FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR BESI (FE) PADA AIR SUMUR GALI (Studi Penelitian Di Desa Beringin Jaya Kecamatan Bolano Kabupaten Parigi Moutong Provinsi sulawesi tengah) Andi Pratama Kurniawan1), Sunarto Kadir2), Lia Amalia3) Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] 2 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] 3 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] 1
ABSTRAK Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Air yang kadar besinya melebihi 1 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih serta dapat menimbulkan bau, warna, dan koloid pada air minum yang dapat menyebabkan rasa mual dan sakit perut. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi kadar besi (Fe) pada air sumur gali. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kadar besi pada air sumur gali, yang dilihat dari faktor pH, jarak dari sumber pencemar, suhu, dan kedalaman. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Populasi adalah semua sumur gali Desa Beringin Jaya yang berjumlah 173 buah dan jumlah sampel sebanyak 41 buah dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis statistik uji fisher exact test menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara pH (p=0,000), jarak sumur gali dengan sumber pencemar (p=0,000), dan suhu (p=0,000) terhadap kadar besi. Tidak terdapat pengaruh antara kedalaman sumur (p=0,111) terhadap kadar besi. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pH, jarak dari sumber pencemar dan suhu terhadap kadar besi pada air sumur gali. Perlunya perbaikan kondisi fisik sumur gali, penataan jarak sumber pencemar yang memenuhi syarat, dan penyuluhan kepada masyarakat pengguna sumur gali agar dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Kata Kunci : Kadar Besi (Fe), pH, Sumber Pencemar, Suhu, Kedalaman
ABSTRACT Well is a source of clean water in either in villages and cities. Water contains iron more than 1 mg/l causes stain in white tools and materials, and contains smell, color, and colloid that cause nausea and abdominal pains. This research is to investigate the influencing factors of iron content in well water with pH, pollutant source distance, temperature, and depth as the indicators. This is an analytical survey using Cross Sectional Study design. The population is all wells in Beringin Jaya village consist of 173 wells, and the sample is 41 wells taken from purposive sampling technique. The result of Fisher Exact Test shows that there was a relationship between pH (p=0.000), pollutant source distance (p=0.000), and temperature (p=0.000) toward the iron content. However, there was no influence of the depth (p=0.000) toward the iron content. Therefore, it can be concluded that there was a significant influence between pH, pollutant source distance, and temperature toward the iron content of the well water. The result above leads to suggestions to have physical repair of the wells, pollutant source distance arrangement, and counseling to the community about the important of clean water.
Keywords: Iron Content (Fe), pH, Pollutant Resource, Temperature, Depth
1. PENDAHULAN Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia, hewan, maupun untuk keperluan domestik rumah tangga. Sumur gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat konstruksi, syarat lokasi untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal ini diperlukan agar kualitas air sumur gali aman sesuai dengan aturan yang ditetapkan (Waluyo, 2005). Air merupakan bahan yang penting bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan (Suryani, 2004). Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan seharihari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air (Suriawiria,1996). Desa Beringin Jaya merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bolano. Untuk kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan air bersih dan kegiatan domestik lainnya, masyarakat Desa Beringin Jaya masih menggunakan air yang berasal dari sumur gali.
Sebanyak 173 Kepala Keluarga (KK) yang di Desa Beringin Jaya menggunakan sumur gali sebagai salah satu sumber air bersih. Hasil observasi awal terhadap air sumur gali yang dipergunakan oleh masyarakat di Desa Beringin Jaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih masih belum memenuhi standar kesehatan karena apabila air ditampung di bak mandi akan memberikan endapan dan noda kekuning-kuningan pada dinding kolam, begitu juga apabila dipergunakan untuk mencuci akan memberi noda kekuning-kuningan pada pakaian putih. Dengan ciri-ciri seperti ini menyebabkan kualitas air yang masih rendah. Kualitas air yang rendah salah satunya disebabkan karena adanya besi dalam air yang melebihi 1 mg/l sehingga dapat menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih serta dapat menimbulkan bau, warna, dan koloid pada air minum yang dapat menyebabkan rasa mual dan sakit perut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat di Desa Beringin Jaya, membenarkan bahwa air yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih memiliki warna kekuning-kuningan, air yang berbau besi karat dan jika air didiamkan akan meninggalkan endapan berwarna kuning. 2. KAJIAN PUSTAKA Air adalah sumber daya alam yang sangat vital, yang mutlak diperlukan bagi hidup dan kehidupan manusia. Dari waktu ke waktu ke tingkat pemanfaatan air semakin bertambah. Meningkatnya pemanfaatan sumber daya air ini
bukan hanya disebabkan oleh tingginya kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi tapi juga beragamnya jenis pemanfaatan sumber daya air. Sementara, air yang tersedia di alam yang secara potensial dapat dimanfaatkan manusia tetap tidak bertambah jumlahnya (Sirojuzilam, 2008). Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya dibumi ini tidak ada air. Air yang bersih sangat diidamkan oleh manusia baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 2004). Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia karena diperlukan antara lain untuk rumah tangga, industri dan pertanian, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitas. Kualitas air mudah diperoleh karena adanya siklus hidrologi yaitu siklus alamiah yang memungkinkan tersedianya air permukaan dan air laut. Namun pertumbuhan penduduk dan kegiatan manusia jelas menyebabkan pencemaran air sehingga kualitas sulit diperoleh (Sutrisno, 2001). Sumber-sumber air berasal dari air laut, air hujan, dan air permukaan. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia (kakus/ jamban), kotoran hewan, limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air (Depkes RI, 1985 dalam Suryana, 2013). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar yang paling umum berasal dari limbah industri, pertanian dan permukiman.
Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. “Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya” (Wardhana, 2004). Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada harnpir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologi dan badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat : 1. Terlarut sebagai Fe2+ Fero ) atau Fe3+ ( Feri ) 2. Tersuspensi sebagai butir koloidal ( Diameter < I pm ) atau lebih besar seperti Fez Or. FeOOH, Fe (OH)3 dan sebagaianya, 3. Tergabung dengan zat organis zat padat yang inorganik (seperti tanah liat).
Menurut Slamet (2004) “Fe atau Ferrum adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk dan di alam didapat sebagai hematite (bijih besi). Berdasarkan Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 bahwa kadar Fe yang diperbolehkan untuk air bersih maksimal 1 mg/lt, sedangkan berdasarkan Permenkes RI No 492/Menkes/Per/IV/2010 bahwa kadar Fe maksimal yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0,3 mg/lt”. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan Cross Sectional Study yakni suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor–faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Pada intinya penelitian ini mengukur variabel dependen dan variabel independen pada saat yang sama. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat menggunakan uji Fisher Exact Test dengan menggunakan bantuan software SPSS. Hasil uji Fisher Exact Test dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel X dan Y yang bermakna secara statistik.
Dengan besar kemaknaan adalah P value ≤ 0,05 a. Kriteria Hipotesis Nol (H0) ditolak apabila nilai P ≤ 0,05 yang berarti ada perbedaan atau ada hubungan yang bermakna secara statistik. b. Kriteria Hipotesis Nol (H0) ditolak apabila nilai P > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisi bivariat dilakukan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang dijadikan sebagai variabel yang diteliti. Pengujian ini menggunakan uji fisher Exact Test. Dikatakan ada pengaruh yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p 0,000 < 0,05. 1. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan pH Sumur Gali Tabel 1. Distribusi Kadar Besi Berdasarkan pH Sumur Gali di Desa Beringin Jaya Kadar Fe pH Air Jumlah Sumur ρ value TMS MS Gali n % n % n % Tidak Memenuhi Syarat 7 100,0 0 0,0 7 100,0 (pH < 6,5 dan > 8,5) 0,000 Memenuhi Syarat 7 20,6 27 79,4 34 100,0 (pH 6,5 8,5) Jumlah 14 34,1 27 65,9 41 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara pH terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. 2. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan Jarak Sumur Gali dengan Sumber Pencemar
Tabel 2. Distribusi Kadar Besi Berdasarkan Jarak Sumur Gali dengan Sumber Pencemar di Desa Beringin Jaya Jarak Kadar Fe Jumlah sumur gali TMS MS dari ρ value sumber n % n % n % pencemar Tidak Memenuh i Syarat 13 100,0 0 0,0 13 100,0 (Jarak ≤ 15Meter) 0,000 Memenuh i Syarat 1 3,6 27 96,4 28 100,0 (Jarak > 15 Meter) Jumlah 14 34,1 27 65,9 41 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara jarak sumur gali dari sumber pencemar terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. 3. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan Suhu Sumur Gali. Tabel 3. Distribusi Kadar Besi Berdasarkan Suhu Sumur Gali. Kadar Fe Suhu Air Jumlah Sumur TMS MS ρ value Gali n % n % n % Tidak Memenuhi Syarat 11 100,0 0 0,0 11 100,0 (Suhu > 250C) 0,000 Memenuhi Syarat 3 10,0 27 90,0 30 100,0 (suhu ≤ 250C) Jumlah 14 34,1 27 65,9 41 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara suhu air sumur gali dari terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. 4. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan Kedalaman Sumur Gali.
Tabel 4. Distribusi Kadar Besi Berdasarkan Kedalaman Sumur Gali. Kadar Fe Jumlah Kedalaman ρ TMS MS Sumur Gali value n % n % n % Tidak Memenuhi Syarat 2 100,0 0 0,0 2 100,0 (Kedalaman > 15 Meter) 0,111 Memenuhi Syarat 12 30,8 27 69,2 39 100,0 (Kedalaman ≤ 15 Meter) Jumlah 14 34,1 27 65,9 41 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,111 > 0,05, maka dengan demikian H0 diterima sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara kedalaman air sumur gali dari terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. Pembahasan 1. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan pH Sumur Gali Secara garis besar bahwa dampak pencemaran lingkungan dapat mempengaruhi kadar besi pada air sumur gali. Diperoleh dari 41 sumur gali hanya ada 7 sumur gali yang memiliki pH normal tapi dengan kadar besi yang tinggi yaitu > 1 mg/l. Hal ini didominasi oleh adanya perubahan pH pada air sumur. Dapat diketahui dari hasil uji fisher’s exact test pengaruh antara pH terhadap kadar besi air sumur gali, didapat nilai p value 0,000 < 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pH terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. Hal ini disebabkan karena sumur tersebut dibuat pada lahan bekas rawa atau berada dekat dengan rawa sehingga derajat keasaman (pH) dalam air sumur akan ikut terpengaruh. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sutrisno yang menyatakan bahwa sumur gali yang dibangun pada lahan bekas rawa atau berdekatan dengan rawa airnya cenderung memiliki pH yang asam karena adanya aktivitas fermentasi materi organik seperti daun, bangkai ikan atau tumbuhan air sehingga berakibat pada terjadinya penurunan pH air. Warna pada air sumur ini juga disebabkan oleh adanya zat-zat organisme yang telah membusuk, dengan adanya pembusukan
kadar zat organisme tinggi maka umumnya kadar Fe akan tinggi (Sutrisno, 2006). 2. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan Jarak Sumur Gali dengan Sumber Pencemar Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara jarak sumur gali dari sumber pencemar terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. Hasil uji statistik dapat menggambarkan bahwa sumur gali yang berdekatan dengan sumber pencemar sampah dan kandang ternak dapat menurunkan kualitas air sumur dalam hal ini yaitu membuat kadar besi dalam air menjadi tinggi melewati batas normal yang telah ditentukan yaitu > 1 mg/l. Hal ini disebabkan karena sumur tersebut berada dekat dengan kandang ternak yang hanya berjarak 2 meter dari sumur. Dekatnya kandang ternak akan dapat menurunkan pH air disekitarnya yang diakibatkan oleh adanya pembusukan kotoran dan makanan ternak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution, diperoleh hasil analisis menunjukan bahwa semakin dekat jarak sumur gali dengan tempat sampah semakin tinggi pula kadar besi pada air sumur gali dengan tinggi kadar besi mencapai 3,26 mg/l (Nasution H.I, 2012). Sampah juga dapat menurunkan kualitas air sumur gali, hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, Pemukiman menghasilkan limbah, misalnya sampah dan air buangan. Air buangan dari permukiman umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari ekskreta (tinja dan urine), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan organik. Limbah permukiman jika tidak diolah dapat mencemari air permukaan, air tanah, dan lingkungan hidup (PP nomor 82 tahun 2001). 3. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan Suhu Sumur Gali Perubahan pada suhu air dapat mempengaruhi kadar besi pada air tersebut. Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara suhu air sumur gali dari terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Sutrisno, Suhu adalah temperatur udara. Temperatur yang tinggi menyebabkan menurunnya kadar O2 dalam air, kenaikan
temperatur air juga dapat menguraikan derajat kelarutan mineral sehingga kelarutan besi (Fe) dalam air tinggi. Suhu yang tinggi kebanyakan disukai oleh mikro organisme untuk melakukan aktivitasnya, yaitu dekomposisi bahan organik. Semakin banyak dekomposisi bahan organik, semakin banyak pula oksigen terlarut yang dibutuhkan dan akan menyebabkan kondisi anaerob sehingga kelarutan besi akan meningkat. Hal ini juga dikarenakan sumur gali tersebut ditutup atau berada didalam rumah yang berakibat tidak terjadinya kontak langsung dengan sinar matahari sehingga kadar karbondioksida (CO2) meningkat dan mengakibatkan kadar oksigen dalam air tersebut menjadi berkurang (anaerob) maka unsur Fe akan tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sutrisno yang mengatakan bahwa “Suhu adalah temperatur udara. Temperatur yang tinggi menyebabkan menurunnya kadar O2 dalam air, kenaikan temperatur air juga dapat menguraikan derajat kelarutan mineral sehingga kelarutan besi (Fe) dalam air tinggi” (Sutrisno, 2006). 4. Pengaruh Kadar Besi Berdasarkan Kedalaman Sumur Gali Nilai statistik dari uji Fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,111 > 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 diterima artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kedalaman air sumur gali dari terhadap kadar besi air sumur gali di Desa Beringin Jaya. Hal ini disebabkan karena terdapat sumur gali yang berdekatan dengan sumber pencemar seperti lahan pertanian, tumpukan sampah dan daun-daun. Lahan pertanian merupakan lahan yang digunakan oleh petani untuk mengais rejeki mereka dengan menanan tanaman yang dapat dijual pada konsumen. Tetapi petani dalam menyuburkan tanaman mereka menggunakan pupuk agar lebih cepat tumbuh dan mendapatkan hasil yang memuaskan serta keuntungan. Pupuk yang digunakan oleh petani terkadang tidak sesuai dengan dosis hanya sebatas perkiraan saja. Sisa pestisida yang masuk wilayah perairan dapat mematikan ikan-ikan atau diserap oleh mikroorganisme kemudian masuk dalam rantai makanan. Sisa pestisida di perairan dapat meresap ke dalam tanah, sehingga mencemari air tanah (PP nomor 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air). Berdasarkan hasil observasi langsung pada sumur-sumur yang menjadi objek penelitian didapat bahwa sebagian besar kedalaman sumur masyarakat dikategorikan memenuhi syarat kesehatan. Bukan hanya dilihat dari segi kedalaman saja akan tetapi kadar besi pada suatu air dapat dilihat dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. 5. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta membuktikan bahwa antara kedua variabel yang diteliti maka dapat disimpulkan yaitu ada pengaruh pH (p=0,000), jarak sumur gali dengan sumber pencemar (p=0,000), dan suhu (p=0,000) terhadap kadar besi dan tidak terdapat pengaruh antara kedalaman sumur (p=0,111) terhadap kadar besi. 6. DAFTAR PUSTAKA Afrizal, D.I, Martoyo A, Totoh A. 2013. Perbedaan Kualitas Air Sumur Gali Dan Sumur Bor Perumahan Griya Cahaya 2 Gunung Sariak Kota Padang. Vol. I, Nomor 2, Juni. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/ article/view/1852. diakses 25 September 2013) Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta, Penerbit Kanisius. Notoatmodjo, S. 2010. Metologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Suryana R. 2013. Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal di Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar. Tugas Akhir Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.