39
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses Perkenalan / Prakualifikasi Di dalam proses perkenalan ini perusahaan mengisi formulir kualifikasi yang disediakan oleh pemberi kerja. Formulir ini diisi secara lengkap dan diserahkan kepada pemberi kerja
yang telah ditandatangani oleh
direktur. b. Proses Tender Apabila
pemberi
kerja
menganggap
perusahaan
mampu
untuk
mengerjakan proyek tersebut maka perusahaan akan diberi undangan untuk menghadiri acara tender. c. Memenangkan Tender Apabila perusahaan telah berhasil memenangkan tender maka pemberi kerja atau owner akan menerbitkan SPK ( Surat Perintah Kerja ) untuk melaksanakan kegiatan awal proyek. d. Menyusun kontrak kerja Setelah SPK terbit disusunlah kontrak kerja antara pemberi kerja dengan kontraktor.
40
Kontrak kerja ini berfungsi untuk mengatur hak dan kewajiban antara pemberi kerja dan kontraktor. e. Pelaksanaan Proyek Proses selanjutnya setelah penandatangan kontrak kerja antara kedua belah pihak maka kegiatan dapat dilaksanakan. Dokumen – Dokumen yang terkait adalah sebagai berikut : 1. Rencana Anggaran Proyek Rencana ini dibuat untuk mendapatkan kepastian berupa anggaran biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek. a. Laporan Prestasi Proyek. Laporan ini dibuat oleh manajer proyek dilampiri berita acara lapangan. b. Berita Acara Lapangan Berita acara lapangan ini adalah laporan mengenai prestasi fisik penyelesaian yang ditanda tangani oleh pengawas lapangan ( mewakili pemberi
kerja ) dan manajer proyek ( mewakili kontraktor ) guna
memperkuat keabsahan prestasi fisik tersebut. c. Bukti – Bukti Tagihan Bukti Tagihan ini yang nantinya akan digunakan sebagai lampiran untuk membuat tagihan kepada pemberi kerja. d. Bukti Penerimaan Termyn atau Angsuran. Bukti penerimaan termyn menunjukkan bahwa pemberi kerja telah melakukan pembayaran kepada kontraktor.
41
2. Perjanjian Kontrak Kerja Surat perjanjian kerja ini ditandatangani tanggal 1 Februari 2008 antara Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan PT Aikovito yang memuat 33 pasal. Poin – poin yang penting dari pasal tersebut adalah sebagai berikut : Pasal
5 yaitu mengatur tentang ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan
kontraktor meliputi beberapa ayat : 1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan dan diselesaikan oleh kontraktor dalam perjanjian ini adalah pelaksanaan pekerjaan renovasi gedung, relokasi dan perubahannya apabila ada. 2. Pekerjaan yang tersebut pada ayat 1 pasal ini harus dilaksanakan dan diselesaikan sendiri oleh kontraktor kecuali untuk pekerjaan – pekerjaan tertentu dapat dilaksanakan oleh pihak lain setelah mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pemberi kerja. 3. Dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini kontraktor harus berpedoman pada Bill of Quantity, Spesifikasi Teknis, Gambar Teknis dan persyaratan / ketentuan lainnya yang ditetapkan dalam perjanjian. 4. Lingkup pekerjaan antara lain meliputi : a. Persiapan pelaksanaan meliputi : 1) Melakukan rapat koordinasi dengan konsultan perencana untuk mendapatkan BQ dan gambar. 2) Mengajukan rencana perkiraan biaya sesuai dengan unit rate yang telah disepakati.
42
3) Mengumpulkan data dan informasi lapangan yang berkaitan dengan kondisi ruangan, bangunan dan lingkungan. Berkoordinasi dengan konsultan berkaitan dengan area di lokasi. Melaksanakan pekerjaan marking lapangan sesuai dengan gambar yang telah diberikan oleh konsultan perencana. 4) Koordinasi dengan pengelola gedung setempat mengenai peraturan – peraturan gedung khususnya untuk keperluan perijinan. 5) Mengajukan contoh – contoh material sesuai dengan spesifikasi untuk persetujuan sebelum pelaksanaan. b. Pelaksanaan dilokasi meliputi : 1) Utility sementara, pembersihan harian, pembuangan sampah dan keamanan lokasi selama konstruksi, untuk diingat bahwa pembersihan harian harus dilakukan pada kondisi pelayanan kerja sebagaimana biasanya. 2) Kontraktor pelaksana harus menyediakan super visi secara full time setiap saat dan disetiap lokasi yang direnovasi. 3) Menyediakan scaffolding dan akses peralatan yang diperlukan selama konstruksi untuk melaksanakan pekerjaan. 4) Mengijinkan housekeeping dan melakukan pembersihan harian untuk memastikan area pekerjaan bersih dan rapih. 5) Menyiapkan metode kerja, gambar kerja dan detail pentahapan pelaksanaannya.
