Bab II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Conceptual Framework Bank X mempunyai berbagai jenis kredit yang ditawarkan kepada masyarakat dan industri oleh karena itu kerangka konseptual yang digunakan dalam tesis ini mengacu kepada kegiatan perkreditan yang dilakukan dalam bank X, dalam ini difokuskan pada kredit mikro yang disebut kredit Y yang ditujukan untuk industri mikro dengan plafond kredit maksimal Rp 100.000.000 ( seratus juta rupiah). Berdasarkan kerangka konseptual ini akan dapat dilihat variabel-variabel apa saja yang akan menentukan kredit mikro di bank X menjadi macet atau lancar, sekaligus akan memberikan sedikit gambaran mengenai profil debitur yang kemungkinan besar akan mengalami kredit macet. Variabel-variabel tersebut ditentukan berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan dan melakukan studi literatur mengenai variabel-variabel yang menentukan kredit macet. Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Page | 11
5C
7P
Variab el Kredit mikro KREDIT Y
MARKETIN G MIX
Informasi kredit
Variab el Variab el
Charact er Capital
UJI SIGNIFIKANS I C SQ
Collater al
Variab el
Capacit y
Variab el
Condition of
STP
Gambar 2.1 Conceptual framework
Page | 12
UJI KORELASI SPEARMAN
UJI PROPORS
PROFIL DEBITUR KREDIT MACET
2.1.1 Sekilas Tentang UMKM 2.1.1.1 Definisi UMKM di Indonesia Salah satu acuan yang menjadi rujukan perbankan di Indonesia termasuk BANK X antara lain Kesepakatan Bersama Menko Kesra Selaku Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan dengan Gubernur Bank Indonesia tentang
Penanggulangan
Kemiskinan
Melalui
Pemberdayaan
dan
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang tertuang dalam Surat Keputusan No.11/KEP/MENKO/KESRA/IV/2002 dan No.4/KEP.GBI/2002 tanggal 22 April 2002 yang mendefinisikan UMKM sebagai berikut : 1. Kredit Usaha Mikro adalah kredit Yang diberikan kepada nasabah usaha mikro, baik langsung maupun tidak langsung, yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin, dengan kriteria penduduk miskin sesuai Badan Pusat Statistik, dengan plafond kredit maksimal Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Kredit Usaha Kecil adalah kredit Yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp.1000.000.000 (satu milyar rupiah) per tahun, dengan plafond kredit maksimal sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) 3. Kredit Usaha Menengah adalah kredit Yang diberikan kepada pengusaha di luar usaha mikro dan usaha kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafond diatas Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000.000 (lima milyar rupiah). UMKM biasanya memiliki sumber pembiayaan utama dari bank, karena masih jarang yang memenuhi kualifikasi untuk melakukan privatisasi untuk mendapatkan sumber pembiayaan dari pasar modal. Sementara itu disisi lain pembiayaan UMKM dari keluarga dan relasi bisnis tidak memadai untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya.
Page | 13
Salah satu penyebab mengapa UMKM tidak tumbuh menjadi perusahaan besar dan tetap dipertahankan kecil karena pemilik sengaja tidak mencari investor baru, mereka menjalankan usaha sendiri dan tidak mau pihak dari luar turut mencampuri baik dalam kepemilikan maupun dalam pengambilan keputusan bisnis.
2.1.1.2 Alasan Bank Memasuki Segmen UMKM Terdapat banyak hal yang menarik sehingga bank memutuskan untuk memasuki segmen UMKM. Daya tarik utama yang berlaku secara universal adalah volume UMKM yang sangat besar merupakan potensi yang menjanjikan, di banyak negara umumnya UMKM merupakan kelompok usaha terbesar mencapai 90% dari usaha yang terdaftar. Beberapa daya tarik UMKM bagi bank, antara lain : 1. Profitabilitas Dibandingkan dengan usaha besar, UMKM memiliki ciri perputaran yang lebih tinggi, fleksibilitas yang lebih baik terhadap perubahan lingkunga bisnis, tingkat efisiensi yang lebih tinggi, sehingga mampu menghasilkan profitabilitas yang lebih besar dibandingkan usaha dengan skala besar. Dengan demikian UMKM menjanjikan profitabilitas bagi bank yang melayani produk dan jasa pelayanan bank bagi UMKM. 2. Tingginya permintaan – besarnya potensi pasar Di semua negara berkembang perekonomian digerakkan oleh sektor UMKM, bahkan rata-rata mencapai 90% dari total pelaku sektor riil yang terdaftar di negara-negara berkembang. Tidak ada bank di negara berkembang yang dapat eksis dalam jangka panjang tanpa menggarap sector UMKM sebagai basis bisnisnya, bahkan bank-bank global yang beroperasi di negara ke tiga lebih agresif dengan strategi marketing ke sektor UMKM.
Page | 14
3. Diversifikasi Pendapatan Bank tidak dapat selamanya menyandarkan basis keuntungannya dari sektor korporat dan consumer saja. Komposisi portfolio yang ideal dilihat dari target pendapatan, sangat menguntungkan untuk mengantisipasi kondisi pemburukan ekonomi yang pengaruhnya bervariasi pada sektorsektor consumer, UMKM dan korporat. 4. Diversifikasi Risiko Dari sudut pandang risiko, pengelolaan kinerja portfolio bisnis sangat penting diperhatikan karena kinerja portfolio jauh lebih penting dibandingkan kinerja individual. Portfolio dengan komposisi lini bisnis beragam, nasabah yang mengelola bervariasi jenis usaha dan skala bisnisnya, beragam segmen yang tidak saling tergantung, merupakan kondisi portfolio yang ideal. 5. Kesempatan untuk Cross-Selling Pemilik bisnis UMKM merupakan referensi penjualan produk yang ideal. Pemilik bisnis adalah juga pembuat semua keputusan, sekali kontak dengan pemilik bisnis dan sekali keputusan diambil, dapat bearti menghasilkan simpanan dan fee base income dari jasa bank yang diberikan kepada pemilik, pekerja, keluarga dan relasi bisnis. 6. Loyalitas Debitur UMKM Nasabah UMKM dapat dijadikan customer base dalam jangka panjang untuk dijadikan target nasabah potensial bagi produk dan jasa perbankan lainnya. Hal ini sangat menguntungkan karena nasabah UMKM memiliki loyalitas yang tinggi dan mengutamakan hubungan informal dan personal. Dengan demikian pengelolaan nasabah UMKM denga baik menjadi bagian dari bentuk strategi marketing yang efektif. 7. Sensitifitas Suku Bunga Rendah UMKM relatif tidak sensitif terhadap suku bunga dibandingkan denan nasabah besar karena karakteristik loyalitasnya dank arena lebih membutuhkan kesederhanaan dan kecepatan pelayanan yang diterimanya. Kondisi ini sangat membantu bank dalam pengelolaan bisnis bank, pelaksanaan strategi bisnis dan pencapaian target bisnis bank.
Page | 15
8. Perannya yang Baik dalam Pertumbuhan Sosial Ekonomi Lokal Sekali pembiayaan diberikan kepada UMKM, berarti menciptakan pertumbuhan, memperbesar asset usaha, meningkatkan kesempatan kerja lebih banyak lagi bagi pekerja lokal dan menciptakan kesempatan bisnis baru bagi komunitas lokal secara keseluruhan.
2.1.1.3 Hambatan Kredit kepada UMKM Dibalik daya tariknya yang menjanjikan banyak kesempatan bisnis, kenyataan membuktikan bahwa banyak hambatan bagi UMKM untuk mendapatkan sumber pendanaan bagi pertumbuhan bisnisnya. Bank perlu meminimalkan hambatan yang dimaksud agar dapat mengambil kesempatan lebih besar dari potensi bisnis UMKM. Ali Nuridin pada buku Membangun Bank UMKM mengatakan bahwa “beberapa hambatan perlu direspon dengan tepat oleh bank agar dapat memaksimalkan peluang bisnis UMKM” (2008:8), antara lain : 1. Keterbatasan akses keuangan Karakteristik UMKM menyangkut bentuk dan legalitas usaha dan pengelolaan yang tidak standar (kelemahan dalam aspek pencatatan keuangan dan perencanaan bisnis) sering menjadi penghambat bagi UMKM khususnya untuk memperoleh sumber pendanaan bagi bank. 2. Prosedur dan Struktur Bank Sering tidak disadari bank memiliki prosedur dan kebijakan kredit yang standar yang diberlakukan secara umum untuk semua kredit dan belum cocok untuk segmen UMKM. Kenyataan yang sering dijumpai di lapangan adalah kebijakan kredit bank tidak membedakan standar untuk kredit besar dengan kredit UMKM dalam hal : kelengkapan dokumen, pemenuhan aspek legal dan standar analisis. Bahkan pendekatan organisasi dan staffing yang tidak spesifik dapat menghambat kesempatan memasuki pasar UMKM. 3. Analisis Biaya Analisa biaya yang terlalu umum sering menghasilkan gambaran bahwa kredit besar lebih menguntungkan. Seyogyanya digunakan pendekatan
Page | 16
analisis yang lebih detail, termasuk komponen biaya risiko, bobot risiko, rata-rata tingkat default, yang dapat menggambarkan secara utuh struktur biaya dan nilai tambah ekspansi ke pasar UMKM. 4. Regulasi dan Undang-undang Perbankan Regulasi belum banyak memihak kepada UMKM. Secara makro banyak kelembagaan yang seharusnya sangat diperlukan bagi pertumbuhan UMKM sampai sekarang belum tersedia, seperti : lembaga penjaminan UMKM dan pasar komiditi. Bahkan seyogyanya regulator juga memiliki direktorat tersendiri untuk membuat kebijakan dan regulasi yang berbeda antara sektor komersial dan UMKM, baik menyangkut standar pelayanan,
persyaratan
pelaporan
bank
dan
persyaratan
yang
menyangkut sumber daya manusia maupun pemodalan. 5. Kualifikasi Manajerial UMKM Pada umumya manajemen UMKM telah memenuhi kualifikasi teknis bahkan dalam beberapa hal sangat menonjol talenta dan penguasaan bisnis secara teknis. Kelemahan terjadi pada kualifikasi komersial, antara lain : kemampuan dalam perhitungan dan perencanaan keuangan, pengelolaan karyawan dan marketing. 6. Tingkat Kegagalan Yang Tinggi Persepsi yang harus diluruskan adalah pemahaman bahwa tingkat kegagalan usaha UMKM lebih tinggi dari korporat. Sesungguhnya kegagalan bisnis tersebut berkaitan dengan jenis usaha baru, bukan pada jenis UMKM dan non UMKM. Secara universal dipahami bahwa dalam periode usaha baru berdiri sampai dengan 3 tahun, merupakan periode dimana rata-rata tingkat kegagalan usaha cukup tinggi. Dengan demikian yang harus diperhatikan bahwa bank harus memiliki kebijakan pelayanan terhadap usaha baru dengan kriteria yang ketat untuk menghindari potensi kredit bermasalah. 7. Kebijakan Pricing Bank sering memperlakukan mitra bisnis dengan pendekatan bisnis murni, karena bargaining power UMKM yang rendah, pricing yang dibebankan kepada UMKM terlalu tinggi, akibatnya tidak kondusif atau
Page | 17
kontraproduktif bagi UMKM maupun bank dalam jangka panjang. Karena tingkat bunga yang tinggi dapat mempengaruhi dan mendorong tingkat kegagalan kredit Yang tinggi.(2008:9)
2.2 ANALISIS SITUASI BISNIS PERUSAHAAN Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa dalam kondisi persaingan di industri perbankan pasca rekapitalisasi, bank X tetap teguh dengan komitmen pembangunan UMKM, melakukan investasi terus-menerus untuk memperkuat infrastruktur pelayanan di sektor UKM, baik infrastruktur sumber daya manusia, teknologi informasi dan penguatan infrastruktur bidang sosial responsibility secara luas, untuk mendukung visi bisnis yang tetap berpihak kepada sektor UMKM dengan target kuantitatif penyaluran kredit minimal sebesar 80% dari total portfolio kredit.
2.2.1 Portfolio kredit Yang berfokus pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Hasil pengamatan umum terhadap kinerja bank X menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kredit bank X mengalami pertumbuhan secara konsisten dengan kualitas kredit yang terjaga. Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Pertumbuhan kredit - Kualitas Kredit - Inflasi 16% 14%
8% 6% 4% 2%
113,89
118,44
75,53
80
62,37 6,60%
6,40% 4,19%
6,59%
8,17% 60
40 4,68%
4,81%
3,44%
3,83%
0%
20 0
Des-04 total kredit
Des-05
Des-06
Des-07
Mar-08
rasio kredit bermasalah (NPL gross)
Gambar 2.2 Pertumbuhan kredit-kualitas kredit-inflasi
Page | 18
120 100
90,28
12% 10%
140
17,11%
Inflasi
Rp Triliun
18%
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa walaupun rasio kredit bermasalah menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar 3,44% 1 , namun tingkat inflasi masih berdampak besar pada menurunnya daya beli masyarakat. Tingginya tingkat suku bunga dan kenaikan inflasi merupakan kondisi yang tidak menjanjikan bagi dunia perbankan karena menyebabkan penurunan kredit dan kenaikan bad debt. Bagaimanapun juga dalam kondisi ini, strategi bank X untuk terus berfokus pada UMKM telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Sampai akhir bulan Maret 2008, bank X telah mengeluarkan kredit sebesar 118,44 triliun rupiah.. Sedangkan bila dilihat pada akhir tahun 2007, bank X telah mengeluarkan kredit sebesar 113,89 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar 23,61 triliun rupiah atau 26,15% dari total outstanding kredit Yang dikeluarkan pada tahun 2006 yang sebesar 90,28 triliun rupiah. Dari total kredit yang dikeluarkan pada tahun 2007, 86,83%nya atau 98,89 triliun rupiah digunakan untuk sektor UMKM. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat grafik di bawah ini :
Gambar 2.3 Perbandingan pengunaan kredit untuk tiap jenis usaha
1
Annual Report PT Bank X (Persero) TBk, Dikutip 25 Juni 2008 dari http ://www.BANK X.co.id/annual report.pdf
Page | 19
Dalam UMKM, sektor yang dituju oleh bank X adalah restaurant dan hotel, transportasi, usaha jasa, pertanian, mining, electricity gas, industri pengolahan dan lain sebagainya. 2 Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.4 Perbandingan pengunaan kredit untuk tiap jenis sektor
Salah satu kunci sukses ekspansi kredit bank X ke sektor UMKM adalah dengan membuat extensive network melalui kantor-kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor bank X unit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai bulan Maret 2008, Bank X mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 5.072 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BANK X, 14 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi/SPI, 348 Kantor Cabang (Dalam Negeri), 237 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 89 Pos Pelayanan Desa, 36 Kantor Kas, 27 Kantor Cabang Syariah, 18 Kantor Cabang Pembantu Syariah dan 4.302 bank X Unit Mikro. Selain itu, untuk meningkatkan kualiatas pelayanan, maka seluruh kantor cabang dan kantor cabang pembantu telah terhubung secara 2
Annual Report PT Bank X (Persero) TBk, Dikutip 25 Juni 2008 dari http ://www.BANK X.co.id/annual report.pdf
Page | 20
real time on line. Sampai pada kuartal I/2008, Kantor Pusat, seluruh Kantor Wilayah, Kantor Cabang, KCP serta lebih dari 2.500 bank X Unit Mikro telah terhubung secara real time on line 3. Bank X juga mengembangkan ‘linkage program’ dengan berbagai macam institusi dan perusahaan yang terlibat didalamnya. Program ini tidak hanya untuk menghubungkan bank dan perusahaan besar dengan usaha mikro, kecil dan menengah, namun juga dalam rangka membuat feasible micro entrepreneur menjadi sebuah micro entrepreneur yang bankable. Melalui program ini, diharapkan meningkatkan daya saing dan kemampuan UMKM dalam menghadapi kondisi ekonomi yang senantiasa berubah. Beberapa ‘linkage program’ yang dilaksanakan pada tahun 2006 adalah hasil kerjasama dengan BPR (Bank Pembangunan Rakyat) dan Pasar Jaya (perusahaan yang mengelola pasar tradisional). Strategi ekspansi kredit Bank X adalah membiayai aktivitas bisnis di sektor produktif yang akan memberikan efek berganda pada situasi ekonomi yang ada. Strategi ini diharapkan akan membawa dampak positif pada situasi ekonomi dengan peningkatan jumlah bidang usaha, membuka lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan daya beli masyarakat. Bank X secara konsisten menerapkan risk management secara terintegrasi dan luas dalam semua bisnis dengan memilih target yang sesuai dan secara kontinu memonitor performance kredit. Dampak dari implementasi risk management yang baik adalah ratio Non Performing Loan (NPL) dapat diminimalkan. Hal tersebut tercermin dari nilai ratio NPLs yang mengalami penurunan dari 4,81% di tahun 2006 menjadi 3,44% di tahun 2007 4. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
3
Ringkasan Kinerja Bank X Kuartal I/2008, Dikutip 30 April 2008 dari Kompas, Rabu 30 April 2008 4 Annual Report PT Bank X (Persero) TBk, Dikutip 25 Juni 2008 dari http ://www.BANK X.co.id/annual report.pdf Page | 21
120
113,89
100 triliun
7%
90,28
6%
75,53
80 62,37 4,19%
60
4,68%
8%
5% 4,81%
4% 3,44%
40
3% 2%
20
1%
0
0% 2004
2005 Total Loan (Rp trilion)
2006
2007
Total NPL (%)
Gambar 2.5 Grafik pertumbuhan total kredit & NPL
2.2.2 Marketing Mix Marketing mix terdiri dari STP (Segmenting, Targeting, dan Positioning), 4P’s (Product, Place, Promotion, Price) dan karena penelitian ini adalah mengenai service (layanan) maka ditambahkan tiga faktor marketing mix yang lain, yaitu 3P’s (Process, People, Physical Evidence).
2.2.2.1 7P 2.2.2.1.1
Product
Bank X mempunyai beberapa produk yang ditujukan kepada nasabah dan debitur berupa simpanan, tabungan dan kredit. Untuk simpanan di bank X terdiri dari deposito, giro dan tabungan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Page | 22
Tabel 2.1 Jenis simpanan di Bank X SIMPANAN DEPOSITO DepoBANK X rupiah DepoBANK X valas DepoBANK X on call GIRO GiroBANK X rupiah GiroBANK X valas TABUNGAN BANK XtAma Simaskot Simpedes Tabungan Haji
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa bank X mempunyai 3 (tiga) jenis simpanan yaitu deposito, giro dan tabungan. Deposito bank X dibagi menjadi depobank X rupiah, depobank X valas dan depobank X oncall. Sedangkan giro bank X dibagi menjadi girobank X rupiah dan girobank X valas. Sedangkan untuk produk tabungan, bank X mempunyai 4 (empat) jenis tabungan yaitu bank XtAma, simaskot, simpedes dan tabungan haji. Sedangkan untuk kredit bank X dibagi menjadi 3 jenis kredit berdasarkan skala usaha dan industri, yaitu kredit micro, kredit kecil (retail), medium loan dan corporate loan. Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Page | 23
Gambar 2.6 Jenis-jenis kredit di bank X
Page | 24
Kredit untuk usaha mikro disebut Kredit Y dengan plafond kredit maksimal sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Sedangkan kredit untuk usaha kecil/retail, mempunyai plafond sebesar Rp 100.000.000,(seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000.000 ,- (lima milyar rupiah). Kredit retail terbagi menjadi kredit konsumen dan kredit komersial. Kredit konsumen terbagi lagi menjadi consumer fixed income loans, kredit rumah, kredit mobil atau kendaran bermotor. Sedangkan kredit komersial terbagi menjadi kredit agunan kas, kredit ekspres, kredit investasi, kredit modal kerja, kredit modal kerja ekspor, kredit modal kerja impor, kredit modal kerja konstruksi dan kretap (kredit kepada golongan berpenghasilan tetap). Sedangkan kredit untuk medium mempunyai plafond kredit sebesar Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000.000;(lima puluh milyar rupiah). Kredit medium dibagi kredit agribisnis dan kredit bisnis umum. Kredit ini biasanya digunakan untuk modal kerja atau investasi di sektor-sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan, industri dan sebagainya. Sedangkan kredit untuk corporate mempunyai plafond kredit diatas Rp 50.000.000.000;- (lima puluh milyar rupiah).
Kredit Mikro – Kredit Y Pada penelitian ini, hanya difokuskan pada kredit mikro bank X. Kredit mikro bank X biasa disebut kredit Y adalah kredit dengan maksimal plafond sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan tingkat suku bunga sebesar 1-2% flat per bulan. Kredit ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu : kredit modal kerja dan kredit untuk investasi. Sasaran pelayanan kredit Y adalah golongan masyarakat yang memiliki usaha baik pada sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa usaha lainnya serta golongan masayarakat yang memiliki gaji/upah tetap (berpenghasilan tetap). Jumlah kredit kredit Y telah mengalami peningkatan secara bertahap, dari mulai hanya 19,19 triliun rupiah pada akhir Desember 2004 menjadi 34,59 triliun rupiah pada akhir Desember 2007. Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat gambar di bawah ini :
Page | 25
Gambar 2.7 Grafik pertumbuhan Kredit Y Pertumbuhan kredit kredit Y dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah peningkatan kualitas pelayanan bank X pada umumnya dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, baik dalam pelayanan kredit maupun strategi dalam meningkatkan kompetisi di segmen mikro. Selain itu, pengembangan sektor ekonomi dan unsur kepercayaan dari pengusaha mikro di daerah telah memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan kredit Y. Berikut ini adalah ketentuan kredit kredit Y : Ketentuan Umum 1. Kredit Y memberikan apa yang dibutuhkan debitur a. Kesederhanaan Persyaratan dan proses yang sederhana demi kemudahan pelayanan b. Kecepatan Proses persetujuan kredit disesuaikan dengan waktu kebutuhan dana yang dibutuhkan debitur selambat-lambatnya 5 hari kalender c. Kelenturan Dapat dipergunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pembiayaan debitur antara lain : pembelian rumah/kios/toko, pembelian kendaraan bermotor, pembiayaan kebutuhan sekunder lainnya, tambahan modal kerja, pembiayaan pertanian dan lain sebagainya. Page | 26
2. Sasaran pelayanan a. Golongan masyarakat yang memiliki usaha baik pada sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa usaha lainnya. b. Golongan
masyarakat
yang
memiliki
gaji/upah
tetap
(berpenghasilan tetap) 3. Besarnya plafond kredit Yang dapat disediakan adalah maksimal s/d 100 juta 4. Jangka waktu kredit Y a. untuk pengusaha maksimal 60 bulan b. untuk berpenghasilan tetap maksimal 60 bulan 5. Pola angsuran Disediakan lebih dari 30 pilihan pola angsuran yang sesuai dengan kebutuhan debitur dengan periode angsuran antara lain : a. untuk pengusaha : bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan atau sekali lunas b. untuk berpenghasilan tetap : bulanan 6. Agunan kredit Y a. untuk pengusaha : dapat menyediakan agunan baik dalam bentuk benda bergerak atau benda tidak bergerak. Untuk plafond tertentu syarat agunan dapat diabaikan. b. Untuk berpenghasilan tetap : gaji/upah 7. Biaya provisi dan administrasi Biaya provisi adalah biaya untuk membuat laporan keuangan oleh akuntan. Oleh karena debitur kredit Y tidak mempunyai laporan keuangan, maka untuk debitur kredit Y tidak dikenakan biaya provisi dan biaya administrasi. 8. Asuransi Jiwa Seluruh debitur kredit Y diasuransikan jiwanya dan biaya premi asuransi bisa sepenuhnya menjadi beban bank X atau sharing dengan debitur tergantung tingkat suku bunga yang ditetapkan Sedangkan persyaratan untuk pengajuan kredit adalah sebagai berikut : 1. Untuk golongan pengusaha, persyaratan harus dipenuhi antara lain :
Page | 27
a. Surat Keterangan Identitas (KTP,SIM) b. Surat Keterangan Usaha c. Agunan kebendaan baik benda bergerak atau tidak bergerak d. Membuka/memiliki tabungan di Bank X Unit 2. Untuk golongan berpenghasilan tetap, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain : a. Surat Keterangan Identitas (KTP,SIM) b. SK pegawai/pensiunan c. Slip gaji/pensiunan d. Rekomendasi dari atas calon debitur e. Membuka/memiliki tabungan di Bank X Unit Selain memberikan kredit kredit Y untuk usaha mikro, bank X sebagai bank yang berfokus pada pengembangan UMKM (usaha mikro,kecil dan menengah) juga berupaya memberdayakan rakyat dengan memberikan ‘kail‘ dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR diluncurkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 5 November 2007 di bank X. Sebagai salah satu dari 6 bank yang menyalurkan KUR, bank X mencatatkan diri sebagai penyalur KUR tertinggi. Sedangkan KUR mikro diluncurkan pada bulan Februari 2008 sebagai upaya mendukung para pengusaha mikro meningkatkan usahanya. KUR mempunyai plafond maksimal Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan tingkat suku bunga maksimal 16% per tahun. Berikut ini adalah pertumbuhan penyaluran kredit KUR di bank X : Tabel 2.2 Pertumbuhan KUR KUR Total KUR mikro KUR
Page | 28
31 des 2007 outstanding debitur (juta) 2.020 238.675
31 maret 2008 outstanding debitur (juta) 173.454 1.450.019 165.757 657.020 7.697 792.999
25 april 2008 outstanding debitur (juta) 380.385 2.553.176 369.715 1.468.762 10.670 1.084.414
2.2.2.1.2 Price Price yang dimaksud disini adalah plafond yang diberikan untuk kredit mikro kredit Y. Minimal plafond untuk untuk kredit Y adalah Rp.25.000,- dan maksimal Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan tingkat suku bunga sebesar 1-2% flat per bulan. Besar suku bunga akan bergantung pada besarnya pinjaman. Untuk memudahkan kebutuhkan debitur, dapat diberikan kedua jenis kredit Y dalam jangka waktu bersamaan sepanjang besarnya belum mencapai maksimal Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Keistimewaan kredit Y adalah diberikannya IPTW (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) bagi nasabah yang tertib mengangsur pinjamannya secara tepat waktu selama periode tertentu yaitu sebesar ¼ bagian dari suku bunga.
2.2.2.1.3 Place Sampai dengan bulan Maret 2008, bank X mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 5.072 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat bank X, 14 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi/SPI, 348 Kantor Cabang (Dalam Negeri), 237 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 89 Pos Pelayanan Desa, 36 Kantor Kas, 27 Kantor Cabang Syariah, 18 Kantor Cabang Pembantu Syariah dan 4.302 bank X Unit Mikro. Selain itu, untuk meningkatkan kualiatas pelayanan, maka seluruh kantor cabang dan kantor cabang pembantu telah terhubung secara real time on line. Sampai pada kuartal I/2008, Kantor Pusat, seluruh Kantor Wilayah, Kantor Cabang, KCP serta lebih dari 2.500 bank X Unit Mikro telah terhubung secara real time on line 5
5
Ringkasan Kinerja Bank X Kuartal I/2008, Dikutip 30 April 2008 dari Kompas, Rabu 30 April 2008 Page | 29
2.2.2.1.4 Promotion Bank X telah melakukan promosi besar-besar terhadap produk yang mereka keluarkan. Promosi adalah bagian dari seluruh usaha yang dilakukan perusahaan untuk berkomunikasi dengan konsumen dan pihak lainnya mengenai barang atau jasa yang ditawarkan. Berikut ini adalah beberapa kegiatan promosi yang dilakukan bank X selama tahun 2007-2008 adalah : 1.
Program undian ‘UNTUNG BELIUNG BANK XTAMA’ diluncurkan pada tanggal 11 Mei tahun 2007 yang lalu dan sekarang telah memasuki periode keempat. Penarikan undian ini dilakukan setiap minggu dan menyediakan 13 unit Honda All new CR-V setiap minggu untuk para nasabah pemenang. Program undian terbuka bagi seluruh nasabah tabungan Xtama di seluruh Indonesia, baik nasabah lama maupun nasabah baru. Adapun nasabah yang berhak ikut serta adalah yang memiliki saldo minimum Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) pada setiap akhir periode penarikan (mingguan). Setiap kelipatan Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dari saldo rata-rata per periode (mingguan), akan mendapatkan 1 (satu) poin undian. Adapun lokasi penarikan undian ‘Untung Beliung BANK XtAma’ akan dilakukan di 12 kota besar: Jakarta, Solo, Medan, Makassar, Surabaya,
Semarang, Yogyakarta, Balikpapan, Palembang, Bandung,
Manado, dan Denpasar. Sebagai rangkaian dari program ‘UNTUNG BELIUNG BANK XTAMA’ akan dilakukan kegiatan expo dan atraksi khususnya di kota-kota dimana penarikan undian akan dilakukan. 2.
Bank X menjadi sponsor tunggal pada Thomas Cup dan Uber Cup yang diselenggarakan pada tanggal 11-18 Mei 2008 di Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. Pada ajang ini Trans Corp menggandeng bank X sebagai sponsor tunggal sehingga secara formal title ajang ini menjadi ”Bank X Thomas Cup dan Uber Cup 2008”. Keikutsertaan bank X pada event ini merupakan salah satu wujud apresiasi bank X dalam memberikan apresiasi bagi olahragawan Indonesia khususnya atlet bulutangkis yang seringkali mengharumkan nama bangsa. Selain itu juga memberikan peluang bagi bank X dalam berkontribusi terhadap
Page | 30
peningkatan rasa nasionalisme, dimana selama ini Indonesia memiliki prestasi yang tinggi di bidang bulutangkis. 3.
Bank X menjadi sponsor utama penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) pada tanggal 17-18 Juni 2008 di Jakarta. Pada rakernas tersebut ditandatangani nota kesepahaman kerja sama antara Bank X dan Asparindo. Melalui kerja sama itu, Bank X akan berperan sebagai penyedia permodalan bagi pengelola pasar dan para pedagang di pasar-pasar tradisional yang menjadi mitra Asparindo. Selain itu Bank X akan memberikan sejumlah fasilitas dan layanan perbankan untuk mendukung kemajuan bisnis para anggota Asparindo dan mitra usahanya. Untuk memudahkan para pedagang mengakses layanan perbankan, Bank X akan mendirikan unit kerjanya di seluruh pasar tradisional yang dikelola anggota Asparindo di seluruh Indonesia. Para pedagang pun tak perlu jauh-jauh meninggalkan tempat usahanya untuk melakukan transaksi bisnis melalui perbankan.
Selain kegiatan promosi besar-besaran yang dilakukan, Bank X juga memasang billboard dan brosur yang di tempat-tempat tertentu serta berpartisipasi aktif dalam berbagai event yang berhubungan dengan UMKM. 2.2.2.1.5 People Pertumbuhan karyawan Bank X di tahun 2007 adalah sebesar 11,09% atau sebanyak 2500 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel pembagian karyawan berdasarkan status, jenis kelamin dan umur dibawah ini : Tabel 2.3 Pembagian karyawan berdasarkan status Status permanent employees prep.retirement trainess outsources total
Dec 2005
Dec 2006
Dec 2007
35.586
36.655
37.744
636
753
1.077
1.275
2.491
3.562
48
16
32
37.545
39.915
42.415
Page | 31
Tabel 2.4 Pembagian karyawan berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Wanita Pria total
Dec 2005 10.564 26.981 37.545
Dec 2006 11.671 28.244 39.915
Dec 2007 12.442 29.973 42.415
Tabel 2.5 Pembagian karyawan berdasarkan umur Umur <30 30-40 40-50 >50 total
Dec 2005 10.534 11.235 10.829 4.947 37.545
Dec 2006 12.871 10.870 10.869 5.305 39.915
Dec 2007 14.236 10.660 10.909 6.610 42.415
Pada tahun 2007 lalu, Bank X menyediakan dana untuk training dan edukasi karyawan sebesar Rp. 140,51 milyar. Sedangkan untuk mendukung aktivitas training, Bank X mempunyai 1(satu) training center dan 6 (enam) regional training center yang terdapat di kota Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Makasar. Untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada berkualitas baik, maka Bank X mengadakan program seleksi untuk 350 orang karyawan untuk ditempatkan sebagai marketing managers, operational managers, micro business managers, sub-branch managers melalui penilaian yang obyektif dan adil. Kandidat untuk setiap unit bisnis akan dievaluasi mengenai pengetahuan operasional cabang. Berdasarkan penilaian tersebut, maka Bank X akan mempromosikan karyawan yang bersangkutan untuk menduduki eselon 3 dan eselon 4.
2.2.2.1.6 Physical evidence Physical evidence merupakan bagian dari seluruh rangkaian layanan yang diberikan prusahaan kepada pelanggan, dimana hal ini adalah sebagai bukti
Page | 32
fisik agar konsumen dapat melihat jasa secara jelas. Adapun physical evidence dalam layanan yang diberikan oleh Bank X adalah : gedung, ATM, logo dan website.
2.2.2.1.7 Process Proses yang akan dijelaskan disini adalah proses pengajuan kredit di Bank X. Secara garis besar kerangka dasar proses pengajuan kredit adalah seperti yang ditunjukkan gambar 2.7. Calon debitur mengajukan permohonan kredit ke bagian pemasaran (Account Officer/AO). AO akan mempelajari permohonan tersebut. Bila dianggap layak untuk diproses, AO akan melakukan kontak dengan calon debitur untuk mengadakan pertemuan, pengumpulan data usaha serta peninjauan jaminan yang akan diberikan oleh calon debitur. Data tersebut akan dianalisis oleh AO. Bila pada saat mengadakan analisis kredit dirasakan adanya kekurangan data, AO akan kembali ke tahap sebelumnya, yaitu mengumpulkan data. Bila dinilai layak, hasil analisis dituangkan ke dalam suatu proposal kredit dan diajukan ke komite pinjaman (Loan Committee) untuk memperoleh persetujuan kredit (credit approval). Bila credit approval disetujui, AO akan mengumpulkan data pelengkap. Umumnya adalah persyaratan dan dokumen yang berkaitan dengan aspek legal. Setelah itu, dilakukan pengikatan kredit/jaminan antara bank dan debitur. Kemudian bank akan mengadakan pencairan dana atau pembukaan fasilitas.
Page | 33
Permohonan Kredit
Layak diteruskan
Tidak
Pengumpulan Data Usaha & Peninjauan Jaminan
Analisis Kredit
Data kurang
Layak diteruskan
Tidak
Penyusunan Proposal Kredit Data kurang Disetujui
Tidak
Pengumpulan Data Pelengkap Data kurang Ada masalah hukum
Tidak dapat diselesaikan
Pengikatan Kredit & Pengikatan Jaminan
Administrasi Pinjaman
Pembukaan fasilitas dan atau Pencairan Dana
Gambar 2.8 Proses pengajuan kredit
Page | 34
T O L A K P E R M O H O N A N K R E D I T
2.2.2.2 Teknologi Bank X UKM online Dalam websitenya, Bank X menyediakan fasilitas Bank X UKM online. Bank X UKM online ini akan memberikan informasi kepada pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dan menjadi wadah komunikasi bagi para pengusaha dan pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan usaha kecil dan menengah. Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari Bank X UKM online adalah informasi bisnis UKM, asistensi pengelolaan bisnis dan simulasi kredit sederhana. Sistem real time on line Sampai pada kuartal I/2008, Kantor Pusat, seluruh Kantor Wilayah, Kantor Cabang, KCP serta lebih dari 2.500 Bank X Unit Mikro telah terhubung secara real time on line. SMS banking SMS banking adalah layanan baru dari Bank X untuk mobile banking yang diluncurkan pada akhir tahun 2006. Untuk tahap awal, Bank X bekerjasama dengan Telkomsel, operator selular terbesar di Indonesia. Layanan Bank X SMS banking menggunakan nomer 3300. Dengan layanan ini, akan memudahkan nasabah Bank X melakukan transaksi dimanapun dan kapanpun. Untuk meningkatkan kualitas layanan, dimasa mendatang Bank X akan melakukan kerjasama dengan operator selular lainnya. Core Banking System (CBS) Bank XNETS Core banking system yang merupakan integrasi dari layanan perbankan Bank X Sampai akhir tahun 2007, Bank XNETS telah mencapai versi baru yaitu 5.1.0. Beberapa fitur baru yang tercakup didalamnya adalah pembayaran kartu kredit (baik kartu kredit Bank X maupun kartu kredit bank lain), fitur untuk pembayaran telepon dan tagihan handphone melalui teller, fitur kerjasama dengan Pertamina, fitur untuk pembayaran uang kuliah beberapa universitas ternama di Indonesia, fitur yang berhubungan dengan sistem lain misalnya SAP dan Trade Financing System.
Page | 35
Gambar 2.9 CBS BANK XNETS
HelpDesk System Operasi harian di divisi IT Bank X tidak lebih dari masalah. Untuk mengurangi masalah tersebut maka Bank X mengembangkan HelpDesk System yang berintegrasi dengan infrastruktur, sistem aplikasi dan sumber daya manusia. Semua masalah dan solusinya akan dapat disampaikan melalui berbagai macam media komunikasi seperti telepon, email dan website. HelpDesk System akan menyediakan solusi pemecahan masalah dan menjadi ‘single point of contact’ untuk semua masalah IT yang dihadapi oleh karyawan Bank X di seluruh Indonesia. Regulatory Reporting Pada tahun 2006, Bank X mengembangkan data warehouse (DWH) untuk kepentingan laporan dan analisis data yang bertujuan untuk pengambilan keputusan dan operasional. Laporan regular seperti Debtors Information System (DIS), Montly General Bank Reports (GBR) dan General Bank Headquarter Report (GBHR) akan mengunduh data dari data warehouse (DWH). Begitu juga aplikasi risk management, business intelligence dan customer relationship management (CRM) akan mengunduh data dari DWH.
Page | 36
2.2.2.3 STP (Segmenting, Targeting, Positioning) Adanya proses Segmenting, Targeting, dan Positioning (STP) ini ditujukan agar bank dapat mengetahui target pasar dimana bank akan melakukan edukasi mengenai produk atau service (layanan) yang ditawarkan, serta mengetahui posisi perusahaan dibandingkan dengan kompetitor yang mengeluarkan produk atau service sejenis. Berikut ini adalah segmentasi, targeting dan positioning dari kredit Y Bank X: a. Segmentasi Segmentasi Kredit Y adalah sebagai berikut: • Demographic : usia, jenis kelamin, status perkawinan • Geographic : daerah tempat tinggal • Behavioral : jenis bidang usaha, tujuan penggunaan kredit, jangka waktu pinjaman, debitur lama atau baru b. Targeting Target market dari kredit Y adalah sebagai berikut: •
Semua pria atau wanita
•
Umur >21 tahun atau telah menikah
•
Tinggal di daerah pedesaan/kabupaten/kecamatan
•
Merupakan debitur lama atau debitur baru di Bank X
•
Lama usaha debitur <3 tahun sampai >16 tahun
•
Jenis bidang usaha debitur adalah usaha pertanian, perdagangan, industry pengolahan dan usaha jasa.
•
Debitur menggunakan kredit untuk modal kerja, investasi dan pengganti modal kerja.
•
Debitur yang menginginkan plafond dibawah Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)
c. Positioning Positioning kredit mikro kredit Y Bank X dapat dilihat melalui perbandingan antara plafond kredit, biaya administrasi dan lama proses pengajuan kredit Yang ditawarkan oleh bank-bank lainnya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Page | 37
Tabel 2.6 Perbandingan kredit mikro di bank Jenis kredit mikro
Kredit Y BANK X
plafond
lama proses
biaya
max 100juta
5 hari
tidak ada biaya administrasi dan provisi biaya adm
max 500juta
3 hari biaya appraisal biaya provisi
Tunas usaha
KPKM (kredit kepada usaha kecil&mikro)
KUM mandiri KUM mapan KUM kelompok KUM prima
max 500juta
< 10juta 10juta<50juta 50 juta 50-100juta
0-10jt = Rp.100.000,>10-25jt = Rp.150.000,>25-50jt = Rp.200.000,>50jt = Rp.250.000,Rp.300.000,1% dari max kredit
5 hari
biaya administrasi dan appraisal Rp 250.000,-
3 hari
tidak ada biaya administrasi dan provisi
Untuk lebih memperjelas positioning kredit Y di Bank X, maka hal tersebut digambarkan pada positioning map yang dapat dilihat pada gambar berikut:
High benefit BANK
Low price Page | 38
Low benefit
High price (plafond )
Gambar 2.10 Positioning Map Kredit Y BANK X Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa kredit Y memberikan plafond yang sama besar dengan kredit mikro Bank Mandiri, namun dengan jumlah Bank X unit yang lebih banyak daripada kantor cabang mandiri, maka akan memberikan kemudahan yang lebih besar untuk para debitur. Sedangkan kredit tunas usaha BNI dan KPKM (kredit kepada usaha kecil dan mikro) Danamon memberikan plafond kredit paling besar yaitu Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
2.2.3
SWOT
SWOT merupakan salah satu alat untuk melakukan analisis situasi internal. Analisis yang didasarkan pada kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (treat). Analisis ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh bank dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki secara internal. Diantaranya adalah :
Page | 39
Gambar 2.11 SWOT
2.2.4 Pengamanan kredit Pengamanan kredit bertujuan untuk menjamin dana yang disalurkan tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Langkah ini dilakukan sejak proses analisa sebelum pemberian kredit sampai dengan kredit lunas. Dengan demikian, tugas bank belum selesai saat perjanjian kredit ditandatangani. Pada dasarnya semua hal-hal yang disyaratkan sebelum dan sesudah kredit diberikan merupakan langkah pengamanan kredit. a. Pengamanan preventif Ali Nuridin pada buku Membangun Bank UMKM menyebutkan ada 5 konsep untuk menganalisa calon debitur, dikenal sebagai konsep 5’C Good Lending (2008 :27) 9 Character Character adalah keadaan watak/sifat dari debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana
Page | 40
itikad/kemauan debitur untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan. 9 Capital Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Semakin besar modal sendiri yang digunakan debitur, maka semakin tinggi tingkat kesungguhan calon debitur dalam menjalankan usahanya. 9 Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba/profit yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon debitur mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay). 9 Collateral Collateral adalah barang-barang yang diserahkan calon debitur sebagai agunan terhadap kredit Yang diterimanya. Sehingga risiko pemberian kredit dapat dikurangi sebagian atau seluruhnya dengan meminta collateral yang baik kepada calon debitur. 9 Condition of economy Condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, social, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinan akan mempengaruhi kelancaran usaha mikro calon debitur. Kondisi makro yang dapat mempengaruhi usaha debitur, antara lain adalah kebijakan pemerintah, perubahan nilai tukar rupiah dan inflasi. b. Pengamanan represif Tahapan ini dilakukan pada saat kredit telah sampai ke tahap tidak lancar/macet. Tujuan utama adalah mengupayakan pengembalian secara maksimal atau dengan kata lain berusaha untuk meminimalisir kerugian yang diderita bank.
Page | 41
2.2.5 Kolektibilitas kredit Indikator yang dapat menunjukkan tingkat kesehatan sebuah bank umumnya menggunakan indikator ‘kolektibilitas’ yaitu persentase yang menunjukkan perbandingan antara jumlah kredit lancar terhadap jumlah total kredit Yang disalurkan. Secara sederhana, rumus kolektibilitas dapat dijabarkan sebagai berikut :
kolektibilitas =
kredit lancar × 100% kredit lancar + kredit bermasalah
Semakin tinggi persentase kolektibilitas, maka sebuah bank dapat dinilai semakin sehat. Di dalam penilaian kolektibilitas ini, kualitas kredit dibagi menjadi 2 kriteria yaitu kredit lancar (performing loan) dan kredit bermasalah (non performing loan). Kredit lancar adalah kredit Yang masih termasuk ke dalam golongan Lancar (golongan I) dan Dalam Perhatian Khusus (DPK) atau golongan II. Sedangkan untuk kredit bermasalah terdiri dari golongan Kurang Lancar (golongan III), Diragukan (golongan IV) dan Macet (golongan V). Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Kredit Lancar
Lancar
Dalam perhatian khusus
Kolektibilitas
Kurang lancar
Kredit bermasalah
Diragukan
Macet
Gambar 2.12 Pembagian kolektibilitas kredit
Page | 42
2.2.6 Default
Ali Nuridin pada buku Membangun Bank UMKM mendefinisikan default sebagai “kemungkinan terjadinya gagal bayar. Default memiliki cakupan yang luas, secara terbatas default didefinisikan sebagai kegagalan bayar yang tidak memenuhi kriteria periode minimum yaitu 3 bulan setelah tanggal jatuh tempo angsuran “ (2008:123)
Definisi default penting untuk keperluan mengukur kemungkinan terjadinya gagal bayar (default). Risiko default diukur dari probabilitas terjadinya default selama periode waktu tertentu. Default tergantung pada keadaan kredit dari debitur. Keadaan kredit tergantung pada banyak faktor seperti : kondisi pasar, ukuran perusahaan, kemampuan bersaing, kualitas manajemen dan pemiliknya. Data statistik historis dari default dapat digunakan untuk mengukur probabilitas default. Data-data tersebut dapat diperoleh dari data internal bank, agen
pemeringkat, biro informasi kredit atau dari Bank Sentral. Dalam penelitian ini, default akan dikodekan dengan nilai 0 bila pinjaman tersebut lancar dan dikodekan 1 bila pinjamn tersebut gagal bayar atau macet.
2.2.7
Populasi dan sampel
Populasi adalah generalisasi atau keseluruhan wilayah yang merupakan unit analisa yang mempunyai jumlah dan karakteristik tertentu. Populasi tidak hanya orang tapi juga dapat berupa benda atau alam. Populasi yang menjadi sasaran dari proyek akhir ini adalah debitur kredit mikro kredit Y Bank X online yang berada di wilayah Indonesia. Sampai pada kuartal I/2008, Kantor Pusat, seluruh Kantor Wilayah, Kantor Cabang, KCP (Kantor Cabang Pembantu) serta lebih dari 2.500 bank X Unit Mikro telah terhubung secara real time on line. Sedangkan jumlah debitur kredit mikro kredit Y yang tercatat sampai bulan Desember 2007 adalah sebesar 6.023.330 juta debitur. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dipilih menggunakan metode tertentu. Teknik pengumpulan sampel yang diambil adalah Random Sample karena jumlah dari keseluruhan populasi diketahui sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak pada
Page | 43
responden. Semua pelanggan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun, 1989 :156). Proyek akhir ini menggunakan metode Slovin untuk menentukan jumlah kuesioner yang akan disebarkan (Umar, 2005 : 146). Persamaan dari metode Slovin untuk mencari jumlah sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut: n=
N (1 + N(e)2 )
Dimana n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = tingkat error Populasi yang menjadi sasaran dari proyek akhir ini adalah debitur kredit mikro kredit Y Bank X online yang berada di wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang didapat, jumlah debitur kredit mikro kredit Y Bank X online yang berada di wilayah Indonesia adalah sebanyak 6.023.330 orang. Kemudian setelah mendapatkan perkiraan jumlah debitur maka dilakukan perhitungan jumlah sampel
yang
diperlukan
dengan
menggunakan
rumus
Slovin.
Dengan
menggunakan estimasi tingkat error 1,5 %, maka jumlah sampel yang diperlukan adalah: = (6.023.330) / (1 + 6.023.330(1,5%)2) = 5899 debitur ~ 5900 orang debitur Sehingga untuk penelitian proyek akhir ini, menurut metode Slovin dibutuhkan paling sedikit sampel yang berjumlah 5900 debitur. Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang reliable, maka dibutuhkan jumlah yang seimbang antara jumlah sampel debitur PL dan debitur NPL. Oleh karena itu, jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 5900 yang terdiri dari 2950 debitur PL (kolektibilitas I dan II) dan 2950 debitur NPL (kolektibilitas III,IV dan V).
2.2.8
Uji statistik
Uji statistik non parametric chi-square
Prosedur pengujian menggunakan statistic non parametric chi-square digunakan untuk menguji keselarasan yang dilakukan untuk memeriksa
Page | 44
ketergantungan dan homogenitas. Uji chi-square ini digunakan untuk menguji apakah frekuensi data yang diamati dari suatu variabel kategorik (categorical variable) sesuai (fit) dengan frekuensi harapan (expected frequencies). Hipotesis
untuk uji chi-square selalu berbentuk uji hipotesis dua sisi (two sided atau two tailed) dengan hipotesis : Ho : Tidak terdapat hubungan antara risiko default dan variabel ke-n H1 : Terdapat hubungan antara risiko default dan variabel ke-n Berdasarkan tabel chi-square, akan dapat ditentukan nilai probabilitas yang ditunjukkan pada kolom asymp.sig (two sided). Jika probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima. Namun jika probabilitasnya < 0,05 maka H1 ditolak. Hal ini berarti jika probabilitasnya < 0,05, maka kesimpulannya terdapat hubungan antara risiko default dan variabel ke-n
Uji korelasi peringkat Spearman
Koefisien korelasi peringkat Spearman (Speraman’s rank correlation) digunakan untuk mengukur hubungan antara dua variabel dimana kedua variabel berbentuk peringkat (rank) atau kedua variabel berskala ordinal. Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat hubungan antara peringkat risiko default dan variabel ke-n H1 : Terdapat hubungan antara peringkat risiko default dan variabel ke-n Berdasarkan tabel korelasi spearman, akan dapat ditentukan nilai probabilitas yang ditunjukkan pada kolom asymp.sig (two sided). Jika probabilitasnya > 0,01, maka Ho diterima. Namun jika probabilitasnya < 0,01 maka H1 ditolak. Hal ini berarti jika probabilitasnya < 0,01, maka kesimpulannya terdapat hubungan antara peringkat risiko default dan variabel ke-n
2.2.9 Uji Proporsi dengan jumlah sampel yang berbeda
Page | 45
Untuk melihat apakah antara atribut satu dan atribut yang lain terdapat perbedaan proporsi maka digunakan uji proporsi dengan jumlah sampel yang berbeda. Berikut ini adalah hipotesis uji proporsi : Ho : p1 = p2 H1 : p1 > p2 Dimana : p1 = proporsi sampel 1 p2 = proporsi sampel 2 Sedangkan rumus uji proporsi adalah sebagai berikut :
p1 =
x1 n1
p2 =
x2 n2
pc =
x1 + x 2 n1 + n 2
z hitung =
p1 − p 2
p c (1 − p c ) p c (1 − p c ) + n1 n2
Dimana : x1 = jumlah kredit macet yang diamati di sampel1 x2 = jumlah kredit macet yang diamati di sampel 2 n1 = jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2 Uji proporsi ini menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%, sehingga nilai α adalah 0,05. Berdasarkan tabel Z, maka didapat bahwa bila Z hitung < 1,65 maka hipotesis Ho diterima yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara proporsi sampel 1 dengan proporsi sample 2. Sedangkan bila Z hitung > 1,65 maka hipotesis Ho ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti bahwa proporsi sampel 1 lebih besar daripada proporsi sampel 2.
Page | 46