PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 SURAKARTA
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
OLEH ADITYA TRI NUGROHO K 7405019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ABSTRAC Aditya Tri Nugroho. THE IMPLEMENTATION OF TEACHING IN INTERNATIONAL QUALIFICATION SCHOOL OF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6 SURAKARTA.Thesis, Surakarta: Teaching and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta,July 2010 This research aims to (1)Describing about the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI) of SMK Negeri 6 Surakarta, (2 ) Knowing the supporting factors and the obstacle factors in the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI ) of SMK Negeri 6 Surakarta, ( 3) Knowing how to overcome and the solutions of the obstacle factors in the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI ) of SMK Negeri 6 Surakarta. The research formed into qualitative research,and using descriptive method with single strategy. The data source taken from informant, place and scene, and document. The sampling technique used in this research are purposive sampling and snow ball sampling techniques. The data collected by using interview, direct observation, and documentation. To measure the validity of the data, the researcher uses triangulation data and method. The data analized by using interactive analysis model. The results of the research shows that : 1) The implementation of teaching influenced by the teaching components which are : KTSP Curriculum spectrum, teacher’s competences, student’s competences, teaching materials such as modul, variation of teaching media, innovative teaching method, condusive teaching environment, validity of teaching evaluation. Billingual and moving class system has not been yet implemented in every teaching implementation. 2) The supporting factors of the implementation of teaching in RSBI SMK Negeri 6 Surakarta: (a) Education staffs which qualified both in academic and experiented and also have good achievement.(b) Condusive school environment and wide areas become alternative in teching implementation. (c) SMK Negeri 6 Surakarta has already got certificate of ISO 9001:2000. 3) The obstacle factors of implementation of teaching in RSBI SMK Negeri 6 Surakarta are (a) The unfinished of adaptation process of the education staffs and students of the change in the teaching paradimg of RSBI teaching model.(b) The limitation of individual skill on both of the education staffs and students. (c) The teaching components has not been yet compatible with the RSBI programm standard. 4) The solutions to overcome the obstacle factors in the implementation of teaching in RSBI SMK Negeri 6 Surakarta are (a)Improvement on the education staffs resource with trainings and course.(b) Upgrading the quality of students and socialitation of the RSBI teaching programm to the students.(c) Improvement on the supporting tools and infrastuctures in the RSBI teaching implementation.
v
ABSTRAK
Aditya Tri Nugroho. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta, (2) Mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta, (3) Mengetahui cara-cara mengatasi dan solusi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta. Bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif, sedangkan metode penelitian adalah metode deskriptif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan terdiri dari informan, tempat dan peristiwa, dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan (purposive sampling)dan Teknik bola salju (snow ball sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. Untuk mengukur validitas data digunakan triangulasi data dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta dipengaruhi oleh komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari: Kurikulum KTSP Spektrum, Kompetensi Guru, Kompetensi Siswa, Bahan pembelajaran berupa modul, Media pembelajaran bervariasi, Metode Pembelajaran inovatif, Lingkungan Pembelajaran kondusif, Evaluasi Pembelajaran yang valid. Sistem bilingual dan moving class belum diterapkan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. 2) Faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta: (a) Tenaga pendidik yang berkualitas secara akademis dan berpengalaman serta berprestasi. (b) Lingkungan sekolah yang kondusif dan lahan yang luas menjadi alternatif dalam melaksanakan pembelajaran. (c) SMK Negeri 6 Surakarta telah bersertifikat ISO 9001:2000 3) Faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah (a) Belum sempurnanya proses adaptasi para tenaga pendidik dan anak didik dalam perubahan paradigma pembelajaran yang menjadi pembelajaran model RSBI. (b) Terbatasnya skill individu tenaga pendidik dan anak didik. (c) Komponen-komponen pembelajaran belum sesuai dengan standar program RSBI. 4) Cara-cara mengatasi faktor pengahambat dalam pelakanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah (a) Perbaikan sumber daya tenaga pendidik melalui pelatihan-pelatihan dan kursus. (b) Peningkatan kualitas anak didik dan sosialisasi program pembelajaran RSBI bagi para siswa. (c) Perbaikan terhadap fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Selama penyusunan skripsi ini mulai dari awal sampai akhir, banyak sekali pihak yang membantu hingga skripsi ini terselesaikan. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PAP FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 5. Bapak Drs. Ign. Wagimin, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya skripsi ini. 6. Ibu Dra. Patni Nigharjanti, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK PAP FKIP UNS yang telah membantu peneliti dalam pembekalan materi untuk penyusunan skripsi ini. 8. Ibu Dra. Sri Supartini, M.M. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 6 Surakarta yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah yang beliau pimpin. 9. Bapak Drs. Sukarmanto, selaku WAKA kurikulum yang telah banyak membantu dalam penyediaan infomasi.
viii
10. Ibu dan ayah serta kakak-kakak ku, terima kasih atas dorongan, doanya serta selalu memberi semangat dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman seperjuangan PAP ’05: Lupin, Lian, Ika, Apris, Basuki, Deffi, Husna, Lala, Septi, Arum, Iyut, Husna, Lilis, Lis, Fanny, Ima, Dwina, Linda, Nurul, Vina, Mita, Arif, Angga, Prima, Rangga, Mahmud, Bayu, Wuri, Panji, Fajar, Efi terima kasih atas semuanya, banyak hal yang telah kita lalui bersama dan semuanya akan menjadi kenangan yang indah. 12. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun disadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta,
Peneliti
ix
Juli 2010
MOTTO
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah: 286)
Sometimes a dreamer is a looser, but sometimes a looser be a winner (penulis)
Cara berfikir yang akan merubah nasib kita, bukan nasib yang akan merubah cara berfikir kita (penulis)
Terus bergerak atau mati dalam gelisah (penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: # Ibu dan Bapak tercinta, # Kakak’ku Ika&Ari utul tercinta # Seseorang yang telah menjadi bintang dalam hidupku # Sahabatku -sahabatku..dalam susah dan senang # Teman-teman PAP 2005, # Almamater
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
i
HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………....
iv
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………....
v
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….....
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………....
vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………....
viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
xiv
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………….
1
B. Perumusan Masalah………………………………….....
8
C. Tujuan Penelitian…………………………………........
9
D. Manfaat Penelitian……………………………………..
9
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka…………………………………...….
11
1. Tinjauan tentang Pembelajaran……..………..…....
11
2. Tinjauan tentang Sekolah Menengah Kejuruan.......
21
3. Tinjauan tentang Sekolah Bertaraf Internasional….
26
B. Kerangka Pemikiran……………………………...……
36
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………..……..
38
B. Bentuk dan Strategi Penelitian………………..……… .
39
C. Sumber Data……………………………………….…...
42
D. Teknik Sampling……………………………..…...…….
43
E. Teknik Pengumpulan Data…………...………….……..
44
F. Validitas Data…………………………………………..
47
x
BAB IV
G. Analisis Data……………………………………….…...
48
H. Prosedur Penelitian……………………………………..
50
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian……………………...……….
53
1. Sejarah singkat berdirinya SMK Negeri 6 Surakarta…………………………………………....
53
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta……
54
3. Kebijakan Mutu………………………………….....
55
4. Jurusan di SMK negeri 6 Surakarta…………..…....
55
5. Keadaan Lingkungan Belajar……………………...
56
6. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta……..
56
B. Deskripsi Masalah Penelitian……………………….......
60
1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) SMK Negeri 6 Surakarta……………………………
60
2. Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta …….…………..
71
3. Cara-cara untuk Mengatasi dan Solusi Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta…..
84
C. Temuan Studi yang dihubungkan dengan Kajian Teori...
87
1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) SMK Negeri 6 Surakarta……………………………
87
2. Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta…....……………
95
3. Cara-cara untuk Mengatasi dan Solusi Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta.….
xi
98
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………….
100
B. Implikasi……………………………………………….
102
C. Saran…………………………………………………...
103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar II.1. Skema Kerangka Pemikiran
37
Gambar III.1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir
50
Gambar III.2. Skema Prosedur Penelitian
52
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Daftar Pertanyaan
Lampiran 3.
Field Note
Lampiran 4.
Surat Perijinan
Lampiran 5.
Data Umum Sekolah
Lampiran 6.
Dokumen RSBI
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan pada abad ke-21 ini menuntut sumber daya manusia yang prima yang dapat survive di dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan. Upaya peningkatan SDM harus dilakukan melalui peningkatan kompetensi manusia Indonesia yang siap hidup di peradaban global. Dalam dunia pendidikan diperlukan sekolah yang tidak hanya mengembangkan keunggulan lokal melalui tenaga-tenaga terdidik, tetapi juga perlu tersedianya satuan pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan berstandar internasional. Berangkat dari kondisi tersebut, perubahan orientasi pendidikan kita harus segera dilakukan reformasi secara mendasar (mind set pelaku) pada semua komponen dalam sistem pendidikan kita. Perubahan orientasi pendidikan tidak hanya berkutat pada perubahan kurikulum semata, namun yang terpenting saat ini adalah adanya “revolusi” sikap mental, pola pikir dan perilaku pelaku pendidikan (aparat, pengelola dan pengguna pendidikan) secara mendasar. Kebijakan ini dilakukan agar dapat mewujudkan pendidikan yang lebih demokratis, memiliki keunggulan komparatif
dan
kompetetif,
memperhatikan
kebutuhan
daerah,
mampu
mengembangkan seluruh potensi lingkungan dan potensi peserta didik serta lebih mendorong peran aktif dari masyarakat. Untuk mendukung pencapaian kondisi tersebut, pengelola pendidikan hendaknya memiliki pemahaman konsep pendidikan yang komprehensif. Menurut Syafaruddin (2002:74), globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Peningkatan kompetisi, pilihan, dan tuntutan masyarakat mempengaruhi pendidikan saat ini. Pendidikan di Indonesia perlu mendapat pengaturan dan standarisasi untuk memenangkan kompetisi dan peningkatan mutu terus-menerus. Oleh karena itu, manajemen sekolah harus mampu mencakup hal yang dapat meningkatkan kreativitas, inovasi, dan modernisasi bagi kemajuan pendidikan.
1
2
Selain itu tantangan-tantangan yang harus dihadapi juga datang dari dalam sistem pendidikan tersebut. Sumber-sumber pendidikan dan pengelolaannya yang tidak efektif serta sistem pendidikan yang masih lemah dan tidak relevan dengan kemajuan zaman membuat pendidikan di Indonesia sekarang sangat jauh tertinggal dari negara-negara lainnya. Hal ini harus ditanggulangi dengan meningkatkan kualitas pendidikan, mengubah sistem pendidikan agar relevan dengan kemajuan zaman serta perlunya pengembangan manajemen pendidikan agar sistem pendidikan kita tertata dan terkelola dengan baik. Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Pendidikan merupakan faktor yang menentukan kecerdasan suatu bangsa. Melalui pendidikan, manusia akan dibekali ilmu pengetahuan dan pengajaran tentang kehidupan yang mencakup banyak hal seperti afektif, psikomotor, dan kognitif. Sebagai salah satu cita-cita nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka proses pencerdasan dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal. Upaya pencerdasan melalui pendidikan nonformal dapat diperoleh melalui pengalaman yang sifatnya empiris dan dapat memberikan pengajaran hidup yang bermakna apalagi ada pepatah yang mengatakan bahwa “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Di samping itu, pencerdasan melalui pendidikan formal harus wajib dijalankan, apalagi mulai tahun 1984 telah diwajibkan pendidikan 9 tahun untuk
3
setiap masyarakat sehingga pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat. Adanya sekolah sebagai sarana untuk mendapat pendidikan formal dirasa penting untuk memberikan mutu pendidikan dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Sekolah sebagai suatu sistem dalam kehidupan masyarakat, memiliki fungsi dan mempengaruhi satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu sekolah harus ditunjang oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) ahli yang menunjang proses belajar mengajar guna membekali siswa dalam menghadapi era globalisasi. Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta didik agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud berarti luas, baik kecakapan personal (personal skill) yang mencakup; kecakapan mengenali diri sendiri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill),
kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill),
maupun kecakapan vokasional (vocational skill). Kegiatan pendidikan pada tahap melatih lebih mengarah pada konsep pengembangan kemampuan motorik peserta didik. Terkait dengan proses melatih ini, perlu dilakukan pembiasaan dan pengkondisian anak dalam berpikir secara kritis, strategis dan taktis dalam proses pembelajaran. Peserta dilatih memahami, merumuskan, memilih cara pemecahan dan memahami proses pemecahan masalah. Berangkat dari kondisi tersebut, maka budaya instant dalam pembelajaran yang selama ini dibudayakan harus ditinggalkan, menuju proses pemberdayaan seluruh unsur dalam sistem pembelajaran. (http://pakguruonline.pendidikan.net) Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
4
didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. (http://franciscusti.blogspot.com) Menurut Sardiman.A.M (2004:14), ”Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya”. Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa itulah yang harus mendapatkannya. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pengajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada
kecakapan
mengantisipasi
perubahan,
mengurangi
kesenjangan
kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun obyek dan memproduksi karya
5
berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi, maupun kuantitas sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik obyek atau karya. Karakteristik proses pembelajaran tersebut
haruslah
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
dan
memberikan motivasi kepada siswa agar mampu membangkitkan semangat belajar, kreatif, dinamis, dan mandiri sesuai dengan bakat dan minatnya. (http://elmuttaqie.wordpress.com/) Munculnya Rintisan Sekolah Bertaraf International (RSBI) di Indonesia dianggap sebagai langkah maju tumbuhnya perkembangan pendidikan setara luar negeri atau Internasional. Pengembangan RSBI sendiri didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat 3 yang secara garis besar ketentuan ini berisi bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. “Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah nasional dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada”. (http://id.wikipedia.org) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan kemajuan di dunia pendidikan dengan memperhatikan kualitas pendidikan di mana secara awam ditafsirkan sekolah dengan kualitas lulusan yang mampu menggunakan bahasa Inggris khususnya yang sampai saat ini atau bahkan untuk tahun ke depanpun merupakan tolak ukur utama siswa atau seseorang dikatakan mempunyai kemampuan lebih di dunia pendidikan. Pada dasarnya RSBI dimaksudkan agar mutu pendidikan dapat dimaksimalkan dengan melakukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dengan menggunakan pengantar bahasa Inggris meskipun tidak mengesampingkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagaimana diketahui secara umum bahwa seseorang dalam merintis arah kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuan dan tingkat pendidikan yang dimiliki, di mana sampai saat ini untuk memasuki
6
sekolah yang lebih tinggi dibutuhkan kemampuan lebih atau bahkan untuk memasuki dunia kerja nantinya diutamakan seseorang yang mempunyai berbagai keahlian dan kemampuan. Salah satu yang sampai saat ini yang sangat penting adalah kemampuan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dalam arti mampu aktif berbahasa Inggris. Lebih-lebih diprasyaratkan adanya sertifikat TOEFL yang menjadikan momok bagi sebagian besar lulusan sekolah untuk memasuki dunia kerja. Proses
untuk
mendapatkan
predikat
Rintisan
Sekolah
Bertaraf
Internasional (RSBI) dimulai dengan menstandartkan proses manajemen sekolah yang telah diakui oleh International Organization for Standardization dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2008 untuk proses manajemen. Dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2008, maka sekolah tersebut diverifikasi oleh Dinas Pendidikan pusat yang berakhir dengan penandatanganan MoU bahwa sekolah tersebut sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Pembentukan SBI sendiri harus mengacu pada standar perumusan SBI yakni SBI = SNP + X. SNP adalah Standar Nasional Pendidikan dan X adalah penguatan untuk berdirinya SBI seperti sebagai penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman, adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional seperti Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO. SNP sendiri memiliki 8 kompetensi yakni lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarpras, dana, pengelolaan dan penilaian. Pelaksanaan pembelajaran dalam SBI harus sesuai dengan standart internasional. Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar Internasional dimulai dari Input, Process, dan output. Proses belajar mengajar dalam SBI meliputi Lifeskill, Empat pilar pendidikan (Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, and Learning To Live together) dan Multiple Intelligences. Dengan kata lain, Proses Belajar Mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui penekanan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi. Teknis SBI salah satunya adalah penerapan pembelajaran model bilingual /menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Pada sistem ini pendidik
7
diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam melakukan proses PBM, tentunya pendidik untuk SBI harus memiliki kompetensi tinggi dalam menerapkan bahasa Inggris pasif atau aktif. Secara konsep, memang siswa SBI dirintis untuk menyamai kompetensi internasional seperti pada Cambridge atau International Baccalaureate (IB). Output SBI yang sudah ada akan diarahkan kemana nantinya, terutama ketika mereka akan menginjakkan pendidikan di Universitas. Konsep SBI secara tujuan dan visi memang sangat bagus, dimana siswa sudah terlatih untuk berkomunikasi secara global dengan bahasa Internasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diyakini merupakan sekolah yang mampu menciptakan produk pendidikan yang inovatif, kreatif dan produktif. Menurut Supriadi (2002:17-18) “Bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat, dan bangsanya”. Sebagai sub-sistem dari pendidikan nasional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki peran strategis mewujudkan sumber daya Indonesia yang handal. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 yaitu : “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.” Dan dilanjutkan PP No. 73 Tahun 1991, Pasal 3 ayat 6 mengatakan bahwa : “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.” Salah satu sasaran Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK tahun 2005-2009 adalah terwujudnya 443 SMK Bertaraf Internasional (SBI) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pengembangan SMK bertaraf internasional dimaksudkan untuk mempersiapkan SMK memasuki era perdagangan bebas yang menuntut kemampuan bersaing di tingkat nasional dan internasional. Pada akhirnya, pengembangan SMK bertaraf internasional tersebut diharapkan akan lebih menjamin terserapnya lulusan SMK pada lapangan kerja yang relevan baik di dalam maupun di luar negeri.
