahuan tentang peminda tenaga
20
3.15 Pengetahuan tentang motor diesel
12
3.16 Perawatan dan perbaikan kepala silinder dan kelengkapannya
6
3.17 Perawatan dan perbaikan mekenisme katup dan kelengkapannya
38
3.18 Perawatan dan perbaikan sistem bahan bakar bensin
20
3.19 Perawatan dan perbaikan blok silinder dan kelengkapannya
8
3.20 Perawatan dan perbaikan mekanisme engkol
38
3.21 Perawatan dan perbaikan sistem pelumasan
16
3.22 Perawatan dan perbaikan perbaikan sistem pendingin
18
3.23 Perawatan dan perbaikan motor diesel
60
3.24 Sistem injeksi bahan bakar bensin
12
3.25 Perawatan dan perbaikan sistem pemasukan dan pembuangan
12
3.26 Diagnosa motor
32
3.27 Perawatan baterai starter
8
3.28 Perawatan dan perbaikan sistem starter
22
3.29 Perawatan dan perbaikan sistem pengisian
42
3.30 Perawatan dan perbaikan sistem pengapian
32
3.31 Perawatan dan perbaikan sitem penerangan
27
3.32 Perawatan dan perbaikan sistem lampu tanda dan klakson
13
3.33 Perawatan dan perbaikan pengapian magnit
22
3.34 Perawatan dan perbaikan sistem AC
48
3.35 Perawatan dan perbaikan penghapur/pembersi kaca
10
3.36 Perawatan dan perbaikan sistem kontrol panel
16
117
PROGRAM / MATA DIKLAT
ALOKASI WAKTU (Jam)
3.37 Sistem audio mobil
20
3.38 Perawatan dan perbaikan sistem kemudi
20
3.39 Perawatan dan perbaikan sistemsuspensi
18
3.40 Menyetel FWA ( spooring )
16
3.41 Perawatan dan perbaikan sistem rem
18
3.42 Perawatan dan perbaikan sistem kopling
16
3.43 Perawatan dan perbaikan sistem transmisi
16
3.44 Perawatan dan perbaikan poros propeler
8
3.45 Perawatan dan perbaikan gardan
18
3.46 Perawatan dan perbaikan poros eksel belakang
12
3.47 Perawatan dan perbaikan Power steering
36
3.48 Perawatan dan perbaikan brake booster
18
3.49 Perawatan dan perbaikan rem ABS
18
3.50 Perawatan dan perbaikan tras axle
20
3.51 Perawatan dan perbaikan poros penggerak aksel (depan)
16
3.52 Perawatan dan perbaikan unit trasfer
16
3.53 Perawatan dan perbaikan transmisi otomatis
20
B. Muatan Lokal
180
1. Bahasa Jawa
72
2. Bahasa Jepang
72
3. Bimbingan Karier
36
C. Pengembangan Diri
192
1. Pramuka 2. Web Desain 3. Latihan Dasar Kepemimpinan 4. AutoCad 5. Musik JUMLAH Keterangan: Alokasi waktu 1 jam tatap muka @ 45 menit.
4630