BAB II TINJAUAN DATA 2.1.
TINJAUAN UMUM
2.1.1. Kantor 2.1.1.1.
Pengertian dan Sejarah Perkembangan Kantor Kantor berasal dari bahasa Belanda, kantoor adalah sebutan untuk tempat yang
digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin. Kantor bisa hanya berupa suatu kamar atau ruangan kecil maupun bangunan bertingkat tinggi. (Wikipedia,2 april 2010) Dalam bahasa Inggris office memiliki makna yaitu: tempat memberikan pelayanan (service), posisi, atau ruang tempat bekerja. Sedangkan secara praktis, kantor merupakan tempat orang-orang melakukan kegiatan/aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan berbagai keterangan pada yang membutuhkannya. Akan tetapi dengan perkembangan yang pesat pada bidang teknologi dewasa ini, kantor pun berkembang. Kantor bukan lagi menjadi sekedar tempat, melainkan sebagai sarana kegiatan penyediaan informasi guna menunjang kemudahan pelaksanaan tugas di segala bidang. Jadi kantor saat ini merupakan pusat pelayanan dan pusat informasi dari kegiatan perusahaan & organisasi. (Noprijon,2010:1) 2.1.2. 2.1.2.1.
Rumah Pengertian Rumah Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosialkemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain. Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding dan atap, biasanya memiliki jalan masuk berupa pintu, bisaberjendela ataupun tidak. Lantainya bisa berupa tanah, ubin, babut, keramik, atau bahan lainnya. Rumah modern biasanya lengkap memiliki unsur-unsur ini, dan ruangan di dalamnya terbagi-bagi menjadi beberapa kamar yang berfungsi spesifik, seperti kamar tidur,kamar mandi, WC, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, garasi, gudang, teras, dan pekarangan. Dalam kegiatan sehari-hari, orang biasanya berada di luar rumah untuk bekerja bersekolah, atau melakukan aktivitas lain, tetapi paling sedikit rumah berfungsi sebagai tempat untuk tidur bagi keluarga ataupun perorangan. Selebihnya, rumah juga digunakan sebagai tempat beraktivitas antara anggota keluarga atau teman, baik di dalam maupun di luar rumah pekarangan. (Wikipedia) 7
Awalnya dahulu hunian didirikan untuk mewadahi kebutuhan berlindung dari serangan binatang, atau cuaca yang mengancam diri. Saat itu, rumah adalah bagian dari kebutuhan primer, dan menjadi sebuah kebanggaan, bahkan status sosial saat kita memilikinya.Kini rumah tak hanya mewadahi aktivitas, tapi juga mencerminkan karakter kita. Karakter tercipta dari perilaku yang dilakukan secara kontinyu dan sadar. Perilaku tercipta dari lingkungan yang memberikan masalah untuk diselesaikan. Lingkungan yang baik, mempengaruhi perilaku yang baik. Lingkungan yang buruk atau tidak sesuai dengan kebutuhan, memberikan pengaruh buruk pada diri, minimal pada mood kita. (Idea Online) 2.1.3. 2.1.3.1.
Pernikahan Pengertian Pernikahan Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud mensahkan suatu ikatan. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi anatar bangsa, suku satu dan yang lain pada satu bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaanadat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukumagama tertentu pula. Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang mencatatkan pernikahan ditanda-tangani. Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk mmelakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri. (Wikipedia)
2.1.4. 2.1.4.1.
Event Organizer Pengertian Event Organizer Penyelenggara acara (Inggris: Event organizer) adalah istilah untuk penyedia jasa profesional penyelenggara acara. Meski bisa dialihbahasakan, namun umumnya istilah aslinya tetap dipergunakan. Atau untuk mudahnya disebut EO. Pada dasarnya, tugas EO adalah membantu kliennya untuk dapat menyelenggarakan acara yang diinginkan. Bisa jadi hal ini karena keterbatasan sumber daya atau waktu yang dimiliki klien, namun penggunaan jasa EO. juga dimungkinkan dengan alasan agar penyelenggaraannya profesional sehingga hasilnya lebih baik disbanding acara yang dikerjakan sendiri. (Wikipedia) Kemampuan Analis
Tuntutan Tugas
Situasi yang dihadapi
Mampu mengidentifikasi persoalan
Desain, Segmentasi peserta, memilih
memilah dan milah fakta/informasi,
pengajar, rekomendasi
mengkaji, merumuskan dan mencari alternatif-alternatif solusi Sistematis
Mampu menyusun alur, jadwal,
Mendesain training, merencanakan
serangkaian aktivitas yang dilakukan
jadwal pertemuan, menghitung
secara bersamaan untuk
mundur semua aktivitas untuk
8
terselanggaranya sebuah event
terselenggaranya training,
training
menyampaikan gagasan dalam Onstage
Costumer Oriented
Sensitif terhadap situasi-situasi yang
Di kelas: AC kurang dingin,
menuntut gerak cepat karena ada
minuman habis, situasi belajar
kebutuhan customer untuk segera
membosankan, meja berantakan,
dilayani dengan tetap bersikap ramah
spidol habis, speaker berdesis, mic mati, kertas flipcard habis dll
Dinamis
Memiliki image penampilan, cara
Menjadi MC, ice breaker, energizer,
bertindak dan cara bicara yang
pemimpin game,leadership
bersemangat, cekatan, ekspresif,
situasional dll
memiliki selera humor Up-date Knowledge/informasi
Tuntutan untuk tahu dan memahami
Desain, Report, Rekomendasi
background Trainee dan perusahaannya, menghendaki TEO selalu harus meng-up date pengetahuan dan informasi yang menunjang kesuksesan tugas, melalui berbagai referensi (buku, brosur, internet, diskusi) Administratif
Komunikatif
Ini sangat penting. Karena hampir
Surat-menyurat, pendataan peserta,
semua aspek pekerjaan seorang EO
record training, perbanyakan materi,
training, selalu terkait dengan
sertifikat, ijin kegiatan, peminjaman
kemampuan yang satu ini
ruang dll
Memiliki keterampilan public
Menjadi MC di kelas, memimpin dan
speaking, interpersonal
melakukan meeting TNA,
communication yang supel,
mengendus persoalan Trainee
menyediakan waktu untuk ‘gaul’, mampu menuangkan ide pikiran dengan bahasa yang mudah dipahami audience
Tabel 2.1
Kemampuan Dasar Event Organizer
Sumber : http://adproindonesia.multiply.com/journal/item/12, dikutip pada tanggal 14 November 2010
2.1.4.2.
Jenis-jenis EO Dilihat dari jenis acara yang diadakan, E.O. dapat dikategorikan menjadi:
One Stop Service Agency: E.O. besar yang mampu menyelenggarakan berbagai jenis acara hingga skala internasional sekalipun. 9
MICE : Kependekan dari Meeting, Incentive, Convention, Exhibition). E.O. yang khusus bergerak di bidang penyelenggaraan acara berbentuk pertemuan.
Brand Activation ; adalah EO yang secara spesifik membantu client-nya untuk mempromosikan dalam rangka peningkatan penjualan, peningkatan pengenalan merk di kalangan konsumen, dengan berinteraksi langsung ke target marketnya.
Musik dan Hiburan: E.O. yang memiliki spesialisasi di bidang hiburan terutama musik.
Penyelenggara Pernikahan: E.O. yang mengkhususkan diri membantu klien mengadakan pesta pernikahan.
Penyelenggara Ulang Tahun: E.O. yang ahli membuat pesta ulang tahun termasuk untuk anak-anak.
Penyelenggara Pribadi: E.O. khusus yang bergerak untuk penyelenggaraan pesta pribadi terutama bagi orang kaya. (Wikipedia)
2.2.
TINJAUAN KHUSUS
2.2.1. Tinjauan Mengenai Wedding Organizer “Wedding Organizer adalah suatu jasa layanan khusus yang secara pribadi membantu calon pengantin & keluarga dalam perencanaan dan supervisi pelaksanaan rangkaian acara pesta
pernikahan
sesuai
dengan
jadwal
yang
telah
ditetapkan.”
(http://mantenku.com/2010/01/mengapa-harus-mantenku/#more-17, dikutip pada tanggal 14 November 2010) Ruang lingkup pekerjaan Wedding Organizer adalah : 1. Memberikan input kepada calon pengantin mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan upacara pernikahan 2. Mencari lokasi resepsi (bila belum ada) 3. Menyusun budget 4. Membantu perencanaan mengenai tema, alur, dan dekorasi pesta 5.
Membantu merumuskan konsep pernikahan
6.
Membantu memilih jenis makanan, kuantitas dan food tasting.
7.
Menghubungi setiap rekanan untuk follow up yang diperlukan
8.
Mengikuti rapat koordinasi dengan keluarga, juga memimpin rapat teknis dengan para rekanan.
9. Membuat Buku Program Acara Pernikahan (Skenario acara & pengambilan gambar) 10
10. Mengkoordinasikan dan mengarahkan job description Panitia Keluarga 11. Fasilitasi, negosiasi dan koordinasi dengan pihak gedung/hotel dan supplier/vendor seperti catering, dekorasi, fotografer, perias, grup musik, dll 12. Pengurusan persyaratan akad nikah & perizinan lain-lain 13. Menyusun jadwal kerja dan jadwal pembayaran 14. Mengatur setting ruangan dan flow tamu di rumah maupun di tempat resepsi 15. Mengambil langkah-langkah pengamanan bila terjadi keadaan darurat (sebatas dengan kewenangan yang diberikan) 16. Technical meeting di tempat resepsi. 17. Menurunkan minimal 5 (lima) orang staff. 18. Mengkoordinasikan acara dan seluruh rekanan pada hari H, memonitor proses dan detail acara serta membantu mengingatkan calon pengantin atau anggota keluarga yang berkepentingan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran penyelenggaraan acara. Tahap Pekerjaan: 1. Perencanaan Ide & Materi 2. Pemantapan (Finalisasi) 3. Koordinasi Panitia & Rekanan 4. Gladiresik Acara 5. Hari – H (http://www.sanggarliza.com/wedding-organizer, dikutip pada tanggal 14 November 2010)
2.2.2. Tinjauan Mengenai Pulau Kalimantan Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Keempat propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, luas seluruhnya adalah 549.032 km2.Luasan ini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia.Kalimantan Timur saja merupakan 10% dari wilayah Indonesia.Bagian utara P. Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam.Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau. Wilayah pulau Kalimantan (bagian selatan) dalam wilayah Republik Indonesia, terletak diantara 40 24` LU - 40 10` LS dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimanatan Barat sampai dengan Kalimantan 11
Timur. Sebagai daerah yang memiliki kawasan perbatasan maka mempunyai persoalan/masalah yang terkait ”illegal trading” apalagi penduduk kawasan negara tetangga jauh lebih sejahtera dan pembangunannya maju pesat. Selain itu pesoalan ”illegal loging” yang sering merusak potensi sumber daya alam (hutan tropis) kita terus berkembang sejalan dengan tingkat ekonommi masyarakat perbatasan yang belum maju tersebut. Dilain pihak pulau Kalimantan juga mempunyai potensi antara lain untuk ikut dalam sistem kerangka kerjasama ekonomi regional seperti BIMPEAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia, Philipina – Eastern Asian Growth Area) dan dilalui jalu perdagangan laut internasional ALKI 1 dan ALKI 2. (Dwi & Ra’aita. 2009 : 9-10)
Gambar 2.1 Peta Pulau Kalimantan
2.2.3. Tinjauan Mengenai Suku Dayak 2.2.3.1.
Pengertian Dayak Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau kalimantan
terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing terdiri dari: Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak. Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar,seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir semakin jauh ke pedalaman dan perbukitan diseluruh daerah Kalimantan. 12
Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan kemudian dijadikan nama suku Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang mempunyai latar belakang sejarah sendiri – sendiri. Namun ada juga suku Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. Nama "Dayak" atau "Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat khususnya, (walaupun kini banyak masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota kabupaten dan propinsi) yang mempunyai kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih memegang teguh tradisinya. Oleh karena kata Dayak mempunyai konotasi merendahkan, orang-orang Dayak berusaha untuk menghindarinya. Tetapi sekarang mereka telah menerima kata tersebut untuk menunjukan identititas kultural dan sosio-politik mereka. Tetapi mereka lebih menyukai menulis Daya dengan menghilangkan fonem “K”. Hal ini ditulis oleh Michail Coomas didalam bukunya “Manusia Daya, Dahulu. Sekarang dan Masa Depan.” Kalimantan Tengah mempunyai problem etnisitas yang sangat berbeda di banding Kalimantan Barat. Mayoritas ethnis yang mendiami Kalimantan Tengah adalah ethnis Dayak, yang terbesar suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Dusun, dsb. Sedangkan agama yang mereka anut sangat variatif. Dayak yang beragama Islam di Kalimantan Tengah, tetap mempertahankan ethnisnya Dayak, demikian juga bagi Dayak yang masuk agama Kristen. Agama asli suku Dayak di Kalimantan Tengah adalah Kaharingan, yang merupakan agama asli yang lahir dari budaya setempat sebelum bangsa Indonesia mengenal agama pertama 13
yakni Hindu. Karena Hindu telah meyebar luas di dunia terutama Indonesia dan lebih dikenal luas, jika dibandingkan dengan agama suku Dayak, maka Agama Kaharingan dikategorikan ke cabang agama Hindu. Propinsi Kalimantan Barat mempunyai keunikan tersendiri terhadap proses alkurturasi cultural atau perpindahan suatu culture religius bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini proses tersebut sangat berkaitan erat dengan dua suku terbesar di Kalimantan Barat yaitu Dayak, Melayu dan Tiongkok. Pada mulanya Bangsa Dayak mendiami pesisir Kalimantan Barat, hidup dengan tradisi dan budayanya masing – masing, kemudian datanglah pedagang dari gujarab beragama Islam (Arab Melayu) dengan tujuan jual – beli barang – barang dari dan kepada masyarakat Dayak, kemudian karena seringnya mereka berinteraksi, bolak – balik mengambil dan mengantar barang – barang dagangan dari dan ke Selat Malaka (merupakan sentral dagang di masa lalu), menyebabkan mereka berkeinginan menetap di daerah baru yang mempunyai potensi dagang yang besar bagi keuntungan mereka. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Dayak ketika bersentuhan dengan pendatang yang membawa pengetahuan baru yang asing ke daerahnya. Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli barang kebutuhan, dan interaksi cultural, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, di kunjungi masyarakat lokal (Dayak) dan pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka. Di masa itu system religi masyarakat Dayak mulai terpengaruh dan dipengaruhi oleh para pedagang Melayu yang telah mengenal pengetahuan, pendidikan dan agama Islam dari luar Kalimantan. Karena hubungan yang harmonis terjalin baik, maka masyarakat lokal atau Dayak, ada yang menaruh simpati kepada pedagang Gujarat tersebut yang lambat laun terpengaruh, maka agama Islam diterima dan dikenal pada tahun 1550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada penerintahan Giri Kusuma yang merupakan kerajan melayu dan lambat laun mulai menyebar di Kalimantan Barat. Masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, mereka percaya setiap tempat – tempat tertentu ada penguasanya, yang mereka sebut: Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang tertinggi, kemudian mereka masih mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan tertingginya: misalnya: Puyang Gana ( Dayak mualang) adalah penguasa tanah , Raja Juata (penguasa Air), Kama”Baba (penguasa Darat), Jobata, Apet Kuyan'gh (Dayak Mali), dan lain-lain. Bagi mereka yang 14
masih memegang teguh kepercayaan dinamisme nya dan budaya aslinya, mereka memisahkan diri masuk semakin jauh kepedalaman. Adapun segelintir masyarakat Dayak yang telah masuk agama Islam oleh karena perkawinan lebih banyak meniru gaya hidup pendatang yang dianggap telah mempunyai peradaban
maju
karena
banyak
berhubungan
dengan
dunia
luar.
(Dan
sesuai
perkembangannya maka masuklah para misionaris dan misi kristiani / nasrani ke pedalaman). Pada umumnya masyarakat Dayak yang pindah agama Islam di Kalimantan Barat dianggap oleh suku dayak sama dengan suku melayu. Suku Dayak yang masih asli (memegang teguh kepercayaan nenek moyang) di masa lalu, hingga mereka berusaha menguatkan perbedaan, suku dayak yang masuk Islam (karena Perkawinan dengan suku Melayu) memperlihatkan diri sebagai suku melayu. Banyak yang lupa akan identitas sebagai suku dayak mulai dari agama barunya dan aturan keterikatan dengan adat istiadatnya. Setelah penduduk pendatang di pesisir berasimilasi dengan suku Dayak yang pindah (lewat perkawinan dengan suku melayu) ke Agama Islam, agama islam lebih identik dengan suku melayu dan agama kristiani atau kepercayaan dinamisme lebih identik dengan suku Dayak. Sejalan terjadinya urbanisasi ke kalimantan, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, karena semakin banyak di kunjungi pendatang baik local maupun nusantara lainnya. Untuk mengatur daerah tersebut maka tokoh orang melayu yang di percayakan masyarakat setempat diangkat menjadi pemimpin atau diberi gelar Penembahan (istilah yang dibawa pendatang untuk menyebut raja kecil ) penembahan ini hidup mandiri dalam suatu wilayah
kekuasaannya
berdasarkan
komposisi
agama
yang
dianut
sekitar
pusat
pemerintahannya, dan cenderung mempertahankan wilayah tersebut. Namun ada kalanya penembahan tersebut menyatakan tunduk terhadap kerajaan dari daerah asalnya, demi keamanan ataupun perluasan kekuasaan.
Gambar 2.2 Masyarakat Suku Dayak 15
2.2.3.2.
Lokasi Suku Dayak Suku Dayak adalah kelompok asli terbesar dan tertua yang mendiami Kalimantan.
Istilah Dayak adalah umum kerana terdapat lebih 400 sub suku Dayak yang mempunyai budaya, dialek, wilayah dan undang – undang adat tersendiri, walaupun ciri utama mereka dapat dikenal pasti. Ciri – ciri ini adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit beliong (kapak Dayak) pandangan terhadap alam, mata pencarian (sistem perladangan), dan seni tari. Hari ini suku bangsa Dayak terbagi kepada enam rumpun besar, yaitu Kenyah-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Suku Dayak mempercayai animisme, tetapi ramai juga yang memeluk agama Kristiani dan akhir – akhir ini Islam. Dianggarkan populasi suku Dayak berada dalam lingkungan 2 juta ke 4 juta.
Gambar 2.3 Pemetaan Suku Dayak Sumber : http://banuahujungtanah.wordpress.com/2010/10/10/persebaran-suku-dayak-dikalimantan-borneo/ 16
2.2.4. Pernikahan suku Dayak Pada dasarnya, tidak ada yang berbeda dari satu rumpun dayak dengan rumpun dayak yang lainnya. Yang membedakan hanyalah suku pendatang yang masuk daerah mereka. Karena suku Dayak memiliki sifat yang terbuka dan mudah menerima budaya baru, maka rumpun Dayak di Kalimantan Barat menjadi sedikit berbeda dengan rumpun Dayak di Kalimantan Selatan, begitu juga dengan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Hal ini jelas memengaruhi prosesi pernikahan mereka. Berikut adalah detail prosesi pernikahan dan dan segala yang berkaitan pernikahan dari setiap suku Dayak di setiap provinsi Kalimantan. 2.2.4.1.
Kalimantan Barat Pontianak sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Barat memiliki sejarah asal-usul yang
tak terpisahkan dari keberadaan Kesultanan Pontianak. Sebagai pusat budaya Pontianak, maka busana kesultanan Pontianak menjadi salah satu panduan bagi tata cara berbusana masyarakat tempo dulu. Dulu posisi Pontianak merupakan pelabuhan penting yang ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai negeri. Maka budaya dan tradisi adat Pontianak – termasuk busana pengantin, merupakan peleburan dari berbagai etnik yang heterogen, baik dari pengaruh Melayu, Bugis – Makassar, China, hingga India.
Gambar 2.4 Pengantin Kalimantan Barat Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Majalah Mahligai edisi Inspirasi Borneo
Urutan prosesi pernikahan adat Melayu Pontianak adalah sebagai berikut : •
Mengangin – anginkan
Tahapan pertama sebelum pernikahan dalam tradisi masyarakat Melayu Pontianak adalah mengangin-anginkan, dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki untuk mencarikan jodoh bagi 17
anak laki-lakinya yang dianggap telah cukup umur dan mapan untuk berkeluarga. Setelah menemukan seorang gadis yang cocok, dilanjutkan dengan tahap mengirimkan utusan. •
Mengirim Utusan
Dalam tahap ini, wakil dari pihak keluarga laki-laki datang menemui orangtua pihak perempuan untuk menanyakan apakah anak gadisnya sudah punya calon suami. Jika jawabannya belum dan orangtua menerima perjodohan dari pihak keluarga laki-laki, maka dilanjutkan dengan tahap melamar. •
Melamar
Orangtua pihak laki-laki akan mengutus keluarga dekatnya untuk datang ke rumah orangtua perempuan dengan tujuan melamar atau meminang. Jika lamaran diterima, segera dilaksanakan nganter tande. •
Ngantar Tande
Dalam tradisi ini, keluarga laki-laki membawa cincin dan seperangkat pakaian wanita untuk diserahkan kepada calon mempelai wanita sebagai tanda dia sudah dilamar. Acara ini biasanya dilakukan pada malam hari, bersamaan dengan itu pula dibicarakan penentuan hari pernikahan. •
Berbedak
Selama 40 hari calon pengantin wanita diharuskan berbedak agar pada saat perkawinan lebih bersih dan segar. Selama pemakaian bedak tersebut, calon mempelai wanita tidak boleh keluar rumah. •
Bertanggas
Tradisi ini dilakukan satu minggu sebelum hari pernikahan pada siang atau malam hari dengan tujuan untuk mengurangi keringat dan mengharumkan tubuh. •
Tepung Tawar dan Mandi Berias
Dilakukan satu hari sebelum akad nikah oleh masing-masing keluarga calon mempelai lakilaki dan wanita, bertujuan untuk menolak bala dan mengharapkan keselamatan dalam menghadapi akad nikah serta mohon restu dari kedua orangtua. •
Berinai
Suatu tradisi mamberi warna merah pada kuku sebagai tanda pengantin baru, dilakukan pada malam hari sebelum akad nikah. Inai terbuat dari daun pacar dengan campuran gambir, nasi, dan lain-lain yang dihaluskan. •
Bercukur dan Titek Gigi
18
Tradisi ini dilakukan setelah mandi berias dan tepung tawar oleh para orangtua (orang yang dituakan) dengan mencukur rambut-rambut halus di sekitar muka dan meratakan gigi calon pengantin wanita agar terlihat lebih cantik. •
Akad Nikah
Biasanya dilakukan di rumah calon mempelai wanita pada siang atau malam hari. Bersamaan dengan itu pula keluarga calon pengantin laki-laki akan membawa barang hantaran berupa uang dan barang, atau seperangkat perlengkapan untuk calon mempelai wanita. Tahap akhir dari tradisi perkawinan Melayu Pontianak adalah Tamu Besan, yaitu pertemuan antara orangtua dan keluarga kedua mempelai. 2.2.4.2.
Kalimantan Selatan Penduduk mayoritas di Kalimantan Selatan adalah suku Banjar. Suku ini merupakan
campuran antara Melayu dan suku-suku pendatang lainnya seperti suku Jawa, Bugis, bangsa Cina, Arab, dan suku Dayak. Daerah asal mereka terletak antara pegunungan Meratus dan perbatasan Kalimantan Selatan – Kalimantan Tengah. Khususnya di daerah aliran hulu sungai Barito, Tapin, Negara, sungai Riam kiri dan Riam kanan. Sebagai kelompok etnis yang besar, suku Banjar terbagi atas dua sub etnis yakni Banjar Kuala dan Banjar Pahuluan. Percampuran beberapa suku tersebut juga terlihat pada ragam hias busana adat pengantin Banjar, yang memiliki karakteristik masing-masing suku dan masa dimana busana adat itu bermula. Dalam perkawinan adat Banjar, penghormatan terhadap posisi wanita sangatlah besar. Hal ini ditunjukkan dengan acara demi acara yang banyak berpusat di rumah calon mempelai wanita.
Gambar 2.5
Pengantin Kalimantan Selatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Majalah Mahligai edisi Inspirasi Banjar 19
Urutan proses pernikahan yang umum terjadi di kalangan keluarga calon pengantin, terutama pada dua besar kelompok etnis tersebut adalah : •
Basassuluh
Berasal dari kata suluh, merupakan proses pencarian informasi mengenai gadis yang diinginkan, hal ini dilakukan secara diam-diam oleh pihak pria. Pada masa lalu perkawinan lazim atas dasar perjodohan atau pilihan orang tua, sehingga tradisi semacam ini merupakan keharusan. Biasanya dilanjutkan dengan “Batatakun” yaitu pencarian informasi secara terbuka melalui kedua pihak keluarga,dengan tujuan untuk meyakinkan perihal asal-usul keluarga, kemampuan ekonomi, dan seterusnya. •
Badatang
Acara meminang secara resmi oleh keluarga calon mempelai pria terhadap calon mempelai wanita. Secara tradisi, dalam acara ini terjadi dialog dengan bahasa Banjar serta diisi dengan berbalas pantun antara dua keluarga. Apabila lamaran diterima, kemudian ditetapkan beberapa kesepakatan antara lain mengenai besarnya jujuran (mas kawin), hari mengantarkan mas kawin, serta menetapkan hari perkawinan. •
Maantar Jujuran atau Maantar Patalian
Sebagai pengikat atau bukti telah bertunangan, calon mempelai pria harus memberikan “jujuran/patalian” atau oleh-oleh kepada calon mempelai wanita. Benda-benda patalian diantaranya berupa seperangkat perlengkapan tat arias, wangi-wangian, perlengkapan kamar tidur, dan sejumlah uang. Maantar Patalian ini dilakukan oleh rombongan yang terdiri dari ibu-ibu sebanyak sepuluh sampai dua puluh orang dan biasanya diterima dengan upacara sederhana. Kesempatan ini digunakan oleh keluarga untuk mengumumkan kepada para tamu tentang hubungan calon pengantin yang disebut balarangan atau bertunangan. Dalam acara tersebut, kedua calon pengantin harus dihadirkan. •
Bapingit
Merupakan salah satu tahap yang harus dilewati oleh seorang gadis menjelang hari pernikahannya. Intinya, calon pengantin wanita ‘dikurung’ selama seminggu dengan maksud untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sesuai perkembangan masa, acara bapingit kini semakin dipersingkat antara dua sampai tiga hari saja. Pada masa bapingit calon mempelai wanita tidak diperkenankan dikunjungi oleh calon mempelai pria atau pemuda 20
lainnya. Selama masa bapingit calon pengantin wanita benar-benar harus memersiapkan lahir dan batin untuk mengarungi mahligai rumah tangga. Kegiatan yang dilakukan dalam masa bapingit adalah : o Batamat Qur’an Karena mayoritas suku Banjar beragama Islam, maka ketaatan calon mempelai wanitadalam menjalankan ibadahnya akan ‘diuji’ melalui prosesi Batamat Qur’an, yakni menamatkan pembacaan kitab suci Al-Qur’an disaksikan guru mengaji dan kaum kerabat. o Bakasai dan Batimung Inilah saat intensif melakukan perawatan dan membersihkan diri calon mempelai wanita agar terlihat cantik dan segar. Sesuai tradisi, ritual perawatan menggunakan ramuan khusus berupa ‘kasai’ yakni semacam cairan pembersih dari beras ketan yang telah digoreng kering secara berulang-ulang. Selain itu calon pengantin melakukan ritual mandi uap air wewangian, dalam istilah Banjar disebut Batimung, agar pada hari pernikahan tubuh menjadi bersih dan tidak banyak mengeluarkan keringat. o Bapacar atau Bainai Ritual menghias kuku dengan pacar atau inai yang ditumbuk halus , sehingga meninggalkan warna merah. Prosesi bainai semacam ini juga menjadi tradisi kalangan masyarakat Minang atau Betawi. •
Badudus
Merupakan proses mandi untuk menyucikan diri calon pengantin. Menggunakan air dicampur bunga-bunga dan air jeruk, dilengkapi dengan mayang dan air kelapa gading. Prosesi badudus dilakukan selepas bapingit, dua atau tiga hari sebelum upacara perkawinan. Ritual tersebut bisa dijalankan serentak oleh kedua calon pengantin atau dirumahnya masing-masing. Untuk memandikan dipilih lima atau tujuh orang wanita dari keluarga terdekat. Rangkaian prosesi ini diwarnai dengan detil perlengkapan dan dekorasi berwarna kuning. Antara lain pada ‘lalangitan’ berupa kain kuning yang direntangkan pada bagian atas berlangsungnya prosesi. Bagi masyarakat Banjar, warna kuning selain merupakan warna yang memiliki arti kebesaran dan keluhuran, juga dipercaya bisa menjadi ‘alat’ untuk melindungi dari pengaruh roh jahat. Dengan demikian, calon pengantin juga memakai sarung warna kuning saat melakukan ritual badudus untuk ‘melindungi’ dari hal-hal buruk yang tidak diinginkan. 21
Acara adat badudus juga disertai oleh perlengkapan yang sarat akan makna. Antara lain tebu kuning melambangkan harapan agar kehidupan berumah tangga selalu manis dan teguh, daun beringin sebagai lambing pengayoman, daun kambat sebagai penolak bala, daun linjuang sebagai penolak setan, ketupat berbentuk burung agar calon pengantin bisa terbang tinggi mencapai harapan rumah tangga. Isertakan pula pagar mayang sebagai pembawa keberuntungan dan penangkal segala yang buruk. Acara badudus diakhiri dengan pembacaan do’a selamat dan batamat Al-Qur’an bagi calon mempelai wanita maupun pria. •
Akad Nikah
Dalam pengertian orang Banjar, terdapat perbedaan antara nikah dengan kawin. Nikah dilakukan di depan penghulu sesuai dengan aturan agama, sedangkan kawin dilakukan setelah nikah, sewaktu pengantin pria secara resmi diantar beramai-ramai menuju ke rumah pengantin wanita. Prosesi perkawinan adat Banjar secara garis besar meliputi tiga bagian, yakni Manurunkan pengantin laki-laki, Maarak pengantin laki-laki, dan Mempelai Batata Bapalimbaian. •
Manurunkan dan Maarak Pengantin Laki-laki
Merupakan upacara di rumah pihak keluarga pengantin laki-laki untuk dipersiapkan dibawa ke rumah mempelai wanita. Diawali dengan doa dan selamatan kecil, kemudian mempelai pria turun keluar rumah sambil mengucap doa keselamatan diiringi Shalawat Nabi oleh para sesepuh serta taburan beras kuning sebagai penangkal bala dan bahaya. Meski acara tampak sederhana da sangat mudah namun acara ini harus dilakukan, mengingat pada masa-masa lalu tak jarang menjelang keberangkatan mempelai pria mendadak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang berakibat gagalnya upacara pernikahan. Doa dan harapan keselamatan telah ditadahkan oleh kedua tangan, kemudian rombongan pengantin menuju kediaman mempelai wanita. Beberapa puluh meter di depan rumah mempelai wanita, berbagai macam kesenian akan ditampilkan menyambut kehadiran rombongan pihak pengantin pria. Diantaranya, Sinoman Hadrah (seni tari masal sambil mempermainkan bendera-bendera diiringi pukulan rebana), Kuda Gepang (hampir sama dengan kuda lumping), juga music Bamban (sejenis Tanjidor Betawi). Mempelai pria melewati barisan Sinoman Hadrah, dilindungi oleh Payung Ubur-Ubur yang akan terus berputar-putar melindungi pengantin sambil rombongan bergerak menuju rumah mempelai wanita.
