Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO Zuriyati S. Manto, dr. Zuhriana K. Yusuf , M. Kes, Wirda Y. Dulahu, S.Kep,Ns.M.Kep
Abstrak
Zuriyati S. Manto. 2015. Hubungan Pola Makan dan Olahraga dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi. Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes, dan Pembimbing II Wirda Y. Dulahu, S.Kep,Ns.M.Kep. Angka kejadian diabetes mellitus semakin meningkat. Sebanyak 5% dari populasi SSSSSSUpesat. Faktor penyebab diabetes mellitus diantaranya pola makan dan olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dan olahraga dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini semua pengunjung puskesmas berusia 40-70 tahun berjumlah 85 orang pada saat melakukan penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini 50 responden yang memenuhi kriteria penelitian. Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling dan analisis data menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa pola makan pengujung Puskesmas Tilamuta terbanyak adalah pola makan yang baik (74%) dan olahraga yang paling banyak adalah olahraga yang cukup (66%). Berdasarkan hasil uji statistik disimpulkan terdapat hubungan antara pola makan (Pvalue = 0,021), dan olahraga (Pvalue = 0,003) dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. Saran diharapkan tenaga kesehatan puskesmas agar memberikan pendidikan kesehatan dan senam terkait diabetes mellitus secara berkala. Kata Kunci
: Diabetes Mellitus, Pola Makan, Olahraga
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus saat ini telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi manusia di dunia. Menurut Golostein (2008) bahwa 5% dari populasi penduduk dunia terkena diabetes mellitus dengan prevalensinya meningkat sangat pesat. 1 Berdasarkan data WHO (2013) jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 347 juta jiwa di seluruh dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dari 10 besar negara dengan diabetes mellitus tertinggi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI (2013) dalam laporan hasil riset kesehatan dasar didapatkan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia mengalami peningkatan 2,1% ditahun 2013, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu 1,1%.Dan Provinsi Gorontalo menduduki peringkat ke 11 di Indonesia dengan tingkat prevalensi diabetes 1,5 %. Ada beberapa faktor penyebab diabetes mellitus yaitu diantaranya pola makan dan olahraga. Masyarakat masa kini, cenderung memiliki kesedaran yang rendah terhadap pola makan yang sehat. Ketika memilih makanan, orang lebih mencari makanan yang enak rasanya daripada yang kaya akan nutrisinya. olahraga juga merupakan salah satu yang dapat menyebabkan resiko terjadinya penyakit diabetes mellitus jika seseorang dalam hidupnya kurang melakukan latihan fisik ataupun olahraga maka cadangan glikogen ataupun lemak akan tetap tersimpan di dalam tubuh, hal inilah yang memicu terjadinya berbagai macam penyakit degenratif salah satu contohnya diabetes melitus.2 Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Tilamuta, Kabupaten Boalemo pada tanggal 2 maret 2015, bahwa terdapat penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2013 sebanyak 88 orang. Dimana jumlah terbesar penderita diabetes mellitus adalah perempuan sebanyak 53 orang, sedangkan laki-laki berjumlah 35 orang. Kemudian pada tahun 2014 jumlah penderita diabetes mellitus tipe sebanyak 114 orang. Dimana jumlah perempuan adalah 63 orang, sedangkan laki-laki berjumlah 51 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 5 penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Tilamuta ditemukan masing-masing dari mereka memiliki riwayat pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat tanpa mengimbangi dengan serat yang berasal dari sayuran dan buahbuahan, makanan yang siap saji dan makanan mengandung gula.
1
2
Golostein . Type 2 Diabetes Principles and Pratice Second Edition. 2008.
