BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1
Letak Geografis Kecamatan Popayato Kecamatan Popayato terbentuk pada tanggal 12 januari tahun 2001 hasil
pemekaran dari wilayah Kecamatan Lemito dan terbentuknya Kecamatan Popayato dimotori oleh tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh wanita yang berjuang untuk mendekatkan garis koordinasi dan pelayanan lebih maksimal pada masyarakat untuk mencapai Kecamatan yang mandiri dan sejahtera. Kecamatan Popayato merupakan salah satu Kecamatan di wilayah Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Sebelum era otonomi wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Gorontalo. Pada tahun 1999 Kabupaten Gorontalo di mekarkan menjadi 2 Kabupaten dan Kecamatan Popayato menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Boalemo. Perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 2004 Kabupaten Boalemo dimekarkan kembali dan Kecamatan Popayato menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Pohuwato. Dinamika perubahan administrasi wilayah ini juga memiliki pengaruh terhadap Kecamatan Popayato itu sendiri. Sejak awal terbentuknya Kecamatan Popayato memiliki 13 desa yakni: Desa Milangodaa, Londoun, Tahele, Bunto, Maleo, Popayato, Tingki, Trikora, Telaga, Torosiaje, Dudewulo, Padengo dan
Molosipat. Dan ada 7 etnis yang tinggal di wilayah popayato saat itu yaitu etnis Gorontalo, Minahasa, Sangihe, Bajo, Jawa, Tomini dan Kaili. Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Pohuwato nomor 03 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan. Berangkat dari PERDA tersebut pada tahun 2010. Kecamatan Popayato memekarkan diri menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Popayato Timur, Popayato dan Popayato Barat. Jika kita melihat peta wilayah provinsi Gorontalo, Kecamatan Popayato merupakan sebuah Kecamatan
yang terletak di bagian barat dari Provinsi
Gorontalo. Dan diapit dua kecamatan, yaitu kecamatan Popayato Timur dan Popayato Barat. Di depan wilayah ini juga terdapat empat buah pulau yaitu pulau Popayato Kanan, Popayato Kiri, Pulau Kecil dan Pulau Besar. (Sumber Data Kecamatan Popayato) 4.1.2 Luas wilayah Luas wilayah Kecamatan Popayato ± 80.57 km 2. Kecamatan Popayato terdiri dari 10 desa yaitu: Desa Popayato, Telaga, Telaga Biru, Trikora, Dambalo, Bukit Tingki, Tunas Harapan, Bumi Bahari, Torosiaje dan Torosiaje Jaya. Kecamatan Popayato memiliki batas wilayah antara lain: a) Dibagian utara berbatasan dengan kabupaten Buol, Toli-Toli b) Dibagian timur berbatasan dengan Kecamatan Popayato Timur c) Sebelah selatan berbatasan dengan teluk Tomini d) Dibagian barat berbatasan dengan Kecamatan Popayato Barat (Sumber Data Kecamatan Popayato)
Dikecamatan Popayato membentang jalur jalan trans Sulawesi Tengah dengan provinsi gorontalo. Jalur jalan yang telah beraspal serta kondisinya cukup baik itu sangat mempermudah hubungan antara ibu kota Kabupaten Pohuwato dengan Kecamatan yang berjarak ± 85 km yang dapat ditempuh selama ± 2 jam dengan menggunakan kenderaan bermotor maupun mobil. Selain mempermudah hubungan ke ibu kota kabupaten dapat juga mempermudah hubungan ke perbatasan Provinsi Gorontalo dengan Provinsi Sulawesi Tengah yang berjarak ± 7 km. Perjalaanan lewat jalan darat ini dapat ditempuh dengan waktu ± 15 jam dengan menggunakan kenderaan bermotor. 4.1.3 Penduduk menurut tingkat pendidikan Indikator kemajuan suatu wilayah dapat diukur dengan melihat tingkat pendidikan
maupun
partisispasi
masyarakat
untuk
memperoleh
serta
mengembangkan pengetahuan. Bagi masyarakat dan keluarga pendidikan memilki peranan yang cukup penting dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju. Karena tanpa mengenyam pendidikan maka kesulitan untuk mengikuti perkembangan zaman akan terjadi. Perbandingan yang cukup signifikan terlihat antara SD dengan tamatan SMP, SMA bahkan sarjana. Kesadaran untuk menyekolahkan anakanya saat ini telah menunjukkan peningkatan, namun peningkatan tersebut belum terjadi pada semua kalangan masyarakat. Masih terdapat beberapa orang tua yang belum melanjutkan anaknya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sekarang ini masyarakat Popayato banyak anak-anaknya yang lulusan SMA, tapi banyak juga
yang tidak melanjuktan sampai di perguruan tinggi. Salah satu yang menjadi hambatan adalah jauhnya tempat untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi. Apabila masyarakat Popayato ingin belajar lebih tinggi lagi, maka selain kemauan juga biaya yang cukup besar untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya di luar daerah. Oleh karena itu untuk menuntut ilmu ke perguruan lebih tinggi hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu dalam segi ekonomi. Tabel 2: Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Popayato tahun 2013 No
Desa
Jumlah penduduk
Belum
Tidak
Sekolah Tamat
Tamat
Tamat
Tamat
Tamat
SD
SMP
SMA
AKADEMI
1
Popayato
933
44
216
441
125
94
13
2
Trikora
775
28
195
306
146
84
16
3
Bukit
876
55
253
369
107
86
6
543
81
221
116
87
34
4
Tingki 4
Tunas Harapan
5
Telaga Biru
997
94
159
329
224
174
17
6
Bumi
936
86
273
314
126
79
19
1459
364
467
360
178
83
7
1310
348
352
353
175
79
3
Bahari 7
Torosiaje Jaya
8
Torosiaje
9
Telaga
1086
191
361
356
117
52
9
10
Dambalo
745
90
312
174
124
43
2
Sumber: Potensi Kecamatan Popayato 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa penduduk masyarakat Popayato yang berada di desa Popayato memiliki tingkat pendidikan sebagai berikut: belum sekolah 44 orang, tidak tamat 216 orang, tamat SD 441 orang, tamat SMP 125 orang, tamat SMA 94 orang dan tamat akademi 13 orang. Desa Trikora: belum sekolah 28 orang, tidak tamat 195 orang, tamat SD 306 orang, tamat SMP 146 orang, tamat SMA 84 orang dan tamat akademi 16 orang. Desa Bukit Tingki: belum sekolah 55 orang, tidak tamat 253 orang, tamat SD 369 orang, tamat SMP 107 orang, tamat SMA 86 orang dan tamat akademi 6 orang. Desa Tunas Harapan: belum sekolah 81 orang, tidak tamat 221 orang, tamat SD 116 orang, tamat SMP 87 orang, tamat SMA 34 orang dan tamat akademi 4 orang. Desa Telaga Biru: belum sekolah 94 orang, tidak tamat 159 orang, tamat SD 329 orang, tamat SMP 224 orang, tamat SMA 174 orang dan tamat akademi 17 orang. Desa Bumi Bahari: belum sekolah 86 orang, tidak tamat 273 orang, tamat SD 314 orang, tamat SMP 126 orang, tamat SMA 79 orang dan tamat akademi 19 orang. Desa Torosiaje Jaya: belum sekolah 364 orang, tidak tamat 467 orang, tamat SD 360 orang, tamat SMP 178 orang, tamat SMA 83 orang dan tamat akademi 7 orang. Desa Torosiaje: belum sekolah 348 orang, tidak tamat 352 orang, tamat SD 353 orang, tamat SMP 175 orang, tamat SMA 79 orang dan tamat akademi 3 orang. Desa Telaga: belum sekolah 191 orang, tidak tamat 361 orang, tamat SD 356 orang, tamat SMP 117 orang, tamat SMA 52 orang dan tamat akademi 2
orang. Desa Dambalo: belum sekolah 90 orang, tidak tamat 312 orang, tamat SD 174 orang, tamat SMP 124 orang, tamat SMA 43 orang dan tamat akademi 2 orang. Pendidikan dan faktor ekonomi memilki hubungan erat. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka semakin besar kemungkinan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk berhasil dalam bidang ekonomi yang diukur dengan semakin besar pendapatannya. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak terbatas pada pendidikan formal di sekolah saja, namun pendidikan non formal yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan juga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. 4.1.4 Penduduk Menurut Mata Pencarian Sebagai manusia yang memepertahan kehidupan, maka masyarakat Popayato memilki mata pencarian. Mata pencarian masyarakat Popayato berbedabeda, tapi karena sebagian besar daerahnya pegunungan, maka mata pencarian penduduknya adalah di bidang pertanian. Tabel 3: Penduduk Menurut Mata Pencarian Kecamatan Popayato tahun 2013 No
Desa
Jumlah
Petani
Peternak
Pedagang
Nelayan
Industri
