HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Kabupaten Kupang dan Kecamatan Kupang Tengah Secara geografis kabupaten Kupang terletak antara 9019” – 10057” Lintang Selatan dan antara 121030” – 124011” Bujur Timur. Kabupten Kupang di sebelah utara dan barat berbatasan dengan Laut Sawu, sementara sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia serta sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste. Wilayah kabupaten Kupang memiliki luas 5.898,22 km2 mencakup 27 pulau, dimana di antaranya terdapat 8 pulau yang belum memiliki nama. Dari 27 pulau tersebut yang telah dihuni hingga saat ini hanya sebanyak lima pulau yaitu pulau Timor, pulau Sabu, pulau Raijua, pulau Semau dan pulau Kera. Permukaan tanah di wilayah kabupaten Kupang umumnya berbukit-bukit, bergunung-gunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah dengan tingkat kemiringan rata-rata mencapai 450, dengan perincian sebagai berikut 00 – 20 seluas 34.462 hektar (10,15 %), 30 – 150 seluas 197.145 hektar (26,86 %), 150 – 400 seluas 324.771 hektar (44,26 %), dan > 410 seluas 137.494 hektar (18,73 %). Wilayah kabupaten Kupang berada pada ketinggian dari permukaan laut 0 – 500 meter, dengan perincian sebagai berikut: 0 –
50 meter
seluas
47.144
hektar (20,50 %), 50 – 100 meter seluas 112.126 hektar (15,28 %), 100 – 150 meter seluas 98.133 hektar (13,37 %), 150 – 500 meter seluas 301.960 hektar (41,55 %), dan > 500 meter seluas 73.509 hektar (10,15 %) Sampai dengan tahun 2006, pemerintahan kabupaten Kupang secara administratif terbagi dalam 29 kecamatan, 218 desa dan 22 kelurahan. Kabupaten Kupang terdiri dari padang rumput, pohon lontar, pohon pinus, cendana dan gewang. Sedangkan fauna terdiri dari hewan-hewan besar menyusui misalnya, kerbau, sapi, kuda, hewan kecil menyusui, misalnya kambing, babi dan domba. Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, di kabupaten Kupang hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau di musim hujan. Pada bulan Juni – September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember – Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra
51
Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – Nopember. Mengingat kabupaten Kupang dekat Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudra Pasifik sampai di wilayah kabupaten Kupang kandungan airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di kabupaten Kupang lebih sedikit dibandingkan wilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan kabupaten Kupang sebagai wilayah yang tergolong kering dimana hanya 5 bulan (Januari – April dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan 7 bulan sisanya relatif kering. Dari Tabel 3 jumlah curah hujan setahun bervariasi tiap bulan. Pada tahun 2006 jumlah curah hujan setahun tertinggi pada bulan Januari, dan terendah pada bulan Juni. Tabel 3. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Rata-rata curah hujan dan hari hujan di kabupaten Kupang menurut bulan tahun 2005-2006
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Curah hujan 2005 2006 112,4 497.2 229,5 151,9 128,4 351,5 25,5 106,7 2,1 40,5 0 8,3 0 0 0 0 0 0 20,6 25 113,4 40,3 297,9 245,5
Hari hujan 2005 2006 21 26 25 15 18 20 2 10 2 5 0 3 0 0 0 0 0 0 4 1 15 3 26 18
Sumber: BPS kabupaten Kupang, 2007a.
Rata-rata kelembaban udara di kota Kupang tahun 2006 78,83 persen, arah kecepatan angin E/13 knot, tekanan udara 1.011,95 milibar dan rata-rata suhu udara di atas 27,150. Jumlah penduduk kabupaten kupang sampai tahun 2006 sebanyak 362.790 jiwa (laki-laki 185.379 jiwa atau 51,10% dan perempuan 177.411 jiwa atau 48,90% ) dengan kepadatan penduduk 62 jiwa per kilometer persegi.
52
Gambar 3. Peta wilayah kecamatan Kupang Tengah kabupaten Kupang provinsi NTT Kecamatan Kupang Tengah secara geografis terletak antara
10010”-
10028” Lintang Selatan dan 123064” - 123079” Bujur Timur, dengan topografi bervariasi daerah berada dari elevasi 0 meter diatas permukaan laut (pantai) sampai pada ketinggian 150 meter di atas permukaan laut. Secara geografis batas wilayah kecamatan Kupang Tengah terdiri dari: sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kupang atau Laut Timor, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Taebenu dan kecamatan Maulafa, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Kupang Timur, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
53
Luas wilayah kecamatan Kupang Tengah seluas 94,79 km2, terdiri dari satu Kelurahan dan tujuh desa (187 RT, 78 RW, 34 dusun) dengan jumlah penduduk sampai dengan tahun 2006 sebanyak 24.458 jiwa (laki-laki 12.854 jiwa atau 52,56% dan perempuan 11.604 jiwa atau 47,44%) dengan tingkat kepadatan penduduk 258 jiwa per kilometer persegi Mata Pencaharian utama masyarakat adalah bertani, dimana kurang lebih 70% masyarakat berusaha sektor pertanian dan sisanya berusaha di bidang peternakan, perdagangan dan lain-lain. Kurang lebih 50 % luas wilayah (meliputi 5 desa) merupakan daerah dataran rendah. Perbedaan kondisi topografi tersebut juga mempengaruhi karakteristik wilayah seperti tingkat kesuburan tanah, pola pertanian dan pola pemukiman serta sosiokultur dimana penduduk pada kawasan pesisir cenderung heterogen sedangkan pada bagian daratan cenderung homogen. Wilayah pemukiman umumnya menempati daerah pinggiran bukit dan hanya sebagian kecil yang menempati daerah datar, terutama di pinggiran jalan Timor Raya dan daerah pesisir pantai, karena umumnya dataran rendah merupakan lahan usaha tani tanaman pangan seperti padi, jagung dan sayuran. Sedangkan untuk wilayah dataran tinggi usahatani yang dilakukan oleh masyarakat peternak dan pekebun. Sesuai gambaran umum wilayah Kecamatan Kupang Tengah mempunyai karakteristik tanah yang sangat beragam, tapi secara umum Kupang Tengah mempunyai jenis tanah latosol dengan iklim tipe D4 (Oldeman) dan tipe E (Schmidt-Ferguson) yang berarti musim hujan/basah 3-4 bulan dan musim kemarau 8-9 bulan. Curah Hujan di wilayah Kupang Tengah berdasarkan curah hujan harian kumulatif pada 2 stasiun klimatologi terdekat yaitu BMG lasiana dan Stasiun Tarus (BPP). Tabel 4 menunjukkan kecamatan Kupang Tengah mempunyai rata-rata curah hujan dalam setiap bulan hujan adalah 164,56 milimeter dan rata-rata hari hujan adalah 13,44 hari setiap bulan. Pengusahaan lahan yang ada dalam kecamatan Kupang Tengah seperti Tabel 5 menunjukkan bahwa dari lahan potensial seluas 1.176 hektar, lahan yang telah diusahakan seluas 1.055 hektar (89,71%) sedangkan lahan yang masih belum diusahakan seluas 121 hektar (10,29%). Lahan yang belum diusahakan merupakan lahan yang sedang dibuka oleh pemerintah dalam program perluasan
54
areal sawah termasuk lahan sawah di desa Oelpuah dan Oelnasi merupakan lahan baru yang dibuka. Tabel 4. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12
Rata-rata curah hujan dan hari hujan di kecamatan Kupang Tengah menurut bulan tahun 2006 Bulan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Curah hujan 296 344 104 29 0 48 9 0 0 3 416 232 1.481
Hari hujan 24 18 18 6 0 8 6 0 0 3 47 21 121
Sumber: BPS kabupaten Kupang, 2007b.
Tabel 5. Luas lahan sawah di kecamatan Kupang Tengah tahun 2007 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Desa/Kelurahan Tarus Mata Air Noelbaki Tanah Merah Oebelo Oelpuah Oelnasi Penfui Timur Jumlah
Lahan Potensial ( ha) 100 155 355 10 75 327 85 69 1.176
Lahan Fungsional ( ha ) 100 155 355 10 75 256 35 69 1.055
Belum Tergarap ( ha ) 0 0 0 0 0 71 50 0 121
Sumber: BPS kabupaten Kupang, 2007b.
Usahatani yang umum dilakukan oleh masyarakat Kupang Tengah untuk wilayah lahan sawah khususnya desa Noelbaki, Tarus dan Mata Air adalah padi dengan IP 200% dengan pola tanam padi – padi. dengan berbagai macam inovasi teknologi. Selain usahatani padi sebagai komoditas unggulan wilayah Kupang Tengah, petani juga banyak mengusahakan tanaman sayuran dan hortikultura meskipun luasnya terbatas seperti kubis, kol bunga, kacang panjang, sawi, lombok, ketimun juga semangka yang banyak diusahakan di musim kemarau/ahkir musim penghujan.
55
Untuk usaha tani lahan kering komoditas yang diusahakan pada musim penghujan adalah jagung dan kacang-kacangan. Untuk tanaman keras dan tanaman perkebunan banyak diusahakan di dataran tinggi yang topografi berbukit dengan sistem tradisional dengan jenis tanaman Mahoni, jati, jambu mete dan hijauan pakan ternak seperti lamtoro dan gamal. Deskripsi Kelompok Tani Secara umum kelompok tani padi yang ada dalam wilayah kecamatan Kupang Tengah kabupaten Kupang provinsi NTT adalah kelompok tani yang terbentuk karena ada ikatan emosional masyarakat dan kekeluargaan secara turun temurun. Sehingga apabila dilihat dari jumlah anggota yang ada dalam kelompok termasuk kelompok yang berbeda karena memiliki anggota kelompok banyak. Ikatan emosional masyarakat yang ada dalam kelompok yang banyak tersebut menyebabkan petugas pertanian masih sulit untuk membagi anggota kelompok menjadi beberapa kelompok baru sesuai persyaratan bahwa idealnya satu kelompok tani yang efektif adalah kelompok tani yang mempunyai anggota 25 sampai 30 orang. Di kecamatan Kupang Tengah dengan tujuh desa dan satu kelurahan, wilayah yang memiliki potensi pengembangan padi memiliki kelompok tani yang telah lama mengelola lahan sawahnya secara intensifikasi adalah wilayah kelurahan Tarus, desa Mata Air dan desa Noelbaki. Pembagian kelompok tani menurut wilayah administrasi (desa dan kelurahan) adalah sebagai berikut: 1) Kelompok Tani
”Usaha Bersama”
sejak tahun 1995 dikukuhkan sebagai
kelompok tani dengan klas kelompok sebagai kelompok Madya. Memiliki badan pengurus kelompok dengan anggota sebanyak 220 orang terbagi dalam 4 sub kelompok masing masing sub I; 41 orang, sub II; 63 orang, sub III; 57 orang dan sub IV; 59 orang. Luas lahan garapan; 115,15 hektar. Di desa Noelbaki. 2) Kelompok Tani
”Rindu Sejahtera”
sejak tahun 2000 dikukuhkan sebagai
kelompok tani dengan kelas kelompok Madya. Memiliki badan pengurus kelompok dengan anggota sebanyak 345 orang terbagi dalam 4 sub kelompok masing-masing sub I; 80 orang, sub II; 101 orang, sub III; 98 orang, dan sub IV; 118 orang. Luas lahan garapan; 240 hektar. Di desa Noelbaki. 3) Kelompok Tani ”Dahulu Rasa” sejak tahun 1982 dikukuhkan sebagai kelompok tani dengan
56
klas kelompok Lanjut. Memiliki badan pengurus kelompok dengan anggota sebanyak 180 orang terbagi dalam empat sub kelompok masing-masing sub I; 48 orang, sub II; 45 orang, sub III; 42 orang, dan sub IV; 45 orang. Luas lahan garapan; 115 hektar. Di desa Mata Air. 4) Kelompok Tani ”Esa Nita” sejak tahun 2006 dikukuhkan sebagai kelompok tani dengan klas kelompok Pemula. Memiliki badan pengurus kelompok dengan anggota sebanyak 22 orang. Luas lahan garapan ; 20 hektar. Di desa Mata Air. 5) Kelompok Tani ”Rukun Tani” sejak tahun 2002 dikukuhkan sebagai kelompok tani dengan klas kelompok Pemula. Memiliki badan pengurus kelompok dengan anggota sebanyak 180 orang terbagi dalam 3 blok kelompok masing-masing blok I; 51 orang, blok II; 67 orang, blok III; 62 orang. Luas lahan garapan; 100 hektar. Di kelurahan Tarus. Penentuan waktu tanam untuk kelompok-kelompok tani padi sawah ditentukan secara bersama melalui musyawarah kelompok dengan pertimbanganpertimbangan faktor pembatas seperti ketersediaan air. Pengenalan paket teknologi dalam usahatani padi dilakukan secara bertahap seperti intensivikasi padi (jarak tanam) diperkenalkan sejak 30 tahun yang dilanjutkan akhir tahun 70-an sampai tahun 80-an dengan program insus, inmum yang di dalamnya ada paket penggunaan varietas unggul seperti IR 64, kemudian sampai dengan saat ini telah banyak diperkenalkan beberapa inovasi teknologi baik yang masuk dalam progran SUTPA seperti penggunaan benih berlabel biru, penggunaan varietas unggul baru, cara tanam benih langsung (tabela), cara tanam jajar legowo, tanam umur bibit muda, tanam 1 anakan per rumpun, penggunaan pupuk cair dan alternatif. Karakteristik Individu Pemuka Pendapat Kelompok Tani Karakteristik individu pemuka pendapat kelompok tani padi di kecamatan Kupang Tengah sebagai responden dalam penelitian ini antara lain umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pekerjaan, pendapatan, pengalaman usahatani, luas lahan usahatani, jumlah anggota keluarga, partisipadi sosial atau diskusi dengan anggota kelompok dan status sosial atau ketokohan. Penjelasan tentang karakteristik individu adalah sebagai berikut:
57
Tabel 6. Deskripsi karakteristik individu responden Karakteristik Individu Umur
Pendidikan Formal
Pendidikan Non Formal
Pekerjaan
Pendapatan
Pengalaman Usahatani
Luas Lahan Garapan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Partisipasi Sosial
Status Sosial
Kategori
Jumlah Orang
Persentase (%)
a. Muda (23 – 39 tahun)
34
34,34
b. Dewasa (40 – 57 tahun)
53
52,53
c. Tua (> 58 tahun)
13
13,13
a. Pendidikan dasar (SD, SLTP)
56
56,57
b. Pendidikan Menengah (SLTA)
38
38,38
c. Pendidikan Tinggi (D1 – Sarjana)
5
5,05
a. Tidak pernah
58
58,59
b. Rendah (1 – 3 kali)
39
39,39
c. Tinggi (>4kali)
2
2,02
a. Petani
85
85,86
b. Petani dan pedagang
5
5,05
c. Petani dan pegawai
9
9,09
a. Rendah (< Rp.1.000.000,-)
50
50,51
b. Sedang (Rp.1.000.000,- s/d Rp.2.000.000,-) c. Tinggi (> Rp.2.000.000,-)
39
39,39
10
10,10
a. Rendah (< 20 tahun)
50
50,51
b. Sedang (20 – 30 tahun)
39
39,39
c. Tinggi
(> 30 tahun)
10
10,10
a. Sempit (< 1 hektar)
58
58,59
b. Sedang (1 – 2 hektar)
36
36,36
c. Luas (> 2 hektar)
5
5,05
a. Sedikit (1 – 4 jiwa)
44
44,44
b. Sedang (5 – 8 jiwa)
48
48,49
c. Banyak (9 – 12 jiwa)
7
7,07
a. Rendah (< 8 kali)
63
63,64
b. Sedang (9 – 15 kali)
35
35,35
c. Tinggi (> 15 kali)
1
1,01
a. Petani
59
59,60
b. 1 tokoh selain tokoh petani
24
24,24
c. > 1 tokoh selain tokoh petani
16
16,16
58
Umur Umur yaitu jumlah tahun hidup responden dari saat kelahiran hingga penelitian atau interview dilaksanakan. Pengukuran berdasarkan pembulatan ke ulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam satuan tahun. Umur responden yang berada di daerah kecamatan Kupang Tengah bervariasi dimana umur terendah 23 dan umur tertinggi 76 tahun. Berdasarkan angka tertinggi dan terendah maka umur responden dibagi dalam 3 (tiga) golongan umur yaitu golongan pertama umur responden 23 sampai 39 tahun, golongan kedua umur responden 40 sampai 57 tahun dan golongan ketiga umur responden yang lebih besar dari 58 tahun. 60
5 2 5 2 .5 3
Jumlah
50 40
3 4 3 4 .3 4
Orang
30
Persen
20
13
13 .13
10 0 23 - 39
40 - 57
> 58
Umur (Tahun)
Gambar 4. Jumlah dan persentase umur pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Hasil penelitian Tabel 6 dan penyajiannya dalam Gambar 4 menunjukkan bahwa yang termasuk dalam pemuka pendapat petani sebagian besar atau 52,53 persen termasuk dalam golongan umur 40 sampai 57 tahun, 34,34 persen termasuk dalam golongan umur 23 sampai 39 tahun dan 13,13 persen termasuk dalam golongan umur lebih dari 58 tahun. Rata-rata umur pemuka pendapat kelompok tani yaitu 43,4 tahun. Berdasarkan umur rata-rata dan jumlah kategori umur pemuka pendapat kelompok tani, dapat dikatakan bahwa pemuka pendapat petani kelompok tani padi pada wilayah penelitian sebagian besar temasuk dalam golongan umur yang produktif yang belum terlalu tua (dewasa) dan mempunyai potensi sumberdaya manusia dari kalangan petani yang termasuk dalam golongan umur muda yang nantinya akan meneruskan kegiatan usahatani padi dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam golongan tua.
