BAB II TINJAUAN DATA
2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Definisi Rumah sakit Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan untuk masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau bagi masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya1. Rumah sakit merupakan tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan2 Rumah sakit merupakan tempat dimana orang sakit berada, setelah diperiksa oleh dokter atau suster3 Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam dua klasifikasi yaitu4 :
1
UU Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hal 8 3 Collins Cobuild Students Dictionary, 1990 2
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Rumah
sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit ataupun kekhususan lainnya.
2.1.2. Tujuan dan Fungsi Rumah Sakit Banyak tujuan dan fungsi yang diberikan rumah sakit terhadap masyarakat pada umumnya dan pasien pada khususnya. Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
Melaksanakan
pelayanan
medis
tambahan,
pelayanan
penunjang medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
Melaksanakan pelayanan medis khusus,
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),
Melaksanakan pelayanan rawat inap,
Melaksanakan pelayanan administratif,
4
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 340/menkes/per/iii/2010. Ketentuan umum, pasal 1
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Melaksanakan pendidikan para medis,
Membantu pendidikan tenaga medis umum,
Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi, Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah
sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen yan medik.
2.1.3. Jenis-Jenis Rumah Sakit Rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya5 : a. Rumah sakit umum Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar 5
UU Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, pasal 19
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
Adapun kalsifikasi rumah sakit umum berdasarkan
fasilitas dan
6
pelayanan :
Rumah Sakit Umum kelas A Rumah sakit Umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4 (empat)
pelayanan
medic spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medic, 12 (dua belas) pelayanan medic spesialis lain, dan 13 (tiga belas) pelayanan medic sub spesialis. Hal pelayanan yang dimaksudkan diatas yaitu, pelayanan medic umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medic spesialis gigi mulut, pelayanan subspesialis, pelayanan kebidanan dan pekerawatan, pelayanan peninjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Jumlah untuk tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.
6
PERMENKES No.340 tahun 2010, BAB III Pasal 4
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Rumah Sakit Umum kelas B Rumah sakit Umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4 (empat)
pelayanan
medic spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medic, 8 (delapan) pelayanan medic spesialis lain, dan 2 (dua) pelayanan medic sub spesialis. Hal pelayanan yang dimaksudkan diatas yaitu, pelayanan medic umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medic spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medic, pelayanan medic spesialis lain, pelayanan medic spesialis gigi mulut, pelayanan medic subspesialis pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Memiliki jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.
Rumah Sakit Umum kelas C Rumah sakit Umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4 (empat)
pelayanan
medic spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medic. Hal pelayanan yang dimaksudkan diatas yaitu, pelayanan medic umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medic spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medic, pelayanan medic spesialis gigi mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Memiliki jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.
Rumah Sakit Umum kelas D Rumah sakit Umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic paling sedikit 2 (dua) pelayanan medic spesialis dasar. Hal pelayanan yang dimaksudkan diatas yaitu
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
pelayanan medic umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medic spesialis dasar, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Memiliki jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah. b. Rumah sakit terspesialisasi Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain. Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan. c. Rumah sakit penelitian/pendidikan Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran
pada
suatu
universitas/lembaga
pendidikan
tinggi.
Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi. d. Rumah sakit lembaga/perusahaan Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani
pasien-pasien
yang
merupakan
anggota
lembaga
tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
rumah
sakit
militer,
lapangan
udara),
bentuk
jaminan
sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum. e. Klinik Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokterdokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik. Sebuah klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat jalan) adalah fasilitas perawatan kesehatan yang dikhususkan untuk perawatan pasien rawat jalan. Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan didanai secara pribadi atau publik, dan biasanya meliputi perawatan kesehatan primer kebutuhan populasi di masyarakat lokal, berbeda dengan rumah sakit yang lebih besar yang menawarkan perawatan khusus dan mengakui pasien rawat inap untuk menginap semalam.
2.1.4. Sejarah Rumah Sakit Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani. Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan. Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia. Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea I pada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra. Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
rumah sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir. Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10.
Gambar 2.1 Seorang dokter merawat orang sakit di sebuah rumah sakit di jerman pada tahun 1683
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.
2.1.5. Rumah Sakit Dan Perkembangannya di Indonesia7 Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta
keluarganya
secara
gratis.
Jika
masyarakat
pribumi
memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk pegawai VOC.
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit (25/04/2012)
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
2.1.6. Syarat Pendirian Rumah Sakit 1. LOKASI a. Menurut Neufert dalam bukunya “Architect Data” , lokasi yang tepat untuk sebuah rumah sakit adalah lokasi yang strategis : 1) Yang mudah dicapai dengan mudah oleh transportasi umum. 2) Berjarak 80 meter (100 yard) dari rel kereta dan jalan utama. 3) Dapat menampung sekitar kurang lebih 200.000 orang. b. Menurut Wesley E Woodson dalam bukunya “ Human Factors Design Handbook Information and Guidelines for The Design of
System, Facilities, Equipments and Product for Human
Use” dikatakan bahwa : 1) Bilamana
rumah
sakit
dilokasikan
didaerah
berlingkungan yang tenang, jauh dari lalu lintas yang padat dan jalan raya yang bising. 2) Mudah dicapai ke dan dari berbagai rute dengan rute masuk yang diarah dan ditandai dengan marka atau rambu-rambu yang besar sehingga kendaraan yang darurat tidak perlu buang-buang waktu untuk mencari lokasi. 3) Harus dapat pula dicapai oleh transportasi umum dengan pertimbangan anggota rumah sakit atau pengunjung yang datang ke rumah sakit tidak sedikit yang menggunakan kendaraan umum.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
2. SARANA 1) Di tinjau dari segi geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang dapat di jangkau oleh masyarakat dengan mudah. 2) Tersediaya infratuktur dan fasilitas dengan mudah. 3) Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di sekitarnya. 4) Rumah sakit tidak tercemar oleh lingkungan di luar rumah sakit. 5) Tersedia luas tanah kurang lebih 35 m2 untuk tempat tidur dan cukup untuk perkembangannya. 6) Memenuhi persyaratan peraturan daerah setempat ( tata kota yang berlaku ). 7) Tata letak Unit pelayanan harus mempunyai hubungan fungsional antara unit yang efesien. 8) Unit Gawat Darurat medis harus mudah di capai dari luar dan dapat langsung berhubungan secara efisien dengan dengan unit-unit yang terkait. 9) Unit Rawat Inap harus di daerah yang tenang. 10) Ada pemisahan antara pasien rawat jalan dan rawat inap dengan jelas. 11) Pelayanan penunjang medis dapat langsung berhubungan dengan Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Gawat Darurat dan ICU. 12) Pelayanan penunjang non medis, dapur, laundry, workshop. Dapur harus memiliki pintu keluar tersendiri. 13) Unit atau Instalasi yang sering di gunakan dan berhubungan sangat erat di letakan pada tempat yang berdekatan , misalnya: ICU/ICCU, Laboratorium, Radiologi, UGD, COT.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
14) Persyaratan
pembangunan
yang
di
sesuaikan
dengan
persayaratan peraturan daerah setempat yaitu:
Rencana Bagian Wilayah Kota (RWBK).
Koefisien dasar Bangunan.
Maksimal berapa tinggi bangunan.
Jarak garis sepadan terhadap jalan.
3. PRASARANA 1) Prasarana Listrik
Perencanaan kebutuhan serta pemasangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku:
Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listerik tegangan menengah 20 KV, sesuai dengan pedoman bahwa rumah sakit kelas B mempunyai kapasitas daya listerik kurang lebih 1 MVA.
Tersedia peralatan UPS (Unit Interuptable Power Suppiy) untuk melayani gedung COT, ICU dan ICCU.
Emergency lighting harus tersedia di ruang-ruang tertentu.
Kapasitas generator di sediakan minimal 40% dari daya terpasang.
2) Prasarana air
Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan atau dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan.
Tersedia sesevir bawah dan atas.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Penyedian fasilitas air panas dan uap terdiri atas Unit Boiler, system perpipaan dan kelengkapan untuk distribusi ke daerah pelayanan.
3) Gas Medis
Memepunyai persediaan gas medis yang cukup.
System jaringan distribusi kemasing-masing ruang yang membutuhkan dengan system sentralisasi.
4) Penanggulangan Kebakaran
Tersedia alat pemadam kebakaran yang memadai.
Pemeriksaan secara berkala terhadap perlalatan
kebakaran
yang digunakan. 5) Prasarana Komunikasi
Ekstern
-
Tersedia dari Perumtel
-
Komunikasi internet
Interen
-
Telepon dalam
-
Nurse Call
6) Penanggulangan Limbah
Tersedianya system limbah padat (medis, non medis).
Tersedianya pengolahan limbah cair medis, non medis.
7) Fasilitas elevator (lift) dan ram untuk gedung-gedung yang di rencanakan bertingkat. 8) Prasarana Uap
Kebutuhan system untuk Kitchen, laundry dan CSSD.
Peralatan harus bersertifikasi dari Depnaker.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
9) Fasilitas Instalasi yang terdiri dari prasarana listerik dan air untuk keperluan pengoperasian peralatan medic dan non medic. 10) Pengondisian udara
4. PERALATAN Peralatan harus mengikuti pedoman pelayanan rumah sakit Kelas B dan kondisi setempat serta memenuhi criteria yang berkaitan dengan pengembangan rumah sakit yaitu:
1) Peralatan harus dapat
dikembangkan secara efisien sesuai
dengan pengembangan rumah sakit, misalnya menggunakan module system. 2) Mempermudah poengelolaan rumah sakit untuk menentukan peralatan.
5. Berdasarkan pokok-pokok Pedoman Arsitektur Medik RSU : 1) Ditinjau dari geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mudah 2) Tidak menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitarnya. 3) Tersedianya luas tanah lebih kurangnya 3,5 ha yang cukup untuk perkembangan selanjutnya. 4) Tata letak pelayanan harus mempunyai hubungan fungsional antar unit yang efisien. 5) Unit Gawat Darurat Medis harus mudah dicapai dari luar, mudah diketahui dan Unit Rawat Jalan harus mudah dicapai
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
dari luar dan dapat langsung berhubungan secara efisien dengan unit-unit lain yang terkait. 6) Unit Rawat Inap harus berlokasi di daerah yang tenang. 7) Ada pemisah bagi pasien rawat jalan dan pasien rawat inap yang jelas. 8) Pelayanan penunjang medis harus dapat langsung berhubungan dengan Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Gawat Darurat dan ICU. 9) Pelayanan penunjang non medis seperti dapur, laundry, workshop harus mempunyai pintu sendiri. 10) Unit atau Instalasi yang sering digunakan dan berhungungan sangat erat di letakan pada tempat yang berdekatan, misalnya ICU, laboratorium, radiologi dan UGD. Dengan demikian ada efisiensi sirkulai bagi pasien.
6. Departemenisasi Rumah Sakit Departemenisasi atau Pengelompokan bangunan menurut sifat bangunannya yaitu8 : a. Bangunan yang bersifat public 1) Ruang Administrasi Yaitu
unit
yang
melayani
semua
kegiatan
yang
berhubungan dengan biaya perawatan, pembayaran obat, dll oleh pasien. 8
“Pokok-Pokok Pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum”, DepKes
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
2) Ruang Poliklinik Melayani pemeriksaan khusus untuk pasien rawat jalan dan rawat inap yang sedang menjalani pemulihan. 3) Ruang Mechanical Record atau Rekaman Medis Ruangan yang menggunakan system komputerisasi untuk melihat dan memeriksa keadaan pasien digital dan bersifat rahasia. Rekam medis yang dibuat dokter akan sangat tergantung pada jenis pasiennya, apakah pasien rawat jalan atau rawat inap dan perawatan satu hari, pasien gawat darurat atau pasien dalam keadaan bencana. 4) Ruang Emergency Pada rumah sakit gedung emergency berfungsi untuk mengantisipasi bahaya kebakaran dan keadaan darurat lainnya yang terjadi di area rumah sakit. Pada gedung emergency biasanya terdapat mobil pemadam kebakaran, alarm yang terhubung dengan rumah sakit dan alat lainnya. 5) Ruang Apotik Tempat
yang
menyediakan
pelayanan
obat
bagi
masyarakat, pasien rawat jalan dan rawat inap serta penukaran resep dari dokter tertentu dan bersifat umum.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
6) Ruang Jenazah Tempat untuk memandikan jenazah, menyimpan pasien yang sudah meninggal atau mayat yang didonorkan untuk rumah sakit guna keperluan penelitian ilmu kedokteran.
b. Bangunan Yang Bersifat Semi Publik 1) Ruang Laboratorium Laboratorium melakukan pelayanan laboratorium klinik termasuk pelayanan bank darah. Laboratorium senantiasa melakukan analisis melalui program quality control yang ketat.
Laboratorium
Bank
Darah
membantu
pasien/keluarga yang melakukan transfuse darah sehingga dapat tertangani dengan cepat. Tempat untuk meneliti atau untuk menguji sample yang diambil dari pasien sehingga dapat diketahui jenis penyakitnya yang selanjutnya hasil test diberikan kepada dokter untuk ditindak lanjuti. 2) Ruang Radiologi Dilengkapi dengan peralatan pesawat Rontgent dengan dilengkapi oleh Flouroscopi CCTV, mobil unit X-Ray, 1 pesawat CT. Scan, Otomatic Processing dan digital labeling, unit Radiologi
melakukan pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosa suatu penyakit dengan didukung oleh dokter radiolog dan radiographer.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
3) Ruang Rehabilitasi Medik Tempat
untuk
memberikan
diagnosis
fungsional,
merencanakan program dan evaluasi, serta memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit.
c. Bangunan Yang Bersifat Privasi 1) Ruang Operasi Tempat untuk melakukan pembedahan terhadap pasien penderita penyakit yang membahayakan jiwanya. Gedung operasi biasanya digunakan untuk mengangkat penyakit ter tentu yang bersifat ringan sampai berat dan perlu keadaan steril. 2) Ruang Melahirkan Tempat bagi para ibu melakukan persalinan. 3) Ruang ICU Tempat untuk merawat pasien yang emngalami gangguan kesehatan tertentu atau kritis yang membutuhkan ketenangan,
pengawasan
khusus
dari
dokter
dan
membutuhkan tempat steril guna penyembuhannya.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
d. Area Service 1) Ruang Cuci 2) Ruang Dapur 3) Ruang Bengkel 4) Ruang CSSD
2.1.7. Sistem Pelayanan Rumah Sakit Pelayanan kesehatan didalam rumah sakit adalah kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medic dan penujang medic. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengaharuskan setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan 24 jam per hari secara terus menerus dan mempunyai dokter juga. Adapun 2 ( dua ) jenis pelayanan yang terdapat di rumah sakit, yaitu :
a. Instalasi Rawat Jalan Instalasi rawat jalan merupakan unit fungsional
yang
menangani penerimaan pasien rumah sakit, baik yang akan berobat jalan maupun yang akan dirawat inap di rumah sakit. Instalasi rawat jalan merupakan tempat dimana pertama kali diberikan dan mempengaruhi baik buruknya pelayanan Rumah Sakit. Kecepatan
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
pengiriman status pasien oleh petugas (helper) ke klinik yang dituju sangat penting dalam proses pelayanan rawat jalan.
b. Instalasi Rawat Inap Instalasi Rawat Inapa adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi pelayanan observasi, diagnose, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medic dengan menginap di ruang rawat inap pada instalasi kesehatan rumah sakit pemerintah, swasta dan puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya pasien harus menginap.
Gambar Tabel 2.1 Jenis Pelayanan Rumah Sakit
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
2.2. Tinjauan Khusus 2.2.1. Definisi Rumah Sakit Islam9 Definisi rumah sakit islam adalah perwujudan dari iman sebagai amal shaleh kepada Allah SWT dan menjadikannya sebagai sarana ibadah. Rumah sakit islam menjadi salah satu institusi public paling maju diabad pertengahan, sekaligus warisan dari peradaban islam. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit modern dalam arti sebenarnya. Disinilah pengembangan ilmu medis pertama didunia. Rumah sakit atau disebut Bimaristan oleh bangsa islam, menjadi rumah harapan kehidupan bagi mereka yang sakit. Disinilah para pasien diperlakukan baik dan dirawat oleh para dokter atau tabib. Para pasien dibebaskan dari semua biaya pengobatan dan perawatan. Para dokter tak hanya berbakti untuk pengobatan pasien, juga mengembangkan ilmu kedokteran.
2.2.2. Sejarah Rumah Sakit Islam Rumah sakit islam pertama dibangun atas permintaan khalifah Al-Wahid (705 M – 715 M) seorang khalifah dari dinasti Umayyah. Tempat perawatan yang dikenal dengan nama “Bimaristan” itu disediakan tak hanya bagi penderita leprosoia tapi juga bagi penderita lepra yang saat itu merajalela. Untuk merawat pasien itu, khalifah menggaji tenaga perawat dan dokter. “RS Islam pertama yang 9
Duwi Setiawan, Perancangan interior gedung RS Al-Falah, 2009.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
sebenarnya dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M – 809 M)”, ungkap Husain. Setelah berdirinya RS Baghdad, di metropolis intelektual itu mulai muncul di RS lainnya. Konsep pembangunan beberapa RS di Baghdad itu merupakan ide dari AlRazi, dokter muslim terkemuka. Dalam catatan perjalanannya, seorang sejarahwan bernama Djubairsempat mengunjungi Baghdad seperti sebuah “istana yang megah”. Airnya dipasok dari Tigris dan semua perlengkapannya mirip istana raja. Menurut Dr. HossamArafah yang tulisannya berjudul Hospital in Islamic History pada akhir abad ke-13, RS sudah tersebar diseantero Jazira Arabia.
2.2.3. Pelayanan Rumah Sakit Islam Pelayanan Islami adalah system pelayanan menyeluruh (holistic), yang meliputi fisik, mental dan spiritual berlandaskan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang terus berkembang dengan merujuk pada prinsip Islam baik dari sisi aqidah, ibadah dan akhlak10. Terdapat lima aspek pelayanan kesehatan islam yaitu : 1. Sikap dan perilaku petugas yang Islami 2. Fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan Islami. 3. Prosedur, tata cara atau mekanisme pelayanan kesehatan Islami.
10
“Rumah Sakit Haji”, 2002” Dikutip dari Laporan Tugas Akhir Endang Oktariana, FKM UI, 2009 (02/09/2012)
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
4. Susana pelayanan kesehatan Islami. 5. Pembiayaan pelyanan kesehatan Islami. Rumah sakit yang berpredikat Islam pada pokoknya pelaksanaanya harus ditujukan dalam 2 hal, yaitu : 1. Pelayanan, perawatan dan pengobatan (medic) 2. Pelayanan dan santunan agama (spiritual) Kedua pokok pelaynaan harus dikerjakan secara terpadu agar dapat diperoleh hasil yang cukup baik, yaitu menolong dan membina manusia seutuhnya. Setiap Rumah Sakit Islam harus memiliki Bagian santunan spiritual karena bagian inilah yang membawa keselamatan di dunia dan di akhirat. Rumah Sakit Islam tanpa Bagian santunan spiritual, tidak berbeda dengan Rumah Sakit lainnya. Tentu saja santunan spiritual ini ditangani oleh tenaga-tenaga ahli. Merasakan ketenangan tersendiri ketika berada di rumah sakit, sehingga mendapatkan pelayanan dan motivasi kesembuhan yang sesuai dengan keyakinan. Diperlakukan dengan rasa hormat sebagai manusia seutuhnya. Berhadapan dengan karyawan yang rumah sakit yang santun, senantiasa menebar senyum dan salam, keluar kalimat thoyyibah seperti basmallah, Alhamdulillah, subhanallah maupun insya allah dari lisan para karyawan rumah sakit. Perasaan, nilai “keunikan” seperti itulah ang dikejar dan ingin dirasakan kaum muslimin dari pelayanan rumah sakit Islam. Tersedianya petugas dan tempat untuk pasien sesuai dengan jenis kelaminnya juga merupakan pertimbangan sendiri. Hal ini erat kaitannya dengan aurat pasien. terlebih untuk pasien
perempuan
yang
kebanyakan
sering
merasa
kurang
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
nyaman/rishi ketika hal-hal yang berkaitan dengan masalah kewanitaan harus ditangani oleh petugas laki-laki. Hal diatas menjadikan rumah sakit Islam mempunyai keunggulan dari rumah sakit biasa dalam hal pelayanan, sekaligus memiliki atribut khusus yang unik yang mencerminkan nilai-nilai islam dalam hal pelayanan.
2.2.4. Managemen Rumah Sakit Islam Pada rumah sakit islam sebagian besar sudah menggunakan Billing System. Billing System adalah alat yang berfungsi mengatur dan memproses semua tagihan yang berkaitan dengan item atau jasa yang di jual. Dan khusunya di rumah sakit, item-item tersebut lebih khusus kepada obat-obatan dan juga tindakan medis. pada proses ini, Billing System akan mencatat dan memproses semua kegiatan dan charge yang akan dikenakan terhadap pasien, mulai dari pendaftaran, tindakan di poliklinik, tindakan penunjang (lab/rad,dll), pemberian dan pemakaian obat-obatan.
2.2.5. Operasional Rumah Sakit Islam Operasional yang dilakukan secara hukum islam seperti :
Menghindari ikhtilath antara pasien dengan dokter, maka pasien perempuan hanya dirawat oleh dokter perempuan, begitu juga lakilaki, kecuali dalam kondisi darurat (baca: ada nyawa yang terancam jika tidak segera ditangani). Selain itu harus dihindari
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
adanya kondisi berduaan antara dokter dengan pasien yang berlawanan jenis.
Menyediakan kamar rawat inap khusus bagi perempuan. Atau misalnya pada saat rontgen, ketika ada pasien perempuan yang sedang
melakukan
rontgen
maka
pasien
laki-laki
tidak
diperbolehkan memasuki ruangan terlebih dahulu karena pasien rotgen harus membuka/mengganti pakaian dahulu, atau kasuskasus lainnya.
Disediakan dokter khusus untuk menangani hal-hal yang hanya khusus dialami oleh perempuan. Misalnya dokter kandungan harus perempuan, karena hal ini terkait langsung dengan kelamin wanita.
Mulai dari dokter, perawat hingga staffnya menggunakan busana yang menutupi aurat secara syar‟i.
Peralatan medis dan obat-obatan tidak boleh mengandung zat-zat haram, harus halal. Adapun ruang-ruang yang yang harus ada sehingga dapat mendukung operasional Rumah Sakit Islam, yaitu :
Rawat Inap yang dibedakan sesuai dengan jenis kelamin Pria dan Wanita.
Ruang rontgen. Untuk area tersebut, sebainya didalam ruangan diberikan sub ruang kembali agar dapat memberikan kenyamanan bagi pasien wanita atau pun pria. Seperti penjabaran pada poin ke-2 diatas.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Ruang service yaitu toilet dibedakan menjadi toilet wanita dan toilet pria.
2.2.6 Zona Pengelompokan Ruang Pengelompokan ruang pada rumah sakit berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit adalah sebagai berikut :
Zona dengan resiko rendah Zona resiko rendah meliputi : contoh.. ruang administrasi, ruang komputerisasi, ruang pertemuan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan serta pelatihan
Zona dengan resiko sedang Zona resiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti dan ruang tunggu pasien.
Zona dengan resiko tinggi Zona resiko tinggi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, ruang pengindraan medis, laboratorium, ruang bedah mayat dan ruang jenazah
Zona dengan resiko sangat tinggi Zona resiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah, ruang perawatan gigi, ruang perawatan darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Gambar 2.2. Zona Pengelompokan Ruang
2.2.7 Arsitektur Islami11 Arsitektur Islami (Islamic Architecture) atau arsitektur Islami merupakan arsitektur yang memiliki sifat-sifat Islam. Bisa jadi yang termasuk arsitektur Islami adalah arsitektur yang bukan berasal dari Islam, namun karena sejalan dengan konsepsi Islam yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits, maka arsitektur tersebut disebut arsitektur Islami. Dalam hal ini, salah satu contohnya adalah green building. Meski bukan berasal dari Islam, green building bisa digolongkan kedalam arsitektur Islami, karena sesuai dengan konsep Islam yang menganjurkan manusia untuk menjaga bumi. Al Qur’an dan Al 11
http://rezaprimawanhudrita.wordpress.com/2011/03/30/definisi-arsitektur-islam/ (26/04/2012)
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Hadits banyak menyebutkan perintah-perintah agar manusia tidak boros energi dan tidak merusak alam. Tentu kedua hal yang diperintahkan Al Quran dan Al Hadits tersebut sejalan dengan konsep yang disebut sustainable architecture pada saat ini. Maka dari itu, salah satu karakteristik arsitektur Islami adalah arsitektur yang mampu menyelaraskan diri dengan alam dan memiliki sifat-sifat yang ada pada alam, yaitu:
Seimbang, terukur, dan rapi, sesuai dengan QS. Furqaan: 2 yang berbunyi: “yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
Tidak pernah menyimpang, sebagai contoh: setiap kita melepaskan benda apa pun di atas bumi ini pasti akan terjatuh karena adanya gaya gravitasi. Ini merupakan hukum alam atau biasa disebut sunnatullah sehingga tidak pernah terjadi benda melayang di atas bumi ketika terbebas dari apa pun. Inilah yang dimaksud tidak pernah menyimpang.
Harmoni, indah, dan tanpa cacat, seperti yang terdapat pada QS. Al Mulk: 3 yang berisi: “Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”
Bertujuan (ada hikmahnya dan tidak ada ruangan yang tidak terdefinisi), sesuai dengan QS. Ali Imran: 190-191 yang berbunyi: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.”
Pengaturan shade and shadow, sesuai dengan QS. Furqaan: 4546 yang berbunyi: “Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-perlahan.”
2.2.8 Tinjauan Tentang Ergonomi dan Antropometri Interaksi antara ruang dengan manusia secara dimensional dapat menimbulkan dampak antropometris, yaitu kesesuaian dimensidimensi ruang terhadap tubuh manusia. Kesesuaian tersebut dapat menjadi tolak ukur kenyamanan sebuah ruang bagi manusia dan penggunanya. Didalam gedung rawat inap, interaksi terjadi antara manusia dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh ruang, perabot hingga
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
peralatan medis. Ergonomi dan antropometri memiliki arti penting didalam perancangan desain interior, karena memperhatikan factorfaktor ergonomi dan antropometri sehingga pemakai ruang akan mendapatkan
produktifitas
dan
efisiensi
kerja
yang
berarti
penghematan dalam penggunaan ruang. Ergonomic merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kondisi fisik seseorang didalam melakukan kegiatan ataupun aktivitas kerja yang meliputi :
Kerja fisik dan efisiensi kerja
Tenaga yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan
Konsumsi kalori
Kelelahan
Pengorganisasian system kerja Pengertian ergonomic tidak hanya sebatas pada sisi fisik
semata, namun bersangkutan dengan kelima indra manusia yaitu diantaranya :
Unsur penglihatan
Unsur pendengaran
Unsur perasa
Unsur penciuman
Unsur keindahan atau kenyamanan Untuk merangsang dan memilih perabot perlu diperhatikan siap
penggunanya, bagaimana ukuran perabotnya, bagaimana bentuk serta warna yang diinginkan (sesuai) dengan kebutuhan ruang untuk pasien
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
serta karyawan rumah sakit, sehingga mereka merasa nyaman dan aman didalam menggunakannya12. Berikut ini akan dipaparkan tinjauan dari beberapa furniture yang ada :
a) Perancangan Bilik Tempat Tidur Pasien Dengan Tirai13 Area pribadi sekitar tempat tidur perseorangan dalam susunan ganda. Panero dan Zelnik (1979) menetapkan lebar minimum area tempat tidur pasien 251,5 cm, sehingga kedua sisi disamping tempat tidur pasien memiliki lebar masing-masing 76,2 cm
Gambar 2.3 Perancangan Tempat Tidur Pasien
12 13
Budiraharjo, 2002:30 Julius Panero, AIA, ASID dan Martin Zelnik, AIA, ASID, Human Dimention :245
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Gambar 2.4. Perancangan Tempat Tidur Pasien Dengan Sirkulasi Kursi Roda
b) Perancangan Area Kerja Perawat14 Menurut Panero dan Zelnik (1979), lebar 91,4 cm merupakan jarak ruang minimal yang memungkinkan antara meja kerja dengan meja belakang. Hal ini memungkinkan akses ke meja belakang bagi orang kedua sementara perawat sedang menggunakan meja kerja. Disamping itu juga membuat arsip-arsip mudah terjangkau oleh perawat yang memutar kursinya ke belakang.
14
Julius Panero, AIA, ASID dan Martin Zelnik, AIA, ASID, Human Dimention :244
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Gambar 2.5 Perancangan Pos Perawat
c) Perancangan Pintu Masuk Kamar Tidur Dilalui Tempat Tidur Standart15 Panero dan Zelnik (1979) menetapkan lebar pintu antara 116,8 – 121,9 cm adalah jarak standart untuk dapat mengakomodasi tempat tidur pasien standart (121 cm x 99 cm).
Gambar 2.6 Perancangan Pintu Masuk Kamar Tidur
15
Julius Panero, AIA, ASID dan Martin Zelnik, AIA, ASID, Human Dimention :248
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Gambar 2.7 Perancangan Meja Lobby
d) Perancangan Toilet Dengan Kursi Roda16 Goldsmith
(1984)
memberikan
ilustrasi
beberapa
cara
menggunakan toilet untuk orang yang menggunakan kursi roda yaitu frontal transfer, oblique transfer, lateral transfer, transfer through back of chair dan attendant-assited transfer. Masing-masing cara tersebut dapat dilakukan dengan persyaratan jarak ruang masingmasing telah ditetapkan, yaitu antara 150-200 cm ke depan atau 95 cm ke samping (dihitung dari posisi dudukan).
Gambar Tabel 2.8 Perancangan Toilet Dengan Kursi Roda
16
Julius Panero, AIA, ASID dan Martin Zelnik, AIA, ASID, Human Dimention
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Luasan Toilet Golsmith (1984) memberikan beberapa alternative luasan toilet berdasarkan peletakan pintu beserta perabot utamanya yaitu dudukan dan wastafel agar dapat di akomodasi pemakai kursi roda.
Kloset Goldsmith
(1984)
diperlukan antara
menetapkan
jarak
vertical
yang
ketinggian air dengan bibir dudukan
harus tidak kurang dari 20cm. selanjutnya jarak bibir kloset dengan lantai setinggi 47,5 cm.
Wastafel Goldsmith (1984) menerangkan bahwa wastafel harus disediakan tetapi tidak perlu untuk dijangkau langsung oleh orang yang sedang duduk di kloset. Wastafel sebaiknya diletakkan di pojok yang merupakan bukan jalan orang keluar masuk toilet.
e) Perancangan Tanjakan akses
Gambar 2.9 Perancangan Tanjakan akses
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
2.2.9 Warna Rumah Sakit17 Kebutuhan akan warna di dalam perancangan sangatlah berpengaruh bagi pengguna. Warna untuk rumah sakit memiliki pilihan yang berguna bagi kesembuhan pasien secara psikis. Salah satu masalah yang dihadapi untuk pewarnaan rumah sakit adalah karena rumah sakit memiliki kekhususan dalam pelayanan manusianya. Kekuatan warna memiliki hubungan emosi dengan keadaan fisik manusia, diantaranya ialah tekanan darah atau detak jantung, secara berkeringat. Kelembutan warna menjadikan manusia menjadi tenang. Kekuatan dan kelembutan warna mengundang perubahan emosi. Ada beberapa kegunaan warna dirumah sakit yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan, yaitu tidak ada hubungannya dengan emosi pasien. misalnya ruang bedah, diruang tersebut pemakaian cahaya buatan harus dengan intensitas tinggi. Beberapa puluh tahun yang lalu penggunaan intensitas cahaya yang tinggi
tanpa
pertimbangan
warna,
membawa
masalah
besar.
Kesilauannya menganggu jalannya operasi. Kini masalah tersebut dapat diatasi dengan pemilihan warna yang cocok untuk ruang operasi tersebut, yaitu warna hijau dan biru kehijauan. Penggunaan warna biru kehijauan tersebut dapat menyebabkan kontras visual yang membentuk warna lawannya, yaitu kemerakan sehingga membantu akuitas mata dokter dalam operasi jaringan-jaringan dalam tubuh dengan warna merahnya.
17
Sulasmi Darmaprawira W.A, Warna, teori dan kreatifitas penggunanya, jilid II:135
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Untuk pasien sendiri warna hijau kebiruan dapat menyebabkan kenyamanan
pada
matanya,
yang merupakan
prasyarat
yang
diutamakan sebelum kebutuhan factor emosional lainnya terpenuhi. Berikut
ini
merupakan
warna-warna
yang
disarankan
untuk
perancangan rumah sakit : untuk warna hangatnya adalah warna koral, nada warna buah persik, kuning; warna sejuknya adalah warna antara hijau terang dan aqua. Warna sejuk dan tenang sangat cocok untuk pasien yang kronis. Ruangan-ruangan yang sifatnya pribadi bias diberi warna merah muda, hijau colonial, dan untuk ruangan perawat menggunakan warna koral. Warna yang dapat mendukung warna-warna sesuai dengan penjelasan di atas yaitu waran hijau. Hal ini di sesuaikan pula oleh pemakaian tema islami yang digunakan sebagai konsep. Pemilihan warna yang sesuai dengan konsep yang ada adalah warna yang cenderung gelap, di dalam buku colour harmony workbook di jelaskan warna yang mempunyai kekuatan atau powerfull adalah warna biru, merah dan hitam. Didalam islam, warna yang menjadi symbol dan sering dipakai adalah warna hijau. Warna hijau merupakan warna yang ada disurga. Pernyataan ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an atau hadist seperti dibawah ini : “ ..di dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal…” ( QS. Al – Kahfi: 30 – 31 ) “Mereka
bertelekanpada
bantal-bantal
hijau
dan
permadani-
permadani yang indah” ( QS. Ar – Rahman:76 )
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
“…didalam surga dan dikatakanbahwa warna yang banyak digunakan adalah warna Hijau.” ( HR. Bukhari )
2.2.10 Pencahayaan Dalam Rumah Sakit Kebanyakan
rumah
sakit,
klinik,
kantor
kesehatan
menggunakan warna strandart pada sentuhan akhir interiornya yang menampilkan gaya modern, bersih dan sederhana serta sedikit lembut. Berikut ini merupakan beberapa syarat pencahayaan untuk rumah sakit :
Fasilitas perawatan kesehatan menampilkan ruang dimana aspek pencahayaan harus dikontrol dengan baik. Misalnya, pada ruang radiologi, tingkat pencahayaan yang rendah dari pencahayaan tidak langsung dipilih untuk mencegah film X-ray terekspos cahaya.
Pada ruang perawatan bayi, mata bayi yang baru lahir harus dilindungi dari cahaya langsung.
Dalam ruang Magnetic resonance interference (MRI), pencahayaan harus didesain untuk mencegah radio frequenci interference(RFI).
Pada ruang pemeriksaan gigi harus memiliki tempaeratur warna cahaya yang tinggi dan CRI yang tinggi sehingga memungkinkan warna cahaya akurat yang sesuai untuk memeriksa mahkota gigi. Pencahayaan matahari siang sangat baik pada fasilitas
kesehatan untuk beberapa alasan. Selain untuk menghemat energy, keuntungan utamanya adalah untuk memperkuat irama circadian, yang telah terbukti membantu proses penyembuhan dan, untuk orang tua,
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
membantu keseluruhan kesehatan dan vitalitas. Factor penting lain dari cahaya matahari ialah menampilkan warna, yang dapat bermanfaat untuk ruang prosedur perawatan gigi dan ruang lain dimana keseuaian warna cahaya bersifat kritis. Desain pencahayaan yang fleksibel jarang digunakan pada fasilitas perawatan kesehatan karena cahaya jarang berubah atau dipindahkan, dengan pengecualian pencahayaan untuk operasi dan perawatan,
dll.
Kebanyakan
plafon
pada
institusi
kesehatan
menggunakan plafon panel akustik. Plafon panel akustik memudahkan akses keruang di atas plafon. Lampu yang biasa dipakai pada institusi kesehatan yaitu lampu Fluourecent ringkas18.
2.2.11 Akustik Ruang Pada Rumah Sakit Sebagaimana penyelesaian akustik bangunan public lainnya, maka pemisahan ruang yang membutuhkan ketenangan (seperti ruang rawat inap) dengan yang menghasilkan kebisingan, akan menghasilkan tingkat akustik yang baik pada sebuah rumah sakit. Pada area rawat inap sendiri, kebisingan umum berasal dari koridor atau lorong dan pintu kamar pasien lainnya. Oleh karena itu, peletakan pintu yang tidak saling berhadapan atau berdekatan akan meminimalkan perambatan kebisingan. Untuk tujuan kebersihan dan kemudahan perawatan, lantai dan dinding koridor rumah sakit biasanya tidak diselesaikan dengan 18
Mark Karlen dan James Benya “Dasar-Dasar Pencahayaan, 117.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
material lunak yang menyerap bunyi seperti karpet, tetapi diselesaikan dengan material licin dan keras. Bahkan sering dijumpai dinding koridor rumah sakit dilapisi dengan material penutup lantai dari keramik. Kondisi ini akan menjadikan terjadinya flutter-echoes, sehingga idealnya posisi dinding yang berhadapan di buat tidak sejajar, tetapi lebih condong landau keatas atau kebawah, atau membentuk lebar koridor yang menyempit atau melebar.sementara itu, untuk mengurai kemungkinan munculnya kebisingan
dari percakapan
pengunjung, dapat ditempuh siasat dengan menciptakan koridor dengan luasan yang cukup namun tidak memungkinkan orang dengan nyaman berkumpul atau duduk-duduk di koridor19.
2.2.12 Material Rumah Sakit Banyak rumah sakit harus menggunakan karpet untuk memberikan kesan mewah bagi pasien dan pengunjung tetapi tidak menjamin tipe lantai seperti ini sangat bersih dan higienis. Karpet biasanya hanya digunakan pada area sirkulasi dan resepsionis dimana udara di area itu adalah udara normal yang tidak tercampur dengan udara di unit-unit lain. Matt flooring datar lebih disukai dan dapat memberikan kesan nyaman dan higienis. Desain sederhana dari pekerjaan lantai; coba untuk tidak menggunakan desain geometris yang dominan yang dapat menyebabkan gangguan orientasi terhadap beberapa orang.
19
Christina E. Mediastika “Akustika Bangunan”, 119.
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Pengenalan dari lantai datar kayu ke area tunggu dan kamar rawat inap telah memberikan peningkatan utama di lingkungan rumah sakit. Furniture kayu datang dalam jarak warna dari light beech ke kayu gelap seperti jati atau rosewood, yang dapat termasuk di macammacam
rencana
dekorasi
desain
interior.
Kerai
kayu
dapat
merefleksikan cahaya hangat kekamar yang dingin. Panel translukten pada bagian atas dari tirai menghasilkan beberapa cahaya tersaring ke dalam area tempat tidur di dalam unit persalinan yang memberikan privasi tanpa mengurangai cahaya matahri.20
2.3. Tinjauan Gaya dan Tema 2.3.1. Definisi Gaya Pengertian gaya secara umum adalah ragam cara rupa, bentuk dan sebagainya yang khusus mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa, bangunan rumah dan sebagainya21.
2.3.2. Definisi Modern Kata modern berasal dari kata „Modo‟ yang berarti barusan. Sejarah penggunaan kata modern dapat ditarik dalam sejarah sejak tahun 1127, seorang kepala biarawan, Sugger, merekonstruksi Bassilica St. Denis di Paris. Hasil rekonstruksinya adalah sesuatu yang
20
Paul J Littlefair and David L Loe, “Lighting and Colour for Hospital DesignDalke” 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cypres. 1972:388)
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
baru. Sugger akhirnya memberikan istilah gaya tersebut dengan “Opus Modernum” yang berarti sebuah karya yang baru22. Kata modern dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti sikap dan cara berfikir serta cara bertindak sesuat dengan tuntutan zaman.
2.3.3. Sejarah Perkembangan Gaya Modern23
Gambar Tabel 2.2 Sejarah Perkembangan Gaya Modern
A.
Periode I (1917-1929) . Tokoh-tokoh yang menojol pada waktu itu :
a)
Frank Llyold Wright (Amerika Serikat)
b)
Walter Gropius (Jerman dan Amerika Serikat)
c)
Ludwig Mies van de Rohe (Jerman dan Amerika Serikat)
d)
Le Corbuser (Perancis)
22 23
Aditya Arief, Tinjauan Desain. 1999:49 http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
B.
Periode II (1930-1939) Tokoh yang menonjol pada periode ini seperti :
a)
Alvar Aalto (Finladia)
b)
Arne Jacobsen (Denmark)
c) Oscar Niemeyer (Brazilia
Periode III (1949-1958)24
C.
Dalam periode ini pula, timbul dua aliran yaitu Brutalisme dan Formalisme. Ciri khas pada bangunan masa kini : a)
Penggunaan bidang-bidang kaca yang lebar
b)
Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industry
c)
Permukaan bangunan mulai agak kasar, menjurus kearah Brutalisme
d)
System lantai yang menggunakan system cantiveler dengan tujuan ruang menjadi lebih luas.
2.3.4. Ciri-ciri Desain Gaya Modern
Formalisme, menampilkan bentuk sesederhana mungkin, kejujuran bahan, warna formal, berorientasi pada bisnis.
24
Persepsi bentuk dan konsep Arsitektur, Eppi P, dkk, Fakultas Tehnik Universitas Indonesia, 1982
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Pragmatisme, menampilkan kepraktisan dalam konstruksi, bahan, warna dan fungsi.
Fungsionalisme, menampilkan bentuk harus mempunyai fungsi (Form Follow Function).
Universitalisme, menampilkan suatu ukuran kebenaran dan keindahan ukuran-ukuran yang ada dimasyarakat modern barat (International Style).
Simplicity.
Less in More.
Membuang ornament.
Membuang gaya dan taknik tradisional.
Penekanan pada konsep keseragaman (Uniformility).
2.3.5. Aplikasi Warna pada Desain Modern25 Warna-warna yang digunakan pada desain modern bukan warnawarna yang berani seperti pada Gaya Postmodern seperti warna Biru kuat, Orange, Merah dan Kuning. Warna yang ditampilkan dalam desain
modern
merupakan
warna-warna
bahan
aslinya
yang
ditampilkan, tanpa perlu ditutup-tutupi sehingga terlihat natural Ciri utamanya adalah :
25
Menyatu dengan alam
Lebih terang, lebih luas dan terbuka
Sumber cahaya tersembunyi
Warna pada Interior
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Furniture yang minim dan bentuk furniture yang sculptural
Komponen interior lebih sederhana
2.4 Ornamen Islami a. Arabian Style Arabian style merupakan gaya yang biasa digunakan kebanyakan orang di daerah gurun pasir atau Timur tengah. Motif yang syarat akan detail dan warna yang merupakan symbol kemewahan dan 26 kenyamanan . Ciri desain bergaya Arabian, yaitu :
Memilih tema warna dengan warna yang kaya seperti merah tua, ungu, zamrud, coklat, oranye dan biru. Menempatkan pot lantai dan bunga buatan untuk dekorasi lantai Menggunakan kisi-kisi yang dimanfaatkan untuk alur sirkulasi penghawaan dan pencahayaan. Ornament yang menghiasi dinding dan lantai, serta dilengkapi dengan permadani.
b. Arabes Arabes
adalah
motif
artistik
berdasarkan
penerapan
pengulangan corak-corak bentuk geometri dan pola kombinasi yang pelbagai; bentuk-bentuk ini sering mengunakan tema tanaman (flora) dan kadang- kadang juga bertemakan haiwan (fauna).
26
(http://www.mydreamhouse.in/Arabian_Style, 29 Mei 2012)
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Menurut modelnya, arabes terbagi dua yaitu, model geometri dan model tumbuhan. Meskipun para seniman sering memadukan antara model geometri dan model tumbuhan dalam menerapkannya sebagai arsitektur sebuah masjid maupun istana27.
Model geometri Model geometri itu menganut prinsip dasar alam yang
menggambarkan keindahan sebuah struktur yang alami. Sebagai contoh bentuk persegi panjang yang menggambarkan unsur-unsur alam seperti bumi, air, api, dan udara.
Gambar 2.10 Model arabes Geometri
Unsur-unsur alam tersebut tercipta di muka bumi bagi kepentingan para makhlukNya. Jika Allah SWT tidak menciptakan unsur-unsur alam tersebut maka makhluk hidup tidak mungkin hidup. Corak geometri sendiri bisa berupa segiempat, segitiga, lingkaran, maupun campuran ketiganya yang tersusun dengan indah. Corak geometri ini juga sering dipadukan dengan corak tumbuh-tumbuhan.
27
http://blog-dari.blogspot.com/2009/08/arabes-unsur-seni-arsitektur-islam.html (25/04/2012)
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
Model Tumbuhan Model tumbuhan merupakan model feminim arabes. Pasalnya
tumbuhan terlebih lagi yang memiliki bunga identik dengan keindahan dan kecantikan. Sehingga arabes dengan model tumbuhan disebut model feminim. Biasanya model tumbuhan berupa dedaunan, tangkai, maupun bunga yang terangkai dengan indah.
Gambar 2.11 Model Arabes Tumbuhan
c. Arti Pola dan Model Arabes Dari lingkaran datang tiga angka mendasar dalam seni Islam, segitiga, persegi dan segi enam. Segitiga oleh tradisi adalah simbol dari kesadaran manusia dan prinsip harmoni. Alun-alun, simbol dari pengalaman fisik dan dunia-atau fisik materialitas-dan segi enam, Surga. Simbol lain yang lazim dalam seni Islam adalah bintang dan telah dipilih untuk motif dekorasi Islam. Dalam ikonografi Islam bintang adalah bentuk geometris yang beraturan yang melambangkan radiasi yang sama di segala arah dari titik pusat. Semua bintang biasa apakah mereka memiliki 6, 8, 10, 12, atau 16 poin - diciptakan oleh
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”
pembagian lingkaran menjadi bagian yang sama. Pusat bintang adalah pusat lingkaran dari mana ia datang, dan titik sentuh keliling lingkaran. Sinar bintang menjangkau ke segala arah, membuat bintang simbol yang tepat untuk penyebaran Islam.
Gambar 2.12 Pola Bintang Dalam Arabes
Karisma Rani Syukur “Perancangan Ulang Interior Rumah Sakit Islam AN-NISA”