BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN: POTRET KOPSIS DI SEKOLAH LANJUTAN ATAS KOTAMADYA BANDUNG 1. Sekolah Menengah Kejuruan 2 (SMKN 2) Bandung a. Sejarah Kopsis SMKN 2 Bandung berdiri pada tahun 1987. Kopsis berdiri atas dasar Surat Keputusan Bersama Menteri Koperasi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Repubilk Indonesia No. SKB125/M/KPTS/X/1984 No. 0447a/U/1984 No. 71 tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kopsis. SMKN 2 Bandung mendirikan Kopsis setelah menerima buku Pedoman Teknis Pembinaan dan Pengembangan Kopsis yang dikeluarkan oleh Departemen Koperasi Direktorat Jendral Bina Usaha Koperasi 1987/1988 dan Dukungan dari Kanwil Depdikbud Bandung, dimana setiap sekolah diharapkan dengan sangat mendirikan Kopsis. Secara strukturnya, Kopsis merupakan bagian bidang kegiatan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dalam pengembangan kemampuan dan ketrampilan kewirausaha-an siswa. Kopsis SMKN 2 ini didirikan bersama antara Kepala sekolah dan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bersama OSIS. Setelah keorganisasian tersusun rapi, Kopsis mengajukan permohonan pengakuan ke Departemen Koperasi Kotamadya dan secara resmi mendapat pengakuan pada tanggal 25 Juli tahun 1987 dengan No. 07/P/KDK-10/21. Modal Kopsis dipungut dari para siswa baru bersamaan uang pendafaran dan atau uang pembayaran yang dipersyaratkan sebagai siswa baru. Uang ini berfungsi
181
182 sebagai simpanan pokok dan simpanan wajib yang harus dibayar oleh siswa untuk 3 tahun sekaligus dan dikembalikan ketika meninggalkan atau tamat sekolah, b. Struktur Organisasi Kopsis SMKN 2
Gambar 12:. Struktur Organisasi Kopsis SMKN 2
^ Komando, tugas, pembinaan dan tanggung jawab * Memilih ** Mengusulkan —_____— Kerja sama Memeriksa Melaporkan hasil pemeriksaan
Berdasarkan struktur tersebut dapat dijelaskan peran atau tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen dalam struktur sebagai berikut. Kepala sekolah memiliki peran membuat kebijakan, memberikan tugas, membi-na, bertanggung jawab dan meminta tanggung jawab atas semua komponen yang ada dalam struktur. Dewan guru berperan memilih, mengusulkan koleganya menjadi wakil kepala sekolah (WKS) bidang kesiswaan dan pembina Kopsis serta mendukung terlak-sananya semua program dan kegiataan yang dijalankannya. WKS kesiswaan berperan mengarahkan dan memberikan pertimbangan kepada pembina
183 Kopsis dalam menye-lenggarakan, membina dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan kepada kepala sekolah. Pembina Kopsis berperan membina dan mengembangkan Kopsis yang menca-kup pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi, pembinaan pengurus Kopsis dalam menjajankan dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan tanggung jawabnya, dan pembunaan pengawas dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengurus dan melaporkannya pada rapat anggota. Selain itu pembina Kopsis memiliki kewajiban melaporkan semua kegiatan yang dilakukan dan persoalan yang dihadapi untuk dipecahkan bersama dengan WKS kesiswaan. Para siswa berperan berpartisipasi secara kontributif maupun konsumtif dalam penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Kekuasaan tertinggi Kopsis ada di tangan rapat anggota. Di mana rapat anggota diwakili oleh para siswa dari masingmasing kelas. RAT Kopsis SMKN 2 biasanya menetapkan tentang perubahan a) AD ART; b) kebijakan umum organisasi, manajemen dan usaha Kopsis; c) pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan pengwas; d) rencana kerja, anggaran pendapatan dan belanja Kopsis, serta penerimaan atau penolakan laporan keuangan; e) pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; f) pembagian SHU; serta meminta keterangan dan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas tentang pengelolaan Kopsis. Pengurus doti Pengawas Kopsis. Semua anggota pengurus dan pengawas Kopsis adalah siswa. Mereka terdiri dari ketua dan wakil ketua, seorang sekretaris, seorang bendahara dan tiga seksi yaitu seksi administrasi dan organisasi, seksi usaha dan seksi pendidikan. Dalam pelaksanaan tugasnya pengurus dibantu oleh seorang staf tetap Kopsis (berpendidikan SMEA) yang bertugas membantu penanganan
184 adminsitrasi Kopsis dan menjaga toko Kopsis ketika petugas piket mengikuti pelajaran di kelas. Staf ini digaji oleh Kopsis (diambilkan dari uang operasional Kopsis Rp 70.000,- per bulan) dan uang bantuan dari sekolah Rp 100.000,- per bulan. Para siswa yang diangkat menjadi pengurus diberikan tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis. Tugas: a) mengelola Kopsis dan usahanya; b) mengajukan rencana keija serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja Kopsis; c) menyelenggarakan RAT; d) mengajukan rancangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, e) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; f) memelihara daftar buku anggota pengurus. Sedangkan wewenangnya. a)mewakili Kopsis di dalam dan di luar pengadilan; b) memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam ADART; c) melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Kopsis sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota. Pengurus harus bertanggung jawab tentang segala kegiatan pengelolaan Kopsis dan usahanya kepada rapat anggota. Dalam melaksanakan tugasnya ketua Kopsis dibantu oleh seorang wakil ketua dan sekretaris dengan membawahi tiga seksi yaitu seksi adminstrasi dan organisasi, seksi usaha dan seksi pendidikan. Bidang administrasi dan organisasi menangani: a) administrasi organisasi yang berhubungan dengan pengelolaan pembukuan daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar pengurus, arsip surat masuk dan surat keluar, arsip laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas, buku tamu, buku notulen rapat; dan b) adminstrasi keuangan: mengelola tentang buku penjualan barang toko, buku rekapitulasi simpanan anggota, buku harian kas, buku harian rekapitulasi kas, buku besar, neraca dan buku-buku pembantu yaitu buku penerimaan
185 dan pengeluaran keuangan dan buku rekening simpanan anggota. Semuanya ini telah dilakukan pembukuan secara tertip dan rapi oleh seksi yang bersangkutan. Seksi usaha menangani: a) pengelolaan simpanan anggota; b) penyelenggaraan usaha toko dengan mengusahakan tersediannya barang kebutuhan anggota baik dengan penerbit, perusahan konveksi, pedagang dari luar, distributor maupun dengan guru-guru bidang studi; c) mendapatkan jasa bank. Seksi usaha memiliki lima anggota. Dalam melakukan semua kegiatan dan urusan yang berhubungan dengan instansi luar atau lembaga usaha lain, ketua seksi didampingi oleh ketua. Sedangkan seksi pendidikan menangani kegiatan pendidikan anggota yang berkenaan dengan peningkatan pengetahuan dan pengelolaan perkoperasian, mekanis-me keija Kopsis, meknisme berpartisipasi dalam Kopsis serta penyampain berbagai informasi kegiatan Kopsis. Pengawas Kopsis. Pengawas memiliki tugas a) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Kopsis dan pengelolaan Kopsis; b) membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Pengawas memiliki wewenang a) meneliti catatan yang ada pada Kopsis; b) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Pengawas memiliki kewajiban merahasiakan hasil pengawasannya terhadap fihak ketiga. Atas dasar pelakunya, secara keseluruhan kegiatan Kopsis SMKN 2 Kodya Bandung dapat dikelompokan menjadi tiga komponen kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh a) pimpinan sekolah dan dewan guru, b) pembina Kopsis, c) pengurus dan pengawas Kopsis. Pimpinan sekolah (Kepala sekolah dan wakilnya) dan dewan guru berperan membuat kebijakan penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Pembuna Kopsis (seorang bidang studi dan guru pengelolaan usaha) secara
186 operasional berperan melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dan upaya memajukan Kopsis. Pembina Kopsis melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi melalui pemberian pengetahuan perkoperasian, praktik berkoperasi dan melakukan operasional penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis di luar kelas. Di samping sebagai pembina, guru pengelolaan usaha melakukan pembinaan perilaku siswa melaui pengembangan pengetahuan dan kemampuan berkoperasi kepada para siswa secara teoritis yang dilakukan di dalam kelas dan keagiatan ekstrakurikuler koperasi. Sedangkan pengurus dan pengawas Kopsis adalah mereka yang secara operasional riil berperan melakukan pengelolaan, pengembangan dan pengawasan jalannya Kopsis. c. Kebijakan dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepala sekolah sangat menaruh perhatian terhadap terselenggaranya Kopsis. Ia menginginkan sekali para siswanya setelah selesai pendidikan di SMKN 2 ini memiliki kemampuan dan ketrampilan berkoperasi serta berkembang kemampuan dan ketrampilan berwirausaha. Dengan menyelenggarakan, memajukan dan mengembangkan Kopsis ia yakin bahwa (1) para siswanya akan berkembang pengalaman, pengetahuan, kemam-puan dan ketrampilan, berkoperasi dan berwirausaha dan semuanya ini dimanfaatkan sebagai dasar dan sarana untuk mengebangkan dan memasarkan ketrampilan kejuruannya di masyarakat; (2) secara kualitas hasil pendidikan di sekolahnya akan menjadi semakin maju dan kepopularitasan sekolahnya semakin meningkat. Selain itu ketercapaian kedua hal ini akan menambah kemudahan dirinya dan guru-guru yang lain menitih karir ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu kepala sekolah berusaha memotivasi para guru untuk bersamasama membuat berbagai kebijakan yang mampu mendukung pencapaian harapan itu.
187 Dalam pemberian pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi SMKN 2 tetap menyatakan bahawa keanggotaan Kopsis adalah sukarela. Namun, demi pembinaan kesadaran partisipasi para siswa dalam berkoperasi, sesuai dengan pengarahan Departemen Koperasi, sekolah membuat kebijakan bahwa setiap siswa diwajibkan menjadi anggota Kopsis. Dengan pertimbangan apabila prinsip keanggotaan sukarela diterapkan di Kopsis akan terdapat sebagian para siswa tidak ikut serta dalam Kopsis sehingga akan membuat para siswa yang tidak ikut serta tidak akan memiliki pengalaman, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi. Ketiadaan pengalaman berpartisipasi dalam Kopsis, para siswa tersebut sulit untuk timbul kesadaran berkoperasi. Kepala sekolah mengam-bil kebijakan bahwa sejak masuk menjadi siswa SMKN 2 para siswa diwajibkan ikut menjadi anggota Kopsis. Ketika heregeistrasi semua siswa langsung diwajibkan mem-bayar uang Kopsis (bagi siswa angkatan 1998 sebesar Rp 20.000,-) untuk selama men-jadi siswa SMKN 2 bersamaan dengan pembayaran uang sekolah. Uang ini telah men-cakup uang simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Uang simpanan sukareka ini sewaktu-waktu bisa ditambah lagi sesuai keadaan keuangan masing-masing siswa. Untuk menambah uang simpanan sukarela, sekolah mengambil kebijakan membagikan buku tabungan Kopsis kepada setiap siswa agar bisa menabung setiap saat mereka ingin menabung. Uang tabungan ini digunakan sebagai tambahan modal Kopsis. Semua uang siswa yang disimpan di Kopsis bersama SHU bagiannya dikemba-likan kepada siswa ketika yang bersangkutan selesai atau meninggalkan sekolah. Kepala sekolah SMKN 2 mengatakan bahwa tahap pertama yang perlu dilakukan untuk memajukan dan mengembangkan Kopsis adalah memahami hakekat,
188 tujuan, fungsi dan manfaat Kopsis serta prinsip-prinsip penyelanggaraan Kopsis, karena pemahaman tentang hal ini merupakan kunci dasar dan motivasi baginya dalam memberikan arah kepada sesmua personil sekolah dan kunci keberhasilan sekolah menyelenggarakan dan memajukan Kopsis. Tahap selanjutnya adalah meyakinkan kepada para guru tentang manfaat berkembangnya Kopsis di sekolahnya baik bagi peningkatan tercapainya tujuan pendidikan maupun dampak kemudahan peningkatan karir para guru. Dalam upaya ini ia mencari dan membaca sendiri buku Petunjuk Pelaksanaan Kopsis serta berbagai surat keputusan yang berkaitan dengan itu. Upaya ini dilalaikan karena selama ini sekolah belum menerima sosialisasi tentang hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis yang sebenarnya dari pejabat yang berwenang. Sosialisasi yang telah diterima baru berupa pemberian training oleh Dekopinda tentang pengelolaan Kopsis sebagai organisasi ekonomi kepada pengurus Inti Kopsis. Isi buku petujuk teknis pelaksanaan Kopsis yang diberikan juga terbatas pada pengelolaan Kopsis sebagai ekonomi siswa. Agar tujuan, fungsi dan kemanfaatan terselenggaranya Kopsis itu bisa tercapai ia bemsaha memilih orang-orang yang memiliki keilmuan koperasi dan dipandang cakap untuk mengorganisir, membelajarkan dan membina para siswa menyelenggara-kan dan mengembangkan Kopsis. Agar semua warga sekolah berpartisipasi dalam membelajarkan dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi serta mengembangkan Kopsis, kepala sekolah (bersama dewan guru) berupaya semaksimal mungkin membuat kebi-jakan bahwa semua yang menyangkut kebutuhan para siswa (seperti seragam sekolah, alat tulis, dan buku-buku pelajaran) dalam mengikuti proses pendidikan di SMK 2 harus dijual melalui Kopsis. Semua
189 barang yang telah disediakan di Kopsis, lembaga usaha lain seperti Koperasi guru dan karyawan dan kantin tidak boleh menyediakannya. Upaya peningkatan SDM Kopsis dilakukan oleh kepala sekolah dengan 1) menginstruksikan para pembina untuk memberikan pelatihan kepada pengurus, aktivis Kopsis dan para siswa yang mengambil ektrakuriler koperasi berupa pengetahuan dan ketrampilan berkoperasi yang dilaksanakan secara bersama seminggu sekali selama dua jam pelajaran. Dalam pelatihan tersebut mereka secara bersama-sama memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh Kopsis. 2) Mengirimkan para pengurus dan pembina ke pelatihan yang diadakan oleh lembaga lain, seperti Dekopinda. Sekembalinya dari pelatihan, mereka disuruh menularkan pengalamannya kepada teman-temanya; 3) memohon pengarahan dari Depkop Kotamadya ketika RAT dilaksanakan. Agar kemampuan Kopsis mengembangkan usaha dan melayani kebutuhan para siswa meningkat, kepala sekolah memberikan arahan kepada para pembina dan pengurus Kopsis agar Kopsis mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga usaha lain seperti Coca Cola, perusahaan Konveksi dan penerbit. Di samping itu ia (yang diwakili oleh WKS kesiswaan) mengupayakan adanya diskusi bersama dengan para pembina tentang apa dan bagaimana mengembangkan upaya-upaya tersebut. Di sam-ping upaya-upaya peningkatan kemampuan usaha dan pelayanan Kopsis, diskusi terse-but juga membicarakan apa dan bagaimana meningkatkan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap positif berkoperasi serta bagaimana mengembangkan dan memajukan Kopsis. Dalam peningkatan modal Kopsis di samping peningkatan jumlah uang cadangan, barang yang dijual, juga melakukan penggalian potensi modal dari dalam yakni dengan selalu memberikan motivasi kepada para anggota untuk
190 menyisihkan dan menabung sebagian uangnya di Kopsis. Uang ini berfungsi sebagai uang simpanan sukarela anggo-ta dan dimanfaatkan sebagai tambahan modal. Dalam upaya-upaya ini kepala sekolah selalu bersifat ramah, terbuka dan rasional untuk menerima informasi dan usul yang datang baik dari para siswa maupun pembina. Kepala sekolah selalu berpesan dan komit bahwa apa-apa yang telah diputuskan bersama harus diupayakan terlaksana dan jangan sampai mudah berubah sebelum ada keputusan baru yang disepakati bersama. Kepala sekolah sangat gigih mengupayakan agar para siswa berpartisipasi dalam memajukan dan mengembangkan Kopsis. Upaya ini dilakukan dengan cara selalu mengingatkan dan memonitor para siswa untuk ikut aktif mengikuti dan melaksankan kegiatan-kegiatan penyelenggaraan Kopsis. Upaya-upaya kepala sekolah ini nampak cukup memberikan semangat dan motivasi para guru untuk bersama-sama berpartisipasi memajukan dan mengembangkan Kopsis. Kebersamaan kepala sekolah dan para guru nampak membawa dampak bagi tumbuhnya semangat para siswa dalam berkoperasi. d. Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi Dalam usaha meningkatkan kesadaran, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi, para pembina Kopsis bersama guru pengelolaan usaha SMKN 2 melakukan pembinaan dan pembelajaran berkoperasi melalui jalur luar dan dalam kelas. 1) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Luar Kelas Program pembinaan kegiatan Kopsis SMKN 2 mencakup a) pertemuan secara rutin (seminggu sekali) antara pembina, para anggota pengurus dan pengawas Kopsis serta para kader-kader untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka berkoperasi. Kader-kader koperasi dan pengawas Kopsis ini diambil dari kelas I dan II; b) mengirimkan para anggota pengurus dan pengawas Kopsis mengikuti penataran
191 atau training yang diadakan oleh lembaga terkait (seperti Dekopinda, Dekopin, Depkop setempat); c) mengundang Depkop Kodya pada acara rapat RAT dan sekaligus memo-hon pembinaan dari mereka; d) Kaderisasi pengelola dan pembentukan kepengurusan Kopsis; e) pelibatan semua kader Kopsis dalam latihan kepemimpinan siswa (LKS) yang diadakan oleh OSIS; f) pemberian pengarahan kepada para siswa agar berpartisipasi dalam Kopsis; g) pemberian materi perkoperasiaan kepada para siswa yang mengambil ektrakurikuler Koperasi; h) monitoring pelaksanaan Kopsis; i) pemilihan dan penujukan siswa yang akan dikirimkan mengikuti pendidikan yang diadakan oleh lembaga lain. 2) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Dalam Kelas Dalam program pembelajaran di kelas guru Pengelolaan Usaha menyusun program pembelajaran dengan mengkaitkan masalah perkoperasian; penyajian bahan ajar dilakukan dengan metode ceramah bervariasi, diskusi dan tugas; evaluasi dan esesmen dilaksanakan atas dasar hasil tes formatif-sumatif, tugas dan keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Dalam program pembelajarannya, ia kadang-kadang juga memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajaran. Berdasarkan program-program pembelajaran di dalam kelas dan luar kelas, para pembina Kopsis dan guru Pengeloaan Usaha berharap agar terselenggaranya Kopsis memungkinkan para siswa a) memahami tentang koperasi baik dari segi hakekat, fungsi dan tujuannya, hak dan tanggung jawab anggota, pengurus dan pengawas, serta cara penyelenggaraannya; b) merasakan manfaat koperasi secara langsung; c) tumbuh semangat menabung yang uangnya bisa dimanfaatkan sebagai usaha bersama; d) memiliki anggapan dan sikap yang positif terhadap koperasi.; e) tumbuh semangat dan motivasi berwirausaha; f) memiliki pengalaman dan
192 ketrampilan berwirausaha; g) mampu mentransfer pengalaman dan ketrampilan mengelola lembaga usaha yang diperoleh dari pengalaman berkoperasi di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat setelah selesai sekolah baik dalam bentuk koperasi maupun non kopersi. e. Pelaksanaan Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi 1) Di Luar Kelas a) Metode Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam berkoperasi di Luar kelas. Dalam proses pembinaan, pembina lebih cenderung menerapkan metode pembinaan cooperatif dan direktif. Pembina lebih banyak menyerahkan kepada pengurus Kopsis untuk merencanakan dan menyusun sendiri kegiatan-kegiatan Kopsis. Sealnjutnya para siswa diminta untuk mengkonsultasikannya kepada pembina. Pembina bersama siswa merevisi-nya seandainya ada sesuatu yang dirasakan oleh pembina kurang benar atau kurang sesuai. Namun demikian dalam hal-hal tertentu yang dianggap perlu, pembina mengambil tindakan secara langsung. Sedangkan dalam proses pembelajaran, pembina berupaya mengebangkan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi (khususnya pengerjaan adminsitrasi koperasi) dengan menyesuaikan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Mereka yang belum memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dibelajarkan secara bertahap (social learning). Mereka yang telah memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan, pertama-tama diberi contoh pengerjaan sesuatu kemudian disuruh melajutkan pekeijaan tersebut atau diberikan permasalahan kemudian disuruh memecahkan (directed dicovery). Sedangkan mereka yang dipandang telah memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup langsung disuruh mengerjakan pekerjaan-pekerjaan administrasi atau mencari
193 permasalahan-permasalahan, hambatan dan tantangan yang dihadapi Kopsis dan disuruh mencoba memecahkannnya (pure dicovery). b) Kegiatan Pembina dalam Melaksanakan Program di Luar Kelas Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pembina dalam melaksanakan program pembinaan siswa dalam berkoperasi di luar kelas, yaitu (1) kaderasi pengurus, (2) pembentukan pengurus baru, (3) pembagian piket menjaga toko, (4) penumbuhan dan pengembangan persepsi, motivasi dan sikap positif anggota, pengelola dan pengawas, (5) pengembangan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi, (6) pengupayaan pengembangan Kopsis, dan 7) peningkatan partisipasi siswa (1) Kaderisasi Pengurus Pembina bersama pengurus melakukan kaderisasi de-ngan cara memberikan penjelasan tentang kondisi perkembangan dan kemajuan Kopsis dan manfaat aktif di Kopsis setiap ada kesempatan yang memungkinkan. Bagi para siswa yang tertarik aktif di Kopsis di suruh mendaftarkan diri dalam kegiatan Kopsis. Mereka kemudian dimasukkan ke dalam daftar piket menunggu toko dan diajak mengi-kuti pertemuanpertemuan rutin memecahkan masalah-masalah Kopsis. Dalam perte-muan itu juga mereka ditingkatkan wawasan, kemampuan dan ketrampilannya berko-perasi. Para siswa yang nampak menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap Kopsis dan nampak berpotensi diangkat menjadi anggota seksi, ketua seksi atau pengurus inti. (2) Pembentukan Pengurus Baru Pembina selalu memonitor proses pemben-tukan pengurus baru. Pemilihan pengurus inti dilasanakan saat pelaksanaan RAT. Seminggu setelah pengurus inti
194 terpilih, dibawah bimbingan pembina dan saran-saran pengurus lama pengurus inti memilih dan menentukan ketua seksi-ketua seksi beserta anggotanya. (3) Pembagian Piket Untuk menjaga kontinyuitas dan meningkatkan pelayanan Kopsis, pembina mengarahkan pengurus Kopsis untuk mengadakan pembagian tugas dalam bentuk piket. Petugas piket yang memberikan pelayanan kepada anggota di tempat pemasaran tidak dilakukan secara perwakilan kelas. Petugas piket diorganisasir atau dijadwal berdasarkan mereka yang ingin aktif dalam kegiatan Kopsis dan ingin tahu bagaimana melaksanakan kegiatan Kopsis. Semua anggota yang ingin aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis didaftar oleh pengurus kemudian mereka dijadwal berdasarkan hari atau jam longgar mereka. (4) Penumbuhan dan Pengembangan Persepsi, Motivasi dan Sikap Positif Anggota, Pengurus dan Pengawas Bagi Anggota. Penumbuhkan persepsi, motivasi dan sikap positif anggota terhadap Kopsis dilakukan pada saat RAT dan promosi pengurus dalam menjalankan kegiatan Kopsis seperti penawaran barang-barang yang disediakan Kopsis kepada para pengunjung, promosi antar teman, dan penyebaran informasi atas laporan pengurus kepada para anggota di kelasnya masing-masing. Dalam acara RAT pengurus melaporkan dan menjelaskan seluk beluk yang ada dalam Kopsis seperti berbagai unsur perkembangan Kopsis, keuntungan Kopsis, SHU yang diperoleh serta manfaat yang dapat dirasakan dengan berpartisipasi aktif dalam Kopsis. Bagi Pengurus Koperasi dan Pengawas. Upaya peningkatan persepsi dan kog-nisi para pengelola dilakukan pembina dengan mengikutsertakan pengurus dalam
195 kegiatan training yang diadakan oleh istansi lain. Sekembalinya training, mereka diminta menerangkan hasil-hasilnya kepada sesama anggota pengurus dan temantemannya. Upaya lain yang dilakukan pembina dalam meningkatkan persepsi, motivasi dan sikap positif anggota, pengelola dan pengawas terhadap koperasi adalah dengan selalu menyarankan dan mengontrol kegiatan (a) pengelola Kopsis agar memberikan harga penjualan barang-barang di Kopsis sedapat mungkin minimal sama atau bahkan lebih rendah daripada di luar koperasi, (b) Kopsis memberikan hak-hak anggota tepat pada waktunya, (c) Kopsis memberikan dana sosial seperti: dana santunan mereka yang sakit, kecelakaan, orang tuanya meninggal, musibah dsb. Besarnya sumbangan atau santunan yang diberikan dimusyawarahkan secara bersama antara pengurus koperasi, pembina koperasi, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan para pembina OSIS yang lain berdasarkan tingkat penderitaan atau kesusahan yang diderita mereka yang akan diberi sumbangan; (d) pengurus melaporkaan perkembangan dan kemajuan Kop-sis pada saat RAT; (e) pengawas melaporkan hasil pemeriksaaan Kopsis atas perkem-bangan dan kemajuan Kopsis; (f) pengurus dan pengawas menunjukkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang diharapkan hasil RAT; (g) pembina menunjukan kepeduliannya secara sungguh-sungguh dalam memberikan pembinaan kepada anggota, pengurus dan pengawas tentang bagaimana Kopsis seharusnya diselenggarakan sebaik mungkin; (h) pembina memberikan pembinaan dan peningkatan wawasan koperasi secara rutin kepada pengelola Kopsis. (i) Melakukan monitoring dan kontrol secara kontinyu. Dalam usaha meningkatkan motivasi siswa dalam berkoperasi selain melalui pening-katan persepsi postif siswa terhadap Kopsis, pembina (a) selalu menekankan
196 bahwa Kopsis adalah milik siswa, oieh siswa dan untuk siswa, oleh karena itu walaupun telah diangkat staf Kopsis sebagai penjaga Kopsis, khususnya pengurus dan pengawas, harus aktif terlibat menjalankan program-program Kopsis dalam semua aktivitas penyeleng-garaan Kopsis; (b) memberikan hak-hak mereka sebagai anggota dan pengurus Kopsis sesuai dengan keputusan RAT. Jasa pengurus pada Kopsis SMKN 2 diberikan sesuai dengan tingkat keaktifan mereka terlibat dalam Kopsis. Tingkat keaktifan ini dipantau secara bersama oleh anggota pengurus yang lain dan pembina. Peningkatan sikap positif pengurus terhadap Kopsis dilakukan oleh pembina dengan (a) mengikutsertakan mereka dalam diklat-diklat yang diselenggarakan oleh lembaga lain, diberi kesempatan untuk mencoba merencanakan dan melakukan sendiri semua kegiatan Kopsis; (b) mengontrol tingkat kebenaran perencanaan dan kegiatan yang akan dilakukan; (c) selanjutnya pelaksnaan kegiatan dievaluasi secara bersama. (b) Pengembangan Pengetahuan, Kemampuan dan Ketrampilan Berkoperasi Pengembangan pengetahuan atau wawasan perkoperasian dilakukan dengan memberikan materi perkoperasian kepada para anggota pengurus, pengawas dan pengambil ekstra kurikuler koperasi. Kegiatan ini dilakukan secara bersama selama dua jam pelajaran per minggu. Selain itu mereka dilatih berpraktik berkoperasi. (6) Pengupayaan Pengembangan Kopsis Dalam upaya memajukan Kopsis, pembina berusaha melakukan pembinaan secara rutin kepada para pengelola, pengurus dan pengawas Kopsis. Ini dimaksudkan agar para pengurus dan pengawas memiliki wawasan yang luas, kemampuan yang memdai, ketrampilan dan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan
197 tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, dan mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam berkoperasi dan perkembangan Kopsis. (7) Peningkatan Partisipasi Siswa dalam Koperasi Peningkatan partisipasi siswa dalam berkoperasi dilakukan pembina dengan, (a) membagikan buku tabungan sukarela kepada semua siswa baru agar mereka menabung di Kopsis; (b) mengusahakan agar semua siswa di setiap kelas memiliki wakil untuk ikut serta dalam RAT. Para siswa yang mewakili RAT disuruh menyampaikan semua informasi yang diperoleh kepada semua siswa di kelasnya; (c) memberikan pengarahan tentang pentingnya partisipasi siswa dalam Kopsis bagi kemajuan Kopsisnya ketika menjadi pembina upacara. c) Proses Pembinaan Perilaku Siswa dalam Berkoperasi. Proses pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dilakukan: (1) mempersiapkan pengurus inti untuk menyelenggarakan RAT, mulai dari persiapan membuat surat, waktu rapat, waktu pemereksaan barang-barang yang ada di toko, undangan RAT kepada semua perwakilan kelas (KM dan wakilnya) yang diketahui oleh kepala sekolah; (2) menyuruh pengurus membuat laporan dari semua kegiatan Kopsis selama masa kepengurusannya; (3) memeriksa bahan laporan pengurus; (4) sebelum RAT, mereka diberi pengarahan-pengarahan tentang cara-cara menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa; (5) menyuruh pengurus mempersiapkan siapasiapa yang dipandang pantas menjadi pengganti pengurus (khususnya pengurus inti) dan pengawas. Proses ini secara terus menerus dipantau pembina Kopsis. Pembina mempertimbangkan apakah calon-calon itu benar-benar pantas sebagai calon atau tidak baik dari segi kemampu-annya, kecekatan, keaktifan maupun kemauannya. Persiapan ini dilakukan dengan cara mereka yang dipandang pantas menjadi calon-
198 calon pengurus inti dan pengawas ditanya apakah mereka bersedia menjadi pengurus inti dan pengawas atau tidak. Apabila bersedia maka mereka dipersiapakan sebagai calon-calon sementara yang akan dipilih dalam RAT untuk dijadikan pengurus dan pengawas Kopsis yang baru. (6) Menyusun agenda pelaksanaan RAT. (7) Melaksanakan RAT. Dalam Pelaksanaan RAT (1) pengurus mempertanggungjawabkan semua kepengurusannya kepada anggota yang disaksikan dan dikontrol oleh pengawas; (2) penerimaan saran-saran atau usulan-usulan perbaikan dan penambahan programprogram yang diinginkan anggota untuk dipertimbangkan dan diputuskan secara bersa-ma dalam RAT yang sedang beijalan, (3) pembubaran pengurus dan pengawas Kopsis yang lama; (4) pemilihan pengurus dan pengawas baru; (5) pembacaan sumpah janji pengurus dan pengawas bara dihadapan rapat; (6) serah terima pengurus lama kepada pengurus baru; (7) pelantikan pengurus dan pengawas baru. Setelah itu dilanjutkan pengarahan oleh kepala sekolah dan pembinaan dari petugas Depkop Kotamadya. Seminggu atau dua minggu setelah RAT, pembina mengingatkan kepada peng-urus Kopsis terpilih dan pengurus lama agar menyusun waktu dan tempat pennyeleng-garaan pertemuan untuk mengadakan rapat pengurus baru dalam rangka melengkapi seksi-seksi dan anggota seksi. Berdasarkan pengalamannya pengurus lama memberikan pengarahan kepada pengurus bara; pengurus lama dan bara beserta pembina bermusya-warah untuk melengkapi kepengurusan yang baru. Pada acara ini pula hak-hak (imbalan jasa) pengurus lama sebagai pengurus dan pengawas diberikan.
199 Setelah kepengurusan tersusun dan terbentuk secara lengkap, pembina menyu-ruh pengurus baru untuk membuat struktur organisasi keija dan menyusun program-program ketja yang akan dijalankan selama kepengurusannya. Dalam penuyusunan struktur organisasi dan program keija, pembina menganjurkan melihat program kerja lama sebagai acuannya. Berdasarkan hasil RAT, pengurus dapat menambahkan program-program baru yang diinginkannya. Kemudian program yang tersusun dikonsultasikan kepada pembina. 2) Di dalam Kelas (a) Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran Ekonom/ Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru ekonomi mengalami pergeseran. Ketika Kurikulum SMK belum diganti dengan kurikulum yang baru, di mana dalam kurikulum itu masih ada mata pelajaran Koperasi, guru ekonomi (koperasi) SMKN 2 memanfaatkan Kopsis sebagai media sumber belajar. Ia memulai pembelajaran dengan ceramah, tanya jawab dan tugas, seperti memberikan tugas kepada siswa untuk menggambarkan cara mendirikan organisasi usaha (koperasi), cara membagi-bagi tugas dan melaksanakan atau mengelola organisasi usaha seperti koperasi, membuat struktur organaisasi koperasi, melakukan deskripsi tugas pengawas dan pengurus. Dengan cara ini para siswa diharapkan setelah selesai sekolah mampu mendirikan dan mengelola koperasi di masyarakat. Namun setelah kurikulum diganti dengan Kurikulum 1994, dimana mata pelajaran koperasi di SMK Industri sudah tidak ada lagi, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran Pengelolaan Usaha dilakukan dengan menggunakan ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi, cenderung dilakukan sebagai teknik pemecahan masalah ketika muncul pertanyaan atau keluhan dari para
200 siswa. Ketika keluhan atau pertanyaan dari para siswa tidak muncul, metode diskusi dengan menggunakan Kopsis sebagai media jarang dilakukan. Metode pembelajaran yang banyak menuntut keaktifan siswa mengalami proses belajar secara langsung baru dilakukan dalam bentuk pemberian tugas dan me-nyuruh siswa melaporkan hasil pelaksanaan tugas yang diberikan. Metode pemberian tugas menuntut siswa mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas di depan kelas dan mendiskusikannya agar hasil kerja siswa itu menjadi lebih sempurna belum banyak dilakukan. Proses pembelajaran yang menuntut siswa mengalami proses belajar secara bersama seperti discovery- iritpriry juga belum menjadi perhatian guru sebagai sesuatu metode dan strategi pembelajaran yang diidealkan dalam proses pembelajaran siswa. Model pembelajaran yang menuntut siswa menginventarisir, menganalisa secara sistemik, mencari alternatif pemecahan masalah, menetapkan dan menerapkan alternatif pemecahan masalah belum menjadi perhatian sirius guru dalam membelajarkan siswa. b) Proses Evaluasi dan Esesmen Ini dilakukan dengan memberikan kuis-kuis dalam proses belajar, memberikan ulangan harian dan ulangan umum. Selain itu guru juga memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa. Setiap awal pembelajaran pada awal catur wulan guru selalu memperingatkan bahwa kualitas hasil pengerjaan tugastugas ikut mempengaruhi nilai akhir catur wulan yang akan diperoleh siswa. Pengerjaan tugas yang dilakukan dengan baik akan menambah prestasi/nilai menjadi lebih baik, dan kalau pengerjaan itu dilakukan asal-asalan akan mengurangi nilai ulangan harian atau ulangan umum. Guru selalu menanamkan motivasi kepada para siswa jangan berfikir bahwa hasil pengeijaan tugas itu akan diperiksa atau tidak, yang
201 penting sebagai siswa yang diberi tugas dan tanggung jawab, setiap tugas itu dikerjakan dengan baik. Hasil yang diperoleh dengan pemberian motivasi seperti itu bahwa semua siswa sadar mengerjakan tugas yang diberikan itu dengan baik. Memang ada yang terlambat mengerjakan tugas, karena mungkin berhalangan sperti karena bersamaan praktik di tempat lain, namun mereka tetap mengerjakan dan menyusulkan pekerjaan itu sebelum rapor dibagikan untuk setiap catur wulannya. c) Pemanfaatan Kopsis sebagai Sumber Belajar Guru pengelolaan usaha di SMKN 2 telah memanfaatkan Kopsis sebagai sumber belajar seperti, siswa diberi tugas untuk melaporkan job deskripsi, ketua peng-urus, bendahara, sekretaris, pengawas, lambang koperasi, menyusun program, proposal dan struktur organisasi koperasi siswa. Namun tugas yang diberikan baru sampai pada pemberian tugas untuk dilaporkan, belum sampai menuntut siswa untuk menginventa-risir masalah, menganalisa secara sistemik, mencari alternatif pemecahan masalah, me-netapkan dan menerapkan alternatif pemecahan masalah sebagai saran yang perlu diterapkan Kopsis untuk memajukan Kopsis. Pemnafaatan Kopsis sebagai sumber bel-ajar di SMKN 2 sekarang semakin minim dikarenakan dalam kurikulum SMK Industri 1994 tidak ada lagi mata pelajaran koperasi seperti pada kurikulum tahun 1984. f. Unit Usaha Kopsis SMKN 2 SMKN 2 memiliki unit-unit usaha sebagi berikut 1) unit usaha penggalakan simpanan anggota. Pengurus secara periodik melakukan promosi ke kelas-kelas agar para siswa tumbuh kemauan untuk menabung di Kopsis. Untuk keperluan ini sejak dini pengurus membagikan buku tabungan ke pada semua siswa baru. Uang tabungan atau simpanan ini dinyatakan sebagai uang simpanan sukarela dan dimanfaatkan
202 sebagai tambahan modal Kopsis, dan bila tak terserap dalam pengembangan Kopsis disimpan di bank. 2) Unit penyelenggaraan usaha toko dengan mengusahakan tersedianya barang kebutuhan anggota baik berupa barang-barang peralatan belajar, makanan dan minuman serta pakaian seragam sekolah. 3) Unit pemerolehan jasa dari bank Semua uang Kopsis yang belum terserap sebagai modal pengembangan Kopsis disimpan di bank. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan memperoleh jasa dari bank. g. Inventaris yang Dimiliki Kopsis Kopsis SMKN 2 Bandung memiliki ruanga yang berukuran 4 m X 8 m untuk dimanfaatkan sebagai toko Kopsis. Kopsis memiliki inventaris dalam tabel berikut: TABEL 3 INVENTARIS KOPSIS Nama Barang 1. Etalase toko 2. Mesin ketik olimpya 3. White board 4. Papan data keuangan Kopsis 5. Lambang koperasi Indonesia 6. Alas meja 7. Baki 8. Jas pengurus Kopsis 9. Vas Bunga
Jumlah 3 1 1 1 2 5 2 11 5
h. Rencana Kerja Pengurus Kopsis 1. Melaksanakan RAT pada awal Desember 1998 2. Berusaha melaksanakan program kerja, rencana kegiatan usaha dan berusaha melaksanakan keputusan RAT 3. Meningkatkan hubungan kerja sama yang lebih baik dengan seluruh organisasi yang berada di bawah naungan OSIS SMKN 2 Bandung 4. Menertibkan administrasi organisasi dan administrasi keuangan Kopsis
203 5. Mencari/membina keder-kader pengurus Kopsis 6. Simpanan anggota baru perorang untuk tahun ajaran 1998-1999 sebesar Rp 20.000,- dengan rincian: untuk simpanan pokok Rp 5000,-, simpanan wajib Rp 5000,- dan simpanan sukarela 10.000,-. Simpanan anggota tersebut diambil secara kolektif pada saat anggota menjadi siswa SMKN 2 Bandung. 7. SHU dibagikan/dipergunakan untuk: cadangan 15%, jasa anggota 60%, dana sosial 7,5%, dana pendidikan 5%, dana pengurus 10 % dan zakat 2,5% i. Rapat Pengurus Rapat pengurus Kopsis SMKN 2 Bandung yang dilaksanakan secara formal adalah 1) rapat persiapan RAT yaitu untuk pembentukan panitia dan penyusunan proposal RAT, 2) rapat menjelang RAT untuk mempelajari laporan RAT dan menyelesaikan atau mengatasi permasalahan yang mungkin ada, 3) rapat pemeriksaan barang toko dan pembuatan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas, 4) Rapat setelah RAT untuk pembentukan pengurus baru, dan 5) rapat pelepasan pengurus lama (dalam rapat ini pengurus lama memberikan penjelasan berbagai peng-alaman, tantangan dan hambatan meyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis). Sedangkan persoalan-persolan yang muncul dalam penyelenggaraan dan pengembang-an Kopsis sehari-hari langsung dipecahkan secara bersama oleh pengurus, pengawas aktivis dan pembina pada acara pertemuan mingguan kegiatan ektrakurikuler koperasi. j. Aktivitas Pengawas Kopsis Pemereksaan secara formal oleh pengawas terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengurus hanya dilakukan sekali yaitu menjelang RAT akan diselenggarakan. Walaupun demikian pengawas juga melakukan pemeriksaan secara
204 informal dan insidental kepada pelaksaan tugas pengusrus. Apabila dalam pemeriksaan secara informal dan insidental itu didapatkan sesuatu pelaksanaan tugas yang dipan-dang menyimpang dari ketentuan yang ada pengawas langsung melaporkan dan mendiskusikan persoalan tersebut secara bersama pada pertemuan mingguan. k. Tanggapan Pengawas dan Anggota terhadap Kemampuan Pengurus dalam Menjalankan Tugas dan Tanggung Jawab. Pengawas menilai bahwa, secara umum, semua tugas dan tanggung jawab, yang merupakan keputusan RAT, yang dibebankan kepadanya telah mampu dijalankan dengan baik. Tugas dan tanggung jawab yang telah dilaksanakan mencakup yang berhubungan dengan keanggotaan koperasi, pelayanan anggota, pembelian barang, keuangan, penentuan harga, penjualan, hubungan antar pengelola (pengurus, pengawas dan petugas koperasi lainnya), hubungan dengan masyarakat, dan operasional (pem-bagian tugas dan tanggung jawab antar seksi). Namun, karena adanya faktor-faktor tertentu, ada beberapa hal yang belum sepenuhnya dapat dijalankan dengan baik oleh pengurus, yaitu memberikan pendidikan anggota, pengawas dan pendidikan kader pengurus secara terprogram yang dilakukan oleh Kopsis. Hal lain yang belum dijalankan dengan baik adalah kemampuan menggerakkan dan mengorganisir semua seksi untuk bekerja secara kompak dan bertemu secara rutin untuk membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi Kopsis. Namun demikian ini, sedikit dapat dimaklumi karena kondisi lokasi belajar dan praktik tidak berada dalam satu tempat dengan kelas para siswa belajar teori. Misalnya, pada suatu hari dan jam tertentu berada di SM K 2 dan pada hari yang lain mereka harus berpraktik di balai latihan pendidikan teknik (BLPT). Kondisi yang demikian menyulitkan
205 pengurus mengadakan pertemuan dalam waktu dan tempat yang sama untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam mengelola Kopsis. 1. Rasa Manfaat dan Keterlibatan Anggota, Pengurus dan Pengawas Kopsis Manfaat dan partisipasi anggota dalam Kopsis. Pengurus Kopsis dan pengawas merasakan bahwa ikut aktif di Kopsis sangat memberikan manfaat bagi perkembangan dirinya setelah selesai sekolah baik dari segi ekonomi, pengetahuan maupun ketrampilan. Mereka menyatakan bahwa sebelum aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis, belum bisa merasakan kemanfaatan ikut terlibat dalam kegiatan Kopsis bagi dirinya. Namun, setelah terlibat di dalamnya, mereka baru sadar bahwa keterlibatan dalam Kopsis membawa manfaat yang sangat berharga. Dari segi ekonomi, pengurus memperoleh dispensasi-dispensasi harga pembelian dibandingkan mereka yang bukan pengurus, seperti diberi keringanan boleh mencicil 3 kali satu barang diperlukan dalam waktu 3 bulan. Dari segi pengetahuan, mereka mendapatkan berbagai pengetahuan baik dari para pembina maupun dari dari hasil training yang diadakan oleh lembaga lain, memperoleh pengetahuan tetang bagaimana mengelola suatu usaha, seperti teknik-teknik bagaimana mendapatkan barang yang lebih murah, menjual barang, memilih barang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, melayani anggota dan pengetahuan tentang bagaimana mengorganisr kegiatan usaha dalam jumlah yang besar dan mendapatkan untung. Dari segi ketrampilan, mereka merasa memperroleh ketrampilan mengelola suatu usaha baik dalam bentuk koperasi maupun non koperasi setelah selesai sekolah di SMK. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh, mereka sama menyatakan bahwa dirinya perlu mengajak teman-teman yang lain untuk ikut bergabung mengelola dan mengembangkan Kopsisnya. Mereka berpendapat bahwa Kopsis merupakan kegiatan
206 usaha para siswa yang perlu dikelola dan dikembangkan oleh para siswa sendiri sebagai tempat berlatih untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha. Bagi para aktivis (bukan pengurus dan pengawas, namun aktif ikut membantu melayani Kopsis dan menggerakkan lancarnya kegiatan Kopsis) merasakan bahwa ikut membantu kegiatan Kopsis sangat memberikan keuntungan yang sangat berharga bagi perkembangan dirinya, khususnya pengalaman dalam mengelola usaha dalam bentuk organisasi. Dengan ikut aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis, mereka merasa mendapat-kan pengalaman tentang bagaimana mendapatkan barang, bagaimana menjualnya dan bagaimana mengorganisirnya dan seberapa labanya bila barang-barang yang diusahakan itu dalam bentuk besar. Pengalaman yang lain yang lebih penting adalah dengan ikut aktif dalam kegiatan Kopsis mendapatkan pengalaman berorganisasi yang sangat praktis, yaitu pengalaman berorganisasi yang dapat diterapkan untuk mampu mandiri berusaha. Kata mereka, pengalaman tersebut tidak diketemukan dalam mengikuti pelajaran dalam kelas. Oleh karena itu, kata mereka, "kami senang sekali mendorong teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam menghidupkan Kopsis yang dimiliki sebagai tempat memperoleh pengalaman mengembangkan suatu usaha maupun beror-ganisasi yang bersifat ekonomis." Selain menganjurkan teman-temannya untuk berpartisipasi dalam Kopsis, mereka juga memberikan masukan-masukan kepada pengurus inti dalam mengadakan perubahanperubahan yang bersifat operasional pelaksanaan, seperti pemberian informasi tentang kebutuhan-kebutuhan para anggota, perbandingan harga di Kopsis dengan harga luar. Para informan yang diinterview menyatakan "kami ikut aktif terlibat dalam Kopsis menyesal, mengapa ikat aktif di Kopsis setelah di akhir kelas II atau awal
207 kelas III". Selain itu beberapa di antara mereka menyatakan "kami sadar bahwa ikut berpartisipasi dalam kegiatan Kopsis itu penting adalah setelah saya diajak ikut aktif dalam Kopsis. Sebelumnya kami mengangggap bahwa ikut aktif di Kopsis hanya menghabiskan waktu," namun setelah aktif ternyata banyak manfaat yang dapat dipetik. Kata seorang informan: "Dengan keuntungan-keuntungan yang saya rasakan, saya sering menyarankan kepada teman-teman agar membeli barang-barang kebutuhan sekolah di Kopsis, Kopsis kan milik kita dan untuk kita, siapa lagi kalau bukan kita yang berbelanja di Kopsis". Bagi para anggota menyatakan bahwa dengan adanya Kopsis, sangat memudah-kan kami dalam memperoleh barang-barang kebutuhan sekolah dengan harga yang relatif lebih murah dan kualitas yang minimal sama dengan yang ada di luar, dan pada akhir tahun masih mendapat SHU. Kami tahu tentang hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi, sehingga bila nanti setelah keluar dari sekolah dan menjadi anggota suatu koperasi, kami tahu hak dan kewajiban, serta bagaimana melakukan hak dan kewajiban itu. Dengan adanya berbagai keuntungan tersebut membuat kami memiliki dorongan berpartisipasi dalam Kopsis dan mendukung usaha memajukan Kopsis. Namun ada juga yang mengatakan bahwa menjadi anggota Kopsis karena diharuskan oleh sekolah, m. Hasil Pembinaan yang Dilakukan Perkembangan Kopsis SMKN 2 semakin meningkat. Hal ini nampak pada perkembangan partisipasi mereka dalam menghadiri dan mengikuti aktivitas RAT, seperti semakin tumbuh keaktifan mereka dalam mengajukan berbagai pertanyaan terhadap laporan kerja pengurus, mengajukan saran-saran ke Kopsis, semakin tingginya kesadaran melakukan pembelian barang-barang kebutuhan sekolah dan non
208 sekolah yang disediakan Kopsis, semakin tingginya keadaran menabung di Kopsis, semakin banyaknya macam barang-barang yang dijual di Kopsis, semakin besarnya dana sosial dan pendidikan yang disediakan oleh Kopsis, dan semakin besarnya jumlah omset dan kekayaan Kopsis per tahun (lihat gambaran keuangan Kopsis). Semakin luasnya kerjasama dengan lembaga lain seperti penerbit (dalam menyediakan buku-buku pelajaran), perusahaan konveksi dan Coca Cola. Kehadiran mengikuti RAT telah rata-rata mencapai 90 %. Mereka yang tidak hadir dalam RAT pada umumnya karena ada halangan seperti sakit dan praktik di tempat lain. Partisipasi para siswa membeli barang yang disediakan di Kopsis mencapai 93%. Pertambahan jumlah barang-barang yang dijual di Kopsis sudah mencapai titik jenuh, yaitu sampai titik maksimal daya beli siswa dan jumlah siswa di SMKN 2 Partisipasi para guru juga meningkat. Para guru selalu menyarankan kepada para siswa untuk membeli kebutuhan sekolahnya di Kopsis. Mereka juga memberikan informasi tentang alat pelajaran, buku pelajaran dan sarana lain yang perlu dimiliki siswa untuk menunjang kelancaran mengikuti pelajarannya ke Kopsis. Informasi yang diberikan ini termasuk jumlah barang yang kemungkinan dibeli oleh para siswa. n. Perkembangan Kopsis Kopsis di SMKN 2 setahap demi setahap mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat penyediaan barang-barang kebutuhan anggota semakin meningkat, sema-kin tinggi jumlah siswa yang membeli barang kebutuhan sekolah di Kopsis, jumlah uang simpanan uang sukarela dan cadangan, jumlah SHU yang diperoleh Kopsis, jumlah omset semakin besar, dan jumlah pembagian uang jasa yang diterima anggota semuanya semakin besar. Kondisi perkembangan Kopsis di SMKN 2 dapat
209 dilihat dari perkembangan kekayaan bersih yang dimiliki tahun 1994 & 1997 pada Tabel 4.
TAHUN Desember 1994
TAHUN Desember 1997
TABEL 4 PERKEMBANGAN KEKAYAAN BERSIH KOPSIS SMKN 2 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 1994 dan 1997 JENIS KKKAAYAAN NILAI KEKAYAAN (Rp) Cadangan Rp 6.446.415,40 Rp 1.492.000,00 Simpanan pokok Rp 9.454.900,00 Simpanan wajib Rp 3.538.670,00 Sisa hasil usaha (SHU) Rp 50.000,00 Donasi Rp 20.981.985.00 JUMLAH KEKAYAAN Rp 8.304.090.60 JUMLAH KEWAJIBAN JML KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN Rp 29.286.076,00 NILAI KEKAYAAN (Rp) JENIS KEKAAYAAN Cadangan Rp 9.320.669,65 Rp 3.891.000,00 Simpanan pokok Rp 13.487.400,00 Simpanan wajib Sisa hasil usaha (SHU) Rp 6.875.016,00 Donasi Rp 50.000.00 JUMLAH KEKAYAAN Rp.... .33.624.85,65 Rp 18.466.806.35 JUMLAH KE WAJIBAN JML KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN Rp 52.090.892.00
Selain perkembangan usaha dan kekayaan Kopsis, tingkat pengetahuan, persep-si, motivasi dan sikap anggota berkoperasi juga semakin meningkat. Hanya saja tingkat perkembangan persepsi dan sikap positif terhadap Kopsis, motivasi berpartisipasi dalam Kopsis serta perkembangan kognisi tentang koperasi belum merata. Perkem-bangan perilaku berkoperasi khususnya tentang apsek kognisi bagi mereka yang bukan pengurus, aktivis Kopsis, dan pengambil ektrakurikuler koperasi masih rendah. Mereka kurang memahami tentang fungsi, tujuan, hak dan kewajiban sebagai anggota Kopsis. 2. Sekolah Menengah Umum Negeri 3 (SMUN 3) Kodya Bandung a. Sejarah Berdirinya Kopsis SMUN 3 dilatarbelakangi oleh adanya pemikiran relevansi pelajaran ekonomi dan akutansi yang membutuhkan praktik bagi para siswanya.
210 Pelaksanaan praktik ke luar dirasakan membutuhkan waktu dan sulit untuk diperoleh lokasi. Oleh karena itu timbulah gagasan dari para pendiri Kopsis yang memandang perlu berdirinya Kopsis. Dengan adanya Kopsis maka para siswa jurusan IPS atau para siswa kelas 1 dan kelas 2 yang memiliki mata pelajaran berkaitan dengan mata pelajaran ekonomi dan akutansi dapat berpraktik langsung secara bergiliran di Kopsis. Kepala sekolah mengatakan bahwa dalam perjalannya tidak semulus seperti koperasi yang lain mengingat adanya berbagai kendala seperti tenaga keija pengelola itu adalah siswa yang sibuk mengikuti pelajaran baik intra maupun ekstra. Mereka hanya mempunyai waktu menangani Kopsis pada jam-jam istirahat. Kopsis di SMUN 3 Bandung berdiri 9 Februari 1986 dan memperoleh nomor akta pendirian: 01/P/KDK-10/21/1986, Pendirian Kopsis ini didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Koperasi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. SKB 125/M/KPTS/X/1984 No. 0447a/U/1984 No. 71 tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kopsis. Kopsis SMUN 3 sebelumnya telah berkembang dengan baik dan omzet telah cukup besar, namun pemah mengalami kekosongan selama 3 tahun, mulai September tahun 1994 sampai Agustus1997. Kemacetan ini disebabkan semua pengurus adalah siswa kelas tiga dan sampai akhir masa jabatannya tidak ada upaya kaderisasi dan regenerasi pengurus. Selama kemacetan itu modal Kopsis disimpan oleh kepala sekolah. Pada tanggal 15 september 1997 Kopsis digerakkan kembali dengan pola struktur anggota pengurus inti dan ketua seksi kelas II sedangkan wakilwakilnya/anggotanya kelas I.
211 Secara strukturnya, bahwa Kopsis ini merupakan bagian bidang OSIS dalam pengembangan kemampuan dan ketrampilan keiwirausahaan siswa. Oleh karena itu penyelenggaraan Kopsis di SMUN 3 ini di bawah pembinaan Kepala sekolah, WKS bidang kesiswaan, dan para guru yang ditunjuk sebagai pembina Kopsis dan OSIS. Terselenggaranya kopsis SMUN 3 memiliki faktor pendukukung yang sangat positif baik Kepala sekolah, guru, modal, maupun dari Depdikbud dan Depkop. Dimana ketika rapat sekolah timbul gagasan dari sebagian guru untuk mengaktifkan kembali Kopsis yang telah terhenti. Depdikbud dan Depkop mengharuskan agar tiap sekolah memiliki Kopsis. Dari segi modal jumlah siswa SMUN 3 cukup besar, yaitu berjumlah 1500 siswa lebih. Kepala SMUN 3 mengambil kebijakan bahwa ketika awal kelas I, n, IH setiap siswa harus membayar uang Kopsis (simpanan pokok dan wajib) sebesar Rp 3500,- setiap tahunnya. Sampai saat ini SMUN 3 telah memiliki uang simpanan anggota dan sisa uang Kopsis yang lalu sebanyak Rp 15.000.000,lebih. b. Struktur Organisasi Kopsis SMUN 3 Bandung Brdasarkan struktur organisasi Kopsis SMUN 3 di bawah in dapat dijelaskan peran, tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen . Kepala sekolah memiliki peran membuat kebijakan, memberikan tugas, membina, bertanggung jawab dan meminta tanggung jawab atas semua komponen yang ada. WKS kesiswaan berperan mengarahkan dan memberikan pertimbangan kepada pembina Kopsis dalam menyelenggrakan, membina dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan kepada kepala sekolah. Pembina Kopsis berperan membina dan mengembangkan Kopsis yang mencakup pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi, pembinaan pengurus Kopsis dalam menjalankan dan mengembangkan
212 Kopsis serta melaporkan tanggung jawabnya. Pembina Kopsis bersama ketua pengurus juga memilu-ki peran sebagai pengawas terhadap pengurus dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebabankan kepadanya serta melaporkan hasilnya kepada rapat anggota. Selain itu pembina Kopsis memiliki kewajiban melaporkan semua kegiatan yang dilakukan dan persoalan yang dihadapi untuk dipecahkan bersama dengan WKS kesiswaan. Para siswa berperan berpartisipasi secara kontributif maupun konsumtif dalam penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Rapat anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam Kopsis.
Kepala sekolah Siswa WKS Bid. Kesiswaan
Rapat Aneeota
Pembina Kopsis
Ketua P engurus Koi1—Dsis
r
Sekretaris
X Koodinator\ KLS I X Seksi Seksi produksi dan Humas Pemasaran Gambar 13: Struktur Organisasi Kopsis SMUN 3 Bandung
Komando, tugas, pembinaan dan tanggung jawab Keija sama
Pembant u Umum Bendahara _L Koordinator KLS II ZL Seksi Seksi Pendataan Litbang
213 Memeriksa Melaporkan hasil pemeriksaan.
Di mana rapat anggota diwakili oleh siswa dari masing-masing kelas. Dalam 2 tahun terakhir ini kepengurusan Kopsis SMUN 3 relatif tidak lancar. Kegiatan yang direncanakan belum semuanya bisa berjalan dengan baik, seperti dua tahun terakhir ini Kopsis belum mengadakan RAT. Akibatnya dalam pergantian peng-urus belum berdasarkan pemilihan atas dasar rapat anggota. Pengurus inti ditunjuk oleh pembina, sedangkan seksi-seksi dan para angotanya dipilih oleh anggota pengurus inti. Pengurus. Semua anggota pengurus adalah siswa. Pengurus Kopsis terdiri dari ketua dan wakil ketua, seorang sekretaris, seorang bendahara dan tiga seksi yaitu seksi produksi dan pemasaran, seksi humas, seksi pendataan dan seksi litbang. Para siswa yang diangkat menjadi pengurus diberikan tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis. Tugas: a) mengelola Kopsis dan usahanya; b) mengaju-kan rancangan kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja Kopsis; c) menyelenggarakan RAT; d) mengajukan rancangan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan tugas, e) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; f) memeilihara daftar buku anggota pengurus. Sedangkan wewenangnya: a) mewakili Kopsis di dalam dan di luar pengadilan; b) melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Kopsis sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota. Pengurus harus bertanggung jawab tentang segala kegiatan pengelolaan Kopsis dan usahanya kepada rapat anggota. Dalam melaksanakan tugasnya ketua pengurus Kopsis dibantu oleh seorang sekretaris dan bendahara dengan membawahi dua koordinator kelas yaitu koordinator kelas I dan koordinator kelasll serta empat seksi yaitu seksi pendataan, litbang, seksi produksi dan pemasaran, dan humas. Koordinator kelas bertugas dan bertanggung
214 jawab mengkoordinir semua kegiatan Kopsis yang ada di bawah tanggung jawabnya. Dalam pelaksanaan kerjanya kedua koordinator tersebut selalu bekerjasama dengan semua seksi yang ada di Kopsis. Bidang pendataan menangani: a) administrasi organisasi yang berhubungan dengan pengelolaan pembukuan daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar pengurus, arsip surat masuk dan surat keluar, arsip laporan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas, buku tamu, buku notulen rapat; dan b) adminstrasi keuangan: mengelola tentang buku penjualan barang toko, buku rekapitulasi simpanan anggota, buku harian kas, buku harian rekapitulasi kas, buku besar, neraca dan buku-buku pembantu yaitu buku penerimaan dan pengeluaran keuangan dan buku rekening simpanan anggota. Seksi produksi dan pemasaran menangani: a) pemerolehan barang baik yang diproduksi sendiri oleh Kopsis maupun dengan berbelanja dan barang titipan, b) pengelolaan simpanan anggota; c) penyelenggaraan usaha toko dengan mengusahakan tersedianya barang kebutuhan anggota baik dengan penerbit, pedagang dari luar, distributor maupun dengan guru-guru bidang studi; d) memasarkan barang. Sedangkan litbang menangani kegiatan penelitian dan pengembangan Kopsis. Kegiatan ini meliputi penelitian tentang semua persoalan dan hambatan yang dialami Kopsis serta perkiraan kemungkinan pengembangannya. Selain itu seksi ini melakukan kegiatan pendidikan anggota yang berkenaan dengan peningkatan pengetahuan dan pengelolaan perkoperasian. Seksi humas menangani pengelolaan informasi dan hubungan lingkungan baik secara intern maupun ekstern. Intem yang dimaksudkan dalam Kopsis SMUN 3 adalah intern pengelolaan informasi dan penjalinan hubungan yang harmonis dalam
215 lingkup anggota pengurus Kopsis. Sedangkan extern adalah pemerolehan dan pemberian informasi kepada anggota Kopsis serta pelaksanaan hubungan ke luar lingkup Kopsis SMUN 3. Informasi ini meliputi penyampaian informasi tentang mekanisme kerja Kopsis, meknisme berpartisipasi dalam Kopsis serta kegiatan Kopsis kepada anggota. Sedangkan hubungan dengan fihak luar lingkup Kopsis SMUN 3 adalah hubungan dengan dengan Kopsis lain, dan instansi lain. Pengawas Kopsis. Pada SMUN 3, kepengawasan dilakukan oleh pembina ber-sama ketua pengurus Kopsis. Pengawas memiliki tugas a) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Kopsis dan pengelolaan Kopsis; b) membuat laporan tertulis hasil pengawasannya. Pengawas memiliki wewenang a) meneliti catatan yang ada di Kopsis; b) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Pengawas memiliki kewajiban merahasiakan hasil pengawasannya terhadap fihak ketiga. Seperti halnya SMKN 2, pelaku seluruh kegiatan Kopsis SMUN 3 Kotamadya Bandung dapat dikelompokan menjadi tiga komponen kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh a) pimpinan sekolah, b) pembina Kopsis, c) pengurus dan pengawas Kopsis. Pimpinan sekolah (Kepala sekolah dan wakilnya) berperan membuat kebijakan penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Pembina (guru sosiologi) secara opera-sional berperan melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dan upaya memajukan Kopsis. Pembina Kopsis melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi melalui pemberian pengetahuan perkoperasian, praktik berkoperasi dan melakukan operasional penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis di luar kelas. Sedangkan pengurus dan pengawas Kopsis adalah mereka yang
216 secara operasional riil berperan melakukan pengelolaan, pengembangan dan pengawasan jalannya Kopsis. c. Kebijakan dan Kepemimpinan Kepala Sekolah serta Pembina Kopsis 1) Kebijakan dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan pada latar belakang berdirinya Kopsis tersebut nampak bahwa pejabat sekolah telah mengetahui hakekat tujuan dan fungsi Kopsis. Namun demikian pemahamannya masih sederhana dan mereka juga belum ada usaha memahami lebih jauh tentang bagaimana Kopsis itu seharusnya di selenggarakan dan d i k e m b a n g k a n yang sesuai dengan hakekat, fungsi dan tujuannya. Hal ini disebabkan, pada satu sisi mereka belum memahami, merasakan dan meyakini akan makna dan manfaat secara dalam diselengarakan dan dikembangkannya Kopsis di sekolah baik bagi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bagi para siswanya maupun bagi kemanfaatan pengem-bangan karirnya. Selain itu, serasi dengan pandangan mayoritas masyarakat dan para pengawas sekolah bahwa sekolah dikatakan maju adalah sekolah yang mampu menun-tun para siswanya mencapai NEM yang tinggi dan banyak siswanya diterima di PTN, maka pola fikir para pejabat sekolah masih terpesona dengan kegiatan pendidikan kearah pencapaian tingkat tingginya NEM yang dicapai oleh para siswa dan kemampuan para siswanya lulus tes memasuki perguruan tinggi. Pada sisi yang lain, selama ini sekolah belum menerima sosialisasi tentang bagimana hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis itu yang sebenarnya dari pejabat yang berwenang. Sosialisasi yang diterima baru berupa sosialisasi dari Dekopinda kepada pengurus inti Kopsis tentang bagaimana mengelola Kopsis. Ada beberapa kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah dalam penyelenggaraan Kopsis. Secara hukum tetap dinyatakan bahwa "keanggotaan koperasi adalah
217 sukarela". Dalam pelaksanaannya, SMUN 3 menempatkan Kopsis sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler namun menjadi anggota Kopsis dari kelas satu sampai kelas tiga statusnya diwajibkan. Setiap siswa harus membayar simpanan pokok dan wajib. Kebijakan tentang kewajiban setiap siswa wajib menjadi anggota Kopsis sesuai dengan pengarahan Departemen koperasi bahwa demi pembinaan kesadaran partisipasi para siswa dalam berkoperasi prinsip sukarela bisa agak dikurangi penekanannya. Dengan pemikiran apabila prinsip "keanggotaan sukarela" diterapkan di Kopsis akan terdapat sebagian para siswa yang tidak ikut serta dalam Kopsis sehingga akan membuat para siswa yang tidak ikut menjadi anggota koperasi tidak akan memiliki pengalaman berkoperasi. Ketidakadaan pengalaman berpartisipasi dalam Kopsis, para siswa sulit untuk timbul kesadaran dan pengalaman berkoperasi. Untuk itu kepala sekolah mengambil kebijakan bahwa sejak masuk menjadi siswa SMUN 3 para siswa diwajibkan ikut menjadi anggota Kopsis. Sedangkan uang simpanan itu semuanya (dengan tanpa tambahan SHU) akan dikembalikan kepada para siswa ketika mereka meninggalkan sekolah atau telah lulus SMUN 3 memisahkan barang-barang yang dapat dijual di Kopsis dan Koperasi guru. Penyediaan barang di Kopsis disepakati pada barang-barang kebutuhan siswa seperti alat-alat tulis menulis, foto copy, atribut, lencana dan minuman. Sedangkan penyediaan seragam sekolah dan olah raga dikelola oleh koperasi guru. Kepala sekolah telah membuat kebijakan bahwa buku-buku pelajaran atau buku pegangan siswa harus ditangani oleh Kopsis, namun dalam praktiknya belum semuanya dapat ditertibkan untuk ditangani oleh Kopsis, ada sebagian yang ditangani Kopsis dan ada yang langsung oleh guru yang bersangkutan. Berbagai sumber informasi menyatakan bahwa kurangnya kontrol dan komitmen kepala
218 sekolah secara sirious merupakan salah satu yang menjadi penyebabnya. Selain itu kepala sekolah juga belum nampak berupaya mengusahakan teijadinya partisipasi semua unsur tenaga pendidik dalam meningkatkan partisipasi para siswa dalam berkoperasi. Keterbatasan waktu merupakan kendala utama bagi kemajuan dan perkembangan Kopsis. Para siswa disibukan dengan pelajarannya dan hanya dapat menangani koperasi secara intensif pada waktu istirahat dan beberapa menit setelah jam pelajaran selesai. Lebih-lebih lagi waktu belajar mereka sekarang semuanya adalah pagi. Akibatnya petugas piket tidak bisa bergiliran pagi-sore. Untuk mengurangi terjadinya kendala ini secara teknis kepala sekolah: a) menganjurkan agar pengurus dalam mengusahakan barang yang akan di jual di Kopsis, pemasok mengedrop barang itu ke Kopsis. Tujuannya supaya siswa tidak terlalu banyak ke luar dan bisa terkonsentrasi pada pengelolaan Kopsis di sekolah serta pelajarannya, b) Kepala sekolah mengijinkan keluarga penjaga sekolah untuk berjualan kue-kue di toko Kopsis sambil membantu melayani pembeli yang akan membeli barang-barang yang dijual di Kopsis ketika jam-jam pelajaran dan piket Kopsis tidak ada. Pada jamjam istirahat atau jam-jam selesai pelajaran yang melayani pembeli di Kopsis adalah petugas piket Kopsis. Kebijakan ini diambil karena ingin menggaji orang Kopsis belum mampu, dan mereka memberikan komitmen bersedia membantu. Dalam upaya menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis kepala sekolah, dengan tanpa persetujuan guru-guru yang lain, memilih para pembina Kopsis yang menurutnya dipandang cakap untuk mengorganisir, membelajarkan dan membina para siswa menyelenggarakan dan mengebangkan Kopsis. Guru yang terpilih menjadi pembina adalah guru sosiologi. Selanjutnya semua kegiatan yang berkaitan dengan
219 penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis sepenuhnya diserahkan kepada pembina baik pola pembinaannya maupun pengembangan SDM Kopsis. Pengawasan Kepala sekolah lebih banyak didasarkan atas laporan pembina pada akhir tahun ajaran pada acara rapat dewan guru dan ketika ada laporan yang diterima dari salah satu personel sekolahnya tentang adanya keluh-keluhan penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Pada segi peningkatan SDM Kopsis Kepala sekolah telah berupaya memasukan materi perkoperasian pada acara pengarahan siswa baru dan mengirimkan pengurus ke suatu pelatihan yang diadakan oleh lembaga lain seperti Dekopinda. Sedangkan upaya pembinaannya selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada Pembina Kopsis. 2) Kebijakan Pembina Kopsis Pengelolaan Kopsis sepenuhnya diserahkan dan ditangani oleh siswa. Pembina menempatkan fungsi dirinya sebagai motivator dan konsultan dalam usaha memajukan dan mengembangkan Kopsis. Kopsis SMUN 3 sekarang memiliki modal 15 juta rupiah lebih. Modal ini merupakan kumpulan uang dari sisa uang ketika mengalami kefakiman ditambah uang simpanan pokok dan wajib tahun 1997. Dengan kehati-hatian pembina, modal 15 juta yang dimiliki itu tidak semuanya diserahkan kepada siswa untuk dikelola sebagai modal Kopsis. Siswa disuruh mengelola 2 (dua) juta rupiah terlebih dahulu dan kalau nanti dipandang oleh pembina Kopsis membutuhkan uang untuk memperbesar usahanya baru kemudian pembina menambah jumlah uang yang diserahkan kepada siswa. Sampai saat pergantian pengurus uang yang diserahkan pembina Kopsis beijumlah Rp 7.000.000,d. Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi
220 Dalam usaha meningkatkan kesadaran, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi, para pembina Kopsis bersama guru ekonomi di SMUN 3 melakukan pembinaan dan pembelajaran siswa dalam berkoperasi melalui jalur di luar dan di dalam kelas. 1) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Luar Kelas Program pembinaan kegiatan Kopsis dalam rangka pembinaan siswa dalam berkoperasi dan memajukan Kopsis di SMUN 3 adalah a) pembina melakukan pertemuan (sebulan sekali) dengan para anggota pengurus dan pengawas Kopsis secara rutin untuk mendiskusikan perkembangan dan kemajuan Kopsis. Dalam acara ini pembina mepertanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengurus dalam menjalankan dan mengelola Kopsis, mengontrol dan memeriksa pelaksanaan Kopsis, memberikan berba-gai penjelasan dan pengarahan sehubungan dengan kesulitan yang dihadapi dan berba-gai pelaksanaan Kopsis yang dipandang belum sesuai sebagaimana yang seharusnya, b) Kaderisasi pengelola Kopsis yang direkrut dari kelas I; c) melibatkan semua kader-kader koperasi dalam latihan kepemimpinan siswa (LKS) yang diadakan oleh OSIS; d) mengikutsertakan para pengurus untuk mengikuti program-program pelatihan yang diadakan oleh instansi lain seperti pelatihan dari Dekopinda dan Depkop. e) memberi-kan petunjuk-petunjuk pemecahan masalah atas permasalahan yang diajukan dan dira-sakan oleh para pengelola Kopsis serta melakukan monitoring pelaksanaan Kopsis secara insidental, f) Melakukan pembinaan anggota secara bersama antara pembina dan pengurus Kopsis terhadap siswa baru pada masa orientasi, pembina dan pengelola Kopsis memberikan pengarahan per kelas. Dalam kegiatan ini pengurus Kopsis menerangkan tetang keberadaan Kopsis, kemajuan dan perkembangan Kopsis, fungsi dan tujuan
221 Kopsis bagi siswa, serta usaha-usaha untuk menarik simpati agar berpartisi-pasi dalam Kopsis. 2) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Dalam Kelas Peningkatan perilaku siswa dalam berkoperasi yang dilakukan di dalam kelas dilaksanakan oleh guru ekonomi. Dalam proses pembelajaran ia menyusun program pembelajaran yang memungkinkan peningkatan kesadaran berkoperasi dan berwirausaha. Dalam program pembelajaran di kelas yang ia susun, guru ekonomi menyusun program pembelajaran ekonomi dengan mengkaitkan masalah perkoperasian; penyajian bahan ajar dilakukan dengan metode ceramah bervariasi, diskusi dan tugas; evaluasi dan esesmen dilaksanakan atas atas dasar hasil tes formatif-sumatif, tugas, keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan program-program pembelajaran yang pembina dan guru ekonomi buat, mereka berharap agar terselenggaranya Kopsis di SMUN 3 memungkinkan para siswa a) memahami dan mengerti tentang koperasi baik dari segi hakekat, fungsi dan tujuannya, hak dan tanggung jawab anggota, pengurus dan pengawas, serta cara penyelenggaraannya; b) merasakan manfaat koperasi secara langsung; c) memiliki anggapan dan sikap yang positif terhadap Kopsis. d) tumbuh semangat dan motivasi berwirausaha; e) memiliki pengalaman dan ketrampilan berwirausaha; f) mampu mentransfer pengalaman dan ketrampilan mengelola lembaga usaha yang diperoleh dari pengalaman berkoperasi di sekolah ke dalam kehidupan nyata. e. Pelaksanaan Program Pembelajaran & Pembinaan Siswa dalam Berkoperasi 1) Di Luar Kelas a) Metode Pembinaan dan Pembelajaran Siswa di Luar Kelas
222 Metode pembinaan yang diterapkan. Dalam melaksanakan pembinaan siswa dalam berkoperasi, para pembina Kopsis SMUN 3 cenderung menerapkan metode pembinaan delegatif, di mana ia meyerahkan pelaksanaan kopsis sepenuhnya kepada siswa. Namun pembina selalu mengontrol apa yang dilakukan para siswa dalam mengelola Kopsis. Suatu hal yang selalu pembina pesankan kepada para pengurus, yakni setiap saat merasakan ada kesulitan ia mengharapkan agar cepat-cepat berkonsultasi kepada pembina yang pada hari atau saat itu ada di sekolah. Semua kegiatan yang berkaitan dengan Kopsis, pembina sepenuhnya menyerahkan kepada pengurus untuk merencana-kan, mengorganisir dan melaksanakannya. Selanjutnya pembina mengontrol dan menerima laporan atas kegiatan yang para siswa lakukan, baik rencana, pelaksanaan dan hasilnya. Para pembina Kopsis SMUN 3 percaya bahwa para siswa akan bekerja sebaik-baiknya, apabila mereka diberikan kepercayaan untuk melakukan sesuatu secara penuh dan disertai kontrol dari pembina secara baik. Pembina Kopsis mengatakan bahwa "pemberian kepercayaan dan pelaksanaan kontrol secara logis merupakan kunci keberhasilan pembinaan". Metode pembelajaran sisM'a dalam berkoperasi. Para pembina berpendapat bahwa dengan pengetahuan akutansi dan ekonomi yang diperoleh di kelas para siswa dipandang telah memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan melaksanakan pengelolaan Kopsis. Dalam proses pembelajaran siswa mengelola Kopsis, pembina menerepakan metode pembelajaran secara pure discovery. Dimana pembina tanpa memperhatikan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Pembina langsung memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mencoba merencanakan, memprak-tikkan dan memecahkan persoalan-perspengelolaan Kopsisnya dan pembina tinggal memonitor kelancaran pelaksanaannya.
223 b) Pelaksanaan Program Pembinaan di Luar Kelas (1) Kaderisasi Pengurus. Kaderisasi pengurus dilakukan dengan cara pembina bersama pengurus melakukan promosi ke semua anggota dengan cara memberikan penjelasan tentang kondisi perkembangan dan kemajuan Kopsis serta manfaat aktif di Kopsis. Promosi banyak ditujukan kepada siswa baru. Pelaksanaannya dilakukan pada saat orientasi. Mereka yang nampak tertarik dan senang pada kegiatan Kopsis dilibatkan pada kegiatan-kegiatan Kopsis. Selain itu para anggota pengurus juga melakukan promosi tentang perkembangan dan kemajuan Kopsis secara informal kepada teman-temannya. (2) Pembentukan Pengurus Baru Pembentukan pengurus baru dilakukan pada saat menjelang masa jabatan peng-urus lama akan berakhir. Dalam pelaksanaannya pengurus mengadakan rapat anggota untuk memilih pengurus inti Kopsis (ketua dan wakilnya, bendahara dan sekretaris) untuk periode selanjutnya. Kemudian pada hari yang lain pengurus inti Kopsis memilih sendiri seksi-seksi dan anggotanya di bawah bimbingan dan pengarahan pembina. (3) Pembagian Piket Untuk menjaga kontinyuitas dan meningkatkan pelayanan Kopsis, pembina mengarahkan pengurus melakukan pembagian tugas dalam bentuk piket. Petugas piket yang memberikan pelayanan kepada anggota di tempat pemasaran tidak dilakukan secara perwakilan kelas. Petugas piket diorganisir atau dijadwal oleh seksi usaha dan pemasaran. Mereka yang ingin aktif dalam kegiatan Kopsis dan ingin tahu bagaimana melaksanakan kegiatan koperasi dimasukan dalam kelompok seksi usaha
224 dan pemasaran dan diberi jadwal piket sesuai dengan jam longgar mereka untuk melayani pembeli di toko Kopsis. (4) Penumbuhan dan Pengembangan Persepsi, Motivasi, Sikap Positif Anggota & Penguras Penumbuhan dan peningkatan persepsi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap pembina. Untuk meningkatkan persepsi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap pembina Kopsis, para pembina berusaha sepenuh hati untuk selalu memberikan hak-hak yang seharusnya mereka peroleh serasional dan sesegera mungkin mungkin serta selalu menghargai keija mereka. Pembina dengan senang hati dan segera melayani apa yang mereka butuhkan, siap membantu kesulitan yang mereka hadapi dan cepat meluruskan apabila apa yang mereka kerjakan itu belum sesuai dengan yang seharusnya. Penumbuhan dan peningkatan persepsi, motivasi dan sikap positif anggota terhadap Kopsis. Untuk mencapai sasaran ini pembina: a) selalu berpesan kepada para anggota pengurus agar menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan hasil keputusan rapat anggota dan melakukan pengelolaan Kopsis secara terbuka; b) berusa-ha menunjukkan keberhasilan-keberhasilan yang dilakukan oleh pengurus dalam me-ngelola Kopsis kepada para siswa ketika proses belajar mengajar di kelas; dan c) selalu mengingatkan bahwa kopsis adalah milik siswa, oleh karena itu keberhasilan Kopsis adalah juga tergantung partisipasi siswa dalam memberikan kontribusi kepada Kopsis. Pertumbuhan dan peningkatan persepsi positif para pengurus Kopsis. Usaha ini dilakukan dengan cara menunjukkan kesungguhan pembina dalam melakukan pembinaan terhadap mereka. Dalam pelaksanaannya pembina melakukan pembinaan
225 secara rutin, yakni dengan cara sebulan sekali mengadakan pertemuan dengan para anggota pengurus. Dalam acara ini pembina a) mepertanyakan kesulitan yang dihadapi pengurus dalam menjalankan dan mengelola Kopsis. b) Mengontrol dan memeriksa pelaksanaan Kopsis. c) Memberikan penjelasan dan pengarahan sehubungan dengan kesulitan yang dihadapi dan berbagai pelaksanaan Kopsis yang dipandang belum sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu pembina juga berusaha meningkatkan persepsi positif dan kognisi pengurus dengan cara memberikan hak-hak mereka sebagai pengurus dan mengikutser-takan pengurus dalam kegiatan training yang diadakan oleh istansi lain seperti Dekopinda dan kegiatan proses konsolidasi Kopsis oleh Departemen Koperasi Kodya. Sekembalinya peserta pelatihan diminta untuk menerangkan hasil-hasilnya kepada sesama anggota pengurus dan teman-teman yang lain. Dengan cara ini pembina meng-harapkan persepsi anggota pengurus Kopsis akan positif, pengetahuan dan wawasan mereka tentang koperasi akan meningkat. Pembina berkeyakinan bahwa peningkatan wawasan akhirnya akan meningkatkan motivasi dan sikap positif dari pengurus. (4) Pengembangan Pengetahuan,
Kemampuan
dan
Ketrampilan
Berkoperasi Pengembangan pengetahuan berkoperasi hanya mengandalkanan pemberian pengetahuan yang disajikan di kelas (pelajaran ekonomi) dan pemebrian orientasi tentang perkoperasian (khususnya tentang keberadaan dan perkembangan Kopsis dan mekanisme keija dan partisipasi dalam Kopsis serta peratuan-peraturan perkoperasian) ketika awal menjadi siswa SMUN 3. Tentang kecakapan dan ketrampilan berkoperasi, pembina hanya memberikan pembinaan ketika mereka
226 berkonsultasi atas kesulitan yang dihadapi. Pembina tidak memberikan pembelajaran secara khusus dalam masalah ini. Pembina mempercayakan sepenuhnya kepada siswa untuk merencanakan dan mengerjakan sendiri dan apabila ada kesulitan mereka disuruh cepat berkonsultasi (pembina menerapkan metode pembelajaran pure discovery). (5) Pengupayaan Pengembangan Kopsis Untuk memajukan Kopsis pembina berusaha melakukan pembinaan secara rutin terhadap pengurus Kopsis. Pembinaan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan praktik berkoperasi para pengurus Kopsis. Dengan cara demikian pembina mengharapkan agar para pengurus Kopsis memiliki wawasan yang luas, kemampuan yang memdai, ketrampilan dan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Hasil pembinaan yang demikian diharapkan akan mampu meningkatkan dan menumbuhsuburkan perkembangan Kopsis. (6) Peningkatan Partisipasi Siswa dalam Kopsis. Usaha-usaha yang dilakukan pembina dan pengelola Kopsis dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam berkoperasi a) memberikan wawasan kepada para siswa baru tentang perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai Kopsis; b) memberikan penjelasan tentang mekanisme memanfaat-kan Kopsis dan ikut aktif terlibat dalam Kopsis; c) memberikan penjelasan tentang manfaat berpartisipasi aktif dalam Kopsis. bai secara ekonomi maupun non ekonomi. Untuk meyakinkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari berpartisipasi dalam koperasi, guru ekonomi sering menunjuk para siswa yang menjadi pengurus Kopsis untuk memimpin diskusi yang bekaitan dengan dunia usaha khususnya yang berkaitan
227 dengan koperasi. Cara ini dimaksudkan oleh pembina Kopsis dan guru ekonomi untuk menunjukkan bahwa mereka yang aktif di Kopsis mempunyai kelebihan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan tentang pengelolaan usaha. 2) Di Dalam Kelas a) Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran Ekonomi Materi ekonomi lebih banyak disajikan dalam bentuk ceramah yang dikuti dengan tanya jawab dan diskusi. Dalam proses belajar mengajar, guru ekonomi sering mempromosikan mereka yang menjadi pengurus kopsis, seperti disuruh memimpin diskusi tentang persoalan-persoalan ekonomi. Namun mereka masih jarang secara sengaja mengkaitan materi pelajaran dengan persoalan-persoalan atau data-data yang ada dalam Kopsis sebagai media pembelajaran baik dari segi pengelolaan, kemajuan dan perkembangan Kopsis. Proses diskusi lebih cenderung mendiskusikan masalah-masalah pelajaran yang telah tersusun dalam buku cetak lembar kegiatan siswa (LKS). Mereka belum secara sengaja memberikan persoalan pelajaran yang mengkaitkan antara teori yang diberikan dengan data-data yang ada dalam Kopsis sebagai usaha untuk memajukan dan mengembangkan Kopsis. (b) Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi hasil pembelajaran hanya didasarkan pada hasil tes harian, pengeijaan tugas dan tes hasil belajar akhir catur wulan. c) Pemanfaatan Kopsis Sebagai Sumber Belajar. Dalam proses pembelajaran, apabila materi pembelajaran dipandang dapat dika-itkan kegiatan usaha koperasi guru ekonomi kadang-kadang memanfaatkan Kopsis sebagai sumber belajar. Guru ekonomi juga memberikan permasalahanpermasalahan yang ditarik dari teori sebagai usaha untuk mengecek implementasinya
228 dalam kegiatan Kopsis atau usaha untuk mengecek antara teori dengan praktik yang para siswa lakukan dalam koperasinya, walaupun proses demikian masih jarang sekali dilakukan dan belum direncanakan secara sengaja. Jadi sifatnya masih kebetulan. Biasanya guru ekonomi mengangkat permasalahan keterkaitan antara teori dan praktik koperasi sebagai permasalahan yang perlu dipecakan di kelas dan hasilnya digunakan sebagai saran pelaksanaan koperasi, hanya ketika para siswa mengajukan pertanyaan atau keluhan yang dirasakan oleh para siswa. Pelaksanaan diskusi yang direncanakan dalam program pembelajarannya adalah hanya soal-soala latihan yang telah tersusun dalam buku LKS. f. Unit-unit Usaha Kopsis SMUN 3 Kopsis SMUN 3 memiliki tiga unit usaha yaitu 1) unit pemberian kredit pembelian sarana kegiatan ektra kurikuler bagi kelompok kegiatan ektra kurikuler yang membutuhkannya; 2) unit produksi yaitu suatu unit yang melakukan pembuat-an logo dan stiker yang berhubungan dengan berbagai kegiatan ektra kurikuler dan kokurikuler SMUN 3; 3) penjualan sarana alat-alat sekolah dan minuman. f. Inventaris yang Dimiliki Kopsis Kepala sekolah SMUN 3 Kotamadya Bandung menyediakan ruangan berukuran 3 m X 4 m kepada Kopsis untuk dimanfaatkan sebagai toko Kopsis. Kopsis memiliki barang-barang inventaris seperti dalam tabel berikut: TABEL 5 INVENTARIS KOPSIS SMUN 3 Nama Barang 1. Etalase toko 2. Papan tulis wait board 3. Lambang koperasi Indonesia 4. Lemari es untuk cocacola
Jumlah 3 1 1 1
229 h. Rencana Kerja pengurus Kopsis SMUN 3 1) Penyediaan alat-aiat sekolah. 2) Membuka kopsis setiap hari mulai masuk sekolah sampai jam 14.00 3) Melakukan piket setiap hari ketika waktu istirahat dan pulang. 4) Ketika jam 14.00, petugas piket menghitung barang dan uang, terus hari esuknya menyerahkannya kepada bendahara. 5) Bagian produksi dan pemasaran a) menyediakan barang dan belanja baik belanja untuk memenuhi kebutuhan barang-barang rutin maupun barangbarang yang dibutuhkan secara mendadak serta menentukan harga, mengecek dan menghitung barang-barang yang tersedia serta melihat situasi kebutuhan barang di sekolah; b) mengadakan lomba desain kaos dan menyediakan kredit barang yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok kegitan ektra kurikuler yang lain, seperti kelompok sepak bola membutuhkan sepatu bola 6) Seksi humas secara aktif berupaya menyalurkan dan menyampaikan informasi baik secara intern (lingkup anggota pengurus) maupun secara ektern (kepada para siswa/anggota pada umumnya maupun keluar sekolah). 7) Litbang berupaya mengadakan a) kaderisasi kepada adik-adik kelas sebagai calon pengganti pengurus yang sekarang; b) penelitian tentang hambatan atau kesulitan yang dihadapi Kopsis dan kemungkinan pemecahannya serta memilih cara-cara terbaik dari berbagai upaya yang telah dan sedang dilakukan Kopsis untuk dilanjutkan pada saat mendatang; c) penerangan dan promosi tentang kemajuan dan perkembangan serta manfaat aktif di Kopsis ke kelas-kelas.
230 8) Seksi pendataan melakukan pendataan sebulan sekali tentang keberadaan anggota, barang-barang yang dimiliki, pengecekan barang dagangan dan produksi, keuangan, perkembangan dan kemajuan Kopsis 9) Mengadakan etalase berjalan dan pasar dagang muharam 10) Pertemuan antara pembina dan pengurus Kopsis sebulan sekali i. Rapat Anggota Menjelang akhir jabatannya, pengurus menyelenggarakan rapat anggota. Secara formal rapat anggota ini hanya dilakukan sekali setahun. Hal ini disebabkan semua permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan Kopsis telah setiap bulan dibahas dalam pertemuan bulanan bersama pembina. Dalam rapat anggota tersebut dihadiri oleh kepala sekolah Cq. WKS kesiswaan, para pembina Kopsis dan OSIS, pengurus inti OSIS, Semua anggota Pengurus Kopsis dan perwakilan kelas angota Kopsis. Pada RAT ini (a) pengurus melaporkan dan mempertanggungjawabkan kegiatan kepengurusannya kepada semua peserta RAT; (b) mengesahkan ADART dan menetapkan renacana kerja Kopsis; dan (c) memilih pengurus inti Kopsis untuk periode selanjutnya. j. Aktivitas Pengawas Kopsis Pengawas Kopsis terdiri dari pembina dan ketua pengurus Kopsis. Pengawas bukan semuanya siswa. Dengan kata lain secara struktural kegiatan kepengawasan masih dirangkap oleh pembina dan pengurus Kopsis. Mereka melakukan pengawasan terhadap jalannya kegiatan Kopsis dan perkembangannya. Pengawasan dilakukan secara informal, dan apabila terdapat susatu yang dipandang menyimpang dari ketetuan yang ada langsung dilaporkan dan didiskusikan secara bersama pada pertemuan bulanan.
231 k. Tanggapan Anggota terhadap Kemampuan Pengurus dalam Menjalankan Tugas dan Tanggung Jawabnya. Para anggota menilai bahwa pengurus telah memiliki dedikasi yang cukup tinggi, namun karena mereka pemula dalam menggerakkan kembali Kopsis serta hambatan masalah waktu menangani sangat terbatas (hanya pada waktu istirahat dan beberapa puluh menit setelah jam belajar) maka masih banyak hal-hal yang telah diprogramkan belum dapat beijalan baik. Namun demikian pengaministrasian telah dilakukan dengan baik. 1. Rasa Manfaat dan Partisipasi Anggota, Pengurus dan Pengawas Kopsis. Pengurus Kopsis memandang bahwa ikut aktif di Kopsis sangat memberikan manfaat bagi perkembangan dirinya di masa mendatang setelah selesai sekolah baik dari segi ekonomi, pengetahuan maupun ketrampilan. Mereka merasakan bahwa dari segi ekonomi, bagi siswa yang aktif (pengurus) akan mendapat imbalan jasa sebagai pengurus. Dari segi pengetahuan mendapatkan berbagai pendidikan baik dari para pembina maupun mengikuti training yang diselenggarakan oleh lembaga lain. Selain itu mereka juga merasakan bahwa pengetahuan tetang bagaimana mengelola suatu usaha juga bertambah, seperti teknik-teknik bagaimana mendapatkan barang yang lebih murah, menjual barang, memilih barang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, melayani anggota dan pengetahuan tentang bagaimana mengorganisr kegiatan usaha dalam jumlah yang besar dan mendapatkan untung. Dari segi ketrampilan mereka merasakan bahwa dirinya mampu mengelola suatu usaha baik dalam bentuk koperasi maupun non koperasi. Dan yang lebih penting adalah mengetahui trik-trik cara berdagang. Dari pengalaman yang diperoleh mereka sama menyatakan bahwa dirinya perlu mengajak teman-teman yang lain untuk ikut bergabung megelola dan
232 mengembangkan Kopsis. Mereka berpendapat bahwa Kopsis sekolah merupakan kegiatan usaha para siswa yang perlu dikelola dan dikembangkan oleh para siswa sendiri sebagai tempat berlatih untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha. Bagi para aktivis merasakan bahwa ikut membantu kegiatan dalam Kopsis sangat memberikan keuntungan yang sangat berharga bagi pengembangan dirinya, khususnya pengalaman mengelola usaha dalam bentuk organisasi. Dengan ikut aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis mereka merasa mendapatkan pengalaman bagaimana mendapat-kan barang, bagaimana menjualnya dan bagaimana mengorganisirnya dan seberapa lab-nya bila barang-barang yang diusahakan itu dalam bentuk besar. Pengalaman yang lain yang lebih penting menurut mereka adalah dengan ikut aktif dalam kegiatan Kopsis mendapatkan pengalaman berorganisasi yang sangat praktis, yaitu pengalaman beror-ganisasi yang dapat diterapkan untuk mampu mandiri berusaha. Pengalaman tersebut tidak diketemukan dalam mengikuti pelajaran dalam kelas. Kata mereka, "kami senang sekali mendorong teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam menghidupkan Kopsis sebagai tempat memperoleh pengalaman mengembangkan suatu usaha maupun berorganisasi yang bersifat ekonomis." Selain itu, mereka juga memberikan masukan-masukan kepada pengurus inti dalam mengadakan perubahan-perubahan yang bersifat operasional pelaksanaan, seperti memberikan informasi tentang kebutuhan-kebutuhan para anggota, perbandingan harga di dalam Kopsis dengan harga di luar Kopsis. Bagi para anggota yang bukan pengelola Kopsis dan aktivis pada umumnya berpendapat bahwa dengan adanya Kopsis, sangat memudahkan kami dalam memper-oleh barang-barang kebutuhan sekolah dengan harga yang relatif lebih murah dan kualitas yang minimal sama dengan harga di luar, dan pada akhir tahun
233 masih mendapat SHU. Kami memahami hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi serta bagaimana menerapkannya. Pengetahuan ini sangat penting artinya pada suatu ketika menjadi anggota suatu koperasi di masyarakat kelak. Semua keuntungan tersebut membuat kami berpartisipasi dan mendukung usaha memajukan Kopsis. Namun ada juga yang merasa menjadi anggota Kopsis karena diharuskan oleh sekolah. m. Hasil Pembinaan dan Kebijakan yang Dilakukan Kopsis di SMUN 3 setahap demi setahap mengalami perkembangan. Penyedia-an barang-barang kebutuhan anggota semakin banyak, baik jumlah maupun macamnya (pada awal Kopsis bergerak kembali hanya menyediakan alat-alat pelajaran telah berkembang mneyediakan buku-buku pelajaran, stiker dan logo SMUN 3, minuman cokacola dan sebagainya), semakin tinggi jumlah siswa yang membeli barang kebutuhan sekolah di Kopsis (pada awal bergerak kembali jumlah penjualan per hari hanya berkisar Rp 20.000,- sampai Rp 25.000,- dan pada bulan Mei 1998 telah mencapai sekitar Rp 80.000,- per hari), tingkat perilaku berkoperasi anggota semakin meningkat (baik dari segi pengetahuan, persepsi, motivasi dan sikap). Tingkat persepsi dan sikap positip terhadap Kopsis, dan motivasi berpartisipasi dalam Kopsis serta perkembangan kognisi tentang koperasi tidak hanya terbatas pada mereka yang mengambil ekstra kurikuler dan aktivis Kopsis tetapi merata ke semua yang non aktivis Kopsis. Partisipa-si para siswa membeli barangbarang dan alat tulis yang disediakan Kopsis telah mencapai 82 %. Partisipasi pemanfatan Kopsis ini tidak hanya secara individual tetapi juga secara kelompok Suatu hal yang menyayangkan adalah partisipasi para guru. Mereka belum sama menyadari bahwa fungsi Kopsis adalah sebagai lab dan organisasi ekonomi
234 siswa yang menyediakan semua barang-barang kebutuhan siswa yang mendukung lancarnya proses dan pencapaian tujuan pendidikan. Mereka masih enggan menyalurkan buku-buku pelajaran, seragam sekolah, seragam olah raga dan beberapa fasilitas belajar lain yang dibutuhkan siswa ke Kopsis. Malahan banyak di antara mereka masih berpendapat kalau seragam sekolah dan buku-buku pelajaran harus dijual melalui Kopsis akan mengper^caya siswa. Para guru masih menjual buku-buku pelajaran untuk bidang studi yang diajarkannya langsung kepada siswa. Walaupun para siswa ditarik simpanan pokok dan wajib, namun mereka tidak diberi SHU . Selain itu tidak semua uang simpanan pokok dan wajib siswa diserahkan ke Kopsis untuk dimanfaatkan sebagai modal Kopsis. n. Perkembangan Koperasi Modal dua juta rupiah yang diserahkan kepada pengurus pada awal operasinya digunakan untuk membeli fasilitas modal kerja seharga Rp 290.000,-, sehingga modal kerja yang digunakan adalah Rp 1.710.000,-. Dengan modal kerja tersebut sampai dengan bulan 1 Desember 1997 telah berkembang menjadi Rp 2.367950,Dengan kata lain dengan modal dua juta rupiah sampai dengan 1 Desember 1997 telah berkembang menjadi Rp 2.657.950,- Pada akhir Desember, pembina menambah modal kepada pengurus sebanyak Rp 4.000.000,-.Dengan demikian Kopsis berkeija dengan modal Rp 7.000.000,- Namun karena kondisi krisis ekonomi, daya beli siswa/partisipasi siswa melakukan pembelian menurun. Pada tutup tahun (bulan Juni 1998) dengan modal Rp 7.000.000,- Kopsis memperoleh SHU Rp 1.315.175,Berikut ini adalah gambaran kekayaan bersih Kopsis SMUN 3.
(
235 TABEL 6 KEKAYAAN BERSIH KOPSIS SMUN 3 KODYA BANDUNG N O
1.
2. 3. 4.
KETERANGAN Kas Persediaan barang Inventaris Pendapatan lainlain Jumlah
JUMLAH (Rp) 732.725 6.814.000 561.100 207.350 8. 315.175
N O
1.
2.
KETERANGAN Modal SHU
JUMLAH
(Rp)
Jumlah
7.000.000 1.315.175 8.315.175
3. Sekolah Menengah t/mum Negeri 20 (SMUN 20) Bandung a. Sejarah Pada tahun 1991 sekolah mendapat bantuan dari kasi Binmudora Depdikbud Kodya Bandung berupa brankas, buku kepengurusan dan buku tabungan siswa, dan kalkulator. Pada tahun 1991 pemerintah cq. Departemen PDK menghimbau agar para siswa dilatih menabung. Segera himbauan itu diberikan, SMUN 20 mewajibkan para siswanya untuk menabung. Uang tabungan ini kemudian dijadikan sebagai uang simpanan pokok dan simpanan wajib Kopsis dan akan dikembalikan ke siswa sejumlah uang yang ditabung (tanpa bunga) ketika akhir kelas 3. Bila mereka mutasi atau keluar sebelum akhir kelas 3 maka uang itu dikembalikan kepadanya pada saat itu (bila mereka memintanya). Namun banyak juga para siswa yang telah tamat atau keluar yang tidak mengambil uang tabungan itu. Setiap siswa harus menjadi anggota Kopsis dengan uang simpanan pokok Rp 1000,- dan uang simpanan wajib Rp 500,/bulan. Menurut WKS kesiswaan bahwa Kopsis itu fungsinya menabung. Uang tabungan para siswa yang terkumpul dimasukkan ke bank. Kepala sekolah mengeluarkan kebijakan daripada uang itu hanya disimpan di bank dikeluarkan sebagai modal koperasi guru dan karyawan. SHU dari koperasi guru dan karyawan inilah sebagian diserahkan kepada siswa untuk digunakan sebagai modal Kopsis dalam bentuk toko yang melayani kebutuhan siswa dalam proses belajar.
236 Dalam perkembang-annya Kopsis juga menerima barang-barang titipan dari siswa, alumni, guru, dan dari luar sekolah. Barang-barang itu berupa seperti kaos, stiker, dan alat-alat tulis Hambatan-hambatan dalam pelaksnaan Kopsis adalah karena siswa sibuk dengan waktu belajar dan kesibukan-kesibukan lain seperti kegiatan ekstra yang lain, kursus, dan kurang dukungan dari orang tua, WKS SMUN 20 mengatakan bahwa "Orang tua murid lebih banyak berwawasan bahwa yang penting adalah bagimana anaknya mempersiapkan diri mampu masuk UMPTN. Sedangkan ikut aktif di Kopsis dianggapnya kurang penting". Faktor pendukungnya adalah dengan adanya Kopsis para siswa dapat mepraktikan mata pelajaran ekonomi di Kopsis. b. Struktur Organisasi Kopsis SMUN 20 Brdasarkan struktur organisasi Kopsis SMUN 20 (U bawah ini dapat dijelaskan peran atau tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen dalam struktur sebagai berikut: Kepala sekolah memiliki peran membuat kebijakan, memberikan tugas, membina, bertanggung jawab dan meminta tanggung jawab atas semua komponen yang ada. WKS kesiswaan berperan mengarahkan dan memberikan pertimbangan kepada pembina Kopsis dalam menyelenggrakan, membina dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan kepada kepala sekolah. Pembina Kopsis berperan membina dan mengembangkan Kopsis yang mencakup pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi, pembinaan pengurus Kopsis dalam menjalankan dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan tanggung jawabnya. Selain itu pembina Kopsis memiliki kewajiban melaporkan semua kegiatan yang dilakukan dan persoalan yang dihadapi untuk dipecahkan bersama dengan WKS kesiswaan.
237
Gambar 14; Strakrur Organisasi Kopsis SMUN 20 Baocfung
Komando, tugas, pembinaan dan tanggung jawab Memeriksa Melaporkan hasil pemeriksaan
Para siswa berperan berpartisipasi secara konstributif maupun konsumtif dalam penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis, Rapat anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam Kopsis. Di mana rapat anggota diwakili oleh para siswa dari masing-masing kelas. Sejak berdirinya kepengurusan Kopsis SMUN 20 belum berjalan dengan baik. Hal ini nampak pada kegiatan masing-masing bagian dan seksi masih sangat tersendat-sendat jalannya, seprti Kopsis belum pernah mengadakan RAT, sebagian anggota pengurus tidak saling mengenal. Akibatnya dalam pergantian pengurus belum berdasarkan pemilihan atas dasar rapat anggota. Pengurus inti ditunjuk oleh pembina, sedangkan seksi-seksi dan para angotanya dipilih oleh anggota pengurus inti. Pengurus. Pengurus Kopsis terdiri dari ketua dan wakil ketua, seorang sekreta-ris, seorang bendahara dan dua seksi yaitu seksi usaha dan pemasaran, dan
238 seksi administrasi dan organisasi. Seksi usaha dan pemasaran bertanggung jawab menyediakan barang-barang kebutuhan siswa dan memasarkannya. Sedangkan seksi adminsitrasi dan organisasi mengurusi pengorganisasian anggota dan kegiatannya serta mengadmistrasi-kannya baik berupa pembukuan daftar anggota dan pengurus maupun mengurus data pembela] aan dan pemasarannya Dalam melaksanakan tugasnya ketua pengurus Kopsis dibantu oleh seorang sekretaris dan bendahara dengan membawahi dua seksi yaitu seksi adminstrasi dan organisasi serta seksi usaha dan pemasaran. Bidang a) administrasi organisasi yang berhubungan dengan pengelolaan pembukuan daftar anggota, buku daftar pengurus, arsip surat masuk dan surat keluar, arsip laporan pertanggung jawaban pengurus dan b) adminstrasi keuangan: mengelola tentang buku pembeleian dan penjualan barang toko Seksi produksi dan pemasaran menangani; a) pemerolehan barang baik yang diproduksi sendiri oleh Kopsis maupun dengan berbelanja dan barang titipan, b) penyelenggaraan usaha toko dengan mengusahakan tersedianya barang kebutuhan anggota; c) memasarkan barang. Pengawas Kopsis. Pada SMUN 20, kepengawasan dilakukan oleh siswa (yang ditunjuk menjadi pengawas). Pengawas memiliki tugas a) melakukan pengawasan ter-hadap pelaksanaan kebijaksanaan Kopsis dan pengelolaan Kopsis; b) membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Pengawas memiliki wewenang a) meneliti catatan yang ada pada Kopsis; b) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Pengawas memiliki kewajiban merahasiakan hasil pengawasannya terhadap fihak ketiga.
239 Pelaku seluruh kegiatan Kopsis SMUN 20 Kotamadya Bandung dapat dikelom-pokan menjadi tiga komponen kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh a) pimpinan sekolah, b) pembina Kopsts, c) pengurus dan pengawas Kopsis. Pimpinan sekolah (Kepala sekolah dan wakilnya) berperan membuat kebijakan penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Pembina secara operasional berperan melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dan upaya memajukan Kopsis. Pembina Kopsis melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi melalui pemberian pengetahuan perkoperasian, praktik berkoperasi dan melakukan operasional penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis di luar kelas. Sedangkan pengurus dan pengawas Kopsis adalah mereka yang secara operasional riil berperan melakukan pengelolaan, pengembangan dan pengawas-an jalannya Kopsis. Gambaran secara terurai kegiatan ketiga komponen tersebut dan hasilnya dapat dicermati pada bagian berikut ini. c. Kebijakan dan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pembina Kopsis Di SMUN 20 terdapat 2 koperasi yaitu Kopsis dan koperasi karyawan. Semua siswa SMUN 20 wajib menjadi anggota Kopsis. Oleh karena itu semua siswa wajib membayar uang simpanan pokok dan simpanan wajib. Pada tahun ajaran 1997/1998 sekolah menetapkan bahwa simpanan wajib bagi setiap siswa adalah Rp 500,- per bulan. Sedangkan simpanan pokok adalah Rp 1000,-. Uang ini berfungsi sebagai tabungan siswa (Tabsis) yang disimpan di bank. Daripada di simpan di bank, yang hanya akan menguntungkan bank, uang ini digunakan modal usaha oleh koperasi guru dan karyawan. Pemanfaatan uang Tabsis ini tanpa sepengetahuan para siswa. Sedang-kan modal usaha bagi Kopsis diperoleh dari sisa hasil usaha koperasi guru dan karya-wan. Dalam jangka waktu tertentu uang SHU karyawan yang diserahkan
240 kepada siswa sebagai modal usaha Kopsis diharapkan dikembalikan ke koperasi guru dan karyawan. Mengingat kesibukan siswa dalam belajar dan kegiatan ektrskurikuler yang lain, kepala sekolah mengambil kebijakan menyuruh orang luar sebagai staf Kopsis untuk membantu pengurus dalam mengelola Kopsis baik dalam menunggu toko maupun dalam berbelanja. Ia digaji Rp 75.000,- setiap bulan. Staf Kopsis ini bertugas berbelanja dan mengusahakan barang-barang pasokan baik dari dalam maupun dari luar warga sekolah sebanyak mungkin serta menjaga toko khususnya ketika para siswa belajar. Dalam pengembangan SDM Kopsis, kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada pembina Kopsis. Upaya melakukan diskusi secara terbuka antara pembina Kopsis dan Pengurus untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi Kopsis belum pernah dilakukan. Sedangkan peningkatan partisipasi diupayakan oleh kepala sekolah dengan memerintahkan kepada para guru agar para siswanya membeli barang-barang kebutuhan dalam mengikuti pelajaran yang para guru ajarkan di Kopsis. Dalam memberikan tugas-tugas kepada bawahannya, kepala sekolah memberi-kan tugas-tugas secara langsung. Dalam arti ia memberikan tugas kepada bawahannya tanpa melalui musyawarah terlebih dahulu. Ia sangat kukuh dengan pendiriannya dan kurang menerima saran dari orang lain. Pemahaman kepala sekolah dan WKS kesiswaan tentang Kopsis terbatas pada anggapan bahwa Kopsis merupakan kegiatan ektrakuriler yang harus diadakan disekolah. Mereka belum memandang bahwa Kopsis memiliki fungsi dan tujuan sebagai kokurikuler dan ekstrakurikuler yakni sebagai organisasi ekonomi siswa dan
241 lab pendidikan berkoperasi (ekonomi). Selain itu mereka juga belum tertanam di dalam dirinya akan manfaat penyelenggaraan Kopsis yang baik bagi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dalam mengembangkan pengalaman, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dan berwirausaha maupun keberhasilan kepemimpinannya dalam menegevtola pendidikan. Keterbatasan ini disebabkan sampai saat penelitian dilakukan sekolah belum menerima sosialisasi tentang hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis serta bagaimana menyelenggarakan Kopsis yang sesuai dengan fungsi dan tujuannya dari pejabat yang berwenang. Kesemuanya ini mengakibatkan kurangnya komitmen semua personel sekolah dalam menyelenggarakan dan memajukan Kopsis. c. Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi Dalam usaha meningkatakan kesadaran, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi, para pembina Kopsis dan guru ekonomi melakukan pembinaan dan pembelajaran berkoperasi melalui jalur kegiatan di luar kelas dan di dalam kelas. 1) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Luar Kelas Pada kegiatan di luar kelas, pembina memprogramkan kegiatan-kegiatan 1) mengadakan pertemuan dengan para anggota pengurus dan pengawas untuk memberi-kan pengarahan-pengarahan tentang berbagai kegiatan yang perlu dilakukan oleh pengurus. Pengarahan ini berupa pembagian keija, penysusnan piket jaga toko Kopsis dan cara-cara pengadmistrasian kegiatan Kopsis, barang-barang yang mungkin bisa disediakan di Kopsis dan diminati para siswa; 2) Ketika jam mengajar menyadarkan para siswa ?gzr berpartisipasi dalam Kopsis; 3) Bersama pengurus, pembina memilih dan mengangkat calon anggota inti pengurus. 2) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Dalam Kelas
242 Dalam program pembelajaran di kelas guru Ekonomi menyusun program pembelajaran mata pelajaran Ekonomi dengan mengkaitkan masalah perkoperasian; penyajian bahan ajar dilakukan dengan metode ceramah bervariasi, diskusi dan tugas; evaluasi dan esesmen dilaksanakan atas dasar hasil tes formatif-sumati£ tugas dan keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.Tugas-tugas diberikan berdasarkan buku LKS yang telah disediakan. e. Pelaksanaan Program Pembelajaran & Pembinaan Siswa dalam berkoperasi 1) Di Luar Kelas a) Metode Pembinaan dan Pembelajaran di Luar Kelas. Dalam proses pembinaan siswa bekoperasi, pembina melakukan pembinaan secara direktif. Dalam arti pembina lebih banyak memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana melakukan semua kegiatan Kopsis dan kemudian siswa yang mengerjakan dan melaporkan hasilnya kepada pembina. Setelah itu pembina mengontrol pelaksanaan kegiatan tersebut. Ia kurang memberikan kesempatan siswa untuk merencanakan dan melakukan sendiri. Kata pembina, bila pembinaan dilakukan secara kolaboratif atau delegatif ternyata tidak jalan. Mereka mau menjalankan setelah ada perintah dan petunjuk dari pembina serta kontrol pembina secara ketat. Walaupun demikian pembina juga menerima dan mendukung kemauan dan ide-ide yang baik dari siswa dalam usaha memajukan dan mengembangkan Kopsis. Ia juga menerima keluhan dan membantu memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi para siswa dalam menjalankan Kopsis. Walaupun begitu nampak bahwa pengurus Kopsis semakin tidak aktif dalam melasanakan kegiatan Kopsis, dan yang aktif melakukan operasional kegiatan Kopsis justru pembina dan staf Kopsis.
243 Kemacetan kegiatan disebabkan oleh pelaksanaan menejemen yang semakin tidak jelas dan kurangnya kontrol pembina. Para anggota pengurus merasakan semakin malas aktif menjalankan kegiatan Kopsis karena setiap petugas tidak menjalankan tugasnya dengan baik, seperti semakin banyaknya barang yang hilang, tidak jelasnya laporan petugas piket, petugas piket tidak banyak yang hadir, tidak jelas pembukuan keuangan. Sedangkan pembina kurang sering mengontrol dan mengusut setiap tindakan yang kurang beres. Setelah terjadi kondisi yang demikian, kemudian timbul ide dari para siswa untuk mengajukan usul kepada pembina agar Kopsis mengangkat petugas. Pembina mengijinkan mengangkat petugas, namun pembina meminta kepada para pengurus dan petugas piket untuk tetap hadir di Kopsis dan mengontrol kegiatan Kopsis. Karena telah ada petugas akhirnya justru para pengurus semakin mengandalkan kepada petugas. Mereka semakin jarang hadir dan mengontrol kegiatan Kopsis. Akhir-akhir ini justru pembina dan petugas Kopsis yang aktif menjalankan Kopsis. Metode pembelajaran siswa dalam berkoperasi. Pembina memandang bahwa para siswa telah memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan mengelola Kopsis. Atas dasar ini dalam proses pembelajaran kemampuan dan ketrampilan berkoperasi, dengan tanpa memperhatikan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki para siswa dan tanpa memberikan contoh-contoh terlebih dahulu, pembina menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi Kopsis secara langsung. b) Kegiatan Pembina dalam Melaksanakan Program di Luar Kelas (1) Kaderisasi Pengurus.
244 Kaderisasi pengurus belum menjadi bagian Kopsis secara terencana. Usahausaha peningkatan partisipasi para siswa yang dilakukan oleh para anggota pengurus belum ada. Para senior Kopsis (pengurus) hanya mencari teman-teman dari adik kelas yang tertarik dan mau diajak kerja sama dalam mengelola Kopsis untuk dijadikan kader Kopsis. Pembentukan pengurus baru hanya berdasarkan perkiraan pembina dan ketua pengurus lama bahwa seseorang itu dipandang pantas dan mau menjadi anggota pengurus. Mereka yang dipandang pantas tersebut kemudian dikumpulkan untuk mengadakan rapat pemilihan anggota pengurus inti dan pengisian seksiseksinya. (2) Pembentukan Pengurus Baru. Pembina Kopsis dan pengurus lama melakukan pertimbangan, pemilihan dan pengangkatan pengurus inti yang baru. Pengurus inti yang baru ini kemudian memilih ketua seksi-seksi dan anggotanya. (3) Jadwal Piket Toko. Jadwal piket disusun berdasarkan mereka yang tertarik mengambil ekstrakurikuler koperasi. (4) Pembagian Piket Pembina mendaftar anggota yang tertarik mengambil ektrakurikuler koperasi, kemudian menyruh pengurus untuk menyusun jadwal keija piket berdasarkan mereka yang telah mendaftarkan diri kegiatan Kopsis sebagai ektrakurikulernya. (5) Program yang Dilakukan. Program Kopsis yang mereka lakukan baru menyediakan barang-barang kebutuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Usaha untuk memajukan Kopsis oleh pembina dan pengurus baru berupa penerimaan barang-barang titipan
245 baik dari luar maupun dari dalam berupa buku-buku, alat-lat tulis, stiker, papan nama dan makanan. Program-program seperti pembinaan dan pendidikan anggota, pengurus, pengawas, pengarahan ke kelas-kelas dan pengarahan siswa baru belum ada. Bahkan RAT-pun belum pernah dilakukan. (6) Program Pembina dalam Melakukan Pembinaan Pembina belum memiliki program-program pembinaan secara terarah. Pertemuan secara rutin untuk membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi Kopsis seperti barang-barang yang dibutuhkan siswa, usaha mengembangkan Kopsis, peningkatan persepsi, motivasi dan sikap positif anggota berkoperasi dan partisipasi anggota dalam Kopsis belum banyak dilakukan. Peningkatan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap berkoperasi bagi para siswa baru dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang manfaat adanya koperasi bagi siswa, seperti setiap kebutuhan siswa yang berkaitan proses belajar siswa tidak perlu belanja di luar sekolah. Selain itu usaha pembina dalam memajukan Kopsis baru memeprkenalkan siswa mengenal atau melihat Kopsis, seperti menyuruh para siswa membeli barang di Kopsis. Pembina belum banyak memberikan pembinaan yang mengarah pada manfaat partisipasi aktif berkoperasi bagi perkembangan siswa baik secara ekonomi maupun non ekonomi. Peningkatan kognisi siswa tentang koperasi terbatas pada pemberian materi pelajaran koperasi di kelas. (7) Fungsi Pengawas. Dalam struktur Kopsis sudah ada pengawas. Namun sifatnya masih formalitas. Dari berbagai informasi yang diperoleh pengawas belum berfungsi sebagai pengawas Kopsis. Pengawas belum pernah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan Kopsis yang dilaksanakan oleh pengurus dan staf
246 Kopsis. Malahan staf Kopsis mengatakan bahwa ia belum kenal siapa yang menjadi pengawas. (7) Penggajian dan Fungsi Staf Kopsis. Pemebrian imbalan jasa kepada staf Kopsis dilakukan atas dasar musyawarah antara pembina dengan pengurus Kopsis. Mereka akan ditingkatkan imbalannya kalau terlihat laba yang diperoleh itu meningkat. Sampai akhir penelitian ini dilakukan staf Kopsis mendapat imbalan Rp 100.000,- per bulan. Selain menunggu di toko, staf koperasi tersebut juga ikut membantu berbelanja bersama-sama pengurus. Namun dalam praktiknya pelaksanaan belanja hampir sepenuhnya dilakukan oleh sataf Kopsis. Pengontrolan oleh pembina dan pengurus Kopsis terhadap petugas berdasarkan bukti pembelian. c. Kesulitan yang Dihadapi Pembina Dengan adanya kebijakan kepala sekolah tersebut, pembina mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyan siswa tentang modal Kopsis. Para siswa sama menghitung bahwa uang simpanan pokok dan wajib dari siswa cukup besar jumlahnya bila dipergunakan sebagai modal Kopsis. Namun dalam kenyataannya modal Kopsis yang diberikan oleh sekolah sangat kecil yaitu modal kerja Rp 500.000,- dan modal usaha yang bila diuangkan sekitar Rp 200.000,-. Kondisi ini selalu menimbulkan kecurigaan dari para siswa terhadap sekolah, khususnya kepada pembina. Para anggota pengurus Kopsis sering mengajukan pertanyaan yang sulit dijawab oleh pembina, seperti "Sebenarnya berapa jumlah uang simpanan pokok dan wajib yang terkumpul?" "Mengapa uang siswa tidak digunakan sebagai modal Kopsis?" Sebenaranya uang siswa kan banyak, tetapi mengapa sampai Kopsis kekurangan modal?" Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan delima bagi
247 pembina Kopsis - antara menjawab apa adanya dengan pemikiran kolega atau status dia di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat pembina tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan siswa. Salah seorang pembina Kopsis, yang langsung menangani dalam pelaksanaan pembinaan di lapangan, menginginkan agar semua uang simpanan pokok dan wajib dari siswa dipegang oleh siswa langsung sebagai modal Kopsis di bawah pengontrolan pembina. Dengan harapan, agar Kopsis benar-benar bisa memenuhi fungsinya sebagai organisasi ekonomi siswa yang dapat membantu pemenuhan semua kebutuhan siswa dalam proses belajarnya, baik itu berapa seragam sekolah, fotocopy maupun alat-alat sekolah yang lain. Namun nampaknya, pembina yang lain kurang komit untuk benbuat seperti itu. Bahkan apabila ia mengemukakan keinginannya untuk membina sebagaimana seharusnya malah pembina tersebut kurang berkenan dan mengira pembina yang lain ingin jalan sendiri. Bahkan ia berpendapat yang penting Kopsis sudah jalan. Selain itu hanya sebagian kecil uang siswa yang diserahkan oleh sekolah kepada Kopsis sebagai modal Kopsis. Bahkan dalam jangka waktu tertentu uang SHU karyawan yang diserahkan kepada siswa sebagai modal usaha Kopsis diharapkan dikembalikan ke koperasi guru dan karyawan. Kata salah seorang pembina yang memiliki komitmen yang tinggi: "Kondisi kebijakan sekolah, kerjasama dan komitmen pembina yang demikian itu yang mungkin sekali menjadi penyebab semangat para siswa untuk melaksanakan Kopsis dengan baik menjadi lemah". 2) Di Dalam Kelas a) Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran Ekonomi
248 Metode yang sering digunakan para guru dalam proses pembelajaran ekonomi adalah ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Materi pelajaran baru disajikan secara ceramah yang diikuti dengan kegiatan guru menyuruh siswa untuk menanyakan aspek-aspek materi pelajaran yang dirasa oleh para siswa belum terfahami atau guru memberikan berbagai pertanyaan apakah materi yang disajikan telah terfahami oleh para siswa. Setelah itu guru memberikan tugas kepada para siswa untuk mengerjakan berbagai persoalan yang telah tersusun dalam buku LKS. Pelaksanaan evaluasi dan esesmen yang mereka lakukan adalah dalam bentuk tes formatif dan sumatif serta hasil pengeijaan tugas yang para siswa kerjakan. Tugas ada yang merupakan buatan guru dan ada yang diambil dari buku LKS. Namun sebagian besar tugas adalah berupa persoalan-persoalan yang telah tersusun dalam buku LKS. Dengan pola pembelajaran yang dilakukan, guru ekonomi berharap agar para siswa (1) meningkat wawasannya tentang bagaimana mengelola dan mengembangkan usaha (termasuk koperasi), (2) mampu mengelola dan mengembangkan usaha (termasuk koperasi) di masyarakatnya/lingkungannya secara produktif efektif dan efisien, c) meningkat kesadarannya bahwa usaha koperasi (termasuk koperasi siswa) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, c) Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi dilaksnakan hanya atas dasar hasil tes harian, tes akhir catur wulan dan pengeijaan tugas. c) Pemanfaatan Kopsis Sebagai Sumber Belajar Guru ekonomi, khususnya guru akutansi, telah memanfaatkan Kopsis sebagai media belajar, namun pemanfaatn ini masih jarang dilakukan. Guru masih jarang
249 menyuruh siswa untuk melihat apa yang ada di Kopsis dan mengambil data dari Kopsis sebagai bahan dalam usaha mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa. Apalagi keinginan guru untuk mengembangkan Kopsis sebagai media belajar dengan cara memberikan permasalahan yang berkaitan Kopsis, menyuruh siswa meninjau Kopsis-nya, mendiskusikan untuk memperoleh pemecahan dan hasil pemecahan itu sebagai saran untuk mengembangkan Kopsis. Kegiatan ini belum pernah dilakukan dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru masih sangat terikat pada buku LKS. Malah beberapa guru ekonominya beranggapan bahwa manfaat kopsis sebagai media belajar tidak banyak, paling-paling hanya dalam praktik akutansi, pengetahuan siswa tentang transaksi dan prinsip ekonomi bahwa dengan modal yang sekecil-kecilnya kita dapat mendapatkan untung yang sebesarbesarnya. Mereka juga beranggapan bahwa yang penting siswa tahu prinsip ekonomi tersebut. Praktik di Kopsis kurang banyak menanamkan siswa berjiwa ekonom. Yang penting siswa banyak mengetahui teori. Selain itu salah seorang pembina Kopsis malah mengatakan yang penting Kopsis telah ada dan berjalan walaupun kecil. f. Unit Usaha Kopsis SMUN 20 Mereka miliki unit usaha berupa penyediaan alat-alat belajar dan makanan ringan g. Inventaris yang Dimiliki Kopsis TABEL 7 INVENTARIS KOPSIS SMUN 20 Nama Barang 1. Etalase toko 2. Papan tulis wait board
Jumlah 2 1
250 h.
Rencana Kerja Pengurus Kopsis
Rencana keija yang sedang dan akan dilakukan oleh pengurus baru berupa penyediaan barang-barang kebutuhan belajar belajar di sekolah baik yang barang yang diperoleh berupa pasokan dari luar maupun dari para siswa dan guru. i. Kekayaan Bersih Kopsis Kekayaan Kopsis SMUN 20 belum dibukukan secara rapi, sehingga sulit untuk dilihat gambarannya secara jelas. Sampai pada akhir tahun 1997, perputaran uang Kopsis hanya berkisar Rp 1.000.000,- dengan keuntungan bersih (SHU) Rp 550.000,j. Rapat Anggota. Kopsis SMUN 20 sejak berdirinya belum pernah melakukan rapat anggota. Rapat/ pertemuan-pertemuan yang mereka lakukan baru berupa pertemuan pengurus dan pembina. k. Aktivitas Pengawas Kopsis Walaupun secara formal pengawas telah ada, namun pengawas belum menunjukkan aktivitasnya. Kepengawasan kegiatan, kemajuan dan perkembangan Kopsis akhirnya hanya dilakukan oleh pembina. 1 Tanggpan Anggota terhadap Kemampuan Pengurus dan Pengawas dalam menjalankan Tugas dan Tanggung Jawab Para anggota mengatakan bahwa para pengurus belum memiliki kemampuan untuk mengelola, mengembangkan dan memajukan Kopsis. Pengurus dan pengawas belum menunjukkan kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh Kopsis. m. Rasa Manfaat dan Keterlibatan Anggota, Pengurus dan Pengawas Kopsis. Kesadaran siswa dalam berkoperasi sudah tumbuh, walaupun masih terbatas para anggota pengurus. Mereka sering mengajukan ide-ide kepada pembina untuk
251 mengem-bangkan Kopsis. Motivasi dan sikap untuk memajukan Kopsis dengan memanfaatkan modal-modal yang dimiliki, mengadakan usaha-usaha bani, dan melengkapi persediaan barang-barang yang dibutuhkan para siswa sudah dilakukan namun karena kendala waktu belajar, kurang dukungan dari birokrasi sekolah, komitmen pembina yang lain, dan guru-guru, maka motivasi dan sikap mereka menjadi melemah dalam pelaksanaannya. Salah seorang pembina telah berusaha untuk membina semangat atau motivasi dan sikap itu agar semakin subur. Antara lain dengan mengadakan jadawal piket dan melakukan kontrol namun nyatanya mereka tidak mau datang ke toko untuk melaksanakan piket. Kata pembina: "pergantian tugas dalam bentuk piket antar siswa, ternyata pertanggungan jawab dari anak ke anak kurang, sering barang-barang itu hilang dan sulit mengurusnya". Selanjutnya pembina mendiskusikan bersama siswa dan diputuskan untuk mengambil petugas dengan bentuk dibayar/digaji. Pembina mengikuti keputusan itu, tetapi pembina tetap menegaskan bahwa pengurus harus ikut mengelola dan ikut hadir di toko. Dalam praktiknya hanya petugas saja yang hadir menjaga toko dan melakukan pembukuan. Salah seorang pembina Kopsis mengatakan. "Intinya, menurunnya semangat dan sikap siswa dalam berkoperasi disebabkan antara lain kurangnya dukungan dari pimpinan sekolah secara kondusif, kurangnya dukukungan para guru, kerjasama antar pembina, dan kurangnya komitmen dan kerjasama antar guru ekonomi. Kecuali pengurus, kesadaran mereka untuk ikut mempromosikan Kopsis belum tumbuh. Bahkan mereka memandang bahwa kegiatan Kopsis itu merupakan suatu kegiatan yang tidak menarik dan membosankan. Para siswa yang merasakan bahwa ikut aktif di Kopsis itu memberikan berbagai manfaat dalam pengembangan diri hanya para pengurus, bahkan mereka yang menjadi pengawaspun belum
252 merasakan manfaatnya. Faktor-faktor utama ikut aktif di Kopsis itu kurang menarik, karena kegiatannya banyak menyita waktu dan monoton serta tidak semenarik kegiatan yang lain. Prosentase siswa membeli barang di Kopsis, khususnya alat tulis, cukup besar, sekitar 73%. Namun keterlibatan mereka membeli barang di Kopsis pada umumnya merasakan karena keterpaksaan seperti karena di suruh oleh guru dan karena kebutuhan alat-alat belajar yang mendadak. Kesadaran mereka membeli barang di Kopsis karena sadar bahwa koperasi itu miliknya masih sedikit sekali. Manfaat adanya Kopsis. Dengan aktif di Kopsis para aktivis menyatakan bahwa mereka dapat mengetahui bentuk kegiatan koperasi itu secara nyata dan dapat mempraktikan teori-teori yang diperoleh di kelas. Sedangakn para siswa yang bukan aktivis menyatakan dapat membeli barang-barang kebutuhan sekalah tanpa harus keluar lingkungan sekolah, khususnya dalam membeli barang-barang yang dibutuhkan secara mendadak. Di luar terpenuhinya kebutuhan secara mendadak, para siswa bukan aktivis, tidak merasakan keuntungan yang bisa dipetik dengan adanya Kopsis. n. Hasil Pembinaan dan Kebijakan yang Dilakukan Tafjggung jawab pengurus. Rasa tanggung jawab pengurus terhadap pelaksanaan Kopsis masih rendah. Mereka melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dengan baik setelah ada teguran dari pembina. Mereka belum secara senang hati melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya. Para siswa yang mejadi pengurus dalam praktiknya tidak pernah jaga di toko Kopsis. Hal ini karena para siswa merasa sudah ada yang jaga. Pelaksanaan pekerjaan di Kopsis hampir sepenuhnya ditangani oleh staCpenjaga Kopsis. Dalam hal tertentu
253 saja penjaga melaporkan kepada pengurus dan pembina Kopsis. Demikian halnya dengan peran pengawas, pengawas baru bersifat formalitas dalam struktur organisasi, dalam praktiknya pengawas belum berfungsi sama sekali. Bahkan penjaga Kopsis yang sudah satu tahun menjaga toko Kopsis belum tahu siapa yang mejadi pengawas. Partisipasi para guru. Dalam usaha melancarkan pelaksanaan kegiatan Kopsis siswa, para guru ikut berpartisipasi dalam usaha meningkatakan partisipasi siswa membeli barang di Kopsis. Ketika guru ingin memberikan tugas atau ulangan mata pelajaran yang diajarkan ia mewajibkan siswa membeli barang yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas atau ulangan itu di Kopsis. o. Perkembangan Kopsis Dilihat dari keberadaannya, Kopsis SMUN 20 ada perkembanga. Satu setengah tahun yang lalu, Kopsis sudah ada namun kegiatan itu macet, toko tidak pernah ada yang jaga dan pengurusnya tidak lancar. Bahkan para siswa tidak ada yang tahu siapa yang menjadi pengurus Kopsis. Kopsis belum terorganisasi dengan baik. Sekarang setiap hari Kopsis selalu dibuka, ada yang jaga. Kopsis sebagai usaha pemenuhan kebu-tuhan siswa, khusus alat tulis, sudah terpenuhi. Namun demikian aktivitas menangani Kopsis secara operasional bukan para siswa tetapi lebih tertumpukan kepada staf Kopsis baik menjaga toko maupun mencari barang, walaupun ketua pengurus Kopsis kadang-kadang mengontrol bagimana keadaan Kopis, seperti keungannya dan stok barang yang ada. Perkembangan persepsi siswa, kecuali pengurus inti terhadap Kopsis masih negatif, dimana Kopsis dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan mem-boroskan waktu. Mereka merasakan tidak memberikan manfaat bagi pengembangan dirinya. Keberadaan Kopsis hanya menolong siswa ketika ada
254 kebutuhan peralatan belajar yang dibutuhkan secara mendadak. Kecuali pengurus inti, keberadaan Kopsis tidak menambah pengetahuan dan ketrampilan mereka tentang perkoperasian. Motivasi untuk mengembangkan Kopsis juga hanya dimiliki oleh para pengurus. Bahkan motivasi ini semakin melemah karena kebijakan sekolah yang kurang kondusif. Akibatnya semua anggota Kopsis bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan Kopsis. Mereka berpartisipasi membeli barang di Kopsis karena rasa keterpaksaan daripada membeli ke luar Kopsis jauh tempatnya. Dari segi keorganisasian, permodalan dan volume usaha Kopsis belum menunjukkan tanda-tanda berkembang. Antar anggota pengurus sendiri tidak tahu secara pasti siapa-siapa yang duduk dalam suatu bidang atau seksi-seksi. Staf Kopsis juga belum mengetahui siapa sebenarnya yang menjadi pengawas Kopsis. Pada awal diaktifkan kembali yaitu pada bulan Juli tahun 1996 kekayaan Kopsis Rp 700.000,-. Perputaran uang Kopsis per bulan pada tahun 1996 berkisar Rp 975.000,- sampai Rp 1050.000,- dan pada tahun 1997 berkisar Rp 950.000,- sampai Rp 1000.000,-. Kekayaan Kopsis pada akhir tahun 1997 sebesar Rp Rp 82.1000,- Keuntungan bersih tahun 1996 sebesar Rp 65.000,- dan pada tahun 1997 sebesar Rp 55.000,4. Sekolah Menengah Kejuruan 4 (SMKN 4) Bandung a. Sejarah Kopsis SMKN 4 Bandung Kopsis di SMKN 4 telah berdiri sejak awal 1990, namun aktivitasnya digerakkan secara teratur baru tahun ajaran 1996/1997. Yakni sejak SMKN 4 dipimpin oleh Bapak Drs. Djoko Santoso. Kepala sekolah menginginkan SMKN 4 ini menjadi sekolah yang mandiri yaitu sekolah yang mampu memenuhi semua kebutuhan sekolah secara swadaya (baik kebutuhan para siswa dalam mengikuti
255 pendidikan maupun kebutuhan sekolah melaksanakan pembelajaran). Untuk mencapai tujuan itu kepala sekolah beserta stafnya mencoba memanfaatkan Kopsis sebagai lahannya. Sejak tahun 1996/1997 Kopsis dihidupkan keberadaannya, b. Struktur Organisasi Kopsis SMKN 4 Bandung Berdasarkan struktur organisasi Kopsi SMKN 4 di bawah ini dapat dijelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen dalam struktur sebagai berikut:
Gambar 15 : Struktur Organisasi Kopsis SMKN 4 Bandung
Komando, tugas, pembinaan dan tanggung jawab ———-•--*• Meminta pertimbangan dalam memilih orang — Kerja sama Memeriksa 5»- Melaporkan hasil pemeriksaan
Kepala sekolah memiliki peran membuat kebijakan, memilih orang yang akan diberi tugas dengan pertimbangan dewan guru, memberikan tugas, membina, bertang-gung jawab dan meminta tanggung jawab atas semua komponen yang ada dalam struktur. Ia juga melakukan pengawasan kepada jalannya kegiatan Kopsis. Dewan guru memberikan pertimbangan dan persetujuan atas pilihan kepala sekolah
256 terhadap orang yang akan diberi tugas serta mendukung terlaksananya semua program dan kegiataan Kopsis. WKS kesiswaan berperan mengarahkan dan memberikan pertimbangan kepada pembina Kopsis dalam menyelenggrakan, membina dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan kepada kepala sekolah. Pembina Kopsis berperan membina dan mengembangkan Kopsis yang mencakup pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi, pembinaan pengurus Kopsis dalam menjalankan dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan tanggung jawabnya. Selain itu pembina Kopsis memiliki kewajiban melaporkan semua kegiatan yang dilakukan dan persoalan yang dihadapi untuk dipecahkan bersama dengan WKS kesiswaan. Para siswa berperan berpartisipasi secara konstributif maupun konsumtif dalam penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis Kekuasaan tertinggi Kopsis ada di tangan rapat anggota. Di mana rapat anggota diwakili oleh para siswa dari masingmasing kelas. Dalam RAT Kopsis SMKN 4 ini biasanya menetapkan atau merubah a) AD ART; b) kebijakan umum organisasi, manajemen dan usaha Kopsis; c) pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan pengwas;" d) rencana kerja, anggaran pendapat-an dan belanja Kopsis e) pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; f) pembagian SHU; serta meminta keterangan dan pertanggungjawaban pengurus dan pengwas tentang pengelolaan Kopsis. Pengurus. Pengurus Kopsis terdiri dari ketua dan wakil ketua, seorang sekretaris, seorang bendahara. Dalam pelaksanaan tugasnya pengurus dibantu seorang tenaga tata usaha yang ditugasi untuk membantu menjaga dan mengelola Kopsis. Staf ini diberi tambahan gaji oleh Kopsis Rp 100.000,-. Para siswa yang diangkat menjadi pengurus diberikan tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis. Tugas: a) mengelola Kopsis dan usahanya; b)
257 mengajukan rancanagan kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja Kopsis; c) menyelenggarakan RAT; d) mengajukan rancangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, e) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; f) memeilihara daftar buku anggota pengurus. Sedangkan wewenangnya, a) mewakili Kopsis di dalam dan di luar pengadilan; b) memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam ADART; c) melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Kopsis sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota. Pengurus harus bertanggung jawab tentang segala kegiatan pengelolaan Kopsis dan usahanya kepada rapat anggota. Dalam melaksanakan tugasnya ketua Kopsis dibantu oleh seorang ketua dan sekretaris Sekretaris bertugas menangani administrasi dan organisasi meliputi penge-lolaan pembukuan daftar anggota, buku daftar pengurus, arsip surat masuk dan surat keluar, arsip laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas, buku tamu, buku notulen rapat. Sedangkan bendahara menagngani adminstrasi keuangan: mengelola tentang buku penjualan barang toko, buku rekapitulasi simpanan anggota, buku harian kas, buku harian rekapitulasi kas, buku besar, neraca dan buku-buku pembantu yaitu buku penerimaan dan pengeluaran keuangan dan buku rekening keuangan. Dengan bimbingan latihan secara rutin, semuanya telah diadmistrasikan secara tertib dan rapi. Dewan pengawas. Dewan pengawas Kopsis SMKN 4 adalah bukan siswa tetapi terdiri dari pembina dan kepala sekolah. Mereka melaporkan hasil kepengawas-annya kepada siswa.
