Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Yoladan Alim 2015
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Yoladan Alim 2015
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
ABSTRAK Yolanda Alim. 2015. Hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas IlmuIlmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Sunarto Kadir, M.Kes, Pembimbing 2 Ns. Vik Salamanja, S.Kep, M.Kes. Pelaksanaan timbang terima seringkali masih menjadi permasalahan di setiap rumah sakit. Operan shif penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah pengarahan kepala ruangan berhubungan dengan pelaksanaan timbang terima perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) perawat. Penelitian ini menggunakan desain observasional melalui pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana sebanyak 88 orang perawat dengan jumlah sampel sebesar 58 orang dengan teknik purposive sampling. Data dikumpul menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan uji chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik dan 94,8% pelaksanaan timbang terima (overran) berada pada kategori baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai p value sebesar 0,002. Disarankan kepada bidang keperawatan agar melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan timbang terima pada saat dilaksanakan timbang terima/pergantian shift dengan memanfaatkan pertemuan rutin kepala ruangan maupun perawat pelaksana yang dilakukan setiap minggu. Kata kunci : Pengarahan kepala ruangan, timbang terima Daftar Pustaka : 20 (2008-2013)
Yoladan Alim 2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Yoladan Alim 2015
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
HUBUNGAN PENGARAHAN KEPALA RUANGAN DENGAN PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA (OPERAN) PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Yolanda Alim 1, Dr. Sunarto Kadir, M.Kes 2, Ns. Vik Salamanja, S.Kep, M.Kes 2 1.Mahasiswa Jurusan Keperawatan UNG 2.Dosen Jurusan Keperawatan UNG
Abstrak Pelaksanaan timbang terima seringkali masih menjadi permasalahan di setiap rumah sakit. Operan shif penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah pengarahan kepala ruangan berhubungan dengan pelaksanaan timbang terima perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) perawat. Penelitian ini menggunakan desain observasional melalui pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana sebanyak 88 orang perawat dengan jumlah sampel sebesar 58 orang dengan teknik purposive sampling. Data dikumpul menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan uji chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik dan 94,8% pelaksanaan timbang terima (overran) berada pada kategori baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai p value sebesar 0,002. Disarankan kepada bidang keperawatan agar melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan timbang terima pada saat dilaksanakan timbang terima/pergantian shift dengan memanfaatkan pertemuan rutin kepala ruangan maupun perawat pelaksana yang dilakukan setiap minggu. Kata kunci : Pengarahan kepala ruangan, timbang terima Daftar Pustaka : 20 (2008-2013)
Yoladan Alim 2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PENDAHULUAN Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien yang pada akhirnya penerapan proses keperawatan akan meningkatkan kualitas perawatan kepada klien (Asmadi, 2013)1. Pada saat perawat melakukan tugasnya, harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. Seorang perawat harus menjunjukkan sikap profesionalismenya dalam menjalankan pekerjaan. Salah satu tugas yang menuntut sikap profesionalisme seorang perawat adalah bagaimana membangun komunikasi antar perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan pada pasien melalui timbang terima atau operan pasien antar pergantian shift jaga perawat (Rifiani, 2013)2. Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan atau timbang terima adalah, suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien, bertujuan menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2013)3. Operan atau timbang terima merupakan sistim kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Operan shif penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Operan pada setiap pergantian shift merupakan periode persiapan perawat yang telah selesai berdinas, perawat yang telah selesai berdinas dan perawat yang akan berdinas pada shift berikutnya saling berkomunikasi untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan dinas dan mencocokkan informasi (Lardner dalam Keliat, 2013). Sebagai seorang pemimpin, kepala ruangan harus mengetahui bagaimana mengatur bawahannya dan mampu mempertahankan kualitas kerja. Pengarahan bisa mencakup penugasan, perintah atau instruksi yang mudah dimengerti dan diikiuti oleh bawahannya agar tujuan organisasi khususnya asuhan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Khusus pada pelaksanaan timbang terima, dengan adanya pengarahan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam menjalin komunikasi antar perawat dan pemahaman tentang pentingnya timbang terima akan semakin baik (Kurniadi, 2013). Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 April 2015 melalui observasi di salah satu ruang rawat inap RSUD Toto Kabila, prosedur timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian shift jaga, namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara komprehensif, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih focus pada diagnosis medis), dilakukan secara lisan tanpa ada pendokumentasian, sehingga rencana tindakan yang belum dan sudah dilaksanakan, dan hal-hal penting masih ada yang terlewati untuk disampaikan pada shift berikutnya. Hasil observasi ini juga sejalan dengan ungkapan oleh salah seorang perawat ruangan yang mengatakan bahwa timbang terima saat ini hanya dilaksanakan berdasarkan diagnose medis tanpa adanya penjelasan diagnosa keperawatan dan tindak lanjut implementasi keperawatan. 6 dari 10 1
Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Rifiani. 2013. Prinsip-Prinsip dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas 3 Nursallam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika 2
Yoladan Alim 2015
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
perawat juga mengungkapkan pengarahan yang diberikan oleh kepala ruangan belum sepenuhnya dilaksanakan misalnya kepala ruangan belum mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan terhadap staf perawat, kepala ruangan belum sepenuhnya melakukan kooordinasi dan efisiensi dengan unit kerja lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango pada 25 Juni sampai dengan 2 Juli 2015. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perawat pelaksana sebanyak 88 orang perawat dan sampel yang digunakan sebanyak 58 perawat dengan teknik purpusive sampling. Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square. HASIL PENELITIAN 1. Pengarahan Kepala Ruangan Tabel 1. Distribusi Pengarahan Kepala Ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango No 1 2
Pengarahan Kepala Ruangan Baik Kurang Jumlah
Jumlah
%
56 2
96,6 3,4 100
58
Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 1 diketahui bahwa distribusi pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan berada pada kategori baik
2. Timbang terima (Operan) Tabel 2 Distribusi Timbang Terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango No 1 2
Timbang Terima (Operan) Baik Kurang Jumlah
Jumlah
%
55 3
94,8 5,2 100
58
Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 2 distribusi pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 94,8% berada pada kategori baik.
Yoladan Alim 2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
3. Hubungan Insentif dengan Peningkatan Kinerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Tabel 3 Analisis Hubungan Insentif dengan Peningkatan Kinerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Pengarahan Kepala Ruangan
Timbang Terima (Operan) Kurang
Total
Baik
n
%
n
%
n
%
Kurang
2
3,5
0
0
2
3,5
Baik
1
1,7
55
94,8
56
96,5
Jumlah
3
5,2
55
94,8
58
100
ρ Value
0,002
Sumber ; data primer 2015 Tabel 3 hasil analisis uji Fisher Exact didapatkan bahwa nilai ρ Value = 0,002 (α< 0,05) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. PEMBAHASAN 1. Pengarahan Kepala Ruangan Hasil penelitian menunjukan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik dan hanya 3,4% yang berada pada kategori kurang. Peneliti berasumsi bahwa baiknya pengarahan kepala ruangan yang dipersepsikan oleh perawat karena selama ini pengarahan oleh kepala ruangan seperti diantaranya memberikan arahan jelas, ringkas dan konsisten serta memastikan apa yang diperlukan sesuai dengan situasi, memberikan prioritas masalah untuk setiap hal yang penting dan memberi contoh penerapan praktik keperawatan yang professional telah dilaksanakan sehingga perawat menganggap pengarahan kepala ruangan telah berjalan dengan baik. Sejalan dengan penelitian ini, secara teori menurut Keliat (2013)4, pengarahan adalah cara menumbuhkan semangat tinggi atau keinginan kuat dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah ditentukan melalui upaya komunikasi bersama perawat, memotivasi mereka untuk bekerja keras dan menjaga hubungan interpersonal. Kurniadi (2013)5 juga menjelaskan bahwa pengarahan (directing) adalah proses pemberian tugas, perintah-perintah, instruksi yang membuat staf bisa memahami keinginan pimpinan organisasi yang membuat staf dapat berkontribusi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Hasil penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian Astuti (2011) yang menemukan fungsi pengarahan yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana, mayoritas berada pada kategori baik yaitu 79 perawat (54,1%). Hal yang sama ditemukan oleh Parmin (2010)6 yang menemukan 50,3% fungsi pengarahan kepala ruangan berada pada kategori baik. Dalam penelitian juga terdapat 3,4% perawat mempersepsikan pengarahan kepala ruangan berada pada kategori kurang. Menurut peneliti, perawat yang mempersepsikan kurang tersebut menilai tugas pengarahan kepala ruangan tersebut seperti diantaranya komunikasi yang diberikan 4
Keliat A. B. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC
5
Kurniadi, A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya, Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : FKUI Astuti. 2011.Hubungan Pelaksanaan Fungsi Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Haji Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia. Jakart 6
Yoladan Alim 2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
kepala ruangan dilakukan secara verbal atau non verbal, kepala ruangan menggunakan alat komunikasi seperti handphone, internet untuk memantau kegiatan harian bawahan, kepala ruangan mengidentifikasi setiap pekerjaan agar dengan benar dan adil serta kepala ruangan memfasilitasi perawat untuk memahami materi supervisi yang akan dilakukan, kadang-kadang dilaksanakan oleh kepala ruangan sehingga perawat mempersepsikan pengarahan kurang baik. Factor lain yang turut berpengaruh adalah lama kerja dimana hasil penelitian menemukan perawat yang mempersepsikan kurang pengarahan kepala ruangan memiliki lama kerja kurang 5 tahun. Namun persepsi kurang yang dikemukakan oleh perawat tersebut tidak sejalan dengan mayoritas perawat lainnya sehingga peneliti berkesimpulan ini dapat terjadi karena penilaian individu terkadang masih bersifat subyektif dan tidak didasarkan pada obyektivitas dilapangan. 2. Timbang Terima (Overan) Pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 94,8% berada pada kategori baik dan hanya 5,2% berada pada kategori kurang. Menurut asumsi peneliti, baiknya pelaksanaan timbang terima perawat disebabkan perawat selalu melaksanakan prosedur timbang terima yang telah menjadi acuan ruangan rawat inap sebagaimana jawaban hasil kuisioner dan hasil observasi peneliti antara lain ketua tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi setiap pasiennya berdasarkan dokumentasi perawatan, ketua tim/penanggung jawab shif dan perawat pelaksana dalam tim mencatat informasi terperinci mengenai pasien yang akan dirawat pada catatan hariannya, timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift serta penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat. Sejalan dengan asumsi peneliti, Nursalam (2013) menjelaskan bahwa pelaksanaan operan diawali dengan komunikasi verbal dan tertulis kondisi setiap pasiennya berdasarkan dokumentasi keperawatan, yang kemudian di catat oleh ketua tim dan perawat pada shift berikutnya. Tahapan selanjutnya adalah penjelasan tentang pasien sesuai dengan tempat tidur pasien, yang kemudian diakhiri dengan tahapan validasi data pasien. Cahyono (2008)7 juga berpendapat bahwa Tujuan utama komunikasi timbang terima adalah untuk memberikan informasi yang akurat mengenai keperawatan, pengobatan, pelayanan, kondisi terkini pasien, perubahan yang sedang terjadi, dan perubahan yang dapat diantisipasi. Informasi harus dijamin akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pemberian pelayanan bagi pasien. Hasil penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Mayasari (2011)8 yang menemukan pelaksanakan timbang terima (operan) yang dilakukan di Ruang Kelas I IRNA Non Bedah ( Penyakit Dalam ) RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011, dilakukan oleh perawat yang melaksanakan timbang terima (operan) pada setiap pergantian shift didapatkan hasil bahwa 65.4% rata – rata timbang terima yang dilakukan pada tiga kali observasi pergantian shift. Dalam penelitian ini masih terdapat 5,2% pelaksanaan timbang terima berada pada kategori kurang. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh menurut mereka belum semua prosedur telah dilaksanakan dengan baik seperti operan kadang-kadang dipimpin oleh kepala ruang, kadang-kadang berdiskusi di nurse station untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan dan kadang-kadang timbang terima melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
7
Cahyono. 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanisius . Mayasari, F. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang Kelas I Irna Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2011. Jurnal Vol. 1 No. 12-21 8
Yoladan Alim 2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Factor lain menurut peneliti yang mempengaruhi kurangnya timbang terima yang dipersepsikan perawat tersebut adalah tingkat pendidikan. Asumsi peneliti ini sejalan dengan pendapat Notoadmojo (2010)9 yang menyatakan bahwa konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti perubahan ke arah yang lebih dewasa. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pengetahuan. masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima informasi tentang organisasi yang didapatkan selama pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa pelaksanaan timbang terima (overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango secara umum telah dilaksanakan dengan baik walaupun masih ada sedikit perbedaan persepsi yang mengatakan timbang terima masih kurang. 3. Hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Hasil analisis uji Fisher Exact didapatkan bahwa nilai ρ Value = 0,002 (α< 0,05) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan antara pengarahan kepala ruangan dengan timbang terima karena dalam setiap melaksanakan, kepala ruangan berfungsi mengarahkan perawat terutama dalam pelaksanaan timbang terima sehingga perawat akan melaksanakan timbang terima sesuai dengan arahan kepala ruangan dan ketentuan yang berlaku di ruangan mengenai pelaksanaan timbang terima. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil observasi yang didapatkan peneliti, kepala ruangan pada saat pergantian shif mendampingi perawat yang akan bertugas selanjutnya dalam melaksanakan timbang terima serta pelaksanaan timbang terima dilaksanakan langsung ke pasien disertai dengan catatan atau laporan kondisi pasien saat itu. Sejalan dengan pendapat peneliti, Riani (2011)10 menjelaskan bahwa dalam timbang terima pasien diperlukan pengarahan yang diberikan oleh manajer ruangan dalam bentuk bimbingan kepada perawat. Hal ditujukan agar perawat mampu melaksanakan timbang terima secara optimal sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki serta dukungan sumber daya yang tersedia, untuk mencapai kesinambungan pelayanan keperawatan pada pasien maupun antar perawat setiap pergantian shift. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Suyanto (2009)11 bahwa fungsi pengarahan dalam timbang terima pasien diperlukan dalam bentuk bimbingan kepada perawat. Bimbingan berfungsi agar perawat mampu melaksanakan timbang terima secara optimal sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki serta dukungan sumber daya yang tersedia, untuk mencapai kesinambungan pelayanan keperawatan pada pasien maupun antar perawat setiap pergantian shift. Namun dalam penelitian ini, terdapat 1 orang perawat yang mempersepsikan pengarahan kepala ruangan baik tetapi mempersepsikan pelaksanaan timbang terima kurang baik. Menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan perawat dalam melaksanakan timbang terima belum sejalan dengan apa yang diarahkan kepala ruangan atau belum sepenuhnya mengetahui bagaimana prosedur timbang terima yang baik sehingga hal ini berdampak pada persepsi perawat itu sendiri terhadap pelaksanaan timbang terima di ruangan misalnya perawat tersebut menganggap bahwa timbang terima harus dijelaskan dengan jelas dan panjang lebar padahal timbar terima harus dilakukan secara singkat dan jelas serta tidak ada komunikasi yang baku dalam pelaksanaan timbang terima. Hasil penelitian memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnnya sehingga belum ada data penelitian pembanding. Untuk itu diharapkan hasil penelitian memiliki implikasi yang baik dalam pelaksanaan manajemen keperawatan khususnya pelaksanaan timbang terima.
9
Notoatmodjo, S, 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta
10 11
Riani, L. A. (2011). Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Saryono, M. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha Medika
Yoladan Alim 2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti berkesimpulan bahwa: 1. Pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 96,6% berada pada kategori baik. 2. 2. Pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 94,8% berada pada kategori baik. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai p value sebesar 0,002. SARAN Hasil kesimpulan penelitian tersebut maka peneliti menyarankan kepada Rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dengan menetapkan kebijakan tentang tatalaksana timbang terima pasien dalam bentuk standar dan prosedur timbang terima yang diaplikasikan di instalasi rawat inap serta Perlunya sosialisasi yang dilakukan oleh bidang keperawatan terkait
tatalaksana timbang terima pasien pada perawat pelaksana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam melaksanakan timbang terima serta melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan timbang terima secara langsung pada saat dilaksanakan timbang terima/pergantian shift maupun secara tidak langsung dengan memanfaatkan pertemuan rutin kepala ruangan maupun perawat pelaksana yang dilakukan setiap minggu. DAFTAR PUSTAKA Astuti. 2011.Hubungan Pelaksanaan Fungsi Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Haji Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan. Jakarta : Refika Aditama Cahyono. 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanisius. Cherie. 2013. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Imperium DepKes. RI. 2009. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety). Edisi Ke-2. Jakarta. Dewi, M. 2011. Tesis. Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Pelaksanaan Timbang Terima Dan Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Husada Jakarta tahun 2011. Jakarta: Universitas Indonesia. Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Yoladan Alim 2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Keliat A. B. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC Kurniadi, A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya, Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : FKUI Mayasari, F. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang Kelas I Irna Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2011. Jurnal Vol. 1 No. 12-21. Marquis dan Houston. 2012. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : teori dan aplikasi. Alih Bahasa. Edisi ke-4. Jakarta: EGC. Nursallam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S, 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta Potter dan Perry. 2009. Fundamental Of Nursing. Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Pratiknya, A. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press. Riani, L. A. (2011). Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Rifiani. 2013. Prinsip-Prinsip dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas. Saryono, M. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha Medika Sitorus, R. 2011. Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sulistiyani & Rosidah. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Graha Ilm u
Yoladan Alim 2015