BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Gorontalo. Terbagi menjadi 4 kecamatan sebelum adanya pemekaran – pemekaran kecamatan baru dengan ibukota kabupaten yaitu Suwawa. Luas wilayahnya 1.984,4 km2. Wilayahnya sendiri berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo dan Provinsi Sumatera Utara disebelah utara, Teluk Tomini di sebelah selatan, Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo di sebelah barat serta Provinsi Sulawesi Utara di sebelah timur. Nama kabupaten ini diambil dari dua nama sungai yang melintas yaitu Sungai Bone dan Bolango. Persawahan banyak tersebar di seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Bonepantai. Morfologi daerah paling selatan ini berbeda dengan tiga kecamatan lain yaitu terpisahkan oleh gunung dan belum ada jalan yang menghubungkan langsung dari ibu kota kabupaten di Kecamatan Suwawa. Meski berhadapan langsung dengan laut biru, jernih, dan kaya akan hasil laut, penduduk di daerah pantai lebih banyak bertani dibandingkan menjadi nelayan. Hampir 45 persen penduduk memilih menggarap ladang sebagai sumber nafkah utama. Tanaman yang dibudidayakan umumnya jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Lokasi di Teluk Tomini cukup kondusif untuk perkembangan sektor perikanan.
39
40
Pertanian telah menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar penduduk. Sedangkan untuk usaha nonpertanian belum banyak diminati. Kegiatan pengolahan yang tumbuh juga masih terbatas pada industri skala kecil dan rumah tangga. Beberapa industri kain kerawang tumbuh di Kecamatan Tapa dan Suwawa. Industri kerajinan anyaman juga hadir di Kecamatan Bonepantai dan Suwawa, Industri makanan dan minuman, termasuk yang mengolah hasil kebun penduduk, lebih banyak tumbuh di Kecamatan Kabila dan Tapa. Pengembangan industri masih terkutub di dua kecamatan : Kabila dan Tapa. Salah satu faktor pendorong adalah akses yang lebih mudah ke Kota Gorontalo. Hanya sekitar setengah jam menuju Kota Gorontalo dengan dukungan angkutan umum yang memadai. Kabupaten Bone Bolango sebenarnya menyimpan potensi besar yang belum termanfaatkan. Potensi itu adalah cadangan emas yang tersimpan di taman nasional Nani Wartabone. Tidak hanya emas, taman nasional ini juga diketahui memiliki cadangan perak dan tembaga. Sayangnya, karena lokasinya yang terletak di taman nasional, potensi tersebut terpaksa dibiarkan. Potensi lain yang tidak kalah besarnya adalah Taman Laut Olele di Pantai Olele. Taman laut ini diyakini memiliki tingkat keindahan jauh di atas Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara. Selain sektor pariwisata, sektor lain yang sedang dikembangkan adalah perikanan. Kabupaten ini memiliki 80 kilometer garis pantai di bibir Teluk Tomini. Kabupaten Bone Bolango dengan luas wilayah 1984,58 Km2 berada pada ketinggian 0 –1500 meter dari permukaan laut, terletak antara 0,27’ – 1.01’ Lintang Utara dan antara 121.23’ – 122.44’ Bujur Timur. Batas Wilayah
41
Kabupaten Bone Bolango yakni pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan sebelah Barat dengan Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dan Kecamatan Kota Utara dan Kota Selatan Kota Gorontalo. Wilayah sebelah timur dan utara umumnya merupakan kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dengan aksesibilitas wilayah yang sangat terbatas sehingga sangat strategis untuk menjadi kawasan penyangga (buffer area) ekosistem lingkungan. Secara geografis Kabupaten Bone Bolango memiliki luas wilayah 1.984,58 Km2 yang tersebar pada 17 kecamatan dan 1 kecamatan persiapan. Dengan luas wilayah tersebut maka Kabupaten Bone Bolango memiliki proporsi wilayah kurang lebih 16,24% dari luas wilayah Propinsi Gorontalo. Wilayah Kabupaten Bone Bolango ini dilalui oleh beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS terbesar yang melalui wilayah tersebut adalah DAS Bone dan Bulango, dimana Kecamatan yang dilalui adalah Kecamatan Suwawa, Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Luas DAS ini adalah ± 265.000 Ha dengan panjang sungai utama 100 Km yang bermuara ke Teluk Tomini. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih kebutuhan sehari – hari masyarakat, diperoleh melalui air tanah galian dengan kedalaman 5 – 10 meter.
