BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah administratif Kota Bandung. Secara geografis, letak Wilayah Cibeunying terletak di antara 107° 35' 35'' BT - 107° 39' 51'' BT dan 06° 50' 28'' LS - 06° 55' 20'' LS dengan luas total wilayah sebesar 3.014,535 Ha. Adapun batas administratifnya yaitu : Sebelah Utara
: Kabupaten Bandung Barat
Sebelah Selatan
: Wilayah Karees
Sebelah Timur
: Kabupaten Bandung Barat
Sebelah Barat
: Wilayah Bojonegara
Wilayah Cibeunying terdiri atas enam kecamatan yaitu Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Cibeunying Kaler dan Kecamatan Sumur Bandung. Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Cidadap dengan luas sebesar 754,638 Ha dan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil yaitu Kecamatan Bandung Wetan sebesar 332,355 Ha. Kecamatan Coblong dan Kecamatan Cibeunying Kidul masing-masing dibagi ke dalam enam kelurahan, Kecamatan Bandung Wetan dan Kecamatan Cidadap masing-masing dibagi ke dalam tiga kelurahan dan Kecamatan Cibeunying Kaler dan Kecamatan Sumur Bandung masing-
masing dibagi ke dalam empat kelurahan. Kelurahan yang memiliki luas wilayah paling besar yaitu Kelurahan Ciumbuleuit dengan luas wilayah sebesar 414,879 Ha. Kelurahan yang memiliki luas wilayah paling kecil yaitu Kelurahan Cipaganti dengan luas wilayah sebesar 76,642 Ha. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1 Luas Wilayah Cibeunying dan Gambar 4.1 Peta Administratif Wilayah Cibeunying. Tabel 4.1 Luas Wilayah Cibeunying Per Kecamatan dan Per Kelurahan Kecamatan Cidadap
Coblong
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Sumur Bandung
Kelurahan Hegarmanah Ciumbuleuit Ledeng Cipaganti Lebak Gede Sadangserang Dago Sekeloa Lebak Siliwangi Cihapit Taman Sari Citarum Padasuka Cikutra Cicadas Sukamaju Sukapada Pasirlayung Cihaurgeulis Sukaluyu Cigadung Neglasari Braga Merdeka Kebon Pisang Babakan Ciamis
Jumlah Sumber : Hasil Interpretasi Citra Quickbird 2008
Luas Wilayah (Ha) 188,509 414,879 165,959 76,642 96,429 84,399 264,377 96,911 109,422 107,314 93,580 131,461 54,635 77,106 42,901 51,911 81,947 100,283 64,955 72,821 246,640 75,905 63,715 141,693 60,053 79,042
Total (Ha) 754,638
723,245
332,355
403,641
457,012
343,644
3.014,535
Gambar4.1 Peta Administrasi Wilayah Cibeunying
2. Iklim Iklim menurut Jayadinata (1985 : 45) adalah keseluruhan syarat-syarat atmosfer suatu wilayah, yang memungkinkan kelangsungan hidup bagi manusia, hewan, dan tumbuhan di wilayah itu. Faktor-faktor yang terpenting dalam iklim untuk kehidupan di dunia adalah temperatur, curah hujan, penguapan dan penyinaran. Kondisi iklim Wilayah Cibeunying tidak jauh berbeda dengan Kota Bandung yang dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya, sehingga rata-rata cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Ada beberapa cara atau sistem untuk menentukan atau mengklasifikasikan tipe iklim suatu daerah, seperti Koppen, Mohr, Oldeman, Junghuhn, Thornthwaite dan Schmidt Fergusson. Klasifikasi iklim menurut Junhuhn lebih menekankan pada ketinggian. Menurut klasifikasi ini, Kota Bandung termasuk sedang sampai sejuk karena ketinggianya antara 791 mdpl sampai 1050 mdpl. Tabel 4.2 Pembagian Iklim Menurut Junghuhn Ketinggian Tempat (m dpl)
Daerah/Iklim
Temperatur (C)
0-650
Panas
26,3-22
650-1500
Sedang
22-17,1
1500-2500
Sejuk
17,1-11
>2500 Dingin Sumber: Suryatna Rafi’i (1995:195)
11,1-6,2
Iklim asli Wilayah Cibeunying secara umum sama dengan Kota Bandung yang dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk karena berada pada ketinggian 791 m dpl. Menurut data Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2011, suhu udara maksimum dan minimum Wilayah Cibeunying berkisar antara 19,4° C – 28,9° C, dengan kelembaban 68 - 97 %. Namun beberapa waktu belakangan ini temperatur rata-rata wilayah ini meningkat tajam, hingga mencapai 31,00C dengan temperatur tertinggi yaitu pada bulan September. Hal tersebut diduga terutama disebabkan oleh polusi udara akibat kendaraan bermotor dan dampak dari pemanasan global. Curah hujan di Wilayah Cibeunying secara umum sama dengan kondisi curah hujan yang ada di Kota Bandung. Curah hujan di wilayah tersebut dinilai masih cukup tinggi. Hal ini ditunjukn oleh data BMKG tahun2011, kondisi curah hujan bulanan sebesar 201-300 mm per bulan dengan jumlah hari hujan total selama satu tahun sebesar 202 hari. Kondisi suhu udara dan curah hujan yang dimiliki Wilayah Cibeunying cukup nyaman dan memadai bagi penduduknya. Jadi dapat ditarik kesimpulan dari data tersebut bahwa Wilayah Cibeunying memiliki faktor pendukung iklim yang baik, dimana iklim yang dimiliki oleh wilayah ini sangat mendukung terhadap berbagai aktivitas penduduknya. 3. Kemiringan Lereng Berdasarkan hasil interpretasi peta Topografi Lembar 4522 III Bandung, Wilayah Cibeunying secara topografi mempunyai tingkat kemiringan lereng < 2% – > 40 %, yaitu datar hingga berbukit membujur dari selatan ke utara dengan variasi ketinggian dari 791 – 1050 meter di atas permukaan laut (mdpl). Secara khusus, variasi morfologi Wilayah Cibeunying dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tingkat kemiringan lereng lereng < 2 % (datar) : kawasan/lahan yang berada pada tingkat kemiringan ini meliputi 40 % dari Wilayah Cieunying, meliputi hampir seluruh Kecamatan Sumur Bandung, sebagian besar Kecamatan Bandung Wetan, hampir seluruh Kecamatan Cibeunying Kidul, hampir seluruh Kecamatan Cibeunying Kaler. b. Tingkat kemiringan lereng 2-15 % (landai) : kawasan/lahan yang berada pada kemiringan ini merupakan kawasan terkecil luasannya yaitu hanya 5% dari luas Wilayah Cibeunying seluruhnya yang meliputi wilayah sebagian Kecamatan Cidadap, sebagian kecil di antara Kecamatan Bandung Wetan dan Kecamatan Sumur Bandung. c. Tingkat kemiringan lereng 15-40 % (agak curam), dengan luas 45% dari luas total Wilayah Cibeunying yang terbagi kedalam beberapa wilayah yaitu di Kecamatan Coblong, sebagian Kecamatan Cidadap, sebagian Kecamatan Cibeunying Kaler, sebagian Kecamatan Bandung Wetan dan sebagian kecil Kecamatan Cibeunying Kaler. d. Tingkat kemiringan lereng > 40 % (curam) memiliki luas sebesar 10% dari luas total Wilayah Cibeunying yang tersebar di beberapa wilayah, yaitu di sebelah utara Kecamatan Coblong dan ebagian besar Kecamatan Cidadap. Berdasarkan klasifikasi diatas dapat disimpulkan morfologi Wilayah Cibeunying berupa datar sampai curam. Wilayah yang datar lebih banyak dimanfaatkan sebagai lahan terbangun, sedangkan wilayah curam dimanfaatkan sebagai lahan sawah, tegalan, semak belukar. Gambaran kondisi kemiringan lereng Wilayah Cibeunying
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Cibeunying. 4. Hidrografi Kondisi hidrografi suatu wilayah sangat penting guna mendukung perkembangan wilayah tersebut. Wilayah Cibeunying dialiri sungai-sungai yang mengalir dan bersumber dari kawasan Bandung Utara. Terdapat beberapa sungai induk yaitu Ci Kapundung, Ci Durian dan Ci Lebaklarang dan anak sungai berupa Sungai Ci Cadas. Sungai-sungai tersebut mengalir dengan baik, sehingga drainase pada Wilayah Cibeunying cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan kondisi morfologi yang dimiliki wilayah tersebut sangat memungkinkan untuk dapat mengaliri air dengan baik, sehingga tidak ada wilayah yang menjadi genangan air. Kondisi hidrografi Wilayah Cibeunying selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.3 Peta Hidrografi di Wilayah Cibeunying. 5. Jaringan Jalan Wilayah Cibeunying merupakan wilayah pengembangan yang memiliki berbagai fungsi, sehingga untuk memenuhi fungsinya tersebut wilayah ini didukung dengan keberadan jaringan jalan. Secara umum, jaringan jalan di Wilayah Cibeunying terdiri dari jalan layang, jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal. Berdasarkan klasifikasi tersebut, di Wilayah Cibeunying terdapat jaringan jalan yang memiliki fungsi berbeda yaitu: a. Jalan layang : Jalan Pasopati. Jalan layang berfungsi sebagai alternatif yang menghubungkan Jalan sudirman, Jalan Pasteur sampai K.H.P. Hasan Mustopha.
b. Jalan arteri : Jalan Pasopati, Jalan Panatayuda, Jalan Merak dan Jalan K. H. P. Hasan Mustopha, Jalan Siliwangi, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Ariajipang, Jalan Diponegoro, Jalan W. R. Supratman dan Jalan W. R. Sudirman. Jalan arteri berfungsi sebagai jalan penghubung antar wilayah-wilayah pengembangan di Kota Bandung. c. Jalan kolektor : Jalan Ir. H Juanda, Jalan R. E. Martadinata, Jalan Pajajaran, Jalan Merdeka, Jalan Lembong, Jalan Ariajipang, Jalan Diponegoro, Jalan W. R Sudirman dan Jalan W. R Supratman, Jalan Ciumbuleuit, Jalan Siliwangi, Jalan Dr. Setiabudhi, Jalan Cihampelas, Jalan Wastukencana, Jalan Seram, Jalan Aceh, Jalan Sumbawa, Jalan Tamblong, Jalan Sunda dan Jalan Braga. Jalan kolektor berfungsi sebagai jalan penghubung lingkup kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Bandung. d. Jalan lokal : Jalan Cipaku Indah 2, Jalan Panorama, Jalan Kapten Tendean, Jalan Cipicung Girang, Jalan Bukit Raya, Jalan Rancabentang, Jalan Gunung Batu, Jalan Bukit Jarian, Jalan Bengkok, Jalan Dago Pojok, Jalan Pasantren, Jalan Sadangserang, Jalan Cibeunying Kolot, Jalan Cikondang, Jalan Cikutra Barat, Jalan Jatihandap, Jalan Padasuka, Jalan Ciliwung, Jalan Baranangsiang, Jalan Gudang Selatan, Jalan Aceh, Jalan Veteran, Jalan Naripan, Jalan Jalaprang, Jalan Purnawarman, Jalan Tamansari, Jalan Kebonjukut, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Citarum, Jalan Tongkeng, Jalan Alketeri dan Jalan Banceuy. Jalan lokal berfungsi sebagai jalan penghubung lingkup kelurahan-keluran di Kota Bandung. Selanjutnya lihat pada Gambar 4.4 Peta Jaringan Jalan Wilayah Cibeunying.
Gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Cibeunying
Gambar 4.3 Peta Hidrografi Wilayah Cibeunying
Gambar 4.4 Peta Jaringan Jalan Wilayah Cibeunying
B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian Kondisi demografi merupakan gambaran penduduk yang melibatkan variabel demografi seperti jumlah, komposisi, persebaran, kelahiran, kematian, dan migrasi. Variabel-variabel tersebut dapat memberikan gambaran keadaan penduduk termasuk keadaan sosial-ekonominya. Penelitian ini hanya akan dibahas beberapa variabel demografis yaitu jumlah kepadatan penduduk, komposisi penduduk berdasarkan usia, komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian, dan komposisi penduduk berdasarkan pendidikan. 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Penduduk adalah sumber daya bagi suatu daerah, baik sebagai objek maupun subjek berbagai kegiatan pembangunan fisik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh karena itu, penduduk merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan pembangunan dan perekonomian wilayah. Akan tetapi penduduk dapat pula menjadi kendala bagi suatu daerah dengan berbagai permasalahannya seperti masalah produktivitas, pengangguran, lingkungan dan masalah-masalah lainnya. Sehingga masalah penduduk ini merupakan topik yang sangat penting untuk dibicarakan. Data dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung menunjukkan penduduk Wilayah Cibeunying tahun 2009 berjumlah 376.712 jiwa dengan luas sebesar 3014,535 Ha. Rata-rata kepadatan penduduk Wilayah Cibeunying sebesar 1695,623 Jiwa/Ha dengan kepadatan penduduk terbesar berada di Kelurahan Dago Kecamatan Coblong sebesar 144,828 Jiwa/Ha sedangkan kepadatan pendudukan terkecil berada di Kelurahan