MENINGKATKAN KETRAMPILAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUWAWA
MANSUR UMAR PROGRAM STUDI S1 PENJASKES DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013 ABSTRAK MANSUR UMAR, Nim. 831 409 119“Meningkatkan Keterampilan Passing bawah Pada Permainan BolaVoli melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa”. ( pembimbing I Drs Sarjan Mile,MS dan Marsa Lie Tumbal,S.pd, M.pd pembimbing II).
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan passing bawah pada permainan bola voli siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa SMP Negeri 1 Suwawa Dalam melakukan passing bawah, dengan indikator kinerja apabila telah mencapai 75% siswa telah menunjukan peningkatan dalam melakukan passing bawah dengan kategori nilai 75%-89%. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Suwawa yang berjumlah 20 orang. Berdasarkan hasil observasi awal, ternyata kemampuan siswa SMP Negeri 1 suwawa mengenai passing bawah baru mencapai 50,05% sehingga dilaksanakan siklus I. Setelah diberikan tindakan maka mengalami peningkatan sebesar 16,26% yakni mencapai 66,31% dari hasil sebelumnya akan tetapi pada siklus I belum juga mencapai target yang diharapkan yakni 75%-89% sehingga dilanjutkan ke siklus II. Dengan diberikan tindakan dan memperbaiki serta menyempurnakan kembali proses pembelajaran maka target yang diharapkan telah tercapai yakni meningkat hingga 81,47% dengan peningkatan sebesar 15,16% sehingga penelitian dinyatakan tuntas.
Berdasarkan hasil penelitian maka ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan pasing bawah bola voli pada siswa SMP Negeri 1 Suwawa. Berdasarkan kajian teori maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah jika dengan menggunakan strategi pembelajaran cooperatifve tipe jigsaw, maka keterampilan passing bawah siswa dapat meningkat Dengan demikian dapat disarankan bahwa metode kooperatif tipe jigsaw sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar dalam meningkatkan keterampilan pasing bawah bola voli. Kata kunci : Passing pada permainan bola voli, strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penentu dalam perkembangan serta kemajuan suatu bangsa. Untuk itu diperlukan suatu realisasi dalam bentuk terobosan guna untuk mencapai suatu tujuan. Hal tersebut seperti sarana dan prasarana, tenaga akademis yang profesional, sistem pengajar dan kurikulum yang baku sesuai dengan program pendidikan nasional. Tenaga pendidik adalah pelaksana kependidikan sekaligus sebagai pendidik, pembimbing, serta sebagai motivator utama dalam proses pambelajaran dan mempunyai peran yang amat penting dalam rangka tujuan pendidikan. Disamping itu kualitas guru sangat berpengaruh terhadap proses hasil belajar peserta didik. Dewasa ini guru-guru diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan mutu pendidikan mengingat perkembangan IPTEK yang begitu cepat diberbagai bidang sehingga menyebabkan timbulnya masalah dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar. Proses belajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruan dengan guru sebagai peran utama. Karena proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu kegiatan proses belajar-mengajar akan lebih sempurna bila ditunjang oleh kemampuan guru dalam menerapkan tujuan belajar, kususnya tujuan indikator pembelajaran yang merupakan suatu kriteria keberhasilan dalam proses pembelajaran. Tenaga pendidik harus mampu merencanakan, menetapkan tujuan, mempersiapkan materi, memilih strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya memiliki persamaan dengan proses pembelajaran bidang studi lainnya, dalam proses pembelajaran, selain perbedaan yang sangat mencolok, misalnya proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan aktivitas jasmani, berupa permainan, cabang olahraga dan olahraga tradisional, persamaan yang dimaksud dalam proses pembelajaran tersebut antara lain diperlukannya guru yang berkompoten atau yang berkualitas dan professional dalam bidangnya, yakni guru yang mempunyai keahlian dalam bidang
studi yang di gelutinya. Di perlukannya sumber belajar untuk siswa dan bahan ajar untuk guru dalam sejumlah yang memadai, dan tentunya pula sangat di perlukannya fasilitas belajar atau media belajar untuk membantu guru dalam proses pembelajaran. Persamaan yang disebutkan sebelumnya dapat disebut faktor pendukung dalam proses pembelajaran, kurangnya fasilitas belajar, sumber belajar, dan bahan ajar. Akan dapat menghambat proses jalannya pembelajaran, sedangkan tidak adanya guru yang berkompeten atau berkualitas dan profesional, akan memberikan pengaruh jangka panjang terhadap anak didik. Oleh karena itu keadaan guru sangat berpengaruh terhadap keterampilan yang dimiliki oleh anak didiknya. Di SMP Negeri 1 Suwawa, guru pendidikan jasmani disekolah ini mempunyai kompetensi dan sangat profesional. Akan tetapi fasilitas belajar khusus mata pelajaran ini sangat kurang, sehingga tidak jarang guru harus selektif dalam memilih dan mengunakan metode agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Seperti halnya pada pokok bahasan permainan bola voli materi pelajaran passing bawah. Ketepatan atau arah saat melakukang passing kurang tepat, posisi tubuh saat melakukan passing kurang baik, siswa takut dalam melakukan passing, guru tidak dapat menggunakan metode yang biasanya digunakan, karena vasilitas pada pembelajaran bola voli kurang memadai. Untuk itu guru memilih strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai solusinya. Dengan demikian peneliti menyatakan bahwa masalah yang dihadapi di SMP Negeri 1 Suwawa masih memiliki kekurangan dalam memilih metode yang di gunakan, hingga solusi yung diberikannya sangat menarik, karena dapat dijamin bahwa penggunaan strategi kooperatif tipe jigsaw dapat membantu guru mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, yakni siswa dapat melakukan passing bawah dengan baik dan benar. Untuk itu penulis mengangkat masalah ini kedalam suatu penelitian, dan untuk memudahkan maka penulis merumuskan judul sebagai berikut; “Meningkatkan keterampilan passing bawah melalui strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam permainan bola Voli pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa”. Rumusan Masalahan Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, dapat diajukan permasalahan sebagai berikut “ Apakah penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan passing bawah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa”? Cara Pemecahan Masalah Permasalahan yang telah diajukan sebelumnya dapat dipecahkan dengan menggunakan langkah-langkah strategi pembelajaran koperatif tipe jigsaw sebagai berikut : 1. Pembentukan kelompok yang di susun oleh guru, agar siswa tidak memilih-milih teman yang di senangi saja, jadi sifatnya heterogen.
2. Setiap anggota kelompok di beri tugas untuk mempelajari materi tertentu, kemudian ada perwakilan dari kelompok bertemu dengan perwakilan kelompok lain, mereka belajar materi yang sama. 3. Perwakilan kelompok kembali ke kelompok asalnya, dan menjelaskan apa yang sudah mereka bahas dalam perwakilan kelompok tadi. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah “untuk meningkatkan keterampilan passing bawah pada permainan bola voli melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa.” Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 1) Bagi siswa, meningkatkan keterampilan passing bawah yang dimiliki sehingga siswa siap untuk mengembangkan kompetensi lebih lanjut dalam permainan bola voli. 2) Bagi guru, merupakan suatu masukan berupa experience dalam melaksanakan proses belajar dengan penemuan sehingga siswa dapat menguasai keterampilan dalam permainan bola voli. 3) Bagi sekolah, memberikan kontribusi yang berarti bagi sekolah tempat meneliti dan bagi sekolah lain dalam belajar siswa. Memberikan saran dan gagasan baru bagi penentu kebijakan di lingkungan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 4) Bagi peneliti, merupakan suatu masukan tentang penerapan metode pembelajaran penemuan dalam meningkatkan keterampilan passing bawah pada permainan bola voli. 2. Manfaat Praktis a) Bagi siswa Untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli.
b) Bagi guru Dapat menjadi bahan masukan yang efektif bagi guru mata pelajaran penjaskes tentang perlunya penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran bola voli. c) Bagi sekolah Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas secara keseluruhan. d) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti guna memenuhi ujian Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo. KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Teoritis Hakekat Permainan Bola Voli Pada awalnya ide dasar permainan bola voli itu adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan dengan mematikan bola itu di daerah lawan. Memvoli artinya memainkan atau memantulkan bola jatuh atau sebelum bola menyentuh lantai. Permainan bola voli adalah olahraga beregu. Setiap regu berada pada daerah lapangan permainan masing-masing dengan dibatasi net. Bola dimainkan dengan satu tangan hilir mudik atau bolak-balik melalui atas net secara teratur sampai bola menyentuh lantai (mati) di petak lawan dan mempertahankan agar bola tidak mati di daerah permainan sendiri. Selanjutnya Mile, (2013:1) mengemukakan bahwa, Bola voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua team dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh sebuah net. Terdapat versi yang berbeda tentang jumlah pemain, jenis/ukuran lapangan, angka kemenangan yang digunakan, untuk keperluan tertentu. Namun pada hakekatnya permainan bola voli bermaksud menyebarluaskan kemahiran bermain kepada setiap orang yang meminatinya. Tujuan dari permainan ini adalah melewatkan bola diatas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap team dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (di perkenaan blok). Bola dinyatakan dalam permainan setelah bola dipukul oleh pelaku servis melewati net ke daerah lawan. Permainan dilanjutkan hingga bola menyentuh lantai, bola “keluar” atau satu tim gagal mengembalikan bola secara sempurna. Dalam permainan bola voli, tim yang memenangkan sebuah reli memperoleh satu angka (Rally Point System). Apabila tim yang sedang menerima servis memenangkan reli, ankan memperoleh satu angka dan berhak untuk melakukan servis berikutnya, serta para pemainnya melakukan pergeseran satu posisi searah jarum jam. Ahmadi (2007: 1), asal mulanya permainan bola voli hanya sebagai olahraga “iseng”, tapi sekarang permainan bola voli sudah berkembang menjadi salah satu olahraga yang paling digemari di dunia! Kenapa tidak, saat ini bola voli sudah tercatat sebagai olahraga yang menepati urutan kedua paling digemari di Dunia, dengan pemain mencapai lebih dari 140 juta orang. Sampai sekarang, organisasi induk olahraga ini, Internasional Volleyball Federation (IVBF), beranggota lebih dari 180 Negara. Selanjutnya, Ahmadi (2007:19-20), mengemukakan bahwa bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Di perlukan pengetahuan tentang teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk dapat bermainan bola voli secara efektif. Teknik-teknik dasar meliputi servis, passing, smash, dan sebagainya.
Bola voli adalah permainan yang di mainkan oleh dua regu saling berhadapan yang dipisahkan dengan jaring dan setiap regu terdiri dari 6 orang. Pada permainan bola voli regu yang lebih dulu mendapat nilai 25 dinyatakan sebagai pemenang pada set itu dan permainan menggunakan sistem rally point . Permainan bola voli terdiri dari teknik passing bawah, passing atas, servis, spike (smash). Keempat teknik ini harus dikombinasikan dalam melakukan latihan agar seorang pemain bola voli dapat bermain dengan baik. Pemain yang berprestasi selain penguasaan teknik harus memiliki daya tahan, kecepatan, ketepatan, kelincahan serta mental yang baik dan disiplin yang tinggi. Teguh Santosa (2010:8) Selanjutnya, Feri Kurniawan (2011: 86) Menguraikan bahwa permainan ini dimainkan oleh dua team yang masing-masing terdiri dari 6 orang pemain dan berlomba-lomba mencapai angka 25 terlebih dahulu. Dalam sebuah team terdapat 4 peran penting, yaitu tosser (atau seter), spiker (smash), libero dan defender (pemain bertahan). Tosser atau pengumpan adalah orang yang bertugas untuk mengumpan bola kepada rekan-rekannya dan mengatur jalannya permaina. Spiker bertugas untuk memukul bola agar jatuh didaerah pertahan lawan. Libero adalah pemain bertahan yang bisa bebas keluar dan masuk tetapi tidak boleh melakukan smash. Defender adalah pemain yang bertahan untuk menerima serangan dari lawan. Hakekat Passing Bawah Passing adalah suatu upaya memainkan bola dengan dengan kedua tangan yang disatukan, sehingga terbentuk sebuah bidang pemukul atau tempat bola memantul. Penyatuan kedua tangan itu dilakukan dengan maksud untuk menjamin hanya sekali pantulan, untuk mencegah pantulan berganda. Memainkan bola dengan sisi dalam lengan bawah merupakan teknik bermain yang sangat penting. Kegunaan teknik lengan bawah antar lain : 1. Untuk penerimaan bola servis 2. Untuk penerimaan bola dari lawan yang berupa serangan atau smash 3. Untuk pengambilan bola setelah terjadi blok atau bola dari pantulan net 4. Untuk menyelamatkan bola yang kadang-kadang terpental jauh dari luar lapangan permainan 5. Untuk pengambilan bola yang rendah atau mendadak datangnya. Selanjutnya, Menurut Nuril (2007:22) Passing adalah upaya seorang pemain dengan menggunakan suatu teknik tertentu untuk mengoperkan bola yang di mainkannya kepada teman seregunya untuk di mainkan di lapangan sendiri. Set-Up atau umpan adalah usaha atau upaya seorang pemain bola voli dengan menggunakan suatu teknik tertentu yang memiliki tujuan menyajikan bola yang di mainkannya kepada teman seregunya yang selanjutnya dapat melakukan serangan (smash) terhadap regu lawan. Berikut Dwi Sarjiyanto, (2010:6) Mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan passing adalah pengambilan bola dengan tangan bergandengan satu sama lain dengan