8
SMK Negeri 6 Surakarta yang merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional menjadi fenomena yang menarik bagi semua kalangan. Perubahan status sekolah yang akan bertaraf internasional ini merupakan langkah awal yang menjadi tanggung jawab besar dalam pelaksanaannya untuk menghasilkan lulusan siswa-siswa berpestasi, terlatih dan menguasai kemampuankemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang dapat ditunjukkan melalui penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah bertaraf Internasional ini. Selain kompetensi tenaga pendidik yang diharapkan
dapat
berstandar
internasional,
pengadaan
fasilitas-fasilitas
pembelajaran juga diharapkan memadai untuk menunjang kegiatan belajarmengajar. Dan juga siswa-siswa yang merupakan input diharuskan merupakan input yang berkualitas tinggi sehingga dapat mengikuti pelaksanaan pembelajaran bertaraf internasional yang akan dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah menjadi tanggung jawab bersama dari pihak sekolah, pendidik dan anak didik di SMK Negeri 6 Surakarta dalam pengembangan diri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pembelajaran agar nantinya output yang dihasilkan dapat bersaing tidak hanya berkualitas nasional saja juga harus mampu bersaing di internasional sebagai tuntutan dari era globalisasi. Dari permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 6 Surakarta dengan latar belakang masalah: “PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
DI
RINTISAN
SEKOLAH
BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMK NEGERI 6 SURAKARTA”
B. Perumusan Masalah Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:312) ”Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicari jawabannya”. Sehingga dalam hal ini masalah harus dipikirkan, dirumuskan,dan dicarikan jawabannya secara jelas. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
9
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta? 2. Apa saja faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta? 3. Bagaimanakah
cara-cara
mengatasi
faktor-faktor
penghambat
dalam
pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:313), “Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan”. Jadi setiap kegiatan yang dilakukan pastilah untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula penelitian ini, juga tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta. 3. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan suatu informasi yang mempunyai nilai-nilai aktual, akurat dan terperinci yang dapat memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti. Selain itu juga mempunyai nilai teoristis untuk
10
meningkatkan dan mengembangkan ilmu lebih lanjut dalam bentuk kegunaan praktis yang menyangkut pemecahan-pemecahan masalah yang aktual. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoristis a. Untuk menambah khasanah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan proses pembelajaran. b. Untuk mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional c. Untuk mengenal lebih mendalam tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi sekolah dalam menentukan kebijakan-kebijakan
dalam
pengembangan
kualitas
pelaksanaan
pembelajaran sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional b. Bagi para guru dan siswa dapat digunakan untuk memberi inspirasi dalam mengembangkan diri agar dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas diri yang dimilikinya untuk menunjang proses pembelajarannya. c. Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang lain yang memerlukan untuk mengembangkan penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ilmiah diperlukan pemahaman teori-teori yang relevan dan mendukung. Winarno Surakhmad (2004:83) mengemukakan “Teori adalah sekumpulan data yang tersusun dalam suatu pemikiran yang memberi jalan lapang kepada penyelidik karena mempunyai arti dan guna”. Teori dapat dipakai sebagai pedoman dan pegangan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Kajian teori yang tepat akan mempermudah proses penelitian sebab hal tersebut akan memberikan inspirasi bagi peneliti dalam memecahkan masalah masalah penelitian. Dalam penelitian ini teori-teori yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut: 1) Tinjauan tentang Pembelajaran, 2) Tinjauan tentang Sekolah Menengah Kejuruan, 3) Tinjauan tentang Sekolah Bertaraf Internasional. Untuk lebih memperjelas teori-teori tersebut, peneliti akan menjabarkannya sebagai berikut: 1. Tinjauan Tentang Pembelajaraan a. Hakikat Belajar Kegiatan
belajar
selalu
dihubungkan
dengan
perkembangan
intelektual dan pendidikan formal. Belajar itu sendiri merupakan akivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat karena belajar merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan potensi diri dalam kehidupannya. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar tidak hanya mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan dan
11
menyelesaikan jenjang
12
pendidikan tertentu saja, melainkan suatu proses aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan pada individu yang belajar. Kegiatan belajar memberikan pengaruh yang besar kepada manusia, maka terdapat beberapa ahli
merumuskan
pengertian
belajar.
Muhibbin
Syah
(2005:89)
mengemukakan bahwa: Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Slameto (2003:2) bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Sardiman (2004:26) menyatakan bahwa ”Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Berdasarkan dari berbagai definisi tersebut, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. b. Hakikat Mengajar Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar bagi para siswa. Arnie Fajar (2005: 12-13) mengemukakan bahwa ”Mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan
13
membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan potensi intelektual, emosional serta spiritualnya sehingga potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara optimal. Sardiman A.M (2007:47) mengungkapkan pengertian mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Menurut Rooijakkers (2003: 1), “Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan”. Pengertian ini menggambarkan bahwa proses pembelajaran sepenuhnya menjadi kekuasaan guru, karena guru adalah tokoh utama kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya sebagai obyek pembelajaran yang dibiarkan pasif. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu usaha menciptakan kondisi yang baik agar berlangsung suatu proses interaksi antara guru dan siswa dengan tujuan agar siswa menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar dilakukan oleh guru. Dalam mengajar hendaknya seorang guru dapat menciptakan keadaan yang bersifat membantu, mendorong, membimbing dan mengarahkan sehingga hasil proses belajar mengajar tercapai yaitu adanya perubahan kemampuan yang lebih tinggi. Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dalam bentuk berbagai mata pelajaran agar siswa menyerap bahan pelajaran saja, tetapi mereka harus memahami pula. Selain itu, sebagai akibat adanya proses belajar mengajar siswa akan termotivasi untuk menambah dan memperluas pengetahuan dengan usaha sendiri tanpa adanya suatu paksaan. Seorang guru harus menguasai bahan pelajaran dan selalu memperluasnya untuk mengikuti perkembangan zaman. c. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata “mengajar” yang berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
14
(diturut)
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan individu kearah yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu atau subyek belajar menuju kearah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar merupakan usaha seorang guru dalam menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Belajar mengajar dianggap sebagai proses karena didalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) diantara guru dan siswa. Proses itulah yang disebut dengan pembelajaran. Pada hakekatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan guru dan siswa. Dalam hal ini seorang guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar. Menurut Mulyasa, (2002:100) “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik”. Proses dalam kontek ini menunjukkan adanya interaksi antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana.. Menurut Oemar Hamalik (2003: 57), ”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : 1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik. 2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. 3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
15
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta proses pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pengertian pembelajaran mengandung dua komponen belajar dan mengajar yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran sebagai suatu sistem tentunya melibatkan komponen-komponen belajar mengajar, tujuan, dan proses saling mendukung, saling melengkapi, dan saling bersinergi. Nana Sudjana (2004:35) menegaskan bahwa, “Pembelajaran merupakan proses dinamis untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, namun dapat ditentukan dari 2 kriteria umum yaitu : (1) kriteria ditinjau dari sudut prosesnya dan (2) kriteria ditinjau dari sudut hasilnya” Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar yang mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu memperhatikan unsur-unsur yang terikat dalam proses pembelajaran. d. Komponen Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan proses yang utama dalam pendidikan. Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun untuk memperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Proses pembelajaran merupakan kesatuan dari dua proses kegiatan yang searah, yaitu kegiatan belajar (mencari, menerima dan menyimpan materi/informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan) yang dilakukan siswa dan kegiatan mengajar (menyampaikan materi/informasi sekaligus mengelola dan mengorganisasi kegiatan belajar mengajar) yang dilakukan oleh guru. Dari pendapat diatas maka pembelajaran merupakan keseluruhan komponen yang saling berkaitan, bersinergi dan saling berhubungan. Keseluruhan komponen tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran dan merupakan faktor pokok yang mendukung terjadinya peristiwa pengajaran yang edukatif. Hal ini
16
menggambarkan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan oleh siswa sangat dipengaruhi kualitas dan kuantitas interaksi diantara komponen-komponen pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. HJ. Gino, dkk (1998:30) menyebutkan bahwa komponen kegiatan belajar mengajar meliputi siswa, guru, isi pelajaran, media, metode, tujuan dan evaluasi. Sedangkan Margono (1995:9) mengungkapkan bahwa komponenkomponen pembelajaran terdiri dari: 1) 2) 3) 4)
Tujuan Materi Strategi belajar mengajar Evaluasi Berdasarkan uraian tersebut, penulis menguraikan komponen-
komponen pembelajaran sebagai berikut: 1) Komponen Kurikulum Secara bahasa kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani kuno yang biasa digunakan dalam bidang olahraga yaitu curir yang artinya pelari. Curere berarti tempat berlari, dan curriculum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari sampai garis finis yang telah ditetapkan. Istilah ini kemudian yang dipergunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian awal sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didiknya untuk memperoleh ijazah. Menurut Patmonodewo (1995:47) bahwa kurikulum adalah seluruh usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Batasan ini memperluas makna kurikulum bukan sekedar isi atau mata pelajaran sebagai bentuk pengalaman belajar, untuk memperoleh pengalaman belajar maksimal siswa tidak hanya berhubungan dengan materi pelajaran namun seluruh aspek yang mempengaruhi di sekolah baik fisik, intelelektual, sosial, maupun emosional.
17
Sukmadinata (1995:27) menjelaskan bahwa ada 3 konsep mengenai kurikulum, yaitu (1) Kurikulum dapat juga digambarkan sebagai dokumen tertulis hasil persetujuan bersama penyusunan kurikulum dan pemegang kebijakan, pendidik dengan masyarakat. (2) Kurikulum sebagai suatu sistem artinya merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana menyusun, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakan. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi sistem kurikulum agar tetap dinamis. (3) Kurikulum sebagai bidang studi bertujuan mengembangkan ilmu tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai sumber penelitian dan percobaan merencanakan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi. 2) Komponen Siswa. Siswa adalah seseorang yang menerima dan menyimpan materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran komponen siswa sangat besar pengaruhnya sehingga siswa harus dijadikan pusat kegiatan pembelajaran. 3) Komponen Guru Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai perancang sekaligus menjadi bagian dalam jalannya kegiatan pembelajaran yang mengusahakan
terjadinya
kondisi-kondisi
tertentu
agar
kegiatan
pembelajaran efektif dalam mencapai tujuannya. Guru sebagai fasilitator lebih menekankan pengembangan dan pengkondisisan psikologis siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan Kartini Suharto (1995:13) mengemukakan tiga unsur utama kemampuan esensial mengajar guru, yaitu: kemampuan merencanakan pembelajaran, melaksanakan prosedur pembelajaran dan menciptakan ketrampilan
berkomunikasi.
Kemampuan
merencanakan
adalah
kemampuan membuat dan mendesain rancangan pembelajaran. Maka dari itu peran guru sangatlah dibutuhkan dalam suatu pembelajaran.
18
Menurut Wina Sanjaya (2006:148-153) guru berperan sebagai : a) Sebagai fasilitator, guru berperan memudahkan siswa dalam proses pembelajaran lebih mengarahkan pertanyaan pada apa yang harus dilakukan agar siswa mudah mempelajari bahan dan mencapai tujuan. b) Guru sebagai pengelola, berperan sebagai pencipta iklim belajar yang memungkinkan siswa bisa belajar secara nyaman. c) Demonstrator, guru harus bisa menjadi sosok teladan bagi siswa-siswanya d) Evaluator, evaluasi tidak hanya kepada sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan namun juga mengumpulkan berbagai informasi tentang kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik. Dari pendapat diatas maka pengetahuan siswa bukan hanya dari informasi yang diberikan oleh guru, namun lebih penting dari proses menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya. Guru harus menghindari penyampaian pengetahuan tanpa melibatkan siswa untuk menggali informasi. Guru harus memberdayakan diri dengan menyadari perlunya perubahan peran diri dalam proses pembelajaran yang melibatkan penggunaan ICT (information and communication technology) dimana sudah seharusnya banyak menempatkan diri sebagai fasilitator. 4) Komponen Bahan Pembelajaran Pemilihan bahan pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pembelajaran. Guru selain memilih bahan pembelajaran juga dapat mengembangkan bahan pembelajaran baik untuk tujuan pengayaan maupun peningkatan kualitas bahan pembalajaran. Bahan belajar bisa berupa bahan tertulis yang nampak secara fisik yaitu dalam bentuk buku materi, lembar kerja siswa atau non fisik seperti rangsangan visual yang dipergunakan dalam pengajaran. Dasar yang dipakai dalam memilih bahan atau materi pelajaran menurut A. Samama (1992:7) dalam bukunya S. Suryosubroto (2001:32) terdiri dari : a) Tujuan instruksioanl Umum b) Tingkat perkembangan dan intelektual anak c) Pengalaman anak
19
d) Alokasi waktu Menurut Suharsini Arikunto (1999:61) mengemukakan dasar pemilihan materi pelajaran adalah sebagai berikut : a) b) c) d)
Tujuan Keadaan siswa Situasi tempat Tersedianya waktu dan fasilitas Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan dasar pemilihan materi
pelajaran adalah sebagai berikut : a) Tujuan Instruksional Umum b) Tingkat perkembangan siswa c) Pengalaman siswa d) Tersedianya waktu dan fasilitas 5) Komponen Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan komponen belajar yang paling besar dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekan berbagai cara metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi. Fungsi metode adalah sebagai suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa untuk menerima,menguasai, dan mengembangkan. Menurut Hadari Nawawi (1985:123) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:33) “Metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh guru berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas dan kesemuanya berguna untuk mendapatkan pengajaran tertentu”. Dasar pemilihan metode mengajar menurut Abu Ahmadi (1990:111) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:33) terdiri dari 4 hal yaitu: a) b) c) d)
Relevansi dengan tujuan Relevansi dengan bahan Relevansi dengan kemampuan guru Relevansi dengan pengajaran
20
Sedangkan menurut Lardizal (1987:47) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:34), dasar pemilihan metode mengajar terdiri dari: a) b) c) d)
Tujuan Materi Fasilitas Guru Dari dua pendapat tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa dasar pemilihan metode mengajar adalah : a) Relevansi dengan tujuan b) Relevansi dengan materi c) Relevansi dengan kemampuan guru d) Relevansi dengan siswa e) Relevansi dengan perlengkapan atau fasilitas sekolah 6) Komponen Media Pembelajaran Media menurut Briggs yang dikutip Arief S Sadiman (1990:6) adalah “Segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Maka dari itu media sangat penting dari strategi pembelajaran yang harus dirancang dan direncanakan. Media juga sebagai salah satu komponen pembelajaran yang dapat menyalurkan pesan untuk mengatasi berbagai masalah dalam proses belajar mengajar seperti gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh dan jarak geografis. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:05) menyarankan bahwa dalam memilih media pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteriakriteria berikut: a) b) c) d) e) f)
Ketepatan dengan tujuan pembelajaran Dukungan terhadap isi dan bahan pelajaran Kemudahan memperoleh media Ketrampilan guru dalam menggunakan Tersedianya waktu untuk menggunakannya Sesuai dengan taraf berfikir siswa
21
7) Komponen Lingkungan Belajar Lingkungan belajar adalah seluruh kondisi, keadaan, dan pengaruh yang mempengaruhi pada pengembangan makhluk hidup atau sekelompok makhluk hidup. Apabila diterapkan dalam pendidikan, lingkungan belajar adalah seluruh kondisi, keadaan, dan pengaruh-pengaruh yang mencapai perkembangan pembelajaran. Lingkungan belajar berbentuk fisik meliputi lingkungan kelas dalam hubungan kegiatannya
dinamakan iklim kelas. Sedangkan
lingkungan belajar yang non fisik meliputi situasi yang terbentuk dalam suatu sekolah seperti, kenyamanan, ketertiban. Pada interaksi belajar mengajar guru juga harus menemukan cara menciptakan suasana belajar yang demokratis dan hubungan psikologis yang baik dengan siswa maupun menciptakan situasi yang dapat merangsang hubungan baik diantara siswa. 8) Komponen Evaluasi Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi yang ditujukan kepada siswa merupakan suatu proses penilaian terhadap hasil kegiatan dan hasil belajar peserta, meliputi kegiatan pengukuran ,serta pemberian nilai terhadap tingkat penguasaan hasil belajar yang dicapainya. Maka dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses dimana evaluator menggunakan beragam informasi dari berbagai sumber untuk sampai pada nilai tertentu untuk melakukan justifikasi. 2. Tinjauan Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) a. Hakikat Sekolah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Mulyasa (2002:142145) berpendapat: Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara formal dan potensial memiliki peranan penting dan strategis bagi pembinaan generasi muda, khususnya bagi peserta didik pada jenjang pendidikan
22
dasar. Sementara orang tua peserta didik merupakan pemberi pendidikan pertama dan utama yang besar pengaruhnya terhadap pembinaan dan pengembangan pribadi peserta didik. Sedangkan
Sekolah
menurut
Jacob
Breemer
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_%28institusi%29) adalah “Suatu lembaga formal yang menyelenggaraka kegiatan belajar mengajar pada ruang dan menggunakan media yang disajikan oleh guru sebagai pemateri dan siswa sebagai obyek yang belajar.” Menurut UU No.2 tahun 1989 pasal 11 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Jenis pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional”. Kemudian pendidikan yang ditawarkan kepada masyarakat ada yang bersifat akademis dan ada yang mengutamakan keterampilan yang memudahkan lulusan yang memperoleh pekerjaan. Pendidikan yang bersifat akademis adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang menitikberatkan kepada keterampilan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dan pada kajian teori ini akan dibahas tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Untuk pembahasan teori yang lebih mendalam dapat dilihat dari pembahasan teori dibawah ini. b. Hakikat Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK
sering
disebut
juga
STM
(Sekolah
Teknik
Menengah).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_kejuruan) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan memperluas pendidikan dasar serta menyiapkan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang
23
memiliki kemampuan mengadakan dan mengembangkan kemampuannya lebih lanjut dalam dunia kerja maupun untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Berdasarkan PP RI No. 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 yaitu : “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Dan dilanjutkan PP No. 73 Tahun 1991, Pasal 3 ayat 6 mengatakan bahwa : “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”. Sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemuadian hari. Berdasarkan keputusan Mendikbud RI No. 180/U/1993 tentang kurikulum SMK, tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan : 1) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. 2) Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan sikap profesional. 3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. 4) Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Menurut M. Yusuf Tuloli (2006:76), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik antara lain: 1) SMK diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. 2) SMK didasarkan atas “demand driven” atau kebutuhan dunia kerja. 3) Fokus isi SMK ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja. 4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada ”hands on” atau performa dalam dunia kerja. 5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses SMK.
24
6) SMK yang baik harus memiliki sifat responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi. 7) SMK seharusnya lebih menekankan pada “learning by doing” dan “hands on experience”. 8) SMK memerlukan fasilitas mutakhir untuk kegiatan praktik. 9) SMK memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dibandingkan SMA atau pendidikan umum lainnya. Selain itu, Sekolah Menengah kejuruan juga memiliki ciri atau kekhususan yang berbeda dengan jalur pendidikan yang lain. Menurut Soekamto (2000:2), mengemukakan bahwa terdapat tujuh aspek yang menjadi ciri khas bagi Sekolah Menengah Kejuruan diantaranya adalah : 1) Orientasi Pendidikan Orientasi pendidikannya adalah pada lulusan yang dihasilkan, yang disesuaikan dengan tujuan SMK yakni menghasilkan lulusan siap kerja. 2) Justifikasi untuk eksistensi Justifikasi untuk eksistensi dimaksudkan adanya keterampilan yang dibekalkan di sekolah kepada siswanya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 3) Fokus kurikulum Kurikulum SMK yang diharapkan untuk dapat mengembangkan segala aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. 4) Kriteria keberhasilan Siswa SMK yang dapat dikatakan berhasil adalah bila siswa tersebut dapat memenuhi persyaratan kurikuler di sekolah dan juga memperoleh keberhasilan di dunia sesungguhnya. 5) Kepekaan Pendidikan SMK memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan yang terjadi di sekelilingnya. 6) Perbekalan dan logistik Pendidikan SMK banyak membutuhkan sarana dan prasarana untuk melancarkan program pendidikan. 7) Hubungan masyarakat SMK harus mengadakan hubungan baik dengan masyarakat terutama institusi untuk bekerjasama. Dalam jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan, terdapat berbagai bidang studi keahlian yang dapat ditempuh. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 252/C/KEP/MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008 yang menetapkan 6 (enam) Bidang Studi Keahlian yaitu:
25
1) Teknologi dan Rekayasa Bidang studi teknologi dan rekayasa terdiri dari 18 (delapan belas) program studi keahlian, yang diurai lagi menjadi 66 (enam puluh enam) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang teknologi dan rekayasa antara lain konstruksi bangunan, survei pemetaan, ketenagalistrikan, permesinan, otomotif, penerbangan, perkapalan, pertekstilan, grafika, pertambangan, kimia, pelayaran, teknik perminyakan, elektronika. 2) Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang studi teknologi informasi dan komunikasi terdiri dari 3 (tiga) program studi keahlian yang diurai menjadi 9 (sembilan) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerejaan di bidang telekomunikasi, komputer dan jaringan, multi media, broadcasting. 3) Kesehatan Bidang studi kesehatan terdiri dari 2 (dua) program studi keahlian dan diuraikan menjadi 6 (enam) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerejaan di bidang kesehatan seperti keperawatan dan farmasi serta perawatan sosial. 4) Seni, Kerajinan dan Pariwisata Bidang studi seni kerajinan dan pariwisata terdiri dari 7 (tujuh) program studi keahlian yang diurai menjadi 22 (dua puluh dua) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang seni kerajinan seperti seni rupa terapan, industri kerajinan, seni pertunjukkan, di bidang pariwisata seperti perhotelan, boga , busana dan kecantikan. 5) Agribisnis dan Agroteknologi Bidang studi agribisnis dan agroteknologi terdiri dari 7 (tujuh) program studi keahlian yang diurai menjadi 13 (tiga belas) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang pertanian, perikanan, peternakan, pengelolaan hasil pertanian, mekanisasi pertanian dan kehutanan. 6) Bisnis dan Manajemen Bidang studi bisnis dan manajemen terdiri dari 3 (tiga) program studi keahlian yang diurai menjadi 4 (empat) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang bisnis manajemen seperti administrasi perkantoran, akuntansi, perbankan dan pemasaran.
