RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi
sejauh
mana
kemampuan
SKPD
dalam
melaksanakan program dan kegiatan, mengidentifikasi realisasi pencapaian target kinerja program dan kegiatan renstra SKPD, serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi. Evaluasi pelaksanaan RENJA didasarkan atas laporan hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya, laporan evaluasi pelaksanaan Renstra SKPD,
dan
perkiraan
pelaksanaan
DPA-SKPD
(Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah) tahun berjalan yang baru disahkan. Pelaksanaan program kesehatan pada tahun 2014 dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari realisasi belanja langsung per program kesehatan Kabupaten Blitar tahun 2014 yaitu sebesar 56.49% (Rp 38.487.016.535,00) dari total alokasi dana Rp 68.129.598.111,00. Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 mengacu pada Rencana Strategis 2011-2016. Pada tahun 2014 alokasi dana ditujukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan mulai dari pembangunan dan rehabilitasi Puskesmas, Pustu, dan jaringannya, pengadaan ambulance,
alat
kesehatan
dan
obat-obatan
pelaksanaan program/kegiatan kesehatan.
7
sampai
dengan
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
a.
Realisasi program/kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja hasil/ keluaran yang direncanakan Berdasarkan tabel 2.2, dapat dilihat bahwa dari 44 kegiatan, terdapat 19 kegiatan yang belum memenuhi target kinerja hasil/keluaran yang direncanakan, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2 Kegiatan yang Tidak Memenuhi Penilaian Capaian Kinerja Tahun 2014
No
Indikator
2011
2012
2013
Target 2014
Capaian 2014
1
Cakupan kunjungan bayi
92,73%
95,36%
89,6%
98%
90,02%
2
Rasio dokter per satuan penduduk
1 : 28.221
1 : 23.969
1 : 25.260
1:2500
1 : 6750
3
Rasio tenaga paramedis per satuan penduduk
1 : 3010
1 : 3284
1 : 1939
1 : 855
1 : 1940
4
Persentase masyarakat yang terjamin pelayanan melalui asuransi kesehatan
30%
32%
40%
36,5%
100%
32%
40%
36,5%
17%
40%
90%
60%
8,5%
50%
100%
60%
5,65%
10,75%
6,38%
100%
9,6%
36% 9,9%
32% 12,8%
43% 52,2%
80% 65%
46% 64%
45%
50%
55%
70%
60%
38,95
37,13
30,81%
60%
30%
67% 63%
85% 96,77%
70% 87,9%
95% 100%
75% 93,95%
53,88%
61,2%
61,23%
82%
68,82%
64,13%
65,22%
73,76%
69%
51,69%
125,04
104,25
96,65
83
139,36
99,31%
97,15%
92,12%
99%
92,51%
5
5
5
24
7
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Persentase masyarakat yang terjamin pelayanan kesehatan (universal coverage) Persentase puskesmas yang memiliki alkes sesuai standar Persentase pemenuhan alkes di puskesmas Pemberian MP ASI Usia 6-24 bulan % rumah tangga sehat % posyandu paripurna % TTU yang memenuhi syarat Persentase penemuan BTA + baru Angka kesembuhan kusta % Desa UCI Cakupan pelayanan kesehatan anak dan balita Cakupan pelayanan lansia Angka kematian ibu per 100.000 KH Cakupan kunjungan neonatal pertama Jumlah puskesmas terpasang jaringan
100%
8
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
No
Indikator
2011
2012
2013
Target 2014
Capaian 2014
computer LAN untuk pelayanan kesehatan (Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2015)
b. Realisasi program/kegiatan yang telah memenuhi target kinerja hasil/ keluaran yang direncanakan Dari 44 kegiatan yang direncanakan, terdapat 25 kegiatan yang telah memenuhi target kinerja hasil/ keluaran yang direncanakan tahun 2014. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Kegiatan yang Telah Memenuhi Penilaian Capaian Kinerja Tahun 2014 No
Indikator
2011
2012
2013
Target 2014
Capaian 2014
1
Persentase balita gizi buruk Rasio posyandu per satuan balita Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk Penurunan angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup Prevalensi gizi kurang pada balita Prevalensi gizi buruk pada balita Balita gizi buruk yang mendapat perawatan % desa siaga aktif % SBH kwaran aktif % penderita DBD yang
0,1
0,04
0,11
<5%
0,08
1 : 70
1 : 70
1 : 70
1:70
1 : 61
100%
100%
100%00
100%
100%
79,85
96,36
89,91
88%
100%
98,32
96,6%
99,9%
99%
99,89%
2,32%
12.08%
8,2%
15%
8,23%
1 : 38.703
1 : 11.262
1 : 12.295
1:38.000
1:33.563
1 : 2.851
1 : 2.371
1 : 2.393
1:1500
1 :1300
14,09
14,01
14,33
13,6
10,84
2,9%
2,39%
2.65%
15%
2,9%
0,1
0,14
0,08
< 5%
0,08
100%
100%
100%
100%
100%
59,6% 100% 100%
67% 100% 100%
89,2% 45% 100%
75% 50% 100%
89% 59% 100%
2 3 4
5
6
7 8 9 10 11 12 13 14 15
9
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Indikator
2011
2012
ditangani Kasus malaria ditangani 0,013 0,017 Mengurangi penyebaran HIV dan mengurangi 0,023 0,023 jumlah kasus Penderita diare yang 54% 57% dilayani Penderita ISPA yang 18,6% 31,19% dilayani Penanganan wabah dan 100% 100% bencana Angka kematian anak balita 0,1 14,3 per 1000 KH Cakupan kunjungan bumil 89,9% 88% K4 Cakupan penanganan 61,74% 84,2% neonatal komplikasi Cakupan komplikasi 79,85% 96,36% kebidanan yang mendapat penanganan Prosentase IRT yang dibina 100% 100% (Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2015)
c.
2013
Target 2014
Capaian 2014
0,013
<1%
0,2
0,01
0,15
0,15
100%
70%
89%
44,09%
100%
100%
100%
100%
100%
14,33
0,7
0,66
82,61%
93%
95,03%
78,82%
83%
93,12%
89,91%
80%
100%
100%
100%
100%
Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau melebihi target kinerja program/ kegiatan 1) Peningkatan jumlah penduduk tidak diimbangi dengan penambahan jumlah tenaga medis yang ada di Kabupaten Blitar, sehingga Rasio dokter dan tenaga paramedis per satuan penduduk masih belum memenuhi target. Formasi dokter PNS kurang diminati dan Kabupaten Blitar termasuk daerah yang kurang diminati untuk praktek, serta belum dibukanya formasi paramedis PNS. 2) Pemahaman masyarakat tentang JKN masih kurang. 3) Sosialisasi JKN (Universal Coverage) masih kurang. 4) Masyarakat miskin belum terintegrasi dalam JKN. 5) Persentase puskesmas yang memiliki alat kesehatan sesuai standard an persentase pemenuhan alkes di Puskesmas belum memenuhi target karena data alkes yang kurang valid, pemenuhan alkes belum memenuhi standar serta adanya standar baru untuk Puskesmas.
10
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
6) Pemenuhan MP ASI usia 6-24 bulan belum memenuhi target karena terbatasnya anggaran. 7) Kurangnya pengertian masyarakat terhadap PHBS tatanan Rumah Tangga pada variable ASI Eksklusif dan tidak merokok dalam ruangan mengakibatkan persentase rumah tangga sehat masih belum memenuhi target. 8) Persentase posyandu paripurna belum memenuhi target karena adanya perubahan penentuan strata posyandu. 9) Persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan belum memenuhi target karena belum semua pengelola TTU mendapatkan pelatihan tentang TTU yang memenuhi syarat kesehatan. 10) Penjaringan suspect TB masih rendah, penderita TB berobat keluar wilayah, dan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus TB masih rendah sehingga persentase penemuan BTA + baru belum memenuhi target. 11) Angka kesembuhan kusta masih belum memenuhi target karena adanya penderita kusta pindah dan putus berobat. 12) Persentase Desa UCI belum memenuhi target karena belum tertibnya pencatatan dan pelaporan dari desa, kurangnya koordinasi dengan faskes lainnya, serta pembagian target sasaran tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
11
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
13) Masih adanya anak balita yang sudah masuk usia sekolah tidak datang ke posyandu dan kurang tertibnya pencatatan dan pelaporan mengakibatkan cakupan pelayanan kesehatan anak dan balita masih belum memenuhi target. 14) Lemahnya pencatatan dan pelaporan dan lemahnya koordinasi dengan faskes lainnya mengakibatkan cakupan pelayanan lansia belum memenuhi target. 15) Angka Kematian Ibu belum memenuhi target karena sebagian bidan belum terampil dan kompeten dalam penanganan deteksi resti ibu hamil, sarana dan prasarana masih kurang, kurangnya dukungan dari masyarakat dalam rujukan dini terencana untuk ibu hamil, serta ANC terpadu belum terlaksana dengan baik. 16) Cakupan kunjungan neonatal pertama belum memenuhi target karena kurang tertib administrasi serta pelayanan neonatal di RS dan faskes lain belum terlapor. 17) Terbatasnya
anggaran
mengakibatkan
jumlah
Puskesmas
terpasang
jaringannya komputer LAN untuk pelayanan kesehatan masih belum memenuhi target.
d. Kebijakan/ tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk mengatasi faktor-faktor penyebab 1) Pengusulan tenaga medis 2) Sosialisasi tentang JKN secara berjenjang dan berkesinambungan. 3) Melakukan integrasi data maskin 4) Penertiban inventarisasi kondisi alkes dan update data 5) Meningkatkan anggaran untuk PMT 6) Membentuk kelompok Pendukung ASI Eksklusif dan meningkatkan kawasan bebas rokok 7) Meningkatkan penyuluhan kepada penanggungjawab TTU dan menambah anggaran untuk pelatihan. 8) Meningkatkan penjaringan suspect TB 9) Koordinasi dalam pelaporan antar wilayah
12
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
10) Melibatkan ormas dalam penemuan kasus TB di masyarakat (Program Community Empowerment of People Againts Tubercolosis Lembaga Kesehatan NU) 11) Pemantauan pengobatan penderita kusta secara ketat 12) Meningkatkan supervisi supportif dan validasi laporan tiap 3 bulan 13) Meningkatkan koordinasi dengan faskes lainnya 14) Melalukan realokasi target dan sasaran 15) Melakukan kemitraan dengan guru PAUD 16) Meningkatkan kunjungan rumah dan pemetaan sasaran 17) Tertib administrasi 18) Penambahan Puskesmas Santun lansia 19) Pembahasan Bumil Resti di 24 Puskesmas 20) AMP 21) Meningkatkan jejaring rujukan 22) Mengadakan kompetensi untuk meningkatkan kompetensi Bidan 23) Memperbaiki sistem rujukan 24) Membentuk Pokja Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (PENAKIB) tingkat kecamatan 25) Penambahan Puskesmas PONED 26) Pelatihan dokter dalam penanganan KIA 27) Pemberdayaan masyarakat melalui GSI dan Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak 28) Pengadaan sarana dan update teknologi.
