SUMMARY STUDI KADAR MERKURI (Hg) PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI PERAIRAN DANAU LIMBOTO VIDYA CINTYA DEWI 811409071 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Vidya Cintya Dewi. 2013. Studi Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Perairan Danau Limboto. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Rany Hiola,M.Kes dan Pembimbing II Lia Amalia SKM,M.Kes. Danau Limboto merupakan salah satu tempat pembudidayaan ikan di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Provinsi Gorontalo pada tahun 2007, diketahui bahwa perairan Danau Limboto telah tercemar dengan logam berat merkuri (Hg). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar merkuri yang terdapat pada ikan nila, ikan mujair, dan air di Danau Limboto. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana sampel yang diteliti adalah 7 sampel ikan nila, 7 sampel ikan mujair dan 7 sampel air danau. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu purposive sampling, dengan menentukan lokasi stasiun pengambilan sampel, bobot sampel ikan, dan titik kedalaman sampel air. Sampel ikan dan air diperiksa dengan menggunakan alat Spectofotometri Serapan Atom, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis secara univariat yang disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa 7 sampel ikan nila dan 7 sampel ikan mujair telah tercemar dengan merkuri tetapi masih memenuhi syarat batasan maksimum cemaran logam berat dalam pangan menurut Standar Nasional Indonesia Tahun 2009. Sedangkan untuk air danau diperoleh hasil bahwa 7 sampel air telah tercemar dengan merkuri, dan hanya 1 sampel yang masih memenuhi kriteria mutu air kelas III berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Diharapkan bagi pemerintah dapat membuat kebijakan dalam menurunkan kadar merkuri didanau limboto. Kata Kunci : Merkuri (Hg), Ikan Nila, Ikan Mujair, Danau Limboto
PENDAHULUAN Merkuri merupakan salah satu logam berat yang termasuk dalam logam berat tidak esensial, yang keberadaanya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya dan bersifat toksik (Widowati, Sastiono dan Jusuf, 2008: 2). Salah satu contoh kasus toksisitas merkuri yaitu kasus yang terjadi di Irak pada musim gugur dan musim dingin tahun 1971-1872, dimana lebih dari 6.500 orang dibawa kerumah sakit karena keracunan merkuri, dan lebih dari 450 penderita meninggal dunia. Wabah tersebut terjadi karena penduduk mengkonsumsi roti produksi rumah tangga, padahal bahan baku roti tersebut berasal dari gandum yang diawetkan dengan fungisida yang mengandung merkuri. Danau Limboto merupakan salah satu tempat pembudiyaan ikan di Provinsi Gorontalo. Danau yang terletak di dua wilayah ini yaitu + 30% wilayah Kota Gorontalo dan + 70% di wilayah Kabupaten Gorontalo telah dimanfaatkan sebagai sumber perikanan baik budidaya perikanan maupun perikanan tangkap sejak dulu. Akan tetapi kondisi danau sekarang sangat memprihatinkan dimana Danau Limboto telah mengalami pendangkalan Beberapa tahun terakhir ini diketahui bahwa air Danau Limboto telah tercemar oleh merkuri. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi (Balihristi), Provinsi Gorontalo pada tahun 2007, diketahui bahwa kadar