43
6) Menyampaikan semua contoh material dan informasi teknik sebelum pelaksanaan pekerjaan untuk diperiksa oleh konsultan management. 7) Mengijinkan untuk commisioning dan testing yang disebutkan di spesifikasi dan detail. 8) Menyediakan semua sumber yang penting yang dibutuhkan untuk menjaga
jadwal
kerja
yang
telah
disetujui
oleh
konsultan
management. 9) Menyediakan manual operasional dan perawatan termasuk gambar as built dan garansi yang berlaku dalam basis progresif untuk keseluruhan jadwal kerja yang telah disetujui oleh konsultan management 10) Dalam hubungannya dengan penggunaan material dalam proyek ini kontraktor harus mengikuti kepada rekomendasi pabrik dan supplier sesuai dengan peraturan dan standard gedung. Apabila ada konflik antara spesifikasi dan rekomendasi pabrik dengan supplier maka yang harus didahulukan. 11) Keselamatan mobil, pejalan kaki dan property lainnya selama konstruksi. c. Jadwal dan pelaporan meliputi : 1) Mengajukan jadwal proyek sebagai acuan pelaksanaan. 2) Mengajukan progress pekerjaan secara berkala (mingguan) 3) Menginformasikan permasalahan di lapangan khususnya yang berkaitan dengan jadwal keseluruhan.
44
d. Pengiriman meliputi : Mengatur, mengawasi, dan mengkontrol semua aksi yang diperlukan untuk mengirimkan barang yang dimaksud ke lokasi yang dituju. e. Jaminan Kualitas meliputi : Melakukan kontrol kualitas dari tiap – tiap pekerjaan untuk memastikan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi. f. Syarat keselamatan harus tetap diberlakukan saat dilakukan mobilisasi dan
penyediaan
material,
pemasangan
dan
pemeriksaan,
serta
penghilangan sementara tanda batas – batas keselamatan saat pelaksanaan sampai dengan penyelesaian pekerjaan. Pasal 6 yaitu yang mengatur jangka waktu pelaksanaan yaitu yang meliputi beberapa ayat : 1. Jangka waktu ditetapkan terhitung sejak 1 Februari 2008 – 31 Juli 2009. 2. Waktu pelaksanaan pekerjaan akan dituangkan dalam job order (JO). Waktu pelaksanaan dimulai sejak diterbitkan job order (JO) oleh pemberi tugas sampai dengan dilaksanakannya serah terima satu pekerjaan. 3. Penyerahan penyelesaian fisik pekerjaan yang dimaksud ini melalui Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAPP) yang dituangkan ke dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) Awal atau Provisional Hand Over apabila telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian. 4. Masa pemeliharaan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor adalah 60 hari terhitung mulai tanggal yang ditetapkan dalam BAST tersebut.
45
5. BAST akhir dilakukan oleh para pihak apabila masa pemeliharaan pekerjaan berakhir dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian. Pasal 8 yaitu mengatur mengenai harga satuan dalam penyelesaian satu pekerjaan yaitu : 1. Harga satuan adalah unit rate (belum termasuk PPN 10%) yang bersifat tetap dan pasti selama jangka waktu perjanjian yang ditetapkan dalam perjanjian. 2. Nilai perjanjian ini adalah senilai Rp. 26.789.069.644,- (dua puluh enam milyar tujuh ratus delapan puluh sembilan juta enam puluh sembilan ribu enam ratus empat puluh empat rupiah). Termasuk jasa pemborong dan PPN 10% yang menjadi beban pemberi kerja. 3. Nilai pekerjaan adalah harga satuan dikalikan volume realisasi pekerjaan termasuk jasa pemborong dan PPN 10% yang menjadi beban pemberi kerja. Pasal 9 yaitu mengatur prosedur penagihan dan pembayaran yaitu sebagai berikut : 1. Setiap penagihan pembayaran sehubungan dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib menyampaikan surat tagihan. 2. Setiap penagihan pembayaran yang dilakukan oleh kontraktor dilakukan dalam mata uang rupiah, dengan melampirkan kelengkapan dokumen : a. Kuitansi dalam rangkap 3 (tiga). b. Faktur Pajak. c. Fotokopi Perjanjian. d. BAST yang telah ditandatangani para pihak.
