37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara atronomis, Kota Gorontalo terletak antara 00o 28' 17" - 00 o 35' 56" Lintang Utara dan antara 122o 59' 44" - 123 o 05' 59" Bujur Timur. Diantara 9 kecamatan di Kota Gorontalo, terdapat 2 kecamatan yang menjadi lokasi penelitian yaitu kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan Kota Tengah. Wilayah Kecamatan Kota Selatan merupakan salah satu bagian wilayah Kota Gorontalo yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala daerah Tk.I Sulawesi Utara No. 101 tanggal 30 Juni 1961. Pada tanggal 11 Agustus 2003 dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan Kota Timur. Adapun Letak Geografis Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo yaitu 14,39 Km2 yang secara geografis terletak pada :1° lintang utara 123°
bujur timur dengan luas per Kelurahan yaitu Kelurahan Biawao
dengan luas 0,39 Km2 , Kelurahan Biawu 0,62 Km2 , Limba U.I 0,48 Km2, Limba U.II 0,81 Km2, dan Limba B dengan luas 1,12 Km2. Secara geografis Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo memiliki batasbatas wilayah sebagai berikut
38
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kota tengah. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kota Timur. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Hulonthalangi 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Barat. Titik yang menjadi lokasi penelitian di Kecamatan Kota Selatan ini terbagi atas dua titik yaitu Simpang Lima Agusalim, dan kompleks Universitas Negeri Gorontalo Jl. Sudirman. Dimana kedua titik ini terdapat di Kelurahan Paguyaman dan Kelurahan Wumialo. Titik lokasi Simpang Lima Agusalim merupakan salah satu jalan utama penghubung antara Kota Gorontalo dan Kabupaten, oleh sebab itu titik ini paling banyak pula di lalui oleh berbagai macam jenis kendaraan, sehingga memungkinkan untuk wilayah ini zat pencemar udaranya tinggi. Lain halnya dengan titik kompleks UNG yang berada di Jalan Sudirman. titik ini merupakan salah satu titik yang mempunyai aktivitas tinggi. Dimana pada bagian depan Kampus UNG terdapat beberapa bangunan seperti supermarket, tempat percetakan/pengetikan dan pedagang kecil lainnya. Di tambah lagi pada titik lokasi ini, sering kali mengalami kemacetan pada jam-jam tertentu. karena kondisi jalan yang tidak memadai, dan paling banyak di jadikan sebagai lokasi parkir untuk kendaraan lain serta merupakan jalan yang setiap harinya di lalui oleh mahasiswa dan lain sebagainya yang mempunyai tujuan masing-masing. Lokasi penelitian selanjutnya terletak di Kecamatan Kota Tengah. Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara yang telah ditetapkan
39
dengan Peraturan Daerah (PERDA) No. 3 Tahun 2005 yang diresmikan pada tanggal 24 Maret 2005. Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo terbagi menjadi 6 wilayah administratif kelurahan yaitu Kelurahan Paguyaman, Kelurahan Pulubala, Kelurahan Liluwo, Kelurahan Dulalowo, Kelurahan Wumialo, dan Kelurahan Dulalowo Timur. Kecamatan Kota Tengah memiliki luas wilayah 4.13 Km2 atau 6.37% dari luas wilayah Kota Gorontalo, dengan luas per Kelurahan yaitu Kelurahan Paguyaman dengan luas wilayah sebesar 0,75 Km2, Kelurahan Pulubala 0,74 Km2, Kelurahan Liluwo 0,56 Km2, Kelurahan Dulalowo 0,33 Km2, Kelurahan Wumialo 0,73 Km2, dan Kelurahan Dulalowo Timur dengan luas wilayah sebesar 1,02 Km2.dengan posisi geografis terletak antara 0,19 o – 115o Lintang Selatan dan 121,23o – 123,43o Bujur Timur dengan ketinggian ± 5 M dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara 30,9 – 34,0oC dan pada malam hari berkisar antara 20,8 – 24,4oC, sedangkan kelembaban relatif tergolong tinggi dengan rata-rata 83%. Secara geografis Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo memiliki batas– batas sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara 2. Sebelah Timur berbatasan degan Kelurahan Dembe II , Wongkaditi Barat Kecamatan Kota Utara dan Kelurahan Heledulaa Utara Kecamaatan Kota Timur 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Limba U1 dan Limba U2 Kecamatan Kota Selatan
