JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BERATKURANG (UNDERWEIGHT) PADA BALITA DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN INDONESIA BERDASARKAN DATA RISKESDAS TAHUN 2013 Ria Helda Pratiwi*), Ir. Suyatno, M.Kes**), Drs. Ronny Aruben, Ma**) E-mail :
[email protected] *) Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro **) Staf Pengajar Bagian Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRACT The underweight remains a public health problem to toddlers in Indonesia. The purpose of the study was to identify the factors related to underweight toddler in urban and rural Indonesia. The study uses Riskesdas of Indonesia in year 2013 with the design of cross-sectional study. The total sample 78.535 respondents. Analysis of the data using univariate and bivariate analysis with the chi-square statistical test (p = 0,05). The results showed that underweight toddler higher at the age of 0-23 months both in the urban (41,9%) and rural (46,7%), underweight higher in toddler girl both in the urban (18,9%) and rural (23,1%), underweight todder was higher on the mother’s age at risk to have a toddler underweight both in the urban (18,2%) and rural (21,8%), underweight toddler higher in mother who have low education both in the urban (17,3%) and rural (21,6%), underweight toddler higher in mother does not work both in urban (18,6%) and rural (23,3%), underweight toddler higher in family income poor both in urban (18,6%) and rural (22,3%). Underweight toddler higher who ever had acute respiratory infection disease both in urban (17,5%) and rural (22,5%), diarrhea disease both in urban (15,9%) and rural (18,6%), pulmonary tuberculosis disease both in urban (17,8%) and rural (22,1%). Underweight toddler higher in neonatal visit not complete both in urban (18%) and rural (22,5%), underweight toddler higher in toddler who do weighing irregular both in urban (21,1%) and rural (24,4%), underweight toddler higher in mother who have not Growth Chart Card (KMS) both in urban (22,5%) and rural (25,9%), underweight toddler higher in toddler who did not complete immunization both in urban (21,6%) and rural (25,8%), underweight toddler higher in mother who has not given breastfeeding both in urban (59,9%) and rural (62,3%), underweight toddler higher in mother that give food complement of breast milk to toddler age < 6 months both in urban (39,2%) and rural (43%). The factors related to underweight toddler in urban and rural Indonesia based on data Riskesdas 2013 were genders toddlers, age of mother, employment, family income, acute respiratory infection disease, diarrhea disease, pulmonary tuberculosis, neonatal visits, monitoring of weighing, have a Growth Chart Card (KMS), immunization status, granting breastfeeding, the first ages toddlers given food complement of breast milk (MP-ASI). Keywords
: nutritional status of children, underweight toddler 127
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang
PENDAHULUAN `Gizi buruk dan gizi kurang, gabungan
kurang memadai, kurang baiknya kondisi
istilah tersebut biasa disebut berat-kurang
sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan
(Underweight) merupakan masalah utama
pangan di tingkat rumah tangga 1,2
bidang
kesehatan,
khususnya
diberbagai
Pada penelitian yang telah dilakukan
negara berkembang (WHO, 2004). UNICEF
terdahulu,
(United
Children's
dengan pemberian asupan makanan yang
Emergency Fund) menyatakan underweight
kurang dan kualitas makan yang rendah, bila
sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta
hal ini terjadi bersamaan dengan munculnya
kematian pada anak dibawah usia 5 tahun di
penyakit
infeksi
dunia.
semakin
buruknya
Nations
International
underweight
maka
berhubungan
dapat
status
erat
berakibat
gizi
balita.
