BAB II EKSPLORASI ISU BIS IS
2.1 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) SPBU merupakan outlet dimana produk BBM untuk ritel transportasi dijual kepada konsumen akhir. Pada awalnya SPBU merupakan fasilitas yang dibangun oleh pemerintah melalui Perusahaan Minyak dan Gas Negara (Pertamina) untuk melayani kebutuhan bahan bakar kendaraan masyarakat. Permintaan masyarakat yang terus meningkat menuntut Pertamina untuk menyediakan SPBU dalam jumlah yang cukup banyak, oleh karena itu Pertamina mengembangkan beberapa macam pola kerja sama dengan pihak ketiga untuk mendirikan SPBU. Saat pemerintah membuka pasar hilir migas BBM, kondisi bisnis SPBU berubah yang sebelumnya mereka tidak perlu repot-repot untuk membujuk konsumen mengisi BBM ditempatnya menjadi persaingan untuk saling menarik konsumen untuk membeli BBM di tempatnya. Saat ini pengusaha hilir BBM mempercantik SPBU-nya dan melengkapi dengan berbagai produk tambahan, pelayanan dan fasilitas tambahan serta meluncurkan berbagai macam kegiatan promosi untuk menarik konsumen. Bagi konsumen kondisi persaingan SPBU sekarang menguntungkan mereka. Untuk memahami konsep dari bisnis SPBU dapat dilihat pada Gambar 2.1. Produk BBM yang dipergunakan sebagai sumber energi dari kendaraan merupakan core product dari sebuah SPBU, dimana konsumen membeli BBM untuk membuat kendaraannya dapat berfungsi (core benefit). Nama perusahaan penjual produk BBM (Pertamina, Shell, dan Petronas), kualitas yang dijanjikan oleh mereka, dan tampilan dari SPBU mereka merupakan actual product dari SPBU. Untuk pelayanan seperti pengecekan tekanan angin ban dan pengelapan kaca mobil, serta produk tambahan seperti tempat makan, mini-market, ATM, bengkel dan cuci mobil merupakan augmented product, karena semuanya diberikan kepada konsumen sebagai added value.
11
Persaingan yang terjadi di industri SPBU adalah untuk produk BBK,, tidak untuk produk BBM bersubsidi seperti Premium dan Solar. Persaingan yang terjadi sudah pada tahap Actual product dan augmented product.. Konsumen pada kondisi ini mau membayar lebih untuk kualitas produk yang lebih baik dan added value dari pelayanan yang diberikan dan tambahan fasilitas yang disediakan.
Gambar 2.1 Product Level 2.2 Conceptual Framework TOI pada tahun 2008 akan memulai bisnis ritel BBM di Indonesia, untuk mampu bersaing di dalam pasar diperlukan suatu pedoman yang tepat. TOI memerlukan marketing plan yang tepat sebagai pedoman pedoman untuk menjalankan bisnisnya. Dalam marketing plan akan ditetapkan tujuan atau target yang harus dicapai TOI, TOI strategi pemasaran untuk mencapai target yang sudah ditetapkan, program pemasaran, keuangan, kegiatan pengawasan dan kontrol. Dengan marketing plan akan sangat membantu TOI untuk mampu bersaing dan mengendalikan kegiatannya di pasar.
12
Kebutuhan marketing plan datang dengan melihat kondisi industri SPBU, persaingan, dan konsumen yang sudah jauh berkembang. Dengan melakukan analisis terhadap kondisi di atas akan diperoleh rumusan strategi pemasaran dan program pemasaran yang tepat.
Gambar 2.2 Conceptual Framework Untuk sampai dengan merumuskan strategi dan program pemasaran perlu untuk menganalisis industri, persaingan, dan konsumen. Komponen tersebut menjadi conceptual framework untuk penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 2.2. Conceptual framework terbentuk sebagai hasil dari eksplorasi kebutuhan untuk menyusun marketing plan.
