BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat sekitar 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Secara administrasi, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Kota Administrasi dan 1 (satu) Kabupaten Administrasi yaitu Jakarta Pusat dengan luas daratan 47,90 km2; Jakarta Utara dengan luas daratan 154,01 km2; Jakarta Barat dengan luas daratan 126,15 km2; Jakarta Selatan dengan luas daratan 145,73 km2; Jakarta Timur dengan luas daratan 187,73 km2; dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta 9,041 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 13.667,01 jiwa per km2. Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 27°C dengan kelembaban 80-90%. Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara November dan April, sedang angin musim timur antara Mei dan Oktober. Curah hujan rata-rata 2.000 mm, curah hujan paling besar sekitar bulan Januari dan paling kecil pada bulan September. Provinsi DKI Jakarta terletak disebelah Selatan Laut Jawa; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten/Kota
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Bekasi; sebelah Selatan dengan Kabupaten/Kota Bogor dan Depok serta sebelah Barat dengan Kabupaten/Kota Tangerang. Lokasi Provinsi DKI Jakarta yang strategis di Kepulauan Indonesia menjadikan Jakarta pintu gerbang utama dalam perdagangan antar pulau dan hubungan Internasional dengan pelabuhan utamanya Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta. Kedudukannya yang khas baik sebagai ibukota negara maupun sebagai ibukota daerah swantantra, menjadikan Jakarta istimewa
dan
berstatus sebagai Daerah Khusus Ibukota (DKI). Karena
fungsi yang diembannya sebagai pusat pemerintahan dan lebih dari 70% peredaran uang berada di Jakarta, menimbulkan konsekuensi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan dan jasa, pusat kegiatan sosial dan budaya dengan berbagai sarana terbaik di Indonesia dalam bidang pendidikan, budaya, kesehatan, dan olahraga. Jakarta juga memiliki banyak
tempat
bersejarah dan warisan budaya. Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang pertumbuhannya paling cepat dan mempunyai banyak peluang untuk terus berkembang menjadikan Jakarta sebagai kota budaya dan pariwisata. Tata ruang kota Jakarta
untuk masa mendatang,
sesuai dengan Peraturan
Daerah DKI
Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah bahwa arahan penataan ruang wilayah akan ditujukan untuk melaksanakan 3 (tiga) misi utama, yaitu : a. membangun Jakarta yang berbasis pada masyarakat;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
b. mengembangbiakan lingkungan kehidupan perkotaan yang berkelanjutan; c. mengembangkan
Jakarta
sebagai
kota
jasa
skala
nasional
dan
internasional. Penataan
ruang
kota
kehidupan masyarakat
Jakarta
yang
dimaksudkan
sejahtera
untuk
mewujudkan
dan
berkeadilan,
berbudaya
terselenggaranya pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampungnya, kemampuan masyarakat dan pemerintah, serta kebijakan pembangunan nasional dan daerah. Selain
itu
penataan
ruang
juga
bertujuan
untuk
mewujudkan
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
serta
terselenggaranya
pengaturan
pemanfaatan
ruang
pada
kawasan lindung dan budi daya. Dengan adanya penataan ruang yang lebih baik dan terarah, diharapkan visi pembangunan kota Jakarta yaitu agar sejajar dengan kota-kota besar negara maju lainnya dapat terwujud. B. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adapun data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut,
dalam kegiatan
pembangunan diberbagai bidang, akan ditingkatkan dan disempurnakan dengan mengarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
kesempatan kerja yang mengarah pada pembagian pendapatan yang lebih merata.Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan harus mengutamakan atau memprioritaskan kepada bidang – bidang pembangunan yang mengutamkan pertumbuhan segi pemerataan produksi dan stabilisasi daerah. Pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta menurut harga konstan dapat ditunjukkan Regional
oleh adanya kenaikan Pertumbuhan Produk Domestik
Bruto. Dalam Tabel disajikan mengenai PDRB
Provinsi DKI
Jakarta tahun 2004–2013 atas dasar harga konstan 2000, pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,74 % dan pertumbuhan yang terendah pada tahun 2009 sebesar 5,01 %. Tabel 4.1 Pertumbuhan PDRB Perkapita Provinsi DKI Jakarta Tahun 2004 – 2013 Menurut Harga Konstan 2000 ( Dalam Ribuan Rupiah ) Tahun 2004
Jumlah PDRB 278.524.822
Pertumbuhan 5,65 %
2005
295.270.544
6,01 %
2006
312.826.713
5,95 %
2007
332.971.255
6,44 %
2008
353.694.057
6,22 %
2009
371.469.499
5,01 %
2010
395.622.437
6,51 %
2011
422.242.252
6,74 %
2012
449.805.416
6,50 %
2013
477.285.245
6, 11%
Sumber : BPS DKI Jakarta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dalam tabel PDRB, pertumbuhan PDRB dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sukirno,2007) : Laju Pertumbuhan = PDRB 1 - PDRB 0 X 100 % PDRB 0 Dimana : PDRB1
= Jumlah PDRB Tahun Sekarang
PDRB0
= Jumlah PDRB Tahun Lalu
Adapun perhitungannya pada tahun 2005 ; pertumbuhan PDRB Tahun 2005 = 295.270.544 – 278.524.822 X 100 % 278.524.822 = 6,01 % pertumbuhan PDRB Tahun 2006 = 312.826.713 – 295.270.544 X 100 % 295.270.544 = 5,95 %
pertumbuhan PDRB Tahun 2007 = 332.971.255 – 312.826.713 X 100 % 312.826.713 = 6,44 % pertumbuhan PDRB Tahun 2008 = 353.694.057 – 332.971.255 X 100 % 332.971.255 = 6,22 %
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Tabel 4.2 Pertumbuhan Jumlah Industri Provinsi DKI Jakarta Tahun 2004 – 2013 Tahun
Jumlah
Pertumbuhan %
2004
1.842
-
2005
1.955
6,13
2006
2.955
31,25
2007
2.566
-13,16
2008
1.866
-27,28
2009
1.699
-8,94
2010
1.588
-6,53
2011
1.451
-8,62
2012
1.410
-2,82
2013
1.901
34,82
Sumber : BPS DKI Jakarta Dari tabel 4.2 diketahui pada tahun 2004 sampai dengan 2013 jumlah industri di Provinsi DKI Jakarta mengalami naik turun, namun di tahun 2006 sempat mengalami peningkatan. Penurunan ini dikarenakan dampak dari krisis moneter dan banyak industri yang merekolasi kegiatan usahanya ke daerah pinggiran Jakarta. Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam tabel PDRB, pertumbuhan PDRB dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sukirno,2007) : Laju Pertumbuhan = Jumlah Industri 1 - Jumlah Industri 0 X 100 % Jumlah Industri 0
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
pertumbuhan Industri Tahun 2005 = 1.955 – 1.842 X 100 % 1.842 = 6,13 % pertumbuhan Industri Tahun 2006 = 2.955 – 1.955 X 100 % 1.955 = 51,15 %
pertumbuhan Industri Tahun 2007 = 2.566 – 2.955 X 100 % 2.955 = -13,16 % pertumbuhan Industri Tahun 2008 = 1.866 – 2.566 X 100 % 2.566 = -27,28 %
Pajak Daerah yang dipungut oleh Provinsi DKI Jakarta ada 12 macam yaitu Pajak Kendaraan bermotor, Pajak
Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Bea Perolehan Hasil Tanah dan Bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Pedesaan.Dari tahun anggaran 2004 – 2013 realisasi penerimaan Pajak Reklame terus mengalami peningkatan , dapat dilihat pada tabel 4.3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Tabel 4.3 Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Terhadap Pajak Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2004 – 2013 Tahun
Pajak Daerah
Pajak Reklame
Kontribusi (%)
2004
5.497.782.459
135.368.465
2,46
2005
6.513.811.208
188.962.226
2,90
2006
6.482.649.163
234.243.268
3,61
2007
7.202.527.438
260.187.690
3,61
2008
8.751.273.782
306.953.676
3,51
2009
8.560.134.484
274.908.211
3,21
2010
10.751.745.000
258.172.000
2,40
2011
15.221.249.000
269.667.000
1,77
2012
17.721.493.000
483.179.000
2,72
2013
23.367.974.000
657.991.000
2,81
Sumber : DPP Provinsi DKI Jakarta, data diolah
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dalam tabel PDRB, Kontribusi Pajak Reklame dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut sebagai berikut : X 100% Tahun 2004 = 135.368.465 5.497.782.459 = 2,46 %
Tahun 2005 = 188.962.226 X 100% 6.513.811.208 = 2,90 %
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Tabel 4.4 Hasil Uji Analisa Deskriptif Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Jumlah Industri (X1)
10
1410
2955
1800.30
166.013
PDRB (X2)
10
278524822
477285245
368974157.40
66761155.351
Pajak Reklame (Y)
10
135368465
657991000
306963253.60
152722244.060
Valid N (listwise)
10
Sumber : Output SPSS versi 20, diolah 2015 Dari output statistik deskriptif pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa : 1. N = 10 berarti data yang diolah dalam penelitian ini adalah 10 tahun. Yang terdiri dari data variabel Jumlah Industri, Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Penerimaan Pajak reklame 2. Jumlah Industri mempunyai nilai minimum sebanyak 1410 industri dan nilai maksimum 2955 dan mean atau rata – rata sebesar 1800 serta standar deviasi sebesar 166. Nilai minimum terjadi pada tahun 2012 dikarenakan banayak pengusaha yang memindahkan industrinya diluar kota Jakarta dan dipindahkan ke kota penyangga ibu kota dikarenaan UMR di kota tersebut masih rendah. Pertumbuhan industri maksimum terjadi pada tahun 2006 hal tersebut dikarenakan banyak pengusaha yang mendirikan perusahaan baru. 3. Nilai Produk Domestik Regional Bruto terendah / minimum
sebesar
278.524.822 dan nilai maksimum 477.285.245 dan mean atau rata-rata 368.974.157 serta standar deviasi 66.761.155. Nilai minimum terjadi pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
tahun 2004 hal ini disebabkan karena perekonomian di indonesia dan pada khusunsya di Jakarta masih mengalami kelesuan setelah terjadi peristiwa Reformasi. Nilai tertinggi atau maksimum terjadi pada tahun 2013 hal ini terjadi disebabkan sudah berkembang pesatnya ekonomi di Indonesia dan khusunya di Jakarta. 4. Pajak Reklame nilai minimum Rp.
135.368.465 dan nilai makimum
Rp. 657.991.000, mean atau rata-rata sebesar Rp. 306.963.253 serta nilai standar deviasi sebesar Rp. 152.722.244. Nilai Minimum terjadi pada tahun 2005 dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2010 hal ini disebabkan karena sudah banyaknya perusahaan inditri yang memasang reklame untuk mempromosikan produknya.
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan dengan analisa One-Sample Kolomongorov-Smirnov. Pengambilan keputusan untuk menentukan data variabel penelitian terdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut : a. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,005 maka data terdistribusi normal. b. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,005 maka data terdistribusi tidak normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized Residual
N
10
Normal Parameters
a,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
.88191710
Absolute
.213
Positive
.213
Negative
-.135
Test Statistic
.213
.200c,d
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS versi 20 Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200
atau nilainya lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data pada penelitian ini terdisribusi normal.
Sumber : Data hasil pengelolaan SPSS versi 20 Gambar 4.1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Dari gambar 4.1 diatas merupakan Uji Normalitas secara visual. Data residual disebut berdistribusi normal, jika sebarannya mendekati bentuk lonceng yang simetris. Secara penampakan visual residual berdistribusi normal, karena data residual membentuk lonceng yang simetris.
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20 Gambar 4.2
Pada Gambar 4.2 diatas dapat dilihat P plots titik - titik medekati sumbu diagonal, dan dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
2. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lain atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yng baik adalah model regresi yang memiliki persamaan
variance residual suatu periode
pengamatan dengan periode pengamatan lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat pada pola gambar Scatterplot model tersebut.
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20 Gambar4.3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat gambar4.3 diagram pencarnya (scatterplot diagram). Bila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan diagram scatterplot di atas, terlihat bahwa data tidak membentuk suatu pola tertentu (berpencar tidak teratur). Hal ini berarti model penelitian terbebas dari masalah heterokedastisitas. 3. Uji Multikolinearitas Merupakan dimana antara variabel X (Independent) tidak boleh saling saling berkorelasi. Regresi yang baik adalah apabila tidak ada korelasi antara variabel independent. Semua model regresi bebas dari masalah multikolinearitas jika pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal, yang salah satunya yaitu jika nilai variance Inflasion Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Jumlah Industri (X1)
Coefficients
Std. Error
3638269310.237
810222757.765
1411177.679
308479.856
3.807
.767
PDRB (X2)
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
4.490
.003
1.534
4.575
.003
.277
3.608
1.664
4.963
.002
.277
3.608
a. Dependent Variable: Pajak Reklame (Y)
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS versi 20 Berdasarkan data dari tabel 4.3 diatas ditunjukan bahwa nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,1 dan VIF tidak ada yang lebih dari 10 . dengan demikian distribusi data tidak terkena multikolinearitas sehingga layak untuk dimasukkan ke dalam uji regresi dalam penelitian ini. 4. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi periode penganggu sebelumnya. Autokorelasi sering terjadi pada sampel data series dengan n sampel adalah periode waktu. Cara mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin –Watson.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VIF
57
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi b
Model Summary
Std. Error of the Model
1
R
R Square
.884a
Adjusted R Square
.782
.720
Estimate
80884830.773
Durbin-Watson
1.832
a. Predictors: (Constant), PDRB (X2), Jumlah Industri (X1)
b. Dependent Variable: Pajak Reklame (Y)
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20 Pada tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa nilai DW sebesar 1.832 yang artinya jumlah N 10 dan jumlah variabel independen dua (K=2), maka akan didapat nilai du = 1,54 dan dl = 0,95 persamaannya 4-du = 41,54 = 2,46 karena du < d < 4-dl ( 1,54 < 1,832 < 3,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
D. Uji Kesesuaian Model 1. Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variable independent menjelaskan variable dependent. Nilai R Square dikatakan baik jika 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Tabel 4.8 Analisis Koefisien Regresi
b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
R Square
.884a
1
Adjusted R Square
.782
.720
Estimate
80884830.773
Durbin-Watson
1.832
a. Predictors: (Constant), PDRB (X2), Jumlah Industri (X1) b. Dependent Variable: Pajak Reklame (Y)
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20 Nilai R square = 0.782 dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa 78.2%. Dengan demikian variabel dependen yaitu Pajak Reklame sangat dipengaruhi oleh variabel independent yaiti jumlah industri dan Produk Domestik regional Bruto (PDRB) dan 21.8% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini 2. Uji F Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variable independent terhadap variable dependent. Hasil uji ini pada outpus SPSS dapat dilihat dalam tabel ANOVA. Hasil F-test menunjukan variable independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable dependent jika :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Ho = Tidak terdapat pengaruh Ha = Terdapat pengaruh Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh. Jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima, artinya ada pengaruh. Tabel 4.9 Uji F ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
164120263530619712.000
2
82060131765309888.000
45796490944721872.000
7
6542355849245981.000
209916754475341600.000
9
F
Sig.
12.543
a. Dependent Variable: Pajak Reklame (Y)
b. Predictors: (Constant), PDRB (X2), Jumlah Industri (X1)
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20 Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 12.543 dengan nilai p-value atau nilai signifikansi sebesar 0,005, dapat diartikan bahwa 0,005 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pajak Reklame secara bersama – sama dapat digunakan untuk mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Industri, dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
.005b
60
E. Uji Hipotesis 1. Uji t Uji t adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing – masing variable independent secara individual (parsial) terhadap variable dependent. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefisiena. Hasil T-test menunjukan variable independent secara individu berpengaruh terhadap variable dependent jika : Ho = Tidak terdapat pengaruh Ha = Terdapat pengaruh Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh. Jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima, artinya ada pengaruh. Tabel 4.10 Hasil Uji t Coefficientsa
Standardized Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Jumlah Industri (X1)
PDRB (X2)
Coefficients
Std. Error
-3638269310.237
810222757.765
1411177.679
308479.856
3.807
.767
Beta
t
Sig.
4.490
.003
1.534
4.575
.003
1.664
4.963
.002
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20 Dari hasil uji t , didapat nilai probabilitas Jumlah Industri sebesar 0,003 dan PDRB sebesar 0,002. Karena probabilitas dibawah 0,05 maka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Jumlah Industri dan PDRB berpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta. 2. Uji Analaisa Regresi Berganda Uji analisa regresi berganda digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh
variabel
memprediksi independen.
independen
variabel
terhadap
dependen
variabel
dengan
dependen,
menggunakan
dan
variabel
Dalam penelitian ini, penggunaan model regresi linier
berganda ditujukan untuk mengukur besarnya pengaruh “ Pertumbuhan Jumlah industri dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta” Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Coefficients
Std. Error
3638269310.237
810222757.765
1411177.679
308479.856
3.807
.767
Jumlah Industri (X1)
PDRB (X2)
Beta
t
4.490
.003
1.534
4.575
.003
1.664
4.963
.002
Sumber : Output SPSS versi 20 Dari kedua variabel independen yang dimasukan kedalam model regresi, variabel X1 memiliki signifikan pada ,003 dan X2 signifikan pada 0,002. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Y dipengaruhi oleh variabel X1 dan X2 dengan persamaan sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sig.
62
Pajak Reklame = 3638269310.237 + 1411177.679 Jumlah Industri + 3.807 PDRB Persamaan regresi diatas menunjukan bahwa : 1.
Nilai koefisien regresi untuk variabel Pertumbuhan Jumlah Industri menengah besar
(X1) adalah
1411177.679. Hal ini menunjukan
bahwa variabel Jumlah Industri menengah besar berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta. Semakin banyak Jumlah Industri menengah besar maka akan semakin meningkat Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta. 2.
Nilai koefisien regresi untuk variabel Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah 3.807. Hal ini menunjukan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta. Semakin tinggi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maka akan semakin meningkat
Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI
Jakarta. 3.
Pengujian Hipotesis Ha1
: Tidak terdapat pengaruh antara Pertumbuhan Jumlah industri dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta.
H01
:
B1 = 0
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Ha1
: Terdapat pengaruh antara Pertumbuhan Jumlah industri dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta.
H01
:
B1 ≠ 0
Kriteria yang ditetapkan untuk menguji hipotesis 1 yang diajukan apakah diterima atau ditolak dengan melihat tingkat signifikansi sebesar 5%. Ketentuan penerimaan atau penolakan terjadi jika taraf signifikansi (p-value)≤ 0.05 maka Ha1 diterima dan H01 ditolak. Dan sebaliknya, jika taraf signifikansi (p-value) > 0,05 maka H01 diterima dan Ha1 ditolak.
Sesuai dengan tabel 4.11 nilai sinifikansi variabel Jumlah
industri (X1) sebesar 0,003 . Hal ini menunjukan bahwa Ha1 yang menyatakan ada pengaruh positif antara Jumlah industri terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta, diterima.
Pengujian Hipotesis 2 H02 : Tidak terdapat pengaruh antara Pertumbuhan Jumlah industri dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta. H02
: B2 =
0
Ha2 : Terdapat pengaruh antara Pertumbuhan Jumlah industri dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Penerimaan Pajak
Reklame di Provinsi DKI Jakarta.
H02 : B2 ≠ 0
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Kriteria yang ditetapkan untuk menguji hipotesis 2 yang diajukan apakah diterima atau ditolak dengan melihat tingkat signifikansi sebesar 5%. Ketentuan peneriman atau penolakan terjadi jika taraf signifikansi (p-value) ≤ 0.05 maka Ha2 diterima dan H02 ditolak. Dan sebaliknya, jika taraf signifikansi (p-value) >0.05 maka H02 diterima dan Ha2 ditolak. Sesuai dengan tabel 4.11, nilai signifikansi variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB (X2) sebesar 0,002. Hal ini menunjukan bahwa Ha2 yang menyatakan terdapat pengaruh Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta. Pengujian Hasil Dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan jumlah industri ( hipotesis 1 ) berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ( hipotesis 2) juga berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak Reklame di Provinsi DKI Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/