Balita merupakan usia dimana anak
Mendukung dari hasil penelitian diatas,
sedang mengalami proses pertumbuhan yang
penelitian dari jurnal Internasional Leonor
relatif pesat dan membutuhkan asupan gizi
rodriguez
yang relatif besar. Perubahan yang terjadi
protein
pada balita dari waktu ke waktu merupakan
mendasari meningkatnya kerentanan terhadap
petunjuk awal perubahan status gizi balita.
penyakit
Saat periode 6 bulan, balita yang berat
underweight pada balita adalah keadaan
badannya tidak mengalami kenaikan dua kali
keluarga yang memburuk yaitu rendah sosial
berisiko mengalami underweight 12,6 kali
ekonomi, rendah pendidikan dan kurangnya
dibandingkan pada balita yang berat badannya
hasil
naik terus .
kurangnya
Berdasarkan
model
mengatakan dan
kalori
infeksi.
pertanian,
kurangnya
adalah
alasan
Pendukung
sehingga
ketersediaan
asupan yang
terjadinya
menyebabkan
makanan
dalam
penyebab
rumah tangga. Minimnya akses rumah tangga
underweight yang dikembangkan UNICEF,
untuk mendapatkan sarana kesehatan akan
underweight disebabkan oleh banyak faktor
memperburuk status gizi balita 3.
yang saling terkait baik secara langsung
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak
2013 merupakan riset berbasis komunitas
cukupnya asupan gizi secara kuantitas dan
berkala sejak tahun 2007 yang mengumpulkan
kualitas, sedangkan secara tidak langsung di
data dasar dan indikator kesehatan yang
pengaruhi
merepresentasikan
oleh
jangkauan
dan
kualitas 128
gambaran
wilayah
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
nasional, dan
kabupaten/kota.
Tujuan
provinsi, utama
masyarakat perkotaan dan perdesaan dalam
dari
hal kebutuhan makanan dan status sosial. Masyarakat
Riskesdas tahun 2013 adalah menyediakan
perkotaan
lebih
baik
informasi berbasis bukti untuk perumusan
dalam hal tingkat ekonomi dan pengetahuan
kebijakan pembangunan kesehatan diberbagai
tentang gizi. Sedangkan masyarakat perdesaan
tingkat administrasi.
masih banyak yang mengalami kemiskinan,
Riskesdas
telah
kurang persediaan makanan dan kurangnya
mengumpulkan data-data tentang status gizi
pengetahuan masyarakat tentang gizi. Peneliti
balita (BB/U) yang terdiri dari gizi buruk, gizi
Leonor rodriguez dalam jurnal internasional
kurang, gizi normal dan gizi lebih. Menurut
tahun
data Riskesdas tahun 2007 tercatat bahwa
underweight terjadi di daerah perdesaan dan
underweight (BB/U) sebesar 18,4 persen, lalu
dalam
tahun 2010 sebesar 17,9 persen. Prevalensi
mampu,
underweight
tahun
mengalami
2013
kenaikan
2011
mengatakan,
kelompok-kelompok sedangkan
bahwa
yang
daerah
balita
kurang
perkotaan
4
pada
ditemukan kegemukan .
Riskesdas tahun 2013, sebesar 19,6 persen
Berdasarkan uraian latar belakang
yang terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan
diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk
13,9 persen gizi kurang. Bila dibandingkan
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pencapaian sasaran MDGs tahun 2015
dengan underweight pada balita di perkotaan
yaitu
dan perdesaan Indonesia berdasarkan data
15,5
persen
maka
prevalensi
underweight secara nasional harus diturunkan
Riskesdas tahun 2013.
minimal 4,1 persen dalam periode 2013
METODE PENELITIAN
sampai 2015.
Penelitian menggunakan data Riset
Hasil Riskesdas 2013 menurut wilayah
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
tempat tinggal di Indonesia, gizi kurang di
dengan studi cross sectional. Jenis penelitian
perdesaan (15,3%) lebih tinggi dibanding
ini adalah deskriptif analitik yang bertujuan
perkotaan (12,5%) dan gizi buruk di perdesaan
untuk memperoleh penjelasan dan menggali
(7,3%) lebih tinggi dibanding perkotaan
mengapa serta bagaimana suatu fenomena
(4,3%)9. Kemungkinan hal tersebut terjadi dikarenakan
adanya
perbedaan
terjadi.
budaya
Pada penelitian ini populasi yang terdapat dalam Riskesdas yaitu seluruh ibu 129
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
294.959
tidak terinfeksi ISPA (73,3%), balita tidak
yang mewakili 33 provinsi. Sampel penelitian
terinfeksi diare (97,4%), balita tidak terinfeksi
ialah ibu yang mempunyai balita sebanyak
TB Paru (98,9%), kunjungan neonatal tidak
78.535 sesuai dengan kriteria inklusi dan
lengkap (77,8%), penimbangan balita yang
eksklusi,
tidak teratur (67,1%), status imunisasi balita
sebanyak
namun
terjadi
missing
terkait
variabel ASI sebanyak 56.485 dan MP-ASI
lengkap
sebanyak 60.100.
(52,3%), masih memberikan ASI ke balitanya
Indonesia. Variabel bebas adalah usia balita, balita,
usia
ibu,
memiliki
KMS
< 6 bulan (72,2%).
pada balita di perkotaan dan perdesaan
kelamin
tidak
(51,4%), pemberian MP-ASI pada balita usia
Variabel terikat yaitu underweight
jenis
(93,5%),
Sedangkan di desa sebagian besar responden
tingkat
memiliki
usia
tidak
berisiko
pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, tingkat
(65,6%), berpendidikan rendah (75%), tidak
pendapatan keluarga, penyakit diare balita,
bekerja
penyakit ISPA balita, penyakit TB paru balita,
(57,2%), balita yang tidak terinfeksi ISPA
pemantauan
status
(75,9%), balita yang tidak terinfeksi diare
imunisasi, kunjungan neonatal, kepemilikkan
(97,4%), balita yang tidak terinfeksi TB paru
KMS, pemberian ASI, dan usia pertama
(98,9%), kunjungan neonatal tidak lengkap
pemberian MP-ASI.
(63,4%), pemantauan penimbangan balita
penimbangan
balita,
distribusi
yaitu
dengan
frekuensi.
membuat Analisis
berpendapatan
miskin
tidak teratur (60,3%), status imunisasi balita
Analisis data menggunakan analisis univariat
(55,7%),
tabel
lengkap (85,8%), mempunyai KMS (51,2%),
bivariat
masih memberikan ASI ke balitanya (52,5%),
menggunakan uji Chi-square.
dan pemberian MP-ASI pada balita usia < 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
bulan (72,6%).
Balita di wilayah kota dan desa di
Hasil uji chi-square pada tabel 1
Indonesia paling banyak berusia 24-59 bulan
menunjukkan ada hubungan antara usia balita
dan jenis kelamin laki-laki.
dengan underweight pada balita baik di
Sebagian besar responden di perkotaan memiliki
usia
tidak
berisiko
perkotaan maupun perdesaan Indonesia.
(65,8%),
Dalam penelitian ini, usia balita yang
berpendidikan tinggi (54%), tidak bekerja
cenderung mengalami underweight ialah usia
(65%), pendapatan tidak miskin (82,9), balita
0-23 bulan, hal ini diindikasikan berhubungan 130
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dengan pemberian
ASI
dan
MP-ASI.