2.2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD Secara umum Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar telah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga teknis daerah di Kabupaten Blitar untuk melaksanakan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dalam melaksanakan program dan kegiatan yang bersifat administratif maupun bersifat teknis secara proposional telah berjalan dengan baik. Indikator keberhasilan terhadap pelaksanaan tugas ini adalah adanya komitmen kerja yang baik antara kepala dinas beserta bawahanya dan penguasaan di bidang tugas 13
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
masing-masing pegawai dengan baik. Capaian Kinerja Urusan Kesehatan diukur melalui beberapa indikator yang telah ditetapkan targetnya dalam RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 sebagai berikut: Tabel 2.4 Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun 2011-2014 No
Indikator
2011
2012
2013
Target 2014
Capaian 2014
1
Persentase balita gizi buruk Rasio posyandu per satuan balita Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan Cakupan kunjungan bayi Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk Rasio dokter per satuan penduduk Rasio tenaga paramedis per satuan penduduk Persentase masyarakat yang terjamin pelayanan melalui asuransi kesehatan Persentase masyarakat yang terjamin pelayanan kesehatan (universal coverage) Persentase puskesmas yang memiliki alkes sesuai standar Persentase pemenuhan alkes di puskesmas Penurunan angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup Prevalensi gizi kurang pada
0,1
0,04
0,11
<5%
0,08
1 : 70
1 : 70
1 : 70
1:70
1 : 61
100%
100%
100%00
100%
100%
92,73%
95,36%
89,6%
98%
90,02%
79,85%
96,36%
89,91%
88%
100%
98,32%
96,6%
99,9%
99%
99,89%
2,32%
12.08%
8,2%
15%
25%
1 : 38.703
1 : 11.262
1 : 12.295
1:38.000
1:33.563
1 : 2.851
1 : 2.371
1 : 2.393
1:1500
1 :1300
1 : 28.221
1 : 23.969
1 : 25.260
1:2500
1 : 6750
1 : 3010
1 : 3284
1 : 1939
1 : 855
1 : 1940
30%
32%
40%
36,5%
100%
32%
40%
36,5%
17%
40%
90%
60%
8,5%
50%
100%
60%
14,09
14,01
14,33
13,6
10,84
2,9%
2,39%
2.65%
< 15%
2,9%
2 3 4 5
6
7
8 9 10 11
12
13
14 15 16 17
100%
14
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
No
Indikator
2011
balita Prevalensi gizi buruk pada 18 0,1 balita Balita gizi buruk yang 19 100% mendapat perawatan Pemberian MP ASI Usia 620 5,65% 24 bulan 21 % rumah tangga sehat 36% 22 % posyandu paripurna 9,9% 23 % desa siaga aktif 59,6% 24 % SBH kwaran aktif 100% % TTU yang memenuhi 25 45% syarat % penderita DBD yang 26 100% ditangani 27 Kasus malaria ditangani 0,013 Mengurangi penyebaran 28 HIV dan mengurangi 0,023 jumlah kasus Persentase penemuan BTA 29 38,95% + baru Penderita diare yang 30 54% dilayani Penderita ISPA yang 31 18,6% dilayani 32 Angka kesembuhan kusta 67% 33 % Desa UCI 63% Penanganan wabah dan 34 100 bencana Angka kematian anak balita 35 0,1 per 1000 KH Cakupan pelayanan 36 53,88% kesehatan anak dan balita 37 Cakupan pelayanan lansia 64,13% Cakupan kunjungan bumil 38 89,9% K4 Angka kematian ibu per 39 125,04 100.000 KH Cakupan penanganan 40 61,74% neonatal komplikasi Cakupan kunjungan 41 99,31% neonatal pertama Cakupan komplikasi 79,85% 42 kebidanan yang mendapat penanganan 43 Prosentase IRT yang dibina 100% Jumlah puskesmas terpasang jaringan 44 5 computer LAN untuk pelayanan kesehatan (Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2015)
2012
2013
Target 2014
Capaian 2014
0,14
0,08
<5%
0,08
100%
100%
100%
100%
10,75%
6,38%
100%
9,6%
32% 12,8% 67% 100%
43% 52,2% 89,2% 45%
80% 65% 75% 50%
46% 64% 89% 59%
50%
55%
70%
60%
100%
100%
100%
100%
0,017
0,013
<1
0,2
0,023
0,01
0,15%
0,15%
37,13%
30,81%
60%
30%
57%
100%
70%
89%
31,19%
44,09%
100%
100%
85% 96,77%
70% 87,9%
95% 100%
75% 93,95%
100
100
100%
100%
14,3
14,33
0,7
0,66
61,2%
61,23%
82%
68,82%
65,22%
73,76%
69%
51,69%
88%
82,61%
93%
95,03%
104,25
10496,65,
83
139,36
84,2%
78,82%
83%
93,12%
97,15%
92,12%
99%
92,51%
96,36%
89,91%
88%
100%
100%
100%
100%
100%
5
5
24
7
15
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
2.3. Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tupoksi SKPD Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai sektor terkait lainnya, disamping tanggungjawab individu dan keluarga. Pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Blitar sampai tahun 2014 telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada beberapa indikator yang menunjukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan itu sendiri. Tercapainya beberapa target pada indikator kinerja yang ditetapkan memang menjadi alat ukur keberhasilan pembangunan kesehatan. Memasuki tahun 2016 Pembangunan di bidang kesehatan diharapkan adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat baik perorangan dan keluarga, perbaikan Gizi masyarakat, Pengembangan Jaminan Kesehatan bagi penduduk dalam program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)/ BPJS, Penurunan Angka Kematian Ibu/Bayi, Penurunan kasus HIV dan TB, serta peningkatan kualitas tenaga kesehatan sehingga akan terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan angka harapan hidup di Kabupaten Blitar juga meningkat, selain itu juga :
Teridentifikasi, terpetakannya berbagai permasalahan dan prioritas pembangunan di bidang kesehatan di Kabupaten Blitar.
