BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL PENELITIAN 4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian Danau Limboto terletak di bagian tengah Provinsi Gorontalo dan secara astronomis, daerah aliran sungai (DAS) Limboto terletak pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” Bujur Timur dan 00° 30’ 2.035” – 00° 47’ 0.49” Lintang Utara. Daerah aliran sungai (DAS) Limboto merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP-DAS) Bone-Bolango yang luasnya 91.004 ha dan termasuk salah satu DAS Prioritas dari DAS Kritis di SWP-DAS Bone-Bolango. Danau Limboto, merupakan cekungan rendah atau laguna, yang merupakan muara sungai-sungai, diantaranya Ritenga, Alo Pohu, Marisa, Meluopo, Biyonga, Bulota, Talubongo dan sungai-sungai kecil dari sisi selatan diantaranya Olilumayango, Ilopopala, Huntu, Hutakiki, Langgilo, (Balihristi, 2009: 1-2). Pada tahun 1932 rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas 7.000 Ha, dan tahun 1961 rata-rata kedalaman Danau berkurang menjadi 10 meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 - 2008 kedalaman Danau Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha. Adapun Keadaan iklim di wilayah Sub DAS Limboto sebagai berikut : 1. Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 22,2° C – 31,3° C. 2. Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata yaitu 81. 3. Kecepatan angin rata-rata bulanan berkisar antara 1,17 – 2,48 m/detik.
38
39
4. Penyinaran angin rata-rata bulanan berkisar antara 4,4 – 7,1 jam/hari. Jenis tumbuhan air yang ditemukan pada tahun 2006 di Danau Limboto ada 9 jenis yaitu Enceng gondok (Eichhornia crassipes), Kangkung Air (Ipomoea Aquatica), Plambungo (Ipomoea Crassicaulis), Rumput (Panicum Repens, Scirpus
Mucronatus),
Tumbili
(Pistia
Stratiotesh),
Hydrila
(Hydrilla
Ververticalata), Teratai (Nelumbium sp) dan Kiambang (Azolla Pinata), seperti pada tabel berikut. Tabel 4.1. Jenis-Jenis Tumbuhan Air di Danau Limboto No 1 2
Nama Lokal Eceng Gondok Bumalo
3 Kangkung 4 Klambang 5 Plambungo 6 Rumput 7 Rumput 8 Teratai 9 Tumbili Sumber : Balihristi, 2009
Nama Ilmiah Eichornia crassipes
Tipe Habitat Mengapung
Hydrilla, Ceratophyllum, Utricularia Ipomoea aquatica Azolla pinata Ipomoea crassicoulis Sciprus mucronatus Nelumbium Otellia alismoides Pistia
Tenggelam berakar
Mengapung Mengapung Mengapung Muncul dibagian tepi danau Muncul dibagian tepi danau Mengapung Mengapung
Berdasarkan laporan Sarnita (1994), tercatat ada 12 jenis ikan yang terdapat di Danau Limboto yang 4 jenis di antaranya merupakan jenis endemik, yaitu payangka, manggabai, belut dan Uphiocara sp (Sarnita dalam Balihristi 2009). Jenis-jenis ikan didanau limboto yaitu sebagai berikut :
40
Tabel 4.2. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Danau Limboto Nama Latin Uphiocara poroceplrala Uphiocara sp. Glossogobius giurus Anguilla sp Pertunnus sp. Channa striata Trichogaster pectoralis Oreochromis mossambicus Osteochilus hasselti Cyprinus carpio Puntius gonionotus Oreochromis niloticus Sumber : Balihristi, 2009
Nama Indonesia Payangka Manggabai Belut Kepiting (air tawar) Gabus Sepat Siam Mujair Nilem Mas Tawes Nila
Secara administratif, Danau Limboto dikelilingi oleh tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Limboto, Limboto Barat, Telaga, Tilango, Telaga Biru dan Batudaa yang merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo serta Kecamatan Kota Barat yang merupakan wilayah Kota Gorontalo. Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2008 terdapat pada Kecamatan Limboto dengan jumlah penduduk sebanyak 68.314 jiwa. Untuk Mata pencaharian penduduk yang berada di wilayah DAS Limboto, yang bekerja sebagai petani sebanyak 26.099 KK (74,49%), kemudian buruh 11.526 KK (34,63%), pegawai/pensiunan ABRI 2.223 KK (15,46%), lainlain 3.465 KK (9,64%), pedagang 2.842 KK (7,8%) dan yang paling sedikit adalah pengrajin yang hanya mencapai 255 KK (1,07%), (Balihristi, 2009: 5-21). 4.1.2. Hasil Analisis Univariat Sampel dalam penelitian ini adalah air danau yang diambil dari 7 stasiun pengamatan, dan sampel ikan yaitu ikan nila dan ikan mujair yang ditangkap langsung dari 7 stasiun pengamatan.
41
Adapun hasil dari pengujian kadar merkuri pada sampel air dan sampel ikan di 7 stasiun yang berada di Danau Limboto, yaitu sebagai berikut : 4.1.2.1.Kadar Merkuri di Air Tabel 4.3. Analisis Kadar Merkuri di Air Danau Limboto Tahun 2013 Kode
Lokasi
Kadar Merkuri (ppm)
Kriteria Mutu Air Kelas III (ppm)
Kriteria
Stasiun 1
Kelurahan Dembe 1 (Kota Barat) Desa Podetuma (Kec. Tabongo)
0,0008
0,002
Memenuhi syarat
0,0072
0,002
Muara Alo (Desa Ilomangga – Kec.Tabongo Timur) Desa Kayubulan (Kec.Limboto)
0,0091
0,002
Tidak memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat
0,0128
0,002
Stasiun 5
Tengah Danau
0,0036
0,002
Stasiun 6
Desa Huntulabohu (Kec. Talaga Biru) Desa Buhu (Kec. Talaga Jaya)
0,0173
0,002
0,0063
0,002
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 7
Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Sumber : Data primer, 2013 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 7 stasiun pengambilan sampel air, hanya ada 1 stasiun yang memiliki kadar merkuri dibawah dari 0,002 ppm atau masih memenuhi syarat kriteria mutu air kelas III berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, yaitu di stasiun 1 Kelurahan Dembe I. Sedangkan 6 stasiun lainnya, memiliki kadar merkuri yang tidak memenuhi syarat
42
kriteria mutu air kelas III berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa kadar merkuri di air Danau Limboto tertinggi berada stasiun 6 desa Huntulabohu sebanyak 0,0173 ppm, sedangkan kadar merkuri terendah berada di stasiun 1 yaitu di Kelurahan Dembe I sebanyak 0,0008 ppm. 4.1.2.2.Kadar Merkuri Pada Ikan Nila Tabel 4.4. Analisis Kadar Merkuri Pada Ikan Nila di Danau Limboto Tahun 2013 Kode
Lokasi
Kadar Merkuri (ppm)
Batasan Maksimum Cemaran (ppm)
Kriteria
Stasiun 1
Kelurahan Dembe 1 (Kota Barat) Desa Podetuma (Kec. Tabongo) Muara Alo (Desa Ilomangga – Kec.Tabongo Timur) Desa Kayubulan (Kec.Limboto) Tengah Danau
0,12
0,5
Memenuhi Syarat
0,21
0,5
0,30
0,5
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
0,29
0,5
0,06
0,5
0,06
0,5
0,03
0,5
Stasiun 2 Stasiun 3
Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Desa Huntulabohu (Kec. Talaga Biru) Stasiun 7 Desa Buhu (Kec. Talaga Jaya) Sumber : Data primer, 2013
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 7 sampel ikan Nila yang diambil dari 7 stasiun di Danau Limboto, semua sampel ikan Nila telah tercemar dengan merkuri tetapi masih memenuhi syarat batasan maksimum cemaran merkuri di ikan berdasarkan Standar Nasional Indonesia tahun 2009 atau dibawah
43
dari 0,5 ppm. Dimana kadar merkuri tertinggi pada ikan Nila terdapat di stasiun 3 Muara Alo sebanyak 0,30 ppm, sedangkan kadar merkuri terendah pada ikan Nila terdapat di stasiun 7 Desa Buhu sebanyak 0,03 ppm. 4.1.2.3.Kadar Merkuri pada Ikan Mujair Tabel 4.5. Analisis Kadar Merkuri Pada Ikan Mujair di Danau Limboto Tahun 2013 Kode
Lokasi
Kadar Merkuri (ppm)
Batasan Maksimum Cemaran (ppm)
Kriteria
Stasiun 1
Kelurahan Dembe 1 (Kota Barat) Desa Podetuma (Kec. Tabongo) Muara Alo (Desa Ilomangga – Kec.Tabongo Timur) Desa Kayubulan (Kec.Limboto) Tengah Danau
0,08
0,5
Memenuhi Syarat
0,20
0,5
0,22
0,5
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
0,28
0,5
0,09
0,5
0,06
0,5
0,10
0,5
Stasiun 2 Stasiun 3
Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Desa Huntulabohu (Kec. Talaga Biru) Stasiun 7 Desa Buhu (Kec. Talaga Jaya) Sumber: Data Primer, 2013
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa ikan mujair yang berada di 7 stasiun didanau Limboto telah tercemar dengan merkuri, tetapi masih memenuhi syarat atau dibawah nilai batasan cemaran maksimum merkuri pada ikan berdasarkan Standar Nasional Indonesia yaitu 0,5 ppm. Dimana kadar merkuri pada ikan Mujair tertinggi terdapat di stasiun 4 desa Kayubulan sebanyak 0,28
44
ppm, sedangkan kadar merkuri terendah terdapat di stasiun 6 desa Huntulabohu sebanyak 0,06 ppm. 4.2.PEMBAHASAN Danau Limboto merupakan salah satu tempat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk pembudidayaan ikan, baik pembudidayaan di keramba jaring apung, maupun perikanan tangkap. Berdasarkan data dari Balihristi tahun 2007, menyebutkan bahwa perairan danau limboto telah tercemar dengan logam berat merkuri. Merkuri
diperairan
danau
limboto
tidak
berasal
dari
aktivitas
pertambangan, berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dibantaran sungai, informasi dari dinas terkait, dan survey langsung dilapangan. Diketahui bahwa di bagian hulu, badan dan hilir sungai Biyonga, sungai Alo-Pohu, dan sungai Marisa, tidak terdapat aktivitas pertambangan. Sumber pencemaran merkuri selain berasal dari pertambangan, juga merkuri secara alamiah terdapat dialam. Sudarmadjo (2008: 631), menjelaskan bahwa merkuri termasuk dalam unsur murni dalam bentuk butiran ditengah-tengah batuan. Karena pengaruh cuaca, setelah kurun waktu yang sangat lama, batu-batuan mula-mula tersebut retak, kemudian lepas sekeping demi sekeping dan akhirnya menjadi butiranbutiran yang halus. Bersama air hujan, butiran-butiran tersebut akan sampai pada badan-badan air, dan akan melepas ion positifnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh badan survey geologi di Amerika Serikat pada tahun 1974 diketahui bahwa kosentrasi merkuri
45
dilingkungan terdapat dalam batuan dengan kisaran 0,1-20 ppm, dalam tanah 0,1 ppm, dalam sungai 0,0001 ppm, dan dalam udara yang tidak mengandung deposit merkuri ditemukan 0,00001 ppm, (Pallar, 2008: 95). Tetapi unsur merkuri yang terdapat dialam dapat berikatan dengan unsur lainnya. Menurut Widowati, Sastiono, dan Jusuf (2008: 128), dialam merkuri ditemukan dalam bentuk unsur merkuri, merkuri monovalen dan bivalen. Apabila masuk kedalam perairan, merkuri mudah berikatan dengan klor dan membentuk ikatan HgCl. Dalam bentuk tersebut, merkuri akan mudah masuk kedalam plankton dan bisa berpindah ke biota lain. Selain merkuri terdapat secara alamiah, juga merkuri digunakan dalam berbagai bentuk misalnya industri kertas, alat-alat listrik, cat, kedokteran gigi, pertanian, alat-alat laboratorium, obat-obatan, (Fardiaz, 2003: 50). Tetapi dipesisir danau limboto, ataupun didaerah yang dilewati inlet danau, tidak terdapat industriindustri yang menggunakan bahan baku merkuri yang dapat memberikan konstribusi besar terhadap pencemaran merkuri didanau Limboto. Di pesisir danau limboto, terdapat daerah pemukiman, daerah pertanian, dekat dengan mata air panas, sedangkan untuk aktivitas didanau, terdapat kegiatan dari nelayan yaitu pembudidayaan dan penangkapan ikan 4.2.1. Kadar Merkuri di Air Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar merkuri di air danau Limboto di 6 stasiun sudah tidak memenuhi syarat, sedangkan 1 stasiun yaitu di stasiun 1 kelurahan Dembe I, masih memenuhi syarat kriteria mutu air kelas III menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001.
46
Adanya kandungan merkuri diperairan danau limboto, dapat berasal dari unsur merkuri alamiah yang terkandung dialam baik dibatuan, atau tanah, adanya limbah rumah tangga yang berasal dari pemukiman pesisir danau atau aktivitas disepanjang aliran sungai yang merupakan inlet danau, dan sedimen yang dibawa oleh sungai-sungai, masuk ke danau Limboto. Sebelumnya telah ada pengukuran kadar merkuri di perairan danau Limboto tahun 2007 oleh Balihristi yang menyatakan bahwa air danau Limboto telah tercemar dengan merkuri. Sehingga dapat diketahui bahwa merkuri didanau limboto sudah mengendap pada sedimen danau dan terakumulasi terus menerus diperairan danau limboto, sehingga kadar merkuri diperairan semakin tinggi dan menyebabkan kadar merkuri diperairan danau limboto sudah tidak memenuhi syarat. Hal ini didukung pula dengan pendangkalan yang terjadi didanau limboto. Pada tahun 1932 rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas 7.000 Ha, dan tahun 1961 rata-rata kedalaman Danau berkurang menjadi 10 meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Dan sejak tahun 2008 kedalaman danau Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha, (Balihristi 2009:4). Berdasarkan hasil analisis kadar merkuri di air, diketahui bahwa kadar merkuri tertinggi berada di stasiun 6 desa Huntulabohu, yaitu 0,0173 ppm sedangkan kadar merkuri terendah berada di stasiun 1 di kelurahan Dembe I yaitu 0,0008 ppm. Stasiun 6 dekat dengan desa Huntulabohu, terdapat aktivitas pengerukan danau, yang dapat menyebabkan unsur alamiah merkuri dalam batuan,dan tanah ikut terlepas dan mempengaruhi kadar merkuri disekitar perairan tersebut. Selain itu stasiun 6 ini berdekatan dengan perairan panas dimana air
47
panas tersebut bersumber dari mata air, suhu yang berada disekitaran wilayah perairan panas tersebut mencapai 420C. Menurut Hutagalung (1982), suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan pembentukan ion logam berat, sehingga meningkatkan proses pengendapan yang berakibat pada penyerapan logam berat pada sedimen, (Hutagalung dalam Wulandari, Yulianto, Santosa dan Suwartimah 2009:173). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Yulianto, Santosa dan Suwartimah (2009) tentang kandungan logam berat dalam air, sedimen dan kerang darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar merkuri di air Banjir Kanal Timur, distasiun I sebanyak 0,169 ppm, stasiun II sebanyak 0,155 ppm, dan stasiun III 0,108 ppm, dimana suhu pada stasiun I adalah 290C, stasiun II 28,6 0C dan stasiun III 260C. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa suhu yang lebih tinggi akan mempengaruhi kelarutan logam berat. (Wulandari, Yulianto, Santosa dan Suwartimah 2009:173). Sedangkan kadar merkuri pada air terendah, terdapat di stasiun 1 kelurahan dembe I. Adanya merkuri distasiun ini disebabkan karena stasiun ini dekat dengan pemukiman warga, sehingga limbah padat ataupun lindi dari rumah tangga dapat menyebabkan pencemaran merkuri di air danau. Danau Limboto termasuk dalam ekosistem air tawar, dimana salinitas dapat mempengaruhi kadar merkuri dalam perairan. Suryono (2006) menjelaskan bahwa pada salinitas rendah akumulasi dalam perairan akan meningkat karena pada salinitas tinggi menyebabkan kosentrasi logam berat berkurang (Suryono dalam Wulandari, Yulianto, Santosa dan Suwartimah, 2009: 173). Pengaruh
48
salinitas terhadap kelarutan logam berat, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suyantri, Aunurohim, dan Abdulgani tahun 2011, hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas dapat mempengaruhi keberadaan logam berat di perairan. Bila terjadi penurunan salinitas maka akan menyebabkan peningkatan daya toksik logam berat dan tingkat bioakumulasi logam berat semakin besar. Sehingga dapat diketahui bahwa salinitas yang rendah di perairan danau limboto dapat meningkatkan toksisitas logam berat di ekosistem danau. Berdasarkan hasil analisis kadar merkuri pada ikan nila, ikan mujair dan air diperairan danau Limboto, diketahui bahwa kadar merkuri lebih tinggi pada ikan dibandingkan kadar merkuri di air. Hal ini disebabkan karena ikan menempati tingkat trofik tinggi dalam perairan, sehingga ikan dapat tercemar dengan merkuri melalui berbagai cara. Darmono (2010), menjelaskan bahwa logam berat masuk kedalam tubuh makhluk hidup dapat melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernapasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit (Darmono, 2010:86). Selain itu sifat dari logam berat merkuri yang tidak terurai sehingga akan terus terakumulasi dalam tubuh yang mengkonsumsinya yang disebut dengan proses bioakumulasi. Semakin tinggi tingkat trofik levelnya maka semakin banyak pula merkuri yang terakumulasi, (Wardhana dalam Gunawan dan Anwar, 2008:7). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Anwar tahun 2008, tentang kualitas perairan dan kandungan merkuri dalam ikan pada tambak di Subang, Jawa Barat. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar merkuri di ikan dapat mencapai 0,97 ppm sedangkan kadar merkuri di air hanya
49
mencapai 0,0008 ppm. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kadar logam berat pada ikan lebih tinggi dibandingkan logam berat di air, (Gunawan dan Anwar, 2008:3-5) Proses perpindahan logam berat secara biologis dari suatu tingkatan trofik yang rendah ke tingkatan trofik yang lebih tinggi dalam suatu rantai makanan, akan menyebabkan organisme yang tingkat trofiknya lebih rendah mempunyai peranan ekologis yang sangat penting pada suatu perairan, dalam hubungannya sebagai sumber makanan bagi organisme lainnya, (Ikingura, dalam Simbolon, Simange dan Wulandari, 2010: 130). Sehingga meskipun kadar merkuri pada ikan nila dan ikan mujair didanau limboto saat ini masih memenuhi syarat batasan maksimum cemaran logam berat dalam pangan, tetapi lama kelamaan akan mempengaruhi status lingkungan perairan yang berfungsi sebagai sumber makanan untuk organisme lain. 4.2.2. Kadar Merkuri Pada Ikan Nila dan Ikan Mujair Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa ikan nila dan ikan mujair yang terdapat di 7 stasiun didanau Limboto telah tercemar dengan merkuri. Merkuri yang terkandung dalam daging ikan nila tertinggi mencapai 0,30 ppm, sedangkan pada ikan mujair kandungan merkuri tertinggi mencapai 0,28 ppm. Kadar ini masih memenuhi syarat batasan maksimum cemaran logam berat dalam pangan berdasarkan SNI tahun 2009. Logam berat merkuri yang terkandung dalam ikan mujair dan ikan nila, dapat masuk melalui makanan yang dimakannya. Pallar (2008: 100), menjelaskan bahwa masuknya merkuri kedalam tubuh organisme hidup terutama melalui
50
makanannya, karena hampir 90% bahan beracun ataupun logam berat masuk kedalam tubuh melalui bahan makanan. Ikan nila termasuk dalam golongan omnivora (Khairuman dan Amri, 2008:106), begitu pula dengan ikan mujair, termasuk dalam golongan omnivora atau pemakan segalanya (Setianto, 2011:8), sehingga menempati trofik tertinggi diperairan. Merkuri yang masuk kedalam tubuh ikan nila dan ikan mujair, dapat berasal dari air yang telah tercemar merkuri, konsumsi sedimen, tumbuhan air, dan ikan kecil. Pallar (2008:100) menjelaskan bahwa, melalui jalur makanan, logam merkuri masuk melalui dua cara yaitu lewat air (minuman) dan tanaman (bahan makanan). Jumlah merkuri yang masuk lewat minuman bisa menjadi sangat tinggi. Jumlah tersebut bisa berlipat kali dibandingkan dengan jumlah merkuri yang masuk melalui tanaman. Penelitian mengenai kadar merkuri dan ikan diperairan telah dilakukan oleh Hakim, Riyanto dan Prayitno tahun 2003, tentang analisis kandungan merkuri pada air dan ikan nilem di sungai Kaligarang Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosentrasi merkuri pada air sungai mencapai 0,005 ppm, dan terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan sehingga kosentrasi merkuri pada ikan mencapai 0,014 ppm. (Hakim, Riyanto dan Prayitno, 2003 :63-67). Jumlah merkuri yang lebih banyak masuk melalui air kedalam tubuh organisme hidup, disebabkan karena logam berat merkuri dalam air bisa jadi telah mengalami penggandaan dari jumlah awal yang masuk. Pelipatgandaan merkuri dalam air berawal dari proses bakterial terhadap ion logam berat yang terdapat
51
dalam atau pengendapan pada lumpur didasar perairan. Proses bakterial ini bisa terjadi disemua badan perairan (sungai dan danau) yang telah kemasukan senyawa merkuri, (Pallar, 2008:100). Sehingga dapat diketahui bahwa perairan danau limboto yang merupakan habitat ikan, telah lebih dahulu tercemar dengan merkuri dan menyebabkan ikan nila dan ikan mujair juga ikut tercemar. Merkuri yang berada diperairan danau, diabsorpsi oleh ikan nila dan ikan mujair, sehingga terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan dan menyebabkan ikan pun ikut tercemar. Kadar merkuri tertinggi pada ikan nila terdapat pada stasiun 3 Muara Alo, sebanyak 0,30 ppm, sedangkan merkuri terendah pada ikan nila terdapat di stasiun 7 Desa Buhu, sebanyak 0,03 ppm. Muara alo merupakan sungai besar yang masuk kedanau Limboto, yang merupakan pertemuan antara anak sungai Alo-Molalahu dan sungai Pohu. Jalur sungai pohu berasal dari wilayah Batudaa dan Bongomeme, sebelah barat danau limboto, sedangkan jalur sungai Alo-Molalahu berasal dari wilayah isimu sekitarnya. Sungai Alo-molalahu dan sungai Pohu bertemu di desa Kaliyoso, pertemuan dua sungai ini yaitu Alo dan Pohu menjadi sungai Alopohu, sungai Alopohu mengalir melewati pemukiman, hingga masuk ke danau limboto. Di hulu sungai Alo maupun sungai Pohu, tidak terdapat aktivitas pertambangan, aktivitas yang terjadi di badan sungai Alopohu hanya berupa konstruksi penahan air, dan aktivitas pencucian pasir oleh masyarakat sekitar. Tingginya kadar merkuri pada ikan nila yang terdapat didekat muara alo, karena sebelum masuk ke danau, aliran sungai Alopohu melewati daerah pemukiman.
52
Menurut Effendi (2003:180), senyawa-senyawa merkuri digunakan untuk pembuatan amalgam, cat, baterei, ekstraksi emas dan perak, gigi palsu, senyawa anti karat, fotografi dan elektronik. Sehingga limbah rumah tangga juga dapat memberikan kontribusi dalam pencemaran merkuri di sungai Alo-Pohu. Adapun limbah rumah tangga yang dibuang disekitaran sungai dapat berupa limbah padat dan limbah cair, untuk limbah padat termasuk didalamnya yaitu limbah kertas, baterei bekas, dan limbah plastik. Menurut Fardiaz (2005:51), Limbah kertas menggunakan fenil merkuri asetat (FMA), yang merupakan komponen organo merkuri. Limbah padat lainnya yang mengandung merkuri yaitu baterei. Didalam baterei terdapat kandungan logam yang dapat merusak kualitas tanah dan air, yaitu merkuri, lithium, mangan, timbal dan zat berbahaya lainnya (Enterprise, 2010: 17). Selain kertas dan baterei, limbah plastik juga mengandung merkuri. Darmono (2010:49), menyatakan bahwa industri lain yang menggunakan merkuri sebagai katalis yaitu industri vinil klorida yang mensintesis plastik. Adanya merkuri pada limbah padat, telah diteliti oleh Suyanto, Kusmiyati dan Retnaningsih (2010) tentang residu logam berat dalam daging sapi yang dipelihara di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Jatibarang, Semarang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat kandungan logam berat merkuri pada daging sapi yang dipelihara di TPA, tetapi kadar merkuri tersebut masih berada dibawah dari nilai batas maksimum cemaran logam berat. Sehingga dapat diketahui bahwa limbah kertas, limbah baterei bekas, dan limbah plastik yang dibuang ke badan sungai, ataupun lindi yang berasal dari
53
pemukiman yang berada disekitaran sungai dan danau, sedikit banyaknya dapat memberikan pencemaran merkuri di air sungai dan masuk kedanau limboto. Kadar merkuri terendah pada ikan nila terdapat distasiun 7, lokasi penangkapan ikan distasiun ini tidak terdapat limbah padat yang secara langsung berada diperairan tempat penangkapan ikan, tetapi stasiun ini berada diwilayah dekat dengan pemukiman di desa Buhu. Dimana limbah rumah tangga, ataupun lindi dari sampah, dapat merembes ke air tanah, sehingga dapat memberikan kontribusi pencemaran merkuri. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayogo dan Sudarmaji tahun 2006, tentang hubungan pencemaran lindi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Benowo dengan kadar merkuri pada ikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat kandungan merkuri pada lindi di outlet instalasi pembuangan air limbah (IPAL) TPA Sampah Benowo sebanyak 2,66 ppm, (Prayogo dan Sudarmaji, 2006 :33). Sedangkan untuk kadar merkuri pada ikan mujair tertinggi berada di stasiun 4 desa Kayubulan sebanyak 0,28 ppm. Desa Kayubulan dekat dengan inlet danau, yaitu sungai Biyonga. Sungai Biyonga merupakan sungai pembawa sedimen utama, dimana sungai Biyonga mengkontribusikan 56% dari total sedimen yang masuk ke danau (Balihristi, 2009: 11). Pada hulu sungai Biyonga tidak terdapat aktivitas pertambangan, aktivitas yang terjadi di badan sungai biyonga yaitu adanya penggalian pasir, dan aliran sungai biyonga melewati daerah pertanian. Jarak antara wilayah pertanian yang berada disekitaran sungai Biyonga hingga ke danau limboto ± 10 km.
54
Menurut Pallar (2008: 97), dalam bidang pertanian senyawa merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun tersebut. sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya. Adanya kandungan merkuri pada fungsida diperkuat dengan laporan kasus wabah toksisitas merkuri yang terjadi di irak pada tahun 1971-1972, dimana lebih dari 6.500 orang dibawa kerumah sakit karena keracunan metil merkuri dan lebih dari 450 orang meninggal dunia, karena mengkonsumsi roti yang berasal dari gandum yang telah diawetkan dengan fungisida yang mengandung metil-Hg (Darmono, 2010: 151). Pestisida bergerak dari lahan pertanian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan tertinggal atau larut pada aliran permukaan, (Rahayu, Hartanti dan Mulyono, 2009: 6). Tetapi untuk penggunaan pestisida yang mengandung merkuri pada pertanian dialiran sungai biyonga, perlu dilakukan studi yang lebih komprehensif. Selain melewati wilayah pertanian, aliran sungai biyonga juga sebelum masuk kedanau limboto melewati wilayah pemukiman, dan rumah sakit. Kadar merkuri terendah pada ikan mujair terdapat di stasiun 6. Adanya merkuri di stasiun 6, karena stasiun penangkapan ikan ini juga dekat dengan pemukiman di desa Huntulabohu, dan tempat wisata pemandian air panas. Limbah padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia dipemukiman dan tempat umum ini, dapat memberikan kontribusi pencemaran merkuri.
55
Kadar merkuri tertinggi pada ikan mujair berada di stasiun 4 di desa Kayubulan, sedangkan kadar merkuri pada ikan nila tertinggi berada di stasiun 3 muara alo, dimana jarak antara muara alo dan desa kayubulan yang dekat dengan sungai biyonga ± 1 km. Sungai Biyonga, dan sungai Alopohu merupakan dua dari tiga sungai utama pembawa sedimen ke danau, (Balihristi, 2009: 11). Menurut Asdak (2002), komposisi sedimen yang masuk keperairan danau dapat berupa liat, debu, pasir dan pasir besar. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran dan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti, (Asdak dalam Marganof, 2007:32) Sedimen dapat disebabkan karena erosi, erosi yang terjadi di hulu sungai yang merupakan inlet danau limboto, diakibatkan karena kerusakan hutan. Dimana daerah tangkapan air hujan pada DAS Limboto Bolango Bone ternyata telah lama dilegalisasi menjadi hutan produksi terbatas yang telah mendorong secara formal eksploitasi hutan secara besar-besaran. Luas hutan di DAS Limboto hanya 14.893 hektar (16.37 % dari luas DAS). Tingkat kerusakan hutan dapat memperbesar tingkat erosi tanah dan menyebabkan lahan yang ada menjadi kritis. Tingkat erosi di DAS Limboto dapat mencapai angka 9.902.588,12 ton/tahun atau rata-rata 108.81 ton/ha/tahun dan sedimentasi di danau Limboto sebesar 0.438 mm/tahun, (Balihristi, 2009: 42). Sehingga diketahui bahwa sedimen yang masuk didanau limboto juga dapat memberikan kontribusi merkuri di perairan, dimana unsur merkuri alamiah yang terkandung pada batuan dan tanah dalam sedimen, terbawa masuk oleh aliran sungai ke danau Limboto.
56
Berdasarkan hasil analisis data, terdapat kadar merkuri yang sama pada ikan nila dan ikan mujair di Danau Limboto. Dimana ikan nila yang berada di stasiun 5 dan di stasiun 6 mempunyai kadar 0,06 ppm, sama seperti ikan mujair yang berada distasiun 6 yang mempunyai kadar 0,06 ppm. Hal ini dapat disebabkan oleh aktivitas renang ikan yang bergerak bebas di perairan, selain itu juga disebabkan karena habitat ikan yang berada di danau yang merupakan perairan terbatas sehingga ikan yang ditangkap di salah satu stasiun bisa saja berasal dari wilayah stasiun yang lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian Daud, Ibrahim dan Sohilauw tahun 2011, tentang analisis kosentrasi logam berat cadmium (Cd) dan kromium (Cr) dalam air, ikan nila dan ikan mujair didanau Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Cd pada ikan nila di titik 2 sebanyak 0,07 ppm, sama dengan kosentrasi Cd pada ikan mujair di titik 4 sebanyak 0,07 ppm, (Daud, Ibrahim dan Sohilauw, 2011: 6). Meskipun kadar merkuri pada ikan nila dan ikan mujair yang berada di perairan danau limboto masih memenuhi syarat, tetapi perlu diperhatikan bahwa ikan nila dan ikan mujair ini, hidup di perairan terbatas. Ikan merupakan jenis organisme air yang dapat bergerak dengan cepat didalam air, sehingga ikan mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Tetapi pada ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas seperti sungai, danau dan teluk, mereka sulit menghindarkan diri dari pengaruh polusi tersebut (Darmono, 2010:89).
57
Ikan nila dan ikan mujair yang berada didanau Limboto memiliki mobilitas yang rendah sehingga sulit menghindar dari pengaruh polusi dan secara terus-menerus tercemar dengan merkuri. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Murtini dan Rachmawati tahun 2005, mengenai kadar merkuri pada ikan di waduk Saguling Jawa Barat, menunjukkan bahwa kadar merkuri pada bagian daging ikan nila liar yang terdapat di waduk pada bulan November sebanyak 0,0103 ppm, kadar ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar merkuri pada ikan nila liar di bulan Agustus yaitu sebanyak 0,0051 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa logam berat merkuri terakumulasi secara terus-menerus pada jaringan tubuh ikan dan menyebabkan kadar merkuri meningkat (Murtini dan Rachmawati, 2007: 155). Merkuri pada ikan nila dan ikan mujair yang ditangkap diperairan danau limboto memiliki kadar dibawah dari 0,5 ppm dan masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Tetapi karena merkuri bersifat tidak terurai (nonbiodegradable), sehingga apabila di konsumsi secara terus-menerus akan tertimbun dalam tubuh manusia. World Health Organization (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) menetapkan jumlah merkuri yang boleh masuk dalam tubuh manusia selama satu minggu yaitu 0,3 mg, hal ini berarti ikan dengan kandungan lebih dari 0,3 ppm tidak aman untuk dikonsumsi secara terus-menerus, (Gunawan dan Anwar, 2008: 5). Merkuri yang masuk kedalam tubuh manusia, lebih dari 95% terabsorpsi dan ditransportasikan kedalam sel darah merah, lalu diedarkan keseluruh jaringan tubuh. Waktu paruh alkil merkuri adalah 70 hari dan akan dieksresikan sebesar
58
1% dengan sisa 99% yang terakumulasi dalam organ. Merkuri yang terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf pusat, gangguan pandangan, gangguan pendengaran, koma dan kematian (Widowati,Sastiono dan Jusuf 2008: 145-146).