BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna’ pada PT. Bank Muamalat Indonesia. A. Penerapan Pembiayaan Istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia Berikut ini merupakan yang menjadi ketentuan pelaksanaan dari pembiayaan yang terdapat pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah : 1) Perhitungan Pembiayaan Istishna’ Pencatatan akuntansi pembiayaan istishna’ pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini, pencatatan didasarkan pada bank sebagai penjual (shani’) : H. Abubakar memiliki yayasan pendidikan islam “Abubakar” dari TK hingga SMU. Sehubungan dengan meningkatnya peminat sekolah tersebut YPI Abubakar mengajukan permohonan untuk melakukan penambahan beberapa kelas dan disepakati oleh Bank Muamalat. Kemudian Bank Muamalat melakukan akad kedua (Istishna’ Parallel) dengan PT. Wijaya yang berfokus pada pembangunan khususnya perumahan, bangunan sekolah dan perkantoran. Pada kasus ini PT. Wijaya telah menyepakati akad istishna’ parallel dengan Bank
48
49
Muamalat Indonesia dengan data – data spesifikasinya sebagai berikut : Tabel 4.1 Data nasabah dan spesifikasi proyek / usaha / barang / jasa (Mashnu’) Nama Nasabah : H. Abubakar Jenis Pembiayaan : Jual Beli Istishna’ untuk ruang kelas Nama Barang : Lokal Kelas Kegunaan : Ruang Kelas Jumlah : 10 Kelas (2lantai) Luas Bangunan : 500m² Spesifikasi : 6 X 9 m, dinding bata merah, atap asbes, kerangka kayu meranti super Plafond : Rp 375.000.000 Jangka Waktu : 24 bulan Margin : 20% p.a Biaya Administrasi : Rp 5.000.000,- (Rp 500.000.000 X 1%) Penagihan : Tanggal 5 setiap bulan
50
Pembayaran : Tanggal 16 setiap bulan Pengikatan : Notaris
Sumber : Bank Muamalat Pembayaran : dilakukan setelah serah terima kelas dan diangsur selama jangka waktu 2 tahun. 2) Pencatatan dan Penjurnalan Akuntansi Pembiayaan Istishna’ Dari transaksi diatas, maka pencatatannya adalah sebagai berikut : a. Pada saat pengeluaran biaya sebelum akad. Tabel 4.2 Jurnal Pengeluaran Biaya Sebelum Akad Db.
Beban
Istishna’
yang Rp 5.000.000
ditangguhkan Kr. Kas
Rp 5.000.000
Sumber : Bank Muamalat b. Penandatangan kontrak pembiayaan istishna’ antara pihak bank dan nasabah. Nasabah dikenakan biaya sebesar Rp 5.000.000,-
51
Tabel 4.3 Jurnal Pengeluaran Biaya Setelah Akad Db. Biaya Istishna’ Kr.
Beban
Rp 5.000.000
Istishna’
yang
Rp 5.000.000
ditangguhkan Sumber : Bank Muamalat c. Saat Bank Syariah menerima tagihan dari kontraktor Tabel 4.4 Jurnal Pembayaran Tagihan kepada Kontraktor Db. Aktiva Istishna’ dalam Rp 500.000.000 penyelesaian Kr. Hutang Istishna’
Rp 500.000.000
Sumber : Bank Muamalat d. Sesuai informasi sebelumnya diatas, pada tahap pertama PT. Wijaya mengeluarkan biaya sebesar Rp 150.000.000,- pada tahap pertama, Rp 250.000.000,- pada tahap kedua, dan Rp 100.000.000,- pada tahap ketiga. Berdasarkan informasi tersebut maka perhitungan pendapatan berdasarkan metode penyelesaian adalah sebagai berikut :
52
Tabel 4.5 Perhitungan Pendapatan Istishna’ Tahap pertama
Persentase Penyelesaian
Tahap kedua
Tahap ketiga
150/500 x 10% = 250/500 x 50% =
100/500 x 75% =
3%
25 %
15%
Pencatatan Penerimaan
375juta x 3% =
375juta x 25% =
375juta x 15% =
Harga ke Pembeli Akhir
11.250.000
93.750.000
56.250.000
Pendapatan istishna’
100juta x 3 % =
100juta x 25 % =
100juta x 15% =
yang Diakui (Margin /
3juta
25juta
15juta
Keuntungan Istishna’) Sumber : Bank Muamalat Atas perhitungan pendapatan istishna’ yang diakui selama transaksi istishna’, maka jurnal yang dibuat oleh PT. Wijaya adalah sebagai berikut :
53
e. Jurnal Pendapatan yang diakui oleh Bank Muamalat Indonesia. Tabel 4.6 Jurnal Pendapatan Istishna’ Tahap Pertama Db. Biaya Perolehan Rp 150.000.000
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Rp 250.000.000
Rp 100.000.000
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Rp 275.000.000
Rp 115.000.000
Istishna’ (Harga Pokok Istishna’) Db.
