BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pasal 22 1.
Analisis Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Berdasarkan sistem self assessment maka Kantor Pusat RRI diberi
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan besarnya jumlah pajak yang harus dipotong dan disetorkan atas penghasilan orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
Sehubungan dengan status pegawai LPP RRI adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil, penghasilan yang sifatnya rutin dan teratur seperti gaji, uang makan, yang dananya berasal dari APBN/D maka PPh Pasal 21 nya ditanggung oleh pemerintah, Penghasilan Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI dan pensiunannya berupa honorarium, uang sidang, uang hadir uang lembur, Imbalan Prestasi kerja dan imbalan lain dengan nama apapun yang sumber dananya berasal dari APBN/APBD, pajak penghasilan pasal 21 nya tetap dibayarkan sendiri oleh wajib pajak. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI dan Pensiunannya yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 lebih tinggi sebesar 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya yang memiliki Nomor Pokok wajib Pajak.
46
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji, tunjangan yang bersifat rutin dan tetap pada bulan April 2011 antara lain : Perhitungan I : Dra. R Niken Widiastuti, Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/b Status Kawin mempunyai 2 orang anak, telah memilik NPWP, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut : Gaji Pokok
:
Rp. 3.722.200
Tunjangan Suami
:
Rp.
372.220
Tunjangan Anak
:
Rp.
148.888
Tunjangan Jabatan
:
Rp. 4.375.000
Tunjangan Beras
:
Rp.
Pembulatan
:
Rp.
Jumlah Penghasilan Bruto
232.200 22 +
Rp. 8.850.530
Perhitungan PPh Pasal 21 bulan Januari s/d November 2011 : Gaji Pokok
:
Rp. 3.722.200
Tunjangan Suami
:
Rp.
372.220
Tunjangan Anak
:
Rp.
148.888
Tunjangan Jabatan
:
Rp. 4.375.000
Tunjangan Beras
:
Rp.
Pembulatan
:
Rp.
Jumlah Penghasilan Bruto
22 +
Rp. 8.850.530
Pengurangan : 1. Iuran Wajib Pegawai : Rp.
232.200
424.330
47
2. TAPERUM
: Rp.
10.000 + Rp.
Penghasilan Neto
:
434.330 (-) Rp.
8.416.200
Penghasilan Neto disetahunkan : 12 x Rp. 8.416.200
:
Rp. 100.994.400
PTKP (K/2) •
Untuk Wajib Pajak Rp. 15.840.000
•
Status WP Kawin
•
Tambahan 2 orang Rp.
Rp. 1.320.000 2.640.000 + Rp. 19.800.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak
Rp. 81.194.400
Pembulatan
Rp. 81.194.000
PPh Pasal 21 atas gaji setahun : 5 % x Rp. 50.000.000 : 15 % x Rp. 31.194.000 :
Rp. 2.500.000 Rp. 4.301.500 + Rp. 6.801.500
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan : Rp. 6.801.500/12 = Rp. 566.795
48
Catatan : 1) PPh Pasal 21 yang terutang setiap bulan Rp. 566.795, ditanggung oleh pemerintah dengan diberikannya tunjangan pajak sebesar tersebut. 2) Perhitungan dan pemotongan yang telah dilakukan telah sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Perhitungan II : Drs. Dadi Sumihardi, Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/b Status Kawin mempunyai 1 orang anak, telah memilik NPWP, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut : Gaji Pokok
:
Rp. 3.722.200
Tunjangan Istri
:
Rp.
372.220
Tunjangan Anak
:
Rp.
74.444
Tunjangan Jabatan
:
Rp. 3.250.000
Tunjangan Beras
:
Rp.
Pembulatan
:
Rp.
Jumlah Penghasilan Bruto
174.150 72 +
Rp. 7.593.086
Perhitungan PPh Pasal 21 bulan Januari s/d November 2011 : Gaji Pokok
:
Rp. 3.722.200
Tunjangan Suami
:
Rp.
372.220
Tunjangan Anak
:
Rp.
