BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Leato Utara adalah salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa sebagai berikut: -
Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Talumolo
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Keluragan Leato Selatan
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango
-
Sebelah Barat dibatasi dengan Teluk Tomini yang membujur sepanjang kelurahan ini.
-
Luas seluruh daratan Kelurahan Leato Utara adalah 14,5 ha.
Secara demografi jumlah penduduk Kelurahan Leato Utara adalah 2.450 jiwa dengan rincian 1.196 laki- laki dan 1.254 perempuan. Penduduk ini selanjutnya terakumulasi pada 714 Kepala keluarga (Profil Kelurahan Leato Utara, 2012) Bila dilihat dari aspek kesehatan sebagaimana data Profil Kelurahan didapati, 30 kasus penyakit muntaber selama kurun waktu hingga akhir tahun 2012, dan 2 kasus demam berdarah.
28
29
Selanjutnya berdasarkan data sanitasi tahun 2012 diperoleh, dari jumlah 714 kepala keluarga, tercatat hanya 223 kepala keluarga yang memiliki jamban keluarga sehat dan dinyatakan layak, 17 KK yang menggunakan jamban kurang
memenuhi syarat dan 17 KK
yang
menggunakan fasilitas MCK umum dari pemerintah dari 17 unit MCK yang disediakan pemerintah. Karakteristik masyarakatnya dekat dengan karakter kehidupan masyarakat pesisir pantai dimana nelayan menjadi pekerjaan utama masyarakatnya. Selain itu terdapat pula jenis pekerjaan lainnya seperti petani, dagang, wiraswasta, urusan Rumah Tangga, Pensiunan, Pengemudi, Karyawan dan Satpam. a. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Tabel: 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 JUMLAH
KELOMPOK USIA (Tahun)
n
%
31 - 35
19
26,0
36 - 40
9
12.3
41 - 45
9
12.3
46 - 50
12
16.4
51 - 55
12
16.4
56 - 60
6
8.2
61 - 65
5
6.8
66 - 67
1
1.4
Jumlah 73 Sumber: Data Primer
100,0
30
Tabel 4.1 di atas menunjukkan sebagian besar responden penelitian berusia antara 31-35 tahun sebanyak 26,0%, kemudian disusul responden dengan usia 46 - 50 dan 51 - 55 tahun masing- masing sebanyak 12 responden (16.4%), disusul responden dengan usia 36 - 40 dan 41 - 45 tahun masingmasing sebanyak 9 responden (12,3%). Selanjutnya responden dengan usia 56-60 tahun sebanyak 8,2% dan usia 61-65 tahun sebanyak 6,8%. Adapun usia responden dengan frekuensi terendah adalah usia 66 - 67 tahun yaitu 1 responden (1.4%). b. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel: 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 JUMLAH
Tingkat Pendidikan SD
n 39
% 53.4
Tdk Tamat SMP SMP SMA
8 13 13
11,0 17.8 17.8
73
100,0
Total Sumber: Data Primer
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa, sebagian besar responden penelitian memiliki pendidikan akhir SD sebanyak 39 responden (53.4%), masyarakat dengan pendidikan tidak tamat SMP sebanyak 8 responden
31
(11,0%), pendidikan SMP sebanyak 13 responden (17,8%) dan masyarakat dengan pendidikan SMA/sederajat sebanyak 13 responden (17.8%). c. Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan Untuk melihat distribusi responden berdasarkan pekerjaan, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel: 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 JENIS PEKERJAAN Nelayan Petani URT Pensiunan Pengemudi Karyawan Wiraswasta Satpam Dagang Total Sumber: Data Primer
JUMLAH n 29 7 6 1 1 5 22 1 1 73
% 39.7 9.6 8.2 1.4 1.4 6.8 30.1 1.4 1.4 100,0
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki berprofesi sebagai nelayan sebanyak 29 orang (39.7%), kemudian responden dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 22 orang (30.1%). Adapun pekerjaan dengan frekuensi terendah adalah pekerjaan Satuan pengamanan (Satpam) dan dagang masing- masing sebanyak 1 orang (1.4%) responden.