40
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Libuo, Huangobotu, Tomulobutao Kecamatan Dungingi. Titik yang menjadi lokasi penelitian di Kecamatan Kota Tengah terbagi menjadi dua titik yaitu Kompleks Pasar Sentral dan kompleks Toko Madina Baru dimana kedua titik ini terdapat di Kelurahan Limba dan Limba B. Pasar Sentral merupakan salah satu tempat yang digunakan masyarakat untuk berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga jarang di lokasi ini dijumpai jarang pengunjungnya. Selain digunakan sebagai tempat berbelanja, di Pasar Sentral juga terdapat angkutan umum yang di gunakan sebagai alat transportasi masyarakat yang berkunjung maupun pulang, dari desa satu ke desa lainnya. Titik lokasi Kompleks Pertokoan Madina Baru, sama halnya dengan kondisi Pasar Sentral. dimana pada lokasi ini merupakan pusat perbelanjaan, yang banyak
berdiri
berbagai
macam
jenis
bangunan-bangunan
toko,
yang
menyediakan berbagai macam kebutuhan masyarakat. Sehingga setiap harinya lokasi ini ramai dikunjungi masyarakat. Titik lokasi kompleks pertokoan Madina Baru adalah salah satu jalur yang paling banyak dilalui oleh kendaraan. Seringkali pada titik ini terjadi pula kemacetan. Karena pada bahu jalan digunakan sebagai lokasi parkir oleh kendaraan sehingga jalannya lalu lintas terganggu. Titik lokasi Simpang Lima Agusalim dan Kompleks UNG dalam penelitian ini dijadikan sebagai titik lokasi yang mewakili jalur transportasi. Sedangkan titik lokasi Kompleks Pasar Sentral dan Kompleks Pertokoan Madina Baru di jadikan sebagai titik lokasi yang mewakili jalur perbelanjaan.
41
1.1.2 Hasil
Pengukuran
Kadar
Nitrogen
Dioksida
(NO₂)
Di Jalur
Transportasi dan Perbelanjaan Pengukuran kadar NO₂ dan CO di udara ambien Kota Gorontalo saat ini menggambarkan bahwa udara Kota Gorontalo sedikit demi sedikit mulai mengalami gangguan. Dalam pengukuran kadar NO₂ dan CO ini, juga diukur suhu, kelembaban, tekanan udara, dan kecepatan angin, dan arah angin. Adapun data tersebut digunakan sebagai data pendukung. Pengukuran kadar NO₂ dan CO di udara ambien yang dilakukan oleh peneliti, didampingi oleh tim ahli/analisis dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Manado dengan menggunakan alat Midget impinger, MCU, dan Eurotron yang pengukurannya dilakukan selama 1 jam (metode sesaat) untuk setiap titik mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999. Lokasi pengukuran gas NO2 dan CO terdiri atas empat titik pengukuran yang meliputi yaitu Titik 1 (Simpang lima Agusalim) dan Titik 2 yaitu (kompleks UNG) dengan waktu pengukuran dimulai dari jam 08.00 – 11.00 WITA, Titik 3 yaitu (kompleks Pasar Sentral) dan Titik 4 (kompleks toko Madina Baru) dengan waktu pengukuran dari jam 13.00 – 16.00 WITA. Hasil pengukuran dari kadar NO₂ dan CO di udara ambien Kota Gorontalo dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
42
Konsentrasi Kadar NO₂ Di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo 56,88
60
55,29
54,82
Titik 1
43,53
50
400
40
Titik 2
30
Titik 3
20
Titik 4
10
Standar Baku Mutu NO₂
0 Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Grafik 4.1 Hasil Pengukuran Kadar NO2 di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo Konsentrasi Kadar CO Di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo 30.000 30000 25000 20000
Titik 1 17.143
14.742
14.857
14.514
Titik 2
15000
Titik 3
10000
Titik 4
5000
Standar Baku Mutu NO₂
0
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Grafik 4.2 Hasil Pengukuran Kadar CO di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo Dapat dilihat dari kedua grafik diatas bahwa secara umum hasil pengukuran yang diperoleh baik titik yang mewakili jalur transportasi dan jalur perbelanjaan di Kota Gorontalo rata-rata konsentrasi kadar NO2 berkisar antara 43,53 µg/Nm3 56,88 µg/Nm3 dan rata-rata konsentrasi kadar CO berkisar antara 14.514 µg/Nm3 17.143 µg/Nm3.
43
Hasil Pengukuran Kadar NO₂ Di Jalur Transportasi Kota Gorontalo 56.88 60 50
400
43.53
Titik 1
40
Titik 2
30
Standar Baku Mutu NO₂
20 10 0
Titik 1
Titik 2
Grafik 4.3 Hasil Pengukuran Kadar NO2 di Jalur Transportasi Kota Gorontalo Dari grafik 4.3 diatas tersebut, menggambarkan bahwa konsentrasi NO2 selama pengukuran 1 jam di Titik 1 (Simpang Lima Agusalim) dengan hasil konsentrasi yaitu 43,53 µg/Nm3. Waktu pengukuran dimulai pada jam 08.0009.00 Sedangkan untuk hasil pengukuran di Titik 2 (kompleks Universitas Negeri Gorontalo) hasilnya yaitu 56,88 µg/Nm3 dengan waktu pengukuran dilakukan pagi hari pada jam 08.00-11.00 Wita. Kondisi pada saat pengukuran berlangsung menunjukkan cuaca yang cerah dan aktivitas kendaraan pada saat pengukuran tersebut tidak terlihat begitu ramai.
44
Hasil Pengukuran Kadar NO₂ Di Jalur Perbelanjaan Kota Gorontalo 55,29
54,82
400
60
Titik 3
50 40
Titik 4
30 20
Standar Baku Mutu NO₂
10 0
Titik 3
Titik 4
Grafik 4.4 Hasil Pengukuran Kadar NO2 di Jalur Perbelanjaan Kota Gorontalo Grafik 4.4 menunjukkan bahwa hasil pengukuran kadar NO₂ di Titik 3 berada pada konsentrasi 55,29 µg/Nm3. Untuk Titik 4 dengan konsentrasi 54,82 µg/Nm3. Waktu pengukuran di lokasi ini di mulai pada siang hari sampai sore hari yaitu pada jam 13.00-16.00 Wita. Dimana waktu pengukuran untuk masingmasing titik dilakukan selama 1 jam. Pada saat melakukan pengukuran NO₂ kepadatan kendaraan masih terlihat stabil. 1.1.3 Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida
(CO)
Di Jalur
Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian di dua kawasan yang meliputi jalur transportasi yaitu Titik 1 (Simpang Lima Agusalim) dan Titik 2 (kompleks UNG) dan jalur perbelanjaan yaitu Titik 3 (kompleks pasar Sentral) dan Titik 4 (kompleks Toko Madina Baru) Kota Gorontalo didapatkan hasil dari kadar karbonmonoksida (CO) yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
45
Hasil Pengukuran Kadar CO Di Jalur Transportasi Kota Gorontalo 30.000 30000 25000
Titik 1
17.143 14.742
20000
Titik 2
15000
Standar Baku Mutu CO
10000 5000 0
Titik 1
Titik 2
Grafik 4.5 Hasil Pengukuran Kadar CO di Jalur Transportasi Kota Gorontalo Dari grafik 4.5 menunjukkan konsentrasi CO selama pengukuran di jalur transportasi dengan hasil konsentrasi CO di Titik 1 yang terdeteksi yaitu 17.143 µg/Nm3. Hasil pengukuran CO di Titik 2 yaitu 14.742 µg/Nm3. Pengukuran CO dilakukan pada jam yang sama dengan pengukuran NO2 yaitu pada jam 08.0011.00 dimana pada saat pengukuran CO berlangsung, kondisi di titik lokasi pengukuran cukup ramai oleh kendaraan.
46
Hasil Pengukuran Kadar CO Di Jalur Perbelanjaan Kota Gorontalo 30.000 30000 25000 20000
14.587
Titik 3
14.514
15000
Titik 4
10000
Standar Baku Mutu CO
5000 0
Titik 3
Titik 4
Grafik 4.6 Hasil Pengukuran Kadar CO di Jalur Perbelanjaan Kota Gorontalo Grafik 4.6 dapat dilihat bahwa pengukuran yang dilakukan pada jalur perbelanjaan dengan hasil konsentrasi pada Titik 3 (kompleks Pasar Sentral) pada jam 13.00-16.00 yaitu 14.587 µg/Nm3 dan hasil pengukuran di Titik 4 (kompleks Toko Madina Baru) dengan hasil CO yang terdeteksi berada pada konsentrasi 14.514 µg/Nm3. Untuk keadaan disekitar titik lokasi pengukuran menunjukkan aktivitas kendaraan yang tidak stabil. 1.2 Pembahasan 4.2.1. Kadar
Nitrogen
Dioksda
(NO₂)
di
Jalur
Transportasi
dan
Perbelanjaan Kota Gorontalo Hasil penelitian yang dilakukan telah diperoleh hasil dari masing-masing titik yang menjadi lokasi penelitian. Dimana dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar NO₂ paling tinggi di jalur transportasi terdapat di Titik 2 (Universitas Negeri Gorontalo) dengan konsentrasi yaitu 56,88 µg/Nm3. Sedangkan hasil dari kadar NO₂ tertinggi di jalur perbelanjaan terdapat di Titik 3
47
(kompleks Pasar Sentral) Kota Gorontalo dengan konsentrasi 55,29 µg/Nm3. Untuk konsentrasi NO₂ yang paling rendah terdapat di titik lokasi Simpang Lima Agusalim dengan konsentrasi yaitu 43,53 µg/Nm3. Oksida nitrogen (NOx), yang terdiri dari Nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO₂), dihasilkan dari sumber alamiah, kendaraan bermotor dan proses pembakaran bahan bakar. NOx diemisikan dari pembakaran pada temperatur tinggi, sebagai hasil reaksi nitrogen dan oksigen. Nitrogen monoksida (NO) dihasilkan dari hasil buangan proses pembakaran transportasi dan akan segera teroksidasi di atmosfer membentuk NO2 (Susanta, 2007). Hal ini pula sejalan dengan penelitian Subaid (2002), dimana suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan naiknya massa udara, yang menyebabkan ikut naiknya gas-gas yang ada dipermukaan sehingga konsentrasi gas-gas yang ada di permukaan berkurang. Dengan demikian semakin tinggi suhu udara maka dapat menyebabkan konsentrasi gas-gas dipermukaan berkurang. Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di atmosfer. Bila kelembaban meningkat, maka konsentrasi kadar gas NO2 yang terukur rendah. Hal ini terjadi karena pengaruh suhu udara, karena pada saat suhu udara rendah maka kelembaban udara tinggi, dan bila keceatan angin tinggi maka kecepatan penyebaran gas NO₂ dari sumbernya juga meningkat yang dapat mengakibatkan konsentrasi gas NO₂ yang terukur di lokasi tersebut menurun. Tingginya konsentrasi NO2 disebabkan jumlah kendaraan bermotor pada ruas-ruas jalan utama, dan ramainya aktivitas kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu di titik pengukuran. Kemacetan lalu lintas biasanya terjadi di titik lokasi
48
tersebut biasanya pada pagi hari sekitar jam 07.00, sore hari pada jam 05.00 sampai dengan jam 19.00 Wita. Seringkali pula kemacetan lalu lintas di titik lokasi tersebut tidak stabil. Kemacetan biasanya juga terjadi pada hari-hari tertentu dan jam-jam tertentu misalnya hari kerja dan akhir pekan (malam hari sekitar jam 18.00). Konsentrasi ini juga tinggi disebabkan oleh kecepatan angin, suhu udara dan kelembaban udara yang merupakan faktor pendukung yang dapat mempengaruhi kadar gas pencemar di udara. Kecepatan angin juga dapat menentukan seberapa banyak udara pencemar tersebut tersebar di udara dan tidak stabilnya kecepatan serta arah angin dapat menentukan lajunya penyebaran pencemar ketika terbawa oleh arah angin. Sedangkan rendahnya konsentrasi NO2 disebabkan oleh
sedikitnya
aktivitas kendaraan pada
saat pengukuran
berlangsung. Efek yang dapat ditimbulkan apabila kadar gas NO2 tinggi yaitu seseorang yang terpapar terlalu lama oleh gas ini, dapat mengalami peradangan paru-paru, dan pada konsentrasi yang normal hanya akan menimbulkan iritasi yang tidak membahayakan. Hasil pengukuran NO₂ yang dilakukan di beberapa titik, diperoleh nilai seperti pada grafik 4.1. Hal ini menunjukkan bahwa zat pencemar NO₂ untuk saat ini tidak berdampak buruk bagi kesehatan manusia karena masih berada dalam kategori baik atau masih berada dibawah nilai ambang batas yang ditentukan Berdasarkan PP. RI Nomor 41 tahun 1999 dengan nilai baku mutu NO2 adalah 400 µg/Nm3 dan waktu pengukuran selama 1 jam atau pengukuran sesaat.
