BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Conceptual Framework
Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan semangat corporate entrepreneurship sehingga perusahaan dapat menangkap peluang-peluang bisnis baru dan menjadi yang terdepan dalam bidang jasa konstruksi ini.
Pendekatan yang bisa dilakukan untuk bisa menjawab tantangan yang dihadapi PT Brantas Abipraya adalah melalui pendekatan budaya entrepreneurship. Corporate entrepreneurship adalah jawaban yang sesuai untuk menghadapi berbagai tantangan bisnis sekaligus menangkap peluang yang ada di pasar.
Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi budaya intrapreneurship yang ada saat ini sehingga dapat dilakukan perbaikan pada hal-hal yang masih dianggap kurang. Perilaku entrepreneurial para karyawan dan top management perlu diidentifikasi juga antara tingkat kepentingan hal tersebut terhadap frekuensi pelaksanaannya oleh para karyawan dan top management ini.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perlunya
dikembangkan
corporate
entrepreneurship di PT Brantas Abipraya ditentukan sehingga terbentuklah peta pemikiran konseptual seperti gambar di bawah ini:
17
Gambar 2.1 Skema Peta Pemikiran Konseptual
Faktor-faktor di atas ditentukan dengan melakukan wawancara dengan pihak manajemen dan dengan melakukan studi pustaka mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada sifat entrepreneurial perusahaan.
18
2.2 Analisis Situasi Bisnis
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.
Dengan potensi yang dimiliki Indonesia, penyedia jasa konstruksi menjadi bisnis yang menggiurkan. Luasnya lahan yang masih belum tergarap, masih kurangnya sarana infrastruktur yang memadai, serta pembangunan yang masih belum merata didaerah-daerah tentunya dapat menjadi peluang bisnis yang dapat ditangkap oleh PT Brantas Abipraya.
2.2.1 Analisis Lingkungan Makro
PT Brantas Abipraya sebagai perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa konstruksi dalam menjalankan bisnisnya dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan makro seperti kondisi dan situasi politik, regulasi pemerintah, ekonomi, sosial, perkembangan teknologi, tuntutan pasar dan tuntutan kepuasan pelanggan. Faktor-faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena itu segala sisi harus diperhatikan dampak kekuatan dan kelemahannya serta harus dilihat peluang dibalik berbagai datangnya ancaman.
2.2.1.1 Analisis Lingkungan Politik dan Regulasi
Politik dalam negeri yang masih sulit diprediksi berpengaruh terhadap perkembangan dunia usaha, termasuk lingkungan industri untuk bidang jasa 19
konstruksi. Berikut adalah beberapa Undang-Undang dan Peraturan yang mempengaruhi perkembangan industri jasa konstruksi.
Telah disahkannya Undang-Undang No.18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi akan memberikan keseimbangan hak dan kewajiban penyedia dan pengguna jasa konstruksi. UU ini diikuti dengan Keppres No.18 Tahun 2000 tentang pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah yang mengatur kembali pembagian golongan kontraktor/penyedia jasa konstruksi dan prosedur pelelangan yang lebih transparan.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menyebabkan pasar industri konstruksi terdesentralisasi ke daerahdaerah sehingga akan membuka peluang unit usaha di daerah.
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1996 atau Keputusan Menteri keuangan No : 704/KMK03/1996 tanggal 30 Desember 1996 tentang PPh Final sangat memberatkan pengguna jasa konstruksi.
Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan praktrek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat akan meningkatkan intensitas persaingan di Bidang Jasa Konstruksi.
Terbentuknya
Lembaga
Pengembangan
Jasa
Konstruksi
akan
mengatur registrasi, sertifikasi dan kualifikasi terhadap Perusahaan Badan Usaha Konstruksi, Asosiasi Profesi dan Tenaga Ahli serta Tenaga Terampil di Bidang Konstruksi.
2.2.1.2. Analisis Lingkungan Ekonomi
Usaha jasa konstruksi memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dari data yang ada pada tahun 20
1996, jasa konstruksi menyumbang sekitar 7,54% namun karena krisis yang terjadi menyebabkan penurunan yang cukup tajam, dan pada tahun 1999 tercatat sebesar minus 1,63%.
Namun setelah krisis perkembangan bisnis jasa konstruksi di Indonesia cukup baik mengingat pasar konstruksi Indonesia sekarang ini berada di peringkat 3 dunia. Dengan situasi perekonomian yang terus membaik, bisnis jasa konstruksi ini sudah bisa kembali menjadi incaran semua pihak. Dengan perkiraan bisnis konstruksi besarnya sekitar Rp 250-300 triliun, setidaknya tahun ini bisa tumbuh sekitar Rp 30 triliun (BAPEKIN, 2006).
2.2.1.3. Analisis Lingkungan Sosial Budaya
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup pesat menuntut penambahan prasarana fisik.
Tenaga kerja yang cukup banyak dengan upah yang relatif murah.
Kondisi geografis Indonesia maka bidang irigasi yang menjadi bisnis inti dari PT Brantas Abipraya masih sangat terbuka luas peluangnya.
Arus globalisasi menarik masuknya investor asing yang membawa mitra usahanya sendiri.
Otonomi daerah yang diperluas dapat menimbulkan egoisme daerah yang bisa menyulitkan bagi perusahaan yang berbasis di pusat.
2.2.1.4. Analisis Teknologi
Dengan makin berkembang arus globalisasi maka masuknya teknologi baru tidak dapat dibendung lagi sehingga akan memberikan alternatif-alternatif baru 21
untuk efisiensi produksi. Sedangkan masuknya kontraktor-kontraktor asing membawa teknologi yang lebih maju akan berpengaruh positif dan negatif terhadap kontraktor nasional.
2.2.2 Analisis Situasi Internal Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian, proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constraints): sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan (Ervianto, 2005).
Setiap
proyek
konstruksi
membutuhkan
sumber
daya
dalam
penyelesaiannya, yaitu antara lain : a. Pemasaran PT Brantas Abipraya memiliki reputasi yang baik sebagai pelaksana proyekproyek yang berhubungan dengan bidang irigasi bahkan termasuk yang cukup disegani di kalangan penyedia jasa konstruksi. Memiliki sistem pemasaran yang mantap dan terpadu yang telah dituangkan dalam bentuk Manual Mutu Perusahaan. b. Operasional PT Brantas Abipraya memiliki sistem manajemen operasi yang terpadu untuk mengendalikan biaya, mutu dan waktu pelaksanaan proyek yang telah dituangkan dalam bentuk Manual Mutu Perusahaan, memiliki mitra usaha untuk mendukung proyek domestik tetapi perusahaan belum memiliki banyak pengalaman dalam menangani proyek swasta.
22
c. Sumber Daya Manusia PT Brantas Abipraya memiliki sistem manajemen yang cukup baik meliputi penerimaan, pendidikan dan pelatihan, jenjang karier, penggajian serta penghargaan dan hukuman. Kekurangan yang masih menjadi kendala sampai saat ini adalah terbatasnya jumlah estimator dan administrasi kontrak yang memadai untuk tender-tender besar berteknologi tinggi. d. Sumber Daya Alat PT Brantas Abipraya memiliki mitra usaha yang handal di bidang alat-alat konstruksi
yang
sewaktu-waktu
dapat
digunakan
untuk
mendukung
pelaksanaan dan pemasaran proyek. e. Sumber Daya Uang PT Brantas Abipraya memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank serta memiliki sistem dan prosedur keuangan yang handal untuk pengelolaan keuangan perusahaan dalam bentuk Manual Mutu Perusahaan. f. Sistem Mutu PT Brantas Abipraya telah memiliki seritifikat sistem mutu ISO 9000 sejak tahun 1998 dan berpengalaman dalam menangani masalah-masalah mutu.
2.2.3 Analisis SWOT Perusahaan
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), dilakukan pada semua aspek kegiatan dalam perusahaan dan aspek di luar perusahaan. Analisis ini dilakukan dalam rangka mengidentifikasi faktor internal dan eksternal lingkungan perusahaan yang akan menjadi bagian yang sangat penting dari proses perencanaan strategis. Faktor internal lingkungan dalam perusahaan bisa diklasifikasikan pada Strengths/kekuatan dan Weaknesses/kelemahan. Sedangkan 23
faktor
eksternal
pada
Opportunities/peluang
dan
perusahaan
bisa
Threats/ancaman.
diklasifikasikan SWOT
analisis
dengan memberikan
informasi yang akan membantu menyatukan sumber daya perusahaan dengan kapasitas untuk menjadi lingkungan yang kompetitif dalam pengoperasian bisnis.
Tabel 2..1 Matriks SWOT dari PT Brantas Abipraya
Strengths/kekuatan Weaknesses/kelemahan - memiliki keahlian di bidang - kurangnya pengalaman irigasi menangani proyek swasta - efisiensi biaya produksi - masih banyak bergantung pada proyek pemerintah
Threats/ancaman Opportunities/peluang - masuknya kontraktor asing - kondisi geografis indonesia - pesaing yang menawarkan yang masih membuka pasar jasa konstruksi harga lebih murah dengan - kesempatan ekspansi ke luar kualitas lebih baik negeri
2.3. Akar Masalah
Dalam perkembangan dunia usaha yang sedemikian ketatnya dengan banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi menyebabkan kontraktor sebagai penyedia jasa konstruksi harus dapat selalu fleksibel dalam menghadapi perubahan bisnis, fokus untuk terus mencari peluang bisnis baru,
24
selalu menciptakan inovasi-inovasi baru serta harus dapat meningkatkan daya saingnya, mulai dari pelelangan hingga penyelesaian proyek yang tepat waktu, dengan biaya yang hemat dan mutu yang terjamin sehingga didapatkan performansi perusahaan yang baik untuk dapat diikutkan kembali ke pelelangan proyek selanjutnya.
Masih adanya ketergantungan yang cukup besar terhadap proyek pemerintah terutama dari Departemen Kimpraswil, sedangkan saat ini jumlah proyek pemerintah semakin menurun karena tidak adanya dana. Hal ini menyebabkan perusahaan cenderung bermain ‘aman’ kurang berani mengambil risiko terhadap proyek-proyek swasta apalagi ditambah pernah mengalami kegagalan pada proyek swasta yang sebelumnya.
Sebagai perusahaan yang bergantung pada pemerintah, PT Brantas Abipraya menjadi perusahaan yang sangat birokratis dan mengalami kesulitan dalam hal berinovasi untuk memberikan value added bagi perusahaan. Perusahaan harus memiliki budaya yang tepat dan kuat yang dapat mendukung dan sesuai dengan strategi pengelolaan bisnis sehingga mampu menjaga pertumbuhan perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang.
Oleh karena itu sangat diperlukan semangat entrepreneurial dalam perusahaan agar dapat terus bertahan dalam persaingan ini. Untuk menciptakan iklim intrapreneurship di dalam sebuah perusahaan, perlu dikembangkan lingkungan yang bersifat entrepreneurial dan karakteristik kepemimpinan yang bersifat entrepreneurial. Lingkungan yang terlalu birokratis
akan menghambat jiwa
intrapreneur para pegawai. Walaupun tetap bisa menghasilkan keuntungan dan tetap beroperasi pada tingkat efisiensi, perusahaan menjadi kehilangan daya 25
inovasi mereka, yang pada akhirnya tidak memberi value added bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan di dalam penelitian ini adalah pentingnya budaya perusahaan Intrapreneurship (Corporate Entrepreneurship) pada PT Brantas Abipraya. Terjadinya perubahan lingkungan teknologi, ekonomi, competitive, pasar, sumber daya, pelanggan, peraturan, dan lingkungan global membuat PT Brantas Abipraya membutuhkan sifat-sifat entrepreneurial di dalam perusahaan mereka. Intrapreneurship juga sangat sesuai dengan lingkup bidang usaha, visi dan misi perusahaan, strategi perusahaan, dan tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya.
26