32
2. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Leato Utara dengan menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan, hingga ditetapkanlah kepala masyarakat Lingkungan III pada kelurahan ini sebagai responden penelitian yang berjumlah 73 orang. Sebelum dilakukan analisis hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabiltas angket pada 10 responden diluar responden penelitian. Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan alat bantu SPSS menunjukkan semua butir soal pada angket adalah valid dan reliable, sehingga layak digunakan pada responden penelitian. Hasil uji validasi dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran.
a. Distribusi Pe manfaatan Jamban Tabel: 4.4 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jamban Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 JUMLAH
PEMANFAATAN JAMBAN Memanfaatkan Tidak memanfaatkan Sumber: Data Primer
n
%
24
32.9
49
67.1
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memanfaatkan jamban sebagai wadah buang air besar sebanyak 49 responden
33
(67,1%), sementara sisanya 24 responden (32,9%) yang memanfaatkan jamban sebagai tempat buang air besar. b. Distribusi Frekuensi pengetahuan Masyarakat Tingkatan tahu Tabel: 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat aspek Tahu Pemanfaatan Jamban Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 PENGETAHUAN (TAHU)
n
Baik
34
46.6
39
53.4
Kurang Baik Sumber: Data Primer Tabel 4.5
JUMLAH %
menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki
pengetahuan kurang baik terhadap pemanfaatan Jamban sebagai tempat buang air besar yakni sebanyak 39 responden (53,4%), sementara sisanya 34 responden (46,6%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan jamban. Tabel: 4.6 Distribusi Pemanfaatan Jamban Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan (Tahu) Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 Tingkat Pengetahuan (Tahu) Jumlah Pemanfaatan Baik Kurang Baik n % n % n % Memanfaatkan Jamban 17 50.0 7 17.9 24 32.9 Tdk Memanfaatkan Jamban 17 50.0 32 82.1 49 67.1 TOTAL 34 100.0 39 100.0 73 100.0 Sumber: Data Primer
34
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban dengan tingkatan pengetahuan baik sebanyak 17 responden (50,1%), dan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden (17.9%). Adapun mereka yang tidak memanfaatkan jamban sebagian besar adalah mereka dengan pengetahuan kurang baik
sebanyak 32
responden (82.1%),
dibandingkan mereka yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 responden (50.0%).
c. Distribusi Frekuensi pengetahuan Masyarakat Tingkatan Memahami Tabel: 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat tingkatan Memahami Pemanfaatan Jamban Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo RayaKota Gorontalo 2012 PENGETAHUAN (MEMAHAMI)
JUMLAH n
%
Baik
30
41.1
Kurang Baik
43
58.9
Sumber: Data Primer Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap pemanfaatan jamban sebanyak 43 orang (58,9%) dan sebagiannya lagi memiliki pemahaman yang baik terhadap pemanfaatan jamban sebanyak 30 orang (41,1%).
35
Tabel: 4.8 Distribusi Pemanfaatan Jamban Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan (Memahami) Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012
Pemanfaatan Memanfaatkan Jamban Tdk Memanfaatkan Jamban TOTAL Sumber: Data Primer
Tingkat Pengetahuan (Memahami) Baik Kurang Baik n % n % 16 53.3 8 18.6 14 46.7 35 81.4 30 100.0 43 100.0
Jumlah n 24 49 73
% 32.9 67.1 100.0
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban sebagian besar dari mereka yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 responden (53.3%), dibandingkan mereka dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 8 orang (18,6%). Selanjutnya responden yang tidak memanfaatkan jamban sebagian besar adalah mereka yang memiliki pengetuan kurang baik baik sebanyak 35 responden (81,4%) dan sebagian kecilnya sebanyak 14 respponden (46.7%) berasal dari responden yang memiliki pengetahuan baik.
d. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jamban berdasarkan Pe ngetahuan tingkatan Aplikasi Pengetahuan pada tingkatan aplikasi berhubungan dengan penerapan dari konsep yang diketahui seseorang. Aplikasi erat kaitannya dengan aspek tahu sebagai tingkatan dasar pengetahuan seseorang. Selanjutnya tabel 4.9 berikut ini
36
akan menunjukkan hasil penelitian baik dan kurangnya pengetahuan masyarakat pada tingkatan aplikasi. Tabel: 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat tingkatan Aplikasi Pemanfaatan Jamban Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo RayaKota Gorontalo 2012 PENGETAHUAN (APLIKASI) Baik Kurang Baik Sumber: data Primer
JUMLAH n
%
25
34.2
48
65.8
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik dalam tahap aplikasi dalam pema nfaatan jamban sebanyak 48 responden (65,8%), sementara sisanya 25 responden (34,2%) memiliki pengetahuan dengan tingkatan aplikasi dalam hal pemanfaatan jamban. Tabel: 4.10 Distribusi Pemanfaatan Jamban Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan (Aplikasi) Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 Tingkat Pengetahuan (Aplikasi) Jumlah Pemanfaatan Baik Kurang Baik n % n % n % Memanfaatkan Jamban 16 64.0 8 16.7 24 32.9 Tdk Memanfaatkan Jamban 9 36.0 40 83.3 49 67.1 TOTAL 25 100.0 48 100.0 73 100.0 Sumber: Data Primer
37
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa responden yang memanfaatkan jamban sebagian besar berasal dari mereka yang memiliki pengetahuan baik pada tingkat aplikasi sebanyak 16 responden (64,4%) dan sebagian kecilnya adalah mereka yang memiliki pengetahuan aplikasi kurang baik sebanyak 8 responden (16,7%).Selanjutnya responden yang tidak memanfaatkan jamban sebagian besar berasal dari mereka yang tidak memilik pngetahuan baik sebanyak 40 responden (83.3%), dan sebagian lainnya adalah berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (36,0%).
e. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jamban berdasarkan Pe ngetahuan tingkatan Analisis Tabel: 4.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat Analisis Pemanfaatan Jamban Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 PENGETAHUAN (ANALISIS) Baik Kurang Baik Sumber: Data Primer
JUMLAH n
%
23
31.5
50
68.5
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada tingkatan analisis terdapat sebanyak 50 responden (68,5%) yang memiliki pengetahuan kurang baik, sementara sisanya 23 responden (31,5%) yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik pada tingkatan analisis.
38
Tabel: 4.12 Distribusi Pemanfaatan Jamban Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan (Analisis) Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 Tingkat Pengetahuan (Analisis) Jumlah Pemanfaatan Baik Kurang Baik n % n % n % Memanfaatkan Jamban 15 65.2 9 18.0 24 32.9 Tdk Memanfaatkan Jamban 8 34.8 41 82.0 49 67.1 TOTAL 23 100.0 50 100.0 73 100.0 Sumber: Data Primer
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban sebagian besar mereka yang memilik pengetahuan analisis yang baik sebanyak 15 responden (62,5%) sebaliknya, 9 responden (18.0%) dengan kemampuan analisis kurang baik. Sementara responden yang tidak memanfaatkan jamban, terdapat 8 responden (16,3%) dengan kemampuan analisis baik dan 41 responden (83,7%) dengan kemampuan analisis kurang baik.
39
f. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jamban berdasarkan Pengetahuan tingkatan Sintesis Tabel: 4.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat Tingkatan Sintesis Pemanfaatan Jamban Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 PENGETAHUAN (SINTESIS) Baik Kurang Baik Sumber: Data Primer
JUMLAH n
%
26
35.6
47
64.4
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 47 responden (64,4%) yang memiliki pengetahuan kurang baik. Sisanya 26 responden (35,6%) yang memiliki pengetahuan baik pada tingkatan sintesis.
Tabel: 4.14 Distribusi Pemanfaatan Jamban Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan (Sintesis) Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012
Pemanfaatan Memanfaatkan Jamban Tdk Memanfaatkan Jamban TOTAL Sumber: Data Primer
Tingkat Pengetahuan ( Sintesis) Baik Kurang Baik n % n % 14 53.8 10 21.3 12 46.2 37 78.7 26 100.0 47 100.0
Jumlah n 24 49 73
% 32.9 67.1 100.0
40
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban dengan kemampuan pengetahuan sintesis baik, sebanyak 14 responden (58,3%) dan 10 responden (21.3%) yang memiliki pengetahuan tingkatan sintesis kurang baik. Sementara responden yang tidak memanfaatkan jamban sebagian besar berasal dari mereka yang memiliki pengetahuan yang kurang baik sebanyak 37 responden (78,7%) dan sisanya 12 responden yang memiliki pengetahuan baik namun tidak memanfaatkan jamban.
g. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jamban berdasarkan Pe ngetahuan tingkatan Evaluasi Tabel: 4.15 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat Tingkatan Evaluasi Pemanfaatan Jamban Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 PENGETAHUAN (EVALUASI)
n
%
Baik
24
32.9
49
67.1
Kurang Baik Sumber: Data Primer
JUMLAH
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa sebagian besar 49 responden (67,1%) yang memiliki pengetahuan kurang baik pada tingkatan evaluasi dan sisanya 24 responden (32,9%) yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik pada tingkatan evaluasi.