ayunan dari bawah atas depan. Yang perlu diperhatikan dalam passing bawah adalah saat tangan menyentuh bola, lengan tidak dalam keadaan lurus dan direnggangkan. Cara Melakukan Passing Bawah Dalam permainan bola voli, passing bawah dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Persiapan a. Bergerak ke arah datangnya bola dan atur posisi tubuh. b. Genggam jemari tangan. c. Kaki dalam posisi meregang dengan santai, bahu terbuka lebar. d. Tekuk lutut, tahan tubuh dalam posisi rendah. e. Bentuk landasan dengan lengan. f. Siku terkunci. g. Lengan sejajar dengan paha. h. Pinggang lurus. i. Pandangan ke arah bola. 2. Pelaksanaan a. Terima bola di depan dada. b. Kaki sedikit di ulurkan. c. Berat badan di alihkan ke depan. d. Pukullah bola jauh dari badan. e. Pinggul bergerak ke depan. f. Perhatikan bola saat menyentuh lengan. Perkenaan pada lengan bagian dalam pada permukaan yang luas di antara pergelangan tangan dan siku. 3. Gerakan lanjutan a. Jari ttangan tetap di genggam. b. Sikut tetap terkunci. c. Landsan mengikuti bola ke sasaran. d. Pindahkan berat badan ke sasaran. e. Perhatikan bola bergerak ke sasaran. Menurut Mile (2012 : 47) menguraikan cara melakukan passing bawah sebagai berikut : 1) Bersiaplah untuk menerima bola dengan passing bawah. Seluruh badan harus rileks, dengan badan atas agak condong ke depan. Pandangan tertuju pada lawan pemukul bola, perhatikan kecepatan dan arah bola yang datang. Bergerak cepat kebawah bola dengan badan rendah dan tangan terjulur. Usahakan siku setinggi pinggang dan kedua tangan menyatu. Bagian dalam lengan bawah dihadapkan kedepan, serhingga membuat permukaan lengan rata. 2) Kedua lengan di ayunkan keatas dan pantulkan bola kearah sasaran, meskipun bola yang datang itu langsung kearah depan, rendah di samping badan atau tinggi.
3) Perhatikan jalannya bola, lalu bergerak sesuai dengan naluri antisipasi anda. Selanjutnya, Slamet (2010 : 16) menguraikan teknik passing bawah sebagai berikut : Kaki di buka selebar bahu Kedua lutut di tekuk Badan condong ke dpan Tangan lurus ke depan antara lutut dan bahu Persentuhan bola harus tepat pada pergelangan tangan Ayunkan tangan ketika bola di pertengahan tangan Perhatikan bola dan bergerak ke arah sasaran atau arah jalannya bola Selanjutnya, Sujarwadi (2010:6) Menguraikan cara melatih passing bawah sebagai berikut : a) Melatih passing bawah dengan seorang teman (berdua). Caranya dengan berdiri saling berhadapan jarak 3-4 meter dan bola di-passing bawah secara bergantian. b) Melatih passing bawah dengan dua orang teman (bertiga). Caranya ketiga permain berdiri membentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisi berurutan ke arah kiri. Selanjutnya ganti arah passing ke kanan. Apabila sudah mahir lakukan kombinasi arah datang bola dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Latihan ini berguna untuk melatih konsentrasi dan ketepatan passing sesuai dengan arah datangnya bola. 2.1.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemikan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah bisa melakukan pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok, seperti di jelaskan Abdulhak dalam Rusman (2012:203) bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta balajar itu sendiri. Sedangkan Isjoni (2012:11) Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Menurut Arends (2001) menyeleksi enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, masing-masing adalah: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem base instrucsion), dan diskusi kelas. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Buchari Alma (2009:81). Selajutnya, Isjoni (2012:15) mengemukakan bahwa cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Slavin dalam (Isjoni,2012:12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Selanjutnya Anita lie dalam (Isjoni,2012:16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gontong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lainya dalam tugas-tugas yang terstruktur. Berikut adalah tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning menurut Isjoni (2012:21) adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara bekelompok. Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, cooperative learning memiliki beberapa keunggulan. Keunggulanya dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalamaan, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah satu kelompok. Adapun kelemahan model pmbelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). 2.1.5 Model-Model Pembeajaran Kooperatif Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut : a) Semakin kecil upaya yang di lakukan guru dan semakin besar aktifitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik. b) Semakin sedikit waktu yang di perlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik. c) Sesuai dengan cara belajar yang di lakukan siswa.
d) Dapat dilaksanakan dengan bak oleh guru. Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah. Rusman (2012:213). Jenis-jenis model tersebut, adalah sebagai berikut : a) Student Team Achievement Division (STAD) b) Jigsaw c) Group Investigation (GI) d) Rotating Trio Exchange e) Group Resume Yang diambil dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran tipe jigsaw. 2.1.6 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Jumlah yang bekerja sama dalam masing-masing harus di batasi, agar kelompokelompok tersebut dapat bekeja sma secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya. Dalam hal in, Soejadi (2012:55) mengemukakan, jumlah anggota dalam satu kelompok apabila makin besar, dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerja sama antara para anggotanya. Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zig-zag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Rusman (2012:217). Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan di bahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan pada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tesebut. Kegiatan sumbang saran ini di maksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru. Agus suprijono (2009:89). Pembelajaran cooperative jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran cooperative yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam menyelenggarakannya. Tahap pertama siswa dikelompokan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Meningkatkan kemampuan dasar passing bawah permainan bola volly melalui model pembelajaran kooperatif tipe jagsaw, dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : 1. Pembentukan Kelompok Kelompok dibentuk, beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang heterogen, sehingga disebut kelompok heterogen. 2. Penyajian Materi Materi pelajaran, yakni permainan dalam disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan gambar.
