BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian mengenai harga diri ditinjau dari dukungan sosial dan regulasi emosi pada wanita lansia yang bekerja wiraswasta dilakukan di Kecamatan Jebres. Kecamatan Jebres beralamatkan di Jl. Ki Hajar Dewantara no. 27 Surakarta. Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Surakarta. Jumlah penduduk di Kecamatan Jebres sebanyak 147.396 jiwa yang terdiri dari 73.500 penduduk laki-laki dan 73.896 penduduk perempuan yang mana 9.785 terdiri dari dari lansia. Kecamatan Jebres terdiri dari sebelas kelurahan, yaitu sebagai berikut: Tabel 5. Nama-Nama Kelurahan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Nama-Nama Kelurahan di Kecamatan Jebres Surakarta Kelurahan Kepatihan Kulon Kelurahan Jagalan Kelurahan Kepatihan Wetan Kelurahan Purwodiningratan Kelurahan Sudiroprajan Kelurahan Tegalharjo Kelurahan Gandekan Kelurahan Jebres Kelurahan Sewu Kelurahan Mojosongo Kelurahan Pucangsawit Berdasarkan keadaan geogrfis, Kecamatan Jebres berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu: a. Utara
: Kabupaten Karanganyar
b. Selatan
: Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo
c. Barat
: Kecamatan Banjarsari
d. Timur
: Kecamatan Karanganyar
68
69
2.
Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan
terarah. Hal-hal yang dipersiapkan sebelum melakukan penelitian dalah berkaitan dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. a. Persiapan Administrasi 1) Tanggal 29 Januari 2015 peneliti mengajukan surat ijin penelitian dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri
Sebelas
Maret
Surakarta
dengan
nomor
surat
1477/UN27.06.6.2/PN2015 yang ditujukan kepada Kecamatan Jebres Surakarta. 2) Mengajukan surat ijin penelitian kepada Sekretariat Kecamatan Jebres Surakarta 3) Setelah mendapat ijin dari pihak kecamatan, peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. b. Persiapan Alat Ukur Penelitian ini akan menggunakan skala harga diri, dukungan sosial dan regulasi emosi 1) Skala Harga Diri Harga
diri
yang
disusun
berdasarkan
aspek-aspek
yang
dikemukakan oleh Maslow (dalam Schultz, 1991) yaitu aspek penghargaan dari diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 30 aitem yang terdiri 15 butir pernyataan favorable dan 15 butir pernyataan unfavorable. Setiap aitem dalam disediakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai). 2) Skala Dukungan Sosial Skala dukungan sosial dibentuk berdasarkan lima aspek yang diungkapkan Sarafino (1994) yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif dan dukungan jaringan sosial. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak
70
40 aitem yang terdiri 20 butir pernyataan favorable dan 20 butir pernyataan unfavorable. Setiap aitem dalam disediakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai). 3) Skala Regulasi Emosi Skala
regulasi
emosi
dibentuk
berdasarkan
aspek
yang
dikemukakan oleh Thompson (1994) yang meliputi : emotion monitoring, emotion evaluating, emotion modification. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 30 aitem yang terdiri 15 butir pernyataan favorable dan 15 butir pernyataan unfavorable. Setiap aitem dalam disediakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai). B. Pelaksanaan Penelitian 1.
Penentuan Subjek Penelitian Populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah wanita lansia di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive quota incidental sampling. 1) Berumur 60-75 tahun; 2) Memiliki pekerjaan baik dalam bidang perdagangan, pertanian, maupun peternakan; 3) Bukan sebagai penopang keuangan utama dalam keluarga. Jumlah wanita lansia yang bekerja di Kecamatan Jebres tidak dapat diketahui julahnya dengan pasti sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis sampel yang tidak terbatas atau infinite (Arikunto, 1998). Oleh karena itu penentuan sampel didasarkan pada pendapat Roscoe (dalam Sugiyono, 2010) tentang penentuan ukuran sample dalam suatu penelitian, yaitu: a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 responden. b. Bila dalam suatu penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (misalnya: analisis korelasi atau regresi ganda) maka jumlah anggota sampel minimal adalah 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.
71
2.
Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Februari di
Kecamatan Jebres Surakarta. Pengumpulan data menggunakan alat ukur berupa skala harga diri yang terdiri dari 30 aitem, skala dukungan sosial yang terdiri dari 40 aitem dan skala regulasi emosi yang terdiri dari 30 aitem. Ketiga skala tersebut diberikan secara langsung oleh peneliti melalui door to door. Peneliti juga memberikan penjelasan secara langsung. Data penelitian yang diperoleh sebanyak 30 eksemplar. 3.
Pelaksanaan Skoring Setelah data penelitian terkumpul, maka selanjutnya adalah memberikan
skor pada hasil pengisian skala harga diri, skala dukungan sosial, dan skala regulasi emosi untuk keperluan analisis data. Skor aitem favourable adalah 4 untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk pilihan jawaban sesuai (S), 2 untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS). Skor pada aitem unfavourable adalah 1 untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 2 untuk pilihan jawaban sesuai (S), 3 untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS), dan 4 untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS). Selanjutnya skor yang diperoleh dari subyek penelitian dijumlahkan untuk tiaptiap skala. Total skor tiap skala yang diperoleh dari responden dipakai untuk penelitian. 4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan guna mengetahui seberapa cermat suatu aitem dalam mengukur apa yang ingin di ukur (Priyatno,2012). Penghitungan validitas ketiga skala dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program
72
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17. Hasil yang didapatkan oleh tiap-tiap skala adalah sebagai berikut: 1) Skala Harga Diri Keseluruhan jumlah skala harga diri yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 30 aitem, kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 3 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem-aitem pada nomor 4, 21, dan 29, sedangkan jumlah aitem yang valid adalah 22 aitem, yaitu 13 aitem favourable dan 14 aitem unfavourable dengan nilai daya beda aitem sebesar 0,367sampai dengan 0,768. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dan yang gugur dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 6 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Harga Diri
Pernyataan No.
1.
2.
Aspek Harga Diri Penghargaan dari diri sendiri Penghargaan dari orang lain
Jumlah Aitem favourable
unfavourable
valid
gugur
valid
gugur
valid
gugur
1, 2,3
-
6,7,8
-
6
-
5,11,25
4
9,10,16,17
-
7
1
12,13,14,15
21
18,19,20,26
-
8
1
22,23,24
-
27,28,30
29
6
1
27
3
Jumlah
73
2) Skala Dukungan Sosial Keseluruhan jumlah skala dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 40 aitem, kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 7 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem-aitem pada nomor 11, 16, 19, 21, 25, 37 dan 40, sedangkan jumlah aitem yang valid adalah 33 aitem, yaitu 17 aitem favourable dan 16 aitem unfavourable dengan indeks daya beda aitem sebesar 0,352 sampai dengan 0,628. Distribusi skala dukungan sosial yang valid dan gugur dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 7 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan Sosial
No.
Aspek Dukungan Sosial
Pernyataan Jumlah Aitem Favourable
Unfavourable
valid
gugur
valid
gugur
valid
gugur
9
1
1.
Dukungan Emosional
1,2,3,4
37
6,7,8,9,30
2.
Dukungan Penghargaan
5,12,13
11
10,17
16
5
2
3.
Dukungan Instrumental
14,15,23,24
18,20,31
19,21
7
2
4.
Dukungan Informatif
26,27,38
7
1
5.
Dukungan Jaringan Sosial
33,34,35,36
5
1
33
7
Jumlah
25
22,28,29,32
39
40
74
3) Skala Regulasi Emosi Keseluruhan jumlah skala regulasi emosi yang digunakan dalam penelitian
adalah sebanyak 30 aitem. Kemudian setelah dilakukan uji
validitas terdapat 2 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem-aitem pada nomor 2 dan 13, sedangkan jumlah aitem yang valid adalah 28 aitem, yaitu 13 aitem favourable dan 15 aitem unfavourableI dengan indeks daya beda aitem sebesar 0,388 sampai dengan 0,709. Distribusi skala regulasi emosi yang valid dan gugur dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 8 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Regulasi Emosi
No.
Pernyataan
Aspek Regulasi Emosi
JumlahAitem Favourable
Unfavourable
valid
gugur
valid
gugur valid
gugur
1.
Emotion Monitoring
1,3,4,5
2
6,7,8,9,10
9
1
2.
Emotion Evaluating
11,12,14,15,25
13
16,17, 18,19, 20
10
1
3.
Emotion Modification
21,22,23,24
26,27,28,29,30
9
Jumlah
28
2
b. Uji Reliabilitas Peneliti menggunakan formula alpha cronbach dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0, berarti semakin rendah
75
reliabilitasnya (Azwar, 2009). Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari tiap-tiap skala: 1) Skala harga diri Koefisien reliabilitas skala harga diri adalah sebesar 0,871. Skala harga diri dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Reliabilitas Skala. 2) Skala dukungan sosial Koefisien reliabilitas skala dukungan sosial adalah sebesar 0,900. Skala dukungan sosial ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai
alat
ukur
suatu
penelitian.
Penghitungan
dan
perincian
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Reliabilitas Skala. 3) Skala regulasi emosi Koefisien reliabilitas skala regulasi emosi adalah sebesar 0,891. Skala regulasi emosi ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai
alat
ukur
suatu
penelitian.
Penghitungan
dan
perincian
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Reliabilitas Skala.
C. Hasil Analisis Data Penelitian Perhitungan analsis data dalam penelitian ini dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.
76
1.
Uji Asumsi Dasar a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi dengan normal atau tidak (Priyatno, 2012). Data yang di uji adalah selebaran pada tiga skala penelitian, yaitu skala harga diri, skala dukungan sosial, dan skala regulasi emosi. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan melihat nilai Kolmogrov-Smirnov dalam Test of Normality pada uji One Sample Kolmogrov-Smirnov. Data dinyatakan terdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05. Tabel 9 Hasil Uji Normalitas One -Sam ple Kolm ogor ov-Sm irnov Te s t
N Normal Parameters a,b Mos t Ex treme Dif f erences
Mean Std. Deviation A bs olute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z A sy mp. Sig. (2-tailed)
Harga Diri 30 81.3667 8.45468 .145 .119 -.145 .796 .551
Dukungan Sosial 30 97.1333 10.84287 .152 .134 -.152 .830 .496
Regulasi Emosi 30 80.2667 9.18369 .103 .100 -.103 .562 .911
a. Test dis tribution is Normal. b. Calc ulated f rom data.
Berdasarkan hasil output Test of Normality, pada kolom KolmogrovSmirnov dapat diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,551 untuk skala harga diri, nilai Sig. sebesar 0,496 untuk skala dukungan sosial, dan nilai Sig. sebesar 0,911 untuk skala regulasi emosi. Karena nilai Sig. untuk skala harga diri, skala dukungan sosial, dan skala regulasi emosi lebih besar dari 0,05 maka uji
77
normalitas dalam penelitian ini terpenuhi dan variabel-variabel penelitian terdistribusi normal. b. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan test for linearity dengan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17. Dua variable dikatakan memiliki hubungan yang linier bila signifikansi (pada kolom linearity) kurang dari 0,05. Tabel 10 Hasil Uji Linieritas Dukungan Sosial dengan Harga Diri
Harga Diri * Dukungan Sosial
ANOVA Table Sum of Squares Between (Combined) 1700,41 Groups 7 Linearity 612,024 Deviation 1088,39 from 2 Linearity Within Groups 372,550 Total 2072,96 7
df 18
Mean Square 94,468
F 2,789
Sig. ,043
1 17
612,024 64,023
18,071 1,890
,001 ,142
11 29
33,868
78
Tabel 11 Hasil Uji Linieritas Regulasi Emosi dengan Harga Diri
Harga Diri * Regulasi Emosi
ANOVA Table Sum of Squares Between (Combined) 1502,21 Groups 7 Linearity 608,603 Deviation 893,613 from Linearity Within Groups 570,750 Total 2072,96 7
df 18
Mean Square 83,456
F 1,608
Sig. ,212
1 17
608,603 52,565
11,730 1,013
,006 ,506
11 29
51,886
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diperoleh nilai Sig. pada kolom linearity sebesar 0,001 untuk uji linearitas antara dukungan sosial dengan harga diri, serta nilai Sig. pada kolom linearity sebesar 0,006 untuk uji linearitas antar regulasi emosi dengan harga diri. Nilai signifikansi antara variabel bebas dengan variabel tergantung kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tiap variabel bebas dengan variabel tergantung bersifat linear. 2.
Uji Asumsi Klasik a.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak ada korelasi di antara variabel bebas atau terbebas dari multikolinearitas. Metode pengujian yang dilakukan yaitu dengan melihat nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang lebih kecil dari 10 sehingga tidak terjadi multikolinearitas.
79
Tabel 12 Hasil Uji Multikolinearitas
Model 1 (Constant) Dukungan Sosial Regulasi Emosi
Unstandardized Coefficients Std. B Error 27,112 13,026
Coefficientsa Standar dized Coeffici ents Beta
Collinearity Statistics
T 2,081
Sig. ,047
Tolerance
VIF
,284
,135
,364
2,108
,044
,753
1,327
,332
,159
,361
2,091
,046
,753
1,327
a. Dependent Variable: harga diri
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai tolerance variabel dukungan sosial dan regulasi emosi sebesar 0,753 sedangkan nilai VIF pada variabel dukungan sosial dan regulasi emosi sebesar
1,327
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
mulitikolinearitas, yakni nilai tolerance 0,753>0,1 dan nilai VIF 1,327<10. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat di lihat dari pola pada scatterplot yang di deteksi dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
80
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut adalah gambar scatterplot hasil uji heteroskedastisitas pada model penelitian ini.
Gambar 1 Scatterplot sebagai Uji Heteroskedastisitas Dari hasil analisis pola gambar scatterplot di atas, diperoleh penyebaran titik-titik tidak teratur, penyebaran titik-titik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga pola tersebut tidak menunjukkan adanya gejala heteroskedastisitas. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa model regresi terbebas dari heteroskedastisitas, sehingga bisa dikatakan baik karena tidak terjadi heteroskedastisitas.
81
c.
Uji Otokorelasi Uji otokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
yang terjadi antara residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi otokorelasi. Metode yang digunakan peneliti untuk melihat ada atau tidaknya otokorelasi yaitu dengan uji Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika DW
4-dL berarti terdapat otokorelasi 2) Jika DW terletak antara dU dan 4-dU berarti tidak ada otokorelasi 3) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara 4-dU dan 4-dL, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Tabel 13 Hasil Uji Otokorelasi Model Summaryb Model 1
R .627a
R Square ,393
Adjusted R Square ,394
Std. Error of the Estimate 6,82409
Durbin-Watson 1,817
a. Predictor: (Constant), Regulasi Emosi, Dukungan Sosial b. Dependent variabel: Harga Diri
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,817. Dengan k=2 dan N=30 (k=jumlah variabel bebas dan N= jumlah sampel) sehingga diperoleh nilai dU=1,5666 dan 4-dU (4-1,5666 = 2,4334). Berdasarkan hal tersebut maka nilai DW (1,817) terletak antara dU (1,5666) dan 4-(dU) (2,4334) dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan tidak ada otokorelasi.
82
3.
Uji Hipotesis a.
Uji Analisis Regresi Ganda (Uji F) Setelah uji asumsi terpenuhi yaitu uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi ganda. Analisis berganda digunakan untuk mengetahui nilai F, dengan nilai F dapat diketahui apakah variabel dukungan sosial dan regulasi emosi secara bersama-sama berkorelasi secara signifikan dengan variabel harga diri. Variabel bebas bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel tergantung jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05. Tabel 14 Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Regression
615,627
2
407,813
8,757
Residual
1257,340
27
46,568
Total
2072,967
29
Sig. .001a
a. Predictors: (Constant), regulasi emosi, dukungan sosial b. Dependent Variable: harga diri
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel didapatkan nilai p-value (pada kolom Sig.) sebesar 0,001 (p<0,05), sedangkan nilai Fhitung sebesar 8,757. Berdasakan hasil tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan regulasi emosi dengan harga diri pada wanita lansia yang bekerja wirausaha di kecamatan Jebres Surakarta.
83
Nilai koefisien ganda (R) menunjukkan besarnya hubungan yang terjadi antara variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung. Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan semakin kuat, sebaliknya jika nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2012). Sugiyono (2010) memberikan pedoman interpretasi koefisien korelasi, sebagai berikut:
Tabel 15 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Interval Nilai R 0,000-0,199 0,200-0,399 0,400-0,599 0,600-0,799 0,800-1,000
Interpretasi Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Pada model summary juga akan didapatkan hasil koefisien determinasi (R2) yang digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung. Nilai R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tergantung. Sebaliknya, apabila R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sempurna.
84
Tabel 16 Hasil Model Summary Model Summaryb Model
R
1
.627a
R Square
Adjusted R Square
.393
Std. Error of the Estimate
.349
6,82409
Durbin-Watson 1.817
a. Predictors: (Constant), regulasi emosi, dukungan sosial b. Dependent Variable: harga diri
Menurut hasil penghitungan di atas didapat R sebesar 0 .627 artinya terjadi korelasi kuat antara dukungan sosial dan regulasi emosi dengan harga diri. Nilai R Square (R2) menunjukkan koefisien determinasi. Angka tersebut di ubah ke bentuk persen yang memiliki arti persentase sumbangan pengaruh variabel bebas dengan variabel tergantung. Menurut hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.393. Hal ini menunjukkan persentase sumbangan pengaruh yang diberikan dukungan sosial dan regulasi emosi dengan harga diri yaitu sebesar 39,3%. Sisanya 60,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. b. Uji Korelasi Parsial Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel ketika variabel lain yang dianggap berpengaruh di kendalikan atau dibuat tetap (Priyatno, 2012). Dalam penelitian ini, akan di uji hubungan antara harga diri dengan dukungan sosial, ketika variabel regulasi emosi keluarkan (sebagai variabel kontrol), dan juga menguji hubungan antar harga diri dengan regulasi emosi, dengan mengeluarkan variabel dukungan sosial (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 atau -1. Jika
85
nilai r semakin mendekati 1 atau -1, maka hubungan antara dua variabel semakin kuat. Jika nilai r mendekati 0, maka hubungan antara dua variabel semakin lemah. Sugiyono (2010) memberikan pedoman interpretasi koefisien korelasi, sebagai berikut: Tabel 17 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Interval Nilai r 0,000-0,199 0,200-0,399 0,400-0,599 0,600-0,799 0,800-1,000
Interpretasi Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Tabel 18 Hasil Uji Korelasi Parsial Harga Diri dengan Dukungan Sosial Correlations Control Variables Regulasi emosi
Harga diri
Dukungan sosial
Correlation Significance (2tailed) Df Correlation Significance (2tailed) Df
Harga diri Dukungan sosial 1,000 ,555 . ,001 0 ,555 ,001
28 1,000 .
28
0
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan adanya hubungan yang sedang antara variabel dukungan sosial dengan harga diri yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,555. Nilai signifikansi p = 0,001 (p<0,05) hasil ini menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi harga diri, dan sebaliknya.
86
Tabel 19 Hasil Uji Korelasi Parsial Harga Diri dengan Regulasi Emosi Correlations Control Variables Dukungan sosial
Harga diri
Regulasi emosi
Correlation Significance (2tailed) Df Correlation Significance (2tailed) Df
Harga diri 1,000 .
Regulasi emosi ,534 ,002
0 ,534 ,002
28 1,000 .
28
0
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan adanya hubungan yang rendah antara variabel regulasi emosi dengan harga diri yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,534. Nilai signifikansi p = 0,002 (p<0,05), dengan demikian tidak ada hubungan antara regulasi emosi dengan harga diri. 4.
Analisis Deskriptif Berdasarkan skor kasar yang diperoleh dari skala harga diri, skala dukungan sosial, dan skala regulasi emosi diperoleh hasil statistik deskriptif responden penelitian. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kondisi harga diri, dukungan sosial, dan regulasi emosi responden yang diteliti.
87
Tabel 20 Deskripsi Data Empirik
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
harga diri
30
53
99
81.37
8.455
dukungan sosial
30
73
124
97.13
10.843
regulasi emosi
30
57
100
80.27
9.184
Valid N (listwise)
30
Tabel 21 Deskripsi Data Penelitian
Skala HG DS RE
Jumlah Responden 30 30 30
Data Hipotetik Skor Skor Min Maks 27 108 33 132 28 112
M 67,5 82,5 70
Data Empirik Skor Skor Min Maks 53 99 73 124 57 100
M 81,37 97,13 80,27
Berdasarkan tabel hasil analisis deskriptif, dilakukan kategorisasi responden secara normative untuk memberikan interpretasi skor skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjeng yang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah untuk menempatkan responden dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang di ukur (Azwar, 2007). Kontinum panjang ini akan dibagi menjadi tiga kategorisasi, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategorisasi responden pada penelitian ini yaitu:
88
Tabel 22 Kategorisasi Responden Penelitian Variabel Harga Diri
Dukungan Sosial
Regulasi Emosi
Kategorisasi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Norma 27 ≤ X <54 54≤ X <81 81≤ X <108 33≤ X <66 66≤ X <99 99≤ X <132 28≤ X <56 56≤ X <84 84≤ X <112
Jumlah responden 1 13 16 0 16 14 0 17 13
% 3,33% 43,33% 53,33% 0% 53,33% 46,47% 0% 56,67% 43,33%
Berdasarkan tabel di atas maka didapatkan penjelasan sebagai berikut: a) Harga Diri Hasil analisis dan kategorisasi variabel harga diri dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori tinggi yaitu 53,33%, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang tinggi. b) Dukungan Sosial Hasil analisis dan kategorisasi variabel dukungan sosial dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori sedang yaitu 53,33%, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini memiliki tingkat dukungan sosial yang sedang. c) Regulasi Emosi Hasil analisis dan kategorisasi variabel regulasi emosi dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori sedang yaitu
89
56,67%, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini memiliki tingkat regulasi emosi yang sedang. 5.
Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi tentang besar sumbangan pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam model regresi. Sumbangan relatif akan menunjukkan besarnya sumbangan variabel bebas terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Sumbangan efektif akan menunjukkan ukuran besarnya sumbangan dari variabel bebas terhadap jumlah kuadrat regresi. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai sumbangan relatif dan efektif adalah sebagai berikut: a.
Sumbangan relatif dukungan sosial dengan harga diri adalah 50,17% dan sumbangan relatif regulasi emosi dengan harga diri adalah 49,83%.
b.
Sumbangan efektif dukungan sosial dengan harga diri adalah 19,67% dan sumbangan efektif regulasi emosi dengan harga diri adalah 19,58%. Total sumbangan efektif dukungan sosial dan regulasi emosi terhadap harga diri ditunjukkan oleh nilai koefisien (R2) sebesar 0,393 atau 39,3%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh dukungan sosial dan regulasi emosi terhadap harga diri adalah sebesar 39,3% sedangkan sisanya 60,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
90
D. Pembahasan Data yang telah diperoleh dalam penelitian nantinya akan memberi gambaran umum mengenai kondisi harga diri, dukungan sosial, regulasi emosi, pada responden yang diteliti. Berdasarkan hasil kategorisasi skala harga diri, diketahui subjek penelitian memiliki tingkat harga diri pada kategori tinggi dengan nilai mean empirik sebesar 81,37 yang berada pada rentang nilai antara 81 – 108 dengan persentase 53,33% atau sebanyak 16 lansia . Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia wanita yang bekerja memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Selanjutnya pada hasil kategorisasi skala dukungan sosial diketahui bahwa subjek penelitian memiliki tingkat dukungan sosial pada kategori sedang dengan nilai mean empirik sebesar 82,5 yang berada pada rentang nilai 66 – 99 dengan persentase 53,33% atau sebanyak 16 lansia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia wanita yang bekerja mempunyai tingkat dukungan sosial yang sedang. Hasil kategorisasi skala regulasi emosi, diketahui bahwa subjek penelitian memiliki tingkat regulasi emosi pada kategori sedang dengan nilai mean empirik sebesar 80,27 yang berada pada rentang nilai 56 – 84 dengan persentase 56,67% atau sebanyak 17 lansia.. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia wanita yang bekerja mempunyai tingkat regulasi emosi yang sedang. Sehingga dari hasil penelitian dapat terlihat gambaran kategori responden dengan rincian bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki harga diri pada
91
tingkat tinggi, dukungan sosial pada tingkat sedang, dan regulasi emosi pada tingkat sedang. Hasil analisis penelitian mengenai hubungan antara dukungan sosial dan regulasi emosi dengan harga diri pada wanita lansia melalui teknik analisis regresi berganda diperoleh Fhitung = 8.575 dan p-value = 0,001 (p˂0.05) yang berarti hubungan ketiga variabel tersebut adalah signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian yakni terdapat hubungan antara dukungan sosial dan regulasi emosi dengan harga diri pada wanita lansia diterima yaitu terdapat hubungan antara harga diri ditinjau dari dukungan sosial dan regulasi emosi pada wanita lansia yang bekerja. Hubungan variabel ini dari Garnefski, dkk (2001) bahwa dalam sebuah lingkungan sosial emosi seseorang dapat diatur dengan mencari akses hubungan dengan seseorang secara interpersonal dan dukungan secara material sehingga dapat menghasilkan respon perilaku yang tepat. Hal ini dapat dimaknai bahwa dengan adanya kedekatan emosional dengan orang lain akan menjadi dasar bagi individu untuk mengatur emosi yang dimiliki sehingga dapat berperilaku tepat pada sebuah situasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa regulasi emosi merupakan salah satu usaha yang mampu membantu individu dalam mengatur emosi agar tidak berlebihan pada situasi yang dapat menimbulkan ketegangan. Lebih lanjut dalan Kusumiati (2009) menyatakan bahwa proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan inilah yang berpotensi menimbulkan problem karena pada masa lanjut usia biasanya disertai
92
dengan perubahan kepribadian. Artinya menjadi lanjut usia sesungguhnya bukan sekedar bertambahnya usia tetapi juga meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia sebab dengan bertambahnya kualitas hidup lansia akan memperpanjang usia lanjut usia. Santrock (2002) menambahkan bahwa meski populasi sekarang dapat bertahan hidup lebih panjang tetapi patut disayangkan bahwa hal ini dapat terhambat karena mental yang tidak sehat. Sehat mental tidak sekedar terbebas dari gangguan mental tetapi merefleksikan kemampuan seseorang utnuk menghadapi masalah kehidupan dengan cara efektif dan memuaskan. Dalam instrument Quality of Life, diungkapkan kualitas hidup manusia yang mencakup aspek fisik, fungsi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial dan lingkungan yang kesemuanya bertujuan untuk dapat mencapai penuaan yang berhasil atau successfull aging. Erikson (dalam Berk, 2000) menjelaskan bahwa seorang yang mencapai masa dewasa lanjut, jika telah mencapai sukses, mencapai kepuasan batin dan kebahagiaan maka akan tercapai ego integrity dan jika merasa tidak berhasil maka akan merasa hampa dan tidak berguna. Oleh karena itu, faktor dukungan sosial memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pengalaman emosi lansia sebagaimana dijelaskan dalam Kusumiati (2009). Dukungan sosial terutama yang berasal dari keluarga membantu munculnya respon positif pada lansia. Ada tiga perasaan positif sebagai respon subjek terhadap dukungan dari keluarga mereka, yaitu perasaan tambah semangat, perasaan terhibur dan perasaan senang. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa regulasi emosi yang baik ditunjang dengan
93
adanya dukungan sosial yang diterima oleh lansia memiliki pengaruh besar terhadap harga diri pada wanita lansia yang bekerja. Dengan nilai R yaitu 0,627, maka hubungan yang ada antara dukungan sosial dan regulasi emosi secara bersama-sama dengan harga diri adalah kuat yaitu berada pada kisaran 0,600 – 0,799 (Sugiyono, 2011). Lebih lanjut, melalui hasil analisis determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,393. Hal tersebut berarti bahwa dukungan sosial dan regulasi emosi dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi harga diri pada wanita lansia dengan sumbangan efektif sebesar 39,3%. Sisanya 60,7% dipengaruhi variabel atau faktor lain dari luar penelitian ini. Untuk menguji hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung menggunakan uji korelasi parsial. Hasil uji korelasi parsial pada variabel pertama yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pada wanita lansia ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi parsial (r) sebesar 0,555 dan nilai signifikansi 0,001 (p < 0,05). Hubungan yang terbentuk antara dukungan sosial dengan harga diri pada wanita lansia termasuk dalam kategori sedang yang berada pada kisaran 0,400 – 0,599 (Sugiyono, 2010). Selain itu, nilai koefisien korelasi (r) yang bertanda positif menunjukkan arah hubungan antara variabel harga diri dengan dukungan sosial pada lansia bersifat positif. Dengan demikian, secara parsial harga diri berhubungan positif yang signifikan dengan dukungan sosial pada pada lansia yang bekerja. Semakin tinggi dukungan sosial yang dimiliki lansia, maka tingkat harga diri yang dimiliki akan tinggi.
94
Demikian juga sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang dimilliki lansia maka tingkat harga diri yang dimiliki akan rendah. Hasil uji hipotesis tersebut sesuai dengan pandapat dari Sarafino (1998) bahwa dukungan atau bantuan yang dibutuhkan oleh lanjut usia bisa didapatkan dari berbagai sumber seperti keluarga, teman dekat, dokter atau profesional dan organisasi kemasyarakatan. Dukungan sosial didefinisikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan. Cobb (dalam Sarafino, 1998) mengemukakan bahwa dukungan sosial mengacu pada persepsi akan kenyamanan, kepedulian, penghargaan atau bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial adalah bantuan yang didapat individu dari orang lain atau kelompok, baik yang berupa bantuan materi maupun non materi yang dapat menimbulkan perasaan nyaman secara fisik dan psikologis bagi individu yang bersangkutan. Selanjutnya, nilai koefisien korelasi parsial yang diperoleh pada hubungan antara regulasi emosi dengan harga diri pada lansia yang bekerja adalah sebesar 0,534 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 (p < 0,05). Hubungan yang terbentuk antara regulasi emosi dengan harga diri pada lansia yang bekerja termasuk dalam kategori sedang karena berada pada rentang 0,400 – 0, 599 (Sugiyono, 2010). Selain itu, nilai koefisien korelasi parsial (r) yang bertanda positif menunjukkan arah hubungan antara variabel regulasi emosi dengan harga diri pada lansia yang bekerja bersifat positif. Dengan demikian, regulasi emosi memiliki hubungan
95
positif yang sedang dan signifikan dengan harga diri pada lansia yang bekerja. Semakin tinggi regulasi emosi yang dimiliki lansia, maka tingkat harga diri yang dimiliki akan tinggi. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah regulasi emosi dimilliki lansia maka tingkat harga diri yang dimiliki akan rendah. Hasil uji hipotesis tersebut sesuai dengan pendapat dari Hay & Diehl (2011) bahwa peningkatan regulasi emosi berkaitan dengan usia. Orang dewasa cenderung dapat bergerak dengan cepat dari kondisi emosi negatif tinggi menuju kondisi emosi negatif yang lebih rendah. Urry & Gross (2010) menambahkan bahwa peningkatan regulasi emosi pada orang dewasa nantinya akan secara konsisten dengan meningkatnya emosi positif dan menurunnya emosi negatif. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Cartensen & Charles (1998) yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan dewasa awal, orang dewasa yang lebih lanjut akan memiliki kontrol emosi yang lebih baik, stabilitas suasana hati dan adanya kemampuan untuk mengendalikan ekspresi internal dari emosi yang dimiliki. Dari hasil penelitian, data menunjukkan sumbangan relatif dukungan sosial dengan harga diri adalah 50,17% dan sumbangan relatif regulasi emosi dengan harga diri adalah 49,83%. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dan regulasi emosi memberikan sumbangan relatif yang hampir sama besar. Sedangkan sumbangan efektif dukungan sosial dengan harga diri adalah 19,67% dan sumbangan efektif regulasi emosi dengan harga diri adalah 19,58%. Total sumbangan efektif dukungan sosial dan regulasi emosi terhadap harga diri ditunjukkan oleh nilai koefisien (R2) sebesar 0,393 atau 39,3%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh dukungan sosial dan
96
regulasi emosi terhadap harga diri adalah sebesar 39,3% sedangkan sisanya 60,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dari 60,7% yang menjadi variabel lain di luar variabel Berdasarkan pemaparan hasil analisis dan pembahasan di atas, penelitian ini pada intinya telah mampu menjawab hipotesis mengenai hubungan antara dukungan sosial dan regulasi emosi dengan harga diri pada wanita lansia yang bekerja. Namun, penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan selama proses jalannya penelitian, antara lain keterbatasan komunikasi karena peneliti kurang memahami bahasa yang digunakan oleh beberapa responden. Keterbatasan yang masih ditemukan dalam penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya agar dapat meminimalkan faktor-faktor lain yang dimungkinkan dapat mengganggu jalannya penelitian dan lebih memperhatikan variabel-variabel lain yang terkait dengan variabel harga diri.