PARTISIPASI POLITIK ETNIS ARAB (Studi Pilgub Gorontalo Tahun 2011 di Kota Gorontalo) Kamelia Alhasni Mahasiswa Prodi PKn Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRACT The title of written is ethnic Arab politic participation in election Gorontalo’s governor 2011 in Gorontalo city that purpose to find how ethnic Arab politic participation as well as in which factors influence the ethnic Arab politic participation in election Gorontalo’s governor which using qualitative research with phenomenologist approach. This approach is purpose to make descriptively, describing systematically, factual and accurate with support data about ethnic Arab politic participation. To make strong argumentation of the research, so theory is applied to observe the problem is using politic participation theory, ethnic theory and Pemilu/Pilkada theory. In conventionally, ethnic Arab in Gorontalo city is too enthusiastic in politic participation in election Governor. There are two indicators which being reference in participating, first, ethnic Arab in Gorontalo City have a high politic consciousness. Second is the degree reliance of the previous Governor. Beside of explanation above, there are two factors which influence the degree of ethnic Arab politic participation in politic support form. First, figure of Fadel Muhammad. Second is identification of party factors. Support on NKRI couple causes of politic party consideration, there are Golkar and PPP. However, as notes that most factor establish is there is Fadel Mohammad as a figure of Arab as well as Golkar. They chose Golkar because of consideration between Fadel Muhammad, it is also otherwise chose NKRi because support from Fadel Muhammad. Key Words: Participation, Politic, Ethnic, Party
Pengantar Dalam mewujudkan partisipasi politik, masyarakat memiliki dua ciri atau bentuk dari partisipasi politik berdasarkan sifat yaitu yang dimobilisasi dan otonom. Dimobilisasi adalah banyak diantara orang-orang yang memberikan suara, berdemonstrasi atau mengambil tindakan lain yang kelihatannya sebagai partisipasi politik tidaklah bertindak dengan niat pribadi untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintahan bahkan mereka menggunakan hak pilihnya, karena disuruh dan dipaksa berbuat demikian padahal mereka tidak mengerti makna tindakan mereka. Sedangkan partisipasi politik otonom mengikuti dengan saksama, menganalisa baik buruknya dan pilihan atau kebijaksanaan yang diambil (Rahman, 2007 : 288). Bentuk partisipasi masyarakat yang lebih jelas terlihat dalam pemilihan umum, dalam kegiatan ini masyarakat berperan serta dalam menentukan wakil yang akan duduk di pemerintahan. Pemberian suara dapat dianggap sebagai suatu bentuk partisipasi politik aktif yang paling kecil, karena akan menurut keterlibatan minimal yang akan berhenti jika pemberian suara telah terlaksana. Pemilihan umum merupakan sarana tidak terpisahkan dari kehidupan politik negara demokratis modern. Pemilihan umum dilakukan sebagai tata cara untuk memperoleh kedudukan atau status sebagai wakil rakyat atau sebagai anggota badan perwakilan dengan memanfaatkan pemilihan umum sebagai usaha pembentukan dan pertumbuhan sistem perwakilan politik rakyat (Lance, 2004 : 11). Oleh sebab itu pemahaman kita tentang pemilihan umum terutama dalam konteks demokrasi yakni pemilihan umum dapat dipandang sebagai suatu prosedur untuk mengumpulkan datadata tertentu. Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik, tetapi juga melalui organisasi-organisasi yang mencakup golongan pemuda, golongan buruh, serta organisasi-organisasi kebudayaan dengan melalui pembinaan yang ketat potensi masyarakat dapat dimanfaatkan secara terkendali. Ada beberapa faktor utama yang membentuk partisipasi di Indonesia salah satunya adalah faktor etnisitas. Kelompok etnis mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorang. Dengan adanya rasa kesukuan atau kedaerahan sehingga dapat mempengaruhi dukungan seseorang terhadap partai politik. Etnis juga dapat mempengaruhi loyalitas terhadap partai tertentu. Keterlibatan etnis Arab di Kota Gorontalo dalam perhelatan Pemilihan Gubernur Gorontalo Periode 2011-2016 cukup signifikan tingkat partisipasinya. Sesuai dengan observasi awal yang dilakukan oleh penulis tergambarkan bahwa pasangan Rusli Habibi dan Idris Rahim yang diusung oleh Partai Golkar dan PPP mendapat dukungan besar dari kalangan Jamaa di Provinsi Gorontalo, oleh sebab itu hampir keseluruhan etnis Arab khususnya di Kota Gorontalo mendukung kandidat tersebut. Akan tetapi yang menjadi pernyataan penting dalam membaca fenomena ini adalah; apakah keterlibatan dan partisipasi itu diakibatkan dari proses identifikasi partai ataukah karena ketokohan dari elit politik Arab (Fadel Muhamad) yang membuat etnis Arab di Kota Gorontalo
berpartisipasi dan memberikan dukungan begitu besar kepada pasangan calon yang diusung dari partai Golkar dan PPP. Berangkat dari latar belakang pemikiran di atas maka, formulasikan judul dalam tulisan ini adalah “Partisipasi Politik Etnis Arab Pada Pemilihan Gubernur Gorontalo Periode 2011-2016 Di Kota Gorontalo” dengan fokus pembahasannya pada pertisipasi politik beserta faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi politik Etnis Arab pada pemilihan Gubernur di Kota Gorontalo. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi politik Etnis Arab di Kota Gorontalo serta faktor-faktor yang melatarbelakangi partisipasi politik tersebut. Etnisitas Menurut Em Zul Fajri dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa etnis berkenaan dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Sedangkan menurut Ariyuno Sunoyo dalam Kamus Antropologi (1989), bahwa: “Etnis adalah suatu kesatuan budaya dan teritorial yang tersusun rapi dan dapat digambarkan ke dalam suatu peta etnografi”. Setiap kelompok memiliki batasan-batasan yang jelas untuk memisahkan antara satu kelompok etnis dengan etnis lainnya. Menurut Koentjaraningrat, konsep yang tercakup dalam istilah etnis adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga (Koentjaranigrat, 1982 : 58). Etnisitas secara substansial bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya tetapi keberadaannya terjadi secara bertahap. Etnisitas adalah sebuah proses kesadaran yang kemudian membedakan kelompok kita dengan mereka. Basis sebuah etnisitas adalah berupa aspek kesamaan dan kemiripan dari berbagai unsur kebudayaan yang dimiliki, seperti misalnya adanya kesamaan dan kemiripan dari berbagai unsur kebudayaan yang dimiliki, ada kesamaan struktural sosial, bahasa, upacara adat, akar keturunan, dan sebagainya. Berbagai ciri kesamaan tersebut, dalam kehidupan sehari-hari tidak begitu berperan dan dianggap biasa. Dalam kaitannya, etnisitas menjadi persyaratan utama bagi munculnya strategi politik dalam membedakan “kita” dengan “mereka” (Ivan Hadar, 2000). Dari beberapa macam argumentasi menganai etnis tersebut di atas, dapat ditarik benang merah bahwa yang mana etnis adalah sebuah komunitas masyarakat yang memiliki berbagai macam kesamaan dalam kehidupan sosio-kulturalnya, kesamaan tersebut yang membedakan mereka dengan komunitas-komunitas lainnya dalam masyarakat. Olehnya itu yang muncul dalam kehidupan sehari-hari lebih menjurus pada pengklaiman “keakukan dan kekitaan”. Partispasi Politik Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Partisipasi merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik
baik yang bersifat aktif maupun pasif dan bersifat langsung maupun yang bersifat tidak langsung guna mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas modernisasi politik. Istilah partisipasi politik telah digunakan dalam berbagai pengertian yang berkaitan dengan perilaku, sikap dan persepsi yang merupakan syarat mutlak bagi partisipasi politik. Huntington dan Nelson dalam bukunya Partisipasi Politik di Negara Berkembang memaknai partisipasi politik sebagai : By political participation we mean activity by private citizens designed to influence government decision-making. Participation may be individual or collective, organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, effective or ineffective. (partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh Pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif (Huntington, 1994 : 4). Dengan demikian, pengertian Hutington dan Nelson dibatasi beberapa hal, yaitu : pertama, Huntington dan Nelson mengartikan partisipasi politik hanyalah mencakup kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap. Dalam hal ini, mereka tidak memasukkan komponen-komponen subjektif seperti pengetahuan tentang politik, keefektifan politik, tetapi yang lebih ditekankan adalah bagaimana berbagai sikap dan perasaan tersebut berkaitan dengan bentuk tindakan politik. Kedua, yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah warga negara biasa, bukan pejabat-pejabat pemerintah. Ketiga, kegiatan politik adalah kegiatan yang dimaksud untuk mempengaruhi keputusan pemerintah. Kegiatan yang dimaksudkan misalnya membujuk atau menekan pejabat pemerintah untuk bertindak dengan cara-cara tertentu untuk menggagalkan keputusan, bahkan dengan cara mengubah aspek-aspek sistem politik. Keempat, partisipasi juga mencakup semua kegiatan yang mempengaruhi pemerintah, terlepas tindakan itu efektif atau tidak, berhasil atau gagal. Kelima, partisipasi politik dilakukan langsung atau tidak langsung, artinya langsung oleh pelakunya sendiri tanpa menggunakan perantara, tetapi ada pula yang tidak langsung melalui orang-orang yang dianggap dapat menyalurkan ke pemerintah. Dalam definisi tersebut partisipasi politik lebih berfokus pada kegiatan politik rakyat secara pribadi dalam proses politik, seperti memberikan hak suara atau kegiatan politik lain yang dipandang dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan politik oleh Pemerintah dalam konteks berperan serta dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian partisipasi politik tidak mencakup kegiatan pejabat-pejabat birokrasi, pejabat partai, dan lobbyist professional yang bertindak dalam konteks jabatan yang diembannya. Partisipasi Politik Etnis Arab Bentuk partisipasi politik seseorang dapat dilihat dengan jelas melalui aktivitasaktivitas politiknya, begitu juga dalam masyarakat dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan bersama oleh masyarakat etnis Arab di Kota Gorontalo berdasarkan
pendapat Mas’oed (2001:47) “kegiatan politik konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk nonkonvensional termasuk beberapa yang mungkin legal maupun yang illegal, penuh kekerasan, dan revolusioner”. Bentuk-bentuk partisipasi politik konvensional menurut Mas’oed adalah pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok. Untuk melihat partisipasi politik masyarakat kota Gorontalo dalam memberikan suara pada saat Pilgub 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1 Data Pemilih Tetap dan pemilih yang menggunakan hak pilih Jumlah suara No Kecamatan Hak pilih Memilih Golput 1 Kota Selatan 14.478 11.201 5.235 2 Hulonthalangi 11.706 8.958 2.683 3 Kota Timur 18.157 14.084 3.970 4 Dumbo Raya 12.407 10.066 2.274 5 Kota Utara 12.013 9.839 2.109 6 Sipatana 12.105 9.686 2.361 7 Kota Tengah 18.518 13.055 5.382 8 Kota Barat 14.467 11.902 2.567 9 Dungingi 16.498 11.968 4.467 132.349 100.759 31.048 Jumlah 83 % 23 % Presentase Sumber : KPU Kota Gorontalo 2011 Dari tabel tersebut tergambarkan tingkat partisipasi politik masyarakat Gorontalo pada pemilihan Gubernur Gorontalo 2011 sangat tinggi. Dimana berkisar 132.349 pemilih yang masuk dalam Daftar pemilih Tetap (DPT), akan tetapi yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 100.759 jiwa. Hal ini menandakan bahwa partisipasi politik masyarakat dalam bentuk pemberian suara dikategorikan sangat baik, karena berkisar 83 % pemilih yang memberikan hak suaranya, sedangkan hanya 23 % yang tidak menggunakan hak pilih. Dari totalitas pemberian suara tersebut dapat dipetakan pada masing-masing kandidat yang memperoleh suara pada masing-masing kecamatan seperti apa yang digambarkan pada tabel berikut : Tabel 3 Presentase Perolehan Suara pasangan Calon 2 44%
2 41%
44.15
41.73
NKRI
GT
3 15% 14.879 Davidson
Sumber : hasil rekapitulasi data dari KPUD Kota Gorontalo 2011 Dari data tersebut di atas, yang telah ditabulasi dari data perolehan suara tingkat kecamatan dapat dikatakan bahwa pasangan NKRI memperoleh dukungan suara berkisar 44 % disusul pasangan GT dengan perolehan suara 41 % dan pasangan Davidson 15 %. Olehnya itu terdapat perbedaan perolehan suara antara NKRI dan GT berkisar 3 % suara. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa walaupun pasangan GT menang di 6 kecamatan dari 9 kecamatan di Kota Gorontalo akan tetapi pada segi rekapitulasi terakhir pasangan NKRI yang unggul di Kota Gorontalo. Selain dari hal di atas, dalam bagian ini, penulis lebih fokus dalam melihat bagaimana partisipasi politik etnis Arab dalam bentuk dukungan politik dan pilihannya pada saat pemilihan Gubernur Gorontalo tahun 2011. Telah dijabarkan sebelumnya dan bahkan pada bagian terakhir tulisan ini tentang keberadaan etnis Arab Gorontalo. Arab Gorontalo adalah komunitas etnik terkecil yang hidup sejak lama dalam komunitas etnik Gorontalo. Dalam hubungan sosial dengan masyarakat Gorontalo, terlihat ada hubungan yang sangat baik diantara keduanya. Untuk lebih jelasnya tabel dibawah ini dapat menggambarkan komposisi etnik di Kota Gorontalo1, yakni : Tabel 4 Komposisi etnik di Kota Gorontalo No Etnik Jumlah Persen % 1 Gorontalo 185.460 95 2 Cina 1.300 0,75 3 Arab 987 0,57 4 Ternate 995 0,57 5 Bolaang Mongondow 679 0,39 6 Bugis Makassar 654 0,37 7 Papua 357 0,21 8 Minahasa 569 0,33 9 Sangir 693 0,40 10 Buol/ Toli-Toli 157 0,09 11 Jawa 654 0,38 12 Madura 297 0,17 13 lainnya 1.351 0,78 Total 194.154 100 % Sumber : Badan Statistik Kota Gorontalo, 2011 Sebagai warga negara yang baik, masyarakat etnis Arab merasa penting dalam berpartisipasi pada segala aspek yang berhubungan dengan pembangunan negara bangsa maupun daerah. Pada segi partisipasi politik, etnis Arab Gorontalo sangat antusias dalam setiap hajatan politik baik nasional maupun lokal. Momentum politik nasional seperti pemilu baik Pilpres maupun pemilihan legislatif pusat hampir secara keseluruhan
1 Data ini diambil dari tesis : Asmun Wantu, Interaksi Sosial Antara Etnik Pendatang dengan Etnik Lokal dan Implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah “Studi Kasus di Kota Gorontalo”. Pascasarjana UGM 2010.
masyarakat etnis Arab terlibat langsung dalam melakukan pemberian suara untuk memilih presiden maupun partai politik tertentu. Sesuai dengan temuan dari beberapa responden, intensitas partisipasi politik etnis Arab juga bisa dilihat pada saat kampanye politik hingga pada diskusi politik yang selalu dilakoni pada saat pemilihan, khususnya pemilihan Gubernur Gorontalo 2011. Dalam konteks ini bisa dijabarkan bahwa keterlibatan masyarakat etnis Arab Gorontalo juga terlihat pada saat kampanye politik maupun diskusi-diskusi politik. khususnya dalam diskusi-diskusi politik, dapat kita temukan beberapa komunitas Arab di sudutsudut kota yang hampir setiap saat berdiskusi masalah fenomena politik, apalagi pada saat pemilu atau pilkada. Komunitas tersebut dapat kita jumpai dikompleks jalan Raden Saleh, jalan Sepuluh November, Kompleks Alkhairat kota Gorontalo, kompleks mesjid Arab di pusat pertokoan Gorontalo. Atas hal tersebut dapat dikatakan bahwa yang mana partisipasi politik etnis Arab lebih khusus pada saat pemilihan Gubernur Gorontalo tahun 2011 di kota Gorontalo bisa dikategorikan sangat baik. Dalam artian bahwa secara konvensional, partisipasi politik etnis Arab sangat relevan dengan apa yang menjadi tuntutan dalam segi partisipasi politik itu sendiri. Selanjutnya jika dilihat dari segi model partisipasi politik, ada dua pertimbangan yang menjadi rujukan oleh masyarakat etnis Arab di kota Gorontalo dalam memberikan dukungan politiknya. Diantara model tersebut adalah kesadaran politik yang tinggi serta kepercayan kepada pemerintah. yang dimaksud dengan kesadaran politik adalah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, sedangkan yang dimaksud dengan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah yang akan datang dapat dipercaya, dan dipengaruhi atau tidak2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Etnis Arab Di Kota Gorontalo Pada bagian ini, penulis mengelaborasi hasil temuan lapangan sesuai dengan rujukan utama dalam proposal penelitian dengan spesifikasi pada aspek ketokohohan dan fanatisme partai politik dalam memberikan dukungan politik pada saat Pemilihan Gubernur Gorontalo Tahun 2011 di Kota Gorontalo. Dari hasil temuan lapangan diidentifikasikan bahwa terdapat dua faktor yang membuat hampir keseluruhan etnis Arab berpartisipasi dalam pilkada Gubernur khususnya dukungan politik. - Faktor Ketokohan Sebagai etnis minoritas di Gorontalo, etnis Arab memiliki sumber daya yang memadai, baik pada aspek sosial, politik dan ekonomi. Secara populasi, bisa dikatakan bahwa pemberian suara etnis Arab bukan merupakan faktor kunci, akan tetapi keberadaan mereka yang lebih banyak menguasai sumber ekonomi di kota Gorontalo membuat keberadaan mereka sangat strategis. Dalam komunitas sebagai etnis minoritas, 2
Bacaan yang bisa membantu kita untuk mehamai model partisipasi politik adalah Ramlan Surbekti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Grasindo, 1992 hal. 140-145.
akan tetapi pada setiap hajatan pilkada maupun pemilu di daerah ini, etnis arab merupakan komunitas yang diperhitungkan dalam dinamika ini. Tokoh-tokoh etnis arab mempunyai peran sentral dalam setiap perhelatan politik lokal Gorontalo. diantara tokoh-tokoh tersebut adalah Fadel Muhammad, Sofyan Alhadar, Abdurrahman Bahmid,Fuad Basalama,Faisal Alamri, H Ali Baladraf, Abdullah Almashur, dan Hamid Basalama. Sejumlah tokoh Arab tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada komunitasnya maupun diluar komunitas arab. Figuritas Fadel Muhammad bukan hanya diidamkan oleh masyarakat etnis Arab saja, akan tetapi ketokohan Fadel Muhammad menjadi prioritas sikap bagi sebagian besar masyarakat Gorontalo. Jika dipetakkan dengan seksama, patut diakui bahwa secara geopolitik, pasangan Gusnar Ismail dan Toni Uloli mempunyai basis terkuat di Kota Gorontalo pada saat Pilgub 2011, akan tetapi pengklaiman basis tersebut bisa dibalikkan dengan begitu mudah ketika Fadel Muhammad tiba di Gorontalo dan memberikan dukungan kepada pasangan Rusli-Idris3. Dalam konteks ini menurut Richard dan David (2006) mengkategorikan masyarakat seperti ini dalam Model Fast and Frugal Decision Making, dimana dalam memberikan dukungan politik kepada seseorang biasanya mereka membatasi diri dengan semua informasi yang berkaitan dengan fenomena politik yang berkembang. Informasi yang mereka dapatkan hanya pada batasan kebutuhan antara mereka dengan figur atau tokoh-tokoh yang mereka anggap perlu. Dari pendapat tersebut, sangat jelaslah buat kita bahwa yang mana masyarakat etnis Arab lebih cenderung memberikan pilihan politiknya berdasarkan pada aspek kedekatan dan pengaruh dari seorang tokoh sentral. Akibat dari ketertutupan diri dengan berbagai informasi yang berhubungan dengan politik membuat dukungan dan sikap mereka berdasarkan pada sikap yang diambil oleh tokoh sentralnya. partisipasi politik etnis Arab pada pemilihan Gubernur Gorontalo 2011 sangatlah tinggi. Sebahagian besar komunitas ini memberikan dukungan politiknya kepada pasangan Rusli Habibi dan Idris Rahim yang di usung oleh Partai Golkar dan PPP. Dukungan politik tersebut berangkat dari pertimbangan sikap dan dukungan dari tokoh sentral etnis Arab yaitu Fadel Muhammad. Olehnya itu, dukungan dan sikap yang diambil oleh sebagian besar etnis Arab tersebut berangkat dari pertimbangan Fadel Muhammad. Dari segi partisipasi politik teridentifikasi bahwa antusias yang begitu tinggi dari komunitas ini adalah bagian dari kesadaran kolektif individu sebagai warga masyarakat, akan tetapi dari segi pengambilan keputusan politik terindikasi digerakkan dari pihak diluar individu tersebut. - Faktor Identifikasi Partai Identifikasi partai dalam perspektif perilaku memilih kenal dengan Pendekatan psikologis, khususnya sikap seseorang terhadap isu-isu politik, calon presiden atau anggota parlemen. Hal ini sangat relevan dengan kehidupan politik Indonesia saat ini 3
Masih terginag dalam memori kita sebelum hari pencoblosan, disetiap sudut kota Gorontalo, ketika kita ketemu dengan masyarakat, sebagian besar hanya satu jawaban ketika kita bertanya mengenai dukungan politik. maka jawabannya adalah “te aba uti, torang tetap te aba, dimana te aba, torang pasti ikut” bahasa aba yang dimaksudkan adalah Fadel Muhammad.
khususnya pada saat kampanye pemilu legislatif maupun pemilu presiden, dimana isuisu politik ditawarkan untuk menjadi pilihan alternatif dalam pemilu. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa dominasi isu politik masih dipegang oleh kekuatan sosial-politik tertentu. Atas hal tersebut tergambarkan dengan jelas pada saat pilgub Gorontalo, khususnya etnis Arab, dalam mengambil sikap politik berbentuk partisipasi konvensional yang menitikberatkan pada aspek pertimbangan partai politik.Selain pertimbangan partai politik, proses dukungan politik etnis Arab juga tidak terlepas dari ketokohan Fadel Muhammad dan tokoh-tokoh lainnya. Jika mencermati apa yang dikemukakan oleh Greinstein dapat dilihat secara jelas bahwa yang mana sikap untuk menyesuaikan dengan berdasarkan pada kepentingan dan keinginan dalam individu maupun dipelopori oleh gaya ketokohan. Sangatlah jelas bahwa yang mana walaupun partai politik dijadikan sebagai rujukan dalam memberikan dukungan politik, akan tetapi dukungan tersebut terintegrasi dengan ketokohan sentral seperti Fadel Muhammad dan yang lainnya, keputusan dan dukungan etnis Arab sebahagian besar berangkat dari pertimbangan ketokohan. Berangkat dari hal di atas, Richard, David (2006) mengelaborasi lewat pendekatan model Early Socialization and Cognitive Consistency (sosialisasi dan konsistensi pengetahuan), dimana keputusan model ini sedang mencoba untuk mengkonfirmasikan sebuah kecenderungan terdahulu yang diterapkan. Dengan demikian, keterbukaan informasi politik secara umum dipandang sebagai tak disengaja, dan kebanyakan masyarakat belajar hanya intisari dasar isu-isu terkemuka yang ditutupi oleh media. Pengumpulan informasi pemilih secara jelas diimpikan sebagai bagian besar dari suatu proses yang pasif (penggerak media), hanya satu pengecualian yang besar adalah pemilih perlu mencoba untuk belajar suatu keanggotaan kandidat partai secepat mungkin4. Identifikasi partai merupakan warisan yang diterima sejak lahir, banyak hal yang dapat dilihat seperti etnis, jenis kelamin, kelas dan identifikasi yang bersifat religius. Identifikasi tersebut cenderung diterima tanpa pertimbangan, masyarakat termotivasi mencari informasi hanya untuk memelihara keyakinan mereka sejak lahir. masyarakat menjadi pasif dalam pencarian informasi diluar keyakinannya, mereka akan loyal terhadap partai atau kandidat. Kesimpulan Berangkat dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan menyangkut dengan partisipasi politik etnis Arab pada pemilihan Gubernur Gorontalo Tahun 2011 di kota Gorontalo, maka ada beberapa point penting yang dapat dilihat, diantaranya Partisipasi politik etnis Arab di kota Gorontalo pada saat 4Logika dibalik ramalan ini datang dari teori disonansi, satu teori yang sangat penting dalam psikologis sosial. Teori ini mengasumsikan orang-orang betul –betul untuk menghindari desonansi kognitif, contohnya, satu arah untuk menghindari pengamatan-pengamatan yang tidak enak seperti mengubah persepsi pemilih terhadap calon (ia benar-benar tidak sayang sekali-atau sedikitnya ia menjadi lebih baik bila dibanding dengan yang lain )
pemilihan gubernur Gorontalo sangatlah baik. Partisipasi mereka dilatarbelakangi oleh dua hal yakni; Pertama, kesadaran politik sebagai warga negara dan Kedua, pertimbangan akan adanya kepercayaan terhadap pemerintah. Selain itu terdapat dua faktor yang mendorong partisipasi politik etnis Arab, diantaranya adalah : Faktor ketokohan, partisipasi politik etnis Arab banyak dipengaruhi oleh keberadaan Fadel Muhammad sebagai tokoh sentral dalam komunitas etnis Arab di Kota Gorontalo. Faktor Identifikasi Partai, pertimbangan partai Politik. masyarakat etnis Arab di kota Gorontalo hanya terfragmen pada tiga partai politik, yakni Golkar, PPP dan PKS. Akan tetapi patut dicatat bahwa pertimbangan dukungan politik yang berorientasi pada partai politik sebahagian besar terintegrasi dengan keberadaan Fadel Muhammad.
Daftar Pustaka
A.Rahman H.I, 2007. Sistem Politik Indonesia, Jakarta : Graha Ilmu Ariyuno Sunoyo, 1985. Kamus Antropologi, Jakarta, Antropologi Press Koentjaranigrat, 1982Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan Lance, Castles, 2004. Pemilu 2004, Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Leo Suryadinata, 2003. Penduduk Indonesia, Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik, Jakarta; LP3S Lisa, Horrizon,2007. Metodelogi Penelitian Politik, Jakarta : Kencana Prenada Media Grop Joko J. Prihatmoko, 2005.Pemilihan kepala Daerah Langsung, (Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia), Yogyakarta, Pustaka Pelajar Maleong, Lexy, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mochatar Mas’oed dan Collin MacAndrews, 1986. Perbandingan sistem politik, Gajahmada University, Yogyakarta Mas’oed, Mohtar dan MacAndrews. 2001. Perbandingan Sistem Politik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Samuel P Huntington dan Joan Nelson, 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta : Rineka Cipta Sihab, Alwi, 1997. Sejarah Pendatang Hadramaut ke Indonesia, dalam Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung : Mizan Singaribuan dan Sofian Effendi, (editor), 1989Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta Richard R, Lau, David. Redlawsk, 2006. How Voters Decide “Information Processing During Election Compaings, Cambridge Universtity Press Ivan, A, Hadar, “Etnisitas dan Negara Bangsa”, Kompas, 29 Mei 2000. (diakses tgl 06.05.2012).