Aktiva Istishna’ Rp 3.000.000
dalam Penyelesaian Kr.
Pendapatan Rp 153.000.000
Istishna’ (Nilai Kontrak Istishna’) Sumber : Bank Muamalat
54
f. Pada saat bank syariah memberikan tagihan kepada pembeli. Tabel 4.7 Jurnal Piutang Istishna’
Db. Piutang Istishna’ Kr. Termin Istishna’
Tahap Pertama
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Rp 153.000.000
Rp 275.000.000
Rp 115.000.000
Rp 153.000.000
Rp 275.000.000
Rp 115.000.000
Sumber : Bank Muamalat g. Termin Istishna’ sebagai contra account dari asset istishna’ dalam penyelesaian. Tabel 4.8 Jurnal Termin Istishna’ Tahap Pertama
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Rp 153.000.000
Rp 275.000.000
Rp 115.000.000
Kr. Asset Istishna’ Rp 153.000.000
Rp 275.000.000
Rp 115.000.000
Db. Termin Istishna’
dalam Penyelesaian Sumber : Bank Muamalat
55
h. Pada
saat
bank
syariah
mencatat
keuntungan
karena
pembayaran angsuran yang dilakukan pembeli akhir Tabel 4.9 Jurnal Keuntungan Istishna’
Db. Piutang Istishna’ Kr. Pendapatan Istishna’
Tahap Pertama
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Rp 3.000.000
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Rp 3.000.000
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Sumber : Bank Muamalat i. Pada saat Bank Muamalat membayar tagihan dari Kontraktor. Tabel 4.10 Jurnal Pembayaran Hutang Istishna’ Db. Persediaan Kr. Kas Sumber : Bank Muamalat
Rp 500.000.000 Rp 500.000.000
56
j. Pada saat Bank Muamalat menerima aktiva istishna’ dari Kontraktor. Tabel 4.11 Jurnal Penerimaan Aktiva Istishna’ Db. Persediaan
Rp 500.000.000
Kr. Kas
Rp 500.000.000
Sumber : Bank Muamalat k. Saat bank syariah menerima pembayaran dari pembeli akhir. Tabel 4.12 Jurnal Penerimaan Piutang Istishna’
Db. Kas Kr.
Tahap Pertama
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Rp 153.000.000
Rp 275.000.000
Rp 115.000.000
Piutang Rp 153.000.000
Rp 275.000.000
Rp 115.000.000
Istishna’ Sumber : Bank Muamalat
57
l. Pencatatan oleh bank pada saat penerimaan keuntungan karena pembayaran yang dilkakukan secara angsuran oleh pembeli akhir. Tabel 4.13 Jurnal Penerimaan Keuntungan Istishna’ Tahap Pertama Db. Pendapatan Istishna’ Rp 3.000.000
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Tangguh Kr.
