35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing–masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah Kelurahan Heledulaa Utara, Kelurahan Heledulaa selatan, Kelurahan Ipilo, Kelurahan Moodu, Kelurahan Ipilo dan Kelurahan Tamalate. Di samping itu pula batas – batas Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kota Utara 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabila Kab. Bone Bolango 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Selatan 4. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kecamatan Kota Selatan Jumlah penduduk wilayah kecamatan Kota Timur sebanyak 24.590 jiwa, dengan rata – rata bekerja sebagai petani dan PNS. Untuk keadaan alam diwilayah Kecamatan Kota Timur dialiri Sungai Bone. Pabrik tahu yang menjadi lokasi pengambilan sampel yaitu dua Industri tahu yang berada di Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo di Kelurahan Heledulaa (Industri I pabrik Tahu Astral ) dan Kelurahan Ipilo (Industri II Pabrik Tahu Potlot). Industri Tahu I berdiri pada tahun 2008 luas industri 35 m2 dalam proses produksi menggunakan bahan baku kedelai, dan Jumlah proses pemasakan dalam
36
sehari 3 kali. Sedangkan Industri tahu II berdiri pada tahun 2009 luas Industri 40 m2 dalam proses produksi menggunakan bahan baku
kedelai dan jumlah proses
pemasakan dalam sehari 4 kali. 4.2
Hasil Analisis Laboratorium Berdasarkan Hasil analisis laboratorium kandungan BOD,COD dan Ph dapat
dilihat dibawah ini : 4.2.1 Kandungan BOD Limbah Cair Kandungan BOD Pada Limbah Cair Industri Tahu Di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Tabel 5. Nilai BOD5 berdasarkan hasil analisis laboratorium Bku Mutu Air Nama Industri
Kandungan BOD
LImbah Permen LH
(mg/L)
No. 15 Tahun 2008
Industri I
2326,40
150 mg/L
Industri II
2794,40
150 mg/L
Keterangan
Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memehuhi Syarat
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil analisis BOD dapat dilihat nilai tertinggi BOD pada limbah cair industri II yaitu 2794,40 mg/L dan nilai BOD terendah pada industri I yaitu
37
2326,40.mg/L. Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 15 Tahun 2008 baku mutu untuk Nilai BOD dari kedua Industri tersebut tidak memenuhi baku mutu, untuk nilai baku mutu BOD yaitu 150 mg/L. 4.2.2 Kandungan COD Limbah Cair Kandungan COD Pada Limbah Cair Industri Tahu Di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Tabel 6. Nilai COD berdasarkan hasil analisis Laboratorium Bku Mutu Air Nama Industri
Kandungan COD
LImbah Permen LH
(mg/L)
No. 15 Tahun 2008
Industri I
5133,2
300 mg/L
Industri II
5726,65
300 mg/L
Keterangan
Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil analisis COD dapat dilihat nilai tertinggi COD pada limbah cair industri II yaitu 5726,65 mg/L dan nilai COD terendah pada industri I yaitu 5133,2 mg/L. Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 15 Tahun 2008 baku mutu untuk Nilai COD dari kedua Industri tersebut tidak memenuhi baku mutu, untuk nilai baku mutu BOD yaitu 300 mg/L.
38
4.2.3 Kandungan pH Limbah Cair Kandungan pH Pada Limbah Cair Industri Tahu Di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Tabel 6. Nilai pH berdasarkan hasil analisis Laboratorium Bku Mutu Air LImbah Nama Industri
Kandungan pH
Permen LH No. 15
(mg/L)
Tahun 2008
Industri I
4,52
6,0 - 9,0
Industri II
4,45
6,0 - 9,0
Keterangan
Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil analisis pH dapat dilihat nilai terendah pH pada limbah cair industri II yaitu 4.45. Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 15 Tahun 2008 baku mutu untuk Nilai pH dari kedua Industri tersebut tidak memenuhi baku mutu, untuk nilai baku mutu pH yaitu 6,0 - 9,0.
39
4.3
Pembahasan Adapun yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu kandungan
limbah cair berdasarkan parameter BOD,COD dan pH. 4.3.1 Kandungan Limbah Cair Berdasarkan Parameter BOD Berdasarkan hasil pemeriksaan BOD yang dilakukan di Laboratorium Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Kelas I Manado nilai BOD air limbah kedua industri tidak memenuhi baku mutu dengan memiliki BOD pada Industri I yaitu 2326,40 mg/L dan pada Industri II yaitu 2794,40mg/L, hal ini akan sangat berdampak buruk bagi lingkungan yaitu dengan dibuang langsung ke badan air atau ke sungai. BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahanbahan buangan didalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan–bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan–bahan buangan yang membutuhkan oskigen tinggi.(Fardiaz Srikandi,1992 : 35). Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira–kira 1 ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni, tetapi kemurnian air diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih. Bahan buangan industri
40
pengolahan pangan mempunyai nilai BOD bervariasi, yaitu mulai 100-10.000 ppm, oleh karena itu harus mengalami penanganan atau pengenceran yang tinggi sekali pada saat pembuangan ke badan air disekitarnya seperti sungai dan air laut, yaitu untuk mencegah terjadinya penurunan konsentarasi oksigen terlarut dengan cepat didalam badan air tempat pembuangan bahan-bahan tersebut (Fardiaz Srikandi, 1992: 37). Penggunaan parameter BOD sebagai indikator kualitas air merupakan hal yang sering digunakan untuk menentukan kualitas air limbah suatu industri. Hampir seluruh daerah yang memiliki industri menggunakan parameter BOD untuk menentukan kulaitas limbah yang dihasilkan tidak terkecuali industri tahu. Nilai BOD dari limbah yang dihasilkan indusrti tahu sebagian besar tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan, hal ini tentu harus mendapat perhatian, khususnya bagi industri tahu yang belum memiliki instalasi pengolahan air limbah, tidak terkecuali industri tahu yang berada di Gorontalo. Dilihat dari kondisi sungai Bone yang menjadi tempat pembuangan air limbah kedua industri tersebut, kondisi sungai mulai kelihatan keruh terutama di dua titik yang menjadi tempat mengalirnya air limbah. Tidak hanya berdampak pada warna air sungai, selain itu juga air limbah tahu jika sudah dibuang atau dialirkan mengeluarkan bau yang kurang sedap atau bau busuk tentu hal ini sangat berdampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Banyak hal yang bisa digunakan untuk menjaga kualitas limbah yang dihasilkan diantaranya membuat pengolahan limbah yang sederhana. Dengan
41
pengolahan limbah yang sederhana para pengrajin tahu dapat membuat instalasi pengolahan limbah dengan memerlukan biaya yang sedikit pula. Biasanya pada instalasi pengolahan air limbah ditambahkan beberapa zat yang menjaga agar limbah yang dihasilkan tidak berbahaya diantaranya kadang-kadang ditambahkan seperti alum (tawas) dan Chlor dan zat-zat lain yang biasa digunakan untuk menjaga kualitas limbah. Kita juga bisa menggunakan tumbuhan eceng gondok sebagai media untuk membantu dalam menjaga kualitas limbah yang dihasilkan, hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Poppy Arsil dan Supriano (2007) tentang Pengolahan Limbah Cair Dari Industri Kecil Prngolahan Tahu Secara Biofiltrasi Menggunakan Eceng Gondok, yakni terjadi penurunan sampai 68,06% nilai BOD air limbah tahu setelah diberi perlakuan Eceng Gondok. Sehingga limbah tahu yang dibuang ke lingkungan tidak berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. 4.3.2 Kandungan Limbah Cair Berdasarkan Parameter COD Pemeriksaan COD dilakukan di Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Kelas 1 Manado. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium nilai COD kandungan air limbah kedua industri yang menjadi tempat pemgambilan sampel tidak memenuhi baku mutu, nilai tertinggi COD yaitu 5726,65 mg/L, hal ini tentu sangat berbahaya bagi lingkungan terutama bagi sungai Bone yang menjadi tempat pembuangan limbah. Apabila hal ini dibiarkan begitu saja akan menjadi sumber pencemaran limbah yang sangat potensial. Kualitas limbah yang dihasilkan tergantung pada proses yang digunakan terutama air yang digunakan sebagai proses
42
pemasakan. Apabila proses, kualitasnya baik maka kandungan organik pada air limbah rendah. Tingginya nilai COD kedua industri tahu tersebut didukung oleh tidak adanya instalasi pengolahan air limbah. Sehingga nilai COD kedua Industri tersebut sangat tinggi. Kedua industri ini hanya menggunakan tong penampung air limbah yang sudah tidak digunakan setelah itu langsung dibuang. COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan kandungan bahan pencemar berupa senyawa kimia yang menyerap oksigen terlarut (DO) dalam air. Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada uji BOD (Frdiaz Srikandi, 1992 : 38). Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. 96% hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit kira- kira akan setara dengan hasil uji BOD selama 5 hari ( Fardiaz Srikandi, 1992 : 38). Hasil penelitian ini mememiliki kesamaan dengan hasil pemantauan yang dilakukan Oleh Kelompok Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi Lingkungan, Kedeputian Bidang Informatika, energy dan Material. Badan pengkajian dan penerapan Teknologi di daerah Jakarta Pusat menunjukkan tingginya nilai COD yaitu antara lain : Setia Budi 20.467, Tebet 28.320, Pasar Minggu 12.300 dan Cipinang 61.425. Juga berdasarkan penelitian Elly Yuniarti Sani (2006) tentang pengolahan air limbah tahu menggunakan reactor