26
3. Tinjauan Tentang Sekolah Bertaraf Internasional a. Pengertian dan Konsep SBI Berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 tentang “Pedoman penjaminan mutu Sekolah/Madrasah bertaraf internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah” bahwa dalam tahapan penyelenggaraan SBI dimulai pada fase rintisan terlebih dahulu, selanjutnya menuju fase kemandirian. Fase rintisan ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pengembangan kemampuan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan serta tahap konsolidasi. Dalam fase rintisan ini bentuk pembinaannya antara lain melalui sosialisasi tentang SBI, peningkatan kemampuan SDM sekolah, peningkatan manajemen, peningkatan sarana dan prasarana, serta pemberian dana block grant dalam bentuk sharing dengan pemerintah daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu tertentu. Dan diharapkan pada saatnya sekolah mampu secara mandiri menyelenggarakan SBI. Sekolah dengan Standar Mutu Internasional atau SBI adalah Sekolah Nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki Kemampuan Daya Saing Internasional. SMK-SBI adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan instrumental input (perangkat keras dan lunak), proses dan outputnya memiliki standar tertentu yang diakui/setara dengan standar internasional,
dengan
memperhatikan
potensi
ungulan
daerah.
(http://groups.yahoo.com/group/dikmenjur/message/61367) Pelaksanaan SBI didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3: “Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional” Pelaksanaan SBI ini juga didasari adanya Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.
27
1). Pemerataan dan Perluasan Akses 2). Peningkatan
Mutu,
Relevansi,
dan
Daya
Saing.
Salah
satunya
pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/kota melalui kerja sama yang konsisten antara Pemerintah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia. 3). Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik. SBI dapat dirumuskan sebagai berikut: SBI = SNP + X. Dengan pengertian SNP adalah standar nasional pendidikan yang meliputi: standar kompetensi, lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik, dan tenaga kependidikan, standar sarana, dan prasarana, standar pembiayaan, standar pengelolaan, dan standar penilaian. Komponen X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik dalam negeri maupun luar negeri, yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional (Depdiknas, 2007:3). Penyelenggaraan
SBI
didasari
filosofi
eksistensialisme
dan
esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan
yang
bermartabat,
pro-perubahan,
kreatif,
inovatif,
dan
eksperimentif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. (Kir Haryana, 2007:37) Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ). Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun
28
kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktekpraktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya. (Kir Haryana, hal. 37-38) Esensi lainnya dari konsepsi tentang SBI adalah adanya daya saing pada forum internasional terhadap komponen-komponen pendidikan seperti output pendidikan, proses penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki daya saing yang kuat dan tinggi. Masing-masing komponen tersebut harus memiliki keunggulan yang diakui secara internasional, yaitu berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Bukti bahwa telah diakui dan teruji secara internasional adalah dengan sertifikasi minimal berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD, negara maju lainnya atau lembaga yang relevan. Menurut Kir haryana (2007:41) ada dua cara yang dapat dilakukan sekolah untuk memenuhi karakteristik (konsep) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu sekolah yang telah melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja minimal ditambah dengan (X) sebagai indikator kinerja kunci tambahan. Dua cara itu adalah: 1) Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. 2) Adopsi yaitu penambahan atau pengayaan, pendalaman, penguatan, perluasan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsure SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD/negara maju lainnya.
29
Visi SBI adalah terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional. Sedangkan Misi SBI adalah mewjudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Tujuan penyelenggaraan SBI adalah mengasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional (Depdiknas, 2007:5). b. Karakteristik Esensial Sekolah Bertaraf Internasional Dalam pelaksanaan sekolah bertaraf internasional haruslah memenuhi indikator 8 karakteristik esensial jaminan mutu pendidikan betaraf internasional. Berdasarkan rumusan yang ditetapkan oleh direktorat menengah kejuruan, direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah, profil SMK bertaraf Internasional mencakup komponen-komponen utama di sekolah seperti uraian berikut: 1) Kurikulum dan Proses Pembelajaran a) Kurikulum Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memberikan penekanan kurikulum sebagai suatu program dengan menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (Bab I, Pasal I butir 9). Oemar
Hamalik
(2003:24-30)
menyebutkan
komponen-
komponen kurikulum meliputi : (1) Tujuan : setiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional (2) Materi : merupakan isi dari kurikulum. Isi dari kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian pelajaran mencapai penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional., (3) Metode : cara yang dipergunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam mencapai tujuan kurikulum yang dilaksanakan menurut prosedur tertentu. (4) Organisasi kurikulum menyangkut masalah pengaturan isi yang setiap institusi pendidikan bisa memiliki ciri sendiri-sendiri.
30
(5) Evaluasi : berperan penting untuk memperoleh informasi akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa belajar karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum SBI adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan dan strategi pembelajaran sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah pelaksana SBI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan kualitas kompetensi siswa. Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran Dalam Sekolah Bertaraf Internasional, kurikulum nasional yang dikembangkan sekolah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). SBI menggunakan KTSP yang diperkaya agar memenuhi standar nasional pendidikan plus kurikulum internasional yang digali (adopsi dan adaptasi) dari berbagai sekolah mitra baik dalam maupun luar negeri, yang memiliki reputasi internasional. Selain itu juga menerapkan sistem satuan kredit semester dalam kurikulumnya. Menurut Dirut Pembinaan SMK (2007), profil Kurikulum yang harus dikembangkan dan diterapkan di SMK pelaksana program SBI adalah sebagai berikut : (1) Menggunakan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berlaku (2) Program normative menggunakan kurikulum yang berlaku (3) Program adaptif menggunakan kurikulum dan atau berdasarkan kesepakatan dengan mitra internasional sesuai dengan standar kompetensi masing-masing program keahlian. (4) Program produktif menggunakan kurikulum dengan standar kompetensi internasional yang disepakati bersama dengan mitra internasional. b) Proses pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik (Mulyasa,2002:100). Proses dalam kontek ini
31
menunjukkan adanya interaksi antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana Mutu
setiap
SBI
harus
dijamin
dengan
keberhasilan
melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kerja minimal, yaitu memenuhi standar proses. Dalam Sekolah Bertaraf Internasional, menurut Kir Haryana (2007:45) proses pembelajaran harus memenuhi standar proses pembelajaran internasional. Antara lain: (1) Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator (2) Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. (3) Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mapel (4) Pembelajaran pada mata pelajaran sains, Matematika, dan teknologi/produktif dengan bahasa Inggris, kecuali mapel bahasa Indonesia. .
Pada konteks pembelajaran di SMK SBI baik dikelas maupun
di laboratorium yang melibatkan banyak perangkat, peralatan, dan sumber belajar diperlukan suatu cara pengaturan tersendiri agar bisa memberikan situasi dan kondisi nyaman bagi siswa. Pada interaksi belajar mengajar guru juga harus menemukan cara menciptakan suasana belajar yang demokratis dan hubungan psikologis yang baik dengan siswa maupun menciptakan situasi yang dapat merangsang hubungan baik diantara siswa.
32
Dari komponen–komponen kurikulum dan proses pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa Direktorat Pembinaan SMK telah menetapkan standar proses pembelajaran SBI adalah sebagai berikut: (1) Bahan ajar minimal 4 mata diklat produktif menggunakan modul dengan bahasa Inggris. Setiap siswa memiliki dan menggunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran. (2) Buku Pegangan, setiap siswa memiliki dan mengunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran. Setiap guru memiliki buku referensi sesuai dengan mata diklat yang diajarkan. (3) Administrasi pengajaran setiap guru kelas harus mengunakan silabus dan Satuan Acara Pembelajaran untuk setiap mata diklat. Minimal 4 mata diklat produktif mengunakan bahasa Inggris. Adanya jadwal yang jelas dan telah disepakati oleh mitra internasional. (4) Penilaian mengunakan berbasis kompetensi, memiliki kartu hasil studi, transkrip nilai (5) Guru produktif harus bersertifikat asesor di bidangnya (6) Pengujian sertifikat harus dilakukan oleh Mitra internasional dengan standar MI 2) Organisasi dan Manajemen Sekolah SMK pelaksana program SBI wajib memiliki organisasi yang sehat. Dalam pengelolaan SBI harus dijamin dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah. Hal tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu memenuhi standar pengelolaan. Profil Organisasi SMK SBI menurut Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah adalah : a) Memiliki Visi dan Misi sekolah. b) Memiliki rencana strategis c) SMK SBI memiliki rencana tahunan / RAPBS yang merupakan rencana tindakan (action plan) Selain itu menurut Kir Haryana (2007:45) SBI juga harus memenuhi standar pengelolaan yang diwujudkan dalam: a) Sekolah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000 b) Merupakan sekolah multi kultural c) Sekolah telah menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf/berstandar internasional diluar negeri
33
d) Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual, dan lain-lain e) Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah Sistem manajemen di SMK SBI memiliki rumusan sistem dan telah melaksaanakan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dan terkomputerisasi dan memiliki pangkalan data (database) yang meliputi: kesiswaan, kepegawaian, sarana prasarana, perpustakaan, dan website sekolah serta semua komputer yang telah terhubung suatu sistem jaringan lokal (internet). 3) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang pelaksanaan pendidikan yang bertaraf intenasional. SMK SBI harus memiliki beberapa bangunan sebagai sarana prasarana pendidikan di sekolah yang memenuhi standar
internasional
yang
diperlukan
untuk
menunjang
proses
pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Serta berbagai media ICT yang berfungsi sebagai media dalam proses pembelajaran. Ruang teori dengan luasan 63 m2, sesuai dengan jumlah kelompok belajar dan menerapkan kelas berjalan (moving class). Sekolah memiliki ruang praktek kelas, jumlah dan luasnya sesuai dengan kebutuhan masingmasing program keahlian. Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK. Sekolah juga harus memiliki perpustakan yang memenuhi kebutuhan, nyaman, untuk membaca dan studi siswa. Perpustakan sekolah mengunakan katalog yang berstandar internasional, telah dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia tersedia multimedia dan perangkatnya. Dan sebagai penunjang pembelajaran produktif sekolah juga harus dilengkapi dengan ruang laboratorium, ruang pendidik, ruang praktek produktif. Sedangkan sebagai penunjang aktivitas sekolah juga disediakan ruang unit produksi, ruang administrasi, tempat olahraga, tempat ibadah, kantin sekolah, tempat rekreasi dan ruang penunjang lainnya.
34
4) Tenaga Pendidik Setiap SBI harus dijamin dengan guru yang menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya. Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas professional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Menurut Hermana Soemantri (2007), penjaminan mutu tenaga pendidik SBI ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut: a) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK b) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris c) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK. Pada SMK SBI guru mata diklat normative dan adpatif minimal berpendidikan S1 atau D4, pendidikanya sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi yang sesuai di bidangnya, mampu berbahasa Inggris aktif dengan skor TOEIC (Test of English in Convesation) untuk guru bahasa Inggris minimal 600, guru adaptif 400, guru normatif 300. Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. Guru mata Diklat produktif, tingkat pendidikan minimal S1 atau D4 sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi sesuai di bidangnya, mampu berbahsa Inggris aktif dengan skor TOEIC minimal 550, mempu mengoperasikan komputer, mampu men-download maple dari internet. Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK. Kepala Sekolah dengan tingkat pendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah. Kepala sekolah juga memiliki kemampuan
35
manajerial dan kepemimpinan yang dibuktikan dengan telent acounting atau yang sejenis, mampu berbahasa Inggris aktif dengan skor TOEIC minimal 500, mampu mengoperasikan komputer, mampu merumuskan rencana strategi dan program pengembangan ICT sekolah. 5) Standar Anak Didik Kualitas standar anak didik di SMK SBI perlu diperhatikan sejak awal masuk, pembinaan selama proses sampai dengan siswa tersebut tamat. Menurut Kir Haryana (2007:44) bahwa Siswa baru SBI di seleksi secara ketat mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian dan kesehatan fisik. Seleksi penerimaan siswa baru juga harus memenuhi persyaratan akademik dan non akademik. Persyaratan akademik meliputi nilai Bahasa Inggris 7,0 bahasa Indonesia 7,0 dan nilai matematika 7,0. sedangkan persyaratan non akademik mengacu pada sekolah atau dunia industri yang berskala internasional antara lain : psikotes, tes matematik, tes bahas Inggris, tidak buta warna dan bebas narkoba. 6) Lingkungan sekolah dan masyarakat Pada lingkungan sekolah terdiri dari 2 macam yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari gedung, halaman sekolah, taman sekolah, dan kebun sekolah. Lingkungan non fisik diwarnai oleh kualitas interaksi warga sekolah. Kerjasama saling menghormati, bersikap sopan, ramah dan toleran perlu dikembangkan di sekolah Penyelengaraan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab pemerintah, orang tua dan masyarakat secara bersama-sama. Kebersamaan itu diwujudkan dengan adanya partisipasi sesuai dengan porsinya masingmasing. Peran serta masyarakat di sekolah biasanya disalurkan dan difasilitasi oleh komite sekolah atau dewan sekolah. Menurut Dirut Pembinaan SMK (2007) bahwa: SMK SBI mensyaratkan adanya institusi pasangan baik dari dari dalam negeri maupun luar negeri yang memiliki kualifikasi internasional. Adanya insitusi pasangan yang telah dimiliki sekolah harus dibuktikan dengan naskah kerjasama antara SMK dengan institusi pasanganya. Selain itu juga adanya peran aktif dari sekolah dalam program kemitraan tersebut guna peningkatan kualitas kompetensi siswa dan pemasaran tamatan.
36
7) Pembiayaan Pengembangan SMK SBI membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pada umumnya sekolah di Indonesia belum memenuhi standar internasional. Menurut Hermana Soemantri (2007:25): Untuk menuju ke standar internasional yang sesunguhnya semua komponen sekolah harus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Selain itu juga harus menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan. Dana SMK SBI dapat bersumber dari pemerintah pusat, daerah, komite sekolah, sponsor dunia usaha dan industri, dan unit produksi sekolah. 8) Penilaian Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Menurut Kir Haryana (2007:45) “Sistem penilaian yang digunakan dalam SBI adalah sistem atau model penilaian telah diperkaya dengan adopsi sistem penilaian dari sekolah unggul di salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnnya.” B. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka pemikiran ini disusun untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di sebuah sekolah SMK yang menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang didalam konsep-konsep SBI sangat bebeda dari pelaksanaan pembelajaran pada umumnya yang hasilnya dapat diketahui dalam output yang dihasilkan. Tutuntutan persaingan dunia usaha internasional yang melibatkan perusahaan atau institusi dunia usaha dan industri di Indonesia sangat membutuhkan tenaga kerja yang tidak hanya berkualitas nasional saja namun juga
37
harus berkualitas internasional agar kualitas produk dan jasa yang dihasilkannya dapat bersaing di internasional. Oleh karena itu sistem pendidikan di SMK yang lulusannya disiapkan untuk bersaing di dunia kerja juga harus mampu memenuhi standar kualitas lulusan yang mampu bersaing secara internasional. Untuk itu diperlukan sebuah sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha yang pada nantinya hasil dari sistem pendidikan tersebut menghasilkan lulusan yang berkualitas internasional. Dengan adanya program RSBI di SMK menjadikan guru sebagai pembimbing pelaksanaan pembelajaran di sekolah harus mampu
menerapkan
pelaksanaan
pembelajaran
sesuai
dengan
standar
internasional. Sehingga siswa-siswa tersebut pada nantinya menjadi output yang berkualitas standar internasional dan menjadi lulusan siap kerja yang mampu bersaing di dunia usaha internasional. Selain itu lulusan yang dihasilkan juga diharapkan mampu menjadi pengabdi dan pelayan kepada masyarakat dengan cara menerapkan berbagai macam pelajaran yang didapatnya pada jenjang pendidikan sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan kemajuan pembangunan nasional. Maka dari itu peneliti mempunyai kerangka pemikiran agar peneliti lebih mudah dalam memecahkan masalah yang ada. Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut: Institusi Pasangan / DUDI
Dunia usaha internasional
SMK program RSBI
Guru
Penerapan Pelaksanaan pembelajaran standar internasional Siswa
Lulusan siap kerja berstandar internasional
Gambar II.1 Skema Kerangka Pemikiran
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian, untuk mendapatkan kebenaran dari suatu pengetahuan diperlukan tata cara atau prosedur tertentu. Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu ditentukan metodologi penelitian yang digunakan. Ketepatan dalam menentukan metodologi disesuaikan dengan jenis data yang akan mengantar penelitian ke arah tujuan yang diinginkan. Pengungkapan kata metodologi itu sendiri dapat dibedakan dari asal katanya. Metodologi berasal dari kata “metodos” yang berarti jalan atau cara dan “logos”yang berarti ilmu. Apabila pengertian tersebut digabungkan, maka metodologi berarti cara atau jalan untuk memecahkan masalah. Menurut Winarno Surakhmad (2004: 131) mengatakan, “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta cara-cara tertentu”. Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2000: 42) “Metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian dalam usaha menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik-teknik serta alat-alat tertentu berdasarkan peristiwa ilmiah.
Adapun bagian-bagian dari metodologi yang digunakan untuk memandu penelitian adalah: A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Suatu penelitian jelas memerlukan tempat penelitian. Tempat penelitian digunakan untuk mendapatkan data, informasi, keterangan, fakta dan
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
kepentingan
penelitian.
Dalam
melaksanakan penelitian ini, peneliti mengambil tempat di SMK Negeri 6 Surakarta dengan pertimbangan sebagai berikut :
38
39
a. Lokasi SMK Negeri 6 Surakarta yang mudah dijangkau oleh peneliti dan dekat dengan tempat tinggal asal peneliti sehingga memudahkan dalam pelaksanan penelitian. b. SMK Negeri 6 Surakarta telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. c. SMK Negeri 6 Surakarta adalah salah satu SMK yang ada di Surakarta yang melaksanakan program Rintisan Sekolah Berstandar Internasional d. Di SMK Negeri 6 Surakarta tersedia data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui dan telah mendapat ijin dari pihak-pihak terkait. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini selama kurang lebih tiga bulan terhitung dari bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Mei 2010. B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian merupakan salah satu faktor penting dalam suatu penelitian, karena bentuk dari penelitian tersebut turut menunjang proses penyelesaian penelitian yang sedang dilaksanakan. Penelitian ini berusaha mengambarkan atau melukiskan keadan obyek penelitian pada saat sekarang. Berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya yaitu tentang bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
di
Rintisan
Sekolah
Bertaraf
Internasional SMK Negeri 6 Surakarta. Bentuk penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian kualitatif yang dilakukan pada satu variable tanpa memberikan perlakuan pada obyek tersebut dan mengkondisikan obyek seperti apa adanya. Sedangkan metode penelitiannya adalah metode penelitian deskriptif, karena peneliti bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan keadaan objek atau subjek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.