74.444
Tunjangan Jabatan
:
Rp. 3.250.000
Tunjangan Beras
:
Rp.
49
174.150
Pembulatan
:
Rp.
Jumlah Penghasilan Bruto
72 +
Rp. 7.593.086
Pengurangan : 1. Iuran Wajib Pegawai : Rp. 3. TAPERUM
Penghasilan Neto
416.886
: Rp.
10.000 +
:
Rp.
426.886 (-)
Rp.
7.166.200
Penghasilan Neto disetahunkan : 12 x Rp. 7.166.200
:
Rp. 85.994.000
PTKP (K/1) •
Untuk Wajib Pajak Rp. 15.840.000
•
Status WP Kawin
•
Tambahan 1 orang Rp.
Rp. 1.320.000 1.320.000 + Rp. 18.480.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak
Rp. 67.514.000
PPh Pasal 21 atas gaji setahun : 5 % x Rp. 50.000.000 : 15 % x Rp. 17.514.000 :
Rp. 2.500.000 Rp. 2.355.596 + Rp. 64.855.596
50
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan : Rp. 4.855.596/12 = Rp. 404.633,Catatan : 1) PPh Pasal 21 yang terutang setiap bulan Rp. 404.633, ditanggung oleh pemerintah dengan diberikannya tunjangan pajak sebesar tersebut. 2) Perhitungan dan pemotongan yang telah dilakukan telah sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.
Selain itu Kantor Pusat LPP RRI juga melakukan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas Honorarium atau imbalan lain sejenis untuk masa pajak Mei 2011 dapat dilihat pada table 1 (lampiran). Berikut analisa yang telah dilakukan oleh penulis : Perhitungan 1 : Dra. R. Niken Widiastuti, Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/b Honorarium sebagai penanggung jawab Tim Penyusunan Laporan Keuangan bulan April 2011: Rp. 500.000,PPh Pasal 21 yang dipotong : 15 % x Rp. 500.000 : Rp.75.000,Analisa 1 : Dra. R. Niken Widiastuti Pegawai Negeri Sipil golongan IV menduduki jabatan Direktur Utama LPP RRI sehubungan dengan tarif PPh sesuai dengan UU PPh
51
Honor atau imbalan lain dikenakan pajak 15 % sehingga pemotongan dan pemungutan yang telah dilakukan telah sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Perhitungan 2 : Drs. Anhar Achmad, Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/a Honorarium sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) bulan April 2011 sebesar Rp. 1.150.000,-. PPh Pasal 21 yang dipotong : 15 % x Rp. 1.150.000 : Rp. 172.500 Analisa 2 : Drs. Anhar Achmad Pegawai Negeri Sipil golongan IV menduduki jabatan Direktur Keuangan LPP RRI sehubungan dengan tarif PPh sesuai dengan UU PPh Honor atau imbalan lain dikenakan pajak 15 % sehingga pemotongan dan pemungutan yang telah dilakukan telah sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Perhitungan 3 : Muhammad Fauzan,MM Pegawai Negeri Sipil Golongan III/d Honorarium sebagai Pejabat Penandatangan SPM bulan April 2011 sebesar Rp.910.000,-. PPh Pasal 21 yang dipotong : 5% x Rp. 910.000 : Rp. 45.500,-
52
Analisa 3 : Muhammad Fauzan Pegawai Negeri Sipil golongan III menduduki jabatan Kepala Bagian Perbendaharaan dan Akuntansi Kantor Pusat LPP RRI sehubungan dengan tarif PPh sesuai dengan UU PPh Honor atau imbalan lain dikenakan pajak 5 % sehingga pemotongan dan pemungutan yang telah dilakukan telah sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Perhitungan 4 : Kus Saptati,SE Pegawai Negeri Sipil Golongan III/c Honorarium sebagai Bendahara Pengeluaran Kantor Pusat LPP RRI, bulan April 2011 sebesar Rp. 790.000,PPh Pasal 21 yang dipotong : 5 % x Rp. 790.000 : Rp. 39.500,Analisa 4 : Kus Saptati Pegawai Negeri Sipil golongan III menduduki jabatan sebagai Bendahara Pengeluaran Kantor Pusat LPP RRI sehubungan dengan tarif PPh sesuai dengan UU PPh Honor atau imbalan lain dikenakan pajak 5 % sehingga pemotongan dan pemungutan yang telah dilakukan telah sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Perhitungan 5 : Sudaryanto, Pegawai Negeri Sipil Golongan III/b