3. Penguasaan Siswa Terhadap Materi Masing-masing siswa intra kelompok, harus menguasai materi yang disajikan, ini adalah bentuk tanggung jawab mereka sebagai anggota kelompok, agar mereka mampu mengajarkan bagian materi kepada anggota kelompok lainnya dalam kelompok ahli. 4. Diskusi dan pembahasan materi dikelompok ahli Menurut Lie (2012:218) Model pembelajran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model pembelajran yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Sepeti di ungkapkan oleh), bahwa “ pembelajran kooperatif model jigsaw ini merupakan model pembelajaran dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secra mandiri”. Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan slah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahaptahap yang menyelenggarakannya. Tahap pertama siswa dikelompokan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu (Isjoni, 2012:54 Selanjutnya Isjoni (2012:58) Mengemukakan, Model jigsaw ini dapat digunakan secara efektif di tiap level dimnan siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum (Isjoni, 2012:58) 2.2 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini, dapat diajukan sebagai berikut: “ jika dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka keterampilan passing bawah siswa meningkat”. 2.3 Indikator Kinerja Jika 75 % dari jumlah siswa yang diberi tindakan, maka penelitian dinyatakan selesai.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Suwawa. 3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan pada siswa Kelas VII yang terdapat pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. jumlah siswa yang diberi tindakan sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan. 3.2 Variabel Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Input, yang meliputi kegiatan guru merencanakan pembelajaran serta kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran guna meningkatkan kemampuan dalam melakukan passing bawah. 2. Variabel proses pembelajaran di ukur dengan indikator sebagai berikut: a. Posisi kaki b. Posisi badan c. Sikap lengan pada saat perkenaan pada passing bawah d. Sikap akhir setelah melakukan passing bawah 3. Pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran dengan indikator: a) Menjelaskan gerakan passing bawah b) Memberikan contoh cara melakukan passing bawah c) Memberikan tugas gerakan pada siswa untuk melakukan gerakan passing bawah. 4. Variabel Output, meliputi daya serap atau hasil belajar siswa pada materi pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk perolehan skor melalui praktek kemampuan melakukan passing bawah dalam permainan bola voli. 3.3 Tahap-tahap Penelitian 3.3.1 Tahap Persiapan Adapun hal-hal yang dilakukan pada persiapan ini adalah: 1. Menghubungi kepala sekolah guna memperoleh ijin dan restu untuk melaksanakan kegitan penelitian tindakan ini sekaligus berkonsultasi tentang guru yang akan menjadi mitra kerja. 2. Mendiskusikan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama kepala sekolah dan mitra. 3. Melakukan observaisi awal terhdap objek penelitian.
4. Merancang lembar pemantauan pelaksanaan tindakan dan evaluasi. 5. Mempersiapkan administrasi kegiatan belajar mengajar (KBM) antara lain rencana pembelajaran (RPP) dan fasilitas pembelajaran.
3.3.2 Tes Awal Pada tes awak kegiatan ini yang dilakukan adalah mengetahui tingkat keterampilan passing bawah Kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa, adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: Melakukan KBM Menentukan pelksanaan KBM dengan menggunakan lembaran observasi kegiatan siswa dan kegiatan Guru. Mengadakan evaluasi. Mengadakan refleksi terhadap hasil tes awal. 3.3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan 3.3.3.1 Siklus I Tahap pelaksanaan siklus I ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: A. Tahap Persiapan Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan ini yaitu: 1. Mendiskusikan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama kepala sekolah dan mitra. 2. Merancang lembar pemantauan pelaksanaan tindakan dan evaluasi. 3. Mempersiapkan administrasi kegiatan belajar mengajar (KBM) antara lain rencana pembelajaran (RP) dan fasilitas pembelajaran. 4. Menyampaikan kepada siswa yang telah ditentukan sebagai objek penelitian. B. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada siklus I kegiatan yang akan dilakukan adalah meneliti peningkatan ketrampilan passing bawah siswa melalui manajeman, adapun langkah-langkah kegiatannya adalah: a) Melakukan KBM sesuai dengan tindakan yang dipilih b) Memantau pelaksanaan tindakan c) Mengadakan evaluasi d) Mengadakan refleksi awal terhadap hasil tindakan e) Jika siklus I keterampilan passing bawah siswa belum mencapai ketuntasan 75% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus II. Memperbaiki dan merumuskan penyempurnaan pelaksanaan tindakan a) Melaksanakan penyempurnaan tindakan
b) Memantau pelaksanaan tindakan c) Mengevaluasi pelaksanaan tindakan d) Mengadakan refleksi lanjutan 3.3.4 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini penelitian dibantu oleh anggota tim peneliti untuk mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembaran pengamatan yang telah dibuat, pengamat melakukan pemantauan terhadap peningkatan keterampilan passing bawah. 3.3.5 Tahap Analisis dan Refleksi Pada penelitian ini yang dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan hasil yang digunakan untuk merefleksi diri apakah siswa sudah dapat meningkatkan keterampilan passing bawah sesuai dengan yang diharapkan. Hasil analisis di gunakan untuk merencanakan pada pelaksanaan tindakan. 3.3.3.2 Siklus II Tahap pelaksanaan siklus II ini merupakan lanjutan dari pelaksanaan tindakan siklus I yang belum mencapai hasil yang telah ditentukan maka dipandang perlu untuk melanjutkan tindakan pada siklus II. Adapun tahapan yang dilaksanakan pada siklus II yaitu: A. Tahap Persiapan Samahalnya dengan siklus I hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan ini yaitu: 1. Mendiskusikan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama kepala sekolah dan mitra. 2. Merancang lembar pemantauan pelaksanaan tindakan dan evaluasi. 3. Mempersiapkan administrasi kegiatan belajar mengajar (KBM) antara lain rencana pembelajaran (RP) dan fasilitas pembelajaran. 4. Menyampaikan kepada siswa yang telah ditentukan sebagai objek penelitian. B. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada siklus II kegiatan yang akan dilakukan adalah meneliti peningkatan ketrampilan pasing bawah siswa melalui manajeman, adapun langkah-langkah kegiatannya adalah: a) Melakukan KBM sesuai dengan tindakan yang dipilih b) Memantau pelaksanaan tindakan c) Mengadakan evaluasi d) Mengadakan refleksi akhir terhadap hasil tindakan Jika siklus II ketrampilan passing bawah siswa telah mencapai ketuntasan 75% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan maka pelaksanaan tindakan tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya. Memperbaiki dan merumuskan penyempurnaan pelaksanaan tindakan a) Melaksanakan penyempurnaan tindakan b) Memantau pelaksanaan tindakan
c) Mengevaluasi pelaksanaan tindakan d) Mengadakan refleksi lanjutan C. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini penelitian dibantu oleh anggota tim peneliti untuk mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembaran pengamatan yang telah dibuat, pengamat melakukan pemantauan terhadap peningkatan keterampilan passing bawah. D. Tahap Analisis dan Refleksi Pada penelitian ini yang dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan hasil yang digunakan untuk merefleksi diri apakah siswa sudah dapat meningkatkan keterampilan passing bawah sesuai dengan yang diharapkan. Hasil analisis digunakan untuk merencanakan pada pelaksanaan tindakan.