perilaku
penelitian yang menyatakan, balita usia 0-24
Terdapat
bulan yang sudah tidak diberi ASI
Tabel 1. Hasil analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan underweight pada balita di perkotaan dan perdesaan Indonesia berdasarkan data Rikesdas tahun 2013 Underweight Kota Usia Balita a. 0-23 bulan b. 24-59 bulan JK Balita a. Laki-laki b. Perempuan Usia Responden a. Berisiko b. Tidak berisiko Pendidikan a. Rendah b. Tinggi Pekerjaan a. Tidak bekerja b. Bekerja Pendapatan a. Miskin b. Tidak miskin Kunj Neonatal a. Lengkap b. Tidak lengkap Penimbangan a. Tidak teratur b. Teratur KMS a. Punya b. Tidak punya Status imunisasi a. Tidak lengkap b. Lengkap Penyaki ISPA a. Ya b. Tidak Penyakit Diare a. Ya b. Tida TB Paru
Tidak Underweight
Desa
p-value
Kota
Desa
Kota
Desa
53,3 94,8
0,000
0,000
17.599 16.335
80,2 76,9
0,000
0,000
81,8 84,9
11.765 22.169
78,2 79,2
0,000
0,017
13.435 15.845
82,7 82,9
25.385 8.549
78,4 79,1
0,648
0,128
23,3 19,1
18.690 10.590
81,4 85,6
18.454 15.480
76,7 80,9
0,000
0,000
5.504 3.755
22,3 20,3
4.919 24.361
81,4 83,1
19.216 14.718
77,7 79,7
0,001
0,000
14,3 18
3.106 6.153
19,6 22,5
6.725 22.555
85,7 82
12.701 21.233
80,4 77,5
0,000
0,000
5.003 1.059
21,1 9,1
6.381 2.878
24,4 16,9
18.721 10.559
78,9 90,9
19.787 14.147
75,6 83,1
0,000
0,000
1.909 4.153
11,3 22,5
3.794 5.465
17,2 25,9
14.960 14.320
88,7 77,5
18.321 15.613
82,8 74,1
0,000
0,000
498 5.564
21,6 16,8
1.581 7.678
25,8 20,7
1.810 27.470
78,4 83,2
4.558 29.376
74,2 79,3
0,000
0,000
1.463 4.599
17,1 15,5
2.026 7.233
22,1 19,5
7.969 21.311
82,9 84,5
8.369 25.565
77,9 80,5
0,000
0,000
85 5.977
15,9 15,2
359 8.900
18,6 16,6
573 28.707
84,1 84,8
786 32.987
81,4 83,4
0,004
0,000
n
%
n
%
n
%
n
%
5.902 160
41,9 0,8
7.887 1.372
46,7 5,2
8.182 21.098
58,1 99,2
9.009 24.925
2.803 3.259
15,5 18,9
4.357 4.902
19,8 23,1
15.296 13.984
84,5 81,1
1.822 4.240
18,2 15,1
3.087 6.172
21,8 20,8
10.272 19.008
2.801 3.261
17,3 17,1
6.998 2.261
21,6 20,9
4.279 1.783
18,6 14,4
5.607 3.652
1.124 4.938
18,6 16,9
1.122 4.940
131
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
a. Ya b. Tidak Pemberian ASI a. Ya b. Tidak Usia MP-ASI a. < 6 bulan b. ≥ 6 bulan
98 6.010
17,8 13,2
101 9.158
22,1 21,4
280 28.954
82,2 86,8
357 33.577
77,9 78,6
0,008
0,011
2.064 2.815
41,5 59,9
2.655 4.042
45,1 62,3
2.912 1.887
58,5 40,1
3.227 2.448
54,9 37,7
0,000
0,000
2.498 567
39,2 23,1
2.999 752
43 28,6
3.878 1.888
60,8 76,9
3.975 1.880
57 71,4
0,000
0,000
lagi ternyata keadaan gizinya lebih rendah. Ibu
anak dan ibu dapat terjadi karena faktor usia
yang memberikan MP-ASI ke balita usia < 6
ibu yang sudah tua. Jika pengasuhan anak
bulan, akan mempengaruhi
kurang baik dan balita sering mengalami
kesehatan dan
status gizi balita. Balita
kesakitan,
dengan
underweight
lebih
maka
mempengaruhi
banyak terjadi pada balita perempuan. Hasil
hal
tersebut
terjadinya
akan
status
gizi
chi-square
status
underweight pada balita.
uji chi-square menunjukkan ada hubungan
Hasil
pengujian
yang signifikan antara jenis kelamin balita
pekerjaan responden dengan underweight
dengan underweight pada balita baik di kota
pada
maupun desa.
hubungan signifikan antara status pekerjaan
Dalam penelitian ini underweight lebih
menghasilkan
bahwa
menunjukkan
bahwa,
ada
responden dengan underweight pada balita di
banyak ditemukan pada ibu usia berisiko. Uji chi-square
balita
kota maupun desa Indonesia.
ada
Balita
underweight
lebih
banyak
hubungan usia ibu dengan underweight pada
ditemukan pada ibu yang tidak bekerja.
balita
Menurut peneliti, adanya ibu yang bekerja
di
perkotaan
maupun
perdesaan
Indonesia.