penduduk
Lainlain
1
Popayato
933
231
60
58
34
5
10
2
Trikora
775
165
27
51
130
6
15
3
Bukit
876
345
33
47
18
6
38
543
175
37
20
9
4
14
Tingki 4
Tunas Harapan
5
Telaga Biru
997
311
42
32
327
8
44
6
Bumi
936
307
29
29
350
5
26
1459
186
18
20
392
13
42
Bahari 7
Torosiaje Jaya
8
Torosiaje
1310
106
35
25
468
11
17
9
Telaga
1086
252
21
35
74
9
28
10
Dambalo
745
347
7
16
32
4
19
Sumber: Potensi Kecamatan Popayato 2013 Berdasrkan uraina tabel di atas dapat dilihat Penduduk Popayato berdasarkan mata pencarian adalah sebagai berikut: Desa Popayato petani 231 orang, peternak 60 orang, pedagang 58 orang, nelayan 34 orang, industri 5 orang dan yang bekerja di bidang lain 10 orang. Desa Trikora: petani 165 orang, peternak 27 orang, pedagang 51 orang, nelayan 130 orang, industri 6 orang dan yang bekerja di bidang lain 15 orang. Desa Bukit Tingki: petani 345 orang, peternak 33 orang, pedagang 47 orang, nelayan 18 orang, industri 6 orang dan yang bekerja di bidang lain 38 orang. Desa Tunas Harapan: petani 175 orang, peternak 370 orang, pedagang 20 orang, nelayan 9 orang, industri 4 orang dan yang bekerja di bidang lain 14 orang. Desa Telaga Biru: petani 311 orang,
peternak 42 orang, pedagang 32 orang, nelayan 327 orang, industri 8 orang dan yang bekerja di bidang lain 44 orang. Desa Bumi Bahari: petani 307 orang, peternak 29 orang, pedagang 29 orang, nelayan 350 orang, industri 5 orang dan yang bekerja di bidang lain 26 orang. Desa Torosiaje Jaya: petani 186 orang, peternak 18 orang, pedagang 20 orang, nelayan 39 orang, industri 13 orang dan yang bekerja di bidang lain 42 orang. Desa Torosiaje: petani 106 orang, peternak 35 orang, pedagang 25 orang, nelayan 468 orang, industri 11 orang dan yang bekerja di bidang lain 17 orang. Desa Telaga : petani 352 orang, peternak 31 orang, pedagang 25 orang, nelayan 74 orang, industri 9 orang dan yang bekerja di bidang lain 28 orang. Desa Dambalo : petani 347 orang, peternak 7 orang, pedagang 16 orang, nelayan 32 orang, industri 4 orang dan yang bekerja di bidang lain 19 orang. Sejumlah ± 60 % kepala keluarga masyarakat Popayato memilki mata pencarian di sektor pertanian. Walaupulan mayoritas penduduknya sebagai petani, namun terdapat pula kepala keluarga yang mata pencarian lainnya, seperti peternak, industri kecil, jasa, nelayan dan pedagang. Bagi masyrakat yang berada di pesisir pantai sebagian besar mata pencariannya adalah nelayan. Pedagang yang ada di Popayato berbagai macam, ada yang pedagang besar yang sudah memilki toko dan ada juga pedagang kecil yang hanya menjual keperluan harian.
4.1.5 Penduduk Menurut Agama Tabel 4: Keadaan penduduk kecamatan Popayato menurut Agama dapat dilihat pada tabel berikut N
Desa
o
Jenis Kelamin L
P
Islam
Kristen
Hindu
Budha
1
Popayato
453
480
903
30
-
-
2
Trikora
373
402
681
92
05
-
3
Bukit
569
507
1070
06
-
-
275
268
542
-
-
-
Tingki 4
Tunas Harapan
5
Telaga Biru
497
500
925
68
-
-
6
Bumi
486
480
936
31
-
-
728
731
1459
-
-
-
Bahari 7
Torosiaje Jaya
8
Torosiaje
639
671
1318
-
-
-
9
Telaga
541
545
1065
25
-
-
10
Dambalo
386
359
697
48
-
-
4947
4943
9596
300
05
Jumlah
Sumber: Potensi Kecamatan Popayato 2013
Penduduk Popayato menurut agama yang dianut, yaitu di desa Popayato beragama Islam sebanyak 903 orang dan Kristen sebanyak 30 orang. Di desa Trikora Islam sebanyak 681 orang, Kristen 92 orang dan Hindu sebanyak 5 orang. Di desa Bukit Tingki islam sebanyak 1070 orang dan Kristen 6 orang. Di desa Tunas Harapan Islam sebanyak 542 orang atau semua penduduknya beragama Isllam. Di desa Telaga Biri penduduk beragama Islam sebanyak 925 orang dan beragama Kristen sebanyak 68 orang. Di desa bumi Bahari Islam sebanyak 936 orang dan Kristen sebanayk 31 orang. Di desa Torosiaje Jaya1459 orang menganut agama Islam atau semua penduduknya beragama Islam. Demikian pula pendudujk masyarakat Torosiaje seluruh penduduknya beragama Islam dengan jumlah penduduk sebanyak 1318 orang. Di desa Telaga penduduk beragma Islam sebanyak 1065 orang dan penduduk beragama Kristen sebanyak 25 orang. Di desa Dambalo penduduk beragama Islam sebanyak 697 orang dan yang beragama Kristen sebanyak 5 orang. Dari tebel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Popayato beragama Islam. Penduduk masyarakat Popayato menganut agama yang berbeda-beda, yaitu Islam, Kristen dan Hindu. Karena adanya perbedaan agama yamg ada maka di Popayato juga terdapat tempat ibadah yang berbeda, yaitu Masjid dan Gereja. Bagi penduduk yang bergama islam sudah jelas beribadah di Masjid. Kegiatan yang dilakukan dalam masjid tidak hanya sebatas melaksanakan ibadah sholat saja, tetapi dalam waktu-waktu tertentu seperti dalam peringatan maulid nabi, pengajian dan membaca Al-Qur’an bagi anak-anak juga bertempat di mesjid ini. Sedangkan penduduk yang beragama kristen, Gereja menjadi tempat ibadah setiap
minggu. Selain ibadah tersebut digunakan juga sebagai peringatan hari besar agama kristen dan juga sebagai tempat untuk latihan berbagai macam jenis seni, diantaranya seni musik dan seni tari. Penduduk Popayato didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam. Meskipun didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam, mereka saling menghargai antar umat beragama. Masyarakat Popayato sangat terbuka menerima masyarakat yang berdatangan dari luar meskipun berbeda keyakinan. Kedatangan orang luar dari Popayato memilki berbagai macam tujuan. Kedatangan orang dari luar Popayato memilki banyak tujuan, ada yang sekedar silaturahmi dan ada juga yang berdagang. Sejauh ini di Popayato belum pernah terjadi konflik antara agama. 4.1.6 Penduduk menurut Etnik Suatu etnik merujuk pada suatu keturunan yang sama secara turun temurun. Turunan etnik dapat dilihat dari identitas budaya yang meliputi bahasa, tradisi dan tingkah laku. Identitas etnik ini memiliki banyak tingkatan: identitas yang ditentukan sendiri, identitas yang di lukukan oleh negara dan identitas yang dilakukan oleh daerah. Tabel 5 : Penduduk menurut etnis kecamatan popayato 2013 No Menurut etnis
Presentase
1
Gorontalo
55 %
2
Minahasa
22 %
3
Sangir
9%
4
Bajo
7%
5
Tomini/kaili
4%
6
Bugis
1%
7
Lain-lain
2%
Total
100 %
Sumber: Potensi Kecamatan Popayato 2013 Penduduk Popaebanyato menurut etnik, yaitu Gorontalo sebanyak 55 %, Minahasa sebanyk 22 %, sangir sebanyak 9 %, Bajo sebanyak 7 %, Tomini/Kaili sebanyak 4 %, Bugis sebanyak 1 %, dan 2 % berasal dari suku lain. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Popayato adalah suku Gorontalo. Keberadaan masyarakat Minahasa di Popayato tidak lepas dari daerah asalnya. Walaupun telah lama menetap atau bahkan telah lahir di Popayato namun mereka telah lama mengidentifikasi diri berasal dari daerah Tonse, Tontemboan. Hal ini terlihat dari keterangan pengelolaan
etnis masyarakat Minahasa di
Kecamatan Popayato. Identitas etnik yang di kemukakan oleh pemerintah melalui pengisian potensi kecamatan hanya memberikan gambaran secara umum walaupun menurut salah seorang informasi mengatakan bahwa tidak kurang dari 7 etnis telah berbaur sebagai masyarakat Popayato. Faktor lokasi keberadaan masyarakat Minahasa di Popayato tidak secara cepat menerima pengaruh dari kondisi wilayah Gorontalo
pada umumnya, walaupun hubungan antara seluruh masyarakat yang ada di Popayato semakin terbuka. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Proses Masuknya Masyarakat Minahasa di Popayato Setiap masyarakat yang berpindah daerah pasti mengalami berbagai macam proses. Proses perpindahan terjadi dilatar belakangi dengan alasan masing-masing individu maupun kelompok. Perang di daerah asal merupakan salah satu alasan yang terjadi kepada masyarakat yang berpindah tempat. Alasan lain adalah karena ingin mencari kehidupan yang lebih layak. Masyarakat Minahasa masuk di Popayato memiliki alasan yang tidak jauh dari keinginan mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik lagi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan (11 Maret 2013), ditemukan bahwa Masyarakat Minahasa berpindah ke Popayato karena di daerah asal mereka telah terjadi perang. Perang itu disebut perang Tondano, perang Tondano terjadi secara dua kali. Ada perang Tondano I dan perang Tondano II. Pada akhir perang Tondano II ini masyarakat Minahasa berpindah ke Popayato Sesuai wawancara dengan Very Tooy (18 Maret 2013) mengatakan bahwa Pada awalnya masyarakat Minahasa tinggal di Pabeyan dan Puncur kemudian pada awal abad ke-20 mereka berlayar ke Popayato bersama tentara Belanda dengan menggunakan kapal milik Belanda. Masyarakat Minahasa yang ada pada saat itu adalah Marga Rumampuk, Tumampas, Tooy, Rakian, Rantung,
Rambi dan Mandagi. Pada saat pertama kali datang Di Popayato masyarakat Belanda mendirikan suatu perusahaan, yaitu perusahaan kelapa. Hasil wawancara dengan Yo Rambi (25 Maret 2013) mengatakan bahwa Banyak budaya Minahasa yang dibawa ke Popayato, diantaranya seluruh masyarakat Minahasa beragama Kristen, adat pernikahannyapun jelas sangat berbeda dengan adat pernikahan masyarakat Popayato, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa daerah Minahasa, pertumbuhan ekonomi masyarakatnya lebih maju dari pada ekonomi masyarakat Popayato. Selain itu mereka juga memiliki makanan khas, yaitu tinutuan dan Midal. Budaya yang dibawah masayrakat Minahasa di Popayato adalah, perjamuan kasih, budaya musik yang terdiri dari, musik bambu, harmonika, kolintang dan tari maengket. Ada juga budaya mapalus atau gotong royong. Tujuan masyarakat Minahasa adalah untuk memperluas daerah kekuasaan. Masyarakat Minahasa yang ada pada saat itu adalah Marga Rumampuk, Tumampas, Tooy, Rakian, Rantung, Rambi dan Mandagi. Pada saat pertama kali datang Di Popayato masyarakat Belanda mendirikan suatu perusahaan, yaitu perusahaan kelapa. Masyarakat Minahasa yang dibawah oleh Belanda dipekerjakan di Perusahaan kelapa tersebut dengan posisi yang lebih baik dari pada masyarakat lainnya, yaitu sebagai Mandor dan bekerja di Kantor sedangkan masyarakat lainnya hanya sebagai buruh kasar. Selama masyarakat Minahasa bekerja di Perusahan Belanda mereka tinggal di Nipa yang saat ini sudah menjadi desa Popayato. Di desa inilah masyarakat Minahasa menjalani aktifitas sehari-hari. Setelah beberapa tahun
kemudian masyarakat Minahasa lainnya pindah ke desa Tahale yang tertinggal di Nipa hanyalah Tumampas, Rambi dan Tooy. Sejak saat itu masyarakat Minahasa mulai terbiasa dengan kehidupan yang ada di Popayato dan sudah tinggal menetap di Popayato sampai sekarang. 4.2.2 Interaksi Masyarakat Minahasa dengan Masyarakat Popayato Meskipun berbeda asal usul tapi sudah berjalan sesuah tinggal bersama di tempat yang sama sudah pasti interaksi atau hubungan sosial akan terjalin. Ineteraksi antara masyarakat yang berada di suatu daerah tidak sama. Ada interaksinya berjalan baik dan ada juga yang tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh ketidak cocokkan antara masyarakat yang ada. Hasil wawancara dengan Salim (10 April 2013) mengatakan bahwa Sejak pertama masyarakat Minahasa masuk di Popayato hingga sekarang belum ditemukan ada masyarakat yang bertikai ataupun berkelahi. Sesama masyarakat saling menghargai budaya yang dimiliki masing-masing daerah. Masyarakat Minahasa mampu berinteraksi dengan masyarakat Popayato. Meskipun awalnya hubungan interaksi antara masyarakat Minahasa dan Popayato hanya sekedar interaksi di tempat kerja, yaitu pada perusahaan kelapa milik Belanda, namun mereka mampu menciptakan suasana yang baik di luar tempat kerja. Interaksi antara masyarakat terjalin dengan baik diawali dengan komunikasi yang baik pula.
Berdasarkan hasil obsrvasi (18 Maret 2013) menemukan Interaksi antara masyarakat Minahasa dengan masayrakat Popayato berjalan dengan baik ditandai dengan tidak adanya pengaruh oleh masyarakat Popayato terhadap adat pernikahan, bahasa, makanan khas dan ekonomi yang dimiliki masyarakat Minahasa. Bahasa, makanan khas, adat pernikahan ekonomi tidak dapat dipengaruhi oleh masyarakat Popayato hanya saja masyarakat Popayato ikut menikmati makanan khas masyarakat Minahasa terkadang juga masyarakat Popayato menggunakan bahasa masyarakat Minahasa. Hasil wawancara dengan Oce (22 Maret 2013) biasanya akan terjadi konflik antara masayrakat Minahasa dan Popayato disaat ada masyarakat Minahasa pindah ke agama Islam karena mengikuti agama calon pasangan yaitu penduduk asli Popayato demikian sebaliknya. Dalam segi kominikasi masyarakat Minahasa menggunakan bahasa Minahasa yang sudah menjadi bahasa daerah mereka. Hal demikian juga terjadi pada masyarakat Popayato, mereka mengunakan bahasa daerah Gorontalo sebagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Meskipun memiliki perbedaan bahasa daerah nemun hal tersebut tidak mempengaruhi interaksi antara masayrakat Minahasa dengan masyarakat Popyato. 4.2.3 Adaptasi Budaya Minahasa dengan Masayrakat Gorontalo Adapatsi bagi suatu budaya sangat penting dan harus dilakukan, karena dengan adapatasi kita mampu mempertahankan hidup. Adaptasi budaya Minahasa
terhadap masayrakat Popayato sudah terjadi sejak masyarakat Minahasa berada di Popayato. Hasil wawancara dengan Jefry Tooy (11 Maret 2013) Sekarang ini ada budaya Minahasa yang sudah dipengaruhi oleh masyarakat Popayato, yaitu budaya Mapalus dan perjamuan kasih sudah sangat jarang ditemukan. Budaya mapalus dan perjamuan kasih hanya dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat Minahasa di tempat yang tertutup. Misalnya perjamuan kasih hanya dilakukan di Gereja tidak lagi di tempat yang terbuka Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa Budaya Minahasa yang saling mempengaruhi sejak pertama sampai saat ini adalah religi. Ada yang Islam masuk Kristen dan ada juga Kristen masuk Islam, tapi mayoritas Kristen masuk Islam. Perpindahan agama terjadi karena adanya pernikahan antara masayrakat Minahasa dengan masayrakat Popayato. Selain itu masih banyak budaya Minahasa
yang beradaptasi dengan
masyarakat Popayato. Diantaranya adalah budaya musik, budaya mapalus, dan perjamunan kasih. 4.3 Pokok-Pokok Temuan 4.3.1 Proses masuknya Masyarakat Minahasa di Popayato Proses masuknya masayrakat Minahasa di Popayato bersamaan dengan perang Tondano II. Akibat perang tondano II banyak masyarakat yang meninggalkan minahasa, mereka berbaur ke berbagai daerah, salah satunya ke gorontalo. Masyarakat minahasa yang di gorontalo tepatnya tinggal di pabeyan
dan puncur. Masyarakat minahasa yang ada di gorontalo ini ada yang berpindah tempat dan ada juga yang menetap. Pada awal abad ke-20 masyarakat Minahasa yang ada di Pabeyan dan Puncur berlayar ke Popayato bersama tentara Belanda dengan menggunakan kapal milik Belanda. Tujuan mereka adalah untuk memperluas daerah kekuasaan. Masyarakat Minahasa yang ada pada saat itu adalah Marga Rumampuk, Tumampas, Tooy, Rakian, Rantung, Rambi dan Mandagi. Pada saat pertama kali datang Di Popayato masyarakat Belanda mendirikan suatu perusahaan, yaitu perusahaan kelapa. Masyarakat Minahasa yang dibawah oleh Belanda dipekerjakan di Perusahaan kelapa tersebut dengan posisi yang lebih baik dari pada masyarakat lainnya, yaitu sebagai Mandor dan bekerja di Kantor sedangkan masyarakat lainnya hanya sebagai buruh kasar. Selama masyarakat Minahasa bekerja di Perusahan Belanda mereka tinggal di Nipa yang saat ini sudah menjadi desa Popayato. Di desa inilah masyarakat Minahasa menjalani aktifitas sehari-hari. Setelah beberapa tahun kemudian masyarakat Minahasa lainnya pindah ke desa Tahale yang tertinggal di Nipa hanyalah Tumampas, Rambi dan Tooy. Sejak saat itu masyarakat Minahasa mulai terbiasa dengan kehidupan yang ada di Popayato dan sudah tinggal menetap di Popayato sampai sekarang. Pada saat berpindah masayrakat Minahasa membawa budaya seperti bahasa, religi, makanan khas, perekonomian yang memadai, adat pernikahan, budaya musik, perjamuan kasih dan budaya mapalus.