40
Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2004:3) yang mengutip pendapat Kirk dan Miller mengemukakan bahwa: “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”. Menurut Sukmadinata (2005:94), “Penelitian
kualitatif
merupakan
penelitian
yang
ditujukan
untuk
mendeskripsikan (menggambarkan) dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktifitas sosial secara alamiah dan sudut perspektif partisipan penelitian kualitatif”. Sedangkan menurut Arikunto, (2005:234) “Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu cara dalam meneliti suatu peristiwa pada masa sekarang yang berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Selain itu penelitian deskriptif kualitatif mempunyai beberapa karakteristik antara lain: berlatar belakang alamiah, mengandalkan manusia sebagai obyek penelitian, memanfaatkan data kualitatif, menggunakan analisa secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dasar yang bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi kajian pada fokus tertentu, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya dapat diterima oleh semua pihak
2. Strategi Penelitian Untuk mengkaji permasalahan yang akan diteliti, diperlukan suatu pendekatan penelitian melalui pemilihan strategi penelitian yang tepat. Strategi penelitian yang dipilih untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan untuk menyajikan analisis terhadap hasil penelitian serta untuk mendukung cara menetapkan sampel dan pemilihan instrument penelitian yang nantinya akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang, dimana peneliti hanya mengkaji suatu masalah saja dan pengumpulan data yang
41
lebih terarah berdasarkan tujuan mengenai pelaksanaan pembelajaran di
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMK Negeri 6 Surakarta. Menurut HB. Sutopo (2002:10) menjelaskan bahwa ”Dalam studi kasus, dikenal juga bentuk kasus terpancang (Embedded Case Study), yang artinya studi ini tidak bersifat holistic penuh, tetapi sudah memusatkan variabel yang telah ditentukan terlebih dahulu”. Jadi, berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan menggunakan strategi tunggal terpancang dengan alasan hanya ada satu masalah yang akan diteliti, yaitu pelaksanaan
pembelajaran di rintisan sekolah bertaraf
internasional SMK Negeri 6 Surakarta. Sehingga pengumpulan data dan analisis data akan lebih terarah pada permasalahan yang sudah ditentukan sebelumnya. Menurut H. B. Sutopo (2002:112) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif dikenal adanya studi kasus tunggal dan studi kasus ganda. Secara lebih khusus studi baik studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda, masih dibedakan adanya jenis penelitian terpancang ataupun holistik penuh”. Berdasarkan pendapat tersebut dinyatakan bahwa strategi penelitian dibedakan menjadi tiga, antara lain : a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan. b. Ganda terpancang yaitu penelitian tersebut mempersyaratkan adanya sasaran lebih dari satu yang memiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan. c. Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan strategi penelitian tunggal terpancang. Tunggal dalam arti hanya ada satu lokasi penelitian yaitu SMK Negeri 6 Surakarta, sedangkan terpancang pada tujuan penelitian, maksudnya bahwa apa yang harus diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dirancang dalam proposal yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional SMK Negeri 6 Surakarta.
42
C. Sumber Data Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2004:157) mengemukakan bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlainnya”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber utama, sedangkan dokumen dan yang lainnya merupakan data tambahan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Informan Informan adalah orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang akan dikaji peneliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Dalam hal ini adalah: a. Wakil kepala sekolah Kurikulum RSBI SMK Negeri 6 Surakarta. b. QMR (Quality Managemennt Representatif) RSBI SMK Negeri 6 Surakarta c. Beberapa Guru mata pelajaran program RSBI SMK Negeri 6 Surakarta. d. Beberapa Siswa RSBI SMK Negeri 6 Surakarta. 2. Tempat dan peristiwa Tempat dan peristiwa menjadi sumber data karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan situasi sosial yang melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa. Peneliti mengambil tempat di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta karena di SMK tersebut tersedia data yang berguna untuk memecahkan masalah. 3. Arsip dan Dokumen Arsip menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:49) adalah “Dokumen tertulis yang mempunyai nilai histories, disimpan dan dipelihara di tempat khusus untuk referensi”. Sedangkan Lexy J Moleong (2004:16) menjelaskan bahwa “Dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film”. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan mempelajari dokumen, arsip dan laporan yang ada di RSBI SMK N 6 Surakarta. Dokumen
43
tersebut antara lain berupa Kurikulum, Silabus, RPP (Rancangan Pelaksanaan pembelajaran) dan dokumen lain yang relevan. D. Teknik Sampling Dalam penelitian ini, peneliti tidak menentukan sejumlah sampel.. Peneliti hanya menentukan informan untuk diwawancarai guna memperoleh keterangan tentang permasalahan yang diteliti. Dalam menentukan informan ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Lexy J. Moleong (2004:165) mengemukakan bahwa “Dengan teknik purposive sampling ini terkandung maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya/construction”. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik-karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian, karena sampel tidak dimaksudkan untuk generalisasi. Peneliti tidak menentukan sejumlah sampel, tetapi menentukan sebanyak mungkin informasi yang diperoleh, sehingga data untuk penelitian terpenuhi. Menurut Lexy. J. Moleong (2004: 224 -225) ciri-ciri dari purposive sampling adalah : 1. Rancangan sampel yang muncul: Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu 2. Pemilihan sampel yang berurutan : Tujuan untuk memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring atau dianalisis. 3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel : Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudah makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan nyata bahwa sampel dipilih atas dasar fokus penelitian. 4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan : kuncinya di sini ialah jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah dihentikan.
Peneliti juga menggunakan teknik bola salju (Snowball Sampling). Dalam teknik ini untuk memperoleh data yang mendalam diperlukan informan yang mengetahui permasalahan yang sedang diteliti, yaitu dengan cara menunjuk seorang informan kemudian informan yang terpilih dapat menunjuk informan yang lebih tahu, sehingga akan didapat data yang lebih lengkap. Menurut H.B Sutopo (2002:37) yang mengutip pendapat Yin, mengemukakan bahwa :
44
Penelitian yang menggunakan teknik snowball sampling yaitu penggunaan sampling tanpa persiapan tetapi mengambil orang pertama yang dijumpai dan selanjutnya dengan mengikuti petunjuknya untuk mendapatkan sampling berikutnya hingga mendapatkan data lengkap dan mendalam. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin jauh semakin besar. Penarikan sampel bola salju ini mempunyai beberapa tahapan. Tahap pertama, menentukan satu atau beberapa orang informan untuk diwawancarai. Informan tersebut berperan sebagai titik awal penarikan sampel. Dalam penelitian ini yang menjadi titik awal penarikan sampel adalah Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 6 Surakarta. Tahap kedua, dari informan yang pertama selanjutnya menunjuk informan yang dirasa lebih mengetahui tentang permasalahan yang sedang diteliti. Kemudian peneliti mewawancarai informan tersebut dan demikian selanjutnya sampai diperoleh data yang mendalam dan data yang dikumpulkan benar-benar mendukung tercapainya tujuan penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Suatu penelitian akan berhasil atau tidak tergantung pada tepat atau tidaknya data yang dikumpulkan dan digunakan dalam analisis data yang tepat dengan subjek penelitian, maka diperlukan instrumen pengumpulan data yang tepat pula sesuai dengan masalah yang diteliti, Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Berhasil tidaknya suatu penelitian tergantung pada data yang objektif. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat pengambilan data. Sesuai dengan pendekatan kualitatif dan jenis sumber data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi: 1. Wawancara Menurut
Lexy
J
Moleong
(2004:135),
“Wawancara
adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyan itu”.
45
Menurut Lexy J Moleong seperti yang dikutip dari Lincoln dan Guba (2004:186) “Maksud dari mengadakan wawancara antara lain: mengkonstruksi mengenai
orang,
kejadian,
organisasi,
perasaan,
motivasi,
tuntutan,
kepedulian, dll”. Masih menurut Lincoln dan Guba yang dikutip Lexy J Moleong (2004:188-191) macam wawancara antara lain: a. Wawancara oleh tim atau panel Wawancara oleh tim berarti wawanc ara dilakukan tidak hanya satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, beberapa orang pewawancara menghadapi satu orang yang diwawancarai. Kedua, satu orang pewawancara menghadapi beberapa orang yang diwawancarai. Cara kedua ini disebut sebagai panel. Setiap cara wawancara memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. b. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancar ai tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan wawancara. Sedang dalam penelitian kualitatif sebaiknya menggunakan metode wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. c. Wawancara riwayat secara lisan Jenis ini adalah wawancara terhadap orang -orang yang pernah membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial, pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini adalah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya, dan lain -lain. d. Wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan yang diwawancarai mengetahui dengan pasti bahwa ia sedang diwawancarai dan pewawancara telah membuat kisi-kisi pertanyaan yang akan diajukan kepada orang yang akan diwawancarai,
46
sehingga semua pertanyaan dan jawaban dapat mewakili permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti. 2. Observasi Langsung Menurut Suharsimi Arikunto (2006:156 ), ”Observasi atau yang biasa disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera”. Sedangkan H. B Sutopo (2002:64) mengemukakan bahwa ”Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan pemusatan perhatian untuk menggali berbagai sumber data baik berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk menggali data-data yang ada di lapangan. Pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi dan melakukan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diamati. Dengan observasi langsung, peneliti dapat melihat, mengamati, serta mempelajari secara langsung keadaan tempat yang diteliti yaitu pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarata. 3. Dokumentasi Untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi sebagai alat bantu dan alat penunjang. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158 ), metode dokumentasi yaitu ”Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”. Jadi, metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data yang berupa bahan tulis. Menurut Lexy J Moleong (2004: 217-219) macam dokumen ada dua, yaitu: a. Dokumen Pribadi Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi ialah untuk memperoleh k
47
ejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian. b. Dokumen Resmi Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan -bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Data yang akan dikumpulkan dari SMK Negeri 6 Surakarta melalui dokumentasi ini adalah data tentang : a. Sejarah singkat berdirinya SMK Negeri 6 Surakarta. b. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan SMK Negeri 6 Surakarta. c. Struktur organisasi SMK Negeri 6 Surakarta. d. Dokumen-dokumen
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
RSBI
seperti
Kurikulum, Silabus, RPP, Bahan ajar dan dokumen lainnya yang berkaitan.
F. Validitas Data Validitas data akan menunjukkan bahwa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada pada lokasi penelitian dan penjelasan dari deskripsi permasalahan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. H.B Sutopo (2002:77) mengemukakan bahwa, ”Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian”. Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk menjamin validitas data. Menurut Lexy J. Moleong (2004:178), “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Sedangkan Menurut H.B Sutopo (2002: 78) “Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang”. Ada empat macam triangulasi menurut Patton (1984) yang dikutip oleh HB Sutopo (2002:31) yaitu:
48
1. Data Triangulation (Triangulasi Data) Dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. 2. Investigator Triangulation (Triangulasi Penyelidik) Pengumpulan data yang semacam dilakukan oleh beberapa orang peneliti. 3. Methodological Triangulation (Triangulasi Metode) Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda ataupun dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. 4. Theoritical Triangulation (Triangulasi Teori) Melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa perspektif teoritis yang berbeda. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Dimana triangulasi data digunakan untuk pengumpulan data sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. Sedangkan triangulasi metode digunakan untuk membandingkan data hasil wawancara, yaitu membandingkan apa yang ada dalam dokumen dengan hasil observasi serta membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. G. Analisis Data Pada penelitian kualitatif, proses analisis pada dasarnya dilakukan secara bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Menurut Lexy J. Moleong (2004:103) analisis data adalah ”Proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Sedangkan Noeng Muhadjir (2000: 142) mengemukakan bahwa analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Miles dan Huberman dalam bukunya HB Sutopo (2002:91) menyatakan “Dalam proses analisis terdapat empat komponen utama yang benar-benar harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 macam kegiatan dan penjelasannya adalah sebagai berikut :
49
1. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang tersedia. Menurut HB Sutopo (2002:92), “Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”. 2. Sajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian ini dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan. Penyajian informasi ini dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan yang tersusun secara terpadu sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Kegiatan penyajian data di samping sebagai kegiatan analisis, juga merupakan kegiatan reduksi data. 3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik pada saat matriks terisi, tetapi hal tersebut belum begitu jelas, dan hal ini dapat menggiring pada pengambilan keputusan untuk menentukan langkah berikutnya yang harus dilakukan.
Kesimpulan-kesimpulan
mungkin
tidak
muncul
sampai
pengumpulan data terakhir. Hal ini sangat bergantung pada besarnya kumpulan catatan-catatan lapangan, angka pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan. Jadi bukan berarti sesudah dilakukan penarikan kesimpulan merupakan final dari analisis karena pada dasarnya makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. Sehingga hal ini menuntut peneliti siap dan mampu bergerak diantara kegiatan tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang berkelanjutan, berulang dan terus menerus, saling susul menyusul antara proses yang satu dengan proses yang lainnya.
50
Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi data
Verifikasi (penarikan kesimpulan)
Gambar III.1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir (Sumber: HB. Sutopo, 2002: 96)
H. Prosedur Penelitian Untuk mempermudah penulisan laporan penelitian ini, maka diperlukan prosedur penelitian yang sistematis dan berurutan sehinga hasil yang dicapai akan sesuai dengan yang diinginkan. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
51
1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap ini dilakukan mulai berbagai kegiatan sebelum peneliti terjun ke lapangan mulai dari pengajuan judul, pembuatan proposal penelitian dan mengurus ijin untuk memperlancar jalannya penelitian. 2. Tahap Pengumpulan Data Dalam melaksanakan pengumpulan data peneliti menggunakan tiga teknik yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan benar-benar valid. 3. Tahap Analisis Data Awal Tahap
ini
digunakan
untuk
mengetahui
apakah
data
yang
dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. 4. Tahap Analisis Data Akhir Analisis data akhir dilakukan setelah data awal dianalisis. Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam pengumpulan data yang merupakan data pendukung dalam mencapai tujuan penelitian. 5. Tahap Penarikan Kesimpulan Kesimpulan ditarik berdasarkan pada tujuan penelitian yang didukung oleh data yang valid, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. 6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan hasil yang dicapai, ditulis dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan bentuk laporan yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
52
Berdasarkan uraian tersebut diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema tahap prosedur penelitian berikut ini:
Persiapan Penelitian
Pengumpulan data
Analisis Data Awal
Analisis Data Akhir
Pembuatan Proposal Penelitian dan Perijinan
Penarikan Kesimpulan
Pembuatan dan Penggandaan Laporan
Gb. III.2 Skema Prosedur Penelitian (Sumber: Lexy J. Moleong 2004:85)
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Negeri 6 Surakarta Pada mulanya SMK Negeri 6 Surakarta bernama SMEA Negeri 3 Surakarta yang berdiri pada tahun 1966 berdasarkan SK No 103/UKK/3/1968 per Januari 1968. SMEA Negeri 3 Surakarta didirikan oleh Bapak Marwan yang kemudian diangkat menjadi kepala sekolah pertama. Sekolah tersebut kemudian mendapat status Negeri dari pemerintah dan mendapatkan bantuan pinjaman berupa meja,kursi, gamelan serta tanah untuk pendirian sekolah. Sebelum di daerah Manahan SMEA Negeri 3 Surakarta berdomisili di daerah Jebres. Selanjutnya lembaga ini berusaha mencari bantuan dana guna perbaikan gedung, pada akhirnya tahun 1967 pindah ke SMP 13 atas perintah Kakanwil Dinas Pendidikan dengan latar belakang akan dijadikan komplek lembaga pendidikan. Pada tahun 1972, kepala SMEA Negeri 3 Surakarta, Bapak Marwan memasuki masa purna tugas, kemudian digantikan oleh Bapak Drs. Ramelan yang berasal dari SMEA Negeri 1 Surakarta. Setelah menduduki jabatan kepala sekolah selama 2 tahun, beliau meninggal dunia. Selanjutnya, jabatan kepala sekolah dilimpahkan kepada Bapak Mujud Soetomo selama 2 tahun (Kakandep Pendidikan Boyolali) dan dikarenakan Bapak Mujud Soetomo meninggal dunia, jabatan kepala SMEA Negeri 3 Surakarta untuk selanjutnya dipegang oleh Bapak Slamet Efendi. Beliau memegang jabatan kepala sekolah selama 15 tahun. Beliau berasal dari SMEA Negeri Sukoharjo. Pada bulan Agustus 1992, beliau diganti oleh Drs. Hendratno, dimana beliau sebelumya memegang jabatan kepala SMEA Negeri Banyudono. Kemudian bulan November 1992, SMEA Negeri 3 Surakarta dipegang oleh Drs. H. M. Walkam dari SMEA Negeri Sukoharjo. Dan pada November 1996 Jabatan kepala sekolah dipegang oleh Bapak Moechtingudin, Bsc. Pada bulan Juli 1997 SMEA Negeri 3 diubah menjadi SMK Negeri 6 Surakarta.
53
54
Pada bulan Agustus 1999, terjadi pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Moechtingudin, Bsc digantikan oleh Drs. Sumarjata Naftali, yang menjabat sampai tanggal 2 Juli 2001. Kemudian jabatan kepala sekolah untuk sementara dipegang oleh Dra. Agnes Sri Suhartini, yang kemudian tanggal 1 Juli 2002 digantikan oleh Dra. Sri Supartini sampai sekarang. Pada tahun 2005, SMK Negeri 6 Surakarta telah mendapat predikat SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) oleh Dirjen Pendidikan Nasional, namun karena adanya perubahan peraturan yang terbaru maka pada tahun 2009 predikat tersebut diganti oleh Dirjen Pendidikan Nasional menjadi RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). 2. Visi, Misi, Tujuan dan Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta a. Visi: “TERWUJUDNYA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DENGAN MENGEDEPANKAN PENGUATAN KOMPETENSI DAN KEMANDIRIAN LULUSAN.” b. Misi : 1) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan berstandar dan berwawasan mutu. 2) Menghasilkan lulusan yang berkepribadian unggul, berwawasan luas dan mempunyai keahlian kejuruan di bidangnya. c. Tujuan sekolah 1) Tujuan umum a) Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan bertaraf internasional. b) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. c) Menyiapkan siswa memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri. 2) Tujuan khusus a) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan professional yang memadai untuk berani bersaing global.