42
4.1.2 Profil SMA Negeri 1 Bone SMA Negeri 1 Bone merupakan salah satu sekolah menegah atas yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango. SMA Negeri 1 Bone dibangun pada tahun 2006 diluas tanah sebesar : 10000.00 m2 dengan luas bangunan 724.00 m2. Tingkat kelulusan di SMA Negeri 1 Bone dari tahun 2010 sampai dengan 2012 bisa dikatakan memuaskan, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil prosentase seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Tingkat kelulusan di SMA Negeri 1 Bone dari tahun 2010/2011
Program
Jumlah Peserta
Jumlah Lulus Berdasarkan
% Lulus Berdasarkan
UN
NA
UN
NA
IPA
23
23
23
100
100
IPS
29
28
29
96,55
100
IPA+IPS
52
51
52
98,08
100
Sumber : Direktorat PSMA Ditjen Dikmen Kemdikbud 2012 Tabel 3. Tingkat kelulusan di SMA Negeri 1 Bone dari tahun 2011/2012
Program
Jumlah Peserta
Jumlah Lulus Berdasarkan
% Lulus Berdasarkan
UN
NA
UN
NA
IPA
22
4
22
15,38
100
IPS
31
0
31
0
100
IPA+IPS
53
4
53
7,54
100
Sumber : Direktorat PSMA Ditjen Dikmen Kemdikbud 2012
43
Hasil penjelasan tabel tingkat kelulusan di SMA Negeri 1 Bone dari tahun 2010/2011 di atas program IPA dan IPS jumlah peserta 52 orang dengan total kelulusan adalah 98.08%, sedangkan dari tahun 2010/2011 program IPA dan IPS jumlah peserta 53 orang dengan total kelulusan adalah 7,54%. Adapun nilai rata-rata di SMA Negeri 1 Bone tahun pelajaran 2010/2011 dan 2011/2012 dapat diuraikan seperti pada tabel 4 dan 5 berikut : Tabel 4. Nilai rata-rata di SMA Negeri 1 Bone tahun pelajaran 2010/2011 Mata Pelajaran Program
IPA
B.Indonesia
B.Inggris
Mate-Matika
Fisika/Ekonomi
Kimia/Sosiologi
Biologi/Geografi
UN – 7,87
8,15
7,02
8,62
7,21
7,70
8,53
NA – 7,95
8,16
7,35
8,44
7,53
7,94
8,30
UN – 7,29
7,46
6,04
8,07
6,64
7,94
6,61
NA – 7,62
7,67
7,35
8,03
7,28
8,26
7,10
IPS
Sumber : Direktorat PSMA Ditjen Dikmen Kemdikbud 2012 Tabel 5. Nilai rata-rata di SMA Negeri 1 Bone tahun pelajaran 2011/2012 Mata Pelajaran Program
IPA
B.Indonesia
B.Inggris
Mate-Matika
Fisika/Ekonomi
Kimia/Sosiologi
Biologi/Geografi
UN – 4,98
4,75
3,75
4,85
3,89
6,00
6,65
NA – 4,99
4,05
3,64
5,15
3,18
5,77
8,14
UN – 6,15
6,09
5,32
6,02
5,47
6,83
7,16
NA – 6,16
5,63
5,32
6,13
5,10
6,78
8,01
IPS
Sumber : Direktorat PSMA Ditjen Dikmen Kemdikbud 2012
44
4.1.2.1 Keadaan Siswa Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses menemukan dan mengembangkan diri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Adapun fungsi pendidikan adalah untuk membimbing manusia kearah suatu tujuan yang bernilai tinggi, yaitu agar manusia tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar. Pendidikan informal dapat diberikan kepada anak sejak dini oleh keluarga dan lingkungan tempat ia berada. Sedangkan pendidikan formal dapat diperoleh di sekolah-sekolah ataupun lembaga pendidikan yang berperan mendidik dan mempunyai tujuan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu beradaptasi dengan IPTEK. Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru serta pendidik lainnya. Kegiatan belajar di SMA Negeri 1 Bone sangat diperlukan, mengingat semakin banyak dan semakin tingginya tuntutan kehidupan masyarakat yang ada di kabupaten Bone Bolango. Setiap jenjang dan jenis pendidikan disediakan untuk menyiapkan siswa di kabupaten Bone Bolango agar mampu memenuhi tuntutan tersebut. Ada dua pendekatan dalam pelaksanaan pengajaran di SMA Negeri 1 Bone, yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan proses belajar. Sesungguhnya antara kedua pendekatan tersebut tidak terdapat perbedaan prinsipil, sebab suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui proses yang baik, dan sebaliknya proses belajar yang baik akan memberi hasil yang baik pula.
45
Adapun data siswa di SMA Negeri 1 Bone dalam 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6. Data siswa di SMA Negeri 1 Bone dalam 5 (lima) tahun terakhir X
XI
XII
Jumlah Pendaftar (calon siswa baru)
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
2008/2009
72
72
2
55
2
35
2
162
2009/2010
71
71
2
57
2
49
2
177
2010/2011
66
66
2
56
2
52
2
174
2011/2012
55
53
2
68
2
53
2
174
2012/2013
78
78
2
55
2
64
2
197
Tahun
Jumlah ( Kls X+XI+XII Jml. Rombel 6
4.1.2.2 Keadaan Guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan terhadap kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Adapun keadaan guru di SMA Negeri 1 Bone yakni, guru tetap (PNS) dan guru tetap yayasan 11 orang, guru bantu dan guru honor sekolah 4 orang, staf tata usaha 1 orang. Untuk lebih jelas deskripsi keadaan guru di SMA Negeri 1 Bone yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
6 6 6 6
46
Tabel 7. Keadaan guru di SMA Negeri 1 Bone No
Guru
Jumlah
Ket
1
Guru Tetap (PNS) dan Guru Tetap Yayasan
11
-
2
Guru Bantu dan Guru Honor Sekolah
4
-
3
Staf Tata Usaha
1
-
16
-
Total 4.1.2.3 Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah yang memadai merupakan salah satu aspek pendukung yang sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran disetiap sekolah. Adanya fasilitas sekolah yang memadai dengan sendirinya menciptakan suasana akademik yang kondusif bagi para siswa dalam menerima materi pelajaran. Adapun fasilitas sekolah yang ada di SMA Negeri 1 Bone dalam menunjang proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Fasilitas sekolah di SMA Negeri 1 Bone No
Jenis Ruangan
Jumlah (Buah)
Ket
1
Ruangan Kelas
7
-
2
Lab. IPA
1
-
3
Perpustakaan
1
-
4
Tata usaha
1
Sementara
5
LCD
1
-
6
Leptop
2
-
47
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Pemahaman siswa SMA Negeri 1 Bone terhadap pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone Tamrin (25 April 2013) mengatakan bahwa penggunaan media peta pada pelajaran sejarah sangat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap setiap materi yang diajarkan, hal ini dapat ditujukan oleh hasil yang didapat siswa dari ujian tengah semester genap 2013 di SMA Negeri 1 Bone. Hasil wawancara dengan siswa kelas XI Siti Febrina Ruchban ( 6 Mei 2013) mengatakan bahwa, fakta di lapangan mata pelajaran sejarah bagi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Bone merupakan mata pelajaran yang sangat diminati karena menambah pemahaman siswa. Hal ini disebabkan karena siswa diajar dengan metode pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone termasuk mata pelajaran yang begitu diminati oleh siswa, hal ini disebabkan oleh guru mata pelajaran sejarah dalam melaksanakan pembelajaran banyak menggunakan metode dan media yang dianggap tidak membosankan oleh siswa, terutama penggunaan media peta. Hasil wawancara dengan siswa kelas X Sriwahyuningsi Moogangga ( 6 Mei 2013) mengatakan bahwa, pemahaman siswa terhadap materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia yang diajarkan dengan menggunakan media peta sangat baik, hal ini dapat ditujukan oleh respon siswa yang ada di kelas terhadap setiap bentuk pertanyaan dan arahan guru mata pelajaran sejarah terhadap deskripsi peta pesebaran awal kehidupan manusia purba di Indonesia itu sendiri.
48
Selanjutnya ketika guru mata pelajaran sejarah memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan kelas untuk menunjukan wilayah dan tempat persebaran penemuan kehidupan manusia purba di Indoonesia, dengan mudah siswa dapat menunjukan wilayah dan tempat persebaran penemuan kehidupan manusia purba itu sendiri beserta alasan mengapa persebaran manusia purba hanya ada di wilayah atau tempat itu sendiri. Deskripsi dan pendapat siswa di atas diperkuat hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah Tambrin (13 Mei 2013) yang menyatakan bahwa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sejarah dengan menggunakan media peta sangat baik. Hal ini dapat ditunjukan bahwa siswa tidak hanya sebatas mengetahui wilayah atau tempat yang diajarkan, akan tetapi lebih mengetahui alasan, proses, dan deskripsi yang jelas terhadap wilayah dan tempat yang telah dijelaskan oleh guru. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone Tamrin (13 Mei 2013) menjelaskan bahwa, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sejarah disebabkan karena, kebanyakan guru di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak menceritakan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, siswa diminta mendengarkan, mencatat, dan kurang diberi kesempatan terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Sehingga siswa merasa jenuh dan tersiksa dalam mengikuti pelajaran sejarah tersebut, akibatnya siswa kurang optimal dalam memahami dan menyerap pengetahuan mata pelajaran sejarah secara bermakna.