43
anaerob bersekat dan aerob, hasil yang dihasilkan berdasarkan uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik limbah cair industri tahu nilai CODnya berkisar 5771 mg/L. Tingginya nilai COD suatu limbah cair akan memberikan pencemaran terhadap air, terutama bagi suangai Bone yang menjadi tempat pembuangan akhir dari kedua industri tersebut. Dampak yang sudah terlihat sekarang adalah sesuai dengan hasil pemeriksaan Balihristi Provinsi Gorontalo bahwa sungai Bone dengan titik hilir dengan status mutu kelas 1 PP 82/2011 dalam keadaan tercemar ringan. Hal ini diakibatkan banyaknya zat pencemar yang masuk kedalam badan air sungai Bone. Jika sungai sudah tercemar maka akan mengganggu kehidupan biota air, banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air sehingga akan menyebabkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya, jika air sudah tecemar maka akan berdampak bagi kesehatan, sebab air merupakan salah satu media pembawa penyakit menular diantaranya : air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit dan air sebagai media untuk hidup vektor penyakit. Tentu hal ini harus mendapat perhatian dari berbagai pihak, diantaranya pemerintah, instansi terkait, pemilik industri maupun masyarakat yang tinggal diskitar industri agar dampak yang ditimbulkan oleh limbah dapat diminimalisir atau diatasi harus melakukan pemantauan secara langsung pada kawasan industri baik pemantauan kualitas lingkungan industri maupun pendataan masyarakat yang tinggal dikawasan industri yang terpapar secara langsung.
44
4.3.3 Kandungan Limbah Cair Berdasarkan Parameter pH Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium bahwa nilai pH kedua industri tersebut tidak memenuhi baku mutu air limbah, yakni masing-masing pada industri I 4,52 dan industri II 4,45. Jadi limbah yang dihasilkan kedua industri tersebut dikategorikan bersifat asam. Tentu hal ini memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan terutama bagi sungai Bone yang menjadi tempat pembuangan limbah Kedua industri tersebut. Keasaman air dapat diukur dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus kedalam air untuk dilihat perubahan warnanya. Selanjutnya warna kertas dicocokkan dengan warna standar yang tersedia, namun pada penelitian ini pengukuran pH menggunakan alat pH meter. Penggunaan pH meter sebagai alat pengukuran diharapkan dapat menghindari kesalahan peneliti dalam membaca nilai pH, disamping itu juga alat pH
meter lebih efisien dalam membaca nilai hasil
analisis asam atau basa dari sampel yang akan diteliti. Pengukuran pH dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. pH (konsentarasi ion hydrogen) adalah ukuran kualitas dari air maupun dari air limbah. Air limbah dengan konsentarasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses
biologis,
sehingga
mengganggu proses penjernihannya
perunahan nilai pH mempunyai arti penting bagi kehidupan air. Nilai pH
yang
45
rendah (sangat asam) atau sangat tinggi (sangat alkalis) menjadi tidak cocok untuk kehidupan banyak organism (Afhra, 2011). Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki pH 6,5 – 8,5 karena pencemaran pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan–bahan organik biasanya mengakibatkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan kondisi air menjadi alkali basah. Jadi perubahan pH
air
tergantung pada macam bahan pencemarannya. Jika air limbah yang bersifat asam dibuang terus–menerus kesungai maka akan memicu pertumbuhan jamur semakin tinggi di dalam air sungai, sebab jamur dapat tumbuh pada daerah lembab dengan pH rendah , suatu kondisi dimana bakteri tidak bisa hidup. Hal ini tentunya berdampak bagi kesehatan terutama bagi lingkungan khususnya masyarakat sekitar yang tinggal di penataran sungai Bone karena sebagian masyarakat memanfaatkan sungai tersebut sebagai tempat mandi, disamping itu juga ada masyarakat yang memanfaatkan potensi sungai tersebut. Sebagian besar limbah yang dihasilkan oleh industri–industri saat ini memberikan dampak bagi lingkungan, baik industri yang berskala besar maupun industri yang berskala kecil. Disamping itu juga adanya limbah rumah tangga yang dibuang secara langsung ke sungai yang tidak melalui pengolahan terlebih dahulu. Limbah industri tahu merupakan salah satu limbah rumah tangga yang sebagian besar tidak dilengkapi dengan unit instalasi pengolahan air limbah, hal ini diakibatkan oleh
46
kurang adanya informasi yang diterima oleh pengrajin tahu atau pemilik industri tahu dari pemerintah atau instansi terkait. Agar hal demikian tidak terjadi berkepanjangan, seharusnya pemerintah maupun instansi terkait memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang nilainilai lingkungan hidup dan pentingnya menjaga lingkungan hidup sehingga masyarakat lebih peka terhdap lingkungan dan pembuangan limbah industri dapat diatur agar tidak berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri.