Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Lab Virtual PhET pada Materi Arus dan Hambatan Listrik ( Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Paleleh )
JURNAL Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika
Oleh: Moh. Rizal Maru NIM : 421 410 035
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA 2014
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Lab Virtual PhET pada Materi Arus dan Hambatan Listrik Moh. Rizal Maru1*, Mohamad Jahja2 dan Ahmad Zainuri3 Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Prodi. S1 pendidikan Fisika
email : *)
[email protected]
Abstrak : Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran fisika dengan PhET Simulation. Penelitian dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Paleleh, Kec. Paleleh, Kab. Buol, Sulteng. Masalah yang diambil pada penelitian ini adalah Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran Fisika dengan lab Virtual PhET pada materi Arus dan Hambatan Listrik ? Untuk menjawab masalah tersebut, peneliti mengambil acuan pada hasil ahli terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan, yakni RPP, Bahan Ajar, LKS dengan Media Pembelajaran (PhET Simulation) dan THB. Selain itu peneliti juga menggunakan Lembar Pengamatan aktivitas/ kegiatan Guru dan siswa dalam KBM di kelas. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran Fisika dengan Lab Virtual PhET pada materi Arus dan Hambatan Listrik di SMAN 1 Paleleh, dengan model pengembangan yang digunakan adalah rancangan oleh Thiagarajan dan Sammel (1974) yang dimodifikasi, yakni model rancangan 4-D. Hasil validasi produk yang dikembangkan menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran, yakni RPP, Bahan Ajar, LKS dengan Media Pembelajaran (PhET Simulation), dan THB tergolong baik/ layak. Kata Kunci : Perangkat Pembelajaran, PhET Simulation, Arus dan Hambatan Listrik
1
Moh. Rizal Maru, 421410035, S1 Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika FMIPA UNG Dr.rer.nat. Mohamad Jahja, M.Si, (Pembimbing I) 3 Ahmad Zainuri, S.Pd, M.T, (Pembimbing II) 2
Sains terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Mengingat bahwa sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, dalam hal ini berarti siswa perlu untuk diajak dan atau ikut terlibat dalam kegiatan laboratorium[7]. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Dalam pembelajaran IPA peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup[8]. Hasil wawancara peneliti di SMA Negeri 1 Paleleh menunjukkan Kesulitan yang dihadapi sebagian besar siswa adalah pembelajaran yang kurang menarik yang mengakibatkan siswa kurang memperhatikan. Hal tersebut diakibatkan jarangnya diberikan pengalaman langsung melalui praktikum kepada siswa. Padahal dalam pembelajaran, laboratorium merupakan media penghubung antara pengetahuan yang bersifat abstrak dengan pengetahuan yang bersifat riil atau nyata. Guru lebih berperan sebagai pentransmisi ilmu tanpa menunjukkan fenomena yang berkaitan dengan materi karena untuk melakukan praktikum membutuhkan biaya yang banyak Sehingga perangkat yang digunakanpun tanpa adanya kegiatan laboratorium . Karena pada dasarnya kegiatan laboratorium harus dilaksanakan, maka tidak ada salahnya pembelajaran tersebut dapat dilengkapi dengan memanfaatkan laboratorium virtual yang memungkinkan melakukan kegiatan praktikum tanpa tersedianya sarana laboratorium sesungguhnya (laboratorium riil) (Mulyasa, E. 2006). Laboratorium virtual yang digunakan adalah PhET Simulation. Menurut Adams (2010) PhET Simulation adalah merupakan media simulasi interaktif yang menyenangkan, substansial simulasi kualitas profesional (simulasi) untuk mengajar dan belajar ilmu pengetahuan. Untuk menunjang penerapan pembelajaran fisika degan Lab Virtual PhET maka dibutuhkan perangkat pembelajaran fisika dan PhET Simulation. Perangkat tersebut terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Siswa dan Tes Hasil Belajar (THB). Identifikasi masalah yakni masih jarang implementasi Perangkat Pembelajaran yang dengan menggunakan media simulasi PhET. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran fisika dengan menggunakan Lab Virtual PhET pada materi Arus dan Hambatan Listrik, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Tes Hasil Belajar (THB). Rumusan masalah
Bagaimana Hasil pengembangan perangkat pembelajaran fisika dengan Lab Virtual PhET pada materi Arus dan Hambatan Listrik ? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika dengan Lab Virtual PhET pada materi Arus dan Hambatan Listrik. Manfaat (1) Memberikan pemahaman dan pengalaman kepada peneliti dalam mempelajari ilmu yang ditekuninya sehingga memberikan ilmu yang sangat berharga di masa yang akan datang, (2) Memberikan solusi atau gambaran yang dapat dipertimbangkan dalam berbagai penelitian di massa mendatang khususnya penelitian pengembangan dan (3) Sebagai bahan masukan yang objektif bagi Guru mata pelajaran Fisika tentang penggunaan Lab Virtual PhET yang melibatkan siswa secara aktif melalui pengajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran Fisika. KAJIAN PUSTAKA Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggris Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat digunakan dan berfungsi dimasyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. jadi penelitian pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multi years). Metode penelitian pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang ilmu alam dan teknik[13]. Perangkat pembelajaran merupakan segala alat dan bahan yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran. (Chodijah, 2012: 2) Secara istilah, perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Sehingga, perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan proses pembelajaran. Sedangkan pengembangan perangkat pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada. Penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan panduan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran sekaligus ura ian kegiatan siswa yang berhubungan dengan kegiatan guru yang dimaksudkan. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah Identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi, Komptensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, alokasi waktu, Model dan Metode Pembelajan, kegiatan pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar, dan Sumber Belajar [13]. Depdiknas (2003) menyatakan “Bahan ajar adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Materi
pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan guru dan dipelajari siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jenis materi pelajaran meliputi fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai.” Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain[9]. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan pengusaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran[12]. Menurut Daniel (1986), salah satu kompetensi proses belajar mengajar bagi seorang pengajar adalah keterampilan mengajak dan membangkitkan mahasiswa berpikir kritis. Kemampuan itu didukung oleh kemampuan pengajar dalam menggunakan media ajar[2]. Kelebihan dari PhET Simulation yakni dapat dijadikan suatu pendekatan pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan dan interaksi dengan siswa, mendidik siswa agar memiliki pola berpikir konstuktivisme, dimana siswa dapat menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan temuan-temuan virtual dari simulasi yang dijalankan, membuat pembelajaran lebih menarik karena siswa dapat belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut, dan memvisualisasikan konsep-konsep IPA dalam bentuk model. Seperti gaya apung, gaya berat, benda terapung, melayang dan tenggelam. Dipilihnya simulasi PhET karena simulasi ini berbasis program java yang memiliki kelebihan yaitu easy java simulation (ejs) dirancang khusus untuk memudahkan tugas para guru dalam membuat simulasi IPA dengan memanfaatkan komputer sesuai dengan bidang ilmunya[10].