49
4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Bone Dengan Menggunakan Media Peta Berdasarkan
hasil
observasi
awal
(2
April
2013)
pelaksanaan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Bone pada saat guru mata pelajaran sejarah Tamrin mengajar di kelas X dengan materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia, didapatkan bahwa pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta untuk menggambarkan peristiwa sejarah sudah sering digunakan guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi mudah untuk mengetahui
sendiri
lokasi
peristiwa
sejarah,
sehingga
siswa
mampu
memahami/menangkap apa yang dijelaskan oleh guru dengan baik. Karena itulah siswa tidak mengalami kejenuhan dan memperhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan, sehingga berdampak pada optimalnya hasil belajar. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone Tamrin (14 April 2013), yaitu banyaknya perhatian dan antusias siswa saat guru menjelaskan materi di depan kelas dengan menggunakan media peta berdampak pada optimalnya hasil belajar siswa itu sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase perhatian siswa pada saat guru memberikan materi pelajaran sejarah dengan mmenggunakan media peta sebesar 90%. Selain itu ratarata hasil belajar yang diperoleh adalah 80,27, yang sudah melebihi SKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75, dimana hampir seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone memenuhi SKM. Wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 Bone Cirda A. Hadju (22 April 2013) dijelaskan bahwa, metode pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan metode pembelajaran konvensional yang berpola guru menerangkan,
50
siswa mendengarkan, tanya jawab, dan pemberian tugas dipandang oleh para guru dan ahli pendidikan sejarah kurang berhasil dan tidak menjadikan siswa menyenangi dan memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran sejarah itu sendiri. Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan metode skematik merupakan alternatif pembelajaran sejarah yang lebih baik dari pembelajaran konvensional, mengacu pada psikologi kognitif dan pandangan konstruktivistik. Selanjutnya penggunaan media peta pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone sudah lama dimanfaatkan, karena dengan menggunakan media peta pada mata pelajaran sejarah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan tidak membuat siswa bosan. Wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone Tamrin (25 April 2013) dijelaskan bahwa, persepsi tentang pelajaran sejarah yang membosankan itu dapat dirubah melalui penggunaan metode dan media pembelajaran yang tidak dapat membuat siswa bosan. Penggunaan media peta di SMA Negeri 1 Bone pada mata pelajaran sejarah sangat membantu siswa dalam menerima materi, contohya pada materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia, dimana siswa dapat mengetahui secara detail peta persebaran kehidupan manusia purba di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan menggunakan media peta terdapat pada alokasi waktu yang diberikan sangat sedikit dibandingkan dengan materi sejarah yang sangat banyak dan meluas, selanjutnya kuranya fasilitas yang mendukung dan ketersediaan fasilitas LCD dimasing-masing ruangan.
51
Hasil wawancara dengan siswa kelas X SMA Negeri 1 Bone Isnawati Tangahu (1 Mei 2013) menyatakan bahwa, penggunaan media peta pada mata pelajaran sejarah di kelas X adalah salah satu cara membuat agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dengan mata pelajaran sejarah yang sering diajarkan pada jam-jam terakhir sekolah. Wawancara dengan siswa kelas XI Sofyan Panuwao (1 Mei 2013) menyatakan bahwa, guru sejarah mampu menciptakan proses pembelajaran sejarah secara kreatif dan menyenangkan, serta sangat aktif dalam memberikan materi pelajaran sejarah sesuai jadwal pelajaran. Selanjutnya pemberian materi sejarah tidak monoton dengan menggunakan ceramah di kelas, contohnya dengan pemberian materi dengan menggunakan media peta. Wawancara dengan siswa kelas X Septianto Podungge ( 4 Mei 2013) mengatakan bahwa, sekolah kurang memberikan kesempatan dalam hal alokasi waktu pada mata pelajaran sejarah dan menempatkan mata pelajaran sejarah pada jam-jam terakhir sekolah. Wawancara dengan siswa kelas XI Krisdayanti Mokoagow ( 6 Mei 2013) mengatakan bahwa, sekolah kurang menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk siswa khususnya untuk menunjang proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta. Hal ini dapat kita lihat langsung bahwa peta dalam bentuk micro file dan LCD yang menunjang pemberian materi masih sangat kurang.
52
4.3 Pembahasan 4.3.1 Pemahaman Siswa SMA Negeri 1 Bone Terhadap Pembelajaran Sejarah dengan menggunakan media peta Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bone bertujuan memberi pemahaman, suasana belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan Negara. Proses pembelajaran pada dasarnya mengharapkan hasil yang baik, akan tetapi hasil yang baik tergantung pada gurunya walaupun betapa hebatnya kurikulum itu disusun seperti apapun, kalau gurunya tidak bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka tidak akan berhasil dengan baik pencapaian standarstandar yang telah ditetapkan. Sebetulnya bukan hanya standar nasional pendidikan yang terkait dengan standar isi saja tetapi juga standar penilaian. Standar kompetensi lulusan itu menjadi acuan-acuan di dalam mengembangkan kurikulum. Sehingga dimungkinkan nantinya guru-guru itu mempunyai kompetensi plus. Guru di SMA Negeri 1 Bone mencoba membenahi persoalan-persoalan yang telah digambarkan di atas, hal ini terbukti guru-guru di SMA Negeri 1 Bone telah mengimplementasikan beberapa metode, model, dan media pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Salah satunya pada mata pelajaran sejarah yang selalu menggunakan metode, model, dan media pembelajaran yang bervariasi.
53
Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone pada materi - materi tertentu menggunakan beberapa media pembelajaran, diantaranya adalah dengan menggunakan peta sebagai salah satu media pembelajaran. Media peta bukalah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Penggunaan media peta dalam pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone terdapat berbagai macama asumsi dari siswa, pertama ada siswa yang menyatakan penggunaan media peta sangat menarik perhatian, hal ini terbukti dengan kreativitas yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun kreativitas yang muncul pada proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta yakni, dengan adanya tangapan, sikap, dan pertanyaan dari siswa yang merupakan indikator kreativitas itu sendiri. Kedua ada siswa yang menyatakan penggunaan media peta menarik, hal ini terbukti dengan beberapa siswa yang perhatian materi selama pelajaran berlangsung dan berbicara dengan teman-teman lain Asumsi di atas maka dapat dilihat indikasi kreativitas siswa di SMA Negeri 1 Bone dalam proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta seperti pada tabel-tabel di bawah ini:
54
Tabel 9. Indikasi kreativitas siswa di SMA Negeri 1 Bone dalam proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta No
Indikasi selama pembelajaran
Ciri kreativitas
Kegiatan peserta didik memperhatikan hal-hal 1
yang menurut mereka penting dari materi yang dibahas.
2
3
Mempunyai minat dan mandiri dalam berpikir Imajinatif, ingin tau, dan
Munculnya berbagai macam pertanyaan.
percaya diri
Munculnya respon terhadap pertanyaan yang
Imajinatif, mandiri dalam
diberika guru dari materi yang telah dibahas
berpikir, dan percaya diri
Sumber : Data SMA Negeri 1 Bone dan olahan dari hasil observasi
Indikasi pertama, digambarkan seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone memiliki kreativitas yang tinggi dalam menerima materi selama proses pembelajaran sejarah berlangsung, hal ini dibuktikan dengan sebahagian siswa aktif, kreatif dalam mengungkapkan dan
memberi respon terhadap setiap
penjelasan guru. Indikasi kedua, digambarkan seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone memiliki kreativitas dalam member pertanyaan selama proses pembelajaran sejarah berlangsung, hal ini dibuktikan dengan seluruh siswa aktif, kreatif, memberi respon dan percaya diri terhadap setiap penjelasan guru sejarah. Indikasi ketiga, digambarkan seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone respon terhadap pertanyaan yang diberika guru dari materi yang telah dibahas dengan Imajinatif, mandiri dalam berpikir, dan percaya diri.
55
Sejarah menurut Anggar Kaswati (1998: 3) adalah rekonstruksi masa lalu dan apa yang direkonstruksikan adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh manusia. Menurut Habib Mustopo (2006: 11) sejarah juga didefinisikan sebagai bentuk analisis mengenai apa yang dipikirkan orang, apa yang diucapkan, diperbuat, yang menimbulkan perubahan melalui dimensi waktu. Menurut Habib Mustopo (2006: 12) menyatakan kegunaan sejarah dalam kehidupan masyarakat adalah: (1) memberikan kesadaran waktu; (2) memberikan pelajaran yang baik; (3) memperkokoh rasa kebangsaan (nasionalisme); (4) memberikan kecerdasan identitas nasional dan kepribadian suatu bangsa; (5) sumber inspirasi; dan (6) sarana rekreatif. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang khas. Menurut kurikulum 2004 karakteristik mata pelajaran sejarah (Depdiknas, 2006: 4) adalah sebagai berikut: sejarah terkait dengan masa lalu; sejarah bersifat kronologis; dalam sejarah ada tiga unsur penting: manusia, ruang dan waktu; perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah. Sekalipun sejarah erat kaitannya dengan waktu lampau, tetapi waktu lampau itu terus berkesinambungan; sejarah ada prinsip sebab akibat; sejarah pada hakekatnya adalah suatu persitiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek dengan pendekatan multi dimensional; pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone adalah mata pelajaran yang yang memberikan pemahaman, mengkaji permasalahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai masa kini. Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone tujuan dan penggunaannya dibedakan atas sejarah empiris dan sejarah normatif. Sejarah empiris menyajikan subtansi kesejarahan yang bersifat akademis (untuk tujuan
56
yang bersifat ilmiah). Sejarah normatif menyajikan subtansi kesejarahan yang dipilih menurut ukuran nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan yang bersifat normatif, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; dan pendidikan sejarah di SMA Negeri 1 Bone lebih menekankan kepada perspektif kritis-logis dengan pendekatan historis. Sejarah dipandang sebagai ilmu yang memiliki ciri empirik, memiliki obyek, memiliki teori, dan memiliki metode. Dalam kaitan ini Suryo (dalam Depdiknas, 2006: 3) memberi pengertian tentang ilmu sejarah, yaitu: Ilmu pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat. Aspek kajiannya berupa proses perubahan dari akktivitas manusia dan lingkungan kehidupannya pada masa lalu sejak manusia belum mengenal tulisan sampai perkembangan mutakhir, yang mencakup aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, keagamaan, kepercayaan, geografi dan lainnya. Penjelasan di atas menunjukan bahwa mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone harus memiliki peran yang strategis dalam memberikan pemahaman, pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam dunia pendidikan, sejarah mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian siswa. Niels Mulder dalam Supriyadi (2005: 1) merasa gundah terhadap pelaksanaan pembelajaran sejarah selama ini. Dalam pembelajaran sejarah banyak kendala yang dihadapi para siswa. Beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah adalah: (1) materi pembelajaran sejarah yang terlalu banyak; (2) kurangnya minat mempelajari sejarah; (3) prestasi
57
belajar sejarah rendah; dan (4) buku-buku yang digunakan sebagai bahan pembelajaran kurang mendidik siswa dalam berpikir kritis. Guru dalam mengajar sejarah pada taraf kognitif tingkat rendah. Sebagai akibatnya siswa diminta menghafal fakta-fakta pada buku-buku yang dijadikan acuan dalam mengajarnya. Muara dari pelaksanaan pembelajaran seperti itu adalah prestasi belajar siswa rendah dan siswa kurang memahami sejarah bangsanya sendiri. Menurut Setyosari (2008: 6) agar pembelajaran di sekolah, termasuk
pembelajaran
sejarah,
berpendapat
bahwa
penggunaan
media
pembelajaran merupakan bagian yang sangat menentukan dalam memberi pemahaman, efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan kurikulum sejarah tahun 2004, secara umum pola yang digunakan oleh para guru sejarah dalam merancang pembelajaran sejarah bermula dari standar kompetensi dan kompetensi dasar (tertuang dalam silabus), dan kemudian guru menyusun indikator, tujuan, dan materi pembelajaran. Selanjutnya menetapkan model, metode, dan media pembelajaran, strategi atau langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan diakhiri dengan tehnik penilaian. Jadi
berdasar
pengamatan
di
lapangan
terhadap
keterlaksanaan
pembelajaran sejarah di sekolah dan menurut pendapat para ahli tersebut di atas, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas langkah pertama dan penting yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah yang bersumber dari faktor guru. Guru perlu kreatif dalam melaksanakan pembelajaran sejarah. Berdasar ungkapan Supriyadi (2005: 2) disinyalir perlunya mengusahakan agar pembelajaran sejarah sukses dan salah satu alternatifnya adalah merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan bantuan media pembelajaran sejarah.
58
Penggunaan media peta pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone sudah lama dimanfaatkan, karena dengan menggunakan media peta pada mata pelajaran sejarah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan tidak membuat siswa bosan. Penggunaan media peta pada pelajaran sejarah sangat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap setiap materi yang diajarkan, hal ini dapat ditujukan oleh hasil yang didapat siswa dari ujian tengah semester genap 2013 di SMA Negeri 1 Bone. Fakta di lapangan menunjukan bahwa pemberian materi mata pelajaran sejarah dengan menggunakan media peta bagi siswa di SMA Negeri 1 Bone dapat menambah pemahaman siswa terhadap setiap materi yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena siswa diajar dengan metode pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone termasuk mata pelajaran yang begitu diminati oleh siswa, hal ini disebabkan oleh guru mata pelajaran sejarah dalam melaksanakan pembelajaran banyak menggunakan metode dan media yang dianggap tidak membosankan oleh siswa, terutama penggunaan media peta. Pemahaman siswa terhadap materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia yang diajarkan dengan menggunakan media peta sangat baik, hal ini dapat ditujukan oleh respon siswa yang ada di kelas terhadap setiap bentuk pertanyaan dan arah guru mata pelajaran sejarah terhadap deskripsi peta pesebaran awal kehidupan manusia purba di Indonesia itu sendiri. Serta hal ini dapat ditujukan bahwa siswa tidak hanya sebatas mengetahui wilayah atau tempat yang
59
diajarkan, akan tetapi lebih mengetahui alasan, proses, dan deskripsi yang jelas terhadap wilayah dan tempat yang telah dijelaskan oleh guru. Guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan kelas untuk menunjukan wilayah dan tempat persebaran penemuan kehidupan manusi purba di Indoonesia, dengan mudah siswa dapat menujukan wilayah dan tempat persebaran penemuan kehidupan manusi purba itu sendiri beserta alasan mengapa persebaran manusia purba hanya ada di wilayah atau tempat itu sendiri. Kurangnya
pemahaman
siswa
terhadap
materi
pelajaran
sejarah
disebabkan karena, kebanyakan guru di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak menceritakan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, siswa diminta mendengarkan, mencatat, dan kurang diberi kesempatan terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Sehingga siswa merasa jenuh dan tersiksa dalam mengikuti pelajaran sejarah tersebut, akibatnya siswa kurang optimal dalam memahami dan menyerap pengetahuan mata pelajaran sejarah secara bermakna. 4.3.2 Pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan menggunakan media peta Berbicara tentang mata pelajaran sejarah, maka akan muncul kesan pembelajaran yang membosankan, kering, monoton, dan segala bentuk kesan yang kurang menyenangkan, ditambah lagi penampilan guru yang pada waktu mengajar dengan penampilan seadanya tidak menggunakan media pembelajaran minimal peta atau foto dokumentasi. Pembelajaran sejarah sering diidentikkan dengan kefasihan bercerita. Hal tersebutlah yang membuat proses pembelajaran sejarah yang kurang menyenangkan terjadi.
60
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma. Kurikulum yang tersentralisasi diubah menjadi terdesentralisasi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sering disingkat KTSP. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan peluang yang sangat besar kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya. Pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) hanya membuat standarnya saja, yakni hanya menentukan standar kelulusan yang kemudian dijabarkan ke dalam standar isi yang memuat bahan kajian, mata pelajaran, serta kegiatan belajar pembiasaan. Kompetensi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dalam KTSP masih sangat umum dan perlu penjabaran dari guru di masing-masing Satuan Pendidikan. Penjabaran ini tidak hanya sebatas penentuan indikator, tetapi juga berkenaan dengan materi, metode, media pembelajaran, urut-urutan penyampaian materi, juga sepenuhnya diserahkan kepada guru. Dalam hal ini guru sangat memerlukan keterampilan untuk menyusun kurikulum. Jika guru tidak dapat membuat pembaharuan dalam penyusunan kurikulum sesuai mapelnya; maka sebagus dan semoderen apapun kurikulumnya proses pembelajaran Sejarah akan kembali ke metode lama, yaitu lebih banyak menekankan pada ceramah. Bahkan ironisnya, ada guru/sekolah yang hanya meng “copy paste” kurikulum dari sekolah lain. Tentu saja hal ini merupakan sebuah kemunduran, karena masingmasing sekolah memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Paradigma baru ini menuntut guru sejarah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengembangkan kurikulum itu sendiri yaitu berupa penyusunan silabus. Perlu diperhatikan dalam penyusunan silabus ini adalah kemampuan
61
masing-masing sekolah. Silabus satuan pendidikan dalam sekolah yang sederajat, idealnya tidak bisa disamaratakan. Tidak hanya sekedar SK– KD-nya dipenuhi. Penentuan komponen-komponen silabus ini sangat tergantung dari kemampuan guru dalam menjabarkannya. Proses Kegiatan Belajar Mengajar tetap berlandaskan pada silabus dan RPP yang telah dibuat. Harapan terbesar dari KTSP adalah adanya pelaksanaan KBM yang berbeda/memiliki warna lain. Proses pembelajaran yang berbeda ini terletak pada keahlian guru meracik media dalam menyajikan materi pelajaran. Guru tidak lagi subjek pembelajaran, melainkan siswalah yang menjadi subjek, Guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan salah satu alternatif sumber belajar. Menurut Wasino (2009:2) guru sejarah harus mampu memahami dalam menentukan tingkat kemampuan anak dalam pembelajaran materi sejarah. Pemberian materi sejarah diharapkan berjenjang dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Penekanan pembelajaran pada siswa SMA pada gagasan atau pemikiran. Mengembangkan gagasan atau pemikiran tersebut, kemampuan guru dalam membaca referensi dan menggunakan media pembelajaran sejarah mutlak diperlukan. Melalui bacaan referensi dan penggunaan media pembelajaran sejarah yang baik dan benar, kemampuan penguasaan materi para guru menjadi meningkat. Peningkatan penguasaan materi dan media yang digunakan akan menambah kepercayaan guru ketika menghadapi siswa di depan kelas. Selain itu, juga memungkinkan banyak ilustrasi yang bisa dikembangkan, sehingga pembelajaran sejarah tidak “hambar” dan apabila ada dialog dengan siswa tentang
62
persoalan materi-materi kesejarahan suasana kelas menjadi hidup, ini artinya peran guru sebagai fasilitator dan nara sumber telah dilaksanakan secara optimal. Terlebih lagi apabila digunakan model-model, metode, dan media pembelajaran dengan baik sehingga siswa akan berkesan dan tertarik dengan pembelajaran sejarah. Mengaplikasikan pembelajaran sejarah di sekolah sangat membutuhkan keterampilan dari guru sejarah itu sendiri. Pembelajaran yang monoton akan sangat membosankan peserta didik/siswa. Inilah sebenarnya tantangan yang harus dihadapi oleh guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone. Dimana guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone harus mampu mengubah mainset anak, pembelajaran sejarah yang dalam benak anak adalah pembelajaran yang monoton, membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan, menarik untuk diikuti, dan bermakna. Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone bisa dikatakan tidak monoton dan membosankan, hal ini dikarenakan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dalam menjelaskan materi sejarah banyak menggunakan metode dan media, salah satunya adalah penggunaan media peta yang dapat menciptakan suasana pembelajaran di kelas menjadi efektif, tidak monoton, dan membosankan. Pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bone pada saat guru mata pelajaran sejarah mengajar di kelas X awal kehidupan manusia purba di Indonesia, didapatkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan
menggunakan media peta untuk menggambaarkan peristiwa sejarah sudah sering
63
digunakan guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa di SMA Negeri 1 Bone menjadi mudah untuk mengetahui sendiri lokasi peristiwa sejarah, sehingga siswa mampu memahami/menangkap apa yang dijelaskan oleh guru dengan baik. Karena itulah siswa tidak mengalami kejenuhan dan memperhatikan terhadap materi pelajaran yang diberikan, sehingga berdampak pada optimalnya hasil belajar. Banyaknya perhatian dan antusias siswa saat guru menjelaskan materi di depan kelas dengan menggunakan media peta berdampak pada optimalnya hasil belajar siswa itu sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase perhatian siswa pada saat guru memberikan materi pelajaran sejarah dengan mmenggunakan media peta sebesar 90%. Selain itu rata-rata hasil belajar yang diperoleh adalah 80,27, yang sudah melebihi SKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75, dimana hampir seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone memenuhi SKM. Metode pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan metode pembelajaran
konvensional
yang
berpola
guru
menerangkan,
siswa
mendengarkan, tanya jawab, dan pemberian tugas dipandang oleh para guru dan kurang berhasil dan tidak menjadikan siswa menyenangi dan memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran sejarah itu sendiri. Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan metode skematik merupakan alternatif pembelajaran sejarah yang lebih baik dari pembelajaran konvensional, mengacu pada psikologi kognitif dan pandangan konstruktivistik. Selanjutnya penggunaan media peta pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone sudah lama dimanfaatkan, karena
64
dengan menggunakan media peta pada mata pelajaran sejarah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan tidak membuat siswa bosan. Penggunaan media peta di SMA Negeri 1 Bone pada mata pelajaran sejarah sangat membantu siswa dalam menerima materi, contohya pada materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia, dimana siswa dapat mengetahui secara detail peta persebaran kehidupan manusia purba di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan menggunakan media peta terdapat pada alokasi waktu yang diberikan sangat sedikit dibandingkan dengan materi sejarah yang sangat banyak dan meluas, selanjutnya kurangnya fasilitas yang mendukung dan ketersediaan fasilitas LCD dimasing-masing ruangan.