4.3.2 Interaksi Masyarakat Minahasa dengan Masyarakat Popayato Masyarakat Minahasa mampu berinteraksi dengan masyarakat Popayato. Meskipun awalnya hubungan interaksi antara masyarakat Minahasa dan Popayato hanya sekedar interaksi di tempat kerja, yaitu pada perusahaan kelapa milik Belanda, namun mereka mampu menciptakan suasana yang baik di luar tempat kerja. Interaksi antara masyarakat terjalin dengan baik diawali dengan komunikasi yang baik pula. Dalam segi kominikasi masyarakat Minahasa menggunakan bahasa Minahasa yang sudah menjadi bahasa daerah mereka. Hal demikian juga terjadi pada masyarakat Popayato, mereka mengunakan bahasa daerah Gorontalo sebagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Meskipun memiliki perbedaan bahasa daerah nemun hal tersebut tidak mempengaruhi interaksi antara masayrakat Minahasa dengan masyarakat Popyato. Seiring begantinya waktu interaksi masyarakat Minahasa dan masyarakat Popayato semakin akrab sudah seperti hubungan keluarga. Masyarakat Minahasa dan masyarakat Popayato sudah saling memahami satu sama lain, baik dari segi bahasa, makanan, ekonomi dan adat pernikahan. Terkadang terdapat pertikaian kecil, yaitu ketika ada yang berpindah agama. 4.3.3 Adaptasi Budaya Minahasa dengan Masyarakat Popayato Budaya Minahasa mampu beradaptasi dengan masyarakat Popayato. Banyak budaya Minahasa yang dipengaruhi oleh masyarakat Popayato. Adaptasi budaya Minahasa dengan masyarakat Popayato dapat dilihat dari segi agama. Masyarakat
Minahasa seluruhnya menganut agama Kristen dan masyarakat Popayato seluruhnya menganut agama Islam. Penganut agama Islam dan Kristen sudah saling mempengaruhi. Ada Islam masuk Kristen dan Kristen masuk Islam, tapi mayoritas Kristen Masuk Islam. Perpindahan agama terjadi karena adanya hubungan pernikahan antara masyarakat Minahasa dan masyarakat Popayato. Selain yang telah dijelaskan di atas masih banyak budaya Minahasa yang beradaptasi dengan masyarakat Popayato. Diantaranya adalah budaya musik, budaya mapalus, dan perjamunan kasih. 4.4 Pembahasan 4.4.1 Proses masuknya Masyarakat Minahasa di Popayato Menurut Supit Bert "Minahasa" artinya "konfederasi" atau juga "negara yang dibentuk melalui gabungan beberapa daerah". Minahasa merupakan grup etnis yang hidup di Sulawesi Timur Laut. Sejarah mengatakan bahwa tou Minahasa merupakan turunan Raja Ming dari tanah Mongolia yang datang berimigrasi ke Minahasa. Arti dari Min Nan Tou adalah “orang turunan Raja Ming dari pulau itu. Tapi pendapat tersebut Lemah menurut David DS Lumoindong, karena jika Minahasa berasal dari keturunan Kerajaan Ming Dinasti Ming, maka seharusnya ilmu Pengetahuan kerajaan Ming yang sudah pada taraf yang maju seharusnya terlihat pada Peninggalan Arsitektur Minahasa maupun huruf dan bahasa Tionghoa ditahun 1200-1400, tetapi kenyataannya Sebelum bangsa Eropa datang. Peninggalan zaman Ming tidak ada di Minahasa, jadi pendapat Tandean sangat lemah untuk digunakan sebagai dasar dalam penulisan sejarah dan asal usul Minahasa. Berdasarkan pendapat para ahli diantaranya A.L.C Baekman dan M.B Van Der Jack yaitu berasal dari ras Mongolscheplooi yang sama dengan pertalian Jepang dan Mongol ialah memiki lipit Mongolia dan kesamaan Warna Kulit, yaitu Kuning Langsat. Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat dilihat pada agama asli Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol. Dan juga
dipimpin oleh Walian yang langsung dimasuki oleh opo. Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara turun temurun oleh suku Mongol dapat dilihat juga di Kalimantan Dayak, dan Korea. Asal usul masyarakat Minahasa juga dikisahkan dalam legenda Toar dan Lumimuut. Toar dan Lumimut ini terbagi dalam dua versi. Dalam legenda Toar dan Lumimuut terdapat unsur yang sama dalam varian manapun, yakni: 1) Seluruh orang Minahasa adalah keturunan dari Toar (ayah) dan Lumimut (ibu), 2) Toar pada hakikatnya adalah putra kandung dari Lumimuut, 3) Orang Minahasa pada hakekatnya bukanlah penduduk asli dari daerah yang mereka duduki atau tempati sekarang, 4) Pembagian dan penempatan wilayah-wilayah telah diatur melalui suatu upacara yang diselenggarakan di Batu Pinabetengan (watu pinawetengan in nuwu). Setelah itu para penginjil Katolik yang berasal dari Spanyol dan Portugis memasuki daerah Minahasa. Menyusul perkembangan dalam abad ke-19, ketika kegiatan zending dipimpin oleh Nederlandsche Zendelings-Genootschap (NZG) dalam masa ini bermunculan para penginjil dari Minahasa dan telah mewariskan kepada orang banyak, catatan mengenai berbagai segi dari kebudayaan Minahasa. Dari masa inilah dijumpai tulisan-tulisan mengenai asal usul penduduk Minahasa. Kisah-kisah tentang Minahasa dapat dibagi dalam tiga kategori, yakni: 1) yang direkam sebagaimana adanya dan karena itu masih mengandung unsur-unsur yang asli, terutama jika kita melihat dari sudut pemakaian bahasa, 2) yang mengandung pengaruh penyebar agama katolik, 3) yang mengandung pengaruh Zending atau
yang disusun sendiri oleh para penulis dan petugas Zending dengan menggunakan unsur-unsur kisah kuno sebagai dasar. Asal usul masyarakat Minahasa tidak lepas dari kerajaan-kerajaan yang ada di sulawesi Utara salah satunya adalah kerajaan Manado. Kerajaan Manado membentang sampai ke daerah yang bernama boelang (Bolaang) dan meluas terus ke barat sampai di Koeranga, yang terletak setengah hari perjalanan dari Gorontalo. Ke utara terbentang tapal batas Manado hingga ke ujung utara Poelisan (tanjung pulisan yang terkenal dengan pemujaan kepada setan-setan yang hingga kini masih berlaku), terdiri dari pulau-pulau di sekitar Selat Bangka (Lembe) serta yang lainnya di timur laut dan pantai barat. Semuanya termasuk kerajaan yang sama. Nenek moyang raja Manado ini (yang dimaksud adalah raja Bolaang yang bernama Loloda Mokoagow yang memerintah di kawasan itu ketika Pendeta Montanus berada di Manado). telah menguasai negeri Bonton (Mouton) dengan kekuatan senjata dan mendapat upeti darinya. Dengan bantuan Raja Siaw, ayahnya yang sudah meninggal, telah menaklukan kerajaan Kaudipan. Kerajaan ini terutama terdiri dari dua kampung, yang pertama Dauw dan yang lainnya bolaang Itang. Dalam perjanjian yang pernah dibuat, Dauw masuk kerajaan Manado, sedangkan Bolang Itang masuk kerajaan Siau. Raja-raja Manado tidak pernah mempunyai hak di pedalaman Sulawesi (yang dimaksud adalah minahasa). Kepala pemerintahan Sulawesi Utara pernah berthata di sebelah Barat, di belakan pegunungan Kime (dalam bahasa Alifuru berari nyare, tetapi dalam bahasa Spanyol akhirnya disebut Kema, yang berarti
kebakaran, karena banyaknya kebakaran yang dilakukan orang Spanyol di sana). Kepala pemerintahan ini sangat dijunjung dan dihormati serta kewibaannya besar. Kedatangan Spanyol di Sulawesi Utara juga merupakan bagian dari asal usul masyarakat Minahasa. Orang Spanyol memang sudah lama muncul di wilayah Manado, jauh sebelum pembentukkan misi Jesuit di Maluku pada tahun 1547. Setelah Spanyol datang bangsa Portugis. Walaupun kehadiran Spanyol di Sulawei Utara sudah berbekas sebelum kedatangan Portugis, tapi kehadiran mereka lebih terasa sesudah kunjungan Mighel Lopez de Legaspi pada tahun 1565. Keberanian Spanyol untuk muncul secara sistematis di perairan Sulawesi Utara mulai menjadi-jadi. Satu-satunya kekuatan yang menghalani mereka adalah orang-orang Portugis. Tetapi setelah itu kehadiran Spanyol di Sulawesi Utara makin terasa. Amuran dan Manado yang tadinya hanya merupakan persinggahan, berubah menjadi pusat penjelajahan ke pedalaman Minahasa. Di pantai timur Kema menjadi mereka pula. Ini disebabkan karena mereka telah mengetahui, bahwa di pedalaman Minahasa terdapat banyak beras yang diperlukan maluku dan Cebu. Gudang-gudang beras seperti kali yang terletak di pinggir danau Tonsawang, menjadi neraka tempat orang Spanyol pembawa panji. Pada awal abad ke-17 kekuasaan Spanyol di Sulawesi Utara mulai mendapat tantangan. Setelah tiba di Banten pada tahun 1598, Cornelis meneruskan perjalanannya ke Maluku dan mempersiapkan kehadiran Belanda di Tarnate. Pada permulaan abad ke-17, yakni pada tahun 1607, setelah mengadakan perjanjian persahabatan dengan Sultan Ternate, Belanda mengadakan operasi-
operasi bersama ke wilayah Manado untuk mengusir orang Spanyol dari kawasan itu. Akibat kepergian orang Spanyol, orang Tondano kehilangan partner dalam perdagangan beras.