55
b) Memiliki kecerdasan dan karakter yang kuat dalam membangun pribadi yang unggul. c) Memiliki kemampuan, keberanian, keuletan untuk bergerak sendiri dalam bisnis. 3. Kebijakan Mutu SMK Negeri 6 Surakarta bertekad menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada mutu di semua kegiatannya. Dalam layanan jasa pendidikan dan pelatihan selalu mengadakan peninjauan,melaksanakan penyempurnaan mutu secara terus-menerus dan dikomunikasikan agar dapat memenuhi kepuasan pelanggan/stakeholders sesuai dengan persyaratan sistem manajemen mutu 150 9001:2000. Di SMK Negeri 6 Surakarta terdapat budaya semangat yang dibangun dalam melaksanakan berbagai aktivitas di sekolah. Budaya kerja tersebut adalah ”SEMANGAT”, yang terdiri dari: a. Serasi, bersama mencapai tujuan b. Etos kerja, giat mewujudkan hasil terbaik c. Mandiri, mengoptimalkan sumber daya sendiri d. Aksi, kesedian berbuat prestasi e. Giat, kesediaan berbuat prestasi f. Aktual, mengikuti perkembangan. g. Tanggap, keinginan untuk maju. 4. Jurusan di SMK Negeri 6 Surakarta SMK Negeri 6 Surakarta merupakan sekolah kejuruan yang membuka keahlian di bidang bisnis manajemen dan pariwisata. Di SMK Negeri 6 Surakarta menggunakan sistem penjurusan secara langsung yaitu siswa telah dijuruskan sejak dari kelas satu a. Jurusan Bisnis dan Manajemen, yaitu : 1) Program keahlian Akuntansi terdiri dari 6 kelas dengan tiap tingkatan terdiri daru 2 kelas
56
2) Program keahlian Administrasi Perkantoran terdiri dari 6 kelas dengan tiap tingkatan terdiri daru 2 kelas 3) Program keahlian Penjualan terdiri dari 6 kelas dengan tiap tingkatan terdiri dari 2 kelas b. Jurusan Pariwisata terdiri dari 8 kelas dengan perincian 3 kelas untuk kelas 1, 3 kelas untuk kelas 2, 2 kelas untuk kelas 3. c. Jurusan Multimedia terdiri dari 6 kelas dengan perincian 2 kelas untuk 1, 2 kelas untuk kelas 2, dan 2 kelas untuk kelas 3. 5. Keadaan Lingkungan Belajar Lingkungan belajar SMK Negeri 6 Surakarta sangat kondusif, sehingga mendukung pelaksanaan kegiatan Belajar mengajar. Letak SMK Negeri 6 yang strategis membuat sekolah ini mudah dijangkau oleh kendaraan umum dari berbagai jurusan sehingga memudahkan siswa untuk menuju ke sekolah. Untuk lingkungan secara umum, SMK Negeri 6 Surakarta adalah sekolah yang asri dan bersih. Di setiap sudut bangunan terdapat taman, terdapat beberapa pohon dan juga tempat hijau dan terawat. Sedangkan keadaan kelas pada umumnya, ditata menurut keahlian. Kelas juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang berupa inventaris kelas seperti white board, meja dan kursi,dsb. Selain itu, untuk menunjang kegiatan belajar disediakan laboratorium dan perpustakaan. Dengan adanya berbagai fasilitas penunjang, kegiatan belajar mengajar di SMK 6 Surakarta dapat berjalan dengan maksimal. Rasa dan suasana kekeluargaan juga tercipta di sekolah ini, dengan diterapkan suasana yang hangat dan penuh keakraban dengan saling menyapa bila berpapasan. Dengan hal tersebut diharapkan akan tercipta suatu kerjasama yang penuh dengan rasa kekeluargaan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 6. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta Organisasi RSBI SMK Negeri 6 Surakarta untuk melaksanakan tugastugas atau kegiatan sekolah dibentuk suatu organisasi sekolah (Dapat dilihat
57
dalam lampiran no.5). Masing-masing pihak dalam organisasi sekolah mengetahui tugas dan kewajibannya. Organisaasi RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, terdiri dari: a. Kepala Sekolah Kepala Sekolah mempunyai tugas dalam pengelolaan teknik edukatif program diklat berdasarkan visi dan misi sekolah, yaitu : 1) Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan program diklat Kurikulum SMK berdasarkan KBK 2) Mengelola unsur pokok-pokok manajemen sekolah: Man (guru, karyawan, murid); Money (dari orang tua murid dan pemerintah), dan Material (fasilitas berupa gedung, perabotan sekolah, alat-alat pelajaran teori dan praktek). 3) Mengadakan kerjasama dengan pihak luar seperti orang atau pengguna produk (tamatan), jajaran pemerintah, dll. b. QMR ( Quality Managemennt Representatif ) 1) Memeriksa kecukupan dokumen pedoman mutu pada Sistem Manajemen mutu. 2) Mengesahkan dokumen Standard Opening prosedure (SOP) pada Sistem Manajemen Mutu. c. Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum 1) Menjabarkan Kurikulum menjadi program operasional diklat di sekolah
melalui
analisis
Kurikulum, sinkronisasi, menetapkan
kurukulum validasi. 2) Menetapkan program pembelajaran, jadwal kegiatan, pembagian tugas mengajar, jadwal pelajaran dan bahan ajar. 3) Mengorganisasi/mengkoordinasi KBM baik teori maupun praktek yang terdiri dari : persiapan KBM, pelaksanaan KBM, evaluasi hasil belajar, perbaikan dan pengayaan. 4) Mengelola administrasi pendidikan / pengajaran. 5) Merencanakan dan menyusun program pengembangan Kurikulum. 6) Bersama WKS 2 melaksanakan tugas PSB.
58
d. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan 1) Menyusun program kegiatan kesiswaan dengan mengkoordinasi pelaksanaannya. 2) Mengkoordinasi pelaksanaan dan bimbingan siswa. 3) Memonitor dan mengavaluasi seluruh kegiatan kesiswaan. 4) Merencanakan dan melaksanakan pendaftaran dan penerimaan siswa baru. 5) Menegakkan disiplin dan tata tertib siswa. 6) Mengkoordinasi program BP/BK. 7) Pembinaan dann pengembangan kepribadian siswa. 8) Pembinaan osis dan ekstrakurikuler. 9) Mengelola administrasi penjualan siswa. 10) Memperhatikan, memelihara, menjaga suasana sekolah (keamanan, kebersihan, kerapian, kesehatan, kekeluargaan, dan kenyamanan). 11) Merencanakan membuata dan merevisi buku pedoman siswa. e. Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana 1) Menyusun
program
pemberdayagunaan
dan
pengembangan
ketenagaan. 2) Mengarahkan
urusan
ketenagaan
agar
berfungsi
sebagaimana
mestinya. 3) Secara rutin menyampaikan hasil kerja kepada kepala sekolah. 4) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemberdayaan dan Pengembangan ketenagaan. 5) Menetapkan kompetensi personil sesuai dengan tugas masing-masing. 6) Pendampingan seluruh guru sekolah. 7) Mengusulkan kebutuhan guru. 8) mengusulkan pengembangan kemampuan guru. f. Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Industri. 1) Menyusun program kerjasama dengan DU/DI dan instansi terkait 2) Menjalin kerjasama dengan DU/DI dan instansi terkait. 3) Mempromosikan potensi sekolah.
59
4) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan yang berkaitan dengan hubungan masyarakat. g. Kepala program keahlian 1) Bersama WKS 1 menyusun jadwal kegiatan KBM praktek. 2) Membuat ttata tertib labolatorium. 3) Menentukan kebutuhan bahan dan alat KBM praktek. 4) Melaksanakan perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana KBM praktek. 5) Melaksanakan pengembangan labolatorium. h. Wali kelas 1) Mewakili Kepala Sekolah dan orang tua dalam pembinaan siswa. 2) Membina kepribadian, ketertiban dan kekeluargaan. 3) Membantu pengembangan peningkatan kecerdasan dan keterampilan siswa. 4) Evaluasi nilai rapor dan kenaikan kelas. 5) Membantu WKS 1 dan WKS 2 dalam permasalahan yang terkait i. Guru 1) Pembinaan terhadap Siswa. 2) Pengelolaan kelas j. KTU 1) Menjabarkan kebijakan Kepala Sekolah. 2) Mengkoordinasi Administrasi sekolah. 3) Melaksanakan hubungan masyarakat, khususnya instansi pendidikan, sekolah, DU/DI yang relevan 4) Melaksanakan administrasi umum/korespodensi ke dalam dan ke luar. 5) Membuat daftar gaji 6) Mengelola ketatausahaan. 7) Mengelola administrasi kepegawaian dan pensiun. 8) Mengelola buku induk siswa dan buku induk pegawai.
60
B. Deskripsi Masalah Penelitian Pelaksanaan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMK Negeri 6 Surakarta dimulai pada tahun 2009, namun predikat SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) telah didapat SMK Negeri 6 Surakarta sejak tahun 2005. Penggantian predikat tersebut dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Nasional karena adanya pergantian peraturan yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia. Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu mengenai Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMK Negeri 6 Surakarta, deskripsi data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Pelaksanaan Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Proses dalam kontek ini menunjukkan adanya interaksi antara komponenkomponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana. Dalam Pembelajaran model RSBI di SMK lebih diorientasikan pada kemampuan skill dan keterampilan indivdu, karena lulusan SMK disiapkan untuk menjadi lulusan yang siap kerja. Dan dalam pembelajaran ini siswa dituntut lebih aktif berperan dalam pembelajaran serta digunakannya media IT dan komunikasi bilingual dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta menitikberatkan pada kemampuan skill individu siswa, hal ini karena SMK lebih menyiapkan lulusan yang siap kerja. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran dikelas, praktik dan magang di DUDI yang bekerjasama dengan SMK Negeri 6. Dalam pembelajaran dikelas telah menggunakan IT serta media-media elektronik dalam penyampaian bahan ajar dan sekarang siswa dituntut lebih berperan aktif serta peran guru hanya sebagai fasilitator. Dan
61
dalam pembelajaran, orientasi tidak terpaku pada nilai akhir namun lebih pada kemampuan individu serta skill anak didik sedangkan nilai hanya sebagai tolak ukur secara akademis saja.” Pendapat serupa dikemukakan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Pelaksanaan pembelajaran sudah hampir memenuhi standar RSBI, namun masih perlu adanya perbaikan dikarenakan program ini masih dalam proses adaptasi bagi tenaga pendidik maupun anak didik. Fasilitas-fasilitas pembelajaran juga sudah menerapkan IT dan penyampaian bahan ajar juga sudah melalui media elektronik. Hanya saja penerapan komunikasi bilingual masih belum maksimal dikarenakan kurangnya kemampuan skill tenaga pendidik dan anak didik, jadi tenaga pendidik lebih mengedepankan pemahaman siswa dengan menggunakan bahasa Indonesia saja.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI guru hanya sebagai fasilitator saja, dan siswa dituntut aktif berperan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengantar bahan ajar kemudian para siswa dituntut lebih banyak mencari informasi-informasi terkait dengan bahan ajar tersebut, sehingga para siswa lebih banyak aktif dalam meningkatkan kemampuan individu mereka sampai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Bahan ajar pun juga tidak harus ditetapkan oleh guru, namun siswa juga dapat menampilkan bahan ajar yang mereka dapatkan dari berbagai sumber yang mereka dapatkan. Penggunaan media pembelajaran juga mengggunakan alat multimedia yang variatif namun belum maksimal, serta proses belajar-mengajar juga bervariasi lewat metode ceramah, presentesi dan diskusi.” Dari informan IV dalam wawancara 29 April 2010 juga diperoleh pendapat yang serupa sebagai berikut: “Pelaksanaannya sangat menarik karena media-media yang digunakan sudah modern seperti laptop dan LCD serta gambar-gambar visual yang membuat mudah dalam menerima pembelajaran. Selain itu kami dituntut aktif dalam proses belajar dikelas seperti presentasi, diskusi sehingga proses belajar-mengajar menjadi tidak membosankan. Namun penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi membuat kami kadangkadang tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan.” Berdasar observasi yang dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta berjalan sangat aktraktif.
62
Siswa berperan aktif dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran diskusi. Media pembelajaran telah digunakan dalam pembelajaran, namun penggunaannya belum maksimal. Sedangkan penggunaan metode komunikasi bilingual belum digunakan dalam penyampaian materi pelajaran, hanya beberapa tugas rumah yang diberikan oleh guru telah menggunakan bahasa Inggris. Dari data diatas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan di SMK Negeri Surakarta telah berjalan sesuai dengan standar-standar RSBI namun masih belum sempurna. Penggunaan komunikasi bilingual antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris masih belum berjalan maksimal. Dalam pelaksanaan pembelajaran melibatkan berbagai komponenkomponen pembelajaran yaitu: Kurikulum, Siswa, Guru, Bahan Pembelajaran, Media Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Lingkungan Pembelajaran Dan Evaluasi Pembelajaran. a) Kurikulum KTSP Spektrum Dalam pembelajaran program RSBI ini telah digunakan Kurikulum KTSP yang telah distandarkan dengan SNP (Standar Nasional Pendidikan Nasional) oleh Dirjen Pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh informan I pada wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Kurikulum dalam pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 disesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh Dirjen Pendidikan dan Kurikulum ini diterapkan pada semua sekolah RSBI, dan Kurikulum yang diterapkan sekarang adalah KTSP Spektrum.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut : “Pelaksanaan pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 telah menggunakan Kurikulum KTSP Spektrum sesuai dengan yang diperintahkan dalam peraturan yang dikeluarkan Dirjen Pendidikan Nasional.” Dari hasil observasi melalui pengamatan Kurikulum yang digunakan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah KTSP Spektrum.
63
Berdasar data di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta adalah Kurikulum KTSP Spektrum. b) Kompetensi Siswa Kualitas standar anak didik di program RSBI SMK Negeri 6 Surakarta masih jauh dibawah standar yang diterapkan, hal ini dikarenakan seleksi dalam penerimaan siswa baru tidak dilakukan secara ketat oleh pihak sekolah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Dalam penerimaan siswa baru seleksi yang dilakukan hanya dalam hal nilai akademis dan tes tertulis hanya bagi siswa luar kota. Namun dalam seleksi nilai akdemis dilakukan secara ketat dan disesuaikan dengan nilai batas bawah yang disesuaikan dengan batas bawah tahun lalu.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh Informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Seleksi penerimaan siswa baru di SMK Negeri 6 Surakarta hanya didasarkan pada nilai akdemis dalam ijasah siswa dan batas bawah nilai yang diterima disesuaikan dengan hasil rata-rata nilai UAN Kota Surakarta.” Dari hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan dalam pelaksanaan pembelajaran, pembelajaran model RSBI belum mampu diikuti anak didik karena kemampuannya yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat masih diberikannya pemahaman oleh guru dengan bahasa Indonesia tentang materi ajar yang disampaikan dengan bahasa Inggris. Dan keaktifan siswa juga kurang, hanya sebagian saja yang aktif dalam pembelajaran. Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerimaan siswa sebagai input pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta hanya didasarkan pada nilai akademis, sedangkan kemampuan intelegensi, sikap mental, kepribadian, kondisi psikologis dan kesehatan fisik tidak banyak diperhatikan oleh pihak sekolah.
64
c) Kompetensi Guru Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari informan 1 dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Dari segi akademis tenaga pendidik di SMK Negeri 6 surakarta telah memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam standar RSBI yaitu S1, dan tenaga pendidik di SMK 6 ini 15% telah menempuh jenjang pendidikan S2 dan telah bergelar S2. Sedangkan kemampuan individu tenaga pendidik juga telah sebagian besar tersertifikasi. Namun dalam hal kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris 80% masih dibawah standar, namun pihak sekolah terus melakukan perbaikan-perbaikan serta peningkatan skill dengan memberikan pelatihan-pelatihan serta kursus-kursus bahasa Inggris.” Informan II juga mengemukakan hal yang serupa dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Kualitas tenaga pendidik sudah 80% sesuai dengan standar RSBI, hanya yang 20% adalah tenaga pendidik yang sudah tua dan telah memasuki masa pensiun, sehingga mereka tidak dapat melanjutkan studi untuk memenuhi standar RSBI yaitu S1. Namun tenaga pendidik yang tidak standar RSBI tersebut telah diberikan pelatihan untuk menunjang kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran RSBI. Selain itu 15% tenaga pendidik di SMK Negeri 6 telah menempuh jenjang pendidikan S2. Namun skill tenaga pendidik dalam hal IT dan bahas asing masih sangat kurang.” Dari hasil observasi yang dilakukan, keterampilan guru dalam penyampaian materi pembelajaran sudah cukup baik, namun keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran masih kurang karena masih dibantu oleh guru lain dalam pengoperasiannya. Dari data kompetensi guru yang ada, dalam hal akdemis para guru di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sudah sebagian besar yang berijasah S1, dan yang belum berijasah S1 merupakan guru yang sudah memasuki masa pensiun. Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa dalam hal akademis tenaga pendidik di SMK Negeri 6 telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam konsep RSBI,
65
namun dari segi keterampilan skill individu dan kemampuan bahasa Inggris masih sangat kurang. d) Bahan Pembelajaran berupa modul Pemilihan bahan pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pembelajaran. Guru selain memilih bahan pembelajaran juga dapat mengembangkan bahan pembelajaran baik untuk tujuan pengayaan maupun peningkatan kualitas bahan pembelajaran. Di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta penggunaan bahan ajar disesuaikan dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan bahan ajar dapat diperoleh dari berbagai sumber. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Bahan ajar yang digunakan sepenuhnya diserahkan oleh guru, namun dalam pemilihannya harus disesuaikan dengan standar kompetensi yang ada. Setiap guru juga diharuskan membuat modul yang digunakan sebagai bahan ajar untuk melengkapai administrasi kelengkapan pelaksanaan pembelajaran.” Sependapat dengan informan I, pendapat informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Pemilihan bahan ajar disesuaikan dengan silabus dan standar kompetensi yang ditentukan. Bahan ajar tidak harus ditentukan oleh guru, namun para siswa juga dapat memberikan bahan ajar yang mereka telah cari sendiri. Dan tentang penggunaan modul dalam bahasa Inggris untuk sementara pihak sekolah belum mewajibkan, hal ini dikarenakan sebagian para guru belum mampu menyusunnya karena kemampuan bahasa Inggrisnya sangat kurang.” Dari hasil observasi yang dilakukan, bahan ajar yang dimiliki siswa berupa fotocopy modul yang diberikan para guru. Selain itu siswa juga diberikan pinjaman modul dari perpustakaan pada mata pelajaran tertentu. Namun beberapa siswa memiliki bahan pelajaran sendiri dan sumbernya bervariasi berbeda dengan yang dimiliki oleh guru. Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar yang digunakan disesuaikan dengan silabus dan standar kompetensi yang ada. Setiap guru diwajibkan membuat
66
modul sebagai bahan ajar untuk kelengkapan administrasi pembelajaran, namun penggunaan bahasa Inggris dalam pembuatan modul belum diwajibkan oleh pihak sekolah. Dan untuk siswa diberi kebebasan dalam pemilihan sumber bahan ajar. e) Media pembelajaran yang bervariasi Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam menyalurkan pesan untuk mengatasi masalah dalam proses belajarmengajar. Di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, sudah digunakan media pembelajaran IT dan elektronik seperti yang dikemukakan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Fasilitas-fasilitas yang ada di SMK Negeri 6 telah disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ruang kelas, ruang laboratorium telah standar dengan standar yang diterapkan dalam RSBI. Dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat bermacam variasi media elektronik untuk penyampaian bahan ajar, serta penggunaan IT dalam proses belajar mengajar seperti penggunaan internet, e-mail. Peralatan praktek di laboratorium juga standar dengan SNP.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan pembelajaran, media yang digunakan sudah menggunakan multimedia. Dalam penyampaian bahan ajar menggunakan media seperti video, kemudian laptop dan LCD serta penggunaan recording dalam materi listening. Apabila pembelajaran di laboratorium, fasilitas yang diperlukan adalah alatalat praktek yang sesuai dengan materi ajar yang ada.” Pendapat informan IV tentang penggunaan media pembelajaran dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 adalah sebagai berikut: “Fasilitas-fasilitas yang ada masih sangat kurang dan penggunaannya tidak maksimal. Fasilitas pembelajaran di kelas seperti laptop dan LCD masih standar namun fasilitas di laboratorium sudah banyak yang rusak dan sudah tidak standar internasional karena umurnya yang sudah tua.” Dari hasil observasi yang dilakukan, media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sudah
67
bervariasi seperti laptop, LCD, recording untuk listening dan video. Dalam penggunaan media pembelajaran tersebut disesuaikan dengan materi ajar yang disampaikan. Namun penggunaan media pembelajaran tersebut masih belum maksimal dan penggunaan media pembelajaran tersebut dilakukan secara bergantian karena keterbatasan jumlahnya. Dari data-data di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang ada di program RSBI SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan standar, namun penggunaannya masih belum maksimal karena digunakan dalam pembelajaran tertentu saja. Selain itu ruangan laboratorium sudah sesuai standar namun alat praktikum masih sangat kurang jumlahnya dan banyak yang sudah rusak dan tidak layak pakai. f) Metode Pembelajaran yang inovatif Metode pembelajaran merupakan komponen belajar yang paling besar dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekkan berbagai cara metode pembelajaran
yang
sesuai
dengan
situasi.