258 Atas dasar pelakunya, secara keseluruhan kegiatan Kopsis SMKN 4 Kotamadya Bandung dapat dikelompokan menjadi tiga komponen kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh a) pimpinan sekolah dan dewan guru, b) pembina Kopsis, c) pengurus dan pengawas Kopsis. Pimpinan sekolah (Kepala sekolah dan wakilnya) dan dewan guru berperan membuat kebijakan penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Pembina Kopsis secara operasional berperan melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dan upaya memajukan Kopsis. Pembina Kopsis melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi melalui pemberian pengetahuan perkoperasian, praktik berkoperasi dan melakukan operasional penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis di luar kelas. Di samping sebagai pembina, guru pengelolaan usaha melakukan pembinaan perilaku siswa melalui pengembangan pengetahuan dan kemampuan berkoperasi kepada para siswa secara teoritis yang dilakukan di dalam kelas dan kegiatan ekstrakurikuler koperasi. Sedangkan pengurus dan pengawas Kopsis adalah mereka yang secara operasional riil berperan melakukan pengelolaan, pengembangan dan pengawasan jalannya Kopsis. Gambaran secara terurai kegiatan ketiga komponen tersebut dan hasilnya dapat dicermati pada bagian berikut ini. c. Kebijakan dan Kepemimpian Kepala Sekolah serta Pembina Kopsis Sampai saat penelitian dilakukan sekolah belum menerima sosialisasi tentang hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis serta bagaimana menyelenggarakan Kopsis yang sesuai dengan fungsi dan tujuannya dari pejabat yang berwenang. Oleh karena itu pemahaman kepala sekolah tentang hakekat, fungsi dan tujuan relatif berbeda dengan fungsi dan tujuan Kopsis yang sebenarnya. Dimana ia berpendapat bahwa untuk dapat memenuhi harapan SMKN 4 sebagai sekolah mandiri, Kopsis membutuhkan dana yang cukup besar. Ia melihat bahwa para siswa merupakan sumber yang
259 potensial untuk mengumpulkan modal. Sekolah membuat kebijakan bahwa semua siswa wajib menjadi anggota Kopsis. Setiap siswa diwajibkan memberikan iuran Kopsis sebesar Rp 2.500,- sebagai uang simpanan pokok. Khusus untuk kelas I tahun 1997/1998 di samping Rp 2.500,- sebagai simpanan pokok ditambah Rp 10.000,sebagai uang tabungan. Uang tersebut akan dikembalikan kepada siswa ketika mereka tamat atau ketika siswa yang besangkutan pindah atau keluar. Pengembalian ini tidak diwujudkan dalam bentuk uang (kecuali yang keluar atau pindah sekolah) tetapi langsung dipotong untuk membayar kegiatan-kegiatan sekolah dan berbagai fasilitas yang semestinya dimintakan sumbang-an kepada para siswa, seperti pembayaran acara perpisahan, ijasah, pasfoto untuk ujian. Kepala sekolah dan pembina memandang Kopsis merupakan wadah bisnis yang dapat dikembangkan untuk memenuhi barang-barang kebutuhan para siswa dalam belajar dan kebutuhan sekolah dalam menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dan pembina Kopsis berpendapat bahwa sasaran utama penyelenggaraan dan pengembang-an Kopsis di sekolah adalah untuk memenuhi barang-barang kebutuhan para siswa dalam mengikuti pendidikan di SMKN 4. Melihat kunci keberhasilan koperasi adalah kebersamaan semua warganya, maka sekolah membuat kebijakan bahwa semua kebutuhan sekolah baik untuk siswa maupun kebutuhan operasional sekolah harus melalui Kopsis, baik berupa alat-alat tulis, buku-buku pelajaran, pakaian seragam siswa maupun alat-alat praktik. Selain itu untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelian, kepala sekolah secara berulang kali meminta para guru agar menganjurkan para siswa membeli peralatan kebutuhan belajarnya di Kopsis. Sedangkan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan Kopsis kepala sekolah mengijinkan semua guru untuk mengisi barang
260 kebutuhan sekolah dan siswa asalkan harganya masih lebih rendah dari harga luar dan Kopsis masih mendapat untung. Barang-barang yang sampai saat ini mampu disediakan oleh Kopsis adalah alat-alat tulis, buku-buku pelajaran, seragam sekolah, minuman dan makanan kecil serta fotocopy. Dalam upaya mencapai tujuan penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis, Kepala sekolah memilih pembina Kopsis yang dipandang memiliki pengalaman berbis-nis, walaupun orang tersebut berasal dari orang yang bukan berlatar belakang keilmuan ekonomi. Para guru ekonomi tidak diikutsertakan sebagai pembina Kopsis. Menurut-nya pembina Kopsis yang penting adalah memiliki visi bisnis. Dalam merencanakan, mengembangkan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi Kopsis Kepala se-kolah mengadakan diskusi secara ramah bersama pembina Kopsis dan WKS kesiswaan. Pembinaan SDM Kopsis dilakukan oleh kepala sekolah bersama pembina dengan a) mengirimkan pengurus Kopsis ke pelatihan yang diadakan oleh lembaga lain, seperti Dekopinda, b) memberikan pengarahan kepada siswa baru tentang keberadaan Kopsis, mekanisme kerja Kopsis dan mekanisme berpartisipasi dalam Kopsis, dan c) memberikan pelatihan kepada anggota pengurus secara bertahap (khususnya mereka yang telah dikirimkan ke pelatihan). d. Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi Dalam upaya usaha meningkatkan kesadaran, kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi SMKN 4 melakukan pembinaan melalui jalur luar dan dalam kelas. 1) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam berkoperasi di Luar Kelas
261 Dalam menuyusn program pembinaan Kopsis, pembina SMKN 4 membuat dua program yaitu program pengembangan Kopsis sebagai lembaga usaha dan program pembinaan kesiswaan berkoperasi. a) Program pengembangan Kopsis sebagai Lembaga Usaha. Pembina melihat bahwa ketersediaan foto kopi dan sarana tilpun koin di sekolah sangat dirasakan perlu oleh sekolah maupun para siswa. Maka program utama pada tahun 1997, adalah mengusahakan tersedianya mesin foto kopi, walaupun dengan cara kredit, dan menyediakan tilpun koin di sekolah. Sedangkan pada tahun 1998 merencanakan adanya program bisnis rental komputer di sekolah. Program ini telah disetujui oleh kepala sekolah. Dengan komputer ini diharapkan langsung sebagai tempat praktik komputer bagi para siswa. b) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi. Program-program pembinaan yang dilakukan oleh pembina dalam membina para siswa dalam berkoperasi dan memajukan Kopsis adalah; a) melakukan seleksi calon-calon pengurus; b) mengirimkan calon pengurus terpilih untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Dekopinda; c) membina dan melatih siswa yang dikerimkan dalam pembinaan dan pelatihan tersebut dalam praktik; d) peningkatan keserasian kerja para personel koperasi; e) peningkatan persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap siswa dalam berkoperasi; f) peningkatan partisipasi siswa dalam berkoperasi; g) memberikan pembinaan dan pelatihan anggota pengurus yang tidak dikrimkan ke pembinaan dan pelatihan yang diadakan oleh Dekopinda Jawa Barat dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk teknis dalam melaksanakan kegiatan Kopsis, mengevaluasi pelaksanaannya, dan melakukan diskusi bersama atas pelaksanaan dan hasilnya.
262 Harapan Pembina dengan program-program pembinaan yang telah dibuat. Pembina mengharapkan dengan adanya Kopsis para siswa berkembang kemampuan berwirausaha. Ia juga yakin bahwa harapan ini pasti akan tercapai apabila para siswa mau aktif berpartisipasi dalam Kopsis. Khususnya para pengurus, kemampuan mereka berwirausaha akan benar-benar berkembang apabila mereka tekun dan bersungguh-sungguh aktif mau menggunakan kesemptan ini sebagai tempat berlatih diri berwirausa-ha. Lebih-lebih bagi mereka yang memang mempunyai potensi kecerdikan berbinis, kemampuan mereka berwirausaha akan lebih cepat berkembang dengan cepat. 2) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Dalam Kelas Dalam pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi di SMKN 4 nampak belum ada kerjasama antara Guru pengelolaan usaha dan pembina Kopsis. Guru pengelolaan usaha belum memanfaatkan Kopsis sebagai media dalam membina perilaku siswa dalam berkoperasi, dan berwirausaha. Dalam kaitan ini guru ekonomi belum membuat program-program yang mengarah perilaku siswa dalam berkoperasi. e. Pelaksanaan Program Pembelajaran & Pembinaan Siswa dalam Berkoperasi 1) Di Luar Kelas a) Metode Pembinaan dan Pembelajaran Siswa Berkoperasi di Luar Kelas Metode pembinaan yang dilakukan oleh pembina cenderung secara direktif yang dikuti kontrol yang ketat, bahkan pembina Kopsis kadang-kadang banyak teijun ke lapangan sendiri, walaupun pada hal-hal tertentu secara colaboratif. Dalam pelaksanaan pembinaan, pembina lebih tertumpu pada pengurus. Evaluasi pelaksanaan kegiatan Kopsis dilakukan dua minggu sekali, dan diskusi antara pengurus dan pembi-napun juga dilakukan dua minggu sekalai. Program pembinaan
263 dan pendidikan anggota dan pengawas belum dilakukan. Yang dilakukan baru pengenalan secara singkat kepada siswa baru, khususnya tentang keberadaan, mekanisme kerja, perkembangan Kopsis dan kebolehan Kopsis serta manfaat Kopsis yang telah ada bagi siswa. Pengawas Kopsis adalah kepala sekolah, pembina Kopsis dan para guru. Siswa tidak ada yang dijadikan anggota pengawas. Dalam proses peijalanan Kopsis, pembukuan hanya diketahui oleh staf Kopsis, ketua Kopsis, pembina dan kepala sekolah. Anggota Kopsis pada umumnya tidak mengetahui pembukuan Kopsis. Metode Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi. Pembina melakukan pembelajaran kemapuan dan ketrampilan berkoperasi secara bertahap sesuai dengan tingkat kemam-puan dan ketrampilan yang dimiliki siswa. Pembelajaran dimulai dengan memberikan dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan, memberikan contoh dan latihan, sampai menyuruh siswa melakukan aktivitas dan memecahkan persoalan Kopsis sendiri. b) Kegiatan Pembina dalam Melaksanakan Program di Luar kelas (1) Kaderisasi Pengurus. Kederisasi dilakukukan dengan cara memberikan kewajiban piket menjaga toko dari masing-masing perwakilan kelas I. Kepada mereka yang dipandang cakap, pembina memberikan pembinaan dan latihan secara lebih khusus. Mereka ini kemudian ditawarkan kepada peserta RAT untuk dipilih menjadi ketua pengurus Kopsis dan anggota pengurus inti. (2) Pembentukan Pengurus Baru. Berdasarkan pengamatannya, pembina dan pengurus mengajukan para siswa yang dipandang cakap ke RAT untuk dicalonkan sebagai pengurus Kopsis. Tentang kepastian calon-calon yang diajukan itu jadi terpilih sebagai pengurus Kopsis atau tidak tegantung hasil keputusan RAT.
264 (3) Pembagian Piket di Toko Kopsis. Untuk menjaga kontinyuitas dan mening-katkan pelayanan Kopsis, pembina meminta pengurus melakukan pembagian tugas dalam bentuk piket. Petugas piket disusun berdasarkan perwakilan kelas, dan diorganisir atas dasar kesempatan waktu yang memungkinkan mereka bisa melakukan piket. (4) Peningkatan Partisipasi Anggota. Dalam meningkatkan partisipasi para siswa dalam berkoperasi pembina berusaha menciptakan: a) image positif siswa pada Kopsis yakni dengan menerangkan bahwa Kopsis adalah milik siswa untuk siswa. Oleh karena itu Kopsis harus dikelola, dipertahankan dan dikembangkan bersama, b) Mengusahakan harga/pelayanan yang diberikan Kopsis terhadap anggota adalah lebih murah dar harga luar c) Memberikan hak-hak anggota yang seharusnya diterima, d) melakukan rapat anggota yang dilakukan melalui perwakilan kelas dan mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh pengurus, e) Dalam perbaikan dan penambahan sarana-sarana sekolah (seperti masjid, sarana olah raga, dan alat-alat pramuka), Kopsis memberikan bantuan beaya pembelian barang, walaupun yang mengerjakan itu para siswa, f) Para siswa diajak berdiskusi tentang manfaat adanya Kopsis bagi mereka g) Melakukan monitoring dan kontrol secara kontinyu. (5) Operasional Pemerolehan Barang yang Bernilai Besar. Karena keterbatasan dana/modal, pembina bersma pengurus berusaha mendapatkan kredit foto kopi dari suplier dengan harga Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), dengan bunga 18 % dan uang muka Rp 3.000.000,-.(tiga juta rupiah). Uang muka dipinjam dari sekolah. Sisa dan bunganya diangsur selama 18 bulan. Karena terbatasnya dana maka untuk mengansur foto kopi dilakukan dengan subsisdi silang yang diperoleh
265 dari keuntungan penjualan alat-alat tulis, buku-buku pelajaran, seragam sekolah, dan minuman, dismaping dari keuntungan penjualan jasa fotokopi itu sendiri. (6) Pengembalian Simpanan Pokok dan Wajib serta Pemberian SHU. Uang simpanan pokok Rp 10.000,- dan simpanan wajib Rp 2.500,- selama menjadi anggota Kopsis ditambah bagian uang sisa hasil usaha, pada akhir tahun kelas III, atau ketika keluar/pindah sekolah dikembalikan kepada siswa. Bagi para siswa yang tamat sekolah, karena kebutuhan akhir tahun itu cukup banyak seperti uang perspisahan, buku ke-nangan-kenagnan, faspoto dan sebagainya maka uang ini langsung digunakan untuk membayar uang kebutuhan tersebut. Jika uang pengembalian itu tidak mencukupi kebutuhan yang seharusnya dibayar oleh para siswa maka para siswa tinggal membayar kekurangannya. Walupun fihak sekolah telah memiliki iktikad baik untuk memudahkan dan memeperlacar pengurusan persoalan yang harus diselesaikan para siswa yang akan menjelang tamat, namun dalam praktiknya tak terlepas dari adanya kecurigaan. Untuk menghilangkan kecurigan yang mungkin terjadi dari para siswa, ketika mereka menjelang tamat belajar, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menerangkan jumlah uang yang akan dikembalikan dari Kopsis dan jumlah kebutuhan siswa yang harus dibayar. (7) Pembina dalam Menghadapi Kendala yang Muncul. Kendala yang dihadapi para pembina dalam membina para siswa dalam berkoperasi; a) lokasi tempat belajar dan tempat berpraktik, balai latihan pendidikan teknik (BLPT) tidak berada dalam satu lokasi; b) siswa SMK Industri cukup padat jadwal kegiatannya: menggambar, praktik di BLPT, pendidikan sitem ganda (PSG) dan sebaginya. Kondisi ini cukup sulit untuk melakukan pembinaan, karena kesulitan untuk mengumpulkan dan membagi jadwal piket di Kopsis. Kalau mereka yang praktik di
f i
266 BLPT pagi disuruh piket sore atau sebaliknya disuruh piket sore, kesulitan mereka adalah masalah transport, menjadi lipat dua kali. Selain itu bila harus dua kali mereka mungkin menjadi malas. Di sini pembina memang harus memahami kondisi sosial ekonomi para siswa SMK Industri adalah kelas menengah ke bawah. Untuk mengatasi masalah ini, pembina berusaha membina mereka dengan cara membagi tugas dan menerangkan jobnya masing-masing. Namun demikian dalam situ-asi tertentu terpaksa tugas anggota pengurus Kopsis menjadi multipel, sebagai contoh tugas bendahara, pada suatu ketika tidak hanya mengelola uang saja tetapi juga harus belanja dan humas. Kerena jadwal kegiatan cukup padat, maka untuk mengatasinya dengan cara menempatkan pengurus dan anggota pengurus harus dipilih dari mereka yang tingkat intelgensinya cukup tinggi atau termasuk ranking tinggi. Untuk mengu-rangi kemalasan, pembina memikirkan kesejahteraan pengurus dan uang lelah. (8) Peningakatan Kognisi Siswa dalam Berkoperasi. Pola pembelajaran kemampuan dan ketrampilan siswa siswa dalam berkoperasi dilakukan dengan cara bimbingan secara bertahap dalam arti pembina memberi petunjuk-petunjuk teknis untuk melakukan sesuatu, setelah satu atau dua minggu dilakukan, pembina mengevaluasi, selanjutnya diadakan diskusi dengan pembina (social learning yang dialnjutkan dengan directed discovery). Mereka diajari selangkah demi selangkah cara mengorganisir dan menggerakan Kopsis serta mengadmistrasikan kegiatankegiatan Kopsis. Di samping itu anggota pengurus ditunjuki tetang cara-cara mempero-leh barang yang lebih murah. Dalam kegiatan ini para anggota pengurus ditunjukkan tentang cara-cara menegosiasi para grosir atau distributor barang dan cara-cara menjual produksi .swH'a ke luar Kopsis. Para anggota pengurus ini adalah
267 wakil-wakil kelas, sehingga dengan dididik secara demikian mereka akan menularkan wawasannya kepada teman-temannya. Pembinaan yang demikian hanya dilakukan kepada anggota pengurus, ketua, sekretaris dan bendahara. Sedangkan siswa yang lain tidak pernah diberikan pembinaan. Peningkatan kognisi tentang perkoperasian hanya terbatas pada para siswa baru. Materi yang diberikan bukan ditekankan pada pengetahuan koperasi tetapi lebih ditekankan tentang pemberian wawasan keberadaan Kopsis, siapa pengurusnya, bagaimana mekanismenya dan atau cara memanfaatkannya, serta perkembangan dan kemajuan Kopsis. Pembina selalu menekakankan bahwa Kopsis akan manjadi lebih maju atau semakin mundur tergantung partisipasi para siswa sebagai calon-calon penerus, pengelola, dan pengembang Kopsis. (9) Penumbuhan Persepsi, Motivasi, Sikap Positif Anggota dan Pengurus. Peningkatan kesan positif, motivasi dan sikap berkoperasi para siswa dilakukan dengan memberikan contoh-contoh keuntungan aktif berkoperasi, memberikan insentif tambahan bagi pengurus dalam melakukan kegiatan tertentu, dan menunjukkan peme-rolehan SHU yang diperoleh Kopsis. Perlakuan yang demikian ini ditujukan kepada pengurus. Pemberitahuan SHU Kopsis kepada siswasiswa yang lain dilakukan ketika RAT. Pemberian insentif kepada pengurus dilakukan atas dasar jumlah kali piket dan jumlah kali kegiatan yang dilakukan. Setiap anggota pengurus, biasanya mendapat giliran piket seminggu sekali. Setiap piket diberi insentif Rp 500,-. Untuk kegiatan lain, pembina memberikan insentif atas dasar waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Pemberian insentif tidak ditentukan sebelumnya secara pasti, tetapi dengan cara memberikan insentif setelah mereka melakukan kegiatan tertentu dan telah
268 terlaksana kegiatan itu. Dilakukan dengan cara demikian supaya mereka tidak tumbuh mental-mental buruh/kuli tetapi supaya tumbuh jiwa wirausaha, yakni jiwa yang lebih mementingkan kerja sekuat tenaga terlebih dahulu baru kemudian merasakan hasilnya. 2) Di Dalam Kelas a) Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran Ekonomi Model pembelajaran yang ia terapkan masih berpusat pada guru. Hal ini nampak pada metode pembelajaran yang biasa mereka terapkan, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi. Guru menyajikan materi pelajaran berdasarkan urutan materi pelajaran yang ada pada buku pegangan yang dipakai oleh guru dan siswa. Bila materi banyak, proses pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan meng-gunakan metode menerangkan/ekspositori. Bila materi pokok bahasan itu sedikit dan membutuhkan pengembangan berdasarkan pengalaman siswa, guru menerapkan meto^de diskusi dalam proses pembelajarannya. Program pembelajaran yang mereka rencanakan merupakan program bersifat satu arah, belum merupakan program pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi masalah, mengnalisa persoalan secara sistemik, mencari alternatif pemecahan, menetapkan dan menerapkan alternatif pemecahan. Metode diskusi diterapkan, namun guru tidak pernah menghadapkan siswa suatu persoalan yang perlu dipecahkan bersama di kelas. Kebiasaan yang ia lakukan selalu hanya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah jelas. Dalam menerapkan metode demonstrasi, kegiatan yang ia lakukan hanya menujukkan contoh-contoh, seperti contoh kwitansi, contoh bentuk pembukuan, tidak pernah menunjukkan suatu proses bagaimana sesuatu itu dilakukan.
269 Proses pembelajaran dalam bentuk praktik lebih banyak dilakukan dalam bentuk pemberian tugas-tugas kepada siswa, seperti siswa ditugasi untuk membuat: perencanaan suatu bidang usaha, cara mmengelola suatu bidang usaha, dan cara memasarkan suatu bidang usaha tersebut. Dalam kaitan praktik mata pelajaran pengelolaan usaha, guru belum pernah memanfaatkan Kopsis sebagai sumber belajar siswa, dan juga belum pernah mengajak/menyuruh siswanya melakukan studi banding ke beberapa pengusaha. b) Pelaksanaan Evaluasi. Evaluasi yang diberikan berbentuk pretest, formatif dan sumatif. Proses esesmen dilakukan atas dasar keaktifan, disiplin dan tingkat kemajuan baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilan. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan jiwa berwirausa-ha adalah a) dengan menunjukan pentingnya memiliki kemampuan berwirausha dalam hidup ini dibanding dengan individu yang hanya memiliki kemampuan melakukan sebagai pekerja, b) memberikan contoh-contoh tentang proses keberhasilan seseorang dalam berwirausaha, c) mendorong siswa untuk menciptakan lembaga usaha, dan jangan hanya terpancang untuk mencari tempat kerja. c) Pemanfaatan Kopsis Sebagai Sumber Belajar Ekonomi. Gurn ekonomi (pengelolaan usaha) belum memanfaatkan Kopsis sebagai media belajar untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mengelola dan mengem-bangkan suatu unit usaha. Ia menjelaskan keberadaan Kopsis kepada para siswa hanya sebagai salah satu contoh dari berbagai macam badan usaha. Ia belum memahami fungsi Kopsis dalam proses pendidikan bagi siswa. Pemahaman guru
270 pengelolaan usaha tentang fungsi dan tujuan diberikannya mata pelajaran ekonomi bagi para siswa juga belum benar-benar terinternalisasi. Hal ini nampak ketika ditanya tentang apa tujuan dan fungsi mata pelajaran pengelolaan usaha. Dimana ia namapk kebingungan dan langsung mengambil buku kurikulum mata pelajaran tersebut dan membacakan tujuan dan fungsi diberikannya mata pelajaran tersebut. f. Unit Usaha Kopsis SMKN 4 memiliki beberapa unit usaha yaitu unit usaha fotokopi, tilpon koin, unit usaha penyelenggaraan toko yang menyediakan alat-Iat beajar yang dibutuhkan para siswa, sergam sekolah, makanan dan minuman ringan. g. Inventaris yang Dimiliki Kopsis SMKN 4 Kopsis SMKN 4 Kotamadya Bandung disediakan oleh kepala sekolah suatu ruangan berukuran 4 X 4 m untuk dimanfaatkan sebagai toko Kopsis. Kopsis memiliki barang-barang inventaris seperti dalam Tabel berikut; TABEL 8 INVENTARIS KOPSIS SMKN 4 Nama Barang 1. Etalase toko 2. Papan tulis wait board 3. Almari es Cocacola 4. Lambang koperasi Indonesia 5. Foto Kopi 6. Tilpon Koin
Jumlah 2 1 1 1 1 1
h. Rencana Keija pengurus Kopsis Dalam upaya memajukan dan mengembangkan Kopsis, pengurus menyusun program kerja yang sedang dan akan dilakukan sebagai berikut.
271 1) Mendekati tahun ajaran baru pengurus berusaha a) menyediakan barang-barang yang biasa dibutuhkan oleh para siswa kelas I baik berupa alat-alat tulis dan seragam sekolah, b) Menanyakan kepada ketua OSIS tentang program-program kegiatan apa yang akan dilakukan selama satu tahun dan sarana-sarana apa yang dibutuhkan oleh organisasi OSIS dan para siswa yang mengikuti kegiatan, c) Menanyakan kepada para guru apa macam dan berapa jumlah buku-buku pelajaran yang diharapkan dimiliki oleh para siswa kelas I, II, dan III dalam mengikuti pelajarannya. 2) Pada akhir tahun ajaran, pengurus menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh para siswa kelas tiga dalam mengikuti EBTANAS sperti stomap, kenangkenangan dan barang-barang lain yang dibutuhkan oleh siswa dalam mengikuti EBTANAS.
;
3) Menyediakan barang-barang yang biasa dibutuhkan oleh para siswa dalam
1
mengikuti ujian-ujian catur wulan. 4) Menyediakan barang-barang yang biasa secara rutin dibutuhkan oleh para siswa dalam mengikuti pelajaran dan praktik setiap hari. 5) Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Dekopinda Jawa Barat i. Kekayaan Bersih Kopsis TABEL 9 KEKAYAAN BERSIH KOPS1[S SMKN 4 KODYA BANDUNG NOMINAL AKTIVA AKTIVA LANCAR 785.500 • Kas • Bank • Piutang dagang 3.191.800 • Persedian barang 3.977.300 JUMLAH AKTIVA TETAP • Tanah • Bangunan -
-
(
272 • Perl.Kantor, F.Copy, tilp.Coin • Penyusustan dan Amortisasi JUMLAH AKTIVA TETAP JUMLAH AKTIVA Laba tahun berjalan
10.315.000,00 25.000,00 10.340.000,00 14.317.300,00 3.916.589,25
j. Rapat Anggota Rapat anggota secara resmi hanya dilakukan pada acara rapat anggota tahunan. Hal ini disebabkan semua permasalahan yang muncul langsung didiskusikan ketika pertemuan rutin yang diadakan dua minggu sekali, k. Aktivitas Pengawas Pengawas Kopsis SMKN 4 terdiri dari kepala sekolah WKS kesiswaan dan pembina. Dalam praktiknya yang melakukan pengawasan secara langsung adalah pembina. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas, pembina tidak melakukan pengawasan secara formal tetapi dilakukan secara informaal yaitu setiap saat dipandang perlu dan ketika pertemuan rutin dua minggu sekali. I. Tanggapan Anggota terhadap Kemampuan Pengurus Dengan ketekunan pembina memberikan pembinaan dan pelatihan terhadap pengurus, pengurus mampu menjalankan keadminsitarsian, menyediakan semua kebu-tuhan para anggota dalam mengikuti pendidikan di SMKN dan mampu menyadarkan para anggota untuk berpartisipasi insentif para anggota Kopsis dengan baik. Namun pengurus belum mampu mengorganisir para anggota untuk ikut aktif membantu menjalankan kegiatan-kegiatan Kopsis (hanya bebrapa di antara anggota yang ikut aktif di Kopsis) dan juga belum mampu mengebangkan pengalaman anggota berkoperasi. Hal disebabkan kegiatan Kopsis terlalu didominasi oleh pembina dan staf Kopsis. m. Rasa Manfaat dan Keterlibatan Anggota dan Pengurus Kopsis
273 Rasa keterlibatan (partisipasi) para anggota pengurus Kopsis: 1) Pertama-tama, para anggota pengurus menyatakan bahwa keterlibatan mereka dalam Kopsis karena merasa bahwa mereka telah dipilih dan diberi tanggung jawab maka tanggung jawab itu harus dilaksanakan dan dimanfaatkan sebagai temapt belajar dengan sebaik-baiknya. 2) Selanjutnya semakin lama semakin merasakan bahwa aktif berkoperasi sangat menguntungkan baik dari segi perkembangan pengetahuan, kemampuan berorgani-sasi dan kemampuan berwirausaha. Akhirnya mereka timbul kemauan untuk mengacak teman-teman aktif berkoperasi,
menggiatkan dan
mengembangkan Kopsis. Sedangkan mereka yang bukan pengurus dan aktivis jarang timbul kemamuan untuk mengajak teman-teman berkoperasi, mereka hanya berpartisipasi secara konsum-tif yaitu hanya ikut memanfaatkan pelayanan Kopsis sebagai tempat belanja yang murah dan lebih dekat. Hanya beberapa orang yang timbul keinginan untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang dirasakan oleh mereka menghambat kemajuan dan perkem-bangan Kopsis ketika RAT dilaksanakan sebagai kritik dan saran perbaikan Kopsis. Para anggota pengurus dan aktivis Kopsis menyatakan bahwa ikut aktif kegiatan Kopsis memperoleh beberapa keuntungan: 1) dapat mulai melakukan bisnis/ usaha kecil-kecilan mulai sekarang; 2) mengetahui jaringan-jaringan berwirausaha, seperti tempat-tempat agen yang murah dan cara-cara mendapatkan barang yang murah harganya; 3) dapat berlatih melakukan ketrampilan dalam menajemen usaha dan pem-bukuannya; 4) berkembang kemampuan berkomunikasi; 5) pengetahuan
274 berkoperasi dan berusaha menjadi lebih luas; 6) bertambah rasa percaya diri; 7) tumbuh kemampuan bergorganisasi khususnya kemampuan dalam berwirausaha, n. Hasil Pembinaan dan Kebijakan Yang dilakukan Dengan pola-pola pembinaan yang dilakukan, partisipasi para anggota cukup berkembang baik, khususnya partisipasi konsumtif dalam membeli sarana kebutuhan belajarnya di Kopsis cukup tinggi, yaitu mencapi 85 % dari jumlah siswa di SMK. Partisipasi ini terjadi karena kesadaran dan kemauan sendiri, dan bukan dipaksakan oleh para guru dan pembina. Para guru, pembina dan pengurus hanya menyarankan berbelanja di Kopsis, karena barang-barang itu tersedia di Kopsis dan harganyapun lebih murah daripada harga di luar. Banyak para siswa yang ingin aktif menjadi pengurus Kopsis tetapi karena kendala waktu dan tempat, sehingga tidak memungkin-kan untuk itu. Dari segi perkembangan jiwa berwirausaha, cukup memberikan dampak hasil yang nyata dalam diri siswa, dimana dua alumni SMKN yang tahun lalu menjadi pengurus Kopsis mampu menjadi wirausaha dalam usaha foto kopi dan penjualan alat-alat tulis Setelah selesai sekolah di SMK ini atau mungkin setelah menyelesaikan kuliah, para anggota pengurus menyatakan diri "pada suatu ketika akan menerapkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh di Kopsis dalam bentuk wirausaha". Dari segi perkembangan kekayaan Kopsis cukup berkembang dengan pesat, dimana dalam jangka waktu 2 tahun kekayaan Kopsis telah berkembang menjadi empat kali lipat. Namun, perkembangan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi para siswa hanya terbatas pada pengurus dan aktivis Kopsis. Dari segi
275 simpanan sukarela juga belum ada perkembangan, kerena memang kopsis SMK Industri 4 belum berusaha kearah pengembangan usaha simpanan sukarela. Partisipasi para guru dalam menghidupkan Kopsis cukup tinggi. Mereka selalu menganjurkan kepada para siswanya untuk membeli barang-barang yang akan digunakan dalam proses belajarnya dan seragam sekolah di Kopsis. Para guru selalu menginformasikan sarana belajar yang dibutuhkan siswa untuk mengikuti mata pelajarannya ke Kopsis. o. Perkembangan Kopsis. Perkembangan Kopsis SMKN 4 cukup menggembirakan. Di mana pada tahun 1995 uang aktiva hanya Rp 5.000.000, dan tahun 1997 aktivanya telah berkembang menjadi Rp 14.317,300,00,-. Pada tahun 1997 mengkredit mesin foto kopi seharga Rp 10.000.000,- dengan bunga 18% per tahun dan uang muka Rp 3.000.000,- yang diangsur selama 18 bulan, dan pada bulan Maret 1998 Kopsis telah mampu melunasinya Aktivanya nampak semakin berkembang. Perkembangan perputaran uang, walau-pun baru dua tahun berdiri, sudah cukup menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. 5. Sekolah Menengah Umum Negeri 5 (SMUN 5) a. Sejarah Kopsis SMUN 5 telah berdiri 23 Januari 1986. Berdirinya dilatarbelakangi adanya keperluan praktik siswa dalam mata pelajaran ekonomi secara efektif dan efisen. Kopsis ini mendapat Akte Pengakuan dari Kepala Departemen Koperasi Kodya Bandung No. 08/P KDK-10/21 tanggal 24-8 1987. Namun perkebangannya, baru relatif lancar mulai tahun 1990-an.
276 d. Struktur Organisasi Kopsis SMUN 5 Kodya Bandung Berdasarkan struktur organisasi Kopsis SMUN 5 di bawah ini dapat dijelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen dalam struktur pada gambar 15. Kandepkop, Kepala sekolah, WKS kesiswaan dan Guru pembina semuanya beperan sebagai pembina dalam memajukan dan mengembangkan kehidupan Kopsis. STRUKTUR ORGANISASI KOPSIS SMUN 5
Gambar 16'. Struktur Organisasi Kopsis SMUN 5 Bandung Garis Pembinaan Garis Komando
Kandepkop berperan memberikan pembinaan dan pengarahan kepada suatu Kopsis yang memerlukan. Kepala sekolah memiliki peran membuat kebijakan, membe-rikan tugas, membina, bertanggung jawab dan meminta tanggung jawab atas semua komponen yang ada dalam struktur. WKS kesiswaan berperan mengarahkan dan memberikan pertimbangan kepada pembina Kopsis dalam menyelenggrakan, membina dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan kepada kepala sekolah. Guru pembina (Pembina Kopsis) berperan membina dan mengembangkan Kopsis
277 yang mencakup pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi, pembinaan pengurus dalam menjalankan dan mengembangkan Kopsis serta melaporkan tanggung jawabnya, dan pembinaan penga-was dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengurus dan melaporkannya pada rapat anggota. Selain itu pembina Kopsis memiliki kewajiban melaporkan semua kegiatan yang dilakukan dan persoalan yang dihadapi untuk dipecahkan bersama dengan WKS kesiswaan. Anggota (para siswa) berperan berpartisipasi secara kontributif maupun konsumtif dalam penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam kehidupan Kopsis. Rapat anggota diwakili oleh para siswa dari masing-masing kelas. Dalam RAT Kopsis SMUN 5 ini biasanya menetapkan tentang pembahan a) ADART; b) kebijakan umum organisasi, manajemen dan usaha Kopsis; c) pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan pengawas; d) rencana kerja, anggaran pendapatan dan belanja Kopsis, serta penerimaan atau penolakan laporan keuangan; e) pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; f) pembagian SHU; serta meminta keterangan dan pertanggung-jawaban pengurus dan pengwas tentang pengelolaan Kopsis. Pengurus. Pengurus Kopsis terdiri dari ketua dan wakil ketua, seorang sekretaris, seorang bendahara, 4 seksi yaitu seksi perlengkapan, seksi dekorasi Kopsis (penata barang Kopsis), seksi humas dan pendidikan serta seksi usaha. Seksi usaha terdiri dari dua unit yaitu simpanan dan unit pertokoan. Dalam pelaksanaan tugasnya pengurus dibantu oleh seorang staf Kopsis yang berpendidikan SMEA. Ia membantu menangani kegiatan usaha Kopsis (mulai administrasi, mencari barang dan menjaga toko). Staf ini digaji oleh Kopsis (diambilkan dari uang operasional Kopsis Rp
278 90.000,- per bulan). Para siswa yang diangkat menjadi pengurus diberikan tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis. Tugas: a) mengelola Kopsis dan usahanya; b) mengajukan rancanagan kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja Kopsis; c) menyelenggarakan RAT; d) mengajukan rancangan dan pertang-gungjawaban pelaksanaan tugas, e) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; f) memelihara daftar buku anggota pengurus. Sedangkan wewenangnya, a) mewakili Kopsis di dalam dan di luar pengadilan; b) memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam ADART; c) melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Kopsis sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota. Pengurus harus bertanggung jawab tentang segala kegiatan pengelolaan Kopsis dan usahanya kepada rapat anggota. Dalam melaksanakan tugasnya ketua Kopsis dibantu oleh seorang ketua dan sekretaris dengan membawahi unit usaha simpanan dan unit pertokoan. Sekretaris menangani administrasi yang berhubungan dengan pengelolaan pembukuan daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar pengurus, arsip surat masuk dan surat keluar, arsip laporan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas, buku tamu, buku notulen rapat. Sedangkan bendahara bertugas mengelola semua hal yang berkaitan dengan keuangan yaitu mengelola buku penjualan barang toko, buku rekapitulasi simpanan anggota, buku harian kas, buku harian rekapitulasi kas, buku besar, neraca dan buku-buku pembantu yaitu buku penerimaan dan pengeluaran keuangan dan buku rekening simpanan anggota. Unit simpanan menangani pengelolaan semua simpanan anggota dan berupaya mendapatkan jasa bank. Sedangkan unit pertokoan menangani
279 penyelenggaraan usaha toko dengan mengusahakan tersediannya barang kebutuhan anggota. Pengawas Kopsis. Pengawas memiliki tugas a) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Kopsis dan pengelolaan Kopsis; b) membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Pengawas memiliki wewenang a) meneliti catatan yang ada pada Kopsis; b) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Pengawas memiliki kewajiban merahasiakan hasil pengawasannya terhadap fihak ketiga. Gambaran secara terurai kegiatan masing-masing komponen tersebut dan hasilnya dapat dicermati pada bagian berikut ini. c. Kebijakan dan Kepemimpian Kepala Sekolah terhadap Kopsis Berdasarkan pada latar belakang berdirinya Kopsis tersebut nampak bahwa pimppinan sekolah telah mengetahui hakekat tujuan dan fungsi Kopsis. Namun demikian pemahamannya masih sederhana dan mereka juga belum ada usaha memahami lebih jauh tentang bagaimana Kopsis itu seharusnya di selenggarakan dan dikembangkan yang sesuai dengan hakekat, fungsi dan tujuannya. Selain itu mereka juga belum bisa merasakan dan meyakini akan makna dan manfaat bahwa penyelenggaraan Kopsis yang maju di sekolahnya akan mampu meningkatkan pengalaman, kemampuan dan ketranvpilan berkoperasi dan berwirausaha bagi para siswanya dan merupakan pertanda bagian keberhasilan kepemimpinannya dalam mengelola pendidikan di sekolahnya. Keterbatas-an pemahaman ini disebabkan sekolah belum pernah menerima sosialisasi tentang hakekat, fungsi dan tujuan serta bagaimana seharusnya sekolah menyelenggara-kan Kopsis yang sesuai dengan fungsi dan tujuan Kopsis yang sebenarnya. Sedangkan buku petunjuk teknis yang diberikan
280 baru terbatas pada bagaimana menyelenggarakan Kopsis sebagai organisasi ekonomi siswa, belum sampai Kopsis sebagai lab/sarana pendidikan siswa dalam berkoperasi. Sosialisasi yang diterma baru berupa training pengelola-an Kopsis oleh Dekopinda kepada pengurus inti Kopsis. Kebijakan yang diambil sekolah dalam usaha menyelenggarakan Kopsis adalah setiap siswa baru diwajibkan membayar iuran Kopsis sebesar Rp 6000,-/tahun untuk selama menjadi siswa di SMUN 5. Jumlah uang yang terkumpul digunakan sebagai modal Kopsis dan pada akhir tahun kelas III uang tersebut dikembalikan kepada siswa. Namun pengembalian tersebut tidak diujudkan dalam bentuk uang tetapi berupa barang-barang yang diperlukan siswa pada akhir kelas tiga seperti buku kenangan, stopmap dan medali. Barang yang dijual di Kopsis berupa alat-alat tulis, buku-buku pelajaran, lencana, baju seragam, makanan dan minuman. Di SMUN 5 juga terdapat Koperasi Guru dan Karyawan. Di sekolah ini tidak ada kebijakan tentang pembagian barangbarang yang dijual di Kopsis dan Koperasi Guru dan Karyawan. Koperasi Guru dan Karyawan mengkreditkan barang sedangkan di Kopsis tidak. Harga barang di Koperasi Guru dan karyawan relatif lebih mahal dari pada di Kopsis. Barang-barang tertentu, seperti seragam sekolah, dikelola oleh Koperasi Guru. Barang-barang itu sebagian dititipkan Kopsis dengan imbalan keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Hal ini disebabkan kadang-kadang Koperasi Guru dan karyawan tutup. Usaha-usaha sekolah untuk memajukan Kopsis adalah mewajibkan semua siswa untuk menabung, membeli barang-barang kebutuhan sekolah di Kopsis, mengadakan pembagian jam piket, tidak meminjamkan dan tidak menghutangkan, mengikutkan siswa mengikuti training yang diadakan oleh Dekopinda.
281 Dalam menyelenggarakan Kopsis, kepala sekolah SMUN 5 menunjuk seorang guru sebagai guru pembina Kopsis yang dilakukan secara langsung (tanpa melalui diskusi dengan dewan guru). Semua keputusan datang langsung dari kepala sekolah. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam memajukan Kopsis: a) barangbarang yang kedaluarsa sering tidak laku, dengan harga yang murahpun tidak laku, akhirnya dibagi-bagikan kepada pegawai. Suasana yang demikian menyebabkan modal semakin berkurang atau merugi, b) Anak-anak yang mendaptkan jam piket sering tidak hadir. Oleh karena itu terpaksa mengangkat pegawai. Pegawai digaji dari keuntungan Kopsis. Sedangkan hambatan dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam berkoperasi: siswa kurang respek (khususnya mereka yang jurusan IPA) kepada Kopsis, kurangnya perhatian dan tanggungjawab wali kelas dan para guru untuk memotivasi siswa dalam berkoperasi (seperti mengingatkan siswa yang memiliki tugas piket di Kopsis), rasa komitmen guru pembina dalam membina para siswa dalam berkoperasi. Dari berbagai sumber informasi yang diperoleh menyatakan bahwa baik guru yang berpartisipasi menggiatkan Kopsis maupun yang tidak menggiatakan adalah tiada bedanya. Faktor yang mendukung: a) instruksi kepala sekolah supaya Kopsis dipertahan-kan kelangsungannya, yaitu dengan mewajibkan siswa baru untuk membayar simpanan Kopsis; b) keijasama dengan koperasi Guru sangat erat, dimana kadang-kadang Koperasi Guru meberikan pinjaman modal berupa penitipan barang kepada Kopsis; 3) Guru kadang-kadang memanfaatkan Kopsis sebagai media belajar, d. Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi
282 Dalam memulai kerja sebagai pembina Kopsis, pembina menginginkan awal kerja dimulai dari nol dalam arti tidak menggunakan uang tabungan siswa sebagai modal tetapi melanjutkan modal dahulu telah ada baik dalam bentuk barang yang belum terjual, barang jasa maupun dalam bentuk uang tunai. Uang tunai yang ada saat pembina memulai keija adalah Rp 3.500.000,- Sedang barang-barang yang belum terjual sekitar seharga Rp 1.500.000,- Uang tabungan siswa yang terkumpul disimpan di bank. Sedangan pengelolaan dan pemanfaatannya uang tabungan siswa tersebut adalah ada ditangan wakil kepala sekolah (WKS) kesiswaan. Apabila pembina Kopsis memerlukan untuk keperluan Kopsis, ia dapat menghubungi WKS Kesiswaan. Tanggung jawab utama pembina Kopsis adalah bagaimana mengembangkan Kopsis mampu mengembalikan uang tabungan siswa dalam bentuk barang (seperti stomap, medalai dan kebutuhan lain untuk masa akhir pendidikannya di SMUN 5). Dalam upaya meningkatkan perilaku siswa dalam berkoperasi, pembina Kopsis SMUN 5 menyusun program pembinaan dan pembelajaran di dalam dan luar kelas. 1) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi di Luar Kelas Secara umum program-program yang direncanakan oleh pembina koperasi supaya Kopsis bisa berjalan: a) memberikan motivasi dan sikap positif kepada pengurus agar melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya; b) meningkatkan persepsi, motivasi dan sikap positif anggota pada Kopsis; c) memeriksa program-program kegiatan yang direncanakan oleh pengurus; 4)
283 mengontrol pelaksanaan program kegiatan Kopsis yang telah direncanakan oleh pengurus. Sedangkan program-program yang sedang dan akan dilakuan dalam usaha memajukan Kopsis adalah a) membentuk pengurus Kopsis : ketua dan wakilnya, sekretaris, bendahara dan seksi-seksinya: seksi usaha, seksi belanja dan pembukuan; b) penyelenggaraan bazar setahuan sekali; c) menyediakan kaos yang berlogo SMUN 5 (namun belum terlaksana); d) pembuatan stiker-stiker yang berlogo SMUN 5 (telah terwujud); e) melakukan studi banding ke kopsis sekolah lain yang telah maju(belum terlaksana); f) mengadakan rental foto kopi (di mana Kopsis mengijinkan orang luar untuk membuka foto kopi di Kopsis, kemudian pembuka foto kopi memberikan bonus ke Kopsis 10 % dari harga per lembar foto kopi). Rata-rata per minggu Kopsis menerima banus dari pembuka foto kopi sebesar Rp 35.000,-; 8) mengembalikan tabungan siswa dalam bentuk barang yang senilai Rp 18.000,- per siswa. Sedangkan program pembina dalam upaya meningkatkatkan perilaku siswa dalam berkoperasi: a) mengkaitkan semua materi pelajaran ekonomi yang mungkin bisa dikaitkan dengan koperasi, dengan cara demikian diharpakan para siswa memahami secara dalam tentang apa pentingnya dan sebenarnya koperasi sebagai lembaga sosial dan lembaga ekonomi bagi warganya, bagaimana pengelolaannya, pengadministrasiannya, apa tanggung jawab pengelola (pengurus dan pengawas) dan haknya, apa tanggung jawab anggota dan haknya. Dengan pemahaman secara dalam tentang koperasi dihadapkan mereka menjadi sadar berkoperasi dan ikut aktif dalam kegiatan Kopsis. c) Mengikutsertakan pengurus dalam kegiatan pelatihan koperasi yang diadakan oleh Dekopinda. Setelah pulang dari pelatihan, mereka disuruh menyampaikan hasil pelatih-an kepada teman-temannya, d) Memasukkan materi
284 koperasi dalam acara orientasi siswa bara. Materi koperasi ini diberikan oleh pembina Kopsis bersama guru-guru ekonomi yang lain. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan perilaku siswa dalam berkoperasi. Pembina melakukan kontrol selama proses pelaksanaan, e). Bekeija-sama dengan guru-guru ekonomi dan akutansi yang mengajar kelas satu. f) Melakukan pertemuan dengan pengurus setiap bulan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, dan memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajaran ekonomi dan akutansi. 2) Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi di Dalam Kelas a). Strategi pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan perilaku siswa berkope-rasi guru ekonomi (1) mengaitkan semua materi pelajaran ekonomi yang mungkin bisa dikaitkan dengan koperasi; (2) dalam pembelajaran ekonomi guru ekonomi selalu mengingatkan bahwa koperasi siswa adalah milik siswa oleh siswa. b) Evaluasi dan Esessemen. Dalam melakukan evaluasi dan esessemen guru ekonomi mendasarkan pada laporan tugas (baik individu maupun kelompok), keaktifan dalam proses pembelajaran, hasil tes, keaktifan menjalankan tugas di Kopsis. Harapan atas dasar program yang dibuat. Bedasarkan program pembelajaran yang dibuat, guru ekonomi berharap agar para siswa (1) benar-benar menjadi sadar bahwa koperasi itu memberikan nilai tambah; (2) mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan berkoperasi di masyarakat; (3) para siswa mampu berwirausaha, e. Pelaksanaan Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam berkoperasi. 1) Di Luar kelas
285 a) Metode Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam Berkoperasi di Luar Kelas. Metode pembinaan siswa dalam berkoperasi. Pembina menerapkan metode pembina-an secara gabungan antara metode delegatif dan colaboratif, di mana pembina melaku-kan pembinaan dengan cara memberikan kesempatan siswa untuk merencanakan dan melakukan sendiri. Pembina menyerahkan kepada pengurus untuk menysuun program yang akan dilakukan. Sebelum rencana itu dilaksanakan pembina meminta para siswa untuk mengkonsultasikan dan mendiskusikannya bersama pembina, dan kemudian pembina memantau pelaksanaan program-program yang telah dibuat Bila ada hal-hal yang dirasakan kurang, pembina memberikan pengarahan. Dengan cara ini diharapkan rencana kegiatan mereka akan menjadi lebih baik. Walaupun menerapkan metode kolaboratif, namun dalam hal tertentu dan kondisi mendadak pembina lebih suka meng-ambil tindakan langsung, seperti ketika ada tawaran mengikuti training dari Dekopinda, pembina langsung menunjuk siapa yang akan diberangkatkan mengikuti training. Strategi pembinaan yang dilakukan pembina dalam membina perilaku anggota berbeda dengan membina pengurus. Pembinaan terhadap anggota pada umumnya, pembina menyarankan kepada semua siswa untuk belajar berwirausaha sedini mungkin. Agar memiliki kemampuan dan ketrampilan berwirausaha diharapkan para siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis. Sedangkan pembinaan terhadap pengurus: pembina tidak bosan-bosannya menyarankan para anggota pengurus agar belajar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masingmasing dengan baik.
286 Metode pembelajaran siswa dalam berkoperasi. Pembina memandang bahwa para siswa telah memiliki mengetahuan dan ketrampilan berkoperasi. Peningkatan kemam-puan dan ketrampilan melaksanakan kegiatan rutin Kopsis dilakukan pembina dengan cara langsung menuyuruh siswa mengikuti contoh-contoh yang telah dilakukan seniornya. Pembina kurang memberikan monitoring kepada para siswa dalam proses belajar berkoperasi. b) Pelaksanaan Program di Luar Kelas (1) Kaderisasi: Kaderisasi dilakukan atas dasar pemilihan dari wakil-wakil kelas yang telah aktif ikut berpartisipasi dalam Kopsis. Proses pemilihan pengurus dan pengawas dilakukan pada saat RAT. (2) Pembagian Piket Untuk meningkatkan pengalaman para anggota dan pelayanan para pembeli, pembina menganjurkan pengurus untuk menyusun jadwal piket menunggu toko Kopsis atas dasar perwakilan kelas I. Setiap kelas diwajibkan mengirimkan petugas piket 2 orang setiap minggunya. Dari jumlah petugas piket perwakilan kelas pengurus menyusun jadwal piket siswa di toko Kopsis setiap minggunya. Pengaktifan piket ini dibantu oleh wali kelas masing-masing kelas, dan guru ekonomi kelas I. Guru ekonomi/akutansi diharapkan selalu mengingatkan bahwa keaktifan dan kedisiplinan melaksanakan piket Kopsis berhubungan dengan nilai mata pelajaran ekonomi/akutansi yang akan diterima. (3) Kebijakan Pembina terhadap Pengurus. Kopsis berfungsi sebagai tempat pembelajaran siswa dalam berkoperasi oleh karenanya pengurus dan pengawas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tidak diberikan imbalan apapun dari Kopsis. Mereka benar-benar kerja secara sukarela. Melaksanakan kepengurusan dan kepengawasan itu benar-benar hanya merupakan
287 kegiatan praktik berkoperasi. Para anggota juga hanya menerima pengembalian uang simpanan wajib dan pokok. Mereka tidak mendapat SHU yang seharusnya diperoleh. SHU untuk para anggota dijadikan uang cadangan semua. (4) Peningkatan Partisipasi Siswa. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam berkoperasi, 1) pembina selalu mengingatkan bahwa Kopsis adalah milik anggota (siswa), oleh karena itu kemajuan Kopsis tergantung partisipasi siswa. Kurangnya partisipasi anggota dalam Kopsis akan menyebabkan mundurnya Kopsis. 2) Pembina menganjurkan pengurus mengadakan jadwal piket untuk jaga di toko dan mengadakan pembagian tugas di antara anggota pengurus. 3) Setiap mengajarkan materi ekonomi yang menyinggung masalah konsumen, pembina menganjurkan siswa untuk membeli barang-barang kebutuhan sekolah di Kopsis. 4) Mengadakan kontak dengan para wali kelas agar tidak bosan-bosannya mengingatkan para siswa bagi yang bertugas piket di Kopsis untuk melaksanakan tugasnya. 5) Pembina meminta bantuan kepada guru-guru ekonomi dan akutansi kelas I menyuruh para siswanya untuk ikut membantu pelaksa-naan kegiatan Kopsis. Dengan pemikiran bahwa siswa kelas I biasanya masih takut dan mau tunduk perintah guru untuk membantu jalannya kegiatan Kopsis. Agar para siswa berpartisipasi dalam Kopsis, guru menyatakan akan memberikan imbalan nilai mata pelajaran akutansi sesuai dengan taraf partisipasi mereka. Dengan aktif berpartisipasi dalam Kopsis, pembina mengharapkan para siswa dapat belajar secara riil tentang bagaimana membukukan suatu kegiatan usaha, belajar struktur organisasi dan meneje*men Koperasi. Dalam meningkatkan partisipasi siswa, pembina juga mengarahkan kepada para siswa bahwa 1) partisipasi dalam Kopsis itu merupakan suatu proses melatih diri untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berwirausaha. 2) Orang yang
288 ingin sukses berwirausaha perlu melatih diri dari bentuk usaha yang kecil skopnya ke skop usaha yang semakin besar. 3) Partisipasi dalam Kopsis di samping melaltih dan kemampuan berkoperasi juga merupakan latihan dasar bagi pengembangan kemampuan dan ketrampilan berwirausaha. Kemampuan dan ketrampilan ini bisa dikembangkan lebih lanjut setelah selesai sekolah atau terjun di masyarakat. Sedangkan peningaktan partisipasi siswa melakukan pembelian dilakukan pembina dengan menyarankan agar Kopsis selalu berusaha memnjual barang-barang kebutuhan siswa yang baru menjadi trend kesukaan siswa remaja saat ini. (5) Menumbuhkan Persepsi, Motivasi dan Sikap Positif Anggota, Pengurus dan Pengawas Peningkatan Persepsi Positif Siswa terhadap Kopsis. Dalam upaya ini pembina: 1) selalu mengingatkan bahwa Kopsis siswa adalah milik siswa oleh siswa untuk siswa. Keberhasilan Kopsis juga sangat tergantung dari kebersamaan siswa dalam mengelola Kopsis yang dilakukan secara terbuka, memberi pelayanan sesuai dengan harapan dan kebutuhan anggota, melaksanakan kegiatan Kopsis sesuai dengan yang diputuskan bersama antara anggota, pengurus dan pengawas. 2) Pembina selalu meng-ingatkan kepada pengurus agar semua kegiatan yang dilakukan terbuka baik program, pelaksanaan, pembukuan dan pengadministrasian serta keuntungan yang diperoleh. 3) Pembina dan pengurus Kopsis menunjukkan semua kegiatan yang terjadi di Kopsis baik pengadministrasiannya maupun pembukuannya kepada semua peserta RAT. Selain ketiga cara tersebut, untuk meningkatkan persepsi positif siswa terhadap Kopsis, pembina memberikan materi koperasi dalam acara orientasi siswa baru, yang isinya "Pemerintah telah mencanangkan bahwa koperasi merupakan suatu
289 badan usaha yang dapat diandalkan oleh masyarakat. Dimana dulu bahwa koperasi itu tujuannya ha-nya mensejahterakan rakyat tanpa mencari keuntungan, tetapi sekarang sesuai dengan program pemerintah koperasi itu tidak hanya mementingkan kesejahteraan anggota semata dan mengesampingkan keuntungan, tetapi sekarang koperasi itu menuju sautu profit sharing." Jadi koperasi itu mencari keuntungan sebesar-besarnya tetapi dengan catatan tidak merugikan kesejahteraan anggota. Seperti penentuan harga, harus melihat dulu situasi, di mana barang tidak boleh terlalu tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat daya beli anggota dan barang yang dijualpun disesuaikan kebutuhan anggota. Di samping itu pembina bersama guruguru ekonomi menjelaskan tentang undang-undang koperasi, tujuan dan fungsinya, apa makna koperasi itu bagi siswa, perkem-bangan dan kemajuan, strukturnya dan mekanisme Kopsis yang ada. Peningkatan Motivasi dan Sikap Siswa. Peningkatan motivasi dan sikap siswa dalam berkoperasi dilakukan dengan pemberian imbalan nilai mata pelajaran ekonomi dan akutansi bagi mereka yang aktif, pengarahan tentang manfaat koperasi bagi perjuangan ekonomi rakyat dan manfaat aktif berpartisipasi dalam koperasi dalam meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berwirausaha. Selain itu juga pengiriman para siswa untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Dekopinda Jawa Barat. Sekolah menyediakan dana kegiatan ektralkurikuler untuk pengiriman para siswa ke Dekopinda. Peningkatan motivasi berkoperasi juga dilakukan oleh pembina dengan cara 1) mengingatkankan pengurus dan petugas piket untuk a) melaksanakan tugas dan tang-gung jawabnya sebaik mungkin; b) memberikan pelayanan kepada pembeli sebaik mungkin dan menyediakan barang yang sesuai dengan selera dan kebutuhan
290 anggota; 2) mengingatkan siswa bahwa Kopsis adalah milik siswa dan harus dilakukan siswa serta kemajuan dan kemunduran Kopsis adalah tergantung partisipasi siswa. Peningkatan Komitmen Pengurus dalam Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawabnya. Pembina melakukan pertemuan dengan pengurus untuk memechakan berbagai persoalan yang dihadapi dan memikirkan bagaimana cara supaya para siswa yang lain ikut aktif berpartisipasi. Kegiatan nyata yang dilakukan yaitu membuat program piket, dimana setiap kelas diwajibkan mengirimkan 2 petugas piket setiap minggu secara bergantian. Walapun demikain karena siswa hanya bisa piket pada jam istirahat dan satu jam setelah jam pulang, maka pembina bersama pengurus mengambil kebijakan untuk mengangkat staf Kopsis agar menjaga toko Kopsis dan membantu pelaksanaan Kopsis. Staf Kopsis ini dibayar Rp 90.000,- per bulan yang diambil dari sebagian keuntungan titipan makanan di Kopsis. Staf ini ditugasi tidak hanya menjaga toko Kopsis, tetapi juga membantu siswa berbelannja dan melakukan pembukuan. Dalam praktiknya staf dan pembina KopsiSLTAh yang aktif melaksanakan hampir semua kegiatan Kopsis. Selain itu pembina sendiri kurang konsisten dan terbuka dengan apa yang ia nasehatkan kepada para siswa. 2) Di dalam Kelas a) Metode dan Strategi Pembelajaran Ekonomi. Metode dan strategi yang digunakan guru ekonomi dalam proses pembelajaran adalah ceramah dan praktik. Setelah pemberian informasi bagimana sesuatu dilakukan, guru menyuruh para siswa untuk mencoba dan mempraktikan
291 persoalan-persoalan di dalam kelas. Selanjutnya guru memberikan tugas kepada para siswa dalam bentuk pekerjaan rumah, c) Pelaksanaan Evaluasi Cara-cara yang dilakukan oleh guru dalam mengeses dan mengevaluasi adalah dari laporan tugas yang diberikan baik kelompok maupun individual, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, hasil yang dicapai dari tes yang diberikan dan keaktifan menjalankan tugas di Kopsis. c) Pemanfaatan Kopsis sebagai Media Belajar Pemanfaatan Kopsis sebagai media pembelajaran belum banyak dilakukan oleh guru. Pemberian tugas yang diberikan siswa baru berupa tugas pekerjaan rumah. Atas dasar teori yang diberikan, guru belum memberikan persoalan kepada siswa yang menuntut pemecahan masalah yang perlu dipecahkan secara bersama dengan cara mengamati, menanalisa secara sistemik, mencari alternatif pemecahan, menentukan dan menerapkan alternatif pemecahan secara riil di Kopsis. Pernah dilakukan pemberian tugas untuk mengamati di Kopsis, namun belum dilanjutkan dengan kegiatan yang membuat siswa menganalisa, mencari alternatif pemecahan, memilih dan menentukan alternatif pemecahan serta menerapkannya, f. Unit Usaha Kopsis SMUN 5 SMUN 5 memiliki dua unit usaha yaitu 1) unit simpanan anggota yang menge-lola semua uang simpanan anggota untuk dikumpulkan sebagai modal Kopsis. Apabila dana simpanan ini tidak terserap sebagai modal Kopsis, unit ini mengupayakan untuk memperoleh jasa dari bank. 2) Unit penyelenggaraan usaha toko yang mengusahakan tersedianya barang-barang kebutuhan anggota baik berupa
292 barang peralatan belajar, makanan, logo dan sitiker SMUN 5, minuman maupun seragam sekolah. g. Inventaris yang Dimiliki Kopsis Kepala sekolah SMUN 5 menyediakan Kopsis sebuah ruangan berukuran 3 X 5 agar dimanfaatkan sebagai toko Kopsis. Kopsis memiliki barang-barang inventaris seperti dalam Tabel berikut: TABEL 10 INVENTARIS KOPSIS Jumlah Nama Barang 1. Etalase toko 2 1 2. Papan tulis wait board U 3. Lambang koperasi Indonesia h. Rencana Kerja Kopsis Rencana kerja yang sedang dan akan dilakukan oleh Kopsis SMUN 5 pada tahun 1998/1999 adalah 1) Bidang usaha meliputi: a) menyediakan kebutuhankebutuhan pokok para siswa seperti alat tulis, seragam sekolah, penjualan jasa foto kopi, makanan dan minuman; b) pembuatan Logo atau stiker SMUN 5 yang ditribusikan ke semua kelas melalui KM; c) memotivasi para anggota untuk ikut menyimpan atau menitipkan barang dagangan ke Kopsis; d) memajukan dan meningkatkan usaha pertokoan. 2) Bidang organisasi meliputi: a) pendataan anggota baru; b) meningkatkan mutu administrasi; c) meningkatkan kerjasama anggota dan pengurus; d) meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan anggota; e) meningkatkan keijasama dengan OSIS, dan f) melakukan studi banding ke Kopsis lain yang lebih maju; g) berpartisipasi menyelenggarakan bazar yang dilakukan oleh semua aktivitas kegiatan SMUN 5 h) menertibkan piket di Kopsis, i) melakukan kegiatan bakti sosial dalam bentuk pemberian santunan berupa uang kepada panti asuhan dan sejenisnya. Uang
293 tersebut diperoleh dari sebagian keuntungan Kopsis pada acara tutup tahun dan pengumpulan dana sumbangan dari para siswa, i. Rapat Anggota Rapat anggota Kopsis SMUN 5 Bandung yang dilaksnakan secara resmi/formal adalah 1) rapat persiapan RAT yaitu untuk pembentukan panitia dan penyusunan proposal RAT, 2) rapat menjelang RAT untuk mempelajari laporan RAT dan menyelesaikan atau mengatasi permasalahan yang mungkin ada, 3) rapat pemerisakaan barang toko dan pembuatan laporan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas, 4) rapat anggota tahunan (RAT), 5) rapat setelah RAT untuk pembentukan pengurus baru. Sedangkan permasalahan harian yang muncul dipecahkan melalui rapat pengurus dan acara pertemuan bulanan bersama pembina. i. Kekayaan Bersih Kopsis TABEL 11 KEKAYAAN BERSIH KOPSIS SMUN 5 KOTAMADYA BANDUNG DARI TAHUN 1995-1998 JENIS KEKAYAAN KEWAJIBAN TAHUN Simpanan Pokok Simpanan Wajib Simpanan Sukarela Cadangan Dana Pendidikan Dana sosial Inventaris Modal Pokok SHU
NILAI KEKAYAAN & KEWAJIABAN 1995 Rp 5.200.000,Rp 2.157.000,Rp 215.000,Rp 425.000,Rp 22.000,Rp 40.000,Rp 1.250.000,Rp 8.162.000,Rp 1.010.000,-
1998 Rp 6.306.000,Rp 3.456.000,Rp 300.000,Rp 630.000,Rp 30.000,Rp 50.000,Rp 1.400.000,Rp 9.762.000,Rp 1.200.000,-
k. Tanggapan Pengawas dan Anggota tentang Kemampuan Pengurus dai Menjalankan Tugas dan Tanggung Jawabnya Pengawas dan para anggota menilai bahwa secara umum pengurus belum memiliki kemampuan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
294 kepadanya. Mereka menunjukkan berbagai kegiatan yang belum sesuai dengan yang telah direncanakan seperti petugas piket Kopsis sangat sering kosong, kegiatan bakti sosial dan studi banding ke koperasi lain yang lebih maju belum jadi dijalankan, setiap kali anggota bertannya tentang keuangan Kopsis pengurus kurang mengetahui secara pasti, kegiatan-kegiatan Kopsis lebih banyak ditangani oleh staf pengelola dan Pembina. Pengadministrasian Kopsis telah dibukukan secara rapi tetapi pelaksa-naannya lebih banyak dilakukan staf Kopsis dan pembina. Menurut pengamatan peneliti memang demikian adanya. 1. Rasa Manfaat dan Keterlibatan Anggota, Pengurus dan Pengawas Kopsis Keuntungan aktif di Koperasi. Setelah aktif di Kopsis, para anggota pengurus merasakan adanya beberapa keuntungan antara lain: latihan berorganisasi, menerapkan tata cara kepemimpinan, bertambah wawasan dan pengalaman dalam bergaul dan berkomunikasi dalam massa, berkembang kemampuan dan ketrampilan berkoperasi serta berwirausaha, seperti cara mencari barang dan memasarkan barang, mengelola usaha dalam bentuk organisasi bersama. Sedangkan para siswa pada umumnya menyatakan bahwa berpartisipasi membeli barang di Kopsis karena situasi dan kondisi, di mana harga dan kualitas minimal sama dengan harga luar sedangkan tempatnya dekat. Mereka belum sadar sepenuhnya bahwa partisipasi mereka di Kopsis adalah karena Kopsis merupakan miliknya. m. Hasil Pembinaan dan Kebijakan Yang Dilakukan Dengan pola pembinaan yang dilakukan, dibandingkan dengan kondisi dua tahun yang lalu, perkembangan Kopsis nampak semakin maju baik dari segi
295 pengelolaan maupun usaha. Pengadminstrasian dan pembukuan keuangan semakin teratur. Barang yang dijual semakin banyak, seperti dari tidak ada foto kopi menjadi ada. Perkembangan partisipasi siswa cukup meningkat baik secara konsumtif maupun kontributif. Partisipasi mereka membeli barang di Kopsis mencapai ± 70%. Dari segi jumlah nilai pembelian dari para siswa telah cukup meningkat dengan tajam kalau satu setengah tahun yang lalu jumlah uang pembelian dari siswa per hari hanya menca-pai Rp 12.000,- pada awal januari 1998 telah meningkat menjadi lebih Rp 70.000,- per hari. Dari segi partisipasi kontribusi, mereka banyak memberikan saransaran yang mendukung kemajuan Kopsis seperti usul perlunya adanya studi banding ke Kopsis lain. Selain itu semakin banyak para guru mulai menganjurkan para siswa agar membeli barang kebutuhannya di Kopsis. Mereka membeli barang di Kopsis bukan karena diharuskan oleh guru. Alasan para siswa membeli barang di Kopsis adalah karena dekat dan minimal harganya sama dengan harga luar bahkan banyak yang lebih murah. Namun, Kopsis belum banyak memiliki inisiatif sendiri mencari barangbarang yang diperoleh dari sumbernya, seperti pemerolehan buku pelajaran yang akan di jual diperoleh langsung dari penerbit, pakaian seragam sekolah ke perusahaan garmen dan sebagainya. Barang-barang yang dijual lebih banyak menunggu barang dari penitip barang atau salesmen. Hanya alat-alat tulis saja yang banyak mencari sendiri ke grosir. Kedisiplinan petugas piket juga menurusn drastis. Dulu ada siswa yang piket di toko untuk secara bersama-sama petugas Kopsis mengelola Kopsis tetapi sudah satu setengah bulan tidak ada siswa yang piket. Bahkan hampir dua bulan staf Kopsis
296 membantu Kopsis ia belum pernah melihat siapa-siapa yang termasuk anggota pengurus. Kerjasama antara anggota, petugas piket, dan antara anggota pengurus kurang terorganisir. Terjadinya kekosongan piket dan kurangnya kerjasama di Kopsis disebab-kan oleh pengurus sudah lama habis masa jabatannya tetapi belum diturunkan dari jabatan. Majelis permusyaratan perwakilan kelas (MPK) telah dilakukan tetapi penyusunan pengurus Kopsis belum dilakukan. Sedangkan para pengurus sekarang adalah siswa kelas III yang sibuk dengan persiapan dirinya untuk menghadapi EBTANAS, sehingga sudah tidak sempat aktif lagi pada kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan Kopsis lebih banyak dilakukan oleh pembina dan staf Kopsis daripada pengurus Kopsis. Seperti pengadaan barang, penjualan, dan pembukuan dilakukan oleh pembina dan dibantu oleh staf Kopsis. Petugas piket dari siswa hanya melaporkan hasil penjualan kepada pembina atau petugas staf Kopsis pada akhir hari mereka piket. Para siswa nampak lebih banyak hanya sebagai pembantu kegiatan penyelenggaraan Kopsis daripada sebagai penyelenggara dan pelaksana. Dari hasil wawancara dengan pengurus nampak bahwa mereka kurang mengetahui secara dalam tentang kegiatan yang mereka lakukan. Seperti Kopsis menjual jasa foto kopi yang diperoleh dari orang yang memiliki foto kopi untuk ditempatkan di Kopsis, tetapi sebagai ketua pengurus Kopsis tidak tahu secara pasti berapa persen Kopsis mendapat imbalan jasa foto kopi yang ditempatkan di toko Kopsis. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan pengurus, ia juga tidak tahu berapa jumlah aktiva yang dimiliki Kopsis. Partisipasi guru dalam menghidupkan Kopsis masih rendah. Sebagian para guru telah menganjurkan kepada para siswanya untuk membeli barang-barang yang
297 akan digunakan dalam proses belajarnya dan seragam sekolah di Kopsis. Namun sebagian yang lain berpendapat keberadaan Kopsis hanya akan memperkaya siswa dan mengurangi perkembangan koperasi guru dan karyawan. Selain itu walaupun kepala sekolah telah meminta para wali kelas agar membantu mengingatkan para siswa yang piket untuk menjalankan tugasnya, dalam praktiknya belum terlaksana, n. Perkembangan Kopsis Kopsis SMUN 5 setahap demi setahap mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat penyediaan barang-barang kebutuhan anggota semakin banyak, baik jumlah maupun macamnya, semakin tinggi jumlah siswa yang membeli barang kebutuhan sekolah di Kopsis, jumlah uang cadangan, jumlah SHU yang diperoleh Kopsis, dan jumlah omset semakin besar. Kondisi perkembangan Kopsis SMUN 5 dapat dilihat dari perkembangan tingkat kewajiban dan kekayaan bersih Kopsis tahun 1995-1998 Selain perkembangan usaha dan kekayaan Kopsis, tingkat perilaku anggota berkoperasi juga relatif nampak menunjukkan adanya peningkatan, khususnya perkem-bangan persepsi, motivasi dan sikap. Hanya saja perkembangan tingkat persepsi dan sikap positip terhadap Kopsis, serta motivasi berpartisipasi dalam Kopsis serta perkem-bangan kognisi tentang koperasi belum merata. Perkembangan perilaku berkoperasi hanya terbatas pada aktivis Kopsis. Bagi non aktivis kurang memahami tentang fungsi, tujuan, hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi. TABEL 12 KEKAYAAN BERSIH KOPSIS SMUN 5 KOTAMADYA BANDUNG DARI TAHUN 1995-1998 JENIS KEKAYAAN KEWAJIBAN TAHUN
NILAI KEKAYAAN & KEWAJIABAN 1995
1998
Simpanan Pokok Simpanan Wajib Simpanan Sukarela Cadangan Dana Pendidikan Dana sosial Inventaris Modal Pokok SHU
TABEL 12 (Lanjutan) Rp 5.200.000,Rp 2.157.000,Rp 215.000,Rp 425.000,Rp 22.000,Rp 40.000,Rp 1.250.000,Rp 8.162.000,Rp 1.010.000,-
298 Rp 6.306.000,Rp 3.456.000,Rp 300.000,Rp 630.000,Rp 30.000,Rp 50.000,Rp 1.400.000,Rp 9.762.000,Rp 1.200,000,-
PERHATIAN LEMBAGA TERKAIT Semua pembina Kopsis menjelaskan bahwa Departemen Koperasi (Depkop cq. Dekopinda) telah memberikan perhatian dengan memberikan pendidikan dan latihan kepada pengurus inti Kopsis di berbagai sekolah yang Kopsisnya telah banyak menunjukkan aktivitasnya. Selain itu Kandepkop Tingkat II selalu siap membantu apabila diminta oleh sekolah untuk ikut membantu membina penyelenggaraan Kopsis. Namun Depkop dan Dekopinda belum ikut memberikan monitoring dan supervisi terhadap kemajuan dan perkembangan Kopsis dan mencoba mengatasi permasalahan yang dihadapi Kopsis secara keseluruhan di daerahnya. Departemen Dalam Negeri (Depdagri) yang memiliki tanggung jawab membantu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pembinaan dan pengembangan Kopsis belum banyak nampak memberikan langkah-langkah nyata untuk itu. Demikian juga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) sebagai instansi yang bertanggung jawab langsung atas kemajuan dan perkembangan Kopsis pada setiap sekolah baru memberikan perhatian berupa pemberian buku petunjuk pelaksanaan teknis edukatif dan sumbangan sejumlah kecil materi sebagai awal modal Kopsis di sekolah-sekolah. Pada tahun 1994 setiap sekolah mendapat bantuan dari kasi Binmudora Depdikbud Kodya Bandung berupa brankas, buku kepengurusan dan buku tabungan siswa, dan kalkulator senilai Rp 200.000,-. Bahkan pada sekolah-
299 sekolah kejuruan ada tambahan bantuan berupa uang sebesar Rp 50.000,- Hanya saja secara moral operasional, Depdibud (seksi Binrmvdora), tidak pernah memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Kopsis secara serius. Seksi Binmudora belum pernah memberikan monitoring dan supervisi untuk melihat secara dekat tentang bagaimana Kopsis pada setiap sekolah itu dilaksanakan, seperti bagaimana uang tabungan siswa yang dijadikan uang simpanan pokok dan simpanan wajib Kopsis itu dioperasionalkan, bagaimana kemajuan dan perkembangan Kopsis di setiap sekolah. 6 Sekolah Menengah Umum (SMU) Korpri UPI Bandung Kepala Sekolah SMU Kopri IKIP Bandung menjelaskan bahwa terselenggara-nya Kopsis di sekolah adalah penting, karena ini bisa dimanfaatkan sebagai lab mata pelajaran ekonomi di samping sebagai organisasi ekonomi siswa. Namun karena terbatasnya ruangan yang tersedia dan ketua yayasan belum memberikan rambu-rambu boleh tidaknya diadakan Kopsis, maka SMU Koprpri belum memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyelenggarakan Kopsis. Sebagian guru ekonomi telah memahami bahwa secara umum tujuan pendidik-an ekonomi di SMU diarahkan kepada pembekalan kepada anak untuk menerapkan pengetahuan ekonomi dalam kehidupan yakni kemampuan menerapkan pengetahuan ekonomi dalam dunia usaha, dan berwirausaha di samping mempersiapkan anak memiliki pengetahuan ekonomi sebagai bekal mampu memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Namun sebagian guru ekonomi yang lain belum memahami secara pasti tujuan dan fungsi pendidikan ekonomi di SMU. Pendidikan eknomi di SMU dianggap hanya sekedar agar anak mampu memahami masalah ekonomi yang sering terjadi atau muncul dalam kehidupan nyata). Mereka 299
299 belum mengarahkan bahwa tujuan pendidikan ekonomi itu sebagai dasar pembentukan jiwa wirausaha. Guru masih membayangkan tujuan pembelajaran itu berdasarkan materi (pokok bahasan yang ada dalam buku paket) yang akan diajarkan. Mereka belum memahami secara jelas bahwa seorang guru seharusnya memahami tujuan kurikuler dan pokok bahasan mata pelajaran itu baru kemudian mencari materi yang akan diajarkan kepada para siswa. Mereka lebih cenderung memahami materi dalam buku paket lebih dahulu baru merumuskan tujuan diberikannya materi pelajaran tersebut. Keadaan ini menggambarkan bahwa guru belum memahami secara jelas arah proses pembelajaran dan fungsi pembelajaran mata pelajaran itu. Bagi guru yang telah memahami tujuan umum diberikannya mata pelajaran di SMU mengembangan jiwa wirausaha peserta didik dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan sosio drama. Metode yang paling banyak mereka terapkan adalah ceramah dan tanya jawab. Bila guru ingin menggunakan metode sosio drama, setelah siswa diterangkan materi pelajaran ekonomi atau akutansi secara teoritis, guru menunjukkan siswa kasus-kasus permasalahan ekonomi yang ada sekarang. Setelah itu secara sosio drama, guru menyuruh beberapa anak untuk menjadi peran sebagai pelaku ekonomi (seperti ketua perusahaan atau koperasi, manajer, akuntan dan sebagainya) untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Proses pembelajaran dalam bentuk tugas yang menuntut anak mengamati kondisi riil di lapangan, menganalisa dan menilai, membuat alternatif pemecahan dari berbagai persoalan di lapangan dan melaporkan hasil yang ditugaskan itu untuk didiskusikan di depan kelas tidak pernah dilakukan. Bagi guru yang belum memahami tujuan diberikannya mata pelajaran ekonomi di SMU, metode dan startegi proses pembelajarannya lebih banyak 300
299 diarahakan pada pemakaian metode ceramah bervariasi dan tanya jawab. Proses pembelajaran yang memungkinkan siswa mempunyai pengalaman riil atau melihat secara nyata di lapangan bagaimana menjalankan suatu usaha, seperti koperasi atau badan usaha yang lain, tidak pernah dilakukan. Proses pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dalam bentuk ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran dalam bentuk diskusi masih jarang dilakukan. Pembentukan jiwa berkoperasi, dan berwirausaha hanya dilakukan dalam bentuk pemberian informasi dengan metode ceramah. Baik guru ekonomi yang sudah memahami maupun belum tentang tujuan pendidikan ekonomi di SMU memberikan esesnmen dan evaluasi kepada peserta didik secara insidental berulang. Dalam arti siswa diberi tugas kemudian secara bebebrapa kali ditanyakan secara insidental. Kecepatan dan ketepatan melaksanakan tugas itulah yang dijadikan ukuran seberapa tingkat kemajuan yang mereka capai. Evaluasi dilakukan hanya berdasarkan tes-tes tes formatif dan sumatif. Mereka belum memberikan esesmen dan evaluasi atas hasil belajar yang berupa proses belajar yang mereka capai. Terlepas dari tingkat pemahaman tentang tujuan dan fungsi pendidikan ekonomi di SMU Korpri para guru ekonomi merasakan bahwa dengan belum adanya Kopsis di SMU-nya mengalami kesulitan memberikan pengalaman riil atau pengalaman mela-kukan praktik, khususnya praktik mananjemen dan akutansi, kepada peserta didik.
301
302 7. KESIMPULAN POTRET KOPSIS DI SLTA KOTAMADYA BANDUNG Kopsis SLA Kotamadya Bandung atas dasar Surat Keputusan Bersama Menteri Koperasi (Menkop), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Republik Indonesia No. SKB125/M/KPTS/X/1984 No. 0447a/U/1984 No. 71 tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kopsis. Para kepala sekolah mendirikan Kopsis setelah menerima buku Pedoman Teknis Pembinaan dan Pengembangan Kopsis yang dikeluarkan oleh Departemen Koperasi Direktorat Jendral Bina Usaha Koperasi 1987/1988 dan dukungan Kanwil Depdikbud Bandung, di mana setiap sekolah diharapkan dengan sangat mendirikan Kopsis. Secara struktur dan pembinaan, Kopsis merupakan bagian bidang kegiatan OSIS dalam pengembangan kemampuan dan ketrampilan kewirausahaan siswa. Fungsi pendirian Kopsis adalah sebagai lab ekonomi dan organisasi ekonomi siswa. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan kewirausahaan siswa. Modal Kopsis dipungut dari para siswa. Pembayarannya ada yang sekaligus ditarik pada waktu pendaftaran ulang sebagai siswa baru, ada yang tiap tahun dan ada yang setiap bulan Jumlah simpanan pokok dan wajib anggota Kopsis yang harus dibayar oleh setiap siswa selama 3 tahun berkisar antara Rp 10.500, - s/d Rp 20.000,-. Uang ini akan dikembalikan ketika siswa yang bersangkutan tamat atau meninggalkan sekolah. Secara pernyataan, semua kepala sekolah, pembina Kopsis, dan para guru memberikan duktingan atas berdirinya Kopsis. Dalam praktiknya dukungan itu sangat bervariasi, ada yang secara tulus dan ada yang setengah hati. Kepala sekolah yang mendukung secara tulus berupaya membuat kebijakan dan mejalankan kepemimpinan
303 yang memungkinkan semua personel sekolah berpartisipasi dalam memajukan dan mengembang-kan Kopsis. Sedangkan mereka yang setengah hati, bersikap kurang peduli, yang penting Kopsis nampak ada, bahkan kurang transparan terhadap uang simpanan siswa. Tingkat komitmen para pembina dan guru juga bervariasi. Pembina Kopsis yang berkomitmen tinggi berupaya memberikan pembinaan siswa dalam berkoperasi secara sungguh-sungguh, tekun dan terus-menerus memonitor dan mengontrol siswa dalam berkoperasi. Sedangkan yang komitmennya rendah, kurang mengadakan pembinaan secara serious dan kurang memonitor dan mengontrol para siswa dalam berkoperasi serta kurang memikirkan upaya-upaya apa yang bisa dilakukan untuk memajukan dan mengembangkan Kopsis. Tingkat partisipasi guru dalam membelajarkan siswa berko-perasi ada yang menganggap bahwa adanya Kopsis hanya akan memperkaya siswa dan bersifat acuh. Namun ada juga yang peduli atas terjadinya partisipasi siswa dalam berkoperasi yakni dengan selalu menyarankan membeli barang kebutuhan belajarnya di Kopsis, mengingatkan para siswa yang piket untuk melaksanakan tugasnya dan mengkoordinir barang-barang produksi siswa untuk dijual di Kopsis. Dukungan dari lembaga lain (Depdikbud, Pemda, dan Depkop setempat), terhadap upaya memajukan Kopsis masih belum maksimal. Hal ini nampak, walaupun setiap tahun Dekopinda telah berupaya melakukan training pengurus inti Kopsis, namun Depkop datang ke Kopsis hanya kalau diundang, dan mereka tidak pernah mengadakan momtormg tentang kemajuan dan perkembangan Kopsis. Demikian juga halnya dengan Depdikbud dan Pemda setempat, mereka tidak pernah memberikan
ii f
304 pembinaan dan mo-nitoring tentang pelaksanaan dan perkembangan penyelenggaraan Kopsis di sekolah. Hambatan utama penyelenggaraan Kopsis adalah: (1) keterbatasan waktu para siswa dalam mengelola Kopsis. Hambatan ini mereka atasi dengan mengangkat staf Kopsis, ada yang berasal dari TU dan ada yang berasal dari orang luar. (2) Kurangnya pemahaman tentang hakekat, fungsi, dan tujuan peyelenggaraan Kopsis oleh para kepala sekolah, pembina dan para guru. 3) Komitmen personil yang terkait. Dari segi modal, apabila Kopsis dikelola dengan sungguh-sungguh tidak ada hambatan. Secara struktural, komponen-komponen organisasi Kopsis terdiri dari kepala sekolah dan WKS kesiswaan, guru pembina, pengurus, pengawas dan anggota Kopsis. Kepala sekolah dan WKS kesiswaan serta guru pembina berfungsi sebagai pembina Kepala sekolah dan WKS kesiswaan berfungsi sebagai peanggung jawab dan pembuat kebijakan secara umum. Guru pembina Kopsis berfungsi sebagai motor penggerak terselenggaranya Kopsis dan pembina siswa dalam berkoperasi. Kepala sekolah yang moderat memilih dan mengangkat WKS kesiswaan dan pembina OSIS atas dasar pertimbangan bersama guru dan atau usulan para guru. Mereka memimpin secara terbuka dan demokratis. Sedangkan yang relatif otokrat, mereka memilih dan mengangkat personel secara penunjukan langsung dan tidak tebuka dalam kepemimpinannya. Pengurus Kopsis semuanya adalah siswa, yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara yang membawahi beberapa seksi dan unit usaha. Besar dan banyaknya seksi dan unit usaha tergantung pada tingkat perkembangan dan kemajuan Kopsis yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya pengurus ada yang dibantu oleh TU atau orang luar sebagai staf dan pembantu pelaksanaan penyelenggaraan Kopsis. Sedangkan
305 pengawas ada yang semuanya siswa dan ada yang gabungan antara siswa dan pembina serta ada yang terdiri dari kepala sekolah, WKS kesiswaan dan guru pembina. Pemahaman tujuan dan Jungsi Kopsis, kebijakan dan kepemimpinan kepala sekolah bervariasi coraknya. Dengan alasan proses pendidikan berkoperasi bagi para siswa, semua kepala sekolah membuat kebijakan bahwa menjadi anggota Kopsis adalah wajib. Dalam menyelenggaraan Kopsis, ada kepala sekolah yang telah benar-benar memahami hakekat, tujuan, fungsi Kopsis dan prinsip-prinsip penyelenggaraannya serta merasakan dan meyakini kebermanfaatan serta kebermakanaan penyelenggaraan Kopsis yang baik bagi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bagi para siswanya maupun pengembangan karir dirinya dan koleganya sehingga kebijakan dan kepemimpinannya benar-benar mendukung dan mendorong semua personel sekolah (pembina Kopsis, guru, pengurus Kopsis, pengawas dan anggota) bersemangat berupaya memajukan dan mengembangkan Kopsis ke arah yang sesuai dengan tujuan dan fungsi Kopsis. Namun lebih banyak di antara mereka benar-benar belum memahami hakekat, tujuan, fungsi dan prinsip-prinsip penyelenggaraan Kopsis serta merasakan dan meyakini kebermanfaatan serta kebermaknaan Kopsis baik bagi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bagi para siswanya maupun bagi pengembangan karir bagi dirinya dan koleganya. Mereka belum membuat kebijakan-kebijakan yang memungkinkan semua personel sekolah tumbuh semangat berpartisipasi memajukan Kopsis. Hal ini nampak pada sebagian mereka yang menyatakan bahwa penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis terserah guru pembina Kopsis, namun dalam kebijakan dan kepemimpinannnya kurang memberikan dukukungan terhadap terselenggara dan berkembangnya Kopsis. Mereka masih berpandangan bahwa yang penting Kopsis terselenggara atau nampak ada. Kekurang-
306 fahaman terhadap hakekat, fUngsi dan tujuan Kopsis serta keyakinan akan kebermanfaatan dan kebermaknaannya disebabkan oleh belum adanya sosialisasi secara khusus tentang hal itu dari lembaga yang berwenang. Pada sekolah yang kepala sekolahnya yang benar-benar telah berupaya memahami fungsi dan tujuan, kebermafaatan dan kebermaknaan Kopsis bagi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dan pengembangan karir diri serta koleganya, mereka nampak membuat kebijakan dan melakukan kepemimpinan secara demokratis, terbuka dan memiliki komitmen yang tinggi. Ia memberikan petunjuk dan arahan kepada pembina, guru ekonomi, guru dan para pengurus Kopsis untuk memperluas keija sama dengan lembaga lain, memecahkan persoalan-persoalan Kopsis secara bersama, melakukan kederisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang mampu menggiatkan semua siswa berpartisipasi dan memiliki kemampuan dan ketrampilan berkoperasi. Dalam melaksanakan pembinaan dan pembelajaran siswa dalam berkoperasi, para pembina memiliki program-program pembinaan dan pembelajaran siswa dalam berkoperasi yang dilaksanakan di luar dan dalam kelas. Hanya saja dalam penyusunannya belum dilaksanakan secara terpadu oleh semua personel yang terkait. Program-program itu berbeda dalam tingkat keluasan dan kualitas program yang akan dilaksanakan. Pada Kopsis yang relatif berkembang, secara umum program pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi di luar kelas yang mereka rencanakan adalah diarahkan pada kegiatan a) melakukan pertemuan secara rutin b) mengirimkan para anggota pengurus dan pengawas koperasi mengikuti penataran atau training yang diadakan oleh lembaga terkait; c) mengundang Depkop Kodya pada acara rapat anggota tahunan (RAT) dan sekaligus memohon pembinaan dari mereka; d)
307 Kaderisasi pengurus; e) melibatkan semua kader koperasi dalam latihan kepemimpinan siswa (LKS) yang diadakan oleh OSIS; f) peningkatan partisipasi siswa dalam Kopsis; g) meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi, persepsi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap Kopsis; h) memonitor pelaksanaan Kopsis; i) pemilihan dan penunjukan siswa yang akan dikirimkan mengikuti pendidikan atau training yang diadakan oleh lembaga lain; dan j) pembina bersama pengurus Kopsis melakukan orientasi siswa baru dalam rangka pembinaan anggota baru berkoperasi. Sedangkan pada Kopsis yang belum berkembang, program-program yang mereka rencanakan hanya terbatas pada pengadaan pertemuan secara rutin antara pembina, pengurus dan pengawas, peningkatan partisipasi siswa dan melakukan pemilihan dan pengangkatan pengurus. Pada dasarnya semua inti program yang telah direncanakan baik oleh Kopsis yang telah berkembang maupun yang belum berkembang berisi tentang upaya: 1) kederisasi pengurus, 2) pembentukan pengurus baru, 3) pembagian piket menjaga toko, 4) penumbuhan dan pengembangan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap positif anggota, pengelola dan pengawas terhadap Kopsis; (5) pengupayaan pengembangan Kopsis, dan 6) peningkatan partisipasi siswa Program pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi di dalam kelas dilakukan oleh guru ekonomi atau guru pengelolaan usaha. Pada Kopsis yang pembina Kopsisnya berlatar belakang guru ekonomi, para guru ekonomi menysun program pembelajaran dengan mengaitkan masalah-masalah perkoperasian yang ada di Kopsis-nya, penyajian materi pelajaran dilakukan dengan metode ceramah bervariasi, diskusi dan tugas, evaluasi dan esesmen dilakukan atas dasar tes formatif dan sumatif,
308 keaktif-an dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Ada di antara mereka yang memiliki program pembelajaran dengan memanfaatkan Kopsis sebagi media pembelajaran. Namun, Kopsis yang pembinanya berlatar belakang non ekonomi, proses pembelajaran ekonomi sama sekali terpisah dari Kopsis. Di mana para guru ekonomi tidak menysusun program pembelajaran ekonomi dengan mengkaitan masalah perkoperasian di Kopsisnya dan memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajarannya. Di lihat dari pelaksanaan program, proses pembinaan siswa dalam berkoperasi di luar kelas pada Kopsis yang relatif telah berkembang dilakukan dengan menerapkan metode kooperatif, eklektif dan delegatif. Sedangkan dalam proses pembelajarannya mereka terapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan ketrampilan anggota Kopsis. Anggota Kopsis yang tingkat kemampuan dan ketrampilannya masih sangat rendah dibelajarkan dengan metode social learning, sedangkan mereka yang telah memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dibelajarkan dengan metode directed discovery, dan mereka yang telah mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang memadai dibelajarkan dengan metodepure discovery. Pada Kopsis yang belum berkembang- para pembina menerapkan metode pembinaan secara directive. Sedangkan proses pembelajarannya mereka menerapkan metode pembelajaran dengan tanpa memperhitungkan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki para siswa, semuanya dilakukan dengan metode pure discovery. Kopsis yang telah berkembang kaderisasi dilakukan secara demokratis, pengurus dipilih atas dasar pilihan anggota, tingkat komitmen dan kemampuan berkoperasi. Pemilihan anggota pengurus inti dan pengawas dilakukan pada waktu RAT Pelaksanaan piket diorganisasikan secara rapi dan dijalankan secara tertib.
309 Masing-masing anggota pengurus dan anggota pada umumnya selalu saling mengingatkan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap positif anggota, pengurus dan pengawas terhadap Kopsis ditumbuhkembangkan dengan menunjukkan penyelenggaraan dan gambaraan Kopsis secara transparan, baik keberadaan, perkembangan maupun mekanisme keija dan anggota untuk berpartisipasi, memberikan hak-haknya, pelayanan anggota sesuai dengan harapannya, pembina menunjukkan kepeduliannya secara serious dalam membina, memonitor dan mengontrol secara rutin dan selalu mengingatkan bahwa Kopsis adalah milik, oleh dan untuk siswa. Dalam upaya mengembangkan Kopsis, pembina membimbing wawasan, kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi, pengurus dan pengawas secara rutin baik program maupun pelaksanaannya, serta berupaya meningkatkan partisipasi siswa dalam Kopsis setiap ada kesempatan. Pada Kopsis yang belum maju upaya-upaya demikian masih jauh dari yang diharapkan. Seperti penyelnggaraan Kopsis tidak transparan, siswa kurang mendapat pembinaan secara rutin, komitmen pembina dalam membina rendah, kurang monitoring dan kontrol, kegiatan-kegiatan Kopsis tidak diorganisir secara rapi. Kegiatan Kopsis terlalu didominasi oleh pembina serta upaya peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan Kopsis tidak banyak dilakukan. Sedangkan pelaksanaan pembinaan dan pembelajaran siswa dalam berkoperasi di kelas pada Kopsis yang telah berkembang para guru ekonomi berupaya mengaitkan materi pembelajaran ekonomi dalam kelas dengan kegiatan Kopsis dan memanfaatkan Kopsis sebagai salah satu media pembeljarannya. Pelaksaan evaluasi dan esesmenpun tidak hanya berdasarkan hasil tes dan pengeijaan tugas-tugas tetapi juga
310 memperhitungkan tingkat keaktifan siswa dalam berkoperasi. Kopsis yang belum berkembang, pembina dan guru ekonomi belum memikirkan upaya-upaya pelaksanaan yang demikian. Pada Kopsis yang telah berkembang memiliki unit-unit usaha yang lebih banyak dan lebih luas usahanya dibanding dengan mereka yang belum maju. Jumalah persediaan barang yang dibutuhkan para siswa (anggota Kopsis) jauh lebih besar dan barangbarang inventarisir Kopsis juga dibukukan secara rapi, pengurusnya telah menyusun rencana keija secara jelas apa yang mau dilakukan dan apa yang mau dicapai. Setiap permasalahan yang muncul didiskusikan secara bersama dalam rapat, baik rapat anggota, rapat pengurus dan rapat pengawas yang sesuai denagn urgensinya masing-masing, semua kegiatan diadministrasikan secara tertib. Pada Kopsis yang belum berkembang pertemuan-pertemuan jarang dilakukan dan setiap kegiatan yang dilakukan kurang ada kontrol baik oleh pengurus inti maupun pembina dan tidak dibukukan dengan rapi. Pada Kopsis yang telah berkembang telah berupaya melakukan pengelolaan dan pengembangan peningkatan hubungan baik antara pengurus dan anggota, pelaksanaan pendidikan anggota, peningkatan kesejahteraan anggota, penyisihan dana pengembangan SDM, peningkatan pelayanan anggota, pengelolaan keuangan, pengelolaan modal dan keuangan, pemerolehan barang, peningkatan daya saing, penyesuaian persedian barang dengan kebutuhan anggota, hubungan kerja di antara para pengurus dan staf Kopsis, pemeliharaan ketertiban keija, peningkatan partisipasi anggota, melakukan RAT tepat waktu dan melakukan pembagian SHU sesuai dengan keputusan RAT dan pelaksanaan RAT. Pada beberapa Kopsis masih banyak hal-hal tersebut yang belum dikelola dan dilaksanakan secara baik oleh pengurus, antara lain pengurus Kopsis belum
311 melaksanakan sendiri secara terprogram tentang pendidikan anggota, pengurus dan pengawas, pemeliharaan ketertiban piket dan rutinitas melakukan pertemuan dan studi banding ke koperasi lain yang lebih maju. Kesemuanya ini lebih banyak disebab-kan oleh tingkat komitmen pembina dalam melakukan monitoring, kontrol serta dalam membelajarkan dan melatih para pengurus menjalankan hal-hal kegiatan berkoperasi. Selain itu Kopsis yang telah berkembang, dewan pengawas terdiri para siswa yang dipandu oleh pembina. Dewan ini telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan Kopsis yang belum berkembang, belum memiliki dewan pengawas yang berdiri sendiri (masih langsung di tangan pembina dan kepala sekolah, atau pembina bersama ketua pengurus Kopsis). Ada Kopsis yang memiliki dewan pengawas yang terdiri dari para siswa dan berdiri sendiri namun sama sekali tidak berfungsi. Tingkat rasa manfaat adanya Kopsis dan tingkat partisipasi anggota merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukukung. Kopsis yang mampu melayani anggota sesuai dengan harapan anggota partisipasinya tinggi. Sedangkan yang sebaliknya menunjukkan tingkat partisipasi para anggota rendah. Kemampuan Kopsis memberikan pelayanan sesuai dengan harapan anggota sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan di mana Kopsis itu berada. Kopsis yang kepala sekolahnya 1) mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang memungkinkan: a) para pembina melakukan pembinaan secara serious, memiliki komitmen yang tinggi dalam membina, memonitor dan mengontrol kegiatan siswa dalam berkoperasi; b) memungkinkan para guru berpartisipasi dalam memaju-kan dan mengembangkan Kopsis; c) berkembangluasnya jangkauan pemasaran Kopsis; 2) menjalankan kepemimpinan secara demokratis dan terbuka serta memberikan
312 hak-hak yang seharusnya diterimakannya, menunjukan bahwa Kopsis mampu melayani kebutuhan para anggotanya, para siswa memiliki persepsi, motivasi dan sikap yang positif terhadap Kopsis dan semua personel yang terkait dengan Kopsis, tingkat pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi meningkat. Sebagai hasil selan-jutnya partisipasi para siswa dalam berkoperasi meningkat dan Kopsis menjadi berkembang. Tingkat rasa manfaat adanya Kopsis sangat bervariasi. Tingkat rasa manfaat sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi para anggota dalam Kopsis. Dari semua lokasi yang menjadi objek penelitian menunjukkan bahwa anggota Kopsis yang merasa memperoleh manfaat besar adanya Kopsis adalah mereka yang aktif berpartisipasi dalam Kopsis, baik secara materi, maupun non materi. Manfaat non materi berupa peningkatan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi serta berwirausaha, berorganisasi dan berkomunikasi. Para anggota Kopsis yang sangat aktif menyatakan bahwa adanya Kopsis adalah sungguh bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Di lihat dari perkembangannya menunjukkan bahwa Kopsis yang kepala sekolah dan pembina Kopsisnya memahami hakekat, tujuan dan fungsi Kopsis, kepala sekolah mampu menciptakan iklim yang memungkinkan semua personel sekolah berpartisipasi memajukan dan mengembangkan Kopsis, pembina memiliki komitmen yang tinggi dalam membina dan melatih siswa dalam berkoperasi, mengontrol secara kontinyu, Kopsis memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan anggota, para guru ekonomi mengaitkan dan memanfaatkan Kopsis sebagai salah satu media dalam proses pembelajarannya, partisipasi siswa semakin tinggi dan Kopsis semakin berkembang dengan baik.
313 Perkembangan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi banyak ditetntukan oleh motode pembelajaran yang diterapkan pembina. Pembina Kopsis yang menerapkan metode pembelajaran dengan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi, nampak para siswa memiliki pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi lebih cakap dari pada yang tidak menyesuaikannya. Kopsis yang pembinaannya komit membina dan membelajarkan, memonitor dan mengontrol secara kontinyu, menyesuaikan metode pembelajaran dengan tingkat perkembangan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi nampak bahwa Kopsisnya berjalan lebih teratur, berkembang, dan taraf partisipasi para siswanya lebih tinggi. Faktor utama yang dirasakan para siswa malas berpartisipasi adalah ketidaktransparasian Kopsis dalam penyelenggaraanya dan kurang memberikan hak-hak siswa yang seharusnya diterimakannya, kekurangesungguhan para pembina dalam membina, memonitor dan mengontrol jalannya penyelenggaran Kopsis. B. ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Sejarah Kopsis, Kebijakan Kepala Sekolah Dan Pembina, serta Perhatian Lembaga Terkait Dari segi sejarah dan implementasinya tentang pelaksanaan penyelenggaraan Kopsis di Indosensia semuanya berdasarkan pada UUD'45; Instruksi Presiden Republik Indonesia No 3 tahun 1960; Surat Keputusan Bersama Menteri Koperasi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Repubilk Indonesia (SKB 3 Menteri RI) No. SKB125/M/KPTS/X/1984 No. 0447a/U/1984 No. 71 tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kopsis; serta Keputusan Direktur Jendral Pendidikan dasar dan Mengah Departemen Pendidikan Kebudayaan no. 201/C/kep/86,
314 tanggal 7 Mei 1986 tentang Pedoman Pembinaan Kesiswaan. Namun demikian, ada sekolah yang segera mendirikan Kopsis setelah mendengar keputusan itu dan ada yang beberapa tahun terakhir ini baru mendirikannya, bahkan ada yang belum. Hal ini disebabkan pertama: kurangnya sosialisasi tentang hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis bagi para kepala sekolah dan guru. Kedua, kurangnya perhatian dan monitoring dari Depdikbud setempat terhadap penyelenggaraan Kopsis pada setiap sekolah. Ketiga, tingkat pemahaman tentang hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis yang masih rendah. Keempat, kondisi lingkungan sekolah yang variatif. Lama dan barunya bediri Kopsis tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Kopsis. Ada Kopsis yang baru beberapa tahun berdiri, namun pertumbuhan dan perkemabngannya sangat mengesankan. Kopsis SMKN 4 baru dua tahun berdiri dan sekarang baru memasuki tahun ke 3, namun aktivanya telah meningkat empat kali lipat aktiva ketika berdiri. Ada Kopsis yang sudah lama berdiri namun pertumbuhan dan perkembangan-nya mengalami pasang surut, bahkan sampai beberapa tahun macet. Kopsis SMUN 3 dan SMUN 5 telah berdiri sejak tahun 1986, namun mengalami pasang surut. Pada awal tahun 1990-an Kopsis SMUN 3 telah tumbuh dan berkembang menjadi cukup besar, namun pada tahun 1994 sampai tahun 1997 mengalami kemacetan dan tidak aktif sama sekali, dan baru September 1997 Kopsis itu diaktifkan lagi dengan pembinaan yang cukup serius sehingga sekarang nampak bangkit kembali dengan pertumbuhan yang relatif menggembirakan. Demikian juga Kopsis SMUN 5 telah berkembang dengan baik sampai tahun 1993, pada tahun 1994-1995 perjalanannya cukup meprihatinkan, dan pada tahun 1996 mulai diaktifkan lagi walau perkembangannya belum menggembirakan. Kopsis SMUN 20 telah berdiri 1992 namun
315 sampai sekarang perjalanannya sangat meprihatinkan. Kopsis SMKN 4 baru dua tahun berdiri namun sejak berdirinya berkembang dengan baik dan sekarang sudah menjadi Kopsis yang cukup besar. Nampaknya semua ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman hakekat, fungsi dan tujuan oleh kepala sekolah, kebijakan yang diambil kepala sekolah, dukungan para guru, serta pola pembinaan dan komitmen para pembinanya. Walaupun dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Koperasi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Repubilk Indonesia (SKB 3 Menteri RI) No. SKB 125/MZKPTS/X/1984 No. 0447a/U/1984 No. 71 tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kopsis jelas telah diterangkan bahwa fungsi Kopsis itu sebagai organisasi ekonomi siswa, laboratorium ekonomi dan sebagai pembinaan nilai dan jiwa demokrasi ekonomi kepada para siswa, namun karena belum adanya sosialisasi tentang hal tersebut ke sekolah-sekolah menyebabkan pemahaman tentang hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis serta persepsi para pimpinan sekolah terhadap penyelenggaraan dan keberadaan Kopsis cukup bervariasi. Pada sekolah yang pimpinannya kurang memahami hakekat, fungsi dan tujuan Kopsis memberikan persepsi yang pesimis terhadap keberadaan dan penyelenggaraan Kopsis. Sedangkan pada sekolah yang sebaliknya memberikan persespi keberadaan Kopsis secara optimis. Mereka yang pesimis memandang bahwa keberadaan Kopsis di sekolah hanya memiliki nilai keberartian yang kecil dalam memenuhi fungsi yang dicanangkan. Kasus ini teijadi Kopsis di SMUN 20. Mereka berpersepsi agak pesimis karena 1) para siswa sudah terlalu sibuk dengan pelajaran kurikulum inti; 2) terdapat persepsi masyarakat yang kurang mendukung terhadap keberadaan Kopsis, seperti wali murid mengharapkan
316 yang penting anaknya setelah lulus SLTA dapat masuk UMPTN, ikut aktif ekstra kurikuler seperti koperasi tidak penting; 3) Kopsis hanya mebantu memberikan latihan dalam pelajaran akutansi, inipun akutansi tingkat basic. Persepsi yang demikian membawa dampak terhadap sikap penyelenggaraan Kopsis di sekolahnya. Kopsis diselenggarakan hanya sekedar sebagai pemenuhan perintah dari atasan terhadap terlenggaranya salah satu dari 8 bidang pembinaan kesiswaan yakni tentang pengembangan kewirausahaan. Mereka berpandangan bahwa yang penting Kopsis nampak ada. Upaya mereka belum mengarah pada penyelenggaraan Kopsis yang berfungsi sebagai lab. Mereka yang optimis terhadap keberadaan Kopsis, seperti para pimpinan SMKN 2, SMUN 3 dan SMUN 5, memberikan persepsi bahwa penyelenggaran Kopsis akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi proses pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berwirausaha dan berkoperasi bagi para siswa. Kopsis dapat dijadikan sebagai wahana praktik ekonomi, dan mengembangkan organisasi ekonomi siswa dalam memenuhi kebutuhan siswa belajar. Persepsi ini membawa dampak terhadap sikap positif terhadap penyelenggaraan Kopsis, keberadaan Kopsis di sekolahnya merupakan suatu kebutuhan yang harus dikembangkan. Pimpinan SMKN 4 memberikan pandangan optimis namun memberikan corak persepsi agak berbeda terhadap keberadaan Kopsis. Mereka memandang bahwa (1) Kopsis merupakan suatu wahana yang startegis dan potensial untuk mengembangkan pemenuhan kebutuhan sekolah, baik kebutuhan para siswa dalam mengikuti pendidikan maupun kebutuhan operasional sekolah, dan (2) suatu wadah yang potensial dan
317 strategis dalam usaha menciptakan sekolah sebagai sekolah yang mandiri. Persepsi ini terekspresi dalam sikapnya di mana mereka melihat bahwa para siswa merupakan sumber yang potensial untuk mengumpulkan modal penyelenggaraan Kopsis dan keinginan mereka untuk mengembangkan Kopsis semaksimal mungkin. Selain pandangan itu ada juga pimpinan sekolah (SMU Korpri UPI) yang memandang bahwa Kopsis itu dapat ditumbuhkembangkan sebagaimana fungsi Kopsis yang telah dicanangkan dalam SKB 3 Menteri RI no. 125 tersebut, namun untuk mewujudkan Kopsis di suatu sekolah sering terhambat, seperti di SMU Korpri UPI Bandung, oleh karena belum tersedianya ruangan, anak sulit diajak menabung, guru tetap pelajaran ekonomi kurang, yayasan belum mengijinkan untuk membuka Kopsis, karena ruangan untuk lab IPA pun belum tersedia. Faktor-faktor inilah yang membuat SMU Korpri belum mampu mneyelenggarakan Kopsis. Persepsi dan sikap yang kurang positif terhadap Kopsis menyebabkan kepala sekolah membuat kebijakan yang kurang kondusif bagi penumbuhan dan pengembangan Kopsis. Dengan persepsi dan sikap yang dimiliki, Kepala sekolah SMUN 20 membuat kebijakan. 1) "daripada uang tabungan siswa di simpan di bank kurang produktif, lebih baik uang tersebut dimanfaatkan sebagai modal Koperasi Guru dan Karyawan; 2) sebagian SHU koperasi guru dan kaiyawan dipinjamkan kepada Kopsis; 3) uang tabungan siswa (tanpa tambahan bunga dan SHU dari Kopsis) dikembalikan ketika mereka tamat belajar dan atau meninggalkan sekolah SMUN 20. Sehubungan dengan persepsi dan sikapnya terhadap Kopsis, Kepala SMUN 20 nampak belum memiliki keberanian dan kemauan untuk membuat kebijakan bahwa semua barang yang
318 menyangkut kebutuhan siswa dalam mengikuti pendidikan harus dijual atau disediakan di Kopsis dan diusahakan oleh Kopsis yang dikelola langsung oleh para siswa. Kebijakn tersebut memberikan dampak langsung terhadap para siswa dalam menyelenggarakan Kopsis, pembina Kopsis dalam membina siswa dalam berkoperasi, dan partisipasi para guru dalam menyelenggarangkan dan mengembangkan Kopsis. Lebih-lebih pola kepemimpinan kepala sekolah yang kurang terbuka, ramah dan demokratis, kebijakan kepala sekolah tersebut membuat para siswa timbul tanda tanya dan curiga tentang uang tabungan mereka yang seharusnya digunakan sebagai modal Kopsis. Para pembina mengalami dilema dalam dirinya antara harus berkata apa adanya dengan menjaga kebersamaan kolega dan hubungan dengan atasan ketika mendapat pertanyaan-pertanyaan dari para siswa tentang uang tabungan mereka. Keadaan ini membuat semangat para pembina dan para siswa dalam menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis melemah. Perilaku para guru yang egoitis yakni menitipkan barang kebutuhan siswa di Kopsis dengan tingkat keuntungan atau ketentuan harga yang telah ditentukan olehnya meningkat. Untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari barang titip-annya, banyak strategi yang para guru tempuh, antara lain menyuruh para siswa membeli barang di Kopsis untuk dapat mengikuti pelajarannya dengan baik, bahkan perintah itu dilakukan secara mendadak seperti ketika pelajaran atau ulangan itu dimulai. Persepsi dan sikap yang positif terhadap Kopsis mengarahkan kepala sekolah membuat kebijakan penyelenggaraan Kopsis lebih kondusif. SMKN 2 dan SMKN 4 membuat kebijakan yang serupa di mana 1) semua uang simpanan siswa digunakan sebagai modal Kopsis, 2) semua sarana kebutuhan siswa dalam mengikuti pendidikan di
319 Kopsis harus dijual dan diusahakan oleh Kopsis, 3) semua barang yang telah dijual atau disediakan di Kopsis tidak boleh dijual di Koperasi Warga Guru dan Karyawan atau kantin atau lembaga usaha yang lain di sekolah, 4) semua uang simpanan siswa dikembalikan kepada siswa ditambah bagian SHU untuknya ketika mereka tamat atau keluar dari sekolah, 5) penjualan semua buku pelajaran harus melalui Kopsis , 6) semua barang yang dijual di Kopsis semaksimal mungkin diusahakan harganya lebih murah atau minimal sama dengan harga di luar Kopsis). Dengan kebijakan ini, di samping corak kepemimpinan kepala sekolah yang ramah, terbuka, demokratis dan rasional, memberikan dampak positif bagi 1) tumbuhnya semangat para pembina dan pengurus Kopsis dalam memajukan dan mengembangkan Kopsis serta membina perilaku para anggota Kopsis berkoperasi, 2) para siswa tumbuh persepsi dan sikap positif terhadap Kopsis maupun sekolah, 3) terdapat partisipasi para guru dalam membina dan membelajarkan siswa dalam berkoperasi; 4) partisipasi siswa dalam berkoperasi meningkat. Persepsi dan sikap yang positif terhadap keberadaan Kopsis di sekolah yang tidak diikuti dengan corak kepemimpinan yang kurang terbuka dan demokratis serta kemauan dan keberanian membuat kebijakan secara kondusif bagi Kopsis, membawa efek beberapa personel sekolah kurang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan Kopsis. Persepsi dan sikap para pimpinan sekolah SMUN 3 dan SMUN 5 terhadap Kopsis cukup positif namun beberapa hal mereka belum mampu membuat kebijakan yang kondusif bagi perkembangan Kopsis, seperti 1) mereka belum berani membuat kebijakan bahwa semua barang yang dibutuhkan siswa dalam mengikuti pendidikkan di sekolahnya harus dijual dan diusahakan oleh Kopsis, 2) semua uang simpanan siswa dikembalikan kepada para siswa ketika tamat atau meninggalkan sekolah dengan tanpa
320 tambahan bunga atau SHU. Kebijakan yang demikian membuat (1) partisipasi para guru dalam mengembangkan Kopsis lemah. Di mana mereka a) masih banyak menjual barang-barang atau buku-buku pelajaran langsung kepada siswa, dengan harapan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar; b) masih banyak sikap para guru yang menyatakan bila barang-barang seperti seragam sekolah dan buku pelajaran harus dijual dan diusahakan oleh Kopsis akan memperkaya siswa. (2) mengurangi pertumbuhan dan perkembangan para siswa berpartisipasi dalam Kopsis, seperti berpartisipasi bukan karena merasakan bahwa koperasi itu memberikan manfaat bagi dirinya tetapi karena situasi dan kondisi yang menutut untuk berpartisipasi. Selain kedua kebijakan tersebut di atas, kebijakan kepala sekolah SMUN 3 yang kurang kondusif bagi perkembangan Kopsis adalah bahwa sekolah memisahkan antara barang-barang yang dapat dijual dan diusahkan di Kopsis dan barang-barang yang hanya dapat di dijual dan diusahakan di koperasi guru dan Karyawan. Penyediaan ba-rangbarang di Kopsis terbatas pada barang-barang seperti alat-alat tulis menulis, foto-copy, atribut, lencana dan minuman. Sedangkan penyediaan pakaian seragam sekolah dan pakaian olah raga dan yang lain ditangani oleh Koperasi Guru dan Karyawan. Selain pemisahan barang-barang yang dapat dijual di Kopsis, kepala sekolah kurang tegas dalam menindak mereka yang menyimpang dari kebijakannya, seperti kepala sekolah telah membuat kebijakan bahwa buku-buku pelajaran atau buku-buku pegangan siswa harus dijual dan diusahakan oleh Kopsis, namun dalam praktiknya belum semuanya dapat ditertibkan untuk ditangani oleh Kopsis, ada sebagian yang ditangani Kopsis dan ada yang masih langsung ditangani oleh guru yang bersangkutan. Kekurangkondusifan kebijakan yang dibuat dan kekurangtegasan kepala sekolah dalam mengambil tindakan
321 terhadap penyimpangan yang teijadi jelas mengurangi potensi dan kesempatan Kopsis untuk maju dan berkembang. Kebijakan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan Kopsis tidak hanya datang dari kepala sekolah, tetapi juga kebijakan yang datang dari pembina Kopsis itu sendiri. Pembina Kopsis SMUN 3 dan SMUN 5 membuat kebijakan yang serupa di mana 1) dalam mengurangi kesibukan para pengurus, mereka lebih menganjurkan pemerolehan barang persediaan barang Kopsis yang sifatnya droping dari distributor atau salesmen; 2) mereka hanya memanfaatkan sebagian kecil potensi modal yang dimiliki Kopsis sebagai modal Kopsis, dan setelah Kopsis nampak berkembang, pembina baru mengijinkan untuk memberikan tambahan modal. Kebijakan pertama nampak kurang membina dan mendidik siswa berwirausaha, karena kebijakan ini kurang memberikan kesempatan belajar secara luas dan dalam. Dalam berkoperasi para siswa tidak dilatih melihat, menganalisa dan menghadapi tantangan langsung teijun di lapangan usaha untuk memperoleh pengalaman, kemampuan dan ketrampilan berusaha dalam bentuk melihat peluang pasar dan mencari barang yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi peluang pasar tersebut, tetapi justru dididik berlatih retailing yang sifatnya menunggu. Seharusnya kesempatan belatih mencari peluang pasar dan mencari barang yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi peluang tersebut inilah yang perlu dimanfaatkan untuk membina dan membelajarkan siswa berwirausaha dan berkoperasi. Karena dengan cara demikian itulah para siswa dapat mempraktikkan pengetahuan ekonominya yang diperoleh di kelas. Kebijakan kedua bagus, dalam arti menjaga kehati-hatian kalau mengalami kerugian tidak fatal, kerugian tidak begitu besar. Namun ditinjau dari segi pengembangan Kopsis, pertumbuhan dan perkembangan Kopsis akan sangat lambat,
322 dan hasilnya tidak akan segera nampak. Untuk mengembangkan lembaga usaha pada umumnya pemilik bisnis ingin mencari modal sebesar-besarnya, namun di sini modal sudah ada dan potensi pemasaran besar tetapi pembina tidak mengajak pengurus untuk memanfaatkan modal dan potensi sebesar-besarnya sebagai sarana mengembangkan Kopsis. Kedua Kopsis tersebut sebenarnya memiliki peluang dalam bentuk modal untuk membeli fotocopy, dan memiliki potensi pemasaran yang cukup menjanjikan, namun peluang ini justru diberikan kepada orang lain dengan menarik orang luar untuk memanfaatkan potensi pemasaran itu dengan memberikan uang jasa kepada Kopsis yang jumlahnya sangat kecil. Berbeda dengan pembina Kopsis di SMKN 4, walaupun tidak memiliki modal, tetapi karena melihat bahwa di sekolahnya memiliki potensi yang cukup menjanjikan dan dalam jangka waktu tertentu diperkirakan mampu mengembalikan, mereka mencari supplier fotocopy dalam bentuk kerdit. Dan ternyata dalam waktu satu setengah tahun Kopsis telah mampu melunasinya. Dengan komitmen pembina yang cukup tinggi untuk membelajarkan pengurus berkoperasi dan mengembangkan Kopsis, dalam tempo dua tahun aktiva Kopsis telah berkembang menjadi empat kali lipat. Selain persepsi, pemahaman fungsi dan tujuan Kopsis serta sikap kepala sekolah terhadap Kopsis, corak kepemimpinan kesepala sekolah, perhatian lembaga terkait ikut mempengaruhi keseriusan sekolah dalam menyelenggarakan dan membina kemajuan dan perkembangan Kopsis yang sesuai dengan fungsi dan tujuan Kopsis. Semua pem-bina Kopsis menjelaskan bahwa Depkop - cq. Dekopinda dan Dekopinda telah banyak memberikan perhatian dengan memberikan pendidikan dan latihan kepada penguras inti Kopsis di berbagai sekolah yang Kopsisnya telah banyak menunjukkan aktivitasnya.
323 Selain itu Kandepkop Tingkat II selalu siap membantu apabila diminta oleh sekolah untuk ikut membantu membina penyelenggaraan Kopsis. Namun Depkop dan Dekopinda belum ikut memberikan moniloring dan supervisi terhadap kemajuan dan perkembangan Kopsis dan mencoba mengatasi permasalahan yang dihadapi Kopsis secara keseluruhan di daerahnya. Namun Depdagri yang memiliki tanggung jawab membantu mengatsi berbagai permasalahan yang timbul dalam pembinaan dan pengembangan Kopsis belum banyak nampak memberikan langkah-langkah nyata untuk itu. Demikian juga Depdikbud sebagai instansi yang bertanggung jawab langsung atas kemajuan dan perkembangan Kopsis pada setiap sekolah baru memberikan perhatian berupa pemberian buku petunjuk pelaksanaan teknis dan sumbangan sejumlah kecil materi sebagai awal modal Kopsis di sekolah. Pada tahun 1994 setiap sekolah mendapat bantuan dari kasi Binmudora Depdikbud Kodya Bandung berupa brankas, buku kepengurusan dan buku tabungan siswa, dan kalkulator senilai Rp 200.000,-. Bahkan pada sekolah-sekolah kejuruan ada tambahan bantuan berupa uang sebesar Rp 50.000,- Namun secara moral operasional, Depdibud dengan seksi Binmudoranya, tidak pernah memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Kopsis secara serious. Binmudora belum pernah memberikan monitoring dan supervisi untuk melihat secara dekat tentang bagaimana Kopsis pada setiap sekolah itu dilaksanakan, seperti bagaima-na uang tabungan siswa yang dijadikan uang simpanan pokok dan simpanan wajib Kopsis itu dioperasionalkan, bagaimana kemajuan dan perkembangan Kopsis di setiap sekolah dan sebagainya. Kekurangperhatian Binmudora dan lembaga terkait lainya secara moral ini telah membuat Kepala sekolah dan para pembina Kopsis menganggap program kegiatan ini tidak sama pentingnya dengan program kegiatan yang lain, seperti proses belajar
324 mengajar, serta kurang bersemangat dalam menyelenggarakan Kopsis dan membina siswa dalam berkoperasi seperti menyelenggarakan kegiatan yang lain. Dari data tersebut ditemukan, a) Kemajuan dan perkembangan Kopsis banyak ditentukan oleh tingkat perhatian lembaga terkait, persepsi, sikap, corak kepemimpinan serta kebijakan kepala sekolah dan pembina. Semua ini sangat berpengaruh terhadap kebijakannya dalam mengembangkan dan memajukan Kopsis. Temuan ini sejalan dengan pendapat Robbins (1991) yang mengatakan bahwa persepsi hidup individu akan berpengaruh terhadap perilaku organisasi. Selain itu Stephen Robbins (1991, dalam Subyantoro, 1993: 144) juga mengatakn bahwa sikap individu akan berpengaruh terhadap motivasi individu dalam organisasi. Temuan dan pendapat ini sejalan dengan temuan Kuswandari (1991) bahwa terdapat hubungan positif antara prilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli. Ini juga didukung oleh temuan Subyantoro (1993 : 144) sikap anggota koperasi berpengaruh terhadap motivasi berkoperasi. Ini berarti bahwa persepsi, motivasi, sikap dan pemahaman kepala sekolah terhadap fungsi dan tujuan Kopsis, sangat menentukan corak kebijakan dalam memajukan dan mengembangkan Kopsis. b) Kemampuan dan keberanian kepala sekolah dalam membuat kebijakan bahwa semua sarana kebutuhan siswa dalam mengikuti pendidikan di sekolah harus disediakan dan diusahakan Kopsis serta ketegasan kepala sekolah dalam menerapkan kebijakan yang dibuat sangat berpengaruh terhadap semangat para pembina dalam melaksanakan pembinaan sirna dalam berkoperasi, partisipasi guru dalam membelajarkan siswa dalam berkoperasi dan partisipasi para siswa dalam mengembangkan dan memajukan Kopsis. Temuan ini sejalan dengan temuan subyantoro (1993: 145) bahwa semakin tinggi kemampuan pengurus dalam koperasi
325 maka partisipasi anggota akan semakin tinggi. Temuan Sugarda (1991) juga menyatakan bahwa rendahnya partisipasi anggota dalam kegiatan KUD banyak dipengaruhi oleh kelemahan pengurus. Dalam kaitan ini Robbins (1991) juga mengatakan bahwa kemampuan akan berpengaruh terhadap perilaku individu dalam organisasi. Oleh karena itu kemampuan kepala sekolah dalam mebuat kebijakan akan sangat menentukan partisipasi pembina Kopsis, para guru, dan siswa dalam memajukan dan mengembangkan Kopsis. c) Untuk memajukan dan mengembangkan Kopsis serta membelajarkan siswa dalam berkoperasi, pembina perlu membuat kebijakan pembinaan yang memungkinkan para siswa untuk memanfaatkan potensi Kopsis sebagai tempat berlatih mengembangkan jiwa kewirausahaan serta mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan mengelola keratan usaha. Temuan ini sejalan dengan temuan Sukmana (1977: 124) bahwa pembentukan perilaku menolong siswa kelas UI Sekolah Perawatan Kesehatan (SPK) dipengaruhi oleh modeling dan reinforcement dari pembimbing praktik, dan secara bersama dipengaruh oleh modeling dan reinforcemen dari pembimbing praktik. Temuan ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran dan pembinaan secara teoritis di kelas perlu didukung adanya pelatihan dan pembinaan yang dilakukan oleh pembina di luar kelas. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan diselnggarakan Kopsis di sekolah, yakni bahwa Kopsis berfungsi sebagai organisasi ekonomi siswa, lab ekonomi (tempat pendidikan latihan siswa berwirausaha) dan lab pembinaan kepribadian siswa (Ditjen Dikdasmen, 1986:2; Depkop, 1986:iii). Dengan kata lain bahwa pemberian kesempatan para siswa untuk memanfaatkan potensi Kopsis sebagai tempat berlatih mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan mengelola Kopsis serta mengembangkan jiwa kewirausa-haan para siswa
326 sangat penting artinya bagi pembelajaran dan pembinaan siswa berkoperasi serta upaya memajukan dan mengembangkan Kopsis. 2. Harapan, Program Pembelajaran dan Pembinaan Siswa dalam Berkoperasi Para pembina Kopsis dan guru ekonomi melakukan pembinaan dan pembelajaran siswa dalam berkoperasi melalui jalur kegiatan di luar dan dalam kelas. Masingmasing sekolah memiliki sasaran harapan dan program pembinaan dan pembelajaran secara tersendiri, walaupun mereka memiliki banyak persamaan. Gambaran persamaan dan perbedaan tentang harapan dan program setiap sekolah dapat dilihat pada Matrik 1 Pada Kopsis SMKN 2, SMKN 4 dan SMUN 3 mengemukakan harapan yang ingin dicapai dengan program pembelajaran dan pembinaan berkoperasi secara umum telah relatif sesuai dengan tujuan dan fungsi Kopsis serta tujuan dan pembelajaran ekonomi di SLTA. Harapan itu telah mencakup pemilikan apsek pengusaan pengetahuan konseptual teoritis perkoperasian, pemilikan pengetahuan, kemampuan, penga-laman dan ketrampilan yang diperoleh langsung dari praktik, serta pemilikan kemampuan mentransfer pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan ketrampilan berkoperasi yang diperoleh itu dalam kehidupan nyata setelah teijun di masyarakat. Pendek kata para siswa diharapkan memiliki perilaku berkoperasi, dan berwirausaha setelah selesai mengikuti pendidikan di sekolahnya dan dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata di masyarakat. Sayangnya para pembina dan guru SMUN 3 dan SMKN 4 belum mengharapkan para siswanya memiliki kebiasaan menabung yang kumpulan uangnya itu digunakan sebagai tambahan modal usaha bersama. Selain itu para guru Pengelolaan Usaha SMKN 4 belum mengharapkan para siswanya memiliki kesadaran bahwa praktik
327 M ATRIK 2 Matrik Analisa Lintas Situs: Harapan Para Pembina Kopsis dan Guru Ekonomi Dengan Program Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam berkoperasi yang dibuat di SMKN 2 (A), SMUN 3 (B), SMUN 20 (C) ,SMKN 4 (D), SMUN 5 (E) Kotamadya Bandung Harapan Para Pembina Kopsis dari Guru Ekonomi Terhadap Perilaku Para Siswa dalam berkoperasi 1. mengerti dan memahami tentang koperasi baik dari segi hakekat, fungsi dan tujuannya, hak dan tanggungjawab anggota, pengurus dan pengawas, serta cara penyelenggaraannya 2. mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan berkoperasi setelah mereka teijun di masyarakat* 3. merasakan manfaat koperasi secara langsung 4. sadar bahwa koperasi itu memiliki nilai tambah* 5. tumbuh semangat menabung sehingga kumpulan uang itu bisa dimanfaatkan sebagai usaha bersama 6. memiliki anggapan dan sikap yang positif terhadap koperasi 7. menghilangkan kesan-kesan negatif terhadap koperasi, seperti hilangnya kesan koperasi hanya untuk kepentingan pengurus, koperasi tidak menguntungkan anggota dan sebagainya 8. tumbuh semangat dan motivasi berwirausaha dan berwirausaha 9. mampu berwirausaha dan berwirausaha 10. mampu mentransfer pengalaman dan ketrampilan mengelola lembaga usaha yang diperoleh dari pengalaman berkoperasi di sekolah ke dalam kehidupan nyata di dalam hidup di masyarakat setelah selesai sekolah baik dalam bentuk koperasi maupun non kopersi
A
B
c
X
X
X
X
X
-
X
X
X
X
-
-
-
X
X
-
X
X
X
-
-
-
-
X
X
-
X
-
X
X
X
X
-
X
-
X
X
-
X
-
X
X
D
E X
X
X
328 M ATRIK 2 Matrik Analisa Lintas Situs: Program Pembinaan dan Pembelajaran Perilaku Siswa dalam berkoperasi di Luar Kelas: SMKN 2 (A), SMUN 3(B), SMUN 20 (C), SMKN 4 (D), SMUN 5 (E), Program yang Hanya Ada Pada Sekolah Tertentu (F) Program yang Kurang Tepat (G) Program yang Dapat diterapkan Pada Semua Sekolah (H) Unsur-unsur Program
A
B
c
D
E
1. melakukan pertemuan rutin bersama pengurus, pengawas, dan kader-kader Kopsis untuk mendiskusikan kemajuan dan perkembangan, memeriksa dan mengontrol pelaksanaan Kopsis, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berkoperasi 2. melakukan keijasama dengan para guru ekonomi dalam membina perilaku siswa dalam berkoperasi 3. menjalin keijasama di antara para pembina Kopsis 4. kaderisasi pengelola Kopsis 5. seleksi calon-calon pengurus oleh pembina 6. seleksi calon-calon pengurus oleh pengurus sekarang 7. seleksi calon-calon pengurus dan pengawas oleh pembina dan pengurus 8. membentuk pengurus Kopsis 9. memberi kesempatan kepada para siswa merencanakan sendiri program kegiatan Kopsis 10. memeriksa program-program kegiatan yang direncanakan oleh pengurus U. memeriksa program Kopsis yang dibuat oleh pengurus, mengevaluasi pelaksanaannya, dan melakukan diskusi bersama alas pelaksanaannya dan hasilnya. 12. memberikan petunjuk pemecahan masalah yang dihadapi para siswa
X*
**X
-
X**
-
F
G -
H X
*
X
X
X X
X X
X
*
-
-
-
X
X X X X
X X
-
-
-
-
X X X X
-
-
-
X X X
X
X
-
-
-
-
X
X
X
X
-
X X X X
X -
X X
X -
-
X
X
X
X
-
X X -
X X X X X X X
329
MATR1K 2 (lanjutan) 13. penyususnn program kegiatan Kopsis oleh pembina 14. monitoring pelaksanaan Kopsis 15. membina perilaku siswa dalam berkoperasi di dalam dan dilauar kelas 16. membina perilaku siswa dalam berkoperasi di luar kelas 17. memberikan pengarahan para siswa agar berpartisipasi dalam koperasi ketika upacara 18. meningkatkan motivasi dan sikap positif pengurus melaksanakan tugas yang telah dibebankan ke 19. meningkatkan persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap siswa (semua anggota Kopsis) berkoperasi 20. melakukan pembinaan anggota secara bersama antara pembina dan pengelola Kopsis terhadap siswa baru 21. meningkatkan keserasian kerja para personel koperasi 22. melibatkan semua kader-kader kopsis dalam LKS 23. memilih dan menunjuk peserta Irairting koperasi yang diadakan oleh lembaga lain 24. membina dan melatih siswa yang dikirimkan pelatihan ke dalam praktik 25. memberikan materi perkoperasiaan kepada peserta ektrakurikuler Koperasi 26. memberikan pembinaan dan pelatihan para anggota pengurus yang tidak dikrimkan ke pelatihan yang diadakan lembaga lain dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk teknis dalam praktik. 27. menggerakkan siswa menabung dalam bentuk simpanan sukarela sebagai tambahan modal Kopsis 28. mengingatkan kepada siswa bahwa Kopsis adalah milik siswa oleh siswa 29. program pengembangan bisnis (seperti kredit fotocopy, tilpon koin, rental komputer)
X
X X
-
-
X X
X X
X
-
-
-
-
-
-
-
X X X
X X
X X X
X X X
X X X X X X X X X X X •
-
X
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
X
X
X X -
-
X X
X
-
X
X
-
-
-
X X
-
-
-
X X
X -
X -
-
-
X
-
-
X -
-
-
-
-
X
-
-
X X
-
-
-
X
-
-
X X •
X X X X X X X X X X X X X
330
MATRIK 2 (lanjutan) 30. awal modal koperasi tidak memanfaatkan uang simpanan siswa, tetapi sisa barang dan modal lahun lalu 31. memanfaatkan seluruh uang simpanan siswa sebagai modal Kopsis 32. memanfaatkan sebagian uang simpanan siswa sebagai modal Kopsis 33. menyelenggarakan bazar setahun sekali 34. menyediakan stiker-stiker dan kaos yang berlogo Sekolah sendiri 35. mengembalikan tabungan siswa plus SHU dalam bentuk barang # 36. mengembalikan tabungan siswa tanpa SHU dalam bentuk barang 37. mengembalikan tabungan siswa tanpa SHU dalam bentuk uang 38. mengembalikan tabungan siswa plus SHU dalam bentuk uang 39. melakukan studi banding ke kopsis sekolah lain yang telah maju 40. mengundang orang luar memanfaatkan potensi pemasaran (seperti mengadakan rental foto kopi) M 41. mengadakan rapat anggota (RAT) 42. melakukan keg'asama dengan seluruh personel sekolah 43. mengundang dan memohon pembinaan Depkop Kodya pada acara RAT.
Catatan: * '. seminggu sekali; **: dua minggu sekali; *•*; sebeulan sekali u## : hams dipertimbangkan dan dimusayawarahkan dengan para siswa : bila modal memungkinkan sebaiknya membeli sendiri.
X X -
-
-
-
X
X
-
-
-
•
-
-
X
X
-
X
-
-
-
-
-
-
X
X
-
-
X
-
-
-
-
-
-
X -
X X X
X X X
-
-
-
-
X X -
-
X
-
-
X
X -
X X
X -
-
X X
-
X X
-
-
-
-
X X
X X X
-
-
-
-
X
-
**
X -
X X X -
X X X X X X
331 berkoperasi itu memiliki nilai tambah bagi perkembangan dirinya, serta mampu menerapkan pengalaman dan ketrampilan berkoperasi itu dalam kehidupan di masyarakat. Pada Kopsis SMUN 20 dan SMUN 5, harapan program pembelajaran dan pembinaan berkoperasi masih abstrak. Namun SMUN 5, harapan itu sudah relatif lebih realistik, di mana selain para siswa diharapkan memiliki kesadaran bahwa kope-rasi itu memiliki nilai tambah, juga diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan berkoperasi setelah teijun di masyarakat. Program-program pembelajaran dan pembinaan siswa berkoperas Kopsis SMKN 2, SMUN 3 dan SMUN 5 nampak lebih menunjukkan prinsip-prinsip Koperasi dan demokrasi serta lebih menunjukkan komitmen pembina dalam melakukan pembinaan dibandingkan pada program-program di Kopsis sekolah lain, walaupun secara prinsip ekonomi dan koperasi pada SMUN 3 ada yang kurang tepat yaitu tidak memberikan SHU kepada para anggotanya dan tidak memanfaatkan semua potensi modal untuk memaksimalkan usaha. Selain itu pada SMUN 5 juga tidak memiliki program untuk mengadakan pertemuan rutin untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan sekaligus sebagai monitoring dan kontrol terhadap aktivitas siswa. Sedangkan program pembinaan dan pembelajaran pada SMUN 20 dan SMKN 4 lebih menunjukkan dominasi pembina dalam proses memberikan pembelajaran dan pembinaan. Namun pada SMKN 4 mereka lebih menunjukkan keluasan usaha bisnis, komitmen pembina memberikan pembinaan dan monitoring, melakukan kederisasi dan lebih memberikan hak-hak anggota Kopsis daripada SMUN 20. Selain itu pada SMUN 20 juga tidak memiliki program untuk mengadakan pertemuan rutin untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan sekaligus sebagai monitoring dan kontrol terhadap aktivitas siswa.
332 Dari unsur-unsur program yang dibuat oleh pembina Kopsis, ada beberapa program yang kurang tepat untuk diterapkan, yaitu: 1) Seleksi calon-calon pengurus oleh pembina (lihat program nomor 5). Pola pemilihan calon-calon pengurus yang demikian kurang mendidik jiwa demokratis. Pola ini bertentangan dengan salah satu fungsi Kopsis yaitu sebagai pembinaan kepribadian siswa berjiwa demokratis (Ditjen Dikdasmen, 1991:6). Agar lebih demokratis, pemilihan calon-calon pengurus dilaku-kan oleh siswa itu sendiri atau pembina bersama siswa. 2) Pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi hanya dilakukan di luar kelas (Lihat program nomor 16). Model pembinaan yang demikian kurang sesuai fungsi Kopsis sebagai lab ekonomi siswa (Ditjen Dikdasmen, 1991: 6). Karena fungsinya sebagai lab ekonomi siswa maka pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi perlu dilakukan secara terpadu antara proses pembelajaran ekonomi di dalam kelas dan proses pembelajaran dan pembinaan di luar kelas. 3) Memanfaatkan sebagian uang tabunganfsimpanan siswa sebagai modal Kopsis. Seharusnya semua potensi modal semuanya dimanfaatkan untuk mempercepat kema-juan dan perkembangan Kopsis. 4) Mengembalikan uang tabungan/simpanan siswa tanpa SHU (lihat program nomor 36 dan 37). Cara ini menyalahi undang-ndang koperasi nomor 25 tahun 1992 pasal 45 ayat 2 yang berbunyi SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dikeluarkan oleh masing-masing anggota koperasi. Ini berarti bahwa pengembalian uang simpanan anggota harus juga disertakan hak SHU yang seharusnya diterima. Selain adanya program yang kurang tepat, semua Kopsis ditempai penelitian belum mempunyai program mengadakan studi banding ke Kopsis atau Koperasi yang lebih maju serta perogram training perangkat organisasi yang dilakukan sendiri oleh Kopsis.
M
333 2
ATRIK
Matrik Analisa Lintas Situs: Program Pembinaan dan Pembelajaran Perilaku Siswa dalam berkoperasi di dalam Kelas\ SMKN 2 (A), SMUN 3(B), SMUN 20 (C), SMKN 4 (D), SMUN 5 (E), Program yang Hanya Ada Pada Sekolah Tertentu (F) Program yang Kurang Tepat (G) Program yang Seharusnya ada Pada Semua Sekolah (H) Unsur-unsur Program 1. menyusim program pembelajaran ekonomi yang memungkinkan peningkatan perilaku siswa dalam berkoperasi, berwirausaha 2. menyusun program pembelajaran ekonomi dengan mengaitkan masalah Kopsis pada pokok bahasan ekonomi yang mungkin dapat dihubungkan dengan masalah perkoperasian 3. menyajikan bahan ajar dengan menerapkan metode ceramah bervariasi, diskusi dan tugas 4. evaluasi dan esesmen dilaksanakan atas dasar hasil tes fonnatif-sumatif 5. evaluasi dan esesmen dilaksanakan atas dasar laporan tugas 6. evaluasi dan esesmen dilaksanakan atas dasar keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. 7. evaluasi dan esessemen didasarkan pada keaktifan menjalankan tugas di Kopsis 8. sering memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajaran 9. tugas yang diberikan kepada siswa berdasarkan LKS yang tetali tersusun dalam buku cetak 10, tugas yang diberikan kepada siswa berdasarkan LKS dan data yang ada di Kopsis 11. menyuruh siswa menyajikan hasil pengeijaan tugas didepan kelas 12. menyuruh siswa mendiskusikan hasil pengerjaan tugas atas data yang ada di Kopsis sebagai saran memajukan dan mengembangkan Kopsis 13. melakukan ketjasama antara pembina dan guni mata pelajaran ekonomi (pengelolaan usaha) dalam membelajarkan dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi, berwirausaha dan berwirausaha. 14. mengkaitan semua materi pelajaran ekonomi yang mungkin bisa dikailkan dengan kopoi a.si 15. mengingatkan kepada siswa bahwa Kopsis adalah milik siswa oleh siswa.
A X X
B X X
c
D
-
-
X X X X
X X X X X X X
X X X X
X X X X
-
-
-
-
X
-
-
-
-
X X X
-
X
X
X X
X X
E X X X X X X X X X X
F
G
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
*
-
-
-
-
-
-
-
X X X
-
-
X X
H X X X X X X X X X X X X X
-
-
-
-
X X
334 Masing-masing program Kopsis tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Untuk mengembangkan kelengkapan program, pembina dapat melengkapinya dengan memperhatikan program-program pada Matrik 2 kolom H. Fungsi pengajaran ekonomi pada sekolah menengah umum (SMU) adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi dengan cara siswa mengenali berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori sederhana serta berlatih memecahkan masalah ekonomi sehari-hari baik yang terjadi di masyarakat sekitarnya ataupun di tempat yang lebih jauh. Sedang tujuan pengajaranya adalah dapat membekali para siswa untuk mejadi pelaku ekonomi yang kritis dan objektif, di samping membekali para siswa pengetahuan, ketrampilan dan sikap ekonomi yang perlu untuk mendalami lebih lanjut ilmu ekonomi di perguruan tinggi. (GBPP mata pelajaran Ekonomi SMU, Depdibud, 1995:2) Sedangkan fungsi pengajaran ekonomi atau pengelolaan usaha di SMK Indus-tri berfungsi sebagai bekal penyiapan kemampuan dan pengembangan sikap professional siswa dalam memasuki lapangan keija. Tujuan pengajarannya adalah agar para siswa mampu a) mengelola dan mengembangkan usaha dalam bidang keahliannya masingmasing; b) memasarkan hasil usaha (produksi/jasa) agar memberikan nilai tambah untuk keuntungan usaha; dan c) memiliki sikap-nilai kepeloporan dalam berusaha secara professional (GBPP Pengelolaan Usaha SMK Industri, Depdikbud,1995: 37) Berdarkan fungsi dan tujuan pengjaran ekonomi tersebut maka dapat dismpulkan bahwa inti pengajaran ekonomi SLTA adalah membekali pengetahuan, ketrampilan dan sikap-nilai berwirausaha bagi para siswa.
335 Berdasarkan data pada matrik tentang program pembelajaran dan pembinaan di dalam kelas tersebut, para guru masing-masing sekolah memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri dalam menyusun program. Agar arah programprogram yang dibuat lebih lengkap dan dapat mencapai fungsi dan tujuan pembelajaran Ekonomi (Pengelolaan Usaha) serta fungsi dan tujuan Kopsis, guru ekonomi dan pengelolaan usaha perlu melengkapi arah program-program pembelajarannya dengan memperhatikan program-program yang telah dibuat oleh para guru ekonomi di sekolah lain (Lihat Matrik 3 kolom H) 3. Pelaksanaan Program Pembelajaran dan Pembinaan Siswa dalam Berkoperasi Sebagaimana terurai dalam program-program pembinaan dan pembelajaran siswa dalam berkoperasi yang dibuat oleh para pembina Kopsis dan guru ekonomi nampak bahwa walaupun terdapat persamaam, masing-masing sekolah memiliki sasaran harap-an dan program pembinaan serta pembelajaran secara tersediri. Gambaran persamaan dan perbedaan tersebut juga tetjadi pada metode dan strategi pelaksanaan pembinaan dan pembelajaran yang diterapkan oleh para pembina Kopsis dan guru ekonomi. Gambaran tentang persamaan dan perbedaan pelaksanaan program di luar kelas terlihat dalam metode pembinaan dan pembelajaran yang diterapkan, pelaksanaan kaderisasi pengurus, pembentukan pengurus baru, pelaksanaan piket, penumbuhan persepsi, motivasi dan sikap positif para anggota, pengurus dan pengawas, pengembangan dan usaha memajukan kopsis serta peningkatan partisipasi siswa yang diterapkan oleh pembina. Sedangkan perbedaan dan persamaan pelaksanaan program pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi di dalam kelas nampak dalam penerapan metode,
336 strategi dan teknik pembelajaran ekonomi mencakup pelaksaan proses belajar mengajar, proses evaluasi serta esesmen dan pemanfaatan Kopsis sebagai sumber belajar, a. Di Luar Kelas 1) Metode Pembinaan dan Pembelajaran Siswa dalam berkoperasi Metode pembinaan siswa dalam berkoperasi. Terlepas adanya persamaan, para pembi-na pada setiap sekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam cara membina perilaku siswa dalam berkoperasi. Dalam upaya pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi, pembina Kopsis SMKN 2 lebih cenderung menyerahkan kepada pengurus Kopsis untuk merencanakan dan menyusun sendiri kegiatan Kopsis. Namun setelah program kegiatan itu selesai dibuat pembina meminta mereka untuk mengkonsultasikan, mendiskusikan dan merevisinya bersama pembina. Pada hal-hal tertentu yang dirasakan menda-dak dan penting pembina sering membina para siswa dengan cara memberikan petun-juk atau perintah langsung agar dilaksanakan. Untuk menjaga kesungguhan para siswa dalam melaksanakan program-program yang telah dispekati bersama, pembina mela-kukan monitoring dan kontrol secara kontinyu. Metode pembinaan perilaku berkoperasi yang diterapkan pembina Kopsis SMKN 2 ini oleh Glickman (1981:5) disebut metode eklektif. Penerapan metode ini cukup memberikan kesempatan kepada para siswa untuk tumbuh dan berkembang secara bebas dan kreatif namun terbimbing. Pembina mengakui para siswa sebagai individu-individu yang mampu tumbuh dan berkembang secara leluasa untuk mengembangkan kreativitasnya, di samping ia memberikan pengarahan sesuai situasi, tujuan dan perkembangan individu. Dengan menggunakan metode ini perilaku siswa dalam berkoperasi berkembang dengan baik. Penerapan metode ini sejalan dengan hasil penelitian Glickman (1981:51) yang
337 mengatakan bahwa penerapan metode pembinaan secara eklektif akan memungkinkan pencapaian tujuan pembinaan perilaku semaksimal mungkin, karena a) semua kategori individu binaan (baik individu yang termasuk kategori drouptout, unfocused worker, atialytical observer, maupun professioml) akan terpenuhi kebutuhannya; b) pembina menerap-kan metode pembinaan atas dasar tujuan, situasi dan kebutuhan individu; dan c) dalam pembinaan pembina menyesuaikan tujuan pembinaan, perkembangan individu dan sasaran binaan yang dibina. Berbeda halnya dengan metode pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi yang dite-rapkan di SMUN 20 dan SMKN 4. Pada kedua sekolah ini pembina Kopsis lebih banyak memberikan petunjuk-petunjuk dan perintah yang harus diterapkan oleh para siswa dalam menjalankan Kopsis. Para siswa kurang diberikan kesempatan untuk melaksanakan praksis Kopsis. Pembina lebih banyak secara setahap demi setahap membimbing dan melatih para siswa bagaimana menjalankan dan mengembangkan Kopsis. Dalam pelaksanaannya para siswa kurang diberi peluang untuk merencanakan dan mengembangkan tentang bagaimana sesuatu kegiatan seharusnya dilakukan. Setelah itu pembina memonitor dan mengontrol keterlaksanaan program yang telah diberikan. Glickman (1981: 5) dan Sahertian (1994: 102) menyebut metode pembinaan perilaku yang diterapkan tersebut sebagai metode direktif. Walaupun kedua sekolah tersebut sama-sama menerapkan metode direktif, namun demikian pelaksanaan pembinaan dari kedua sekolah ini terdapat sedikit perbedaan dalam operasionalnya. Pada SMKN 4 setiap minggu pembina memonitor dan mengotrol para siswa dalam menjalankan Kopsis secara kontinyu. Selain itu setiap dua minggu sekali pembina bersama para pengelola Kopsis mengadakan pertemuan untuk membicarakan persoalan-persoalan atau hambatan
338 yang dihadapi Dengan cara ini pembina mengharapkan agar para pengelola Kopsis benar-benar memahami dan memiliki ketrampilan bagai-mana seharusnya menjalankan Kopsis. Hasilnya Kopsis bisa berjalan lancar dan dapat berkembang dengan baik. Namun demikian, karena para siswa kurang diberi peluang ntuk merencanakan dan melakukan sendiri, para siswa nampak kurang mampu mengatasi persoalan sendiri ketika mengahadapi permasalahan baru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Freire (1972. 50-51) dan Aschuler (1980. 43-114) bahwa perkembangan individu akan utuh kalau diberikan kesempatan untuk megalami sendiri inventarisir peramsalahan yang dihadapi, analisa secara sistemik, pemikiran alternatif pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Sedangkan pada SMUN 20, walaupun para pembinanya memberikan pembinaan secara direktif namun ia kurang memberikan monitoring dan kontrol secara kontinyu. Pertemuan bersama dengan para anggota pengurus Kopsis setelah nampak Kopsis kurang berjalan lancar, sehingga kekurangdisplinan dan kemalas-malasan para siswa dalam menjalankan program-program Kopsis telah terlanjur menjadi kebiasaan. Pembina Kopsis SMUN 3 dan SMUN 5 membina perilaku siswa dalam berkoperasi dengan menggunakan metode delegatif. Pembina menyerahkan sepenuhnya kepada para siswa dalam merancanakan dan mengembangkan kegiatan dan program Kopsis, baik struktur organisasi maupun macam dan jenis usaha yang ingin dikembangkan. Pembina Kopsis menempatkan dirinya sebagai konsultan para siswa dalam menjalankan roda perkoperasian Sebelum dijalankan, program-program yang telah direncanakan dan tersusun agar dikonsultasikan kepada pembina terlebih dahulu. Pembina dan para pengelola mengadakan diskusi dan merevisi atas program dan kegiatan yang telah
339 dibuatnya. Pembina Kopsis selalu berpesan kepada para pengelola Kopsis agar cepat berkonsultasi apabila menemukan persoalan-persoalan dalam menjalankan Kopsis. Mereka melakukan kerjasama dengan semua guru ekonomi dalam membina siswa. Walaupun menempatkan diri sebagai kosultan, secara insidental pembina Kopsis SMUN 3 memberikan monitoring dan kontrol secara ketat. Sebulan sekali pembina mengajak para pengelola Kopsis mengadakan pertemuan rutin untuk bersama-sama memonitor dan mengevaluasi kegiatan Kopsis serta mencari jalan keluar atas perso-alan yang dihadapi. Dengan cara ini diharapkan Kopsis bisa berjalan lancar, siswa berkembang mandiri dalam menjalankan Kopsis dan secara kreatif terlatih merencanakan dan menjalankan kegiatan usaha sehingga bisa berkembang jiwa dan ketrampilan berwirausaha. Hasilnya setelah beberapa bulan para pengelola Kopsis mampu menjalankan Kopsis secara mandiri. Pembina tinggal memonitoring secara insidental. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Freire (1972: 50-51) dan Aschuler (1980: 43-114) bahwa perkembangan individu akan utuh kalau diberikan kesempatan untuk megalami sendiri inventarisir peramsalahan yang dihadapi, analisa secara sistemik, pemikiran aalternatif pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Sedangkan pembina Kopsis di SMUN 5 kurang memberikan monitoring dan kontrol terhadap para siswa dalam menjalankan Kopsis. Mereka kurang mengadakan pertemuan-pertemuan dengan para pengelola Kopsis untuk membicarakan persoalanpersoalan yang dihadapi. Bahkan ketika nampak para siswa kurang disiplin, pembina mengambil alih kegiatan itu. Akibatnya para pengelola dan para petugas piket Kopsis menjadi kurang serius dalam menjalankan kegiatan Kopsis.
340 Bredasarkan uraian tersebut ditemukan bahwa faktor yang menentukan perubahan perilaku siswa dalam berkoperasi adalah (I) komitmen pembina dalam memonitor, mengontrol, membimbing, melatih setahap-demi setahap aktivitas siswa dalam berkoperasi; (2) pemberian kesempatan siswa untuk merencanakan, mencoba melakukan dan memecahkan sendiri persoalan yang dihadapi serta; (3) diadakannya diskusi bersama antara pembina dan siswa atas persoalan yang belum terpecahkan. Dengan kata lain metode pembinaan perilaku siswa apapun yang diterapkan akan lebih berhasil mengembangkan perilaku siswa dalam berkoperasi apabila: a) pembina memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan praksis Kopsis. Dengan cara ini para siswa berkembang kemampuannya dalam memhami permasalahan Kopsis yang mereka hadapi, memecahkan permasalahan atau merencanakan kgiatan Kopsis, dan menerapkan pemecahan/rencana Kegiatan Kopsis yang telah dikeijakan. Temuan ini sejalan dengan pendapat Freire (1972: 50-51), Aschuler (1980: 43) yang mengatakan bahwa Kemampuan para siswa akan berkembang secara utuh apabila mereka diberi-kan kesempatan untuk menginventarisir sendiri atas masalah yang dihadapi, mengana-lisis secara sistemik, secara bersama mencoba mencari alternatif-alternatif pemecahan dan mencobakan alternatif pemecahan itu. b) Pembina menempatkan diri sebagai kosultan. Dewantoro, 1977 mengatakan bahwa dalam melakukan pembinaan kepada individu, pembina harus tutwuri handayani, dalam arti pembina perlu membiarkan anak berkembang melakukan sesuatu, seraya memberikan monitoring dan alternatif pemecahan manakala diperlukan. Dengan cara ini individu akan bersemangat dan tumbuh keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan berhasil karena m e ^ S a ^ d ^ ^ ^
6
membantu memecahkan manakala mengalami kesulitan, c) PembimO&mltei^ 7*1 l & k W r A
341 bimbingan dan latihan-latihan yang diperlukan. Vygotsky (1978:90) menjelaskan bahwa pembelajaran akan akan berhasil dengan baik apabila individu yang belajar teijadi proses pemahaman dan latihan yang terbimbing secara bertahap dan berulang sesuai dengan tingkat kematangannya. Proses pembelajaran dan pembinaan yang demikian memungkinkan para siswa mampu memahami dan berlatih menjalankan kegiatankegiatan Kopsis secara dalam sesuai dengan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang telah ada padanya, d) Pembina melakukan monitoring dan kontrol secara kontinyu. Monitoring dan kontrol yang ketat memungkinkan para siswa timbul semangat kebersamaan dalam mencapai tujuan yang sama. Temuan ini sejalan dengan temuan Sorta Simanjuntak (1992: 204) bahwa tingkah laku kontrol dalam hubungan interpersonal antara ketua dengan anggota pada kelompok PKK maju lebih tinggi dibanding dengan Kelompok PKK kurang maju di Kotamadya Medan. Temuan ini memperkuat temuan betapa pentingnya kontrol dan monitoring dari pembina Kopsis dalam melakukan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi, e) Pembina bersama para siswa sering mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam memajukan dan mengembangkan Kopsis. Temuan ini diperkuat oleh Freire (1972: 97) yang mengatakan bahwa pelaksanaan dialog atau diskusi bersama dalam proses pendidikan akan memungkinkan individu memahami konteks realitas secara keseluruhan yang bermakna dan integral serta menimbulkan sikap kritis terhadap lingkungannya dalam rangka memperoleh alternatif pemecahan untuk memajukan dan mengembangkan lingkungannya. Ini berarti bahwa pelaksanaan diskusi bersama antara pembina dan siswa atas permasalahan yang dihadapi dalam Kopsis akan memungkinkan (1) para siswa memahami permasalahan yang dihadapi secara dalam dan bermakna, (2)
342 permasalahan Kopsis akan tertemukan alternatif pemecahannya, (3) persoalan kopsis dapat teratasi sehingga Kopsis bisa berjalan lancar dan berkembang. Metode pembelajaran siswa dalam berkoperasi. Dalam proses pembelajaran siswa dalam berkoperasi, pembina Kopsis SMKN 2 dan SMKN 4 menerapkan metode pembelajaran pengembangan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa. Mereka yang masih kurang sekali kemampuan dan ketrampilannya dibelajarkan secara bertahap (social learning). Mereka yang telah memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan, pertama-tama diberi contoh pengerjaan sesuatu kemudian disuruh melajutkan pekerjaan tersebut atau diberikan permasalahan kemudian disuruh memecahkan {directed discovery) Dan ketika mereka telah dipandang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup mereka langsung disuruh mengerjakan pekerjaan-pekerjaan administrasi atau disuruh mencari permasalahan-permasalahan, hambatan dan tantangan yang dihadapi Kopsis dan disuruh mencoba memecahkannya ipure discovery). Metode pembelajaran yang diterapkan ini mampu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berkoperasi untuk mengorganisir dan mengadmisnistrasikan kegiatan Kopsis. SMUN 3 dan SMUN 5 menerapkan proses pembelajaran berkoperasi di luar kelas dengan metode pure discovery. Pembina melakukan pembinaan dengan tanpa memperhatikan tingkat kemampuan dan ketrampilan siswa. Semua siswa langsung disuruh merencanakan, melaksanakan dan memecahkan sendiri terhadap persoalan yang dihadapi. Sedangkan pembina Kopsis selalu mengingatkan kepada para siswa untuk berkonsultasi kepadanya setiap mengalami permasalahan dan kesulitan. Hasil pembelajaran dengan metode ini menujukkan bahwa hanya mereka yang secara
343 terbuka mau mengemukakan permasalahan dan kesulitan yang dihadapi serta benarbenar yang telah memiliki dasar-dasar kemampuan yang cukup yang mampu berkembang menjalankan kegiatan dan pengadministrasian Kopsis. Sedangkan pada SMUN 20 menerapkan proses pembelajaran di luar kelas dengan metode directed discovery, di mana pembina menyuruh siswa memberikan pokok-pokok kegiatan Kopsis yang harus dilakukan para siswa. Kemudian mereka disuruh mencoba memprak-tikan aspek-aspek kegiatan yang harus dilakukan. Pembina tidak memperhatikan permasalahan dan kesulitan yang dialami para siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa para siswa semakin mengalami kekurangpercayaan diri dan akhirnya malas melakukan. Akibat selanjutnya para siswa tidak memiliki kemampuan dan ketrampilan melaksanakan praksis Kopsis. Berdasarkan uraian tersebut ditemukan bahwa proses pembelajaran pengembangan kemampuan dan ketrampilan melakukan kegiatan Kopsis yang dilakukan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa menunjukkan hasil yang jauh lebih memuaskan dibandingkan dengan yang tanpa memperhatikan tingkat-tingkat kemampuan dan ketrampilan anak. Sejalan dengan temuan ini Gagne (1968a:178) mengemukkan perkembangan anak beijalan secara bertingkat-tingkat dan perkembangan kemampuan serta ketrampilannya juga berkembang secara bertingkat. Selain itu bahwa perkembangan kemampuan dan ketrampilan anak merupakan kumulatif dari pengalaman sebelumnya. Senada dengan pendapat tersebut Vygotsky (dalam Gredler, 1992:335-336) mengemukan bahwa individu proses pendidikan anak perlu dilakukan secara bertahap. Pada individu yang belum memiliki kemampuan dan ketrampilan dasar perlu dilatih dengan menggunakan social learnwg di mana
344 pelatih/pembina memodelkan apsek-aspek aktivitas dasar yang perlu dilakukan anak didik kemudian siswa mempraktikkan setahap demi setahap. Selanjutnya pendidik mencek dan memodelkan kemabali aspek-aspek yang belum dikuasai anak secara bertahap sampai anak menguasasi secara penuh. Sedangkan Sanders (1968:139-145) mengemukan bahwa anak yang telah memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan namun belum sempurna pelatih atau pendidik dapat membelajarkannya secara directed discovery, di mana pembina memberikan petunjuk-petunjuk umum tentang apa-apa yang perlu dilakukan terlebih dahulu, kemudian anak disuruh mencoba merencanakan sendiri secara detail, mempraktikkan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Sementara itu pembina memonitor aktivitas dan keberhasilan yang dilakukan anak. Pada anak yang telah memiliki dasar-dasar kemam-puan dan ketrampilan yang cukup dapat dibelajarkan secara pure discovery di mana pembina menyerahkan sepenuhnya kepada anak mulai dari merencanakan, mempraktikkan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi sementara pembina melakukan monitor kegiatan anak atau mempersilahkan anak untuk berkonsultasi manakala mengalami kesulitan dan masalah yang tidak mampu diselesaikan sendiri. Pembelajaran secara bertahap akan memungkinkan anak mampu memahami dan mempraktikkan tahap-tahap apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pada sisi pembina akan mampu memahami hal-hal mana yang belum difahami dan mampu dilakukan anak dan taraf mana anak perlu dibelajarkan kembali. 2) Kaderisasi Pengurus Dalam upaya kaderisasi pengurus pembina Kopsis di SMKN 2, SMUN 3, SMUN 5, dan SMKN 4 melakukan upaya yang serupa yaitu pembina bersama pengurus Kopsis melakukan promosi dengan cara memberikan penjelasan tentang kondisi perkembangan
345 dan kemajuan Kopsis serta manfaat aktif di Kopsis setiap ada kesempatan yang memungkinkan. Pemberian wawasan yang demikian inilah menurut para pembina Kopsis dirasakan sebagai hal yang memungkinkan para siswa tumbuh persepsi positif, rasa tertarik dan kemauan berpartisipasi aktif dalam Kopsis. Partisipasi aktif dalam Kopsis mampu meningkatkan berbagai pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan menjalankan Kopsis. Dari partisipasi aktif para siswa inilah kemudian terlihat kader-kader Kopsis yang tangguh yang bisa dipilih sebagai penerus dan pengembang Kopsis. Pada SMUN 3, dan SMUN 5 yang menjadi sasaran promosi adalah para siswa baru bersamaan acara orientasi siswa baru. Pada acara ini para pembina dan guru bersama-sama memberikan materi tentang perkoperasian serta keberadaan Kopsis di sekolah. Sedangkan para pengurus inti Kopsis memberikan penjelasan tentang kondisi, perkembangan dan kemajuan Kopsis yang ada di sekolahnya serta memberikan penjelasan tentang manfaat aktif berpartisipasi dalam kegiatan Kopsis, siapa yang menjadi pengurus dan bagaimana mekanismenya untuk dapat ikut aktif di Kopsis. Sasaran pengarahan ditujukan kepada siswa baru karena mereka pada umumnya masih haus dan lebih mudah tertarik kepada informasi baru dan kegiatan baru. Di samping itu mereka belum banyak disibukkan dengan berbagai kegiatan yang lain. Keadaan siswa baru yang demikian akan memungkinkan mudah tertarik untuk berpartisipasi dalam Kopsis. Dalam kenyataannya, menurut para pembina, para siswa yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan Kopsis adalah mereka yamg memperoleh pengarahan dan infor-masi secara lengkap tentang Kopsis sejak dini. Sedangkan pada SMKN 2 dan SMKN 4 sasaran promosi adalah semua siswa dan dilakukan pada saat upacara-upacara hari Senin bulan pertama tahun ajaran baru. Kedua SMKN ini belum memiliki program
346 pengarahan khusus siswa baru tentang keberadaan Kopsis di sekolahnya. Akibatnya, berdasarkan pengamatan peneliti banyak para siswa tertarik di Kopsis sangat terlam-bat. Mereka tertarik berpartisipasi dalam Kopsis setelah mereka kelas dua. Di SMUN 20, promosi hanya dilakukan secara informal oleh para anggota pengurus inti dan himbauan dari para guru ekonomi. Akibatnya para siswa yang tertarik berpartisipasi dalam Kopsis sangat kecil jumlahnya. Kaderisasi pengurus di SMUN 5 dan SMKN 4 juga dilakukan dengan cara memberikan kewajiban menjalankan piket menjaga toko Kopsis dari masing-masing perwakilan kelas I. Hal ini dilakukan agar pengalaman berkoperasi bisa diperoleh sejak dini dan merata kepada semua siswa. Di SMUN 3 dan SMKN 2, bagi para siswa yang tertarik untuk aktif di Kopsis, mereka dilibatkan dalam kegiatan Kopsis, seperti piket di toko Kopsis. Mereka diajak mengikuti pertemuan-pertemuan rutin untuk memecahkan masalah-masalah Kopsis. Bersamaan itu juga mereka ditingkatkan wawasan, kemapuan dan ketrampilannya berkoperasi. Selain itu para anggota pengurus juga melakukan promosi tentang perkembangan dan kemajuan Kopsis secara informal kepada teman-temannya. Ke lima sekolah tersebut memiliki kreteria yang sama, di mana para siswa yang nampak menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap Kopsis dan dipandang mempunyai potensi maka ia dicalonkan untuk diangkat menjadi anggota pengurus Kopsis ketika RAT. Atas dasar uraian tersebut ditemukan bahwa kaderisasi pengurus Kopsis perlu dilakukan melalui: a) promosi Kopsis yang berupa pemberian penjelasan tentang keadaan, kemajuan dan perkembangan Kopsis sejak dini kepada siswa baru. Baron (1986:120) mengatakan bahwa informasi pertama yang diterima individu di lingkung-
347 annya memiliki dampak yang kuat pada kesan/persepsi seseorang dari pada yang diterima kemudian. Dengan demikian pemberian promosi dan informasi tentang keberadaan Kopsis kepada siswa baru merupakan tindakan yang perlu dilakukan sejak dini. b) Pelibatan para siswa secara kontinyu dalam piket toko Kopsis. Sering ikut terlibat dalam pelayanan anggota di toko Kopsis akan membuat diri siswa sering belajar untuk mengetahui dan memahami apa yang teijadi dan bagaimana setiap kegiatan Kopsis itu dilakukan. Lama kelamaan hal ini menjadikan para siswa yang terlibat dalam kegiatan Kopsis meningkat pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan menjalankan Kopsis. Baron (1986: 39) mengatakan: Learning is adapting to the world around us. Belajar adalah adaptasi dengan dunia sikitar kita. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pemerolehan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan itu lebih efektif bila dilakukan melalui melihat atau mendengar orang lain melakukan sesuatu, dan kemudian mencoba melakukannya sendiri. Subyantoro (1993:145) dalam penelitiannya menemukan bahwa semakin tinggi proses belajar berkoperasi maka partisipasi anggota menjadi semakin tinggi. Dengan demikian sering dilibatkannya para siswa melakukan piket di toko Kopsis akan meningkatkan pengetahuan, ketranvpilan dan kemampuan berkoperasi yang akhirnya akan meningkatkan partisipasinya, c) Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan berkoperasi melalui pelibatan pertemuan-pertemuan dalam memecahkan masalah-masalah kopsis. Freire (1972) mengatakan bahwa proses belajar yang efektif dilakukan melalui proses dialogis pemecahan masalah bukan gaya bank. Dalam proses dialogis pemecahan masalah individu akan mengetahui secara dalam masalah-masalah yang dihadapi, menemukan beberapa alternatif pemecahan masalah, kemudian teijadi kesepakatan untuk mencoba melakukan hasil dialog pemecahan masalah tersebut.
348 Proses belajar yang demikian akan membuat individu memhami secara dalam terhadap permasalahan yang ditemukan dan mengetahui pemecahannya, d) mereka yang berpotensi dan berkomitmen tinggi dalam Kopsis dicalonkan sebagai kader-kader pengurus Kopsis. Penelitian Glickman (1981:51) dalam penelitiannya menemukan bahwa dalam setiap kelompok individu akan terdapat 10-20 % kelompok individu yang terkategori memiliki komitmen yang tinggi dan tingkat kemampuan berfikir abstrak yang tinggi. Mereka inilah yang tergolong the true professional. Secara terus-menerus mereka memiliki komitmen memperbaiki diri cara keija untuk mencapai hasil yang maksimal, memikirkan tugas/keija dengan cepat, mempertimbangkan berbagai alternatif menggunakan pemikiran yang rasional, mengembangkan dan melaksanakan rencana secara tepat. Tidak hanya mampu mengerjakan pekerjaan sendiri namun mereka mampu mengerjakan pekerjaan orang banyak/lembaga secara keseluruhan. Dan mereka inilah yang pantas menjadi penggerak dan pemimpin lembaga/organisasi. Pemilihan pengurus Kopsis yang memiliki potensi dan komitmen tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya sangat penting karena ini akan sangat menentukan kelancaran, perkembangan dan kemajuan Kopsis. 3) Piket Memberikan Pelayanan di Toko Kopsis. Pengurus di bawah pembinaan pembina Kopsis melakukan pembagian tugas pelayanan di Kopsis dalam bentuk piket. Pembagian tugas piket ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengalaman para iswa berkoperasi, meningkatkan pelayanan, kontinyuitas koperasi dan meningkatkan partisipasi siswa dalam berkoperasi. Pembagian tugas piket pada Kopsis SMKN 2, SMUN 3, dan SMUN 20 tidak dilakukan secara perwakilan kelas. Petugas piket diorganisasir atau dijadwal berdasarkan mereka yang
349 ingin aktif dalam kegiatan Kopsis dan ingin tahu bagaimana melaksanakan kegiatan Kopsis. Pada umumnya mereka adalah para siswa yang mengambil ekstrakurikuler Koperasi. Semua anggota yang ingin aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis didaftar oleh pengurus kemudian mereka dijadwal berdasarkan hari atau jam longgar mereka. Pembentukan piket pelayanan Kopsis atas dasar ketertarikan siswa aktif di Kopsis dalam beberapa hal telah cukup mendukung kelancaran kegiatan toko Kopsis dalam melayani anggota, karena mereka melaksanakan tugas piket didasari rasa senang melakukannya, sehingga toko Kopsis selalu dijaga oleh penjaga yang senang melaksanakan tugasnya. Keberhasilan pembagian tugas atas dasar ini sangat tergantung pada kontinyuitas monitoring dan kontrol dari pembina dan pengurus. Cara ini mempunyiai kelemahan sebagai sarana pendidikan, karena kurang memberikan pendidikan bagi semua siswa dalam memperoleh pengalaman berkoperasi. Sedangkan di SMKN 4 dan SMUN 5, untuk meningkatkan pengalaman semua siswa dalam berkoperasi dan terlayaninnya pembeli, pengurus menyusun jadwal petugas piket Kopsis atas dasar perwakilan kelas. Setiap kelas I wajib mengirimkan 2 siswa untuk bertugas memberikan pelayanan di Kopsis. Pelaksanaan piket diorganisir atas dasar kesempatan waktu agar bisa melakukan piket. Kepala sekolah cq. WKS kesiswaan SMUN 5 dalam upaya meningkatkan keaktifan para siswa melaksanakan piket mengharapkan setiap wali kelas dan guru ekonomi kelas I selalu mengingatkan para siswanya melaksanakan piket. Di sekolah ini pembina Kopsis mengharapkan semua guru ekonomi kelas I agar mengkaitkan pemberian nilai mata pelajaran ekonomi dengan keaktifan melaksanakan piket di Kopsis.
350 Dalam pelaksanaannya, sekolah yang para pembinanya cukup aktif melakukan monitoring, kontrol dan pengarahan, tingkat ketertiban dan partisipasi aktif para siswa dalam berkoperasi cukup tinggi. Seperti Kopsis SMKN 2, SMUN 3, SMKN 4 misalnya, karena pembina selalu melalaikan monitoring dan kontrol serta menyadarkan para petugas piket bahwa Kopsis adalah milik siswa oleh siswa dan keberhasilan Kopsis adalah tergantung pada partisipasi aktif para siswa, ketertiban dan kesungguhan para siswa melakukan piket cukup mengesankaa Berbeda dengan sekolah di SMUN 5, kebijakan sekolah terhadap wali kelas dan harapan keijasama antara pembina dengan para guru ekonomi untuk mengaktifkan piket para siswa cukup baik namun karena kurang monitoring, kontrol dan pemberian pengarahan dalam pelaksanaannya mengakibatkan partisipasi aktif para siswa dalam melakukan piket semakin menurun. Sama halnya yang teijadi di SMUN 20, karena kurangnya keijasama para pembina, para guru ekonomi dan kurangnya monitoring dan kontrol serta kurangnya pengarahan dari pembina terhadap para petugas piket, walaupun sudah ada pembagian tugas, petugas piket lebih banyak kosongnya daripada jaganya. Berdasarkan uraian di atas ditemukan dua hal yaitu dari segi tujuan diadakan pembagian piket dan dari segi pelaksanaan penertiban piket. Sistem pembagian tugas piket dalam memberikan pelayanan anggota di Kopsis pada masing-masing sekolah berbeda-beda, namun mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu a) meningkatkan pemerataan pengalaman anggota demi peningkatan kemampuan berkoperasi. Syamsuri (1986: 175) mengatakan bahwa kemampuan anggota diperoleh melalui proses latihan dan pengalaman. Jadi pembagian tugas para siswa melakukan piket akan meningkatkan kemampuannya berkoperasi, b) meningkatkan pelayanan anggota untuk
351 meningkatkan partisipasinya. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Rossidi Soetama (1995 : 103) yang mengatakan semakin besar jasa yang diberikan oleh koperasi semakin tinggi partsipasi anggota. Sehingga pembagian tugas para nggota melakukan piket akan meningkatkan pelayanan Kopsis kepada para anggota yang akhirnya mampu meningkatkan partisipasi anggota. Dilihat dari pelaksanaan penertiban piket ditemukan bahwa sistem pembagian tugas piket dalam memberikan pelayanan anggota di Kopsis dapat dialakukan atas dasar sistem perwakilan kelas, minat keinginan aktif di Kopsis, dan partisipan ekstrakurikuler koperasi. Tingkat ketertiban melakukan piket, keaktifan berpartisi-pasi dan pengalaman para siswa dalam berkoperasi, sangat dipengaruhi oleh sering tidaknya pembina melakukan moniloring, kontrol dan memberikan pengarahan para siswanya serta kerja sama antara para pembina, guru ekonomi dan wali kelas. Temuan ini sejalan dengan temuan Djablani (1995:130) bahwa kepemimpinan yang menekankan perilaku yang bersifat "memperhatikan" dan "mengarahkan" berperan besar dalam keefektifan kelompok, kepaduan kelompok dan kepuasan anggota, dan produktivitas kelompok yang tinggi. Simanjuntak (1992:204-205) menemukan bahwa tingkah laku kontrol dalam hubungan interpersonal antara ketua dengan anggota pada kelompok PKK maju lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok PKK yang kurang maju. Jadi monitoring, kontrol, memperhatikan dan mengarahkan dari pembina Kopsis sangat penting artinya bagi tingkat ketertiban melakukan piket, keaktifan berpartisipasi dan pengalaman para siswa dalam berkoperasi. 4) Menumbuhkan Persepsi, Motivasi, dan Sikap Positif para Siswa dalam berkoperasi. Tumbuh dan berkembangnya persepsi, motivasi dan sikap positif anggota
352 terhadap Kopsis tidak terlepas dari upaya pembina. Upaya pembina dalam hal berbedabeda antar sekolah. Para pembina SMKN 2 dalam upaya menumbuhkan persepsi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap Kopsis selalu berusaha agar a) pengurus dalam RAT melaporkan dan menjelaskan semua seluk beluk yang ada dalam Kopsis seperti perkembangan Kopsis, SHU yang diperoleh Kopsis serta keuntungan berpartisipasi aktif dalam Kopsis; b) pengelola Kopsis menyediakan dan menawarkan barang-barang yang dibutuhkan oleh para anggota ketika mereka berbelanja di Kopsis; c) para pengelola Kopsis melakukan promosi antar teman dalam situasi informal; d) para anggota Kopsis yang mengikuti penataran mendiseminasikan hasil penataran yang diperoleh kepada teman-temanya; e) Kopsis memberikan hak-hak anggota dan pengurus; f) Kopsis memberikan dana sosial seperti: dana santunan mereka yang sakit, kecelakaan, orang tuanya meninggal, musibah dsb.; g) pengawas melaporkan hasil pemeriksaaan Kopsis atas perkembangan dan kemajuan Kopsis; h) pengurus dan pengawas melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagaimana yang diharapkan dalam RAT; i) para siswa sadar bahwa Kopsis adalah milik siswa dan untuk siswa, para siswalah yang harus aktif terlibat menjalankan program-program semua aktivitas penyelenggaraan Kopsis; j) Kopsis memberikan hak-hak anggota, pengurus dan pengawas sesuai dengan RAT, k) Kopsis memberikan jasa pengurus sesuai dengan tingkat partisipasi aktif mereka dalam Kopsis. Tingkat keaktifan ini dipantau secara bersama oleh anggota pengurus dan pembina. Melalui tindakan-tindakan ini nampak para siswa timbul persepsi dan sikap positif tehadap Kopsis serta termotivasi berkoperasi. Sedangkan pembina Kopsis SMUN 3 untuk meningkatkan persepsi, motivasi dan sikap positif para siswa terhadap Kopsis berupaya a) menyerahkan sepenuhnya kepada
353 siswa dalam merencanakan, mengelola dan melaksanakan, dan pembina ting-gal melakukan monitoring dan kontrol, b ) selalu berpesan kepada para anggota pengurus dan pengawas agar menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan hasil keputusan rapat serta melakukan pengelolaan Kopsis secara terbuka; c) berusaha menunjukkan keberhasilan-keberhasilan yang dilakukan oleh pengurus dalam mengelola Kopsis kepada para siswa ketika proses belajar mengajar di kelas; dan d) selalu mengingatkan kepada para siswa bahwa Kopsis adalah milik siswa oleh siswa dan keberhasilan Kopsis adalah sangat tergantung partisipasi siswa dalam memberikan kontribusi Kopsis, e) selalu berpesan agar pengadministrasian dan pembukuan Kopsis secara terbuka. Dengan pembinaan demikian, perkembangan persepsi, motvasi dan sikap para siswa terhadap Kopsis cukup positif. Lain halnya dengan pembina Kopsis SMUN 20, para pembina nampaknya telah merasa puas dengan perkembangan persepsi, motivasi dan sikap para siswa terhadap Kopsis, di mana beberapa siswa telah timbul ide atau keinginan untuk mengembangkan Kopsis. Pembina berpendapat kalau Kopsis tidak maju karena kebijakan sekolah kurang memberikan dukungan yang positif. Oleh karena itu upaya yang mereka lakukan untuk meningkatkan persepsi, motivasi dan sikap mereka terhadap Kopsis hanya melalui pengarahan ketika proses pebelajaran ekonomi dan menekankan bahwa kemajuan suatu koperasi itu tergantung dari partisipasi para anggotanya. Hasilnya cukup menyedihkan dimana persepsi, motivasi dan sikap siswa terhadap Kopsis kurang positif. Walaupun sasaran itu sama, pembina Kopsis SMKN 4 dalam upaya membina persepsi, motivasi, sikap positif anggota dan pengelola Kopsis melakukan upaya yang agak berbeda yaitu pembina memberikan contoh-contoh keuntungan aktif berkope-rasi,
354 mengusahakn penyediaan semua barang kebutuhan siswa dengan harga yang lebih murah dari harga luar, memberikan insentif tambahan kepada pengurus dalam melakukan kegiatan tertentu, dan menunjukkan SHU yang diperoleh Kopsis. Perlakuan yang demikian ini ditujukan kepada pengurus. Pemberitahuan SHU Kopsis kepada para siswa yang lain (wakil-wakil kelas) dilalaikan ketika RAT. Pemberian insentif kepada pengurus dilakukan atas dasar jumlah kali piket dan jumlah kali kegiatan yang dilakukan. Untuk kegiatan lain, insentif diberikan atas dasar waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Perhitungan yang terakhir ini yang memperkirakan jumlah insentif adalah pembina. Pola pembinaan yang demikian telah membuat para siswa memiliki persepsi, motivasi dan sikap positif terhadap Kopsis. Pada SMUN 5 dalam upaya meningkatan motivasi dan sikap siswa dalam berkoperasi pembina 1) bekeijasama dengan para guru ekonomi. Di mana mereka yang aktif dalam menjalankan Kopsis diberikan imbalan nilai mata pelajaran ekonomi dan akutansi yang lebih tinggi; 2) pembina memberikan pengarahan tentang manfaat koperasi bagi petjuangan ekonomi rakyat dan manfaat aktif berpartisipasi dalam Kopsis dalam meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berwirausaha; 3) mengaktifkan pengurus dan petugas piket melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin, pengurus harus tahu apa yang teijadi di Kopsis dan harus aktif menjalankan kegiatan yang telah diprogramkan; 4) memberikan pelayanan kepada pembeli sebaik mungkin dan menyediakan barang yang sesuai dengan selera dan kebutuhan anggota, 5) meng-ingatkan kepada para siswa bahwa Kopsis adalah milik siswa dan harus dilakukan oleh siswa. Kemajuan dan kemunduran Kopsis adalah tergantung partisipasi siswa.
355 Namun karena upaya ini kurang dikelola dengan baik, akibatnya persepsi, motivasi dan sikap positif para siswa terhadap Kopsis belum tumbuh dengan baik. Berdasarkan berbagai upaya yang dilakukan oleh para pembina tersebut dapat disimpulkan bahwa tumbuh dan berkembangnya persepsi, motivasi dan sikap positif anggota terhadap Kopsis tidak terlepas dari upaya pembina. Pada Kopsis yang pembinanya mampu memberikan informasi secara terbuka tentang kondisi riil keberadaan Kopsis, pelayanan yang memuaskan, dan manfaat partisipasi yang dapat memberikan harapan yang besar bagi anggota untuk mencapainya telah mampu mempercepat tumbuhnya persepsi, motivasi dan sikap positif para siswa terhadap Kopsis. Pembina yang tidak mampu memberikan informasi secara terbuka, objektif dan jelas tentang gambaran riil Kopsis dan manfaat berpartisipasi dalam kopsis yang mampu memberi-kan harapan-harapan besar yang dapat dicapainya, justru membawa perkembangan persepsi, motivasi dan sikap para siswa semakin negatif terhadap Kopsis. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh para pembina dan telah mampu menumbuh-kembangkan persepsi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap Kopsis adalah mengupayakan; a) pengurus melaporkan dan menjelaskan semua seluk beluk yang ada dalam Kopsis ketika RA T diselenggarakan b) para pengelola Kopsis menjelasJcan berbagai keuntungan berpartisipasi aktif dalam Kopsis baik ekonomi maupun non ekonomi; c) pengelola Kopsis menyediakan dan memperomosikan barang-barang yang dibutuhkan oleh para anggota; d) para anggota Kopsis yang mengikuti penataran mendiseminasikan hasil penataran yang diperoleh kepada teman-temanytiya; e) Kopsis memberikan hak-hak anggota, pengurus dan pengawas sesuai dengan keputuscm RAT; f) Kopsis menyediakan dana sosial para anggotanya yang sangat membutuhkan; g) pengawas
356 melaporkan hasil pemeriksaaan Kopsiss; h) pengurus dan pengawas melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagaimana yang diharapkan dalam RAT dan melakukan pengelolaan secara terbuka; i) para siswa sadar bahwa Kopsis adalah milik siswa dan untuk siswa, para siswalah yang harus aktif terlibat menjalankan program-program Kopsis dalam semua aktivitas penyelenggaraan Kopsis serta keberhasilan Kopsis sangat tergantung partisipasi siswa; j) Kopsis memberikan jasa pengurus sesuai dengan tingkat partisipasi aktif mereka dalam Kopsis; k) menunjukkan keberhasilan-keberhasilan yang dilakukan oleh pengurus dalam mengelola Kopsis kepada para siswa ketika proses belajar mengajar di kelas; l) terjadi kerjasama dengan para guru ekonomi, dimana keaktifan menjalankan tugas di Kopsis merupakan bagian kreteria dalam pemberian nilai; m) para siswa merasakan manfaat aktif berpartisipasi n) pengurus menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan yang lelah diprogramkan; o) pengelola member-kan pelayanan kepada konsumen sebaik mungkin dan menyediakan barang yang sesuai dengan selera dan kebutuhan anggota; p) memberikan contoh-contoh keun-tungan aktif berkoperasi, memberikan insentif tambahan kepada pengurus dalam melakukan kegiatan tertentu; q) SHU yang diperoleh Kopsis diinformasikan kepada para siswa secara terbuka; r) selalu menyarankan dan mengontrol kepada pengelola agar harga barang-barang di Kopsis sedapat mungkin minimal sama atau bahkan lebih rendah daripada harga di luar Kopsis. Semua upaya-upaya tersebut pada dasarnya merupakan upaya untuk menumbuhkan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap siswa dalam berkoperasi melalui pemberian informasi kepada anggota tentang bagaimana kondisi Kopsis yang sesungguhnya dan
357 upaya yang perlu dilakukan oleh pengelola Kopsis dalam melayani dan memberikan hahhak anggota. Temuan yang berupa cara-cara meningkatkan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap ini sejalan dengan pendapat Kretch et. al.(1982:246) bahwa persepsi sesorang tergantung pada informasi yang diperoleh. Selain itu Robbins (1996: 132-134) mengatakan bahwa persepsi sesorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu a) perciever: karakteristik pribadi individual yang menerima informasi, yakni hal-hal yang berkenaan dengan motif, minat, pengalaman masa lampau dan harapan individu terhadap obyek itu; b) target: sasaran atau harapan yang diinginkan individu; dan c) situasi: situasi disekitar individu, di mana persepsi individu sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen di sekitar yang ada disekitar individu. Ini berarti bahwa pemberian informasi secara positif tentang keadaan Kopsis dan pemberian pelayanan secara baik kepada anggota akan meningkatkan persepsi posistif para anggota terhadap Kopsis. Persepsi positif terhadap Kopsis pada gilirannya akan menimbulkan motivasi untuk berbuat sesuatu. Robbins (1996: 230-233) mengatakan bahwa motivasi untuk melakukan sesuatu akan tumbuh kalau potensi diri dan lingkungan memberikan peluang untuk mencapainya. Motivasi dan sikap positif individu terhadap sesuatu akan tumbuh bila berdasarkan pengalaman menunjukkan dirinya bahwa sesuatu itu memberikan keuntungan (Milton, 1981: 61-77) dan bila hasil kerja memuaskan (Skinner, 1954), bila lingkungan keija memuaskan (Herberg, 1968: 53), bila informasi lingkungan itu positif (Kretch et. al., 1982: 246). Pernyataan-pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pemberian informasi tentang Kopsis yang mampu memberikan gambaran yang mendorong bangkitnya motif, minat, dan harapan-harapan yang positif atau menguntungkan akan mempercepat tumbuhnya persepsi positif para siswa terhadap Kopsis. Persepsi positif ini akan menggerakan
358 keinginan atau motivasi dan sikap positif para siswa terhadap Kopsis untuk berpatisipasi dan berbuat sesuatu. 5) Peningkatkan Persepsi, Motivasi dan Sikap para Siswa Terhadap Pembina. Persepsi, motivasi dan sikap para siswa terhadap Kopsis tidak bisa dipisahkan dengan persepsi dan sikap para siswa terhadap para pembinanya. Oleh karena itu agar para siswa memiliki persepsi, motivasi dan sikap positif terhadap Kopsis, para siswa perlu memiliki persepsi, motivasi dan sikap yang positif terhadap pembina. Upaya pembina Kopsis untuk mencapai sasaran ini sangat bervariasi. Untuk meningkatkan persepsi positif anggota, pengelola dan pengawas terhadap pembina, pembina Kopsis SMKN 2 berupaya memberikan a) perhatian dan kepeduliannya secara sungguh-sungguh dalam memberikan pembinaan kepada anggota, pengurus dan pengawas tentang bagaimana koperasi seharusnya diselenggarakan sebaik mungkin; b) pembina-an dan peningkatan wawasan koperasi secara rutin kepada pengelola Kopsis; c) kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan praksis Kopsis; d) monitoring dan kontrol pelaksanaan Kopsis secara aktif; e) berbagai penjelasan dan pengarahan terhadap berbagai kesulitan yang dihadapi dan pelaksanaan Kopsis yang dipandang belum sesuai dengan yang seharusnya. Hal yang serupa juga dilakukan oleh pembina Kopsis SMUN 3 di mana pembina a) berusaha sepenuh hati untuk selalu memberikan hak-hak yang seharusnya mereka peroleh serasional dan secepat mungkin; b) dengan senang hati dan segera melayani apa yang mereka butuhkan, siap membantu kesulitan yang mereka hadapi; c) menghargai hasil keija para siswa; d) cepat meluruskan kesalahan pekerjaan siswa; dan e) memberikan kepercayaan kepada para siswa untuk menangani Kopsis sepenuhnya, sedang tugas pembina adalah mengarahkan, membina dan mengontrol keija
359 para siswa. Relatif berbeda dengan pembina Kopsis SMKN 4, untuk menumbuhkan persepsi positif para siswa terhadap dirinya, dia berusaha memberikan pembinaan dan pelatihan kepada siswa (pengurus) dengan kesungguhan hati, membimbing dan melatih siswa untuk melakukan sesuatu dengan cara bersama-sama siswa ikut menangani kegiatan perkoperasiaan seperti pencarian barang dan pembukuan serta menunjukkan keberhasilan-keberhasilan Kopsis semasa pembinaan-nya. Upaya-upaya yatig dilakukan oleh pembina Kopsis SMKN 2, SMUN 3 dan SMKN 4 cukup nampak menumbuhkan persepsi, motivasi dan sikap positif terhadap pembina, dimana para siswa memandang pembina cukup komit dan peduli dalam memberikan pembinaan kepada dirinya, bersifat terbuka terhadap apa yang terjadi di Kopsis. Para siswa termotivasi atas pembinaan pembina dan bersikap segan terhadap pembina. Sementara pembina Kopsis SMUN 20, dalam upaya ini mereka hanya melakukan dan menunjukkan pengadministrasian dan pembukuan keuangan Kopsis kepada para pengelola Kopsis secara terbuka serta ikut menjalankan kegiatan Kopsis secara penuh. Sedangkan Kopsis SMUN S upaya ini dilakukan pembina dengan cara pembina ikut menangani secara langsung pelaksanaan Kospsis seperti mencari barang dan pengadministrasian serta pembukuan Kopsis. Pembina Kopsis dari kedua sekolah ini cukup terbuka terhadap apa yang teijadi di Kopsis, dan berkemauan menjalankan secara penuh terhadap kegiatan Kopsis, namun karena mereka kurang komit dan peduli dalam memberikan bimbingan akibatnya para siswa mempersepsikan pembina terlalu mendominasi kegiatan Kopsis dan kurang memperhatikan dirinya. Dampak selanjutnya adalah para siswa kurang termotivasi terhadap pembinaan yang pembina lakukan dan bersikap kuratig positif
360 Berdasarkan data tersebut ditemukan bahwa persepsi, motivasi dan sikap siswa dalam berkoperasi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan sikap siswa terhadap pembina. Pada Kopsis yang pembinanya bersifat terbuka, memiliki komitmen dan kepedulian yang tinggi dalam memberikan pembinaan, persepsi dan sikap para siswa terhadap pembina semakin positif Para siswa memandang pembina cukup komit, bersunguh-sungguh dan peduli dalam memberikan pembinaan dirinya, serta bersifat terbuka terhadap apa yang terjadi di Kopsis. Mereka termotivasi atas pembinaan yang pembina lakukan dan bersikap segan terhadap pembina. Kopsis yang pembinanya tidak memiliki sifat-sifat tersebut, para siswanya berpersepsi dan bersikap negatif, kurang simpatik terhadap pembina serta malas melakukan saran pembina. Upayaupaya yang telah dilakukan para pembina Kopsis yang telah mampu metmmbuhkan persepsi dan sikap positif para siswa terhadap dirinya adalah: a) menunjukkan kepeduliannya secara sungguh-sungguh dan senang hati dalam memberikan pembinaan dan pelayanan kepada anggota, pengurus dan pengawas tentang bagaimana Kopsis seharusnya diselenggarakan sebaik mungkin; b) memberikan pembinaan dan peningkatan wawasan koperasi secara rutin kepada pengelola Kopsis; c) memberi-kan kepercayaan kepada para siswa untuk menangani Kopsis; d) membimbing dan melatih siswa melakukan kegiatan-kegiatan Kopsis; e) secara aktif memonitor dan memeriksa pelaksanaan Kopsis; f) siap membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa; g) menghargai hasil kerja siswa; h) cepat meluruskan terhadap pelaksanaan Kopsis yang salah; i) membina para siswa melakukan pengadministrasian dan pembukuan Kopsis secara terbuka. Pendeknya dalam pembinaan pembina perlu memiliki komitmen dan
361 kepedulian yang tinggi terhadap para siswa, dan bersikap terbuka terhadap apa yang dilakukan serta terjadi di Kopsis. Upaya-upaya tersebut sejalan dengan temuan Djablani (1995:130) bahwa kepemimpinan yang menekankan perilaku yang bersifat "memperhatikan" dan "mengarahkan" berperanan bersar dalam keefektifan kelompok, kepaduan dan kepuasan kelompok, produktivitas kelompok yang tinggi. Sedangkan temuan Kuswan-dari (1991) menunjukkan adanya hubungan positif antara persepsi konsumen dengan perilaku konsumen; (Subyantoro (1993:138) persepsi anggota berpengaruh terhadap partisipasi anggota; Stagner dan Slley, 1970:184) dan Milton (1981:21) persepsi seseorang dapat menentukan perilakunya. Shetzer and Stone (1980: 120) mengatakan "performance depends on how each person perceives, interperets, and acts on the obligation and rights of a position Motivasi dan sikap positif individu terhadap sesuatu akan tumbuh bila berdasarkan pengalaman menunjukkan dirinya bahwa sesuatu itu memberikan keuntungan (Milton, 1981: 61-77) dan bila hasil kerja memuaskan (Skinner, 1954), bila lingkungan kerja memuaskan (Herberg, 1968: 53), bila informasi lingkungan itu positif (Kretch et.al., 1982: 246). Bagaimana manusia bertindak pada umumnya merupakakn suatu fungsi bagaimana menginterpretasikan lingkungan sekitarnya yang sedang berlangsung (Baron, 1986:106) Temuan dan pendapat-pendapat tersebut sejalan dengan temuan di lapangan bahwa dalam menunvbuhkan persepsi, motivasi dan sikap para siswa terhadap dirinya, pembina perlu memiliki komitmen, perhatian, kepedulian, pengarahan dan kontrol kepada para siswa. Karena dengan cara yang demikian para siswa akan memiliki persepsi positif bagaimana komitmen, perhatian, kepedulian dan
362 pengarahan serta kontrol yang sangat bermanfaat terhadap dirinya, yang pada gilirannya para siswa akan tumbuh motivasi dan sikap positif terhadap pembina. 6) Peningkatan Persepsi, Kognisi, Motivasi dan Sikap Positif Pengelola dan Pengawas terhadap Koperasi Dalam upaya pembinaan persepsi dan kognisi para pengelola dan pengawas antara pembina Kopsis SMKN 2, SMUN 3, SMKN 4 dan SMUN 5 terdapat kesamaan yaitu mengikutsertakan pengurus dalam kegiatan training yang diadakan oleh instansi lain seperti diklat yang diberikan oleh Dekopinda dan kegiatan proses konsolidasi koperasi oleh Depkop Kodya. Hanya dalam pengembangan lebih lanjut, pembina SMKN 2 meminta para peserta pelatihan menerangkan hasil-hasil pelatihan kepada anggota pengurus, pengawas dan teman-temannya yang lain sekembalinya training. Selain itu dalam upaya peningkatan sikap positif pengurus terhadap Kopsis yakni terciptanya sikap senang, perasaan ingin terlibat, tumbuh kesadaran melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memajukan Kopsis, pembina a) melakukan pertemuan rutin bersama pengelola Kopsis seminggu sekali untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan memperdalam pengetahuan perkoperasian b) memberi kesempatan kepada pengurus untuk mencoba merencanakan dan melakukan sendiri semua kegiatan Kopsis, seperti RAT; c) setelah rencana dan kegiatan selesai dibuat, pembina memonitor dan mengontrol tingkat kebenarannya; 4) setelah kegiatan dilaksanakan kemudian dievaluasi secara bersama. Pada Kopsis SMUN 3 pembina a) melakukan pembinaan rutin satu bulan sekali, yakni dengan mengadakan pertemuan antara pembina, pengurus dan pengawas. Dalam acara ini pembina (1) mempertanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengurus dalam menjalankan dan mengelola Kopsis; (2) memonitor dan mengontrol pelaksanaan Kopsis; (3) memberikan berbagai penjelasan dan pengarahan
363 sehubungan dengan kesulitan yang dihadapi dan berbagai pelaksanaan Kopsis yang dipandang belum sesuai, 4) memberikan kesempatan sepenuhnya kepada para siswa untuk melasaknakan praksis Kopsis dan pembina menempatkan diri sebagai konsultan, motivator, pemonitor dan pengontrol. Pada SMKN 4 dalam upaya peningakatan persepsi, wawasan, motivasi dan sikap pengurus pembina memberikan pembinaan dan pelatihan pengurus Kopsis secara matang Mereka diajari selangkah demi selangkah cara mengorganisir dan menggerakan Kopsis serta mengadministrasikan kegiatankegiatannya. Selain itu pembina memberikan petunjuk-petunjuk tetang cara-cara memperoleh barang yang lebih murah, cara-cara menegosiasi para grosir atau distributor barang. Agar motivasi mereka meningkat pembina memberikan insentif kepada pengurus yang telah melaksanakan tugas-tugas tertentu. Hanya saja insentif ini tidak ditentukan sebelumnya baik jumlah maupun macamnya. Hal ini dimaksudkan oleh pembina untuk menghindarkan terbentuknya jiwa kuli, mau bekerja kalau ada insentif. Yang diharapkan pembina adalah jiwa wirausaha yaitu beketja sebaik mungkin terlebih dahulu baru kemudian merasakan hasilnya. Dalam melaksanakan pembinaan, pembina Kopsis SMKN 2, SMUN 3 dan SMKN 4 cukup konsisten antara apa yang dikatakan kepada pengelola dan pengawas dengan proses pembinaan yang dilakukan. Dengan cara ini para pembina ketiga sekolah tersebut mampu meningkatkan persepsi positif terhadap Kopsis, pengetahu-an dan wawasan perkoperasian, motivasi berkoperasi, dan merubah sikap yang positif pengelola dan pengawas terhadap Kopsis. Lebih-lebih pada SMKN 2 wawasan mereka tentang perkoperasian cukup lebih mendalam dan lebih merata ke semua anggota pengurus, pengawas, aktivis Kopsis dan pengambil ektrakurikuler koperasi daripada kedua sekolah yang lain. Para pengelola dan
364 pengawas juga tumbuh sikap senang, perasaan ingin terlibat, tumbuh kesadaran melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan pada Kopsis SMUN 20 dalam upaya ini pembina memberikan petunjuk-petunjuk kepada para siswa tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam mengelola Kopsis. Pada MSUN 5 dalam upaya meningkatkan persepsi positif pengelola terhadap Kopsis, a) pembina selalu mengingatkan bahwa Kopsis adalah milik siswa oleh siswa dan keberhasilan Kopsis sangat tergantung partisipasi aktif para pengelola, b) Sebulan sekali pembina mengadakan pertemuan bersama pengurus. Pertemuan tersebut membicarakan kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilakukan serta selalu mengingatkan kepada pengurus bagaimana supaya para siswa yang lain ikut aktif berpartisipasi. Dalam proses pelaksanaan pembinaan seringkah pembina Kopsis SMUN 20 dan SMUN 5 kurang konsisten dimana mereka sering mendominasi pelaksanaan kegiatan Kopsis. Akibatnya para siswa merasa bahwa Kopsis telah ditangani oleh pembina dan staf Kopsis, tidak aktif ikut menangani Kopsis tidak mengapa, bahkan mereka semakin malas berpartisipasi dalam Kopsis. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kemajuan dan perkembangan Kopsis sangat tergantung pada persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap sumber daya manusianya. Kopsis yang pembinanya cukup konsisten terhadap apa yang mereka katakan, para siswanya terjadi perubahan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap positif terhadap Kopsis, perasaan senang dan sikap ingin terlibat dalam Kopsis, tumbuh kesadaran melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta wawasan dan pengetahuan berkoperasi mereka semakin mendalam dan meningkat. Kopsis yang pembinanya sering mendominasi kegiatan Kopsis, para siswanya semakin malas
365 berpartisipasi karena merasa babva kegiatan telah ditangani oleh pembina dan staf Kopsis. Upaya-upaya pembina yang telah menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap pengelola dan pengawas Kopsis dalam melaksanakan tugasnya adalah: a) melakukan pertemuan secara rutin sebagai sarana monitoring, kontrol dan konsultasi serta memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam Kopsis. b) Selalu mengingatkan bahwa Kopsis adalah milik siswa oleh siswa untuk siswa dan keberhasilan Kopsis sangat tergantung pada persepsi, kognisi, motivasi, sikap dan partisipasi para siswanya; c) memberikan kesempatan para pengurus atau siswa yang lain yang telah mengikuti trcdning-training di lembaga lain untuk mendesiminasikan hasil-hasilnya kepada teman-temanya; d) membimbing para siswa menerapkan pengetahuan yang dipero-leh dari training di luar ke dalam praktik Kopsis secara matang; e) memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melaksanakan praksis Kopsis dan pembina menempatkan diri sebagai konsultan, pemonitor, dan pengontrol; f) memberikan insentif kepada mereka yang telah berkerja dengan baik; g) bertindak konsisten dengan apa yang telah disampaikan kepada para siswa. Upaya-upaya tersebut merupakan tindakan yang dilakukan oleh para pembina dalam meningkatkan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap siswa dalam berkoperasi. Cara-cara tersebut akan memungkinkan para siswa memahami secara jelas dan menyadari apa yang terjadi di dalam Kopsis, meningkatkan wawasannya tentang koperasi, dan mendapatkan pemecahan-pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami dalam melaksanakan Kopsis. Pada gilirnya, persespi, kognisi, motivasi, dan sikap para siswa meningkat. Temuan ini sejalan dengan temuan Syamsuri (1986) yang
366 mengatakan bahwa kejujuran dan keterbukaan pennyelenggaraan koperasi sangat penting artinya bagi tumbuhnya persepsi positif (kepercayaan) dan partisipasi anggota. Freire (1991:131) mengatakan bahwa situasi kongkret dari manusia menentukan kesadaran terhadap dunia, dan pada gilirannya kesadaran itu menentukan sikap dan cara mereka berurusan dengan realita. Freire (1991: 71-123) juga mengatakan bahwa dialog merupakan suatu proses pendidikan warga masyarakat yang akan memungkinkan dirinya keluar dari persoalan yang dihadapi. Pertemuan rutin (dialog) antara pembina dan para pengelola dan pengawas akan membuat para siswa sadar terhadap realita yang terjadi di Kopsis, yang pada gilirannya mereka tumbuh persespi, motivasi, sikap serta cara mereka bertindak terhadap lingkungannya. Temuan ini sejalan dengan temuan Soeta-ma (1995:103) yang mengatakan semakin tinggi rasa memiliki para anggota terhadap koperasi, semakin tinggi tingkat partisipasi anggota. Subyantoro (1993: 144157) menemukan bahwa semakin tinggi kemampuan, persepsi, motivasi dan sikap anggota terhadap koperasi semakin tinggi partisipasinya dalam koperasi. Ini berati bafma temuan-temuan tersebut sejalan hasil penelitian bahwa salah satu cara untuk meningkatkan pesepsi kognisi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap Kopsis perlu r
(1) secara kontinyu dilakukan penyadaran kepada para siswa bahwa Kopsis adalah milik siswa, oleh siswa, untuk siswa, keberhasilan Kopsis sangat tergantung pada persepsi, kognisi, motivasi, partisipasi siswa. (2) Dilakukan dialog secara rutin antara pembina dengan para siswa dan antara siswa dengan siswa (3) Diberikan bimbingan latihan dalam praktik (4) Pembina bertindak secara konsisten. 7) Peningkatan Kognisi para Siswa dalam Berkoperasi
367 Dalam upaya ini pembina Kopsis SMKN 2 memberikan materi perkoperasian kepada para pengambil ektrakurikuler Koperasi, para aktivis, para pengelola dan pengawas Kopsis seminggu sekali. Pada SMUN 3 dan SMUN 5, para pembina beserta pengurus Kopsis memberikan materi perkoperasian dan informasi kemajuan, perkembangan, mekanisme kerja , dan manfaat aktif di Kopsis kepada para siswa baru. Guru ekonomi meningkatkan wawasan perkoperasian dalam proses pembelajar-an ekonomi dan akutansi. Sedangkan pada SMUN 20 peningkatan wawasan perko-perasian diberikan oleh guru ekonomi dalam proses pembelajaran ekonomi dan akutansi. Pada SMKN 4, peningkatan wawasan perkoperasian hanya diberikan kepada siswa baru oleh pengurus. Sasaran materinya ditekankan pada informasi tentang kemajuan, perkembangan, mekanisme kerja, pengenalan anggota pengurus Kopsis dan manfaat aktif di Kopsisnya. Hasil yang diperoleh dengan cara-cara yang dilakukan pembina itu menunjukkan bahwa wawasan perkoperasian yang diperoleh para swwa pada SMKN 2 jauh lebih luas dan mendalam daripada sekolah-sekolah yang lain, sedangkan tingkat wawasan perkoperasian yang diperoleh siswa SMUN 20 adalah paling rendah. Secara keseluruhan dapat disimpulkan peningkatan wawasan para siswa tentang perkoperasian, yang dilakukan hanya terbatas pada pemberian materi pelajaran di dalam kelas, mengakibatkan siswa memiliki wawasan perkoperasian kurang luas, bersifat konseptual teoritis dan kurang aplikatif. Lain halnya dengan peningkatan wawasan dan pengetahuan siswa yang dilakukan pembina Kopsis dengan cara memberikan a) materi perkoperasian dan kemajuan, perkembangan, mekanisme, struktur Kopsis (pengurus dan pengawas) dan manfaat aktif di Koperasi, bj materi perkoperasian kepada mereka yang mengambil ekstrakurikuler koperasi, c) materi
368 perkoperasian dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran yang berhubungan atau bisa dikaitkan dengan masalah perkoperasian. Cara-cara ini cukup mampu memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas dan aplikatif bagi para siswa. Temuan sejalan dengan pendapat Folke Dubell (1981:58-76) untuk meningkat-kan wawasan para anggota tentang perkoperasian, mereka perlu diberikan pendidikan tentang ideologi koperasi, oreintasi koperasi, cara keija koperasi, keberadaan koperasi, prinsip-prinsip koperasi serta hak dan kewajiban anggota, pengurus dan pengawas. Selain itu untuk memberikan wawasan perkoperasian para siswa sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) maupun sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), pendidikan perkoperasian dapat dimasukan kedalam kurikulum inti, mata pelajaran khusus sebagai mata pelajaran pilihan, sebagai satu program lengkap maupun mata pelajaran tersendiri (SKB Mendikbud, dan Menkop Republik Indonesia No. 51 l/M/ KPTS/III/84). Jadi untuk meningkatkan wawasan perkoperasian para siswa, pembina dan guru dapat memberikan materi perkoperasian, penjelasan kondisi dan keberadaan Kopsis: kemajuan, perkembangan, mekanisme Kopsis dan manfaat berpartisipasi aktif dalam Kopsis. Pelaksanaan program kegiatan ini dapat dilakukan di dalam kelas dan luar kelas, sebagai program inti, program pilihan, program lengkap tersendiri maupun sebagai program kokurikuler dan ekstrakurikuler. 8) Upaya Pembina dalam Memajukan Kopsis. Dalam upaya memajukan Kopsis pembina Kopsis SMKN 2 dan SMUN 3 berusaha membina secara rutin kepada para pengelola dan pengawas Kopsis. Pembinaan ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan praktik berkoperasi para pengelola dan pengawas Kopsis. Pembinaan terhadap aspek-aspek
369 tersebut diharapkan para pengelola (aktivis dan pengurus Kopsis) dan pengawas Kopsis memiliki wawasan yang luas, kemampuan yang memadai, ketrampilan dan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Selain upaya tersebut pada Kopsis SMKN 2 pembina bersama pengurus berupaya memajukan Kopsis dengan cara memperbanyak barang titipan dan memanfaatkan modal yang dimiliki semaksimal mungkin. Pembina dan pengurus mengadakan kontak dengan para guru agar mereka memberikan informasi tentang berbagai sarana belajar yang dibutuhkan para siswa dalam mengikuti pelajarannya. Selain itu pembina bekeijasama dengan para guru ekonomi, wali kelas dan guru pada umumnya dalam meningkatkan partisipasi siswa membeli barang-barang di Kopsis. Sedangkan pada SMUN 3 kurang memanfaatkan modal yang dimiliki semaksimal mungkin. Hasil pembinaan yang diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan, kemampuan, ketrampilan berkoperasi semaian meningkat, Kopsis nampak semakin maju dan berkembang serta partisipasi siswa dalam berkoperasi semakin meningkat. Namun karena upaya-upaya yang dilakukan berbeda, perkembangan dan kemajuan Kopsis SMKN 2 menunjukkan lebih cepat daripada Kopsis SMUN 3. Sedangkan pembina Kopsis SMUN 20 dan SMUN 5 dalam upaya memajukan Kopsis berusaha mencari barang titipan sebanyak-banyaknya. Dengan titipan ini diharapkan Kopsis akan memperoleh keuntungan yang besar yang bisa digunakan untuk memperbesar modal dan usaha Kopsis. Upaya ini dilakukan tanpa memanfaatkan potensi modal semaksimal mungkin, karenanya dampak terhadap perkembangan dan kemajuan Kopsis cukup lamban. Sedangkan pembina Kopsis SMKN 4 dalam upaya ini di samping memperbanyak barang titipan, mereka berusaha memnafaatkan modal yang
370 tersedia dan potensi pemasaran semaksimal mungkin yang dilakukan dengan memperbesar persedian barang dan jasa yang dibutuhkan anggota. Pembina dan pengurus mengadakan kontak dengan para guru agar mereka memberikan informasi tentang berbagai sarana belajar yang dibutuhkan para siswa dalam mengikuti pelajarannya. Selain itu pembina juga bekeijasama dengan para guru ekonomi, wali kelas dan guru non ekonomi dalam meningkatkan partisipasi siswa membeli barangbarang di Kopsis. Dengan upaya yang demikian mampu mempercepat pertumbuhan modal, perkembangan Kopsis dan partisipasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa untuk memajukan Kopsis para pembina perlu a) meningkatkan persepsi, motivasi, sikap, kemampuan, pengetahuan, ketiampilan dan praktik berkoperasi kepada semua personel Kopsis dengan cara memberikan pembinaan secara rutin; bj meningkatkan partisipasi siswa dalam Kopsis dengan bekerjasama dengan guru ekonomi, wali kelas dan para guru; c) memperbesar barang-barang persediaan yang dibutuhkan siswa dengan bekerjasama dengan para guru; d) memanfaatkan potensi modal dan pemasaran semaksimal mungkin. Temuan ini sejalan dengan temuan-temuan berikut: Sugarda (1991) bahwa rendahnya partisipasi anggota dalam kegiatan KUD banyak dipengaruhi oleh kelemahan pengurus beserta perangkatnya dalam mengelola KUD. Semakin meningkat kemampuan anggota dalam berkoperasi, partisipasi anggota akan semakin meningkat (Subyantoro, 1993:148). Selain itu ia juga menemukan semakin meningkat persepsi, motivasi, dan sikap pengurus dalam berkoperasi maka semakin meningkat perilaku pengurus (Subyantoro 1993: 155). Sama halnya dalam temuan penelitian ini bahwa peningkatan pesediaan barang yang dibutuhkan anggota, pemanfaatan postensi modal dan pemasaran
371 yang dimiliki juga sangat penting artinya bagi pengembangan dan kemajuan Kopsis. Penyediaan barang yang dibutuhkan anggota, pemanfaatan potensi modal dan potensi pemasaran yang dimiliki secara maksimal berarti peningkatan pelayanan Kopsis kepada anggota. Pengabaian hal-hal ini akan berakibat kemampuan Kopsis memberikan manfaat anggota menjadi terbatas karena lemahnya daya saing dengan badan usaha lainnya. Pada gilirannya yang demikian ini berakibat pula melemahnya partisipasi kontribusi dan insentif anggota dalam Kopsis. Hal ini sesuai dengan temuan Salim (1992) yang mengatakan bahwa akibat melemahnya permodalan akan berakibat a) melemahnya partisipasi kontribusi dan partisipasi insentif anggota, karena pelayanan atau manfaat koperasi kepada anggota relatif terbatas sejalan dengan melemahnya permodalan; b) target keberhasilan kurang tercapai karena kemampuan bersaing dengan badan usaha lainnya lemah. Ini berarti bahwa untuk memajukan Kopsis pembina perlu a) membina perilaku siswa (persepsi, kognisi, motivasi, sikap, kemampuan, ketrampilannya dan efektivitas partisipasi anggota) dengan kerjasama para guru ekonomi, wali kelas dan guru pada umumnya; b) memanfaatkan potensi modal dan pemasaran, serta menyediakan barang-barang yang dibutuhkan anggota semaksimal mungkin. 9) Peningkatan Partisipasi Siswa dalam Berkoperasi Partisipasi anggota merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kemajuan dan perkembangan Koperasi. Oleh karena itu dalam memajukan Kopsis pembina berupaya meningkatkan partisipasi siswa dalam berkoperasi. Terdapat beberapa persamaan upaya antara pembina Kopsis SMKN 2 dan SMUN 3 dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam berkoperasi yaitu a) pembina selalu mengingatkan bahwa Kopis adalah milik
372 siswa oleh siswa dan untuk siswa, dan keberhasilan Kopsis sangat tergantung pada partisipasi siswa, b) Setiap ada kesempatan pertemuan dengan para siswa, pembina memberikan penjelasan tentang kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai Kopsis. c) Memberikan penjelasan tentang manfaat dan pentingnya partisipasi siswa dalam Kopsis bagi perkembangan Kopsis dan siswa itu sendiri, baik manfaat secara ekonomi maupun nonekonomi, d) Memberikan penjelasan tentang mekanisme berpartisipasi dalam Kopsis. c) Mengadakan keijasama dengan (1) para guru ekonomi agar memperhitungkan dalam pemberian nilai mata pelajaran ekonomi terhadap siswa yang aktif berpartisipasi dalam Kopsis (2) guru pada umumnya agar menganjurkan para siswa membeli barang-barang kebutuhan belajarnya di Kopsis. Selain upaya tersebut kedua pembina tersebut juga melakukan upaya yang lain dalam peningkatan partisipasi siswa. Pembina Kopsis SMKN 2. a) membagikan buku tabungan sukarela kepada semua siswa baru agar mereka menabung; b) mengusahakan agar semua siswa dalam setiap kelas memiliki wakil dalam aktivitas RAT. Para siswa yang mewakili RAT diharapkan menyampaikan semua informasi yang mereka terima dalam RAT kepada tema-teman di kelasnya. Sedangkan pembina Kopsis SMUN 3, selain upaya tersebut di atas juga berupaya a) memberikan wawasan kepada para siswa baru tentang perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai Kopsis; b) sering menunjuk para siswa yang menjadi pengurus Kopsis untuk memimpin diskusi yang berkaitan dengan dunia usaha khususnya yang berkaitan dengan koperasi. Cara ini dimaksudkan oleh pembina kopsis dan guru ekonomi untuk menunjukkan bahwa mereka yang aktif di Kopsis mempunyai nilai lebih dalam segi pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan pengelolaan usaha. Upaya yang dilakukan ke dua sekolah ini telah mampu meningkatkan partisipasi siswa baik
373 partisipasi kontributif maupun konsumtif. Para siswa aktif menghadiri undangan pertemuan-pertemuan Kopsis dan piket yang ditugaskan kepadanya. Partisipasi para siswa melakukan pembelian barang-barang di Kopsis SMKN 2 telah mencapai 91 %, dari jumlah rata-rata barang kebutuhan belajar siswa per tahun. Sedang paratisipasi pembelian pada SMUN 3 baru mencapai ± 82 % dari jumlah rata-rata barang kebutuhan siswa per tahun. Sedangkan Kopsis SMKN 4 dalam upaya meningkatkan partisipasi para siswa dalam berkoperasi pembina berusaha menciptakan: a) image positif siswa pada Kopsis dengan menerangkan bahwa Kopsis adalah milik siswa untuk siswa. Oleh karena itu Kopsis harus dikelola, dipertahankan dan dikembangkan bersama, b) Mengusahakan harga yang diberikan Kopsis lebih murah daripada harga di luar. c) Memberikan hak-hak anggota yang seharusnya diterima, d) Melakukan rapat anggota yang dilakukan melalui perwakilan kelas dan mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh pengurus, e) Dalam perbaikan dan penambahan sarana-sarana sekolah (seperti masjid, sarana olah raga, dan alat-alat pramuka), Kopsis memberikan bantuan beaya pembeli-an barang, walaupun dikerjakan oleh para siswa, f) Para siswa diajak berdiskusi tentang manfaat adanya Kopsis. g) Bekeijasama dengan para guru dan wali kelas agar menganjurkan para siswa membeli barang kebutuhannya di Kopsis. h) Mengkoordinir siswa untuk mempromosikan dan menjual barang-barang Kopsis ke luar Kopsis. Upaya ini telah membuahkan partisipasi para siswa cukup tinggi baik partisipasi insentif maupun kontributif walaupun partisipasi kontributif yang tinggi masih terbatas pada pengurus. Sedangkan partisipasi insentif, khususnya partisipasi melakukan pembelian di
374 Kopsis, telah merata semua siswa dan telah mencapai 89 % dari jumlah rata-rata nilai barang kebutuhan siswa per tahun. Pembina Kopsis SMUN 20 dalam upaya meningkatkan partisipasi siswa meminta para guru agar menganjurkan para siswa membeli barang kebutuhan belajarnya di Kopsis. Upaya ini telah mampu menggerakkan siswa berpartisipasi insentif yaitu melakukan pembelian barang-barang di Kopsis 79 % dari jumlah rata-rata nilai barang kebutuhan siswa per tahun. Namun partisipasi ini masih bersifat temporer dan keterpaksaan karena disuruh oleh guru dan bersifat mendadak. Sedangkan perkembangan partisipasi kontributif para siswa masih rendah sekali, di mana para siswa/anggota, pengawas maupun pengurus masih jarang yang peduli untuk berupaya memajukan Kopsis. Pembina Kopsis SMUN 5 melakukan peningkatan partisipasi siswa dalam berkoperasi relatif berbeda dengan pembina Kopsis di sekolah yang lain yaitu a) pembina selalu mengingatkan bahwa Kopsis adalah milik siswa, kemajuan Kopsis tergantung partisipasi siswa. Kurangnya partisipasi siswa dalam Kopsis akan menyebabkan mundurnya Kopsis. b) Pembina menganjurkan pengurus untuk mengadakan jadwal piket terhadap para siswa untuk jaga di toko dan mengadakan pembagian tugas di antara anggota pengurus, c) Setiap mengajarkan materi ekonomi yang menyinggung masalah konsumen, pembina selalu menganjurkan siswa untuk membeli barang-barang kebutuhan sekolah di Kopsis. d) Mengadakan kontak dengan para wali kelas agar tidak bosan-bosannya mengingatkan para siswa bagi yang bertugas piket di Kopsis untuk melaksanakan tugasnya, e) Pembina meminta bantuan kepada guru-guru ekonomi dan akutansi kelas I menyuruh para siswanya untuk ikut membantu
375 pelaksanaan kegiatan Kopsis dengan imbalan nilai mata pelajaran akutansi sesuai dengan taraf partisipasi mereka, f) Pembina mengarahkan kepada para siswa bahwa (a) partisipasi dalam Kopsis itu merupakan suatu proses melatih diri untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berwirausaha; b) orang yang ingin sukses berwirausaha perlu melatih diri dari bentuk usaha yang kecil skopnya ke skop usaha yang semakin besar g) menyediakan barang-barang kebutuhan para siswa yang saat ini menjadi "trend" kesuakaan siswa. Upaya-upaya ini telah mampu menggerakkan partisipasi pembelian dari para siswa mencapai 68 % dari jumlah rata-rata nilai barang kebutuhan siswa per tahun. Namun karena pembinaan itu kurang dilakukan secara kontmyu upaya itu belum mampu menumbuhkan partisipasi kontributif secara baik, seperti partisipasi melaksanakan tugas piket dan kehadiran pertemuan-pertemuan Kopsis masih rendah. Dari berbagai upaya yang dilakukan oleh para pembina tersebut ditemukan bahwa peningkatan partisipasi siswa dalam berkoperasi dapat dilakukan dengan cara a) selalu mengingatkan bahwa Kopis adalah milik siswa oleh siswa untuk siswa, dan keberhasilan Kopsis sangat tergantung pada partisipasi siswa; b) memberikan penjelasan tentang kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai, manfaat partisipasi siswa dalam Kopsis bagi perkembangan Kopsis dan siswa itu sendiri, baik manfaat secara ekonomi maupun nonekonomi; c) memberikan penjelasan tentang mekanisme memanfaatkan Kopsis dan ikut aktif terlibat dalam Kopsis; d) membagikan buku tabungan sukarela Kopsis kepada semua siswa baru agar mereka menabung; e) mengusahakan setiap kelas memiliki wakil dalam RAT. Para siswa yang mewakili RA T diharapkan menyampaikan semua informasi yang mereka terima kepada semua siswa di kelasnya; g) para guru ekonomi perlu sering menunjukkan kelebihan para
376 aktivis Kopsis secara nyata dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas; h) mengusahakan harga barang di Kopsis lebih murah dari harga di luar; i) menunjukkan pertanggung-jawaban pengurus dan pengawas secara terbuka; j) memberikan hak-hak anggota dan pengurus; k) memberikan bantuan perbaikan sarana-sarana sekolah yang langsung bisa dirasakan oleh para siswa; l) para siswa diajak berdiskusi tentang manfaat adanya Kopsis bagi mereka; m) mengadakan jadwal piket Kopsis dan pembagian tugas dalam melayani kebutuhan siswa serta menjalankan kegiatan Kopsis yang lain; n) meminta bantuan para guru dan wali kelas agar menganjurkan para siswa membeli barang-barang kebutuhan belajarnya di Kopsis dan mengingatkan para siswa yang bertugas agar melaksanakan tugasnya; o) meminta bantuan kepada guru-guru ekonomi dan akutansi menyuruh para siswanya untuk ikut membantu pelaksanaan kegiatan Kopsis dengan imbalan nilai sesuai dengan taraf partisipasi mereka; p) mengarahkan kepada para siswa bahwa (1) partisipasi dalam Kopsis itu merupakan suatu proses melatih diri untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berwirausaha (2) kesuksesan berwirausaha perlu diperoleh dari latihan usaha yang kecil skopnya ke skop usaha yang semakin besar; q) menyediakan barang-barang kebutuhan para siswa yang saat ini menjadi "trend " kesukaan siswa. Upaya-upaya tersebut pada intinya merupakan upaya memberikan pelayanan secara memuaskan kepada anggota, memberikan gambaran dan iklim lingkungan Kopsis yang menggairahkan dan atau menguntungkan para anggota, serta memberikan kesempatan anggota untuk mengembangkan diri baik kemampuan, pengetahuan maupun ketrampilan. Temuan ini sejalan dengan pendapat Ropke (1989: 108) yang mengatakan bahwa efektivitas partisipasi anggota akan terjadi apabila terdapat kesesuaian antara
377 yang dibutuhan anggota dari dari koperasi dan apa yang dimintakan koperasi dari anggota. Tingkat efektivitas partisipasi anggota koperasi ditentukan oleh tinggi rendahnya manfaat atau keuntungan yang diperoleh anggota koperasi sehubungan dengan partisipasinya (Arief Subyantoro, 1993: 8). Persepsi, motivasi dan sikap positif anggota terhadap koperasi akan berpengaruh terhadap efektivitas partisipasi anggota dalam koperasi (Arief Subyantoro, 1993:146-157) Apa yang menjadi hasrat seseorang akan dikejar atau dicapai apabila potensi diri dan lingkungan memberikan peluang untuk mencapainya (Vroom dalam Robbins, 1996: 230-233) Dengan kata lain apabila para siswa akan memiliki hasrat yang kuat untuk berpartisipasi dalam koperasi apabila iklim lingkungan mendukungnya untuk itu. Oleh karena itu peningkatan partisipasi siswa dapat dilakukan dengan cara Kopsis mengupayakan pemberian pelayanan yang memuaskan siswa. Pelayanan yang memuaskan siswa akan memungkinkan tumbuhnya persepsi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap Kopsis dan pada gilirannya siswa berpartisipasi dalam Kopsis. b. Pelaksanaan Program Pembinaan dan Pembelajaran di Dalam Kelas Metode, Strategi, dan Teknik Pembelajaran Ekonomi. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengelolaan usaha di SMKN 2 dilakukan dengan menggunakan ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi, cenderung dilakukan sebagai teknik pemecahan masalah ketika muncul pertanyaan atau keluhan dari para siswa tentang kondisi Kopsis atau masalah ekonomi lainnya. Ketika keluhan atau pertanyaan dari para siswa tidak muncul, metode diskusi dengan menggunakan Kopsis sebagai media masih jarang dilakukan. Metode pembelajaran yang banyak menuntut keaktifan siswa mengalami proses belajar secara langsung baru dila-kukan
378 dalam bentuk pemberian tugas dan menyuruh siswa melaporkan hasil pelaksanaan tugas yang diberikan. Walaupun baru dilakukan dengan cara pemberian tugas dan melaporkan hasilnya, para siswa sama menyatakan bahwa setelah melalaikan tugas-tugas untuk mengamati dan meneliti sesuatu di Kopsis, mereka merasa telah memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara kongkret dan dalam. Sayangnya penerapan metode pemberian tugas dan melaporkan hasilnya belum dilajutkan dengan penerapan metode pemberian tugas yang menuntut para siswa mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas di depan kelas dan mendiskusikannya agar hasil keija siswa itu menjadi lebih sempurna. Proses pembelajaran yang menuntut siswa mengala-mi proses belajar secara bersama seperti diskoveri dan inkuiri juga belum menjadi perhatian guru sebagai sesuatu metode dan strategi pembelajaran yang diidealkan. Model pembelajaran yang menuntut siswa menginventarisir, menganalisa secara sistemik, mencari alternatif pemecahan masalah, menetapkan dan menerapkan altema-tif pemecahan masalah belum menjadi perhatian sirious guru dalam membelajarkan siswa. Proses evaluasi dan esesmen dilakukan dengan memberikan kuis-kuis dalam proses belajar, memberikan ulangan harian, dan ulangan umum. Selain itu guru juga memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa. Setiap awal catur wulan guru selalu memperingatkan bahwa kualitas hasil pengerjaan tugas-tugas ikut mempengaruhi nilai akhir catur wulan yang akan diperoleh siswa. Pengerjaan tugas yang dilakukan dengan baik akan menambah prestasi/nilai menjadi lebih baik, dan kalau pengerjaan itu dilakukan asal-asalan akan mengurangi nilai ulangan harian atau ulangan umum. Guru selalu menanamkan motivasi kepada para siswa jangan berfikir bahwa hasil pengerjaan tugas itu akan diperiksa atau tidak, yang penting sebagai siswa yang diberi
379 tugas dan tanggung jawab, setiap tugas itu dikerjakan dengan baik. Hasil yang diperoleh dengan pemberian motivasi seperti itu bahwa semua siswa sadar me-ngeijakan tugas itu dengan baik, dan menambah partisipasi mereka dalam berkoperasi. Sasaran pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas masih cenderung bersifat konseptual. Guru belum secara sadar mengusahakan siswa tumbuh keiinginan mengetahui bagaimana suatu informasi itu dicari, dianalisa dan disimpulkan menjadi pengetahuan yang kokoh. Ia juga belum secara sengaja mengusahakan untuk menumbuhkan persepsi, motivasi dan sikap berkoperasi. Hal ini nampak pada proses evaluasi dan pengukuran hasil belajar yang mereka lakukan yang hanya mendasarkan hasil ulangan dan wujud nyata pengerjaan tugas. Pemanfaatan Kopsis sebagai sumber belajar. Pada awal catur wulan, guru ekonomi SMKN 2 mengadakan kontak dengan pembina Kopsis bahwa dalam proses pembelajaran ekonomi akan menyuruh para siswa untuk melakukan surve ke Kopsis. Kegiatan yang sering kali dilakukan oleh Guru ekonomi (pengelolaan usaha) di SMKN 2 adalah memberikan tugas kepada para siswa melakukan surve di Kopsis untuk melaporkan job deskripsi, ketua pengurus, bendahara, sekretaris, pengawas, lambang koperasi, menyusun program, proposal dan struktur organisasi Kopsis. Sayangnya tugas yang diberikan baru sampai pada pemberian tugas untuk dilaporkan, belum sampai menuntut siswa untuk menginventarisir masalah, menganalisa secara sistemik, mencari alternatif pemecahan masalah, menetapkan dan menerapkan alternatif pemecahan masalah sebagai saran yang perlu diterapkan di Kopsis untuk memajukan Kopsis. Dengan model dan metode pembelajaran dan pembinaan yang guru ekonomi terapkan, para siswa (kecuali pengurus, pengawas dan aktivis Kopsis) belum sepenuhnya
380 merasakan bahwa pengetahuan ekonomi yang diperoleh di kelas merupakan bagian yang tak terpisahakan dengan pengalaman yang diperoleh di Kopsis. Mereka baru merasakan bahwa dengan diberikan tugas untuk mengamati dan meneliti sesuatu di Kopsis telah meningkatkan pengetahuan dan pengalaman ekonomi secara nyata, dan ingin lebih melihat secara dalam kegiatan Kopsis. Proses pembelajaran ekonomi di SMUN 3 tidak jauh berbeda dengan yang diterapkan di SMKN 2. Materi ekonomi lebih banyak disajikan dalam bentuk ceramah yang dikuti dengan tanya jawab, tugas dan diskusi. Dalam proses belajar mengajar, guru ekonomi sering mempromosikan mereka yang menjadi pengurus Kopsis, seperti disuruh memimpin diskusi tentang persoalan-persoalan ekonomi. Namun mereka masih jarang secara sengaja mengkaitkan materi pelajaran dengan persoalan-persoalan atau data-data yang ada dalam Kopsis sebagai media pembelajaran baik dari segi pengelolaan, kemajuan dan perkembangan Kopsis. Proses diskusi lebih cenderung mendiskusikan masalah-masalah pelajaran yang telah tersusun dalam buku cetak lembar kegiatan siswa (LKS). Demikian juga pemakaian metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran masih didasarkan pada pengerjaan persoalan-persoalan yang ada dalam LKS. Para guru ekonomi belum banyak menerapkan metode pemberian tugas yang menuntut siswa mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas di depan kelas dan mendisikusikannya Proses pembelajaran yang menuntut siswa mengalami proses belajar secara bersama seperti diskoveri dan inkuiri juga belum menjadi perhatian guru sebagai sesuatu metode dan strategi pembelajaran yang diidealkan. Model pembelajaran yang menuntut siswa menginventarisir, menganalisa secara sistemik, mencari alternatif pemecahan masalah, menetapkan dan menerapkan alternatif pemecahan masalah juga belum menjadi
i
381 perhatian sirious guru dalam mebelajarkan siswa. Dengan kata lain, dalam kaitannya membina dan membelajarkan siswa dalam berkoperasi, mereka belum secara sengaja memberikan persoalan pelajaran yang mengkaitkan antara teori yang diberikan kepada siswa dengan data-data yang ada di Kopsis sebagai usaha untuk memajukan dan mengembangkan Kopsis. Evaluasi dan esesmen dilakukan atas dasar ulangan harian, pengerjaan tugas dan ulangan umum. Sejak awal catur wulan para guru telah memberitahukan bahwa para siswa yang aktif berpartisipasi di Kopsis akan dipertimbangkan dalam pemberian nilai. Hanya saja dalam pelaksanaannya aspek yang terakhir ini belum dilaksanakan secara konsisten. Pemanfaatan Kopsis Sebagai Sumber Belajar. Dalam proses pembelajaran, apabila materi pembelajaran dipandang dapat dikaitkan kegiatan usaha koperasi, guru ekonomi kadang-kadang memanfaatkan Kopsis sebagai sumber belajar. Guru ekonomi memberikan permasalahan-permasalahan yang ditarik dari teori sebagai usaha untuk mengecek implementasinya dalam kegiatan Kopsis atau usaha untuk mengecek antara teori dengan praktik yang para siswa lakukan dalam Kopsisnya, walaupun proses demikian masih jarang sekali dilakukan dan belum direncanakan secara sengaja. Biasanya guru ekonomi mengangkat permasalahan keterkaitan antara teori dan praktik koperasi sebagai permasalahan yang perlu dipecahkan di kelas dan hasilnya digunakan sebagai saran pelaksanaan Kopsis, hanya ketika para siswa mengajukan pertanyaan atau keluhan yang dirasakan oleh para siswa. Walaupun hanya dilakukan secara kebetulan, namun para siswa telah merasa mendapat pengalaman secara lebih riil tetang apa yang harus diperbuat terhadap Kopsisnya dari pada hanya diberikan pelajaran secara ceramah
382 dan mengerjakan tugas-tugas yang telah ada dalam buku. Sedangkan pelaksanaan diskusi yang direncanakan dalam program pembelajarannya adalah hanya permasalahanpermasalahan yang telah tersusun dalam buku LKS. Dengan model dan metode pembelajaran dan pembinaan yang diterapkan oleh para guru ekonomi, para siswa (kecuali pengurus dan pengawas) belum sepenuhnya merasakan bahwa pengetahuan ekonomi yang diperoleh di kelas merupakan bagian yang tak terpisahakan dengan pengalaman yang diperoleh di Kopsis. Para siswa (selain pengurus dan pengawas) merasakan pengetahuan kongfcret tentang ekonomi yang diperoleh baru sedikit sekali. Proses pembelajaran ekonomi di SMUN 20 juga masih berkisar pada penerapan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Bahkan penerapannya masih lebih tradisional. Di mana materi pelajaran disajikan secara ceramah yang diikuti dengan kegiatan guru menyuruh siswa untuk menanyakan aspek-aspek materi pelajaran yang dirasa oleh para siswa belum terfahami atau guru memberikan berbagai pertanyaan apakah materi yang disajikan telah terfahami oleh para siswa. Setelah itu guru memberikan tugas kepada para siswa untuk mengerjakan berbagai persoalan yang telah tersusun dalam buku LKS dan melaporkan hasilnya. Pelaksanaan evaluasi dan esesmen yang mereka lakukan adalah dalam bentuk tes formatif dan sumatif serta hasil pengerjaan tugas yang diberikan. Tugas ada yang merupakan buatan guru dan ada yang diambil dari buku LKS. Namun sebagian besar tugas adalah berupa tugas yang telah tersusun dalam buku LKS, bukan berupa tugastugas yang dibuat oleh guru ke arah pemanfaatan Kopsis sebagai media belajar. Pemanfaatan Kopsis Sebagai Sumber Belajar Ekonomi. Guru ekonomi, khususnya guru akutansi, telah memanfaatkanKopsis sebagai media belajar, namun
383 pemanfaatan ini masih jarang dilakukan. Guru masih jarang menyuruh siswa untuk melihat apa yang ada di Kopsis dan mengambil data dari Kopsis sebagai bahan pembelajaran dalam usaha mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa. Apalagi keinginan guru untuk mengembangkan Kopsis sebagai media belajar dengan cara memberikan permasalahan yang berkaitan Kopsis, menyuruh siswa meninjau koperasinya, mendiskusikan untuk memperoleh pemecahan dan hasil pemecahan itu sebagai saran untuk mengembangkan Kopsis. Pemanfaatan Kopsis sebagai media pembelajaran baru dilakukan dengan menyuruh siswa untuk mengambil data di Kopsis kemudian digunakan sebagai bahan untuk mepraktikkan pembukuan. Dalam proses belajar mengajar guru masih sangat terikat pada buku LKS. Malah beberapa guru ekonominya beranggapan bahwa manfaat Kopsis sebagai media belajar tidak banyak, paling-paling hanya dalam praktik akutansi, pengetahuan siswa tentang transaksi dan prinsip ekonomi bahwa dengan modal yang sekecil-kecilnya kita dapat mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Mereka juga beranggapan bahwa yang penting siswa tahu prinsip ekonomi tersebut. Praktik di Kopsis kurang banyak menanamkan siswa beijiwa ekonom. Yang penting siswa banyak mengetahui teori. Selain itu salah seorang pembina Kopsis malah mengatakan yang penting Kopsis telah ada dan berjalan walaupun kecil. Padahal para siswa sama mengatakan bahwa ketika disuruh mengumpulkan data-data di Kopsis untuk digunakan berpraktik akutansi, merasa memperoleh pengalaman pembukuan dalam kegiatan usaha secara nyata. Dengan model dan metode pembelajaran dan pembinaan yang diterapkan oleh para guru ekonomi SMUN 20, karena jarangnya pemanfaatan Kopsis sebagai media pembelajaran ekonomi, pada umumnya para siswa belum memahami secara riil pengeta-huan koperasi dalam aplikasinya dan mereka
384 juga belum merasakan bahwa pengetahuan ekonomi yang diperoleh di kelas merupakan bagian yang tak terpisahakan dengan pengalaman yang diperoleh di Kopsis, sehingga mereka belum terdorong untuk belajar berkoperasi. Proses pembelajaran yang diterapkan di SMKN 4 masih tradisonal. Hal ini nampak pada penerapan metode pembelajaran yang biasa mereka lakukan, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi. Guru menyajikan materi pelajaran berdasarkan urutan materi pelajaran yang ada pada buku pegangan yang dipakai oleh guru dan siswa. Bila materi banyak, proses pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan menggunakan metode ekspositiri. Bila materi pokok bahasan itu sedikit dan membutuhkan pengembangan berdasarkan pengalaman siswa, guru menerapkan metode diskusi Program pembelajaran yang mereka rencanakan merupakan program bersifat satu arah, belum merupakan program pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi masalah, mengnalisa persoalan secara sistemik, mencari alternatif pemecahan, menetapkan dan menerapkan alternatif pemecahan. Metode diskusi diterapkan, namun guru tidak pernah menghadapkan siswa suatu persoalan yang menuntut jawaban variatif yang perlu dipecahkan bersama di kelas. Kebiasaan yang ia lakukan selalu hanya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ingatan, bukan kemampuan analisa. Dalam penerapan metode demonstrasi, kegiatan yang dilakukan hanya menunjukkan contoh-contoh, seperti contoh kwitansi dan contoh bentuk pembukuan, bukan penunjukan suatu proses sesuatu itu dilakukan. Ia tidak pernah menunjukkan suatu proses bagaimana sesuatu itu dilakukan. Proses pembelajaran dalam bentuk praktik lebih banyak dilakukan dalam bentuk pemberian tugas kepada siswa, seperti siswa ditugasi untuk membuat: perencanaan suatu bidang usaha,
385 bagaimana cara mmengelola suatu bidang usaha, dan memasarkan suatu bidang usaha tersebut. Dalam kaitan praktik mata pelajaran pengelolaan usaha, guru belum pernah memanfaatkan Kopsis sebagai sumber belajar siswa, dan juga belum pernah mengajak siswanya melakukan studi banding ke beberapa unit usaha. Evaluasi dan esesmen yang diberikan berbentuk pretes, tes formatif dan sumatif. Proses esesmen dilakukan atas dasar keaktifan, disiplin dan tingkat kemajuan belajar dalam proses belajar di kelas. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan jiwa berwira-usaha adalah dengan 1) menunjukkan pentingnya memiliki kemampuan berwirausha dalam hidup ini dibanding dengan individu yang hanya memiliki kemampuan melakukan sesuatu sebagai pekerja; 2) memberikan contoh-contoh tentang proses keberhasilan seseorang dalam berwirausaha; 3) mendorong siswa untuk menciptakan lembaga usaha, dan jangan hanya terpancang untuk mencari tempat keija. Pemanfaatan Kopsis Sebagai Sumber Belajar Ekonomi. Guru pengelolaan usaha belum memanfaatkan Kopsis sebagai media belajar untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mengelola dan mengembangkan suatu unit usaha. Ia menjelaskan keberadaan Kopsis kepada para siswa hanya sebagai salah satu contoh dari berbagai macam badan usaha. Ia belum memahami fungsi Kopsis dalam proses pendidikan bagi siswa. Pemahaman guru pengelolaan usaha tentang fungsi dan tujuan diberikannya mata pelajaran ekonomi bagi para siswa juga belum benar-benar terinternalisasi. Dengan model pembelajaran dan pembinaan yang diterapkan oleh para guru ekonomi, para siswa (kecuali pengurus) sama sekali belum merasakan bahwa pengetahuan ekonomi
386 yang diperoleh di kelas merupakan bagian yang lak terpisahkan dengan pengalaman yang diperoleh di Kopsis. Metode dan proses pembelajaran yang sering diterapkan oleh para guru ekonomi SMUN 5 adalah ceramah, tanya jawab dan tugas. Setelah pemberian informasi, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menanyakan sesuatu yang belum terfahami atau sebaliknya guru yang bertanya untuk mengecek mengevaluasi apakah apa yang disampaikan telah difahami oleh para siswa. Selanjutnya guru menyuruh para siswa untuk mencoba mengeijakan soal-soal di dalam kelas. Selanjutnya guru memberikan tugas yang telah tersusun dalam buku LKS kepada para siswa dalam bentuk pekerjaan rumah. Evaluasi dan esesmen. Cara-cara yang dilakukan oleh guru dalam mengeses dan mengevaluasi adalah dari laporan tugas yang diberikan baik kelompok maupun individual, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, hasil yang dicapai dari tes yang diberikan dan keaktifan menjalankan tugas di Koperasi. Walaupun demikian dalam praktiknya, keaktifan para siswa menjalankan tugas di Kopsis tidak dikaitkan dengan pemberian nilai akhir hasil belajar siswa. Akibatnya keaktifan para siswa menjalankan tugas di Kopsis semakin merosot sebelum mereka banyak memeproleh pengalaman dan ketrampilan berkoperasi. Pemanfaatan Kopsis sebagai media belajar. Pemanfaatan Kopsis sebagai media pembelajaran belum banyak dilakukan oleh guru. Pemberian tugas yang diberikan siswa baru berupa tugas pekerjaan rumah. Guru tidak pernah memberikan persoalan kepada siswa berdasarkan teori yang diberikan yang menuntut pemecahan masalah yang perlu dipecahkan secara bersama dengan cara mengamati, menganalisa secara sistemik,
387 mencari alternatif pemecahan, menentukan dan menerapkan alternatif pemecahan secara riil di Kopsis. Pernah dilakukan pemberian tugas untuk mengamati di Kopsis, namun belum dilanjutkan dengan kegiatan yang menuntut siswa menganalisa, mencari alternatif pemecahan, memilih dan menentukan alternatif pemecahan serta menerapkannya. Dengan model dan metode pembelajaran serta pembinaan siswa dalam berkoperasi yang diterapkan oleh para guru ekonomi, para siswa (kecuali pengurus dan para siswa yang aktif piket) belum sepenuhnya merasakan bahwa pengetahuan ekonomi yang diperoleh di kelas merupakan bagian yang tak terpisahakan dengan pengalam-an yang diperoleh di Kopsis. Evaluasi dan esesmen yang hanya didasarkan pada hasil tes dan pengerjaan tugas-tugas yang telah tercetak dalam LKS tidak mendorong partisipasi berkoperasi. Proses pembelajaran ekonomi di SMU Korpri sebagian para guru menerap-kan metode ceramah dan tanya jawab. Sebagian yang lain menerapak kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan sosiso drama. Metode yang paling banyak mereka terapkan adalah ceramah dan tanya jawab. Bila guru ingin menggunakan metode sosio drama, setelah menerangkan materi ekonomi atau akutansi secara teoritis, ia menunjukkan kepada siswa kasus-kasus permasalahan ekonomi yang ada sekarang. Setelah itu secara sosio drama, guru menyuruh beberapa siswa untuk memerankan pelaku ekonomi (seperti ketua perusahaan atau koperasi, manajer, akuntan dan sebagainya) untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Proses pembelajaran dalam bentuk tugas yang menuntut anak mengamati kondisi riil di lapangan, menganalisa dan menilai, membuat alternatif pemecahan dari berbagai persoalan di lapangan dan melaporkan hasil yang ditugaskan itu untuk didiskusikan di depan kelas tidak pernah dilakukan.
388 Proses pembelajaran yang memungkinkan siswa mempunyai pengalaman riil atau mnelihat secara nyata di lapangan bagaimana menjalankan suatu usaha, seperti koperasi atau badan usaha yang lain, tidak pernah dilakukan. Proses pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dalam bentuk ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran dalam bentuk diskusi masih jarang dilakukan. Pembentukan jiwa berkoperasi dan berwirausaha hanya dilakukan dalam bentuk pemberian informasi dengan metode ceramah. Berdasarkan proses pembelajaran ekonomi para guru ekonomi di tempat penelitian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran mereka masih berpusat pada penerapan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas yang tradisional. Metode diskusi dan tugas telah diterapkan, namun belum secara sengaja direncanakan dengan menggunakan strategi dan teknik pembelajaran yang menantang siswa untuk menginventarisir masalah, menganalisis masalah secara sistemik, mencari alternatif pemecahan dan mencobakan alternatif pemecahan itu dalam praktik. Mereka menerapkan proses pembelajaran dalam bentuk diskusi secara terkontrol atau terawasi oleh guru hanya bila ada persoalan yang ditanyakan oleh para siswa. Secara umum pemberian tugas kepada para siswa hanya berdasarkan pada buku cetak LKS yang telah dimiliki para siswa. Para guru belum banyak yang memberikan tugas kepada para siswa untuk mengamati secara langsung dalam suatu unit usaha seperti Kopsis atau unit-unit usaha yang lain, kemudian hasilnya dilaporkan dan didiskusikan dalam kelas. Baru beberapa guru yang memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajaran. Namun inipun baru pemberian tugas untuk mengamati keadaan Kopsisnya untuk dilaporkan kepada guru, belum berupa tugas untuk didiskusikan di depan kelas. Belum ada guru yang memberikan tugas-tugas yang menuntut siswa untuk mencari masalah yang ada di Kopsisnya, menganalisa secara
389 sistemik, mencari alternatif pemecahan masalah, menetapkan dan menerapkan alternatif pemecahan masalah sebagai saran yang perlu diterapkan untuk memajukan koperasinya. Namun ada suatu sekolah yang sebagian guru ekonominya, menerapkan metode sosiodrama yang dikombinasikan dengan metode diskusi. Dengan metode ini ia mengharapkan agar para siswa tumbuh jiwa wirausaha dan mampu membayangkan apaapa yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang pengusaha. Ini berarti proses pembelajaran ekonomi di dalam kelas, pada SLTA Kodya Bandung, masih terpisah dengan kegiatan Kopsis. Para guru ekonomi masih jarang yang memanfaatkan Kopsis sebagai lab ekonomi, walaupun terdapat tanda-tanda bahwa para siswa merasakan manfaat yang diperoleh ketika ada guru yang mau memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajarannya. Pemanfaatn Kopsis sebagai tempat untuk membelajarkan dan membina siswa dalam berkoperasi dan berjiwa wirausaha belum terpadu dengan pembelajaran ekonomi. Kopsis pada umumnya baru berdiri sebagai pelengkap kegiatati ektra-kurikuler dan belum sebagai kokurikuler. Akibattiya pemahaman para siswa tentang materi pelajaran ekonomi (koperasi) masih bersifat konseptual, belum memiliki wawasan riil dalam praktik. Pada sekolah-sekolah yang dalam proses pembelajaran ekonomi telah memamanfaatkan Kopsis sebagai sumber belajar (walalupun belum intensif) para siswanya memiliki pengalaman, kemampuan dam ketrampilan ekonomi yang lebih aplikatif dan semakin tumbuh keinginan mereka berkoperasi daripada sekolah-sekolah yang belum memanfaatkan-nya. Temuan ini menggambarkan bahwa model, metode, strategi dan teknik pembelajaran masih jauh dari apa yang diharapkan oleh model, metode, strategi dan teknik modern. Dewey (1966:184) menjelaskan bahwa sekolah mempunyai fungsi
390 menyederhanakan, menyaring, dan menyeimbangkan warisan budaya serta pengalaman untuk mencapai perkembangan anak didik. Tetapi ia juga mengingatkan pengetahuan itu berhubungan dengan pengalaman, pengetahuan itu bukan sesuatu yang diterima siswa secara pasif, dan pengetahuan yang kokoh diperoleh siswa melalui tindakan siswa dengan mengetes ide-ide dan hipotesa. Belajar yang efektif adalah dilakukan secara leaming by doing. Sama halnya dengan yang dikemukan oleh Vygotsky (1978:89) bahwa belajar merupakan proses pengembangan fungs-fiingsi psikologis yang diorganisir atas dasar pengalaman. Freire (1972), mengatakan bahwa proses pembelajaran hendaknya menantang siswa untuk mengiventarisir masalah, menganalisa secara sistemik, mencari alternatif pemecahan dan mecobakan alternatif pemecahan masalah serta menguji hasilnya. Penjelasan-penjelasan ini mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran hendaknya jangan hanya konseptual tetapi juga berdasarkan pengalaman siswa mencari di lapangan. Jadi, sesuai dengan temuan dan penjelasan-penjelasan tersebut, untuk mengembangkan kemampuan, pengalaman dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi para guru harus memanfaatkan Kopsis sebagai media pemebelajaran ekonomi sehingga para siswa itu sendiri melihat, memahami permasalaJian dalam prkatek kegiatan usaha, menganalisa secara sistemik, mencari alternaiif pemecahan, mencobakakan dan menguji hasilnya. Dengan cara demikian pengetahuan para siswa akan menjadi luas, dalam dan kokoh. 4. Peranan Pengawas Kopsis Kopsis di sekolah-sekolah yang menjadi lokasi penelitian, belum semua pengawasnya berperan sebagaimna fungsinya. Ada Kopsis (SMUN 20) yang pengawasnya hanya berfungsi secara formalitas. Secara formal Kopsis tersebut memiliki alat per-
391 lengkapan organisasi pengwas namun tidak berfungsi sama sekali. Akibatnya kegiatan Kopsis sama sekali tidak terkontrol apakah telah menjalankan program-program yang telah disepakati bersama atau tidak, bahkan semua kegiatan Kopsis menjadi tersendatsendat karena pengurus tidak aktif dan tidak mampu mengaktifkan anggotanya untuk berpar-tisipasi. Selanjutnya yang aktif mejalankan Kopsis adalah hanya staf Kopsis dan pembina. Selain itu ada suatu Kopsis yang pengawasnya adalah kepala sekolah, pembina Kopsis dan guru, sedangkan siswa tidak ada satupun yang terlibat sebagai pengawas (SMKN 4). Memang perjalanan dan kehidupan Kopsis berjalan lancar, namun ini, menurut SKB nomor 125/M/KPTS/X/1984, selain menyalahi prinsip-prinsip Kopsis juga tidak mendidik atau memberdayakan para siswa untuk mampu berkoperasi. Karena secara fungsi dan prinsipnya bahwa Kopsis adalah organisasi ekonomi siswa, oleh siswa dan untuk siswa, sehingga semua aggota dan pelaksananyapun adalah para siswa. Kepala sekolah, pembina dan guru dapat berperan sebagai pengawas, namun kepengawasannya berfungsi sebagai pembina dan pemonitor pelaksanaan kegiatan Kopsis, bukan sebagai anggota perlengkapan organisasi (kecuali pada tingkat sekolah dasar) Kopsis. Kondisi ini mengakibatkan pengalaman siswa dalam berkoperasi tidak utuh dan bahkan menjadi bias. Pada SMUN 5, pengawas telah berfungsi sebagai pengawas, namun karena kegiatan Kopsis dalam perkembangannya didominasi oleh Pembina Kopsis dan staf Kopsis, akibatnya para anggota pengawas menjadi enggan menjalankan fungsi yang sebenarnya dan para penguruspun semakin tidak aktif.
392 Kopsis yang pengawasnya benar-benar berfungsi adalah SMKN 2 dan SMUN 3. Pada kedua Kopsis ini pembinanya selalu memonitor dan mengingatkan kepada mereka yang ditunjuk menjadi anggota pengawas. Pengawas secara insidental dan periodik mengadakan kontrol atas pelaksanaan kegiatan Kopsis. Dengan keberfungsian pengawas, para pengurus menjadi mengetahui kekurangan dan kesalahan yang dilakukan sehingga mereka cepat bisa mengambil langkah-langkah perbaikan atas tindakannya. Jadi keberfungsian pengawas Kopsis banyak ditentukan selain oleh pemahaman fungsi Kopsis dari kepala sekolah, guru, dan pembina Kopsis juga ditentukan oleh kepedulian dan komitmen pembina dalam memonitor aktivitas pengawas dalam menjalankan tugasnya dan ada tidaknya dominasi para pembina atas kegiatan Kopsis. Keberfungsian pengawas sangat penting artinya bagi ketertibati dan kedisiplinan pengurus dalam menjalankan tugasnya. 5. Hasil Pembelajaran dan Pembinaan Siswa dalam Berkoperasi Dalam analisa dan pembahasan hasil penelitian tentang pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi ini akan dikaji dari tiga aspek: a. perkembangan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap para siswa, b. rasa manfaat terlibat dalam Kopsis, dan c. perkembangan Kopsis. a. Persepsi, Kognisi, Motivasi dan Sikap. Sebagaimana diuraikan diatas bahwa metode pembelajaran dan pembinaan berkoperasi yang diterapkan di Kopsis SMKN 2 adalah metode cooperative. Pola pembinaan yang demikian telah membuahkan persepsi para siswa terhadap Kopsis dan pembina sangat positif. Mereka memandang bahwa koperasi merupakan suatu bentuk
393 kegiatan berusaha yang perlu dipraktikkan para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan berkoperasi dan berwirausaha. Kesempatan untuk merencanakan dan melaksanakan sendiri kegiatan berkoperasi yang diikuti dengan kesungguhan pembina dalam memberikan pengawasan dan pembinaan, membuat diri para siswa merasa memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara riil dan dalam tentang hakekat, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip koperasi serta hak-hak angota, pengurus dan pengawas. Praktik koperasi yang demikian juga membuat siswa merasa berkembang kemampuan dan ketrampilan berorganisasi dan berwirausaha. Persepsi positif terhadap pembina membuat para siswa tumbuh motivasi aktif berkoperasi dan sikap yang positif terhadap Kopsis. Pandangan para siswa bahwa Kopsis (a) telah menyediakan hampir semua barang-barang yang ia butuhkan dalam mengikuti pendidikan di sekolah, (b) memberikan pelayanan yang memuaskan dan memberikan harga yang relatif lebih murah dari harga di luar dan (c) telah memberikan hak-hak anggota, pengurus dan pengawas sesuai dengan hasil RAT; d) memberikan penjelasan dan laporan hasil keija pengurus dan pengawas secara terbuka, telah membuat para siswa merasa memperoleh gambaran secara jelas tentang pelaksanaan tanggung jawab dan tugas, keberadaan, kemajuan dan perkembangan Kopsis. Hal ini menambah persepsi, motivasi dan sikap positif siswa terhadap Kopsis. Ini berarti penerapan metode pembelajaran dan pembinaan berkoperasi secara cooperative dan pemberian gambaran realitas obyektif Kopsis kepada para siswa mampu meningkatkan persepsi, motivasi dan sikap positif para siswa terhadap Kopsis.
394 Pembelajaran dan pembinaan berkoperasi di SMKN 2 baik dalam pemberian materi perkoperasian maupun praktik berkoperasi lebih banyak hanya dialami oleh para pengurus, pengawas, aktivis dan peserta ekstrakuler koperasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa para siswa yang memiliki persepsi, motivasi dan sikap yang sangat positif terhadap Kopsis serta mengalami perkembangan kognisi tentang berkoperasi secara dalam hanya terbatas pada pengurus, pengawas, aktivis dan pserta ekstrakurikuler koperasi. Berdasarkan pengamatan hal ini disebabkan oleh 1) pembelajaran dan pembinaan berkoperasi secara dalam hanya terbatas kepada pengurus, pengawas, aktivis dan peserta ekstrakurikuler koperasi; 2) pemberian penjelasan dan promosi perkoperasian ke kelas-kelas hampir tidak pernah dilakukan; 3) tidak adanya pemberian informasi, penjelasan, promosi tentang keberadaan, perkembangan, kemajuan, keuntungan Kopsis, kemanfaatan aktif berpatisipasi dalam Kopsis secara dalam kepada siswa baru; 4) tiadanya training atau pendidikan perkoperasian secara khusus kepada anggota; 5) kurangnya pemanfatan Kopsis sebagai sumber belajar; dan 6) kurang adanya proses pembelajaran ekonomi yang menuntut siswa membuktikan teori dengan cara menginventarisir masalah, menganalisa masalah secara sistemik, mendiskusikan pemecahannya, mencobakan pemecahan-nya dalam dunia riil (dalam Kopsisnya). Dalam proses pembelajaran dan pembinaan perilaku berkoperasi, pembina Kopsis SMUN 3 menerapkan metode delegatif (non direktif). Mereka lebih mempercayakan kepada siswa untuk melaksanakan praksis Kopsis. Pembina lebih menempatkan diri sebagai konsultan ketika para siswa menghadapi persoalan. Namun demikian pembina tetap melakukan monitoring secara rutin terhadap hasil perencanaan
395 program dan pelaksanaannya. Proses pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa yang demikian telah mampu (a) mengembangkan persepsi, motivasi dan sikap yang positif siswa terhadap pembina dan Kopsis; (b) mengembangkan perasaan dipercaya mampu melakukan sesuatu; (c) membuat mereka merasa dibesarkan dalam Kopsis; (d) mengembangkan rasa percaya diri bahwa pengalaman, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi serta berwirausaha semakin berkembang dengan baik; (e) membuat mereka tumbuh semangat kerjasma yang kokoh dan merasa mempunyai kemampuan menjalankan kegiatan usaha dalam bentuk koperasi atau jenis kegiatan bisnis yang lain. Hal ini terjadi karena mengalami bagaimana melakukan kegiatan bisnis dan menghadapi persoalannya secara langsung. Monitoring dan kontrol secara rutin serta kesiapan pembina memberikan berbagai petunjuk dan pengarahan dalam menghadapi persoalan membuat motivasi mereka berkoperasi semakin meningkat. Perasaan ini semakin meningkat lagi dengan adanya ketulusan pembina memberikan hak-haknya sebagai pengelola, dan guru ekonomi sering memberikan peluang para siswa yang menjadi pengurus dan aktivis untuk menampilkan pengalamannya aktif di Kopsis dan memimpin diskusi. Persepsi, motivasi dan sikap para siswa terhadap Kopsis pada umumnya berkembang baik. Mereka memandang bahwa keberadaan Kopsis cukup memberikan kesejahteraan para siswa dalam memperoleh barang-barang kebutuhan belajarnya secara cepat dan dengan harga yang relatif murah. Mereka merasa bahwa Kopsis perlu didukung keberadaan dan perkembangannya. Persepsi, motivasi dan sikap yang demikian tumbuh karena 1) Kopsis telah memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap kebutuhannya, 2) mereka melihat para pengurus berkerja dengan baik dan
396 dapat dipercaya; 3) mereka melihat para aktivis Kopsis berkembang kemampuan, pengalaman, dan ketrampilannya berorganisasi dan berwirausaha. 4) mereka melihat Kopsis semakin maju dan berkembang. Hanya saja mereka masih terdapat sedikit perasaan penyesalan karena (a) mereka membayar uang simpanan pokok dan wajib Kopsis tetapi tidak menerima SHU yang seharusnya diperoleh; (b) perkembangan pengetahuan perkoperasian mereka tidak berkembang ke semua siswa karena: 1) pembelajaran dan pembinaan berkoperasi secara dalam oleh pembina hanya terbatas kepada pengurus dan aktivis; 2) belum adanya training atau pendidikan perkoperasian secara khusus kepada anggota; 3) kurangnya pemanfatan Kopsis sebagai sumber belajar; dan 4) kurang adanya proses pembelajaran ekonomi yang menuntut siswa membuktikan teori dengan cara menginventarisir masalah, menganalisa masalah secara sistemik, mendiskusikan alternatif pemecahannya, mencobakan pemecahananya dalam dunia riil (dalam Kopsisnya). Persepsi, motivasi para siswa terhadap kopsis memang tumbuh dengan baik, namun demikian, perkembangan pengetahuan teoritis mereka tentang perkoperasian juga masih terbatas. Berdasarkan pengamatan dan hasil interview kepada pengurus dan aktivis Kopsis, mereka merasa bahwa pengetahuan teoritis mereka tentang perkoperasian belum bekembang banyak. Hal ini disebabkan perolehan mereka tentang pengetahuan teoritis perkoperasian hanya terbatas dari guru ekonomi ketika di kelas. Pembina hanya membimbing dan memberikan petunjuk tentang bagaimana Kopsis itu dijalankan secara praktis. Para pembina tidak memberikan tambahan materi perkoperasiaan kepada para siswa yang aktif di Kopsis atau pengambil ekstrakurikuler koperasi.
397 Proses pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi pada SMUN 20 berbeda dengan proses pembelajaran dan pembinaan yang dilakukan di SMKN 2 dan SMUN 3. Pada SMUN 20, pembina menerapkan proses pembelajaran secara direktif. Pembina lebih cenderung memberikan petunjuk-petunjuk secara langsung tentang apa dan bagaimana roda kehidupan Kopsis dijalankan. Pembina melakukan monitoring dan kontrol kepada para siswa dalam melaksanakan kegiatan secara longgar. Keijasama para pembina, guru ekonomi dan pimpinan sekolah juga tidak kompak. Bahkan secara finansial pimpinan sekolah dan para guru kurang mendukung. Dengan Kondisi lingkungan sosial dan proses pembelajaran yang demikian para siswa merasa bahwa melakukan kegiatan Kopsis merupakan suatu beban dan kewajiban yang harus dilakukan. Pada awal-awal kegiatan Kopsis dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh pembina dalam menjalankan Kopsis, para siswa menjalankan tugas dengan aktif. Namun lama kelamaan, motivasi dan sikap mereka menjalankan Kopsis semakin mengendor, tugas piket tidak berjalan, bahkan akhirnya pengurus Kopsispun jarang yang berkunjung ke Kopsis. Kopsis masih tetap berjalan tetapi pengelolanya bukan para siswa melainkan seorang petugas/staf Kopsis yang dibayar setiap bulan. Melihat kondisi yang demikian, para siswa memandang kegiatan koperasi sebagai hal yang kurang membawa manfaat dan tidak menarik. Persepsi terhadap koperasi yang demikianlah yang membuat mereka malas melaksanakan kegiatan Kopsis dan akhirnya acuh tak acuh. Siswa banyak yang berbelanja di Kopsis, namun dorongan mereka berbelanja di Kopsis adalah karena kebutuhan yang mendadak yang diperintahkan oleh para guru untuk memenuhi kebutuhan sarana belajar saat itu. Persepsi, motivasi dan sikap para siswa yang secara umum negatif ini akibatnya menular kepada diri para pengurus, di
398 mana mereka kurang bergairah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, tidak terpikir lebih jauh bagaimana mengembangkan sumberdaya Kopsis untuk mengembangkan dan memajukan Kopsis. Persepsi, motivasi dan sikap yang negatif terhadap Kopsis membuat mereka jauh dari Kopsis dan jarang berpraktik berkoperasi. Oleh karena itu mereka juga kurang dapat mendapatkan pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dan berwirausaha. Pengetahuan tentang perkoperasian hanya mereka peroleh dari pelajaran di kelas. Kondisi yang demikian ini tidak hanya disebabkan oleh kurangnya dukukungan para guru, pimpinan sekolah, metode pembinaan, kekompakan pembina dan persepsi negatif tehadap Kopsis dari sebagian pembina sendiri tetapi juga disebabkan para guru ekonomi belum memanfaatkan Kopsis sesuai dengan fungsi yang seharusnya. Para guru ekonomi jarang sekali yang memanfaatkan Kopsis sebagai media belajar Metode pembelajaran yang diterapkan para guru masih bersifat tradisional. Tidak ada guru ekonomi yang menerapkan proses pembelajaran yang menuntut para siswa untuk membuktikan teori dengan cara menginventarisir masalah, menganalisa masalah secara sistemik, mendiskusikan pemecahannya, mencobakan pemecahananya dalam dunia riil (dalam Kopsisnya). Pada Kopsis SMKN 4, pembina juga menerapkan proses pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dengan menggunakan metode direktif. Namun di sini pembina tidak hanya memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana sesuatu kegiatan Kopsis itu dilaksanakan. Ia lebih banyak memberikan petunjuk-petunjuk teknis kepada pengurus untuk melakukan sesuatu, setelah satu atau dua minggu dipraktikkan, pembina mengevaluasi, selanjutnya mengadakan diskusi bersama dengan para anggota
399 pengurus. Dalam memberikan pembinaan, pembina melakukan pembimbingan selangkah demi selangkah yang disertai dengan monitoring, evaluasi dan kontrol secara terus menerus. Hasil evaluasi ini dimanfaatkan untuk mengadakan feedback dalam proses bimbingan dan latihan. Dalam proses pembelajaran dan pembinaan inipun pembina berusaha serasional mungkin memberikan hak-hak yang seharusnya dietrima para siswa. Proses pembelajaran dan pembinaan perilaku yang demikian ternyata memberikan perubahan tingkah laku para siswa yang sangat berarti baik dari segi persepsi, kognisi, motivasi dan sikap siswa dalam mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berkoperasi maupun ketrampilan beriwirausaha. Para siswa memiliki persepsi, motivasi dan sikap yang sangat positif terhadap pembina dan Kopsis. Mereka memandang pembina telah memberikan pembinaan secara serius dan terbuka. Para siswa memandang Kopsis sebagai suatu tempat yang cukup efektif dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi serta berwirausaha. Persepsi yang demikian membuat mereka termotivasi untuk lebih aktif berkoperasi dan ingin mengembangkan Koperasi semaksimal mungkin. Persepsi, motivasi dan sikap yang positif ini telah membuat mereka banyak belajar dan berlatih sehingga memperoleh pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan secara lebih matang dalam belajar berkoperasi dan berwirausaha Persepsi, motivasi dan sikap ini semakin berkembang dengan baik karena Kopsis yang mereka jalankan juga dapat berkembang dengan cepat dan mampu melayani semua kebutuhan siswa dalam mengikuti pendidikan di sekolahnya secara memuaskan. Sayangnya pelaksanaan pembelajaran dan pembinaan secara intensif ini hanya dilakukan kepada pengurus, sehingga perkembangan perilaku dan jiwa berkoperasi dan
400 berwirausaha secara matang hanya terbatas kepada mereka yang menjadi pengurus. Pembinaan kepada siswa pada umumnya hanya dilakukan dengan cara pengenalan secara singkat kepada para siswa baru, khususnya tentang keberadaan, mekanisme keija, perkembangan Kopsis, kebolehan Kopsis serta manfaat Kopsis yang telah dirasakan oleh para siswa. Para guru ekonomipun belum pernah memanfaatkan Kopsis sebagai media proses pembelajaran ekonomi pengelolaan usaha bagi para siswa. Pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi di luar kelas terpisah dengan proses pembelajaran mata pelajaran Pengelolaan Usaha Kopsis. Oleh karena itu, persepsi, motivasi dan sikap para siswa terhadap Kopsis secara umum (kecuali pengurus) hanya sebatas bahwa Kopsis beijalan baik, mampu memenuhi dan melayani sarana-sarana belajar yang dibutuhakan para siswa. Mereka terdorong membeli di Kopsis karena alasan kedekatan dan harganyapun relatif lebih murah dari harga luar. Mereka tumbuh keingginan untuk mempromosikan kepada siswa agar membeli sarana kebutuhan belajar di Kopsis karena harganya yang relatif murah dan akan meningkatkan SHU yang akan diperoleh. Sedangkan metode pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi yang diterapkan oleh pembina kopsis SMUN 5 adalah metode kombinasi delegatif dan colaboratif. Melalui metode ini pembina melakukan pembinaan dengan cara memberikan peluang berprakarsa sendiri. Pembina menyerahkan kepada pengurus untuk membuat program yang akan dilakukan, sebelum dilaksanakan pembina meminta rencana tersebut untuk dikonsultasikan dan didiskusikan bersamanya, dan kemudian pembina memantau pelaksanaan program-program yang telah dibuat. Bila ada hal-hal yang dirasakan kurang, pembina memberikan pengarahan. Dengan cara ini pembina mengharpakan
401 rencana kegiatan mereka akan menjadi lebih baik. Pelaksanaan pembinaan anggota dilakukan dengan cara memberikan pengarahan siswa baru, bekeijasama dengan guruguru ekonomi dan akutansi yang mengajar kelas satu agar memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajaran akutansi, berkeija sama dengan wali kelas agar selalu mengingatkan para siswanya untuk melaksanakan tugas piket, pertemuan dengan pengurus setiap bulan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, dan pemanfaatan Kopsis sebagai media pembelajaran ekonomi dan akutansi. Strategi pembinaan yang dilakukan pembina dalam membina perilaku anggota berbeda dengan membina pengurus. Pembinaan terhadap anggota pada umumnya, pembina menyarankan kepada semua siswa untuk berwirausaha sedini mungkin. Agar memiliki kemampuan dan ketrampilan berwirausaha para siswa diharapkan untuk aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis. Sedangkan pembinaan terhadap pengurus, pembina menyarankan agar para anggota pengurus belajar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dengan baik. Pembina telah melakukan langkah-langkah proses pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dan berwirausaha dengan baik. Hanya saja dalam pelaksanaan pembinaan kurang rutin dan kurang kontrol, serta proses pemanfaatan Kopsis sebagai media pembelajaran hanya dilakukan sekedar mengum-pulkan fakta, belum mengajak para siswa untuk menginventarisir persoalan dan menganalisa persoalan yang dihadapi Kopsis secara sistemik, melaporkan dan mendiskusikan hasil analisa untuk mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, memanfaatkan hasil pemecahan masalah sebagai saran ke Kopsis untuk perbaikan Kopsis. Kondisi ini mengakibatkan persepsi, motivasi dan sikap para siswa yang tadinya telah berkembang positif terhadap
402 Kopsis nampak berangsur-angsur semakin kurang positif Kurangnya persepsi, motivasi dan siakp siswa menyebabkan kurangnya keaktifan mereka di Kopsis. Kekurangaktifan para siswa dalam berkoperasi menyebabkan perkembangan pengalaman para siswa dalam berkoperasi baik segi pengetahuan, kemampu-an dan ketrampilan berkoperasi sangat lamban atau tidak mencapai tingkat perkembangan yang maksimal. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis metode pembinaan yang diterapkan tidak banyak berpengaruh secara kongkret terhadap perkembangan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap psoitif siswa dalam berkoperasi. Namun, perbedaan penerapan jenis metode pembinaan lebih berdampak pada perkembangan kemandirian dan kreativitas anak dalam menjalankan roda Kopsis. Para siswa yang dibina secara kooperatif dan delegatif (non direktif) nampak lebih mandiri dan kreatif dari pada yang dibina secara direktif. Aspek yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku berkoperasi adalah komitmen, kepedulian, keterbukaan, efektivitas dan kontinyuitas monitoring dan kontrol siswa dari pembina. Pada Kopsis yang pembinanya memiliki sifat komitmen, kepedulian dan keterbukaan yang tinggi serta kontinyuitas melakukan monitoring dan kontrol terhadap para siswa dalam berkoperasi nampak para siswanya memiliki perkembangan persepsi, motivasi dan sikap positif terhadap Kopsis serta wawasan perkoperasiaan yang lebih luas dari pada Kopsis yang pembinanya kurang memiliki sifat-sifat tersebut. Hal lain yang ikut mendukung perkembangan persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap siswa terhadap Kopsis adalah pemanfaatan Kopsis sebagai sumber belajar, keserasian antara pembelajaran di dalam kelas dan luar kelas, keluasan sasaran pembinaan, pemahaman fungsi Kopsis dari
403 pembina dan para guru ekonomi, efektivitas kerja sama antara pembina, guru ekonomi, wali kelas dan para guru. Pada sekolah yang para guru ekonominya sering memanfaatkan Kopsis sebagai sumber belajar, para siswanya nampak memiliki wawasan perkoperasian yang luas, dan memiliki persepsi, motivasi dan sikap yang lebih positif terhadap Kopsis. Pada sekolah yang para guru ekonomi dan pembina Kopsis mampu mewujudkan kesatuan pandangan dan pelaksanaan pembinaan siswa dalam berkoperasi sebagai satu kesatuan, memahami fungsi Kopsis yang sesungguhnya, mampu menggalang keija-sama yang efektif antara pembina, guru ekonomi dan wali kelas, menunjukkan perkembangan persepsi, motivasi dan sikap siswa dalam berkoperasi lebih positif dan wawasan berkoperasi yang lebih luas. Pada Kopsis, yang pembinanya memberikan sasaran pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi di luar kelas yang hanya ditujukan kepada kelompok tertentu (seperti pengurus, pengawas, aktivis, atau peserta ektra kurikuler) nampak perkembangan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap berkoperasi para siswanya hanya terbatas pada kelompok sasaran yang dibina. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran dan pembinaan perilaku (persepsi, kognisi, motivasi dan siakp) siswa dalam berkoperasi yang dilakukan oleh para pembina sangat bergantung pada: 1) pemahaman pembina Kopsis (termasuk pimpinan sekolah) dan guru ekonomi tentang fungsi Kospsis; 2) loyalitas dan komitmen pembina dalam pembinaan; 3) keterbukaan atau obejektivitas penyelenggaraan Kopsis; 4) keluasan sasaran pembelajaran dan pembinaan; 5'J efektivitas kerjasama antara para pembina Kopsis dan antara pembina, guru ekonomi, wali kelas dan para guru; 6) keserasiaan antara pembelajaran dan pembinaan di dalam kelas dan luar kelas; 7)
404 pemanfaatan Kopsis sebagai media belajar; dan yang paling menentukan adalah; 8) efektivitas monitoring dan kontrol pembina dan pengurus Kopsis terhadap para siswa dalam berkoperasi. Berdasarkan data yang telah terkumpul dan teranalisa menununjukkan bahwa belum ada satupun pembina Kopsis SLTA yang melakukan pembelajaran dan pembinaan siswa perilaku siswa dalam berkoperasi dengan mengupayakan adanya studi banding ke Kopsis lain atau koperasi lain yang telah maju. Mereka juga belum ada yang mengupayakan agar Kopsis dibinanya secara khusus melaksanakan training pengurus, anggota dan pengawas sendiri. Pemberian training yang dilakukan baru mengikutsertakan training pengurus inti ke suatu uandangan training yang diadakan oleh Dekopinda Jawa Barat. Training dengan cara pemberian pengetahuan dan kemampuan teoritis kemudian diikuti studi banding ke suatu Kopsis atau koperasi lain yang telah maju sangat penting artinya bagi pengembangan wawasan dan kemampuan berkoperasi. Yang lebih penting lagi cara ini akan mampu menambah pengalaman baik teoritis maupun praktis yang telah dilakukan oleh koperasi lain dan telah terbukti mampu mengebangkan koperasi. Folke Dubell (1981) menjelaskan pelaksanaan pendidikan individu berkoperasi perlu dilakukan training dalam bentuk urutan pemberian pengetahuan teoritis dalam kelas (analisa tugas), studi banding ke koperasi lain yang telah maju, pelajaran dalam kelas (diskusi), mempraktikkan di koperasi, dan evaluasi. Pemberian training dengan cara ini sangat penting artinya bagi manusia koperasi, khususnya bagi manajer (bila ada) pengurus dan pengawas. Karena dengan cara ini pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan mereka berkoperasi akan menjadi matang.
405 b. Rasa Manfaat dan Partisipasi Para Siswa dalam Kopsis. Kopsis pada setiap sekolah memiliki karakteristik tersendiri, baik kebijakan sekolah, metode dan startegi pembinaan, keijasama pembina dengan pembina, keijasama pembina dengan para guru, maupun program yang sedang dan akan dilaksanakan. Karakteristik Kopsis yang berbeda akan membawa pengalaman para siswa yang berbeda-beda. Hal ini membuat para siswa (anggota, pengurus dan pengawas) merasakan manfaat berpartisipasi dalam Kopsis yang berbeda-beda. Pada SMKN 2 dan SMUN 3, pengurus koperasi dan pengawas merasakan bahwa ikut aktif di Kopsis sangat memberikan manfaat bagi perkembangan dirinya baik secara segi ekonomi, pengetahuan maupun ketrampilan. Dari segi ekonomi, mereka merasakan bahwa siswa yang aktif (pengurus) memperoleh dispensasi harga pembelian dibandingkan mereka yang bukan pengurus, seperti diberi keringanan boleh mencicil 3 kali dalam waktu 3 bulan. Segi pengetahuan, mereka 1) mendapatkan berbagai pengetahuan baik dari para pembina maupun dari training yang diadakan oleh lembaga lain, 2) bertambah pengetahuan bagaimana mengelola usaha, seperti teknik-teknik bagaimana mendapatkan barang yang lebih murah, menjual barang, memilih barang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, melayani anggota dan pengetahuan tentang bagaimana mengorganisr kegiatan usaha dalam jumlah yang besar dan mendapatkan untung Dari segi ketrampilan, mereka menyatakan bahwa dirinya berkembang kemampuan berorganisasi, yakni kemampuan mengelola suatu usaha baik dalam bentuk koperasi maupun non koperasi setelah selesai sekolah di SMK, serta mengetahui triktrik berdagang. Dengan kata lain mereka merasa berkembang kemampuan berwirausaha.
406 Berdasarkan pengalaman yang diperoleh, mereka sama menyatakan bahwa dirinya perlu mengajak teman-teman yang lain untuk ikut bergabung megelola dan mengembangkan Kopsisnya. Mereka berpendapat bahwa Kopsis merupakan kegiatan usaha para siswa yang perlu dikelola dan dikembangkan oleh para siswa sendiri sebagai tempat berlatih untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha. Bagi para aktivis (bukan pengurus dan pengawas, namun aktif ikut membantu melayani dan menggerakkan lancarnya kegiatan Kopsis) merasakan bahwa ikut membantu kegiatan Kopsis sangat memberikan keuntungan yang sangat berharga bagi perkembangan dirinya, khususnya pengalaman dalam mengelola usaha dalam bentuk organisasi. Dengan ikut aktif terlibat dalam kegiatan Kopsis mereka merasa mendapatkan pengalaman berorganisasi sangat praktis yaitu pengalaman yang dapat diterapkan dalam mengelola usaha, seperti pengalaman bagaimana mendapatkan barang, bagaimana menjualnya, mengorganisirnya dan seberapa labanya bila barang-barang yang diusahakan itu dalam bentuk besar. Pengalaman ini tidak mereka temukan dalam mengikuti pelajaran dalam kelas. Oleh karena itu-, mereka mengatakan: 1) kami senang sekali mendorong teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam menghidupkan Kopsis yang dimiliki sebagai tempat memperoleh pengalaman mengembangkan suatu usaha maupun berorganisasi yang bersifat ekonomis; 2) juga senang memberikan masukan-masukan kepada pengurus inti dalam mengadakan perubahan-perubahan yang bersifat operasional, seperti pemberian informasi tentang kebutuhan-kebutuhan para anggota. Para informan yang diinterview menyatakan 1) "kami ikut aktif terlibat dalam koperasi menyesal, mengapa ikut aktif di Kopsis setelah di akhir kelas II atau awal kelas III". 2) "Kami sadar bahwa ikut berpartisipasi dalam kegiatan Kopsis itu penting adalah
407 setelah saya diajak ikut aktif dalam Kopsis. Sebelumnya kami mengangggap bahwa ikut aktif di Kopsis hanya menghabiskan waktu", namun setelah aktif ternyata banyak manfaat yang dapat dipetik. 3) "Dengan keuntungan-keuntungan yang saya rasakan, saya sering menyarankan kepada teman-teman agar membeli barang kebutuhan sekolah di Kopsis." Bagi para anggota yang bukan pengelola Kopsis dan aktivis berpendapat bahwa dengan adanya Kopsis, 1) sangat memudahkan kami dalam memperoleh barangbarang kebutuhan sekolah dengan harga yang relatif lebih murah dan kualitas yang minimal sama dengan harga yang ada di luar, dan lebih-lebih lagi pada akhir tahun masih mendapat SHU. 2) Kami memahami hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi, sehingga bila nanti setelah keluar dari sekolah dan menjadi anggota suatu koperasi, kami tahu hak dan kewajiban, serta bagaimana melakukan hak dan kewajiban itu. Dengan adanya berbagai keuntungan tersebut membuat kami ingin berpartisipasi dalam koperasi dan mendukung usaha memajukan Kopsis. Namun demikian, walaupun sangat jarang, ada juga para siswa yang mengatakan bahwa saya menjadi anggota kopsis karena diharuskan oleh sekolah. Jadi manfaat yang dapat dirasakan oleh para pengurus, pengawas dan aktivis Kopsis SMKN 2 dan SMUN 3 dengan berpartisipasi dalam Kopsis adalah, di samping SHU, mereka merasa bertambah pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan berkoperasi. beroganisasi dalam mengelola kegiatan usaha atau berwirausaha dan berwirau-saha. Sedangkan para anggota pada umumnya merasa memahami secara dalam hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi serta meknaisme keija koperasi baik secara teoritis maupun praktis. Sealin itu semua baik anggota, pengurus maupun pengawas merasa
408 mudah mendaptkan barang-barang yang relatif murah dan kualitas yang relatif sama dengan barang yang dijual di luar. Secara umum tingkat partisipasi para siswa SMKN 2 dan SMUN 3 dalam Kopsis telah mencapai tingkat "narve reforming " di mana mayoritas para siswa baik pengurus, pengawas, aktivias maupun anggota telah tumbuh kemauan mendu-kung dan mengajak teman-temannya untuk berpartisipasi dalam Kopsis baik secara kontributif maupun insentif. Sedangkan tingkat perkembangan partisipasi para pengurus, pengawas dan aktivis telah mencapai tingkat critical transforming. Di mana mayoritas mereka telah ikut berpartisipasi mengajukan kritik, saran dan membantu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi Kopsis demi kemajuan dan perkembangan Kopsis. Pada SMUN 20 kesadaran siswa dalam berkoperasi sudah tumbuh, walaupun masih terbatas bagi para anggota pengurus. Para anggota pengurus sering mengajukan ide-ide kepada pembina untuk mengembangan Kopsis. Motivasi dan sikap untuk memajukan Kopsis dengan memanfaatkan modal yang dimiliki, mengadakan usahausaha baru, dan melengkapi persediaan barang-barang yang dibutuhkan para siswa sudah dilakukan. Namun karena kendala waktu belajar, kurang dukukungan dari pimpinan sekolah secara kondusif, kurangnya komitmen pembina, kurangnya keijasama antar pembina, kurangnya komitmen dan keijasama antar guru ekonomi dan guru-guru, maka motivasi dan sikap mereka menjadi melemah dalam pelaksanaannya. Kecuali pengurus, kesadaran mereka untuk ikut mempromosikan Kopsis belum tumbuh. Bahkan mereka memandang bahwa kegiatan Kopsis itu merupakan suatu kegiatan yang tidak menarik dan membosankan. Para siswa yang merasakan bahwa ikut aktif di Kopsis itu memberikan berbagai manfaat dalam pengembangan diri hanya para
409 pengurus, bahkan mereka yang menjadi pengawaspun belum merasakan manfaatnya. Faktor-faktor utama yang menyebabkan para siswa kurang tertarik Ke Kopsis adalah karena kurang transparansinya pengelolaan keuangan Kopsis dan dukungan pimpinan sekolah. Dari hasil wawancara dengan staf Kopsis diperoleh informasi bahwa prosentase siswa membeli barang di Kopsis, khususnya alat tulis, cukup besar, sekitar 73%. Namun keterlibatan mereka membeli barang di Kopsis pada umumnya merasakan karena keterpaksaan seperti karena di suruh oleh guru dan karena kebutuhan alat-alat belajar yang mendadak. Kesadaran mereka membeli barang-barang di Kopsis karena sadar bahwa Kopsis itu miliknya pada umumnya belum tumbuh. Dengan aktif di Kopsis para aktivis menyatakan dapat mengetahui bentuk kegiatan koperasi itu secara nyata dan dapat mempraktikkan teori-teori yang diperoleh di kelas. Sedangakn para siswa yang bukan aktivis menyatakan dapat membeli barang-barang kebutuhan sekolah tanpa harus keluar lingkungan sekolah, khususnya dalam membeli barang-barang yang dibutuhkan secara mendadak. Di luar terpenuhinya kebutuhan secara mendadak, para siswa bukan aktivis merasakan tiadanya keuntungan yang bisa dipetik dengan adanya Kopsis. Jadi manfaat yang dirasakan oleh para pengurus, pengawas dan aktivis Kopsis SAfUN 20 dengan berpartisipasi dalam Kopsis adalah mengetahui bentuk kegiatan koperasi itu secara nyata dan dapat mempraktikkan teori-teori yang diperoleh di kelas. Sedangkan para anggota pada umumnya merasa dapat membeli barang-barang kebutuhan sekolah yang bersifat mendadak tanpa harus keluar lingkungan sekolah.
410 Secara umum tingkat partisipasi para siswa SMUN 20 dalam Kopsis masih dalam kategori tingkat magical conforming di mana mayoritas para siswa baik pengurus, pengawas, aktivias maupun anggota masih merasakan bahwa partisi-pasi dalam Kopsis masih dirasakan sebagai keterpaksaan. Partisipasi yang mereka lakukan belum tumbuh dari dalam diri siswa, namun mereka berpartisipasi dalam Kopsis karena kondisi lingkungan menuntut berpartisipasi. Sedangkan tingkat perkembangan partisipasi para anggota pengurus berada dalam tingkat natve reforming. Di mana para anggota pengurus sering mengajukan ide-ide kepada pembina untuk mengembangan koperasi seperti saran memajukan kopsis dengan memanfaatkan modalmodal yang dimiliki, mengadakan usaha-usaha baru, dan melengkapi persediaan barangbarang yang dibutuhkan para siswa. Pada Kopsis SMKN 4, rasa keterlibatan (partisipasi) berkoperasi dari para anggota pengurus Kopsis: 1) Pertama-tama, para anggota penguras menyatakan bahwa keterlibatan mereka dalam Kopsis karena merasa bahwa mereka telah dipilih dan diberi tanggung jawab maka tanggung jawab itu harus dilaksanakan dan dimanfaatkan sebagai temapt belajar dengan sebaik-baiknya.
2) Selanjutnya semakin lama semakin merasakan bahwa aktif berkoperasi sangat bermanfaat baik dari segi perkembangan pengetahuan, kemampuan berorganisasi dan kemampuan berwirausaha. Akhirnya mereka merasakan tumbuh kemauan untuk mengajak temannya aktif berkoperasi, menggiatkan Kopsis dan mengembangkan Kopsis. Sedangkan mereka yang bukan pengurus dan aktivis belum banyak timbul kemamuan untuk mengajak teman-teman berkoperasi, kebanyakan mereka hanya berpartisi-
411 pasi secara konsumtif yaitu hanya ikut memanfaatkan pelayanan Kopsis sebagai tempat belanja yang murah dan lebih dekat. Masih jarang para siswa yang timbul keinginan untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang dirasakan oleh mereka menghambat kemajuan dan perkembangan Kopsis sebagai kritik dan saran perbaikan Kopsis. Para anggota pengurus dan aktivis (sering ikut piket di toko) Kopsis menyatakan bahwa ikut aktif berkoperasi di Kopsis memperoleh beberapa manfaat: 1) dapat mulai berlatih melakukan bisnis/usaha kecil-kecilan mulai sekarang; 2) mengetahui jaringanjaringan berwirausaha, seperti tempat-tempat agen dan cara-cara mendapatkan barang yang harganya murah; 3) dapat melatih ketrampilan menajemen usaha dan pembukuannya; 4) berkembang kemampuan berkomunikasi, pengetahuan berkoperasi dan berusaha; 6) bertambah rasa percaya diri; 7) tumbuh kemampuan bergorganisasi dan berwirausaha. Manfaat yang dirasakan para pengurus dengan aktif berpartisipasi dalam Kopsis adalah mereka merasa bertambah pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dan berorganisasi, mengelola usaha dalam volume yang besar serta berwirausaha. Sedangkan bagi para anggota merasakan adanya Kopsis sangat membantu para siswa dalam mencukupi kebutuhan sarana sekolahnya dengan harga yang lebih murah daripada harga di luar. Mereka merasa memperoleh gambaran riil tentang hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi. Secara umum tingkat partisipasi para siswa SMKN 4 dalam Kopsis masih dalam kategori tingkat natve reforming, di mana para siswa telah tumbuh perasaan senang hati dengan adanya Kopsis, sadar bahwa Kopsis adalah miliknya, oleh karenanya, mereka memanfaatkan pelayanan Kopsis sebagai tempat belanja dalam memenuhi barang-barang
412 kebutuhan sekolahnya. Walaupun belum banyak, ada beberapa anggota yang telah mengajukan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi kemajuan Kopsis. Selain itu banyak di antara mereka yang telah mencoba untuk ikut mempromosikan kepada temantemannya agar berbelanja di Kopsis. Sedangkan tingkat perkembangan partisipasi para anggota pengurus berada dalam tingkat critical transforming. Di mana mereka telah bersungguh-sungguh ikut berusaha memecahkan persolan-persoalan yang dihadapi Kopsis demi kemajuan dan perkembangan Kopsis. Pada Kopsis SMUN 5 para pengurus mengatakan: "Aktif berpartisipasi di dalam Kopsis karena adanya rasa tanggung jawab dan tugas yang dibebankan kepada kami, sehingga dengan demikian saya harus sebaik mungkin melaksanakan tugas itu dan memanfaatkannya sebagai tempat belajar dan berlatih". Setelah aktif di Kopsis, para anggota pengurus merasakan adanya beberapa keuntungan antara lain: latihan berorganisasi, menerapkan tata cara kepemimpinan, bertambah wawasan dan pengalaman dalam bergaul dan berkomunikasi dalam masa, berkembang kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dan berwirausaha, seperti cara mencari barang dan memasarkan barang, mengelola usaha dalam bentuk organisasi bersama. Manfaat berpatisipasi dalam Kopsis yang dirasakan para pengurus telah menggunggah mereka tumbuh keinginan untuk mengajak teman-teman mengembangkan Kopsis dan keinginan untuk mengembangkan dan mengubah citra koperasi di masyarakat. Sedangkan para siswa pada umumnya menyatakan bahwa berpartisipasi membeli barang di Kopsis karena harga dan kualitas minimal sama dengan harga luar, selain itu tempatnya dekat. Secara umum para siswa belum sadar sepenuhnya bahwa 1) partisipasi mereka di Kopsis karena Kopsis adalah miliknya; 2) walaupun mereka merasakan bahwa
413 adanya Kopsis memberikan banyak keuntungan kepada dirinya namun pada umumnya mereka belum tumbuh motivasi dan sikap untuk mengembangkan Kopsis dengan banyak mengemukakan ide-ide baru untuk perubahan pelaksanan kegiatan Kopsis dalam rangka memajukan Kopsis. Perkembangan partisipasi para siswa SMUN 5 dalam Kopsis secara umum masih berada dalam tingkat naive reforming yang pasif, di mana para siswa baru sampai pada taraf bahwa keberadaan Kopsis di sekolah itu bisa mereka terima karena memberikan beberapa keuntungan dirinya, partisipasi mereka masih bersifat insentif, belum banyak yang tumbuh keinginan mengajukan ide-ide dan upaya-upaya untuk mengadakan perubahan-perubahan demi kemajuan dan perkembangan Kopsis. Sedangkan partisipasi para pengurus telah mencapai taraf critical transforming, walaupun belum progressif di mana mereka telah tumbuh keinginan untuk mengajak teman-teman mengembangkan Kopsis dan keinginan untuk mengembang-kan dan mengubah citra koperasi di masyarakat, walaupun belum teroperasionalkan secara kongkret. Berdasarkan uraian tersebut berarti bahwa jenis metode pembinaan yang diterapkan nampak memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap rasa manfaat Kopsis dan tingkat perkembangan partisipasi para siswa dalam berkoperasi. Namun, aspek yang banyak membawa perubahan terhadap tingkat rasa manfaat adanya Kopsis dan perkembangan partisipasi para siswa dalam berkoperasi adalah komitmen, kepedulian, keterbukaan, efektivitas dan kontinyuitas monitoring dan kontrol siswa dan pembina. Pada Kopsis yang pembinanya betul-betul memiliki sifat komitmen, kepedulian dan keterbukaan serta kontinyuitas melakukan monitoring dan kontrol terhadap aktivitas para siswa dalam berkoperasi nampak secara umum para siswanya
414 telah mencapai taraf perkembangan partisipasi naive reforming yang aktif, dan yang mencapai tingkat partisipasi critical transforming yang progressif tidak hanya anggota pengurus, namun juga para pengawas dan aktivis Kopsis. Sedangkan pada Kopsis yang pembinanya kurang memiliki sifat-sifat tersebut nampak secara umum perkembangan partisipasi para siswanya baru berada dalam tingkat naive reforming yang pasif Memang perkembangan partisipasi para angota pengurus telah bertingkat critical transforming namun tidak progerssif. Tingkat partisipasi ini sejalan dengan tingkat manfaat yang dirasakan oleh para anggota, pengurus, pengawas dan aktivis dengan adanya Kopsis dan keaktifan mereka di Kopsis. Para siswa yang berada dalam kelompok Kopsis pertama merasakan adanya manfaat yang diperoleh tidak hanya bersifat ekonomis seperti SHU dan harga yang lebih murah, tetapi juga yang bersifat non ekonomis seperti bertambahnya pengetahuan, wawasan, kemampuan, dan ketrampilan berkoperasi, berorganisasi dalam mengelola usaha dan atau berwirausha yang lebih merata. Sedangkan para siswa yang berada dalam kelompok ke dua rasa manfaat adanya Kopsis dan aktif di Kopsis, khususnya secara non ekonomis - yang sungguh berharga bagi perkembangan diri siswa, lebih cenderung hanya dirasakan oleh para pengurus, pengawas dan aktivis. Djablani (1995:130) menemukan bahwa perilaku pemimpin yang bersifat "memperhatikan" dan "mengarahkan" berperan besar terhadap keefektifan, kepaduan dan kepuasan kelompok, dan produktivitas kelompok yang yang tinggi. Soetama (1995:103) menemukan bahwa semakin besar imbalan yang diberikan oleh KUD, semakin tinggi partisipasi anggota dan pemanfaatan yang disediakan oleh KUD. Sejalan dengan temuan-temuan tersebut maka pembina Kopsis yang memiliki sifat komitmen,
415 kepedulian, keterbukaan dan kontinyuitas melakukan monitoring dan kontrol terhadap aktivitas para siswanya dalam berkoperasi akan mampu meningkatkan rasa manfaat adanya Kopsis dan rasa manfaat berpartisipasi dalam Kopsis bagi para siswanya. Pada gilirannya rasa manfaat ini akan meningkatkan partisipasi siswa dalam Kopsis. c. Perkembangan Kopsis. Variasi karakteristik dukungan pimpinan sekolah (kepala sekolah dan wakilnya) dan para guru, kegasama antar pembina, keijasama pembina dengan para guru ekonomi dan guru non serta kesatuan metode pembelajaran dan pembinaan para siswa dalam berkoperasi di dalam kelas dan luar kelas menyebabkan perkembangan Kopsis yang variatif pula. Pada Kopsis SMKN 2 di mana dukungan pimpinan sekolah dan para guru cukup kondusif, keijasama yang baik di antara para pembina, komitmen yang tinggi dari para pembina dan guru ekonomi dalam melakukan pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi di dalam kelas dan luar kelas telah membawa perkembangan koperasi yang menggembirakan. Perkembangan Kopsis SMKN 2 semakin meningkat. Hal ini nampak pada aspekaspek perkembangan yang ada dalam Kopsis. Cara pembinaan yang dilakukan oleh pembina tidak lagi harus dilaksanakan secara direktif, di mana ia harus selalu memberikan petunjuk-petunjuk terhadap apa yang para siswa harus lakukan dalam menjalankan kegiatan Kopsis tetapi ia telah memberikan pembinaan secara eklektif, di mana petunjuk dan pengarahan hanya diberikan kepada para siswa kapan dipandang perlu. Ia lebih banyak memberikan kesempatan para siswa untuk merencanakan dan melakukan sendiri, selanjutnya pembina secara kontinyu memonitor dan mengontrol
416 kegiatan para siswa. Bila dilihat siswa melakukan kesalahan pembina tinggal mengarahannya. Dan bila para siswa mengalami kesulitan, pembina mengajak mereka melakukan diskusi secara bersama-sama. Dilihat dari sistem kelengkapan organisasi, Kopsis sudah cukup lengkap di mana pengurus, pengawas, dan anggota telah berfungsi sebagaimana layaknya organisasi Kopsis. Dukungan para pimpinan sekolah, guru ekonomi dan guru padanya cukup positif. Dalam pelaksanaann pembinaan, pembina tinggal melakukan pembinaan seperlunya, bahkan telah lebih banyak berfungsi sebagai konsultan. Pembina bersama pengurus selalu mengkaji ulang kegiatan secara periodik dan selalu mengkaji kegiatan yang telah dilakukan, dan memperthankan dinamika dan revitalisi usaha. Jasa anggota yang dibagikan kepada anggota yang pada tahun 1994 baru mencapai 25 % dari SHU telah meningkat menjadi 55 % 1997 dari SHU. Selain itu Kopsis telah mampu menyediakan-kebutuhan primer (kebutuhan sarana sekolah yang dibutuhkan para siswa dalam mengikuti proses pendidikan di sekolah), maupun kebutuhan sekunder, seperti makanan dan minuman. Perkembangan partisipasi pengurus, pengawas dan aktivis telah mencapai taraf cntical transforming, sedangkan bagi (anggota) pada umumnya telah mencapai taraf nah-e reforming yang aktif. Kehadiran mereka dalam RAT rata-rata telah mencapai 90 % Mereka yang tidak hadir dalam RAT pada umumnya karena ada halangan seperti sakit dan praktik di tempat lain. Para siswa semakin tumbuh keaktifan dalam mengajukan berbagai pertanyaan terhadap laporan keija pengurus, mengajukan saransaran ke Kopsis, menginformasikan hasi-hasil RAT ke teman-temannya yang lain di kelasnya, semakin tingginya kesadaran melakukan pembelian barang-barang kebutuhan
417 sekolah dan non sekolah yang disediakan Kopsis (hal ini nampak semakin tinggi jumlah siswa yang membeli barang kebutuhan sekolah di Kopsis yang telah mencapai 91%), semakin tingginya kesadaran menabung di Kopsis (hal ini nampak pada semakin besarnya jumlah uang tabungan sukarela dari para anggota), semakin banyaknya persediaan macam barang-barang yang dibutuhkan anggota di Kopsis baik jumlah maupun macamnya (bahkan pertambahan jumlah barang-barang yang dijual di Kopsis sudah mencapai titik jenuh, yaitu sampai titik maksimal daya beli siswa dan jumlah siswa SMKN 2), semakin meningkatnya dana sosial dan pendidikan yang disediakan oleh Kopsis, semakin meningkatnya jumlah uang cadangan, semakin meningkatnya jumlah SHU yang diperoleh Kopsis, semakin meningkatnya jumlah pembagian uang jasa yang diterima anggota dan semakin meningkatnya jumlah omset dan kekayaan Kopsis per tahun. Kondisi perkembangan Kopsis SMKN 2 ini dapat dilihat tabel 12 tentang: perkembangan tingkat kewajiban dan kekayaan bersih yang Kopsis miliki dari tahun 1994-1997. Selain perkembangan usaha dan kekayaan koperasi, tingkat perilaku anggota berkoperasi, kerjasama dengan lembaga lain, dan partisipasi para guru juga semakin meningkat. Perkembangan perilaku siswa (pengetahuan, persepsi, motivasi dan sikap) berkoperasi memang telah berkembang baik. Hanya saja perkembangan tingkat persepsi dan sikap positif terhadap Kopsis, dan motivasi berpartisipasi dalam Kopsis serta perkembangan kognisi tentang koperasi belum merata. Perkembangan perilaku berkoperasi khususnya tentang apsek kognisi bagi mereka yang bukan pengurus, aktivis Kopsis, dan pengambil ektra kurikuler koperasi masih rendah. Mereka kurang memahami tentang fungsi, tujuan, hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi. Hal ini
418
TABEL 13 PERKEMBANGAN KEKAYAAN BERSIH KOPSIS SMKN 2 KOTAMADYA BANDUNG DARI TAHUN 1994-1997 JENIS NILAI KEKAYAAN (Rp) KKKAAYAAN TAHUN 1997 1994 Cadangan Rp 6.446.415,40 Rp 9.320.669,65 Simpanan pokok Rp 1.492.000,00 Rp 3.891.000.00 Simpanan wajib Rp 9.454.900,00 Rp 13.487.400,00 Sisa hasil usaha Rp 3.538.670,00 Rp 6.875.016,00 (SHU) Donasi 50.000.00 50.000.00 Rp Ee_ JUMLAH Rp 20.981.985.00 Rp 33.624.085,65 KEKAYAAN Rp 18.466.806.35 JUMLAH Rp 8.304.090.60 KEWAJIBAN Rp 52.090.892,00 JUMLAH Rp 29.286.076,00 KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN
disebabkan oleh, di samping sasaran pembinaan belum merata, proses pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi di dalam kelas yang diterapkan oleh para guru ekonomi masih bersifat tradisional, mereka masih jarang menggunakan Kopsis sebagai media sumber pembelajaran yang menuntut para siswa menginventarisir masalah, menaganalisa secara sistemik, menncari berbagai alternatif pemecahan, menentukan mencobakan alternatif pemecahan itu di dalam praktik. Dengan kata lain Kopsis belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang memungkinkan para siswa memadukan pengalaman dari hasil belajar dalam kelas dan belajar di Kopsis (luar kelas) sebagai bahan masukan para pengelola Kopsis dalam usaha memajukan dan mengembangkan Kopsis secara lebih luas. Kopsis juga semakin terbuka dalam mengadakan keijasama dengan lembaga lain seperti penerbit dan Coca Cola.
419 Perkembangan partisipasi para guru juga cukup bagus. Para guru selalu menyarankan kepada para siswa untuk membeli kebutuhan sekolahnya di Kopsis. Mereka juga memberikan informasi ke Kopsis tentang alat-alat pelajaran, buku-buku pelajaran dan sarana lain yang perlu dimiliki para siswa untuk menunjang kelancaran mengikuti pelajarannya. Informasi yang diberikan ini termasuk jumlah barang yang kemungkinan dibeli oleh para siswa. Berdasarkan tingkat aspek-aspek perkembangan Kopsis yang dimiliki, terlepas dari kekurangan yang ada, perkembangan Kopsis SMKN 2 telah mencapai perkembangan organisasi Kopsis pada taraf pengembangan Kopsis SMUN 3 setahap demi setahap mengalami perkembangan. Proses pembinaan sudah tidak lagi dilakukan secara direktif, namun telah dilakukan secara delegatif (non direktif). Pembina telah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk merencanakan dan menerapkan sendiri kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan dalam Kopsis dan pembina secara kontinyu tinggal melakukan monitoring dan kontrol. Dalam proses pembinaan, pembina lebih banyak menempatkan fungsi dirinya sebagai konsultan. Petunjuk, saran, dan pengarahan hanya diberikan oleh pembina pada saat diperlukan oleh para siswa, atau pada saat pembina itu melihat bahwa rencana dan kegiatan yang dilakukan itu kurang benar. Walaupun baru setengah tahun beroperasi lagi, dilihat dari segi perlengkapan organisasi Kopsis dan pengelolaannya telah merupakan kelengkapan organisasi (pengurus, pengawas, anggota, dan pembina), dan sepenuhnya telah mampu mengelola kegiatan usaha Kopsis. Fungsi pembina bersifat konsultatif. Kopsis telah melakukan kaji ulang kegiatan secara periodik, selalu mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan,
420 mempertahankan dinamika dan revitalisasi usaha dan potensi secara sadar. Hanya saja Kopsis belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang memungkinkan para siswa memadukan pengalaman dari hasil belajar dalam kelas dan belajar di Kopsis (luar kelas) sebagai bahan masukan para pengelola Kopsis dalam usaha memajukan dan mengembang-kan Kopsis secara lebih luas. Kopsis belum sepenuhnya mampu melayani kebutuhan anggota. Karena adanya pemilahan barang yang bisa di jual di Kopsis dan koperasi karyawan serta belum adanya kebijakan bahwa buku pelajaran harus dijual lewat Kopsis oleh pimpinan sekolah, Kopsis baru mampu melayani kebutuhan para siswa yang berupa alat tulis-menulis, makanan ringan dan sebagian kecil buku-buku pelajaran. Kopsis juga tidak memberikan pelayanan anggota yang berupa SHU. Para anggota hanya menerima pengembalian uang simpanan (simpanan pokok dan wajib) ketika tamat atau meninggalkan sekolah. Semua SHU yang diperoleh dipergunakan sebagai uang cadangan. Setahap demi setahap mengalami perkembangan setiap bulannya: penyediaan barang-barang kebutuhan rata-rata meningkat 10 %, jumlah siswa yang membeli barang kebutuhan sekolah di Kopsis rata-rata meningkat 12 %, jumlah omset rata-rata meningkat 11 %, perilaku anggota berkoperasi semakin positif (baik dari segi pengetahuan, persepsi, motivasi dan sikap). Tingkat persepsi dan sikap positif terhadap Kopsis, motivasi berpartisipasi dalam Kopsis dan perkembangan kognisi tentang koperasi tidak hanya terbatas pada mereka yang mengambil ekstra kurikuler dan aktivis Kopsis tetapi merata ke para siswa yang non aktivis Kopsis. Partisipasi pembelian barang-barang dan alat tulis yang disediakan Kopsis telah mencapai 82 % dari jumlah rata-rata nilai barang kebutuhan siswa. Partisipasi pemanfaatan Kopsis ini tidak hanya
421 secara individual tetapi juga secara kelompok (yaitu kelompok pengambil kegiatan ekstrakurikuler selain Koperasi). Tingkat perkembangan partisipasi (kontribusi dan insentif) para siswa secara umum telah sampai taraf na 'tve reforming dan bagi para pengurus, pengawas dan aktivis telah sampai taraf critical transforming. Dari segi keuangan juga mengalami perkembangan walaupun mengalami pasang surut. Kopsis SMUN 3 telah berkembang dengan baik di mana modal dua juta rupiah yang diserahkan kepada pengurus pada awal operasinya digunakan untuk membeli fasilitas modal keija seharga Rp 290.000,-, sehingga modal keija yang digunakan adalah Rp 1.710.000,-. Dengan modal keija tersebut sampai dengan bulan 1 Desember 1997 telah berkembang menjadi Rp 2.97950,- Dengan kata lain dengan modal dua juta rupiah sampai dengan 1 Desember 1997 telah berkembang menjadi Rp 2.957.950,Suatu hal yang menyayangkan adalah partisipasi para guru. Mereka belum sama menyadari fungsi Kopsis sebagai lab dan organisasi ekonomi siswa yang menyediakan semua barang-barang kebutuhan siswa yang mendukung lancarnya proses dan pencapaian tujuan pendidikan. Mereka masih enggan memberikan kesempatan Kopsis untuk menjual buku-buku pelajaran, seragam sekolah, seragam olah raga dan beberapa fasilitas belajar lain yang dibutuhkan siswa untuk dijual di Kopsis. Malahan banyak di antara mereka masih berpendapat kalau seragam sekolah dan buku-buku pelajaran harus dijual melalui Kopsis akan memperkaya para siswa. Para guru masih menjual buku-buku pelajaran untuk bidang studi yang diajarkannya langsung kepada siswa. Walaupun para siswa ditarik simpanan pokok dan wajib, namun mereka tidak diberi SHU. Walaupun adanya berbagai kebijakan dan partisipasi lingkungan yang kurang •
*
menguntungkan, Kopsis SMUN 3 telah berkembang sampai tarafpertumbuhan* dan bila
422 pimpinan sekolah mampu memberikan kebijakan yang kondusif bagi perkembangan dan kemajuannya nampak akan mampu berkembang dengan cepat ke taraf pengembangan. Kopsis SMUN 20. Dari segi kelengkapan organisasi dan pengelolaannya Kopsis masih sederhana. Secara formal struktur telah lengkap, namun mereka belum berfungsi sepenuhnya. Pengawas sama sekali belum berfungsi. Pembagian tugas seperti piketpun juga belum beijalan. Kopsis belum mampu mengelola kegiatan usahanya. Pengelolaan sepenuhnya masih tergantung pada petunjuk pembina. Kewirausahaan Kopsis baru mulai ditumbuhkan. Proses pembelajaran dan pembinaan berkoperasi bagi para siswa masih dilakukan secara direktif. Rasa tanggung jawab (partisipasi) pengurus terhadap pelaksanaan Kopsis telah ada, namun belum sepenuhnya dilakukan. Mereka melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dengan baik stelah ada teguran dari pembina. Mereka belum secara senang hati melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya. Para siswa yang mejadi pengurus dalam praktiknya tidak pernah jaga di toko Kopsis. Hal ini karena para siswa merasa sudah ada yang jaga. Pelaksanaan pekerjaan di Kopsis hampir sepenuhnya ditangani oleh staf/penjaga Kopsis. Dalam hal tertentu saja penjaga melaporkan kepada pengurus dan pembina Kopsis. Partisipasi yang sebenarnya dewi para siswa membeli barang di Kopsis juga belum berkembang. Mereka membeli barang-barang di Kopsis karena rasa keterpaksaan, baik karena diperintahkan oleh guru maupun karena membeli ke luar Kopsis jauh tempatnya. Demikian halnya dengan peran pengawas, pengawas baru bersifat formalitas dalam catatan/struktur organisasi, dalam praktiknya pengawas belum berfungsi sama sekali. Sa] penjaga Kopsispun sudah satu tahun melaksanakan tugas di toko Kopsis
423 siapa yang mejadi pengawas. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa tingkat partisipasi para siswa dalam Kopsis masih berada pada taraf magical conforming , dan partisipasi para anggota pengurus berada pada taraf nalve reforming pasif. Partisipasi para guru. Dalam usaha melancarkan pelaksanaan kegiatan Kopsis, para guru ikut berpartisipasi dalam usaha meningkatakan partisipasi siswa membeli barang di Kopsis. Ketika guru ingin memberikan tugas atau ulangan mata pelajaran yang diajarkan ia mewajibkan siswa membeli barang yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas atau ulangan itu di koperasi. Dari segi perkembangannya, Kopsis belum berkembang sebagaimana fungsi Kopsis yang diharapkan. Bahkan kata pembina mendengar isu atau informasi bahwa Kopsis mau digabungkan dengan koperasi guru dan karyawan. Pimpinan sekolah berpendapat yang penting kebutuhan siswa tersediakan oleh koperasi guru dan kayawan. Fihak sekolah belum memahami bahwa fungsi Kopsis adalah sebagai lab ekonomi dan organisasi ekonomi siswa. Dilihat dari keberadaannya, Kopsis sekarang sudah semaian berkembang. Satu setengah tahun yang lalu, Kopsis sudah ada namun kegiatan itu macet, toko tidak pernah ada yang jaga dan pengurusnya tidak lancar. Bahkan para siswa tidak tahu siapa yang menjadi pengurus Kopsis. Kopsis belum terorganisasi dengan baik. Sekarang setiap hari toko selalu dibuka, ada yang jaga. Kopsis sebagai usaha pemenuhan kebutuhan siswa, baru mampu melayani kebutuhan siswa berupa alat tulis-menulis. Namun demikian aktivitas menangani Kopsis secara operasional bukan para siswa tetapi lebih tertumpukan kepada penjaga/staf Kopsis baik menjaga toko maupun mencari
424 barang, walapun ketua pengurus Kopsis kadang-kadang mengontrol bagaimana keadaan Kopsis, seperti keuangannya dan stok barang yang ada. Perkembangan persepsi siswa, kecuali pengurus inti (ketua sekretaris dan bendahara) tentang kopsis masih negatif, di mana Kopsis dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan memboroskan waktu. Mereka merasakan tidak memberikan manfaat bagi pengembangan dirinya. Keberadaan Kopsis hanya menolong siswa ketika ada kebutuhan peralatan pelajaran yang dibutuhkan secara mendadak. Kecuali pengurus inti, keberadaan Kopsis tidak menambah pengetahuan dan ketrampilan mereka tentang perkoperasian. Motivasi untuk mengembangkan Kopsis juga hanya dimiliki oleh para pengurus. Bahkan motivasi ini semakin melemah karena kebijakan sekolah yang kurang kondusif. Akibatnya semua anggota Kopsis bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan Kopsis. Dari segi keorganisasian, permodalan dan volume usaha Kopsis belum menunjukkan tanda-tanda berkembang. Antar anggota pengurus sendiri tidak tahu secara pasti siapa-siapa yang duduk dalam suatu bidang atau seksi-seksi. Staf Kopsis juga belum mengetahui siapa sebenarnya yang menjadi pengawas Kopsis. Pada awal diaktifkan kembali yaitu pada bulan Juli tahun 1996 kekayaan Kopsis Rp 700.000,-. Perputaran uang Kopsis per bulan pada tahun 1996 berkisar Rp 975.000,- sampai Rp 1050 000,- dan pada tahun 1997 berkisar Rp 950.000,- sampai Rp 1000.000,-. Kekayaan Kopsis pada akhir tahun 1997 sebesar Rp Rp 82.1000,- Keuntungan bersih tahun 1996 sebesar Rp 65.000,- dan pada tahun 1997 sebesar Rp 55.000. Berdasar kondisi perkembangannya, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan Kopsis baru sampai taraf pembentukan.
425 Kopsis SMKN 4. Dilihat dari sistem kepngurusan/perlengkapan organisasi Kopsis dan pengelolaannya, Kopsis SMKN 4 masih sederhana (hanya terdiri pengurus dan anggota, serta pembina). Sedangkan pengawas yang berasal dari para siswa belum ada. Pengawas adalah kepala sekolah dan pembina itu sendiri. Metode pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi yang dieterapkan oleh pembina masih bersifat direktif. Pengelolaan Kopsis masih sepenuhnya tergantung petunjuk pembina. Kopsis belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar ekonomi untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswa dan berwirausaha. Bahakan proses pembelajaran ekonomi nampak terlepas dari pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi. Namun, karena adanya monitoring, kontrol, dan evaluasi yang kontinyu dari pembina atas kegiatan Kopsis yang dilakukan oleh para siswa dan hasil-hasilnya, kemajuan dan perkembangannya cukup menggembirakan. Kopsis telah mampu menyediakan seluruh barang kebutuhan siswa dalam proses belajar (alat tulis menulis, seragam sekolah, seragam olah raga, alat-alat praktik, makanan ringan dan minuman). Dengan pola-pola pembinaan yang diberikan dan pelayanan Kopsis kepada para siswa yang memuaskan, perkembangan perilaku {persepsi, kognisi, motivasi dan sikap) para siswa dalam berkoperasi, dan partisipasi anggota pengurus dan para anggota pada umumnya cukup baik. Para siswa (anggota) memiliki persepsi bahwa Kopsis sangat membantu siswa dalam memenuhi kebuthan sarana belajarnya. Para siswa telah tumbuh motivasi ingin aktif dan sikap membantu mengembangkan Kopsis, antara lain dengan mempromosikan barang-barang Kopsis baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Tetapi karena kendala waktu dan tempat, sehingga tidak memungkinkan untuk itu. Dari segi tempat, antara tempat belajar di kelas dengan BLPT sangat jauh, sehingga
426 sulit untuk ikut secara aktif di koperasi. Dari segi waktu, pendidikan di SMK Industri cukup padat baik teori maupun praktik, sehingga kekurangan waktu untuk aktif di Kopsis. Para anggota yang melakukan partisipasi pembelian sarana kebutuhan belajarnya cukup tinggi, 89 % dari jumlah rata-rata nilai barang kebutuhan siswa per tahun. Partisipasi ini terjadi karena kesadaran dan kemauan sendiri, dan bukan dipaksakan oleh para guru dan pembina. Para guru, pembina dan pengurus hanya menyarankan para siswa berbelanja di Kopsis, karena barang-barang yang dibutuhkan itu tersedia di Kopsis dan harganyapun lebih murah daripada harga di luar. Keinginan para siswa berpartisipasi aktif menjadi anggota pengurus Kopsis cukup banyak. Secara umum tingkat partisipasi para siswa SMKN 4 dalam Kopsis masih dalam kategori tingkat naive reforming, di mana para siswa telah tumbuh perasaan senang hati dengan adanya Kopsis di sekolahnya, mereka sadar bahwa Kopsis adalah miliknya, oleh karenanya, mereka memanfaatkan pelayanan Kopsis sebagai tempat belanja dalam memenuhi barang kebutuhan sekolahnya. Walaupun belum banyak, ada beberapa anggota yang telah mengajukan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi kemajuan Kopsis. Selain itu banyak di antara mereka yang telah mencoba untuk ikut mempromosikan kepada teman-temannya agar berbelanja di Kopsis dan mempromosikan barangbarng Kopsis ke luar Kopsis. Sedangkan tingkat perkembangan partisipasi para anggota pengurus berada dalam tingkat critical transforming. Di mana mereka telah bersungguh-sungguh ikut berusaha memecahkan persolan-persoalan yang dihadapi Kopsis demi kemajuan dan perkembangan Kopsis. Para pengurus nampak aktif menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesusu dengan keputusan RAT.
427 Dari segi perkembangan jiwa berwirausaha, cukup memberikan dampak hasil yang nyata dalam diri siswa, walaupun masih terbatas pada diri para anggota penguras, di mana 3 alumni SMKN 4 yang tahun lalu menjadi pengurus Kopsis mampu menjadi wirausaha dalam usaha foto kopi dan penjualan alat-alat tulis. Setelah selesai sekolah di SMK atau mungkin setelah menyelesaikan kuliah, para anggota pengurus menyatakan diri "pada suatu ketika akan menerapkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh di Kopsis dalam bentuk bewirausaha". Partisipasi para guru dalam menghidupkan Kopsis cukup tinggi. Mereka selalu menganjurkan para siswanya untuk membeli barang-barang yang akan digunakan dalam proses belajarnya dan seragam sekolah di Kopsis. Para guru selalu menginformasikan sarana belajar yang dibutuhkan siswa untuk mengikuti mata pelajarannya ke Kopsis. Selain itu guru ketrampilan dan kesenian juga mengkoordinir barang-barang produksi siswa untuk di jual di Kopsis. Perkembangan keuangan Kopsis SMKN 4 cukup menggembirakan. Di mana pada tahun 1995 uang aktiva hanya Rp 5.000.000, dan tahun 1996 aktivanya telah berkembang menjadi Rp 14.722.422,20,-. Pada tahun 1997 mengkredit mesin foto kopi seharga Rp 10.000.000,- dengan bunga 18% per tahun dan uang muka Rp 3.000.000,yang diangsur selama 18 bulan, dan pada bulan Maret 1998 Kopsis telah mampu melunasinya. Selama mengkredit foto kopi ini Kopsis menggunakan sistem pembayaran kreditnya dengan cara susbsidi silang, dalam arti keuntungan yang diperoleh dari sektor lain seperti penjualan alat-alat tulis dan seragam sekolah untuk sementara waktu digunakan untuk membayar kredit foto kopi. Perkembangan aktivanya nampak semakin maju. Perkembangan perputaran uang atau asetnya, walapun baru dua tahun berdiri,
428 sudah cukup menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Pada akhir tahun 1997 aktivanya telah berkembang menjadi Rp 24,925.422,20,-. SHU bersih yang diperoleh pada tahun 1997 adalah Rp 5.673. 200. SHU ini digunakan untuk cadangan 25 %, jasa anggota 45%, pengurus 10%, kesejahteraan pegawai 5%, dana pendidikan dan sosial 10%. Atas dasar perkembangan kekayaan tersebut, Kopsis cukup berkembang dengan pesat, di mana dalam jangka waktu 2 tahun jumlah aktivanya telah berkembang menjadi empat kali lipat. Namun, perkembangan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan berkoperasi para siswa hanya terbatas pada pengurus dan aktivis Kopsis. Dan dari segi simpanan sukrela juga belum ada perkembangan, kerena memang Kopsis SMK Industri 4 belum berusaha ke arah pengembangan usaha simpanan sukarela. Berdasarkan karakteristik perkembangan yang dimiliki, dalam beberapa aspek Kopsis SMKN 4 telah berkembang cukup baik namun dalam aspek-aspek tertentu belum berkembang sebagaimana yang seharusnya. Secara umum taraf perkembangan yang Kopsis ini telah sampai pada taraf pertumbuhan. Kopsis SMUN 5. Proses pembinaan tidak dilakukan secara direktif, namun telah dilakukan secara delegatif (non direktif). Pembina telah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk merencanakan dan menerapkan sendiri kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan dalam Kopsis, kemudian siswa disuruh melaporkannya hasil keijanya dan pembina memberikan petunjuk-petunjuk yang dipandang perlu. Namun dalam proses pembinaannya, pembina kurang ontrol dan monitoring terhadap aktivitas para siswa dalam Kopsis, sehingga semakin lama perilaku siswa (persepsi, motivasi dan sikap) berkoperasi semakin menurun. Perilaku siswa semakin menurun lagi ketika
429 pembina dan staf Kopsis mendominasi kegiatan Kopsis. Dengan kata lain bahwa Kopsis SMUN 5 sebagai organisasi ekonomi siswa semakin menurun kemampuan pengelolaannya dan samapai kurang mampu mengelola sendiri kegiatannya. Untuk mampu mengelola usahanya, walaupun sudah merupakan kelengkapan organisasi, masih perlu bimbingan dan pengarahan dari pembina. Secara formal bahwa perlengapan organisasi Kopsis dan pengelolaannya telah merupakan kelengkapan organisasi (pengurus, pengawas, anggota, dan pembina). Pada awalnya pembina bersifat konsultatif dalam proses pembinaannya, namun pada akhirnya bersifat mendominasi, sehingga aktivitas siswa semakin menurun. Sama halnya dengan yang dilakukan sekolah-sekolah lain, Kopsis belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang memungkinkan para siswa memadukan pengalaman dari hasil belajar dalam kelas dan belajar di Kopsis (luar kelas) sebagai bahan masukan para pengelola Kopsis dalam usaha memajukan dan mengembangkan Kopsis secara lebih luas. Kopsis belum sepenuhnya mampu melayani kebutuhan anggota. Barang-barang yang dibutuhkan siswa masih terbatas jumlah dan macamnya. Kopsis juga tidak memberikan pelayanan anggota yang berupa SHU. Para anggota hanya menerima pengembalian uang simpanan (pokok dan wajib) ketika tamat atau meninggalkan sekolah. Semua SHU yang diperoleh dipergunakan sebagai uang cadangan. Walaupun demikian, dibandingkan dengan kondisi dua tahun yang lalu, dari segi persediaan barang, perkembangan Kopsis nampak semakin maju baik dari segi pengelolaan maupun usaha. Barang yang dijual semakin banyak, seperti dari tidak ada foto kopi menjadi ada.
430 Perkembangan partisipasi para siswa cukup meningkat, khususnya partisipasi insentif. Hal ini mulai tampak bahwa partisipasi mereka membeli kebutuhan sarana belajarnya di Kopsis semakin meningkat. Partisipasi mereka membeli barang di Kopsis mencapai + 62% dari jumlah rata-rata nilai barang kebutuhan siswa. Dari segi jumlah nilai pembelian dari para siswa telah cukup meningkat dengan tajam kalau satu setengah tahun yang lalu jumlah uang pembelian dari siswa rata-rata per hari hanya mencapai Rp 12.000,- pada awal Januari 1998 telah mencapai Rp 70.000,- per hari. Dari segi partisipasi kontribusi, ada beberapa siswa yang memberikan saran-saran yang mendukung kemajuan Kopsis seperti usul perlunya ada perwakilan kelas untuk melakukan studi banding ke Kopsis lain. Para siswa juga tumbuh rasa memiliki Kopsisnya, banyak siswa yang mempromosikan agar teman-temannya membeli barangbarang yang dijual di Kopsis. Para guru (khususnya wali kelas) kadang-kadang menganjurkan siswanya membeli barang-barang di Kopsis. Mereka membeli barang di Kopsis bukan karena diharuskan oleh guru tetapi karena dekat, merasa Kopsis adalah miliknya, dan harganya minimal sama dengan harga luar bahkan banyak yang lebih murah dari harga di luar. Namun, Kopsis belum banyak memiliki inisiatif sendiri mencari barang-barang yang diperoleh dari sumbernya, seperti pemerolehan buku pelajaran yang akan di jual di Kopsis diperoleh langsung dari penerbit, pakaian seragam sekolah ke perusahaan garmen dan sebagainya. Barang-barang yang dijual lebih banyak menunggu barang dari penitip barang atau salesmen. Hanya alat-alat tulis saja yang banyak mencari sendiri ke toko grosir.
431 Kedisiplinan petugas piket juga menurun drastis. Dulu ada siswa yang piket di toko untuk secara bersama-sama petugas Kopsis mengelola koperasi tetapi semakin lama semakin tiada yang piket. Bahkan hampir dua bulan staf Kopsis membantu Kopsis belum pernah melihat siapa-siapa yang termasuk anggota pengurus. Keijasama antara anggota, petugas piket, dan antara anggota pengurus kurang terorganisir. Terjadinya kekosongan piket dan kurangnya keijasama di Kopsis disebabkan oleh pengurus sudah lama habis masa jabatannya tetapi belum diturunkan dari jabatan dan kurangnya monitoring dan kontrol dari pembina. Kegiatan Kopsis lebih banyak dilakukan oleh pembina dan staf Kopsis dari daripada pengurus Kopsis. Seperti pengadaan barang, penjualan, dan pembukuan dilakukan oleh pembina dan dibantu oleh staf Kopsis. Petugas piket dari siswa hanya melaporkan hasil penjualan kepada pembina atau petugas staf Kopsis pada akhir hari mereka melakukan piket. Para siswa nampak lebih banyak hanya sebagai pembantu kegiatan penyelenggaraan Kopsis daripada sebagai penyelenggara dan pelaksana. Para pengurus kurang mengetahui secara dalam tentang kegiatan yang mereka lakukan. Seperti, Kopsis menjual jasa foto kopi yang diperoleh dari orang yang memiliki foto kopi untuk ditempatkan di Kopsis, tetapi sebagai ketua pengurus Kopsis ia tidak tahu secara pasti berapa persen Kopsis mendapat imbalan jasa foto kopi yang ditempatkan di toko Kopsis. Mereka juga tidak tahu berapa jumlah aktiva yang dimiliki Kopsis sekarang. Perkembangan partisipasi para siswa SMUN 5 dalam Kopsis secara umum masih berada dalam tingkat naive re/orming ' yang pasif, di mana para siswa baru sampai pada 1
taraf bahwa keberadaan Kopsis di sekolah itu bisa mereka terima karena memberikan
432 beberapa keuntungan dirinya, partisipasi mereka masih bersifat insentif, belum banyak yang tumbuh keinginan mengajukan ide-ide dan upaya-upaya untuk mengadakan perubahan-perubahan demi kemajuan perkembangan Kopsis. Sedangkan para pengurus telah mencapai taraf perkembangan partisipasi yang critical transforming, walaupun belum progressi£ di mana mereka telah tumbuh keinginan untuk mengajak teman-teman mengembangkan Kopsis dan keinginan untuk mengembangkan dan mengubah citra Kopsis menjadi lebih maju dan berkembang, walaupun upaya itu belum terealisasi secara nyata. TABEL 14 PERKEMBANGAN KEKAYAAN BERSIH KOPSIS SMUN S KOTAMADYA BANDUNG DARI TAHUN 1995-1998 JENIS KEKAYAAN KEWAJIBAN TAHUN Simpanan Pokok Simpanan Wajib Simapanan Sukarela Cadangan Dana Pendidikan Dana sosial Inventaris Modal Pokok SHU
NILAI KEKAYAAN & KEWAJIABAN Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1995 5.200.000,2.157.000,215.000,425.000,22.000,40.000,1.250.000,8.162.000,1.010.000,-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1998 6.306.000,3.456.000,300.000,630.000,30.000,50.000,1.400.000,9.762,000,1.200.000,-
Dilihat penyediaan barang yang diperlukan siswa dan kondisi keuangan/kekayaan Kopsis SMUN 5 setahap demi setahap mengalami perkembangan, seperti penyediaan barang-barang kebutuhan anggota semakin banyak, baik jumlah maupun macamnya (alat tulis menulis, makanan dan minuman ringan, logo SMUN 5 dan sebagainya), jumlah uang cadangan, jumlah SHU yang diperoleh Kopsis, jumlah kekayaan dan jumlah omset semakin besar. Kondisi perkembangan Kopsis SMUN 5 dapat dilihat dari perkembangan kekayaan bersih yang dimiliki koperasi tahun 1995 dan 1998 (Tabel 14)
433 Berdasarkan karakteristik perkembangan yang dimiliki Kopsis SMUN 5, perkembangannya masih dalam taraf pertumbuhan. Keseluruhan Kopsis yang menjadi obyek langsung penelitian perkembangannya sangaat bervariasi yang bila dikategorikan ada yang berada pada taraf pembentukan, pertumbuhan dan pengembangan. Kopsis yang telah mampu berkembang sampai taraf pengembangan adalah karena adanya dukungan lingkungan yang kondusif bagi terbinannya perilaku siswa dalam berkoperasi. Mencakup di dalamnya, kebijakan kepala sekolah, pemahaman fungsi Kopsis oleh semua personel sekolah, komitmen dan kepedulian pembina, pemanfaatan kopsis sebagai sumber belajar ekonomi, partisipasi para guru, kerjasama antar pembina, kerjasama dengan kepala sekolah, pembina, guru ekonomi, wali kelas, dan guru pada umumnya. Kopsis yang belum bisa berkembang ke taraf yang lebih maju adalah karena lingkungan sekolah belum semuanya mendukung secara kondusif bagi perkembangan Kopsis. 6. Konsep Model Pembelajaran dan Pembinaan Siswa dalam Berkoperasi Secara Terpadu Hasil penelitian ini adalah berupa konsep model pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dengan Kopsis sebagai lab atau learning organization 5/swa dalam berkoperasi untuk diimplementasikan di sekolah-sekolah (khususnya sekolah lanjutan). Pengembangan model kopseptual (Borg, 1978: iv) ini merupakan metode pengembangan pendidikan yang dilaksanakan dengan tanpa harus diimplementasikan terlebih dahulu, tetapi merupakan hasil evaluasi terpadu yang dilakukan melalui sistematika penelitian yang diterima. Hasil penelitian ini bukan merupakan hasil akhir dari suatu konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini, tetapi
434 merupakan bagian dari konsep kontinyuitas pengembangan pendidikan yang masih harus ditindaklanjuti dengan implemenntasi konsep dan penelitian lebih lanjut. Fungsi dan tujuan penyelenggaraan Kopsis adalah sebagai lab ekonomi koperasi, organisasi ekonomi dan tempat pembentukan kepribadian siswa. Sebagai lab ekonomi koperasi, Kopsis bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berkoperasi dan berwirausaha yaitu berkembangnya: (1) persepsi, motivasi dan sikap positif terhadap koperasi serta kesadaran berpartisipasi dalam koperasi sebagai daya peja (pemercepat) pencapain tujuan koperasi dan peningkatan pengetahuan hak dan kewajiban dalam berkoperasi; (2) kemampuan dan ketrampilan melaksanakan manajemen koperasi; (3) kemampuan dan ketrampilan mendirikan koperasi; (4) kemampuan memanfaatkan peluang revitalisasi usaha. Sebagai organisasi ekonomi siswa diharapkan Kopsis bisa (1) menampung memasarkan hasil usaha para siswa sehingga mendorong usaha para siswa sesuai dengan kemampuannya; (2) meningkatkan kesejahteraan para siswa. Sedangkan sebagai tempat pembentukan kepribadian, Kopsis diharapkan mampu mengembangkan rasa tanggung jawab, disiplin, persatuan dan kesatuan dan demokratis serta mengembangkan cara berfikir dan mentalitas ekonomis yaitu berkembangnya jiwa kreatif, rasional, efisien, efektif dan produktif. Pencapaian fiingsi dan harapan atau tujuan ini memerlukan adanya suatu Kopsis yang ideal sebagai tempat berpraktik berkoperasi dan penerapan model pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi secara terpadu dengan Kopsis sebagai learning organization siswa.
435 a. Kopsis yang Ideal: Secara umum, kreteria ideal koperasi dapat dilihat dari (a) aspek kelembagaan yang memiliputi: keanggotaan, pengurus, pengawas, RAT, ketatalaksanaan, dan pendidik-an; (b) aspek usaha yang meliputi: permodalan, keuangan, diversifikasi usaha, sarana usaha; (c) aspek khusus yang meliputi: kekompakan pengurus, manager, tunggakan, kasus-kasus (Depkop, 1985: 15-16). Kreteria ideal Kopsis juga dilihat dari ketiga aspek tersebut. Namun karena Kopsis memiliki fungsi dan tujuan sebagaimana disebutkan di atas maka kreteria Kopsis harus diarahkan kepada kreteria koperasi yang memungkinkan mampu menunjang pencapaian fungsi dan tujuan tersebut. Beradasarkan kreteria ideal koperasi dari Depkop, petunjuk pelaksnaan teknis Kopsis dari Ditjen Dikdasmen dan hasil analisa data lapangan maka dapat dirumuskan kreteria Kopsis yang ideal sebagai berikut: 1) Aspek Kelembagaan. a) Keanggotaan: (1) Anggota adalah seluruh siswa di sekolah yang bersangkutan. (2) Semua siswa sepenuhnya berpartisipasi dalam Kopsis baik insentif, kontributif maupun praktik. b) Kepengurusan: (1) Pengurus semuanya dari siswa. (2) Memiliki perencanaan kegiatan yang jelas. (3) Terdapat pembagian tugas secara jelas dan tertulis. (4) Kopsis menyediakan semua sarana kebutuhan siswa dalam mengikuti pendidikan. (5) Kopsis menampung produksi siswa.
436 (6) Membagikan SHU ke semua siswa sesuai dengan keputusan rapat anggota. (7) Menyediakan dana pengurus, pegawai, sosial dan pendidikan bagi anggota, pengurus dan pengawas serta staf tetap Kopsis. (8) Rapat anggota minimal 3 kali setahun. (9) Lapaoran kegiatan dibuat secara tertib dan lengkap. (10) Laporan pertanggungjawaban kepada RAT tepat waktu, b) Struktur Organisasi Kopsis
Gambar 17:. Slniktur Organisasi Kopsis yang Ideal
: Komando, tugas, dan tanggung jawab • : Memilih dan mengusulkan pembina Kopsis ke kepla sekolah. : Keija sama • Pembinaan operasional sebagai lab : Pembinaan operasional sebagai organisasi usaha • Melakukan pengawasan
d) Pengawas: (1) Anggota pengawas semua adalah siswa. (2) Pengawas memahami tugas, tanggung jawab dan haknya. (3) Pengawas dibimbing dan dimonitor oleh pembina dalam melaksanakan tugasnya.
437 (4) Minimal tiap triwulan mengadakan pemeriksaan dan rapat. e) Pembina: (1) Dipilih oleh dewan guru dan diangkat oleh kepala sekolah. (2) Terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam bidang perkoperasin (para guru ekonomi). (3) Memiliki kewenangan penuh dalam pembelajaran dan pembinaan siswa pada semua aspek kegiatan Kopsis. (4) Dalam kegiatan usaha operasional Kopsis pembina hanya berwewenag memonitor dan membantu siswa. f) Rapat Anggota Tahuanan (RAT) (1) Dilaksanakan tepat pada waktunya. (2) RAT memiliki notulen secara lengkap dan keputusan rapat. g) Ketatalaksanaan: (1) Pengurus sudah memiliki rencana pelaksanaan keputusan RAT: (a) Rencana operasional program keija dan anggaran pendapatan dan belanja. (b) Realisasi semua rencana operasional kerja. (c) Pelaksanaan pengawasan organisasi, pengelolaan dan usaha. (2) Karyawan : memiliki staf/karyawan tetap yang jelas tugas dan fungsinya. (3) Administrasi Organisasi: memiliki buku-buku dan diiisi secara lengkap: Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengurus, Buku daftar Badan Pengawas, Buku Daftar Karyawan, Buku daftar Simpanan Anggota, Buku Notulen Keputusan RAT, Buku Notulen Rapat Pengurus, Buku Tamu, Buku Saran Anggota, Buku Notulan Badan Pengawas, Buku Catatan Kejadian Penting, Buku
438 Agenda dan Expedisi, Buku Inventaris, Buku Catatan dan Saran Badan Pengawas. (4) Adimistrasi Perkantoran: (a) Memiliki ruang pertemuan pengurus dan badan pengawas. (b) Memiliki ruang usaha Kopsis. (c) Memiliki sarana: mesin tik, filling cabinet, brandkas, meja kursi, dan alat tulis (d) Memiliki kearsipan. (5) Akutansi dan pembukuan: memiliki pembukuan dan pelaporan keuangan secara lengkap. (6) Pendidikan: memiliki program-program: (a) Pendidikan dan pelatihan anggota, pengurus, pengawas dan staf. (b) Studi banding ke Kopsis atau koperasi lain yang lebih maju. (c) Jadwal praktik bagi para siswa. 2) Aspek Usaha a) Permodalan: (1) Kemampuan permodalan: memiliki kemampuan permodalan yang cukup untuk perputaran pelayanan kebutuhan anggota. (2) Cadangan: memiliki uang cadangan yang sewaktu-waktu bisa dipakai dalam keadaan yang sangat membutuhkan. (3) Sisa hasil usaha (SHU): SHU tiap tahun selalu berkembang jumlah dan nilainya. b) Keuangan:
439 (1) Likuiditas: minimal 100% (2) Solvabilitas: minimal 100% (3) Rentabilitas: minimal 6 % (4) Nilai perputaran penggunaan modal kerja minimal 3 kali lipat c) Unit usaha: minimal memiliki 2 unit usaha serta simpan pinjam. d) Sarana usaha: minimal miliki satu ruang pertokoan Kopsis 3) Aspek Khusus: a) kekompakan pengurus: pengurus kompak dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. b) Staf/karyawan bertugas dan fungsi sebagai pembantu pelaksana kegiatan Kopsis c) Tunggakan: tidak memiliki tunggakan hitam maupun tunggakan merah. d) Kasus-kasus: tidak memiliki kasus-kasus manipulasi, penyelewengan dan lain. 2. Model Pembelajaran dan Pembinaan Siswa dalam Berkoperasi. Kepala sekolah, sebagai pembina dan penanggung jawab terlaksananya pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi dan pengembangan Kopsis, bertanggung jawab atas terciptanya budaya organisasi dan lingkungan yang kondusif bagi tercapainya tujuan dan fungsi penyelenggaraan Kopsis. Sekolah sebagai suatu sistem, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh dirinya (perilaku kepemimpinannya), pengikut dan situasinya (Depdikbud, 1981:44;Hersey dan Balnchard, 1993:123). Perilaku kepemimpinan ini akan terwujud dalam pembuatan kebijakan yang dijalankan. Pengikut ini akan terwujud daiam partisipasi semua personel yang terkait dengan pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi. Sedangkan situasi akan terwujud dalam bentuk suasana keija
440 yang harmonis dan kondusif saling mendukung pencapaian fungsi dan tujuan kelembagaan. Dengan kata lain bahwa pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi yang mampu mencapai tujuan dan fungsinya harus dilakukan secara terpadu dan kondusif. Namun kondisi penyelenggaraan Kopsis ditempat penelitian tergambar bahwa kebijakan sekolah tentang penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis belum sepenuhnya diarahkan pada pencapaian fungsi Kopsis sebagai lab ekonomi, organisasi eknomi siswa dan pembentukan kepribadian berkoperasi dan berwirausaha. Pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi belum dilakukan secara terintegrasi menyatukan langkah semua personil terkait untuk mencapai tujuan dan fungsi penyelenggaraan Kopsis: pembina Kopsis hanya melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara Kopsis yang merupakan bagian kegiatan OSIS, sedangkan model dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru ekonomi terlepas dari kegaiatan Kopsis. Kopsis belum dimanfaatkan sebagai media belajar. Metode pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi di luar kelas yang diterapkan kurang memperhatikan hakekat perkembangan individu dan tingkat perkembangan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki anak. Selain itu Kopsis hanya berfungsi sebagai kegiatan ektrakurikuler. Ini berarti penyelenggaraan Kopsis belum dilakukan secara terpadu dan kondusif bagi pencapaian tujuan dan fungsi Kopsis. Sebagai konsekuensinya hasilnyapun belum mencapai harapan sesuai dengan tujuan dan fungsi Kopsis. Di mana secara umum baru sebagaian siswa yang memiliki persepsi positif terhadap Kopsis, motivasi siswa dalam berkoperasi masih rendah, pengetahuan siswa dalam berkoperasi
441 masih bersifat konseptual, sikap dan partisipasi siswa dalam berkoperasi masih bertaraf naive reforming. Keterpaduan dan kondusifitas akan tercapai apabila (1) sekolah (yang dipimpin kepala sekolah) membuat kebijakan-kebijakan yang memungkinkan (a) semua personil sekolah terkait berpartisipasi dalam pelaksanaannya (b) situasi lingkungan yang kondusif bagi tercaapainya fungsi dan tujuan penyelenggaraan Kopsis; (2) para pengikutnya (pembina Kopsis dan guru terkait) melaksanakan model pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi secara terpadu dengan Kopsis sebagai learning organization. (1) Kebijakan Sekolah Untuk Meningkatkan Partisipasi Semua Personil yang Terkait Dengan Kopsis Pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi akan terpadu apabila semua personil terkait berpartisipasi. Berdasarkan temuan lapangan dan kajian teori dapat dikemukakan konsep kebijakan sekolah yang memungkinkan semua personil sekolah yang terkait berpartisipasi. Kebijakan ini berkenaan dengan: (a) Kepala sekolah: • Bertanggung jawab atas terselenggaranya, perkembangan dan kemajuan Kopsis. • Memonitor komitmen dan partisipasi semua personil terkait Kopsis dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya (b) Pembina Kopsis, Guru Ekonomi dan Guru lain • Pembina Kopsis dipilih oleh dewan guru dan diusulkan ke kepala sekolah untuk ditugasi sebagai pembina Kopsis. • Anggota pembina Kopsis adalah semua guru ekonomi dan akutansi.
442 • Semua guru ekonomi harus memanfaatkan Kopsis sebagai media pembelajarannya. • Semua personil yang terlibat dalam pembinaan Kopsis memperoleh insentif dari sekolah dan Kopsis. • Semua personil sekolah (siswa, guru dan karyawan) boleh memasokkan barang kebutuhan siswa ke Kopsis dengan pembagian keuntungan atas dasar kesepakatan antara pemasok dan Kopsis. • Para guru (seperti ketrampilan, kesenian, dan keputrian) menyeleksi dan mengkoordinir produksi keija siswa untuk dijual melalui Kopsis. (c) Organisasi Kopsis: • Semua siswa harus menjadi anggota Kopsis. • Pengurus dan pengawas Kopsis semuanya terdiri dari para siswa. (d) Usaha Kopsis: • Semua barang kebutuhan siswa dalam mengikuti pendidikan harus dijual dan disediakan di Kopsis. • Semua uang simpanan siswa harus dimanfaatkan sebagai modal Kopsis. (2) Model dan Strategi Pembelajaran Siswa dalam berkoperasi Secara Terpadu dengan Kopsis sebagai Leraning Organization. Pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi memerlukan suatu model dan strategi yang dimungkinkan mampu mencapai unsur-unsur fungsi dan tujuan penyelenggaraan Kopsis. Ini dapat dilakukan dengan suatu model dan strategi terpadu dengan Kopsis sebagai learning organization. Ada 4 kegiatan yang perlu dilakukan oleh pembina, guru ekonomi dan guru mata pelajaran yang lain yang terkait
443 agar proses pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa berjalan secara terpadu dengan Kopsis sebagai learning organization. Pertama penyusunan aktivitas pelaksanaan pembelajaran secara terpadu. Kedua, pembinaan siswa untuk mengembangkan dan memajukan usaha Kopsis. Ketiga, peningkatan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi. Keempat, peningkatan persepsi, motivasi, sikap dan partisipasi. Penyusunan aktivitas pelaksanaan pembelajaran secara terpadu. Pada kegiatan ini guru ekonomi dan pembina Kopsis bekerja sama menyusun aktivitas pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: (1) operasinalisasi fungsi dan tujuan penyelenggaraan Kopsis; (2) pemilihan pokok-pokok pelajaran ekonomi yang mendukung pencapain tujuan pnyelenggaraan Kopsis; (3) perumusan kegiatan pembelajaran Kopsis; (4) perumusan kegiatan belajar; (5) penentuan jadwal pelaksanaan; (6) penentuan personil pembantu pembelajaran (media belajar); (7) evaluasi dan feedback, (Darkenwald dan Merriam,1968: 16) Aktivitas pelaksanaan pembelajaran dan pembinaan secara terpadu ini dapat dicermati pada tabel 13. Pembinaan siswa untuk mengembangkan dan memajukan usaha Kopsis. Pembinaan ini dilakukan oleh pembina dengan cara (1) membina siswa menjalankan kegiatan aktivitas Kopsis; dan (2) meningkatkan kemampuan dan ketrampilan menjalankan aktivitas Kopsis. Kegiatan pertama perlu dilakukan oleh pembina dengan menerapkan metode pembinaan yang memberikan peluang siswa untuk berprakrasa menjalankan praksis Kopsis (kooperatif, delegatif atau eklektif). Metode ini pada prinsipnya dilakukan dengan cara (1) memberikan kesempatan siswa untuk merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan; (2) siswa melaporkan hasil
444 perencanaannya (3) diskusi bersama antara siswa dan pembina atas perencanaan yang dibuat, (4) siswa memutuskan rencana keija yang diketahui oleh pembina; (5) siswa melaksanakan rencana yang telah diputuskan; (6) atas dasar rencana yang diputuskan oleh siswa, pembina memantau proses dan hasil pelaksanaan kegiatan siswa; (7) siswa melaporkan pelaksanaan kegiatan ke pembina dan RAT. Rencana kegiatan siswa dalam berkoperasi yang perlu diperhatikan oleh pembina adalah (1) macam dan jenis kegiatan, (2) rasionalitas perencanaan pendapatan dan belanja Kopsis; (3) pemilihan, penempatan dan pengorganisasian kegiatan serta personel pelaksana yang sesuai dengan kemampuannya; (4) cara-cara menggerakkan personil pelaksana (5) cara pengendalian dan pengawasan; (6) waktu pelaksanaan. Sedangkan dalam melakukan pemantauan, pembina perlu memperhatikan kesesuaian antara rencana, pelaksanaan dan hasilnya. Sedangkan pelaksanaan kegiatan kedua, pembina perlu menerapkan metode pembelajaran dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa. Mereka yang tingkat kemampuan dan ketrampilan dasar-dasar berkoperasi masih rendah (seperti para siswa yang belum bisa pembukuan keuangan dalam jurnal harian, mingguan, bulan dan sebagainya) perlu dibelajarkan dengan metode ekposisi dan social learning: siswa diberi pengarahan dan kemudian diberi latihan secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuannya. Mereka yang telah memiliki dasardasar kemampuan dan ketrampilan yang cukup (seperti mereka telah mampu melakukan pembukuan tetapi belum lancar) dibelajarkan dengan metode directed discovery: siswa diberi persoalan dan data kemudian siswa disuruh mencari pemecahanannya.
445
PEMBINAAN SECARA TERPADUFung si & Tujuan Kopsis Lab Ekonomi: mengembangkan: 1. Kemampuan & ketrampilan melaksanakan manajemen koperasi.
TABEL (4 AKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN PEMBINAAN SISWA BERKOPERASI SECARA TERPADU Kemampuan Pokok-pokok Kegiatan pembina & Guru Kegiatan siswa Waktu & ketrampilan materi Pelaksayang ingin pelajaran naan dicapai Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengawasi kegiatan usaha, pemasaran, anggaran dan pendapatan, pendidikan serta latihan Kop.
Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian kegiatan usaha, pemasaran, akutansi (anggaran belanja & pendapatan Koperasi, dan pembukuannya), serta pendidikan & latihan Kop.
•Setelah memberikan konsepkonsep manajemen dan kegiatan koperasi guru menyuruh para siswa: (1) meneliti & mengambil data sumber daya Kopsis, data pemasaran serta keuangan Kopsis (atau lembaga usaha lain); (2) secara berkelompok menganalisa data dan mencari alternatif pemecahan untuk diterapkan atau sebagai saran (ke Kopsis); (3) berlatih merencanakan, menyusun konsep pengorganisasian, penggerakan, pengendalian pelaksanaan, melalaikan pembukuan dan auditing Kop. •Dengan menggunakan data yang ada di kopsis, pembina dan mantan pengurus Kopsis secara bertahap (sesuai dengan kemampuannya) memberikan pelatihan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian dan
(1) Meneliti & mengambil data sumber daya, pemasaran serta keuangan Kopsis (atau lembaga usaha lain); (2) secara berkelompok menganalisa data dan mencari alternatif pemecahan untuk diterapkan atau sebagai saran (ke Kopsis); (3) berlatih merencanakan, menyusun konsep pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian pelaksanaan koperasi; (4), berlatih melakukan pembukuan dan auditing Kop, Para aktivis (termasuk siswa yang ingin memperdalam kemampuan dan ketrampilan berkoperasi) dan peserta ekstrakurikuler koperasi mengikuti pelatihan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian dan pengad-
Kesepakatan antara guru ekonomi, pembina dan pengurus Kopsis (atau petugas lembaga usaha lain)
Media belajar
Kopsis, Pembina, pengurus dan staf Kopsis (atau petugas lembaga usaha lain)
Evaluasi & feedback
Guru ekonomi mengeses dan mengevaluasi tingkat kemampuan dan ketrampilan melaksanakan manajemen koperasi
Pembina dan mantan pengurus Kopsis mengeses dan mengevaluasi tingkat kemampuan dan
pengadmistrasian koperasi kepada semua aktivis Kopsis dan peserta ekstrakurikuler koperasi. 2. Kemampuan & ketrampilan mendirikan koperasi.
3. Ketrampilan memanfaatkan peluang revitalisasi usaha;
1. merumuskan 1 .Persiapan 1. Guru dan pembina Kopsis: langkah-langmendirikan menjelaskan aspek-aspek perkah mendiri- Kop. siapan, langkah-langkah dan kan Kop. 2.Aspek hukum aspek hukum mendirikan 2. melaksanakoperasi. Koperasi. kan langkah- 3.Prosedur 2. Guru dan pembina Kopsis langkah men- mendirikan Kop menyuruh siswa mencari infodirikan Kop. rmasi langkah-langkah yang ditempuh dalam mendirikan koperasi ke Kopsis. 3. Guru dan pembina yang dibantu oleh mantan dan pengurus Kopsis mensimulasikan langkah-langkah mendirikan Kop. 4. Guru dan pembina Kopsis menyuruh siswa mensimulasikan cara mendirikan Kop. Memiliki Peluang berusaha Guru ekonomi dan pembina Kopketrampilan & cara mengem- sis: memanfaatkan bangkannya. 1. Mengahruskan para siswa peluang untuk berpartisipasi mempromosikan menggerakan dan menjualkan barang-barang kegiatan usaha. Kopsis ke luar Kopsis. 2. Mengusahakan agar pengurus Kopsis mengadakan kerjasama dengan lembaga usaha lain untuk saling memasokkan barangnya serta menerima anggota Kopsis untuk melakukan
446 mistrasian koperasi secara rutin pada waktu yang telah ditentukan. I. 2. 3. 4.
ketrampilan melaksanakan manajemen koperasi Memperhatikan penjelasan Guru, pem- Kopsis, Guru dan aspek persiapan, hukum bina dan Pembina pembina dan prosedur mendirikan mantan ser- & mengeses dan Kop. ta pengurus pengurus mengevaluasi mencari informasi tentang Kopsis me- Kopsis kemampuan langkah-langkah yang nentukan dan ketramditempuh Kopsis da-lam suatu hari pilan mendirikan koperamendirikan Kopsis tertentu menperhatikan simualsi pada jamsi. jam ektrakumendirikan koperasi. Mensimulasikan langkah- rikuler langkah mendirikan Kop. koperasi
1. Kesem- Berdasarkan 1. Mempromosikan dan men- 1. Setiap patan ber- kreteria kejual barang-barang Kopsis ada kesempatan transaksi. mampuan dan ke luar Kopsis. 2. Pengurus Kopsis (dengan 2. Ditentu- 2. Keija ketrampilan kan oleh sama de- yang telah didibimbing pembina Kopsis) siswa ngan lem- susun bersaberkeija sama dengan lemsendiri baga usa- ma, guru ekobaga usaha lain untuk saling nomi dan ha lain memasokkan barangnya dan Kopsis menyalurkan anggo3.Lemba- pembina Kopga usaha sis (lembaga tanya untuk melakukan madi luar usaha lain) gang di lembaga usaha melakukan Kopsis tersebut.
magang. 3. Mengharuskan semua anggota Kopsis memiliki pengalaman magang pada lembaga usaha lain minimal satu minggu (56 jam keija) ketika kelas 1 dan 2 4. Persepsi, motivasi dan sikap positif terhadap koperasi serta kesadaran berpartisipasi dalam koperasi sebagai daya peja pencapain tujuan koperasi dan peningkatan pengetahuan hak dan kewajiban dalam berkoperasi
1. Memiliki persepsi yang positif terhadap Kopsis 2. Tumbuh motivasi, kecenderungan dan kemauan bertindak untuk berpartisipasi dalam kegiatan mengembangkan usaha Kop. 3. memiliki pengetahuan tentang hak dan kewajiban anggota Kop.
1. Prinsip-prin- 1.Pembina, guru ekonomi dan sip Kop pengurus Kopsis memberikan 2. Nilai dan infomasi positif sejak dini manfaat Kop. tentang prinsip-prinsip, nilai 3. Nilai dan dan manfaat koperasi serta bermanfaat patisipasi dalam Koperasi, hak berpatisipasi dan kewajiban anggota, infordalam Kop. masi riil keberadaan, perkem4. Hak dan ke- bangan, kemajuan dan keberwajiban anggo- hasilan Kopsis serta meknisme ta koperasi keija Kopsis 5. Informasi riil 2. Memberikan pembinaan bekeberadaan, rupa kesempatan partisipasi perkembangan, atau melaksanakan praksis kemajuan dan Kopsis. keberhasilan 3. Memberikan insentif kepada Kopsis mereka yang berpatisipasi dalam Kopsis (memperhitungkan 6. Meknisme tingkat partisipasi siswa dekeija Kopsis ngan nilai mata pelajaran ekonomi, bonus hadiah materi). 4. Guru agama menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kaitannya dengan tolongmenolong dalam kebaikan dan partisipasi berkoperasi di kelas.
447 3. Berdasarkan kreteria kemampuan dan ketrampilan yang dipersyaratkan oleh pembina dan guru ekonomi (serta lembaga usaha lain), para siswa dengan bantuan Kopsis melakukan magang pada lembaga usaha lain. 1. Memahami dan meresapi informasi perkoperasian yang diberikan 2. Dengan bimbingan pembina, para siswa merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sendiri kegiatan Kopsis 3. berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan Kopsis.
esesmen, evaluasi dan feedback hasil kegiatan siswa 1. Penjelasan-penjelasan diberikan pada saat masa orientasi siswa (MOS) baru 2. Partisipasi dilakukan selama menjadi siswa 3. Insentif deiberikan setiap akhir catur wulan 4. pembina -an dan penanman nilai dan motivasi dilakukan setiap ada
Pmbina, guru ekonomi, pengurus Kopsis, guru agama
Eavaluasi dan esesmen dilakukan setiap saat dipandang perlu.
448 Organisasi Ekonomi Siswa
Tempat pembentukan kepribadian:
mengembangkan rasa tanggung jawab, disiplin, persatuan dan kesatuan, demokratis serta mengembangkan cara berfikir dan mentalilas ekonomis
kesempatan Manajemen 1. Menganjurkan para siswa 1. Mengkoordinir barang Setiap saat Kesempat Menampung pemasaran hasil produksi dan untuk menkoordinir barang hasil karyanya yang layak di Kopsis buka an latihan hasil karyanya yang layak jual (setelah diseleksi oleh usaha para siswa pemasaran bertrandijual untuk dijual melalui guru mata pelajaran yang sehingga mendosaksi jual Kopsis rong usaha para bersangkutan) untuk dijual beli siswa 2. Mengijinkan para siswa melaui Kopsis. barang, mensupali barang dagangan ke 2. Siswa yang berminat dapat Kopsis, Kopsis mensuplai/menjual barang dan guru dangaunya ke kopsis. Mampu: 1. Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anggota Kopsis. 2. bermusyawarah untuk mengambil dan melaksanakan keputusan bersama. 3. berfikir secara kreatif, rasional, efisien, efektif dan produktif
Berdasarkan kreteria kemampuan dan ketrampilan yang telah disepakati, guru ekonomi dan pembina Kopsis melakukan esesmen, evaluasi dan
feedback.
1. Memberikan penjelasan kepa- 1. Prinsip-prinsip koperasi, hak dan da para siswa tentang pentingkewajiban anggo- nya keterlaksanaan hak dan ta koperasi, pro- kewajiban serta dampaknya sedur dan praktik bagi setiap anggota koperasi, rapat/musyawarah kemajuan dan perkembangan 2. anggota/pengurus koperasi. koperasi, peng- 2. Melatih dan membimbing ambilan keputus- para siswa untuk mempersiapan atas dasar ke- kan dan melaksanakan rapat/ butuhan, sumber musyawarah untuk mengambil daya, dan keku- keputusan atas dasar kebutuhrangan yang di- an, sumber daya, dan kekurangan yang dimiliki. 3. miliki. 3. Memberikan kscmpalan para siswa untuk melaksanakan hasil keputusan bersama atas dasar kebutuhan, sumber daya, dan kekurangan yang dimiliki
Mencermati pentingnya keterlaksanaan hak dan kewajiban serta dampaknya bagi setiap anggota koperasi, kemajuan dan perkembangan koperasi. Berpartisipasi mempersiapkan dan melaksanakan rapat/musyawarah untuk mengambil keputusan atas dasar kebutuhan, sumber daya, dan kekurangan yang dimiliki. Berpatisipasi melaksanakan hasil keputusan bersama atas dasar kebutuhan, sumber daya, dan kekurangan yang dimiliki
1. Saat MOS 2. Jam belajar ekonomi koperasi 3. saat rapat anggota, pengurus dan pengawas 4. Saat pelaksanaan kegiatan berkoperasi
1. pembi na Kopsis, guru ekonomi, pengurus dan Kopsis. 2. rapat anggota, pengurus dan pengawa s
Pembina Kopsis dan guru ekonomi mengeses dan mengevaluasi konsistensi pelaksanaan hak dan kewajiban, rapat-rapat yang dilakukan dan pelaksanaan hasil rapat.
449
Mereka yang telah memiliki kemampuan dan ketrampilan yang memadai (seperti mereka telah mampu melakukan pembukuan keuangan secara lancar) dibelajarkan secara pure discovery: siswa disuruh mencari permasalahan-permasalahan pembukuan yang ada di Kopsis dan memecahkan persoalannya sendiri seperti melakukan auditing pembukuan. Peningkatan Pengetahuan, Kemampuan dan Ketrampilan Siswa Berkoperasi. Berdasarkan pada pokok-pokok materi pelajaran yang telah disepakati bersama antara guru ekonomi dan pembina Kopsis untuk dipraktikkan, guru mengajarkan kopsep-konsep dari pokok-pokok materi tersebut dengan menerapkan metode inquiry dan memanfaatkan Kopsis sebagai media belajarnya. Pelaksanaannya: pertama, guru mengjarkan konsep-konsep teoritis di kelas. Kedua, guru memberikan permasalahan atas dasar konsep yang diberikan. Ketiga, guru menyuruh siswa membuat hipotesis untuk dibuktikan. Keempat, siswa mencari data atau informasi ke Kopsis dan kepada informan terkait untuk membuktikan hipotesis yang dibuat. Kelima, siswa secara berkelompok menganalisa dan mendiskusikan data yang diperoleh. Keenam, siswa membuat kesimpulan dan melaporkan hasilnya di kelas. Ketujuh, seluruh siswa berdiksusi bersama guru untuk menarik kesimpulan. Kedelapan, kesimpulan dimanfaatkan sebagai feedback dan saran ke Kopsis untuk diterapkan. Peningkatan persepsi, motivasi, sikap dan partisipasi. a) Peningkatan Persepsi. Peningkatan persepsi seseorang terhadap sesuatu sangat tergantung pada informasi yang diterima. (Krecth, 1981). Informasi dapat diperoleh secara langsung
450 (dengan melihat kondisi riil di lapangan) dan secara tak langsung. Agar persepsi siswa terhadap Kopsis positif pembina dan guru ekonomi dapat memberikan kesemptan siswa memperoleh informasi Kopsis secara langsung ke Kopsis dan tak langsung: 1) tujuan, fungsi dan manfaat Kopsis, 2) kondisi dan kegiatan Kopsis yang sedang, telah dan akan dilakukan, 3) perkembangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh Kopsis, 4) berbagai persoalan dan tantangan yang perlu dipecahkan dalam mengembangkan Kopsis, 5) program pelatihan yang memungkinkan para siswa dapat memilih program kegiatan yang diminati untuk mengembangkan dirinya, 6) berbagai alasan tentang mengapa Kopsis sering tidak mampu berkembang. 7) gambaran tentang program-program yang telah, sedang dan akan dilakukan; pengorganisasian dan pengelolaan koperasi, keijasama antar sesama anggota pengurus, kerjasama antara anggota dan pengurus; sistem pelayanan Kopsis; sistem pendidikan, pelatihan dan kaderisasi;. 8) insentif bagi mereka yang berdedikasi dan pengabdian yang tinggi kepada Kopsis. b) Peningkatan Motivasi. Menurut hygiene motivation theory, ERG motivation theory, Mc. Clelland needs theory, goal setting theory, equity theory, dan expectancy motivation theory bahwa motivasi seseorang terhadap sesuatu akan berkembang apabila (1) faktor extemal (lingkungan mendukung kepusasan keija) dan faktor internal (yang mebuat ketidakpuasan keija) dihilangkan; (2) kebutuhan materi, hubungan antar pribadi, berprestasi, memper-oleh kekuasaan dipenuhi sesuai dengan kebutuhan individu; (3) diberi tantangan dalam mencapai sasaran tertentu dan jelas hasilnya serta kondisi lingkungan mendukungnya; (4) tindakan dan hasilnya diperlakukan dan dinilai secara adil. Berdasarkan teori-teori tersebut dan hasil temuan lapangan maka motivasi siswa dalam
451 berkoperasi dapat ditingkatkan dengan memberikan: (1) pembinaan secara komit dan konsisten; (2) lingkungan yang menimbulkan kepuasan berkoperasi dan meghilangkan ketidakpuasan berkoperasi. (3) kesempatan berprestasi secara meritalitas dan terbuka (demokratis) (4) penghargaan atau pengakuan atas prestasi yang dicapai secara adil; (5) kesempatan siswa berkembang sesuai dengan motif dan kebutuhan yang ada padanya. 3) Penngubahan Sikap. Menurut Milton (1981:3) dan Krecth (1982:181) bahwa sikap sesorang terhadap sesuatu dapat diubah dengan memberikan informasi baru yang mengubah keyakinannya, memberikan gambaran keuntungan yang mampu mememenuhi keinginannya, memperhatikan dan mendengarkan keluhannya, mengarahakan individu berafiliasi ke kelompok yang memiliki sikap dan keyakinan yang diinginkan, dapat dan dan afiliasi kelompok yang di mana ia berada. Oleh karena itu berdasarkan teori tersebut dan temuan dilapangan, sikap positif siswa (anggota koperasi) terhadap koperasi dapat diuabah dengan memberikan: (a) informasi bahwa setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh keuntungan materi maupun non materi atas dasar aturan-atauran yang berlaku; (b) pendidikan dan latihan secara terusmenerus sehingga memahami secara dalam tentang tujuan, fungsi, hakekat koperasi, mekanisme koperasi, dan hak dan kewajiban masing-masing personil koperasi; (c) informasi tentang kondisi dan situasi penyelenggaraan koperasinya, perkembangan dan keberhasilan-keberhasilan yang dicapai koperasi, termasuk keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh pengurus, komitmen tim pengawas dalam melaksanakan tugasnya dan komitmen personel koperasi lainnya dalam melaksanakan kewajibannya; (d) kesempatan secara terbuka untuk melihat secara dekat penyelenggaraan koperasinya, sehingga
452 setiap anggota akan memperoleh informasi secara nyata apa yang terjadi di koperasinya dan tidak terjadi salah informasi; (e) penghargaan secara khusus kepada mereka yang telah berjasa pada koperasi; (f) diubah tingkah lakunya ke arah tingkah laku yang diinginkan; (g) didengarkan dan diperhatikan apa yang menjadi keluhannya; (i) ditingkatkan kehosifan oganisasi kerja dan daya tarik koperasi. d) Peningkatan Partisipasi. Menurut Ropke (1989) bahwa partisipasi individu terhadap koperasi akan efektif apabila anggota dan koperasi saling memenuhi harapannya, karena dengan cara ini akan tumbuh saling kepercayaan. Ini berarti bahwa partisipasi siswa terhadap Kopsis, dapat ditingkatkan dengan mengusahakan Kopsis dan anggota mampu saling memenuhi harapannya, di mana Kopsis memberikan pelayanan-pelayanan yang menguntungkan, memberikan rasa manfaat dan memenuhi harapan anggota, sedangkan anggota secara tertib melaksanakan tugas dan kewajibannya. Melalui upaya pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi seperti di atas akan memungkinkan siswa memahami kondisi riil Kopsis. Kondisi riil ini mencakup (1) hak dan kewajiban anggota, penguras dan pengawas Kopsis; (2) perencanaan dan keija Kopsis (3) transparansi pengelolaan organisasi, keuangan, pembukuan, pembelajaan dan penjualan; (4) macam dan kualitas barang yang dibutuhkan; (5) mekanisme keija dan partisipasi dalam Kopsis; (6) manfaat Kopsis. Gambaran riil merupakan dasar para siswa untuk memberikan persepsi dan evaluasi terhadap Kopsis secara positif. Persepsi dan hasil evaluasi yang positif inilah yang mendorong para siswa tumbuh rasa percaya terhadap Kopsis. Persepsi yang positif dan rasa percaya menjadikan siswa tumbuh motivasi dan sikap yang posiitif terhadap Kopsis
453 dan akhirnya mereka tumbuh dan berkembang rasa manfaat serta kemauan berpartisipasi atau kesadaran berkoperasi. Selain itu dengan pemahaman dan pengalaman secara riil tentang Kopsis maka kemampuan berkoperasi dan berwirausaha para siswa meningkat. Persepsi, motivasi dan sikap positif, rasa percaya dan manfaat, kemampuan berkoperasi dan partisipasi para siswa inilah yang akan membawa perkembangan Kopsis. Seraya melaksanakan program, guru koperasi dan pembina Kopsis melakukan evaluasi dan feedback. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat pada tingkat mana partisipasi siswa (magical conforming , naive reforming atau critical transforming ), seperti apa manfaat Kopsis yang dirasakan siswa dan pada taraf mana perkembangan koperasinya (pembentukan, pertumbuhan, pematangan atau pemantapan). Dalam melakukan feedback guru dan pembina Kopsis dapat memeriksa program, pelaksanaan program, dan komitmen mereka sendiri terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Kopsep model pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi secara terpadu tersebut di atas hanya dapat dilakukan pada sekolah yang menyelenggarakan Kopsis sebagai learning organisation, Sesuai dengan kondisi sekolah yang variatif, maka kopsep pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi secara terpadu dapat dilakukan melalui tiga model: Pertama (I), sekolah mneyelenggarakan pembelajaran secara konseptual dengan Kopsis sebagai tempat praktik atau labnya.
454
Perencanaan terpadu:
Kepsek, Pembina Kopsis, Guru ekonomi, Guru lain terkait
Di Kelas: Pembelajaran Konsep dan Teori Di Kopsis Pengumpulan data Analisa data i* Praktik
Gambar 18: Model pembelajaran terpadu I
Effector. Siswa r Kepsek, guru, pembina Kopsis dan lembaga terkait Program pembelajaran dan pembinaan kop.
Transaction: Di Kelas
\
(Belajar konsep) Dibelajarakan secara discovery-inquiiy atau problem solving
±
Di Kopsis
(Melihat langsung dan Praktik) Dibelajarkan secara: social leaming, directed discovery atau pure discovery.
Dibina secara colaboratif, delegatif atau eclective (peluang melaksanakan praksis Kopsis)
f
Selector
\
(Pembina Kopsis & Gurui Perilaku berkoperasi: Persepsi, kognisi, motivasi dan sikap berkoperasi Partisipasi: magical conforming , nalve reformiiig , Critical transforming. Rasa Manfaat koperasi.: Ekonomi & non ekonomi. Perkemb. Koperasi.: pembentukan, pertumbuhan, ^pematangan & pemantapan^/
^ u t Comes (Detector)^ Perilaku berkoperasi, partisipasi dan rasa manfaat kop. bagi siswa serta perkemb. Kopsis.
Gambar 19: Model Cybernrtic tentang pembelajaran berkoperasi terpadu 1
Kedua (II), sekolah menyelenggarakan pendidikan secara konseptual yang diikuti dengan mengadakan keijasama dengan lembaga usaha (koperasi) lain di luar sekolah sebagai tempat magang atau praktik.
454
Perencanaan terpadu
Kepsek, Pembina Kopsis, Guru ekonomi, Guru lain terkait
Di Kelas: Pembelajaran Konsep dan Teori T
Di Kopsis • Pengumpulan data • Analisa data • Praktik Gambar 18: Model PembeiajaranTerpadu I
Effector. Kepsek, guru, pembina Kopsis dan lembaga terkait Program pembelajaran dan pembinaan kop. Media -H pembelajaran "H Situasi
Transaction: Di Kelas (Belajar konsep) Dibelajarakan secara discovery-inquiry atau problem solving Di Kopsis
(Melihat langsung dan Praktik) Dibelajarkan secara: social learningi directed discovery atau pure discovery.
Dibina secara colaboratif, dclcgatif atau eclective (peluang melaksanakan praksis Kopsis)
f
Selector
(Pembina Kopsis & Gurui Perilaku berkoperasi: Persepsi, kognisi, motivasi dan sikap berkoperasi Partisipasi: magical conforming , nalve reforming , Critical transforming. Rasa Manfaat koperasi.: Ekonomi & non ekonomi. Perkemb. Koperasi.: pembentukan, pertumbuhan, pematangan & pemantapan -y v
L
Out Comes (DetectorY Perilaku berkoperasi, partisipasi dan rasa manfaat kop. bagi siswa serta perkemb. Kopsis.
Gambar 19: Model Cj-bernmc tentang Pembelajaran Berkoperasi terpadu T Kedua (II), diikuti
sekolah menyelenggarakan pendidikan secara konseptual yang
dengan mengadakan keijasama dengan lembaga usaha (koperasi) lain di luar
sekolah sebagai tempat magang atau praktik.
455
Gambar 20: Model Pembelajaran Terpadu n
Effector
1
Kepsek Guru, Program pembelajaran dan pembinaan kop.
Media
pembelajaran
f
Selector
& Lembaga usaha): Transaction: 'N Sekolah Perilaku berkoperasi. Persepsi, kognisi, motivasi dan Sekolah -Kelas sikap berkoperasi (Belajar konsep) Dibelajarakan secara magicai Partisipasi: conforming , iiaivc discoverv-inquiry refonning , Crilical atau problem solving Lransfoniiing. Rasa Manfaat koperasi: Ekonomi & non ekonoraibagi siswa ^y Lembaga Usaha
lain
(Melihat langsung dan Praktik/Magang)
6ut Comes (Detectofy! Perilaku berkoperasi, partisipasi dan rasa manfaat berkoperasi, bagi siswa.
Gambar 21. Model Cybernrtic tentang f embelajaran Berkoperasi Terpadu II
Ketiga, sekolah mneyelenggarakan pembelajaran secara konseptual dengan Kopsis sebagai tempat praktik atau labnya serta keijasama dengan lembaga usaha lain yang dipandang lebih maju sebagai tempat studi banding dan untuk memperoleh pengalaman praktik yang lebih luas atau sebagai temap magang
456
Gambar 22: Model Pembelajaran Terpadu III
Effector:
Kepsek, Guru, pembina Kopsis dan lembaga terkait Program pembelajaran dan pembinaan kop. Media -> pembelajaran Situasi
Transaction: Kelas (Belajar konsep) Dibelaj arakan secara dicovery-inquiry atau problem solving Kopsis
(Melihat langsung dan Praktik) Dibelajarkan secara: social learrting, directed discovery atau pure discovery.
Dibina secara colaboratif, delegatif atau eclective (peluang melaksanakan praksis Kopsis)
I Lembaga Usaha Siswa magang
r
Selector
\
Perilaku berkoperasi: Persepsi, kognisi, motivasi dan sikap berkoperasi Partisipasi: magical confonning . naive reTonning , Crilical Uaiisfonning. Rasa Manfaat koperasi.: Ekonomi & non ekonomi. Perkemb. Koperasi.: pembentukan, pertumbuhan, : pematangan & pemantapan
6ut Comes (Detector)\ Perilaku berkoperasi, partisipasi dan rasa manfaat kop. bagi siswa serta perkemb. Kopsis.
Gambar 23: Model Cybemrtic tentang Pembelajaran Berkoperasi Terpadu III
457 Catatan gambar 17-22 : Keijasama ^ : Dilanjutkan ^ : Pengaruh/hasil
—:
Diukur
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi serta keijasama antara guru ekonomi dan pembina Kopsis atau kerjasama antara sekolah dengan lembaga usaha lain perlu secara bersama-sama: 1. merumuskan suatu standar kualitas kemampuan dan ketrampilan serta penilaian yang ingin dicapai. 2 merumuskan prosedur keija pembelajaran dan pembinaan siswa 3. bertanggung jawab mencapai tujuan pembelajaran siswa dalam berkoperasi atas dasar standar yang telah disepakati Ketiga model pembelajaran dan pembinaan tersebut masing-masing memiliki kekuatan dan kelemamahan untuk dilaksanakan. Untuk mencermati hal ini dapat diterapkan analisa SWOT. TABEL 15: ANALISA SWOT - POLA PEMBELAJARAN DAN PEMBINAAN SISWA DALAM BERKOPERASI SECARA TERPADU POLA PERTAMA (I) Strenght (S)
1. 2. 3. 4.
Pelaksanaan praktik tidak tergantung/terikat pada lembaga usaha lain Lokasi praktik dekat (efisien waktu dan dana) Pel aksanaan praktik leluasa Seolah dapat mengembangkan dan memperdalam aspek kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dan berwirausaha tanpa terikat lembaga usaha lain.
Oppotnnities (0)
Weakness (W)
1. Kesempatan berpraktik per siswa terbatas 2. Pengalaman riil hanya diperoleh dari Kopsisnya 3. Bila Kopsis belum berkembang, kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi dan berwi-rausaha kurang berkembang i. Pengalaman yang diperoleh terbatas pada kemampuan dan ketrampilan yang diperoleh di kelas dan Kopsisnya.
Threats (T)
1. Sekolah dianjurkan menyelenggarakan Kopsis 1. Tanpa andanya kerjasama yang mengacu pada sebagai sarana pembelajaran dan pembinaan pencapaian fungsi dan tujuan penyelenggaraan kopsis, tujuan pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi dan berwirausaha. 2. Sekolah dapat menggalang keijasama dengan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam semua personil sekolah terkait untuk merenca- berkoperasi dan berwirausaha tidak akan nakan. melaksanakan dan mengevaluasi kegi- tercapai. 2. Tanpa adanya kerjasama secara kompak antara atan siswa dalam berkoperasi.
TABEL 15 (Lanjutan)
458
3. Sekolah dapat sepenuhnya melaksnakaa pembelajaran dan pembinaan berkoperasi sesuai dengan fungsi dan tujuan Kopsis.
guru ekonomi dan pembina Kopsis, pelaksanaan praktikum tidak akan lancar, partisipasi siswa rendah, dan Kopsis tidak akan berkembang
Strtategies (SO)
Strategies (WO)
1. Kopsis perlu dimanfaatkan sebagai media 1. Kesempatan berpraktik dilakukan dengan metopembelajaran dan pembinaan siswa berkope- de discovery-inquiiy rasi dan berwirausaha 2. Mengaharuskan siswa melakukan studi banding 2. Tujuan dan fungsi Kopsis perlu diacu sebagai atau magang ke tempat usaha yang lebih maju dasar peningkatan siswa dalam berkoperasi 3. Sekolah memanfaatkan semua potensi yang ada dan berwirausaha. untuk mengembangkan dan memajukan Kopsis. 3. Kegiatan pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi serta berwirausaha di dalam dan luar kelas (Kopsis) perlu dilakukan secara terpadu
Strategies (ST)
1 Pimpinan sekolah hendaknya membuat kebi- 1. jakan-kebijakan yang memungkinkan semua personil sekolah terkait berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi dan berwirausaha. 2. Pimpinan sekolah, pembina Kopsis dan guru ekonomi, hendaknya komit dalam mencapai 2. tujuan dan fungsi Kopsis.
Strategies (WT)
Pembina Kopsis, Guru ekonomi dan Guru-guru bidang studi lain hendaknya bekeijasama secara kompak dalam meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa melaksanakan manajemen koperasi, mendirikan koperasi dan memanfaatkan peluang bisnis. Pembina kopsis dan guru ekonomi hendaknya memanfaatkan para senior Kopsis dan alumni Kopsis yang telah berhasil berwirausaha untuk membantu melatih para siswa yunior.
TABEL 16 AN ALIS A SWOT-POL A PEMBELAJARAN DAN PEMBINAAN SISWA DALAM BERKOPERASI SECARA TERPADU POLA KEDUA (II) Strenght (S)
Weakness (W)
Oppotunities (0)
Threats (T)
1 Sekolah tidak perlu berpayah-payah mengusahakan tempat praktik sendiri 2 Siswa dapat memperoleh pengalaman berkoperasi dan berwirausaha dari lembaga usaha yang telah maju. 3 Sekolah dapat memberikan bekal kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi sesuai dengan tuntutan dunia keqa.
1. Pelaksanaan praktik tergantung/terikat pada lembaga usaha di ternapt praktik 2. Seringkah adanya tempat praktik jauh dari sekolah sehingga kurang efisien waktu dan dana 3. Kemampuan dan ketrampilan yang ingin dikembangkan dan diperdalam sangat terikat dengan hasil persetujuan bersama lembaga usalia di tempat praktik. 4. Seringkali penerimaan lembaga praktik terhadap praklikan hanya bersifat formalitas sehingga kualitas liasil praktik tidak mencapai sasaran seperti yang diharapkan.
1 Sekolah bebas memilih lembaga usaha 1. Bila kekurangkompakan oleh keduanya dalam melain yang ingin dijadikan tempat praktik nyusun standar-standar kemampuan dan ketrampil2. Sekolah bebas bekerjasama dengan an yang diinginkan dan kegiatan pelaksanaan !emba-ga usaha yang mendukung praktik serta pengevaluasiannya terjadi menyebabpengembangan dan pedalaman aspek kan pelaksanaan kegiatan praktik dan sasaran yang kemampuan dan ketrampilan berkoperasi ingin dicapai serta hasilnya tidak akan jelas.
TABEL 15 (Lanjutan)
daii berwirausaha yang diinginkan
459
2. Kegagalan dalam menggalang kerjasama secara harmonis dengan lembaga usaha lain dalam melaksanakan kesepakatan yang telah dicapai akan mengancam kegagalan pencapaian tujuan pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi dan berwirausaha.
Strtategies (SO)
Strategies (WO)
Strategies (ST)
Strategies (WT)
1. Diperlukan kebebasan memilih lembaga 1. Kesempatan berpraktik dilakukan dengan metode usaha tempat praktik yang sesusai dengan discovery-inquiry sasaran pencapaian kemampuan dan ke- 2. Memotivasi siswa untuk memanfaatkan lembaga trampilan siswa dalam berkoperasi dan usaha tempat praktik semaksimal mungkin seberwira-usaha yang ingin dikembangkan. hingga benar-benar diperoleh pengalaman riil atas 2. Kebebasan memilih tempat praktik yang kemampuan dan ketrampilan berkoperasi dan sesuai akan membantu bubungan kerja- berwirausaha sama yang harmonis antara keduanya dan 3. Menjalin keijasama dengan lembaga usaha membantu peningkatan kualitas kemam- tempat praktik melalui pembuatan kesepakatanpuan dan ketrampilan siswa dalam kesepa-katan pelaksanaan siswa berpraktik berkoperasi dan berwirausaha yang diinginkan. 1. Pimpinan sekolah hendaknya membuat kebijakan-kebijakan yang memungkinkan semua personil sekolah terkait berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi dan benvira-usaha. 2. Sekolah perlu membuat kesepakatan secara pasti tentang standar kualitas aspekaspek kemapuaan dan ketrampilan serta standar penilaian yang diinginkan
Pimpinan sekolah, guru ekonomi dan lembaga praktik hendaknya komit dan kompak dalam menjalankan kesepakatan-kesepakatan keijasama, standar-standar kualitas praktik dan penilaian sehingga akfiviats pelaksanaan magang/praktik dan kualitas hasilnya benar-benar dapat mencapai sasaran sesuai dengan yang diharapkan.
TABEL 17 ANALISA SWOT - POLA PEMBELAJARAN DAN PEMBINAAN SISWA DALAM BERKOPERASI SECARA TERPADU POLA KETIGA (IH) Strenght (S)
Weakness (W) Dapat mengatasi keterbatasan kesempatan 1. Pengelolaan praktik kompleks praktik di sekolah (Kopsis) 2. Memerlukan dana dan waktu yang lebih besar Siswa dapat membandingkan pengelolaan lembaga usaha lebih dari satu tempat Siswa telah memperoleh dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan sebelum berpraktik pada lembaga usaha yang lebih maju sehingga dapat saling menguntungkan antara keduanya. 4 Kemampuan dan ketrampilan siswa akan kokoh karena mereka memeperoleh pengalam-an ganda (di Kopsis dan lembaga usaha lain). 1 2. 3
Oppotunities (0)
Threats (T)
1 Sekolah dianjurkan menyelenggarakan Kopsis 1. Bila terjadi kekurangkompakan oleh keduanya dalam menyusun standar-standar kemampuan sebagai sarana pembelajaran dan pembinaan dan ketrampilan yang diinginkan dan kegiatan siswa dalam berkoperasi dan berwirausaha.
TABEL 15 (Lanjutan)
460
2. Sekolah dapat menggalang keijasama dengan pelaksanaan praktik serta pengevaluasiannya lembaga usaha lain yang lebih maju untuk me- akan menyebabkan pelaksanaan kegiatan prakrencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tik dan sasaran yang ingin dicapai serta kegiatan siswa berpraktik hasilnya tidak akan jelas. 3. Sekolah dapat membuat kesepakatan-kesepa- 2. Kegagalan dalam menggalang kerjasama secakatan berupa standar-standar kemampuan dan ra harmonis dengam lembaga usaha lain dalam ketrampilan serta penilaian yang sesuai dengan melaksanakan kesepakatan yang lelah dicapai liarapan sekolah (tujuan dan fungsi Kopsis) dan akan mcngancam kegagalan pcncapaian tujuan kebutuhan lembaga usaha. pembelajaran dan pembinaan siswa berko4. Sekolah dapat meningkatkan kemampuan dan perasi dan bcrwirausalia. ketrampilan siswa dalam berkoperasi yang sesuai dc-ngan harapan sekolah (fungsi dan lujuan Kopsis) dan kebutuhan dunia keija.
Strtategies (SO)
Strategies (WO)
1. Kopsis perlu dimanfaatkan sebagai media pem- 1. belajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi dan berwirausaha 1. 2. Di samping tujuan dan fungsi Kopsis, harapan lembaga usaha temapat praktik perlu diperha- 3. tikan dan diacu sebagai dasar peningkatan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam t. berkoperasi dan berwirausaha. 3. Kegiatan pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi serta berwirausaha di kelas, Kop-sis dan lembaga usaha perlu dilakukan secara terpadu. 5. 4. Pemilihan lembaga usaha tempat praktik perlu disesusaikan dengan sasaran kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi dan benvira-usaha yang ingin dikembangkan. 5. Perlu disusun kesepakatan sasaran kualitas kemampuan dan ketrampilan yang diinginkan oleh sekolah (tujuan dan fungsi Kopsis) dan kebu-tuhan lembaga usaha lain (dunia kerja)
Kesempatan berpraktik dilakukan dengan metode discoveiy-inquiry Mengaharuskan siswa melakukan studi ban-ding atau magang ke tempat usaha yang lebih maju Sekolah memanfaatkan semua potensi yang ada untuk mengembangkan dan memajukan Kopsis. Memotivasi siswa untuk memanfaatkan lembaga usaha tempat praktik semaksimal mung-kin sehingga benar-benar diperoleh pengalam-an riil atas kemampuan dan ketrampilan berko-perasi dan berwirausaha Menjalin keijasama dengan lembaga usaha tempat praktik melalui pembuatan kesepakatankesepakatan pelaksanaan siswa berpraktik baik pelaksanaan pembelajaran dan pembinaan, tingkat kualitas kemampuan dan ketrampilan yang dingin dicapai maupun standar evaluasi.
Strategies (ST)
Strategies (WT)
1. Pimpinan sekolah hendaknya membuat kebi- 1. Pembina Kopsis, Guru ekonomi dan Guru-guru jakan-kebijakan yang memungkinkan semua bidang studi lain hendaknya bekeijasama secara perso-nil sekolah terkait berpartisipasi dalam kompak dalam meningkatkan kemampuan dan proses pembelajaran dan pembinaan siswa ketrampilan siswa melaksanakan manajemen dalam berkoperasi dan berwirausaha baik di koperasi, mendirikan koperasi dan memanfaatkan peluang bisnis. sekolah (Kopsis) mau-pun di lembaga usaha. 2. Sekolah perlu membuat kesepkatan secara pasti 2. Pembina kopsis dan guru ekonomi hendaknya tentang standar kualitas aspek-aspek memanfaatkan para senior Kopsis dan alumni kemapuaan dan ketrampilan serta standar- Kopsis yang telah berhasil berwirausaha untuk membantu melatih para siswa yunior. standar penilaian yang diinginkan 3. Pimpinan sekolah, guru ekonomi, pembina Kopsis dan lembaga praktik hendaknya komit dan kompak dalam menjalankan kesepakatankesepakatan keijasama, standar-standar kualitas praktik dan penilaian sehingga aktiviats pelaksanaan magang/praktik dan kualitas hasilnya benar-benar dapat mencapai sasaran sesuai dengan vang diharapkan
461 7. Rangkuman Hasil Penelitian Dari keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik intisari sebagai berikut Penelitian ini dilatarbelakangi oleh, pertama, dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 dinyatakan bahwa koperasi berperan sebagai soko guru ekonomi rakyat Hal ini akan tercapai apabila bangsa kita memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkemampuan dan berketrampilan menjalankan koperasi yang cukup. Kedua, adanya suatu pemikiran tentang pentingnya peningkatan SDM ekonomi dalam menghadapi era globalisasi yang semakin kompleks, yang menuntut penguasaan Iptek secara produktif dan peluang bisnis secara tepat dan efisien. Untuk itu diperlukan pengetahuan teoretis konseptual serta pengalaman berlatih menjalankan koperasi dan atau bisnis agar siswa mampu berwirausaha. Ketiga, keingintahuan peneliti tentang aktivitas guru dan pembina Kopsis dalam membelajarkan dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi serta meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berwirausaha Ketiga, perlunya pemerolehan model konseptual tentang strategi pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi serta berwirausaha. Aspek-aspek di atas pada hakekatnya merupakan sebagian dari bidang garapan PIPS. Pendidikan IPS, berdasarkan kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini, merupakan suatu program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniti, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan. PIPS mencakup banyak kegiatan pendidikan yang antara lain adalah pendidikan politik, sejarah, budaya, kemasyarakatan, geografi dan ekonomi. Sehubungan dengan itu, penelitian ini difokuskan pada pendidikan ekonomi dari sisi pendidikan koperasi. Dalam konteks ini pendidikan
462 koperasi merupakan suatu program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari ilmu ekonomi, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan dasar kemampuan profesional dalam memasuki bidang profesi ekonomi, meningkatkan pengetahuan ekonomi, membentuk sikap dan mentalitas berfikir ekonomis, rasional, efisiens, efektif , kreatif dan produktif dalam berwirausaha sebagai usaha bersama. Ini mengindikasikan bahwa dalam pendidikan koperasi banyak terkandung nilai-nilai pendidikan antara lain: memupuk jiwa kooperatif, bersikap dan bermental rasional, efisien, efektif, kreatif dan produktif, ekonomis, demokratis, serta menanamkan sikap perilaku kekluargaan dan persa-tuan, ketrampilan kewirausahaan, dan partisipasi sosial dalam kegiatan ekonomi Metode naturalistik-kualitatif dipakai dalam penelitian ini dengan peneliti sebagai instrumennya. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen di 6 sekolah lanjutan atas Kotamadya Bandung. Validitas dan reliabilitas data diperoleh dengan memperpanjang masa penelitian dibarengi dengan ketekunan, kerutinan, dan keterlibatan, di samping melakukan triangulasi, diskusi, member check, transferabilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan dilengkapi dengan referensi Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah kepala sekolah dan wakilnya, pembina Kopsis, guru ekonomi, guru pada umumnya, pengurus dan staf Kopsis, pengawas Kopsis, aktivis Kopsis dan para siswa serta lembaga terkait (Kandepkop, Kondepdikbud dan Kodya). Secara umum dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menghasilkan konsep model pendidikan koperasi terpadu dengan sekolah Kopsis) sebagai laboratorium atau learning organization siswa dalam berkoperasi. Konsep pendidikan terpadu ini dapat dilakukan melalui 3 (tiga). Pola pertama, sekolah mneyelenggarakan pembel-
463 ajaran secara konseptual dengan Kopsis sebagai tempat praktik atau labnya. Pola kedua, sekolah menyelenggarakan pendidikan secara konseptual yang diikuti dengan mengadakan kerja-sama dengan lembaga usaha (koperasi) lain di luar sekolah sebagai tempat magang atau praktik Pola ketiga, sekolah mneyelenggara-kan pembelajaran secara konseptual dengan Kopsis sebagai tempat praktik atau labnya serta kerjasama dengan lembaga usaha lain yang dipandang lebih maju sebagai tempat studi banding dan untuk memperoleh pengalaman praktik yang lebih luas atau magang. Ketiga model ini dalam pelaksanaannya menuntut keterpaduan keijasama semua personil sekolah terkait dan atau lembaga usaha lain mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Pelibatan semua komponen ini berfungsi sebagai lab untuk mendidik siswa dalam berkoperasi antara pendidikan siswa dalam berkoperasi di dalam dan luar kelas secara terpadu Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa pelaksanaan model ini dapat dimanfaatkan untuk (1) meningkatkan pencapaian nilai-nilai pendidikan koperasi; (2) mengatasi hambatan peningkatan persepsi, motivasi dan sikap serta peningkatan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi; (3) meningkatkan efektifitas fungsi dan tujuan Kopsis sebagai lab ekonomi (organisasi ekonomi siswa). Selain intisari umum di atas, dapat diketengahkan intisari khusus berikut ini. 1) Semangat dan partisipasi siswa dalam berkoperasi meningkat dengan diterapkannya metode-metode pembinaan yang banyak memberikan peluang siswa berprakarsa dalam praksis Kopsis Semangat ini dapat lebih meningkat lagi dengan adanya transparansi dan komitmen pembina dalam melakukan monitoring kegiatan Kopsis secara kontinyu Ini berarti bahwa pemberian peluang siswa berprakrsa dan komitmen pembina merupakan pendorong siswa berpartisipasi dalam Kopsis.
464 2) Proses pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi di dalam kelas dengan menerapkan metode diskusi dan inquiry serta memanfaatkan Kopsis sebagai media belajarnya mampu meningkatkan (a) pemahaman siswa tentang keberadaan, aktivitas dan permasalahan yang dihadapi Kopsis dan pemecahannya secara riil dan dalam (b) kemampuan dan ketrampilan melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian serta pengadministrasian koperasi. 3) Kemampuan siswa berwirausaha dapat dipupuk dengan (a) cara pembina dan guru eknomi membina Kopsis melakukan keijasama dengan lembaga usaha lain untuk menerima siswanya (anggota Kopsis) memperoleh pengalaman menjalankan usaha (magang) seperti sebagai distributor atau salesmen; (b) memberikan pengalaman bertransaksi mendistribusikan barang-barang Kopsis ke lembaga usaha lain; (c) memberikan kesempatan siswa mensuplai barang dagangannya ke Kopsis; (d) menjual karyanya ke Kopsis. 4) Penerapan metode pembelajaran dan pembinaan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya (social learning, dirccted discovery-inquiry, dan pure discoverymquiry) dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam berkoperasi. 5) Kebijakan sekolah yang kondusif mampu menggerakkan semua personel sekolah yang terkait berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan, ketrampilan, partisipasi dan rasa manfaat siswa dalam berkoperasi serta tingkat perkembangan Kopsis. 6) Partisipasi siswa dalam berkoperasi terdorong oleh adanya prasyarat berikut, yakni: (1) kesesuaian antara harapan siswa, program dan pengelolaan Kopsis; (2) manfaat Kopsis yang dirasakan siswa; (3) kebijakan-kebijakan sekolah yang memungkinkan: (a) pembina melakukan pembinaan secara serious, memiliki komitmen dan
465 transparansi yang tinggi dalam membina dan monitoring kegiatan siswa dalam berkoperasi, (b) para guru berpartisipasi, (c) peluang siswa melaksanakan praksis Kopsis, (d) pemanfaatan Kopsis sebagai media belajar, (d) luasnya jangkauan penyediaan barang dan pemasaran Kopsis; (4) kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan terbuka; (5) para pembina dan guru ekonominya (a) mampu mengembangkan persepsi, motivasi, dan sikap positif para siswa terhadap Kopsis; (b) memiliki perha-tian dan komitmen yang tinggi dalam membelajarkan dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi; (6) pendidikan dan pelatihan anggota, pengurus, dan pengawas secara intensif; (7) peluang semua siswa dapat menerima haknya; dan (8) transparansi dalam pengelolaan Kopsis, khususnya masalah keuangan Signifikansinya bahwa untuk peningkatan partisipasi siswa dalam berkoperasi mensyaratkan adanya upaya kepala sekolah, pembina Kopsis dan guru menciptakan kondisi lingkungan sekolah bagi tumbuhnya hal-hal tersebut. 7) Peningkatan partisipasi siswa pada taraf magical conforming, naive reforming atau critical transforming amat ditentukan oleh terciptanya prasyarat pendorong tersebut di atas. Pada sekolah yang mampu meng-upayakan hal tersebut, para siswanya mampu mencapai taraf partisipasi natve reforming yang aktif. Para siswa yang mencapai tingkat partisipasi critical reforming yang progressif tidak hanya terbatas para anggota pengurus, tetapi juga para pengawas dan aktivis Kopsis. Sedangkan yang sebaliknya menunjukkan bahwa secara umum tingkat partisipasi siswa baru berada pada tingkat naive reforming
yang pasif, walaupun perkembangan
partisipasi para angota pengurus telah berada pada tingkat critical transforming kurang progressif. Maknanya, peningkatan partisipasi siswa sampai taraf critical transforming sangat diperlukan terciptanya prasyarat tersebut
466 8) Taraf perkembangan Kopsis sangat tergantung pada lingkungan sekolah yang kondusif, rasa manfaat Kopsis bagi siswa dan tingkat partisipasi siswa. Kopsis yang telah mencapai taraf pengembangan adalah yang didukung oleh lingkungan yang kondusif bagi terbinanya perilaku siswa dalam berkoperasi. Kopsis yang belum mampu berkembang adalah karena lingkungan sekolah dan lembaga terkait belum semuanya mendukung secara kondusif bagi perkembangan Kopsis. 9) Kaderisasi yang dilakukan secara demokratis diperoleh kader-kader Kopsis yang lebih potensial dan disukai para siswa. Ini berarti bahwa untuk menjaga kelangsungan, kelancaran, kemajuan dan perkembangan Kopsis, pelaksanaaan kaderisasi perlu dilakukan secara demokratis. ] 0) Perhatian, komitmen, dan transparansi pembina dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta tingkat kesesuaian pemenuhan harapan antara anggota dan Kopsis merupakan faktor utama bagi tinggi rendahnya partisipasi siswa dalam berkoperasi. 11) Hambatan pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi, seperti terbatasnya waktu dan ruang siswa berpartisipasi dalam kegiatan Kopsis dapat diatasi melalui proses pembelajaran ekonomi-koperasi secara terpadu dengan menerapkan metode discovery-inqniry\ yakni suatu proses pembelajaran ekonomi yang lebih banyak menuntut siswa menginventarisasi masalah, menganalisis masalah secara sistemik, mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah secara bersama. Setelah itu siswa dapat mencobakan alternatif-alternatif terpilih dalam praktik atau menjadikannya alternatif terpilih tersebut sebagai saran ke Kopsis, mengevaluasi keberhasilan Kopsis dan menjadikan hasil evaluasi itu sebagai feedback