BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identitas Terdakwa Nama lengkap
: DITA DESMALA SARI Binti SUHERI ;
Tempat lahir
: Lintau ;
Umur/Tanggal lahir
: 18 Tahun / 08 Desember 1995 ;
Jenis kelamin
: Perempuan ;
Kebangsaan
: Indonesia ;
Tempat tinggal
: Jalan Raya Bunut Desa Pinang Sebatang Timur, Kec. Tualang, Kab. Siak ;
A gama
: Islam ;
Pekerjaan
: Wiraswasta
2. Uraian Singkat Fakta Peristiwa Hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013 pukul 17.30 WIB, Muhammad Delfi yang menjemput Korban di pasar Bunut kemudian mengajaknya kerumahnya, kemudian Muhammad Delfi mengajak Terdakwa yang merupakan
istrinya
bersama
Korban
untuk
berjalan-jalan
dengan
menggunakan sepeda motor. Ditengah perjalanan, muncul niat dari Muhammad Delfi dan Terdakwa untuk menghabisi nyawa Korban kemudian mengambil alat vitalnya untuk dijadikan syarat mendapatkan ilmu kekebalan. Korban kemudian dihabisi di TPU Nurjanah dengan cara Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Muhammad Delfi menindih dan menutup mulut Korban hingga dia tidak bernafas. Alat kelamin Korban kemudian oleh Terdakwa dipotong dengan pisau cutter yang sebelumnya dibeli di tengah perejalanan menuju TPU. Mayat Korban kemudian ditutup dengan rumput dan ilalang, setelah itu Terdakwa bersama Muhammad Delfi meninggalkan mayat Korban di TPU tersebut.
43
44
Hampir setahun berselang, tepatnya pada tanggal 06 Agustus 2014 ditemukan kerangka yang diduga milik Korban di lokasi TPU Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak. Penyidik yang kesulitan mengungkap tulang kerangka tersebut kemudian meminta Ahli Forensik untuk mengidentifikasinya. Pemeriksaan kemudian menunjukkan bahwa benar tulang kerangka tersebut adalah milik Korban Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura pada akhirnya melalui putusan Nomor: 371/Pid.B/2014/PN.Sak tanggal 12 Februari 2015 menyatakan menjatuhkan pidana mati terhadap Terdakwa Dita Desmala Sari karena terbukti bersalah melakukan tindak pidana bersama-sama melakukan pembunuhan berencana yang mengakibatkan matinya Korban. Perkara tersebut kemudian diajukan banding oleh Terdakwa, namun Pengadilan tinggi Pekan Baru, Riau tanggal 6 April 2016 mengeluarkan putusan Nomor: 35/PID.B/2015/PT.PBR yang berisi menguatkan putusan Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura Nomor: 371/Pid.B/2014/PN.Sak. 3. Dakwaan a. PRIMAIR -
Bahwa Terdakwa DITA DESMALA SARI Binti SUHERI bersamasama dengan Saksi MUHAMMAD DELFI Als BUYUNG Bin BASRI TANJUNG (dilakukan penuntutan secara terpisah) pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013 sekira pukul 17.30 Wib atau setidaktidaknya pada waktu lain dalam bulan Agustus 2013 atau setidak tidaknya masih termasuk dalam tahun 2013 bertempat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, atau setidaktidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura, barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain yaitu Korban RENDI HIDAYAT, mereka yang melakukan,
45
yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan, yang dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut : Bahwa
berawal
dari
cerita
ayahnya
mengenai
cara
mendapatkan kekebalan tubuh dengan mengumpulkan 7 (tujuh) buah kemaluan laki-laki maka timbullah niat Saksi MUHAMMAD DELFI untuk mengikuti kebiasaan ayahnya tersebut dengan cara mencari calon Korban yang akan dibunuh dan dipotong kemaluannya. Selanjutnya pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013 sekira pukul 17.30 Wib Saksi MUHAMMAD DELFI dengan menggunakan sepeda motor Honda Revo menjemput Korban di Pasar Bunut untuk diajak bermain ke rumah Saksi MUHAMMAD DELFI. Setiba di rumah Saksi MUHAMMAD DELFI, Terdakwa yang merupakan istri Saksi MUHAMMAD DELFI menanyakan siapa anak yang dibawa Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut dan apa tujuannya dibawa ke rumah lalu dijawab oleh Saksi MUHAMMAD DELFI dengan mengatakan Korban adalah anak teman Saksi MUHAMMAD DELFI dan diajak ke rumah untuk bermain-main saja. Selanjutnya Terdakwa diajak oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk berjalan-jalan bersama Korban menggunakan sepeda motor, Terdakwa awalnya menolak ajakan tersebut dengan alasan capek namun karena terus dibujuk oleh Saksi MUHAMMAD DELFI akhirnya Terdakwa ikut pergi. Bahwa selanjutnya Terdakwa bersama Korban dibonceng Saksi MUHAMMAD DELFI menggunakan sepeda motor Honda Revo warna hitam Nopol BM 4122 menuju ke kedai, di tengah perjalanan menuju kedai Saksi MUHAMMAD DELFI mengatakan kepada Terdakwa “Dek, mau nggak praktekkan cara membunuh si AMDI”, awalnya Terdakwa menjawab “ga mau”, lalu Saksi MUHAMMAD DELFI mengatakan “sudah jangan banyak cerita ikut aja” dan Terdakwa pun mau mengikuti ajakan Saksi MUHAMMAD DELFI. Setiba di kedai yang berada di Jalan Inpres Saksi MUHAMMAD DELFI membeli 1 (satu) bilah pisau cutter warna
46
putih bening dan beberapa botol air mineral. Selanjutnya Terdakwa bersama Korban dibonceng oleh Saksi MUHAMMAD DELFI menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Terdakwa menanyakan kepada Saksi MUHAMMAD DELFI untuk apa datang ke TPU dan Saksi MUHAMMAD DELFI beralasan hendak melihat makam orangtua, selanjutnya Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Terdakwa dan Korban menemaninya kearah semak belukar untuk buang air kecil, Terdakwa sempat menolak namun akhirnya mengikuti permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut. Setelah sampai di semak belukar tersebut Terdakwa bertanya kepada Saksi MUHAMMAD DELFI “ngapain disini?”, Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Terdakwa diam saja, lalu Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Korban berdiri diantara rumput ilalang. Selanjutnya Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk membuka celana Korban, Terdakwa menanyakan untuk apa dibuka namun Saksi MUHAMMAD DELFI tetap meminta Terdakwa membuka celana Korban, karena Terdakwa tidak mau akhirnya Saksi MUHAMMAD DELFI sendiri yang membuka celana
Korban,
kemudian
Terdakwa
diminta
oleh
Saksi
MUHAMMAD DELFI untuk memainkan alat kelamin Korban dan Terdakwa mengikuti permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut. Setelah itu Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Korban duduk diatas tanah sekaligus meminta Terdakwa menarik lilitan kain celana yang melingkar di leher Korban, Terdakwa sempat menolak permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI namun Terdakwa terus dipaksa oleh Saksi MUHAMMAD DELFI, jika Terdakwa tidak mau mengetatkan lilitan kain celana di leher Korban maka leher Terdakwa yang akan dililit oleh Saksi MUHAMMAD DELFI. Selanjutnya Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban
47
sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Saksi MUHAMMAD DELFI menindih dan menutup mulut Korban hingga Korban tidak bernafas. Beberapa menit kemudian setelah Korban terlihat
tidak
bernafas
lagi
Saksi
MUHAMMAD
DELFI
menyerahkan 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening kepada Terdakwa dan Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk memotong alat kelamin Korban, Terdakwa kemudian memotong alat kelamin Korban menggunakan pisau cutter tersebut, alat kelamin Korban tersebut kemudian diambil oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk dibawa pulang. Selanjutnya Terdakwa membuang pisau cutter tersebut ke semak-semak sedangkan Saksi MUHAMMAD DELFI menutupi mayat Korban dengan rumput dan ilalang, setelah itu Terdakwa bersama Saksi MUHAMMAD DELFI meninggalkan mayat Korban di TPU tersebut. Sekira lebih kurang 1 (satu) bulan kemudian Terdakwa diajak oleh Saksi MUHAMMAD DELFI melihat lokasi pembunuhan Korban di TPU Nurjannah namun Terdakwa
tidak
ikut
melihat
jasad
Korban,
Saksi
MUHAMMAD DELFI melihat jasad Korban seorang diri dan menurut Saksi MUHAMMAD DELFI kondisi mayat Korban tinggal menyisakan tulang belulang saja. Berikutnya pada tanggal 06 Agustus 2014 ditemukan kerangka yang diduga Korban RENDI HIDAYAT di lokasipembunuhan Korban yaitu TPU Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak berdasarkan hasil penyidikan terhadap Terdakwa dan Saksi MUHAMMAD DELFI. Berdasarkan
Visum
et
Repertum
Nomor
:
VER/43/IX/2014/RSB tanggal 10 September 2014 atas pemeriksaan tanggal 09 September 2014 yang dikeluarkan Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru dan ditandatangani Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpF selaku dokter pemeriksa I dan dr. MOHAMMAD TEGAR INDRAYANA, SpF selaku dokter pemeriksa II terhadap
48
jenazah Mr. X (diduga Korban atas nama RENDY HIDAYAT) diperoleh hasil pemeriksaan : PEMERIKSAAN LUAR MAYAT : 1. Label Mayat : satu buah label mayat, terbuat dari bahan karton, berwarna kuning tanpa materai 2. Bungkus mayat : satu buah kantung plastik transparan, bertuliskan
BADAN
RESERSE
KRIMINAL
POLRI
PUSINAFIS berwarna hitam 3. Perhiasan mayat : tidak ada 4. Pakaian mayat : tidak ada 5. Benda di samping mayat : tidak ada 6. Kaku mayat dan lebam mayat tidak dapat ditentukan 7. Identitas khusus : tidak ada 8. Rambut, alis mata, bulu mata, kumis dan jenggot tidak ada 9. Kedua mata kanan dan kiri : tidak ada 10. Hidung, telinga, mulut, lidah : tidak ada 11. Gigi : Pada rahang kanan atas tampak gigi empat yang telah erupsi, gigi lima, enam dan tujuh yang belum erupsi 12. Lubang-lubang pada mulut, lubang hidung, lubang telingan kanan dan kiri tidak dapat dinilai 13. Luka-luka : tidak dapat diidentifikasi 14. Patah-patah : tidak dapat ditentukan 15. Lain-lain : diambil sampel dari tulang pahan kanan untuk dilakukan pemeriksaan DNA PEMERIKSAAN DALAM : 16. Jaringan dan organ sudah tidak ada sehingga tidak dapat dinilai 17. Lain-lain: I. Identifikasi Umum : Terdapat beberapa tulang dalam kantung plastik transparan dalam kondisi kering dengan tanah yang menempel di
49
sekitarnya.
Jaringan
otot
dan
kulit
tidak
ada.
Setelahdiidentifikasi dan disusun tulang-tulang tersebut adalah satu kerangka manusia yang terpisah satu sama lain dengan bagian-bagiannya yang ditemukan sebagai berikut : 1. Tulang tengkorak : satu buah, tidak utuh 2. Tulang paha : satu buah, tidak utuh 3. Tulang kering : satu buah, tidak utuh Kesan : berdasarkan bentuk dan ukurannya tulang-tulang tersebut adalah kerangka manusia anak-anak. II. Identifikasi Personal : 1. Ras tidak dapat ditentukan 2. Jenis Kelamin a. Kepala Dahi (os frontalis)
:Landai
Tonjolan tepi atas rongga mata (supra orbita)
:Menonjol
Tonjolan belakang telinga (prosesus mastoideus)
:Besar dan kasar
Rongga mata (fossa orbita)
:Bentuk kotak
Permukaan tulang tengkorak belakang (protuberansia occipitali)
:Besar dan kasar
Kesan : Jenis kelamin adalah laki-laki 3. Umur : Pemeriksaan Umur didapatkan dari pemeriksaan gigi, didapatkan adanya sebagian gigi permanen yang telah erupsi dan sebagian yang belum erupsi Kesan : Perkiraan umur adalah delapan tahun sampai dua belas tahun 4. Perkiraan tinggi badan tidak dapat ditentukan
50
III.Pemeriksaan Penunjang Dilakukan
pemeriksaan
identifikasi
forensik
dengan
menggunakan metode pemeriksaan DNA pada kerangka dengan menggunakan data post mortem berupa sampel yang diambil dari potongan tulang iga kanan keempat dan potongan tulang kemaluan dibandingkan data ante mortem berupa sampel darah yang diambil dari yang diduga adalah ibu kandung dari Korban. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim Laboratorium DNA Pusat
Kedokteran
dan
Kesehatan
(Pusdokkes)
POLRI
didapatkan bahwa data ante mortem IDENTIK dengan data post mortem dan Korban diidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT. Kesimpulan : Pada pemeriksaan kerangka didapatkan bahwa kerangka berasal dari satu individu dengan jenis kelamin laki-laki, ras tidak dapat ditentukan, berusia antara delapan tahun sampai dua belas tahun, dengan tinggi badan yang tidak dapat ditentukan.Sebab mati tidak dapat ditentukan karena semua organ dalam sudah tidak ada
(sudah mengalami pembusukan). Potongan tulang pada
kerangkadiidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 Kitab Undang Undang Hukum Pidana juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang Undang Hukum Pidana. b. SUBSIDAIR Bahwa Terdakwa DITA DESMALA SARI Binti SUHERI bersamasama dengan Saksi MUHAMMAD DELFI Als BUYUNG Bin BASRI TANJUNG (dilakukan penuntutan secara terpisah) pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013 sekira pukul 17.30 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Agustus 2013 atau setidak tidaknya masih termasuk dalam tahun 2013 bertempat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, atau setidaktidaknya pada suatu tempat lain yang masih
51
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura, barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain yaitu Korban RENDI HIDAYAT, mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan,yang dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut : Bahwa pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013 sekira pukul 17.30 Wib Saksi MUHAMMAD DELFI dengan menggunakan sepeda motor Honda Revo menjemput Korban di Pasar Bunut untuk diajak bermain ke rumah
Saksi
MUHAMMAD
MUHAMMAD DELFI,
DELFI.
Terdakwa
Setiba
yang
di
rumah
Saksi
istri
Saksi
merupakan
MUHAMMAD DELFI menanyakan siapa anak yang dibawa Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut dan apa tujuannya dibawa ke rumah lalu dijawab oleh Saksi MUHAMMAD DELFI dengan mengatakan Korban adalah anak teman Saksi MUHAMMAD DELFI dan diajak ke rumah untuk bermain main saja. Selanjutnya Terdakwa diajak oleh Saksi MUHAMMAD
DELFI
untuk
berjalan-jalan
bersama
Korban
menggunakan sepeda motor, Terdakwa awalnya menolak ajakan tersebut dengan alasan capek
namun karena
terus dibujuk
oleh
Saksi
MUHAMMAD DELFI akhirnya Terdakwa ikut pergi. Bahwa selanjutnya Terdakwa bersama Korban dibonceng Saksi MUHAMMAD DELFI menggunakan sepeda motor Honda Revo warna hitam Nopol BM 4122 menuju ke kedai di Jalan Inpres, di kedai tersebut Saksi MUHAMMAD DELFI membeli 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening dan beberapa botol air mineral. Selanjutnya Terdakwa bersama Korban dibonceng oleh Saksi MUHAMMAD DELFI menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Inpres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Terdakwa menanyakan kepada Saksi MUHAMMAD
DELFI
untuk
apa
datang
ke
TPU
dan Saksi
MUHAMMAD DELFI beralasan hendak melihat makam orangtua, selanjutnya Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Terdakwa dan Korban menemaninya kearah semak belukar untuk buang air kecil, Terdakwa
52
sempat
menolak
namun
akhirnya
mengikuti
permintaan
Saksi
MUHAMMAD DELFI tersebut. Setelah sampai di semak belukar tersebut Terdakwa bertanya kepada Saksi MUHAMMAD DELFI “ngapain disini?”, Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Terdakwa diam saja, lalu Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Korban berdiri diantara rumput ilalang. - Selanjutnya Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk membuka celana Korban, Terdakwa menanyakan untuk apa dibuka namun Saksi MUHAMMAD DELFI tetap meminta Terdakwa membuka celana
Korban,
karena
Terdakwa
tidak
mau
akhirnya
Saksi
MUHAMMAD DELFI sendiri yang membuka celana Korban, kemudian Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk memainkan alat kelamin Korban dan Terdakwa mengikuti permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut. Setelah itu Saksi MUHAMMAD DELFI meminta Korban duduk diatas tanah sekaligus meminta Terdakwa menarik lilitan kain celana yang melingkar di leher Korban, Terdakwa sempat menolak permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI namun Terdakwa terus dipaksa oleh Saksi MUHAMMAD DELFI, jika Terdakwa tidak mau mengetatkan lilitan kain celana di leher Korban maka leher Terdakwa yang akan dililit oleh Saksi MUHAMMAD DELFI. Selanjutnya Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Saksi MUHAMMAD DELFI menindih dan menutup mulut Korban hingga Korban tidak bernafas. Beberapa menit kemudian setelah Korban terlihat tidak bernafas lagi Saksi MUHAMMAD DELFI menyerahkan 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening kepada Terdakwa dan Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk memotong alat kelamin Korban, Terdakwa kemudian memotong alat kelamin Korban menggunakan pisau cutter tersebut, alat kelamin Korban tersebut kemudian diambil oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk dibawa pulang. Selanjutnya Terdakwa membuang pisau cutter tersebut ke semak-semak sedangkan Saksi MUHAMMAD DELFI menutupi mayat
53
Korban dengan rumput dan ilalang, setelah itu Terdakwa bersama Saksi MUHAMMAD DELFI meninggalkan mayat Korban di TPU tersebut. Sekira lebih kurang 1 (satu) bulan kemudian Terdakwa diajak oleh Saksi MUHAMMAD DELFI melihat lokasi pembunuhan Korban di TPU Nurjannah namun Terdakwa tidak ikut melihat jasad Korban, Saksi MUHAMMAD DELFI melihat jasad Korban seorang diri dan menurut Saksi MUHAMMAD DELFI kondisi mayat Korban tinggal menyisakan tulang belulang. Bahwa Terdakwa sebelumnya pernah melakukan pembunuhan bersama Saksi MUHAMMAD DELFI di Kecamatan Duri Kabupaten Bengkalis pada tanggal dan bulan yang tidak dapat Terdakwa ingat dengan pasti sekira tahun 2013. Berikutnya pada tanggal 06 Agustus 2014 ditemukan kerangka yang diduga Korban RENDI HIDAYAT di lokasi pembunuhan Korban yaitu TPU Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak berdasarkan hasil penyidikan terhadap Terdakwa dan Saksi MUHAMMAD DELFI. - Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : VER/43/IX/2014/RSB tanggal 10 September 2014 atas pemeriksaan tanggal 09 September 2014 yang
dikeluarkan
Rumah
Sakit
Bhayangkara
Pekanbaru
dan
ditandatangani Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpF selaku dokter pemeriksa I dan dr. MOHAMMAD TEGAR INDRAYANA, SpF selaku dokter pemeriksa II terhadap jenazah Mr. X (diduga Korban atas nama RENDY HIDAYAT) diperoleh hasil pemeriksaan : PEMERIKSAAN LUAR MAYAT : 1. Label Mayat : satu buah label mayat, terbuat dari bahan karton, berwarna kuning tanpa materai 2. Bungkus mayat : satu buah kantung plastik transparan, bertuliskan
BADAN
RESERSE
PUSINAFIS berwarna hitam 3. Perhiasan mayat : tidak ada 4. Pakaian mayat : tidak ada 5. Benda di samping mayat : tidak ada
KRIMINAL
POLRI
54
6. Kaku mayat dan lebam mayat tidak dapat ditentukan 7. Identitas khusus : tidak ada 8. Rambut, alis mata, bulu mata, kumis dan jenggot tidak ada 9. Kedua mata kanan dan kiri : tidak ada 10. Hidung, telinga, mulut, lidah : tidak ada 11. Gigi : Pada rahang kanan atas tampak gigi empat yang telah erupsi, gigi lima, enam dan tujuh yang belum erupsi 12. Lubang-lubang pada mulut, lubang hidung, lubang telingan kanan dan kiri tidak dapat dinilai 13. Luka-luka : tidak dapat diidentifikasi 14. Patah-patah : tidak dapat ditentukan 15. Lain-lain : diambil sampel dari tulang pahan kanan untuk dilakukan pemeriksaan DNA PEMERIKSAAN DALAM : 16. Jaringan dan organ sudah tidak ada sehingga tidak dapat dinilai 17. Lain-lain: I. Identifikasi Umum : Terdapat beberapa tulang dalam kantung plastik transparan dalam kondisi kering dengan tanah yang menempel di sekitarnya.
Jaringan
otot
dan
kulit
tidak
ada.
Setelahdiidentifikasi dan disusun tulang-tulang tersebut adalah satu kerangka manusia yang terpisah satu sama lain dengan bagian-bagiannya yang ditemukan sebagai berikut : 4. Tulang tengkorak : satu buah, tidak utuh 5. Tulang paha : satu buah, tidak utuh 6. Tulang kering : satu buah, tidak utuh Kesan : berdasarkan bentuk dan ukurannya tulang-tulang tersebut adalah kerangka manusia anak-anak. II. Identifikasi Personal : 5. Ras tidak dapat ditentukan
55
6. Jenis Kelamin a. Kepala Dahi (os frontalis)
:Landai
Tonjolan tepi atas rongga mata (supra orbita)
:Menonjol
Tonjolan belakang telinga (prosesus mastoideus)
:Besar dan kasar
Rongga mata (fossa orbita)
:Bentuk kotak
Permukaan tulang tengkorak belakang (protuberansia occipitali)
:Besar dan kasar
Kesan : Jenis kelamin adalah laki-laki 7. Umur : Pemeriksaan Umur didapatkan dari pemeriksaan gigi, didapatkan adanya sebagian gigi permanen yang telah erupsi dan sebagian yang belum erupsi Kesan : Perkiraan umur adalah delapan tahun sampai dua belas tahun 8. Perkiraan tinggi badan tidak dapat ditentukan III.Pemeriksaan Penunjang Dilakukan
pemeriksaan
identifikasi
forensik
dengan
menggunakan metode pemeriksaan DNA pada kerangka dengan menggunakan data post mortem berupa sampel yang diambil dari potongan tulang iga kanan keempat dan potongan tulang kemaluan dibandingkan data ante mortem berupa sampel darah yang diambil dari yang diduga adalah ibu kandung dari Korban. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim Laboratorium DNA Pusat
Kedokteran
dan
Kesehatan
(Pusdokkes)
POLRI
didapatkan bahwa data ante mortem IDENTIK dengan data post mortem dan Korban diidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT.
56
Kesimpulan : Pada pemeriksaan kerangka didapatkan bahwa kerangka berasal dari satu individu dengan jenis kelamin laki-laki, ras tidak dapat ditentukan, berusia antara delapan tahun sampai dua belas tahun, dengan tinggi badan yang tidak dapat ditentukan.Sebab mati tidak dapat ditentukan karena semua organ dalam sudah tidak ada
(sudah mengalami pembusukan). Potongan tulang pada
kerangkadiidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 Kitab Undang Undang Hukum Pidana juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang Undang Hukum Pidana. 4. Tuntutan a. Menyatakan Terdakwa DITA DESMALA SARI Binti SUHERI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana turut serta melakukan pembunuhan berencana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 Kitab Undang Undang Hukum Pidana juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang Undang Hukum Pidana; b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa DITA DESMALA SARI Binti SUHERI dengan pidana seumur hidup; c. Menetapkan barang bukti berupa : 1) 1 (satu) helai celana panjang warna coklat milik Korban RENDI HIDAYAT; 2) 1 (satu) buah sandal warna biru; 3) 1 (satu) helai baju milik Korban RENDI HIDAYAT; Dikembalikan kepada ahli waris RENDI HIDAYAT; d. Menetapkan biaya perkara dibebankan kepada Negara. 5. Amar Putusan a. Putusan Pengadilan Negeri 1) Menyatakan Terdakwa DITA DESMALA SARI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Bersama-
57
sama melakukan pembunuhan berencana” sebagaimana dalam dakwaan Primair ; 2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa DITA DESMALA SARI oleh karena itu dengan Pidana Mati ; 3) Menetapkan Terdakwa tetap ditahan; 4) Menetapkan barang bukti berupa : a) 1 (satu) helai celana panjang warna coklat milik Korban RENDI HIDAYAT; b) 1 (satu) buah sandal warna biru; c) 1 (satu) helai baju milik Korban RENDI HIDAYAT; Dikembalikan kepada ahli waris Korban RENDI HIDAYAT ; 5) Membebankan biaya perkara kepada Negara., b. Putusan Pengadilan Tinggi 1) Menerima permohonan banding dari Terdakwa dan Penuntut Umum ; 2) Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura tanggal 12 Februari 2015 Nomor 371/Pid.B/2014/PN.Sak yang dimohonkan banding tersebut; 3) Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan; 4) Membebankan biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan kepada Negara.
B. Pembahasan
1. Kesesuaian Hasil Pemeriksaan Laboratorium Forensik Terhadap Tulang Kerangka
untuk
Mengungkap
Identitas
Korban
Pembunuhan
Berencana Dinilai Sebagai Alat Bukti yang Sah Menurut Pasal 184 KUHAP
Hasil pemeriksaan laboratorium forensik dalam hal ini adalah Visum et Repertum. Visum et Repertum dalam perkara ini merupakan hasil dari pemeriksaan ahli forensik yang sudah dimulai dari tahap penyidikan. Dalam
58
Pasal 133 KUHAP, dijelaskan bahwa pendapat ahli yang dimintakan penyidik dituangkan dalam bentuk tertulis. Keterangan bentuk tertulis dari seorang ahli inilah yang lazim disebut dalam praktek hukum Visum et Repertum (M. Yahya Harahap, 2001: 147). Menurut R. Soeparmono, pengertian harfiah dari Visum et Repertum adalah: Visum et Repertum berasal dari kata-kata “Visual” yaitu melihat dan “Repertum” yaitu melaporkan. Sehingga Visum et Repertum merupakan suatu laporan tertulis dari ahli dokter yang dibuat berdasarkan sumpah, perihal apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain, kemudian dilakukan pemeriksaan berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya (R. Soeparmono, 2002:98). Hasil pemeriksaan ahli forensik atau Dokter terhadap Korban yang dituangkan dalam bentuk Visum et Repertum sebagai pengganti barang bukti dibedakan menjadi: a. Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai Korban yang masih hidup yang dibuat oleh dokter mengenai derajat perlukaan dan gejala keracunan; b. Visum et Repertum Kejahatan Asusila Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai Korban yang masih hidup yang dibuat oleh dokter mengenai akibat-akibat kejahatan asusila yang membekas di tubuh; c. Visum et Repertum Jenazah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai Korban yang sudah mati yang dibuat oleh dokter mengenai autopsi atau pembedahan dan identifikasi terhadap mayat beserta bagian-bagian tubuhnya; d. Visum et Repertum Psikiatrik Visum et Repertum mengenai t mental atau jiwa tersangka atau Terdakwa atau Saksi lain dari suatu tindak pidana. yang dibuat oleh dokter dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.
59
Visum et Repertum
secara langsung berperan membuat Penuntut
Umum dapat lebih mempertajam tuntutannya serta menerapkan Pasal-Pasal dari KUHP atau Undang-Undang lainnya terutama dalam peristiwa pidana yang dilakukan dengan kekerasan. Visum et repertum dapat sangat berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam Pemberitaan. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di bagian Kesimpulan. Hakim setelah mempelajari isi dari Visum et Repertum dapat membayangkan bagaimana keadaan barang bukti pada saat terjadinya peristiwa pidana. Berdasarkan ketentuan hukum acara pidana Indonesia, khususnya KUHAP tidak diberikan pengaturan secara eksplisit mengenai pengertian Visum et Repertum. Kedudukan Visum et Repertum dalam hukum pembuktian di Indonesia dikembalikan lagi kepada alat bukti sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu: a. Keterangan Saksi; b. Keterangan Ahli; c. Surat; d. Petunjuk; e. Keterangan Terdakwa. Hasil pemeriksaan laboratorium forensik atau Visum et Repertum merupakan sebuah hasil dari seorang ahli dibidang forensik atau kedokteran kehakiman yang dicantumkan dalam sebuah tulisan pada sebuah kertas. Pengertian Keterangan Ahli sendiri, disebutkan dalam Pasal 186 KUHAP adalah, “Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan”. Visum et Repertum merupakan keterangan ahli forensik atau kedokteran kehakiman yang dibuat dan ditujukan untuk kepentingan hukum (pro justitia) atas permintaan yang berwenang mengenai segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta berdasarkan pengetahuannya yang
60
sebaik-baiknya. Hal ini kemudian menyatakan secara tegas bahwa Visum et Repertum bukanlah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan, namun merupakan sebuah laporan dari ahli yang bersangkutan dalam sebuah penanganan perkara yang berkaitan dengan nyawa, tubuh dan kesehatan manusia. Bentuk formil dari Visum et Repertum yang merupakan sebuah laporan tertulis dari ahli forensik atau kedokteran kehakiman, mengarahkan kepada suatu alat bukti lain yang berbentuk formil berupa tulisan di atas sebuah kertas, atau dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, alat bukti yang dimaksud adalah alat bukti surat. Surat sebagai alat bukti secara rinci telah diatur dalam Pasal 187 KUHAP. Ketentuan ini mengacu pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah: a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu; b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu keadaan; c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya; d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain. Pasal 187 huruf c menyatakan bahwa alat bukti surat salah satunya adalah, “Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya”. Visum et Repertum
adalah laporan
61
tertulis untuk kepentingan peradilan (Pro justitia) atas permintaan yang berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya. Sebuah Visum et Repertum dibuat sebagai alat bukti yang dapat memudahkan aparat penegak hukum untuk mengungkap sebuah tindak pidana. Namun bagian kesimpulan Visum et Repertum
tidak mengikat
Hakim, sebagaimana kekuatan pembuktian untuk keterangan ahli pada umumnya yang memiliki kekuatan pembuktian bebas. Keterangan ahli pada prinsipnya, tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat dan menentukan. Dengan demikian, nilai pembuktian keterangan ahli sama halnya dengan nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada alat bukti keterangan Saksi (M. Yahya Harahap, 2000: 283). Hanya saja, apa yang diuraikan di dalam Bagian Pemberitaan sebuah Visum et Repertum merupakan bukti materiil dari sebuah akibat tindak pidana. Oleh karenanya, Hakim melalui Visum et Repertum
dapat
memperoleh sebuah keyakinan lebih mengenai suatu peristiwa pidana yang terjadi, sehingga dapat memutus sebuah perkara dengan seadil-adilnya. Putusan Nomor: 35/PID.B/2015/PT.PBR melalui Visum et Repertum Nomor : VER/43/IX/2014/RSB tanggal 10 September 2014 atas pemeriksaan tanggal 09 September 2014 yang dikeluarkan Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru dan ditandatangani Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpF selaku dokter pemeriksa I dan dr. Mohammad Tegar Indrayana, SpF selaku dokter pemeriksa II terhadap jenazah Mr. X (diduga Korban atas nama Rendy Hidayat) yang hanya menyisakan tulang kerangka dengan pemeriksaan Anthropologi (Pemeriksaan pada sisa-sisa kerangka), DNA dari tulang paha kanan dan Odontologi (Pemeriksaan pada gigi) dengan hasil pemeriksaan: PEMERIKSAAN LUAR MAYAT : 1. Label Mayat : satu buah label mayat, terbuat dari bahan karton, berwarna kuning tanpa materai 2. Bungkus mayat : satu buah kantung plastik transparan, bertuliskan BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI PUSINAFIS berwarna hitam
62
3. Perhiasan mayat : tidak ada 4. Pakaian mayat : tidak ada 5. Benda di samping mayat : tidak ada 6. Kaku mayat dan lebam mayat tidak dapat ditentukan 7. Identitas khusus : tidak ada 8. Rambut, alis mata, bulu mata, kumis dan jenggot tidak ada 9. Kedua mata kanan dan kiri : tidak ada 10. Hidung, telinga, mulut, lidah : tidak ada 11. Gigi : Pada rahang kanan atas tampak gigi empat yang telah erupsi, gigi lima, enam dan tujuh yang belum erupsi 12. Lubang-lubang pada mulut, lubang hidung, lubang telingan kanan dan kiri tidak dapat dinilai 13. Luka-luka : tidak dapat diidentifikasi 14. Patah-patah : tidak dapat ditentukan 15. Lain-lain : diambil sampel dari tulang paha kanan untuk dilakukan pemeriksaan DNA PEMERIKSAAN DALAM : 16. Jaringan dan organ sudah tidak ada sehingga tidak dapat dinilai 17. Lain-lain: I. Identifikasi Umum : Terdapat beberapa tulang dalam kantung plastik transparan dalam kondisi kering dengan tanah yang menempel di sekitarnya. Jaringan otot dan kulit tidak ada. Setelah diidentifikasi dan disusun tulang-tulang tersebut adalah satu kerangka manusia yang terpisah satu sama lain dengan bagianbagiannya yang ditemukan sebagai berikut : 7. Tulang tengkorak : satu buah, tidak utuh 8. Tulang paha : satu buah, tidak utuh 9. Tulang kering : satu buah, tidak utuh Kesan : berdasarkan bentuk dan ukurannya tulang-tulang tersebut adalah kerangka manusia anak-anak. II. Identifikasi Personal : 5. Ras tidak dapat ditentukan 6. Jenis Kelamin a. Kepala Dahi (os frontalis) :Landai Tonjolan tepi atas rongga mata (supra orbita) :Menonjol Tonjolan belakang telinga (prosesus mastoideus) :Besar dan kasar Rongga mata (fossa orbita) :Bentuk kotak Permukaan tulang tengkorak belakang (protuberansia occipitali) :Besar dan kasar
63
Kesan : Jenis kelamin adalah laki-laki 7. Umur : Pemeriksaan Umur didapatkan dari pemeriksaan gigi, didapatkan adanya sebagian gigi permanen yang telah erupsi dan sebagian yang belum erupsi Kesan : Perkiraan umur adalah delapan tahun sampai dua belas tahun 8. Perkiraan tinggi badan tidak dapat ditentukan III.Pemeriksaan Penunjang Dilakukan pemeriksaan identifikasi forensik dengan menggunakan metode pemeriksaan DNA pada kerangka dengan menggunakan data post mortem berupa sampel yang diambil dari potongan tulang iga kanan keempat dan potongan tulang kemaluan dibandingkan data ante mortem berupa sampel darah yang diambil dari yang diduga adalah ibu kandung dari Korban. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim Laboratorium DNA Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) POLRI didapatkan bahwa data ante mortem IDENTIK dengan data post mortem dan Korban diidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT. Kesimpulan : Pada pemeriksaan kerangka didapatkan bahwa kerangka berasal dari satu individu dengan jenis kelamin laki-laki, ras tidak dapat ditentukan, berusia antara delapan tahun sampai dua belas tahun, dengan tinggi badan yang tidak dapat ditentukan.Sebab mati tidak dapat ditentukan karena semua organ dalam sudah tidak ada (sudah mengalami pembusukan). Potongan tulang pada kerangkadiidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT. Kesimpulan Visum et Repertum Nomor : VER/43/IX/2014/RSB tanggal 10 September 2014 dapat mengungkap bahwa tulang kerangka yang diketemukan adalah benar tulang kerangka manusia, dan tulang kerangka tersebut adalah milik Korban pembunuhan berencana Rendi Hidayat. Visum et Repertum yang berisi keterangan ahli yang diberikan secara tertulis, di bawah sumpah dan dilakukan diluar sidang pengadilan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1) jo. Pasal 187 huruf
c KUHAP
merupakan alat bukti yang sah menurut Undang-Undang. Oleh Hakim dijadikan sebagai penguat keyakinannya akan adanya suatu tindak pidana pembunuhan berencana yang mengakibatkan hilangnya nyawa dari Korban Rendi Hidayat.
64
2. Kesesuaian
Hasil
Pemeriksaan
Laboratorium
Forensik
Dipertimbangkan Hakim dalam Memutuskan Perkara Pembunuhan Berencana Membuktikan Kesalahan Terdakwa Hingga Dijatuhi Pidana Mati Sesuai Pasal 183 juncto Pasal 193 ayat (1) KUHAP
Hakim dalam mempertimbangkan sesuatu, haruslah ada relevansi dengan perkara yang dipersidangkan. Perkara yang dipersidangkan menurut dakwaan Primair merupakan perbuatan bersama-sama atau turut serta melakukan pembunuhan berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP
jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Turut serta melakukan disini
diaturkan dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 yang berbunyi, “Dipidana sebagai pelaku tindak pidana, mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan”. KUHP tidak memberikan defenisi atau pengertian mengenai turut melakukan (Medeplegen) itu, karenanya menyangkut hal ini diserahkan kepada ilmu pengetahuan hukum pidana saja. Medeplegen dapat diartikan sebagai bersama-sama melakukan tindak pidana. Hal ini menurut S.R Sianturi (1986: 344), karena medeplegen juga dapat diterjemahkan sebagai mereka yang bersama-sama orang lain melakukan suatu tindakan. Dalam bentuk ini jelas bahwa subyeknya paling sedikit dua orang. Oleh karenanya, kedua orang tersebut pasti bersama-sama melakukan sebuah tindak pidana. Lebih lanjut menutut Wirjono Prodjodikoro (2003: 123) mengutip pendapat Hazewinkel-Suringa, Hoge Raad Belanda yang mengemukakan dua syarat bagi adanya turut melakukan tindak pidana, yaitu: a. Kerja sama yang disadari antara para turut pelaku, yang merupakan suatu kehendak bersama di antara mereka; b. Mereka harus bersama-sama melaksanakan kehendak itu. Bahwa menurut keterangan Saksi Muhammad Delvi alias Buyung bin Basri Tanjung pada pokoknya:
65
a. Bahwa berawal dari cerita ayahnya mengenai cara mendapatkan kekebalan tubuh dengan mengumpulkan 7 (tujuh) buah kemaluan lakilaki maka timbullah niat Saksi untuk mengikuti kebiasaan ayahnya tersebut dengan cara mencari calon Korban yang akan dibunuh dan dipotong kemaluannya; b. Bahwa pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013 sekitar pukul 17.30 WIB Saksi dengan menggunakan sepeda motor Honda Revo menjemput Korban di Pasar Bunut untuk diajak bermain ke rumah Saksi; c. Bahwa setiba di rumah Saksi, Saksi mengatakan pada Terdakwa jika Korban adalah anak teman Saksi dan diajak ke rumah untuk bermainmain saja; d. Bahwa Saksi kemudian mengajak Terdakwa berjalan-jalan bersama Korban menggunakan sepeda motor Honda Revo warna hitam dengan Nomor Polisi BM 4122 menuju ke kedai; e. Bahwa Saksi di tengah perjalanan menuju kedai mengatakan kepada Terdakwa “Dek, mau nggak praktekkan cara membunuh si Amdi”, awalnya Terdakwa menjawab “Ga mau”, lalu Saksi mengatakan “Sudah jangan banyak cerita ikut aja” dan Terdakwa pun mau mengikuti ajakan Saksi; f. Bahwa setibanya di kedai yang berada di Jalan Inpres, Saksi membeli 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening dan beberapa botol air mineral; g. Bahwa selanjutnya Saksi memboncengkan Terdakwa bersama Korban menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dengan alasan melihat makam orang tua; h. Bahwa
Saksi
kemudian
meminta
Terdakwa
dan
Korban
menemaninya kearah semak belukar untuk buang air kecil; i.
Bahwa selanjutnya Saksi meminta Korban berdiri diantara rumput ilalang;
66
j.
Bahwa Saksi meminta Terdakwa untuk membuka celana Korban, namun karena Terdakwa tidak mau akhirnya Saksi sendiri yang membuka celana Korban;
k. Bahwa Saksi kemudian meminta Terdakwa untuk memainkan alat kelamin Korban dan Terdakwa mengikuti permintaan Saksi tersebut; l.
Bahwa Saksi kemudian meminta Korban duduk diatas tanah sekaligus meminta Terdakwa menarik lilitan kain celana yang melingkar di leher Korban;
m. Bahwa Saksi ketika melihat Terdakwa tidak mau memenuhi keinginannya, Saksi terus memaksa Terdakwa, jika Terdakwa tidak mau mengetatkan lilitan kain celana di leher Korban maka leher Terdakwa yang akan dililit oleh Saksi; n. Bahwa setelah Korban terbaring, pada saat bersamaan Saksi menindih dan menutup mulut Korban hingga Korban tidak bernafas; o. Bahwa beberapa menit kemudian setelah Korban terlihat tidak bernafas lagi, Saksi menyerahkan 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening kepada Terdakwa dan Terdakwa diminta oleh Saksi untuk memotong alat kelamin Korban; p. Bahwa alat kelamin Korban tersebut kemudian diambil oleh Saksi untuk dibawa pulang; q. Bahwa Saksi kemudian menutupi mayat Korban dengan rumput dan ilalang; r. Bahwa setelah itu Saksi bersama Terdakwa meninggalkan mayat Korban di TPU tersebut, kemudian Saksi bersama Terdakwa memberikan alat kelamin Korban kepada bapak Saksi. Menurut keterangan Terdakwa, Dita Desmala Sari yang kurang lebih pada pokoknya: a. Bahwa pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013 Saksi MUHAMMAD DELFI membawa Korban ke rumah mereka. Terdakwa sempat menanyakan siapa anak yang dibawa Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut dan apa tujuannya dibawa ke rumah yang kemudian dijawab
67
oleh Saksi MUHAMMAD DELFI dengan mengatakan Korban adalah anak teman Saksi MUHAMMAD DELFI dan diajak ke rumah untuk bermain-main saja; b. Bahwa Terdakwa kemudian diajak Saksi MUHAMMAD DELFI berjalan-jalan bersama Korban menggunakan sepeda motor Honda Revo warna hitam Nomor Polisi BM 4122 menuju ke kedai. Terdakwa awalnya menolak ajakan tersebut dengan alasan capek, namun karena terus dibujuk oleh Saksi MUHAMMAD DELFI Delfi akhirnya Terdakwa ikut pergi; c. Bahwa ditengah perjalanan Saksi MUHAMMAD DELFI mengajak Terdakwa untuk mempraktekkan cara membunuh amdi lagi. Terdakwa sempat menolak, tetapi karena Saksi MUHAMMAD DELFI memaksa, akhirnya Terdakwa menurutinya; d. Bahwa kemudian Saksi MUHAMMAD DELFI membawa Terdakwa dan Korban berhenti di sebuah kedai; e. Bahwa kemudian Terdakwa dan Korban diboncengkan lagi oleh Saksi Saksi MUHAMMAD DELFI menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dengan alasan menjenguk makam orang tua; f. Bahwa
Terdakwa
dan
Korban
kemudian
diminta
Saksi
MUHAMMAD DELFI menemaninya kearah semak belukar untuk buang air kecil. Terdakwa sempat menolaknya, namun akhirnya mengikuti permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut; g. Bahwa selanjutnya Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk membuka celana Korban, Terdakwa menanyakan untuk apa dibuka namun Saksi MUHAMMAD DELFI tetap meminta Terdakwa membuka celana Korban, karena Terdakwa tidak mau akhirnya Saksi MUHAMMAD DELFI sendiri yang membuka celana Korban;
68
h. Bahwa kemudian Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk memainkan alat kelamin Korban dan Terdakwa mengikuti permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI tersebut; i.
Bahwa setelah Saksi MUHAMMAD DELFI menyuruh Korban untuk duduk di atas tanah, Saksi MUHAMMAD DELFI sekaligus meminta Terdakwa menarik lilitan kain celana yang melingkar di leher Korban, Terdakwa sempat menolak permintaan Saksi MUHAMMAD DELFI namun Terdakwa terus dipaksa oleh Saksi MUHAMMAD DELFI, jika Terdakwa tidak mau mengetatkan lilitan kain celana di leher Korban maka leher Terdakwa yang akan dililit oleh Saksi MUHAMMAD DELFI;
j.
Bahwa kemudian Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Saksi MUHAMMAD DELFI menindih dan menutup mulut Korban hingga Korban tidak bernafas;
k. Bahwa Saksi MUHAMMAD DELFI beberapa menit kemudian setelah Korban terlihat tidak bernafas lagi menyerahkan 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening kepada Terdakwa dan Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk memotong alat kelamin Korban, Terdakwa kemudian memotong alat kelamin Korban menggunakan pisau cutter tersebut dan menampung darah Korban ke dalam plastik; l.
Bahwa Terdakwa kemudian membuang pisau cutter tersebut ke semak-semak;
m. Bahwa setelah itu Terdakwa bersama Saksi MUHAMMAD DELFI meninggalkan mayat Korban di TPU tersebut, kemudian Terdakwa bersama Saksi MUHAMMAD DELFI
memberikan alat kelamin
Korban kepada bapak Saksi MUHAMMAD DELFI. Kerja sama yang disadari antara para turut pelaku, yang merupakan suatu kehendak bersama di antara mereka dalam perkara ini sudah sudah dapat dilihat dari fakta:
69
a. Bahwa benar Saksi MUHAMMAD DELFI dan Terdakwa berniat mempraktekkan cara membunuh Amdi kepada Korban. Para turut pelaku memiliki kehendak yang sama yaitu untuk merampas nyawa Korban dan mengambil alat kelaminnya untuk mendapatkan ilmu kekebalan tubuh; b. Bahwa benar Saksi MUHAMMAD DELFI dan Terdakwa mengajak korbak ke TPU kemudian Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Saksi MUHAMMAD DELFI menindih dan menutup mulut Korban hingga dia tidak bernafas. Beberapa menit kemudian setelah Korban terlihat tidak bernafas lagi, Saksi MUHAMMAD DELFI menyerahkan 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening kepada Terdakwa dan Terdakwa diminta oleh Saksi MUHAMMAD DELFI untuk memotong alat kelamin Korban. Terdakwa dalam keterangannya merasa ketakutan dan terancam dengan perkataan Saksi MUHAMMAD DELFI, jika Terdakwa tidak mau mengetatkan lilitan kain celana di leher Korban maka leher Terdakwa yang akan dililit oleh Saksi MUHAMMAD DELFI. Dalam keadaan seperti itu sangat dimungkinkan bahwa Terdakwa sangat tertekan dan terancam akibat perkataan Saksi MUHAMMAD DELFI. Akan tetapi setelah tiba di rumah, Terdakwa tidak melakukan perbuatan apapun yang seharusnya dilakukan. Terdakwa seharusnya melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib atau kepada orang tua Terdakwa karena Terdakwa telah melihat atau mengetahui adanya suatu kejahatan atau tindak pidana. Padahal dalam hal ini Terdakwa sudah dalam keadaan bebas, dan ancaman terhadap Terdakwa sudah tidak ada lagi. Karena dalam hal ini Terdakwa tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan maka Terdakwa dianggap telah melakukan persekongkolan dengan Saksi MUHAMMAD DELFI dalam menghilangkan nyawa orang lain. Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi menurut hukum dan keyakinan.
70
Sedang pembunuhan berencana diatur dalam Pasal 340 KUHP yang berbunyi , “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan berencana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun”. Dari uraian Pasal tersebut, dapat diperoleh unsur pembunuhan berencana berupa: a. Barang Siapa Kata Barang siapa atau hij diartikan sebagai siapa saja yang harus dijadikan Terdakwa/dadar atau setiap orang sebagai subjek hukum (pendukung hak dan kewajiban)
yang dapat diminta
pertanggung jawaban dalam segala tindakannya sehingga secara historis kronologis manusia sebagai subjek hukum telah dengan sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara tegas undang-undang menentukan lain. Oleh karena itu kemampuan bertanggung
jawab
(Toeerekeningsvaaanbaarheid)
tidak
perlu
dibuktikan lagi karena setiap subjek hukum melekat erat dengan kemampuan bertanggung jawab. Perkara
ini
telah
menghadapkan
didepan
persidangan
Terdakwa bernama Dita Desmala Sari yang telah didakwa bersamasama melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana tercantum dalam surat dakwaan dan Terdakwa telah membenarkan identitasnya, serta Terdakwa adalah subjek hukum pendukung hak dan kwajiban yang perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan di muka hukum. Menimbang bahwa dalam perkara ini tidak terjadi error in persona, dengan demikian unsur ini telah terpenuhi menurut hukum dan keyakinan. b. Dengan Sengaja Kesengajaan (opzet) dapat diartikan : “Menghendaki dan mengetahui” (Willens en wetens). Dalam Memorie van Toelichting (MvT) yang dimaksud dengan sengaja adalah menghendaki dan mengetahui. Hal tesebut dapat memberikan kesan bahwa seseorang
71
dianggap sengaja melakukan dan mengetahui akibat dari perbuatan yang dilakukan atau secara umum suatu perbuatan yang disadari akibatnya oleh pelaku (Frans Maramis, 2013:119). Menghendaki artinya ada akibat yang diharapkan atau diinginkan dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan itu. Mengetahui artinya bahwa pelaku ebelum melakukan perbuatan tersebut suatu telah menyadari bahwa perbuatannya itu apabila dilaksanakan akan sebagaimana yang diharapkan dan dia mengetahui pula bahwa perbuatan yang dilakukannya; adalah hendak melawan hukum. Orang
yang
melakukan
perbuatan
dengan
sengaja
menghendaki perbuatan itu dan disamping itu mengetahui atau menyadari tentang apa yang dilakukan itu. Orang yang melakukan kesengajaan mengetahui hubungan sebab-akibat (kausal) antara perbuatan yang ia lakukan dengan akibat yang terjadi. Perbuatan menghilangkan nyawa orang yang dilakukan dengan sengaja, membuat pelaku dalam kondisi sadar dan mengetahui mengenai hubungan sebab-akibat yang akan terjadi. Apabila dia melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa orang lain, maka ia akan menghilangkan nyawa atau mengakibatkan kematian terhadap orang tersebut. Sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi dalam persidangan, untuk membuktikan unsur ini harus dibuktikan bahwa unsur pokok dalam pasal yang didakwakan haruslah dilakukan dengan sengaja, dalam hal ini ada kesengajaan dalam menghilangkan nyawa orang lain. Kesaksian dari Muhammad Delfi maupun Keterangan dari Terdakwa menunjukkan bahwa Terdakwa dengan sengaja melilitkan kain celana korban pada lehernya. Dapat diambil kesimpulan bahwa benar Terdakwa dalam perkara ini dengan sengaja menarik lilitan kain celana Korban yang diajukan sebagai barang bukti pada leher Korban sampai Korban mulai kesulitan bernafas kemudian membuat Korban
72
terbaring dan pada saat bersamaan Muhammad Delfi menindih dan menutup mulut Korban. Terdakwa dalam hal ini mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dan menghendaki hilangnya nyawa atau kematian Korban. c. Dengan rencana terlebih dahulu Perencaan merupakan suatu hal yang merujuk kepada suatu pemikiran dan jangka waktu terhadap suatu perbuatan. Menurut pendapat Arrest Hoge Raad (HR) yang dikutip oleh Adami Chazawi menyatakan: Untuk dapat diterimanya suatu rencana terlebih dahulu, maka perlu adanya suatu tenggang waktu pendek atau panjang dalam mana dilakukan pertimbangan dan pemikiran yang tenang. Pelaku harus dapat memperhitungkan makna dan akibat-akibat perbuatannya, dalam suatu makna kejiwaan yang memungkinkan untuk berfikir (Adami Chazawi, 2011:83). Unsur
dengan rencana terlebih dahulu,
dapat
ditarik
kesimpulan mengandung 3 syarat atau unsur: 1) Memutuskan kehendak dalam suasana tenang; 2) Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak; 3) Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang. Perencanaan dalam perkara ini sebagaiman uraian peristiwa yang terjadi dalam persidangan:
1) Bahwa awalnya Saksi MUHAMMAD DELFI ingin memiliki ilmu kebal seperti bapaknya yang seorang dukun, dan bapak Saksi MUHAMMAD DELFI mengatakan kepada Saksi MUHAMMAD DELFI jika ingin memiliki ilmu kebal maka harus mencari tumbal yaitu darah 7 (tujuh) orang laki-laki dan darahnya tersebut dioleskan ke tubuh;
2) Bahwa Saksi MUHAMMAD DELFI sudah membunuh orang sebanyak 2 kali mulai dari Tahun 2013 dan Korban yang sudah
73
dibunuh oleh Saksi MUHAMMAD DELFI yaitu 2 orang di Duri, dimana salah satunya juga dibunuh bersama Terdakwa; 3) Bahwa
Saksi
MUHAMMAD
DELFI
dan
Terdakwa
sebelumnya diketahui telah merencanakan untuk membunuh Korban pada perjalanan menuju ke kedai; 4) Bahwa sesampainya di kedai, Saksi MUHAMMAD DELFI kemudian membeli 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening dan beberapa botol air mineral sebelum mereka menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak untuk membunuh Korban; 5) Bahwa
setelah
menghabisi
nyawa
Korban,
Terdakwa
memotong alat kelamin Korban dengan pisau cutter yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang, pecakapan Saksi MUHAMMAD DELFI dengan Terdakwa dan Saksi MUHAMMAD DELFI yang membeli pisau cutter sebelum membawa Korban ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dinilai merupakan persiapan untuk mewujudkan niatnya. Bahwa benar adanya niat membunuh Korban sudah jauh-jauh hari direncanakan. Hal ini karena Saksi MUHAMMAD DELFI sudah membunuh 2 orang sebelumnya dan untuk memiliki ilmu kebal harus membunuh sebanyak 7 orang. Unsur direncanakan terlebih dahulu (Moord) dinilai telah terpenuhi. d. Menghilangkan nyawa orang lain Penghilangan nyawa orang lain ini dapat dikatakan merupakan akibat atau hasil dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Menurut PAF Lamintang (1985: 95), perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi yaitu: 1) Adanya wujud perbuatan;
74
2) Adanya suatu kematian (orang lain); 3) Adanya hubungan sebab-akibat (casual verband) antara perbuatan dan akibat kematian (orang lain). Penekanan dalam unsur ini adalah akibat dari suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Selain dari keterangan Saksi, menurut keterangan Terdakwa, Terdakwa telah mengakui perbuatannya terhadap Korban Rendi Hidayat, dimana Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Muhammad Delfi menindih dan menutup mulut Korban hingga dia tidak bernafas menyebabkan kematian Korban. Adanya kematian orang lain dalam hal ini harus dibuktikan dengan tegas, siapa yang telah menjadi Korban perbuatan pelaku . Namun dalam kasus ini, pada Locus Delicti hanya ditemukan kerangka tulang yang diduga milik Korban. Selain berdasar kepada keterangan yang dinyatakan oleh Saksi dan Muhammad Delfi dan Terdakwa, Hakim memperoleh keterangan Saksi dari Tujianto dan Misna Anggraini yang merupakan orang tua Korban yang kurang lebih menyatakan: 1) Bahwa Saksi MUHAMMAD DELFI sering datang ke rumah Saksi TUJIANTO dan Saksi MISNA ANGGRAINI karena kebetulan tempat tinggal mereka berdekatan di Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Siak; 2) Bahwa Saksi MUHAMMAD DELFI sering mengajak putra Saksi TUJIANTO dan Saksi MISNA ANGGRAINI, bermain usai pulang sekolah. Terakhir kali Saksi MUHAMMAD DELFI datang ke rumah Saksi Saksi TUJIANTO dan Saksi MISNA ANGGRAINI sekitar hari Minggu bulan Juli 2013. Sekitar sbulan kemudian, tanggal 14 Agustus 2013, putra Saksi Saksi TUJIANTO dan Saksi MISNA ANGGRAINI hilang; 3) Bahwa keluarga Saksi TUJIANTO dan Saksi MISNA ANGGRAINI telah berupaya untuk menemukan Korban.
75
Selain melapor ke Polsek Tualang, Siak, keluarga bersama warga terus mencari keberadaan Rendi Hidayat hingga Kamis malam; 4) Bahwa pada hari Jumat, Saksi Saksi TUJIANTO dan Saksi MISNA ANGGRAINI mendengar kabar dari warga bahwa Saksi MUHAMMAD DELFI sudah tidak ada dirumahnya, dan pindah ke Duri; 5) Bahwa Saksi MISNA ANGGRAINI kemudian berinisiatif meminta bantuan beberapa paranormal untuk mengetahui keberadaan anaknya. Dari penuturan salah satu dukun, Rendi Hidayat disebut dibawa pergi oleh seseorang ke arah Kota Duri. Saksi MISNA ANGGRAINI lantas teringat Saksi MUHAMMAD DELFI dan berpikiran anaknya dibawa oleh Saksi MUHAMMAD DELFI; 6) Bahwa Keesokan harinya, Saksi TUJIANTO dan Saksi MISNA ANGGRAINI berangkat ke Duri. Setelah bertanya kesana-kemari, mereka akhirnya mendapatkan alamat Saksi MUHAMMAD DELFI dan Terdakwa tinggal dari kakaknya; 7) Bahwa kemudian Saksi MISNA ANGGRAINI menanyakan kepada Saksi MUHAMMAD DELFI apakah ada membawa Korban. Saksi MUHAMMAD DELFI kemudian menjawab “Tidak ada Uni. Kalau saya bawa, pasti akan permisi dengan Uni”; 8) Bahwa kemudian Terdakwa justru bertanya sudah berapa lama Rendi hilang; 9) Bahwa reaksi Saksi MUHAMMAD DELFI
dan Terdakwa
ketika dikunjungi oleh Saksi biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Penemuan barang bukti berupa 1 (satu) helai celana panjang warna coklat , 1 (satu) buah sandal warna biru, 1 (satu) helai baju di Tempat
76
Kejadian Perkara (TKP) yang diidentifikasi milik Rendi Hidayat dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Forensik sendiri menyatakan bahwa: Visum et Repertum Nomor : VER/43/IX/2014/RSB tanggal 10 September 2014 atas pemeriksaan tanggal 09 September 2014 yang dikeluarkan Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru dan ditandatangani Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpF selaku dokter pemeriksa I dan dr. MOHAMMAD TEGAR INDRAYANA, SpF selaku dokter pemeriksa II terhadap jenazah Mr. X (diduga Korban atas nama RENDY HIDAYAT) diperoleh hasil pemeriksaan : PEMERIKSAAN LUAR MAYAT : 1. Label Mayat : satu buah label mayat, terbuat dari bahan karton, berwarna kuning tanpa materai 2. Bungkus mayat : satu buah kantung plastik transparan, bertuliskan BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI PUSINAFIS berwarna hitam 3. Perhiasan mayat : tidak ada 4. Pakaian mayat : tidak ada 5. Benda di samping mayat : tidak ada 6. Kaku mayat dan lebam mayat tidak dapat ditentukan 7. Identitas khusus : tidak ada 8. Rambut, alis mata, bulu mata, kumis dan jenggot tidak ada 9. Kedua mata kanan dan kiri : tidak ada 10. Hidung, telinga, mulut, lidah : tidak ada 11. Gigi : Pada rahang kanan atas tampak gigi empat yang telah erupsi, gigi lima, enam dan tujuh yang belum erupsi 12. Lubang-lubang pada mulut, lubang hidung, lubang telingan kanan dan kiri tidak dapat dinilai 13. Luka-luka : tidak dapat diidentifikasi 14. Patah-patah : tidak dapat ditentukan 15. Lain-lain : diambil sampel dari tulang pahan kanan untuk dilakukan pemeriksaan DNA PEMERIKSAAN DALAM : 16. Jaringan dan organ sudah tidak ada sehingga tidak dapat dinilai 17. Lain-lain: I. Identifikasi Umum : Terdapat beberapa tulang dalam kantung plastik transparan dalam kondisi kering dengan tanah yang menempel di sekitarnya. Jaringan otot dan kulit tidak ada. Setelahdiidentifikasi dan disusun tulang-tulang tersebut adalah satu kerangka manusia yang terpisah satu sama lain dengan bagian-bagiannya yang ditemukan sebagai berikut : 10. Tulang tengkorak : satu buah, tidak utuh 11. Tulang paha : satu buah, tidak utuh 12. Tulang kering : satu buah, tidak utuh
77
Kesan : berdasarkan bentuk dan ukurannya tulang-tulang tersebut adalah kerangka manusia anak-anak. II. Identifikasi Personal : 9. Ras tidak dapat ditentukan 10. Jenis Kelamin a. Kepala Dahi (os frontalis) :Landai Tonjolan tepi atas rongga mata (supra orbita) :Menonjol Tonjolan belakang telinga (prosesus mastoideus) :Besar dan kasar Rongga mata (fossa orbita) :Bentuk kotak Permukaan tulang tengkorak belakang (protuberansia occipitali) :Besar dan kasar Kesan : Jenis kelamin adalah laki-laki 11. Umur : Pemeriksaan Umur didapatkan dari pemeriksaan gigi, didapatkan adanya sebagian gigi permanen yang telah erupsi dan sebagian yang belum erupsi Kesan : Perkiraan umur adalah delapan tahun sampai dua belas tahun 12. Perkiraan tinggi badan tidak dapat ditentukan III.Pemeriksaan Penunjang Dilakukan pemeriksaan identifikasi forensik dengan menggunakan metode pemeriksaan DNA pada kerangka dengan menggunakan data post mortem berupa sampel yang diambil dari potongan tulang iga kanan keempat dan potongan tulang kemaluan dibandingkan data ante mortem berupa sampel darah yang diambil dari yang diduga adalah ibu kandung dari Korban. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim Laboratorium DNA Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) POLRI didapatkan bahwa data ante mortem IDENTIK dengan data post mortem dan Korban diidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT. Kesimpulan : Pada pemeriksaan kerangka didapatkan bahwa kerangka berasal dari satu individu dengan jenis kelamin laki-laki, ras tidak dapat ditentukan, berusia antara delapan tahun sampai dua belas tahun, dengan tinggi badan yang tidak dapat ditentukan.Sebab mati tidak dapat ditentukan karena semua organ dalam sudah tidak ada (sudah mengalami pembusukan). Potongan tulang pada kerangkadiidentifikasi sebagai RENDI HIDAYAT.
78
Melalui Keterangan Saksi-Saksi, Keterangan Terdakwa, barang bukti yang dihadirkan,
beserta Visum et Repertum, Hakim
mendapatkan keyakinan yang kuat bahwa: 1) Bahwa
benar
Saksi
TUJIANTO
dan
Saksi
MISNA
ANGGRAINI kehilangan putra mereka yang bernama RENDI HIDAYAT pada tanggal 14 Agustus 2013; 2) Bahwa benar Saksi MUHAMMAD DELFI dan Terdakwa telah membawa Korban bersma mereka; 3) Bahwa benar Saksi MUHAMMAD DELFI dan Terdakwa telah menghabisi nyawa Korban di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dengan cara Terdakwa menarik lilitan kain celana Korban yang diajukan sebagai barang bukti pada leher Korban sampai Korban mulai kesulitan bernafas kemudian membuat Korban terbaring dan pada saat bersamaan Saksi MUHAMMAD DELFI menindih dan menutup mulut Korban; 4) Bahwa benar Tulang Kerangka yang diketemukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nurjannah Jalan Impres Desa Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang Kabupaten Siak adalah Tulang Kerangka milik Korban RENDI HIDAYAT berdasarkan
Visum
et
Repertum
Nomor
:
VER/43/IX/2014/RSB tanggal 10 September 2014 atas pemeriksaan tanggal 09 September 2014 yang dikeluarkan Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru dan ditandatangani Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpF selaku dokter pemeriksa I dan dr. MOHAMMAD TEGAR INDRAYANA, SpF selaku dokter pemeriksa II. Oleh karenanya, unsur menghilangkan nyawa orang lain dapat terpenuhi.
79
Bagian kesimpulan Visum et Repertum memang tidak mengikat hakim, namun apa yang diuraikan di dalam Bagian Pemberitaan sebuah Visum et Repertum merupakan bukti materiil dari sebuah akibat tindak pidana. Pemeriksaan oleh dokter ahli atau orang ahli lainnya, yang kemudian dituangkan dalam pendapat dan pengambilan kesimpulan ahli (“expertise”) itu kepada hakim, adalah sebagai salah satu upaya untuk membantu mencari serta mengungkapkan fakta-fakta selengkapnya. Bagi pengadilan, bantuan orang ahli itu bersamasama alat-alat bukti lain nantinya, akan berangkaian dan bersesuaian satu dengan yang lain dan bermanfaat bagi terbuktinya pemenuhan unsur-unsur tindak pidana itu disertai keyakinan hakim. Sehingga oleh Majelis hakim dapat dinyatakan, semua unsur yang telah terbukti berdasarkan fakta-fakta disertai alat-alat bukti yang cukup itu, termasuk keterangan ahli, dalam hubungannya yang satu dengan yang lainnya tersebut, saling bersesuaian satu dengan yang lain, sehingga menurut hukum dinyatakan Terdakwa itu secara sah dan meyakinkan, telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya tersebut dalam surat dakwaan penuntut umum (Yunnie Sharon Pinontoan, 2016:193). Hasil pemeriksaan laboratorium forensik atau Visum et Repertum dalam perkara ini walaupun tidak bisa membuktikan seluruh kesalahan Terdakwa, namun Visum et Repertum
dapat menjadi
penguat keyakinan hakim sebagai alat bukti sekaligus barang bukti pengganti mayat yang dapat membantu menyebutkan secara jelas dalam perkara ini bahwa tulang kerangka yang ditemukan, benar merupakan
tulang
kerangka
manusia
dan
dalam
proses
pembuktiannya, tulang kerangka tersebut diketahui merupakan tulang kerangka milik Korban, sehingga keterkaitan unsur “Menghilangkan nyawa orang lain” dengan unsur lainnya dapat terbukti secara sah dan meyakinkan. Berdasarkan fakta yang diperoleh, semua unsur dari Pasal 340 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP oleh karenanya dapat terpenuhi.
Sedangkan, Dakwaan Subsidair merupakan perbuatan bersama-sama atau turut serta melakukan pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
80
338 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Turut serta melakukan disini diaturkan dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 yang berbunyi, “Dipidana sebagai pelaku tindak pidana, mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan”. Kerja sama yang disadari antara para turut pelaku, yang merupakan suatu kehendak bersama di antara mereka dalam perkara ini sudah sudah dapat dilihat ketika mereka berniat mempraktekkan cara membunuh Amdi kepada Korban. Para turut pelaku memiliki kehendak yang sama yaitu untuk merampas
nyawa
Korban
dan
mengambil
alat
kelaminnya
untuk
mendapatkan ilmu kekebalan tubuh. Mereka kemudian bersama-sama melaksanakan kehendak itu, yaitu dengan mengajak korbak ke TPU kemudian Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Muhammad Delfi menindih dan menutup mulut Korban hingga dia tidak bernafas. Beberapa menit kemudian setelah Korban terlihat tidak bernafas lagi, Muhammad Delfi menyerahkan 1 (satu) bilah pisau cutter warna putih bening kepada Terdakwa dan Terdakwa diminta oleh Muhammad Delfi untuk memotong alat kelamin Rendi Hidayat. Sedang pembunuhan diatur dalam Pasal 338 KUHAP yang berbunyi , “Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Dari uraian Pasal tersebut, dapat diperoleh unsur pembunuhan berupa: a. Barang Siapa Perkara
ini
telah
menghadapkan
didepan
persidangan
Terdakwa bernama Dita Desmala Sari yang telah didakwa bersamasama melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana tercantum dalam surat dakwaan dan Terdakwa telah membenarkan identitasnya, serta Terdakwa adalah subjek hukum pendukung hak dan kwajiban yang perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan di muka hukum.
81
b. Dengan Sengaja Sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi dalam persidangan, bahwa sudah jelas Terdakwa dalam perkara ini dengan sengaja menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Muhammad Delfi menindih dan menutup mulut Korban. Terdakwa dalam hal ini mengetahui akibat yang akan
ditimbulkan dan menghendaki hilangnya nyawa atau
kematian Korban. c. Menghilangkan nyawa orang lain Selain dari keterangan Saksi-Saksi, menurut keterangan Terdakwa, Terdakwa telah mengakui perbuatannya terhadap Korban Rendi Hidayat, dimana Terdakwa menarik lilitan kain celana di leher Korban sampai posisi Korban berbaring dan pada saat bersamaan Muhammad Delfi menindih dan menutup mulut Korban hingga dia tidak bernafas menyebabkan kematian Korban. Adanya kematian orang lain dalam hal ini harus dibuktikan dengan tegas, siapa yang telah menjadi Korban perbuatan pelaku. Hasil pemeriksaan laboratorium forensik atau Visum et Repertum dapat membantu menyebutkan secara jelas dalam perkara ini bahwa tulang kerangka yang ditemukan, benar merupakan
tulang
kerangka
manusia
dan
dalam
proses
pembuktiannya, tulang kerangka tersebut diketahui merupakan tulang kerangka milik Korban, sehingga keterkaitan unsur “Menghilangkan nyawa orang lain” dengan unsur lainnya dapat terbukti secara sah dan meyakinkan. Berdasarkan fakta yang diperoleh, semua unsur dari Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP memang terpenuhi. Namun Terdakwa dalam melakukan perbuatannya diketahui telah terlebih dahulu merencanakan perbuatannya dan tidak menghilangkan nyawa Korban secara tiba-tiba. Sesuai dengan bentuk dakwaan yang merupakan dakwaan subsidair, Hakim setelah mempelajari secara seksama berkas perkara Berita Acara
82
Persidangan, pertimbangan hukum pendapat Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura dalam putusan, memori banding dari Penuntut Umum dan melalui: a. Keterangan dari Saksi Muhammad Delfi, Saksi Tujianto, dan Saksi Misna Anggraini; b. Alat bukti surat berupa Visum et Repertum; c. Keterangan Terdakwa; Serta melihat barang bukti berupa 1 (satu) helai celana panjang warna coklat, 1 (satu) buah sandal warna biru, 1 (satu) helai baju di Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang teridentifikasi milik Rendi Hidayat dan fakta bahwa terpenuhinya unsur-unsur yang ada dalam dakwaan Primair yaitu Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, membuat Majeis Hakim telah memperoleh bukti yang sah menurut hukum dan oleh karenanya timbulah keyakinan bagi Majelis Hakim bahwa suatu tindak pidana telah terjadi dan Terdakwa merupakan pelakunya sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Pasal 183 KUHAP. Dengan demikian, Majelis Hakim berkesimpulan yang sama terhadap apa yang dikemukakan oleh Penuntut Umum tentang fakta-fakta dan dasar-dasar hukumnya. Maka melalui Putusan Nomor 35/PID.B/2015/PT.PBR Hakim menyatakan Terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana bersama-sama melakukan pembunuhan berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan membebaskan Terdakwa dari dakwaan bersama-sama melakukan pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dengan pertimbangan bahwa: Menimbang, bahwa setelah membaca dan mempelajari secara seksama berkas perkara Berita Acara Persidangan, keterangan SaksiSaksi, keterangan Terdakwa, Visum et Repertum, pertimbangan hukum dan pendapat Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura dalam putusan dan memori banding dari Penuntut Umum, Pengadilan Tinggi Pekanbaru berpendapat bahwa pertimbangan hukum dan kesimpulan Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura yang menyatakan Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana, bersama-sama melakukan pembunuhan berencana dalam dakwaan Primair, adalah tepat dan benar menurut hukum demikian juga pidana yang dijatuhkan dipandang telah cukup adil dan tepat oleh karena itu pertimbangan dan putusan Pengadilan Tingkat Pertama tersebut dapat disetujui dan
83
diambil alih oleh Pengadilan Tinggi sebagai pertimbangannya sendiri dalam memutus perkara ini dalam tingkat banding. Sesuai dengan bunyi Pasal 183 KUHAP, atau teori pembuktian yang dianut oleh Hukum Acara Pidana, yakni sisitem atau teori pembuktian negatif, yang menurut teori ini hakim tidak hanya menjatuhkan pidana berdasarkan sedikitnya dua alat bukti yang sah, akan tetapi ditambah dengan keyakinan Hakim. Visum et Repertum seperti apa yang diutarakan sebelumnya, memang bukan merupakan bukti yang mengikat hakim, namun Visum et Repertum di dalam Sistem Peradilan Indonesia dapat berperan sebagai instrumen pelengkap di dalam mencari kebenaran materiil dari kasus tindak pidana. Visum et Repertum dapat dapat menambah keyakinan hakim untuk menentukan kesalahan Terdakwa. Pasal 193 ayat (1) KUHAP kemudian menyatakan bahwa, “Jika pengadilan berpendapat bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakankepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana”, Pidana yang kemudian dimaksud adalah pidana mati. Sekalipun dalam Tuntutran, Penuntut Umum menuntut Terdakwa dengan pidana penjara seumur hidup. Hal ini kemudian dikenal dengan istilah Ultra Petita. Ultra Petita bukan merupakan hal yang terlarang bagi seorang Hakim. Hakim dalam mengambil suatu keputusan,salah satunya selalu didasari dengan unsur melawan hukum (wederrechttelijkheid). Unsur melawan hukum dapat menjadikan hakim memberikan hukuman maksimal sebagaimana ditentukan oleh aturan terkait atau Undang-Undang yang telah dilanggar oleh Terdakwa. Berdasarkan apa yang dilanggar Terdakwa pada Pasal 340 KUHP, pidana yang diancamkan pada Terdakwa adalah pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun. Pasal 340 KUHP tidak menyebutkan secara spesifik tentang pada saat kapan hakim berhak menjatuhkan pidana maksimal dan seterusnya. Sehingga, pada akhirnya, hakimlah yang harus dapat memberikan penjelasan dari perbuatan yang telah dilakukan Terdakwa yang dikaitkan dengan keterangan Saksi-Saksi dan barang bukti. Disisi lain, menurut Achmad Ali (2010:89)
84
Pidana mati hanya dapat diputuskan oleh hakim jika kejahatan si Terdakwa memang benar-benar terbukti dengan sangat meyakinkan alias beyond reasonable doubt. Ketentuan yuridis dan fakta mengenai perbuatan keji yang dilakukan Terdakwa memang memperbolehkan hakim mengambil langkah pidana mati atau Ultra Petita. Namun karena pidana mati merupakan pemidanaan yang dirasa paling berat dan menimbulkan perdebatan terhadapnya, maka untuk pidana mati sendiri alasan non yuridis biasanya menjadi alasan utama dijatuhkannya pidana ini. Dalam mencari dasar lebih lanjut untuk menjatuhkan pidana mati, para hakim mengikuti pola-pola yang lazim dalam setiap putusan pidana, yaitu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan (Djoko Prakoso, 1987:194). Djoko Prakoso (1987: 195) lebih lanjut menerangkan bahwa hal-hal tersebut adalah: a. Hal-hal yang meringankan 1) Sikap korek (correct) dan hormat Terdakwa terhadap pengadilan dan pengakuan terus terang hingga memperlancar jalannya sidang; 2) Pada kejahatannya tersebut tidak ada motif yang berhubungan dengan latar belakang politik; 3) Dalam persidangan Terdakwa telah menyatakan penjelasannya atas perbuatannya yang menimbulkan Korban mati dan penderitaan dan kesedihan bagi para keluarga mereka yang ditinggalkan; 4) Terdakwa tidak terbukti ikut usaha percobaan beberapa oknum yang akan dengan kekerasan melarikan diri dari penjara; 5) Terdakwa belum pernah dihukum/tersangkut perkara kriminal. b. Hal-hal yang memberatkan 1) Situasi
dan
kondisi
dan
cara
Terdakwa
melakukan
pembunuhan tersebut mewujudkan watak cipta – rasa karsanya yang beku dingin terhadap kepentingan dan salah
85
milik yang paling berharga dan terakhir dari (sesama) manusia yakni: nyawa manusia; 2) Pembunuhan yang semena-mena dan tanpa hak tersebut sama sekali justru bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an alkarim dan Hadist Nabi – pada pokoknya agama islam yang diakui dianut oleh Terdakwa sendiri. Alasan yang memberatkan dan meringankan kepada Terdakwa dalam perkara tersebut adalah: Alasan yang meringankan: a. Tidak ada. Alasan yang memberatkan: a. Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat; b. Sifat dari perbuatan yang didakwakan tersebut. Perkara yang melibatkan Terdakwa dalam hal ini bukan merupakan perkara pertama yang dilakukan oleh Terdakwa. Mengingat perbuatan Terdakwa
sudah
benar-benar
meresahkan
masyarakat,
menyalahi
aturan/norma yang ada dimasyarakat dan Korban yang telah direnggut nyawanya oleh Terdakwa merupakan anak dibawah umur dan tujuan pembunuhan yang amat keji yaitu untuk diambil organ vitalnya untuk kepentingan ilmu hitam, hal ini menunjukkan bahwa Terdakwa sama sekali tidak menghargai nyawa orang lain dan merupakan perbuatan semena-mena yang teramat keji. Hal-hal yang meringankan Terdakwa kemudian sudah tidak ada lagi dikarenakan perbuatan keji yang dilakukan Terdakwa sama sekali tidak dapat ditoleransi. Hakim kemudian melihat pertimbangan bahwa pidana mati bagi diri Terdakwa telah setimpal dengan perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa dan kiranya dapat memenuhi tujuan pemidanaan yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum bagi keluarga Korban dan masyarakat yang telah diresahkan oleh perbuatan Terdakwa.