Hasil penelitian menunjukkan bahwa simulasi membantu pemahaman konseptual siswa tentang fenomena. Misalnya, satu lab dua jam dari kursus fisika berbasis aljabar dibagi menjadi dua kelompok - mereka yang hanya menggunakan simulasi The Circuit Construction KIT (CCK) dan orang-orang yang hanya digunakan peralatan nyata (lampu, kabel, resistor dan lain-lain). Kegiatan lab ditulis di sekitar simulasi/ peralatan identik sebaliknya. Pada ujian akhir (6 minggu kemudian) tiga pertanyaan dilontarkan tentang sirkuit DC. Para siswa yang telah menggunakan CCK di laboratorium dilakukan secara statistik lebih baik dari pada rata-rata siswa yang menggunakan peralatan nyata. Rata-rata untuk kedua kelompok yang identik pada soal-soal ujian yang tidak menangani sirkuit. Selain itu, laboratorium ini diikuti oleh suatu kegiatan dimana kedua kelompok menggunakan peralatan nyata. Siswa harus membangun sebuah sirkuit yang rumit dan kemudian menjelaskan bagaimana sirkuit akan bereaksi, jika selesai menciptakan sirkuit tersebut, mereka siswa istirahat di suatu tempat tertentu. Para siswa yang telah menggunakan simulation rata-rata lebih cepat dalam menyelesaikan tantangan ini[1]. Arus dan Hambatan Listrik Arus listrik adalah banyaknya muatan yang mengalir melalui penampang konduktor tiap satuan waktu. Secara Matematis dapat ditulis:
I
Q t
Satuan SI untuk arus listrik adalah ampere (A): 1 A=
1C 1s
Artinya, arus listrik sebesar 1 A sama dengan muatan listrik sebanyak 1 C yang melalui suatu luas permukaan dalam 1 s. Kuat arus listrik yang mengalir melalui penghantar sebanding dengan tegangan atau beda potensial suatu penghantar listrik tersebut, perbandingannya selalu konstan yang disebut sebagai hambatan. Secara matematis dapat ditulis
R
V I
dan dikenal dengan sebagai hukum Ohm. Dimana R adalah hambatan kawat , V adalah beda potensial yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya. Hubungan ini sering dituliskan
V IR,
Satuan untuk hambatan disebut ohm dan disingkat (huruf besar Yunani untuk omega). Karena R = V / I, kita lihat 1,0 ekivalen dengan 1,0 V/A. Hambtan R kawat logam berbanding lurus dengan panjang L dan berbanding terbalik dengan luas penampang lintang A. Yaitu
R
L , A
Dimana ρ, konstanta pembanding, disebut hambat jenis (resitivitas) dan bergantung pada bahan yang digunakan. Untuk rangkaian seri hambatan ekivalen tunggal (pengganti) Rek yang akan menarik arus yang sama nantinya. Hambatan tunggal Rek tersebut akan dihubungkan dengan V dengan persamaan
V IRek Didapat Rek R1 R2 R3. Nilai resistor tunggal Rek yang akan menarik arus I yang sama dengan ketiga hambatan paralel ini. Resistor ekivalen Rek ini memiliki I
Didapat
V Rek
1 1 1 1 . Rek R1 R2 R3
Tegangan pada rangkaian seri dijumlahkan, sehingga disebut sebagai pembagi tegangan; arus pada setiap komponen R sama. Sedangkan untuk rangkaian paralel arus yang dijumlahkan, disebut sebagai pembagi arus; tegangan yang melintasi setiap komponen R sama.Hambatan-hambatan yang dirangkai seri akan memberikan hambatan total (pengganti) yang lebih besar daripada nilai setiap hambatannya. Hambatan yang disusun paralel memperkecil hambatan total (pengganti). Hukum I Kirchhoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada kekelan muatan, dan kita telah menggunakannya untuk menurunkan hukum untuk resistor paralel. Hukum ini menyatakan bahwa : “pada setiap titik cabang, jumlah semua arus yang memasuki cabang harus sama dengan semua arus yang meninggalkan cabang tersebut”. (Artinya, apa yang masuk harus keluar).
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang berorientasi pada produk (perangkat pembelajaran) melalui penggunaan media pembelajaran
Lab Virtual PhET.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan mencakup Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes Hasil Belajar (THB). Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan dan Semmel. Pada penelitian ini model 4-D dimodifikasi sehingga hanya memuat tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design) dan tahap pengembangan (develop)
Analisis Awal Define Analisis Kebutuhan Belajar Siswa
Analisis Perangkat dengan media pembelejaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa
Mengembangkan perangkat pembelajaran Fisika dengan Lab Virtual PhET.