2.3 Analisis Situasi Bisnis 2.3.1 Analisis Industri SPBU Peluang untuk bisnis SPBU terbuka lebar seperti yang diungkapkan oleh Kepala Divisi Pemasaran BBM Pertamina, Djaelani Soetomo: 13
“Omzet rata-rata SPBU di Indonesia dewasa ini tercatat merupakan salah satu terbesar di dunia, dan hal itu menunjukkan bahwa peluang pembukaan SPBU di dalam negeri masih cukup besar. Jumlah SPBU di Indonesia masih belum mencapai angka ideal sehingga peluang untuk membuka SPBU itu dipastikan masih sangat besar. Pada tahun 2006, SPBU di Indonesia idealnya sekitar 8.000 - 9.000 SPBU, namun jumlah yang ada sekarang ditambah dengan rencana pendirian 700 SPBU baru oleh Pertamina belum mencapai jumlah ideal, untuk tahun 2006 jumlah SPBU secara nasional masih 4.000 unit” (antara.co.id, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari artikel “Pertamina Targetkan 5.000 SPBU 2009” (Irmawati, 2007), jumlah SPBU Pertamina yang ada pada tahun 2007 sebanyak 4.600 unit jika ditambah dengan SPBU Shell dan Petronas 4.624 unit, jumlah tersebut masih belum mencapai angka ideal sekitar 9.000 unit. Peluang yang cukup besar untuk bisnis SPBU diakibatkan oleh meningkatnya konsumsi BBM, terutama untuk sektor transportasi, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.3. 35 30 28,1 26,2
25 Juta Kilo Liter
30,7
29,5
28,8
23,9
20 15 10 5 0 1999
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Sumber diolah dari wartaekonomi.com, 2006
Gambar 2.3 Konsumsi BBM Sektor Transportasi Konsumsi nasional BBM untuk sektor transportasi terus mengalami pertumbuhan dengan
rata-rata
pertumbuhan
sebesar
5,2%
per
tahun.
Diprediksikan
pertumbuhan akan semakin besar seiring dengan semakin bertambahnya jumlah kendaraan, seperti terlihat pada Gambar 2.4 Penjualan kendaraan diprediksi akan meningkat pada tahun 2008.
14
600.000 533.910
500.000 Unit
400.000
300.000 321.000
343.470
434.449
330.000
300.000 200.000
350.000 318.904
100.000 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
Diolah dari berbagai sumber
G Gambar 2.4 Penjualan Kendaraan Nasional 2.3.1.1 Industri Life Cycle dari SPBU Saat ini industri SPBU Indonesia berada pada tahapan growth (lihat Gambar 2.5), 2. sebagai akibat dari peningkatan pertumbuhan pada jumlah kendaraan. Selain itu digambarkan juga dengan semakin banyaknya SPBU yang didirikan dan jumlah perusahaan minyak dan gas yang memasuki pasar tersebut. Sampai Sam dengan saat ini pasar ar SPBU didominasi oleh Pertamina, Pertam diikuti Shell, dan Petronas.
Gambar 2.5 Industri Life Cycle
15
Dapat dilihat pada Gambar ambar 2.6 bahwa dari tahun ke tahun jumlah SPBU terus mengalami peningkatan, hal tersebut terjadi seiring dengan peningkatan permintaan terhadap BBM. Peningkatan secara signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 24,4% dimana pada tahun tersebut jumlah kendaraan yang terjual mencapai 533.910 unit lebih besar dari tahun lainnya yang hanya berkisar 300.000 unit. 3500 3157 3000 2500
2244
2171
2337
2370
2389
2447
2002
2003
2537
Unit
2000 1500 1000 500 0 1998
1999
2000
2001
2004
2005
Tahun
Sumber diolah dari wartaekonomi.com, 2006
Gambar 2.6 Pertumbuhan SPBU di Indonesia Pasar SPBU yang paling besar yaitu 60% berada di wilayah Jawa terutama Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Dari data yang diperoleh Business Week Indonesia, terdapat 838 SPBU Pertamina di tiga wilayah ini. Dari jumlah tersebut sebesar 60% (sekitar 503 SPBU) menjual BBK. 5%
5% 1% Jawa
7%
Sumatera Sulawesi 22%
60%
Kalimantan Bali Papua/Maluku
Sumber diolah dari wartaekonomi.com, 2006
Gambar 2.7 SPBU di Wilayah Indonesia Tahun 2004
16