BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. Conceptual Framework Dalam Projek Akhir ini, dasar pemikiran awal yang terbentuk mengacu kepada kinerja dari PT. Trimitra Sejati Pratama. Faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja PT. Trimitra Sejati Pratama ditentukan kemudian dijelaskan satu per satu sehingga terbentuklah peta pemikiran konseptual seperti gambar di bawah ini :
Low Financial condition
Incompetence human resources
PT.Trimitra Sejati Pratama Low organization performance
Low innovation & unreliable internal process
Principal relationship
Government law and organization
Lack of technology
Integrated Performance Measurement System
Gambar 2.1 Peta Pemikiran Konseptual
17
2.2. Analisis Situasi Bisnis
2.2.1. Analisis Lingkungan Makro PT. Trimitra Sejati Pratama sebagai salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang penyedian alat–alat perminyakan dalam menjalankan bisnisnya dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan makro seperti kondisi dan situasi politik, regulasi pemerintah, ekonomi, sosial, perkembangan teknologi dan tuntutan kepuasan pelanggan. Faktor–faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena itu setiap aspek harus dilihat dampak kekuatan dan kelemahannya sekaligus dilihat pula peluang dibalik dari ancaman yang ada.
2.2.1.1. Analisis Lingkungan Politik dan Regulasi Politik dalam negeri yang masih belum jelas dan susah diprediksi sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dunia usaha, termasuk untuk industri penyediaan alat–alat perminyakan. Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 : “ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat “, maka hak untuk mengelola industri perminyakan jatuh ke tangan pemerintah. Pada tahun 1960, Dewan Perwakilan Rakyat mengeluarkan kebijaksanaan yang menyatakan bahwa penambangan minyak dan gas bumi hanya boleh dilaksanakan oleh Negara melalui perusahaan Negara. Sedangkan pihak asing yang terlibat di dalamnya hanya berdasarkan kepada kontrak saja. Untuk mengkonsolidasi industri perminyakan dan gas, manajemen, eksplorasi pemasaran dan distribusi desarahkan kepada pihak Pertamina. Industri migas Indonesia memasuki era baru sejak diundangkannya Undang– Undang No.22 Tahun 2001 mengenai kegiatan industri minyak dan gas bumi di Indonesia.
Berdasarkan
Undang–Undang
tersebut
pengawasan
terhadap
pelaksanaan kontrak kerja sama kegiatan usaha hulu yang sebelumnya ditangani oleh Pertamina beralih kepada Badan Pelaksana (BP) Migas. Fungsi BP Migas adalah melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu agar pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik Negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan maksimal bagi Negara untuk sebesar–besarnya kemakmuran rakyat. Untuk bergerak dalam industri perminyakan dalam hal pengadaan barang 18
dan jasa PT. Trimitra Sejati Pratama harus mengikuti peraturan–peraturan yang ditetapkan dalam Pedoman Tata Kerja No. 007/PTK/VI/2004 yang merupakan petunjuk pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan kontraktor Kontrak Kerja Sama (kontraktor KKS) BP Migas. Adanya peraturan mengenai Pedoman Tata Kerja tersebut sedikit banyak membuat ruang gerak bagi PT. Trimitra Sejati Pratama menjadi terbatas. Keterbatasan tersebut antara lain terdapat pada dua hal, yaitu untuk jenis barang dan dalam hal permodalan. Dalam hal jenis barang, PT. Trimitra Sejati Pratama hanya bisa menyediakan 4 jenis barang, yaitu alat/peralatan/suku cadang pemboran dan paking, alat/peralatan/suku cadang dan mesin–mesin, kelengkapan mesin dan instrumentasinya dan penyediaan katup, sambungan dan paking. Hal ini membuat ruang lingkup PT. Trimitra Sejati Pratama terbatas karena pada dasarnya ruang lingkup usaha bisnis perminyakan sangatlah banyak. Kemudian dalam hal permodalan, pada bisnis perminyakan permodalan dibagi menjadi dua, yaitu Bukan Usaha Kecil (BUK) dan Usaha Kecil. Hal ini menyebabkan PT. Trimitra Sejati Pratama yang selama ini termasuk dalam Permodalan Bukan Usaha Kecil (BUK) harus membuka anak perusahaan yang dapat ikut serta dalam Permodalan Usaha Kecil, karena jika sudah termasuk dalam permodalan Bukan Usaha Kecil PT. Trimitra Sejati Pratama tidak dapat ikut serta dalam permodalan Usaha Kecil. Hal ini disebabkan karena kontrak kedua permodalan tersebut berbeda. Untuk usaha kecil nilai kontraknya < Rp 400 juta. Sedangkan Bukan Usaha Kecil memiliki nilai kontrak > Rp 400 juta. Perbedaan nilai kontrak itulah yang menyebabkan PT. Trimitra Sejati Pratama membuka anak perusahaan.
2.2.1.2. Analisis Lingkungan Ekonomi Makro Penerimaan yang rendah sangat dirasakan oleh pihak PT. Trimitra Sejati Pratama, hal ini disebabkan karena pembayaran tagihan yang telat dari pelanggan dan masih belum seimbangnya antara penawaran yang masuk dengan yang bisa ditawarkan oleh PT. Trimitra Sejati Pratama dan yang akan menjadi purchasing order dari pelanggan. Sedangkan pengeluaran dari PT. Trimitra Sejati Pratama tetap tinggi akibat dari tingginya biaya operasi, pembayaran pengembalian pinjaman kepada perbankan yang menyokong dana proyek ditambah dengan bagi hasilnya, inefisiensi manajemen dan beban–beban
19
keuangan lainnya. Hal ini menyebabkan buruknya kinerja dari PT. Trimitra Sejati Pratama. Dengan membaiknya kondisi perekonimian di Indonesia ada beberapa indikator perekonomian yang bisa meringankan beban dari PT. Trimitra Sejati Pratama, antara lain terjadinya penurunan suku bunga SBI dan penurunan suku bunga pinjaman. Hal ini akan meringankan beban perusahaan dalam pengembalian pinjaman kepada perbankan yang menjadi penyokong dana proyek PT. Trimitra Sejati Pratama. Selain itu pengaruh dari globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia melalui kesepakatan yang akan direalisasikan di kawasan regional asia pasifik seperti WTO, APEC dan AFTA akan menjadikan kawasan ini menjadi pasar bebas untuk segala jenis bisnis. Indonesia yang berada di kawasan tersebut akan ikut mengalami persaingan usaha yang ketat. Sehingga PT. Trimitra Sejati Pratama harus lebih kompetitif dan memiliki keunggulan bersaing.
2.2.1.3. Analisis Lingkungan Sosial Populasi penduduk Indonesia yang besar dan pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan minyak dan gas. Peningkatan kebutuhan tersebut menjadikan peluang yang optimis untuk bisnis penyedia alat–alat
perminyakan
yang
sangat
dibutuhkan
oleh
industri–industri
perminyakan dalam mengolah dan mencari sumber–sumber minyak dan gas yang baru. Peningkatan laju industri dan peningkatan perekonomian masyarakat juga berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi minyak dan gas. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi PT. Trimitra Sejati Pratama sebagai penyedia alat–alat perminyakan bagi industri–industri perminyakan mengingat sumber minyak dan gas yang berada di Indonesia saat ini mengalami persaingan yang ketat antara pemakaian industri maupun domestik. Selain itu, masih kurang optimalnya pengelolaan lapangan–lapangan yang sudah ada dan masih rendahnya penemuan akan cadangan–cadangan minyak yang baru dapat menghambat produksi minyak dan gas.
20
2.2.1.4. Analisis Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penyediaan peralatan perminyakan bagi industri–industri perminyakan memberikan pengaruh terhadap efisiensi dan kemudahan dalam pengolahan minyak dan gas. Peralatan perminyakan yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan yang disediakan oleh PT. Trimitra Sejati Pratama memungkinkan industri–industri perminyakan dapat meningkatkan pengolahan sumber–sumber minyak dan gas yang sudah ada maupun yang masih baru. Selain itu, kemajuan teknologi informasi juga menuntut PT. Trimitra Sejati Pratama untuk mengadaptasi teknologi dalam pelayanan seperti keakuratan data pelanggan maupun principal, kemudahan pembayaran baik dari pelanggan maupun pembayaran kepada principal dan keakuratan data tagihan.
2.2.2. Analisis SWOT Perusahaan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dilakukan pada semua aspek dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. Analisis ini dilakukan dalam rangka mengidentifikasi faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan yang akan menjadi bagian yang sangat penting dari suatu proses perencanaan strategis. Faktor internal perusahaan dapat diklasifikasikan dalam strength/kekuatan dan weakness/kelemahan, sedangkan faktor eksternal perusahaan diklasifikasikan dalam opportunity/kesempatan dan threat/ancaman. SWOT analisis memberikan informasi yang akan menyatukan sumber daya perusahaan dengan kapasitas sehingga mampu menciptakan lingkungan bisnis yang kompetitif dalam pengoperasiannya. Analisis SWOT pada PT. Trimitra Sejati Pratama adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Analisis SWOT PT. Trimitra Sejati Pratama Strength Memiliki pemimpin yang berpengalaman, berkompeten dan networking yang luas
Weakness Product knowledge dari sales yang masih rendah sehingga sales tidak bisa menjelaskan kepada principal maupun pelanggan sehingga menyebabkan market yang tidak terarah Hubungan yang baik dengan Pergerakan sales yang kurang agresif principal yang sudah ada Kurangnya jumlah principal yang mendukung PT. Trimitra sesuai dengan requirement dari pelanggan Kurangnya jumlah principal yang dapat memberikan harga yang kompetitif 21
Kondisi keuangan perusahaan yang masih lemah Tidak berjalannya pendistribusian wewenang Opportunity Threat Ditemukannya ladang - ladang Regulasi - regulasi pemerintah minyak dan gas yang baru Sumur - sumur lama yang Kondisi perekonomian nasional, stabilitas politik dan masih bisa dieksplorasi keamanan Umur spare part dari Kurangnya dukungan pemerintah terhadap bisnis equipment usaha menengah Mensupply ke bidang - bidang usaha yang lain (industri tambang,general industri dan petro chemical) 2.3.Akar Masalah Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, beberapa masalah berhasil diidentifikasikan. Sebagai salah satu langkah awal penyelesaian, perlu dilakukan eksplorasi yang mendalam agar masalah–masalah tersebut dapat diselesaikan. Dari hasil wawancara langsung kepada salah satu pemilik perusahaan dan beberapa staf PT.Trimitra Sejati Pratama diperoleh beberapa masalah yang menjadi sorotan dalam hal peningkatan kinerja dari perusahaan. Masalah–masalah tersebut adalah (a) Jumlah tenaga penjual yang masih kurang (b) Kompetensi tenaga penjual yang masih rendah (c) Penetrasi tenaga penjual terhadap pelanggan maupun principal yang masih kurang (d) Sumber pendanaan yang masih kurang (hanya berasal dari satu perbankan saja) (e) Masih kurangnya dukungan dari principal (f) Pembayaran yang telat dari pelanggan. Masalah–masalah yang disebut di atas saling berkaitan satu dengan lainnya. Dari jumlah tenaga penjual yang masih kurang dan masih rendahnya kompetensi dari para tenaga penjual menyebabkan penetrasi tenaga penjual dalam melakukan pendekatan kepada pelanggan dan principal yang sudah ada maupun yang baru menjadi terasa amat sulit. Dapat dilihat pada tabel pelanggan, PT. Trimitra Sejati Pratama memiliki kurang lebih 120 perusahaan pelanggan tetapi yang baru dikuasai hanya 38 perusahaan pelanggan. Hal ini masih jauh dari harapan, dimana pemilik perusahaan mengharapkan dapat menguasai 80% perusahaan pelanggan yang ada. Hal ini juga disebabkan masih sedikitnya principal yang mendukung PT. Trimitra Sejati Pratama. Dari aspek keuangan masalah yang dihadapi adalah hanya ada dua
22
sumber pendanaan, yaitu pribadi dan perbankan. Sumber yang berasal dari salah satu perbankan hanya bisa diperoleh dalam pendanaan penyediaan barang. Sedangkan untuk operasional perusahaan masih mengalami kesulitan karena hanya berasal dari sumber keuangan pribadi. Diharapkan untuk kegiatan operasional perusahaan bisa mendapatkan suntikan dari tagihan para pelanggan, namun masih sulit karena beberapa pelanggan masih sering telat dalam melakukan pembayaran. Timbulnya persaingan usaha yang semakin ketat serta munculnya tuntutan akan pemenuhan kepuasan setiap stakeholder perlu disikapi PT. Trimitra Sejati Pratama dengan membuat suatu sistem manajemen kinerja agar memiliki keunggulan bersaing sehingga PT. Trimitra Sejati Pratama mampu bertahan, terus tumbuh dan berkembang di masa depan. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah untuk Proyek Akhir ini adalah bagaimana merancang sistem manajemen kinerja PT. Trimitra Sejati Pratama yang dapat menghasilkan rencana stratejik yang seimbang, terukur dan responsif untuk menghadapi kondisi di masa mendatang dengan semakin banyaknya tuntutan kepuasan dari setiap stakeholder di tengah kondisi bisnis dan perekonomian yang tidak menentu.
23
Order yg tidak sesuai dengan servis perusahaan
Lost Sales
Kemampuan memenuhi order kecil
Late payment dr klien
Tidak terlaksananya sistem target
Sales tidak bisa memantain customer
Non competitive price Ketidak pahaman sales akan produk yg dijual
Non competitive principal
Sales blm mengetahui hrs mencari barang ke principal mana
Reqruitment tidak berdasarkan kompetensi
Dana operasi yg masih kecil
Tidak adanya sistem punishment
Sales tidak bisa mencari prinsipal baru
Incompetence sales
Kesalahan sistem penagihan invoice
Bank hanya sebagai support payment penyediaan barang
Margin yg diambil terlampau kecil Tidak tegasnya top management
Belum adanya bank penyokong dana
Belum ada relation yang bagus
Low competitive advantage
Pengeluaran yg besar di pos-pos yg tidak perlu
Pembagian beban kerja yang masih belum baik
Ketergantung an terhadap satu figur
Low bargaining power
Operating expanse terlampau besar
Keterbatasan jenis barang yg ditawarkan
Inefficient working behaviour
Perusahaan keluarga
Rendahnya komitmen dari klien
Gambar 2.2 CRT PT. Trimitra Sejati Pratama
24
Regulasi dari BP Migas