merkuri di air danau Limboto terdeteksi pada 8 titik yaitu di bagian tengah danau kadar Hg adalah 0,0015 ppm, dimuara Sungai Bionga kadar Hg 0,004 ppm, dipemukiman Desa Tenilo kadar Hg 0,004 ppm, dimuara Sungai Alopohu kadar Hg 0,006 ppm, didekat pemukiman Desa Payunga kadar Hg 0,004 ppm, didekat pemukiman Desa Bua kadar Hg 0,006 ppm, dimuara Sungai Tapodu Kelurahan Lekobalo kadar Hg 0,004 ppm dan dimuara Sungai Tapodu Desa Tabumela kadar Hg 0,009 ppm. Adanya kandungan merkuri di air Danau Limboto, dapat mengindikasikan telah terjadi pencemaran pada biota air yang hidup didalamnya, termasuk ikan-ikan yang dibudidayakan maupun perikanan tangkap. 1. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana variabel yang diteliti yaitu kadar merkuri yang terdapat pada ikan nila, ikan mujair dan air di Danau Limboto. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi ikan nila, ikan mujair dan perairan danau limboto. sedangkan sampel yang diteliti yaitu 7 sampel ikan nila, 7 sampel ikan mujair dan 7 sampel air yang berada di 7 stasiun didanau Limboto, dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan titik stasiun dan bobot ikan yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1.Hasil 2.1.1. Kadar Merkuri di Air Tabel 1 Analisis Kadar Merkuri di Air Danau Limboto Tahun 2013 Kode Lokasi Kadar Kriteria Kriteria Merkuri Mutu Air (ppm) Kelas III (ppm) Stasiun 1 Kelurahan Dembe 0,0008 0,002 Memenuhi 1 syarat (Kota Barat) Stasiun 2 Desa Podetuma 0,0072 0,002 Tidak (Kec. Tabongo) memenuhi syarat Stasiun 3 Muara Alo 0,0091 0,002 Tidak (Desa Ilomangga – memenuhi Kec.Tabongo syarat Timur) Stasiun 4 Desa Kayubulan 0,0128 0,002 Tidak (Kec.Limboto) Memenuhi Syarat Stasiun 5 Tengah Danau 0,0036 0,002 Tidak Memenuhi Syarat Stasiun 6 Desa Huntulabohu 0,0173 0,002 Tidak (Kec. Talaga Biru) Memenuhi Syarat Stasiun 7 Desa Buhu 0,0063 0,002 Tidak (Kec. Talaga Jaya) Memenuhi Syarat Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 7 stasiun pengambilan sampel air, hanya ada 1 stasiun yang memiliki kadar merkuri dibawah dari 0,002 ppm atau masih memenuhi syarat kriteria mutu air kelas
III berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, yaitu di stasiun 1 Kelurahan Dembe I. Sedangkan 6 stasiun lainnya, memiliki kadar merkuri yang tidak memenuhi syarat kriteria mutu air kelas III berdasarkan
Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa kadar merkuri di air Danau Limboto tertinggi berada stasiun 6 desa Huntulabohu sebanyak 0,0173
ppm, sedangkan kadar merkuri terendah berada di stasiun 1 yaitu kelurahan Dembe 1 Sebanyak 0,0008 ppm.
2.1.2. Kadar Merkuri Pada Ikan Nila Tabel 2 Analisis Kadar Merkuri Pada Ikan Nila di Danau Limboto Tahun 2013 Kode
Lokasi
Kadar Merkuri (ppm)
Stasiun 1
Kelurahan Dembe 1 (Kota Barat) Desa Podetuma (Kec. Tabongo) Muara Alo (Desa Ilomangga – Kec.Tabongo Timur) Desa Kayubulan (Kec.Limboto) Tengah Danau
0,12
Batasan Maksimum Cemaran (ppm) 0,5
0,21
0,5
0,30
0,5
0,29
0,5
0,06
0,5
0,06
0,5
0,03
0,5
Stasiun 2 Stasiun 3
Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Desa Huntulabohu (Kec. Talaga Biru) Stasiun 7 Desa Buhu (Kec. Talaga Jaya) Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 7 sampel ikan Nila yang diambil dari 7 stasiun di Danau Limboto, semua sampel ikan Nila telah tercemar dengan merkuri tetapi masih
Kriteria
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
memenuhi syarat batasan maksimum cemaran merkuri di ikan berdasarkan Standar Nasional Indonesia tahun 2009 atau dibawah dari 0,5 ppm. Dimana kadar merkuri tertinggi pada ikan Nila terdapat di
stasiun 3 Muara Alo sebanyak 0,30 ppm, sedangkan kadar merkuri terendah pada ikan Nila terdapat di
stasiun 7 Desa Buhu ppm.
sebanyak 0,03
2.1.3. Kadar Merkuri pada Ikan Mujair Tabel 3 Analisis Kadar Merkuri Pada Ikan Mujair di Danau Limboto Tahun 2013 Kode
Lokasi
Kadar Merkuri (ppm)
Batasan Maksimum Cemaran (ppm)
Kriteria
Stasiun 1
Kelurahan Dembe 1 (Kota Barat)
0,08
0,5
Memenuhi Syarat
Stasiun 2
Desa Podetuma (Kec. Tabongo) Muara Alo (Desa Ilomangga – Kec.Tabongo Timur) Desa Kayubulan (Kec.Limboto) Tengah Danau
0,20
0,5
0,22
0,5
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
0,28
0,5
0,09
0,5
Stasiun 3
Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Desa Huntulabohu (Kec. Talaga Biru)
0,06
0,5
Stasiun 7
Desa Buhu (Kec. Talaga Jaya)
0,10
0,5
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa ikan mujair yang berada di 7 stasiun didanau Limboto telah tercemar dengan merkuri, tetapi masih memenuhi syarat atau dibawah nilai batasan cemaran maksimum merkuri pada ikan berdasarkan Standar
Nasional Indonesia yaitu 0,5 ppm. Dimana kadar merkuri pada ikan Mujair tertinggi terdapat di stasiun 4 desa Kayubulan sebanyak 0,28 ppm, sedangkan kadar merkuri terendah terdapat di stasiun 6 desa Huntulabohu sebanyak 0,06 ppm.
2.2.Pembahasan Merkuri diperairan danau limboto tidak berasal dari aktivitas pertambangan, berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dibantaran sungai, informasi dari dinas terkait, dan survey langsung dilapangan. Diketahui bahwa di bagian hulu, badan dan hilir sungai Biyonga, sungai Alo-Pohu, dan sungai Marisa, tidak terdapat aktivitas pertambangan. Sumber pencemaran merkuri selain berasal dari pertambangan, juga merkuri secara alamiah terdapat dialam. Sumardjo (2008: 631), menjelaskan bahwa merkuri termasuk dalam unsur murni dalam bentuk butiran ditengah-tengah batuan. Karena pengaruh cuaca, setelah kurun waktu yang sangat lama, batu-batuan mulamula tersebut retak, kemudian lepas sekeping demi sekeping dan akhirnya menjadi butiran-butiran yang halus. Bersama air hujan, butiran-butiran tersebut akan sampai pada badan-badan air, dan akan melepas ion positifnya. a. Kadar merkuri di air Berdasarkan hasil analisis kadar merkuri di air, diketahui bahwa kadar merkuri tertinggi berada di stasiun 6 desa Huntulabohu, yaitu 0,0173 ppm sedangkan kadar merkuri terendah berada di stasiun 1 di kelurahan Dembe I yaitu 0,0008 ppm. Stasiun 6 dekat dengan desa Huntulabohu, terdapat aktivitas pengerukan danau, yang dapat menyebabkan unsur alamiah merkuri dalam batuan,dan tanah ikut terlepas dan mempengaruhi kadar merkuri disekitar perairan tersebut. Selain itu stasiun 6 ini berdekatan dengan
perairan panas dimana air panas tersebut bersumber dari mata air, suhu yang berada disekitaran wilayah perairan panas tersebut mencapai 420C. Menurut Hutagalung (1982), suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan pembentukan ion logam berat, sehingga meningkatkan proses pengendapan yang berakibat pada penyerapan logam berat pada sedimen, (Hutagalung dalam Wulandari, Yulianto, Santosa dan Suwartimah 2009:173). Sedangkan kadar merkuri pada air terendah, terdapat di stasiun 1 kelurahan dembe I. Adanya merkuri distasiun ini disebabkan karena stasiun ini dekat dengan pemukiman warga, sehingga limbah padat ataupun lindi dari rumah tangga dapat menyebabkan pencemaran merkuri di air danau. Danau Limboto termasuk dalam ekosistem air tawar, dimana salinitas dapat mempengaruhi kadar merkuri dalam perairan. Suryono (2006) menjelaskan bahwa pada salinitas rendah akumulasi dalam perairan akan meningkat karena pada salinitas tinggi menyebabkan kosentrasi logam berat berkurang (Suryono dalam Wulandari, Yulianto, Santosa dan Suwartimah, 2009: 173). Berdasarkan hasil analisis kadar merkuri pada ikan nila, ikan mujair dan air diperairan danau Limboto, diketahui bahwa kadar merkuri lebih tinggi pada ikan dibandingkan kadar merkuri di air. Hal ini disebabkan karena ikan menempati tingkat trofik tinggi dalam perairan, sehingga ikan dapat tercemar dengan merkuri melalui berbagai cara. Darmono (2010), menjelaskan bahwa logam berat masuk kedalam tubuh