41
Tabel: 4.16 Distribusi Pemanfaatan Jamban Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan (Evaluasi) Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 Tingkat Pengetahuan ( Evaluasi) Jumlah Pemanfaatan Baik Kurang Baik n % n % n % Memanfaatkan Jamban 14 58.3 10 20.4 24 32.9 Tdk Memanfaatkan Jamban 10 41.7 39 79.6 49 67.1 TOTAL 24 100.0 49 100.0 73 100.0 Sumber: Data Primer
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban, terdapat 14 responden (58,3%) memiliki pengetahuan baik tingkatan evaluasi, dan 10 responden (20,4%) memiliki pengetahuan kurang baik. Selanjutnya responden yang tidak memanfaatkan jamban, terdapat 10 responden (41,7%) berpengetahuan tingkatan evaluasi kriteria baik, dan 39 responden (79,6%) yang memiliki pengetahuan kurang baik.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Karakteristik Responden Sebagaimana tabel Tabel 4.1 pada paparan sebelumnya bahwa sebagian besar responden penelitian berusia antara 34 - 36 tahun sebanyak 23 responden (71,9%), yang diambil dari kepala keluarga pada lingkungan III Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berusia antara 34-36 tahun.
42
Selanjutnya tabel 4.2 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden berpendidikan akhir SD sebanyak 39 responden (53.4%). Sementara responden dengan jumlah paling sedikit terdistribusi pada pendidikan tidak tamat SMP sebanyak 8 responden (11%).
Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwa sebagian
besar masyarakat Lingkungan III berpendidikan Sekolah dasar yaitu sebesar 53,4. Selanjutnya hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai nelayan sebanyak 29 responden (39.7%), kemudian responden dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 22 responden (30.1%). Adapun jenis pekerjaan sebagian besar masyarakat lingkungan III Kelurahan Leato Utara adalah nelayan yang memanfaatkan kondisi alam dan lingkungannya. 4.2.2 Pemanfaatan Jamban Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memanfaatkan jamban sebagai wadah buang air besar sebanyak 49 responden (67,1%), sementara sisanya 24 responden (32,9%) yang memanfaatkan jamban sebagai tempat buang air besar. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden memanfaatkan lingkungan alam terbuka seperti pantai, kebun dan sungai sebagai tempat buang air besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian awal yang menyebutkan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Leato Utara tidak menggunakan jamban sebagai tempat buang air besar. Hasil penelitian rendahnya pemanfaatan jamban masyarakat Desa Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo,
identik dengan hasil penelitian
Dunggio(2012) yang berhasil mengemukakan bahwa 79% masyarakat Desa
43
Modelomo Kabila dengan kriteria rendah dalam memanfaatkan jamban dalam hal buang air besar. Atau dengan kata lain sebagian besar masyarakat Desa Modelomo belum memanfaatkan jamban sebagai tempat buang air besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan dalam artikel Sri Yatmi Mei Kristiani dalam artikelnya “bahwa buang air di sembarang tempat atau tidak di jamban dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat, sosial budaya, status ekonomi, ketersediaan air bersih dan sarana yang kurang memadai”. Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwa karakteristik responden seperti pendidikan, dan status ekonomi masyarakat pesisir memberikan kontribusi terhadap kurangnya pemanfaatan jamban oleh masyarakat sebagai media buang air besar. 4.2.3 Pengetahuan masyarakat tingkatan mengetahui Sebagaimana telah ditampilkan pada tabel 4.5 yang menunjukkan sebagian responden memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pemanfaatan Jamban sebagai tempat buang air besar yakni sebanyak 39 responden (53,4%), sementara sisanya 34 responden (46,6%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan jamban. Sementara tabel 4.6
menunjukkan sebagian besar responden yang tidak
memanfaatkan jamban sebagian besar adalah mereka dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 32 responden (82.1%). Berdasarkan hasil analisa di atas maka dapatlah dikatakan bahwa sebagian besar responden dalam hal ini masyarakat lingkungan III Keluarhan Leato Utara
44
kurang mengetahui pentingnya pemanfaatan jamban untuk kesehatan keluarga. Hal ini menunjukkan rendahnya pemanfatan jamban sebagai media buang air besar sebanyak 53%. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapatlah dijelaskan bahwa tahu adalah tingkatan mengetahui hasil dari pengamatan, pendengaran panca indra seseorang, semakin baik tingkat pengetahuan seseorang dalam hal manfaat jamban maka semakin baik pula tingkat pemanfaatannya terhadap jamban. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa 65% responden kurang mengetahui apa dan bagaimana manfaat jamban. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan adalah, meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui sosialisasi kesehatan, promosi dan kampanye melalui media untuk menanamkan pengetahuan kepada masyarakat. Hal ini dapat pula dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas ketika menangani seorang pasien, atau bahkan setiap pertemuan antara pemerintah dengan masyakarat. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sri Yetmi Mei Kristiani bahwa dari segi pengetahuan, masih banyak masyarakat yang belum mengerti betapa berbahayanya jika kita buang air besar sembarangan. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan penyakit – penyakit yang dapat ditularkan melalui air sangat berpengaruh terhadap kebiasaan buang air besar mereka. Kurangnya informasi tentang penggunaan jamban di masyarakat membuat kebiasaan buang air besar di sembarang tempat sulit diubah.