maka dapat menambah pendapatan keluarga
Usia ibu berisiko yang tergolong masih muda
cenderung
kepentingannya
lebih
sendiri,
sehingga mempengaruhi daya beli keluarga
memperhatikan sehingga
dalam
memenuhi
kebutuhan
gizi
anak,
dalam
sebaliknya ibu yang tidak bekerja dan
mengasuh anak dapat terganggu terutama pada
mempunyai pendapatan terbatas kemungkinan
balita usia 2 tahun pertama kehidupannya.
besar
Sedangkan ibu yang tergolong usia tua (lebih
kebutuhan zat gizi anak.
akan
kurang
dalam
memenuhi
dari 35 tahun) ialah usia paling berisiko untuk
Hasil uji chi-square menyatakan ada
ibu melahirkan, kesakitan bahkan kematian
hubungan yang signifikan antara tingkat 132
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pendapatan dengan
underweight
pada
keluarga
balita.
pendidikan formal, tetapi bisa didapatkan dari
Pada
media
massa,
posyandu,
kader,
bidan,
penelitian ini baik di kota maupun desa,
lingkungan setempat seperti keluarga dan
keluarga yang memiliki balita underweight
tetangga.
tergolong berpendapatan miskin. Pendapatan
Penelitian
yang
sesuai,
bahwa
mempengaruhi daya beli keluarga dalam
pendidikan ibu tidak memiliki pengaruh
memenuhi kebutuhan gizi anak dan anggota
bermakna terhadap kejadian underweight pada
keluarga lainnya. Tidak tersedianya makanan
balita5.
dalam keluarga akan menentukan kualitas dan kuantitas
bahan
makanan
serta
Hubungan kunjungan neonatal dengan
akan
underweight pada balita menghasilkan bahwa,
mempengaruhi asupan zat gizi anak. Hubungan
tingkat
ada hubungan antara kunjungan neonatal
pendidikan
dengan underweight pada balita di perkotaan
responden dengan underweight pada balita
maupun perdesaan Indonesia.
menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan
Responden dengan balita underweight
antara tingkat pendidikan responden dengan
lebih banyak ditemukan pada responden yang
underweight pada balita di perkotaan maupun
tidak
perdesaan
lengkap.
Indonesia.
Sehingga
dapat
mendapatkan
kunjungan
neonatal
diartikan, ibu yang mempunyai pendidikan
Tenaga kesehatan dalam kunjungan
tinggi ataupun rendah mempunyai peluang
neonatal tidak hanya membantu ibu dalam
yang sama untuk terjadinya underweight pada
pemeriksaan kesehatan dan perawatan bayi
balita.
baru lahir saja. Tetapi tenaga kesehatan harus
Pendidikan yang tinggi belum tentu
siap berperan aktif dan profesional untuk
menjamin ibu untuk berperilaku baik terkait
memfasilitasi serta memberi dukungan pada
kesehatan dan status gizi balita. Ibu yang
ibu dalam menambah pengetahuan terkait
berpendidikan tinggi maupun rendah, saling
kesehatan dan gizi anak. Sehingga ibu
mempunyai kesempatan dalam mendapatkan
mempunyai
informasi dan pengetahuan yang baik untuk
mengasuh anaknya.
kebiasaan
Penelitian
menunjang perilaku kesehatan dan status gizi
sesuai
yang
di
baik
untuk
Indonesia
balita. Informasi dan pengetahuan kesehatan
berdasarkan data Riskesdas dan Susenas tahun
gizi balita tidak hanya didapatkan dalam
2007 yang menyatakan, kunjungan neonatal 133
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
berhubungan dengan
makanan anak dan rujukan ke puskesmas dan
kejadian sakit dan risiko underweight pada
rumah sakit. Catatan penting tersebut tidak
balita6.
hanya dimiliki oleh tenaga kesehatan tetapi
Hubungan
pemantauan
penimbangan
ibu juga harus mengetahui pertumbuhan dan
dengan
underweight
menghasilkan
perkembangan balita dari catatan KMS.