Pendapatan Rp 3.000.000
Istishna’ Sumber : Bank Muamalat Pada pencatatan akuntansi diatas, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk mengakui pembiayaan istishna’ sebesar Rp 375.000.000 sebagaimana diatur dalam PSAK No. 104. Bahwa dalam kasus tersebut PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah mengakui pendapatan pembiayaan istishna’ sebesar total harga komoditas yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir termasuk didalamnya margin keuntungan, pencatatan akuntansi diatas sesuai dengan PSAK No 104 yang menyebutkan pendapatan istishna’ adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan
58
istishna’ dan harga pokok istishna’. Pendapatan istishna’ dalam kasus diatas diakui dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian seperti yang diperbolehkan pada PSAK 104. B. Kesesuaian Penerapan Akuntansi Pembiayaan Istishna’ dengan PSAK No. 104 Setelah memperhatikan bagaimana penerapan mengenai transaksi istishna’ yang ada di Bank Muamalat Indonesia melalui contoh kasus diatas, penulis akan mencoba menganalisa apakah penerapan pembiayaan istishna’ yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia tentang pembiayaan istishna’ telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK No. 104 mengenai penerapan akuntansi untuk istishna’ tersebut. Analisa tersebut disesuaikan dengan contoh kasus diatas, berikut ini analisa yang dapat diambil oleh penulis, yaitu : 1) Pencatatan Pengakuan dan Pengukuran a. Pencatatan pada Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa biaya praakad sebagai biaya istishna’ (disebelah debet) dan mencatat kas sebagai pos lawannya (disebelah kredit) pada saat terjadinya akad istishna’. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat terjadinya akad istishna’ telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 26 pada tahun 2007 yang berisikan tentang biaya
59
praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. b. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa tagihan dari kontraktor dicatat sebagai aktiva istishna’ dalam penyelesaian (disebelah debet) dan diakui sebagai hutang kepada kontraktor (disebelah kredit). Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat menerima tagihan dari kontraktor telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 30 pada tahun 2007 yang berisikan tentang biaya perolehan istishna’ parallel diakui sebagai asset istishna’ dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan . c. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia melakukan perhitungan margin keuntungan pembuatan barang pesanan sesuai dengan menggunakan metode persentase penyelesaian dan mengakui pendapatan istishna’ sesuai dengan persentase penyelesaian pada perhitungan metode penyelesaian tersebut. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat melakukan perhitungan persentase penyelesaian dan mengakui pendapatan istishna’ disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 20 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka
60
pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu (a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’ dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian. d. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah disediakan dalam periode yang berjalan diakui sebagai pendapatan istishna’ (disebelah kredit), bagian margin keuntungan istishna’ diakui dan ditambahkan kepada asset istishna’ dalam penyelesaian (disebelah debet), pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan pada periode berjalan dan dicatat disebelah debet oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui adanya pendapatan istishna’, margin keuntungan dan pencatatan harga perolehan, sudah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 18 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka : (a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan; (b) bagian margin keuntungan
istishna’
yang
diakui
selama
periode
pelaporan
ditambahkan kepada asset istishna’ dalam penyelesaian; (c) pada akhir
61
periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut. e. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa jurnal yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat jatuh tempo pembayaran cicilan istishna’ yaitu diakui sebesar jumlah cicilan yang belum diterima dan diakui sebagai piutang istishna’ (disebelah debet) dan termin istishna’/istishna’ billing
(disebelah kredit) oleh Bank
Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui piutang istishna’ yang telah jatuh tempo dan disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 23 pada tahun 2007 yang berisikan tentang tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna’ dan termin istishna’ (istishna’ billing) pada pos lawannya. f. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proposional seseuai dengan jumlah pembayaran dan diakui sebagai pendapatan istishna’ (disebelah kredit) oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui selisih antara nilai tunai dan nilai akad telah disesuaikan dengan PSAK 104 paragraf 20 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika menggunakan metode persentase penyelesaian
62
dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu (b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. 2) Penyajian Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Muamalat Indonesia juga mengungkapkan piutang istishna’ berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. Dan termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir. Penyajian yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam pengungkapan kebijakan akuntansi yang ada di Bank telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 43 pada tahun 2007 yang berisikan tentang penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal – hal sebagai berikut : (a) piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir; (b) asset istishna’ dalam penyelesaian sebesar persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna parallel dan kapitalisasi biaya perolehan.
63
3) Pengungkapan Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Muamalat Indonesia juga diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, yaitu kebijakan bank dalam pengakuan pendapatan menggunakan margin istishna’ yang ditangguhkan. Pengungkapan yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia dalam hal pengungkapan kebijakan yang ada di bank telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 45 tahun 2007 yang berisikan tentang penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada : (a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna’; (b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan.