BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Technology Acceptance Model (TAM) Beberapa model penelitian telah dilakukan untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, salah satunya adalah Technology Acceptance Model (TAM). TAM dikembangkan dari teori psikologis yang menjelaskan tentang perilaku pengguna komputer yang berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship). Tujuan model ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor dari perilaku pengguna terhadap penerimaan penggunaan teknologi. Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variable, yaitu: •
Kemudahan penggunaan (ease of use)
•
Kemanfaatan (usefulness)
Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek perilaku pengguna yang menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam penggunaan teknologi tersebut. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan teknologi dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). Persepsi kemudahan penggunaan memiliki efek kausal pada kegunaan yang dirasakan. Desain fitur langsung mempengaruhi manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan. Karena fitur desain jatuh ke dalam kategori variabel eksternal dalam paradigma Fishbein, mereka tidak berteori untuk memiliki efek langsung terhadap sikap atau perilaku, bukan mempengaruhi variabel-variabel ini hanya langsung melalui manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan.
7
8
Gambar 2.1 Technology Acceptance Model
Sumber: (Davis, 1985) Technology Acceptance Model yang diusulkan ditunjukkan pada Gambar 2.1, dengan panah mewakili hubungan kausal. Sistem alternatif yang diwakili menggunakan satu set biner "fitur desain" variabel. Menurut model, sikap keseluruhan pengguna potensial terhadap menggunakan sistem yang diberikan diduga menjadi penentu utama apakah dia benar-benar menggunakannya.
2.2 E-Ticketing (Lee & Wan, 2010) E-ticketing atau electronic ticketing adalah bentuk inovasi teknologi dalam bidang e-commerce dimana proses penjualan dari aktifitas perjalanan pelanggan dapat diproses tanpa harus mengeluarkan paper ticket. Semua informasi mengenai electronic ticketing disimpan secara digital dalam sistem computer. Eticketing dapat mengurangi biaya proses tiket, menghilangkan fomulir kertas dan meningkatkan fleksibilitas penumpang.
9
E-ticketing menyediakan berbagai manfaat diantaranya: •
Biaya simpanan – mengurangi biaya yang terkait dengan pencetakan dan mailing tiket ke pembeli.
•
Buruh simpanan – mengurangi tenaga kerja yang terkait dengan pencetakan dan mailing.
•
Keamanan – E-ticket aman dari kemungkinan untuk menduplikasi tiket.
•
Pengiriman yang instant – pengiriman tiket biasanya akan segera dikirimkan setelah proses pembelian selesai dilakukan.
•
Prosedur yang mudah – memudahkan penggunanya dalam proses transaksi yang akan dilakukan.
2.3 Perceived Usefulness (David, 1989) dan (Adams, Nelson, & Todd, 1992) mendefinisikan persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) merupakan tingkatan kepercayaan seseorang terhadap penggunaan suatu subyek tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi orang yang menggunakannya. (Chin & Todd, 1995), kemanfaatan dapat terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Usefulness dengan estimasi satu faktor, yang meliputi dimensi: •
Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)
•
Bermanfaat (Usefull)
•
Menambah produktivitas (Increase Productivity)
•
Mempertinggi efektivitas (enhance effectiveness)
•
Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
2. Usefulness dengan estimasi dua faktor, yang meliputi dimensi: o Kemanfaatan: •
Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)
•
Bermanfaat (Usefull)
•
Menambah produktivitas (Increase Productivity)
10
o Efektifitas: •
Mempertinggi efektivitas (enhance effectiveness)
•
Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
Berikut adalah indikator perceived usefulness menurut (Lee & Wan, 2010): •
Menggunakan e-ticket mempersingkat waktu saya dalam masalah ticketing
•
Menggunakan e-ticket memudahkan saya dalam pembelian ticket
•
E-ticket berguna bagi perjalanan saya
2.4 Perceived Ease Of Use (David, 1989) mendefinisikan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) merupakan suatu tingkatan kepercayaan seseorang bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Menurut (Adams, Nelson, & Todd, 1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih mudah dipahami, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah untuk digunakan. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan komputer tergantung pada tingkat kepercayaan seseorang bahwa komputer tersebut dapat dengan mudah dipahami dan sistem yang digunakan dapat dengan mudah dipahami, dioperasikan dan digunakan. (Lee & Wan, 2010) menjelaskan beberapa indikator perceived ease of use antara lain meliputi: Teknologi informasi sangat mudah dipelajari Mudah terampil dalam penggunaan teknologi informasi Teknologi informasi sangat mudah untuk dioperasikan
2.5 Kepercayaan (Trust) Trust merupakan pondasi dari suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih yang akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai. Kepercayaan (trust) ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun
11
mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Trust telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan (Yousafzai, Pallister, & Foxall, 2003). Kepercayaan dibutuhkan oleh pengguna teknologi informasi dalam rangka menigkatkan kinerja individu dalam melakukan kegiatan organisasi atau perusahaan. Kepercayaan juga membantu pengguna untuk mengurangi kompleksitas sosial dalam menghadapi kemungkinan yang tidak diinginkan. (Mayer, Davis, & Schoorman, 1995) menjelaskan bahwa kepercayaan tidak akan diperlukan jika tindakan bisa dilakukan dengan pasti dan tidak ada risiko . Faktor kepercayaan (trust) menjadi hal yang sangat penting bagi transaksi yang melibatkan teknologi. Konsep kepercayaan ini berarti bahwa pengguna percaya terhadap keandalan teknologi ini dapat memberikan keamanan bagi pengguna. Keamanan berarti bahwa pengguna teknologi tersebut aman, resiko hilangnya data atau informasi sangat kecil, dan resiko pencurian rendah. Menurut (Mayer, Davis, & Schoorman, 1995), faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap yang lain ada tiga yaitu kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity). Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: •
Kemampuan (Ability) Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi dalam mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah yang spesifik. Dalam hal ini, bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan transaksi dari gangguan pihak lain. Artinya bahwa konsumen memperoleh jaminan kepuasan dan keamanan dari penjual dalam melakukan transaksi.
•
Kebaikan hati (Benevolence) Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. Profit yang diperoleh penjual dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan konsumen juga tinggi. Penjual bukan semata-mata mengejar profit maksimum semata, melainkan juga memiliki perhatian yang besar dalam mewujudkan kepuasan konsumen.
12
•
Integritas (Integrity) Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk yang dijual apakah dapat dipercaya atau tidak.
Adapun indikator trust menurut (Lee & Wan, 2010), adalah sebagai berikut: •
Percaya bahwa e-ticketing dapat bekerja dengan baik
•
Percaya akan validitas e-ticketing
2.6 Norma Subyektif (Subjective Norm) Norma subyektif adalah persepsi seseorang atau asumsi tentang harapan orang lain dari perilaku tertentu yang akan atau tidak akan dilakukan. Norma subyektif juga dipengaruhi oleh keyakinan. Namun keduanya berbeda. Norma subjektif dapat dipengaruhi dari normative belief seseorang tentang bagaimana significant others berpikir atau mengharapkan seseorang melakukan sesuatu atau tidak melakukannya sama sekali. Jika seorang individu memiliki keyakinan yang kuat bahwa adanya acuan penting bagi mereka untuk melakukan/tidak melakukan suatu perilaku. Semakin individu termotivasi untuk mengikuti acuan tersebut, semakin kuat norma subyektif akan mengakibatkan kinerja atau tidak melakukan perilaku tertentu (Fishbein & Guinan, 1996). Orang-orang mendapatkan tekanan normatif yang membentuk norma subyektif dari rekan-rekan mereka, atasan (Venkatesh & Morris, 2000), orang tua, anggota keluarga lain, dan teman dekat (Ajzen, 1991) Berikut merupakan indikator subjective norm menurut (Lee & Wan, 2010): •
Perilaku teman-teman disekitar akan mempengaruhi dalam penerimaan dalam penggunaan teknologi informasi
•
Orang-orang yang sudah berpengalaman dalam menggunakan teknologi informasi dapat mempengaruhi dalam penerimaan penggunaan teknologi informasi
13
•
Perilaku orang lain dapat mempengaruhi penerimaan dalam penggunaan teknologi informasi
2.7 Keakraban (Familiarity) Dalam literatur (Bhattacherjee, 2002), familiarity mengacu pada memaham perilaku orang lain berdasarkan interaksi atau pengalaman sebelumnya. Dengan asumsi bahwa pengalaman sebelumnya dapat memberikan keuntungan dan membatu untuk mengembangkan kepercayaan. Tanpa familiarity, kepercayaan (trust) tidak dapat sampai pada suatu perilaku tertentu. Familiarity dalam penggunaan e-ticketing dapat membantu keterampilan pengguna, mengurangi kesalahan dan mempercepat proses transaksi. Indikator familiarity menurut (Lee & Wan, 2010) adalah sebagai berikut: •
E-ticketing sudah sangat familiar
•
Prosedur pembelian e-ticket sudah familiar
2.8 Minat Untuk Menggunakan (Intention to Use) Minat untuk menggunakan (intention to use) dapat didefinisikan sebagai bentuk keinginan pengguna untuk menggunakan atau menggunakan kembali suatu obyek tertentu. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang cenderung untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan (Kusumah, 2009). Niat adalah didefinisikan sebagai “kekuatan perilaku yang secara sadar untuk melakukan sesuatu yang telah ditargetkan” (Keil, Beranek, & Konsynski, 1995). Niat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu faktor pribadi dan faktor pengaruh sosial. Kedua faktor tersebut berpengaruh positif terhadap niat perilaku individu yang secara positif menyebabkan suatu perilaku. Perilaku merupakan tindakan aktual individu akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Ajzen, 1991) Adapun indikator dari intention to use menurut (Lee & Wan, 2010) adalah sebagai berikut: •
Compatibility – yaitu tingkat dimana pengguna mempersepsikan bahwa inovasi pada suatu subyek tertentu sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan potensial.
14
•
Ease of use – yaitu tingkatan dimana pengguna mempersepsikan bahwa penggunaan atau pengoperasian suatu subyek tertentu adalah mudah
2.9 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didukung oleh berbagai kajian empiris yang didapatkan dari penelitian terdahulu yang dapat membantu dalam membuat landasan pikir. Berikut adalah merupakan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pembanding dan landasan dalam penelitian ini:
Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu Metodologi Peneliti
Variabel
Penelitian Jenis
Unit Analisis
Metode
Penelitian (Lee &
Perceived Ease of Use, Perceived
Wan, 2010)
Usefulness, Trust Ability, Familiarity,
Para wisatawan Kuantitatif
SEM
travel yang
Subjective Norm, Intention to Use E-
menggunakan e-
ticketing
ticketing
(Hu et al.,
Perceived Usefulness, Perceived Ease
1999)
of Use, Intention to Use
Kuantitatif
SEM
Para dokter di rumah sakit Hong Kong
(Agarwal
Individual differences, Perceived
& Prasad,
Usefulness, Ease Of Use, Attitude,
1999)
Behavioral Intention
Kuantitatif
SEM
Para pengguna inovasi IT
15
2.10. KERANGKA PIKIR
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian H1
H2 Perceived Ease of Use
Perceived Usefulness
Intention to Use E-Ticketing
H5
H3
H4 Trust Ability
H8
H7 H6 Familiairity
Subjective Norm
Sumber : (Lee & Wan, 2010) Menurut pelinitian yang dilakukan oleh (Lee & Wan, 2010), perceived usefulness merupakan tingkatan kepercayaan seseorang terhadap penggunaan suatu subyek tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi orang yang menggunakannya dalam hal ini subyek yang di maksudkan adalah niat dalam menggunakan e-ticketing pada TransJakarta, maka hipotesis pertama yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H1: Perceived usefulness berpengaruh secara positif terhadap intention to use eticketing
Perceived ease of use menurut penelitian (Lee & Wan, 2010) merupakan persepsi kemudahan kemudahan penggunaan yang mengacu pada upaya kognitif yang diperlukan untuk belajar dan memanfaatkan teknologi baru. Jika prosedur yang dibutuhkan untuk membeli e-ticket sederhana, mudah digunakan, dan tidak memerlukan banyak keterampilan, maka akan dianggap memberikan banyak kegunaan. Maka hipotesis kedua yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H2: Perceived ease of use berpengaruh secara positif terhadap perceived usefulness
16
Menurut penelitian yang dilakukan (Lee & Wan, 2010), pengguna dapat percaya terhadap kemudahan penggunaan kemampuan e-ticketing jika pengguna memahami proses penggunaan e-ticketing dengan benar dan e-ticketing tersebut memberikan manfaat untuk mengurangi beban kognitif bagi para pengguna dan memiliki kemampuan untuk bekerja secara efektif. Maka hipotesis ketiga yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H3: Perceived ease of use berpengaruh secara positif terhadap trust in ability
Dalam penelitian (Lee & Wan, 2010), norma subyektif adalah persepsi seseorang atau asumsi tentang harapan orang lain dari perilaku tertentu yang akan atau tidak akan dilakukan dan secara positif berhubungan dengan niat, yang berarti bahwa jika ada acuan bagi para pengguna untuk menggunakan e-ticketing maka mereka akan ‘berpikir’ bahwa mereka akan menggunakan e-ticketing. Sehingga hipotesis keempat yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H4: Subjective norm berpengaruh secara positif terhadap intention to use e-ticekting
Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada penelitian yang dilakukan oleh (Lee & Wan, 2010), trust berarti percaya terhadap kemampuan teknologi yang efektif dan mampu memberikan kegunaan bagi para penggunanya. Kepercayaan pada e-ticketing menunjukkan bahwa pengguna percaya bahwa e-ticketing tersebut valid dan berguna. Sehingga hipotesis kelima yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H5: Trust in ability berpengaruh secara positif terhadap perceived usefulness
Familiarity berarti mengacu pada memahami perilaku orang lain berdasarkan interaksi atau pengalaman sebelumnya (Lee & Wan, 2010). Dengan asumsi bahwa pengalaman tersebut dapat mengembangkan kepercayaan. Dengan melihat adanya pengalaman dari mereka yang telah menggunakan e-ticketing yang menguntungkan, maka mereka yang baru akan menggunakan e-ticketing tersebut memiliki kepercayaan bahwa e-ticketing akan bekerja dengan baik dan memberikan mereka keuntungan. Oleh
17
karena itu, hipotesis keenam yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H6: Familiarity berpengaruh secara positif terhadap trust in ability
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Lee & Wan, 2010) menemukan bahwa wisatawan yang akrab dengan e-ticketing dan prosedutnya akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang cara kerja e-ticketing tersebut dan akan merasa lebih mudah untuk digunakan. Hal ini juga akan terjadi secara serupa kepada para pengguna e-ticketing Transjakarta. Oleh karena itu, familiarity terhadap penggunaan eticketing dapat membantu penggunanya untuk lebih mudah menggunakan e-ticketing tersebut. Maka, hipotesis ketujuh yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H7: Familiarity berpengaruh secara positif terhadap perceived ease of use
Pada penelitian (Lee & Wan, 2010) menemukan bila wisatawan tidak familiar dengan penggunaan e-ticketing maka mereka cenderung bergantung pada orang lain untuk menginformasikan niiat mereka untuk menggunakan e-ticketing tersebut. Biasanya mereka akan memperhatikan perilaku dari orang-orang terdekat mereka yang telah menggunakan e-ticketing terlebih dahulu. Hal ini berarti bahwa perilaku orangorang terdekat akan mempengaruhi perilaku pengguna dalam penggunaan e-ticketing tersebut. Oleh sebab itu, hipotesis kedelapan yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H8: Interaksi familiarity dan subjective norm berpengaruh secara positif terhadap intention to use e-ticketing