45
4.2.4 Pengetahuan Masyarakat tingkatan Memahami Tabel 4.7 pada kajian sebelumnya disebutkan bahwa bahwa sebagian besar responden memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap pemanfaatan jamban sebanyak 43 responden (58,9%) dan sebagiannya lagi memiliki pemahaman yang baik terhadap pemanfaatan jamban sebanyak 30 responden (41,1%). Sementara tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak memanfaatkan jamban adalah mereka yang memiliki pengetuan kurang baik sebanyak 35 responden (81,4%) dan sebagian kecilnya sebanyak 14 respponden (46.7%) berasal dari responden yang memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian di atas dapat dijelaskan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat selanjutnya memberikan pengaruh terhadap pemahamannya terhadap manfaat jamban sebagai tempat buang air besar. Noerlayla Antuli (2012) dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa “pengetahuan merupakan salah satu pendorong untuk seseorang merubah perilaku. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa Pengetahuan seseorang tentang jamban akan menentukan perilakunya dalam hal buang air besar. Hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa, seseorang akan memasuki masa pemahaman bila telah mengetahui terlebih dahulu tentang hakikat pemanfaatan jamban untuk manfaat kesehatan bagi diri dan keluarganya. Sebaliknya kurangnya pengetahuan
seseorang
tentang
jamban
pemahamannya terhadap manfaat jamban.
akan
menyebabkan
kurangnya
46
Dengan demikian apabila dikaitkan tingkatan pengetahuan ini maka dapatlah dijelaskan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat pada aspek tahu dan memahami dapat pula dijelaskan sebagai pengaruh dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga hal ini memberikan imbas pada pengetahuan dan pemahamanya tentang pemanfaatan jamban.
4.2.5 Pengetahuan masyarakat Tingkatan Aplikasi Rendahnya pendidikan yang kemudian berkontribusi terhadap rendahnya pengetahuan masyarakat selanjutnya dapat memberikan dampak terhadap aplikasi atau penerapan sebagai salah satu komponen dalam tingkatan pengetahuan seseorang utamanya menyangkut pemanfaatan jamban. Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain (Notoatmodjo. 2010: 2008). Berdasarkan uraian di atas maka aplikasi berhubungan langsung dengan tindakan nyata seseorang sebagai sebuah proses aplikasi terhadap prinsip-prinsip yang telah diketahui sebelumnya, pada sebuah situasi dimana dia akan memilih untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan jamban ketika melakukan kegiatan buang air besar. Hasil penelitian sebagaimana Tabel 4.9 menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik dalam tahap aplikasi dalam pemanfaatan jamban sebanyak 48 responden (65,8%), sementara sisanya 25
47
responden (34,%) memiliki pengetahuan yang tingkatan aplikasi dalam hal pemanfaatan jamban. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Leato Utara memiliki pengetahuan yang kurang baik utamanya pada tingkatan aplikasi. Hubungannya dengan pemanfaatan jamban ditunjukkan dengan hasil tabulasi silang tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa responden yang memanfaatkan jamban sebagian besar berasal dari mereka yang memiliki pengetahuan baik pada tingkat aplikasi sebanyak 16 responden (64,4%) dan sebagian kecilnya adalah mereka yang memiliki pengetahuan aplikasi kurang baik sebanyak 8 responden (16,7%). Selanjutnya responden yang tidak memanfaatkan jamban sebagian besar berasal dari mereka yang memilik pengetahuan kurang baik sebanyak 40 responden (83.3%), dan sebagian lainnya adalah berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (36,0%). Memperhatikan kedua hasil tabel di atas maka pengetahuan pada tingkatan aplikasi memberikan pengaruh pada pemanfaatan jamban. Pengetahuan pada tingkatan aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penerapan. Penerapan sebagaimana pengertian di atas dapat d iartikan secara sederhana, setelah seseorang mengetahui dan memahami maka tahapan pengetahuan selanjutnya adalah mengaplikasikan apa yang diketahui dan dipahaminya. Contohnya adalah ketika seseorang mengetahui manfaat penggunaan jamban bagi kesehatan maka orang
48
tersebut akan mengaplikasikan pengetahuannya dengan cara menggunakan jamban ketika buang air besar. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa aplikasi berhubungan dengan tindakan seseorang yang bersifat konkrit setelah melewati masa dan tingkatan tahu dan memahami. Baik buruknya pengetahuan dan pemhaman seseorang terhadap arti dan manfaat jamban bagi kesehatan keluarga akan memperbaiki tindakanya dalam hal pemanfaatan jamban. Demikian halnya, buruknya pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang jamban maka buruk dan kurang baik pula aplikasi pemanfaatan jamban sebagai tempat buang air besar. Sehubungan dengan ulasan di atas mengemukakan
bahwa
seseorang
yang
Hasil penelitian Dunggio(2012)
memiliki pengetahuan
yang
baik
tentangkegunaan jamban maka akan semakin baik pula pemanfaatannya terhadap jamban dalam hal buang air besar. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pengetahuan seseorang tentang arti dan manfaat jamban maka kurang baik pula tindakannya dalam hal pemanfaatan jamban. 4.2.6 Pengetahuan Masyarakat Tingkatan Analisis Hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada tingkatan analisis terdapat sebagian besar responden dalam hal ini masyarakat Kelurahan Leato Utara sebanyak 50 responden (68,5%) yang memiliki pengetahuan kurang baik, sementara sisanya 23 responden (31,5%) yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik pada tingkatan analisis.
49
Hubungannya dengan pemanfaatan jamban tergambarkan dari hasil tabulasi silang tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban sebagian besar mereka yang memilik pengetahuan analisis yang baik sebanyak 15 responden (62,5%) sebaliknya, 41 responden (83,7%) dengan kemampuan analisis kurang baik tidak memanfaatkan jamban. Kedua hasil tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat sebagian besar masyarakat (68,5%) yang memiliki pengetahuan dengan kriteria kurang baik. Sementara bila dihubungkan dengan pemanfaatan jamban maka terdapat 41 responden (83.7%) memiliki pengetahuan dengan kriteria kurang dan tidak memanfaatkan jamban. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, seseorang yang dapat membedakan baik buruknya tindakan buang air besar di jamban dan ditempat sembarangan akan mencerminkan
tindakannya
dalam
hal
pemanfaatan
jamban.
Kemampuan
membedakan buang air besar di jamban dan bukan dijamban dapat dilihat dari perspektif estetika dan nilai- nilai norma di masyarakat utamanya menyangkut baik buruknya sebuah tindakan.
50
Kemampuan membedakan sebuah tindakan yang ataupun buruk dapat tercermin dari tingkatan pengetahuan analisis. Sebuah analisis yang baik tentang pemanfaatan jamban akan sangat membantu dalam pembentukan perilaku baru bagi seseorang. Demikian halnya dengan kebiasaan buang air besar dengan memanfaatkan jamban akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan seseorang dalam melahirkan sebuah konsep analisis yang dapat membedakan sebuah kebiasaan yang baik dan buruk berdasarkan pada perbandingan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Noerlayla Antuli (2005: 55) yang memberikan simpulan bahwa faktor determinan yag mempengaruhi perilaku masyarakat adalah pengetahuan dengan kriteria cukup sebanyak 63,5% dan dengan kriteria kurang sebesar 13.9%. 4.2.7 Pengetahuan masyarakat tingkatan Sintesis Pengetahuan pada tingkatan Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap manfaat jamban bagi keluarga. Notoatmodjo (2010: 28) mengemukakan bahwa “Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulas baru dari formulasiformulasi yang telah ada.