I. Soebroto. Hidup Bahagia Dengan Diabetes. Bangkit. Jogjakarta. 2009.
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Berdasarkan uraian yang melatar belakangi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pola Makan Dan Olahraga Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Tilamuta, Kabupaten Boalemo” METODE PENELITIAN Jenis penelitian dalam penelitian ini termasuk pada penelitian kuantitatif bersifat analitik dengan desain penelitian croos sectional. Dalam penelitian ini populasi yaitu semua pengunjung yang berusia 40-70 tahun yang datang di puskesmas Tilamuta pada saat melakukan penelitian yang berjumlah 85 orang pengunjung. Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik accidental sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan artinya siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut cocok dengan sumber data. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis univatiat dan bivariat untuk mencari hubungan antar variabel independen dan variabel dependen dengan mengunakan Uji Chi Square. HASIL PENELITIAN Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo No 1. 2.
Pola Makan Baik Tidak Baik
Jumlah (n) 37 13
Presentase (%) 74% 26%
Total
50
100%
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.5 distribusi responden berdasarkan pola makan didapatkan bahwa dari 50 responden yang diteliti sebagian besar yang pola makanya baik yaitu berjumlah 37 responden (74%). Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Olahraga Di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo No Olahraga Jumlah Presentase (%) 1. Baik 33 66% 2. Tidak Baik 17 34% Total
50
100%
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.6 distribusi responden berdasarkan olahraga didapatkan bahwa dari 50 responden yang diteliti sebagian besar yang olahraganya baik yaitu berjumlah 33 responden (66%). Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian DM Tipe II Di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO No Kejadian DM 1. Penderita Diabetes Mellitus Tipe II 2. Bukan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Total
Jumlah (n) 21
Presentase (%) 42%
29 50
58% 100%
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.7 distribusi responden berdasarkan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II didapatkan bahwa dari 50 responden yang diteliti sebagian besar tidak penderita Diabetes Mellitus Tipe II yaitu berjumlah 29 responden (58%). PEMBAHASAN POLA MAKAN Dari hasil kuesioner yang dibagikan peneliti kepada responden bahwa yang pola makannya baik tersebut sebagian besar tidak menderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan jumlah responden 25 responden (50%). Dimana responden yang pola makanya baik ini mereka sering mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, tidak sering mengkonsumsi makanan-makanan yang siap saji dan pola makan sering dilakukan 3 kali dalam sehari. Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa pola makan yang baik dapat dilakukan karena tingkat kesadaran atau keinginan responden untuk menjaga kesehatan sangat tinggi sehingganya dengan rasa kesedaran dan keinginan untuk menjaga kesehatan tersebut tentu akan tercipta suatu tindakan untuk mengatur pola makan yang baik. Dimana pola makan yang baik tersebut dapat mempertahankan kesehatan atau mencegah timbulnya penyakit. Pola makan yang baik ini juga banyak dialami oleh yang berjenis kelamin laki-laki, dimana laki-laki tidak sering mengkonsumsi makanan yang manis-manis seperti kue, dan snack. Selain jarang mengkonsumsi makanan yang mengadung gula, pekerjaan laki-laki juga banyak melakukan aktivitas fisik, seperti pekerjaan petani yang banyak dilakukan oleh laki-laki sehinga dengan pola makan yang cukup baik dan diimbangi dengan pekerjaan yang banyak beraktivitas fisik tentunya akan mengstabilkan makanan-makanan yang dikonsumsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asdinar (2013) tentang hubungan pola makan dengan resiko penyakit Diabetes Mellitus di Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumbu dimana dalam sampel penelitian ini adalah pasien yang bukan penderita Diabetes Mellitus tetapi pasien yang diduga beresiko terkena Diabetes Mellitus, menujukan bahwa sebagian besar pola makan responden dalam kategori teratur. Selain itu terdapat juga responden yang pola makanya tidak baik dimana sebagian besar dialami oleh penderita Diabetes Mellitus yang berjumlah 9 responden (18%). Responden yang pola makanya tidak baik tersebut dipengaruhi oleh beberapa
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO faktor yaitu sulitnya responden untuk memenuhi kebutuhan makanan yang baik seperti untuk memenuhi buah-buahan dan mengatur pola makan yang baik. Dari faktor tersebut sehinganya responden lebih memilih mengkonsumsi makanan yang mudah ditemukan dan makanan yang siap saji tanpa memikirkan makanan tersebut baik dikonsumsi ataupun tidak baik untuk dikonsumsi. OLAHRAGA Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa yang olahraganya baik tersebut sebagian besar dialami oleh responden yang tidak menderita Diabetes Mellitus Tipe II yang berjumlah 24 responden (48%). Dimana didapatkan responden tersebut sering melakukan kegiatan olahraga lebih dari 3 kali dalam seminggu, olahraga yang mereka lakukan berupa jalan pagi,joging dan melakukan senam. Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi bahwa responden yang melakukan olahraga yang baik dikarenakan dari faktor kebiasaan dan keinginan responden dalam melakukan olahraga yang disenaginya. Dengan hal tersebut maka untuk melakukan olahraga yang baik dapat dilakukan dan juga responden dapat mengatur waktu untuk berolahraga. Dimana keuntungan dari olahraga selain dapat membuat tubuh sehat juga dapat membuat kesenangan, seperti bersepeda joging dan melakukan senam. Selain itu responden yang olahraganya kurang baik dimana banyak dialami oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan jumlah responden 12 responden (24%). Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan responden membuat responden tidak dapat membagi waktu untuk berolahraga dengan baik. seperti PNS dan IRT dimana responden yang memiliki pekerjaan tersebut sibuk dengan menyiampkan sarapan pada pagi hari, membersikan rumah dan kemudian menyiapkan makan siang. Setelah selesai bekrja responden tentunya akan beristirahat sehingga untuk melakukan olahraga tidak terlaksana dengan baik. Dalam olahraga yang kurang baik ini juga dipengaruhi oleh umur yang sudah tua, dimana umur yang sudah tua tersebut membuat responden jarang melakukan olahraga seperti bersepeda dan joging. Umur yang sudah tua lebih fokus dalam memikirkan pekerjaannya sehingga untuk melakukan olahraga tidak terlaksanakan sebab pikiran atau kesedaran untuk berolahraga tidak sempat untuk dipirkan. Sehingga dengan hal ini kebiasaan atau berolahrag akan hilang. pekerjaan juga bisa mempengaruhi kurangnya melakukan aktivitas olahraga contahnya seperti PNS mereka kurang memiliki waktu untuk berolahraga karena waktu mereka sebagian besar digunakan untuk bekerja dan waktu luang mereka digunakan untuk bekerja. Menurut teori Adib (2011) Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara bertahap setelah mencapai usia 50 tahun. Untuk menurunkan kadar gula darah tersebut perlu dilakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, sebab otot menggunakan glukosa yang terdapat dalam darah sebagai energi 3. Hal ini sejalan 3
M.Adib. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang paling Sering Menyerang Kita . Yogyakarta : Buku Biru. 2010
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO dengan teori Suiraoka, (2012) bahwa dengan bertambahnya umur, kemampuan jaringan mengambil glukosa darah semakin menurun. Diabetes Mellitus Tipe II lebih banyak terdapat pada orang yang berumur diatas 40 tahun dari pada orang yang lebih muda4. KEJADIAN DM TIPE II Dari hasil penelitian peneleti berasumsi bahwa kejadian Diabetes Mellitus Tipe II ini yang dialami oleh responden sebagian besar dari kebiasaan pola makan mereka yang tidak baik atau olahraga yang kurang, dimana yang seharusnya makanan yang dikonsumsi akan diubah menjadi energi tetapi akibat dari pola makan yang tidak baik dan olahraga yang kurang akan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Selain itu umur juga bisa mempengaruhi kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada peasien pengunjung Puskesmas Tilamuta kabupaten Boalemo. Peneliti berasumsi hal tersebut dikarenakan umur yang sudah tua daya tahan tubuh dan aktivitas juga menurun sehinga bisa berpengaruh terhadap kerja insulin yang bisa mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Hasil penelitian ini didasari oleh teori Sutanto (2013) bahwa Penyakit diabetes adalah penyakit yang timbul dari adanya kondisi kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia), kadar gula darah yang tinggi bisa disebabkan oleh kelainan yang berkaitan dengan hormon insulin yang berfungsi sebagai penyimbang kadar gula darah. Gangguan hormon insulin sendiri disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas dalam memproduksi insulin secara optimal, yaitu jumlahnya kurang, selain karena ketidakmampuan pankreas dalam memproduksi insulinn, gangguan juga terjadi karena sel-sel tubuh tidak dapat mempergunakan insulin dengan baik. Tingginya kadar gula darah juga bisa disebabkan oleh asupan makanan sumber gula yang berlebihan.5 Menurut teori Soewondo, (2006). Ketika seseorang dalam pekerjaannya kurang latihan fisik menyebabkan jumlah timbunan lemak dalam tubuh tidak akan berkurang dan dapat menyebabkan DM tipe-26. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zahtamal (2009) responden yang bekerja dalam posisi gerak yang terbatas memiliki kadar glukosa darah tidak terkontrol dibandingkan responden yang banyak melakukan aktifitas gerak dalam pekerjaannya memiliki kadar glukosa darah terkontrol. HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN DM TIPE II 4
Suiraoka.Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika 2012
5
Sutanto, Diabetes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Buku Pintar. Yogyakarta. 2013.
6
Soewondo. Hidup sehat bebas diabetes.Yogyakarta : Araska. 2006
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Dari hasil analisa dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai Pvalue 0,021 ≤ α (0,05) yang artinya ada hubungan antara pola makan dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang pola makannya tidak baik banyak dialami oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe II yang berjumlah 9 responden (18%) dibandingkan dengan yang tidak penderita Diabetes Mellitus hanya 4 responden (8%). Dari hasil kuesioner yang dibagikan peneliti kepada responden didapatkan bahwa responden yang pola makanya tidak baik tersebut sering mengkonsumsi makan-makanan yang manis seperti kue,coklat dan biskuit, sering mengkonsumsi makanan yang siap saji, dan sering mengkonsumsi makanan yang berlemak. Melihat dari responden yang pola makannya tidak baik tersebut maka peneliti berasumsi bahwa hal ini tentunya dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah, dimana makanan yang serba instan atau yang siap saji tidak baik bagi kesehatan, sebab makan yang siap saji tersebut merepukan karbohidrat yang sederhana yang lebih mudah terurai (senyawa) akibatnya terjadi peningkatan kadar glukosa sehingga glukosa ini langsung masuk kealiran darah maka akan terjadi peningkatan glukosa darah tersebut. Hal ini juga didukung dengan teori Suyono (2007) dan Suiraoka (2012), pola makan yang tinggi lemak, garam, dan gula mengakibatkan masyarakat mengkonsumsi makanan secara belebihan, selain itu pola makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemri oleh sebagian masyarakat, tetapi dapat mengakibatkan peningkatan kadar gula darah.7 Menurut Adib, (2012). Makanan tertentu jika dikonsumsi dapat menaikkan kadar gula dalam darah, karena itu harus berhati hati memilih makanan, bahan pangan kaya karbohidrat membuat kerja organ pancreas menjadi lebih berat. Karbohidrat akan segera diubah menjadi glukosa akibat kadar gula darah meningkat. 8 Selain itu responden yang pola makannya baik banyak dialami oleh responden yang tidak penderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan jumlah responden 25 responden (50%). Sesuai dengan hasil wawancara dari responden yang bukan penderita Diabetes Mellitus tipe II dimana pola makan yang baik tersebut dilakukan responden dengan cara mengkonsumsi buah-buahan, sering meluangkan waktu untuk sarapan pagi dan kemudian responden juga sering mengkonsumsi sayur-sayuran. Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti berasumsi bahwa pengaturan pola makan yang baik sangat penting dimana pola makan yang baik ini dapat menjaga kesehatan pada manusia dengan banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur7 8
Suiraoka.. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika. 2012 Adib, M.Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang paling Sering Menyerang Kita. Yogyakarta : Buku Biru. 2012
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO sayuran akan menjadikan kekebalan tubuh meningkat sehinganya tubuh dapat menjaga berbagai macam penyakit salah satunya penyakit Diabetes Mellitus. Asumsi peneliti ini didukung oleh teori Hartono, (2005) menjelaskan makanan yang tinggi serat mampu mengontrol glukosa dalam darah dan mengurangi kebutuhan insulin. Makanan tinggi serat juga memberi rasa kenyang yang lebih lama tanpa menambah energi sehingga jarak waktu timbulnya rasa lapar semakin lama. HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DM TIPE II Dari hasil analisa dengan menggunakan uji Chi Square dengan diperoleh nilai Pvalue 0,003 ≤ α 0,05. Yang artinya ada hubungan yang signifikan antara olahraga dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien di Puskesmas Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sebagian besar responden yang tidak melakukan olahraga dengan cukup baik dialami oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan jumlah responden 12 responden (24%), dimana responden tersebut tidak sering melakukan olahraga 3-5 kali dengan lama olahraga lebih dari 30 menit dalam seminggu. Dari hasil wawancara dengan responden bahwa pekerjaan yang cukup padat membuat responden tidak dapat membagi waktu dalam berolahraga dengan baik. Kemudian waktu libur lebih banyak digunakan responden untuk bersantai atau beristirahat dibandingkan melakukan olahraga yang baik. Peneliti berasumsi bahwa olahraga perlu untuk dilakukan sebaik mungkin. kurangnya kesadaran untuk melakukan olahraga yang baik menjadi salah satu faktor terhadap responden tidak melakukan olahraga yang baik. Kemudian dengan pekerjaan yang responden miliki juga menyebabkan responden lupa untuk berolahraga atau tidak dapat memberikan waktu untuk berolahraga dengan baik. Sebagaiman yang telah diketahui bahwa pentingnya olahraga dapat menurunkan glukosa darah tentunya hal ini dapat mencegah terjadinya Diabetes Mellitus. Menurut teori Soegondo, (2013) Olahraga pada diabetisi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang akif, Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin (insulin-like effect). Permeabelitas membran terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe 2 akan berkurang. Respons ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus menerus dan teratur 9
9
Soegondo, S., P. Soewondo, dan I. Subekti. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Soegondo, S., P. Soewondo, dan I. Subekti. 2013. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Di Puskesmas Tilamuta, Kabupaten Boalemo dapat disimpulkan bahwa pola makannya baik yaitu berjumlah 37 responden (74%) dan responden tersebut banyak yang tidak menderita diabetes Mellitus Tipe II kemudian olahraganya kurang banyak yang menderita Diabetes Mellitus Tipe II yaitu berjumlah 33 responden (66%). Ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien di Puskesmas Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo dan hubungan olahraga dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diajurkan saran-saran sebagai berikut: untuk menjaga terjadinya peningkatan Diabetes Mellitus pada masyarakat Di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo maka dibutuhkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk lebih mengatur/menjaga pola makan yang baik dan juga melakukan olahraga yang baik. Dan diharapkan untuk pemerintah khususnya bagi tenaga kesehatan Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo, agar dapat memberikan penyuluhan serta penyebarluasan pengetahuan informasi dibidang kesehatan khususnya pada Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA Adib, M. 2012. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang paling Sering Menyerang Kita. Yogyakarta : Buku Biru Febrianto, B. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDES) Provinsi Gorontalo 2013. Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Litbankes. Goldstein, B. 2008. Type 2 Diabetes Principles and Pratice Second Edition. New York, London: Infoma Healthcare. Hartono A. (2005). Terapi gizi dan diet rumah sakit. Yogyakarta: EGC Sutanto, 2013. Diabetes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Buku Pintar. Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Soebroto, I. 2009. Hidup Bahagia Dengan Diabetes. Bangkit. Jogjakarta. Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika. Soewondo. (2006). Hidup sehat bebas diabetes.Yogyakarta : Araska Suyono S, 2007. Diabetes melitus di Indonesia. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.