53
Honorarium sebagai staf Pengelola Kantor Pusat LPP RRI bulan April 2011 sebesar Rp. 580.000,PPh Pasal 21 yang dipotong : 5% x Rp. 580.000 : Rp. 29.000,Analisa 5 : Sudaryanto
Pegawai
Negeri
Sipil
Golongan
III
sebagai
Staf
bagian
Perbendaharaan Direktorat Keuangan sehubungan dengan tarif PPh sesuai dengan UU PPh dikenakan tarif 5 % sehingga pemotongan dan pemungutan yang dilakukan Kantor Pusat RRI telah sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Perhitungan 6 : Pramuji Pegawai Negeri Sipil Golongan II/b Honorarium sebagai anggota Tim Penyusunan Neraca LPP RRI bulan April 2011 sebesar Rp. 300.000,PPh yang dipotong : tidak ada (tidak dikenakan pemotongan pph pasal 21) Analisa 6 : Pramuji Pegawai Negeri Sipil Golongan II, sehubungan dengan tarif PPh sesuai dengan UU PPh tidak dikenakan pajak penghasilan pasal 21 sehingga Kantor Pusat RRI tidak melakukan pemotongan atas honorarium yang telah diterima oleh yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku bahwa Pegawai Negeri Sipil Golongan II kebawah tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan pasal 21.
54
2. Analisis Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Kantor Pusat RRI diwajibkan pula untuk melakukan pemungutan pajak penghasilan pasal 22 berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang. Pemungutan PPh Pasal 22 bersifat tidak final sehingga pajak yang sudah dipungut oleh bendahara dapat dikreditkan/diperhitungkan sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam satu tahun berjalan oleh Wajib Pajak yang dipungut. Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku bahwa pembayaran atas penyerahan barang yang dilakukan oleh bendaharawan pemerintah akan dipungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5 persen dari harga pembelian tidak termasuk PPN dan PPnBM. PPh Pasal 22 ini terutang dan dipungut pada saat pembayaran. Perhitungan PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara masa pajak Mei 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 1 Perhitungan PPh Pasal 22 bulan Mei 2011 No
NPWP
Nama
Nilai Objek
PPh yang
Pajak
dipungut
CV. Arnithara Optima
15.040.909
225.614
1
01.810.474.5.015.000
2
-
Toko Mulia
3.181.818
95.455
3
-
Toko Mulia
3.636.364
109.091
55
4
02.312.986.9.008.000
CV. Wanni Star
2.727.273
40.909
5
01.373.182.3.028.000
CV.Ama Ina
5.578.182
83.673
6
02.293.305.5.005.000
CV. Alicproo Primakom
8.683.045
130.246
7
01.968.167.5.017.000
CV.MayardikaAbdipama
8.487.273
127.309
8
01.674.376.7.092.000
PT. Tirta Investama
3.413.182
51.198
9
01.373.182.3.028.000
CV.Ama-Ina
5.323.182
79.848
10
02.250.487.2.028.000
CV.Samudera Jaya
5.521.364
82.820
11
01.343.222.4.072.000
CV.Prima Jaya
4.786.545
71.798
12
02.250.487.2.028.000
CV. Samudera Jaya
4.296.818
64.452
13
02.310.806.1.024.000
Central Advertising
5.681.818
85.227
14
02.446.666.6.411.000
CV.Ichsan Jaya
5.618.818
85.227
15
02.446.666.6.411.000
CV.Ichsan Jaya
5.727.273
85.909
16
02.310.806.1.024.000
Central Advertising
3.409.091
51.136
17
01.819.295.5.016.000
CV.Karina
6.818.182
102.273
97.994.137
1.572.185
JUMLAH
Perhitungan 1 : Pada tanggal 6 Mei 2011 telah terjadi penyerahan barang BKP (Pembelian ATK) dari CV Arnithara Optima sebesar Rp. 15.040.909, Kantor Pusat RRI memungut pajak penghasilan pasal 22 senilai 1,5 % dari BKP tersebut yaitu Rp. 225.614.
56
Analisa 1 : Atas dasar Penyerahan BKP pada tanggal 6 Mei 2011 sebesar Rp. 15.040.909, Kantor Pusat RRI memungut pajak penghasilan pasal 22 dari Wajib Pajak CV. Arnithara Optima sebesar 1.5 % yaitu Rp. 225.614. Perhitungan dan pemungutan yang dilakukan Kantor Pusat RRI telah sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku umum. Perhitungan 2 : Pada tanggal 6 Mei 2011 bendahara pengeluaran membeli obat-obatan guna keperluan poliklinik yang terdapat dilingkungan Kantor Pusat RRI sebesar Rp. 3.181.818 dari Toko Mulya, atas dasar demikian dipungut pajak penghasilan pasal 22 sebesar Rp. 95.455. Analisa 2 : Atas dasar penyerahan BKP dari Toko Mulya sebesar 3.181.818, bendahara memungut pajak penghasilan pasal 22 dengan tarif 2 x 1,5 % dikarenakan Toko Mulya tidak memiliki NPWP, sehingga pajak yang dipungut sebesar Rp. 95.455.
B. Analisis Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan Pasal 22 1. Analisis Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Kantor Pusat RRI sebagai pemberi kerja diwajibkan pula untuk melakukan penyetoran pajak penghasilan pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain pegawainya dengan benar dan tepat waktu ke Bank Persepsi, Kas Negara, atau Kantor Pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) selambatlambatnya pada tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya kemudian wajib
57
melaporkan penyetoran tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Kantor Pusat RRI terdaftar sebagai Wajib Pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim berikutnya.
Tabel 2 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 tahun 2011 Kantor Pusat RRI Bulan
Jumlah
Penghasilan
Penerima
Bruto
PPh Pasal 21
Tanggal
Tanggal
Penyetoran
Pelaporan
Penghasil an Januari
157 orang
66.425.000
8.990.250
- 31/01/2011
02/03/2011
Februari
437 orang
164.425.000
18.749.750
- 14/02/2011
05/05/2011
- 25/02/2011 - 28/02/2011 Maret
209 orang
128.830.000
12.434.500
- 01/03/2011
12/05/2011
- 11/03/2011 - 24/03/2011 - 31/03/2011 April
386 orang
269.725.00
22.477.250
- 5/04/2011
31/05/2012
- 19/04/2011 - 29/04/2011 Mei
329 orang
219.695.000
20.526.750
- 6/05/2011 - 13/05/2011 - 27/05/2011
58
12/07/2011
Juni
573 orang
398.980.000
33.693.000
- 19/06/2011
29/07/2011
- 30/06/2011 Juli
545 orang
387.465.000
32.435.750
- 11/07/2011
05/09/2011
- 25/07/2011 - 01/08/2011 Agustus
373 orang
327.890.000
26.161.500
- 03/08/2011
27/09/2011
- 15/08/2011 - 26/08/2011 September
342 orang
245.574.200
22.349.102
- 16/09//2011
25/10/2011
- 28/09/2011 Oktober
282 orang
177.812.000
16.636.690
- 07/10/2011
02/12/2011
- 10/10/2011 - 26/10/2011 November
700 orang
541.965.000
45.406.500
- 03/11/2011
07/02/2012
- 08/11/2011 - 18/11/2011 - 25/11/2011 Desember
1191 orang
1.245.806.300
100.521.105
- 14/12/2011
25/04/2012
- 28/12/2011 - 29/12/2011
360.382.147
TOTAL PPh Pasal 21 yang disetor
Kantor
Pusat
RRI
memotong
PPh
Pasal
21
atas
penghasilan
(honorarium/imbalan lain) pegawai setiap pegawai tersebut menerima penghasilan dan menyetorkan pajak terutang PPh Pasal 21 selambat-lambatnya tanggal 10
59
bulan berikutnya setiap bulannya. Dilihat dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa Kantor Pusat RRI telah melakukan penyetoran pajak penghasilan pasal 21 dengan tertib setiap bulannya sepanjang tahun 2011. Dalam hal pelaporan yang mempunyai batas tanggal jatuh tempo, Kantor Pusat RRI setelah menyetorkan pajak yang terutang memiliki kewajiban pelaporan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Dilihat dari Table 3 diatas, Kantor Pusat RRI kurang tertib dalam melaporkan pajak yang telah disetor, sepanjang tahun 2011 setiap bulannya mengalami keterlambatan lebih dari batas waktu yang telah ditentukan. Setelah dianalisa hal tersebut disebabkan oleh ketidakdisiplinan Kantor Pusat RRI. Maka dari itu Kantor Pusat RRI dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) setiap mengalami keterlambatan sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan.