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan passing bawah yang dimiliki siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa yang berjumlah 20 orang, terdiri dari 10 orang putra dan 10 orang putri, yang teridentifikasi kurang memiliki keterampilan passing bawah. Hal ini terlihat dari aspek, 1) posisi kaki, 2) posisi badan, 3) Sikap lengan pada saat perkenaan bola, 4) gerakan lanjutan. Untuk mengatasi hal ini maka ditetapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, penerapan strategi ini sama halnya dengan penggunaan metode pembelajaran lainnya yakni untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Proses pemberian tindakan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam penelitian ini, dilaksanakan dalam dua siklus yang sebelumnya didahului dengan kegiatan observasi awal yang ditujukan untuk memastikan kurangnya keterampilan passing bawah yang teridentifikasi. Kegiatan obeservasi awal ini dilaksanakan pada hari Rabu 22 mei 2013, pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis 30 Mei 2013, sedangkan siklus II pada hari Sabtu 06 Juli 2013. 4.1.1 Observasi Awal 4.1.1.1 Hasil 0bserfasi kegiatan guru Pengambilan data obserfasi awal dilakukan dengan menggunakan lembar observasi/pemantauan kegiatan siswa dengan empat (4) aspek yang diamati yakni: 1) posisi kaki, 2) posisi badan, 3) sikap lengan pada saat perkenaan bola, 4) gerakan lanjutan. Sedangan pemberian nilai menggunakan skala 0-100 dengan klasifikasi nilai sangat tepat (90-100), tepat (75-89), cukup tepat (60-74), kurang tepat (40-59), tidak tepat (0-39), Proses pelaksanaan kegiatan tindakan pada observasi awal pembelajaran dilakukan oleh peneliti bersama guru dengan menggunakan lembaran pengamatan guru, Kriteria pemberian nilai untuk kegiatan guru dilakukan dengan memberi kode (√) pada kolom penilaian. Berikut hasil pengamatan kegiatan guru pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Hasil observasi Kegiatan Guru Observasi Data Awal No Aspek Yang Diamati Dilaksanakan YA TIDAK A. Kegiatan Pendahuluan 1. Formasi barisan √ 2. Berdoa √ 3. Absensi √ 4. Pemanasan √ B. Kegiatan Inti 5. Guru menjelaskan tentang cara √ melakukan pasing bawah pada permainan bola voli. √ 6. Guru melatih cara melakukan pasing bawah, dalam hal ini guru memperhatikan indikator yang diamati pada siswa sebagai
berikut : (a) Posisi kaki (b) Posisi badan (c) Sikap lengan pada saat perkenaan bola √ (d) Gerakan lanjutan. 7. Guru menugaskan pada siswa untuk mengulang kembali cara melakukan pasing bawah secara berkelompok. √ Kegiatan Penutup 8. Formasi barisan 9. Penilaian (evaluasi atas materi yang telah diajarkan) 10. Pendinginan
C.
√ √
Berdasarkan tabel 1 hasil pengamatan kegiatan guru, diketahui bahwa dari 10 aspek yang diamati pada guru, 3 aspek tidak dilaksanakan oleh guru yakni berdoa dan pada kegiatan penutup yakni formasi barisan dan pendinginan. Sedangkan 7 aspek yang dilaksanakan adalah formasi barisan pada pendahuluan, absensi, dan pemanasan. Pada kegiatan inti yakni guru menjelaskan cara melakukan pasing, guru memberikan contoh sesuai dengan penjelasan tentang cara melakukan pasing dan guru menugaskan siswa untuk memperagakan kembali cara melakukan passing secara berkelompok. Sedangkan pada kegiatan penutup yakni penilaian (evaluasi atas materi yang telah diajarkan). 4.1.1.2 Hasil observasi kemampuan siswa Hasil pengamatan kemampuan siswa diukur dengan dengan menggunakan lembar pengamatan kemampuan siswa. Ada 4 aspek yang diamati pada kemampuan siswa, yaitu : aspek (1) Posisi kaki, (2) Posisi badan, (3) Sikap lengan pada saat perkenaan bola, (4) Gerakan lanjutan. Berikut disajikan dalam bentuk tabel 2 hasil observasi kemampuan siswa. Tabel 2 Hasil observasi awal kemampuan siswa. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Siswa Astriyani pratiwi abudi Fitra s. Isa Jefriyanto wero Marlina bumulo Moh. ilham saman Moh. solihan bufolo Moh. Akbar fr lahay Moh. Alfi hadjarati Moh. Alwi detiage
A 50 50 55 75 40 50 55 40 59
Aspek Penilaian B C 55 60 70 60 40 50 40 40 50 49 40 50 50 40 45 50 40 40
D 50 50 59 75 50 47 40 50 50
Jumlah
Rata-rata
215 230 204 230 189 187 185 185 189
53,75 57,5 51 57,5 47,25 46,75 46.25 46,25 47,25
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Moh. Alwi salapa Moh. Apris komendan Mulia rahman datu Nur maharani A. Auir Rahmatia s. Harun Rifky pakaya Sasti peprianti kasu Siti nurhalisa moha Sri nur cahyani malahita Sri rahayu kadir Uera febriani hasan Jumlah Rata-rata
50 49 50 40 49 40 50 40 50 57 49 1005 50,21
49 60 50 40 40 57 65 47 49 40 50 977 48,25
40 75 60 50 50 50 50 50 50 49 40 983 49,15
40 50 50 40 47 47 40 40 50 40 70 98,5 49,25
179 234 235 170 186 194 205 177 205 186 209 3994 199,7
47,25 58,15 58,75 42,5 46,5 48,5 51,25 44,25 52,25 46,5 52,25 1001,15 50,05
\
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan hasil observasi awal sebagai berikut: 1. Aspek posisi kaki meliliki rata-rata 50,21%, peningkatannya 24,79% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 yang di amati, 1 orang atau (5%) dengan kategori “cukup” , dan 19 orang atau (95%) dengan kategori “kurang”. 2. Aspek posisi badan memiliki rata-rata 48,25% peningkatannya 26,75% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 3 orang atau (15%) dengan kategori “cukup”, dan 17 orang atau (85%) dengan kategori “kurang”. 3. Aspek Sikap lengan pada saat perkenaan bola memiliki rata-rata 49,15 peningkatannya 25,85% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 8 orang atau (40%) dengan kategori “cukup”, dan 12 orang atau (60%) dengan kategori “kurang”. 4. Aspek gerakan lanjutan memiliki rata-rata 49,25 peningkatannya 25,75% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 2 orang atau (10%) dengan kategori “cukup”, dan 18 orang atau (90%) dengan kategori “kurang” Kemampuan siswa dalam melakukan pasing bawah diamati oleh peneliti bersama guru mitra dengan menggunakan lembaran pengamatan kemampuan siswa. Berikut disajikan pada tabel 3 hasil pengamatan kemampuan siswa Tabel 3 Hasil Kegiatan Observasi Awal kemampun siswa Inikator Penilaian Passing Bawah NO Rata-rata Ket Kode Aspek Posisi Kaki 50,21 K 1. A Posisi Badan 48,25 K 2 B Sikap lengan pada saat perkenaan bola 49,15 K 3. C Gerakan Lanjutan 49,25 K 4. D 50,05 K Rata-rata Nilai
4.1.1.3 Refleksi observasi awal Dengan demikan maka dapat dilihat bahwa hasil obeservasi awal yang telah dipaparkan, maka peneliti telah mendapat gambaran tentang keterampilan passing bawah siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa, yang akan ditingkatkan oleh guru dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan melihat situasi yang ada maka penulis menganggap perlu untuk melakukan penelitian. 4.1.2 Data Hasil Siklus I 4.1.2.1 Hasil observasi kegiatan guru Pengamatan kegiatan siklus I dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan guru mitra, dalam hal ini guru mitra sendiri yang bertindak sebagai guru pengamat. Kegiatan peneliti siswa selama proses pembelajaran berlangsung diamati melalui lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa. Berikut disajikan pada tabel 4 hasil pengamatan kegiatan guru siklus I Tabel 4 Hasil observasi Kegiatan Guru Observasi Siklus I No Aspek Yang Diamati Dilaksanakan YA TIDAK A. Kegiatan Pendahuluan 1. Formasi barisan √ 2. Berdoa √ 3. Absensi √ 4. Pemanasan √ B. Kegiatan Inti 5. Guru menjelaskan tentang cara √ melakukan pasing bawah pada permainan bola voli. √ 6. Guru melatih cara melakukan pasing bawah, dalam hal ini guru memperhatikan indikator yang diamati pada siswa sebagai berikut : (a) Posisi kaki (b) Posisi badan (c) Sikap lengan pada saat √ perkenaan bola (d) Gerakan lanjutan. C. 7. Guru menugaskan pada siswa untuk mengulang kembali cara melakukan pasing √ bawah secara berkelompok. √ Kegiatan Penutup 8. Formasi barisan √ 9. Penilaian (evaluasi atas materi yang telah diajarkan) 10. Pendinginan
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 10 aspek yang di amati pada guru dilaksanakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. 4.1.2.2 Hasil observasi kemampuan siswa Peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses belajar mengajar diukur dengan menggunakan lembar pengamatan kemampuan siswa yang terdapat 4 aspek yaitu : 1. Posisi kaki 2. Posisi badan 3. Sikap lengan pada saat perkenaan bola 4. Gerakan lanjutan Berikut disajikan dalam bentuk tabel 5 hasil pengamatan kemampuan siswa siklus I. Tabel 5 Hasil pengamatan kemampuan siswa siklus I. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Astriyani Pratiwi Abudi Fitra S.Isa Jefriyanto Wero Maerlina Bumulo Moh. Ilham saman Moh. Solihin bufolo Moh. Akbar fr lahay Moh. Alfi Hadjarati Moh. Alwi Detiage Moh. Alwi Salapa Moh. Apris Komendang Mulia Rahman Datu Nur Maharami A.Auir Rahmatia S. Harun Rifki Pakaya Sasti Peprianti Kasu Siti Nurhalisa Moha Sri nur Cahyani Malahita Sri Rahayu Kadir Uera febriani hasan Jumlah Rata-rata
Aspek Penilaian
Jumlah
Ratarata
A
B
C
D
60 60 60 75 60 70 60 75 70
75 75 60 75 60 75 60 60 60
75 60 75 75 75 60 60 70 70
75 70 65 75 60 60 60 65 60
285 260 260 300 255 265 240 270 260
71,25 65 65 75 63,75 66,25 60 67,5 65
60 75 75 60 60 60 60 60 75 75 75
60 75 70 60 60 60 75 65 65 70 70
60 70 75 60 60 60 75 60 75 60 75
60 60 75 70 60 65 60 60 70 75 60
240 280 295 250 240 245 270 245 285 280 280
60 70 73,75 62 ,5 60 61,25 67,5 61,25 71,25 70 70
1325 66,25
1330 66,5
1350 67,5
1300 65
5305 265,25
1326,25 66,31
Berdasarkan table terebut dapat dijelaskan hasil kegiatan siklus I sebagai berikut: 1. Aspek posisi kaki meliliki rata-rata 66,25%, peningkatannya 8,75% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 7 orang atau (35%) dengan kategori “baik”, dan 13 orang atau (65%) dengan kategori “cukup”
2. Aspek posisi tangan memiliki rata-rata 66,5%, peningkatannya 8,5% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 6 orang atau (30%) dengan kategori “baik” dan 14 orang atau (70%) dengan kategori “cukup”. 3. Aspek Sikap lengan pada saat perkenaan bola memiliki rata-rata 67,5%, peningkatannya 7,5% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amat, 8 orang atau (40%) dengan kategori “baik” dan 12 orang atau (60%) dengan kategori “cukup”. 4. Aspek gerakan lanjutan memiliki rata-rata 65%, peningkatannya 10%. Dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 4 orang atau (20%) dengan kategori “baik” dan 16 orang atau (80%) dengan kategori “cukup”. Setelah dilakukan tindakan sebanyak 4 kali maka peneliti bersama guru mitra mengadakan evaluasi terhadap hasil tindakan pada siklus I masih memiliki hasil yang kurang tepat (cukup). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel hasil penilaian siklus I dibawah ini. Table 6 Hasil Kegiatan Siswa Siklus I Inikator Penilaian Passing Bawah No Rata-rata Ket Kode Aspek 1. A Posisi Kaki 66,25 C 2 B Posisi Badan 66,5 C 3. C Sikap lengan pada saat perkenaan bola 67,5 C 4. D Gerakan Lanjutan 65 C 66,31 C Rata-rata Nilai Dengan hasil analisis data tersebut, maka pemberian tindakan akan dilanjutkan kembali pada siklus berikutnya, karena indikator kinerja yang telah di tetapkan sebelumnya, belum tercapai melalui pelaksanaan siklus I. Maka perlu di adakan tindakan dan dilanjutkan dengan siklus selanjutnya karena dapat dilihat dari indikator kinerjanya adalah jika 75 % dari jumlah siswa yang diberi tindakan, keterampilan pasing bawah yang mereka miliki termasuk dalam klasifikasi tepat (75-89). Sedangkan pada siklus I, terjadi peningkatan pada pasing bawah siswa, tetapi tidak mencapai klasifikasi tepat (75-89). 4.1.2.3 Refleksi siklus I Untuk merefleksikan hasil pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti mendiskusikannya dengan guru pengamat. Hal ini dilakukan ketajaman refleksi itu sendiri. Dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan, maka disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terbukti dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan dan sesuai dengan indikator kinerja baru mencapai 12 orang. Dengan pengertian bahwa dalam proses pembelajaran pada siklus I masih terdapat aspek-aspek yang belum terlaksanakan secara optimal. Seperti peneliti yang tidak menjelaskan secara singkat mengenai tujuan pembelajaran dan koreksi atas
materi yang diajarkan selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena itu penelitian tindakan siklus I ini dilanjutkan ke tindkan siklus II. 4.1.3 Data Hasil Siklus II 4.1.3.1 Hasil pengamatan kegiatan guru Pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II merupakan kelanjutan dari penelitian tindakan siklus I, karena belum mencapai target yang diinginkan. Dan Pengamatan kegiatan penelitian siklus II dilaksanakan secara bersama-sama oleh peneliti dan guru mitra, dalam hal ini guru mitra sendirilah yang bertindak sebagai guru pengamat. Kegiatan guru dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, diamati melalui lembar pengamatan peneliti dan lembar pengamatan siswa. Berikut disajikan pada tabel 7 hasil pengamatan kegiatan guru siklus II. Tabel 7 Hasil observasi Kegiatan Guru Siklus II No Aspek Yang Diamati A.
B.
C.
Kegiatan Pendahuluan 1. Formasi barisan 2. Berdoa 3. Absensi 4. Pemanasan Kegiatan Inti 5. Guru menjelaskan tentang cara melakukan pasing bawah pada permainan bola voli. 6. Guru melatih cara melakukan pasing bawah, dalam hal ini guru memperhatikan indikator yang diamati pada siswa sebagai berikut : (a) Posisi kaki (b) Posisi badan (c) Sikap lengan pada saat perkenaan bola (d) Gerakan lanjutan. 7. Guru menugaskan pada siswa untuk mengulang kembali cara melakukan pasing bawah secara berkelompok. Kegiatan Penutup 8. Formasi barisan 9. Penilaian (evaluasi atas materi yang telah diajarkan) 10. Pendinginan
Dilaksanakan YA TIDAK √ √ √ √ √ √
√
√ √ √
Berdasarkan tabel 5 diatas di bahwa dari 10 aspek yang di amati pada guru, semua di laksanakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. 4.1.3.2 Hasil observasi kemampuan siswa Peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses belajar mengajar diukur dengan menggunakan lembar pengamatan kemampuan siswa yang terdapat 4 aspek yaitu : 1. Posisi kaki 2. Posisi badan 3. Sikap lengan pada saat perkenaan bola 4. Gerakan lanjutan Hasil pengamatan kemampuan siswa disajikan dalam bentuk tabel 8 hasil pengamatan kemampuan siswa siklus II sebagai berikut : Tabel 8 hasil observasi kemampuan siswa siklus II. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Astriyani Pratiwi Abudi Fitra S. Isa Jefriyanto wero Marlina bumulo Moh. Ilham saman Moh. Solihin bufolo Moh. Akbar fr lahay Moh. alfi hadjarati Moh. Alwi detiage Moh. Alwi salapa Moh. Apris komendang Mulia rahman datu Nur maharani A. Auir Rahmatia S. Harun Rifki pakaya Sasti pepriyanti kasu Siti nurhalisa moha Sri nur cahyani malahita Sri rahayu kadir Uera febriani hasan Jumlah Rata-rata
A 80 80 77 80 90 75 80 78 90 80 80 85 80 80 75 80 80 85 80 85 1620 81.05
Aspek Penilaian B C 80 85 80 85 80 85 85 95 80 95 80 80 80 85 80 80 78 80 80 80 85 80 75 75 80 80 80 85 80 1603 80,15
85 80 90 90 80 80 80 85 80 85 85 1690 84,5
D 80 79 80 80 79 80 70 80 80 75 80 90 80 80 85 77 80 90 80 80 1605 80.25
Jumlah
Rata-rata
325 324 322 340 344 315 315 318 328
81.25 81 80.5 85 86 78,75 78.75 79.5 82
320 320 350 330 315 315 317 325 335 330 330 6518 325,9
80 80 87.5 82.5 78.75 78.75 79.25 81.25 83,75 82.5 82,5 1629,5 81,47
Berdasarkan table tersebut dapat dijelaskan hasil pengamatan siklus II sebagai berikut: 1. Aspek posisi kaki meliliki rata-rata 81,05%, peningkatannya -6,05% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 2
orang atau (10%) dengan kategori “sangat baik” dan 18 orang atau (90%) dengan kategori “baik” 2. Aspek posisi tangan memiliki rata-rata 80,15%, peningkatannya 5,15% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 20 orang atau (100%) dengan kategori “baik” 3. Aspek Sikap lengan pada saat perkenaan bola memiliki rata-rata 84,5% peningkatannya -9,5% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 4 orang atau ( 20%) dengan kategori “sangat baik”, dan 16 orang atau (90%) dengan kategori “baik”. 4. Aspek gerakan lanjutan memiliki rata-rata 80,25%, peningkatannya ,25% dari indikator kinerja 75%. Dengan jumlah siswa 20 orang yang di amati, 2 orang atau (10%) dengan kategori “sangat baik” dan 18 orang atau (90%) dengan kategori “baik”. Sebelum diberi evaluasi pada siklus II ini peneliti memberikan tindakan sebanyak 3 kali tindakan yaitu dimulai dari tanggal 3-6 juli 2013 dengan hasil yang di capai, seperti yang terlihat pada table 9 di bawah. Tabel 9 Hasil Kegiatan Siswa Siklus II Inikator Penilaian Passing Bawah No Rata-rata Ket Kode Aspek 81,05 1. A Posisi Kaki B 2 B Posisi Badan 80,15 B 3. C Sikap lengan pada saat perkenaan bola 84,5 B 4. D Gerakan Lanjutan 80,25 B B Rata-rata Nilai 81,47 Dengan hasil analisis, maka pemberian tindakan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya, karena indikator kinerja yang di tetapkan tercapai, yakni 75 %. 4.1.3.3 Refleksi siklus II Refleksi hasil pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti mendiskusikannya dengan guru pengamat. Hal ini dilakukan ketajaman refleksi itu sendiri. Dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini mengalami peningkatan hingga 81,47%, maka penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya dalam arti sudah berhasil. 4.2 Pembahasan Pendidikan jasmani merupakan salah satu proses pendidikan dalam perkembangan serta kemajuan suatu bangsa, untuk itu di perlukan suatu realisasi dalam bentuk terobosan guna untuk mencapai suatu tujuan. Hal tersebut seperti sarana dan prasarana, tenaga akademis yang professional, serta kurikulum sesuai program pendidikan nasional. Tujuan dan fungsi pendidikan jasmani antara lain adalah : a. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, melalui aktivitas jasmani.
b. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (out door education). Untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan gerak dan keterampilan teknik, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus memilik dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran maupun pendekatan, serta mampu menggunakan alat-alat pembelajaran yang tersedia, maupun menciptakan atau memodifikasi bentuk-bentuk permainan yang menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas peneliti pun merasa tertarik untuk mengadakan penelitian, yang direncanakan dalam II siklus, perencanaan ini berawal dari observasi awal karena peneliti melihat berdasarkan hasil pengamatan pada observasi awal maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian. Penelitian tindakan kelas ini berjudul “Meningkatkan Keterampilan Pasing Bawah Pada Permainan Bola Voli Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suwawa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan strategi pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw, keterampilan pasing bawah siswa dapat meningkat. Dengan melihat hipotesis yang diajukan di atas maka peneliti perlu mengadakan penelitian oleh karena itu untuk memudahkan peneliti, maka ditetapkan indikator kinerja sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini. Adapun indikator kinerja yang berbunyi jika 75% dari jumlah siswa yang di beri tindakan, ketrampilan pasing bawah yang mereka miliki termasuk dalam klasifikasi tepat (baik) maka penelitian dianggap selesai dan berhasil. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yakni siklus I dan sikulus II, dan sebelumnya peneliti melaksanakan observasi awal seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa observasi awal ini di tujukan untuk memastikan ketrampilan pasing bawah siswa yang rendah juga untuk mendapatkan data yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti untuk memberikan tindakan. Berdasarkan hasil kegiatan observasi awal di temukan bahwa ketrampilan pasing bawah yang dimiliki siswa sangat rendah, dengan di tandai rata-rata nilai 50,05 yang termasuk dalam kategori kurang tepat. Selanjutnya pemberian tindakan siklus I di laksanakan pada tanggal 25 Mei - 30 Mei 2013, di peroleh data yang kemudian di analisis untuk mengetahui hasil pemberian tindakan. Ternyata pemberian tindakan pada siklus I memberikan peningktan terhadap ketrampilan pansing bawah yang dimiliki siswa. Akan tetapi peningkatan ini belum mencapai indikator yang ditetapkan, hanya mencapai rata-rata nilai 66,31 yang termasuk dalam kategori cukup. Untuk itu peneliti kembali melanjutkan tindakan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Pemberian tindakn siklus II dilaksanakan selama tiga hari, yang dimulai pada tanggal 3-6 juli 2013, di peroleh data yang kemudian di analisis seperti pada siklus sebelumnya yaitu guru mengetahui hasil pemberian tindakan pada siklus II. Dari hasil
analisis data diketehui bahwa peningkatan kembali terjadi pada ketrampilan pasing bawah siswa. Hal ini ditandai dengan rata-rata nilai yang di capai yakni 81,47 termasuk dalam kategori tepat (baik), sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan sebelumnya. Dengan tercapainya indikator kinerja pada siklus II, maka penelitian ini tidak dilanjutkan lagi, dan hipotesis tindakan yang telah diajukan meningkat.
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahaan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi/ pemantauan kegiatan siswa dengan empat (4) aspek yang diamati yakni: 1) posisi kaki, 2) posisi badan, 3) sikap lengan pada saat perkenaan bola, 4) gerakan lanjutan. Sedangan pemberian nilai menggunakan skala 0-100 dengan klasifikasi nilai sangat tepat (90-100), tepat (75-89), cukup tepat (60-74), kurang tepat (40-59), tidak tepat (0-39), rata-rata nilai ketrampilan passing bawah siswa pada observasi awal dengan indikator yang telah ditentukan maka rata-rta nilai yang ditemukan 50,05dengan demikian maka penelitia perlu untuk mengadakan tindakan untuk mencapai hasil yang maksimal (indikator yang telah ditentukan). 2) Setelah pemberian tindakan siklus I pada tanggal 25 Mei – 30 Mei 2013 terjadi peningkatan pada ketrampilan pasing bawah siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata nilai pasing bawah menjadi 66,31 dari rata-rta nilai 50,05 pada observasi awal. Akan tetapi peningkatan ini belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. 3) Tindakan siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 3-6 Mei 2013, dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam melakukan passing bawah pada permainan bola voli menjadi 81,47 dari rata-rata nilai 66,31 usai pelaksanaan siklus I.
a. Saran Berdasarkan simpulan diatas hal-hal yang disarankan oleh peneliti diantaranya yaitu: 1) Sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan seorang guru selalu melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2) Sebaiknya dalam pembelajaran penjaskes guru selalu memperhatikan materi pelajaran (strategi pembelajaran yang relevan dengan materi yang akan diberikan) agar ketrampilan siswa dapat meningkat khususnya passing bawah pada permainan bola voli seorang guru harus menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3) Guru harus menciptakan suasana yang selalu menyenangkan dan manarik sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti mata pelajaran tersebut yakni penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga pembelajaran siswa aktif dapat terwujud. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono, 2009. Cooperatife learning, teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar Ahmadi Nuril, 2007. Panduan Olahraga Bola Voli. Surakarta : Era Pustaka Utama Anita lie, 2012. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta Arends dalam Dini, 2012. model pembelajaran langsung dalam pendidikan jasmani dan kesehatan. Bandung : Alfabeta Buchari Alma 2009Guru Profesional, Bandung:Alfabeta Dwi Sarjiyanto, 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : PT Intan Pariwara Feri Kurniawan, 2011. Buku Pintar Olahraga. Jakarta : Laskar Askara Isjoni (2012) Cooperative Learning, Bandung:Alfabeta . Isjoni (2012) Cooperative Learning, Bandung : Alfabeta . Mile, (2013:1) Bahan Ajar TP. BOLA VOLI II, Universitas Negeri Gorontalo
Mile Sarjan (2012 : 47) Bahan Ajar TP. BOLA VOLI I, Universitas Negeri Gorontalo Nuril (2007:22) Panduan Olahraga Bola Voli. Surakarta Era Pustaka Utama Rusman (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Slamet (2010:16) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Penjas Orkes. Jakarta: CV. Adi Perkasa Slavin dalam (Isjoni,2012:12) Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta
Sujarwadi (2010) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : PT Intan Pariwara Teguh Santosa (2010:8) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: CV Setiaji