BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan
Harga
Pokok
Produksi
Berdasarkan
Metode
Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah yang penting dan memerlukan perhatian khusus dari manajemen agar memperoleh dasar perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat. Perhitungan biaya produksi PT. XYZ dilakukan dengan mengakumulasi semua biaya yang timbul dalam proses produksi. PT. XYZ membebankan biaya bahan baku secara langsung kepada produk berdasarkan besarnya produk mengkonsumsi bahan baku secara aktual. Tarif biaya tenaga kerja langsung berdasarkan jumlah jam tenaga kerja. Tarif biaya overhead pada umumnya memiliki porsi yang cukup besar. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai metode tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. XYZ. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode tradisional dengan metode activity based costing sangatlah berbeda, untuk lebih jelasnya penulis akan mencoba mengimplementasikan metode activity based costing (ABC) pada perusahaan tersebut dengan menggunakan dua contoh produk dari hasil produksi PT. XYZ yaitu Accelerator Cable dan
Accelerator
Flexible.
Untuk
57
mendukung
analisa,
penulis
58
menyajikan data produksi dan data biaya overhead pabrik selama tahun 2012 yang diperoleh penulis dari analisis di PT. XYZ. Tabel 4.1 Laporan Produksi PT.XYZ Tahun 2012
Unit Produksi
Accelerator
Accelerator
Cable
Flexible
1.312.000
377.500
Total
1.689.500
Bahan Baku (Rp) 30.359,13 x 1.312.000
39.831.178.560
13.120,70 x 377.500
4.953.064.250 44.784.242.810
Tenaga Kerja Langsung (Rp) 1.040,68 x 1.312.000
1.365.372.160
975,68 x 377.500
368.319.200
1.733.691.360
2.112
6.336
175.296
935.616
528
1.512
Jam Mesin (jam) 16 x 22 x 12
4.224
8 x 22 x 12 Jam Tenaga Kerja 180 x 4.224
760.320
83 x 2.112 Jumlah pemrosesan
984
Sumber : PT. XYZ Tahun 2012 (data yang diolah)
59
Tabel 4.2 Laporan Produksi PT.XYZ Tahun 2012
Unit Produksi
Parking
CTR
Brake Cable
Cable
45.850
Total
2.480
48.330
3.866.320
2.150.058.970
628.780
628.780
480
2.208
143.424
146.784
528
1.056
Bahan Baku (Rp) 46.809 x 45.850
2.146.192.650
1.559 x 2.480 Tenaga Kerja Langsung (Rp) 0
0
211 x 2.980 Jam Mesin (jam) 8 x 18 x 12
1.728
8 x 15 x 12 Jam Tenaga Kerja 7 x 480
3.360
83 x 1.728 Jumlah pemrosesan
528
Sumber : PT. XYZ Tahun 2012 (data yang diolah)
60
Selanjutnya mengenai daftar biaya overhead PT. XYZ, dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Daftar Biaya Overhead Pabrik Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Keterangan Biaya Tenaga kerja tidak langsung Biaya Bahan penolong Biaya Penyusutan Biaya Perbaikan dan pemeliharaan mesin Biaya Pemakaian listrik, air dan bahan bakar Biaya Asuransi tenaga kerja Biaya Pendistribusian bahan Biaya Penerimaan bahan Biaya Pengobatan karyawan Biaya Tunjangan makan dan transportasi Biaya Pemeliharaan inventaris pabrik Total Sumber : PT. XYZ
Jumlah (Rp) 285.599.432 175.689.008 187.500.760 350.380.000 1.584.809.000 98.184.000 40.475.000 24.125.489 25.370.600 1.045.480.000 16.804.600 3.834.417.889
Metode tradisional yang digunakan oleh perusahaan adalah volume yang diproduksi. Untuk menghitung biaya produksi tidak langsung (FOH) keseluruhan, pihak manajemen menganggap bahwa biaya tersebut berhubungan erat dengan jumlah produksi dan berubah secara proporsional dalam batasan (range) volume produksi tertentu. Untuk mendapatkan tarif biaya overhead per unit, maka total biaya overhead yang ada dibagikan dengan dasar alokasi jumlah unit yang diproduksi.
61
Tarif overhead per unit metode tradisional, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Total Biaya Overhead Per Unit = Total Biaya Overhead (Rp) Total Volume Yang Diproduksi/Unit
Dengan demikian dari rumus diatas, maka tarif overhead per unit dengan sistem tradisional pada PT. XYZ untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Total Biaya Overhead tahun 2012 /Unit = Rp 3.834.417.889 1.737.830 = Rp 2.206,44/ unit
Dari hasil diatas, maka dalam setiap jenis produk akan dibebankan biaya overhead pabrik untuk tahun 2012 sebesar Rp 2.206,44/unit. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi berdasarkan sistem tradisional secara lengkap pada PT. XYZ tahun 2012, disajikan dalam tabel 4.3 sebagai berikut.
62
Tabel 4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional PT. XYZ Tahun 2012
KETERANGAN
Bahan Baku (Rp) Tenaga Kerja Langsung (Rp) Biaya Utama
Accelerator
Accelerator
Cable
Flexible
39.831.178.560
4.953.064.250
1.365.372.160
368.319.200
41.196.550.720
5.321.383.450
Biaya Overhead : *1.312.000 x 2.206,44
2.894.849.280
*377.500 x 2.206,44 Total Biaya
832.931.100 44.091.400.000
6.154.314.550
Unit Produksi (pcs)
1.312.000
377.500
Biaya Produksi per Unit
33.606,25
16.302,82
Sumber : Diolah Penulis
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.3 diatas diperoleh biaya per unit produk tahun 2012 untuk produk Accelerator Cable Rp 33.602,17 dan untuk Accelerator Flexible Rp 16.298,74.
63
Tabel 4.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional PT. XYZ Tahun 2012
KETERANGAN
Bahan Baku (Rp)
Parking Brake
CTR
Cable
Cable
2.146.192.650
3.866.320
0
628.780
2.146.192.650
4.495.100
Tenaga Kerja Langsung (Rp) Biaya Utama Biaya Overhead : *45.850 x 2.206,44
101.165.274
*2.480 x 2.206,44 Total Biaya Unit Produksi (pcs) Biaya Produksi per Unit
5.471.971,2 2.247.357.924
9.967.071,2
45.850
2.480
49.015,44
4.018,98
Sumber : Diolah Penulis
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.5 diatas diperoleh biaya per unit produk tahun 2012 untuk produk Parking Brake Cable Rp 49.015,44 dan untuk Control Cable Rp 4.018,98.
64
B. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Activity Based Costing (ABC)
Dalam metode Activity Based Costing (ABC) memfokuskan pada setiap aktivitas yang timbul pada proses produksi, biaya timbul akibat adaya aktivitas dan dapat menimbulkan biaya, maka pengalokasian biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode ABC, lebih banyak pemicu biayanya (cost driver) dibandingkan dengan metode tradisional. Banyaknya cost driver disebabkan karena terdapat berbagi macam aktivitas dalam proses produksi, sehingga untuk dapat menetapkan besarnya konsumsi biaya aktivitas oleh produk harus digunkan pemicu biaya yang memiliki sebab dan akibat atas terjadinya aktivitas tersebut. Metode ABC digunkan melalui dua tahapan. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam perusahaan, kemudian dikelompokkan kedalam pusat biaya (cost pool) berdasarkan tingkatan aktivitas. Seperti telah dijelaskan bab II sebelumnya bahwa metode Activity Based Costing (ABC) membagi empat kategori aktivitas, berdasarkan hal tersebut maka penulis menyajikan daftar Cost Pool dan Cost Driver yang mampu mencerminkan konsumsi biaya overhead pabrik.
65
Tabel 4.6 Pengelompokan Aktivitas menurut Cost Pool (Kelompok Biaya) dan Hubungan Aktivitas dengan Pemicu Biaya
No
Aktivitas Biaya
Cost Pool
1
Upah tidak langsung
Tingkat fasilitas
2
Bahan penolong
Tingkat Unit
3 4 5 6
Penyusutan mesin Perbaikan dan pemeliharaan mesin Pemakaian listrik,air dan bahan bakar Asuransi tenaga kerja
Tingkat fasilitas Tingkat fasilitas Tingkat produk Tingkat fasilitas
7
Pendistribusian bahan
Tingkat Batch
8
Penerimaan bahan
Tingkat Unit
9
Pengobatan karyawan
Tingkat fasilitas
10
Tunjangan makan dan transportasi
Tingkat fasilitas
11
Pemeliharaan inventaris pabrik
Tingkat fasilitas
Cost Driver Jam tenaga kerja Unit produksi Jam mesin Jam mesin Jam mesin Jam tenaga kerja Jumlah pemrosesan Unit produksi Jam tenaga kerja Jam tenagaa kerja Jam tenaga kerja
Sumber : Diolah penulis
Dari data-data yang telah diperoleh penulis dari hasil analisa langsung ke PT. XYZ, maka untuk selanjutnya penulis akan menghitung total biaya overhead yang dikonsumsi berdasarkan hubungan dengan Cost Driver yang dipakai yang disajikan dalam tabel 4.7.
66
Tabel 4.7 Total Biaya Overhead Berdasarkan Cost Driver (dalam Rupiah) No. 1
Cost Driver Bahan penolong Penerimaan bahan Total unit yang diproduksi
2
24.125.489 199.814.497 187.500.790
Perbaikan dan pemeliharaan mesin
350.380.000
Total jam mesin Tenaga kerja tidak langsung
1.584.809.000 2.122.689.790 285.599.432
Asuransi tenaga kerja
98.184.000
Pengobatan karyawan
25.370.609
Tunjangan makan dan transportasi Pemeliharaan inventaris pabrik Total jam tenaga kerja 4
175.689.008
Penyusutan mesin
Pemakaian listrik, air dan bahan bakar
3
Biaya Overhead
Pendistribusian bahan Total jumlah pemrosesan
1.045.480.000 16.804.600 1.471.438.641 40.475.000 40.475.000
Sumber : Data penulis
Didalam perhitungan tersebut diatas diperoleh data sebagai berikut: 1. Biaya overhead untuk biaya unit yang diproduksi sebesar Rp 199.814.497. 2. Biaya overhead untuk jam mesin sebesar Rp 2.122.689.790.
67
3. Biaya overhead untuk jam tenaga kerja Rp 1.471.438.641. 4. Biaya untuk jumlah proses pemesanan Rp 40.475.000. Dari total diatas maka dapat dihitung tarif overhead pabrik untuk masingmasing tingkat aktivitas : Tabel 4.8 Dasar Pengalokasian Dengan Metode Activity Based Costing Tahun 2012
No
Cost Pool
Total Biaya
Cost Driver
Pool Rate
1
Kel. Berlevel Unit overhead biaya unit yang diproduksi
199.814.497
1.737.830
Rp 114,98/ unit
2
Kel. Berlevel batch overhead jumlah pemrosesan
40.475.000
2.568
Rp 15.761,29 / proses
3
Kel.Berlevel produk overhead jam mesin
1.584.809.000
8.544
Rp 185.487,94/ jam mesin
4
Kel. Berlevel fasilitas overhead jam tenaga kerja
1.471.438.641
1.082.400
Rp 1.359,42/ jam kerja
Kel. Berlevel fasilitas overhead jam mesin
Rp 62.954,21 / jam mesin 537.880.790
8.544
Sumber : Diolah penulis
Tarif yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan pedoman dalam pengalokasian biaya overhead untuk masing-masing produk. Penulis akan
68
menghitung tarif overhead yang seharusnya diterima oleh masing-masing produk dengan menggunakan dasar alokasi tersebut. Pengalokasian biaya overhead pabrik menggunakan rumus: Tarif kelompok (pool rate) x unit cost yang digunakan Tabel dibawah ini akan menunjukkan kontribusi/ pengalokasian biaya overhead untuk masing-masing produk.
Tabel 4.9 Kontribusi Biaya Overhead Dengan Metode Activity Based Costing Accelerator Cable Accelerator Cable Biaya Overhead berhubungan dengan : 1. Unit Produksi = Rp 114,98/unit x 1.312.000
Distribusi Rp 150.853.760
2. Pemrosesan = Rp 15.761,29 x 984
Rp 15.509.109,36
3. Jam mesin = Rp 185.487,94/ jam x 4.224 jam
Rp 783.501.058,6
= Rp 62.954,21/jam x 4.224 jam
Rp 265.918.583
4. Jam tenaga kerja = Rp 1.359,42/ x 760.320
Rp 1.033.594.214
Total Biaya Overhead
Rp 2.249.376.725
Jumlah Accelerator Cable yang diproduksi
1.312.000
Biaya Overhead/ unit
Rp 1.714,46
Sumber : Diolah penulis
69
Tabel 4.10 Kontribusi Biaya Overhead Dengan Metode Activity Based Costing Accelerator Flexible Accelerator Flexible Biaya Overhead berhubungan dengan : 1. Unit produksi = Rp 114,98 x 377.500 2. Proses pemesanan = Rp 15.761,29 x 528 3. Jam mesin = Rp 185.487,94/ jam x 2.112 jam = Rp 62.954,21/jam x 2.112 jam 4. Jam tenaga kerja = Rp 1.359,42/ jam x 175.296
Distribusi Rp 43.404.950 Rp 8.321.961,12 Rp 334.726.529,3 Rp 132.959.291,5 Rp 196.310.484,5
Total Biaya Overhead
Rp 715.723.216
Jumlah Accelerator Cable yang diproduksi
377.500
Biaya Overhead/ unit
Rp 1.895,96
Sumber : Diolah Penulis Tabel 4.11 Kontribusi Biaya Overhead Dengan Metode Activity Based Costing Parking Brake Cable Parking Brake Cable Biaya Overhead berhubungan dengan : 1. Unit produksi = Rp 114,98 x 45.850 2. Pemrosesan = Rp 15.761,29 x 528 3. Jam mesin = Rp 185.487,94/ jam x 1.728 jam = Rp 62.954,21/jam x 1.728 jam 4. Jam tenaga kerja = Rp 1.359,42/ jam x 3.360 Total Biaya Overhead
Distribusi Rp 5.271.833 Rp 8.321.961,12 Rp 320.523.160,3 Rp 108.784.874,9 Rp 4.567.651,2 Rp 447.469.480,5
70
Jumlah Parking Brake Cable yang diproduksi Biaya Overhead/ unit
45.850 Rp 9.759,42
Sumber : Diolah Penulis Tabel 4.12 Kontribusi Biaya Overhead Dengan Metode Activity Based Costing Control Cable Control Cable Biaya Overhead berhubungan dengan :
Distribusi
1. Unit produksi = Rp 114,98 x 2.480
Rp 285.150,4
2. Pemrosesan = Rp 15.761,29 x 528
Rp 8.321.961,12
3. Jam mesin = Rp 185.487,94/ jam x 480 jam
Rp 89.034.211,2
= Rp 62.954,21/jam x 480 jam 4. Jam tenaga kerja = Rp 1.359,42/ jam x 143.424 Total Biaya Overhead Jumlah Control Cable yang diproduksi Biaya Overhead/ unit
Rp 30.218.020,8 Rp 194.973.454,1 Rp 322.832.797,6 2.480 Rp 130.174,51
Sumber : Diolah Penulis
Dari hasil perhitungan maka diperoleh total biaya overhead untuk Accelerator Cable Rp 1.714,46, untuk Accelerator Flexible sebesar Rp 1.895,96, untuk Parking Brake Cable sebesar Rp 9.759,42 dan untuk Control Cable sebesar Rp 130.174,51.
71
Berdasarkan tarif
pada masing-masing cost pool tersebut maka
penulis juga kan menghitung harga pokok produksi per unit produk dalam tabel 4.13. Tabel 4.13 Perhitungan HPP Berdasarkan Metode Activity Based Costing Keterangan Bahan Baku (Rp)
Accelerator Cable
Accelerator Flexible
39.831.178.560
4.953.064.250
1.365.372.160
368.319.200
41.196.550.720
5.321.383.450
2.249.376.725
715.723.216,4
43.445.927.445
6.037.106.666
Unit Produksi (pcs)
1.312.000
377.500
Biaya Produksi per Unit
32.437,35
15.992.34
Tenaga Kerja Langsung (Rp) Biaya Utama Biaya Overhead (Rp) Total Biaya
Sumber : Diolah Penulis
Tabel 4.14 Perhitungan HPP Berdasarkan Metode Activity Based Costing Keterangan Bahan Baku (Rp)
Parking Brake Cable
Control Cable
2.146.192.650
3.866.320
0
628.780
Biaya Utama
2.146.192.650
4.495.100
Biaya Overhead (Rp)
447.469.480,5
322.832.797,6
2.593.662.131,5
327.327.897,6
45.850
2.480
56.568,42
131.987,05
Tenaga Kerja Langsung (Rp)
Total Biaya Unit Produksi (pcs) Biaya Produksi per Unit Sumber : Diolah Penulis
72
C. Perbandingan Harga Pokok
Produksi
Menurut ABC dan
Tradisional Pada PT. XYZ Setelah dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan sistem tradisional dan ABC, maka penulis akan membandingkan hasil keduanya. Dari perhitungan biaya overhead dengan metode tradisional maka diketahui setiap unit produksinya dibebankan biaya overhead sebesar Rp 2.206,44. Sedangkan biaya overhead yang dibebankan ke produk dengan sistem ABC akan berbeda-beda pada setiap jenis produknya, yaitu Accelerator Cable sebesar Rp 32.437,35, Accelerator Flexible sebesar Rp 15.992.34, Parking Brake Cable Rp 56.568,42 dan untuk Control Cable sebesar 131.987,05. Setelah diketahui harga pokok produksi menggunakan metode tradisional dan metode activity based costing (ABC), maka penulis akan melakukan perbandingan harga pokok produksi menggunakan metode tradisional dan ABC dapat dilihat dalam tabel 4.15
73
Tabel 4.15 Perbandingan Harga Pokok Produksi Antara Activity Based Costing dengan Tradisional AKTIVITAS
TRADISIONAL
ABC
Accelerator Cable Harga Pokok Produksi: Biaya bahan baku
39.831.178.560
39.831.178.560
Biaya t.kerja langsung
1.365.372.160
1.365.372.160
Biaya overhead
2.894.849.280
2.249.376.725
44.091.400.000
43.445.927.445
Unit yang diproduksi
1.312.000
1.312.000
HP.Produksi per unit
33.606,25
32.437,35
4.953.064.250
4.953.064.250
Biaya t.kerja langsung
368.319.200
368.319.200
Biaya overhead
832.931.100
715.723.216,4
6.154.314.550
6.037.106.666
Unit yang diproduksi
377.500
377.500
HP. Produksi per unit
16.302,82
15.992.34
TOTAL
Accelerator Flexible Harga Pokok Produksi: Biaya bahan baku
TOTAL
Parking Brake Cable Harga Pokok Produksi:
74
Biaya bahan baku
2.146.192.650
2.146.192.650
0
0
101.165.274
447.469.480,5
2.247.357.924
2.593.662.131,5
Unit yang diproduksi
45.850
45.850
HP. Produksi per unit
49.015,44
56.568,42
3.866.320
3.866.320
628.780
628.780
Biaya overhead
5.471.971,2
322.832.797,6
TOTAL
9.967.071,2
327.327.897
Unit yang diproduksi
2.480
2.480
HP. Produksi per unit
4.018,98
131.987,05
Biaya t.kerja langsung Biaya overhead TOTAL
Control Cable Harga Pokok Produksi: Biaya bahan baku Biaya t.kerja langsung
Sumber : Diolah Penulis Dari tabel diatas dapat diketahui perbedaan biaya produksi menurut metode tradisional dengan metode ABC, untuk biaya produksi Accelerator Cable telah dihitung lebih besar yaitu 3,48 % dengan perhitungan {(Rp 33.606,25 – Rp 32.437,35) : Rp 33.606,25 )}, untuk biaya produksi Accelerator Flexible telah dihitung lebih besar yaitu 1,90 % dengan perhitungan {(Rp 16.302,82 – Rp 15.992,34) : Rp 16.302,82)}, untuk biaya produksi Parking Brake Cable telah dihitung
75
lebih kecil yaitu 15,41 % dengan perhitungan {(Rp 49.015,44 – Rp 56.568,42) : Rp 49.015,44)}, sedangkan biaya produksi Control Cable - RR Rush telah dihitung lebih kecil yaitu 31,84 % dengan perhitungan {(Rp 4.018,95 – Rp 131.987,05) : Rp 4.018,95)}. Hal ini terjadi karena biaya overhead pada metode tradisional dialokasikan menurut pemicu biaya berhubungan dengan volume unit yang diproduksi saja. Penerapan metode tradisional akan menyebabkan distorsi, dimana dalam sistem tradisional yang dibebankan dalam produk tersebut yaitu berdasarkan pemicu biaya tunggal. Sedangkan metode activity based costing (ABC) menggunakan pemicu biaya yang lebih banyak dibebankan pada biaya overhead. Metode activity based costing dapat menampilkan biaya produksi yang lebih akurat, karena metode ini berkerja dengan anggapan bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dengan demikian metode ABC dituntun dapat mengidentifikasi pusat-pusat aktivitas dalam proses produksi dan digunakan pemacu biaya yang tepat terhubung dengan terjadinya setiap aktivitas. Sehingga pengalokasian biaya overhead pabrik kepada masing-masing unit produksi dilakukan dalam porsi yang sesuai dengan konsumsinya masing-masing.