makhluk hidup dapat melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernapasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit (Darmono, 2010:86). Selain itu sifat dari logam berat merkuri yang tidak terurai sehingga akan terus terakumulasi dalam tubuh yang mengkonsumsinya yang disebut dengan proses bioakumulasi. Semakin tinggi tingkat trofik levelnya maka semakin banyak pula merkuri yang terakumulasi, (Wardhana dalam Gunawan dan Anwar, 2008:7). b. Kadar merkuri pada ikan nila dan ikan mujair Ikan nila termasuk dalam golongan omnivora (Khairuman dan Amri, 2008:106), begitu pula dengan ikan mujair, termasuk dalam golongan omnivora atau pemakan segalanya (Setianto, 2011:8), sehingga menempati trofik tertinggi diperairan. Merkuri yang masuk kedalam tubuh ikan nila dan ikan mujair, dapat berasal dari air yang telah tercemar merkuri, konsumsi sedimen, tumbuhan air, dan ikan kecil. Pallar (2008:100) menjelaskan bahwa, melalui jalur makanan, logam merkuri masuk melalui dua cara yaitu lewat air (minuman) dan tanaman (bahan makanan). Jumlah merkuri yang masuk lewat minuman bisa menjadi sangat tinggi. Jumlah tersebut bisa melewati pemukiman, hingga masuk ke danau limboto. Di hulu sungai Alo maupun sungai Pohu, tidak terdapat aktivitas pertambangan, aktivitas yang terjadi di badan sungai Alopohu hanya berupa konstruksi penahan air, dan aktivitas pencucian pasir oleh masyarakat sekitar. Tingginya kadar
berlipat kali dibandingkan dengan jumlah merkuri yang masuk melalui tanaman. Penelitian mengenai kadar merkuri dan ikan diperairan telah dilakukan oleh Hakim, Riyanto dan Prayitno tahun 2003, tentang analisis kandungan merkuri pada air dan ikan nilem di sungai Kaligarang Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosentrasi merkuri pada air sungai mencapai 0,005 ppm, dan terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan sehingga kosentrasi merkuri pada ikan mencapai 0,014 ppm. (Hakim, Riyanto dan Prayitno, 2003 :63-67). Kadar merkuri tertinggi pada ikan nila terdapat pada stasiun 3 Muara Alo, sebanyak 0,30 ppm, sedangkan merkuri terendah pada ikan nila terdapat di stasiun 7 Desa Buhu, sebanyak 0,03 ppm. Muara alo merupakan sungai besar yang masuk kedanau Limboto, yang merupakan pertemuan antara anak sungai AloMolalahu dan sungai Pohu. Jalur sungai pohu berasal dari wilayah Batudaa dan Bongomeme, sebelah barat danau limboto, sedangkan jalur sungai Alo-Molalahu berasal dari wilayah isimu sekitarnya. Sungai Alomolalahu dan sungai Pohu bertemu di desa Kaliyoso, pertemuan dua sungai ini yaitu Alo dan Pohu menjadi sungai Alopohu, sungai Alopohu mengalir merkuri pada ikan nila yang terdapat didekat muara alo, karena sebelum masuk ke danau, aliran sungai Alopohu melewati daerah pemukiman. Menurut Effendi (2003:180), senyawa-senyawa merkuri digunakan untuk pembuatan amalgam, cat, baterei, ekstraksi emas dan perak, gigi
palsu, senyawa anti karat, fotografi dan elektronik. Sehingga limbah rumah tangga juga dapat memberikan kontribusi dalam pencemaran merkuri di sungai Alo-Pohu. Adapun limbah rumah tangga yang dibuang disekitaran sungai dapat berupa limbah padat dan limbah cair, untuk limbah padat termasuk didalamnya yaitu limbah kertas, baterei bekas, dan limbah plastik. Menurut Fardiaz (2005:51), Limbah kertas menggunakan FMA (fenil merkuri asetat), yang merupakan komponen organo merkuri. Limbah padat lainnya yang mengandung merkuri yaitu baterei. Didalam baterei terdapat kandungan logam yang dapat merusak kualitas tanah dan air, yaitu merkuri, lithium, mangan, timbal dan zat berbahaya lainnya (Enterprise, 2010: 17). Selain kertas dan baterei, limbah plastik juga mengandung merkuri. Darmono (2010:49), menyatakan bahwa industri lain yang menggunakan merkuri sebagai katalis yaitu industri vinil klorida yang mensintesis plastik. Kadar merkuri terendah pada ikan nila terdapat distasiun 7, lokasi penangkapan ikan distasiun ini tidak terdapat limbah padat yang secara langsung berada diperairan tempat penangkapan ikan, tetapi stasiun ini berada disekitaran sungai Biyonga hingga ke danau limboto ± 10 km. Menurut Pallar (2008: 97), dalam bidang pertanian senyawa merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun tersebut.
berada diwilayah dekat dengan pemukiman di desa Buhu. Dimana limbah rumah tangga, ataupun lindi dari sampah, dapat merembes ke air tanah, sehingga dapat memberikan kontribusi pencemaran merkuri. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayogo dan Sudarmaji tahun 2006, tentang hubungan pencemaran lindi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Benowo dengan kadar merkuri pada ikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat kandungan merkuri pada lindi di outlet IPAL TPA Sampah Benowo sebanyak 2,66 ppm, (Prayogo dan Sudarmaji, 2006 :33). Sedangkan untuk kadar merkuri pada ikan mujair tertinggi berada di stasiun 4 desa Kayubulan sebanyak 0,28 ppm. Desa Kayubulan dekat dengan inlet danau, yaitu sungai Biyonga. Sungai Biyonga merupakan sungai pembawa sedimen utama, dimana sungai Biyonga mengkontribusikan 56% dari total sedimen yang masuk ke danau (Balihristi, 2009: 11). Pada hulu sungai Biyonga tidak terdapat aktivitas pertambangan, aktivitas yang terjadi di badan sungai biyonga yaitu adanya penggalian pasir, dan aliran sungai biyonga melewati daerah pertanian. Jarak antara wilayah pertanian yang sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya. Pestisida bergerak dari lahan pertanian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan tertinggal atau larut pada aliran permukaan, (Rahayu, Hartanti dan Mulyono, 2009: 6). Tetapi untuk
penggunaan pestisida yang mengandung merkuri pada pertanian dialiran sungai biyonga, perlu dilakukan studi yang lebih komprehensif. Selain melewati wilayah pertanian, aliran sungai biyonga juga sebelum masuk kedanau limboto melewati wilayah pemukiman, dan rumah sakit. Kadar merkuri terendah pada ikan mujair terdapat di stasiun 6. Adanya merkuri di stasiun 6, karena stasiun penangkapan ikan ini juga dekat dengan pemukiman di desa Huntulabohu, dan tempat wisata pemandian air panas. Limbah padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia dipemukiman dan tempat umum ini, dapat memberikan kontribusi pencemaran merkuri. Kadar merkuri tertinggi pada ikan mujair berada di stasiun 4 di desa Kayubulan, sedangkan kadar merkuri pada ikan nila tertinggi berada di stasiun 3 muara alo, dimana jarak antara muara alo dan desa kayubulan yang dekat dengan sungai biyonga ± 1 km. Sungai Biyonga, dan sungai Alopohu merupakan dua dari tiga sungai utama pembawa sedimen ke danau, (Balihristi, 2009: 11). Menurut Asdak (2002), komposisi sedimen yang masuk keperairan danau dapat berupa liat, debu, pasir dan pasir besar. Sedimen yang dihasilkan oleh proses 3. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ikan nila dan ikan mujair didanau Limboto telah tercemar dengan merkuri, tetapi kadar merkuri pada ikan nila dan ikan mujair masih
erosi akan terbawa oleh aliran dan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti, (Asdak dalam Marganof, 2007:32) Sedimen dapat disebabkan karena erosi, erosi yang terjadi di hulu sungai yang merupakan inlet danau limboto, diakibatkan karena kerusakan hutan. Dimana daerah tangkapan air hujan pada DAS Limboto Bolango Bone ternyata telah lama dilegalisasi menjadi hutan produksi terbatas yang telah mendorong secara formal eksploitasi hutan secara besar-besaran. Luas hutan di DAS Limboto hanya 14.893 hektar (16.37 % dari luas DAS). Tingkat kerusakan hutan dapat memperbesar tingkat erosi tanah dan menyebabkan lahan yang ada menjadi kritis. Tingkat erosi di DAS Limboto dapat mencapai angka 9.902.588,12 ton/tahun atau rata-rata 108.81 ton/ha/tahun dan sedimentasi di danau Limboto sebesar 0.438 mm/tahun, (Balihristi, 2009: 42). Sehingga diketahui bahwa sedimen yang masuk didanau limboto juga dapat memberikan kontribusi merkuri di perairan, dimana unsur merkuri alamiah yang terkandung pada batuan dan tanah dalam sedimen, terbawa masuk oleh aliran sungai ke danau Limboto.
memenuhi syarat batasan maksimum cemaran logam berat dalam pangan menurut standar nasional indonesia tahun 2009. Sedangkan untuk kadar merkuri di air danau Limboto di 6 stasiun tidak memenuhi syarat kriteria mutu air kelas III menurut PP No.82
Tahun 2001, sedangkan 1 stasiun yaitu di kelurahan Dembe I kadar merkuri di air masih memenuhi syarat. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada pemerintah untuk dapat membuat kebijakan atau program untuk pemulihan atau perbaikan ekosistem danau limboto. DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI Badan Lingkungan Hidup Riset dan Teknologi (Balihristi). 2007. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2007 Daud, Anwar, Erniwati Ibrahim, dan Damayanti Sima Sohilauw. 2011. Analisis Konsentrasi Logam Berat Kadmium (Cd), Kromium (Cr) Di Dalam Air Dan Ikan Di Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Jurnal. Halaman 1-9 Darmono. 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran:Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI-Press Diliyana, Yudha Fika. 2008. Studi Kandungan Merkuri (Hg) Pada Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Tambak Sekitar Perairan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Enterprise, Jubilee. 2010. Teknik Menghemat Baterei. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Fardiaz, Srikandi. 2003. Polusi Air dan Udara. Jakarta: Kanisius Gunawan, dan Chairil Anwar. 2008. Kualitas Perairan dan Kandungan Merkuri (Hg) Dalam Ikan Pada Tambak Empang Parit di Bagian Kesatuan Pamangkuan Hutan Ciasem-pamanukan, Kesatuan Pemangkuan hutan Purwakarta, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jurnal penelitian hutan dan konservasi alam. Volume 5 No.1: 1-10 Hakim, Riyanto dan Prayitno, 2003. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air dan Ikan Nilem (Osteochillus hasseltii) (Studi Kasus di Perairan Sungai Kaligarang-Semarang). Jurnal Logika. Volume 9 No. 10: 6169 Kamaludin. 2006. Analisis Residu Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Berdasarkan Jarak Pusat Pencemaran Didesa Cisarua Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Khairuman, dan Khairul Amri. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta: Agro Media Pustaka Kitong, Meling, Jemmy Abidjulu, dan Harry. S. J. Koleangan. 2012. Analisis Merkuri (Hg) dan Arsen (As) di Sedimen Sungai Ranoyapo Kecamatan Amurang Sulawesi Utara. Jurnal Mipa
Unsrat Online. Volume 1 No.1: 16-19 Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: ANDI Kusdwiratri, Johan Masjhur, dan Anna Alisyahbana (Ed). 1998. Manusia, Kesehatan Dan Lingkungan Kualitas Hidup Dalam Perspektif Perubahan Lingkungan Global. Bandung: Alumni. Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan Didanau Maninjau Sumatera Barat. Laporan. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Murtini dan Novalia Rachmawati. 2007. Kandungan Logam Berat Pada Ikan, Air dan Sedimen di Waduk Saguling Jawa Barat. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi kelautan dan perikanan. Volume 2 No. 2: 153-159 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Palar, H. 2008. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka Cipta Pragoyo, Bagus dan Sudarmaji. 2008. Hubungan Pencemaran Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Benowo Dengan Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Hasil Tambak Dan Kesehatan Konsumennya. Jurnal kesehatan lingkungan. Volume 4 No.2 : 31 – 38 Setianto, D. 2011. Potensi Besar Budidaya Ikan Mujair Di
Berbagai Media Pemeliharaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Simbolon, Silvanus Maxwel Simange dan Sri Yulina Wulandari. 2010. Kandungan Merkuri dan Sianida Pada Ikan yang Tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara. Jurnal Ilmu Kelautan. Volume 15 No. 3: 126-134 Siregar, Z. 2011. Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Siais Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Standar Nasional Indonesia (SNI). 2009. Batas cemaran logam berat dalam pangan. Sudarmadjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC Suharto, I. 2011. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: ANDI Suyanto, Agus, Sri Kusmiyati dan Ch. Retnaningsih. 2010. Residu Logam Berat Dalam Daging Sapi Yang Dipelihara Di Tempat Pembuangan Sampah Akhir. Jurnal Pangan Dan Gizi. Volume 1 No. 1: 15-23 Suyanto, R. 2003. Nila. Jakarta : PT. Penebar Swadaya Suyantri, Eni, Aunurohim, dan Dra. Nurlita Abdulgani. 2011. Sintasan (Survival Rate) Ikan Mujair (Oreochromis Mossambicus) Secara In-Situ Di Kali Mas Surabaya. Jurnal. Halaman 1 – 14
Tim
Penyusun. 2013. Panduan Penulisan Skripsi. Gorontalo : UNG Press . 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air Yanuar, A. 2008. Toksisitas Merkuri di Sekitar Kita. Laporan Departemen Farmasi FMIPA, Universitas Indonesia. Yuniar, V. 2009. Toksisitas merkuri (Hg) Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Gambaran Darah, Dan Kerusakan Organ Pada Ikan Nila Oreochromis niloticus. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Widowati, Astiana Sastiono, dan Raymond Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta : ANDI Wulandari, Sri Yuliana, Bambang Yulianto, Gunawan Widi Santosa Dan Ken Suwartimah. 2009. Kandungan Logam Berat Hg Dan Cd Dalam Air, Sedimen Dan Kerang Darah (Anadara Granossa) Dengan Menggunakan Metode Analisis Pengaktifan Neutron (APN). Jurnal ilmu kelautan. Volume 14 No. 3: 170 -175