Tersusunnya rencana program pembangunan di bidang kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Blitar tahun 2016-2019.
Tercapainya Standart Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan.
a. Permasalahan dan Hambatan yang Dihadapi dalam Menyelenggarakan Tupoksi SKPD Hasil analisis perkembangan dan masalah kesehatan selanjutnya dipadukan dengan batasan tugas dan peran Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar serta dengan memperhatikan perkembangan dan tantangan yang ada saat ini, maka isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut: 1) Upaya Kesehatan a. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah berjalan pada jalurnya, namun masih kurang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya 16
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
beberapa cakupan pelayanan kesehatan, seperti cakupan Angka Kematian Ibu (AKI), cakupan peserta KB aktif, cakupan pelayanan anak balita, cakupan pemberian MP ASI GAKIN, serta cakupan angka penemuan pasien baru TB BTA positif. b. Penanganan dan penanggulangan terhadap penyakit menular telah dilaksanakan namun belum maksimal. Selain itu penyakit tidak menular juga diharapkan mendapat perhatian. c. Upaya promotif dan preventif masih kurang digalakkan. Promosi kesehatan belum banyak merubah perilaku masyarakat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pemanfaatan dan kualitas Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu dan Poskesdes masih kurang. Upaya kesehatan juga belum sepenuhnya mendorong peningkatan atau perubahan pada perilaku hidup bersih dan sehat yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan yang diderita oleh masyarakat. d. Visi sehat pada masa mendatang akan bertumpu kepada pencapaian Desa Sehat yang dimulai pada lingkup keluarga. e. Penduduk miskin masih ada yang belum tercakup JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). 2) Sumber Daya Manusia Kesehatan a. Jumlah tenaga kesehatan secara umum masih kurang, termasuk dokter, tenaga farmasi, tenaga analis kesehatan, tenaga gizi, tenaga kesehatan lingkungan, dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini akan menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan berbagai program dan kegiatan. b. Distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata. 3) Manajemen Perencanaan a. Kurangnya dukungan data yang memadai dari berbagai bidang, sehingga membuat kegiatan perencanaan terhambat. 5) Manajemen Kesehatan a. Sistem informasi kesehatan belum berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan masih kurangnya ketersediaan data yang akurat dan valid sehingga kurang optimalnya penerapan perencanaan. 17
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
b. Dalam pelaksanaan manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/evaluasi masih belum terlaksana dengan baik. Keterbatasan kemampuan dan jumlah SDM kesehatan menjadi penyebabnya. c. Kerja sama lintas program dan lintas sektor sangat dibutuhkan demi berjalannya pembangunan kesehatan yang terarah dan terpadu. Kerja sama antar wilayah (lintas batas) juga perlu dikembangkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kesehatan disekitar batas wilayah.
b. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Analisis lingkungan baik internal maupun eksternal organisasi merupakan hal yang penting dalam menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan bagi suatu organisasi. Dengan mengetahui kondisi internal maupun eksternal organisasi dengan memperhatikan kebutuhan stakeholders, akan dapat diketahui kekuatan, kelamahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh organisasi. Analisis lingkungan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam merespon setiap perkembangan atau perubahan. Lingkungan internal mencakup struktur organisasi, komunikasi antar bagian dalam organisasi, sumberdaya yang semuanya akan mendukung kelangsungan hidup organisasi. Pemahaman terhadap lingkunganinternal akan memberikan pemahaman kepada organisasi akan kondisi dan kemampuan organisasi. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi situasi dan kondisi di sekeliling organisasi yang berpengaruh pada kehidupan organisasi. Salah satu metode yang dipergunakan untuk melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal adalah metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Dengan metode SWOT ini, identifikasi lingkungan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:
1) Analisa Faktor Lingkungan Internal Faktor lingkungan internal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan di Kabupaten Blitar seperti pada tabel 2.5 berikut ini: 18
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
Tabel 2.5. Analisa Faktor Lingkungan Internal Dalam Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Faktor Internal SDM
Kekuatan (S) Tenaga kesehatan baik medis maupun para medis telah tersedia di Kabupaten Blitar
Dana
Sumber pendanaan kesehatan berasal dari dana APBD, APBN, dan PHLN.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia telah memadai
Organisasi/ Kelembagaan
Struktur organisasi yang mampu mengakomodasi permasalahan kesehatan masyarakat
Kelemahan (W) Beberapa jenis tenaga kersehatan yang ada belum memadai dari segi jumlah dan kualitas, seperti tenaga farmasi, gizi, kesehatan lingkungan, dan tenaga kesehatan lainnya. Tenaga yang ada tidak merata dalam distribusinya sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya program dan kegiatan yang berjalan Rendahnya persentase alokasi anggaran kesehatan dengan APBD Kabupaten Blitar menyebabkan sebagian besar biaya tersebut hanya dialokasikan untuk kegiatan operasional. Dana APBN yang ada telah ditentukan penggunaannya dari Pusat sehingga tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Sarana yang ada tidak ditunjang oleh kualitas SDM yang memadai Sebagai sarana fisik seperti Puskesmas dan Pustu berada dalam kondisi rusak ringan maupun rusak berat sehingga berakibat terganggunya pelayanan kesehatan. Sebagian SDM yang ada belum memenuhi syarat untuk mengisi jabatan tertentu.
2) Analisa Faktor Lingkungan Eksternal Faktor lingkungan eksternal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan di Kabupaten Blitar seperti terlihat pada tabel 2.6 berikut ini:
19
RENJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 2016
Tabel 2.6. Analisa Faktor Lingkungan Eksternal Dalam Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Faktor Eksternal Politik
Ekonomi
Pendidikan
Sosial
Teknologi
Lingkungan
Peluang (O) Adanya komitmen dari Pimpinan Daerah untuk peningkatan pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat Meningkatnya pendapatan daerah memungkinkan adanya peningkatan pembiayaan kesehatan
Ancaman (T) Masih minimnya peraturan daerah yang menduung penyelenggaraan pelayanan kesehatan Peningkatan ekonomi masyarakat memberikan peluang pada masyarakat untuk memilih pelayanan yang diinginkan sehingga timbul daya saing antara pelayanan kesehatan pemerintah dengan swasta Bertambahnya sarana pelayanan kesehatan swasta yang berorientasi hanya pada kuratif dan bersifat bisnis
Institusi pendidikan kesehatan yang sudah mulai bangkit dan berkembang di Kabupaten Blitar Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengakibatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup sehat
Biaya pendidikan kesehatan yang relatif tinggi
Adanya pembiayaan Sistem Informasi Kesehatan ditunjang dengan peralatan komputerisasi yang semakin canggih memudahkan untuk mengakses informasi kesehatan Adanya kondisi lingkungan yang kondusif berupa infrastruktur memadai yang menunjang kegiatan pelayanan kesehatan
20
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit menula da penyakit tidak menular Masih lemahnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan Peralatan yang ada tidak ditunjang oleh jumlah tenaga dan keahlian yang memadai, sehingga data yang dibutuhkan belum dapat dipenuhi Meningkatnya tingkat pencemaran lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan