BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Siswa yang Orang Tuanya Bercerai 1. Pengertian Perilaku Siswa yang Orang Tuanya Bercerai Sebelum membicarakan tentang pengertian perilaku siswa , maka untuk mendapatkan pengertian yang jelas, penulis akan menjelaskan tentang
pengertian
perilaku.
Menurut
Poerwadarminto
perilaku atau
tingkah laku diartikan sebagai kelakuan atau perangai. Disini perilaku sama dengan tingkah laku dan tingkah laku berasal dari kata “tingkah” dan “laku”, tingkah berarti olah atau perbuatan. Sedangkan laku berarti : perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat. Tingkah laku atau perilaku menurut Prof. Drs. Hasan Langgulung yang diambil dari Al-Quran dan sunnah adalah tindakan atau perbuatan yang
digerakkan
oleh kerangka moral tertentu.
Dengan kata lain
pandangan Al-Quran dan hadis tentang perilaku adalah perilaku yang telah diberi persyaratan nilai – nilai tertentu bukan tingkah laku tingkat rendah yang ditentukan oleh pengaruh lingkungan saja, tetapi telah di didik dan dibudayakan dengan nilai – nilai. Sedangkan menurut Bimo Walgito perilaku adalah aktifitas – aktifitas yang merupakan manivestasi dari kejiwaan yang tidak timbul dengan sendirinya tapi sebagai akibat dari rangsangan yang mengenainya.
Jadi perilaku atau tingkah laku ini tidak bias lepas dari pengaruh lingkungan itu sendiri. ( http://id.shvoong.com/social-sciences/education /2173830-pengertian-perilaku-siswa/#ixzz2YiNAp8PS di unduh tanggal 11 Juli 2013) Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan yang besar pada aspek fisik, kognitif dan psikososial (Papalia, Old dan Feldam, 2009 : 8). Rentang usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahunsampai 22 tahun bagi laki-laki. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rentang usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. Adapun periode sebelum masa remaja ini disebut sebagai ambang pintu masa remaja atau sebagai periode pubertas. Meskipun bertumpang tindih dengan masa remaja awal, pubertas jelas berbeda dengan masa remaja (Muhammad al- migwar 2006 : 62). Remaja yang orang tuanya bercerai adalah remaja yang hidup hanyan dengan ibu kandungnya saja, bapak kandungnya saja, atau kadang tinggal dengan ibu kandungnya dalam jangka waktu tertentu kemudian pindah tinggal dengan ayah kandungnya, bahkan ada remaja yang tinggal dengan nenek mereka dan ada juga yang sekarang tinggal di pesantren kalangsari yaitu pesantren yang letaknya dekat dengan sekolah (Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MA YPK Cijulang yaitu Bapak Mulyana pada hari senin tanggal 9 April 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang diPengertian dengan perilaku remaja yang orang tuanya bercerai adalah perilaku yang nampak seharihari mereka perbuat yang meliputi kedisiplinan, hubungan sosial dan semangat belajar. Remaja tersebut berusia dari 12-21 tahun yang orang tuanya bercerai. Usia remaja yang menjadi objek penelitian adalah 14-17 tahun, remaja tersebut sekolah di tingkat MA YPK Cijualng. Mereka yang menjadi objek penelitian terdiri dari 9 siswa perempuan dan 11 siswa lakilaki, terdiri dari tiga angkatan rombongan belajar atau dari tingkatan kelas yang berpariasi (Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MA YPK Cijulang yaitu Bapak Mulyana pada hari senin tanggal 9 April 2013).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa yang Orang tuanya Bercerai Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks (Azwar, Saifudin : 9). Tiap-tiap perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar disebut perilaku (behavior). Pada era informasi sekarang ini kuatnya pengaruh terhadap pembentukan perilaku manusia diakui oleh semua orang. Dunia pendidkan mengenal tiga lingkungan pendidikan, yaiu rumah tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi anak yang lingkungan keluarganya tidak