46
e. Fotocopy warkat jaminan pelaksanaan. f. Sertifikasi dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). 3. Pemberi kerja akan melakukan pembayaran kepada kontraktor atas prestasi penyelesaian pekerjaan untuk tiap Job Order (JO) yang dilaksanakan oleh kontraktor dengan cara sebagai berikut : DP
: Sebesar 15% (lima belas perseratus) dari nilai pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai. Termyn I : Sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari nilai pekerjaan apabila prestasi penyelesaian pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor telah mencapai 50% (lima puluh perseratus) yang dibuktikan dengan BAKP. Termyn II : Sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari nilai pekerjaan apabila prestasi penyelesaian pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor telah mencapai 75% (tujuh puluh lima perseratus) yang dibuktikan dengan BAKP. Termyn III : Sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari nilai pekerjaan apabila prestasi penyelesaian pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor telah mencapai 100% (tujuh seratus perseratus) yang dibuktikan dengan BAST Awal. Termyn IV : Sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai pekerjaan setelah masa pemeliharaan pekerjaan yang dibuktikan dengan BAST Akhir. Pasal 16 yaitu mengatur pajak – pajak dan bea meterai yaitu sebagai berikut : 1. Pajak Penghasilan (PPh) yang sudah termasuk dalam nilai pekerjaan, sesuai ketentuan yang berlaku akan dipotong langsung dari pembayaran dan
47
disetorkan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Kas Negara oleh pemberi kerja. 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% yang sudah termasuk dalam nilai pekerjaan akan dibayarkan oleh pemberi kerja kepada kontraktor dan disetorkan kepada Kantor Pelayanan Pajak atas Kas Negara oleh Kontraktor. 3. Sebagai bukti bahwa bank telah melunasi PPN maka kontraktor wajib menyerahkan asli Faktur Pajak lembar ke 1. 4. Biaya meterai atas perjanjian ini menjadi beban kontraktor. Pasal 23 penyelesaian pekerjaan yaitu 1. Pada saat pelaksanaan fisik pekerjaan telah selesai, kontraktor wajib mengajukan
usulan
kepada
konsultan
project
management
untuk
menerbitkan BAST Awal (Provisional Hand Over) berdasarkan BAPP. 2. Apabila masa pemeliharaan pekerjaan telah berakhir, kontraktor wajib mengajukan
usulan
kepada
konsultan
project
management
untuk
menerbitkan BAST Akhir (Final Hand Over) berdasarkan BAST Awal (Provisional Hand Over) 3. Jika pada berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan masih ditemukan pekerjaan yang tidak atau belum diselesaikan oleh kontraktor maka pemberi kerja dapat menunjuk pihak ketiga untuk menyelesaikan dan semua biaya yang timbul dari pihak ketiga akan dibebankan ke pihak kontraktor.
48
Pasal 30 mengatur masalah addendum perjanjian yaitu 1. Hal – hal yang belum cukup atau tidak diatur dalam perjanjian ini akan dituangkan ke dalam dokumen tambahan (addendum) dan ditandatangani oleh para pihak. 2. Addendum tersebut merupakan bagian dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini. 3. Kendala Pelaksanaan Kontrak Konstruksi Biasanya tender dimenangkan apabila nilai proyek yang dikerjakan kepada pemilik proyek dapat bersaing dengan asumsi kualitasnya relative sama. Dalam pelaksanaannya maka diperlukan kecermatan dalam menentukan besarnya nilai proyek. Banyaknya jaminan seperti retensi, uang muka juga dapat menambah beban atau mengganggu likuiditas pendapatan perusahaan sehingga pendapatan perusahaan yang seharusnya diperoleh menjadi tertunda.
B. Penerapan Metode Akuntansi Pengakuan Pendapatan Jasa Konstruksi PT Aikovito PT Aikovito menerapkan metode persentase penyelesaian untuk mengakui pendapatan per periodik untuk jasa konstruksi yang dilakukannya karena proyek yang dilaksanakan oleh PT Aikovito termasuk proyek jangka panjang. PT Aikovito dengan menggunakan metode persentase penyelesaian maka dalam menghitung tingkat persentase penyelesaian dari pelaksanaan suatu proyek pada suatu periode tertentu ditetapkan dengan cara menghitung bobot
49
fisik dari seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai persentase dalam kontrak kemudian dikaitkan dengan nilai kontrak sebagai dasar pengakuan pendapatan dan dibuatkan permohonan penagihan proyek yang juga sesuai persentase dalam kontrak yang telah disepakati. Perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan usahanya. Adapun sumber-sumbernya adalah sebagai berikut : 1. Sumber – Sumber Pendapatan Perusahaan. a. Pendapatan Jasa Konstruksi Pendapatan operasional perusahaan ini merupakan pendapatan utama yang dihasilkan dari memenangkan tender. Penerimaan dari hasil operasi ini meliputi : 1) Uang Muka Kontrak Pekerjaan Yaitu pendapatan perusahaan yang diterima pada saat awal pekerjaan. Uang muka ini bisa diterima setelah perusahaan mengajukan permohonan tertulis atau tagihan kepada pemberi kerja dan menyerahkan surat jaminan bank dari pihak atau lembaga lain yang ditunjuk. 2) Penerimaan Termyn Merupakan tagihan perusahaan yang biasanya ditentukan dalam surat perjanjian kerja. Sistem penerimaan termyn dapat dilakukan berbagai cara antara lain : a) Penerimaan termyn berdasarkan prestasi (stage payment) b) Penerimaan termyn bulanan (montly payment)
50
Penerimaan termyn yang dilakukan perusahaan adalah penerimaan termyn berdasarkan prestasi. 3) Retensi Adalah jumlah termyn yang tidak dibayar hingga pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki. b. Pendapatan Non Jasa Konstruksi Pendapatan ini diperoleh dari aktivitas yang bukan aktivitas utama perusahaan tetapi masih berkaitan dengan aktivitas utama perusahaan seperti pendapatan atas bunga. 2. Penerapan Metode Persentase Penyelesaian. a. Taksiran yang handal dapat dibuat mengenai sejauh mana kemajuan pendapatan kontrak dan biaya kontrak mendekati penyelesaian. b. Kontrak kerja harus menetapkan dengan jelas pelaksanaan hak mengenai barang – barang atau jasa yang disediakan dan diterima oleh pihak yang bersangkutan dalam menentukan pertukaran dan cara serta syarat – syarat penyelesaiannya. 1) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya menurut kontrak. 2) Perusahaan dapat melaksanakan tugasnya sesuai kontrak.
51
C. Pengakuan Pendapatan dan Perhitungannya. 1. Proses Penentuan Termyn PT Aikovito dalam menentukan penagihan dalam pembuatan invoice yaitu dengan berdasarkan progress fisik dilapangan pekerjaan yang telah diselesaikan. Yang dibuktikan dengan berita acara progress pekerjaan yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu antara kontraktor dengan bank Mandiri. Yang penentuannya adalah sebagai berikut : a. DP sebesar 15% ditagihkan ketika kontrak dari Bank Mandiri telah disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. b. Termyn I sebesar 30% ketika pekerjaan dilapangan telah mencapai 50% dengan dibuktikan dengan Berita Acara Kemajuan Progress. c. Termyn II sebesar 25% ketika pekerjaan dilapangan telah mencapai 75% dengan dibuktikan dengan Berita Acara Kemajuan Progress. d. Termyn III sebesar 25% ketika pekerjaan dilapangan telah mencapai 100% dibuktikan dengan dibuktikan Berita Acara Serah Terima Awal. e. Termyn IV atau disebut juga dengan retensi sebesar 5% jika masa pemeliharaan pekerjaan telah selesai dengan dibuktikan Berita Acara Serah Terima Akhir. Perhitungan yang akan dibuat dalam pembuatan jurnal pengakuan pendapatan dan biaya proyek konstruksi perusahaan adalah sebagai berikut: a. Pada Saat Penagihan Uang Muka Nilai Kontrak
X
Uang Muka
Y%
52
Penagihan Uang Muka X.Y% b. Pada Saat Penagihan Termyn Tagihan Termyn (produksi yang difakturkan)
X
Potongan Retensi
Y
Potongan Uang Muka
Z
Total penagihan yang dikeluarkan
X-(Y+Z)