Dengan Belanda mereka belum mau berhubungan. Oleh
karena itu pada tahun 1661 Gubernur Cos, yang memang termasuk seorang pemberani, mengambil keputusan untuk menundukkan Tondano. Karena keadaan yang mengharuskan akhirnya orang Tondano memutuskan untuk berhubungan dengan Belanda. Karena berlimpahnya padi yang tidak terjual, orang Tondano terpaksa mengahiri keadaan perang melawan Belanda dan membangun pemukiman baru yang mereka namakan Minawanua. Suatu ironi dalam sejarah Minahasa, seratus empat puluh lima tahun kemudian, di Minawanua pun meletus peperangan. Kali ini orang Tondano, bukan saja berperang melawan Belanda, tetapi lebih dari itu, harus berperang pula melawan kelaparan. Berakhirnya perang Tondano I membawa kemajuan dalam perdagangan beras bagi Kompeni. Hal ini menyebabkan pimpinan Kompeni di Ternate cukup beralasan untuk memaksa Batavia mengubah pandangannnya mengenai Manado. Dengan harapan Manado dapat menjadi gudang beras bagi Maluku dan menjadi pos terdepan untuk menghadapi perembesan orang Makassar ke sana, Batavia akhirnya yakin betapa pentingnya de Nederlandsche Vastigheyt. Sekalipun Batavia melancarkan penghematan di Maluku, namun karena Manado sudah menjadi sangat penting baginya, pada tangggal 30 desember 1665 diputuskan bahwa de Nederlandsche Vastighyet yang dibuat dari kayu itu harus dibongkar dan diganti dengan benteng beton.
Persetujuan persahabatan 10 januari 1679, memberi tempat berpijak yang kuat bagi kompeni di Minahasa. Selain itu perjanjian Bongaya juga dipakai sebagai alasan menghalangi klaim Bolaang (Kerjaan Manado) atas wilayah yang sama. Sebab itu ketika pada tahun 1704 Raja Bolaang Jacobus Manoppo, menuntut pengembalian wilayah Manado (Minahasa) berdasarkan hak waris dari ayahnya Laloda Mokoagow, kompeni menolak dengan dalih, bahwa klaim sultan ternate atas daerah minahasa lebih kuat berdasarkan Bonggaisch tractaat. Tetapi peranan ternate sesungguhnya telah dihalangi kompeni dengan perjanjian 1683. Jelas tampak bahwa Belanda berusaha keras untuk menancapkan kekuasaannya dan kedaulatannya di Minahasa. Setapak demi setapak Kompeni mengkonsolidasi kekuasaan dan memperkukuh kedudukannya. Dengan alasan memperlancar perdagangan beras, kompeni mencampuri urusan rumah tangga para ukung. Tindakan-tindakan pengawasan dipergiat, selanjutnya Kompeni mengeluarkan ketentuan bahwa pemilihan kepala walak harus dimusyawarakan terlebih dahulu dengan kompeni. Akhirnya Kompeni memberanikan diri memasuki urusan pengadilan, suatu bidang yang dianggap oleh para ukung sebagai hak prerogatif mereka dan tidak boleh dicampuri. Perjanjian persekutuan (bondgenootschap) tanggal 10 september 1699 mengandung berbagai kehendak kompeni, yang telah mencoba melaksanakannya di masa sebelumnya, tetapi terbentur pada ketentuan-ketentuan dalam adat. Hal yang paling positif dalam perjanjian ini adalah, bahwa kompeni telah mengusahakan persatuan antar ukung
dan menggunakan musyawarah antar
ukung untuk menyelesaikan pertikaian-pertikaian mereka.
Setelah perjanjian tersebut terjadi, terjadi perang Tondano II. Pada tanggal 1 januari 1808, Herman Willem Daendlas, Gubernur Jenderal Belanda yang baru mendarat de pelabuhan anyer (Banten). Demokrat yang telah berbalik menjadi pengagum Napoleon Bonaparte itu, setiba di Jakarta, segera mengambil langkahlangkah pembaruan dengan gaya dan cara seorang diktator. Dalam bidang pemerintahan, ia menginstrusikan agar pengangkatan kepala pemerintahan daerah, dilakukan berdasarkan pola baru. Karena garis-garis suplai terputus sama sekali, bahaya kelaparan melanda Minawanua. Orang Tondano mulai memakan ampas sagu yang dicampur denga sedikit beras. Agar dapat memperoleh sagu, mereka harus berani menyabung nyawa memasuki hutan-hutan sagu di sekitar Minawanua yang sudah merupakan daerah patroli pasukan Belanda. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban karena usha mencari sagu itu. Akibat perang Tondano II banyak masyarakat yang meninggalkan Minahasa, mereka berbaur ke berbagai daerah, salah satunya ke Gorontalo. Masyarakat Minahasa yang di Gorontalo tepatnya tinggal di Pabeyan dan Puncur. Masyarakat Minahasa yang ada di Gorontalo ini ada yang berpindah tempat dan ada juga yang menetap. Masyarakat Minahasa yang ada di Pabeyan dan Puncur berlayar ke Popayato bersama tentara Belanda dengan menggunakan kapal milik Belanda. Tujuan mereka adalah untuk memperluas daerah kekuasaan. Masyarakat Minahasa yang ada pada saat itu adalah Marga Rumampuk, Tumampas, Tooy, Rakian, Rantung, Rambi dan Mandagi. Pada saat pertama kali datang Di Popayato
masyarakat Belanda mendirikan suatu perusahaan, yaitu perusahaan kelapa, Masyarakat Minahasa yang dibawah oleh Belanda dipekerjakan di Perusahaan kelapa tersebut dengan posisi yang lebih baik dari pada masyarakat lainnya, yaitu sebagai Mandor dan bekerja di Kantor sedangkan masyarakat Popayato hanya sebagai buruh kasar. Posisi masyarakat Minahasa sebagai mandor membuat mereka hidup lebih sejahtera dari pada masayarakat Popayato. Perekonomian merekapun jauh lebih baik dari pada perekonomian masyarakat Popayato. Perbedaan ekonomi tidak menghalangi kerja sama antara kedua masyarakat ini, mereka tetap bekerja pada posisi masing-masing. Interaksi antara kedua masayrakat terjalin baik sudah seperti keluarga. Meskipun berbeda posisi kerja namun kerja sama dan saling membantu tetap dijalankan oleh masyarakat Minahasa dan masyarakat Popayato. Hal seperti inilah yang membuat masyarakat Minahasa betah tinggal di Popayato. Selama masyarakat Minahasa bekerja di Perusahan Belanda mereka menempati wilayah Nipa yang saat ini sudah menjadi desa Popayato. Di desa inilah masyarakat Minahasa menjalani aktifitas sehari-hari. Setelah beberapa tahun kemudian masyarakat Minahasa lainnya pindah ke desa Tahale yang tertinggal di Nipa hanyalah Tumampas, Rambi dan Tooy. Perpindahan terjadi bukan karena ketidak betahan oleh mereka sendiri, tapi karena mereka telah melakukan pernikahan dengan masayrakat Popayato. Masyarakat Minahasa sangat menikmati kehidupan di Popayato karena masyarakat Popayato sangat ramah dan menhgargai mereka. Sejak saat itu masyarakat Minahasa mulai terbiasa dengan kehidupan yang ada di Popayato dan sudah tinggal menetap di Popayato
sampai sekarang hingga tidak ada keinginan lagi untuk pulang ke daerah asal yaitu Minahasa. Masyarakat Minahasa membawa budaya dari daerah Minahasa. Adapaun budaya yang mereka bawa diantaranya adalah bahasa, religi, makanan khas, perekonomian yang memadai, adat pernikahan, budaya musik, perjamuan kasih dan budaya mapalus. Bahasa yang digunakan masayrakat Minahasa sejak awal datang di Popayato adalah bahasa daerahnya sendiri, agama yang mereka anut adalah Kristen, makanan khas yang sering mereka makan adalah Tinutuan dan midal, perekonomian yang mereka milkipun sangat memadai. Masyarakat Minahasa memiliki adat pernikahan yang jauh berbeda dengan adat pernikahan Popayato, budaya musik yang dimilki juga sangat unik. Selain itu masayrakat Minahasa membawa budaya perjamuan kasih, yaitu acara makan bersama yang merupakan wujud rasa sukur atas nikmat yang Tuhan berikan. Selain perjamuan kasih ada juga budaya mapalus atau gotong royong, budaya ini sering digunakan untuk meringankan beban masayrakat Minahasa. Popayato memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan sangat berguna untuk masyarakatnya. Berikut sarana dan parasarana yang ada di Popayato. a. Kantor Camat Popayato Kecamatan Popayato terdiri dari 10 desa, yaitu Desa Popayato, Telaga, Telaga Biru, Trikora, Dambalo, Bukit Tingki, Tunas Harapan, Bumi Bahari, Torosiaje dan Torosiaje Jaya, segala aktifitas kecamatan berpusat di kantor camat
yang sekarang ini terletak di desa Popayato. Kecamatan Popayato memiliki satu lapangan yang luas, terletak di samping kiri kantor camat, sekitar seratus meter dari dari kantor kecamatan. Di lapangan inilah semua kegiatan kecamatan dilakukan seperti pertandingan olahraga dan kesenian, selain itu lapangan ini juga menjadi tempat pertunjukkan pameran yang datang dari luar daerah. Kecamatan Popayato memilki pasar yang besar, tempatnya terletak di desa Popayato jarakanya tidak jauh dari kantor kecamatan tepatnya berada di sebelah kanan dari kantor camat. Pasar merupakan suatu tempat perbelanjaan seluruh masyarakat, di pasar ini disediakan semua bahan yang diperlukan masyarakat. Pasar di Popayato dilakukan seminggu sekali, yaitu setiap hari selasa. Selain lapangan dan pasar di Kecamatan Popayato terdapat tempat wisata, yaitu pantai Lalape yang terletak di desa Trikora dan rumah terapung di desa Torosiaje. Rumah terapung yang terdapat di desa Torosiaje merupakan rumah penduduk yang merupakan tempat tinggal mereka selamanya, karena keadaannya yang unik dan pemandangannya yang indah maka desa Torosiaje banyak dikunjungi oleh wisatawan sebagai tempat untuk berwisata. Tempat wisata ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan yang datang dari luar daerah maupun yang datang dari Popayato sendiri. Pantai Lalape dan desa Torosiaje banyak dikunjungi masyarakat pada saat hari-hari libur. b. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di kecamatan Popayato sampai saat ini sudah sangat memadai. Di Kcematan Popayato terdapat sebuah universitas jarak jauh
yang meruapakan cabang dari Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMG), namun universitas ini belum memiliki gedung sendiri hanya menenpati gedung SMK. Keadaan pendidikannya belum memadai karena aktifitas pembelajaran dilkukan pada siang hari dan dosennya hanya dosen terbang. Karena kondisi pendidikannya belum memadai maka sebagian besar masyarakat Popayato yang ingin melanjutakan pendidikan ke perguruan tinggi masih pergi keluar daerah, dan hal itu hanya dapat dilakukan oleh masyarakat yang mampu. Di kecamatan Popayato terdapat sebuah gedung SMA yang berada di desa Popayato dan sebuah gedung SMK yang terletak di desa Torosiaje Jaya. Kedua sekolah ini banyak memiliki siswa dan guru. Fasilitas yang ada sudah cukup memadai. Siswa yang bersekolah tidak hanya yang berasal dari kecamatan Popayato sendiri, tapi juga dari berbagai daerah ada yang masih dalam lingkungan kabupaten Pohuwato dan ada juga yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah, demikian juga dengan keadaan gurunya. Sekolah menengah pertama yang ada di kecamatan Popayato ada dua buah gedung, yaitu MTs Negeri Popayato yang ada di desa Popayato dan SMP Negeri 1 Popayato terletak di desa Bumi Bahari. Sekolah SMP Negeri 1 Popayato dulunya merupakan SMP Negeri 3 Popayato, namun pada waktu kecamatan Popayato di mekarkan menjadi 3 kecamatan maka sekolah SMP negeri 3 Popayato menjadi SMP Negeri 1 Popayato. Masayarakat yang sekolah disini berasal dari berbegai desa yang ada di kecamatan Poayato sendiri.
Sekolah dasar (SD) dan Paud terdapat di semua desa yang ada di kecamatan Popayato. Masing-masing desa memiliki satu gedung Sekolah dasar (SD) dan gedung Paud. Siswa yang bersekolah di sekolah tersebut berasal dari desa masing-masing. c. Sarana Peribadatan Sarana peribadatan merupakan tempat yang sangat penting bagi umat yang beragama. Sarana peribadatan sudah pasti ada di setiap daerah. Di kecamatan Popayato memiliki tempat peribadatan Masjid dan Gereja. Di kecamatan Popayato meliki banyak banyak Masjid dibandingkan dengan Gereja, hal tersebut terjadi kerena masyarakat Popayato mayoritas beragama Islam.
Masjid di
kecamatan Popayato sebanyak 13 buah masjid dan 3 buah Gereja. Tiga belas Masjid tersebut tersebar di seluruh desa yang ada di kecamatan Popayato dengan satu buah Masjid merupakan masjid Kecamatan yang berdirih megah di depan lapangan kecamatan Popayato. Gereja yang ada di Popayato terdapat di desa Popayato, desa Trikora dan desa Dambalo. d. Sarana Kesehatan Untuk menciptakan masyarakat yang sehat bebas dari penyakit, maka sarana kesehatan wajib di bangun di setiap daerah. Di kecamatan Popayato terdapat sarana kesehatan Puskesdes yang terdapat di masing-masing desa. Selain itu terdapat juga Puskes kecamatan yang terletak di Desa Popayato, fasilitas yang ada sudah memadai sangat membantu masyarakat sekitarnya. Waktu pelayanan di Puskes ini 1 X 24 jam, pelayanan tenaga medis yang ada sangat menyenangkan. (Sumber Data Kecamatan Popayato)
4.4.2 Interaksi Masyarakat Minahasa dengan Masyarakat Popayato Interaksi merupakan suatu proses hubungan sosial antara satu individu dengan individu yang lain, maupun satu kelompok dengan kelompok yang lain. Interaksi antara masayrakat Minahasa dengan masarakat Popyato terjalin melalui bahasa, makanan khas, ekonomi dan adat pernikahan. Meskipun memiliki bahasa, makanan khas, ekonomi dan adat pernikahan yang berbeda namun hal tersebut tidak mempengaruhi interaksi antara kedua masarakat tersebut. 4.4.2.1 Bahasa Bahasa menunjukkan bangsa, demikian pepatah yangs sering kita dengar. Memang benar kata pepatah tersebut, karena dari bahasa yang kita gunakan orang lain dapat mengetahui asal daerah kita sebenarnya. Hal tersebut terjadi pada masyarakat Minahasa, kerana mereka berasal dari daerah Minahasa maka bahasa yang sering mereka gunakan adalah bahasa Minahasa yang sudah menjadi bahasa daerah mereka. Hal demikian juga terjadi pada masyarakat Popayato, mereka mengunakan bahasa daerah Gorontalo sebagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Meskipun masyarakat Minahasa sering menggunakan bahasa daerah dan juga masyarakat Popayato menggunakan bahasa daerahnya sendiri, namun hal tersebut tidak mengurangi rasa kekelurgaan dan interkasi antara masyarakat Minahasa dengan masayrakat Popayato. Kedua masyarakat ini saling memahami antara bahasa daerah masing-masing. Masyarakat Minahasa mengerti bahasa Gorontalo begitu juga dengan masyarakat Popayato sudah mengerti bahasa
Minahasa. Penggunaan kedua bahasa disesuaikan oleh masayarakat sesuai dengan sistuasi dan kondisi yang ada. 4.4.2.2 Makanan khas Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi sehari-hari. Tanpa makanan orang-orang tidak mempunyai energi dan sudah tentu tidak dapat menjalankan aktifitas sehari-hari sehingga mengakibatkan untuk tidak bisa mempertahankan kehidupan. Orang yang tidak dapat mempertahankan kehidupan termasuk orang yang gagal dalam berinteraksi. Setiap daerah sudah pasti memiliki makanan khas. Sangat jarang bagi suatu masyarakat bisa menikamati makanan khas dari daerah lain. Hal demikian terjadi karena adanya perbedaan selera, tapi tidak jarang juga yang menikmati semua makanan dari daerah lain. Bagi orang yang tidak bisa menikmati makanan khas daerah lain suatu saat akan bisa jika dilakukan kebiaasaan untuk mencoba menikamti makanan tersebut. Berbicara tentang makanan khas, kita bisa mengetahui makanan khas dari daerah Minahasa dan Popayato. Makanan khas daerah Minahasa adalah Tinutuan dan Midal sedangakan makanan khas daerah Gorontalo adalah binde biluhuta yang kita kenal dengan milu siram. Pada awalnya kedua makanan khas ini hanya disukai oleh orang-orang yang memang berasal dari daerahnya. Masyarakat Minahasa hanya menyukai midal dan tinutuan dan masyarakat Popayato hanya menyukai milu siram. Setelah terajdi interaksi antara masyarakat Minahasa dengan masyarakat Popayato, maka makanan khas kedua daerah ini sudah disukai
oleh kedua masyarakat tersebut. Masyarakat Minahasa sudah menyukai milu siram dan masarakat Popayato menyukai midal dan tinutuan. 4.4.2.3 Ekonomi Seseorang mempertahankan kehidupanya di suatu daerah didukung oleh faktor ekonomi. Sejahtera dan tidaknya kehidupan seseorang tergantung pada tingkat ekonomi yang dimilkinya. Faktor ekonomi berperan serta dalam interaksi masyarakat Minahasa dengan masyarakat Popayato. Ekonomi berhubungan erat dengan sumber daya manusia, sumber daya manusia inilah yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat ekonomi seseorang. Dilihat dari sumber daya manusia yang ada di Popayato, nampak jelas bahwa sumber daya manusia masyarakat Minahasa lebih banyak dari pada sumber daya masyarakat asli Popayato. Itulah sebabnya tingkat ekonomi masyarakat Minahasa lebih tinggi dari pada tingkat ekonomi masyarakat Popayato. Tinggi rendahnya kesejahteraan suatu individu maupun kelompok dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suatu ekonomi. Hal demikian dialami oleh masyarakat Minahasa dan masyarakat di Popayato. Dari tingkat ekonomi yang berbeda tersebut masyarakat Minahasa jauh lebih sejahtera dari pada masyarakat Popayato. 4.4.2.4 Adat Pernikahan Adat pernikahan masyarakat Minahasa tidak mempengaruhi interaksi antara masyarakat Minahasa dengan masyarakat Popayato. Proses perawatan calon pengantin dan "Posanan" (Pingitan) dilakukan sehari sebelum pernikahan pada saat "Malam Gagaren" atau malam muda-mudi. Pada proses pernikahan
dilakukan mandi adat "Lumelek" (menginjak batu) dan "Bacoho" hal ini dilakukan di kamar mandi di rumah calon pengantin. Lumelek merupakan sebuah acara Mandi Adat, dimana Pengantin disiram dengan air yang telah diberi bungabungaan warna putih, berjumlah sembilan jenis bunga yang berbau wangi, dengan mamakai gayung sebanyak sembilan kali disiram dari batas leher ke bawah. Secara simbolis dapat dilakukan sekedar membasuh muka oleh pengantin itu sendiri, kemudian mengeringkannya dengan handuk yang bersih dan belum pernah digunakan sebelumnya. Bacoho dilakukan Setelah mandi biasa membersihkan seluruh badan dengan sabun mandi lalu mencuci rambut dengan bahan pencuci rambut seperti shampoo.Mencuci rambut "bacoho" dapat dilakukan dengan dua cara, yakni cara tradisional ataupun hanya sekedar simbolisasi. Secara tradisional dilakukan dengan
Bahan-bahan ramuan, yang
digunakan adalah parutan kulit jeruk nipis atau lemong bacoho, fungsinya sebagai pewangi, air jeruk popontolen, fungsinya sebagai pembersih lemak kulit kepala; daun pandan yang ditumbuk halus, fungsinya sebagai pewangi, bunga manduru (melati hutan) atau bunga rosi (mawar) atau bunga melati yang dihancurkan dengan tangan berfungsi sebagai pewangi. Minyak buah kemiri untuk melemaskan rambut dicampur sedikit perasan air buah kelapa yang diparut halus. Seluruh bahan ramuan harus berjumlah sembilan jenis tanaman, untuk membasuh rambut. Sesudah itu dicuci lagi dengan air bersih lalu rambut dikeringkan.
Sebagai simbolisasi, Semua bahan-bahan ramuan tersebut dimasukkan ke dalam sehelai kain berbentuk kantong, lalu dicelup ke dalam air hangat, lalu kantong tersebut diremas dan airnya ditampung dengan tangan, kemudian digosokkan ke rambut calon pengantin sekadar simbolisasi. Setelah acara adat dilakukan, maka dilanjutkan dengan upacara pernikahan. Upacara pernikahan adat Minahasa dapat dilakukan di salah satu rumah pengantin pria ataupun wanita. Proses upacara adat perkawinan yang dilaksanakan dalam satu hari adalah sebagai berikut : Pada Pukul 09.00 dilakukan upacara Toki Pintu. Pengantin pria kerumah pengantin wanita sambil membawa antaran (mas kawin), berupa makanan masak, buah-buahan dan beberapa helai kain sebagai simbolisasi. Wali pihak pria memimpin rombongan pengantin pria, mengetuk pintu tiga kali. Tiga ketuk dan pintu akan dibuka dari dalam oleh wali pihak wanita. Lalu dilakukan dialog dalam bahasa daerah Minahasa. Kemudian pengantin pria mengetok pintu kamar wanita. Setelah pengantin wanita keluar dari kamarnya, diadakan jamuan makanan kecil dan bersiap untuk pergi ke Gereja. Pada Pukul 11.00-14.00 dilaksanakan pernikahan di Gereja yang sekaligus dinikahkan oleh negara, (apabila petugas catatan sipil dapat datang ke kantor Gereja). Untuk itu, para saksi kedua pihak lengkap dengan tanda pengenal penduduk (KTP), ikut hadir di Gereja.
Pukul 19.00 diadakan Acara resepsi. Resepsi ini bisa dilakukan dimana saja sesuai kesepakatan keluarga. Jika menggunakan acara adat, maka Prosesi upacara adat berlangsung tidak lebih dari sekitar 15 menit, dilanjutkan dengan kata sambutan, melempar bunga tangan, potong kue pengantin , acara salaman, makan malam dan sebagai acara terakhir penutup ialah dansa bebas. Pada acara resepsi pernikahan ini tidak hanya dirayakan oleh masyarakat Minahasa sendiri namun ada juga masyarakat Popayato. Pertikain merupakan hal yang sering dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Pertikaian terajdi karena perbedaan pendapat antara masingmasing individu. Meskipun masyarakat Minahasa dan masyarakat Popayato berkominikasi dengan baik, namun tetap terjadi pertikaian sedikit yang akibatkan oleh perbedaan pendapat. Hal yang memicu pertengkaran antara kedua masyarakat ini adalah ketidak setujuan antara pihak keluarga untuk orang yang berpindah agama. Masyarakat Minahasa pindah agama Islam dan masayrakat Popayato pindah ke Kristen. 4.4.3 Adaptasi Budaya Minahasa dengan Masyarakat Popayato Adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.
Ada empat tipe adaptasi yang dikenal, yaitu
adaptasi phylogenetik,
modifikasi fisik, proses belajar dan adaptasi kultural. Adapatasi phylogenetik adalah sebuah adaptasi yang dibatasi oleh tingkatan bagaimana populasi dapat bereproduksi dan berkembang biak. Modifikasi fisik bekerja lebih cepat, akan tetapi tetap tergantung pada perubahan somatik dan akomodasi yang dihubungkan dengan pertumbuhan fisik dan reorganisasi dari tubuh. Sedangkan proses belajar, tergantung dari koordinasi sensor motor yang ada dalam pusat sistem syaraf. Disini ada proses uji coba, dimana terdapat variasi dalam waktu proses belajar yang ditentukan oleh macam-macam permasalahan yang dapat terselesaikan. Adaptasi kultural proses bekerjanya dianggap lebih cepat dibandingkan ketiga proses diatas karena ia dianggap bekerja melalui daya tahan hidup populasi dimana masing-masing komuniti mempunyai daya tahan yang berbeda berdasarkan perasaan akan resiko, respon kesadaran, dan kesempatan. Sifat-sifat budaya mempunyai keefisiensi seleksi, variasi, perbedaan kematiankelahiran, dan sifat budaya yang bekerja dalam sistem biologi. Adaptasi sangat penting untuk dilakukan, karena adaptasi merupakan salah satu cara bagi individu atau kelompok untuk mempertahankan kehidupan. Jika sesorang tidak mampu beradaptasi maka kemungkinan besar orang tersebut tidak dapat bertahan hidup. Masyarakat Minahasa termasuk masyarakat yang mampu dan berhasil beradapatasi dengan masyrakat Popayato, karena sampai sekarang mereka dapat bertahan hidup di Popayato tanpa mengalami kesulitan. Masyarakat Minahasa
sudah dipengaruhi oleh masyarakat Popayato. Hal tersebut dapat dilihat pada banyaknya budaya yang semakin menurun atau sudah jarang dilakukan oleh masayrakat Minahasa. Budaya Minahasa yang dapat dipengaruhi oleh masayarakat Popayato diantaranya adalah agama, budaya musik, perjamunan kasih, dan budaya mapalus. 4.4.3.1 Agama Agama merupakan suatu pegangan setiap manusia untuk mensyukuri nikmat dan karunia Tuhan di muka bumi. Agama merupakan suatu keyakinan yang ada pada diri individu manusia. Setiap manusia wajib memeluk agama yang diyakininya dan setiap pemeluk agama wajib taat kepada ajaran agama tersebut. Agama yang ada di muka bumi sangatlah banyak, di Indonesia terdapat lima agama yang berbeda, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Kelima agama ini memilki penganut yang berbeda. Masing-masing daerah memilki agama, agama yang dianut suatu daerah berbeda-beda. Ada suatu daerah yang seluruh masyarakatnya menagnut agama yang sama dan ada juga suatu daerah yang masyaraktnya menganut agama yang berbeda. Masyarakat Minahasa seluruhnya menganut agama Kristen dan masyarakat Popayato seluruhnya menganut agama Islam. Disaat kedua masayarakat ini hidup bersama maka Penganut agama Islam dan Kristen sudah saling mempengaruhi. Ada Islam masuk Kristen dan Kristen masuk Islam, tapi mayoritas Kristen Masuk Islam. Perpindahan agama terjadi karena adanya hubungan pernikahan antara masyarakat Minahasa dengan masyarakat Popayato. Sebelum pernikahan antara
masyarakat Minahasa dan masyarkat Popayato terjadi hingga masyarakat Minahasa dan masyarakat Gorontalo ada yang menikah kehidupan antara kedua masyarakat ini masih berjalan dengan baik, sampai sekarang belum ada pertikain yang terjadi. 4.4.3.2 Budaya Musik Musik merupakan bagian dari kehidupan manusia, dengan musik kita bisa mengespresikan diri. Musik bisa menghilangkan beban pikiran manusia. Banyak jenis musik yang ada di dunia ini. Jenis musik berbeda-beda ada musik tradisional dan ada musik modern. Jenis musik tradisional dimiliki oleh masing-masing daerah. Adapun jenis musik tradisional yang dimiliki Minahasa adalah sebagai berikut: a. Musik Bambu Musik
bambu
hampir
merupakan
sebuah
ikon
yang
wajib
dikumandangkan pada setiap pergelaran orang Minahasa, baik dalam acara suka, acara duka, acara resmi, penyambutan tamu, musik ini selalu hadir. Kepiawaian pemainnya mengharmonikan bunyi yang dihasilkan dari tiupan pada bambu tersebut harus diakui sangat tepat untuk membangkitkan mood sesuai dengan lagu yang dibawakannya. b. Harmonika Harmonika adalah sebuah alat musik yang paling mudah dimainkan. Hanya tinggal meniup dan menghisapnya harmonika akan mengeluarkan suara yang cukup bagus. Harmonika merupakan sebuah instrumen musik yang sangat
mengagumkan. Walaupun berukuran relatif
kecil, mampu menyihir banyak
orang karena suaranya yang khas. c. Kolintang Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar). Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain. d. Tari Maengket Tarian maengket adalah tari tradisional , seni budaya Minahasa yang dari Zaman dahulu kala sampai saat ini terus dikembang. Tari Maengket sudah ada ditanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian. Tari maengket dilakukan pada saat sedang panen hasil pertanian dengan gerakan-gerakan sederhana. Sekarang tarian Maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan
tarinya tanpa meninggalkan keasliannya. Tari
Maengket terdiri dari 3 babak
yaitu: Maowey Kamberu, Marambak, Lalayaan. Budaya musik Minahasa sudah dipengaruhi oleh musik yang ada di Popayato. Budaya Minahasa mampu beradptasi dengan musik yang dugunakan oleh masyarakat Popayato. 4.4.3.3 Perjamuan kasih Perjamuan kasih merupakan acara makan bersama, kesempatan bagi manusia untuk berbagi makanan. Berbagi makanan berarti berbagi hidup dan berbagi hidup berarti bertindak sebagaimana Allah yang telah memberikan hidupNya bagi kita. Perjamuan ini dimaksudkan sebagai persekutuan kasih yang berpusat pada Allah. Perjamuan kasih yaitu sutau tradisi kebersamaan pada saat ada acara makan bersama. Disaat ada acara para masyarakat membawa makanan dari rumah masing-masing. Makanan tersebut dicampur baurkan dalam satu meja, tanpa memandang makanan ini dari siapa dan dari mana. Pada saat acara makanmakannya di mulai setiap orang wajib mecicipi makanan tersebut, tetapi tidak diharuskan hanya mencicipi makanan yan dibawah dari rumah sendiri. Budaya ini menggambarkan betapa pentingnya suatu kebersamaan tanpa memandang kasta yang berbeda. Perjamuan kasih sudah dipengaruhi masayrakat Popayato. Hal itu dapat diketahui, karena perjamuan kasih jarang ditemukan di kalangan masyarakat umum. Perjamuan kasih sekarang hanya dilakukan oleh masyarakat Minahasa di
Gereja. Pelaksaanaannypun sangat jarang dilakukan oleh masayrakat Minahasa sendiri. 4.4.3.4 Mapalus Mapalus merupakan budaya asli Suku Minahasa yang memiliki nilai kebersamaan yang sangat tinggi. Mapalus menjadi ekspresi dan kreativitas masyarakat Minahasa dalam menjunjung tinggi hidup bergotong royong. Berkaca dari pengertian Budaya/Kebudayaan, Mapalus menjadi tanda bahwa masyarakat Minahasa memiliki akal budi yang bernilai tinggi. Mapalus telah tertanam dalam alam bawah sadar setiap masyarakat Minahasa yang menjadikannya sebuah kebudayaan yang unik. Bentuk-bentuk Mapalus pada masyarakat Suku Minahasa antara lain:
Mapalus tani
Mapalus nelayan
Mapalus uang
Mapalus bantuan duka dan pernikahan
Mapalus kelompok masyarakat. Dengan adanya bentuk-bentuk mapalus seperti di atas, masyarakat suku
minahasa sudah saling membantu mengurangi beban ekonomi kehidupan, ketika diperhadapkan pada suatu masalah atau pekerjaan. Walau dikenal dengan bentuk gotong royong tradisional, Mapalus telah berevolusi ke era modern seiring berkembangnya zaman. Bentuk-bentuk mapalus modern banyak dijumpai di
organisasi-organisi masyarakat seperti kelompok tukang ojek, sopir angkutan umum, serta komunitas-komunitas yang ada. Budaya mapalus telah hilang karena
tinggal generasi tua saja yang
menjaga dan melestarikan Mapalus dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga walaupun telah menjadi bagian budaya masyarakat Minahasa, Rantai Kebudayaan Mapalus ini putus karena tidak ada lagi generasi muda yang ingin menjaga dan melestarikannya. Generasi muda diharapkan bisa menjadi media penerus kebudayaan ini. Generasi mudah masyarakat Minahasa sudah terpengaruh dengan kehidupan generasi masyarakat Popayato sehingga tidak ada lagi yang menjalankan budaya mapalus. Sebagian dari budaya mapalus ada yang dapat dipertahankan, yaitu mapalus duka dan pernikahan. Pada saat ada masyarakat Minahasa yang berduka dan ada yang menikah masyarakat saling membantu. Jenis kegiatan yang mereaka lakukan seperti pembangunan tenda untuk penyelenggaraan acara duka dan pernikahan.