49
4.2.2. Kadar Karbon
Monoksida
(CO)
di Jalur
Transportasi
dan
Perbelanjaan Kota Gorontalo Kadar Karbonmonoksida menggambarkan konsentrasi yang dihasilkan oleh kadar tersebut di beberapa tempat yang menjadi titik lokasi pengukuran. Dari hasil analisis laboratorium yang dilakukan diperoleh hasil konsentrasi CO baik di jalur transoprtasi maupun di jalur perbelanjaan. Konsentrasi CO yang paling tinggi terdapat di Titik 1 (Simpang Lima Agusalim) dengan konsentrasi 17.143 µg/Nm3. Sedangkan untuk hasil pengukuran kadar CO tertinggi di jalur perbelanjaan terdapat di Titik 3 (kompleks Pasar Sentral) dengan hasil yaitu 14.587 µg/Nm3 dan konsentrasi CO yang rendah terdapat pada Titik 4 (kompleks Toko Madina Baru) dengan hasil yaitu 14.514 µg/Nm3 dengan standar baku mutu CO yaitu 30.000 µg/Nm3 dan waktu pengukuran yang dilakukan yaitu selama 1 jam. Gas CO yang terdapat di udara terbentuk dari salah satu proses misalnya pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi antara karbondioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi, dan pada suhu tinggi pula CO₂ terurai menjadi CO dan O₂. pembebasan CO ke udara sebagai aktivitas manusia lebih nyata misalnya dari transportasi. Konsentrasi CO di udara satu hari dipengaruhi oleh kesibukankesibukan atau aktivitas-aktivitas kendaraan bermotor yang ada, semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, maka semakin tinggi polusi CO di udara (Daryanto,2004).
50
Hal ini pula sejalan dengan hasil penelitian Sayoga, bahwa dapat dilihat dengan semakin tua umur (masa pakai) kendaraan maka semakin banyak gas CO yang dihasilkan, karena semakin tua umur sepeda motor maka komponenkomponen mesin (yang berperan penting pada proses pembakaran) telah banyak mengalami keausan sehingga kadar CO di udara pun ikut meningkat. Keadaan Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Dengan hasil tersebut dapat di ketahui bahwa sumber pencemar udara paling banyak di Kota Gorontalo yaitu Karbonmonoksida (CO) yang di keluarkan oleh kendaraan. Tingginya konsentrasi CO di Titik 1 (Simpang Lima Agusalim), karena pada saat pengukuran berlangsung, aktivitas kendaraan di lokasi ini cukup ramai, sehingga mengakibatkan kadar gas CO di udara pun ikut meningkat dan disebabkan pula oleh suhu, kelembaban, arah angin, dan kecepatan angin. Pada saat pengukuran berlangsung juga alat yang digunakan untuk menangkap gas tersebut tidak berdekatan langsung dengan sumber pencemarnya, tetapi sedikit berjauhan. Karena alat yang digunakan tersebut harus dekat dengan sumber aliran listrik, jika tidak demikian maka alat yang digunakan tidak dapat bekerja. Dari penjelasan tersebut maka jelaslah bahwa hasil kadar yang akan terdeteksi pula rendah. Apabila dilakukan pengukuran pada saat aktivitas kendaraan sangat ramai di jam-jam tertentu dan tidak berjauhan dengan sumber pencemar, maka hasil konsentrasi kadar yang terdeteksi akan tinggi. Tinggi
51
rendahnya konsentrasi CO, karena dipengaruhi oleh jumlah kendaraan yang melintas di antara titik lokasi tersebut berbeda-beda. Efek yang akan ditimbulkan jika konsentrasi CO berada pada kondisi tertentu seseorang akan mengalami kerusakan otot jantung dan Susunan Syaraf Pusat dengan keluhan yang dapat dirasakan yaitu merasa pusing, penglihatan menjadi kabur. Bahkan pada konsentrasi yang tinggi sampai berujung pada kematian. tetapi dari semua hasil pengukuran CO yang dilakukan, konsentrasi untuk setiap titiknya belum melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 Tentang Standar Baku Mutu Udara Ambien.