2. Analisis Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22 Pemungutan pajak penghasilan pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak (bendahara pengeluaran) wajib disetor pada hari yang sama dengan pembayaran atas penyerahan barang oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak. PPh Pasal 22 yang telah disetor harus dilaporkan paling lambat 14 hari setelah masa pajak berakhir bagi bendaharawan dan BUMN/BUMD.
60
Tabel 3 No
Bulan
Nilai Objek
PPh Pasal
Pajak
22 yang
Tanggal Penyetoran
Tanggal Pelaporan
dipungut 1
Januari
3.632.273
54.484
Hari yang sama saat pembayaran barang
02/03/2011
2
Februari
58.134.544
872.019
Hari yang sama saat pembayaran barang
15/03/2011
3
Maret
63.226.726
948.401
Hari yang sama saat pembayaran barang
05/04/2011
4
April
165.092.545
2.775.515
Hari yang sama saat pembayaran barang
26/05/2011
5
Mei
97.994.137
1.572.185
Hari yang sama saat pembayaran barang
21/06/2011
6
Juni
83.473.274
1.443.382
Hari yang sama saat pembayaran barang
20/07/2011
7
Juli
100.616.138
1.739.870
Hari yang sama saat pembayaran barang
29/09/2011
8
Agustus
167.622.593
3.370.704
Hari yang sama saat pembayaran barang
20/10/2011
9
September
61.977.682
1.056.639
Hari yang sama saat pembayaran barang
01/03/2012
10
Oktober
119.333.863
1.943.747
Hari yang sama saat pembayaran barang
01/03/2012
11
November
200.421.183
3.142.681
Hari yang sama saat pembayaran barang
01/03/2012
12
Desember
536.875.949
8.383.413
Hari yang sama saat pembayaran barang
26/04/2012
JUMLAH
1.658.400.907
27.303.040
61
Kantor Pusat RRI memungut pajak penghasilan pasal 22 setiap bendahara melakukan pembayaran atas penyerahan suatu barang (pembelian) dan menyetorkan pajak terutang PPh Pasal 22 pada hari yang sama setiap. Dilihat dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa Kantor Pusat RRI telah melakukan penyetoran pajak penghasilan pasal 22 dengan tertib setiap bulannya sepanjang tahun 2011. Dalam hal pelaporan yang mempunyai batas tanggal jatuh tempo, Kantor Pusat RRI setelah menyetorkan pajak yang terutang memiliki kewajiban pelaporan paling lambat setiap tanggal 14 (empat belas) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Dilihat dari Table 3 diatas, Kantor Pusat RRI kurang tertib dalam melaporkan pajak yang telah disetor, sepanjang tahun 2011 setiap bulannya mengalami keterlambatan lebih dari batas waktu yang telah ditentukan kecuali pada Masa Pajak Maret 2011 yang dilaporkan pada tanggal 05 April 2011. Setelah dianalisa hal tersebut disebabkan oleh ketidakdisiplinan Kantor Pusat RRI. Maka dari itu Kantor Pusat RRI dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) setiap mengalami keterlambatan sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum Perpajakan.
62