Dalam
pelaksanaan
pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta metode pembelajaran yang digunakan sangat bervariasi dan menuntut siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh informan III sebagai berikut: “Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI bervariasi lewat metode ceramah, presentesi dan diskusi . Guru hanya sebagai fasilitator saja, dan siswa dituntut aktif berperan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengantar bahan ajar kemudian para siswa dituntut lebih banyak mencari informasi-informasi terkait dengan bahan ajar tersebut, sehingga para siswa lebih banyak aktif dalam meningkatkan kemampuan individu mereka sampai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Dalam komunikasi pelaksanaan komunikasi bilingual, ada beberapa kelas yang sudah menerapkan bilingual dalam komunikasi proses belajar-mengajar, namun ada pula yang belum diterapkan dan hanya menerapkannya pada saat memberi tugas rumah. Hal tersebut diterapkan karena guru lebih menekankan pada pemahaman siswa daripada menerapkan konsep-
68
konsep RSBI dalam pembelajaran tapi para siswa tidak memahami pelajaran yang disampaikan.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Metode pembelajaran dikelas sangat bervariasi dan para siswa dituntut aktif dalam proses belajar dikelas seperti presentasi, diskusi sehingga proses belajar-mengajar menjadi tidak membosankan. Namun penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi proses belajar-mengajar membuat kami kadangkadang tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan.” Dari hasil observasi yang dilakukan, pelaksanaan metode pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta bervariasi. Metode yang digunakan antara lain: diskusi, presentasi, demonstrasi dan listening. Pengunaan metode komunikasi bilingual dalam pembelajaran masih belum dilaksanakan, hanya pemberian tugas rumah telah digunakan bahasa Inggris. Dari dua pendapat informan dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran yang digunakan sudah bervariasi dan menarik antusias siswa sehingga mereka tidak merasa bosan dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun penggunaan komunikasi bilingual dalam pembelajaran masih sangat kurang karena masih banyak siswa kurang paham apabila bahasa Inggris digunakan dalam penyampaian materi. g) Lingkungan pembelajaran yang kondusif Lingkungan belajar sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran di sebuah sekolah. Di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta lahan dan bangunan yang ada dapat digunakan dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sependapat dengan informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Lingkungan SMK Negeri 6 ini sangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Lahan yang luas dan bangunan yang besar membuat pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua kelas yaitu pembelajaran di kelas maupun diluar kelas agar para siswa tidak bosan. Suasana lingkungan belajar juga sangat
69
nyaman, dengan banyaknya pohon yang ada menjadikan sirkulasi udara berjalan dan juga bermanfaat untuk meredam kebisingan dari luar karena lokasi SMK Negeri 6 yang terletak di pinggir jalan raya yang padat.” Pendapat yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Lingkungan belajar di SMK Negeri 6 sangat mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran. Adanya banyak pepohonan dan penataan bangunan yang ada membuat suasana di lingkunagan SMK Negeri 6 menjadi segar karena sirkulasi udara berjalan dengan baik. Lahan sekolah yang luas juga memberi alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran, karena proses belajar-mengajar dapat dilakukan di luar ruang kelas sehingga para siswa tidak bosan.” Hal yang sama diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Lingkungan sekolah sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Lingkungan sekolah banyak sekali pohon-pohon dan taman sehingga membuat udara menjadi segar dan enak dipandang. Suasana sekolah yang tidak bising juga membuat kami merasa tenang dalam menerima pelajaran di kelas.” Dari hasil observasi yang dilakukan, lingkungan belajar di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta telah dimanfatkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kondisi lingkungan belajar sangat nyaman, karena banyaknya pohon yang ada di lingkungan sekolah. Lahan sekolah yang luas juga menjadi alternative dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas. Dari pendapat ketiga informan di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan belajar SMK Negeri 6 Surakarta memberikan kenyamanan dalam pelaksanaan pembelajaran. Suasana lingkungan belajar yang tenang juga sangat mendukung dalam aktivitas belajar. Dan lahan yang luas memberikan alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas.
70
h) Evaluasi pembelajaran yang valid Dalam pelaksanaan pembelajaran akan diakhiri dengan evaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui tingkat kemampuan anak didik setelah pembelajaran. Evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan dengan mengadakan sebuah test atau ujian. Hal ini sependapat dengan informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran melalui ujian setelah pelaksanaan pembelajaran menempuh tiap-tiap kompetensi dasar yang ditentukan. Selain itu juga diadakan ujian akhir tiap semester untuk mengetahui peringkat akademis siswa. Dan standar evaluasi yang diberlakukan disesuaikan dengan yang dianjurkan oleh Dirjen Pendidikan. Proses evaluasi tidak hanya bersifat akademis tetapi juga evaluasi dalam hal perkembangan karakteristik siswa. Karena dalam program RSBI, pembelajaran tidak hanya bertujuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tapi juga membentuk kepribadian dan akhlak para siswa.” Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Evaluasi pembelajaran terdapat dua macam, yaitu evaluasi akademis dan evaluasi kepribadian. Dalam evaluasi akademis dilakukan dengan cara ujian setiap kompetensi dasar dan ujian akhir dalam tiap semester. Sedangkan evaluasi kepribadian dilakukakan dengan melihat tingkah laku setiap siswa dalam pergaulan antar teman dan peran aktifnya dalam pembelajaran di kelas.” Dari hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan kalender akademik di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, evaluasi pembelajaran dilakukan pada saat berakhirnya setiap kompetensi dasar yang telah dilalui, pada saat mid tengah semester dan pada saat ujian akhir. Selain itu penilaian kepribadian juga dilakukan para guru pada saat kegiatan pembelajaran dengan cara dilakukan penilaian terhadap keaktifan siswa. Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SMK Negeri 6 Surakarta diadakan setelah tiap-tiap kompetensi pembelajaran
71
dasar ditempuh dan evaluasi ujian akhir semester. Selain itu evaluasi juga diadakan dalam hal kepribadian individu tiap-tiap siswa. 2) Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSBI SMK Negeri 6, terdapat faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut: a) Faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta 1) Tenaga
pendidik
berpengalaman
yang
serta
berkualitas
berprestasi
secara dijadikan
akademis dasar
dan
dalam
pelaksanaan pembelajaran program RSBI Sumber daya tenaga pendidik yang sebagian besar telah berpengalaman dan berijazah S1 dan lingkungan sekolah yang luas dan nyaman dijadikan keunggulan tersendiri dalam pelaksanaan program RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta. Seperti yang diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Dalam melaksanakan program RSBI ini SMK Negeri 6 telah mempunyai dua kenggulan, hal itulah yang menjadi dasar SMK Negeri 6 ini mendapat predikat SMK RSBI yang pertama di Surakarta. Keunggulan tersebut adalah kualitas tenaga pendidik yang telah teruji dan berijazah S1. Dapat dikatakan teruji karena sebagian tenaga pendidik SMK Negeri 6 telah lolos dalam sertifikasi dan berpengalaman dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Selain itu keterampilan yang dimiliki oleh tenaga pendidik juga teruji akan prestasinya, karena beberapa guru telah menjadi juara dalam lomba guru teladan dan ada salah satu guru kami yang akan dikirim ke Thailand dalam rangka studi banding dan studi lanjut. Hal serupa juga diungkapkan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 ini adalah adanya sumber daya tenaga pendidik yang
72
berkualitas yaitu sebagian besar telah berijasah S1 dan kemampuan tenaga pendidik juga telah teruji dalam lolos sertifikasi guru, prestasi-prestasi guru seperti juara guru teladan dan mereka telah berpengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Para guru disini juga sangat menyenangkan, dalam menyampaikan pelajaran juga bervaraisi sehingga kami tidak bosan.” Dari hasil observasi yang dilakukan, kompetensi akademis tenaga pendidik yang sebagian besar telah berijasah S1 menjadikan faktor penunjang dalam pelaksanaan RSBI SMK Negeri 6. Surakarta Berdasarkan hasil dari wawancara dan hasil observasi yang dilakukan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi akademis serta keterampilan para tenaga pendidik dalam pembelajaran menjadi faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta 2) Lingkungan sekolah yang kondusif dan lahan yang luas menjadi alternatif dalam pembelajaran di luar kelas Lahan sekolah yang luas dan nyaman memberikan suasana kondusif
dalam
pembelajaran
serta
dapat
digunakan
untuk
melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “lingkungan sekolah yang luas dan nyaman di SMK Negeri 6 ini ssangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran program RSBI. Lingkungan sekolah yang dipenuhi pepohonan dan suasana tenang sangat membantu siswa dalam berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu juga membuat kondisi lingkungan sekolah menjadi segar karena sirkulasi udara yang baik dengan adanya pohon-pohon teresbut. Dan lingkungan sekolah yang luas juga memberikan alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas.” Hal serupa juga diungkapkan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:
73
“Selain tenaga pendidik, lingkungan sekolah SMK Negeri 6 juga sangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Lingkungan sekolah yang luas, nyaman dan asri membuat para siswa mudah berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Luas sekolah juga dimanfaatkan oleh para guru untuk melaksanakan pembelajaran diluar kelas sehingga siswa tidak bosan” Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Suasana di sekolah sangat nyaman dan udaranya segar karena adanya banyak pohon di lingkungan sekolah. Selain itu pemandangan taman yang hijau membuat kami tidak bosan. Dan kadang para guru mengajak kami untuk belajar di luar kelas” Dari hasil observasi yang dilakukan, lingkungan sekolah sangat kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga tercipta suasana belajara yang aman dan nyaman. Dari hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta terdapat pada kondisi lingkungan belajar yang nyaman dan tenang. Selain itu luas lahan sekolah dapat untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran diluar kelas. Dan lahan sekolah yang luas dapat bermanfaat apabila digunakan secara maksimal. 3) SMK Negeri 6 Surakarta telah bersertifikat ISO 9001:2000 Sertifikat ISO yang merupakan prasyarat untuk mendapat predikat SBI
telah didapat SMK Negeri 6 Surakarta. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh informan I pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “ SMK Negeri 6 surakarta telah mendapat sertifikat ISO 9001:2000 sejak tahun 2008”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan II pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Untuk mendapat predikat RSBI atau SBI diperlukan prasyarat sertifikat ISO dalam manajemen sekolah.
74
Sedangkan SMK Negeri 6 Surakarta telah mendapat sertifikat ISO pada tahun 2008, dengan ISO 9001:2000.” Dari hasil observasi yang dilakukan, sertifikat ISO yang dimiliki oleh SMK Negeri 6 Surakarta adalah ISO 9001:2000. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi faktor penunjang dalam penetapan predikat RSBI bagi SMK Negeri 6 Surakarta adalah adanya sertifikat ISO 9001:2000 yang telah dimiliki sejak tahuun 2008 b) Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Dalam pelaksanaan pembelajaran yang diadakan pastilah terdapat faktor-faktor penghambat, begitu pula pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh SMK Negeri 6 Surakarta ini terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran. 1) Perubahan paradigma pembelajaran yang masih dalam proses adaptasi untuk dilaksanannya pembelajaran model RSBI. Perubahan konsep pembelajaran menjadi konsep pembelajaran RSBI member perubahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Perubahan ini masih dalam proses adaptasi sehingga konsep-konsep pembelajaran RSBI masih belum sesuai dengan konsep yang ada. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan I pada wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI ini adalah dalam proses adaptasi adanya perubahan paradigma baru untuk mengganti paradigma lama tentang proses belajar-mengajar program RSBI yang menggunakan media elektronik serta fasilitas IT yang belum 100% tenaga pendidik di SMK Negeri 6 disini menguasai sepenuhnya. Selain itu penerapan standar-standar prosedur pembelajaran juga belum sepenuhnya dilakukan dengan benar. Selain itu tenaga-tenaga pendidik yang sudah tua juga belum memahami betul tentang pembelajaran RSBI ini sehingga mereka masih terpaku pada pembelajaran model lama.
75
Hal yang sama disampaikan oleh Informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Dalam pembelajaran program RSBI yang menuntut peran aktif
siswa membuat para siswa menjadi kurang percaya diri dalam berperan aktif seperti menyampaikan pendapat di depan kelas serta berpresentasi di kelas. Dalam forum diskusi para siswa juga kurang berani tampil hal ini karena adanya perbedaan latar belakang siswa dan adanya permasalahan dalam individu siswa. Guru mempunyai peran penting dalam hal ini menjadi seorang motivator bagi para siswa dengan melakukan pendekatan personal dan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan, hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah penerapan konsep pembelajaran RSBI oleh guru dalam pembelajaran RSBI masih kurang. Metode pembelajaran yang bersifat pasif masih diterapkan beberapa guru. Dari hasil wawancara di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan paradigma pembelajaran yang masih dalam proses adaptasi untuk dilaksanannya pembelajaran model
RSBI
menjadi
faktor
penghambat
dalam pelaksanaan
pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta. 2) Terbatasnya kemampuan dan keterampilan skill individu para tenaga pendidik dan anak didik dalam penguasaan bahasa Inggris. Kemampuan dan keterampilan individu para guru dan siswa dalam pembelajaran sistem bilingual masih kurang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan I pada wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Kemampuan bahasa Inggris tenaga pendidik dan anak didik juga sangat kurang untuk melaksanakan sistem bilingual, karena masih dalam tahap adaptasi. Hal yang sama disampaikan oleh Informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Yang menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI ini terdapat pada kemampuan skill serta keterampilan pada
76
tenaga pendidik dan anak didik yang masih kurang dalam hal penggunaan IT dan kemampuan bahasa Inggris untuk komunikasi sistem bilingual.” Hal yang sama juga disampaikan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Permasalahan yang paling utama adalah dalam komunkasi dengan bahasa Inggris. Apabila guru menyampaikan materi pelajaran dengan bahasa Inggris, kami kurang memahami karena bahasanya yang masih kurang bagus dan tidak mudah dipahami.” Dari
hasil
observasi
yang
dilakukan,
dalam
pelaksanaan
pembelajaran terdapat beberapa kelas yang menggunakan sistem bilingual, namun dalam pelaksanaannya belum maksimal karena kemampuan bahasa Inggris guru masih kurang dan pemahaman murid juga masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, kemampuan dan keterampilan penguasaan bahasa Inggris oleh para siswa dan guru menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI yang menggunakan sistem bilingual. 3) Komponen-komponen pembelajaran yang ada belum sesuai dengan standar dalam program RSBI. Dalam pelaksanaan pembelajaran program RSBI haruslah terdapat komponen-komponen pembelajaran yang sesuai dengan konsepkonsep RSBI. Dalam pelaksanaannya, pastilah terdapat faktor-faktor penghambat dalam komponen-komponen pembelajaran tersebut. Faktor-faktor penghambat tersebut adalah: 1) Penerapan Kurikulum KTSP dalam silabus dan RPP Dalam komponen Kurikulum tidak ditemui hambatan apapun karena Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum KTSP Spektrum sesuai yang dianjurkan dalam peraturan dari Dirjen Pendidikan. Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan oleh
77
informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Kurikulum KTSP spektrum sudah merupakan ketentuan yang diharuskan oleh Dirjen Pendidikan dan kita hanya mengikuti dan melaksanakannya saja. Namun dalam pelaksanaannya kadang-kadang para guru belum paham benar tentang masalah tersebut. Pembuatan silabus misalnya kadang-kadang guru yang sudah tua masih saja menggunakan paradigma lam sehingga tak sesuai dengan konsep yang diharuskan.” Hal yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Pemahaman kami tentang Kurikulum KTSP Spektrum memang belum kami kuasai secara mendalam, bahkan para guru yang tua kadang tidak mengetahui sama sekali. Sehingga kami masih sering salah dalam pembuatan alat kelengkapan pembelajaran seperti silabus dan RPP karena berbeda dengan konsep yang diharuskan dalam Kurikulum spektrum tersebut.” Dari hasil observasi yang dilakukan, silabus dan RPP yang dibuat para guru sudah sesuai dengan struktur dalam konsep RSBI. Namun dalam Kurikulum tersebut belum dapat dipenuhi semua standar kompetensinya pada saat pembuatan silabus dan RPP oleh para guru. Dari wawancara di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat
disimpulkan
bahwa
pelaksanaan
Kurikulum
dalam
pembuatan silabus dan RPP oleh guru sering berbeda dengan yang dikonsepkan dalam Kurikulum KTSP Spektrum karena kurangnya pemahaman para guru tentang Kurikulum tersebut. 2) Kemampuan bahasa Inggris Siswa Siswa sebagai input pembelajaran merupakan kompenen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Walaupun pelaksanaan pembelajaran sangat berkualitas, apabila kemampuan input siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak akan tercapai. Faktor penghambatan yang ada dalam komponen siswa seperti yang diungkapkan oleh
78
informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Faktor penghambat yang utama dalam pembelajaran RSBI ini adalah siswa tidak mampu mengikuti proses belajar-mengajar dengan baik. Hal tersebut ditambah hambatan komunikasi dalam pembelajaran yang menggunakan sistem bilingual dalam pembelajaran. Rata-rata kemampuan bahasa Inggris siswa disini masih kurang. Hal itu dikarenakan pihak sekolah belum menggunakan sistem seleksi dalam kemampuan bahasa Inggris pada saat pendaftaran siswa baru.” Hal yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: ”Kemampuan dalam akdemis siswa sebenarnya sudah mampu dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran model RSBI, namun kemampuan dalam menggunakan komunikasi bilingual masih sangat kurang karena pemahaman dalam bahasa Inggris mereka sangat kurang. Kalau penggunaan bahasa Inggris secara pasif mereka masih mampu, tapi bila penggunaan secara akitf mereka sangat belum mampu.” Dari hasil observasi yang dilakukan, faktor penghambat pada komponen siswa adalah masih kurangnya kemampuan siswa dalam hal bahasa Inggris pada saat metode bilingual dilaksanakan dalam pembelajaran Dari hasil wawancara dengan kedua informan di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa pada saat digunakannya sistem bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI masih sangat kurang. Hal ini karena kemampuan bahasa Inggris aktif mereka sangat kurang. 3) Keterampilan dan kemampuan Guru dalam menerapkan sistem bilingual dan penggunaan IT Guru merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Berhasil
dan
tidaknya
tujuan
pembelajaran
tergantung pada peran guru dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran model RSBI penggunaan IT dan sistem bilingual dalam proses pembelajaran masih berjalan dengan kurang baik.
79
Hal ini sependapat dengan informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Secara akdemis kemampuan guru sudah sesuai dengan konsep RSBI karena sebagian guru disini sudah S1, namun keterampilan individu tiap guru berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan para guru tentang pemahaman IT hanya sebagian kecil yang belum mampu menggunakan yaitu para guru-guru tua. Namun kemampuan bahasa Inggris sebagian besar sangat kurang, seperti dalam ujian TOEIC terakhir rata-rata skorinya masih 350. hal ini yang menghambat komunikasi bilingual dalam konsep pembelajaran RSBI.” Hal yang sama diungkapkan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Faktor penghambat dalam komponen guru yang paling utama adalah keterampilan mereka dalam penggunaan bahasa asing, hal ini yang menghambat para guru menerapkan komunikasi bilingual dalam proses belajar di kelas. Untuk keterampilan dalam penggunaan multimedia dalam penyampaian bahan ajar, sebagian besar guru sudah menguasai namun hanya standar saja.” Dari hasil observasi yang dilakukan, faktor penghambat pada komponen guru adalah dalam hal kemampuan dan keterampilan guru
dalam
penggunaan
media
pembelajaran.
Selain
itu
kemampuan bahasa Inggris para guru juga masih sangat kurang. Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi faktor penghambat komponen guru dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah masih kurangnya kemampuan serta keterampilan guru dalam pengguanaan IT dan penggunaan bahasa Inggris. 4) Ketidakmampuan
Siswa
dalam
memiliki
sumber
Bahan
Pembelajaran Di SMK Negeri 6 Surakarta bahan ajar yang digunakan adalah modul yang telah dibuat oleh guru. Dan para siswa diberi
80
keleluasaan untuk pemilihan buku pegangan selain modul. Faktor penghambat dalam komponen bahan pembelajaran yaitu kondisi ekonomi para siswa yang rata-rata belum mampu untuk memiliki buku pegangan tersebut. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Kepemilikan bahan ajar oleh siswa sangat kurang, hal ini karena kondisi ekonomi keluarganya. Oleh karena itu guru membuat bahan ajar berupa modul yang digunakan sebagai buku pegangan para siswa. Untuk sumber bahan ajar yang lain, pihak sekolah tidak mewajibkannya.” Hal yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Para siswa disini dibebaskan dalam menentukan buku bahan ajar sebagi buku pegangan, namun dikarenakan latar belakang ekonomi keluarga siswa, maka para guru memberikan bantuan dengan memberikan pinjaman modul untuk difotocopy dan dijadikan sebagai buku pegangan.” Dari hasil observasi yang dilakukan, faktor penghambat dalam bahan pembelajaran adalah masih kurangnya kemampuan para siswa dalam memiliki bahan ajar. Ketersediaan bahan ajar di perpustakaan juga masih kurang dan sumber-sumber pembelajaran yang ada sudah tidak relevan dengan materi yang sekarang. Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat dalam bahan pembelajaran adalah bahan ajar masih belum mampu dimiliki oleh siswa karena ketidakmampuan dalam hal ekonomi. 5) Terbatasnya jumlah Media pembelajaran Media pembelajaran sangat penting untuk menyampaikan bahan ajar dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI, penggunaan media pembelajaran berbasis IT. Adapun faktor penghambat di RSBI SMK Negeri 6 adalah media yang digunakan jumlahnya masih kurang, hal ini
81
sesuai dengan pendapat dari informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Jumlah sarana multimedia untuk media pembelajaran modelnya masih sedikit dan jumlahnya terbatas. Jadi dalam penggunaanya saling bergantian, dan penggunaannya harus dijadwal terlebih dahulu.” Hal yang sama disampaikan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar belum maksimal digunakan, hanya disesuaikan dengan materi yang ada. Hal ini karena jumlah media pembelajaran IT yang ada masih terbatas.” Dari hasil observasi yang dilakukan, komponen media pembelajaran jumlahnya masih sangat kurang untuk digunakan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran di setiap kelas. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam komponen media pembelajaran adalah jumlah media pembelajaran yang masih terbatas, sehingga penggunaannya tidak maksimal karena harus saling bergantian. 6) Kondisi psikologis siswa dalam mengikuti Metode pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat bervariasi, namun masih terdapat hambatan dalam penerapannya seperti yang diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Penerapan metode pembelajaran menuntut siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, namun siswa kadang-kadang masih mempunyai sifat minder dan malu apabila disuruh untuk presentasi didepan, sehingga kami harus memberi motivasi terlebih dahulu.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut:
82
”Metode yang digunakan dalam pembelajaran membuat kami tidak bosan. Namun yang menjadi masalah apabila kami diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau presentasi, kami menjadi tidak percaya diri karena apabila salah temanteman sering menyoraki.” Dari hasil observasi yang dilakukan sebagian besar siswa memiliki rasa kurang percaya diri untuk berperan aktif dalam pembelajaran karena takut salah dalam mengemukakan pendapat. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, yang menjadi faktor penghambat dalam metode pembelajaran adalah kondisi psikologis dari siswa yang belum mampu mengikuti penerapan metode pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran. 7) Kondisi bangunan dan terbatasnya ruang untuk sistem moving class Kondisi lingkungan belajar di SMK Negeri 6 surakarta sudah memenuhi kualitas pelaksanaan pembelajaran model RSBI. Namun masih ada beberapa yang dijadikan penghambat seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Kondisi bangunan di SMK Negeri 6 sudah termasuk bangunan tua, selain itu jumlah ruang kelas yang ada belum memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI yang menerapkan sistem moving class.” Hal yang sama juga disampaikan oleh informan II pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Kondisi bangunan sebenarnya tidak ada standar yang ditetapkan dalam program RSBI, hanya perlu adanya perbaikan saja. Namun dalam hal jumlah kelas masih sangat kurang karena belum memenuhi kebutuhan yang diharuskan, seperti ruang kelas untuk menerapkan sistem moving class, laboratorium-laboratorium tiap kejuruan dan perpustakaan yang memenuhi standar RSBI.” Dari hasil observasi yang dilakukan, yang menjadi penghambat adalah kondisi bangunan sekolah yang sudah tua dan bebrapa tidak
83
sesuai dengan standar yang ada. Selain itu keterbatasan jumlah ruang sehingga penerapan moving class belum berjalan. Dari
hasil wawancara di atas dan hasil observasi yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pada lingkungan belajar dalam pelaksanakan pembelajaran model RSBI adalah kondisi bangunan yang sudah tua, keterbatasan jumlah ruang kelas sehingga sistem moving class belum berjalan, serta belum terpenuhinya fasilitas penunjang pembelajaran di kelas seperti laboratorium dan perpustakaan yang belum sesuai dengan standar yang ada. 8) Pemahaman siswa dan orang tua siswa dalam sistem penilaian Adanya program RSBI ini menjadikan perubahan dalam sistem evaluasi pembelajaran yang dilakukan. Sitem penilaian juga terdapat perubahan sehingga pemahaman orang tua tentang evaluasi yang diadakan juga berubah, seperti yang diungkapkan oleh informan III pada wawncara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Evaluasi yang dilakukan dengan model pembelajaran RSBI ini memeberikan pemahaman yang berbeda pada orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Untuk memberikan pemahaman pihak sekolah memberi pengertian pada orang tua siswa pada saat penerimaan rapor. Selain itu pihak sekolah juga menyusun hasil evaluasi model lama sehingga orang tua siswa dapat membandingkannya.” Hal yang sama disampaikan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: ”Dengan sistem penilaian ini kami kurang paham dengan apa yang dimaksud pada saat penerimaan rapor, sehingga kami tidak tahu sejauh mana hasil belajar kita selama ini. Tapi pihak sekolah memberikan rapor dengan model lama jadi kita berpatokan pada rapor model lama itu untuk mengetahui hasil belajar kita.”
84
Dari hasil observasi yang dilakukan, hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan belum dapat dipahami oleh para siswa karena adanya perbedaan di sistem evalauasi pembelajaran yang dulu. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam evaluasi pembelajaran model RSBI adalah pemberian pemahaman tentang hasil belajar yang dicapai siswa dengan sistem evaluasi pembelajaran model RSBI. 4) Cara-Cara Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta masih banyak terdapat faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran. Faktor-faktor penghambat tersebut timbul dari beberapa komponen dalam pembelajaran. Untuk mengatasinya diperlukan cara-cara dan solusi yang tepat sesuai dengan masalah yang ada. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh SMK Negeri 6 surakarta untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut adalah: a) Perbaikan kualitas sumber daya tenaga pendidik dengan pelatihanpelatihan dan kursus tentang konsep RSBI, Komputer dan bahasa Inggris Tenaga pendidik merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Oleh sebab itu diperlukan tenaga pendidik yang berkualitas standar internasional dalam pelaksanakan pembelajaran model RSBI. Sebagai penunjang hal tersebut berbagi upaya telah dilakukan oleh pihak sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Pihak sekolah telah berupaya mengatasi keterbatasan keterampilan tenaga pendidik dengan pegadaan pelatihan baik disekolah maupun di luar sekolah melalui seminar-seminar serta memberikan kursus-kursus tentang bahasa asing dan komputer yang biayanya ditanggung pihak sekolah.”
85
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Pihak sekolah secara rutin mengadakan pelatihan dan mengirim para tenaga pendidik mengikuti seminar-seminar tentang program RSBI agar para tenaga pendidik lebih memahami tentang pelaksanaan program RSBI. Selain itu, tenaga pendidik juga diberikan kursus-kursus tentang komputer dan bahasa asing untuk meningkatkan skill mereka dan semunya dibiayai oleh pihak sekolah.” Berdasar hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa caracara dan solusi yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 6 Surakarta dalam peningkatan kualitas Sumber daya tenaga pendidik adalah dengan diikutkannya tenaga pendidik dalam seminar-seminar tentang program RSBI, diberikannya pelatihan-pelatihan serta kursus komputer dan bahasa Inggris. b) Peningkatan kemampuan bahasa Inggris anak didik dan sosialisasi konsep pembelajaran RSBI bagi para siswa Dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI sangat berbeda jika dibandingkan pembelajaran yang sebelumnya. Hal ini membuat para siswa perlu beradaptasi dengan program ini agar dapat mengikuti pembelajaran model RSBI yang akan diikutinya. Berbagai program telah diadakan pihak sekolah seperti yang disampaikan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Untuk anak didik, pihak sekolah memberikan sosialisasi pada saat pertama masuk sekolah melalui seminar disekolah. Dan juga pihak sekolah memberlakukan program English Friday yaitu penggunaan bahasa Inggris dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah setiap hari jum’at serta memberikan les tambahan bahasa Inggris tiap pulang sekolah. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris para siswa sehingga pada nantinya sistem bilingual dapat berjalan dalan proses belajar-mengajar dikelas.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Para guru selalu berusaha menerapkan konsep-konsep pembelajaran RSBI yang ada, namun pelaksanaannya masih dalam
86
proses adaptasi. Sehingga kami terus memotivasi siswa melalui berbagai cara, seperti penggunaan multimedia dan konsep listening dalam pembelajaran. Serta memberikan tugas-tugas rumah dalam bahasa Inggris.” Dari hasil observasi yang dilakukaan, penerapan program English Friday telah diterapkan dalam setiap kegiatan di sekolah, namun pelaksanaannya masih berjalan kurang baik karena belum setiap warga sekolah melakukannya. Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa beberapa cara dan solusi telah dilakukan pihak sekolah dalam mensosialisasikan program RSBI serta peningkatan kualitas anak didik dengan diberikannya seminar tentang program RSBI, diadakan program English Friday, serta diterapkannya konsep-konsep pembelajaran RSBI di kelas. c) Perbaikan terhadap fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI. Sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI. Hal ini karena pembelajaran RSBI tidak hanya dilakukan untuk sekedar peningkatan kemampuan dan pengetahuan siswa, tapi juga untuk pengembangan keterampilan dan kepribadian karakter siswa. Sebagai upaya hal tersebut fasilitas sarana dan prasarana penunjang pembelajaran telah diperbaiki dan dibangun pihak sekolah seperti yang disampaikan oleh informan I dalam wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Untuk menunjang pembelajaran, pihak sekolah akan mengadakan perbaikan fisik dan non fisik. Perbaikan tersebut diperoleh dari dana pemerintah, kerjasama DU/DI dan sumbangan serta sponsor dari beberapa pihak. Perbaikan dari segi fisik meliputi pembangunan gedung bertingkat baru, yang nanti akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rung kelas, laboartorium modern serta laboratorium berbasis Digital Library. Sedangkan dari segi non fisik, pihak sekolah akan berupaya memenuhi kebutuhan media pembelajaran yang multimedia, pengadaan alat-alat praktikum serta akan mengganti alat-alat praktik yang rusak dan sudah tua.”
87
Hal yang sama juga disampaikan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Perbaikan sarana dan prasarana telah dimulai oleh pihak sekolah, dan yang menjadi prioritas adalah pembangunan gedung baru untuk memenuhi kebutuhan ruang kelas, laboratorium serta perpustakaan. Sehingga nanti pelaksanaan pembelajaran nodel RSBI dapat berjalan maksimal, seperti penerapan sistem moving class.” Dari hasil observasi yang dilakukan, pembangunan ruang dan perbaikan sekolah telah dilakukan. Serta pengadaan fasilitas penunjang pembelajaran masih dalam tahap perencanaan. Dari pendapat d iatas, dapai disimpulkan bahwa perbaikan fasilitas, sarana dan prasarana telah dilakukan oleh pihak SMK Negeri 6 Surakarta dan
pengerjaannya
masih
dalam
tahap
proses
perbaikan
dan
pembangunan. C. Temuan Studi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori Dalam sub bab ini, peneliti menganalisis data yang berhasil dikumpulkan di lapangan sesuai dengan rumusan permasalahan yang selanjutnya dikaitkan dengan teori-teori yang ada. Perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi (1) Pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, (2) Faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 surakarta, (3) Cara-cara mengatasi dan solusi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakartya. Berikut ini peneliti menganalisis data yang berhasil dikumpulkan di lapangan sesuai dengan rumusan permasalahan yang selanjutnya dihubungkan dengan teori yang sudah ada. 1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta SMK-SBI adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan instrumental input (perangkat keras dan lunak), proses dan output nya memiliki standar tertentu yang diakui/setara dengan standar
88
internasional,
dengan
memperhatikan
potensi
ungulan
daerah.
(http://groups.yahoo.com/group/dikmenjur/message/61367) Pelaksanaan pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta diitikberatkan pada kemampuan skill individu siswa, hal ini karena pembelajaran di SMK lebih diorientasikan pada dihasilkannya lulusan yang siap kerja yang berstandar internasional. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui beberapa cara yaitu pembelajaran dikelas, praktik dan magang di DUDI yang bekerjasama dengan SMK Negeri 6. Hal ini sejalan dengan PP RI No. 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 yaitu: “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Dari temuan studi yang dihubungkan pada teori yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh RSBI SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan teori yang ada. Penyelenggaraan
SBI
didasari
filosofi
eksistensialisme
dan
esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan
yang
bermartabat,
pro-perubahan,
kreatif,
inovatif,
dan
eksperimentif, menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal
untuk
mengaktualkan,
mengeksiskan,
menyalurkan
semua
potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ). Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut,
89
empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari Kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya. (Kir Haryana: 37-38, 2004) Dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta siswa dituntut aktif berperan dalam proses belajar mengajar. Dan peran guru hanya sebagai fasilitator. Dalam proses belajar mengajar juga dilakukan dengan beberapa cara yang sangat bervariasi seperti diskusi, ceramah, demonstrasi serta presentasi yang dilakukan oleh para siswa dan guru hanya sebagai pembimbing agar pembelajaran diarahkan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai yaitu tujuan akademis dan juga pengembangan karakteristik siswa. Dalam proses pembelajaran, penggunaan media pembelajaran hanya dalam beberapa kesempatan media IT digunakan dan dalam komunikasi pembelajaran, sistem bilingual masih sangat jarang diteraapkan. Hal ini masih kurang memenuhi standar pembelajaran RSBI seperti yang dikemukakan oleh Kir Haryana (2007:45), bahwa dalam Sekolah Bertaraf internasional
proses
pembelajaran
harus
memenuhi
standar
proses
pembelajaran internasional. Yang meliputi antara lain: a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator b. Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. c. Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mapel d. Pembelajaran pada mata pelajaran sains, Matematika, dan teknologi/produktif dengan bahasa Inggris, kecuali mapel bahasa Indonesia. Dari hasil temuan studi tentang pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta yang dihubungkan dengan teori yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6
90
Surakarta masih kurang memenuhi standar pembelajaran yang ada dalam konsep-konsep RSBI. Dalam pelaksanaan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh komponenkomponen pembelajaran yang terdiri dari Kurikulum, siswa, guru, bahan pembelajaran, media pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2003: 57), ”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat diketahui tentang komponen pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sebagai berikut: a. Kurikulum KTSP Spektrum Dalam Sekolah Bertaraf Internasional, Kurikulum nasional yang dikembangkan sekolah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). RSBI menggunakan KTSP yang diperkaya agar memenuhi standar nasional pendidikan plus Kurikulum internasional yang digali (adopsi dan adaptasi) dari berbagai sekolah mitra baik dalam maupun luar negeri, yang memiliki reputasi internasional. Selain itu juga menerapkan sistem satuan kredit semester dalam Kurikulumnya. Sedangkan berdasar temuan dilapangan RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum KTSP Spektrum sebagaimana ketentuan dari Dirjen pendidikan. b. Kompetensi Siswa Kualitas standar anak didik di SMK SBI perlu diperhatikan sejak awal masuk, pembinaan, selama proses sampai dengan siswa tersebut tamat. Siswa baru SBI di seleksi secara ketat mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian dan kesehatan fisik. Seleksi penerimaan siswa baru juga harus memenuhi persyaratan akademik dan non akademik. Persyaratan akademik meliputi nilai Bahasa Inggris 7,0 bahasa Indonesia 7,0 dan nilai matematika 7,0. sedangkan persyaratan non
91
akademik mengacu pada sekolah atau dunia industri yang berskala internasional antara lain : psikotes, tes matematik, tes bahasa Inggris, tidak buta warna dan bebas narkoba. Akan tetapi berdasar temuan dilapangan, kualitas anak didik masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan seleksi yang diterapkan pada anak didik oleh RSBI SMK Negeri 6 Surakarta hanya berorientasi pada nilai akademik saja dan prestasi non akademik anak didik dalam hal prestasi ekstrakulikuler serta tes wawancara yang dilakukan tidak maksimal hasilnya untuk diketahuinya kondisi psikis dan mental anak didik. c. Kompetensi guru Pada SMK SBI guru mata diklat normative dan adpatif minimal berpendidikan S1 atau D4, yang pendidikanya sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi yang sesuai di bidangnya, mampu berbahasa Inggris aktif dengan skor TOEIC (Test of English in Convesation) untuk guru bahasa Inggris minimal 600, guru adaptif 400, guru normatif 300. Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. Guru mata Diklat produktif, tingkat pendidikan minimal S1 atau D4 sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi sesuai di bidangnya, mampu berbahasa Inggris aktif dengan skor TOEIC minimal 550, mempu mengoperasikan computer, mampu men-download mata pelajaran
dari
internet.