Keterangan : 1. Tagihan termyn diperoleh dari perkalian sejumlah persentase tertentu dengan nilai kontrak. 2. Pemotongan uang muka sebesar persentase tertentu dikalikan dengan jumlah tagihan termyn pada saat itu. 3. Pemotongan retensi sebesar persentase tertentu dikalikan jumlah tagihan termyn pada saat itu. c. Pada Saat Pengakuan Pendapatan Dan Biaya Pada Akhir Tahun. 1) Pendapatan proyek : Persentase yang telah ditagih sampai akhir tahun dikalikan dengan nilai kontrak. 2) Biaya proyek : Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pada akhir tahun. 2. Jurnal Pengakuan Pendapatan PT Aikovito akan mencatat jurnal pengakuan pendapatannya seperti Tabel 4.1 Jurnal Pengakuan Pendapatan adalah sebagai berikut :
53
Tabel 4.1 Jurnal Pengakuan Pendapatan No A
Keterangan
Debet
Kredit
Uang muka sebesar 15% Jurnal Pengakuan Pendapatan Piutang Usaha Pokok Jasa
XXXX
Konstruksi Pendapatan Jasa Konstruksi
XXXX
PPN Keluaran
XXXX
Jurnal Penerimaan Kas / Bank : Kas / Bank
XXXX
PPH Final
XXXX
Piutang Usaha Pokok XXXX
Jasa Konstruksi B
Termyn I sebesar 30% Jurnal Pengakuan Pendapatan : Piutang Usaha Pokok Konstruksi
XXXX
Pendapatan Jasa Konstruksi
XXXX
PPN Keluaran
XXXX
Jurnal Penerimaan dicatat sebagai berikut : Kas/Bank
XXXX
PPH Final
XXXX
Piutang Usaha Pokok Konstruksi
XXXX
54
C
Termyn II sebesar 25% Jurnal Pengakuan Pendapatan : Piutang Usaha Pokok Konstruksi
XXXX
Pendapatan Jasa Konstruksi
XXXX
PPN Keluaran
XXXX
Jurnal Penerimaan dicatat sebagai berikut : Kas/Bank
XXXX
PPH Final
XXXX
Piutang Usaha Pokok
XXXX
Konstruksi D
Termyn III sebesar 25% Jurnal Pengakuan Pendapatan : Piutang Usaha Pokok Konstruksi
XXXX
Pendapatan Jasa Konstruksi
XXXX
PPN Keluaran
XXXX
Jurnal Penerimaan dicatat sebagai berikut : Kas/Bank
XXXX
PPH Final
XXXX
Piutang Usaha Pokok
XXXX
Konstruksi Sumber: Data Perusahaan (2008-2009) PT. Aikovito mendapatkan laba yang akan diterima dari proyek tersebut sebesar Rp. 3.653.054.951,-.
55
Dengan biaya yang akan dikeluarkan sebesar Rp.20.700.644.725 ,Harga Borongan
Rp. 24.353.699.676,-
Total Biaya
Rp. 20.700.644.725,-
Laba
Rp. 3.653.054.951,-
Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek tersebut pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 13.455.419.071 ,- sedangkan tahun 2009 adalah sebesar Rp. 7.245.255.654,-. Adapun pencatatan pembayaran yang dilakukan dalam perusahaan dapat dilihat dalam Tabel 4.2 Jurnal Pencatatan Pembayaran adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Jurnal Pencatatan Pembayaran No A
Keterangan
Debet
Kredit
Uraian
Uang muka 15%
Sesuai dengan
Jurnal Pengakuan Pendapatan
PSAK
Piutang Usaha Pokok
Rp.4.018.360.446,-
Jasa Konstruksi Pendapatan Jasa
Rp.3.653.054.951,-
Konstruksi PPN Keluaran
Rp
365.305.495,-
Jurnal Penerimaan Kas / Bank : Kas / Bank PPH Final
Rp.3.937.993.238,Rp. 80.367.208,-
Piutang Usaha Pokok Jasa Konstruksi
Rp.4.018.360.446,-
56
B
Tagihan kedua 30%
Sesuai dengan
Jurnal Pengakuan Pendapatan :
PSAK
Piutang Usaha Pokok Konstruksi Rp.8.036.720.893,Pendapatan Jasa
Rp.7.306.109.903,-
Konstruksi PPN Keluaran
Rp.
730.610.990-
Jurnal Penerimaan dicatat sebagai berikut : Kas/Bank
Rp.7.306.109.905,-
PPH Final
Rp. 146.122.198,-
Piutang Usaha Pokok Konstruksi C
Rp.8.036.720.893,-
Tagihan ketiga 25%
Sesuai dengan
Jurnal Pengakuan Pendapatan :
PSAK
Piutang Usaha Pokok Konstruksi Rp.6.697.267.411,Pendapatan Jasa Konstruksi
Rp.6.088.424.919,-
PPN Keluaran
Rp. 608.842.492,-
Jurnal Penerimaan Kas / Bank : Kas / Bank
Rp.6.563.322.063,-
PPH Final
Rp. 133.945.348,-
Piutang Usaha Pokok Konstruksi
Rp.6.697.267.411,-
57
D
Tagihan keempat 25%
Sesuai dengan
Jurnal Pengakuan Pendapatan :
PSAK
Piutang Usaha Pokok
Rp.6.697.267.411,-
Konstruksi Pendapatan Jasa
Rp.6.088.424.919,-
Konstruksi PPN Keluaran
Rp. 608.842.492,-
Jurnal Penerimaan Kas / Bank : Kas / Bank
Rp.6.563.322.063,-
PPH Final
Rp. 133.945.348,-
Piutang Usaha Pokok
Rp.6.697.267.41
Konstruksi E
Tagihan kelima 5%
Sesuai dengan
Pelunasan retensi akan dicatat
PSAK
sebagai berikut : Piutang Retensi
Rp.1.339.453.482,-
Pendapatan Jasa
Rp.1.217.684.984,-
Konstruksi PPN Keluaran
Rp. 121.768.498,-
Penerimaan Kas / Bank dicatat sebagai berikut : Kas / Bank
Rp.1.315.099.782,-
PPH Final
Rp.
Piutang Retensi
Sumber: Data Perusahaan (2008-2009)
24.353.700,Rp.1.339.453.482,-
58
Maka pendapatan yang diterima perusahaan selama tahun 2008 atas proyek tersebut adalah sebesar Rp.17.047.589.773,- yaitu hasil penjumlahan piutang prestasi atas kontrak pada penagihan pertama, kedua dan ketiga atau (Rp. 3.653.054.951,- + Rp. 7.306.109.903,- + Rp. 6.088.424.919,-). Total biaya yang timbul pada tahun 2008 atas proyek tersebut adalah sebesar Rp. 13.455.419.071,dan dicatat dalam ayat jurnal sebagai berikut : Biaya Proyek
Rp. 13.455.419.071,-
Kas / Bank
Rp.13.455.419.071,-
Pada akhir tahun disusun laporan pendapatan yang akan memperlihatkan pendapatan atas proyek selama tahun yang bersangkutan serta jumlah laba operasi yang dihasilkan. Pendapatan atas kontrak
Rp. 17.047.589.773,-
Biaya proyek
Rp. 13.455.419.071,-
Laba operasi tahun 2008
Rp.
3.592.170.702,-
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek tahun 2009 adalah sebesar Rp. 7.245.255.654,- dan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut : Biaya proyek
Rp. 7.245.255.654,-
Kas / Bank
Rp.7.245.255.654,-
Adapun laba operasi perusahaan untuk tahun 2009 Pendapatan atas kontrak
Rp. 7.306.109.903,-
Biaya proyek
Rp. 7.245.255.654,-
Laba operasi tahun 2009
Rp.
60.854.249,-
59
Adapun perhitungan untuk pengakuan pendapatan yang diakui perusahaan untuk tahun 2008 dan 2009 adalah sebagai berikut : a. Pembayaran DP I sebesar 15% dari harga borongan 15% x Rp 24.353.699.676,- = Rp. 3.653.054.951,b. Pembayaran termyn II sebesar 30% dari harga borongan 30% x Rp 24.353.699.676,- = Rp. 7.306.109.902,c. Pembayaran termyn III sebesar 25% dari harga borongan 30% x Rp. 24.353.699.676,- = Rp. 6.088.424.919,d. Pembayaran termyn IV sebesar 25% dari harga borongan 30% x Rp. 24.353.699.676,- = Rp. 6.088.424.919,e. Pembayaran termyn V sebesar 5% dari harga borongan 5% x Rp. 24.353.699.676,- = Rp. 1.217.684.984,-
3. Pelaporan PT Aikovito mencatat besarnya pendapatan pada laporan laba rugi tahun 2008 adalah sebesar Rp. 17.047.589.773,- dan pada tahun 2009 sebesar 7.245.255.654,-. Dari gambaran data tersebut diketahui bahwa pendapatan telah terlihat pada saat kontrak ditandatangani perusahaan yaitu sebesar harga kontrak atau harga borongan itu sendiri tetapi pendapatan tersebut baru diakui setelah
laporan
kemajuan
pekerjaan
dan
berita
acara
lapangan
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini pengakuan
60
pendapatan
dilakukan
perusahaan
yaitu
berpatokan
pada
saat
ditandatanganinya berita acara lapangan sebagai titik kritis (critical event). Nilai atau prestasi pekerjaan yang belum difakturkan atau ditagih yaitu selisih jumlah prestasi yang dicapai dikurangi dengan jumlah kumulatif yang difakturkan atau ditagih dan retensi yang mungkin masih ditahan, dibukukan ke dalam perkiraan piutang prestasi. Berdasarkan atas peraturan pemerintah RI no 29 tahun 2004 KMK 394/KMK04/2004 peraturan pemerintah RI no 73 tahun 2004 dan KMK 704/KMK04/2004 maka jenis penghasilan transaksi perusahaan seperti penyediaan usaha jasa konstruksi dikenakan PPh final yaitu setelah pelunasannnya kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan tidak digabung dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Besarnya tarif atas pajak penghasilan final atas imbalan jasa pelaksanaan konstruksi sebesar 2%. Pelunasan
retensi
dilakukan
setelah
perusahaan
melakukan
masa
pemeliharaan dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kontrak kerja. Sesuai dengan metode yang digunakan perusahaan menetapkan kebijakan bahwa pendapatan diakui sebesar penagihan yang dilakukan pada setiap termyn sesuai dengan pekerjaan secara fisik. Untuk mengukur tingkat kemajuan suatu proyek berdasarkan persentase penyelesaian biasanya memakai metode biaya ke biaya (cost to cost method). Menurut metode ini
61
persentase penyelesaian dihitung dengan membandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan taksiran menentukan laba tahun berjalan persentase yang dihasilkan dikalikan dengan laba bersih yang diharapkan di proyek ini. Metode ini ada beberapa kelemahan yaitu : a. Laba yang didapat tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya sebab perhitungannya hanya berdasarkan taksiran total biaya proyek sebagai acuan. b. Besarnya biaya yang telah dikeluarkan tidak selalu menggambarkan terhadap penyelesaiannya yang telah dicapai. Untuk mendapatkan tingkat persentase penyelesaian yang lebih akurat, perusahaan menggunakan metode lain yaitu dengan cara menghitung volume hasil pekerjaan setiap jenis pekerjaan tertimbang dengan bobot pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak dengan pemberi tugas. Adapun besarnya volume hasil pekerjaan ditentukan dengan opname fisik dilapangan. Metode ini lebih mencerminkan tingkat penyelesaian yang lebih pasti sehingga pengalokasian pendapatan untuk setiap periode dapat dilakukan dengan layak. Di dalam menentukan tahap penyelesaiannya sebaiknya perlu memperhatikan proporsi biaya kontrak untuk pekerjaan yang dilaksanakan sampai total biaya kontrak yang diestimasi.
62
D. Perlakuan Akuntansi Pada Pendapatan Proyek Sesuai PSAK No 34 Perusahaan menggunakan cara penaksiran secara fisik. Pengukuran tingkat kemajuan penyelesaian ditetapkan dengan menghitung bobot fisik dalam volume dari seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan pada periode atau bulan yang bersangkutan. Menurut PSAK no 34 dinyatakan bahwa pendapatan konrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing – masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan terhadap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca. Taksiran rugi pada kontrak konstruksi tersebut harus segera diakui sebagai beban atau dengan kata lain besar kemungkinannya terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi pendapatan kontrak. Taksiran rugi harus diakui sebagai beban. Jumlah kerugian tersebut ditentukan tanpa memperhatikan apakah pekerjaan kontrak telah dilaksanakan atau belum. Biasanya pendapatan ini akan dihitung dengan menggunakan metode biaya ke biaya. Yang cara penghitungannya akan diperlihatkan dibawah ini. Rumus menentukan persentase penyelesaian proyek (metode biaya ke biaya) yaitu : Biaya yang dikeluarkan Biaya yang dikeluarkan + biaya untuk menyelesaikan proyek Atau Biaya yang dikeluarkan Total perkiraan biaya untuk menyelesaikan proyek
63
Dengan demikian apabila perusahaan menggunakan metode biaya ke biaya, maka persentase penyelesaian proyek untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut: Rp. 13.455.419.071
x 100% = 65%
Rp. 20.700.674.725 Sehingga pendapatan yang harus diakui untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut ; 65% x Rp. 24.353.699.676,- = Rp. 15.829.904.789,Pendapatan tersebut dicatat dalam ayat jurnal sebagai berikut : Db Biaya Proyek
Rp. 13.455.419.071,-
Db Proyek dalam pelaksanaan
Rp. 2.374.485.718,-
Cr
Penjualan Usaha Pokok Jasa Konstruksi
Rp. 15.829.904.789,-
Sedangkan persentase penyelesaian proyek untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut : Rp
7.245.255.654,-
x 100% = 35%
Rp. 20.700.674.725,Pendapatan yang seharusnya diakui untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut 35% x Rp. 24.353.699.676,- = Rp. 8.523.794.886,Pendapatan tersebut dicatat dalam ayat jurnal sebagai berikut : Db Biaya Proyek
Rp. 7.245.255.654,-
Db Proyek dalam penyelesaian
Rp. 1.278.539.232,-
Cr
Penjualan usaha Pokok Jasa Konstruksi
Rp. 8.523.794.886,-
64
Berdasarkan perhitungan diatas dengan menggunakan metode cost to cost maka laba yang diperoleh pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : Pendapatan Proyek
= Rp. 15.829.904.789,-
Biaya Proyek
= Rp. 13.455.419.071,-
Laba Operasi
= Rp. 2.374.485.710,-
Sedangkan untuk perhitungan laba tahun 2009 adalah sebagai berikut : Pendapatan Proyek
= Rp. 8.523.794.886,-
Biaya Proyek
= Rp. 7.245.255.654,-
Laba Operasi
= Rp. 1.278.539.232,-
Dari kedua perhitungan tersebut terlihat bahwa secara total pendapatan baik yang diakui oleh perusahaan berdasarkan progress fisik dilapangan maupun berdasarkan metode cost to cost nilainya sama. Dari perhitungan – perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa pengakuan pendapatan pada tahun 2008 yang diakui perusahaan lebih besar yaitu sebesar Rp. 17.047.589.773,- dibandingan dengan menurut PSAK yaitu sebesar Rp. 15. 829.904.789,-. Dan untuk tahun 2009 pengakuan pendapatan menurut perusahaan lebih kecil yaitu sebesar Rp. 7.306.109.903,- dibandingkan dengan menurut PSAK yaitu sebesar Rp. 8.523.794.886,-. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan persentase progress fisik yang tidak sesuai dengan permohonan proses tagihan proyek. Dimana tahap – tahap pembayaran yang telah disepakati sesuai dengan presentase progress fisik tidak dilakukan tepat pada waktunya melainkan sering sering melebihi progress fisik yang terjadi di lapangan. Akan tetapi proses penagihan yang dilakukan kepada pihak pemilik
65
tidak sesuai dengan kemajuan progress fisik. Sehingga mengakibatkan perbedaan pada laba yang diakui pada akhir tahun 2008. Dengan demikian penggunaan metode pengakuan pendapatan oleh PT Aikovito sesuai dengan PSAK no. 34 karena pendapatan yang diakui berdasarkan persentase penyelesaian yang telah ditentukan dalam kontrak berdasarkan dengan kemajuan proyek pada saat tertentu. Sehingga nilai tagihan kepada owner telah sesuai dengan prinsip matching concept. Dari kedua perhitungan tersebut terlihat bahwa secara total pendapatan baik yang diakui oleh perusahaan berdasarkan progress fisik dilapangan maupun metode cost to cost nilainya sama. Dapat dilihat seperti tabel 4.3 Perbandingan Pendapatan Perusahaan Terhadap PSAK Tabel 4.3 Perbandingan Pendapatan Perusahaan Terhadap PSAK Uraian
Perusahaan
PSAK
2008
17.047.589.773 15.829.904.789
2009
7.306.109.903
Total
24.353.699.676 24.353.699.675
8.523.794.886
Sumber Data: Data Perusahaan (2008-2009)
Keterangan Perusahaan mengakui pendapatan sesuai kontrak yang berdasarkan progress fisik dilapangan sedangkan PSAK berdasarkan metode cost to cost Perusahaan mengakui pendapatan sesuai kontrak yang berdasarkan progress fisik dilapangan sedangkan PSAK berdasarkan metode cost to cost
66
Dari perhitungan diatas juga diketahui bahwa laba yang diakui oleh perusahaan pada tahun 2008 lebih besar yaitu Rp. 3.592.170.702,dibandingkan dengan metode presentase penyelesaian kontrak menurut PSAK no 34 yaitu Rp. 2.374.485.710,- . sedangkan untuk tahun 2009 laba yang diakui oleh perusahaan lebih kecil yaitu Rp. 60.854.249,- dibandingkan dengan laba yang seharusnya diakui sesuai dengan PSAK no. 34 yaitu sebesar Rp. 1.278.539.232,-. Perbedaan jumlah laba yang dihasilkan ini akan berpengaruh pula pada laporan laba rugi perusahaan tersebut. Perbandingan laba yang diakui perusahaan dan PSAK dapat dilihat dalam tabel 4.4 Perbandingan Laba Perusahaan Terhadap PSAK di bawah ini. Tabel 4.4 Perbandingan Laba Perusahaan Terhadap PSAK Uraian
Perusahaan
PSAK
Keterangan
2008
3.592.170.702
2.374.485.710
Dengan diakuinya pendapatan yang lebih besar di tahun 2008 maka berpengaruh pada laba yang dihasilkan lebih besar juga
2009
60.854.249
1.278.539.232
Dengan diakuinya pendapatan yang lebih kecil di tahun 2009 maka laba yang dihasilkan lebih kecil juga.
Total
3.653.024.951
3.653.024.942
Sumber: Data Perusahaan (2008-2009)