22
•
Pengantin Batatai
Kedatangan mempelai pria ke rumah mempelai wanita untuk “bertatai” atau duduk bersanding, adalah puncak dari setiap upacara perkawinan Banjar. Acara ini terdiri dari beberapa versi berdasarkan kebiasaan masing-masing sub-etnis. o Versi Banjar Kuala Pengantin laki-laki memasuki rumah mempelai wanita dan langsung menuju kamar mempelai wanita untuk menjemputnya dan kembali menuju Balai Patataian yang biasanya terletak di ruangan tengah untuk duduk bersanding (batatai). Prosesi yang harus dilakukan :
Bahurup Palimbaian
Sewaktu masih dalam posisi berdiri, kedua mempelai bertukar bunga tangan. Maknanya : kedua mempelai harus optimis terhadap hari-hari mendatang yang akan mereka jalani dengan penuh keceriaan, bagai harumnya bunga tangan mereka.
Bahurup Sasuap
Kedua mempelai duduk bersanding lalu saling menyuapkan sekapur sirih (terdiri dari sirih, pinang, kapur, dan gambir). Maknanya : mereka sudah saling membulatkan tekad untuk menempuh pahit, getir, manis, dan perihnya kehidupan dan mengatasinya dengan seiya sekata.
Bakakumur
Setelah mengunyah sekapur sirih, kedua mempelai berkumur dengan air putih, lalu air bekas kumur dibuang ke dalam tempolong. Maknanya : Segala hal yang kurang baik segera dibuang, sehingga dalam memasuki perkawinan kedua mempelai dalam kondisi bersih dan ikhlas.
Batimbai Lakatan
Mempelai wanita melemparkan segenggam nasi ketan ke pangkuan mempelai pria, lalu oleh mempelai pria dilemparkan kembali ke pangkuan mempelai wanita. Maknanya : Agar tali perkawinan yang mereka bina sedemikian erat dapat memberikan keturunan yang baik dan unggul. Selanjutnya nasi ketan tadi dilemparkan ke hadirin untuk diperebutkan oleh para remaja putri. Dipercaya remaja yang mendapatkan nasi ketan tersebut akan cepat mendapat pasangan. 23
Batapung atau Batutangkal
Para tetua dari kedua keluarga memberikan sentuhan dengan memercikkan ramuan (air bunga, minyak likat baboreh, dan minyak wangi) pada ubun-ubun, bahu kiri dan kanan, serta pangkuan mempelai. Maknanya : agar perjalanan perkawinan mempelai selalu mendapat dukungan, bimbingan, dan berkah dari pihak keluarga serta pinisepuh. o
Versi Banjar Pahuluan I
Mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita dan disambut dengan seruan Shalawat Nabi dan taburan beras kuning. Di depan pintu telah menanti mempelai wanita, dan kemudian mereka bersama-sama dibawa untuk duduk bersanding di atas Geta Kencana, sejenis tempat peraduan (tempat tidur). Prosesi selanjutnya hampir sama dengan versi Banjar Kuala. o
Versi Banjar Pahuluan II
Mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita dan disambut dengan seruan Shalawat Nabi dan taburan beras kuning. Di depan pintu telah menanti mempelai wanita, dan kemudian kedua mempelai dibawa menuju Balai Laki dengan berjalan kaki maupun dengan cara Usung Ginggong. Selama bersanding di Balai Laki, kedua mempelai menyaksikan atraksi kesenian, dan harus menerima godaan atau olok-olok dari undangan yang hadir dengan senyum. Setelah selesai, pasangan dibawa kembali ke rumah mempelai wanita diiringi tetabuhan kesenian tradisional. 2.2.4.3.
Kalimantan Tengah Suku Dayak Ngaju dan Dayak Ma’anyan merupakan dua suku Dayak terbanyak di
Kalimantan Tengah. Ragam upacara adat perkawinan yang mereka miliki menghasilkan ragam busana pengantin yang unik dan kaya akan nilai-nilai budaya. Nilai-nilai adat dan filososfis masyarakat dapat terlihat saat sedang melakukan tahapan demi tahapan upacara perkawinan yang harus dilaksanakan secara lengkap. Ngamuan Gunung Perak adalah rangkaian prosesi perkawinan adat suku Dayak Ma’anyan, Kabupaten Barito Selatan, provinsi Kalimantan Tengah yang sampai kini masih terus dilestarikan. Tradisi ini dipercaya memiliki unsur seni dan budaya yang tinggi serta sarat dengan muatan filosofi adat suku tersebut.
24
Gambar 2.6
Pengantin Dayak Kalimantan Tengah
Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Majalah Perkawinan edisi Pengantin Dayak
Upacara Ngamuan Gunung Perak ini bila diartikan maksudnya adalah sebuah perkawinan haruslah memiliki dasar dan tujuan yang kokoh agar nantinya kedua mempelai dapat menjalani rumah tangga dengan baik, terlebih lagi mereka telah siap lahir batin. Di sini, Gunu Perak dilambangkan sebagai kehidupan yang bahagia, banyak rezeki, damai, sejahtera dan rukun, termasuk di dalamnya tentang hak, kewajiban, serta tanggung jawab yang harus dilaksanakan kepada Tuhan dan sesame selama rumah tangga berlangsung. Gunung Perak menggambarkan flora (pohon), uang perak yang ditancapkan pada beras di sebuah bokor kuningan yang ditutupi dengan uang perak, sekarang sudah diganti dengan uang logam atau uang kertas. Tradisi perkawinan ini memiliki beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut : •
Mamupuh (Penjajakan)
Keluarga orangtua pihak pria mengirimkan utusannya mendatangi rumah keluarga pihak wanitauntuk menyampaikan pesan tentang keinginan keluarga itu melamar sang anak gadis. Utusan itu juga akan menanyakan dan memastikan apakah sang gadis sudah ada yang memiliki atau belum. Untuk itu, biasanya pihak keluarga pria akan memberikan tanda berupa uang (yang jumlahnya tidak ditentukan) atau berupa janji. •
Ngantane (Meminang)
Ketika kedua keluarga sepakat untuk menikahkan anak-anak mereka, pihak keluarga pria mendatangi rumah sang gadis untuk meminang. Kedua pihak orangtua akan membicarakan dan menentukan kapan waktu yang dianggap baik, cara pelaksanaan perkawinan, biayanya, termasuk barang-barang seserahan yang harus dibawa, yang bisa berupa uang atau 25
seperangkat pakaian. Setelah terjadi kesepakatan maka rencana ini diserahkan kepada mantir adat (ketua adat) agar pada saatnya nanti perkawinan dapat dilaksanakan sesuai adat istiadat yang berlaku. •
Ngatet Upu dan Ngambuan Gunung Perak
Tahapan adat yang dilaksanakan sebelum hari H, dimana kedua mempelai harus melaksanakan tradisi perawatan tubuh, antara lain : o Batimung (mandi rempah) dan luluran Tradisi ini dilakukan sekitar sebulan sebelum acara perkawinan tiba. Tubuh calon pengantin akan dipijat dengan minyak zaitun lalu diuapi dengan air rebusan rempahrempahan tradisional agar kulitnya menjadi halus, bersih, dan wangi. o Bakikis (kerikan) Yaitu tradisi mengerik dan membuang bulu-bulu halus termasuk anak rambut yang tumbuh di dahi dan tengkuk calon mempelai wanita agar nanti wajahnya menjadi lebih bercahaya dan kelihatan berbeda disbanding masa gadisnya. o Menasang laladang dan natas banyang (memotong pengahalang) Di hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria dan rombongannya datang sambil membawa keranjang, ditaruh di punggung, yang berisi barang-barang adat, sebelum masuk rombongan harus memotong penghalang yaitu meminta izin agar diperbolehkan masuk ke rumah calon pengantin wanita. Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan dialog yang dipimpin oleh mantir adat yang bermaksud menanyakan tujuan kedatangan rombongan itu. Setelah penghalang yang terdiri dari kayu, tebu, buah, dan sayuran yang digantung dipotong, kemudian akan dibagikan atau diperebutkan beramai-ramai. o Patatiba (dialog) untuk meminang secara resmi Setelah rombongan masuk ke dalam rumah, acara dilanjutkan dengan berdialog secara lebih terperinci lagi mengenai maksud kedatangan serta kesediaan sang tuan rumah untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Saat itu calon pengantin pria belum boleh dipertemukan dengan calon pengantin wanita. o Penyerahan hukum adat Setelah ada kesepakatan dari dialog tadi lalu diadakan penyerahan barang-barang adat dari orangtua calon mempelai pria kepada pihak mempelai wanita, antara lain bisa berupa : sejumlah uang yang besarnya telah disepakati (termasuk untuk biaya perkawinan), tanah perkebunan, beberapa helai kain adat dan seperangkat pakaian lengkap.
26
Apabila rentang waktu antara pinangan dan pelaksanaan perkawinan adat tidak ada, maka pinangan dapat langsung diadakan saat tahap pelaksanaan perkawinan dan dilakukan bersamaan dengan saat penyerahan hukum adat. o Iwurung jue (mencari mempelai wanita) Yaitu calon mempelai pria duduk di pelaminan namun belumbersanding dengan calon mempelai wanita. Karenanya dilakukan permainan mencari mempelai wanita yang dilakukan oleh beberapa orang. Proses pencarian ini yang disebut iwurung jue yang artinya burung yang cantik, bersih, dan suci yang hidup di pedalaman Kalimantan yang identik dengan kecantikkan wanita Dayak. Setiap pemain mencari wurung jue (mempelai wanita) sebanyak tiga kali untuk menanyakan apakah betul atau tidak dia orangnya. Bila betul, maka akan disandingkan dengan mempelai pria. Permainan ini juga diyakini untuk menghindari hal buruk yang mungkin terjadi, misalnya mempelai wanita ditukar dengan orang lain sehingga harus dipastikan kalau memang betul dia orangnya. o Pembacaan dan penandatanganan surat perjanjian kawin Setelah kedua mempelai disandingkan lalu dilakukan pembacaan surat perjanjian kawin secara bersama lalu ditandatangani oleh kedua mempelai, wali nikah, saksi, dan ketua adat. o Turus tajak (pemberian nasihat) Disebut juga kalakar taliwakas yaitu kedua mempelai diberikan berbagai nasihat bijak oleh sesepuh yang dianggap berpengalaman dalam membina rumah tangga. Turus tajak ini bisa juga berupa dukungan moriil (petuah/do’a restu) dan materiil (bantuan uang) ntuk membantu kehidupan awal rumah tangga kedua mempelai. o Pilah saki / manyalih pilah (pemberian do’a) Yaitu kegiatan memerciki air wangi kepada kedua mempelai oleh mantir atau ketua adat seta kedua orangtua mempelai agar pasangan yang akan menikah itu mendapatkan kekuatan lahir dan batin dari Yang Maha Kuasa. •
Tahapan Akhir (Resepsi perjamuan perkawinan)
Dalam adat perkawinan Ngamuan Gunung Perak, setiap tahapan prosesi bisa dilakukan secara lengkap atau boleh dilaksanakan yang pokoknya saja, seperti : patatiba, penyerahan hukum adat, penandatanganan surat perjanjian kawin, serta turus tajak. Semuanya itu sudah bisa dikatakan sah bila dihadiri oleh orangtua, saksi, dan ketua adat. Upacara perkawinan biasanya dilakukan di rumah mempelai wanita, terutama akad nikah bagi yang beragama Islam. Yang beragama Kristen atau Katolik dilakukan pemberkatan nikah di gereja dan 27
kantor catatan sipil. Dan yang beragama Hindu dilakukan pengukuhan perkawinan oleh rohaniwan Hindu. Setelah itu, diadakan resepsi perjamuan (makan bersama) untuk membagikan kebahagiaan dengan keluarga dan sanak kerabat. 2.2.4.4.
Kalimantan Timur Pengantin adat Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, bersumber dari budaya kraton
Mulawarman, yang merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Jejak peninggalannya yang masih dapat kita saksikan ialah “Kalung Uncal” dan “Kalung Tempatong” yang tersimpan di Museum Mulawarman Tenggarong, Kalimantan Timur. Menurut sejarah, Kerajaan Kutai Kartanegara berada di pusat lalu lintas perdagangan dan budaya yang telah menumbuhkan masyarakat yang heterogen. Leh karena itu dalam seni budaya Kutai, termasuk busana adat pengantin, akan terlihat keterpaduan beberapa seni budaya : Bugis, Jawa dan Melayu / Islam, bahkan pengaruh Barat sesuai dengan zamannya. Baju pengantin Anta Kusuma didominasi warna kuning keemasan, yang melambangkan kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara. Sementara busana pengantin Kutai Takwo berwarna hitam, cokelat atau warna gelap lainnya. Terbuat dari kain bludru atau linen yang dipakai bersama-sama dengan kain batik wiron motif parang rusuk.
Gambar 2.7 Pengantin Kalimantan Timur Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Majalah Mahligai edisi Inspirasi Borneo
Berikut ini diuraikan pelaksanaan upacara adat perkawinan Kutai : 28
•
Nyorong Tanda
Setelah putus mufakat antara kedua orangtua pihak calon mempelai pria dan wanita, maka diadakan upacara Nyorong Tanda. Rombongan keluarga dari pihak pria datang ke rumah pihak wanita membawa sebilah keris di atas hamparan beras kuning ditata di atas baki perak dengan ditaburi selimpat daun sirih dan bunga rampai. Masing-masing seorang pria sesepuh dari keluarga duduk berhadapan dan berdialog untuk menyerahkan keris sebagai tanda ikatan dari pihak mempelai pria, kemudian diterima pihak keluarga wanita. Kedua belah pihak langsung mufakat untuk menentukan “Kutika” yakni hari baik untuk perkawinan. •
Bepacar
Daun pacar ditumbuk halus dan dibentuk bundar seperti kelereng, kemudian dengan suatu upacara diletakkan ke ujung jari telunjuk dan ujung jari manis masing-masing mempelai. Tumbukkan daun pacar ditempatkan dalam wadah tradisional, kemudian dipertukarkan dan diarak ke tempat masing-masing yang diramaikan dengan barisan rebbana atau hadrah. Upacara pemberian pacar kepada calon mempelai dilakukan oleh para sesepuh secara bergiliran lima atau tujuh. Biasanya upacara ini dilangsungkan satu malam saja atau berturutturut tiga sampai lima malam. •
Besiram dan Bealis
Sebelum upacara akad nikah, didahului upacara Besiram atau Mandi. Secara simbolis calon mempelai dimandikan dengan air bunga dan mayang. Untuk mempelai wanita dilaksanakan oleh para wanita sesepuh keluarga, sebaliknya untuk mempelai pria oleh para pria sesepuh keluarga. Seusai acara besiram, dilanjutkan dengan upacara Bealis. Mempelai berbusana adat tradisional dan didudukkan di atas tilam kesturi. Kening mempelai dialis menurut syarat atau formalitas saja, kemudian disuapi gula merah dan kelapa, serta diberi minum air. Kemudian calon mempelai dihamburi beras kuning. •
Naik Pengantin
Prosesi berlangsung setelah upacara pernikahan secara agama. Acara adat mengarak pengantin pria diiringi oleh para pengapit, pembawa sumahan dan astakona serta diramaikan oleh barisan rabana atau menuju ke tempat pengantin wanita. Sampai di tempat kediaman pengantin wanita, mengucapkan “Shalawat Nabi” dihamburi beras kuning sebagai rasa syukur menerima kedatangan pengantin pria. Sebelum bisa bertemu dengan mempelai wanita, maka mempelai pria harus melewati “Lawa Cinde” dan “Lawa Bokor”, yakni semacam ujian yang harus dilewati oleh pengantin pria untuk sampai ke pelaminan, dimana pengantin wanita telah duduk menanti kedatangannya. Pelaminan khas Kutai disebut “Geta” 29
atau Petiduran yang penuh ornamen dan hiasan, melambangkan kesejahteraan hidup berumah tangga. Di atas pelaminan Geta kedua mempelai duduk di bersila berhadap-hadapan, saling menukar kembang genggaman, saling menyuapi nasi kepal memberi minum dan saling menyuapi lempit sirih, kemudian dikurung dan dijahit dalam kain, selanjutnya beradu berdiri. Makna daripadanya adalah menggambarkan masa bercanda, saling menerima dan memberi, menakar kesabaran dan keuletan untuk kemudian “dijahit” dalam satu ikatan kerukunan dan seia sekata. Setelah kedua pengantin bersanding, dilaksanakan “upacara menghitung uang sumahan” antara sesepuh kedua mempelai, dengan demikian mempelai pria telah memenuhi persyaratan perkawinan dan berhak secara adat untuk mempersunting mempelai wanita idamannya. Prosesi dimeriahkan dengan pembacaan “Tersul” yakni syair saling puji-memuji dan ujimenguji diantara kedua mempelai. Kemudian diakhiri dengan sujud kepada kedua orang tua mempelai. •
Naik Mintuha
Kedua mempelai diantar ke tempat kedua orangtua mempelai pria dan disambut dengan upacara mencuci kaki, memotong daun nipah di gagang tombak pusaka, dan menarik ketika lepas. Makna dari upacara naik mintuha ini adalah sebagai ungkapan patuh dan kasih saying kepada orangtua dan memohon do’a restu. Juga sebagai tanda kedua mempelai sudah siap melepaskan diri untuk mengarungi bahtera kehidupan. Selain itu, juga sebagai rasa syukur semua pihak bahwa hajat untuk melaksanakan perkawinan sudah selesai. 2.3
TINJAUAN MENGENAI GAYA dan TEMA
2.3.1. Gaya Modern 2.3.1.1.
Pengertian Gaya Modern Kata modern berasal dari kata latin ‘Modo’ yang berarti barusan. Sejarah penggunaan
kata modern dapat ditarik dalam sejarah sejak tahun 1127, seorang kepala biarawan, Sugger, merekonstruksi Bassilica St. Denis di Paris. Hasil rekonstruksinya adalah sesuatu yang baru. Sugger akhirnya memberikan istilah gaya itu dengan “Opus Modernum” yang berarti sebuah karya yang baru. (Adityawan, Arif. 1999: 49) Kata modern dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap dan cara berfikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan jaman. 30
M Modernisme dalam kam mus Besar Bahasa Indon nesia berartii gerakan yaang bertujuaan menafsirkkan kembalii doktrin traadisional. M Menyesuaikann dengan aliiran-aliran modern m dalam m filsafat, sejarah, s dan ilmu pengetahuan. (Kam mus Besar Baahasa Indonesia. 1989:589) 2.3.1.2.
Sejarah Perkemb bangan Gayya Modern
Jamees Watt meneemukan mesin uap u pada abad d 18 di Ing ggris.
Tercetusnyya Revolusi Industri.
Muncul gerrakkan yang tidaak menyukai R Revolusi Inddustri, yaitu Arrt and Craft Moovement dan Arrt Nouveau.
Bauhaauss memeloopori gaya moddern di Stuttgartt pada abad 19.
Muncul alirann: Kubisme, Ekspressionism E m e, K Konstruktivism m e ,Surrealisme , Dadaisme, & De Stijl.
Diagram 2.1 Sejarah P Perkembangan Gaya Moodern 2.3.1.3.
Periode Perkemb bangan Gayya Modern
Periode P II (19 930-1939) • Frank Lloyd L Wright (AS) • Walterr Gropius (Jerm man & AS) • Ludwig Mies Van Deer Rohe (Jermann & AS) • Le Corrbusier (Peranciis) Peeriode I (1917-1939)
• Alvar Aalto (Finlandia) ( • Ame Jacobsen (Denmark) • Oscar Niemegger (Brazilia)
• Brutaalisme • Form malisme
Periode III (1949-1958)
Diagram 2.2 Periode P Perkembangan Gaya Moodern
3 31
2.3.1.4.
Ciri-ciri Desain Modern
•
Formalisme, menampilkan bentuk sesederhana mungkin, kejujuran bahan, warna formal, berorientasi pada bisnis.
•
Pragmatisme, menampilkan kepraktisan dalam konstruksi, bahan, warna, & fungsi.
•
Fungsionalisme, menampilkan bentuk harus mempunyai fungsi (form follow function).
•
Universitalisme, menampilkan suatu ukuran kebenaran & keindahan ukuran-ukuran yg ada di masyarakat modern barat (International Style).
•
Form Follow Function, setiap bentuk harus ada fungsinya (fungsional & rasional).
•
Simplicity.
•
Less is more.
•
Membuang ornament
•
Membuang gaya dan teknik tadisional.
•
Penekanan pada konsep keseragaman (uniformility)
2.3.2. Gaya Etnik Gaya bangunan etnik adalah gaya bangunan yang mengadopsi dari bangunan tradisional. Bangunan etnik memiliki tampak hunian yang khas. Namun pada masa modern ini, dimana hidup manusia sehari-hari banyak dipengaruhi oleh budaya modern, kita bisa menyimak ada tren arsitektur yang mulai banyak hadir dalam bangunan rumah tinggal, yaitu tren gaya etnik. Secara etimologi (bahasa), etnik berarti populasi dengan kesamaan dalam budaya, nenek moyang atau kebiasaan tertentu. Dalam hal ini, gaya arsitektur etnik adalah yang mengadopsi kebudayaan lokal Indonesia. Akhir-akhir ini sering kita jumpai desain rumah maupun perumahan yang mengusung 'gaya etnik' sebagai gaya andalannya. Biasanya rumah-rumah tinggal didesa (arsitektur tradisional) masih memegang teguh adat istiadat dalam menata rumah. Misalnya seperti ruang tamu harus didepan, dapur harus dibelakang. Pendopo sebagai tempat menyambut tamu yang datang ke rumah. Inilah yang disebut hierarki, atau urutan ruang-ruang yang masih selalu digunakan oleh rumah tinggal yang penghuninya masih memegang teguh adat istiadat. Namun rumah-rumah yang dirancang dengan 'pendekatan' modern ini (arsitektur etnik) biasanya tidak lagi menganut hierarki seperti rumah-rumah tradisional, bahkan 32
penataan ruangnya sangat bebas. Ruang-ruang hanya dibangun bila dibutuhkan, dan tidak ada keharusan meletakkan ruang-ruang di mana. Dapur bisa berada didepan, kamar tidur bisa dibelakang sendiri, kamar mandi tidak perlu disembunyikan, bahkan menjadi bagian dari gaya hidup modern. 2.3.3. Modern Etnik Modern etnik merupakan gaya rumah yang berkembang dari konsep minimalis dengan tambahan etnik. Karena itu, gaya modern etnik berarti gaya rumah dengan desain modern, tapi tetap mengandung unsur tradisional. Unsur tradisional yang dimaksud hanya sebatas ragam hiasnya. Bahkan ragam hias yang digunakan dapat melalui proses modernisasi terlebih dahulu agar tidak menyimpang dari konsep modern yang bersih dan minim ornament. Probo Hindarto, arsitek dari Astudio mengaku, tren arsitektur saat ini adalah gaya etnik. ”Etnik murni atau etnik modifikasi, yang jelas unsur etnik menjadi daya tarik” sebutnya. 2.3.4. Tema 2.3.4.1.
Latar Belakang Pemilihan Tema Sesuatu yang sangat dibanggakan oleh masyarakat suku Dayak adalah Rumah betang.
Makna denotasi dari betang adalah rumah yang berbentuk panjang dan terus memanjang seiring dengan adanya anggota rumah yang menikah dan menambah kamar di rumah betang. Namun penulis memilih betang sebagai tema proyek ini bukanlah karena bangunan wedding organizer yang dirancang berbentuk persegi panjang, melainkan lebih kepada makna konotasi dari betang tersebut. Setiap pasangan yang menikah akan menjalani kehidupan rumah tangga bersama, dan penulis berharap setiap pasangan memiliki ‘rumah yang panjang’ dalam artian rumah tangga mereka selalu diberkahi dan senantiasa bersatu walau dalam keadaan apapun selama hidup mereka sampai maut memisahkan. 2.3.4.2.
Rumah Betang Pada masa lalu, kehidupan suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan
itu hidup secara berkelompok-kelompok. Di mana kehidupan yang mereka jalani pasti dilalui bersama, hal itu terwujud dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang).
33
Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang. Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungaisungai besar yang ada di Kalimantan. Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30 – 150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10 – 30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3 – 5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B ), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap. Betang biasanya dihuni oleh 100 – 150 jiwa di dalamnya, sudah dapat dipastikan suasana yang ada di dalamnya. Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga. Pada halaman depan Betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan Betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikorbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman Betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan. Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang Betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara tiwah. 34
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai 'teman' yang setia pada saat berburu di hutan belanntara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia. Ciri – ciri bentuk rumah suku – suku Dayak Kalimantan secara universal terlihat dari : a. Bahan – bahan rumah 1. Tiang rumah : Tiang rumah rumah betang terbuat dari kayu tabalion atau tawu dion artinya kayu besi atau biasa disebut kayu ulin dan ada juga dari kayu biasa tapi tahan lama. 2. Lantai rumah : Terbuat dari kayu yang disusun dan dipaku di atas struktur dengan alas yang terbuat dari kulit kayu atau bambu yang dibelah – belah atau kayu kecil – kecil yang dijalin satu dengan yang lainnya dengan rotan sebagai pengikat. 3. Dinding rumah : Terbuat dari kulit kayu. Namun karena kulit kayu akan menyusut seiring waktu, maka rumah betang sekarang sudah menggunakan kayu yang disusun secara vertikal atau horizontal. 4. Atap rumah : terbuat dari kayu ulin yang disebut sirap. Hanya saja bentuknya diperkirakan panjang dan lebar tidak seperti sirap sekarang. Dan sebagai bahan untuk merekatkan tidak menggunakan paku tetapi menggunakan pasak ( yang terbuat dari kayu ) namun ada juga yang menggunakan daun rumbia yang disusun sedemikian rupa dan diikat dengan rotan. 5. Tangga rumah : tangga rumah terbuat dari kayu ulin atau kayu biasa yang bulat dan dibuat ruas – ruas pada kayu tersebut dengan menggunakan beliung ( sejenis kapak ) tempat kaki memanjat tangga. Tangga seperti ini disebut hejan/hecet (bahasa Ngaju). 6. Pintu rumah : Apabila yang dikatakan pintu adalah jalan orang / penghuni keluar masuk rumah, maka dijumpai hanya satu pintu rumah orang Dayak pada zaman
35
dulu. Sebab pintu yang menuju ke dapur tidak berfungsi untuk keluar masuk rumah karena dapur menempel jadi satu dengan badan rumah. Letak pintu rumah tidak seragam, ada yang terletak di depan rumah, ada di bagian samping, ada pula yang terdapat di bagian lantainya. 7. Jendela rumah : Jendela rumah letaknya di sebelah kiri atau kanan atau semua di sebelah kanan. Rumah besar ini sangat sedikit mempunyai jendela. b. Bentuk dan letak rumah Rumah besar bernama Betang ini dihuni oleh 100 – 200 orang. Panjang rata – rata 30 – 150 meter. Rumah ini memiliki tiang – tiang sebagai struktur utama dan umumnya di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Interior rumah terdiri dari ruang yang disekat – sekat dan masing – masingnya dihuni oleh satu keluarga. Di bagian depan atau bagian kamar dari kamar ( sekat ) dijadikan ruangan tamu atau ruangan persidangan. Bentuk rumah biasanya memanjang meniti letak sungai bagi orang Dayak yang mendiami pesisir, apabila mereka mendiami daratan maka bentuk rumah ini memanjang dan biasanya menghadap kearah sungai atau pambelum. c. Nilai estetika Nilai estetika betang selain pada tampilan luar, juga pada ukiran – ukiran yang ada pada setiap bagunan. Ukiran – ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dapat dilihat seperti pada bumbungan rumah, depan rumah, atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu, dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan rumah. Sedangkan nilai estetika atau tingkah laku dapat dilihat dari bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam membuat bangunan. Untuk membangun tiang, sedapat – dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan bagunan dapat bertahan lama dan jika sudah ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas, dan dunia bawah, yang dilambang dengan ukiran burung tingang dan kepala naga, yang masing-masing kepala harus horizontal yang dalam bahasa Dayak Ngaju 36
disebut tanggar, tidak boleh menengadah sebab saat itu berarti naga atau burung tingang hanya mencari rezekinya untuk dirinya sendiri, tidak mendatangkan rezeki kepada bagi penghuni rumah tersebut. Sebaliknya ukiran kepala tingang dan kepala naga tidak boleh tunduk sebab itu berarti akan membawa sial bagi penghuninya. d. Ragam hias dan semiotika ornament -
Kalimantan Barat
Gambar 2.8 Tato Suku Dayak Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Sejarah Hukum-Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat (J.U Lontaan. 1975 : 523-525)
-
Kalimantan Selatan
1. Lawang Hadapan adalah pintu depan rumah tradisional suku Banjar (Kalimantan Selatan). Lawang Hadapan dihiasi ukiran-ukiran ornament khas Banjar. Bagian-bagian lawang yang diberi ornamen adalah dahi lawang (bagian atas pintu, semacam ventilasi), berukiran tali bapintal dalam bentuk
lingkaran
bulat
telur.
Komposisi
bagiannya dilengkapi dengan motif sulur-suluran dan bunga-bungaan dengan kaligrafi Arab antara lain
bertulis
Laa
ilaaha
illallah,
Muhammadarrasulullah, Allah dan Muhammad.
Gambar 2.9a
Lawang Hadapan
Kemudian jurai lawang (ornamen mirip tirai terbuka), berbentuk setengah lingkaran atau bulan sabit dengan kombinasi tali bapintal, sulur-suluran, bunga-bunga dan kaligrafi Arab. 37
Tulisan dengan bentuk berganda atau berpantulan dengan komposisi dapat dibaca dari arah kiri ke kanan dan arah kanan ke kiri. Selanjutnya, daun lawang (daun pintu), selalu menempatkan motif tali bapintal, baik pada pinggiran kusen pintu, maupun hiasan bagian dalam, tali bapintal pada bagian dalam dalam bentuk bulat telur atau hiris gagatas. Keempat sudut daun lawang banyak ornament bermotif pancar matahari dengan kombinasi dedaunan, di antaranya motif daun jaruju. 2. Palatar merupakan bagian depan rumah yang cukup menarik bilamana diberikan ragam hias dengan ukiran-ukiran. Ragam hias tersebut terdapat pada jurai samping kiri dan kanan atas. batis tawing dan kandang rasi. Ornamen pada jurai biasanya mengambil motif hiris gagatas, Gambar 2.9b Palatar pucuk rabung, daun paku atau sarang wanyi. Pada batis tawing (kaki dinding) ornamen mengambil motif dadaunan, sulur-suluran atau buah mengkudu. Kandang rasi yang berfungsi sebagai pagar pengaman, pada lawang atasnya dihiasi dengan ragam sulur-suluran, sementara kisi-kisinya biasanya sama dengan motif kisi-kisi yang terdapat pada kandang rasi tangga, yaitu motif anak catur, geometris, bogam melati, gagalangan dan pelbagai kreasi campuran bebarapa motif tersebut. Kandang rasi yang sederhana dengan lis-lis reng yang sejajar, reng bersilang atau bersilang ganda yang dapat membentuk gambaran rencong gagatas. 3. Pilis atau PapilisPilis atau Papilis terdapat pada tumbukan kasau yang sekaligus menjadi penutup ujung kasau bubungan tersebut. Juga pada banturan (di bawah cucuran atap) serta pada batis tawing (kaki dinding) bagian luar. Banyak motif yang dipergunakan dalam ukiran lis ini, Gambar 2.9c Batis Tawing antara lain motif rincung gagatas, pucuk rabung, tali bapintal, dadaunan, dalam berbagai kreasi, kumbang bagantung (distiril), paku alai, kulat karikit, gagalangan, i-itikan, sarang wanyi, kambang cangkih, teratai, gigi haruan, dll. 4. Tangga, sebagai sarana penting dalam bangunan terdepan dan pertama ditemukan saat akan
memasuki
rumah,
maka
tangga
diberi
ragam
hias
yang
menarik.
Pada puncak pohon tangga umumnya terdapat ornamen dengan motif buah kanas (nenas). Terdapat juga dengan motif kembang melati yang belum mekar, tongkol daun pakis, 38
belimbing, payung atau bulan sabit. Pada panapih tangga biasanya terdapat motif tali bapintal, dadaunan, buah mingkudu dan sulur-suluran. Pada pagar tangga biasanya dipergunakan ukiran tali bapintal atau garis-garis geometris. Berbagai motif dalam ragam hias yang banyak terdapat pada kisi-kisi pagar tangga, dipergunakan motif bogam melati, galang bakait, anak catur, motif huruf S, geometris dan berbagaikreasi
campuran
dari
motif-motif
tersebut.
Gambar 2.9d Tangga 5. Suku Banjar adalah suku yang berkembang dibawah ajaran Islam. Oleh karena itu, motif-motif dayak yang didominasi oleh bentuk hewan seperti Naga
dsan
masyarakat
burung
enggang
distilir
setempat
dengan
motif
oleh floral.
(Wikipedia) Gambar 2.9e Ornamen Naga
Gambar 2.9 Ragam Hias Rumah Adat Kalimantan Selatan (Banjar) Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi (Rumah Adat Kal-Sel, TMII, Jakarta) Sumber data : http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2010/09/20/ornamen‐rumah‐tradisional‐ banjar/ dan http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Banjar
39
-
Kalimantan Tengah
Tabel 2.2
Ornamen Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah
Sumber : Yudi Darma, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2003
40
Tabel 2.3 (Sambungan Tabel 2.2) Sumber : Yudi Darma, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2003
41
Tabel 2.4
(Sambungan Tabel 2.3)
Sumber : Yudi Darma, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2003
42
Tabel 2.5
(Sambungan Tabel 2.4)
Sumber : Yudi Darma, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2003
Tabel 2.6
Semiotik Ornamen Dayak Ngaju
Sumber : Yudi Darma, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2003 43
Tabel 2.7
Unsur Grafis Ornamen Dayak Ngaju
Sumber : Yudi Darma, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2003
44
Tabel 2.8
(Sambungan Tabel 2.7)
Sumber : Yudi Darma, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2003
45
No.
Kalimantan Timur Nama Ornamen
Visualisasi Ornamen
Makna Ornamen Melambangkan ketinggian harkat manusia. Motif ini jg
1.
Burung
menyimbolkan
Enggang
Mahatala atau Pohotara yang menguasai alam atas bagi masyarakat Kalimantan.
Melambangkan sifat kepahlawanan. Serta 2.
Ular Naga
menyimbolkan Jata atau Juata yang menguasai alam bawah (karena naga hidup di bawah air).
Menggambarkan rantai 3.
Ular Naga dan
kehidupan dimana terdapat
Asoq (Anjing)
yang lemah dan yang kuat dalam dunia ini.
Menggambarkan kehidupan 4.
Cumi atau
bermasyarakat, bergotong
Gurita
royong, dan segala hal yang bersifat sosial.
46
Melambangkan kedamaian,
5.
keabadian, dan kesejahteraan.
Hudoq
Masyarakat Dayak percaya
(Topeng)
bahwa simbol ini dapat menangkal roh jahat.
6.
Sulur Pohon
Melambangkan kesuburan.
Tabel 2.9
Ragam Hias Kalimantan Timur
Sumber Gambar:Dokumentasi Pribadi Sumber Data : Pengelola Anjungan dan Rumah Adat Kalimantan Timur, TMII
Gambar 2.10
Ragam Hias Kalimantan Timur
Sumber : Dokumentasi Pribadi 47
2.7.
Sistem Pencahayaan Cahaya adalah faktor utama yang menghidupkan ruang interior. Tanpa cahaya, tidak
akan ada bentuk, warna, atau tekstur.oleh karena itu, fungsi pertama desain pencahayaan adalah menyinari bangun dan ruang suatu lingkungan interior, dan memungkinkan pemakainya melakukan aktivitas dan menjalankan tugasnya dengan kecepatan, akurasi, dan kenyamanan yang tepat. Demi tujuan perencanaan komposisi visual dari suatu desain pencahayaan, sumber cahaya dapat dianggap berbentuk sebuah titik, garis, bidang atau volume. Ada tiga metoda untuk pencahayaan suatu ruang : umum, lokal, dan cahaya aksen. Pencahayaan umum atau baur menerangi ruang secara agak merata dan umumnya terasa baur. Penerangan lokal atau penerangan setempat digunakan untuk kegunaan khusus menerangi sebagian ruang untuk penampilan tugas atau aktivitas visual tersebut. Penerangan lokal ini dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk seperti lampu gantung, lampu meja, lampu berdiri, dan lampu dinding. Sedangkan lampu aksen adalah bentuk dari pencahayaan local yang menciptakan titik fokus atau pola-pola ritme dari cahaya dan kegelapan dalam ruang. 2.8.
Sistem Penghawaan Terdapat dua macam metode dalam sistem penghawaan ruang dalam bangunan yaitu
penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami pun terbagi menjadi beberapa cara yang dapat diterapkan seperti ventilasi silang, pelembaban udara dengan air, penyimpanan dan penghambat panas, serta vegetasi. Sedangkan penghawaan buatan lebih bersifat mekanis dengan menggunakan Air Conditioner sehingga desain bangunan pun menjadi lebih fleksibel namun memerlukan banyak energy. 2.9.
Studi Tentang Warna “Warna adalah suatu bentuk cahaya atau radiasi gelombang elektromagnetik, yang
dihasilkan dari cahaya matahari yang berwarna putih murni.” (Serial rumah special : kombinasi warna : 2005) Ilmu fisika memelajari warna sebagai sifat dasara cahaya. Pada spectrum cahaya yang terlihat, warna ditentukan dari panjang gelombangnya : mulai dari yang terpanjang gelombangnya yaitu merah dan selanjutnya adalah spectrum jingga, kuning, hijau, biru dan ungu sebagai gelombang cahaya terpendek. Ketika cahaya yang berwarna ini hadir pada sumber cahaya dalam kuantitasyang hampir sama, kombinasinya akan
48
menghasilkan cahaya putih – cahaya yang sebenarnya tidak berwarna. (Ching, Francis D.K. 1996 : 106) Berikut adalah karakter warna yang dapat menimbulkan efek psikologis terhadap manusia : -
Merah : Membangkitkan energy, hangat, komunikatif, aktif, optimis, antusias dan bersemangat, member kesan sensual dan mewah, meningkatkan aliran darah di dalam tubuh, dan berkaitan dengan ambisi.Namun terlalu banyak warna merah dapat merangsang kemarahan dan agresifitas.
-
Pink : Merupakan warna yang hangat dan emosional namun juga lembut dan menenangkan, melambangkan kasih sayang dan perasaan cinta namun juga bisa berarti kekanak-kanakkan.
-
Oranye : Memiliki karakter yang mirip dengan merah tetapi lebih feminine dan bersahabat. Warna yang melambangkan sosialisasi, penuh harapan dan percaya diri, membangkitkan semangat, vitalitas dan kreativitas. Dapat menimbulkan perasaan positif, senang, gembira dan optimis, penuh energy, bisa mengurangi depresi atau perasaan tertekan. Namun bila berlebihan justru akan merangsang perilaku hiperaktif.
-
Kuning : Adalah warna matahari, cerah, membangkitkan energy dan mood, warna yang penuh semangat dan vitalitas, komunikatif dan mendorong ekspresi diri, member inspirasi, memudahkan berpikir secara logis danmerangsang kemampuan intelektual (cocok sebagai warna aksen di ruang belajar). Namun penggunaan yang kurang tepat justru akan menimbulkan kesan menakutkan.
-
Hijau : Warna ini selalu dikaitkan dengan warna alam yang menyegarkan, membangkitkan energy dan juga mampu member efek menenangkan, menyejukkan, dan menyeimbangkan emosi. Warna ini elegan, menyembuhkan, dan mendorong perasaan empati terhadapa orang lain. Nuansa hijau dapat meredakan stress, member rasa aman, dan perlindungan. Namun hijau juga dapat menimbulkan perasaan terperangkap.
-
Biru : Warna ini tidak dapat lepas dari elemen air dan udara, berasosiasi dengan alam, melambangkan keharmonisan, member kesan lapang. Pemakaian warna biru dapat menimbulkan perasaan tenang dan dingin, melahirkan perasaan sejuk, tenteram, hening dan damai, member kenyamanan dan perlindungan. Warna ini juga diasosiasikan dengan kesan etnik, antic, country style. Warna biru yang kuat dapat merangsang kemampuan intuitif dan emudahkan meditasi. Tapi terlalu banyak warna biru juga dapat menimbulkan kelesuan. 49
-
Ungu : Dekat dengan suasana spiritual yang magis, misterius, dan mampu menarik perhatian. Oleh karena itu, ungu banyak digunakan oleh kaum bangsawan. Warna ini juga berkesan sensual, feminine, antic, anggun, dang hangat. Ungu yang gelap dapat memancarkan kekuatan, bisa menambah intuisi, fantasi dan imajinasi, kreatif, sensitive, memberi inspirasi, dan obsesif.
-
Cokelat : Merupakan warna netral yang natural, hangat, membumi dan stabil, menghadirkan kenyamanan, member kesan anggun dan elegan. Dapat memberi keyakinan dan rasa aman, cokelat merupakan warna yang akrab dan menenangkan, bisa mendorong komitmen, namun juga bisa menjadi berat dan kaku bila terlalu banyak
-
Putih : Melambangkan kemurnian dan kepolosan, memberikan perlindungan, ketenteraman, kenyamanan, dan memudahkan refleksi. Namun terlalu banyak warna putih bisa menimbulkan perasaan steril, kaku, dan terisolir.
-
Hitam : Adalah warna yang kuat dan penuh percaya diri, penuh perlndungan, maskulin, elegan, megah, dramatis, dan misterius. Namun hitam juga merupakan warna lambing duka dan dapat menimbulkan perasaan tertekan.
-
Abu-abu : Termasuk warna yang netral yang dapat menciptakan kesa serius namun juga menenteramkan dan menimbulkan perasaan damai. Kesan lain dari
abu-abu adalah
independen dan stabil, menciptakan keheningan dan kesan luas. Abu-abu juga bisa terkesan dingin, kaku, dan tidak komunikatif. (serial rumah special : kombinasi warna). Dan berikut adalah beberapa kombinasi warna yang dapat diterapkan dalam suatu ruangan : 1. Kombinasi Monokromatis Jika direncanakan dengan baik, warna-warna monokromatis bisa menciptakan kesan tenang, anggun, atau elegan. Kunci suksesnya adalah penggunaan warna-warna yang memiliki value serta intensitas yang sama atau dengan sedikit gradasi. Warna-warna netral bisa menjadi aksen yang menarik atau menjadi warna dasar dari kombinasi warna monokromatis. Misalnya, gunakan warna dasar abu-abu, lalu tambahkan sentuhan warna netral lainnya sebagai aksen. Contoh kombinasi warna monokromatis: Biru tua-biru-biru muda-putih kebiruan. 2. Kombinasi Analog Analog sering disebut juga sebagai warna-warna senada, yaitu penggunaan warna-warna yang berdekatan atau terletak bersebelahan pada lingkaran warna. Misalnya: merah-merah oranye-oranye; biru-biru violet-violet;hijau-kuning hijau-kuning. Biasanya berpatokan pada 50
warna-warna yang umum (common color).Jadi misalnya kombinasi merah-merah oranyeoranye, warna umumnya adalah merah (oranye adalah setengah merah), sedangkan pada kombinasi biru-biru violet-violet, warna umumnya adalah biru (violet adalah setengah biru). Perhatikan lingkaran warna, Anda akan mendapati warna-warna itu juga memiliki temperatur yang sama, misalnya: semuanya warna-warna sejuk atau semuanya warna-warna hangat.Untuk menghindari kesan monoton, variasikan banyaknya pemakaian warna-warna tersebut. Jadikan salah satu warna sebagai warna yang dominan, lainnya sebagai aksen. 3. Kombinasi Komplementer Komplementer adalah warna-warna yang saling melengkapi. Kombinasi ini dibentuk dari warna-warna yang berlawanan atau berseberangan pada lingkaran warna. Kesan yang ditimbulkan oleh warna-warna komplementer biasanya adalah suasana yang menggairahkan. Merah dan hijau, kuning-oranye dan biru-violet adalah beberapa contohnya. Tidak selalu harus warna-warna yang tepat berseberangan, bisa juga dipakai warna-warna yang nyaris berseberangan, misalnya: warna kuning-hijau dipadukan dengan violet bisa jadi kombinasi yang sangat cantik meski warna-warna tersebut tidak tepat berseberangan.Pada dasarnya, warna apapun yang terletak pada sisi yang berseberangan akan menyeimbangkan dan menghidupkan warna utama pilihan Anda. Jadi, bebaskan diri Anda untuk memilih warnawarna di sekitar (di kanan-kiri) warna yang tepat berseberangan, sebab hasilnya akan tetap harmonis. Bahkan kadang-kadang warna-warna itu bisa jadi lebih menarik dibandingkan warna komplementer utamanya.Tambahan lagi, warna-warna komplementer biasanya akan saling memperkuat. Misalnya:dinding berwarna kuning akan makin menonjol jika kusennya berwarna abu-abu violet pucat. 4. Kombinasi Kompleks Kombinasi ini terdiri dari warna apa saja yang ada di lingkaran warna. Kombinasi ini terdiri dari warna apa saja. Merah, hijau, kuning-oranye dan biru-violet atau hijau-biru, merah-violet dan kuning-oranye. Terkesan sangat menggembirakan sebab secara otomatis warna-warna ini akan saling menyeimbangkan temperatur warna dalam pandangan mata kita. 5. Kombinasi Split Komplementer Kombinasi ini terdiri dari 3 warna. Hampir sama dengan komplementer, tapi split komplementer bukan mengambil satu warna di seberangnya, melainkan dua warna yg ada di sisi-sisi warna yg berseberangan. contoh : merah berseberangan dg hijau,tp kalau mau ambil kombinasi split komplementer, berarti yg diambil bukan hijaunya. Justru biru-hijau sama kuning-hijau.
51
6. Komb binasi Triad d kombinasi ini juga teerdiri dari 3 warna. Unttuk menentu ukan warnannya,kita bisa menggambaar s sisi seccara imajinassi di lingkaraan warna. segitiga sama Contoh : merah,biru,kuning.
G Gambar 2.111 Lingkaran Warna
Gambar 2.12 Lingkarran Warna deengan Intenssitas
D 2.8. Warrna Bagi Maasyarakat Dayak T Terdapat bebberapa warnaa yang diangggap agung bagi masyaarakat suku Dayak D karenna memilikii makna terrsendiri baggi mereka. Pada dasarn nya warna-w warna terseebut memilikki makna psikologis yaang hampir sama dengaan makna warna pada umumnya. u B Berikut adalaah warna-warna tersebuut : -
Baputi attau Putih adalah a warnna yang meelambangkann ilmu kebbaikkan yanng masyarak kat Dayak miiliki. 5 52
-
Babilem atau Hitam adalah warna yang melambangkan ilmu kejahatan yang dianut bagi sebagian masyarakat suku Dayak.
-
Bahenda atau Kuning memiliki makna religius. Makna ini sama dengan makna yang dianut oleh masyarakat Hindu karena agama yang masuk pertama kali kedalam suku Dayak adalah Hindu walaupun sampai saat ini suku Dayak masih menganut dinamisme.
-
Bahijau atau Hijau adalah warna yang menggambarkan betapa suburnya pepohonan di atas tanah Kalimantan.
-
Bahandang atau Merah adalah warna yang melambangkan keberanian suku Dayak.
53