sehat,
maka
sepenuhnya
anak
itu akan dibentuk
oleh lingkungan
masyarakat dibanding oleh sekolahnya. Di lingkungan
keluarga yang mempengaruhi perilaku mereka
adalah ayah mereka, ibu mereka atau nenek mereka. Bagi yang tinggal hanya dengan ibu mereka, mereka tidak mendapat peranan ayah yang memberi perlindungan
dan
pemberi nafkah
keluarga,
sehingga ibu
menjalankan peran juga sebagai ayah, situasi ini mempengaruhi perilaku remaja. Kemudian bagi mereka yang tinggal hanya dengan ayah mereka tidak mendapat peranan ibu sebagai pemberi kasih sayang, perhatian, dan kesabaran, dan situasi ini pun jelas mempengaruhi perilaku mereka. Di lingkungan sekolah yang mempengaruhi perilaku mereka adalah teman mereka dan kelompok – kelompok masa, di sekolah ada beberapa kelompok siswa seperti ekstra pramuka, PMR, dan Paskibra. Kemudian di luar sekolah ada kelompok geng motor, dan komunitas Vesva. Faktor individu atau orang lain yang mempengaruhi perilaku remaja di lingkungan sekolah adalah teman sebaya dan guru. Guru yang usianya masih muda adalah guru yang paling dekat dengan siswa banyak memberikan pengaruh berupa inspirasi dan motivasi bagi mereka, guru muda itu adalah Bapak Saepul Millah dan Bapak Taufik Hidayat, peneliti menyimpulkan ini karena dari hubungan emosional mereka sangat dekat, mereka
sering
bercanda
dan
kelihatan
tidak
canggung
berkomunikasi (Hasil observasi pada tanggal 9 – 12 April 2013).
dalam
Faktor kelompok yang mempengaruhi perilaku remaja adalah geng motor bagi mereka yang aktif di luar sekolah namun bagi remaja yang aktif di sekolah adalah ekstra pramuka, PMR dan paskibra. Hal ini terlihat dari cara berpakaian dan aktifitasnya saat di sekolah maupun di luar sekolah. Bagi remaja yang aktif di geng motor akan membawa motor dengan knalpot bising, modivikasi, sedangkan bagi yang ekstra pramuka terlihat dari gaya berpakaian yang rapih, sepatu pentopel, dan selalu mengikuti
kegiatan-kegiatan
pramuka,
PMR
atau
paskibra
(Hasil
Observasi dan wawancara dengan objek penelitian yaitu Asep Yadi pada hari Selasa tanggal 10 April 2013).
B. Gambaran Perilaku Siswa MA YPK Cijulang yang Orang Tuanya Bercerai Menurut SOEKIDJO NOTOATMOJO, perilaku adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. 1. Kedisiplinan Siswa Disiplin merupakan yang
dipercaya
termasuk
perasaan taat dan
patuh
terhadap nilai-nilai
melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi
tanggung jawabnya. Disiplin sebenarnya bukan hanya sekedar aturan yang harus ditaati untuk merubah perilaku siswa di sekolah dan bukan sekedar sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan, tetapi lebih dari itu untuk membentuk mental disiplin kepada siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan kondisi sekolah yang dapat membuat semua personil sekolah untuk taat dan patuh secara sadar untuk
mengikuti tata tertib yang ada disekolah tersebut. Misalnya tata tertib untuk masuk sekolah jam 07.00-07.15. dan bila melewati jam tersebut pintu gerbang sekolah ditutup rapat, siapapun tidak diperbolehkan untuk masuk ke lingkungan sekolah jika terlambat, kecuali tamu yang akan berkunjung kesekolah atau ada hal lain yang mendesak sehingga pintu gerbang sekolah dapat dibuka. Aturan itu harus konsisten dilaksanakan dan diberlakukan kepada semua personil sekolah termasuk guru, staf dan kepala sekolah.
a. Disiplin Berpakaian dan Berdandan Berdasarkan tata tertib sekolah MA YPK Cijulang yang berkaitan dengan berpakaian dan berdandan adalah menyangkut seragam sekolah, pada hari senin memakai baju putih, celana abu dan bagi siswa perempuan memakai jilbab warna putih, kemudian pada hari rabu dan kamis memakai baju batik, celana/rok warna hitam dan bagi siswi perempuan memakai jilbab hitam, kemudian pada hari jumat dan sabtu memakai pakaian seragam pramuka lengkap. Kemudian cara berpakaian, yaitu baju dan celana jangan terlalu ketat. Memakai make up jangan berlebihan. Dari hasil observasi,
peneliti melihat
bahwa penampilan
mereka bisa dikatagorikan sebagai penampilan yang tidak disukai oleh pihak sekolah, seperti siswa perempuan dengan menggunakan make up berlebihan, rok/celana hanya samapai diatas mata kaki, dan menggunakan baju yang ketat. Dan siswa laki-laki menggunakan celana yang ketat dan semakin kecil ke bawah dan baju tidak dimasukkan, dan mereka mencukur rambut dengan gaya panjang di
tengah sedangkan di pinggir sangat tipis (Hasil Observasi pada tanggal 9-12 April 2013). Dari hasil wawancara dengan guru BP, bahwa penampilan siswa yang orang tuanya bercerai sangat diperhatikan. Mungkin ini disebabkan oleh mereka tidak mendapat teguran di rumah atau ingin mengekspresikan diri mereka dengan perkembangan model terbaru. Namun sayang penampilan yang gaul dilarang oleh pihak sekolah (hasil wawancara dengan guru BP yaitu Bapak R. Firmansyah pada tanggal 10 April 2013). Kemudian
peneliti melakukan wawancara dengan dengan
teman objek yaitu Dera Mutsana, dan hasilnya sebagai berikut : “ Mereka kebanyakan mendapat uang jajan dari pihak ibunya atau bapaknya, sehingga kadang mereka mendapat uang jajan dua kali lipat, sehingga mereka memiliki cukup uang untuk membeli barang yang mereka sukai, atau kalau perempuan untuk membeli make up. Namun tetap saja mereka kelihatan tidak bisa berdandan karena tidak ada bimbingan dari orang tua” (Hasil wawancara dengan teman objek Dera Mutsana pada tanggal 10 April 2013).
Tabel 3.1 Jawaban informan mengenai membeli pakaian No
Pernyataan penelitian
1.
Membeli sendiri
5
2.
Dibelikan oleh orang tua
15
Jumlah
Frekuensi
20
Berdasarkan tabel hasil wawancara diatas mengenai cara membeli pakaian, didapat hasil bahwa sebagian besar mereka membeli pakaian oleh mereka sendiri yaitu sebanyak 5 siswa, sedangkan sisanya yaitu 15 orang siswa dibelikan oleh orang tua. Hasil wawancara ini menjadi jawaban hasil wawancara peneliti dengan guru BP yaitu mengenai cara berpakaian mereka. Alasan utama selama ini mereka berapakaian yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah ternyata disebabkan mereka sendiri yang membeli pakaiannya sehingga mode dan ukurannya mereka sendiri yang menentukan tanpa ada bimbingan dari orang tua. b. Disiplin Masuk sekolah Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 April 2013, pada tata tertib siswa MA YPK Cijulang mulai masuk kelas pada pukul 07.15, dan pulang sekolah pukul 13.50. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selam tiga hari yaitu mulai tanggal 9 – 12 April 2013, peneliti sengaja datang ke sekolah sebelum waktu masuk, hal ini dilakukan agar peneliti melihat langsung kedatangan siswa yang menjadi objek penelitian. Pada hari petama penulis melihat dua siswa yang menjadi objek penelitian yang datang sebelum upacara dimulai karena hari itu adalah hari senin, kemudian sebanyak 4 siswa yang datang bertepatan dengan upacara dimulai,
dan sisanya sebanyak 14 siswa yang menjadi objek
penelitian datang setelah upacara dimulai, walaupun tidak sampai
mendapat hukuman karena hanya terlambat 1-5 menit, dan semua siswa yang menjadi objek penelitian datang ke sekolah. Pada hari kedua peneliti kembali datang sebelum bel masuk sekolah, ada empat siswa yang sudah hadir di sekolah, kemudian bel dibunyikan dan 15 siswa datang setelah bel dibunyikan, kemudian terdapat tiga siswa yang mendapat hukuman berupa denda harus membayar Rp 2000, karena terlambat lebih dari 10 menit, dan satu siswa tidak hadir dengan alasan sakit. Hari kedua ada tiga siswa yang hadir sebelum bel, dan sisanya kesiangan
walaupun
hanya
satu
orang
siswa
yang
mendapat
hukuman. Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa terdapat 5 orang objek penelitian yang selalu mendapat hukuman tiap harinya yang diberikan oleh guru piket, pelanggaran yang dilakukan berupa datang kesiangan, tidak mengikuti jam pelajaran yang biasanya mereka bersembunyi di kantin dan tidak mengikuti ekstra kurikkuler yang diwajibkan oleh pihak sekolah (Hasil observasi pada tanggal 9-12 April 2013). “setiap hari sabtu banyak siswa yang dihukum karena tidak mengikuti ekstra pramuka dan kebanyakan dari mereka adalah siswa yang orang tuanya bercerai, nampaknya mereka tidak menyukai ekstra kurikuler pramuka padahal ini diwajibkan oleh pihak sekolah. Mereka lebih aktif diorganisasi luaran sana yang mereka anggap keren seperti geng motor dan lainnya (Hasil wawancara dengan teman objek Dera pada tanggal 10 April 2013).
Sebetulnya kesalahan atau pelanggaran yang mereka lakukan adalah merupakan bentuk rasa kekecewaan akan dirinya tidak mendapat prhatian di rumah, maka ia iangin mendapat perhatian di sekolah dengan cara melakukan pelanggaran – pelanggaran (Hasil wawancara dengan kepala MA YPK Cijulang yaitu bapak Mulyana pada tanggal 9 April 2013). Tabel 3.2 Jawaban informan mengenai bangun pagi No
Pernyataan penelitian
Frekuensi
1.
Bangun sendiri
15
2.
Dibangunkan oleh orang lain
5
Jumlah
20
Tabel diatas informan menjawab bangun sendiri sebanyak lima belas orang dan dibangunkan oleh orang lain sebanyak lima orang. Hasil wawancara dengan guru BP bahwa dan hasil observasi penelitia menunjukkan kebanyakan siswa yang orang tuanya bercerai sering terlambat masuk sekolah. Ternyata alasan mereka terlambat datang ke sekolah adalah karena mereka tidak ada yang membangunkan, kemudian hasil wawancara dengan guru BP juga mereka sering tidur terlalu malam karena sering keluyuran.
c. Disiplin Belajar Disiplin belajar meliputi belajar di sekolah maupun belajar di rumah. Disiplin belajar di sekolah lebih difokuskan pada cara mereka mengikuti pelajaran di kelas. Yang diPengertian dengan disiplin belajar adalah mengikuti pelajaran sesuai dengan yang diharapkan, seperti mengerjakatan tugas yang diberikan oleh guru, mengikuti pelajaran sampai akhir, tidak tidur di kelas, mengerjakan pekerjaan rumah dan lain-lain. Perilaku disiplin belajar ini sebenarnya dapat dengan mudah diamati,
peneliti melakukan
observasi dan
wawancara kepada
beberapa guru. Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 April 2013, observasi ini dilakukan dengan cara melihat daftar hadir yang ada pada guru piket. Perlu diketahui bahwa di MA YPK Cijulang setiap hari ada guru piket yang tugasnya mengawasi berlangsungnya proses pembelajaran, seperti mengabsen siswa tiap kelas, menilai kebersihan kelas, mengganti atau mengisi kelas apabila ada guru yang berhalangan,
sampai memberi sanksi kepada siswa yang
melanggar tata tertib yang terjadi pada hari itu. Hasil observasi ini peneliti menemukan bahwa pada semester dua ini siswa yang dijadikan objek penelitian semuanya pernah tidak masuk kelas, walaupun ada yang alasannya sakit. Kemudian peneliti mencoba mewawancarai salah seorang guru matematika yaitu Ibu Sari, hasil wawancara ini menunjukkan bahwa
ternyata mereka adalah yang paling sering tidak masuk kelas, dan kalaupun ada di kelas mereka sering kelihatan tidak semangat atau mengantuk. Kemudian peneliti kembali mencoba mewawancarai guru Bahasa Sunda yaitu Ibu Heni, hal ini dilakukan sebagai pembanding karena menurut hemat peneliti pelajaran matematika adalah pelajaran yang dianggap paling sulit sehingga mereka tidak semangat dalam dalam belajar, sedangkan pelajaran bahasa sunda dianggap pelajaran yang
mudah
dan
menyenangkan.
Tetapi
hasil
wawancara
menunjukkan ternyata mereka juga sama kurang semangat dalam mengikuti pelajaran yaitu sebanyak 12 orang siswa, dan hanyan 8 siswa yang mengikuti pelajaran dengan semangat (Hasil wawancara dengan guru matematika yaitu Ibu Sari dan guru bahasa sunda yaitu Ibu Heni pada tanggal 10 April 2013). Kemudian peneliti mengajukkan pertanyaan kepada objek tentang disiplin belajar. Tabel 3.3 Jawaban informan mengenai kebiasaan belajar di rumah No
Pernyataan penelitian
1.
Sering belajar dirumah
13
2.
Tidak pernah belajar di rumah
7
Jumlah
Frekuensi
20
Dari tabel diatas dapat diketahui ternyata kebanyakan mereka tidak pernah belajar di rumah yaitu sebanyak 7 siswa. Dan 13 siswa
yang sering belajar di rumah. Mereka tidak belajar di rumah karena mereka jarang ada di rumah bahkan mereka sering tidur di warung, balai, bahkan di rumah teman mereka tempat mereka berkumpul. Mereka sudah tidak peduli lagi dengan tugas yang diberikan oleh guru, mereka sering mencontek dari teman mereka sebelum waktu masuk di mulai (Hasil wawancara dengan objek Asep Yadi pada tanggal 10 April 2013).
2. Pergaulan Siswa a. Pergaulan dengan teman Masa remaja memiliki perkembangan sosial, yaitu pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial atau proses belajar untuk menyeseuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral agama (Samsu Yusup, 2011 : 65). Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitar. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik atau pikiran. Tugas-tugas kepada
setiap
kelompok peserta
didik
ini harus memberikan kesempatan atau
siswa
untuk
menunjukkan
prestasinya, dan juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan melaksanakan tugas kelompok, siswa dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab. Perkembangan sosial peserta didik dapat berjalan dengan semestinya jika situasi dan kondisi siswa dan lingkungan siswa berada dalam keadaan normal. Hubungan pertemanan antara objek penelitian dengan siswa lain cukup akrab, hal ini terlihat saat istirahat mereka bercanda dan bermain bersama di kantin sekolah. Siswa lain yang berteman dengan mereka kelihatan tidak canggung dalam berkomunikasi, mereka tidak merendahkan tentang keadaan objek penelitian
yang
orang
tuanya
bercerai.
Tidak
ada
kata-kata
meremehkan dan ejekan dari teman-teman objek penelitian. Perkembangan sosial peserta didik dapat terhambat karena adanya keengganan untuk berkelompok, salah satu alasannya karena terjadi perbedaan status dan peran sebagai siswa. Tidak adanya ejekan karena orang tuanya bercerai dan teman –teman objek ini menjadikan
perkembangan
sosial
dalam
menjalankan
perannya
sebagai siswa tidak terganggu, lain halnya bila ada ejekan dan tidak diterima karena orang tua mereka bercerai akan membingungkan statusnya sebagai siswa dalam bergaul dengan teman-temannya (Hasil observasi pada hari senin – kamis tanggal 11 – 14 April 2013). Mengenai pergaulan dengan teman lainnya mereka tidak begitu mendapat kendala atau teman mereka dapat menerima mereka,
hal ini terlihat dlaam keikutsertaan dalam setiap kegiatan sekolah, baik intra maupun ekstra dan mereka cukup berperan dalam kepanitiaan atau yang junior saat menjadi peserta (Hasil wawancara dengan pembina OSIS Bapak Yani Satriani, pada hari Rabu 13 April 2013). Di luar kegiatan yang bersifat resmi di sekolah, mereka cukup kesulitan untuk dapat bergaul dengan semua teman meraka, ini terlihat selama tiga hari peneliti melakukan observasi, mereka selalu bergaul dengan teman yang sama, seperti saat istirahat pergi ke kantin (Hasil observasi pada hari senin – kamis tanggal 11 – 14 April 2013). Tabel 3.4 Jawaban informan mengenai memiliki banyak teman disekolah No
Pernyataan penelitian
Frekuensi
1.
Memiliki banyak teman
13
2.
Tidak memiliki banyak teman
7
Jumlah
20
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa yang menjawab bahwa dirinya memiliki banyak teman dan terdapat 7 siswa yang menyatakan tidak memiliki banyak teman. Hal ini dikarenakan ke tujuh siswa tersebut adalah siswa yang nakal dan kurang aktif didalam kegiatan ekstra yang ada di sekolah. Mereka juga kurang berprestasi di sekolahnya, hal inilah yang menyebabkan mereka sulit diterima oleh teman-temannya.
Tidak disukai oleh teman-temannya dikarenakan mereka tidak memiliki prestasi dan karena mereka nakal, dan mereka tidak menginginkan prestasi tersebut (Hasil wawancara dengan objek penelitian yaitu Adhita Nurkholik pada hari Rabu 13 April 2013). Dari hasil pembahasan mengenai pergaulan dengan siswa diatas dapat disimpilakn bahwa siswa yang sedikit memilki teman di sekolahnya karena perilaku mereka sendiri yang nakal dan tidak memiliki prestasi di sekolahnya. Karena sebagai siswa mereka akan lebih senang bergaul dengan teman yang memiliki prestasi dengan alasan supaya mereka bisa mencontohnya, dan tidak nakal disekolah agar mereka tidak terbawa nakal. Sebaiknya sebagai seorang siswa apabila ingin memiliki teman di sekolah maka harus berkelakuan baik dan
memiliki
prestasi
yang
bisa
dibanggakan
yang
dapat
meningkatkan kepercayaan diri mereka. b. Pergaulan dengan guru Guru
sebagai
pelaku
utama
dalam
implementasi
atau
penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Mengingat peranannya begitu penting maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik (Syamsu Yusup, 2011 : 139). Tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan
berkembang
menjadi
manusia-manusia
yang
cerdas,
baik cerdas
secara fisik, intelektual, sosial, emosional, moral dan spiritual. Sebagai konsekuensi
logis
dari
tugas
yang
diembannya, guru
senantiasa
berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya. Respon guru terhadap objek berbeda-beda dikarenakan hal ini tergantung dari kesabaran dan masalah apa yang pernah guru-guru hadapi dengan objek. Ada guru yang sabar dan menerima objek, ada guru yang tidak menerima objek karena sudah bosan meghadapinya (Hasil wawancara dengan Kepala Skeolah Bapak Mulyana pada hari Senin tanggal 9 April 2013). Pemberian
nasihat
dan hukuman dilakukan dengan cara
berbeda kepada siswa yang orang tuanya bercerai, biasanya kami memberikan nasihat dan pengertian terlebih dahulu kepada mereka dengan cara lembut, kemudian barulah dihukum dengan peraturan yang telah berlaku sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya ( Hasil wawancara dengan guru BK Bapak Firmansyah pada hari Senin Tanggal 9 April 2013). Tabel 3.5 Jawaban informan mengenai merasa dekat dengan guru disekolah No
Pernyataan penelitian
1.
Merasa dekat dengan guru Tidak merasa dekat dengan guru
2. Jumlah
Frekuensi 11 9 20
Berdasarkan
tabel
diatas
mengenai
pertanyaan
merasa
diperhatikan oleh guru, terdapat hasil sebagai berikut sebelas siswa merasa diperhatikan dan sembilan siswa merasa tidak diperhatikan. Perasaan akan merasa diperhatikan oleh guru didasarkan karena mereka mendapatkan teguran dan asihat dari guru bila melakukan keslaahan, dan yang menjawab tidak merasa diperhatikan oleh guru didasarkan karena guru membiarkan mereka melakukan kenakalan-kenakalan
dengan
tanpa
mempedulikannya.
Hal
ini
dilakukan oleh guru yang kurang peduli terhadap siswanya, biasanya oleh guru yang sudah berusia diatas 40 tahun, jarak dari sekolah jauh, dan sudah berkeluarga. (Hasil wawancara dengan objek yaitu Aditha Nurholik pada hari Rabu tanggal 12 April 2013). Objek yang merasa dirinya diperhatikan oleh guru terlihat sering masuk kantor dan kelihatan aktif, mereka lebih bersemangat dalam belajar dan rata-rata memiliki prestasi yang baik. Selain itu mereka juga aktif di organisasi sekolah, dipramuka, PMR, Paskibra, dan organisasi lainnya. Mereka tak jarang menjadi panitia inti apabila ada kegiatan. Sebaliknya mereka yang merasa tidak diperhatikan oleh guru, cenderung berperilaku pasif dan jarang berkomunikasi dengan guru,
mereka cenderung menghindar apabila hendak berpapasan
dengan guru, bertemu di jalan atau di luar lingkungan sekolah. Mereka juga cenderung tidak begitu peduli dengan kegiatan di sekolah, mereka
hanya mengikuti satu ekstra yaitu pramuka, itu pun karena ekstra pramuka diwajibkan bagi seluruh siswa, dan tak jarang mereka mendapat hukuman karena tidak mengikutinya (Hasil wawancara dengan kepala sekolah Bapak Mulayana pada tanggal 9 April 2013). Dari hasil pembahasan mengenai perasaan objek penelitian merasa diperhatikan oleh guru dapat disimpulkan bahwa terdapat 11 siswa yang merasa diperhatikan dan 9 siswa yang merasa tidak diperhatikan oleh guru. Perhatian guru sangat berpengaruh terhadap perilaku
objek,
mereka
yang
merasa
diperhatikan
memiliki
kepercayaan diri tinggi, dan bertindak sesuai dengan tata tertib sekolah, karena mereka memiliki rasa malu dan takut kalau ditegur oleh
guru.
bertindak
Sebaliknya dan
mereka
berperilaku
yang merasa tidak
semaunya,
sehingga
diperhatikan
mereka
sering
melanggar tata tertib sekolah. Siswa yang merasa tidak diperhatikan adalah siswa yang nakal dan merupakan bahan perbincangan guru di kantor, banyak guru yang membicarakan meraka setelah mereka keluar dari kelas siswa tersebut, ada yang tidur di kelas, tidak memperhatikan, sering keluar masuk kelas, bahkan tertidur di kelas.