59
Pendidikan Formal Pendidikan Formal adalah tingkat pendidikan sekolah tertinggi yang dapat diselesaikan oleh responden. Pendidikan yang pernah dijalani responden bervariasi dan dibagi dalam 3 (tiga) tingkat pendidikan yaitu pertama tingkat pendidikan dasar (pendidikan SD sampai SLTP), kedua tingkat pendidikan menengah (pendidikan SLTA) dan ketiga tingkat pendidikan tinggi (pendidikan D1 sampai Sarjana). Berdasarkan hasil penelitian Tabel 6 dan penyajiannya dalam Gambar 5 menunjukkan bahwa pemuka pendapat petani sebagian besar berpendidikan dasar 56,57 persen atau 56 orang hanya mengenyam pendidikan sampai pada level pendidikan dasar (pendidikan SD sebanyak 40 orang dan SMP 16 orang), yang berpendidikan menengah 38,38 persen atau 38 orang dan yang berpendidikan tinggi hanya 5.05 persen atau 5 orang (Diploma 3 orang dan Sarjana 2 orang). 60
56
5 6 .5 7
50 38
J um la h
40
3 8 .3 8
Orang
30
Persen
20 10
5
5 .0 5
0 Pend. Dasar
Pend. Menengah
Pend. Tinggi
Tingkat Pendidikan
Gambar 5.
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan formal pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008
Pendidikan formal yang masih rendah tersebut disebabkan karena selain keadaan sosial ekonomi yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah kepada jenjang yang lebih tinggi, juga karena adanya pemahaman bahwa seorang petani secara turun temurun tidak perlu sekolah sampai pada jenjang yang lebih tinggi dari pendidikan dasar yang diperlukan adalah kemampuan untuk bekerja lebih tekun dan giat untuk memperoleh hasil yang lebih baik didukung dengan kemampuan membaca dan berhitung.
60
Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal responden adalah jumlah frekwensi keterlibatan responden seperti kursus atau pelatihan yang pernah diikuti oleh responden untuk menambah wawasan dan pengalaman berusahatani padi di luar pendidikan formal. Pendidikan seperti kursus dan pelatihan terutama dalam bidang pertanian yang pernah diikutinya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pendidikan nonformal responden bervariasi dimana pendidikan nonformal terendah tidak pernah mengikuti dan tertinggi 4 kali mengikuti pelatihan/kursus. Untuk membedakan responden dalam frekuensi keikutsertaanya dalam pendidikan nonformal, maka dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu golongan pertama yang tidak pernah mengikuti kegiatan kursus atau pelatihan, golongan kedua yang pernah mengikuti sebanyak 1 sampai 3 kali dan golongan yang ketiga yang pernah mengikuti kursus atau pelatihan lebih dari 4 kali. 70 60
58
5 8 .5 9
Jum la h
50 39
40
3 9 .3 9
Orang Persen
30 20 10
2
2 .0 2
0 Tdk Pernah
1-3 kali
>4 kali
Frekwensi mengikuti pelatihan/kursus
Gambar 6.
Jumlah dan persentase pendidikan nonformal pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008
Berdasarkan Tabel 6 dan penyajiannya dalam Gambar 6 bahwa sampai tiga tahun terakhir saat penelitian dilaksanakan menunjukkan sebagian besar atau 58 persen pemuka pendapat kelompok tani tidak pernah mengikuti kegiatan kursus atau pelatihan, 39,39 persen pernah mengikuti pelatihan atau kursus sebanyak 1 sampai 3 kali sedangkan yang pernah mengikuti lebih dari 4 kali pelatihan atau kursus hanya 2,02 persen. Rata-rata keikutsertaan dalam pelatihan atau kursus adalah 0,71 kali.
61
Kurangnya keterlibatan dan keikutsertaan pemuka pendapat petani dalam kegiatan kursus dan pelatihan disebabkan karena keterbatasan dan kurangnya penyelenggaraan kursus maupun pelatihan, keterbatasan kebutuhan peserta dalam kegiatan pelatihan atau kursus, penyelenggaraan pelatihan biasanya ditujukan hanya kepada anggota badan pengurus kelompok tani dan aksebilitas petani dengan penyelenggara kegiatan pelatihan atau kursus. Pekerjaan Pekerjaan adalah bidang atau profesi yang dijalankan responden sebagai mata pencaharian utama Pekerjaan responden dalam kelompok tani padi dibagi dalam 3 golongan pekerjaan yaitu pertama pekerjaan sehari-hari hanya dalam bidang pertanian (petani), kedua pekerjaan sehari-hari selain sebagai petani juga sebagai pedagang dan ketiga pekerjaan sehari-hari selain sebagai petani juga status sebagai pegawai. 100 90
85
8 5 .8 6
80 Jumlah
70 60
Orang
50
Persen
40 30 20 10
5
0
Petani
5 .0 5
Petani/p ed ag ang
9
9 .0 9
Petani/p eg awai
Pekerjaan
Gambar 7.
Jumlah dan persentase pekerjaan pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008
Hasil penelitian seperti Tabel 6 dan penyajiannya dalam Gambar 7 menunjukkan bahwa pemuka pendapat kelompok tani sebagian besar atau 85,86 persen bekerja sebagai petani atau sebagai pekerjaan utama, 9,09 persen bekerja selain petani berstatus sebagai pegawai dan hanya 5,05 persen bekerja sebagai petani dan pedagang. Bekerja sebagai petani merupakan pekerjaan pokok yang menggarap lahan usahataninya, petani pedagang merupakan yang bekerja selain menggarap usahataninya juga melakukan usaha dagang baik yang berhubungan dengan pertanian maupun yang berhubungan dengan kebutuhan sehari hari walaupun
62
dalam skala yang kecil, sedangkan petani yang pekerjaannya juga sebagai pegawai adalah pegawai negeri dan pegawai swasta yang tinggal di sekitar lokasi persawahan dan seorang pemuka pendapat petani sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten Kupang. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah penghasilan tetap responden dalam satu bulan baik dari on-farm maupun sumber penghasilan dari off-farm. Pendapatan rata-rata per bulan pemuka pendapat petani padi pada wilayah penelitian adalah pendapatan terendah sebesar Rp.350.000,- dan pendapatan tertinggi sebesar Rp.3.500.000,- dari pendapatan nilai terendah dan tertinggi, responden terbagi atas 3 kelompok yakni kelompok pertama pendapatan kurang dari Rp.1.000.000,kelompok kedua pendapatan Rp. 1.000.000,- sampai Rp.2.000.000,- dan kelompok ketiga pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,-. 60 50
50
5 0 .5 1
39
Jumlah
40
3 9 .3 9
Orang
30
Persen
20 10
10
10 .10
0 <1.000.000
1.000.000 - 2.000.000
>2.000.000
Pendapatan per bulan
Gambar 8. Jumlah dan persentase pendapatan per bulan pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Berdasarkan hasil penelitian seperti Tabel 6 dan penyajiannya dalam Gambar 8 menunjukkan bahwa sebagian atau 50,51 persen dari pemuka pendapat kelompok tani berpenghasilan tidak sampai Rp.1.000.000,-, 39,39 persen responden berpenghasilan diantara Rp.1.000.000,- sampai Rp.2.000.000,- dan 10,10 persen responden berpenghasilan lebih dari Rp.2.000.000,-.
Rerata
pendapatan setiap bulan pemuka pendapat kelompok tani adalah Rp.1.097.000,-. Penghasilan pemuka pendapat yang rendah di bawah Rp.1.000.000,diperoleh dari hasil usahatani padi dari lahan yang kecil garapannya, produktivitas
63
yang rendah walaupun dari lahan yang luas dan kurang modal usahatani sehingga harus selalu meminjam secara cepat dari pemodal perorangan dengan bunga pengembalian yang besar. Pengalaman Usahatani Pengalaman usahatani adalah lamanya responden melakukan usahatani padi diukur dengan satuan tahun sampai dilaksanakannya penelitian. Pengalaman usahatani padi responden yang paling rendah adalah 9 tahun dan yang paling lama pengalaman usahatani padi adalah selama 40 tahun. Dari pengalaman usahatani terendah dan tertinggi tersebut maka pengalaman usahatani responden dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yakni kelompok pertama pengalaman usahataninya kurang dari 20 tahun, kelompok kedua pengalaman usahataninya dari 20 sampai 30 tahun dan kelompok ketiga mempunyai pengalaman usahatani padi telah lebih dari 30 tahun. 60 50
50
5 0 .5 1
39
Jumlah
40
3 9 .3 9
Orang
30
Persen
20 10
10
10 .10
0 < 20 tahun
20 - 30 tahun
> 30tahun
Pengalaman Usahatani
Gambar 9. Jumlah dan persentase pengalaman usahatani pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Hasil penelitian seperti Tabel 6 dan penyajiannya dalam Gambar 9 memperlihatkan bahwa sebagian atau 50,51 persen pemuka pendapat pengalaman usahatani padi dibawah 20 tahun, 39,39 persen berpengalaman dalam usahatani padi diantara 20 sampai 30 tahun, sedangkan 10,10 persen berpengalaman dalam berusahatani padi yang telah lebih dari 30 tahun. Rerata pengalaman usahatani pemuka pendapat kelompok tani adalah 17,9 tahun. Beragamnya pengalaman berusahatani pemuka pendapat petani dalam kelompok tani diperoleh secara turun temurun atau memang berasal dari keluarga yang bermatapencarian pokok adalah petani, disamping itu ada yang
64
berpengalaman berusahatani padi sebagai alternatif matapencarian karena tuntutan hidup dan rasa tanggung jawabnya bagi keluarga sedangkan bagi petani yang berstatus sebagai pegawai pengalaman berusahatani dijadikan sebagai alternatif tambahan penghasilan Luas Garapan Luas garapan adalah besarnya lahan yang dimiliki ataupun yang digarap oleh responden. Responden sebanyak 99 orang jika ditinjau dalam status pengelolaan lahan usahatani padi yaitu pemilik dan penggarap menunjukkan bahwa sebagian besar atau 60 orang (60.61 persen) responden dalam mengelola lahan usahatani berstatus sebagai penggarap dimana responden mengelola lahan yang dimiliki orang lain baik yang masih berhubungan keluarga maupun tidak ada hubungan keluarga. 39 orang atau 39.39 persen dari responden status pengelolaan lahan usahatani padi adalah pemilik dan penggarap, yaitu responden menggarap lahan yang dimilikinya baik secara turun temurun ataupun lahan yang dibeli dari petani yang ada dalam hamparan sawah terdahulu. Luas lahan yang digarap oleh responden baik yang dikelola dalam statusnya sebagai penggarap maupun pemilik dan penggarap yang paling kecil luas garapannya seluas 1000 meter persegi (0,1 hektar) dan yang paling luas lahan sawah garapannya 50.500 meter persegi (5,5 hektar) sehingga pengelompokkan responden berdasarkan luas lahan usahataninya pada setiap musim tergolong dalam 3 kelompok yaitu kelompok pertama adalah responden yang menggarap lahan sawah lebih kecil dari 1 hektar, kelompok kedua adalah luas lahan sawah yang digarap responden setiap musim tanam antara 1 sampai 2 hektar dan kelompok ketiga adalah responden yang menggarap lahan sawah seluas lebih dari 3 hektar. Berdasarkan hasil penelitian terhadap pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah seperti Tabel 6 dan disajikan dalam Gambar 10 menunjukkan bahwa luas garapan usahatani padi pemuka pendapat kelompok tani, sebagian besar atau 58,59 persen menggarap lahan sawah lebih kecil dari 1 hektar, 36,36 persen menggarap lahan sawah seluas 1 sampai 2 hektar sedangkan 5,05 persen lahan sawah yang digarap lebih dari 2 hektar. Rata-rata luas lahan yang digarap pemuka pendapat kelompok tani seluas 0,95 hektar.
65
70 60
58
5 8 .5 9
Jumlah
50 40
36
3 6 .3 6
Orang Persen
30 20 10
5
5 .0 5
0 < 1 hektar
1- 2 hektar
> 2 hektar
Luas Lahan
Gambar 10. Jumlah dan persentase luas garapan pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Luas lahan yang dikelola pemuka pendapat yang beragam yang didominasi dengan luas garapan yang lebih kecil dari 1 hektar baik bagi yang berstatus sebagai penggarap ataupun sebagai pemilik penggarap tersebut karena faktor ekonomi yang menyebabkan lahan dijual atau digadaikan kepada pembeli baik yang ada disekitar hamparan sawah ataupun pembeli lahan yang ada di luar hamparan sehingga cenderung lahan yang dimiliki semakin kecil dan pembagian warisan bagi anggota keluarga serta semakin banyaknya petani yang mau menggarap lahan. Besar Tanggungan Keluarga Besar tanggungan keluarga adalah jumlah orang di dalam rumah tangga tersebut yang kebutuhannya dipenuhi oleh kepala keluarga, dinyatakan dalam jumlah orang meliputi; ayah, ibu, anak dan saudara sekandung dan saudara tidak sekandung yang tinggal serumah. Jumlah anggota keluarga yang menjadi responden adalah beragam yaitu anggota keluarga inti (ayah, ibu dan anak), belum berkeluarga, atau yang berstatus duda. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah 1 orang jumlah tanggungan sedangkan yang paling banyak adalah sebanyak 12 orang anggota keluarga. Berdasarkan jumlah terendah dan tertinggi tersebut maka jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah responden yang menanggung 1-4 jiwa, kelompok kedua adalah responden yang menanggung 5-4 jiwa dan kelompok ketiga adalah responden yang menanggung 9-12 jiwa.
66
60 50
48 44
4 8 .4 8
4 4 .4 4
J um la h
40 Orang
30
Persen
20 10
7
7 .0 7
0 1-4
5-8
9-12
Jumlah Tanggungan Keluarga
Gambar 11. Jumlah dan persentase besar tanggungan keluarga pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Tabel 6 dan disajikan dalam Gambar 11 menunjukkkan bahwa jumlah anggota keluarga sebagai tanggungan pemuka pendapat kelompok tani terbanyak atau 48,49 persen mempunyai tanggungan anggota keluarga sebanyak 5-8 jiwa, 44,44 persen mempunyai tanggungan sebanyak 1-4 jiwa sedangkan 7,07 persen mempunyai tanggungan sebanyak 9-12 jiwa. Rata-rata jumlah anggota keluarga sebagai tanggungan pemuka pendapat kelompok tani adalah 5 orang. Tanggungan pemuka pendapat yang ada dalam rumah sebagai anggota keluarga yang cukup tinggi ini dimungkinkan karena selain jumlah anggota keluarga inti yang banyak (anak) dengan menganut paham bahwa dengan mempunyai banyak anak maka akan banyak rejeki pula, selain itu tanggungan keluarga yang banyak juga karena adanya orang lain (bukan saudara kandung) yang masih ada ikatan atau hubungan kekeluargaan sebagai wujud kepedulian dan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga. Partisipasi Sosial Partisipasi sosial adalah seringnya responden berhubungan dengan anggota kelompok untuk menginformasikan dan berdiskusi tentang teknologi usahatani padi selama tiga bulan terakhir saat penelitian dilakukan. Frekuensi responden dalam berdiskusi dan menginformasikan teknologi usahatani padi kepada anggota kelompok beragam jumlahnya. Frekuensi terendah adalah 2 kali dan yang tertinggi 20 kali. Dari tinggi rendahnya frekuensi responden melakukan diskusi dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah responden yang
67
frekuensi diskusinya kurang dari 8 kali, kelompok kedua adalah responden yang frekuensi diskusinya 9-15 kali dan kelompok ketiga adalah responden yang frekuensi diskusinya lebih dari 15 kali. 70
6 3 6 3 .6 4
60
Jumlah
50 40
Orang
3 5 3 5 .3 5
Persen
30 20 10
1
1.0 1
0 < 8 kali
9 - 15 kali
> 15 kali
Frekwensi Diskusi
Gambar 12. Jumlah dan persentase frekuensi diskusi pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Hasil penelitian seperti Tabel 6 dan disajikan dalam Gambar 12 bahwa pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah dalam berdiskusi dan menginformasikan teknologi usahatani padi kepada anggota kelompok tani selama tiga bulan sampai penelitian dilaksanakan menunjukkan sebagian besar atau 63,64 persen diskusi dilaksanakan kurang dari 8 kali, 35,35 persen diskusi dilaksanakan 9-15 kali sedangkan hanya 1,01 persen diskusi dilaksanakan lebih dari 15 kali. Rata-rata diskusi dengan anggota kelompok lain dalam tiga bulan terakhir sebanyak 7 kali. Diskusi dan menginformasikan teknologi usahatani padi sebagai wujud partisipasi sosial dari pemuka pendapat kelompok tani kepada anggota kelompok tani beragam untuk frekuensi diskusi rendah karena rata-rata anggota telah banyak mengetahui tentang informasi teknologi pertanian baik melalui media massa, petugas pertanian dan dalam pertemuan kelompok, sedangkan frekuensi diskusi yang tinggi karena sebagai akibat dari bagitu banyaknya informasi yang telah diterima oleh tingginya keterdedahan terhadap media massa dan kekosmopolitan pemuka pendapat terhadap inovasi teknologi usahatani padi serta
masih ada
anggota kelompok yang belum memahami tentang inovasi teknologi usahatani padi yang pernah didengar atau dilihat.
68
Status Sosial Status sosial adalah ketokohan responden yang berpengaruh terhadap kelompoknya, meliputi tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh politik, tokoh petani, tokoh pemuda, tokoh adat. Jika dilihat dari status sosial responden mempunyai peran yang lebih dari aspek ketokohannya ada yang hanya sebagai tokoh petani tetapi adapula yang ketokohannya oleh masyarakat diakui lebih dari tokoh petani. Sehingga dalam status sosial responden terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok satu adalah kelompok responden yang hanya sebagai tokoh petani, kelompok kedua adalah kelompok responden sebagai tokoh yang memiliki peran sebagai 2 tokoh selain sebagai tokoh petani sedangkan kelompok ketiga adalah responden yang memiliki status ketokohan yang lebih dari 2 tokoh. 70 60
5 9 5 9 .6 0
Jumlah
50 40
Orang
30
Persen
2 4 2 4 .2 4
20
16
16 .16
10 0 Petani
1 tokoh selain petani
> 1 tokoh selain petanii
Ketokohan
Gambar 13. Jumlah dan persentase ketokohan pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Status sosial pada aspek ketokohannya dalam masyarakat, pemuka pendapat petani di kecamatan Kupang Tengah seperti Tabel 6 dan disajikan dalam Gambar 13 menunjukkan bahwa para pemuka pendapat petani sebagian besar atau 59,60 persen memiliki status sosial atau ketokohannya hanya sebagai tokoh petani, sedangkan 24,24 persen memiliki 1 tokoh lain selain tokoh petani dan 16,16 persen memiliki satus ketokohan lebih dari 2 tokoh selain sebagai tokoh petani. Pemuka pendapat petani yang memiliki 1 status tokoh selain sebagai tokoh petani, penyebaran ketokohannya adalah 11 orang atau 45,83 persen sebagai tokoh petani dan tokoh pemuda, 7 orang atau 29,17 persen sebagai tokoh petani dan agama, 5 orang atau 20,83 persen sebagai tokoh petani dan adat dan 1 orang atau 4,17 persen sebagai tokoh petani dan tokoh politik.
69
Pemuka pendapat petani yang memiliki lebih dari 2 tokoh.selain tokoh petani, penyebaran ketokohannya adalah 1 orang atau 6,25 persen sebagai tokoh petani dan 5 tokoh lain (agama, pendidikan, politik, pemuda dan adat), 1 orang atau 6,25 persen sebagai tokoh petani dan 5 tokoh lain (agama, politik dan adat), 1 orang atau 6,25 persen sebagai tokoh petani dan 3 tokoh lain (agama, pemuda dan adat), 1 orang atau 6,25 persen sebagai tokoh petani dan 3 tokoh lain (politik, pemuda dan adat), 1 orang atau 6,25 persen sebagai tokoh petani dan 3 tokoh lain (agama, pendidikan dan adat), 1 orang atau 6,25 persen sebagai tokoh petani dan 2 tokoh lain (agama dan masyarakat), 1 orang atau 6,25 persen sebagai tokoh petani dan 2 tokoh lain (pemuda dan adat), 9 orang atau 56,25 persen sebagai tokoh petani dan 2 tokoh lain (agama dan adat). Sumber dan Saluran Informasi Sumber dan Saluran Informasi pemuka pendapat kelompok tani sebagai responden yang diteliti dalam penelitian ini antara lain frekuensi kontak dengan penyuluh dan peneliti BPTP NTT, frekuensi kontak dengan PPL dan keterdedahan terhadap media massa yaitu frekuensi dan intensitas responden dalam mencari informasi melalui media elektronik dan media cetak antara lain frekwensi atau lama nonton televisi per hari, frekuensi nonton teknologi usahatani padi di televisi sebulan terakhir, frekuensi atau lama dengar radio per hari, frekuensi dengar teknologi usahatani padi di radio sebulan terakhir, frekuensi atau lama baca surat kabar per hari, frekuensi baca teknologi usahatani padi di surat kabar sebulan terakhir, frekuensi membaca Liptan tiga bulan terakhir. Penjelasan tentang karakteristik individu adalah sebagai berikut:
70
Tabel 7. Jumlah dan persentase pemanfaatan sumber dan saluran informasi Pemanfaatan Sumber dan Saluran Informasi Kontak dengan Peneliti/ penyuluh BPTP NTT Kontak dengan PPL
Frekuensi nonton tek. usahatani padi di televisi Frekuensi dengar info. Usahatani padi di Radio Frekuensi Baca Info. Usahatani padi di Surat Kabar Frekuensi Baca Liptan
Kategori
Jumlah Orang
Persentase (%)
a. Tidak pernah
18
18,18
b. Rendah (1 – 5 kali)
60
60,61
c. Tinggi (> 5 kali)
21
21,21
a. Rendah (1 – 5 kali)
51
51,52
b. Sedang (6 – 10 kali)
28
28,28
c. Tinggi (>10 kali)
20
20,20
a. Rendah (< 3 kali)
76
78,35
b. Sedang ((3 – 5 kali)
12
12,37
c. Tinggi (> 5 kali)
9
9,28
a. Rendah (< 3 kali)
62
63,27
b. Sedang (3 – 5 kali)
23
23,47
c. Tinggi (> 5 kali)
13
13,26
a. Rendah (<3 kali)
78
79,59
b. Sedang (3 – 5 kali)
14
14,29
c. Tinggi (>5 kali)
6
6,12
a. Rendah (< 3 kali)
84
84,85
b. Sedang (3 – 5 kali)
11
11,11
c. Tinggi (>5 kali)
4
4,04
Kontak dengan Peneliti/Penyuluh BPTP Sebagai lembaga pengkajian pertanian yang ada di daerah maka Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT berfungsi untuk mengkaji berbagai teknologi pertanian yang ada terhadap potensi karakteristik wilayah daerah NTT, sehingga untuk melakukan peran dan fungsinya untuk menunjang pertanian tersedianya tenaga fungsional yang tugasnya adalah untuk mengkaji dan menginformasikan hasil kajian kepada pengguna termasuk pemuka pendapat petani dan petani. Dalam mencari dan memanfaatkan informasi teknologi pertanian yang ada di BPTP NTT, maka responden melakukan konsultasi baik secara individu maupun kelompok. Dalam tiga bulan terakhir sampai saat penelitian dilaksanakan, frekuensi terendah responden melakukan konsultasi atau kontak dengan peneliti atau penyuluh BPTP NTT adalah tidak pernah terjadi kontak sedangkan frekuensi
71
tertinggi adalah 10 kali. Frekuensi kontak responden dengan peneliti atau penyuluh di BPTP NTT dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok pertama adalah tidak pernah kontak, kelompok kedua adalah yang melakukan kontak sebanyak 1-5 kali dan kelompok ketiga adalah melakukan kontak lebih dari 5 kali. 70 60
60
6 0 .6 1
J um la h
50 40
Orang Persen
30 20
18
21
18 .18
2 1.2 1
10 0 Tidak Pernah
1 - 5 kali
> 5 kali
Frekwensi Kontak
Gambar 14. Jumlah dan persentase frekuensi kontak pemuka pendapat kelompok tani dengan peneliti/penyuluh BPTP NTT di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Tabel 7 dan disajikan dalam Gambar 14 menunjukkan selama tiga bulan terakhir sampai penelitian dilaksanakan bahwa sebagian besar (60 orang) atau 60,61 persen pemuka pendapat kelompok tani melakukan kontak dengan peneliti atau penyuluh BPTP NTT sebanyak 1 sampai 5 kali, yang melakukan kontak lebih dari 5 kali atau yang tertinggi 10 kali sebanyak 21 orang atau 21,21 persen. Sedangkan 18 orang atau 18,18 persen tidak pernah melakukan kontak dengan peneliti atau penyuluh BPTP NTT . Rata-rata kontak pemuka pendapat kelompok tani padi dengan petugas BPTP NTT dalam 3 bulan adalah 3 kali. Kontak yang dilakukan pemuka pendapat petani dengan peneliti atau penyuluh BPTP NTT dipengaruhi oleh frekuensi pertemuan pertemuan kelompok dengan informasi inovasi teknologi padi. Artinya bahwa apabila inovasi teknologi pertanian dalam usahatani padi yang ada di BPTP NTT belum diketahui petani maka akan dimanfaatkan waktu pertemuan rutin kelompok. Petugas BPTP NTT (peneliti atau penyuluh) akan menginformasikan inovasi teknologi padi agar petani dapat memahami inovasi teknologi yang disebarkan. Masih adanya petani yang tidak pernah melakukan kontak dengan petugas BPTP NTT disebabkan masih belum dipahaminya bahwa BPTP NTT sebagai
72
lembaga konsultasi pertanian terutama tentang teknologi pertanian. Sedangkan pemuka pendapat yang telah memahami fungsi tugas dari BPTP-NTT secara intensif melakukan kontak secara pribadi dan atas nama kelompok terhadap inovasi teknologi padi, kontak dilakukan dengan mengunjungi BPTP NTT atau dikunjungi petugas BPTP NTT. Kontak dengan PPL Penyuluh pertanian Lapangan (PPL) adalah seorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Dalam memanfaatkan PPL sebagai petugas pertanian yang ada di lapangan terutama petani dan kelompok tani, pemuka pendapat kelompok melakukan kontak dengan PPL untuk berkonsultasi dan berdiskusi tentang teknologi usahatani padi. Frekuensi kontak responden dengan PPL dalam tiga bulan terakhir sampai saat penelitian dilaksanakan, frekuensi terendah adalah 1 kali responden kontak dengan PPL dan frekuensi tertinggi adalah 12 kali responden kontak dengan PPL. Frekuensi kontak dengan PPL tersebut dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok pertama adalah responden yang melakukan kontak 1-5 kali, kelompok kedua adalah responden yang melakukan kontak 6-10 kali dan kelompok ketiga adalah responden yang melakukan kontak lebih dari 10 kali. 60 51
5 1.5 2
50
Jumlah
40 28
30
Orang
2 8 .2 8 20
20
2 0 .2 0
Persen
10 0 1 - 5 kali
6 - 10 kali
> 10 kali
Frekwensi Kontak PPL
Gambar 15. Jumlah dan persentase frekuensi kontak pemuka pendapat kelompok tani dengan PPL di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008
73
Hasil penelitian terhadap responden seperti Tabel 7 dan disajikan dalam Gambar 15 menunjukkan bahwa frekuensi responden melakukan kontak dengan PPL selama 3 bulan sampai penelitian dilaksanakan 51 orang atau 51,52 persen melakukan 1-5 kali kontak, 28 orang atau 28,28 persen melakukan 6-10 kali kontak sedangkan 20 orang atau 20,20 persen melakukan lebih dari 10 kali kontak. Rata-rata kontak pemuka pendapat kelompok tani padi dengan PPL dalam 3 bulan adalah 6 kali. Rendahnya kontak responden dengan PPL adalah disebabkan karena keterlibatan responden dalam pertemuan kelompok yang kurang serta sering mewakilkan kehadiran pada anggota dalam keluarga. Kontak responden yang tinggi dimungkinkan karena baik secara kehadiran dalam pertemuan kelompok yang dilakukan dalam pertemuan kelompok yang dilakukan setiap minggu sekali serta seringnya melakukan kontak dengan PPL di luar jadwal pertemuan kelompok. Frekuensi Nonton Teknologi Usahatani Padi di Televisi Televisi sebagai salah satu media informasi atau medium komunikasi massa bersifat audio dan visual yang telah ada dan dirasakan manfaatnya oleh khalayak termasuk responden menyatakan bahwa televisi dianggap sebagai media yang dapat memberikan informasi dan hiburan perlu untuk dimiliki. Apabila ditinjau dari kepemilikan televisi bahwa sebagian besar atau 74 orang atau 74,75 persen responden memiliki televisi, sedangkan 25 orang 25,25 persen responden tidak memiliki televisi. Stasiun televisi yang siarannya dapat diakses, diterima atau menjangkau pada wilayah penelitian adalah program siaran dari satsiun Televisi Republik Indonesia (TVRI), Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Metro Televisi, Trans 7 Televisi, Indosiar. Akses terhadap saluran televisi yang dapat diterima responden dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok pertama adalah kelompok yang hanya mengakses saluran TVRI, kelompok kedua adalah yang mengakses 1 saluran televisi swasta selain saluran TVRI dan kelompok ketiga adalah yang mengakses lebih dari 1 saluran televisi swasta selain saluran TVRI. Berdasakan hasil penelitian memperlihatkan bahwa 50 orang atau 50,51 persen responden mengakses 1 saluran televisi swasta selain saluran TVRI, 23 orang atau 23,23
74
persen mengakses lebih dari 1 saluran televisi swasta selain saluran TVRI sedangkan 26 orang atau 26,26 persen yang mengakses hanya pada saluran TVRI . Televisi dengan seluruh program acaranya mengandung unsur berita dan hiburan, selain daripada itu televisi mempunyai daya tarik yang kuat karena mengandung unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect dan unsur visual berupa visual atau gambar yang hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam bagi penonton. Menonton progam acara televisi petani (responden) maka tujuan menonton televisi dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok pertama tujuan responden menonton televisi untuk memperoleh berita, kelompok kedua tujuan responden menonton televisi untuk memperoleh hiburan dan kelompok ketiga tujuan responden menonton televisi untuk mengisi waktu atau menonton berita dan hiburan. Berdasarkan tujuan menonton televisi bahwa sebagian besar (66 orang) responden atau 66,67 persen tujuan pemuka pendapat menonton televisi adalah untuk memperoleh informasi atau berita-berita yang ada dan sedang terjadi baik dari dalam negeri maupun luar negeri, 3 orang responden atau 3,03 persen tujuan nonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan dan 30 orang responden atau 30,30 persen tujuan menonton televisi adalah untuk mendapatkan informasi melalui berita dan adanya hiburan. Lamanya responden menonton televisi setiap hari yang dihitung dalam jam baik pada pagi, siang, sore dan malam. Lamanya responden menonton televisi terendah adalah 1 jam dan tertinggi adalah 5 jam setiap hari. Lamanya responden menonton televisi, dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden yang lama menonton televisi kurang dari 1,5 jam setiap hari, kelompok kedua responden yang lama menonton televisi antara 1,5 jam sampai 3 jam setiap hari dan kelompok ketiga responden yang lama menonton televisi lebih dari 3 jam setiap hari. Berdasarkan lamanya nonton televisi perhari pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah menunjukkan bahwa sebagian besar (63 orang) atau 63,64 persen pemuka pendapat setiap hari menonton televisi 1,5-3 jam, 19 orang atau 19,19 persen menonton televisi lebih dari 3 jam hingga 5 jam dan 17 orang atau 17,17 persen pemuka pendapat menonton televisi yang kurang dari 1,5
75
jam. Rata-rata lama menonton televisi pemuka pendapat kelompok tani padi setiap hari adalah 2,38 jam setiap hari. Frekuensi menonton informasi teknologi usahatani padi dari di televisi adalah seringnya responden menonton televisi yang menayangkan teknologi usahatani padi, diukur dalam frekuensi menonton selama satu bulan terakhir saat penelitian dilaksanakan. Semua responden dalam satu bulan terakhir, yang pernah nonton informasi teknologi usahatani padi melalui saluran televisi pemerintah (TVRI) maupun televisi swasta (Metro TV, Indosiar, Trans 7, RCTI) adalah sebanyak 97 orang atau 97,98 persen sedangkan 2 orang
atau 2,02 persen
responden tidak pernah nonton informasi teknologi padi. Dari 97 orang responden yang pernah menonton siaran televisi yang menginformasikan teknologi usahatani padi jika ditinjau dari frekuensi responden menonton informasi teknologi usahatani padi dalam 1 bulan terakhir saat penelitian dilaksanakan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden pernah menonton kurang dari 3 kali, kelompok kedua responden pernah menonton 3-5 kali dan kelompok ketiga responden pernah menonton lebih dari 5 kali. 90
Jumlah (Orang)
80
76
78.35
70 60 50
Jumlah
40
Persen
30 20
12
12.37
10
9
9.28
0 < 3 Kali
3 - 5 Kali
> 5 Kali
Frekuensi nonton teknologi usahatani padi di televisi
Gambar 16. Jumlah dan persentase frekuensi pemuka pendapat kelompok tani nonton teknologi usahatani padi di televisi setiap hari di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Frekuensi pemuka pendapat kelompok tani dalam menonton teknologi usahatani padi di televisi dalam sebulan terakhir seperti Tabel 7 dan disajikan dalam Gambar 16 menunjukkan bahwa sebagian besar (76 orang) atau 78,35 persen pemuka pendapat kelompok tani pernah menonton informasi teknologi usahatani di televisi kurang dari 3 kali, 12 orang atau 12,37 persen pernah
76
menonton 3-5 kali dan 9 orang atau 9,08 persen pernah menonton lebih dari 5 kali. Rata-rata menonton teknologi usahatani padi melalui televisi dalam sebulan adalah kurang dari 3 kali. Saluran televisi yang menyiarkan informasi teknologi usahatani padi dan pernah ditonton oleh responden adalah seluruh saluran televisi yang penyiarannya terjangkau oleh responden. Responden sebanyak 97 orang yang pernah menonton televisi yang menyiarkan informasi teknologi usahatani padi dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu kelompok pertama yang menonton dari TVRI, kelompok kedua yang menonton dari TVRI dan 1 saluran televisi swasta. Keseluruhan responden yang pernah menonton informasi teknologi usahatani padi, 89 orang atau 91,75 persen dari saluran TVRI sedangkan 8 orang atau 8,25 persen dari saluran TVRI dan 1 saluran televisi swasta. Pemuka pendapat kelompok tani dalam menonton televisi dengan tujuan diperolehnya informasi dan berita serta hiburan biasanya dilakukan pada saat setelah kembali dari lahan sawah baik pada saat siang atau malam hari. Bagi responden yang tidak memiliki televisi, untuk mendapatkan informasi dan hiburan yang berasal dari televisi dapat diperoleh dengan menonton televisi tetangga atau keluarganya, biasanya dilakukan pada malam hari sedangkan pada pagi atau siang hari jika ada informasi atau hiburan yang dianggap baru dan manarik perhatian. Frekuensi Dengar Informasi Teknologi Usahatani Padi di Radio Radio sebagai salah satu media informasi atau medium komunikasi massa bersifat “auditif” (hanya dapat didengar) yang telah ada dan dirasakan manfaatnya oleh khalayak termasuk responden menyatakan bahwa radio sesuai dengan fungsinya dianggap sebagai media berfungsi sebagai sarana hiburan, sarana penerangan dan sarana pendidikan. Radio dianggap memiliki kekuasaan yang besar terutama masyarakat di perdesaan karena radio siaran bersifat langsung, radio siaran menembus jarak dan rintangan serta radio siaran mengandung daya tarik. Untuk itulah maka dengan keadaan petani di perdesaan yang sebanding dengan keadaan sosial ekonominya radio masih perlu untuk dimiliki. Sehingga apabila ditinjau dari kepemilikan radio di tempat penelitian terhadap responden diperoleh bahwa sebagian besar atau 82 orang atau 82,83 persen responden
77
memiliki radio sedangkan 17 orang 17,17 persen responden tidak memiliki televisi. Siaran radio yang dipancarkan dari Kota Kupang dapat diterima sampai di lokasi penelitian oleh responden dan selalu diakses adalah radio pemerintah (RRI) dan radio lokal atau swasta (Verbum, Suara Timor FM). Aksesibilas responden terhadap siaran radio dari satasiun radio yang dapat terjangkau oleh radio terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok pertama responden hanya mengakses siaran RRI, kelompok kedua responden sering mengakses siaran RRI dan 1 siaran radio swasta dan kelompok ketiga responden yang sering mengakses siaran RRI dan lebih dari 1 siaran radio swasta. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (54 orang) atau 54,55 persen responden selalu mengakses saluran RRI, 36 orang atau 36,36 persen responden mengakses saluran RRI dan 1 saluran radio swasta dan hanya 9 orang atau 9,09 persen responden mengakses RRI dan lebih dari 1 saluran radio swasta lainnya Stasiun radio dengan seluruh program acaranya mengandung unsur penerangan, pendidikan dan hiburan, selain daripada itu radio seperti halnya dengan televisi mempunyai daya tarik yang kuat serba hidup karena mengandung unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam bagi pendengar. Mendengar progam acara radio petani (responden) maka tujuan menonton televisi dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok pertama tujuan responden mendengar radio untuk memperoleh berita, kelompok kedua tujuan responden mendengar radio untuk memperoleh hiburan dan kelompok ketiga tujuan responden mendengar untuk mengisi waktu atau mendengar berita dan hiburan. Berdasarkan tujuan mendengar radio bahwa sebagian besar atau 67 orang responden atau 6,68 persen tujuan pemuka pendapat mendengar radio adalah untuk memperoleh informasi atau berita-berita yang ada dan sedang terjadi baik dari dalam negeri maupun luar negeri, 3 orang responden atau 3,03 persen tujuan mendengar radio adalah untuk memperoleh hiburan dan 29 orang responden atau 29,29 persen tujuan mendengar radio adalah untuk mendapatkan informasi melalui berita dan adanya hiburan.
78
Berdasarkan lamanya responden mendengar radio setiap hari yang dihitung dalam jam baik pada pagi, siang, sore dan malam. Lamanya responden mendengar radio terendah adalah 0,5 jam dan tertinggi adalah 8 jam setiap hari. Lamanya responden mendengar radio, dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden yang lama dengar radio kurang dari 3 jam setiap hari, kelompok kedua responden yang lama dengar radio antara 3 jam sampai 5 jam setiap hari dan kelompok ketiga responden yang lama dengar radio lebih dari 5 jam setiap hari. Lamanya mendengar siaran radio perhari pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah seperti menunjukkan bahwa sebagian besar (64 orang) atau 64,65 persen pemuka pendapat setiap hari mendengar radio kurang dari 3 jam, 31 orang atau 31,31 persen mendengar radio antara 3 sampai 5 jam dan 4 orang atau 4,04 persen pemuka pendapat mendengar radio lebih dari 5 jam. Rata-rata lama mendengar radio pemuka pendapat kelompok tani padi adalah 2,37 jam setiap hari. Frekuensi mendengar informasi teknologi usahatani padi dari radio adalah seringnya responden mendengarkan radio yang menyiarkan teknologi usahatani padi, diukur dalam frekuensi mendengarkan selama satu bulan terakhir saat penelitian dilaksanakan. Dari semua responden dalam satu bulan terakhir, responden yang pernah mendengar informasi teknologi usahatani padi melalui saluran radio pemerintah (RRI) maupun radio swasta (Verbum, Suara Timor FM) adalah sebanyak 98 orang atau 98,99 persen sedangkan 1 orang atau 1,01 persen responden tidak pernah mendengar informasi teknologi padi. Dari 98 orang responden yang pernah mendengar radio yang menginformasikan teknologi usahatani padi jika ditinjau dari frekuensi responden mendengar informasi teknologi usahatani padi dalam 1 bulan terakhir saat penelitian dilaksanakan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden pernah mendengar kurang dari 3 kali, kelompok kedua responden pernah mendengar 3-5 kali dan kelompok ketiga responden pernah mendengar lebih dari 5 kali.
79
70
62
63.27
Jumlah (Orang)
60 50 40
Jumlah
30
23
Persen
23.47
20
13
13.27
10 0 < 3 Kali
3 - 5 Kali
> 5 Kali
Frekuensi dengar informasi teknologi usahatani padi
Gambar 17. Jumlah dan persentase frekuensi pemuka pendapat kelompok tani mendengar informasi teknologi usahatani padi di radio di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Frekuensi pemuka pendapat kelompok tani dalam mendengar informasi teknologi usahatani padi dari radio dalam sebulan terakhir seperti Tabel 7 dan disajikan dalam Gambar 17 menunjukkan bahwa sebagian besar (62 orang) atau 63,27 persen pemuka pendapat kelompok tani pernah mendengar informasi teknologi usahatani dari radio kurang dari 3 kali, 23 orang atau 23,47 persen pernah mendengar 3-5 kali dan 13 orang atau 13,26 persen pernah mendengar lebih dari 5 kali. Rata-rata mendengar informasi teknologi usahatani padi melalui radio dalam sebulan adalah kurang dari 3 kali. Siaran radio yang menginformasikan tentang teknologi usahatani padi yang dipancarkan dari Kota Kupang dapat diterima sampai di lokasi penelitian oleh responden selama 1 bulan terakhir, 98 orang atau 98,98 persen pemuka pendapat kelompok tani pernah mendengar dan 2 orang atau 2,02 persen pemuka pendapat tidak pernah mendengarkan. Berdasarkan stasiun yang menyiarkan dan pernah didengarkan oleh responden terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden pernah mendengarkan melalui siaran RRI, kelompok kedua responden pernah mendengarkan melalui siaran RRI dan 1 radio swasta dan kelompok ketiga responden pernah mendengarkan melalui siaran RRI dan lebih dari 1 siaran radio swasta. Keseluruhan responden yang pernah mendengarkan informasi teknologi usahatani padi, 87 orang atau 88,78 persen pemuka pendapat kelompok tani mendengar dari RRI, 9 orang atau 9,18 persen pemuka pendapat kelompok tani mendengar dari RRI dan 1 siaran radio swasta
80
sedangkan 2 orang atau 2,04 persen pemuka pendapat kelompok tani mendengar dari siaran RRI dan lebih dari 1 siaran radio swasta. Program siaran radio bagi petani-nelayan pada masing-masing stasiun siaran berbeda. RRI Kupang sebagai lembaga penyiaran publik (LPP) mempunyai program siaran pedesaan yang disiarkan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat jam 18.30-19.00 wita, dari bulan Januari sampai April 2008 telah disiarkan 29 materi siaran pedesaan. Radio RRI kabupaten Kupang (RSPK) mempunyai program siaran pedesaan yang disiarkan setiap hari rabu dan jumat jam 19.30-20.30 wita, dari bulan januari sampai April 2008 telah disiarkan 32 materi siaran pedesaan. Sedangkan untuk radio verbum dan Suara Timor FM tidak mempunyai program khusus untuk pertanian tetapi berupa informasi harga pasaran hasil-hasil pertanian yang waktunya tidak tetap. Hampir sama dengan menonton televisi, pemuka pendapat kelompok tani dalam mendengarkan radio dengan tujuan diperolehnya informasi dan berita serta hiburan biasanya dilakukan pada saat setelah kembali dari lahan sawah baik pada saat siang atau malam hari. Rutinitas pemuka pendapat dalam mengakses siaran radio terutama siaran dari saluran RRI adalah karena RRI dengan segala perangkatnya mampu menjangkau wilayah NTT yang merupakan propinsi kepulauan sampai di pelosokpelosok perdesaan dengan keadaan kontur yang beragam (berbukit dan lembah). Siaran yang biasanya sangat diminati responden selain berita-berita tentang fenomena
kejadian
sekitar
dan
hiburan
adalah
berita
keluarga
yang
menginformasikan tentang keadaan keluarga terutama berita dukacita baik keluarga berada dalam satu daratan maupun berbeda daratan (pulau) yang sulit dijangkau dengan sarana dan prasarana transportasi. Frekuensi Baca Informasi Teknologi Usahatani padi di Surat Kabar Frekuensi dan lama baca surat kabar adalah frekuensi rata-rata responden membaca surat kabar yang beredar di lokasi setiap minggu selama satu bulan terakhir. Seluruh responden tidak ada yang berlangganan surat kabar, baik yang diterbitkan dari luar NTT seperti Sinar Tani yang diperoleh dari PPL maupun surat kabar terbitan di kota kupang seperti Pos Kupang dan Timor Express yang dijual bebas.
81
Berdasarkan tempat membaca surat kabar oleh pemuka pendapat kelompok tani terbagi dalam 3 (tiga) tempat membaca yaitu pertama adalah pemuka pendapat membaca surat kabar di rumah ataupun tempat pertemuan kelompok saja, kedua membaca surat kabar dirumah ataupun di tempat pertemuan kelompok dan ketiga adalah membaca surat kabar dapat dirumah atau tempat pertemuan kelompok tani serta ditempat lain seperti di kantor atau tempat ruang sidang DPRD. Sebagian besar responden atau 86 orang atau 86,87 persen menyatakan bahwa surat kabar yang diperolehnya dibaca dirumah atau di ruang pertemuan, 10 orang atau 10,10 persen membaca surat kabar dirumah dan di ruang pertemuan kelompok dan 3 orang atau 3,03 persen membaca surat kabar di rumah, ruang pertemuan kelompok atau di kantor desa dan di ruang sidang DPRD atau tempat pertemuan lainnya. 86 orang yang menyatakan bahwa surat kabar dibaca di rumah sebanyak 71 orang atau 82,56 persen dan 15 orang atau 17,44 persen membaca surat kabar di tempat pertemuan kelompok. Berdasarkan seringnya responden membaca surat kabar setiap minggu dalam satu bulan terakhir, dibagi dalam tiga kelompok kelompok pertama responden sering membaca 1 surat kabar, kelompok kedua responden sering membaca 2 surat kabar dan kelompok ketiga responden sering membaca 3 surat kabar. Hasil penelitian menunjukkan 54 orang atau 54,55 persen pemuka pendapat kelompok tani sering membaca 1 surat kabar (32 orang atau 59,26 persen responden membaca surat kabar Post Kupang, 13 orang atau 24,07 persen responde membaca surat kabar Sinar Tani dan 9 orang atau 16,67 persen responden membaca surat kabar Timor Express), 34 orang atau 34,34 persen pemuka pendapat kelompok tani sering membaca 2 surat kabar (23 orang atau 67,65 persen responden membaca surat kabar sinar tani dan pos kupang, 7 orang atau 20,59 persen responden membaca surat kabar sinar tani dan timor express dan 4 orang atau 11,76 persen responden membaca surat kabar pos kupang dan timor express) dan 11 orang atau 11,11 persen pemuka pendapat kelompok tani sering membaca semua surat kabar yang beredar yakni sinar tani, pos kupang dan timor ekspres.
82
Surat kabar yang dibaca responden, mempunyai tujuan yang beragam. Dari jawaban responden, dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama tujuan responden membaca surat kabar untuk mendapatkan berita dan informasi, kelompok kedua tujuan responden membaca surat kabar untuk mendapatkan hiburan dan kelompok ketiga tujuan responden membaca surat kabar untuk memperoleh berita dan hiburan. Berdasarkan tujuan membaca surat kabar, 76 orang atau 76,77 persen pemuka pendapat membaca surat kabar adalah ingin mencari berita atau informasi tentang kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi dan program-program pemerintah terutama yang berkaitan dengan kepedulian pemerintah terhadap masyarakat perdesaan dan petani, 23 orang atau 23,23 persen pemuka pendapat membaca surat kabar adalah untuk memperoleh berita dan hiburan, dan tidak ada pemuka pendapat kelompok tani yang membaca surat kabar untuk tujuan agar diperoleh hiburan. Berdasarkan lamanya responden membaca surat kabar setiap hari yang dihitung dalam jam baik pada pagi, siang, sore dan malam. Lamanya responden membaca surat kabar terendah adalah 0,25 jam atau 15 menit dan tertinggi adalah 2 jam setiap hari. Lamanya responden membaca surat kabar, dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden yang lama membaca surat kabar kurang dari 45 menit setiap hari, kelompok kedua responden yang lama membaca surat kabar antara 45 menit sampai 1,5 jam setiap hari dan kelompok ketiga responden yang lama baca radio lebih dari 1,5 jam setiap hari. Lamanya membaca surat kabar setiap hari pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah menunjukkan bahwa sebagian besar (72 orang) atau 72,73 persen pemuka pendapat setiap hari membaca surat kabar selama kurang dari 45 menit, 24 orang atau 24,24 persen membaca surat kabar selama antara 45 menit sampai 1,5 jam dan 3 orang atau 3,03 persen pemuka pendapat membaca surat kabar selama lebih dari 1,5 jam. Rata-rata lama membaca surat kabar pemuka pendapat kelompok tani padi adalah 0,65 jam setiap hari. Berita dan informasi yang ada dalam surat kabar yang beredar sampai ke tangan responden adalah berita atau informasi termasuk didalamnya ditulis
83
tentang kebijakan pemerintah ataupun teknologi pertanian khususnya inovasi teknologi usahatani padi. Frekuensi membaca informasi teknologi usahatani padi dari surat kabar adalah frekuensi responden membaca surat kabar yang beredar di lokasi selama satu bulan terakhir.Dari seluruh responden ternyata 98 orang atau 98,99 persen responden membaca berita atau informasi tentang teknologi usahatani padi sedangkan satu orang atau 1,01 persen responden tidak pernah membaca informasi teknologi usahatani padi. Ditinjau dari frekuensi respoden yang pernah membaca informasi teknologi usahatani padi terbagai dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden membaca kurang dari 3 kali, kelompok kedua responden membaca 3-5 kali dan kelompok ketiga responden yang membaca lebih dari 5 kali. 90
Jumlah (Orang)
80
78
79.59
70 60 50
Jumlah
40
Persen
30 20
14
14.29 6
10
6.12
0 < 3 Kali
3 - 5 Kali
> 5 Kali
Frekuensi baca informasi teknologi usahatani padi
Gambar 18. Jumlah dan persentase frekuensi pemuka pendapat kelompok tani membaca informasi teknologi usahatani padi di surat kabar di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Berdasarkan kelompok frekuensi bagi responden yang membaca informasi teknologi usahatani padi (98 orang) seperti Tabel 7 dan disajikan dalam Gambar 18 menunjukkan bahwa sebagian besar (78 orang) atau 79,59 persen pemuka pendapat kelompok tani membaca informasi teknologi usahatani padi dalam 1 bulan sebanyak kurang dari 3 kali, 14 orang atau 14,29 persen membaca 3 sampai 5 kali sedangkan 6 orang atau 6,12 persen membaca lebih dari 5 kali. Rata-rata membaca teknologi usahatani padi melalui surat kabar dalam sebulan adalah kurang dari 3 kali. Surat kabar yang beredar dan dibaca responden yang menginformasikan teknlogi usahatani padi adalah surat kabar Sinar Tani, Post Kupang dan Timor
84
Express. Dari surat kabar tersebut, surat kabar yang menginformasikan informasi teknologi usahatani padi yang terbagi dalam 3 (tiga kelompok yakni kelompok pertama membacanya dari salah surat kabar dari tiga surat kabar yang beredar, kelompok kedua membaca dua surat dan kelompok yang ketiga membacanya dari ketiga surat kabar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 98 orang yang pernah membaca informasi teknologi usahatani padi 89 orang atau 90,91 persen pemuka pendapat kelompok tani membacanya dari salah satu surat kabar (46 orang atau 51,69 persen dari surat kabar Sinar Tani, 33 orang atau 37,08 persen dari surat kabar Pos Kupang dan 10 orang atau 11,24 persen dari surat kabar Timor Express), 8 orang atau 8,08 persen pemuka pendapat kelompok tani membacanya dari dua surat kabar (6 orang atau 75,00 persen dari surat kabar Sinar Tani dan Pos Kupang, 1 orang atau 12,50 persen dan 1 orang atau 12,50 persen dari Sinar Tani dan Timor Express) sedangkan 1 orang atau 1,02 persen pemuka pendapat kelompok tani membacanya dari ketiga surat kabar tersebut. Surat kabar yang paling banyak dan khususnya menulis tentang perihal pertanian adalah surat kabar Sinar Tani sedangkan surat kabar Pos Kupang dan Timor Express tidak ada rubrik khusus pertanian tetapi apabila ada informasi tentang pertanian dengan segala teknologi termasuk teknologi usahatani padi akan ditulis dalam halaman yang tersedia. Surat kabar Sinar Tani, untuk mendapatkannya maka pemuka petani biasanya akan memperolehnya dari petugas penyuluh pertanian dalam wilayah kerjanya yang biasanya ada di tempat pertemuan kelompok atau di rumah para pengurus kelompok tani. Sedangkan surat kabar seperti Pos Kupang maupun Timor Express, pemuka pendapat bisa langsung memperolehnya dengan membeli karena dijual bebas, dari teman atau orang lain. Frekuensi Membaca Liptan. Semua bahan cetakan seperti brosur, liptan/leaflet, maupun folder, yang sesuai dan cocok dibaca oleh masyarakat tani adalah dalam bentuk liptan. Liptan (liputan pertanian) adalah lembaran informasi pertanian dalam bentuk leaflet terdiri atas selembar kertas lepas yang terdiri dari beberapa macam
warna
merupakan bahan publikasi untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat,
85
dan digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah. Pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah dalam satu bulan terakhir sering membaca Liptan. Liptan yang diperoleh pemuka pendapat kelompok tani berasal dari BPTP NTT dan Dinas Pertanian melalui PPL. Berdasarkan perolehan liptan oleh pemuka pendapat kelompok tani dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama liptan diperoleh dari BPTP NTT, kelompok kedua liptan diperoleh dari Dinas Pertanian melalui PPL dan kelompok ketiga liptan diperoleh dari BPTP NTT dan Dinas pertanian melalui PPL. Hasil penelitian menunjukkan dari 99 orang responden 72 orang atau 72,73 persen pemuka pendapat kelompok tani pernah membaca liptan dan mendapatkannya dari Dinas Pertanian melalui PPL, 14 orang atau 14,14 persen pemuka pendapat kelompok tani pernah membaca liptan dan mendapatkannya dari BPTP NTT sedangkan 13 orang atau 13,13 persen pemuka pendapat pernah membaca liptan dan mendapatkannya dari BPTP NTT dan dari Dinas Pertanian melalui PPL Liptan yang pernah dibaca dan diperoleh pemuka pendapat kelompok tani sering dibaca dirumah dan di tempat pertemuan kelompok. Berdasarkan tempat membaca liptan oleh pemuka pendapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok tempat yakni kelompok pertama liptan dibaca di rumah, kelompok kedua liptan dibaca di tempat pertemuan kelompok dan kelompok ketiga liptan dibaca dirumah dan di tempat pertemuan kelompok. Hasil penelitian tentang tempat membaca liptan diperoleh 54 orang atau 54,55 persen pemuka pendapat membaca liptan di rumah, 34 orang atau 34,34 persen pemuka pendapat membaca di tempat pertemuan kelompok dan 11 orang atau 11,11 persen pemuka pendapat membaca di rumah dan tempat pertemuan kelompok. Frekuensi membaca liptan adalah frekuensi rata-rata responden membaca Liptan selama satu bulan terakhir. Ditinjau dari frekuensi respoden yang pernah membaca informasi teknologi usahatani padi melalui liptan terbagai dalam 3 (tiga) kelompok yakni kelompok pertama responden membaca kurang dari 3 kali, kelompok kedua responden membaca 3-5 kali dan kelompok ketiga responden yang membaca lebih dari 5 kali.
86
90
84
8 4 .8 5
80 70 Jumlah
60 50
Orang
40
Persen
30 20
11
11.11
10
4
4 .0 4
0 < 3 kali
3- 5 kali
> 5 kali
Frekuensi baca liptan
Gambar 19. Jumlah dan persentase frekuensi pemuka pendapat kelompok tani membaca liptan di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Berdasarkan kelompok frekuensi responden yang membaca liptan dalam satu bulan terakhir seperti Tabel 7 dan disajikan dalam Gambar 19 menunjukkan bahwa 84,85 persen pemuka pendapat kelompok tani membaca liptan kurang dari 3 kali , 11,11 persen membaca 3 sampai 5 kali sedangkan 4,04 persen membaca lebih dari 5 kali. Frekuensi membaca Liptan pemuka pendapat kelompok tani dipengaruhi ketersediaan Liptan yang ada di rumah pemuka pendapat kelompok tani dan ketersediaannya di tempat pertemuan kelompok. Pemuka pemuka pendapat kelompok tani dan anggota kelompok tani memperoleh liptan selalu mengandalkan
adanya
pertemuan
dengan
petugas
kelompok
baik
saat
perkunjungan petugas dalam kelompok tani saat pertemuan atau saat tidak ada pertemuan, maupun pada saat pertemuan resmi atau pelatihan dan kursus di luar jadwal pertemuan kelompok. Pemuka pendapat kelompok tani merasakan bahwa adanya manfaat dengan adanya liptan yang diberikan karena sebagai pelengkap informasi yang diterima dari petugas pertanian. Dengan adanya liptan dan dibaca oleh pemuka pendapat kelompok tani dijadikan sebagai alat bantu dan sumber informasi pemuka pendapat kelompok tani untuk berdiskusi dengan anggota kelompok tani yang belum tahu dan ingin tahu tentang inovasi teknologi usahatani padi.
87
Efektivitas Komunikasi Efektivitas komunikasi dalam penelitian ini mencakup pemahaman, sikap dan tindakan dari responden (pemuka pendapat kelompok tani) dalam menggunakan teknologi usahatani padi. Tabel 8. Rataan skor efektivitas komunikasi pemuka pendapat kelompok tani dalam menggunakan teknologi usahatani padi Efetivitas Komunikasi Pemahaman Sikap Tindakan
Rataan Skor* 2,75 2,60 2,53
Keterangan: *Rataan skor 1 – 1,66 = Tidak paham/Negatip/tidak melakukan, 1,67 – 2,33 = Kurang paham/netral/jarang melakukan , 2,34 – 3 = Paham/Positip/melakukan
Tingkat Pemahaman Tingkat pemahaman pemuka pendapat petani diukur dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan menyangkut teknologi usahatani padi yang dilakukan dari tahap pra panen hingga tahap pasca panen. Pertanyaan menyangkut pemahaman pemuka pendapat petani terhadap teknologi usahatani padi dirinci dalam 29 item pertanyaan. Pemahaman teknologi padi yaitu tingkat pemahaman responden tentang teknologi usahatani padi, dibagi atas tiga kategori skor, yakni skor 1 apabila tidak memahami dengan pernyataan, skor 2 apabila kurang memahami dengan pernyataan, skor 3 apabila memahami dengan pernyataan. Hasil penelitian kepada responden dengan 29 item pernyataan seperti Lampiran 3 dan disajikan Gambar 20 menunjukkan bahwa pada item nomor 12 tentang penggunaan bagan alat ukur kebutuhan kandungan Nitrogen dalam tanaman yang biasa disebut Bagan Warna Daun (BWD), pemuka pendapat kelompok tani dalam memahami teknologi usahatani padi yang diberikan kepadanya, 23 orang atau 23,23 persen belum memahami apa dan bagaimana bagan warna daun, 41 orang atau 41,41 persen kurang memahami dan hanya 35 orang atau 35,35 persen yang memahami alat bagan warna daun (BWD). Untuk item nomor 16 tentang penggunaan alat penyiangan landak selain pacul dan parang, menunjukkan bahwa masih ada 12 orang atau 12,12 persen tidak memahami alat penyiangan landak, 30 orang atau 30,30 persen belum memahami
88
alat penyiangan landak dan 57 orang atau 57,58 persen memahami penggunaan landak sebagai alat penyiangan dalam teknologi usahatani padi. 100.00 90.00 80.00
Persen
70.00 60.00
Tdk Paham
50.00
Kurang Paham
40.00
Paham
30.00 20.00 10.00 0.00 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
Komponen Teknologi
Gambar 20. Persentase pemahaman pemuka pendapat kelompok tani tentang komponen teknologi usahatani padi di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Masih belum dipahaminya penggunaan alat bagan warna daun dan landak dimungkinkan karena belum diketahuinya alat tersebut baik bentuk maupun manfaat dan cara penggunaannya. Bagan warna daun telah lama diperkenalkan kepada petugas lapangan dan kepada petani-petani tertentu. Namun alat tersebut masih jarang ditemukan dipetani bahkan petugas lapangan. Persen , T idak Memahami, 1.81 Persen , Kurang Memahami, 21.66
Persen , Memahami, 76.52
Gambar 21. Persentase tingkat pemahaman teknologi usahatani padi pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Secara keseluruhan dari jawaban yang diberikan responden terhadap itemitem pertanyaan yang menyangkut pemahaman pemuka pendapat petani terhadap teknologi usahatani padi seperti Gambar 21 menunjukkan dari total jawaban 2871 bahwa sebagian besar (2197 jawaban) atau 76,52 persen pemuka pendapat
89
memahami, 622 jawaban atau 21, 67 persen kurang memahami dan hanya 52 jawaban atau 1,81 persen tidak memahami teknologi usahatani padi yang diberikan baik oleh petugas pertanian maupun melalui media komunikasi yang ada. Tabel 8 menunjukkan nilai rata-rata skor adalah 2,75 kategori paham. Hal ini menunjukkan bahwa pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah memiliki tingkat pemahaman yang baik dengan kata lain memahami teknologi usahatani yang diperkenalkan baik melalui petugas pertanian atau melalui media massa. Sikap terhadap Teknologi Usahatani Padi Sikap pemuka pendapat kelompok tani diukur dengan memberikan pernyataan-pernyataan
menyangkut
bagaimana
sikap
responden
terhadap
teknologi usahatani yang dilakukan pada tahap pra panen hingga tahap pasca panen.
Pertanyaan menyangkut bagaimana sikap pemuka pendapat petani
terhadap teknologi usahatani padi jika dibandingkan dengan teknologi yang telah diterapkan atau teknologi lama dirinci dalam 22 item pernyataan. Sikap terhadap teknologi padi yaitu sikap responden terhadap teknologi usahatani padi yang akan diterapkan maupun yang telah diterapkan. Sikap diukur dengan penilaian pandapat dibagi dalam tiga kategori skor, yakni skor 1 apabila tidak setuju dengan pernyataan, skor 2 apabila ragu-ragu dengan pernyataan, skor 3 apabila setuju dengan pernyataan. Hasil penelitian kepada responden dengan 22 item pernyataan seperti Lampiran 4 dan disajikan Gambar 22 menunjukkan bahwa prosentase sikap pemuka pendapat kelompok tani terhadap teknologi usahatani padi yang telah diperkenalkan kepada petani dan kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah menyatakan setuju diterapkan di wilayahnya. Prosentase yang menyatakan setuju terendah dan berimbang dengan jawaban masih ragu-ragu terlihat pada item pernyataan tentang teknologi yang masih baru dan belum memasyarakat serta belum terlalu dirasakan manfaatnya antara lain pada nomor item 16.
90
100.00 90.00 80.00
Persen
70.00 60.00
T dk Setuju
50.00
Ragu2
40.00
Setuju
30.00 20.00 10.00 0.00 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
Komponen Teknologi
Gambar 22. Persentase sikap pemuka pendapat kelompok tani tentang komponen teknologi usahatani padi di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Pada item nomor 16 tentang penggunaan bagan alat ukur kebutuhan kandungan Nitrogen dalam tanaman yang biasa disebut Bagan Warna Daun (BWD), akibat belum mengetahui alat ukur dan belum dipahami tentang cara menggunakan dan manfaat digunakannya alat ukur tersebut maka pemuka pendapat kelompok tani dalam menilai terhadap komponen penggunaan bagan warna daun (BWD) bahwa 21 orang atau 21,21 persen menyatakan komponen teknologi tersebut rumit, 60 orang atau 40,61 persen kurang ragu-ragu dan 18 orang atau 18,18 persen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak rumit.
Persen , Tidak Setuju, 2.25 Persen , Raguragu, 36.00 Persen , Setuju, 61.75
Gambar 23. Persentase sikap pemuka pendapat kelompok tani tentang teknologi usahatani padi di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008
91
Masih belum dipahaminya penggunaan alat bagan warna daun dan landak dimungkinkan karena belum diketahuinya alat tersebut baik bentuk maupun manfaat dan cara penggunaannya. Untuk bagan warna daun telah lama diperkenalkan kepada petugas lapangan dan kepada petani-petani tertentu. Namun alat tersebut masih jarang ditemukan dipetani bahkan petugas lapangan. Secara keseluruhan dari jawaban yang diberikan responden terhadap itemitem pertanyaan yang menyangkut sikap pemuka pendapat petani terhadap teknologi usahatani padi seperti Gambar 23 menunjukkan dari total jawaban 2178 bahwa sebagian besar (1345 jawaban) atau 61,75 persen pemuka pendapat bersikap setuju atau menerima teknologi usahatani padi yang dikenalnya terdiri dari teknologi dari pra panen sampai pasca panen karena sesuai dengan kebutuhan dan keadaan wilayah, 784 jawaban atau 36,00 persen ragu-ragu atau masih belum yakin dan hanya 49 jawaban atau 2,25 persen tidak setuju terhadap teknologi usahatani padi yang diberikan baik oleh petugas pertanian maupun melalui media komunikasi yang ada. Tabel 8 menunjukkan nilai rata-rata skor adalah 2,60 kategori kepercayaan positip sama dengan sikap setuju terhadap teknologi usahatani padi. Hal ini menunjukkan bahwa pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah bersikap menerima teknologi yang diperkenalkan dan telah dikenal kepada mereka. Tindakan untuk Melakukan Teknologi Usahatani Padi Tindakan untuk melakukan teknologi padi yaitu tindakan responden untuk menggunakan teknologi usahatani padi yang diterima. Tindakan untuk melakukan teknologi usahatani padi pemuka pendapat petani diukur dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan menyangkut teknologi usahatani padi yang dilakukan dari tahap pra panen hingga tahap pasca panen. Pertanyaan menyangkut tindakan yang dilakukan pemuka pendapat kelompok tani terhadap teknologi usahatani padi dalam kegiatan usahatani padi yang dirinci dalam 38 item pertanyaan. Tindakan responden tersebut diukur berdasarkan tindakan responden untuk melaksanakan inovasi teknologi usahatani padi dalam usahataninya, yang dibagi dalam tiga kategori skor, yakni skor 1 apabila tidak pernah dilakukan, skor 2 apabila jarang dilakukan, skor 3 sering dilakukan.
92
100.00 90.00 80.00
Persen
70.00 60.00
Tidak dilakukan
50.00
Jarang dilakukan
40.00
Sering dilakukan
30.00 20.00 10.00 0.00 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
Komponen teknologi
Gambar 24. Persentase tindakan pemuka pendapat kelompok tani tentang komponen teknologi usahatani padi di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Hasil penelitian tindakan atau yang dilakukan responden dengan 38 item pernyataan seperti Lampiran 5 dan disajikan dalam Gambar 24 menunjukkan bahwa dari paket teknologi yang telah diperkenalkan, ada beberapa komponen teknologi masih tinggi prosentase tidak dilaksanakan dan jarang dilaksanakan seperti pada item nomor 14, 15 dan 24. Nomor item 14 tentang penggunaan bagan alat ukur kebutuhan kandungan Nitrogen dalam tanaman yang biasa disebut Bagan Warna Daun (BWD), pemuka pendapat kelompok tani dalam melakukan pengukuran kandungan nitrogen tanaman, sebagian besar 69 orang atau 69,70 persen belum pernah melakukan dalam kegiatan usahataninya, 25 orang atau 25,25 persen jarang melakukannya dan hanya 5 orang atau 5,05 persen sering melakukan pengukuran. Nomor item 15 tentang pemberian urea setelah menggunakan BWD menunjukkan bahwa sebagian besar 76 orang atau 76,77 persen tidak memberikan urea sesuai kebutuhan berdasarkan petunjuk yang ada di BWD, 23 orang atau 23,23 persen yang jarang memberikan urea sesuai keutuhan berdasarkan petunjuk yang ada di BWD. Untuk nomor item 24 tentang penggunaan alat penyiangan landak selain pacul dan parang, menunjukkan bahwa 42 orang atau 42,42 persen belum menggunakan landak, 43 orang atau 43,43 persen jarang menggunakan alat penyiangan landak dan 14 orang atau 14,14 persen menggunakan landak untuk penyiangan rumput di lahan sawahnya. Prosentase pemuka pendapat kelompok tani dalam menggunakan bagan warna daun (BWD) masih rendah disebabkan karena alat tersebut masih susah
93
didapatkan di pasaran. Untuk mendapatkan BWD harus memesan dalam jumlah yang banyak kepada perwakilan IRRI di Indonesia. Akibat lain dari belum terlalu dipahaminya tentang cara penggunaan serta belum jelasnya pemberian urea ketika BWD digunakan menyebabkan belum tertariknya petani untuk mengunakan BWD dalam upaya mengefisiensikan penggunaan urea sebagai sumber nitrogen dengan kata lain bahwa pemuka pendapat kelompok tani masih belum mau dan jarang menggunakan BWD saat akan memupuk tanaman dengan Urea. Sama dengan prosentase penggunaan BWD, prosentase penggunaan landak untuk penyiangan rumput masih rendah disebabkan ketersediaan landak di pasar dan tempat penjualan sarana produksi pertanian yang jarang. Kalau tersedia jumlahnya terbatas, harga per unit dianggap cukup mahal, kalau dipesan pada bengkel yang dapat memproduksi membutuh ongkos yang cukup mahal. Persen , T idak Pernah Dilakukan, 9.28
Persen , Jarang Dilakukan, 28.42 Persen , Sering Dilakukan, 62.30
Gambar 25. Persentase tindakan pemuka pendapat kelompok tani tentang teknologi usahatani padi di kecamatan Kupang Tengah tahun 2008 Secara keseluruhan dari jawaban yang diberikan responden terhadap itemitem pertanyaan yang menyangkut tindakan yang dilakukan pemuka pendapat petani terhadap teknologi usahatani padi dalam kegiatan usahatani padi seperti dan disajikan dalam Gambar 25 menunjukkan dari total jawaban bahwa sebagian besar (2344 jawaban) atau 62.30 persen pemuka pendapat sering melakukan teknologi yang telah dikenal olehnya, 1069 jawaban atau 28.42 persen jarang melakukan teknologi dan hanya sebagian kecil (349 jawaban) atau 9.28 persen tidak melakukan teknologi usahatani padi yang diberikan baik oleh petugas pertanian maupun melalui media komunikasi yang ada. Tabel 8 menunjukkan nilai rata-rata skor adalah 2,53 kategori melakukan. Hal ini berarti bahwa pemuka pendapat kelompok tani di kecamatan Kupang Tengah sebagian besar menerapkan
94
dalam kegiatan usahatani mereka teknologi usahatani padi yang dikenal melalui petugas pertanian maupun melalui media massa. Hubungan Karakteristik Individu dengan Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat Kelompok Tani Paket teknologi usahatani padi terdiri dari teknologi yang berhubungan dengan kegiatan petani dari pra panen sampai dengan pasca panen padi. Efek pesan yang diamati dalam penelitian ini meliputi pemahaman, sikap dan tindakan. Hasil uji rank-Spearman terhadap korelasi antara peubah karakteristik pemuka pendapat kelompok tani dan peubah efektivitas komunikasi dalam menggunakan teknologi usahatani padi disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hubungan karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi pemuka pendapat kelompok tani Karakteristik Individu
Efektivitas Komunikasi
Koefisien Korelasi
Pemahaman
Sikap
Tindakan
Umur
rs
-0.151
-0.172
-0.069
Pendidikan formal
rs
0.214*
-0.149
-0.088
Pendidikan non formal
rs
0.093
0.055
0.009
2
0.007
0.177
0.048
Pendapatan
rs
-0.123
-0.132
0.037
Pengalaman usahatani
rs
-0.077
-0.063
-0.107
Luas lahan usahatani
rs
0.031
0.045
0.080
Besar anggota keluarga
rs
0.171
0.116
0.262*
Partisipasi sosial
rs
0.365**
0.276**
0.485**
Status sosial
rs
-0.272**
-0.236*
-0.072
Pekerjaan
Keterangan : **.berhubungan sangat nyata pada p=0,01 *.berhubungan nyata pada p=0,05
rs= koefisien korelasi rank Spearman 2 = koefisien korelasi chi-square
Tabel 9 menunjukkan bahwa umur tidak mempunyai hubungan yang nyata atau mempunyai hubungan namun kecenderungan sangat lemah dengan tingkat efektivitas. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman, sikap dan tindakan responden tidak tergantung umur responden. Bahwa ada pemuka pendapat yang masih muda biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan
adopsi
inovasi
walaupun
sebenarnya mereka masih
belum
berpengalaman dalam soal adopsi, pada pemuka pendapat yang umurnya dalam
95
kategori yang tua masih mau untuk berusaha mengembangkan teknologi usahatani padi dalam kegiatan usahataninya dengan meningkatkan pemahaman, bersikap kritis terhadap teknologi dan mau melakukan teknologi yang sifatnya menguntungkan dan mudah untuk dilaksanakan. Soekartawi (2005) menyatakan bahwa petani yang lebih tua tampaknya kurang cenderung melakukan difusi inovasi pertanian daripada mereka yang relatif umur muda, namun bukan berarti bahwa mereka tidak mau menerima perubahan untuk orang lain. Pendidikan formal responden berhubungan nyata dengan pemahaman. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden akan meningkatkan pengetahuan khususnya pemahaman terhadap teknologi yang dikenalkan kepadanya. Namun demikian pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan terhadap teknologi usahatani padi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan formal yang pernah diikuti responden belum tentu bersikap menerima paket teknologi usahatani padi dan mau melakukannya dalam usahataninya.
Keadaan ini dimungkinkan karena apabila seseorang dengan
pendidikan yang lebih tinggi akan memberikan tanggapan terhadap inovasi dengan berbagai pertimbangannya. Chaudhri (1979) dalam Soekartawi (2005) menyatakan bukan hal yang baru bahwa pendidikan formal dinilai sebagai sarana meningkatkan pendidikan atau pengetahuan tentang teknologi pertanian baru. Pendidikan nonformal responden tidak mempunyai hubungan yang nyata atau mempunyai hubungan namun kecenderungan sangat lemah dengan efektivitas komunikasi. Hal ini berarti keikutsertaan dan keterlibatan yang rendah atau yang tinggi pemuka pendapat kelompok tani dalam kegiatan kursus dan pelatihan dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang suatu kegiatan tidak mempengaruhi efektifitas komunikasi kusus tentang teknologi usahatani padi. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap maupun ketertarikan untuk melakukan teknologi usahatani padi dalam kegiatan usahataninya dapat dilakukan melalui informasi yang diperoleh dari petugas pertanian atau dari anggota kelompok lain dalam pertemuan kelompok. Pekerjaan mempunyai hubungan terhadap aspek pemahaman maupun aspek tindakan tetapi tidak ada hubungan dengan aspek sikap. Hal ini berarti bahwa apapun pekerjaan yang dilakukan oleh pemuka pendapat kelompok tani
96
tetapi masih sebagai petani cenderung akan mempengaruhi pengetahuan serta tindakan yang perlu dilakukan dalam kegiatan usahatani padi tentang teknologi usahatani padi. Pendapatan responden tidak mempunyai hubungan yang nyata atau mempunyai hubungan namun cenderung sangat lemah dengan efektivitas komunikasi. Hal ini berarti bahwa pendapatan pemuka pendapat kelompok tani yang berbeda (tinggi atau rendah) tidak mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasinya. Pemuka pendapat yang pendapatan tinggi ada perasaan puas atau merasa cukup terhadap pendapatan setiap bulannya sehingga mengabaikan teknologi usahatani padi yang dikenalkan, adapula dengan pendapatan yang tinggi tetap menginginkan hasil yang tinggi karena dengan hasil pendapatan yang tinggi dari pekerjaanya baik dalam usahatani padi dan pekerjaan lainnya dijadikan sebagai investasi kapital untuk adopsi inovasi selanjutnya. Sebaliknya pendapatan rendah menyebabkan ada pemuka pendapat lambat dalam difusi inovasi disebabkan karena kekurangan modal, karena dalam penerapan teknologi dibutuhkan biaya menyebabkan adanya rasa kurang tertarik terhadap teknologi usahatani padi, dilain pihak ada petani walaupun berpenghasilan rendah dengan mengambil resiko meminjam untuk dijadikan modal usahatani cepat atau meningkat dalam difusi inovasi. Reijntjes et al. (1999) menyatakan bahwa beberapa pengetahuan tertentu bisa terkait dengan peran ekonomi dan budaya dalam masyarakat dan tidak diketahui oleh anggota komunitas lainnya. Individuindividu atau kelompok berbeda memiliki jenis pengetahuan yang berbeda pula, tergantung pada fungsi ekonomi mereka dalam masyarakat. Pengalaman usahatani padi responden tidak mempunyai hubungan yang nyata atau mempunyai hubungan namun cenderung sangat lemah dengan efektivitas komunikasi. Hal ini berarti bahwa pengalaman usahatani padi pemuka pendapat kelompok tani yang beragam (tinggi atau rendah) tidak mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasinya. Pemuka pendapat yang telah lama atau tinggi pengalaman berusahatani padi, ada yang mempunyai pandangan bahwa dengan pengalaman usahatani yang lama tidak perlu lagi informasi teknologi usahatani padi walaupun baru didengar, ada juga pemuka pendapat yang telah lama pengalaman usahatani yang masih mau menerima teknologi usahatani padi
97
terutama teknologi yang lebih efektif dan efisien. Sebaliknya pendapatan yang baru atau rendah pengalaman usahatani padi menyebabkan ada pemuka pendapat lambat dalam difusi inovasi disebabkan karena kekurangan pengalaman dan belum berani mengambil resiko, karena dalam penerapan teknologi dibutuhkan keberanian untuk mengambil keputusan dengan memperhitungkan resiko kegagalan yang kecil, dilain pihak ada petani walaupun pengalaman usahatani padi masih baru atau rendah tetapi ada keinginan untuk membuat perubahan dalam usahataninya maka selalu dalam posisi untuk melaksanakan teknologi usahatani padi melalui percobaan-percobaan yang dilakukan secara mandiri atau secara kelompok dengan bimbingan petugas atau petani lain yang lebih berpengalaman. Luas lahan usahatani padi responden tidak mempunyai hubungan yang nyata atau mempunyai hubungan namun cenderung sangat lemah dengan efektivitas komunikasi. Hal ini berarti bahwa luas lahan usahatani padi pemuka pendapat kelompok tani yang luas dan sempit tidak mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasinya. Pemuka pendapat yang mempunyai lahan luas, ada yang mempunyai pandangan bahwa dengan lahan yang luas apalagi lahan lain diolah oleh petani penggarap lain yang dapat memberikan hasil yang cukup baginya maka dirasakan tidak perlu lagi informasi teknologi usahatani padi walaupun baru didengar, ada juga pemuka pendapat yang yang mempunyai lahan usahatani yang luas mau menerima teknologi usahatani padi terutama teknologi yang lebih efektif dan efisien. Sebaliknya dengan memiliki lahan sempit menyebabkan ada pemuka pendapat yang tidak tertarik untuk mengadopsi inovasi teknologi padi disebabkan karena tidak berani menghadapi resiko kegagalan usahatninya, harapan utama dalam pemenuhan kebutuhan bersumber dari hasil dari lahan yang digarap. dilain pihak ada pemuka pendapat walaupun sempit lahan usahataninya mereka mau dan tertarik terhadap teknologi padi yang akan memberikan hasil yang lebih baik melalui usaha mencari informasi tentang teknologi padi. Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga responden berhubungan nyata dengan tindakan untuk melakukan teknologi usahatani padi. Hal ini berarti bahwa semakin banyak anggota keluarga sebagai tanggungan
98
responden akan membuat keinginan untuk melakukan paket teknologi yang dikenal. Tujuan dilakukannya paket teknologi dalam kegiatan usahatani padi adalah diperolehnya hasil yang lebih baik sehingga dapat memberikan hasil lebih baik yang nantinya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta adanya akumulasi kapital untuk pengembangan usahatani pemuka pendapat kelompok tani dan keluarganya. Namun jumlah anggota keluarga responden tidak berhubungan nyata dengan pemahaman maupun sikap. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal menilai untuk diterima ataupun memahami teknologi usahatani padi dalam lahan usahataninya, pemuka pendapat kelompok tani dpat didukung ataupun tidak ada dukungan dan dorongan dari berapa banyak anggota keluarga yang ditanggungnya. Soekartawi (2005) menyatakan bahwa anggota keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi. Karena konsekuensi penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap keseluruhan sistem keluarga. Partisipasi sosial atau diskusi responden kepada anggota kelompok berhubungan sangat nyata yang positif dengan pemahaman, sikap dan tindakan untuk melakukan teknologi usahatani padi. Hal ini berarti semakin banyak diskusi tentang inovasi teknologi usahatani padi dilakukan pemuka pendapat kelompok tani kepada anggota kelompok akan lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang komponen teknologi usahatani padi, semakin banyak diskusi dilakukan akan lebih memberi keyakinan bahwa teknologi usahatani padi dapat diterima atau layak dilakukan karena sesuai dengan kondisi sosial budaya serta potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, semakin banyak diskusi dilakukan akan dapat memberikan keyakinan untuk dilaksanakan teknologi usahatani padi pada lahan usahataninya karena dapat memberikan hasil yang lebih baik. Status sosial ketokohan responden berhubungan sangat nyata yang negatif dengan pemahaman teknologi usahatani padi. Hal ini berarti bahwa sebagai tokoh dalam masyarakat selain tokoh petani, pemuka pendapat kelompok tani berusaha untuk lebih memahami tentang teknologi usahatani padi agar saat hadir dalam pertemuan-pertemuan diluar kegiatan pertanian dapat menjelaskan lebih mendalam tentang teknologi usahatani padi bagi penanya yang kegiatan sehari-
99
hari tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pertanian khususnya padi. Effendy (2006) menyatakan bahwa sebagai seorang tokoh akan tampil sebagai komunikator, dan pada kesempatan itu memberikan penerangan, penjelasan, imbauan, ajakan dan lain-lain. Reijntjes et al. (1999) menyatakan bahwa pengetahuan lokal setempat tidak menyebar secara merata di dalam suatu masyarakat dan bakat seseorang untuk menyimpan pengetahuan tradisional dan menghasilkan pengetahuan baru seringkali berbeda. Status sosial ketokohan responden berhubungan nyata yang negatif dengan sikap terhadap teknologi usahatani padi. Berarti semakin sedikit status sosial atau ketokohan
pemuka pendapat
dalam
masyarakat
petani
semakin
tinggi
selektifitasnya terhadap teknologi usahatani yang diperkenalkan. Karena sebagai tokoh petani, sepatutnya menunjukkan sikap bahwa teknologi yang telah didengar dan dipahami layak atau sesuai dengan seluruh aspek yang ada di masyarakat seperti dari aspek agama, aspek norma-norma, aspek lingkungan. Namun demikian ketokohan responden tidak berhubungan nyata dengan tindakan untuk melaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa apapun status ketokohan dalam masyarakat belum tentu mau melaksanakan teknologi usahatani padi dalam kegiatan usahataninya karena sangat berhubungan dengan faktor sosial lainnya seperti kepemilikan lahan yang sempit, dan ekonomi (kurangnya modal usahatani). Ketokohan yang dalam masyarakat tidak hanya ditentukan dengan darajat kepemilikan lahan dan ekonomi yang tinggi saja tetapi ditentukan juga oleh kemampuan menerima, memahami dan dapat menjelaskan tentang sesuatu masalah atau secara turun temurun telah dihargai sebagai keluarga yang patut ditokohkan. Umur, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman usahatani, luas lahan usahatani, tidak berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada aspek pemahaman, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, komunikasi yang efektif tidak tergantung kepada umur, pendidikan non formal, pekerjaan, pendapatan, pengalaman usahatani, luas lahan usahatani. Dengan adanya kegiatan pertanian baik yang langsung dilaksanakan di lokasi usahatani kelompok ataupun di luar hamparan maka responden dapat berusaha dan meningkatkan pemahaman,
100
mempunyai sikap dan dilakukannya teknologi usahatani padi dalam kelompok taninya. Hasil uji korelasi rank Spearman dan chi-square (Tabel 9) bahwa karakteristik individu partisipasi sosial berhubungan sangat nyata (p<0,01) positip dengan efektivitas komunikasi, sedangkan pendidikan formal berhubungan nyata (p<0,05) positip dengan aspek pemahaman dan jumlah anggota keluarga berhubungan nyata (p<0,05) dengan aspek tindakan dalam efektivitas komunikasi. Karakteristik individu yang secara signifikan mempunyai hubungan negatif dengan efektivitas komunikasi khususnya aspek pemahaman (p<0,01)dan sikap (p<0,05) adalah status sosial, ada hubungan antara pekerjaan dengan aspek pemahaman maupun aspek tindakan. Hal ini berarti sebagian hipotesis satu yang menyebutkan terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendidikan formal, pekerjaan, besar anggota keluarga, partisipasi sosial dan status sosial dengan efektivitas komunikasi diterima. Hubungan Sumber dan Saluran Informasi dengan Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat Kelompok Tani Hasil uji rank-Spearman terhadap korelasi antara sumber dan saluran informasi pemuka pendapat kelompok tani dan peubah efektivitas komunikasi dalam menggunakan teknologi usahatani padi disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa frekuensi kontak pemuka pendapat kelompok tani kepada petugas (peneliti/penyuluh) BPTP NTT berhubungan nyata positif dengan tindakan untuk melakukan teknologi usahatani padi. Hal ini berarti bahwa semakin banyak pemuka pendapat melakukan kontak dengan petugas BPTP NTT akan memberikan dukungan untuk meyakinkan bahwa teknologi yang diterapkan dalam kegiatan usahataninya akan dapat memberikan dampak positip bagi hasil yang akan didapatkan. Tujuan dikenalkan dan dilakukannya paket teknologi dalam kegiatan usahatani padi adalah diperolehnya hasil yang lebih baik sehingga dapat memberikan hasil lebih baik yang nantinya akan meningkatkan pendapatan
dan
kesejahteraan
serta
adanya
akumulasi
kapital
pengembangan usahatani pemuka pendapat kelompok tani dan keluarganya.
untuk
101
Tabel 10. Hubungan pemanfaatan sumber dan saluran informasi dengan efektivitas komunikasi pemuka pendapat kelompok tani Sumber dan Saluran Informasi Frekuensi kontak dengan penyuluh/ peneliti BPTP NTT Frekuensi kontak dengan PPL Frekuensi nonton teknologi usahatani padi di televisi Frekuensi mendengar teknologi usahatani padi di radio Frekuensi membaca teknologi usahatani padi di surat kabar Frekuensi membaca Liptan
Efektivitas Komunikasi (rs) Pemahaman
Sikap
Tindakan
0,109
0,015
0,250*
0,327**
0,227*
0,446**
-0,126 0,278**
-0,100
-0,049
0,260**
0,303**
-0,160
-0,060
0,044
0,167
-0,041
0,088
Keterangan : **.berhubungan sangat nyata pada p=0,01
rs= koefisien korelasi rank Spearman
*.berhubungan nyata pada p=0,05
Frekuensi
kontak
responden
kepada
petugas
BPTP
NTT
tidak
berhubungan nyata dengan pemahaman maupun sikap. Hal ini menunjukkan pemahaman dan sikap pemuka petani dengan petugas BPTP NTT ditentukan oleh nilai informasi yang diperoleh. Frekuensi kontak rendah tapi informasi yang diperoleh tidak sesuai dapat dikatakan bernilai rendah, frekuensi kontak rendah tapi informasi diperoleh nilai sesuai dikatakan bernilai tinggi, sebaliknya dengan frekwensi kontak tinggi Frekuensi kontak responden kepada PPL berhubungan sangat nyata positip dengan pemahaman dan tindakannya untuk melakukan teknologi usahatani padi, berhubungan nyata dengan sikap terhadap teknologi usahatani padi.
Hal ini
berarti semakin sering melakukan kontak dengan PPL maka akan dapat meningkatkan pemahaman, mempengaruhi sikap menerima dan mau melakukan teknologi usahatani padi. Sering terjadinya kontak pemuka pendapat dengan PPL dimungkinkan karena sering hadirnya PPL dalam pertemuan kelompok yang selalu dilakukan sekali dalam setiap minggu atau dalam pertemuan diluar jadwal pertemuan. Dalam kontak secara langsung dilakukan diskusi secara langsung dengan PPL tentang teknologi usahatani padi. Frekuensi menonton teknologi usahatani padi di televisi responden tidak berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi tidak hanya ditentukan frekuensi menonton teknologi usahatani padi di televisi. Pemuka pendapat kelompok tani dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan berpengalaman dalam kegiatan usahatani padi
102
membuatnya kurang tertarik terhadap informasi teknologi yang ditayangkan terutama teknologi yang telah diketahuinya namun apabila teknologi itu dianggap baru (inovasi) maka informasi itu ditontonnya hingga selesai. Frekuensi dengar radio tentang teknologi usahatani padi berhubungan sangat nyata positip dengan pemahaman dan tindakannya untuk melakukan teknologi usahatani padi, berhubungan nyata dengan sikap terhadap teknologi usahatani padi. Hal ini berarti semakin sering mendengar radio tentang teknologi usahatani padi maka akan dapat meningkatkan pemahaman, mempengaruhi sikap menerima dan mau melakukan teknologi usahatani padi. Seringnya mendengar radio tentang teknologi usahatani padi dimungkinkan karena jam siaran pedesaan dapat dikatakan tepat karena waktu tersebut termasuk waktu yang senggang atau istirahat pemuka pendapat. Karena program acara siaran pedesaan telah diketahui pemuka pendapat baik hari dan jam sesuai dengan jadwal siaran maka pemuka pendapat sering mengakses RRI untuk mendengarkan pesan-pesan terutama pesan tentang teknologi usahatani padi yang akan dapat memberikan pemahaman yang lebih, menguatkan sikap terhadap teknologi dan mau melaksanakan dalam kegiatan usahatani padi. Vardiansyah (2004) menyatakan bahwa apabila pesan yang disampaikan membutuhkan frekwensi penyampaian yang tinggi, maka penggunaan media seperti radio lebih cocok. Frekuensi baca teknologi usahatani padi di surat kabar responden tidak berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi tidak hanya ditentukan frekuensi membaca teknologi usahatani padi di surat kabar. Pemuka pendapat kelompok tani dengan pengetahuan dan pengalaman berusahatani padi yang telah dimiliki membuatnya kurang tertarik terhadap informasi teknologi yang ditulis dalam surat kabar tersebut karena kadang-kadang informasinya tidak lengkap dan kurang jelas. Frekuensi membaca liptan responden tidak berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi tidak hanya ditentukan frekuensi membaca liptan. Liptan merupakan satu lembar kertas yang berisi informasi teknologi pertanian termasuk teknologi usahatani padi, pemuka pendapat kelompok tani memperolehnya dari petugas pertanian (PPL atau
103
BPTP NTT) tidak terlalu mengandalkannya sebagai sumber informasi teknologi usahatani padi sebab informasinya terlalu singkat, dan masih bersifat umum. Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 10) bahwa pemanfaatan sumber dan saluran informasi frekuensi dengan informasi teknologi usahatani padi dari radio berhubungan sangat nyata (p<0,01) positip dengan efektivitas komunikasi, frekuensi kontak dengan PPL berhubungan sangat nyata (p<0,01) positip dengan aspek pemahaman dan aspek tindakan serta berhubungan nyata (p<0,05) positip dengan aspek sikap, sedangkan frekuensi kontak dengan petugas BPTP NTT berhubungan nyata (p<0,05) positip dengan tindakan. Hal ini berarti hipotesis kedua yang menyebutkan terdapat pemanfaatan sumber dan saluran informasi frekuensi dengar frekuensi kontak PPL, teknologi usahatani padi di radio, frekuensi kontak BPTP NTT dengan efektivitas komunikasi diterima. Hubungan Karakteristik Individu dengan Sumber dan Saluran Informasi Pemuka Pendapat Kelompok Tani Hasil uji rank-Spearman terhadap korelasi antara peubah karakteristik pemuka pendapat kelompok tani dan peubah pemanfaatan sumber dan saluran informasi dalam menggunakan teknologi usahatani padi disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa umur tidak mempunyai hubungan yang nyata atau mempunyai hubungan namun kecenderungan sangat lemah dengan keterhubungannya dengan sumber dan saluran informasi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memanfaatkan sumber dan saluran informasi tidak tergantung umur responden. Bahwa ada pemuka pendapat yang masih muda biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi, pada pemuka pendapat yang umurnya dalam kategori yang tua masih mau untuk berusaha mengembangkan teknologi usahatani padi dalam kegiatan usahataninya dengan meningkatkan pemahaman, bersikap kritis terhadap teknologi dan mau melakukan teknologi yang sifatnya menguntungkan dan mudah untuk dilaksanakan.
104
Tabel 11. Hubungan karakteristik Individu dengan sumber dan saluran informasi pemuka pendapat kelompok tani Karakteristik individu
Koefisien Korelasi
Sumber dan Saluran Informasi Frekuensi kontak Peneliti penyuluh BPTP NTT
Frekuensi kontak PPL
Frekuensi nonton teknologi usahatani padi di televisi
Frekuensi dengar teknologi usahatani padi di radio
Frekuensi baca teknologi usahatani padi di surat kabar
Frekuensi membaca Liptan
Umur
rs
0,074
0,075
0,154
0,080
-0,138
-0,157
Pendidikan Formal Pendidikan Nonformal Pekerjaan
rs
-0,056
-0,027
0,210*
0,163
0,087
0,053
rs
0,012
-0,011
-0,095
-0,038
-0,114
-0,051
2
0,987
0,799
0,228
0,424
0,864
0,900
Pendapatan
rs
-0,043
0,021
-0,129
0,124
-0,070
-0,038
Pengalaman Usahatani Luas lahan Usahatani Besar anggota keluarga Partisipasi Sosial Status Sosial
rs
0,191
-0,023
0,017
0,044
-0,115
-0,181
rs
-0,013
-0,077
0,053
-0,169
-0,218*
-0,139
rs
0,350**
0,123
-0,011
0,048
-0,208*
-0,081
rs
0,276**
0,288**
-0,105
-0,046
-0,003
-0,103
rs
0,091
-0,064
-0,172
0,157
-0,018
0,010
Keterangan : **.berhubungan sangat nyata pada p=0,01 *.berhubungan nyata pada p=0,05
rs= koefisien korelasi rank Spearman 2 = koefisien korelasi chi-square
Pendidikan formal responden sebagian besar tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi, kecuali pendidikan formal responden mempunyai hubungan nyata yang positip dengan aspek frekuensi menonton informasi teknologi usahatani padi di televisi. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan antara pemuka pendapat yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih lama dalam mencari informasi teknologi usahatani padi dari televisi. Tingginya frekuensi menonton televisi karena dalam mengakses dan memilih saluran televisi yang ditonton termasuk acara yang sesuai dengan kebutuhan pemuka pendapat dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya seperti informasi dan berita membutuhkan pemikiran dan analisis dari penonton termasuk informasi teknologi usahatani padi. Effendy (2006) menyatakan bahwa upaya mengoptimalkan daya pengaruh positip dari media televisi ialah antara lain dengan menyiarkan acara-acara televisi yang mengarahkan masyarakat dari
105
learning by listening (belajar dengan mendengarkan) dan learning by seeing (belajar dengan melihat) kepada learning by doing (belajar dengan melakukan). Dalam hubungan ini model two-step flow of comunication (komunikasi dua tahap) dapat diterapkan, terutama komunikasi dengan masyarakat pedesaan yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia yang haus akan penerangan itu. Pendidikan nonformal responden tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi. Hal ini dapat diartikan bahwa menggambarkan bahwa pendidikan nonformal pemuka pendapat kelompok tani pada keikutsertaannya dalam kursus atau pelatihan cenderung memiliki karakteristik yang sama dalam memanfaatkan sumber dan saluran informasi usahatani padi. Pekerjaan responden tidak ada hubungan dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi. Hal ini menggambarkan bahwa pekerjaan pemuka pendapat kelompok tani baik pekerjaan sebagai petani ataupun pekerjaan lain selain petani cenderung memiliki karakteristik yang sama dalam memanfaatkan sumber dan saluran informasi usahatani padi. Pendapatan responden tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi. Hal ini berarti bahwa pemuka pendapat yang mempunyai pendapatan per bulan rendah maupun pendapatan tinggi cenderung mempunyai karakteristik yang sama dalam memanfaatkan sumber dan saluran informasi teknologi usahatani padi. Pengalaman usahatani responden tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi. Hal ini berarti bahwa aktifitas responden dalam memanfaatkan sumber dan saluran informasi tidak ditentukan dengan pengalaman berusahatani. Bagi pemuka pendapat yang lebih lama pengalaman usahatani atau yang belum lama pengalaman usahataninya, karena pengalaman usahatani yang dijalankan adalah usahatani warisan dari orang tua maka mereka merasa tidak perlu mencari informasi usahatani padi yang baru. Luas lahan usahatani responden berhubungan nyata yang negatip dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi terutama pada aspek frekwensi membaca informasi teknologi usahatani padi dari surat kabar. Hal ini berarti bahwa semakin sempit lahan usahatani pemuka pendapat semakin lama membaca
106
mendengar radio serta semakin lama membaca surat kabar tentang teknologi usahatani padi. Kecenderungan untuk lebih lama tersebut karena pemuka pendapat beranggapan bahwa radio masih dianggap sebagai sumber informasi yang cukup baik dan akan lebih lengkap untuk dipahami jikalau informasi tersebut tertulis dalam surat kabar yang ada. Jumlah anggota keluarga responden berhubungan nyata yang positip dengan aspek kontak dengan petugas BPTP NTT, dan jumlah anggota keluarga responden berhubungan nyata yang negatip dengan aspek frekwensi membaca surat kabar tentang teknologi usahatani padi. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga sebagai tanggungan pemuka pendapat maka semakin tinggi frekwensi kontak dengan petugas BPTP NTT, namun dalam frekwensi membaca surat kabat tentang teknologi bahwa pemuka pendapat yang mempunyai anggota keluarga yang sedikit cenderung lebih banyak atau frekwensi tinggi dalam membaca surat kabar tentang teknologi usahatani padi. Pemuka pendapat kelompok tani dalam mencari informasi teknologi usahatani merasakan bahwa BPTP NTT dapat membantu untuk lebih memahami dan membantu melakukan dalam kegiatan usahataninya sekaligus dapat melakukan diskusi lebih mendalam tentang teknologi usahatani yang diperoleh dari surat kabar yang dibaca. Partisipasi sosial responden berhubungan nyata yang positip dengan aspek kontak dengan petugas BPTP NTT dan kontak dengan PPL. Hal ini berarti semakin banyak diskusi pemuka pendapat melakukan diskusi dengan anggota kelompok semakin banyak melakukan kontak dengan petugas BPTP NTT dan PPL. Dalam diskusi yang dilakukan biasanya pemuka pendapat dan petani lain akan saling memberikan informasi dan membaca surat kabar yang dimiliki. Effendy (2006) menyatakan bahwa pentingnya komunikasi dalam bentuk diskusi pada proses belajar-mengajar disebabkan materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas dan komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication (komunikasi dalam diri sendiri) dan intercommunication (komunikasi dengan orang lain). Status sosial responden tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi. Hal ini berarti bahwa pemuka
107
pendapat yang mempunyai sedikit status sosial ketokohan maupun status sosial ketokohan banyak cenderung sama dalam memanfaatkan sumber dan saluran informasi teknologi usahatani padi dengan kata lain pemuka pendapat kelompok tani dengan status sosial atau ketokohannya selain sebagai tokoh petani cenderung kurang memiliki keinginan kontak dengan dengan petugas pertanian serta keterdedahan terhadap media massa karena menganggap bahwa dengan kedudukan sebagai tokoh dalam masyarakat sudah cukup dalam menjalankan perannya sebagai tokoh. Hasil uji korelasi rank Spearman dan chi-square (Tabel 11) menunjukkan bahwa karakteristik individu jumlah anggota keluarga berhubungan sangat nyata (p<0,01) positip dengan sumber dan saluran informasi frekuensi kontak dengan BPTP NTT berhubungan nyata (p<0,05) negatip dengan frekuensi baca teknologi usahatani padi di surat kabar, partisipasi sosial berhubungan sangat nyata (p<0,01) positip dengan frekuensi kontak petugas BPTP NTT dan PPL, pendidikan formal berhubungan nyata (p<0,05) positip dengan frekuensi nonton teknologi usahatani padi di televisi, luas lahan berhubungan nyata (p<0,05) negatip dengan frekuensi membaca teknologi usahatani padi di surat kabar. Hal ini berarti hipotesis ketiga yang menyebutkan terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas lahan usahatani jumlah anggota keluarga dan partisipasi sosial dengan pemanfaatan sumber dan saluran informasi diterima.