69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian Kelurahan Kalampangan secara Geografis terletak pada 200 16’ 00” – 200 19’ 20” LS dan 1130 58’ 20” – 1140 03’ 50” BT. Kelurahan ini secara administrasi termasuk wilayah Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Jarak Kelurahan Kalampangan ke Ibukota Kecamatan sejauh 3 km dan jaraknya dari Ibukota Provinsi sejauh 18 km. Wilayah Kelurahan Kalampangan mempunyai luas 5.000 ha dengan topografi wilayah datar (kemiringan 0 – 3 %) dan ketinggian tempat 14 – 18 m dpl. Batas wilayahnya Sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bereng Bengkel Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kameloh Baru Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sabaru Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Panarung Tanah di Kelurahan Kalampangan termasuk jenis glei humus dan organosol dengan struktur tanah topsoil berlapis gambut tebal. Tekstur tanah di Kelurahan Kalampangan termasuk dalam bahan organik gambut belum masak dengan klasifikasi tanah IV notasi 01 + 4H1. Tataguna lahan di kelurahan ini terdiri atas lahan pekarangan seluas 200 ha, lahan kebun seluas 1.000 ha dan jalur hijau seluas 50 ha.
69
70
Kondisi iklim di kelurahan ini terbagi menjadi dua yaitu Bulan basah terjadi pada Nopember – Februari dan bulan kering pada Juni – September. Kelembaban udara maksimum 97%. Kelembaban udara minimum 79% dan kelembaban udara rata-rata 88%. Suhu maksimum 340C dan suhu minimum 240C. Luas tanaman pangan menurut komoditas adalah tanaman jagung seluas 230 ha, kedelai seluas 7 ha, kacang tanah seluas 3 ha, kacang panjang seluas 40 ha, ubi jalar seluas 7 ha, cabe seluas 16 ha, tomat seluas 37 ha, sawi seluas 80 ha, bawang daun 12 ha, mentimun seluas 42 ha, pare 4 ha, buncis seluas 6 ha, brocoli seluas 1,5 ha, terong seluas 36 ha, bayam seluas 211 ha, kangkung seluas 130 ha, umbi-umbian lain seluas 1,5 ha dan talas seluas 3 ha. Luas tanaman buah-buahan menurut komoditasnya adalah tanaman jeruk seluas 80 ha, rambutan seluas 31 ha, pepaya seluas 1 ha, pisang seluas 12 ha, melon seluas 2 ha, nenas seluas 10 ha dan jambu biji seluas 5 ha. Luas tanaman obat (apotik hidup) adalah tanaman rosela seluas 4 ha, jahe seluas 3 ha, kunyit seluas 2 ha, lengkuas seluas 4 ha, sambiloto seluas 1 ha, temulawak seluas 1 ha dan dewi-dewi seluas 0,5 ha. Tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan oleh petani di Kelurahan Kalampangan adalah kelapa seluas 2 ha, pinang seluas 0,25 ha, karet seluas 45 ha, jelutung seluas 12 ha dan gaharu seluas 13 ha.76
76
Bidang Sosial Kemasyarakatan, Distribusi Pengembangan Tanaman Kelurahan Kalampangan, 2011.
71
B. Hasil Penelitian 1. Identifikasi Serangga a. Spesimen 1 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a
Familia a77
Familia b
Familia b78
Familia c Gambar 4.1 Spesimen 1 Ordo Hymenoptera
77
http://library.thinkquest.org/2007/07
78
http://myrmecos.net/2010/07
79
http://myrmecos.net/2010/07
Familia c79
72
Hymenoptera berasal dari kata hymeno = selaput dan ptera = sayap (bahasa Yunani). Ukuran tubuh serangga ini sangat kecil sampai besar. Sayap dua pasang, seperti selaput dan umumnya banyak vena, sayap depan lebih besar daripada sayap belakang, pada Hymenoptera yang berukuran kecil sayapnya hampir tidak memiliki vena.80 Rumus kunci determinasi ordo Hymenoptera adalah 1a, 2b, 5b, 7b, 10b, 11b, 12b, 13b, 15b, 20b.81 Jenis ruas pertama abdomennya sempit dan memanjang, jenis betina ada yang memiliki Ovipositor panjang, kadang lebih panjang dari tubuhnya, ada yang Opivositornya mengalami modifikasi menjadi alat penyengat. Larva ada yang sebagai pemakan tanaman, makan batang, buah, pucuk dan bagian tanaman lainnya. Beberapa dapat hidup sebagai parasit serangga lain, serangga ini banyak dijumpai dibeberapa tanaman dan bunga sebagian hidup di seresah–seresah, ada yang membuat sarang di dalam tanah. Induk meletakkan telur di dalam atau pada tanaman, di tubuh serangga lain atau disarang. Serangga ini ada yang membantu penyerbukan tanaman.82
189
80
Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h. 165.
81
Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h. 123-129
82
Crhistina Lilies, Kunci Determinasi Serangga, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1991, h.
73
Klasifikasi spesimen 1 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera Divisi
: Endopterygota
Ordo
: Hymenoptera
b. Spesimen 2 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a
Familia a83
Familia b Gambar 4.2 Spesimen 2 Ordo Homoptera 83
Familia b84
Iin N. Sidabutar, Keanekaragaman Jenis Serangga Diurnal Pada Tanaman Penutup Tanah Mucuna Bracteata Di Pertanaman Kelapa Sawit Di Areal Perkebunan Pt. Tolan Tiga Kerasaan Estate Kabupaten Simalungun, Skripsi, Medan : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU, 2010. 84
http://www.britishbugs.org.uk
74
Homoptera berasal dari kata homo = sama atau seragam dan ptera= sayap (bahasa Yunani). Serangga ini ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Jika bersayap jumlahnya dua pasang. Sayap depan lebih besar dan panjang daripada sayap belakang. Sayap ada yang membraneus dan ada yang tertutupi oleh bahan seperti tepung. Pada saat istirahat, sayap tersusun seperti atap (genteng) di atas tubuh. Alat mulut mirip dengan dengan alat mulut ordo Hemiptera. Rostrum biasanya pendek dan berpangkal pada bagian belakang dari bagian bawah kepala. Pada banyak spesies Rostrum tampak seolah-olah berpangkal diantara koksa tungkai depan. Antena serangga golongan ini bervariasi, kadang–kadang seperti benang atau pendek kaku seperti rambut. Alat mulut menusukmenghisap. Metamofosis Paurometabola, serangga betina kadang– kadang memiliki Ovipositor yang berkembang baik (sempurna). Serangga pradewasa mirip dengan serangga dewasa, tetapi biasanya tidak bersayap atau sayap tereduksi. Semua spesies dari ordo Homoptera ini hidup di darat (Teresterial) dan makan dengan cara mengisap cairan tanaman.85 Rumus determinasi ordo Homoptera yaitu 1a, 2b, 5b, 7b, 10b, 11b, 12a.86
85
Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h. 147 - 148
86
Ibid., h. 123-129
75
Persebaran serangga ini umumnya terdapat pada tumbuhan yang mengandung banyak air, hal tesebut berkesesuaian dengan alat mulutnya yang menusuk dan menghisap, meskipun bersayap serangga ini lebih banyak menghabiskan waktunya pada tumbuhan tanpa terbang. Klasifikasi spesimen 2 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera Divisi
: Eksopterygota
Ordo
: Homoptera
76
c. Spesimen 3 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a Gambar 4.3 Spesimen 3 Ordo Hemiptera
Familia a87
Hemiptera berasal dari kata hemi = setengah dan ptera = sayap (bahasa Yunani), serangga dari ordo Hemiptera bertubuh pipih, ukuran dari sangat kecil sampai besar. Jika bersayap, maka pangkal sayap depan menebal dan bagian ujungnya membraneus dan dinamakan Hemielitra. Pada saat istirahat sayap terletak mendatar di atas tubuh dengan ujung sayap depan umumnya tumpang tindih. Alat mulut menusuk-menghisap yang muncul dari depan kepala, bermetamorfosis paurometabola. Oselli dua buah atau tidak ada. Serangga pradewasa mirip dengan serangga dewasa, akan tetapi hanya memiliki bakal sayap yang pendek atau tidak ada. Serangga ini mempunyai Skutelum.88
87
http://www.koleopterologie.de
88
Ibid., h. 150.
77
Hidup diberbagai habitat, baik di darat maupun di air. Telur diletakkan dengan disisipkan pada jaringan tanaman, dicelah-celah benda, secara berderet di permukaan daun, adapula yang dalam cekungan tanah yang kemudian ditutup dengan tanah. Ada yang apabila diganggu akan mengeluarkan bau yang tidak enak, ada yang tahan hidup cukup lama tanpa makan. Rumus determinasi ordo Hemiptera yaitu 9a, 8b, 7a, 5b, 2b, 1a.89 Beberapa hidup sebagai hama tanaman yang menghisap cairan tanaman, sebagai penghisap darah dan ada yang berperan sebagai predator serangga lain.90 Klasifikasi spesimen 3 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera Divisi
: Eksopterygota
Ordo
: Hemiptera
89
Ibid., h. 123-129
90
Crhistina Lilies, Kunci Determinasi Serangga, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1991, h. 65
78
d. Spesimen 4 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a
Familia a91
Familia b
Familia b92
Familia c
Familia c93
91
http://bugguide.net
92
http://www.carolinanature.com
93
http://upload.wikimedia.org
79
Familia d Gambar 4.4 Spesimen 4 Ordo Diptera
Familia d94
Diptera berasal dari kata di = dua dan ptera = sayap (bahasa Yunani). Serangga ini memiliki ukuran tubuh dari kecil sampai sedang, sayap satu pasang dan membraneus, sayap belakang tereduksi menjadi halter yang berfungsi menjaga keseimbangan pada saat terbang. Tubuh relatif lunak, antenna pendek, mata majemuk besar dan bermetamorfosis sempurna. Rumus determinasi ordo Diptera yaitu 1b, 23b, 24b, 25b, 26b, 31a, 32b, 33a.95 Serangga dewasa hidup diberbagai habitat, biasanya ditemukan dekat dengan larva, dan sering dijumpai pada bunga–bungaan. Larva Diptera juga dapat hidup di air, umumnya larva Diptera tidak memiliki kaki, kepala kecil, tubuh halus dan dinamakan Maggot dan jika hidup di dalam jaringan tanaman maka akan membuat liang-liang gerekan. Serangga ini membentuk Pupa di dalam tanah, jaringan tanaman, di dalam air atau dekat air, serta di dalam tubuh inang. 94
http://www.insects.pl/2007_03_11
95
Ibid., h. 123-129
80
Beberapa spesies dari ordo Diptera ada yang menjadi hama tanaman, sebagai penghisap darah manusia atau binatang, vector penyakit bagi manusia, penyerbuk bunga, predator atau parasit dari hama tanaman.96 Klasifikasi spesimen 4 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera
96
Divisi
: Endopterygota
Ordo
: Diptera
Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h. 158
81
e. Spesimen 5 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a Gambar 4.5 Spesimen 5 Ordo Dermaptera
Familia a97
Tubuh pipih memanjang berukuran kecil hingga sedang berwarna coklat gelap. Antena seperti benang, fase dewasa tanpa sayap serta termasuk tipe serangga primitif. Golongan Dermaptera umumnya aktif pada malam hari berhabitat di tempat-tempat yang terlindung, memiliki Forcep pada bagian anus yang juga berfungsi sebagai penangkap mangsa dan untuk melindungi diri dari musuh-musuhnya umumnya serangga dalam ordo Dermaptera merupakan pemakan tumbuhan dan predator. Berhabitat pada tanaman sayuran, palawija, atau tanaman perkebunan, terutama hidup pada tempat-tempat yang lembab.98 Rumus determinasi ordo Dermaptera yaitu 1a, 2b, 5a, 6a.99
97
http://farm9.staticflickr.com
98
Crhistina Lilies, Kunci Determinasi Serangga, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1991, h.
99
Ibid., h. 123-129
43.
82
Klasifikasi spesimen 5 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera Divisi
: Eksopterygota
Ordo
: Dermaptera
f. Spesimen 6 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a
Familia a100
Familia b
Familia b101
100
http://farm1.static.flickr.com
101
http://croar.net
83
Familia c
Familia d Gambar 4.6 Spesimen 6 Ordo Coleoptera
Familia c102
Familia d103
Coleoptera berasal dari kata coleo = sarung pedang dan ptera = sayap (bahasa Yunani). Serangga ini memiliki sayap depan yang keras. Tebal dan tanpa vena. Sayap depan ini berfungsi sebagai pelindung sayap belakang dan dinamakan Elytra. Sayap belakang membraneus dan terlipat di bawah sayap depan pada saat serangga ini istirahat. Sayap belakang ini umumnya lebih panjang daripada sayap depan dan digunakan untuk terbang. Rumus determinasi ordo Coleoptera yaitu 1a, 2b, 5a, 6b.104
102
http://www.thebugmaniac.com
103
http://192.38.112.87:8080/zmuccol
104
Ibid., h. 123-129
84
Pada beberapa spesies, sayap depan pendek dan tidak menutupi seluruh abdomen. Ukuran tubuh serangga anggota ordo Coleoptera ini dari kecil hingga besar. Memiliki tiga pasang kaki Toraksial. Antena rata-rata sebelas ruas dengan bentuk yang beragam serta bermetamorfosis dengan sempurna. Coleoptera
merupakan
ordo
yang terbesar
dalam
jumlah
spesiesnya. Serangga ini terdapat diberbagai tempat dan banyak spesiesnya merupakan pemakan tanaman serta pemakan bahan simpanan, Coleoptera bersifat predator dan saprofag.105 Klasifikasi spesimen 6 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera
105
Divisi
: Endopterygota
Ordo
: Coleoptera
Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h. 161 - 164
85
g. Spesimen 7 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a Gambar 4.7 Spesimen 7 Ordo Odonata
Familia a106
Odonata berarti bergerigi (Bahasa Yunani). Serangga dengan tubuh panjang dan ramping, sayap memanjang dan bervena banyak serta membraneus, sayap depan dan belakang hampir sama dalam bentuk dan ukuran. Antena pendek seperti bulu yang keras (Setaceus). Nimfa dinamakan naiad dan hidup di air (Aquatic), sedang dewasa hidup disekitar nimfa atau udara bebas disekitar pertanaman. Serangga ini sering melakukan perkawinan pada saat terbang. Nimfa maupun serangga dewasa bertindak sebagai predator.107 Klasifikasi spesimen 7 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota
106
http://bugguide.net
107
Ibid., h. 137
86
Infrakelas : Paleoptera Divisi
: Eksopterygota
Ordo
: Odonata
h. Spesimen 8 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a
Familia a108
Familia b
Familia b109
Familia c Gambar 4.8 Spesimen 8 Ordo Orthoptera 108
http://mississippientomologicalmuseum.org.msstate.edu
109
http://www.massey.ac.nz/~strewick
110
http://gotroaches.com
Familia c110
87
Orthoptera bersal dari kata othos = lurus dan ptera = sayap (bahasa Yunani). Serangga ini disebut juga belalang dan memiliki sayap dua pasang. Sayap depan panjang dan menyempit, biasanya mengeras seperti kertas dan dinamakan tegmina, sayap belakang lebar dan membraneus. Memiliki antenna pendek sampai panjang dan beruas banyak, sersi pendek dan seperti penjepit, serangga betina biasanya memiliki ovipositor atau alat peteluran, tarsus beruas 3-5, alat mulut menggigitmengunyah, Sebagian besar serangga dari ordo ini merupakan pemakan tanaman (phytophagus) dan beberapa spesies sebagai predator. Rumus determinasi ordo Orthoptera yaitu 1a, 2b, 5b, 7a, 8b, 9b.111 Banyak anggota dari Orthoptera yang dapat menghasilkan suara (bunyi-bunyian), mekanisme untuk menghasilkan suara, suara yang dihasilkan berfungsi untuk memanggil lawan jenisnya.112 Klasifikasi spesimen 8 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera Divisi
: Eksopterygota
Ordo
: Orthoptera
111
Jumar. Entomologi Serangga. IKAPI, Jakarta : 2007. h. 123-129
112
Ibid., h. 140 -143
88
i. Spesimen 9 Gambar Hasil Penelitian
Gambar Pembanding
Familia a Gambar 4.9 Spesimen 9 Ordo Lepidoptera
Familia a113
Lepidoptera berasal dari kata lepido = sisik dan ptera = sayap (bahasa Yunani), serangga ini memiliki dua pasang sayap, sayap belakang biasanya sedikit kecil daripada sayap depan, sayap ditutupi oleh sisik-sisik. Imago dari Lepidoptera disebut kupu-kupu (jika aktif pada siang hari) atau ngengat (jika aktif pada malam hari). Rumus determinasi ordo Lepidoptera yaitu 10a, 7b, 5b, 2b, 1a. Memiliki antena panjang, ramping dan kadang-kadang plumose (banyak rambut) atau membongkol pada ujungnya. Larva biasanya dengan tiga pasang kaki toraksial dan lima pasang kaki abdominal atau kurang, tubuh ada yang berbulu dan ada yang tidak, bermetamorfosis sempurna. Hampir semua larva sebagai pemakan tanaman, baik daun, batang, bunga maupun pucuk.
113
Iin N. Sidabutar, Keanekaragaman Jenis Serangga Diurnal Pada Tanaman Penutup Tanah Mucuna Bracteata Di Pertanaman Kelapa Sawit Di Areal Perkebunan Pt. Tolan Tiga Kerasaan Estate Kabupaten Simalungun, Skripsi, Medan : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU, 2010
89
Beberapa spesies sebagai penggerek batang, buah dan membuat puru, serangga golongan Lepidoptera jika dewasa dapat membantu proses penyerbukan.114 Klasifikasi spesimen 9 Kingdom : Animalia Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insecta
Subkelas : Pterygota Infrakelas : Neoptera Divisi
: Endopterygota
Ordo
: Lepidoptera
2. Distribusi Serangga Dalam Perangkap Jebak Pengumpulan
serangga
menggunakan
perangkap
jebak
yang
disesuiakan dengan serangga yang ingin diperoleh, dalam wilayah agroekosistem persebaran serangga umumnya terbagi atas wilayah dan waktu. Wilayah persebaran serangga terdapat di tanah dan di udara serta waktu persebaran serangga terjadi pada pagi hingga siang dan sore hari serta malam hari.
114
Ibid., h. 155 - 157
90
Perangkap jebak yang digunakan meliputi tiga jenis perangkap yaitu, Yellowstick trap (perangkap kuning), Pitfall trap (perangkap jatuh) dan Light trap (perangkap cahaya). Distribusi serangga dalam perangkap jebak dapat dilihat pada tabel 4.1 – 4.3. a. Tabel Hasil Pengamatan Perangkap Yellowstick Trap Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap Yellowstick trap yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga terbang yang aktif pada siang hari. Tabel 4.1 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Perangkap Yellowstick Trap No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Orthoptera
2
2.
Homoptera
10
3.
Hymenoptera
10
4.
Diptera
118
5.
Coleoptera
31
Total individu
171
b. Tabel Hasil Pengamatan Perangkap Pitfall Trap Perangkap Pitfall trap yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang hidup di permukaan tanah. hasil pengamatan perangkap pitfall trap dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
91
Tabel 4.2 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Perangkap Pitfall Trap No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Dermaptera
1
2.
Orthoptera
89
3.
Coleoptera
30
4.
Hymenoptera
32
5.
Diptera
1
Total individu
153
c. Tabel Hasil Pengamatan Perangkap Light trap Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap Light trap yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga terbang yang hidup pada malam hari. Tabel 4.3 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Perangkap Light Trap No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Orthoptera
41
2.
Dermaptera
4
3.
Hymenoptera
204
4.
Lepidoptera
155
5.
Homoptera
3
6.
Coleoptera
55
7.
Diptera
197
8.
Odonata
3
9.
Hemiptera
1
Total individu
663
92
3. Distribusi Serangga Dalam Wilayah Sampling Serangga yang hidup pada setiap jenis lahan berbeda jenisnya, umumnya wilayah agroekosistem memiliki keragaman spesies yang rendah yang hanya memiliki keseragaman genetik yang sama.115 Dalam penelitian ini wilayah sampling dibagi menjadi enam wilayah sebagaimana tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Pembagian Wilayah Sampling No.
Wilayah Sampling
Luas
1.
Lahan jagung
1000 m2
2.
Lahan kangkung
700 m2
3.
Lahan bayam
300 m2
4.
Lahan pare
450 m2
5.
Lahan rambutan
1200 m2
6.
Lahan daun bawang
900 m2
a. Tabel Hasil Pengamatan Wilayah Sampling I (Lahan Jagung) Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap pada lahan jagung yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang berhabitat pada lahan jagung. hasil pengamatan wilayah lahan jagung dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
115
Mochamad Hadi, Udi Tarwotjo, Rully Rahadian, Biologi Insekta Entomologi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009. Hal 149 - 150
93
Tabel 4.5 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Wilayah Sampling I (Lahan Jagung) No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Coleoptera
15
2.
Orthoptera
34
3.
Hymenoptera
24
4.
Lepidoptera
23
5.
Diptera
3
6.
Homoptera
3
Total Individu
102
b. Tabel Hasil Pengamatan Wilayah Sampling II (Lahan Kangkung) Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap pada lahan kangkung yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang berhabitat pada lahan kangkung. Tabel 4.6 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Wilayah Sampling II (Lahan Kangkung) No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Orthoptera
13
2.
Homoptera
3
3.
Hymenoptera
34
4.
Lepidoptera
39
5.
Diptera
81
6.
Coleoptera
18
7.
Odonata
3
Total Individu
191
94
c. Tabel Hasil Pengamatan Wilayah Sampling III (Lahan Bayam) Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap pada lahan bayam yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang berhabitat pada lahan bayam. Tabel 4.7 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Wilayah Sampling III (Lahan Bayam) No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Coleoptera
9
2.
Orthoptera
5
3.
Diptera
9
4.
Homoptera
2
5.
Lepidoptera
5
6.
Hymenoptera
40
Total Individu
70
d. Tabel Hasil Pengamatan Wilayah Sampling IV (Lahan Pare) Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap pada lahan pare yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang berhabitat pada lahan pare. Hasil pengamatan ordo serangga yang terdapat pada lahan pare dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
95
Tabel 4.8 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Wilayah Sampling IV (Lahan Pare) No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Orthoptera
25
2.
Diptera
102
3.
Coleoptera
29
4.
Hymenoptera
73
5.
Lepidoptera
6
6.
Hemiptera
1
Total Individu
236
e. Tabel Hasil Pengamatan Wilayah Sampling V (Lahan Rambutan) Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap pada lahan rambutan yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang berhabitat pada lahan rambutan. Tabel 4.9 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Wilayah Sampling V (Lahan Rambutan) No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Orthoptera
29
2.
Coleoptera
4
3.
Hymenoptera
12
4.
Lepidoptera
6
5.
Homoptera
3
6.
Diptera
7
Total Individu
61
96
f. Tabel Hasil Pengamatan Wilayah Sampling VI (Lahan Daun Bawang) Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari perangkap pada lahan daun bawang yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang berhabitat pada lahan daun bawang. Hasil pengamatan ordo serangga yang terdapat pada lahan daun bawang dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut. Tabel 4.10 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Wilayah Sampling VI (Lahan Daun Bawang) No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Dermaptera
5
2.
Orthoptera
22
3.
Homoptera
2
4.
Hymenoptera
69
5.
Lepidoptera
74
6.
Coleoptera
40
7.
Diptera
115
Total Individu
327
4. Kelimpahan Total Individu Serangga Kelimpahan total serangga yang ditemukan di wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya dapat dilihat pada tabel 4.11.
97
Tabel 4.11 Tabulasi Data Kelimpahan Total Individu Serangga No.
Ordo
Jumlah Individu
1.
Diptera
317
2.
Hymenoptera
252
3.
Lepidoptera
153
4.
Orthoptera
128
5.
Coleoptera
115
6.
Homoptera
13
7.
Dermaptera
5
8.
Odonata
3
9.
Hemiptera
1
Total Individu
987
5. Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan Faktor lingkungan lebih banyak berpengaruh terhadap serangga dibanding terhadap hewan lainnya, faktor tersebut meliputi suhu, kisaran suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu agar dapat hidup, di luar kisaran suhu tersebut maka kehidupan serangga akan gagal, pengaruh suhu terlihat jelas pada proses fisiologi serangga, pada umumnya kisaran suhu yang efektif dalam persebaran serangga adalah suhu minimum 150C, suhu optimum 250C dan suhu maksimum 450C. Kelembaban tanah, dan udara juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi serangga, kegiatan serangga dan perkembangan serangga. Tingkat kelembaban dalam aktifitas kehidupan serangga memiliki
98
rentanan yang sangat jauh, yaitu kelembaban antara 14% - 80% untuk serangga darat.116 Pada saat penelitian dilakukan pengukuran faktor lingkungan pada masing-masing wilayah sampling yang telah ditentukan. Faktor lingkungan yang diukur meliputi suhu udara, kelembaban tanah dan pH tanah. Data hasil pengukuran faktor lingkungan pada enam wilayah sampling dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12 Pengukuran Faktor Lingkungan Wilayah
pH
sampling
Tanah
Lahan jagung Lahan kangkung Lahan bayam Lahan pare Lahan rambutan
Kelembaban Tanah Pagi
Siang
Malam
Suhu Udara Pagi
Siang
Sore
Mala m
7
80%
80%
85%
26 0C
28 0C
27 0C
250C
6.9
85%
80%
90%
27 0C
29 0C
27 0C
260C
7
80%
80%
85%
26 0C
28 0C
290C
250C
7
85%
80%
85%
27 0C
29 0C
28 0C
260C
6.8
90%
80%
90%
260C
270C
260C
250C
6.8
80%
75%
80%
260C
290C
270C
260C
Lahan daun bawang
116
Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h. 92-93
99
6. Analisis Komunitas Untuk menentukan persentase atau besarnya pengaruh yang diberikan suatu jenis serangga terhadap kominitasnya, maka dapat diketahui dengan menganalisis
komunitas
yang
meliputi
kepadatan,
dominansi
dan
keanekaragaman. a. Kepadatan (D) Kepadatan adalah suatu pola ukur yang digunakan dalam kajian ekologis serangga untuk mengetahui seberapa besar tingkat populasinya pada suatu ekosistem tertentu. Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan serangga pada setiap wilayah sampel dapat dilihat pada tabel 4.13 (perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 3 halaman 147). Tabel 4.13 Indeks Kepadatan Serangga Pada Setiap Lahan Peubah Indeks Kepadatan
Lahan
Besaran (D)%
Kategori
Jagung
10.2
Ringan
Kangkung
27.3
Sedang
Bayam
23.3
Ringan
Pare
52.4
Berat
Rambutan
5.1
Ringan
36.3
sedang
Daun Bawang
100
Besaran kepadatan serangga pada setiap lahan tergolong dari kepadatan rendah hingga kepadatan puso, dimana dalam hal pertanian, kepadatan serangga merupakan cerminan dari keberadaan serangan serangga terhadap tanaman, Adapun kategori intensitas serangan serangga secara umum dapat digunakan pedoman sebagai berikut. 1) Serangan ringan bila derajat serangan <25%. 2) Serangan sedang bila derajat serangan 25-50%. 3) Serangan berat bila derajat serangan 50-90%. 4) Serangan puso bila derajat serangan >90 %.117
b. Indeks Dominansi Komunitas yang terkendali secara biologi sering dipengaruhi oleh satu spesies tunggal atau satu kelompok spesies yang mendominasi lingkungan dan organisme ini biasanya disebut dominan. Dominansi komunitas yang tinggi menunjukkan keanekaragaman yang rendah. Berdasarkan hasil perhitungan indeks dominansi serangga pada setiap wilayah sampel dapat dilihat pada tabel 4.14 (perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 4 halaman 148).
117
Kasumbogo Untung, Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman, Diktat, Yogyakarta : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM. 2010.
101
Tabel 4.14 Indeks Dominansi Serangga Pada Setiap Lahan Wilayah Sampel Ordo
Lahan
Lahan
jagung kangkung
Lahan baya m
Lahan
Lahan
pare
rambutan
Lahan daun bawang
Coleoptera
0.02
0.008
0.02
0.01
0.004
0.01
Dermaptera
-
-
-
-
-
0.0002
Diptera
0.0008
0.2
0.02
0.2
0.01
0.12
Hemiptera
-
-
-
0.00002
-
-
Homoptera
0.0008
0.0002
0.0008
-
0.002
0.00003
Hymenoptera
0.05
0.03
0.3
0.1`
0.04
0.04
Lepidoptera
0.05
0.04
0.005
0.0006
0.01
0.05
Odonata
-
0.0002
-
-
-
-
Orthoptera
0.1
0.004
0.005
0.01
0.23
0.004
Nilai indeks dominansi Simpson berkisar antara 0 dan 1. Ketika hanya ada 1 spesies dalam komunitas maka nilai indeks dominansinya 1, tetapi pada saat kekayaan spesies dan kemerataan spesies meningkat maka nilai indeks dominansinya mendekati 0. Untuk mengetahui indeks dominansi total keseluruhan serangga pada wilayah sampel dapat dilihat pada tabel 4.15 (perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 4 halaman 150).
102
Tabel 4.15 Indeks Dominansi Total Keseluruhan Serangga Pada Wilayah Sampel Ordo
∑ni
D
Diptera
317
0.1
Hymenoptera
252
0.06
Lepidoptera
153
0.02
Orthoptera
128
0.02
Coleoptera
115
0.01
Homoptera
13
0.0002
Dermaptera
5
0.00002
Odonata
3
0.00001
Hemiptera
1
0.000001
Total Individu (N)
987
c. Indeks Keanekaragaman Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas.
Ukuran
keanekaragaman
dan
penyebabnya
mencakup sebagian besar pemikiran tentang ekologi. Hal itu terutama karena keanekaragaman dapat menghasilkan kestabilan dan dengan demikian berhubungan dengan sentral pemikiran ekologi, yaitu tentang keseimbangan suatu sistem.118
118
Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga. Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 132.
103
Besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong rendah, H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong sedang dan H’ > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.119 Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman serangga pada masing-masing
wilayah sampling dapat dilihat pada tabel 4.16
(perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 5 halaman 154). Tabel 4.16 Indeks keanekaragaman serangga pada wilayah sampling Wilayah Sampling Peubah Indeks Keanekaragaman
119
Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan jagung kangkung bayam pare rambutan 1.53
1.53
1.33
1.34
1.48
Lahan daun Keseluruhan bawang 1.57
1.63
Rita Sukaesih, Praktikum Ekologi Hewan, Palangka Raya : STAIN Palangka Raya Program Studi Tadris Biologi, 2012, h. 12.
104
C. Pembahasan Jenis - jenis serangga yang ditemukan pada setiap wilayah sampling telah diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan kunci determinasi serangga oleh Jumar (2000)120, Christina Lilies (1991)121 dan menurut Donald J. Borror dkk. (1992)122. 1. Persebaran Serangga Keseluruhan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan juni 2013 hingga bulan juli 2013 pada wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya, ditemukan 9 jenis ordo dalam kelas Insecta yang terdiri dari 20 familia yang ditemukan pada enam wilayah sampling dengan keadaan faktor lingkungan dan jenis lahan yang berbedabeda. Serangga yang diperoleh pada wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya terdiri dari serangga yang termasuk dalam ordo Coleoptera, Dermaptera, Diptera, Hemiptera, Homoptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Odonata, Orthoptera. Wilayah agroekosistem merupakan wilayah yang diolah oleh manusia untuk membudidayakan suatu tanaman, khususnya tanaman yang bermanfaat bagi manusia terutama tanaman sebagai bahan pangan, umumnya seranggaserangga yang berhabitat pada wilayah agroekosistem sebagaian besar 120
Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
121
Crhistina Lilies, Kunci Determinasi Serangga, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1991.
122
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992.
105
merupakan serangga pemakan tanaman baik itu daun batang hingga akar sehingga cenderung disebut sebagai serangga hama. Serangga hama atau serangga pemakan tumbuhan umumnya termasuk dalam ordo Lepidoptera, Hymenoptera, Coleoptera, Diptera, Orthoptera serta Hemiptera, namun ada beberapa jenis dari ordo serangga tersebut yang bersifat entomofaga, seperti beberapa ordo Hymenoptera dan beberapa ordo Coleoptera yang berperan sebagai penekan atau pengendali serangga secara alami (pengendalian hayati). 123 Hasil penelitian pada wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya menunjukkan bahwa ordo serangga yang diperoleh sebagian besar merupakan ordo serangga yang secara umum terdapat pada wilayah agroekosistem.
2. Persebaran Serangga pada Masing-masing Wilayah Sampling a. Wilayah sampling I Wilayah sampling I merupakan wilayah agroekosistem dengan jenis tanaman yang termasuk dalam serealia yaitu tanaman jagung, luas lahan tanaman jagung pada wilayah sampling I adalah 1000 m2 yang dikelola secara kelompok oleh kelompok tani “Sumber Makmur”. Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara, batang jagung tidak bercabang berbentuk silinder dan terdiri dari beberapa ruas, daun 123
Ibid., h. 95.
106
jagung memanjang dan keluar dari buku batang, bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol.124 Tanaman jagung termasuk keluarga rumput rumputan secara umum, klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledone
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.125
Serangga yang berhasil diperoleh pada wilayah sampling I sebanyak 102 individu yang terdiri dari 6 ordo (tabel 4.5), dan ordo serangga yang mendominasi adalah ordo Orthoptera dengan nilai indeks dominansinya 0.1 (tabel 4.14). Ordo Orthoptera yang banyak ditemukan pada lahan jagung adalah familia a dan familia b (gambar 4.8).
124
Purwono, Bertanam Jagung Unggul, Jakarta : Penebar Swadaya, 2007, h. 11-12.
125
Ibid., h. 10
107
Ordo Orthoptera merupakan serangga yang tergolong dalam kelas herbivora, dimana makanan utama ordo Orthoptera adalah daun serta lapisan epidermis baik batang maupun akar.126 kehidupan hewan atau serangga tidak akan jauh dan terlepas dari mikrohabitat serangga itu sendiri, karena pada umumnya tempat berinteraksi setiap hewan atau serangga secara khusus terdapat pada mikrohabitatnya masing-masing.127 Keberadaan ordo Orthoptera yang mendominasi pada lahan jagung adalah bahwa ordo Orthoptera familia a memiliki tempat hidup pada bagian-bagian akar jagung, dikarenakan lapisan epidermis akar yang berada pada permukaan tanah memiliki aroma yang menyerupai feromon bagi serangga, feromon tersebut merangsang ordo Orthoptera untuk berkembang biak, umumnya aroma tersebut tercium pada malam hari karena dihasilkan dari metabolisme pengangkutan oleh akar, sehingga banyak Orthoptera berkumpul untuk berkembang biak, sedangkan ordo Orthoptera familia b sangat menyukai daun-daun jagung karena permukaan daun jagung juga memiliki lapisan epidermis yang berbeda tidak memiliki tulang daun yang banyak sehingga menjadi sumber makanan ordo Orthoptera karena memiliki mulut bertipe perobek dan pengunyah.128 126
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992, h. 264. 127
Sukarsono. Pengantar Ekologi Hewan, konsep, perilaku, psikologi dan komunikasi, Malang : UMM Press, 2009, h. 78 128
Alif maskum, Budidaya Hortikultura, Badan Penyuluh Pertanian Provinsi Kalimantan Tengah, 2007, h. 32.
108
Kepadatan serangga pada wilayah sampling I cenderung ringan, karena besaran indeks dominansinya masih dalam interval kategori ringan, sehingga proses pertumbuhan tanaman jagung di wilayah sampling I masih dalam keadaan baik karena jumlah kepadatan serangga masih berbanding sedikit jika dibandingkan dengan luas lahan pada wilayah sampling I. Intensitas indeks dominansi pada wilayah sampling I dapat dilihat pada gambar 4.10.
Indeks Dominansi Lahan Jagung 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04
Indeks Dominansi
0.02 0
Gambar 4.10 Diagram Batang Indeks Dominansi Ordo Serangga pada Lahan Jagung. Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa secara umum dominasi ordo Orthoptera lebih tinggi dibandingkan dengan ordo yang lainnya. Perkembangan serangga cenderung stabil karena kepadatan serangga pada lahan jagung tergolong ringan, hal ini disebabkan oleh adanya serangga yang mengendalikan perkembangan serangga lain secara alami, yaitu pengendalian serangga herbivora oleh serangga karnivora seperti
109
ordo Hymenoptera dan Coleoptera yang mengendalikan perkembangan serangga herbivora secara alami.129 Kondisi serangga yang beragam akan mempengaruhi tingkat dominansi serangga pada suatu wilayah. Suatu spesies tidak akan menjadi lebih dominan daripada yang lain apabila keragaman serangga pada suatu wilayah tersebut tinggi, sedangkan pada komunitas yang kurang beragam, maka satu atau lebih spesies dapat mencapai tingkat dominasi yang lebih besar daripada yang lain.130
b. Wilayah Sampling II Wilayah sampling II merupakan wilayah agroekosistem dengan jenis tanaman yang termasuk dalam jenis sayuran yaitu tanaman kangkung, luas lahan tanaman kangkung pada wilayah sampling II adalah 700 m2 yang dikelola secara kelompok oleh kelompok tani “Sumber Makmur”. Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah.
129
Hari Purnomo, Pengantar Pengendali Hayati, Yogyakarta : Penerbit Andi, 2010, h. 51.
130
Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga. Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 131.
110
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar). Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.131 Klasifikasi dan sistematika tanaman kangkung sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae Ordo
: Solanales
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomoea reptana Poir.132
131
Rudi Hartono, Seluk Beluk Kangkung, Jakarta : Penebar Swadaya, 2007, h. 9-10.
132
Anonim. www.Plantamor.com. Akses 18 Juli 2013, 20.30 WIB
111
Serangga yang berhasil diperoleh pada wilayah sampling II sebanyak 191 individu yang terdiri dari 7 ordo (tabel 4.6), dan ordo serangga yang mendominasi adalah ordo Diptera dengan nilai indeks dominansinya 0.2 (tabel 4.14). Ordo Diptera yang banyak ditemukan pada lahan kangkung adalah familia c (gambar 4.4). Ordo Diptera merupakan serangga yang tergolong dalam serangga omnivora bisa dikatakan sebagai pemakan segala karena bertipe mulut penusuk penghisap, dimana makanan ordo Diptera dewasa adalah tumbuhan, cairan hewan, cairan tumbuhan dan darah. Sehingga ordo Diptera dapat menjadi hama serta dapat pula menguntungkan karena bersifat parasit terhadap serangga-serangga lain.133 Kehidupan hewan atau serangga tidak akan jauh dan terlepas dari mikrohabitat serangga itu sendiri, karena pada umumnya tempat berinteraksi setiap hewan atau serangga secara khusus terdapat pada mikrohabitatnya masing-masing.134 Mendominasinya ordo Diptera pada hal ini juga merupakan daya dukung terhadap potensi sumber makanan yang disediakan di lahan kangkung, karena kangkung merupakan tanaman banyak mengandung air (herbacious), sehingga dengan hal ini daya dukung sumber makanan pada lahan kangkung memungkinkan untuk serangga ordo Diptera
133
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992, h. 620. 134
Sukarsono. Pengantar Ekologi Hewan, konsep, perilaku, psikologi dan komunikasi. UMM Press. Malang. 2009. Hal : 78-79
112
berkembang banyak dikarenakan sifat serangga ordo Diptera yang omnivora, dimulai dari memakan cairan tumbuhan hingga memakan cairan hewan atau serangga lain. Kepadatan serangga pada wilayah sampling II masuk dalam kategori sedang, sehingga proses tolak ukur dari tingginya indeks kepadatan yang mencapai 30% maka sudah barang tentu proses pertumbuhan tanaman kangkung tersebut terganggu oleh keberadaan serangga yang didominasi oleh ordo Diptera yang tergolong serangga hama penyerang tumbuhan. Disamping dominansi ordo Diptera sebagai predator adapula ordo Hymenoptera
dan
Ordo
Coleoptera
yang
menjadi
penekan
perkembangan serangga-serangga lain. Intensitas indeks dominansi pada wilayah sampling II dapat dilihat pada gambar 4.11.
Indeks Dominansi Lahan Kangkung 0.25 0.2 0.15 0.1 Indeks Dominansi 0.05 0
Gambar 4.11 Diagram Batang Indeks Dominansi Ordo Serangga pada Lahan Kangkung.
113
Gambar 4.11 dapat diketahui bahwa secara umum dominasi ordo Diptera jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ordo yang lainnya. Perkembangan serangga cenderung stabil karena indeks kepadatan serangga pada lahan kangkung tergolong sedang, hal ini disebabkan pemangsaan serangga herbivora oleh serangga karnivora seperti ordo Hymenoptera, dan Coleoptera, sehingga kepadatan dari serangga lain cenderung lebih rendah dibandingkan dengan ordo Diptera. Keberadaan serangga ordo Homoptera, Odonata, dan Orthoptera cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan ordo lainnya, jelas hal ini terjadi karena kondisi ekologi pada lahan kangkung didominasi oleh serangga predator, hal ini disebabkan ketiga ordo tersebut dimangsa oleh ordo Hymenoptera, dan Coleoptera. Justru keberadaan Lepidoptera cenderung bertahan karena serangga ordo Lepidoptera merupakan serangga terbang yang tidak terlalu menjadi mangsaan pokok serangga karnivora.
c. Wilayah Sampling III Wilayah sampling III merupakan wilayah agroekosistem dengan jenis tanaman yang termasuk dalam jenis sayuran yaitu tanaman bayam, luas lahan tanaman bayam pada wilayah sampling III adalah 300 m2 yang dikelola secara kelompok oleh kelompok tani “Sumber Makmur”. Tumbuhan bayam merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh didaerah yang beriklim panas dan dingin. Namun tumbuhan ini dapat
114
tumbuh lebih subur didaratan rendah pada lahan terbuka yang beriklim hangat dan cahaya kuat, bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung. Tanaman bayam dapat diperbanyak dengan biji. Batang tanaman bayam berbentuk bulat, berair, lunak serta kurang berkayu warna batang bayam berwarna hijau. Daun bayam termasuk daun tunggal bertangkai, bentuk daun bundar telur memanjang tangkai daun berbentuk bulat, dengan bentuk permukaan opacus. Bunga bayam merupakan bunga berkelamin tunggal, tersusun majemuk tipe tukal yang rapat, berwarna hijau. Bunga jantan memiliki bentuk bulir, untuk bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang.135 Klasifikasi dan sistematika tanaman bayam sebagai berikut. Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Hamamelidae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Amaranthaceae
Genus
: Amaranthus
Spesies
: Amaranthus hybridus L.136
135
Sabeni, budidaya Tanaman Bayam, Jakarta : Penebar Swadaya, 2005, h. 7-8.
136
Anonim. www.Plantamor.com. Akses 18 Juli 2013, 20.30 WIB
115
Serangga yang berhasil diperoleh pada wilayah sampling III sebanyak 70 individu yang terdiri dari 6 ordo (tabel 4.7), dan ordo serangga yang mendominasi adalah ordo Hymenoptera dengan nilai indeks dominansinya 0.3 (tabel 4.14). Ordo Hymenoptera yang banyak ditemukan pada lahan bayam adalah familia c (gambar 4.1). Ordo Hymenoptera merupakan serangga paling berguna dari seluruh kelas serangga. Ordo ini termasuk sebagai parasit atau pemangsa dari hama serangga dan juga sebagai penyerbuk.137 Mendominasinya ordo Hymenoptera disebabkan oleh potensi sumber makanan yang ada di lahan bayam, jika dilihat dari ordo serangga lain yang terdapat pada lahan bayam, ordo Hymenoptera merupakan satu satunya ordo yang sangat
jauh
mendominasi,
hal
itu
disebabkan
karena
tingkat
perkembangan ordo serangga lain ditekan oleh sifat serangga ordo Hymenoptera yang merupakan parasit pada serangga lain. Kondisi serangga yang beragam akan mempengaruhi tingkat dominansi serangga pada suatu wilayah. Suatu spesies tidak akan menjadi lebih dominan daripada yang lain apabila keragaman serangga pada suatu wilayah tersebut tinggi, sedangkan pada komunitas yang kurang beragam, maka satu atau lebih spesies dapat mencapai kepadatan yang lebih besar daripada yang lain.138
137
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992, h. 824. 138
Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga. Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 131.
116
Keberagaman serangga pada lahan bayam dapat diketahui sangat rendah, sehingga satu spesies saja yang dapat mendominasi, yaitu ordo Hymenoptera. Selain disebabkan karena intensitas keberagaman serangga yang rendah mendominasinya ordo Hymenoptera terjadi karena sifat serangga ordo Hymenoptera adalah parasit terhadap serangga lain yang ada di wilayah tersebut. Ordo Hymenoptera yang paling banyak ditemukan adalah familia c, dikarenakan pada sistem pemupukan tanaman bayam dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang dengan komposisi yang sangat banyak, kandungan dari pupuk kandang tersebut yang menyebabkan populasi dari ordo Hymenoptera pada lahan bayam menjadi tinggi, unsur-unsur hewani pada pupuk kandang menyediakan sumber potensi makanan bagi ordo Hymenoptera familia c139, namun dengan tingginya populasi Hymenoptera tidak mengganggu tanaman, karena bukan tanaman bayam yang menjadi penyedia sumber makanan melainkan unsur-unsur dari pupuk kandang yang menjadi penyedia sumber kehidupan ordo Hymenoptera. Kepadatan serangga pada wilayah sampling III masuk dalam kategori sedang, sehingga proses tolak ukur dari tingginya indeks kepadatan yang mencapai 25% hal ini disebabkan karena luas lahan tidak dapat menutupi tingkat pertumbuhan serangga ordo Hymenoptera, hal itu jadi berdampak terhadap keberadaan serangga lain yang hanya bisa 139
Edi Suratman, Kajian Pengelolaan Pupuk Alami, Badan Penyuluh Pertanian, Kementrian Ketahanan Pangan Republik Indonesia, Jakarta, 2004. h. 47.
117
sedikit bertahan di wilayah tersebut. Intensitas indeks dominansi pada wilayah sampling III dapat dilihat pada gambar 4.12.
Indeks Dominansi Lahan Bayam 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 Indeks Dominansi
0.1
0.05 0
Gambar 4.12 Diagram Batang Indeks Dominansi Ordo Serangga pada Lahan Bayam. Gambar 4.12 dapat diketahui bahwa secara umum jauh didominasi ordo
Hymenoptera
dibandingkan
dengan
ordo
yang
lainnya.
Perkembangan serangga pun cenderung stabil karena indeks kepadatan serangga pada lahan bayam tergolong sedang, hal ini disebabkan pemangsaan serangga lain oleh serangga karnivora seperti ordo Hymenoptera.
118
d. Wilayah Sampling IV Wilayah sampling IV merupakan wilayah agroekosistem dengan jenis tanaman pare, luas lahan tanaman pare pada wilayah sampling IV adalah 450 m2 yang dikelola secara kelompok oleh kelompok tani “Sumber Makmur”. Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentu pilin. Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagian bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina dan dapat menjadi buah setelah mengalami proses penyerbukkan. Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil bintil, daging buahnya agak tebal, dan di dalamnya terdapat sebuah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata. Biji pare dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif.140 Klasifikasi dan sistematika tanaman pare sebagai berikut. Kingdom : Plantae
140
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Rahmat Rukmana, Budidaya Pare, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1997, h. 14.
119
Ordo
: Cucurbitales
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Momordica
Spesies
: Momordica charantia L.141
Serangga yang berhasil diperoleh pada wilayah sampling IV sebanyak 236 individu yang terdiri dari 6 ordo (tabel 4.8), dan ordo serangga yang mendominasi adalah ordo Diptera dengan nilai indeks dominansinya mencapai 0.2 (tabel 4.14). Ordo Diptera yang banyak ditemukan pada lahan pare adalah familia a, dan d (gambar 4.4). Ordo Diptera merupakan serangga yang paling menjadi masalah pada tanaman pare, ordo Diptera yang menyerang tanaman pare keberadaannya sangat banyak karena siklus hidup yang relatif singkat yaitu 3 minggu, laju kelahiran ordo serangga ini sangat cepat, karena dalam 3 minggu dapat bertelur selama 6 periode, dan perkembangan telur menjadi nimfa hanya memerlukan waktu 3 hari. Ordo Diptera yang ada pada lahan pare berupa lalat kecil dengan panjang 1-2 cm, berwarna cokelat tua hingga hitam dengan kaki berwarna cokelat muda. Lalat betina meletakkan telur pada bunga atau buah. Telur menetas menjadi larva di dalam buah. Larva merusak daging buah, sehingga membuat luka pada buah menyebabkan kebusukan hingga rontok.142
141
Ibid., h. 13-14.
142
Ibid., h. 40-41.
120
Serangga yang beragam akan mempengaruhi tingkat dominansi serangga pada suatu wilayah. Suatu spesies tidak akan menjadi lebih dominan daripada yang lain apabila keragaman serangga pada suatu wilayah tersebut tinggi, sedangkan pada komunitas yang kurang beragam, maka satu atau lebih spesies dapat mencapai kepadatan yang lebih besar daripada yang lain.143 Kepadatan serangga pada wilayah sampling IV masuk dalam kategori berat, tolak ukur dari tingginya indeks kepadatan yang mencapai 52% hal ini disebabkan karena ledakan organisme yang tidak terkendali. Tingginya populasi dan kekayaaan jenis dari kelompok Diptera pada lahan pare dikarenakan kelompok Diptera mampu resisten terhadap aplikasi pestisida. Diptera merupakan kelompok serangga yang mayoritas
berperan
sebagai
hama.
Pemakaian
pestisida
dapat
menimbulkan resistensi hama sehinga kerusakan terhadap perkebunan akan semakin meningkat. Rendahnya populasi dan kekayaan jenis Hymenoptera pada lahan pare
diprediksi
karena
digunakannya
pestisida
sintetis
dalam
menanggulangi hama. Kelompok Hymenoptera yang mayoritas berperan sebagai predator dan parasitoid sangat sensitif dan mudah mati akibat aplikasi pestisida. Aplikasi pestisida akan berpengaruh besar terhadap matinya musuh alami seperti predator dan parasitoid.144 143
144
Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga. Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 131.
Abu Naim, Studi Keanekaragaman Serangga Pada Perkebunan Jeruk Organik dan Anorganik di Kota Batu, Skripsi, Malang : Jurusan Biologi Fakultas MIPA, UIN Malang, 2009, h. 98.
121
Intensitas indeks dominansi pada wilayah sampling IV dapat dilihat pada gambar 4.13.
Indeks Dominansi Lahan Pare 0.25 0.2 0.15 0.1 Indeks Dominansi
0.05 0
Gambar 4.13 Diagram Batang Indeks Dominansi Ordo Serangga pada Lahan Pare. Kondisi serangga yang beragam akan mempengaruhi tingkat dominansi serangga pada suatu wilayah. Suatu spesies tidak akan menjadi lebih dominan daripada yang lain apabila keragaman serangga pada suatu wilayah tersebut tinggi, sedangkan pada komunitas yang kurang beragam, maka satu atau lebih spesies dapat mencapai tingkat dominasi yang lebih besar daripada yang lain.145
145
Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga. Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 131.
122
e. Wilayah Sampling V Wilayah sampling V merupakan wilayah agroekosistem dengan jenis tanaman yang termasuk dalam jenis buah yaitu tanaman rambutan, luas lahan tanaman rambutan pada wilayah sampling V adalah 1200 m2 yang dikelola secara kelompok oleh kelompok tani “Sumber Makmur”. Rambutan berupa pohon dengan batang berkayu, batang berbentuk silindris, permukaan batang kasar, batang berwarna coklat dengan bercak-bercak putih, percabangan simpodial. arah tumbuh batang tegak lurus, arah tumbuh cabang ada yang condong ke atas ada yang mendatar. Daun rambutan merupakan daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus) dengan anak daun genap, yakni berjumlah 8 helai anak daun, berbentuk jorong. Daun rambutan merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), lazimnya disebut daun bertangkai. Daun bertangkai pendek (0,5-1cm) berbentuk silindris dan tidak menebal pada pangkalnya, tulang daun menyirip, lebar daun 5,5 cm sampai 7 cm, panjang 9 cm samapai 15 cm, ujung daun membulat (rotundatus) tidak terbentuk sudut sama sekali, pangkal daun tumpul (obtusus). Permukaan daun licin (laevis) kelihatan mengkilat (nitidus). Daging daun rambutan adalah seperti perkamen (perkamenteus). Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan bersemi
123
(flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan beristirahat tumbuh. Rambutan banyak ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang ditemukan tumbuh liar. Tumbuhan tropis ini memerlukan iklim lembab dengan curah hujan tahunan paling sedikit 2.000 mm.146 Klasifikasi dan sistematika tanaman rambutan sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Familia
: Sapindaceae
Genus
: Nephelium
Spesies
: Nephelium lappaceum147
Serangga yang berhasil diperoleh pada wilayah sampling V sebanyak 61 individu yang terdiri dari 6 ordo (tabel 4.9), dan ordo yang mendominasi adalah ordo Orthoptera dengan nilai indeks dominansinya 0.23 (tabel 4.14). Ordo Orthoptera yang banyak ditemukan pada lahan rambutan adalah familia a dan c (gambar 4.8).
146
Baga Kalie, Rambutan Varietas Unggul, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1994, h. 7-9.
147
Anonim. www.Plantamor.com. Akses 18 Juli 2013, 20.30 WIB
124
Ordo Orthoptera hidup diseluruh wilayah darat umumnya terdapat di daerah-daerah kering seperti rerumputan pepohonan pada tanah kering. Banyak diantara jenis dari ordo Orthoptera bersifat sebagai predator, sehingga banyak memangsa serangga-serangga lain hal ini berkesesuaian dengan tipe mulut ordo Orthoptera menggigit dan mengunyah.148 Keberadaan Ordo Orthoptera tidak mengganggu pertumbuhan dari tanaman rambutan itu sendiri karena keberadaan serangga ordo Orthoptera tidak merusak bagian bagian pohon, justru keberadaan serangga ordo Orthoptera menekan keberadaan serangga lain seperti ordo Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, dan Homoptera. Sedangkan serangga ordo Lepidoptera jarang ditemukan pada lahan rambutan. Kepadatan serangga pada wilayah sampling V masuk dalam kategori ringan, sehingga tolak ukur dari intensitas kepadatan hanya mencapai 5 %. Hal ini terjadi karena luasnya lahan rambutan yang mencapai 1200 m2 sehingga persebaran serangga menjadi rendah, perkembangan serangga berbanding sedikit dengan luas lahan rambutan, maka sudah barang tentu proses pertumbuhan tanaman rambutan tersebut hampir tidak terpengaruh oleh keberadaan serangga dan hewan jenis lain. Intensitas indeks dominansi pada wilayah sampling V dapat dilihat pada gambar 4.14.
148
Abu Naim, Studi Keanekaragaman Serangga Pada Perkebunan Jeruk Organik dan Anorganik di Kota Batu, Skripsi, Malang : Jurusan Biologi Fakultas MIPA, UIN Malang, 2009, h. 13.
125
Indeks Dominansi Lahan Rambutan 0.25 0.2 0.15 0.1 Indeks Dominansi 0.05 0
Gambar 4.14 Diagram Batang Indeks Dominansi Ordo Serangga pada Lahan Rambutan. Gambar 4.14 dapat diketahui bahwa secara umum dominasi ordo Orthoptera jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ordo yang lainnya. Perkembangan serangga pun cenderung kurang stabil karena hanya didominasi oleh satu ordo serangga. keberadaan serangga ordo Coleoptera, Diptera, Homoptera, Hymenoptera, dan Lepidoptera cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan ordo lainnya, jelas hal ini terjadi karena kondisi ekologi pada lahan pare didominasi oleh serangga predator, hal ini disebabkan ordo tersebut dimangsa oleh ordo Orthoptera serta ordo Orthoptera berperan lebih sebagai pengurai, dari daun daun dan bangkai-bangkai hewan.
126
f. Wilayah Sampling VI Wilayah sampling VI merupakan wilayah agroekosistem dengan jenis tanaman yang termasuk dalam jenis sayuran yaitu tanaman daun bawang, luas lahan tanaman daun bawang pada wilayah sampling VI adalah 900 m2 yang dikelola secara kelompok oleh kelompok tani “Sumber Makmur”. Struktur tubuh tanaman daun bawang terdiri atas akar, batang semu, dan daun Pada stadium reproduktif dapat menhasilkan bunga dan biji. Daun bawang termasuk dalam tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar kesegala arah pada kedalaman anta 15-30cm. Batang semu berbentuk dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi. Bagian batang semu yang tertimbun tanah umumnya berwarna putih bersih, sedangkan batang semu di permukaan tanah berwarna hijau keputih-putihan. Sifat hidup tanaman ini merumpun, yakni membuat anak-anakan yang baru. Bentuk daun dari bawang daun dibedakan atas dua macam, yaitu bulat panjang di dalamnya berlubang seperti pipa, dan panjang pipih tidak berlubang, warna daun umumnya hijau muda hingga hijau tua.149 Klasifikasi dan sistematika tanaman daun bawang sebagai berikut.
149
Rahmat Rukmana, Bawang Daun, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1995, h. 14-15.
127
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Liliflorae
Familia
: Liliaceae
Genus
: Allium
Spesies
: Allium fistulosum L.150
Serangga yang berhasil diperoleh pada wilayah sampling VI sebanyak 327 individu yang terdiri dari 7 ordo (tabel 4.10), dan ordo yang
mendominasi
adalah
ordo
Diptera
dengan
nilai
indeks
dominansinya 0.12 (tabel 4.14). Ordo Diptera yang banyak ditemukan pada lahan daun bawang adalah familia b dan d (gambar 4.4). Keadaan mendominasinya ordo Diptera sama halnya terjadi pada wilayah sampling II dan wilayah sampling IV. Karena memang jika di golongkan berdasarkan tanaman, jenis tanaman pada ketiga wilayah sampel ini adalah jenis tanaman banyak mengandung air (herbacious). Sehingga pada wilayah sampling II, wilayah sampling IV dan wilayah sampling VI merupakan tempat hidup alami dari ordo Diptera. Keadaan yang membedakan berdominasinya ordo Diptera pada lahan daun bawang dikarenakan struktur daun pada tanaman daun bawang memiliki rongga antar tiap lapisan daun, hal tersebut membuat 150
Ibid., h. 14
128
ordo Diptera meletakkan telur-telurnya di bagian mesofil daun bawang, dikarenakan cairan yang terdapat pada mesofil daun tanaman daun bawang menyediakan nutrisi untuk perkembangan larva-larva dari ordo Diptera, sehingga daun bawang yang terserang lalat pengorok memperliharkan gejala bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok. Serangan berat dapat mengakibatkan hampir seluruh helaian daun penuh dengan kotoran, sehingga daun menjadi kering dan berwarna cokelat seperti terbakar.151 Intensitas indeks dominansi pada wilayah sampling VI dapat dilihat pada gambar 4.15.
Indeks Dominansi Lahan Daun Bawang 0.14 0.12 0.1
0.08 0.06 0.04
Indeks Dominansi
0.02 0
Gambar 4.15 Diagram Batang Indeks Dominansi Ordo Serangga pada Lahan Daun Bawang.
151
Alif maskum, Budidaya Hortikultura, Badan Penyuluh Pertanian Provinsi Kalimantan Tengah, 2007, h. 23.
129
Gambar 4.15 dapat diketahui bahwa secara umum dominasi ordo Diptera lebih tinggi di bandingkan dengan ordo yang lainnya. Serta ordo Hymenoptera dan ordo Lepidoptera yang memiliki indeks dominansi membawahi indeks dominansi ordo Diptera. Jika dilihat dari sifat serangga, ordo Diptera dan Hymenoptera tergolong dalam serangga karnivora atau serangga parasit terhadap serangga lain. Sehingga keberadaan ordo seperti Coleoptera, Dermaptera, Homoptera, dan Orthoptera menjadi sedikit. Perkembangan serangga pun cenderung stabil karena kepadatan serangga pada lahan daun bawang tergolong sedang.
3. Proporsi Keseluruhan Serangga Hasil penelitian dengan menggunakan metode trapping diketahui bahwa pada wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya adalah sebanyak 9 ordo dari kelas Insecta yang terdiri dari 20 familia. Yang terbagi atas ordo Coleoptera (4 familia), Dermaptera (1 familia), Diptera (4 familia), Hemiptera (1 familia), Homoptera (2 familia), Hymenoptera (3 familia), Lepidoptera (1 familia), Odonata (1 familia), Orthoptera (3 familia).
130
Berikut
diagram
proporsi
keseluruhan
serangga
berdasarkan
taksonominya.
Diagram Proporsi Keseluruhan Serangga Berdasarkan Taksonomi 350 300
317
250
252
200 150
153
100 50
86
128
115 5
1
13
Total Serangga yang diperoleh
3
0
Gambar 4.17
Diagram Batang Proporsi Keseluruhan Serangga Berdasarkan Taksonomi.
Gambar 4.16 dapat diketahui bahwa secara umum jumlah serangga berdasarkan proporsi taksonominya di wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya didominasi oleh ordo Diptera dan Hymenoptera. Anggota dari Hymenoptera sebagian besar berperan sebagi predator atau sebagai parasitoid, sedangkan anggota dari Diptera sebagian besar berperan sebagai scavenger atau juga sebagai hama.152
152
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran Serangga, Penerjemah Soetiyono Partosoedjono, Yogyakarta : UGM Press, 1992.
131
Tingginya populasi dan kekayaaan jenis dari kelompok Diptera pada wilayah agroekosistem dikarenakan kelompok Diptera mampu resisten terhadap aplikasi pestisida. Diptera merupakan kelompok serangga yang mayoritas berperan sebagai hama. Pemakaian pestisida dapat menimbulkan resistensi hama sehinga kerusakan terhadap perkebunan akan semakin meningkat.153 Tingginya populasi dan kekayaan jenis Hymenoptera pada wilayah agroekosistem di prediksi tidak digunakannya pestisida sintetis dalam menanggulangi hama. Kelompok Hymenoptera yang mayoritas berperan sebagai predator dan parasitoid sangat sensitif dan mudah mati akibat aplikasi pestisida. Pengaplikasian pestisida akan berpengaruh besar terhadap matinya musuh alami seperti predator dan parasitoid.154 Keberadaan jenis serangga pada wilayah tersebut merupakan bukti bahwa perubahan dalam komunitas lingkungan merupakan ciri dari keberadaan organisme dan lingkungannya, sekaligus sebagai tanda terjadinya suatu interaksi sesame populasi dalam ekosistem. Keseimbangan ekosistem yang stabil dan dinamis dapat membawa kepada kelestarian ekosistem tersebut. Keseimbangan ekosistem akan terbentuk jika semua komponen ekosistem membentuk jalinan yang kuat dan saling berintegrasi satu dengan yang lain, baik itu interaksi antar tumbuhan dan serangga hingga serangga dengan serangga.155 153
Abu Naim, Studi Keanekaragaman Serangga Pada Perkebunan Jeruk Organik dan Anorganik di Kota Batu, Skripsi, Malang : Jurusan Biologi Fakultas MIPA, UIN Malang, 2009, h. 98 154
Ibid., h. 98
155
Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga, Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 167.
132
Berbicara tentang keseimbangan Allah SWT. berfirman di dalam AlQur’an Surat al-Mulk (67) ayat 3.
Artinya : “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekalikali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?”.156 Berdasarkan hasil pengamatan dan teori-teori yang mendukung, dapat dipahami, bahwa kegiatan pertanian pada wilayah agroekosistem di wilayah Kelurahan Kalampangan Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya merupakan kegiatan pertanian konvensional yang masih memperhitungkan cara-cara alami atau tradisonal dalam pemeliharan tanaman, sehingga penggunaan insektisida/pestisida tidak menjadi bahan utama yang membantu proses pengendalian hama, sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan agroekosistem
pada
wilayah
Kelurahan
pengelolaan pertanian secara organik.
156
Mohamad Taufiq, Qur’an in Word versi 1.3
Kalampangan
merupakan
133
4. Keanekaragaman Serangga pada Seluruh Wilayah Sampling Indeks keanekaragaman jenis serangga pada seluruh wilayah sampling adalah sebesar 1.63 jika dilihat dari ketentuan indeks keanekaragaman H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong sedang (tabel 4. 16) maka dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman serangga pada wilayah agroekosistem
Kelurahan
Kalampangan
Kecamatan
Sebangau
Kota
Palangka Raya tergolong sedang. Agroekosistem dibentuk oleh komponen populasi tanaman pertanian yang seragam, komunitas gulma, komunitas hewan (termasuk serangga), komunitas mikrobiotik, dan lingkungan fisik yang semuanya saling berinteraksi. Umumnya agroekosistem memiliki keragaman spesies yang rendah yang hanya memiliki keseragaman genetik yang sama.157 Keanekaragaman
pada
wilayah
agroekosistem
Kelurahan
Kalampangan Kota Palangka Raya memiliki tingkat keragaman spesies yang sedang, hal tersebut memiliki urgensi dengan beragamnya varietas tanaman, sebagaimana hasil penelitian Akhmad Rizali (2000)158 bahwa semakin banyak
varietas
tanaman
pada
areal
persawahan
maka
tingkat
keanekaragaman jenis serangga akan semakin tinggi.
157
Mochamad Hadi, Udi Tarwotjo, Rully Rahardian, Biologi Insekta Entomologi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Hal 149 - 150 158
Akhmad Rizali, Keragaman Serangga dan Peranannya Pada Daerah Persawahan Di Taman Nasional Gunung Halimun Desa Malasari Kabupaten Bogor Jawa Barat, Skripsi, Bogor : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian IPB, 2000.
134
Keanekaragaman serangga yang cenderung sedang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang menjadi salah satu daya dukung keberadaan serangga, jika dilihat dari hasil pengukuran faktor lingkungan pada wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya (tabel 4.12) merupakan suhu yang optimal sebagaimana yang diungkapkan oleh Dwi Suheriyanto159 bahwa puncak dari persebaran serangga dalam komunitas akan terjadi apabila daya dukung lingkungan memadai seperti nutrisi bagi serangga maupun faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban serta pH, umumnya ambang batas normal suhu serangga dalam berkembangbiak memiliki rentangan dimulai dari suhu 25-270C, Sehingga kecenderungan penyerangan serangga terhadap tanaman terjadi pada intensitas suhu yang rendah, dan rentangan suhu dalam pertahanan hidup serangga sangat besar, yaitu antara suhu 24-330 C.
D. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Keislaman dan Kependidikan Tindakan identifikasi dan studi keanekaragaman serangga pada wilayah agroekosistem Kelurahan Kalampangan adalah suatu upaya untuk mengenal dan mengetahui karakteristik ciptaan Allah, sehingga dapat diketahui peran dan potensi dari serangga tersebut dalam suatu ekosistem. Sehingga dapat diperoleh pengklasifikasian serangga berdasarkan fungsi ekologi dan taksonominya. Melihat
peranan
pentingnya predator, parasitoid
dalam menjaga
dan
mengendalikan populasi hama, maka upaya yang dilakukan adalah dengan 159
Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga, Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 167.
135
mengurangi pestisida yang berspektrum luas, dengan melakukan pengamatan perbandingan jumlah hama dan musuh alami, sehingga dapat mengimbangi populasi serangga hama yang semakin meningkat akibat resistensi insektisida. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sintetis mengakibatkan permasalahan yang kompleks baik petani anorganik, selain harus membayar harga pupuk yang sangat mahal, ketahanan tanaman dan kesuburan tanah menjadi berkurang, sehingga tanaman mudah terserang hama dan penyakit yang mengakibatkan gagalnya hasil panen. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Surat Al-A’raf ayat 87:
Artinya : “Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang Aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.”160
Berdasarkan feomena diatas maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan pengetahuan Agama merupakan prasarat untuk melakukan AlI’tibar terhadap fenomena dan sumberdaya alam, sehingga manusia dapat memperoleh dan mengambil manfaat serta mendayagunakan sumberdaya alam
160
Ibid.
136
(al-Intifa’) dengan tetap memelihara dan menjaga kelestarian alam (al-Islah) sesuai dengan yang di perintahkan oleh Allah SWT. Penelitian ini merupakan penelitian awal dan dasar untuk mengungkapkan serta menggali kekayaan alam salah satunya keanekaragaman serangga yang ada dialam sekitar, umumnya bermanfaat untuk masyarakat dan khususnya bagi pelajar serta mahasiswa. Bahwa diantara semua ciptaan Allah SWT yang ada di muka bumi adalah merupakan tanda-tanda kebesaran-Nya, bagi setiap hambanya yang ingin mengambil pelajaran. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran, dan sarana menunjang materi praktikum yang disusun dan dikembangkan sebagai materi praktikum pada mata kuliah ekologi hewan, khususnya pada materi ekologi serangga. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dengan menggunakan pendekatan ini, mahasiswa mampu memperoleh pendidikan kecakapan hidup. Terus berkreasi, mencoba dan belajar bereksperimen mencari tahu tentang ilmu pengetahuan semoga kita tergolong orang-orang yang diangkat derajatnya oleh Allah, karena Allah mengangkat derajay orang-orang yang berilmu, orang yang berilmu karena rajin belajar dan selalu ingin mencari tahu tentang suatu ilmu pengetahuan. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Mujaadilah (58) ayat 11.
137
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”161
161
Ibid.