20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini tersebar di beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan Kecamatan Kota Timur. Keadaan lingkugan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 4.1. Keadaan lingkungan di Kecamatan Kota Tengah, Kota Utara dan Kota Timur Lokasi/Varietas Puring Lingkungan (09.00)
Suhu (0 C)
Kota Timur
Kota Utara
Kota Tengah
A
B
C
D
E
F
G
H
I
31
32
32
32
33
33
33
34
28
75
75
70
82
1.610
1.610
1.806
0.180
Kelembaban 80 79 79 79 75 (%) Intensitas cahaya 1.707 0.562 0.562 0.562 1.610 (candella)
Pengamatan mengenai kondisi lingkungan dimulai pada pukul 09.00-10.00 bersamaan dengan pengamatan morfologi dari setiap varietas. Pengamatan bentuk morfologi dari 9 varietas puring yang tersebar pada tiga kecamatan yaitu kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan Kecamatan Kota Timur adalah bentuk daun, permukaan daun, bentuk helaian daun, ujung daun, pangkal daun, tepi daun, pertulangan daun, dan warna daun.
21
4.2 Deskripsi Morfologi dari 9 Varitas Puring 1) Puring Varietas A Puring varietas ini mempunyai tipe daun tunggal permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun bangun lanset (Auriculate), ujung helaian daunya runcing (Acutus), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (Pinnate), panjang daunnya 13 cm, daun muda berwarna hijau sedangkan daun tua berwarna merah hitam berbintik kuning dan merah. 2) Puring Varietas B Puring ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun memanjang (Oblong), ujung helaian daunya runcing (Acutus), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (pinnate), panjang daunnya 26 cm, daun muda berwarna kuning kehijauan sedangkan daun tua berwarna merah tua. 3) Puring Varietas C Puring varietas ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun jorong (Elliptical), ujung helaian daunya runcing (Acutus), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (Pinnate), panjang daunnya 22 cm, daun muda berwarna kuning cerah sedangkan daun tua berwarna kuning kehijauan. 4) Puring Varietas D Puring varietas ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun bulat telur (Ovate), ujung helaian daunya tumpul (Obtuse), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire),
22
pertulangn daunnya menyirip (Pinnate). Panjang daunnya 17 cm, daun muda berwarna kuning sedangkan daun tua berwarna hijau. 5) Puring Varietas E Puring varietas ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun bangun garis (Linear), ujung helaian daunya meruncing (Acuminatus), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (Pinnate). Panjang daunnya 26 cm, daun muda berwarna kuning kehijauan sedangkan daun tua berwarna merah kehijauan. 6) Puring Varietas F Puring varietas ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun terbagi 3 bagian, ujung helaian daunya runcing (Acutus), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (Pinnate). Panjang daunnya 16 cm, daun berwarna hijauan berbintik kuningan. 7) Puring Varietas G Puring varietas ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun bangun garis (Linear), ujung helaian daunya meruncing (Acuminatus), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (Pinnate). Panjang daunnya 26 cm, warna daun hijauan tua. 8) Puring Varietas H Puring varietas ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian daun jorong (Elliptical), ujung helaian daunya
23
meruncing (Acuminatus), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (Pinnate). Panjang daunnya 10 cm, daun berwarna kuning kehijauan. 9) Puring Varietas I Puring varietas ini memiliki tipe daun tunggal, permukaan daun halus, daging daun tebal, bentuk helaian memanjang (Oblong) dengan bentuknya yang berkelok, ujung helaian daunya tumpul (Obtuse), pangkal daun runcing (Acutus), tepi daun rata (Entire), pertulangan daunnya menyirip (Pinnate). Panjang daunnya 7,5 cm, daun berwarna hijau dengan kombinasi warna kuning ditepi daunnya.
4.3 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan stomata pada 9 varietas tumbuhan puring yang tersebar di Kota Gorontalo ditemukan stomata dengan kerapatan rata-rata berkisar antara 141,333 mm2 – 273, 244 mm2 (lampiran 3, tabel 1). Distribusi stomata pada setiap varietas puring hanya terdistribusi pada epidermis bawah dengan jumlah stomata rata-rata 30 – 58 stomata (lampiran 2, tabel 1), sedangkan pada epidermis atas tidak terdapat stomata sama sekali. Berdasarkan
pengamatan
dengan
mikroskop
perluas
pandang
menggunakan perbesaran 40 x 10 menunjukkan bahwa pada 9 varietas puring hanya memiliki stomata pada epidermis bawah sedangkan pada epidermis atas tidak terdapat stomata sama sekali. Berikut ini dapat dilihat bentuk epidermis atas yang tidak terdapat stomata (Gambar 4.1)
24
a
b Gambar 4.1 (a) Penampang Membujur Epidermis Atas pada Puring A, B,C, D, dan E (Perbesaran 40 x 10), (b) Penampang Membujur Epidermis Atas pada Puring F, G, H, dan I (Perbesaran 40 x 10). Berdasarkan
pengamatan
dengan
mikroskop
perluas
pandang
menggunkakan perbesaran 40 x 10 menunjukkan bahwa pada epidermis bawah terdapat stoma, sel tetangga, sel penjaga dan sel epidermis. Berikut ini dapat dilihat stomata pada 9 varietas tumbuhan puring (Tabel 4.1)
25
Tabel 4.2. Rata-rata Kerapatan dan Distribusi pada 9 Varietas Puring No.
Varietas
Kerapatan (mm2)
1 1.
2
3
Varietas A
179,022
Distribusi/ Jumlah Stomata 4
Morfologi stomata 5
38 Stomata
2
5
4
3
1
Ket: (1) (2) (3) (4) (5) 2.
Varietas B
202,578
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
43 Stomata
3
2
4 1 5
26
1
2
3
5
4 Ket: (1) (2) (3) (4) (5)
3.
Varietas C
166,773
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
34,6 Stomata
5
3
2
1 4
Ket: (1) (2) (3) (4) (5) 4.
Varietas D
224,249
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
47,6 Stomata
3 1 4
2
5
27
1
5.
2
Varietas E
3
228,960
4
5 Ket: (1) (2) (3) (4) (5)
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
1
3
48,6 Stomata
4
2 5 Ket: (1) (2) (3) (4) (5) 6.
Varietas F
208,231
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
44,2 Stomata
2 1
2
4
5
28
1
2
3
4
5 Ket: (1) (2) (3) (4) (5)
7.
Varietas G
222,364
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
47,2 Stomata
4
3
2
1 5 Ket: (1) (2) (3) (4) (5) 8.
Varietas H
273,244
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
58 Stomata
1
2
4
3 5
29
1
2
3
4
5 Ket: (1) (2) (3) (4) (5)
9.
Varietas I
141,333
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
30 Stomata
4
2
1 3 5 Ket: (1) (2) (3) (4) (5)
Stomata, Celah Stomata Sel Penutup Sel Tetangga Sel Epidermis
4.3.1 Kerapatan Stomata Kerapatan stomata pada tiap bidang pandang didapat dari hasil pembagian jumlah stomata dengan luas bidang pandang. Pada pengamatan stomata beberapa varietas puring ini, yang diamati hanya pada epidermis bawah. Hal ini karena pada epidermis atas tidak terdapat stomata sama sekali. Stomata terdapat pada salah satu sisi permukaan daun, yaitu pada bagian atas atau bagian bawah atau pada kedua sisi tergantung dari spesies tanaman. Hasil dari kerapatan stomata ini dapat dilihat pada gambar 4.2
30
Kerapatan Stomata (Epidermis bawah)
Kerapatan (mm2)
300 250 200
273,244 228,960 224,249 222,364 208,231
202,578 179,022 166,773
141,333
150 100 50 0 A
B
C
D
E
F
G
H
I
Varietas Puring Gambar 4.2 Rata-rata kerapatan stomata pada epidermis bawah beberapa varietas puring Berdasarkan gambar di atas diperoleh bahwa rata-rata kerapatan stomata pada epidermis bawah 9 verietas puring tertinggi terdapat pada verietas H yaitu 273, 244 mm2, sedangkan kerapatan yang terendah terdapat pada varietas I yaitu 141,333 mm2 .
4.2.2 Distribusi Stomata Distribusi stomata pada beberapa varietas puring kebanyakan terdapat pada epidermis bawah sedangkan pada epidermis atas tidak terdapat sama sekali. Pada epidermis bawah terdapat stomata dengan jumlah rata-rata berkisar antara 30-58 stomata seperti pada gambar 4.3.
31
Distribusi Stomata (Jumlah stomata pada epidermis bawah ) 58
Jumlah Stomata
60 47,6
50
48,6 44,2
43 38
40
47,2
34,6
30
30 20 10 0 A
B
C
D
E
F
G
H
I
Varietas Puring Gambar 4.3 Rata-rata jumlah stomata pada epidermis bawah beberapa varietas puring Distribusi stomata pada setiap varietas puring terdapat pada epidermis bawah dengan jumlah stomata yang bervariasi, sedangkan pada epidermis atas tidak terdapat stomata sama sekali. Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat perbedan jumlah stomata dari setiap varietas. Jumlah stomata yang tinggi terdapat pada varietas H yaitu 58 buah, sedangkan yang rendah terdapat pada varietas I yaitu 30 buah.
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian bahwa distribusi stomata pada 9 varietas puring hanya terdistribusi pada epidermis bawah sedangkan pada epidermis atas tidak terdapat stomata. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisburi dan Ross (1995) menyatakan stomata lebih banyak pada bagian bawah, hal ini berkaitan dengan respon morfologi terhadap lingkungannya yang mempengaruhi proses fisiologi.
32
Jumlah stomata pada 9 varietas bervariasi yaitu antara 150 – 290 stomata. Dilihat dari data tersebut maka puring H yang memiliki stomata yang sangat banyak. Hal ini disebabkan kerana kondisi lingkungan tempat tumbuhan puring H memiliki intensitas cahaya yang tinggi yaitu 1.806 mw/cm2 (lampiran 1). Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi jumlah stomata di mana tumbuhan yang tumbuh pada daerah yang kering dan banyak mendapat sinar matahari memiliki jumlah stomata yang banyak. Hal ini didukung pendapat Prawiranata (1981) bahwa tanaman yang tumbuh pada lingkungan kering dengan intensitas cahaya yang tinggi cenderung memiliki stomata yang banyak, tetapi ukurannya kecil dibanding dengan tanaman yang tumbuh pada lingkungan basah dan terlindung. Hal ini disebabkan sebagai proses adaptasi dari lingkungan untuk menyeimbangi proses fisiologi pada tumbuhan tersebut. Dilihat dari jumlah stomata pada setiap varietas maka puring A, C, dan I dikategorikan memiliki jumlah stomata yang banyak sedangkan puring B, D, E, F, G dan H dikategorikan memiliki jumlah stomata yang sangat banyak. Hal ini didukung oleh pernyataan Haryati (2010) bahwa jumlah stomata diklasifikasikan menjadi: sedikit (1-50), cukup banyak (51-100), banyak (101-200), sangat banyak (201- > 300) dan tak terhingga ( 301 - > 700 Tumbuhan puring termasuk tumbuhan yang tempat tumbuh pada daerah terbuka. Daerah terbuka merupakan daerah yang banyak menerima sinar matahari langsung, hal ini tentunya membuat proses fotosintesis yang terjadi juga tinggi. Pada proses fotosintesis diperlukan CO2, oleh karena itu stomata yang terbentuk banyak yaitu untuk menyerap CO2 untuk proses fotosintesis. Hal inilah yang menyebabkan banyak terdapat stomata pada tumbuhan puring.
33
Kerapatan stomata setiap varietas puring pada epidermis bawah diperoleh antara 141,333 mm2 - 273,244 mm2. Kerapatan yang tertinggi terdapat pada varietas H. Ditinjau dari faktor yang mempengaruhi stomata, yaitu kondisi lingkungan di mana suhu, kelembaban dan intensitas cahaya dapat mempengaruhi kerapatan stomata. Kondisi lingkungan tempat tumbuhnya puring di mana suhu, kelembaban,
dan
intensitas
cahayanya
tinggi
(lampiran
1)
sehingga
mempengaruhi kerapatan stomata. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball dalam Sundari dan Atmaja (2011) Tingkat kerapatan stomata dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: intensitas cahaya, temperatur, dan konsentrasi CO2. Semakin tinggi intensitas cahaya, kerapatan stomata di kedua permukaan daun juga semakin meningkat. Kerapatan yang terendah terdapat pada varietas I rata-rata 141,333 mm2. Hal ini karena tumbuhan puring berada di pekarangan rumah yang kondisinya ternaungi. Tumbuhan yang ternaungi akan menyebabkan kurangnya jumlah dan kerapatan stomata. Kerapatan yang terdapat pada setiap varietas puring yang terdapat di Kota Gorontalo dalam hal ini masih tergolong tingkat kerapatan yang rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan Agustina dalam Rofiah (2010) bahwa kerapatan stomata diklasifikasikan menjadi kerapatan rendah (<300/mm2), kerapatan sedang (300-500/mm2) dan kerapatan yang tinggi (>500/mm2) Pada umumnya, kerapatan stomata berkaitan dengan luas stomata, kerapatan stomata paling tinggi biasanya mempunyai luas stomata yang kecil. Begitu juga sebaliknya, kerapatan stomata yang sedikit biasanya mempunyai luas stomata yang besar (Qosim dkk, 2007). Kerapatan stomata tergantung pada jumlah stomata, dimana semakin banyak jumlah stomata maka semakin rapat
34
stomatanya. Kerapatan stomata tergantung pada jumlah stomata, dimana semakin banyak jumlah stomata maka semakin rapat stomatanya. Banyaknya stomata dengan kerapatan yang tinggi pada tumbuhan puring menunjukkan bahwa tumbuhan ini termasuk tumbuhan C3. Dinamakan tumbuhan C3 karena dari reaksi yang terjadi senyawa pertama yang dihasilkan adalah senyawa berkarbon-tiga (Asam Fosfogliserat, APG) maka daur reaksi disebut daur C3 dan tumbuhan yang melaksanakan daur ini dinamakan tumbuhan C3 (Sasmitamihardja, 1990). Karakteristik atau tipe fotosintesis tanaman C3 yaitu membutuhkan CO2 dalam jumlah banyak karena titik kompensasi CO2 tanaman ini tinggi. Maka untuk memenuhi kebutuhan CO2 tersebut tanaman beradaptasi dengan jumlah stomata yang banyak.