balita
bahwa, ada hubungan antara pemantauan
Hubungan
status
imunisasi
dengan
penimbangan balita dengan underweight pada
underweight pada balita menunjukkan bahwa,
balita baik di perkotaan maupun perdesaan
ada
Indonesia.
underweight pada balita di perkotaan maupun
Menurut asumsi peneliti, pemantauan penimbangan dengan
balita
underweight
sangat pada
status
imunisasi
dengan
perdesaan Indonesia.
berhubungan balita,
hubungan
Dalam
penelitian
ini,
underweight
sebab
ditemukan lebih banyak pada balita dengan
underweight tidak terjadi secara tiba-tiba
status imunisasi tidak lengkap. Menurut
tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan
peneliti, balita yang mendapatkan imunisasi
yang tidak cukup selama beberapa bulan yang
lengkap akan lebih baik dibandingkan dengan
dapat dilihat dengan melakukan penimbangan
yang status imunisasinya tidak lengkap. Hal
balita setiap bulannya.
tersebut
Uji Chi-square hubungan kepemilikkan
dikarenakan
memberikan
imunisasi
perlindungan
akan
terhadap
jenis
KMS dengan underweight pada balita di
penyakit yang berbahaya untuk kesehatan
perkotaan maupun perdesaan menyatakan
balita.
bahwa, ada hubungan kepemilikkan KMS
Hasil uji chi-square menunjukkan ada
dengan underweight pada balita.
hubungan yang signifikan antara penyakit
Dalam penelitian ini, responden yang mempunyai
balita
underweight
ISPA dengan underweight pada balita baik di
ialah
perkotaan maupun perdesaan Indonesia.
responden yang tidak mempunyai KMS.
Balita
yang
terinfeksi
ISPA
KMS bukan hanya berisi tentang grafik
mempengaruhi pola makan balita, makan jadi
pertumbuhan balita, tetapi terdapat status
tidak enak sehingga kuantitas asupan makan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian
berkurang
kapsul
mempengaruhi status gizi balita bila penyakit
vitamin
A,
kondisi
kesehatan,
pemberian ASI eksklusif, MP-ASI, pemberian
ISPA 134
dan
berlangsung
hal
lama.
tersebut
Balita
akan
dengan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
underweight
Hasil uji chi-square menunjukkan
mempunyai peluang 8,40 kali menderita ISPA
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dibandingkan dengan balita status gizi baik6.
pemberian ASI dengan underweight pada
Hubungan
penyakit
diare
dengan
balita
underweight pada balita menghasilkan bahwa,
di
perkotaan
maupun
perdesaan
Indonesia.
ada hubungan yang signifikan antara penyakit
Berdasarkan
penelitian
ini,
balita
diare dengan underweight pada balita di
underweight lebih banyak yang sudah tidak
perkotaan dan perdesaan Indonesia.
diberikan ASI. Data UNICEF tahun 2006
Balita
underweight
kejadian
menyatakan bahwa kesadaran ibu untuk
penyakit diare ialah saling terkait. Diare
memberikan ASI di Indonesia baru 14%,
menyebabkan
itupun diberikan hanya sampai balita usia 4
balita
dan
underweight
dan
bulan7.
underweight dapat memperberat diarenya.
Dalam
Balita yang menderita diare akan terjadi
penelitian
ini
balita
penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya
underweight lebih banyak pada ibu yang
nafsu makan, menurunnya absorpsi, kebiasaan
memberikan MP-ASI ke balitanya sebelum
mengurangi makan pada saat sakit, dan
usia enam bulan. Terdapat kepercayaan ibu
peningkatan kehilangan cairan akibat penyakit
yaitu ketika balita sudah diberikan ASI lalu
diare secara terus menerus sehingga tubuh
balita tetap menangis, maka tandanya balita
akan lemas.
masih lapar dan akhirnya diberikan makanan atau minuman lain selain ASI. Hal tersebut
Hubungan penyakit TB paru balita dengan underweight pada balita menghasilkan
akan
menjadikan
bahwa, ada hubungan yang signifikan antara
memberikan anak balitanya MP-ASI yang
penyakit TB paru dengan underweight pada
tidak sesuai dengan usianya. Penelitian
balita di perkotaan dan perdesaan Indonesia.
kebiasaan
SDKI
ibu
tahun
untuk
2007
menyatakan, hanya 41% balita usia 6-23 bulan
Penelitian yang sesuai menyatakan, ada hubungan yang signifikan antara status
yang
gizi balita dengan kejadian TB paru balita.
praktek-prakek
Balita underweight meningkatkan risiko 6 kali
mengenai pengaturan waktu, frekuensi dan
lebih
kualitas MP-ASI8.
besar
untuk
terinfeksi
TB
paru
dibandingkan dengan balita status gizi normal.
menerima
KESIMPULAN 135
MP-ASI sesuai yang
dengan
direkomendasikan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
1. (berat-kurang)
di
Underweight
Indonesia
berjumlah
15.321 balita, terdiri 6.062 (17,2%) di perkotaan dan perdesaan sebanyak 9.259 (21,4%). 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan underweight pada balita, baik di perkotaan maupun perdesaan adalah usia balita, jenis kelamin balita, usia responden, status pekerjaan, tingkat pendapatan, penyakit ISPA balita, penyakit diare balita, penyakit TB paru balita, kunjungan neonatal, pemantauan
penimbangan
kepemilikkan pemberian
KMS,
ASI,
balita,
status
dan
usia
dan
imunisasi, pertama
pemberian MP-ASI. 3. Faktor yang tidak berhubungan dengan underweight pada balita, baik di perkotaan maupun
perdesaan
adalah
tingkat
pendidikan Ibu.
136
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 2, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sensivitas terhadap skor Riskesdas
SARAN 1. Bagi Lembaga a) Diharapkan
terkait data
kesehatan
balita
dilakukan
evaluasi
dan
gizi
anak
khususnya balita.
khususnya terkait ASI dan MP-ASI dapat
kesehatan
2. Bagi Peneliti
kembali
a) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
kuesionernya, karena dalam penelitian
lebih mengembangkan penelitian yang
ini terkait data ASI dan MP-ASI
telah
banyak terdapat missing.
variabel-variabel yang terkait dengan
b) Diharapkan agar lebih banyak lagi mahasiswa
yang
melakukan
dilakukan,
underweight
uji
menambahkan
pada
balita
dan
diharapakan semakin lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Public Health Problem. International
1.
Fitriani, F., dkk. 2009. Gambaran
Journal of Environmental Research and
Penyebab Kesulitan Makan Pada Anak
Public Health,8, 1174-1205.
Pra
2.
Sekolah
Usia
3-5
tahun
5.
di
Perumahan Top Amin Mulya Jakabaring
yang Mempengaruhi Status Gizi Balita.
Palembang. Jurnal
Yogyakarta: FK Universitas Gadjah
Dinesh Kumar, et al. 2006. Influence of
Mada. Berita Kedokteran Masy Vol.25
Infant Feeding Practise on Nutritional
No 3 hal 150-155 6.
Status of Underfive Children 3.
Hassam
Saqib
Rehman.,Fahd
Lodhi.,Mahmud Saqib
Indonesia. 2010. Menyusui: Sepuluh Langkah Menuju Sayang Bayi. Jakarta:
Ur
Lodhi.,Salim
Departemen
Wazir.,Huma Jadoon. 2010. Assessment
Kesehatan
Republik
Indonesia
Of Nutritonal Status Of 1-5 Year Old
7.
Unicef
Indonesia.
Abbottabad.
(http://www.unicef.org/indonesia/id/abo
Ayub
Meical
Leonor Cervantes.,Rocio
dan
Anak.
ut.html) diakses tanggal 5 April 2014)
Rodriguez.,Elsa Ortiz.
Ibu
Ringkasan
Kajian
Journal
Gizi
2012.
Children In An Urban Union Council Of
College Abbottabad; 22(3). 4.
Istiono, W. 2009. Analisis Faktor-faktor
2011.
Malnutrition and Gastrointestinal and Respiratory Infections in Children: A 137