Design
Rancangan Awal Perangkat (Draf I)
Validasi Ahli Develop
Tidak Valid
Revisi (Draf II) Valid
Naskah Final
Gambar : Skema Tahapan Pengembangan Perangkat Dalam penelitian pengembangan ini digunakan instrumen pengumpulan data sehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Berikut tabel instrumen penelitian yang digunakan :
Tabel : Instrumen Penelitian Pengembangan Penilaian Objek yang Dinilai Bentuk Instrumen RPP Lembar Validasi Bahan Ajar Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran Fisika LKS Lembar Validasi THB Lembar Validasi Sebelum
instrumen
digunakan
untuk
menguji
kelayakan
perangkat
yang
dikembangkan, maka instrumen lembar validasi perangkat tersebut divalidasi terlebih dahulu. Untuk Data hasil validasi dianalisis dengan menggunakan teknik statistika dalam bentuk persentase. Berdasarkan hasil analisis kemudian dilakukan revisi perangkat pembelajaran yang dikembangkan sehingga diperoleh perangkat pembelajaran yang layak sesuai dengan kriteria yang ditentukan yaitu valid. Rumus yang digunakan untuk menghintung persentase dari hasil validasi oleh ahli pembelajaran adalah sebagai berikut:
Persentase (%)
(skor rata rata tiap kriteria ) 100% jumlah kriteria skor maksimal
Dalam melakukan revisi produk, digunakan kualifikasi tingkatan yang memiliki kriteria sebagai berikut: Tabel : Konversi tingkat pencapaian dengan level 4 Skala Penilaian Kualifikasi Keterangan 81%-100% Sangat baik/sangat layak Tidak perlu direvisi 66%-80% Baik/layak Tidak perlu direvisi 46%-65% Kurang baik/kurang layak Perlu direvisi 20%-45% Tidak baik/tidak layak Perlu direvisi HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam tahap ini, data yang telah direvisi yang selanjutnya diperoleh data dari 3 orang Dosen ahli/ pakar yang memiliki pemahaman tentang model yang dikembangkan selanjutnya dilihat nilai persentase validasinya. Validasi dilakukan untuk memahami apakah instrumen pada perangkat pembelajaran dapat digunakan atau masih belum dapat digunakan/ perlu revisi, berdasaran penilaian kelayakan oleh validator. Penilaian produk yang telah disusun oleh dosen ahli dan beberapa orang ahli dilakukan dengan kriteria yang telah ditetapkan, yakni : Baik
: 4 (kualitas baik, mudah dipahami, sesuai dengan konteks penjelasan)
Cukup Baik
: 3 (kualitas baik, mudah dipahami, perlu disempurnakan konteks pemahaman)
Kurang Baik : 2 (kualitas baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan konteks pemahaman) Tidak Baik
: 1 ( tidak baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan konteks pemahaman)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau disingkat RPP adalah sebuah perangkat pembelajaran yang memuat panduan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan siswa yang berhubungan dengan kegiatan guru yang dimaksudkan. Dalam RPP terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator Pembelajaran yang sesuai dengan materi yang hendak dicapai. Penilaian kelayakan untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel : Hasil Validasi untuk RPP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Komponen Penilaian Identitas RPP SK dan KD Indikator Tujuan Pembelajaran Materi Ajar Alokasi Waktu Metode Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Hasil Belajar Sumber Belajar
Validator 1 2 3 4,00 4,00 4,00 3,50 3,50 4,00 2,60 3,20 3,20 3,00 3,00 4,00 3,00 3,00 4,00 3,00 3,00 4,00 3,00 2,67 3,33 3,20 2,60 3,80 3,33 3,33 3,33 2,00
3,00
4,00
Rerata 4,00 3,67 3,00 3,33 3,33 3,33 3,00 3,20 3,33 3,00
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai persentasi hasil validasi sebesar 78,975 %, dengan kriteria kualifikasi baik/ layak sehingga untuk RPP tergolong tidak perlu direvisi. Bahan Ajar Bahan ajar adalah sebuah naskah yang digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran, disusun semenarik mungkin sehingga dapat membangun minat dan kreatifitas siswa. Bahan ajar yang disusun adalah bahan ajar cetak berdasarkan Indikator pembelajaran yang diambil, dengan terlebih dahulu menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan. Dalam pengembangan perangkat ini, bahan ajar dipadukan dengan PhET Simulation, yang merupakan media interaktif, terdiri bagian pendahuluan, isi materi dan penutup. Di
dalamnya memuat tiga sub materi, yakni Kuat Arus Listrik dan Hukum Ohm, Rangakaian Seri dan Paralel, serta Hukum I Kirchhoff. Penilaian kelayakan untuk Bahan ajar terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel : Hasil validasi untuk Bahan Ajar Validator No Aspek Penilaian Rerata 2 3 1 Struktur bahan ajar 3,57 3,14 3,35 2 Oraganisasi penulisan materi 3,00 4,00 3,50 3 Pendukung penyajian materi 2,60 3,60 3,10 4 Bahasa 3,50 4,00 3,75 Bahan ajar yang disusun dimuat dalam 1 naskah saja yang dapat digunakan 3 kali pertemuan. Perangkat pembelajaran ini telah divalidasi oleh dua dosen ahli. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai persentasi hasil validasi sebesar 85,625 %, dengan kriteria kualifikasi baik/ layak sehingga untuk Bahan Ajar tergolong tidak perlu direvisi. Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Media PhET Simulation Lembar Kegiatan Siswa atau disingkat dengan LKS merupakan salah satu sumber pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang dikembangkan berdasarkan situasi dan kondisi lingkungan
belajar yang telah diteliti. LKS yang
dikembangkan digunakann untuk melakukan kegiatan simulasi tentang berbagai percobaan listrik (Listrik Dinamis) pada Lab Virtual PhET. LKS digunakan agar guru dapat lebih mudah memberikan pemahan konsep materi kepada peserta didik. Dengan LKS berbasis media PhET Simulation, guru dapat memberikan percobaan ataupun simulasi tanpa harus menggunakan real Lab/ percobaan di lab. LKS dibuat mengacu pada materi pembelajaran atau lebih khususnya berpatokan pada tujuan pembelajaran, dengan memuat beberapa komponen, yaitu Judul Kegiatan, Identitas, Landasan Teori, Pendahuluan, Alat dan Bahan, Langkah Kegiatan, dan Kesimpulan. Perangkat LKS dikembangkan dalam 3 kali kegiatan, disesuiakan dengan tatap muka pembelajaran. Kegiatan pertama memuat simulasi tentang hubungan antara beda potensial dengan kuat arus listrik, kegiatan kedua memuat simualasi rangkaian seri dan rangkaian paralel, sedangkan kegiatan ketiga memuat simulasi tentang hukum I Kirchhoff. Di bawah ini akan ditunjukkan gambar tiga percobaan yang dikembangkan peneliti dalam kegiatan penelitian ini.
Gambar : Eksperimen untuk menentukan hubungan antara beda potensial listrik dan arus listrik
Gambar : Eksperimen Rangakaian Seri (kiri) dna Rangkaian Paralel (kanan)
Gambar : Eksperimen untuk Hukum I Kirchhoff Penilaian kelayakan untuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel : Hasil validasi untuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Validator No Aspek Penilaian Rerata 2 1 3 3,00 1 Kelayakan Konten 3,00 3,00 3,00 2,50 2 Kelayakan Konstruksi 2,50 3,25 2,75 3,33 3 Penyajian 3,33 3,67 3,44 Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai persentasi hasil validasi sebesar 76,620 %, dengan kriteria kualifikasi baik/ layak sehingga untuk LKS tergolong tidak perlu direvisi. Tes Hasil Belajar (THB) Tes Hasil Belajar atau disingkat dengan THB merupakan salah satu perangkat yang dikembangkan. THB dibuat untuk menguji tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan materi pembelajaran yang diberikan. Penyusunan Tes Hasil Belajar disesuikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pengembangan ini, jumlah tes/ soal dibuat adalah 11 butir, pada berbagai tingkat ranah kognitif, yakni untuk tingkat C1 ada 1 butir soal, C2 ada 2 butir soal, C3 ada 3 butir
soal, C4 ada 1 butir soal, C5 ada 1 butir soal dan C6 ada 1 butir soal. Sebaian besar soal yang disusun datanya diambil dari hasil simulasi pada Lab virtual PhET. Penilaian kelayakan untuk Tes Hasil Belajar (THB) terdapat pada tabel di bawah ini.
No 1 2 3
Tabel : Hasil validasi untuk Tes Hasil Belajar (THB) Validator Aspek Penilaian Rerata 2 1 3 3,00 Kelayakan Content 3,00 3,00 3,00 2,60 Kelayakan Konstruksi 2,80 3,00 2,80 3,00 Kelayakan Bahasa 3,00 3,25 3,08
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai persentasi hasil validasi sebesar 74,028 %, dengan kriteria kualifikasi baik/ layak sehingga untuk Tes Hasil Belajar tergolong tidak perlu direvisi. SIMPULAN Berdasarkan pengembangan yang telah dilakukan maka diperoleh suatu produk perangkat pembelajaran fisika dengan Lab Virtual PhET pada materi Arus dan Hambatan Listrik di SMA Negeri 1 Paleleh. Perangkat ini sudah divalidasi oleh Dosen Ahli dan dinyatakan layak/ baik untuk digunakan dalam pembelajaran. Perangkat yang dikembangkan dengan menggunakan PhET Simulation merupakan salah satu impelementasi teknologi pendidikan fisika. Dengan menggunakan simulasi PhET siswa menjadi lebih mudah memahami konsep materi yang dipelajari. Dalam kegiatan pengembangan model ini, ada beberapa keterbatasan yang diduga, yaitu model yang dikembangkan belum medai dalam hal metode penelitian perlu dilakukan uji teoritik model lebih lanjut, model yang dikembangkan masih dapat diterapkan pada berbagai materi lainnya bukan hanya pada materi Arus dan Hambatan Listrik, dan konsistensi dan keefetifitas model belum sempurna.
SARAN a) Diharapkan guru/ pendidik untuk memanfaatkan Perangkat Pembelajarn dengan Lab Virtual PhET dalam proses KBM. b) Dengan berkembangnya teknologi dalam bidang pembelajaran diharapkan dapat juga mengembangkan Media PhET Simulation untuk KBM. c) Untuk para peneliti, diharapkan dapat membuat penelitian dengan didasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini, misalnya untuk penelitian eksperimen. DAFTAR PUSTAKA [1]
Adams, W. K. 2010. Student Engagement and Learning with PhET Interactive Simulations. Online First, DOI 10.1393/ncc/i2010-10623-0.
[2]
Adri, Muhammad. 2005. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Media Pembelajaran. Padang: IT-Based Education.
[3]
Chodijah, Siti. dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang Dilengkapi Penilaian Portofolio pada Materi Gerak Melingkar. Padang: Universitas Negeri Padang. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012)
[4]
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Departemen Pendidikan Nasional
[5]
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
[6]
Mendiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Mendiknas
[7]
Muzakki, Muhammad Abid & Madlazim. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Menggunakan Simulasi PhET untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP/MTS pada Materi Usaha dan Energi. Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 (152-156)
[8]
Rohaeti, Eli. dkk. 2006. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia Untuk Smp Kelas VII, VIII, Dan IX 1). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Artikel Penelitian Dosen Jurdik Kimia FMIPA UNY
[9]
Sari, Dyah Permata, dkk. 2013. Uji Coba Pembelajaran IPA dengan LKS sebagai Penunjang Media Virtual PhET untuk Melatih Keterampilan Proses pada Materi Hukum Archimedes. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa.Volume 01 Nomor 02, 15-20
[10] Serway, Raymond A. & John W. Jewett, Jr. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika. [11] Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [12] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatiif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta [13] TIM BSNP. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.