Pendahuluan Pelayanan keperawatan merupakan ujung tombak utama pelayanan kesehatan di rumah sakit dan merupakan cermin utama dari keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi harus dilaksanakan oleh tenaga keperawatan professional dengan cara yang professional juga (Azis, 2009). Selain itu pelayanan di rumah sakit juga berorientasi pelayanan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Adikoesoemo, 2003). Perawat sebagai seorang anggota tim kesehatan, dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien haruslah dapat memberikan informasi tentang klien yang dirawatnya secara akurat dan komplit serta dalam waktu dan cara yang memungkinkan. Seorang klien tergantung pada pemberi perawatan untuk mengkomunikasikan kepada yang lainnya untuk memastikan mutu terbaik dari perawatan.Dokumentasi keperawatan dapat meningkatkan kualitas keperawatan serta membantu perawat dalam memberikan perawatan secara optimal dan berkelanjutan dengan cara memandu perawat untuk dapat menulis dokumentasi dengan benar (Gregory, 2008) Di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H. Aloei Saboe salah satu rumah sakit di provinsi gorontalo,mempunyai tim peningkatan mutu keperawatan yang salah satu tugasnya mengadakan studi dokumentasi pada setiap ruangan di rumah sakit pada 30 sampel catatan perawatan yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pada bulan Maret 2012 didapatkan data rata-rata dokumentasi asuhan keperawatan 44,38%. Pada bulan November 2012 juga dilakukan studi dokumentasi lagi dan didapatkan rata-rata 58,9%. Walaupun ada peningkatan nilai tapi belum sempurna diharapkan dokumentasi keperawatan akan lebih baik lagi dan mencapai lebih dari 80%, seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang profesional. Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan seorang perawat akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan dan akan dimintai pertanggungjawaban dan tanggung gugat oleh konsumen. (Nursalam, 2003) Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi melalui pemberian kuesioner pada populasi perawat pelaksana di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang sampelnya telah ditentukan.kemudian dilakukan analisis untuk mencari ada tidaknya efek terhadap perawat yang dilihat melalui penerapan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Populasi adalah Seluruh perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yakni 32 orang Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah univariant dan bivariant dengan serta menggunakan komputer SPSS 18 Untuk melihat hubungan dari tiap variable dengan mindependen dengan enggunakan uji statistik KaiKuadrat dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dengan rumus :
(O-E)² X² = Σ -------E Keterangan : X² = Statistik Chi-Square. O = Frekuensi hasil observasi E = Frekuensi yang diharapkan Untuk menentukan derajat kebebasan ( degree of fredom) dengan menggunakan rumus : df = (b-1) (k1) Keterangan : b = Jumlah baris k = Jumlah kolom 4.1.3. Analisis Univariat 4.1.3.1.Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap TersedianyaPanduan/Format Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tersedianya Panduan/Format Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei SaboeKota Gorontalo Panduan Frekuensi Persentase Format 13 40,62 Tidak Tersedia 19 59,37 Tersedia Jumlah 32 100,0 Sumber : Data Primer . Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Adanya Reward, Psikologis Dan Sosial
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
Sumber : Data Primer Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Adanya Reward. Psikologis Dan Sosial Di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Reward n % 13 40,62 Tidak Ada 19 59,38 Ada Jumlah 32 100,0 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.3diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang responden lebih besar menyatakan ada Reward, psikologis dan sosial yang diberikan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe yaitu 59,38 % dan hanya 40,62 % yang menyatakan tidak ada reward psikologis dan social. 4.1.3.3 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Lingkungan Kerja Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Lingkungan Kerja Yang Mendukung Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan DiRuang Bedah RSUDProf Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Lingkungan Kerja n % Tidak Mendukung Mendukung Jumlah Sumber : Data Primer
12 20 32
37,5 62,5 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dari 32 orang responden lebih besar menyatakan adanya dukungan dari kondisi lingkungan kerja terhadap pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yaitu 62,5% dan hanya 37,5% yang menyatakan tidak adanya lingkungan kerja dukungan dari kondisi lingkungan kerja terhadap pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.1.3.4 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat Mengenai Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pengetahuan n % 16 50,0 Kurang 16 50,0 Baik Jumlah 32 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dari 32 orang responden setengah diantaranya 50% berpengetahuan baik dan setengahnya lagi berpengetahuan kurang terhadap pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.1.3.5 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tersedianya Waktu Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tersedianya Waktu Untuk Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUDProf Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pengetahuan n % 16 50,0 Kurang 16 50,0 Baik Jumlah 32 100,0 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.6 dari 32 orang responden lebih besar menyatakan tersedianya waktu untuk pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yaitu 56,25% dan hanya 43,25% yang menyatakan tidak tersedianya waktu untuk pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.1.3.6 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan. Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan DiRuang BedahRSUDProf. Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasi n % an 14 43,75 Tidak Dilaksanakan 18 56,25 Dilaksanakan Jumlah 32 100,0 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.7 dari 32 orang responden lebih banyak yang memperlihatkan dilaksanakannya pendokumentasian proses asuhan keperawatan yaitu 56,25% dan hanya 43,75% yang tidak memperlihatkan dilaksanakannya pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.1.4 Analisis Bivariat Untuk menilai hubungan antara tersedianya panduan/format, reward, psikologisdan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
social, lingkungan kerja, pengetahuan dan tersedianya waktu pada perawat pelaksana yang bertugas di Ruang BedahRSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan maka digunakan uji statistik Kai-Kuadrat dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau interval kepercayaan p< 0,05. Maka ketentuan bahwa tersedianya panduan/format, imbalan jasa psikologis dan sosial (reward)), lingkungan kerja, pengetahuan dan tersedianya waktu dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan dikatakan mempunyai hubungan yang bermakna bila nilai p< 0,05. 4.1.4.1 Hubungan tersedianya panduan/format pendokumentasian dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan.Terdapat dua katagori variabel tersedianya panduan/format yaitu :Tersedia dan Tidak tersedia. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel l 4.8 Hubungan Tersedianya Panduan/Format Pendokumentasian Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumen Tersedianya n Nilai p tasian Panduan/Format Pendokumentasian
Tidak Dilaksanaka n Dilaksanaka n Jumlah
Tidak Tersedia 9
Terse dia 6
4
13
13
19
1 5 1 7 3 2
0,042
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa responden yang menyatakan tersedianya panduan/format pendokumentasian dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 13 responden (40,62%) sedangkan yang menyatakan tersedianya format pendokumentasian namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 6 responden (18,75%).
Demikian pula dengan hasil uji KaiKuadrat diperoleh nilai p = 0,042 yang berarti lebih kecil dari nilai α(0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tersedianya format pendokumentasian dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4.1.4.2 Hubungan Reward, Psikologis dan sosial dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Terdapat dua katagori variabel Reward, psikologis dan sosial yaitu :Ada dan Tidak ada. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hubungan Imbalan Jasa, Psikologi dan Sosial (Reward) DenganPelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasian Reward n Nilai p Tidak Ada ada 7 6 13 Tidak Dilaksanakan 7 12 19 Dilaksanakan Jumlah 14 18 32 0,519 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa responden yang menyatakan adanya Reward, psikologi dan sosial dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 12 responden (37,5%) sedangkan yang menyatakan adanya reward, psikologi dan social namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 6 responden (18,75%). Berdasarkan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,519 yang berarti lebih besar dari nilai α(0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara imbalan jasa, psikologi dan sosial (reward) dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRuang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4.1.4.2 Hubungan lingkungan kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Terdapat dua katagori variabel lingkungan kerja yaitu :Mendukung dan Tidak mendukung. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRuang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.dapat dilihat pada tabel 4.10
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
Tabel 4.10 Hubungan Lingkungan Kerja DenganPelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokume Lingkungan n Nilai p ntasian Kerja Tidak Menduku Mend ng ukun g 5 8 13 Tidak Dilaksanak an 8 11 19 Dilaksanak an Jumlah 13 19 32 0,590
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan bahwa responden yang menyatakan adanya dukungan dari lingkungan kerja dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 11 responden (34,37%) sedangkan yang menyatakan adanya dukungan dari lingkungan kerja namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 8 responden (25%). Berdasarkan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,590 yang berarti lebih besar dari nilai α(0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4.1.4.3 Hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Terdapat dua katagori variabel pengetahuan perawat yaitu :Kurang dan Baik. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo, dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di RSUD Prof Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumen Pengetahuan n Nilai p tasian Kura Baik ng 10 3 13 Tidak Dilaksanaka n 6 13 19 Dilaksanaka n Jumlah 16 16 32 0,013 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.11 ditemukan bahwa responden yang pengetahuannya baik dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 13 responden (40,62%) sedangkan yang pengetahuannya baik namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 3 responden (9,37%). Hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,013 yang berarti lebih kecil dari nilai α(0,05). Dengan demikian ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4.1.4.4. Hubungan tersedianya waktu dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Terdapat dua katagori variabel tersedianya waktu yaitu :Ada dan Tidak ada. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hubungan Tersedianya Waktu DenganPelaksanaan Pendokumentasian ProsesAsuhan Keperawatan Di RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokume Waktu n Nilai p ntasian Tidak Tersedi Tersedi a a 7 6 13 Tidak Dilaksanak an 7 12 19 Dilaksanak an Jumlah 14 18 32 0,519 Sumber : Data Primer
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan bahwa responden yang menyatakan tersedianya waktu dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 12 responden (40,62%) sedangkan yang menyatakan tersedianya waktu namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 6 responden (18,75%). Hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,519 yang berarti lebih besar dari nilai α(0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara tersedianya waktu dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRuang BedahRSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dengan membandingkan teori yang ada, maka dapat dikemukakan bahwa : 4.2.1 Tersedianya panduan/format pendokumentasian Berdasarkan Penelitian diruang Bedah RSUD Prof.Dr Aloei Sabae Kota gorontalo Didapatkan bahwa tidak tersedianya panduan disebabkan karena Banyak dokter yang tidak melengkapi dokumen catatan medis sehingga menambah beban kerja perawatserta perawat juga harus mendorong pasien ke rontgen dan tempat lain,harus mengambil obat ke apotik dan menyerahkan darah ke la untuk dianalisa sehingga pendokumentasian askep tidak lengkap. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat yang dikemukakan maka dapat kita lihat pentingnya ketersediaan panduan/format pendokumentasian dalam rangka kelancaran pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.2.2. Reward, psikologi dan sosial Namun berdasarkan hasil Penelitian tidak ada hubungan yang bermakna antara reward, psikologi dan sosial (reward) dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Ruang BedahRSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.Reward, psikologi dan sosial yang dirasakan oleh perawat pelaksana tidak berhubungan dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yang mereka lakukan. Maka Sebagai seorang perawat profesional sudah seharusnya dalam melaksanakan tugasnya khususnya dalam melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan tidak mengharapakan adanya reward, psikologi dan sosial. 4.2.3.
Lingkungan kerja Berdasarkan Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses
asuhan keperawatan di Ruang BedahRSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo. Lingkungan kerja yang dirasakan oleh perawat pelaksana tidak berhubungan dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yang mereka lakukan . Ada atau tidak adanya dukungan dari lingkungan kerja yang dirasakan oleh perawat pelaksana, pendokumentasian asuhan keperawatan tetap dilaksanakan dan tidak terabaikan. Dapat disimpulkan sebagai seorang perawat professional proses pendokumentasian hendaknya tidak terabaikan oleh kondisi lingkungan ditempat kerja mengingat pentingannya tujuan dan manfaat dari dokumentasi keperawatan. 4.2.4. Pengetahuan Maka semakin baik pengetahuan perawat pelaksana di Ruang BedahRSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo, semakin terlaksana pula pendokumentasian proses asuhan keperawatan oleh perawat tersebut. Berdasarkan hal tersebut hipotesa yang disajikan oleh peneliti diterima, karena ada hubungan yang positif antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.2.5. Tersedianya waktu Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan sebagai seorang perawat proses pendokumentasian hendaknya tidak terabaikan oleh ketersediaan waktu karena bila dokumentasi yang dilakukan memenuhi syarat standar dokumentasi yang benar maka tidak akan menyita banyak waktu untuk dilaksanakan 4.3. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan yang dirasakan peneliti selama melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut : 4.3.1. Penelitian dilakukan dengan skala kecil dan hanya di satu rumah sakit sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi. 5.1 Kesimpulan 1. Ada hubungan yang bermakna antara tersedianya panduan/format dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof.Dr. H. Aloei. Saboe Kota Gorontalo. 2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara reward, psikologi dan sosial dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Prof Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
4.
Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tersedianya waktu dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Berdasarkan kesimpulan di atas maka secara umum hanya dua hipotesis yang disajikan oleh peneliti yang diterima, sedangkan sisanya ada tiga hipotesis yang ditolak. 5.1 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1.
2.
3.
Agar pihak manajemen Rumah Sakit Umum DaerahProf Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo mampu membina dan meningkatkan pengetahuan perawat khusunya perawat pelaksana yang dimilikinya serta memperhatikan ketersediaan dari panduan/format pendokumentasian demi kelancaran pelaksanaan proses pendokumentasian asuhan keperawatan sehingga dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat tidak dilaksanakannya proses pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Demi meningkatkan keilmuan dan mutu asuhan keperawatan yang diberikan, diharapkan dapat diperhatikan pengembangan informasi, khususnya pengembangan informasi tentang manajemen pendokumentasian asuhan keperawatan. Sehingga baik pasien sebagai konsumen jasa dan perawat sebagai pemberi pelayanan masing-masing mendapat kepuasan akan apa yang diperoleh. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat meneliti tentang pelaksanaan pendokumnentasian asuhan keperawatan agar penelitian tersebut dapat dilakukan dalam skala besar dengan jumlah sampel yang besar dan tempat penelitian diperluas ke rumah sakit lain, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo