36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah singkat berdirinya SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya Sejarah berdirinya SMP Nahdlatul Ulama tidak lepas dari Jam’iyah Nahdlatul Ulama provinsi Kalimantan Tengah, sebab SMP Nahdlatul Ulama adalah merupakan bagian dari Jam’iyah Nahdlatul Ulama Provinsi Kalimantan Tengah yang berdiri pada tahun 1958 dan setahun kemudian terbentuk pula kepengurusan Wilayah Ma’arif
Nahdlatul
Ulama tingkat satu Kalimantan Tengah waktu itu. Pengurus wilayah Ma’arif Nahdlatul Ulama ingin memberikan kesempatan kepada warga Nahdlatul Ulama khususnya dan warga masyarakat pada umumnya
untuk menyekolahkan anak-anaknya
ditingkat menengah pertama, maka pengurus merencanakan untuk mendirikan SMP Nahdlatul Ulama, sehingga akhirnya rencana tersebut mendapat dukungan dari masyarakat, khususnya warga Nahdlatul Ulama dan umat Islam lainnya, maka pada tanggal 31 Januari 1979 didirikan SMP Nahdlatul Ulama oleh Yayasan Pendidikan Ma'arif. Adapun pendiri SMP Nahdlatul Ulama pada waktu itu, antara lain : H. Ahmad Kusasi, H. Supyan Sayuti, dll. Atas kegigihan mereka memperjuangkan berdirinya SMP Nahdlatul Ulama hingga sampai saat ini masih berdiri yang dulunya hanya bangunan sederhana sedikit demi
36
37
sedikit bertambah pembangunannya baik ruang belajar dan juga sarana penunjang lainnya. Sejak perkembangan kepengurusan periode pertama sampai sekarang, Lembaga Ma'arif Nahdlatul Ulama telah berhasil mendirikan sekolah/madrasah, khususnya yang berlokasi dikota Palangka Raya yaitu diantaranya: Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (sekarang beralamat di Jalan Dr. Murjani), SMP Nahdlatul Ulama (beralamat di jalan RTA.Milono), SMU Nahdlatul Ulama (beralamat di jalan RTA. Milono). Perkembangan SMP Nahdlatul Ulama tahun demi tahun mendapat simpati dan kepercayaan dari masyarakat pada umumnya dan khususnya warga Nahdiyin. Kemudian melihat letaknya yang sangat stretegis yaitu berada dilingkungan yang jauh dari keramaian rumah penduduk, sehingga masyarakat cendrung untuk memasukkan anak-anaknya ke SMP Nadlatul Ulama meskipun status sekolah tersebut masih swasta. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir SMP NU mengalami perkembangan yang pesat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah siswa yang bersekolah di SMP Nahdlatul Ulama, dan banyaknya lulusan SMP Nahdlatul Ulama yang meneruskan kejenjang yang lebih tinggi seperti SMA ataupun MA baik negeri ataupun swasta.1
1
Wawancara dengan kepala sekolah Bapak SI di ruang guru pada tanggal 04 Mei 2013
38
2. Lokasi SMP Nahdlatul Ulama SMP Nahdlatul Ulama berlokasi di Jalan RTA. Milono km.3 Palangka Raya, adapun status sekolah adalah swasta, terakreditasi A pada 19 Desember 2012. Luas tanah 15.750 m2, luas bangunan lantai bawah 739 m2, status tanah dan bangunan milik sendiri pada lokasi tersebut terdapat juga SMA Nahdlatul Ulama.
3.
Visi dan Misi SMP Nahdlatul Ulama a. Visi : Menjadikan sekolah kami unggul dalam prestasi disiplin dan bertanggung jawab, teladan dalam bersikap dan bertindak b. Misi : Mewujudkan kualitas tamatan dengan: Membentuk generasi yang beriman, bertaqwa, mandiri, memiliki sikap gotong royong, hormat dan santun kepada orang tua, beredikasi dan cinta almamater Meningkatkan semangat dan prestasi kerja yang dilandasi kekeluargaan dan teladan Menciptakan keselarasan, keseimbangan emosi intelektual dalam mewujudkan situasi kondusif terhadap terwujudnya tujuan pendidikan nasional Sumber: Dokumentasi SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya
4. Keadaan Guru dan Tata Usaha Jumlah semua personil guru yang ada pada Tahun Ajaran 2012/2013 di SMP Nahdhalatul Ulama yaitu sebagai berikut:
39
TABEL 1 KEADAAN GURU DAN TATA USAHA No
Nama Guru
Jabatan
I
II
III
1 SARMIN NOOR SANDY, S.Pd Kepala Sekolah 2 SUHAIBAH, A.Ma Guru 3 Hj. MARBIYATI RAKHMAH, A.Md Guru 4 HADERIANSYAH, S.Pd Guru 5 Hj. SUMINI, S.Pd Wali kelas 6 RAHMANITA, S.P Wali kelas 7 PEVI DELIANA, S.H Tata Usaha 8 IKA ASTUTI, S.Pd.I Wali Kelas 9 FAUZAN Honorer Sumber: Dokumentasi SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya
5. SARANA DAN PRASARANA Sarana dan Prasarana adalah salah satu faktor terpenting dalam menunjang terciptanya kedisiplinan siswa terhadap pelaksanaan tata tertib atau peraturan sekolah dan berperan dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Karena berhasil tidaknya tujuan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada keberadaan atau jumlah sarana dan prasarana pendukung yang tersedia. Untuk itu SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya tidak terlepas dari penggunaan sarana dan prasarana tersebut. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya dapat dilihat dari 2 tabel yaitu tabel sarana/ruang penunjang dan prasarana, sebagai berikut:
40
TABEL 2 SARANA/RUANG PENUNJANG No
Ada dan Kondisinya
Jenis Sarana
Baik
1
Ruang Kepala sekolah
√
2
Ruang Guru
√
3
Ruang tata usaha
√
4
Ruang Aula/serba guna
5
Ruang Ibadah/Mushola
6
Lapangan upacara
7
Ruang tamu
√
8
Toilet/WC
√
9
Ruang Perpustakaan
√
10
Ruang Olahraga (out door)
Krg Baik
√ √ √
√
Sumber: Dokumentasi SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya
Adapun Prasarana yang dimiliki oleh SMP Nahdlatul Ulama yaitu sebagai berikut: TABEL 3 PRASARANA Keberadaan No.
1 2
3 4
Jenis
Instalasi air Jaringan listrik Jaringan telepon Internet
Baik
Tdk. Baik
Fungsi Baik
√
√
√
√
√ √
Tdk Baik
√ √
Sumber: Dokumentasi SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya
41
6. Jumlah Siswa Yang Menjadi Subyek Penelitian Jumlah siswa kelas VII dan VIII pada tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya berjumlah 70 siswa yang terdiri dari 39 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan. Persebaran jumlah siswa antar kelas hampir merata. Siswa di kelas VII-1 sampai VIII ada sebanyak 3 rombongan belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut : TABEL 4 JUMLAH SISWA KELAS VII DAN VIII Subyek Penelitian 1 VII-1 7 Orang 13 Orang 20 Orang 2 orang 2 VII-2 11 Orang 11 Orang 22 Orang 2 orang 3 VIII 21 Orang 7 Orang 28 Orang 2 orang Sumber: Dokumentasi SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
7. Tata Tertib Guru Dan Karyawan SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya a. Setiap Guru dan Karyawan diwajibkan :
1. Hadir setiap hari lima belas menit (15 Menit) sebelum bel masuk berbunyi. 2. Mengisi daftar hadir (masuk dan pulang). 3. Mengikuti Upacara Bendera setiap hari Senin. 4. Bagi guru agar dapat mengawali dan mengakhiri pelajaran tepat pada waktu yang ditentukan (jadwal pelajaran).
42
5. Bagi
Guru/Karyawan
yang
berhalangan
hadir
harus
memberitahukan/ minta izin kepada Kepala Sekolah secara tertulis. 6. Bagi Guru yang berhalangan hadir agar dapat menyerahkan tugasnya kepada Guru piket dan/wali kelas dan diketahui oleh Kepala Madrasah. 7. Berpakaian yang rapi dan sopan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8. Guru tidak diperkenankan meninggalkan kelas selama jam mengajar berlangsung tanpa keterangan atau alasan yang jelas. 9. Semua Dewan Guru/Karyawan diharuskan mengikuti senam pada hari Jum'at pukul 06.30 WIB – Selesai.
b. Petugas Piket
1. Menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan sekolah bersamasama dengan petugas keamanan yang telah ditentukan sekolah serta mengisi kelas yang telah ditinggalkan oleh guru yang bersangkutan karena ada halangan (Izin). 2. Petugas piket mencatat guru yang tidak hadir, baik karena sakit, izin atau tidak ada keterangan serta mencatat kejadian-kejadian pada hari itu.
B. Penyajian Data Data yang disajikan disini merupakan hasil penelitian dilapangan dengan menggunakan teknik-teknik penggalian data yang telah ditetapkan yaitu
43
observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian yang disertai dengan keterangan-keterangan dan telah disesuaikan dengan urutan permasalahan. 1. Faktor
yang
mempengaruhi
ketidakdisiplinan
siswa
dalam
pembelajaran PAI di SMP-Nahdlatul Ulama Palangka Raya Disiplin merupakan kebiasaan tertib bagi seseorang yang sudah tertanam dalam hati dan jiwanya untuk melakukan sesuatu yang sudah ditetapkan oleh norma dan peraturan serta persesuaian antara sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang dengan suatu peraturan yang sedang diberlakukan. Dalam lingkup pendidikan formal yaitu di sekolah untuk menciptakan suatu kedisiplinan siswa maka dirancang dan dibuat peraturan atau tata tertib yang bertujuan mengatur segala sikap dan tingkah laku siswa di sekolah. Akan tetapi, peraturan itu dalam pelaksanaannya tidak pernah luput dari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, hal ini dikarenakan beberapa kendala yang melatarbelakangi ketidakdisiplinan itu terjadi. Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1) Faktor intern (dalam diri anak) a) Faktor jasmaniah (biologis) meliputi: kesehatan badan dan cacat tubuh b) Faktor Psikologi (kejiwaan) meliputi: Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan c) Faktor kelelahan yaitu: kelelahan jasmani (lemahnya tubuh), kelelahan rohani (kelesuan dan kebosanan)
44
2) Faktor ekstern (dari luar diri anak) a) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan (pendidikan, kebiasaan dalam keluarga) b) Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. c) Faktor masyarakat, meliputi: mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. 2
1. Faktor Intern (dalam diri siswa) a. AN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 01 Mei 2013, pukul 11.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-1 SMP NU Palangka Raya bahwa: AN mempunyai bentuk tubuh agak gemuk, aktif dalam hal gerak dan kadang tidak tertib pada saat pembelajaran PAI. Secara internal yang menyebabkan tidak disiplinnya AN ini diantaranya sering kecapean dikarenakan sebelum masuk mata pelajaran PAI biasanya main sepak
bola/futsal
mengakibatkan
dulu
perhatian
di
lingkungan
dalam
sekolah,
mengikuti
sehingga
pelajaran
PAI
berlangsung dengan tidak baik. Berikut kutipan wawancara dengan siswa yang berinisial AN: “kauyuhan ulun pa ai, habis main futsal awak bapaluhan kada nyaman waktu belajar, jadi kada kawa ae ulun memperhatikan pelajaran”3 2
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.., h.71 Wawancara dengan AN di kelas VII-1 pada tanggal 01 Mei 2013 dan Observasi pada tanggal 1, 8, 15, 22 mei – 5, 12 juni 2013 3
45
Artinya: ”kelelahan saya pak, selesai main futsal tubuh berkeringat jadinya tidak nyaman waktu belajar, jadi tidak bisa memperhatikan pelajaran”
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya siswa yang berinisial AN menunjukkan bahwa faktor tidak disiplin siswa tersebut yaitu lebih cenderung pada saat pembelajaran PAI berlangsung hal tersebut terjadi dikarenakan kalelahan setelah bermain futsal sebehingga dalam memperhatikan pelajaran tidak bisa dengan baik. Permasalahan tersebut menemukan kesesuaian dengan pendapat Slameto mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada poin C faktor internal (dalam diri siswa) yaitu kelelahan jasmani (lemahnya tubuh), kelelahan rohani (kelesuan dan kebosanan).
b.
DR Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 08 Mei 2013 pukul 11.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-1 SMP NU Palangka Raya bahwa DR mempunyai bentuk tubuh gemuk dengan warna kulit agak gelap, berperawakan pendek, murah senyum, sering kelihatan tidak bersemangat, mengantuk dan kadang menjadi provokator mengganggu siswa yang lain di kelas pada saat pembelajaran PAI berlangsung, dengan cara bicara pada siswa lain pada saat guru masih menjelaskan materi pelajaran. Kurangnya bakat dan tidak terlalu suka dalam mengikuti
46
mata pelajaran PAI juga jadi alasan DR tidak disiplin, hal tersebut diakui sendiri oleh siswa yang bersangkutan, sebagaimana kutipan wawancara berikut: “Kadada bakat ulun pelajaran agama ni makanya kada tapi suka, mengantuk ulun di dalam kelas masuk tangah hari pelajarannya”.4 Artinya: “tidak ada bakat saya mengikuti pelajaran agama, tidak tapi suka, sering ngantuk dalam kelas karena masuk siang pelajarannya”. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya siswa yang berinisial DR menunjukkan bahwa ketidakdisiplinannya yaitu lebih cenderung pada saat pebelajaran PAI berlangsung hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya minat, bakat dan perhatian dalam mengikuti pelajaran PAI. Permasalahan tersebut menemukan kesesuaian dengan pendapat Slameto mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada point B faktor internal (dalam diri siswa) yaitu faktor Psikologi (kejiwaan), meliputi: Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c. TD Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 13 Mei 2013, pukul 09.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-2 SMP NU Palangka Raya bahwa: TD mempunyai
4
Wawancara dengan DR dikelas VII-1 pada tanggal 8 Mei 2013 dan Observasi pada tanggal 8, 15, 22 mei – 5, 12 juni 2013
47
bentuk tubuh yang lumayan tinggi, dengan warna kulit agak gelap, kelihatan tidak bersemangat dan sedikit pemalu. Pada saat pembelajaran berlangsung TD sering mondar-mandir dalam kelas padahal guru pada saat itu ada dalam kelas. Karena perbuatannya itu TD sering dimarahi oleh guru. Kurangnya perhatian dengan apa yang dijelaskan oleh guru membuat TD sering tidak mengerti apa yang telah disampaikan ketika ditanyakan kembali kepadanya. Hasil wawancara peneliti dengan TD diantaranya sebagai berikut: “Gara-gara ulun jua pang pa ai kada paham pelajaran apa rajin ribut di kelas, apa yang bapak jelaskan kadang kada ulun dangari haur bapander ja wan kawan. Di suruh bapak menjelaskan lagi kada bisa ulun”.5 Artinya: “gara-gara saya juga pak tidak paham pelajaran karena sering ribut di kelas, apa yang bapak jelaskan kadang tidak saya dengar karena sibuk bicara dengan teman. Disuruh menjelaskan lagi saya tidak bisa. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya siswa dengan inisial TD menunjukkan bahwa ketidakdisiplinnya lebih cenderung pada saat pembelajaran PAI berlangsung, kurangnya
ketidakdisiplinan perhatian,
tersebut
keseriusan
dalam
terjadi
dikarenakan
mengikuti
dalam
pembelajaran. Permasalahan tersebut memiliki kesesuaian dengan pendapat Slameto mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada point B faktor internal (dalam diri siswa) yaitu faktor 5
Wawancara dengan TD di kelas VII-2 pada tanggal 13 Mei 2013 dan Observasi pada tanggal 13, 20, 27 Mei – 10 Juni 2013
48
Psikologi (kejiwaan), meliputi: Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
d. JR Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 09.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-2 SMP NU Palangka Raya bahwa JR merupakan seorang siswa kelas VII-2 yang berperawakan kecil dan kurus, serta penampilannya kurang rapi bajunya sering tidak dimasukkan. JR sering mengobrol pada saat pembelajaran PAI berlangsung, terlambat datang dan sering terlihat kelelahan dikarenakan bermain sepak bola/futsal di ruang aula sekolah yang mereka pergunakan sebagai tempat bermain. Berikut hasil wawancara peneliti dengan JR yang menyatakan: “Uyuh pa ai wan haus jua jadi masuk kelas rancak talambat ulun masuk kelas, ka kantin duhulu minum banyu es.6 Artinya: “lelah saya pak dan haus juga jadi masuk kelas saya sering terlambat, ke kantin dulu minum air es”. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya siswa dengan inisial JR didapatkan bahwa ketidakdisiplin yang terjadi lebih cenderung pada saat sebelum dan saat pembelajaran PAI berlangsung, ketidakdisiplinan tersebut terjadi dikarenakan kelelahan jasmani/lemahnya tubuh setelah
6
Wawancara dengan JR di kelas VII-2 pada tanggal 20 mei 2013 dan observasi pada tanggal 13, 20, 27 mei – 10 juni 2013
49
kebanyakan bermain. Permasalahan tersebut memiliki kesesuaian dengan
pendapat
Slameto
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar pada poin C faktor yaitu kelelahan jasmani (lemahnya tubuh), kelelahan rohani (kelesuan dan kebosanan).
e. BP Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 11.00 WIB bertempat diruang kelas VIII SMP NU Palangka Raya bahwa BP mempunyai bentuk tubuh yang lumayan tinggi, dengan warna kulit agak gelap, terlihat tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran agama Islam. Motivasi, minat dan perhatian dalam belajar serta menaati peraturan tata tertib sekolah sangat kurang, seperti sering terlambat ke sekolah, sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan, sering tidak mengerjakan PR, kedapatan guru membawa rokok, pulang tanpa sepengetahuan guru/membolos dan sering bicara pada saat guru menerangkan pelajaran hal tersebut tidak terlepas dengan rasa bosan yang ada pada dirinya. Berikut kutipan wawancara dengan siswa yang berinisial BP siswa kelas VIII SMP NU Palangka Raya: “Ulun kada tapi semangat belajar PAI pa ai, apa ibunya panyarikan. Rancak ribut ai kami. Ulun wan AI pang yang
50
rancak ribut di kelas, mambolos ia jua, kadang suah jua kadapatan mambawa rokok ka sekolah”.7 Artinya: Saya kada tapi semangat belajar PAI, karena ibunya pemarah makanya kami sering ribut. Saya sama AA yang sering ribut di kelas, membolos ia juga, kadang pernah juga kedapatan membawa rokok ke sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMP Nahdlatul Ulama
Palangka
Raya
dengan
siswa
yang
berinisial
BP
menunjukkan bahwa ketidakdisiplinannya lebih cenderung pada saat pembelajaran berlangsung dan berakhir. Ketidakdisiplinan tersebut terjadi dikarenakan kurangnya semangat, minat dan perhatian dalam mengikuti pembelajaran PAI. Permasalahan tersebut memiliki kesesuaian dengan pendapat Slameto mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada point B yaitu faktor psikologi (kejiwaan) meliputi: Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan point C faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani (lemahnya tubuh), kelelahan rohani (kelesuan dan kebosanan).
f. AA Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 22 Mei 2013, pukul 11.00 WIB, bertempat diruang kelas VIII SMP NU Palangka Raya bahwa AA mempunyai bentuk tubuh kurus, berkulit sawo matang, terlihat tidak bersemangat
7
Wawancara dengan BP di kelas VIII pada tanggal 15 Mei 2013 dan observasi pada tanggal 8, 15, 22 mei – 5 juni 2013
51
dalam mengikuti pembelajaran dan terlihat sedikit pucat mungkin karena sering begadang nonton sepak bola pada malam hari. Pada saat penulis observasi langsung menemui bahwa AA terlambat
masuk
kelas
padahal
pembelajaran
PAI
sudah
berlangsung. Di dalam kelas AA sering tidak disiplin, ada saja yang dikerjakannya baik menggangu kawannya, sering bolos, dan selalu saja membuat gurunya marah, ini sering kali terjadi. Berikut kutipan wawancara dengan siswa yang bersangkutan: “Malam rancak begadang pas takana ada bola pa ai, jadi mun masuk pelajaran PAI ulun kada semangat lagi, mangantuk jua apa malamnya kurang guring”.8 Artinya: “malam sering bedagang saya pak, jadi waktu masuk pelajaran PAI, tidak semangat lagi, mengantuk juga karena malamnya kurang tidur”. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya dengan siswa yang berinisial AA menunjukkan bahwa ketidakdisiplinannya dalam pembelajaran PAI lebih cenderung sebelum pembelajaran berlangsung, saat pembelajaran
berlangsung
Ketidakdisiplinan
tersebut
dan terjadi
pada
saat
berakhir.
dikarenakan
kurangnya
semangat, minatm kesiapan dan perhatian dalam mengikuti pembelajaran PAI. Permasalahan tersebut memiliki kesesuaian dengan
pendapat
Slameto
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar pada point B yaitu faktor psikologi 8
Wawancara dengan AA di kelas VIII pada tanggal 22 Mei 2013 dan observasi pada tanggal 8, 15, 22 mei – 5 juni 2013
52
(kejiwaan) meliputi: Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan point C faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani (lemahnya tubuh), kelelahan rohani (kelesuan dan kebosanan).
2. Faktor Ekstern (luar diri siswa) a. AN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 01 Mei 2013, pukul 11.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-1 SMP NU Palangka Raya yaitu ayah AN bekerja sebagai tukang kayu atau tukang membuat rumah (meubel). Berangkat dari rumah pagi setelah sarapan kemudian tengah hari pulang untuk makan siang itupun hanya sebentar setelah itu berangkat lagi ke tempat bekerja. Pulang pada sore hari malam harinya kecapean sehabis bekerja seharian penuh. Sehingga ayahnya tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan AN dalam hal belajar di rumah. Ibu AN hanya ibu rumah tangga biasa dan kadang juga sibuk untuk mengurus keperluan rumah tangga. Tetapi juga tidak lupa untuk menyuruh AN belajar sendiri, baik membaca kembali pelajaran yang telah dipelajari di sekolah dan mengaji di masjid yang juga tak jauh dari rumah mereka. Di sekolah AN tidak menemukan kendala metode mengajar guru PAI dan bangunan sekolah, ia merasa nyaman-nyaman saja. Ruang kelas di SMP NU yang bertempat jauh dari jalan raya dan
53
pemukiman masyarakat sehingga kebisingan yang menganggu dalam proses belajar tidak dirasakan olehnya. Mass
media
sangat
berpengaruh
sekali
terhadap
ketidakdisiplinan AN, terlihat ketika guru belum masuk kelas ia sempatkan berkirim pesan, telponan untuk menghubungi pacarnya. Hal tersebut jelas menggangu AN dalam mengikuti pebelajaran. Pengaruh teman juga sangat mempengaruhi ketidakdisiplinan dalam pembelajaran PAI AN, ia sering ikut-ikutan ribut terbawa oleh temannya yang lain yang terlebih dahulu memulai kegaduhan dalam kelas, baik ketika guru sedang menjelaskan pelajaran apalagi guru tidak ada di kelas.9
b. DR Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 08 Mei 2013, pukul 11.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-1 SMP NU Palangka Raya bahwa ayah DR bekerja sebagai pekerja bangunan. Hampir setiap hari bekerja seharian pulang kadang sore kadang malam. Sehingga ayahnya tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan DR dalam hal belajarnya. Sedangkan Ibunya tidak bekerja hanya ibu rumah tangga biasa. Jarangnya orang tua di rumah sedikit banyak mempengaruhi pergaulan DR. seringnya pergi ke warnet bermain
9
Wawancara dengan AN di kelas VII-1 pada tanggal 01 Mei 2013 dan Observasi pada tanggal 1, 8, 15, 22 mei – 5, 12 juni 2013
54
game online dan ke rental PS (Play Statiton) sangat berpengaruh dalam mengganggu belajarnya. Di sekolah DR terkenal paling ribut di kelas VII-1 sering menjahili teman-temannya pada saat pembelajaran begitu yang peneliti lihat pada saat observasi dalam pembelajaran PAI. Teman akrab DR yaitu anak-anak kelas VIII yang juga terkenal sering tidak disiplin diantaranya BP dan AA. Jadi faktor ikut-ikutan teman tidak disiplin menjadi kebiasaan DR pada saat pembelajaran. 10
c. TD Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 13 Mei 2013, pukul 09.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-2 SMP NU Palangka Raya bahwa ayah TD juga bekerja sebagai pekerja bangunan batu. Diakui TD pada saat wawancara ayahnya berangkat dari rumah pukul 08 pagi dan baru pulang pada pukul 4 atau 5 sore. Tidak jauh berbeda permasalahan dalam keluarga antara DR dengan TD yaitu kurangnya waktu untuk bersama antara orang tua dengan siswa di rumah karena kesibukan bekerja pada siang hari. Khususnya ayah dari masingmasing subyek penelitian, sehingga berakibat siswa terkesan
10
Wawancara dengan DI dikelas VII-1 pada tanggal 8 Mei 2013 dan Observasi pada tanggal 8, 15, 22 mei – 5, 12 juni 2013
55
belajar sekedarnya saja kadang tidak belajar sama sekali sehingga pengaruh kebiasaan di rumah terbawa ke sekolah.11
d. JR Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 20 Mei 2013, pukul 09.00 WIB, bertempat diruang kelas VII-2 SMP NU Palangka Raya bahwa orang tua JR bekerja sebagai pedagang di pasar. Tiap dini hari sekitar pukul 3 sudah mempersiapkan dagangan untuk di bawa ke pasar subuh. Hampir setiap pergi berdagang orang tua JR dari pagi hingga sore hari berada di pasar karena itu perhatian ter hadap anaknya berkurang. Setelah pulang dari sekolah terkadang JR pun ikut ke pasar untuk membantu orang tuanya berdagang, Suasana yang kurang mendukung untuk terciptanya konsentrasi belajar. Sebab suasana lingkungan pasar yang hiruk-pikuk, ramai, dan bising mengakibatkan JN tidak dapat mengontrol dan membagi waktu belajarnya secara teratur. Dari usaha berdagang di pasar ini orang tuanya memperoleh penghasilan yang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan sekolah JR dan saudara-saudaranya. Karena kesibukan orang tuanya berakibat
ketidaktahuan
dengan
kesulitan
belajar
yang
menyebabkan ketidakdisiplinan anaknya di sekolah.
11
Wawancara dengan TD di kelas VII-2 pada tanggal 13 Mei 2013 dan Observasi pada tanggal 13, 20, 27 Mei – 10 Juni 2013
56
Jika melihat keadaan gedung sekolah yang mana ada salah satu ruangan dijadikan oleh beberapa siswa diantaranya JR ini untuk bermain sepak bola/futsal merupakan salah satu faktor penyebab ketidakdisiplinan. Karena, setelah bermain sepak bola/futsal tubuh mereka menjadi berkeringat, bau, dan kelelahan. Sehingga dalam kesiapan untuk memulai pembelajaran menjadi terganggu.
Khususnya
pula
dalam
pembelajarran
PAI,
sebagaimana diakui sendiri oleh JR. Pengaruh Mass media elektronik berupa Televisi, DVD, Telpon genggam (Hand Phone) dan permainan game online, play station sangat menghambat kedisiplinan JR dalam melaksanakan kewajiban belajar maupun dalam mentaati peraturan di sekolah. Karena itu bimbingan dan pengarahan serta kontrol yang bijaksana dari orang tua dan guru mutlak diperlukan agar anak mengerti tentang baik-buruknya akibat pengaruh dari media teknologi dan informasi sehingga tidak mempengaruhi kepribadiannya dan menurunkan semangat belajarnya.12
e. BP Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 15 Mei 2013, pukul 11.00 WIB, bertempat diruang kelas VIII SMP NU Palangka Raya bahwa ayah BP
12
Wawancara dengan JR di kelas VII-2 pada tanggal 20 mei 2013 dan observasi pada tanggal 13, 20, 27 mei – 10 juni 2013
57
bekerja sebagai pekerja bangunan batu sama halnya dengan DR dan TD. Kadang-kadang jarang pulang ke rumah jikalau ada pekerjaan yang mengaharuskan untuk keluar daerah. Sehingga waktu untuk memperhatikan BP terbatas sekali. Sedangkan ibunya hanya mengurus anak dan rumah tangga saja. Sikap ibu BP yang banyak mengalah dan kurang ketegasan dalam membatasi kegiatan anaknya, sehingga membuat BP bebas menggelandang sepanjang hari dan melupakan kewajiban belajarnya. Pendidikan yang dimiliki orang tua merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan anak dalam lingkungan keluarga. Kedua orang tua BP yang hanya lulusan SD. Karena itu keduanya kurang mengerti cara membimbing anak yang benar dan tidak dapat membantu kesulitan belajar yang dihadapi BP. Bimbingan dan bantuan orang tua dalam hal agama juga kurang diperhatikan, untuk shalat jum’at pun BP mengakui sendiri kadang membantah jika disuruh oleh ibunya. Hal inilah yang mengakibatkan tidak pernah memperhatian pelajaran yang guru berikan, kalau di beri tugas tidak pernah mengerjakan dan sering sekali bolosnya. Padahal sudah beberapa kali diberi teguran dan nasehat oleh guru tetapi BP selalu melanggar tata tertib sekolah. Demikian pula dalam pembelajaran PAI.
58
Jarak rumah BP dengan teman sepermainannya cukup jauh, sehingga kalau bermain ibunya sulit untuk mengontrol dan mencarinya. Pengaruh teman bergaul BP sebagaimana yang diceritakannya yaitu rata-rata suka merokok, mereka sering keluyuran dan sulit diatur oleh orang tuanya di rumah, sehingga guru di sekolahpun menyaksikan BP paling dominan kasus ketidak disiplinannya dalam hal ketertiban di saat tidak ada guru maupun ada guru. Pada saat observasi peneliti menemukan BP dengan teman sekelasnya AA merokok di kelas dan ketahuan oleh guru. Kemudian mereka di panggil ke kantor oleh guru untuk memproses dan memberikan hukuman kepada mereka berdua. Pengaruh Mass media elektronik berupa Televisi, telpon genggam (Hand Phone) dan permainan video game atau play station
juga
game
online
sangat
dominan
menghambat
kedisiplinan BP dalam melaksanakan kewajiban belajar maupun dalam mentaati peraturan di sekolah.13
f. AA Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 22 Mei 2013, pukul 11.00 WIB, bertempat diruang kelas VIII SMP NU Palangka Raya bahwa pekerjaan ayah AA adalah sebagai supir truk jika punya waktu luang sebelum
13
Wawancara dengan BP di kelas VIII pada tanggal 15 Mei 2013 dan observasi pada tanggal 8, 15, 22 mei – 5 juni 2013
59
berangkat bekerja, ayah AA mengantar ibunya berbelanja keperluan jualan mereka. Pekerjaan ibu AA adalah berjualan di kantin Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. Dari usaha ini, orang tuanya memperoleh penghasilan untuk kebutuhan sekolah AA. Dalam hal pemenuhan kebutuhan material AA sangat diperhatikan oleh ayahnya. Namun sayang kebutuhan spiritual masih kurang. Seperti kurangnya motivasi, arahan dan bimbingan karena kesibukan mengurus pekerjaan masing-masing. Ibu AA tidak begitu memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, bagaimana kemajuan dan kesulitan belajar yang menyebabkan menurun prestasinya. Cara belajar anak yang kurang teratur dan waktu bermain yang kurang dibatasi mengakibatkan kesulitankesulitan
yang
menumpuk
sehingga
anak
mengalami
ketertinggalan dalam belajar dan akibatnya anak malas dalam belajar. Pendidikan yang rendah sehingga ibunya kurang mampu membimbing dan membantu dalam belajar AA, juga kekurangan waktu karena sibuk mengurus jualan serta kurangnya perhatian dan ketegasan. Sedangkan ayahnya meskipun jarang bertemu karena jarang berada di rumah, tetapi sewaktu beliau ada di rumah ayah AA mengingatkan anaknya untuk belajar dengan cara yang tegas sesuai kemampuannya.
60
Teman bermain AA adalah sama-sama bandel dan nakalnya. Sebagai siswa yang kurang memiliki minat dan kemauan dalam belajar, karena bosan dirumah yang bising AA selalu bermain di tempat yang agak jauh dari rumahnya. Karena kesibukan orang tuanya bekerja, maka pertualangan AA pada siang hari tidak terkontrol orang tuanya. Pada waktu pembelajaran PAI AA pernah membolos dan biasanya pergi ke Warnet main Game Online, Play station, pada jam pulang sekolah baru AA pulang ke rumahnya. Karena pengaruh pergaulan teman-temannya yang tidak disiplin mengakibatkan AA ikut-ikutan tidak disiplin dan menjadi kebiasaan yang terbawa dalam pembelajaran di sekolah demikian pula dalam pembelajaran PAI. 14
2. Upaya
Guru
PAI
mengatasi
ketidakdisiplinan
siswa
dalam
pembelajaran PAI di SMP-NU Palangka Raya:
Sekolah adalah tempat yang tepat untuk menciptakan generasi yang berprestasi dan untuk menciptakan itu sekolah haruslah menegakkan disiplin sebagai aturan yang harus di taati agar tidak terganggunya proses belajar mengajar di sekolah itu. Tetapi kenyataannya permasalahan itu timbul karena latar belakang atau faktor-faktor yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan satu upaya dari sekolah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Demikian pula yang terjadi dalam pembelajaran 14
Wawancara dengan AA di kelas VIII pada tanggal 22 Mei 2013 dan observasi pada tanggal 8, 15, 22 mei – 5 juni 2013
61
PAI masih terdapat beberapa siswa yang tingkat kedisiplinannya masih rendah dalam mengikuti pembelajaran. Ahmad Rohani dalam bukunya
yang berjudul “Pengelolaan
pembelajaran” menyatakan ada berbagai cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain: a. Pengenalan siswa, yakni upaya guru untuk mengenal lebih mendalam tentang karakter masing-masing siswanya agar dapat dengan mudah memberikan perhatian, pendekatan dalam hal pembelajaran guna menanggulangi pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa. b. Melakukan tindakan korektif, yakni upaya guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran, melakukan tindakan yang cepat dan tepat guna menanggulangi pelanggaran disiplin siswa. c. Melakukan tindakan penyembuhan, yakni upaya guru dalam memperbaiki siswa yang sudah terlanjur melanggar disiplin tata tertib di sekolah.15
Untuk lebih mengetahui apa saja usaha yang telah dilakukan dalam mengatasi ketidakdisiplinan siswa, maka peneliti melakukan wawancara dengan 1 orang guru PAI, kepala sekolah, dan wakasek bidang kesiswaan sebagai infoman.
15
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran. PT.Rineka Cipta, Jakarta. 2004, h.137
62
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran PAI yang berinisial SH pada tanggal 24 mei 2013 pukul 09.05 WIB di ruang guru SMP NU Palangka Raya, sebagai berikut: Upaya yang saya lakukan untuk mengatasi ketidakdisiplinan siswa dalam pembelajaran PAI yaitu dengan cara melakukan pendekatan, menasehati dan memarahi sewajarnya supaya tidak mengulangi lagi perbuatannya, tetapi kadang mereka tidak menghiraukan diantaranya siswa yang bernama BP dan AA sering tidak memperhatikan, suka mengganggu temannya, sering melanggar tata tertib sekolah, kalau mau pulang tidak pernah minta ijin padahal masih jam pelajaran. Sering dimarahi, dipanggil ke kantor tetapi masih saja mengulangi perbuatannya pada hari-hari yang lain. Bentuk sanksi yang saya berikan tergantung tingkat ketidakdisiplinnya jika ringan misalnya bicara pada saat pembelajaran hanya dinasehati dan saya suruh untuk menjelaskan atau mengulangi lagi apa yang telah saya sampaikan. Jikalau berat misalnya membolos, kedapatan merokok di kelas pada saat pembelajaran maka disuruh membersihkan wc. Adapun kendala dalam mengatasi ketidakdisiplinan siswa dalam pembelajaran diantaranya menerima input atau pindahan dari sekolah lain yang sudah biasa tidak disiplin, suara saya yang tidak bisa keras saat menjelaskan dan menasehati mereka yang tidak disiplin dikarenakan faktor usia ibu juga16 Berdasarkan wawancara dengan ibu SH dan juga observasi oleh penulis menemukan bahwa upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi ketidakdisiplinan siswa dalam pembelajaran PAI sesuai dengan pendapat Ahmad Rohani dalam bukunya “Pengelolaan pembelajaran” pada poin 1, 2 dan 3 yaitu upaya pengenalan siswa yakni upaya ibu guru SH untuk mengenal lebih mendalam tentang karakter masing-masing siswanya agar dapat dengan mudah memberikan perhatian, pendekatan dalam hal pembelajaran guna menanggulangi pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran PAI. Melakukan tindakan korektif, yakni
16
Wawancara dengan guru PAI ibu SH di ruang guru pada tanggal 24 Mei 2013
63
upaya ibu guru SH dalam pengelolaan pembelajaran PAI melakukan tindakan yang cepat dan tepat guna menanggulangi pelanggaran disiplin siswa. Namun hal tersebut tidak selamanya berjalan mulus kadang ada beberapa siswa yang apabila dinasehati dan diberikan sanksi masih saja mengulangi kesalahan yang sama. Faktor usia beliau yang sudah tua juga sangat berpengaruh dalam upaya mengatasi ketidakdisiplinan siswa, suara beliau tidak bisa nyaring atau keras lagi dalam mengajar, kadang apabila ada siswa yang bicara dengan temannya maka suara ibu SH tidak terdengar oleh siswa yang lain sehingga suasana belajar menjadi tidak kondusif. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat ibu SH untuk mendisiplinan siswa yang bermasalah walaupun kenyataan tidak seperti yang diinginkan. Melakukan tindakan penyembuhan yakni upaya ibu guru SH dalam memperbaiki siswa yang tidak disiplin dalam pembelajaran PAI dengan cara memberikan sanksi yang bertujuan agar siswa sadar akan kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.17 Upaya program perbaikan untuk untuk meningkatkan kedisiplinan siswa khususnya dalam pembelajaran PAI adalah dengan mengajak seluruh komponen, baik itu siswa, guru-guru dan pegawai di SMP NU Palangka Raya. Memberikan bimbingan dan meningkatkan disiplin juga tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dan sebagai pelaksananya adalah guru, memang harus ada kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru dan wali atau orang tua siswa. Harus ada tanggung
17
Observasi tanggal 6, 8, 13, 15, 20, 22, 23 dan 24 Mei 2013
64
jawab bersama dalam peningkatan disiplin di sekolah. Tugas guru tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga mengajarkan dan memberikan contoh disiplin di sekolah. Begitu pula orang tua siswa di rumah harus mencontohkan disiplin supaya tercapainya kedisiplinan siswa sebagaimana yang diharapkan bersama. Berdasarkan wawancara dengan bapak kepala sekolah SMP NU Palangka Raya yang berinisial SN pada tanggal 04 mei 2013 pukul 10.15 WIB di ruang guru SMP NU Palangka Raya, sebagai berikut: “Usaha dalam mengatasi ketidakdisiplinan tersebut yaitu dengan cara pendekatan kepada siswa baik sebagai kawan, guru, kakak, atau apa saja asalkan mendapatkan informasi yang banyak tentang permasalahannya supaya bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi permasalahan siswa yang tidak disiplin tersebut. Selanjutnya menanggapi permasalahan anak dengan serius, jangan dijauhi atau tidak diperhatikan, kadang senyum kepada anak juga perlu agar suasana keakraban terjalin dengan baik. Adapun bentuk sanksi kepada siswa tidak disiplin yaitu berupa sanksi yang bersifat mendidik dan yang sewajarnya. Contohnya: memberikan hapalan, membersihkan halaman sekolah gunanya supaya bisa menjadi efek jera agar tidak mengulangi lagi perbuatannya. Ketidakdisiplinan siswa timbul diantaranya karena minta perhatian dari guru, karena apabila kurangnya perhatian siswa tersebut merasa tersisih, sehingga berakibat timbulnya perilaku tidak disiplin di sekolah. Berbedanya karakter siswa mengharuskan penyesuaian dengan karakter siswa tersebut kadang ada yang suka dengan cara dibentak terlebih dahulu, adapula dengan cara yang dilembuti atau diberi nasehat secara halus. Adapun yang menjadi kendala dalam upaya mengatasi ketidakdisiplinan siswa yaitu apabila anak tidak mengerti apa yang kita sampaikan/bicarakan apa yang guru sampaikan sampai ke rumah dilaporkan kepada orang tuanya sehingga menjadi salah paham dengan orang tuanya. Maka dari itu wajib untuk melibatkan orang tua siswa tetapi yang harus diingat apabila orang tua siswa yang dipanggil tidak boleh disidang, diadili atau disalahkan, tetapi diajak kembali atau dihimbau supaya dirundingkan bersama antara guru dan orang tua siswa untuk mencari solusi bagaimana mengatasi masalah yang menyebabkan siswa tersebut tidak disiplin di
65
sekolah”.18
Berdasarkan wawancara dengan Bapak SN bentuk upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi ketidakdisiplinan siswa berkesesuaian dengan pendapat Ahmad Rohani dalam bukunya “Pengelolaan pembelajaran” yaitu pada poin 1, 2 dan 3. Untuk memberikan solusi terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam berdisiplin di sekolah dan pada saat pembelajaran tidak hanya tugas guru tetapi merupakan tugas bersama dari sekolah dan juga orang tua siswa, karena kebiasaan kurang baik di keluarga akan berakibat menjadikan siswa sering melakukan ketidakdisiplinan. Akan tetapi, guru masih mempunyai tanggung jawab dan peranan yang tidak kalah penting dalam merubah kebiasaan buruk siswa, karena kebiasaan tidak disiplin ini akan mengganggu proses belajar dan mengakibatkan menurunnya prestasi siswa. Berdasarkan wawancara dengan Wakasek Bidang Kesiswaan SMP NU Palangka Raya yang berinisial SI pada tanggal 11 mei 2013 pukul 09.30 WIB di ruang guru SMP NU Palangka Raya, sebagai berikut: “Salah satu upaya kami untuk mengatasi kurang disiplin adalah memberikan pengarahan pada waktu upacara bendera”.19 Berdasarkan pengamatan penulis pada waktu upacara bendera memang ada pengarahan dari guru. guru memberikan pengertian tentang disiplin, 18
menunjukkan
manfaat
dari
kebiasaan
berdisiplin
dan
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak SN di ruang guru pada tanggal 04 mei 2013 Wawancara dengan wakasek bidang kesiswaan ibu SI pada tanggal 11 mei 2013
19
66
mencontohkan akibat dari kebiasaan tidak berdisplin atau melanggar peraturan yang ada. Di samping melalui arahan, SMP Nahdlatul Ulama Palangka Raya juga menerapkan sanksi bagi pelanggar disiplin sekolah, hal itu sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh ibu SI (wakasek bidang kesiswaan) yaitu: “Menjaga perilaku disiplin siswa adalah tugas kami, dan apabila ada yang melanggar, kami tidak segan akan memberikan sanksi kepada siswa tersebut”. Sanksi yang diberikan oleh SMP Nahdlatul Ulama bagi siswa yang tidak disiplin adalah dengan melihat seberapa berat pelanggaran itu, biasanya untuk pelanggaran yang ringan diberikan peringatan, dan apabila peringatan itu tidak efektif maka sekolah akan memberikan sanksi dengan mengukur seberapa berat kesalahan atau tindakan tidak disiplin yang dilakukan siswa tersebut. Kebiasan kurangnya disiplin lingkungan sekolah biasanya terjadi karena kebiasaan kurang baik di lingkungan keluarga, jika tuntunan sekolah terlalu jauh dengan di rumah maka akan terjadi kesulitan untuk upaya menyelesaikannya. Disinilah letak pentingnya hubungan kerja sama yang seimbang antara sekolah dengan orang tua siswa.