51
Hasil penelitian sebagaimana tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 47 responden (64,4%) yang memiliki pengetahuan kurang baik. Sisanya 26 responden (35,6%) yang memiliki pengetahuan baik pada tingkatan sintesis. Sementara tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban dengan kemampuan pengetahuan sintesis baik,
sebanyak 14 responden
(58,3%) dan responden yang tidak memanfaatkan jamban sebagian besar berasal dari mereka yang memiliki pengetahuan yang kurang baik sebanyak 37 responden (78,7%). Memperhatikan kedua hasil tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat 64,4% dengan kriteria kurang baik memicu pemanfaatan jamban bagi masyarakat yang dibuktikan dengan hasil tabulasi silang sebesar 78,7%
masyarakat dengan pengetahuan
kurang baik
yang tidak
memanfaatkan jamban ketika buang air besar. Pada tingkatan ini, Suriasumantri (2007: 40) mengemukakan bahwa manusia yang
memiliki
pengetahuan
yang
baik
akan
mampu
mengemba ngkan
pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup dengan memikirkan hal- hal baru, karena hidup tidak sekedar untuk kelangsungan hidup namun lebih dari itu. Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas maka dapat dikatakan bahwa, seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik, memahami dan mengaplikasikan apa yang diketahuinya dalam hal kesehatan, akan memanfaatkan jamban sebagai tempat buang air besar serta mampu menyesuaikan pengetahuannya dengan
52
keberadaan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, seseorang dengan pengetahuan yang kurang baik/ rendah yang kemudian secara linier mempengaruhi pemahaman dan aplikasinya, tentu akan sulit melakukan penyesuaian berfikir dan menghubungkan manfaat buang air besar di jamban dengan kesehatan diri dan keluarganya. Hasil penelitian Dunggio(2012: 50) yang berhasil mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan unsur yang memegang peranan paling penting yang menilai kemampuan seseorang dalam berperilaku dalam kehidupan sehari- hari utamanya dalam menerima berbagai informasi baik melalui media maupun petugas langsung. Hal-hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan tingkatan pengetahuan sintesis ini adalah; 1) petugas kesehatan dan unsur- unsur lain yang terlibat dalam permasalahan kesehatan dan lingkungan sanitasi masyarakat dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan jamban dimana informasi ini dapat mendorong masyarakat untuk mampu merumuskan sendiri bahwa pemanfaatan jamban menjadi penting untuk kesehatan diri keluarga dan lingkungan. 2) kepada pemerintah khususnya pemerintah Kota Gorontalo dapat lebih proaktif melaksanakan penyuluhan secara rutin untuk meningkatkan pengetahuan dan melakukan pembenahan perilaku masyarakat dengan tidak mengesampingkan upaya penyediaan saran buang air besar termasuk sumber ari bersih sebagai prasyarat utama system sanitasi yang sehat.
4.2.8 Pengetahuan masyarakat tingkatan Evaluasi Evaluasi dalam tingkatan pengetahuan berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.evaluasi
53
dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada. Secara sederhana evaluasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang menimbangnimbang baik tikdanya sebuah stimulus bagi dirinya (Notoatmodjo, 2007: 140). Evaluasi adalah tingkatan tertinggi dalam tingkatan pengetahuan, yang kemudian akan memberikan kontribusi terhadap perilaku seseorang. Setelah seseorang mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesa maka tiba akan tiba pada tingkatan evaluasi sebagai sebuah perwujudan dari seluruh pengetahuannya. Contoh yang dapat dikembangkan untuk mengilustrasikan tingkatan evaluasi sehubungan dengan penelitian ini adalah, seseorang yang telah mengetahui, mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesa pemanfaatan jamban bagi kesehatannya, maka ia akan tiba pada tingkatan menentukan baik tidaknya pemanfaatan jamban dalam hal buang air besar bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat sekitarnya, termasuk kebaikan yang diperoleh bagi lingkungannya. Hasil penelitian pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebanyak 49 responden (67,1%) yang memiliki pengetahuan kurang baik pada tingkatan evaluasi dan sisanya 24 responden (32,9%) yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik pada tingkatan evaluasi. Sementara tabel 4.16 menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan jamban, terdapat 14 responden (58,3%) memiliki pengetahuan baik tingkatan evaluasi, dan sebaliknya 39 responden (79,6%) yang memiliki pengetahuan kurang baik dan tidak memanfaatkan jamban.