Dan
semua
guru
mampu
memfasilitasi
pembelajaran berbasis TIK. Dalam temuan dilapangan, tenaga pendidik di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sebagian besar telah memiliki ijazah S1 dan yang belum berijasah S1 adalah tenaga pendidik yang sudah dalam masa pensiun. Dan terdapat 15% tenaga pendidik masih dalam proses studi lanjut S2 dan berijasah S2. Dalam hal kemampuan bahasa Inggris aktif, tenaga pendidik RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat kurang dan jauh dari standar yang ditetapkan dalam konsep RSBI. Keterampilan penggunaan IT dalam media
92
pembelajaran
masih
belum
maksimal
karena
masih
kurangnya
keterampilan yang dimiliki tenaga pendidik. d. Bahan pembelajaran berupa Modul Direktorat Pembinaan SMK telah menetapkan standar bahan pembelajaran SBI adalah sebagai berikut: 1) Bahan ajar minimal 4 mata diklat produktif menggunakan modul dengan bahasa Inggris. Setiap siswa memiliki dan menggunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran. 2) Buku Pegangan, setiap siswa memiliki dan mengunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran. Setiap guru memiliki buku referensi sesuai dengan mata diklat yang diajarkan. Di RSBI SMK Negeri 6 surakarta, pembuatan modul sebagai bahan ajar diwajibkan pada setiap tenaga pendidik. Dalam pembuatan modul tidak diwajibkan setiap guru untuk membuat modul dalam bahasa Inggris oleh pihak sekolah. Di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta buku pegangan sebagai sumber belajar diwajibkan dimiliki para siswa, namun dibebaskan dalam pemilihan sumbernya. Namun karena latar belakang kondisi ekonomi, bantuan diberikan pihak sekolah dengan cara modul pembelajaran yang dibuat oleh para guru difotocopy oleh para siswa dan buku pegangan yang jumlahnya terbatas dapat dipinjam di perpustakaan. e. Media Pembelajaran yang bervariasi SMK RSBI harus memiliki beberapa sarana prasarana pendidikan di sekolah yang memenuhi standar internasional yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Serta berbagai media ICT yang berfungsi sebagai media dalam proses pembelajaran. Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK. Media pembelajaran yang ada di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan standar dan sangat bervariasi macamnya seperti video, laptop, LCD, recording untuk listening dan berbagai macam alat praktikum, namun jumlahnya sangat terbatas karena beberapa sudah tidak layak pakai. Selain itu penggunaannya tidak maksimal, karena
93
keterbatasan kemampuan para tenaga didik dalam penggunakan media pembelajaran tersebut. f. Metode pembelajaran yang inovatif Pada konteks pembelajaran di SMK SBI baik dikelas maupun di laboratorium yang melibatkan banyak perangkat, peralatan, dan sumber belajar diperlukan suatu cara pengaturan tersendiri agar bisa memberikan situasi dan kondisi nyaman bagi siswa. Pada interaksi belajar mengajar guru juga harus menemukan cara menciptakan suasana belajar yang demokratis dan hubungan psikologis yang baik dengan siswa maupun menciptakan situasi yang dapat merangsang hubungan baik diantara siswa. Dalam temuan dilapangan, metode pembelajaran yang digunakan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat bervariasi. Metode pembelajaran yang digunakan seperti: diskusi, presentasi, demonstrasi dan listening. Peran aktif siswa sangat dituntut dalam metode pembelajaran tersebut, dan guru berperan dalam diberikannya motivasi pada siswa. g. Lingkungan Pembelajaran yang kondusif Lingkungan sekolah terdiri dari 2 macam yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari gedung, halaman sekolah, taman sekolah, dan kebun sekolah. Lingkungan non fisik diwarnai oleh kualitas interaksi warga sekolah. Kerjasama saling menghormati, bersikap sopan, ramah dan toleran perlu dikembangkan di sekolah Dalam SMK RSBI harus memiliki beberapa bangunan sebagai sarana prasarana pendidikan di sekolah yang memenuhi standar internasional yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Ruang teori dengan luasan 63 m2, sesuai dengan jumlah kelompok belajar dan menerapkan kelas berjalan (moving class). Sekolah memiliki ruang praktek kelas, jumlah dan luasnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian. Sekolah juga harus memiliki perpustakan yang memenuhi kebutuhan, nyaman, untuk membaca dan studi siswa. Perpustakan sekolah mengunakan katalog yang berstandar internasional, telah dilengkapi
94
dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia tersedia multimedia dan perangkatnya. Dan sebagai penunjang pembelajaran produktif sekolah juga harus dilengkapi dengan ruang laboratorium, ruang pendidik, ruang praktek produktif. Sedangkan sebagai penunjang aktivitas sekolah juga disediakan ruang unit produksi, ruang administrasi, tempat olahraga, tempat ibadah, kantin sekolah, tempat rekreasi dan ruang penunjang lainnya. Lingkungan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Lingkungan sekolah yang luas dan asri membuat nyaman para siswa berada dilingkungan sekolah. Sirkulasi udara berjalan baik dengan adanya banyak pepohonan di lingkungan sekolah sehingga tercipta udara yang segar. Berbagai fasilitas refreshing juga tersedia seperti taman, kantin sekolah dan tempat ibadah. Ruanganruangan untuk kegiatan sekolah sudah tersedia, namun kebutuhan ruangan kelas belum cukup terpenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI sehingga sistem moving class belum dapat diterapkan. h. Evaluasi Pembelajaran valid Sistem penilaian yang digunakan dalam SBI adalah sistem atau model penilaian telah diperkaya dengan adopsi sistem penilaian dari sekolah unggul di salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnnya. Sedangkan dalam temuan studi, evaluasi pembelajaran di SMK Negrei 6 Surakarta diadakan dalam dua cara yaitu evaluasi setelah tiaptiap kompetensi dasar pembelajaran ditempuh dan evaluasi ujian akhir semester. Selain itu evaluasi juga diadakan dalam mengevaluasi kepribadian individu tiap-tiap siswa. Dari komponen-komponen yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta yang dihubungkan dengan teori yang ada, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa standar dalam pelaksanaan
95
pembelajaran model RSBI masih belum terpenuhi oleh komponen-komponen yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta. 2. Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Berdasar temuan studi, dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta terdapat faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut adalah sebagi berikut: a. Faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta memiliki
faktor
penunjang
yang
menjadikan
dasar
pelaksanaan
pembelajaran model RSBI. Dari hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan faktor penunjang pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah: 1) Tenaga pendidik yang berkualitas secara akademis dan berpengalaman serta berprestasi dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran program RSBI 2) Lingkungan sekolah yang kondusif dan lahan yang luas menjadi alternatif dalam pembelajaran di luar kelas 3) SMK Negeri 6 Surakarta telah bersertifikat ISO 9001:2000 b. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan pasti akan timbul faktorfaktor penghambat yang mengakibatkan pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan tidak sesuai yang diharapkan. Begitu juga pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta yang masih terdapat faktorfaktor penghambat sehingga pelaksanaan pembelajaran model RSBI belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan konsep yang ada. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan faktor-faktor penghambat tersebut adalah:
96
1) Perubahan paradigma pembelajaran yang masih dalam proses adaptasi untuk dilaksanannya pembelajaran model RSBI. 2) Terbatasnya kemampuan dan keterampilan skill individu para tenaga pendidik dan anak didik dalam penguasaan bahasa Inggris. 3) Komponen-komponen pembelajaran yang ada belum sesuai dengan standar dalam program RSBI. Pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen pembelajaran seperti: Kurikulum, siswa, guru, bahan pembelajaran, media pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Namun komponen-kompenen pembelajaran
tersebut
tentu
tidak
terlepas
adanya
faktor-faktor
penghambat yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah sebagai berikut: 1) Penerapan Kurikulum dalam silabus dan RPP Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemahaman Kurikulum sebagai dasar dalam pembuatan silabus dan RPP oleh guru sering berbeda dengan yang dikonsepkan dalam Kurikulum KTSP Spektrum karena kurangnya pemahaman oleh para guru tentang Kurikulum tersebut. 2) Kemampuan bahasa Inggris siswa Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan kemampuan siswa dalam penggunakan sistem bilingual pada pelaksanaan pembelajaran model RSBI masih sangat kurang. Hal ini karena kemampuan bahasa Inggris aktif siswa masih kurang. 3) Keterampilan dan kemampuan Guru dalam menerapkan sistem bilingual dan penggunaan IT Berdasar hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa faktor penghambat komponen
97
guru dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah masih kurangnya kemampuan dan keterampilan guru dalam pengguanaan IT serta penggunaan bahasa Inggris yang masih kurang. 4) Ketidakmampuan Siswa dalam memiliki sumber Bahan Pembelajaran Berdasar hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan, faktor
pengahambat
dalam
bahan
pembelajaran
adalah
ketidakmampuan para siswa dalam memiliki bahan pembelajaran. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi keluarga para siswa. 5) Terbatasnya jumlah Media pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan, faktor penghambat dalam komponen media pembelajaran adalah jumlah media pembelajaran yang masih terbatas, sehingga penggunaannya tidak maksimal karena harus saling bergantian. 6) Kondisi psikologis siswa dalam mengikuti Metode pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam metode pembelajaran adalah kondisi mental dan psikologis siswa yang masih labil dan berbeda-beda sehingga metode pembelajaran yang digunakan belum mampu diikuti dengan maksimal. 7) Kondisi bangunan dan terbatasnya ruang untuk sistem moving class Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa faktor penghambat pada lingkungan pembelajaran adalah kondisi bangunan yang sudah tua sehingga tercipta ketidaknyamanan pada para siswa, keterbatasan jumlah ruang kelas yang tidak dimungkinkannya pelaksanaan sistem moving
class,
serta
belum
terpenuhinya
fasilitas
penunjang
pembelajaran di kelas seperti laboratorium dan perpustakaan yang belum sesuai dengan standar yang ada. 8) Pemahaman siswa dan orang tua siswa dalam sistem penilaian Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa faktor penghambat
98
dalam evaluasi pembelajaran model RSBI adalah kurang dipahaminya tentang hasil belajar yang para siswa capai dengan sistem evaluasi pembelajaran model RSBI. 3. Cara-Cara Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
dilakukan
dapat
diambil
kesimpulan bahwa cara-cara untuk mengatasi dan solusi timbulnya faktorfaktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta meliputi antara lain: a. Perbaikan kualitas sumber daya tenaga pendidik melalui pelatihanpelatihan dan kursus tentang konsep RSBI, Komputer dan bahasa Inggris Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 6 Surakarta yaitu: 1) Diikutkannya tenaga pendidik dalam seminar-seminar tentang program RSBI untuk peningkatan pemahaman tentang program RSBI. 2) Diberikannya pelatihan-pelatihan untuk peningkatan keterampilan dalam bidang komputer. 3) Diberikannya
kursus-kursus
bahasa
Inggris
untuk
peningkatan
kemampuan bahasa Inggris para tenaga pendidik. b. Peningkatan kemampuan bahasa Inggris anak didik dan sosialisasi program pembelajaran RSBI bagi para siswa Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 6 Surakarta yaitu: 1) Peningkatan pemahaman anak didik tentang program RSBI dengan diadaknnya seminar tentang program RSBI. 2) Penerapan konsep-konsep RSBI dikelas sebagai proses adaptasi. 3) Pelaksanaan program English Friday untuk peningkatan kemampuan bahasa Inggris para siswa.
99
c. Perbaikan terhadap fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 6 Surakarta yaitu: 1) Pembangunan gedung baru untuk pemenuhan kebutuhan kelas dalam penunjang pelaksanaan pembelajaran model RSBI 2) Perbaikan dan pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang pembelajaran seperti laboratorium modern, perpustakaan berbasis Digital Library, serta fasilitas lainnya. 3) Pengadaan media pembelajaran berbasis IT serta pengadaan dan perbaikan berbagai macam alat praktikum.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta berjalan dengan atraktif, para siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar-mengajar yang berlangsung. Dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta dipengaruhi oleh komponen-komponen pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut adalah: a) Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Spektrum yang merupakan ketentuan dari Dirjen Pendidikan. Kurikulum tersebut dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran yang diorientasikan pada dihasilkannya lulusan yang siap kerja dan berstandar internasional. b) Kemampuan Siswa SMK Negeri 6 Surakarta dalam mengikuti pembelajaran model RSBI dirasa sudah mampu. Dalam mengikuti pembelajaran siswa berperan aktif dalam proses belajar. Namun kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Inggris aktif masih perlu ditingkatkan untuk menunjang sistem billingual dalam pembelajaran. c) Kualitas tenaga pendidik di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta dalam hal akdemis sebagian besar sudah berijazah S1 dan beberapa telah mendapat gelar S2. Kemampuan tenaga pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran dan penyampaian materi pelajaran sudah baik. Namun keterampilan tenaga pendidik dalam penggunaan media pembelajaran perlu lebih ditingkatkan untuk menambah variasi metode pembelajaran. Dan kemampuan
100
101
penguasaan bahasa Inggris perlu lebih ditingkatkan terutama dalam hal grammer . d) Bahan pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta disesuaikan dengan silabus dan kompetensi yang akan diajarkan. Bahan pembelajaran tersebut berupa buku-buku pelajaran dari berbagai referensi, LKS dan Modul. Namun dalam pembuatan modul oleh guru masih belum menggunakan bahasa Inggris seperti dalam konsep RSBI. e) Media pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta modelnya sudah bervariasi dan berkonsep IT, seperti: LCD, Laptop, OHP, Video dan recording. Namun penggunaan media pembelajaran dilakukan secara bergantian karena keterbatasan jumlah dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dalam pelaksanaan pembelajaran. f) Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat bervariasi, seperti: model diskusi, presentasi, demonstrasi disesuaikan dengan materi pelajaran dan kondisi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. g) Lingkungan sekolah di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat luas dan kondisinya sangat nyaman untuk menunjang pembelajaran karena terdapat bermacam-macam pepohonan yang tumbuh di lingkungan sekolah. Luas lahan juga menjadi alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas. Namun perlu penambahan bangunan untuk ruang kelas di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta untuk melaksanakan sistem moving class. h) Evaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi ujian setiap akhir menempuh standar kompetensi, ujian mid semester dan ujian akhir semester. Selain itu evaluasi juga dilakukan terhadap keaktifan dan kepribadian siswa pada saat mengikuti pembelajaran di kelas dan tingkah laku di lingkungan sekolah.
102
2. Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta a. Faktor penunjang 1) Tenaga pendidik yang berkualitas secara akademis dan berpengalaman serta berprestasi dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran program RSBI 2) Lingkungan sekolah yang kondusif dan lahan yang luas menjadi alternatif dalam pembelajaran di luar kelas 3) SMK Negeri 6 Surakarta telah bersertifikat ISO 9001:2000 b. Faktor penghambat 1) Perubahan paradigma pembelajaran yang masih dalam proses adaptasi untuk dilaksanannya pembelajaran model RSBI. 2) Terbatasnya kemampuan dan keterampilan skill individu para tenaga pendidik dan anak didik dalam penguasaan bahasa Inggris. 3) Komponen-komponen pembelajaran yang ada belum sesuai dengan standar dalam program RSBI. 3. Cara-Cara
Mengatasi
Faktor
Pengahambat
dalam
Pelasanaan
Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta a. Perbaikan kualitas sumber daya tenaga pendidik melalui pelatihanpelatihan dan kursus tentang konsep RSBI, komputer dan bahasa Inggris. b. Peningkatan kemampuan bahasa Inggris anak didik dan sosialisasi program pembelajaran RSBI bagi para siswa. c. Perbaikan terhadap fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan diatas, sebagai implikasi hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Dengan diketahuinya komponen-komponen pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, maka dapat dijadikan sebagai dasar dalam
103
mengembangkan pelaksanaan pembelajaran model RSBI sesuai dengan standar konsep-konsep yang telah ditetapkan. 2. Dengan diketahuinya faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, serta cara-cara dan solusi timbulnya faktor penghambat tersebut, maka dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah RSBI SMK Negeri 6 Surakarta dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran berstandar internasional. C. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan maka ada beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta. Adapun saran-saran yang disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Sekolah RSBI SMK Negeri 6 Surakarta Untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sebaiknya dilakukan dengan cara : a. Kepala sekolah 1) Mewajibkan kepada setiap tenaga pendidik untuk menerapkan standarstandar konsep RSBI dalam pelaksanaan pembelajaran dan administrasi pembelajaran seperti silabus, RPP dan modul.
2) Mempercepat pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan pembelajaran seperti alat-alat praktikum, media IT. Dan juga pembangunan gedung baru untuk memenuhi kebutuhan ruang kelas untuk menerapkan sistem moving class.
b. QMR (Quality Management Representatif) 1) Mengadakan seleksi dalam hal akademis terhadap calon anak didik sesuai dengan standar konsep RSBI yang menstandarkan nilai 7,0 pada mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan pada saat penerimaan siswa baru. 2) Mengadakan Tes psikologis terhadap calon anak didik untuk mengetahui kemampuan, keterampilan dan bakat serta kondisi psikologisnya pada saat penerimaan siswa baru.
104
3) Menerapkan program-program dalam menunjang proses adaptasi dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI seperti English Friday dengan maksimal.
4) Pengembangan kemampuan tenaga pendidik terkait kemampuan dan keterampilan penguasaan IT dan bahasa Inggris melalui pelatihanpelatihan dan kursus-kursus namun memberikan standar kompetensi dan jangka waktu yang harus dicapai kepada setiap tenaga pendidik.
5) Menerapkan sistem pembimbingan kepada setiap tenaga pendidik yang belum memahami konsep RSBI dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses adaptasi perubahan paradigma pembelajaran dapat berjalan cepat.
c. Guru BP (Bimbingan Penyuluhan) Memberikan bimbingan konseling setiap minggu kepada siswa-siswa uuntuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran dan memberikan solusi-solusi yang tepat.
2. Tenaga pendidik a. Agar menerapkan pelaksanaan pembelajaran sesuai standar dalam konsep RSBI
sehingga
nantinya
pelaksanaan
pembelajaran
berstandar
internasional dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan konsep-konsep dalam RSBI dan lulusan yang dihasilkan benar-benar berkualitas internasional. b. Agar mengembangkan kemampuan dalam bidang IT dan penguasaan bahasa Inggris sehingga pelaksanaan konsep pembelajaran RSBI dan sistem billingual dapat berjalan maksimal. 3. Siswa Agar mengembangkan kemampuan dalam hal akademis dan penguasaan bahasa Inggris melalui kursus-kursus di luar jam sekolah sehingga mampu mengikuti pelaksanaan pembelajaran model RSBI dan sistem billingual yang diterapkan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta.
DAFTAR PUTAKA
Anonimous.1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Anonimous. 1999. GBPP Kurikulum SMK. Jakarta:Depdikbud Anonimous. 2002. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakrta: FKIP UNS Anonimous. 2006. Target Menuju Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta Anonimous. 2006. Pedoman Peningkatan Mutu Sekolah Menengah Atas Menuju SNBI. Anonimous.2006. Rencana Startegis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Anonimous. 2006. Undang- undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. WIPRESS Arief S. Sadiman, dkk. 1993. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arnie Fajar. 2005. Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Depdiknas. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta Gino. H.J. 1998. Belajar dan Pembelajaran 1. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Husaini Usman, & Purnomo Setiady Akbar. 2000. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Kir Haryana. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Mattew B. Milles dan Michelle Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press. Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Mulyasa. 2002. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nana Sudjana. 2004. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Persada Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nasution. S.1992 . Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT.Bina Aksara Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rake Sarasin. Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Rooijakkers. Ad. 1991. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Sanjaya,W. 2006. Kurikulum, Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Sardiman AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Soekamto. 2000. Teori Belajar dan Model Pembelajaran di SMK. Jakarta: Rineksa Cipta Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penalitian Suatu Penelitian Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Sukmadinata. 2003. Landasan Proses Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suria Sumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Jaya Suryosubroto, S. 2001. PBM di Sekolah.Jakarta: Rineka Cipta Sutopo HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press Sutrisno Hadi. 1985. Metodologi Research. Yogyakarta : UGM Press.
Tuloli, M.Y. 2006. Administrasi dan supervise pendidikan. PT. Remaja Rosdakaya: Bandung Winarno Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
(http://groups.yahoo.com/group/dikmenjur/message/61367) (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_kejuruan) (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_%28institusi%29) (http://www.ignatius-edu.com) (http://pakguruonline.pendidikan.net) (http://franciscusti.blogspot.com) (http://elmuttaqie.wordpress.com/)