54
Hasil penelitian di atas mengisyaratkan bahwa rendahnya pengetahuan seseorang berkontribusi terhadap pemanfaatan jamban yang dalam penelitian ini ditunjukkan melalui pernyataan responden sebesar 80%. Memperhatikan hasil penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa, pemanfaatan jamban sangat erat kaitannya dengan tingkatan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Selanjutnya pengetahuan tentang jamban dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan masyarakat. Dalam penelitian ini terungkap bahwa sebagian besar masyarakat dalam hal ini responden memiliki latar belakang pendidikan yang rendah yaitu pendidikan akhir SD sebanyak 39 responden (53.4%), masyarakat dengan pendidikan tidak tamat SMP sebanyak 8 responden (11,0%), pendidikan SMP sebanyak 13 responden (17,8%) dan terakhir masyarakat dengan pendidikan SMA/sederajat sebanyak 13 responden (17.8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa factor ekonomi yang berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan masyarakat ikut berkontribusi terhadap kebiasaannya menggunakan jamban untuk buang air besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muhammad Nursiddik (1997) yang menyimpulkan pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemfaatan jamban pada masyarakat Langenharjo Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal. Beberapa faktor yang berkaitan
dengan praktek masyarakat dalam
pemanfaatan jamban keluarga adalah sarana atau fasilitas jamban, letak jamban keluarga, kondisi jamban keluarga, ketersediaan air disamping faktor-faktor lainnya adalah pendidikan, pendapatan.
55
Pendapatan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menyediakan jamban bagi keluarganya termasuk sumber air bersih sebagai salah satu persyaratan sehat sebuah jamban. Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki berprofesi sebagai nelayan sebanyak 29 orang (39.7%), kemudian responden dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 22 orang (30.1%). Mempehatikan ulasan hasil penelitian di atas maka dapatlah diberikan beberapa masukan, perlu adanya perbaikan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan utamanya menyangkut sanitas masyarakat yang sehat. Selain itu hendaknya pemerintah dapat melakukan upaya perbaikan fisik lingkungan termasuk membangun jamban-jamban sehat yang memiliki jaminan tersedia sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Hasil pengamatan ditemukan bahwa jamban yang disediakan pemerintah dan tidak digunakan masyarakat lebih disebabkan oleh ketiadaan sumber air bersih yang siap digunakan masyarakat. Selain itu persyaratan pembangunan septic tank yang menjamin kebersihan dan kenyamanan lingkungan dipandang ikut berpengaruh terhadap pemanfaatan jamban. Memperhatikan hasil penelitian dan pengamatan di atas maka hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang jamban bersih dan sehat serta manfaatnya bagi kesehatan adalah, mengajak masyarakat untuk senantiasa memperbaiki kualitas lingkungan dengan terlebih dahulu memperbaiki aspek pengetahuan masyarakat akan kebersihan, kesehatan dan sanitasi.
56
Upaya-upaya ini dapat dilakukan secara integrative dengan berbagai unsur dan instansi pemerintah maupun swasta termasuk memanfaatkan pengaruh tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk memberikan keteladanan bagi lingkungan masyarakatnya. 4.2.9 Distribusi Frekuensi Tingkatan pengetahuan Tabel: 4.17 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Leato Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo 2012 Tingkatan Pengetahuan Tahu Memahami Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi Sumber: Data Primer
Baik n 34 30 25 23 26 24
% 46.6 41.1 34.2 31.5 35.6 32.9
Kurang Baik n % 39 53.4 43 58.9 48 65.8 50 68.5 47 64.4 49 67.1
Tabel 4.17 menunjukan sebanyak 39 responden (53,4%) memiliki pengetahuan kurang baik sementara sisanya 34 responden (46,6%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan jamban. Dalam tingkatan memahami sebagian besar responden
memiliki
pemahaman yang kurang baik terhadap pemanfaatan jamban sebanyak 43 orang (58,9%) dan sebagiannya lagi memiliki pemahaman yang baik terhadap pemanfaatan jamban sebanyak 30 orang (41,1%).
57
Dalam tingkatan aplikasi responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dalam pemanfaatan jamban sebanyak 48 responden (65,8%), sementara sisanya 25 responden (34,2%) memiliki pengetahuan dengan tingkatan aplikasi dalam hal pemanfaatan jamban. Pada tingkatan analisis terdapat sebanyak 50 responden (68,5%) yang memiliki pengetahuan kurang baik, sementara sisanya 23 responden (31,5%) yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik pada tingkatan analisis. Pada tingkatan sintesis sebagian besar responden yak ni sebanyak 47 responden (64,4%) yang memiliki pengetahuan kurang baik. Sisanya 26 responden (35,6%) yang memiliki pengetahuan baik. Dalam tingkatan evaluasi bahwa sebagian besar 49 responden (67,1%) yang memiliki pengetahuan kurang baik pada tingkatan evaluasi dan sisanya 24 responden (32,9%) yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik.