7
BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dampak Dampak adalah pengaruh, dikutip
dari
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
online(http://kbbi.web.id/component/option,com_glossary/Itemid,32/func,view/catid,13/term ,pengaruh) didapatkan arti bahwa pengaruh adalah kb.daya yang ada dari sesuatu (orang, benda dsb) yang ikut membentuk kepercayaan, watak atau perbuatan seseorang.
2.1.2 Budaya Dikutip dari Wikipedia Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)., Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut
Edward
B.Tylor
dikutip
dari
(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.),
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski dikutip dari (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.), mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
8
Berdasarkan pendapat Herskovits dikutip dari (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.), memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut
Andreas
Eppink
dikutip
dari
(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.),
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainlain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.1.3 Individulisme Berdasarkan pendapat Walgito (2003, p21)
manusia dikatakan sebagai makluk
individual jika manusia mempunyai hubungan dengan dirinya - sendiri dan adanya dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri. Serta dalam tindakan – tindakannya manusia individual lebih menjurus kepada kepentingan pribadi. Menurut Suryabrata (1983, p162) orang individual mempunyai jiwa yang bertipe
introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subyekif, yaitu dunia didalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam : pikiran, perasaan, serta tindakan – tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang
9
baik: jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinya sendiri baik. Bahaya tipe jiwa introvers ini ialah kalau jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia obyektifnya. Berdasarkan
pendapat
Hofstede
(1991,
p.51)
”Individualisme
menyinggung
masyarakat dimana ikatan antar individu tidak erat; semua orang diharapkan untuk mengurus dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Sebaliknya sosialisme menyinggung masyarakat dimana orang dari lahir bersatu dengan kuat. Bersatu dalam kelompok, dimana semua orang selamanya secara terus menerus saling melindungi dengan loyalitas yang tidak perlu ditanyakan.
2.1.4 Sosialisme Berdasarkan pendapat Walgito (2003, p21) manusia dikatakan sebagai makluk sosial jika manusia mempunyai hubungan manusia dengan sekitarnya dan adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada masyarakat. Serta dalam tindakan – tindakannya manusia sosialis lebih menjurus kepada kepentingan –kepentingan masyarakat. Menurut Suryabrata (1983, p162) Orang sosialis mempunyai jiwa bertipe ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia diluar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar: pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupaun lingkungan non-sosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya: hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar. Bahaya bagi tipe ekstravers ini ialah apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam dalam dunia obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.
10
2.1.5 Demografi Wikipedia Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Demografi), Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti membatasi dua variabel tingkatan demografi individu yaitu : umur dan jenis kelamin. Karena peneliti akan melihat apakah umur dan jenis kelamin individu memengaruhi loyalitas terhadap merek, juga ingin membuktikan jurnal ”An International Investigation of Cultural and Demographic Effects on Domestic Retail
Loyalty”. Yang diteliti oleh Robert D. Straughan dan Nancy D. Albers-Miller, di mana variabel demografi yang digunakan adalah umur dan jenis kelamin.
2.1.6 Umur Dikutip dari Wikipedia Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Umur), Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Berdasarkan pendapat Papalia (2004, p12) perkembangan umur memengaruhi perkembangan fisik, perkembangan kesadaran dan perkembangan sosialis dan individualis. Dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
11
TABEL 2.1 UMUR DAN PERKEMBANGAN Perkembangan Fisik Perkembangan Kesadaran
Periode Umur Periode Sebelum Melahirkan (masa kehamilan)
-
-
-
-
-
Masa Kecil dan Masa Pertumbuhan (Kelahiran sampai umur 3 tahun)
-
-
-
Gambaran muncul. Dukungan genetik berpengaruh dengan pengaruh lingkungan dari awal. Struktur dasar tubuh dan organ terbentuk. Dorongan perkembangan otak awal. Perkembangan fisik adalah yang tercepat dalam masa hidup. Sifat mudah terluka oleh pengaruh lingkungan cukup besar. Semua indera dan sistem tubuh berjalan pada saat kelahiran dengan berbagai macam tingkatan. Otak bertumbuh menjadi kompleks dan sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan fisik dari kemampuan motorik sangat cepat.
Kemampuan untuk belajar dan mengingat, dan merespon sensor stimulus berkembang.
-
-
-
Kemampuan untuk belajar dan mengingat mulai ada, meskipun pada minggu-minggu awal. Menggunakan simbol dan kemampuan untuk memecahkan masalah berkembang pada akhir tahun ke dua Pemahaman dan penggunaan bahasa berkembang sangat cepat.
Perkembangan Sosialis dan Individualis Janin menanggapi suara ibu dan menjadi menyukainya.
-
-
-
-
Cinta kepada orang tua dan lainnya. Tingkat kesadaran diri berkembang. Perubahan dari ketergantungan menjadi mandiri muncul. Ketertarikan pada anak yang lain muncul.
12
Masa Kanak-kanak Awal ( 3 sampai 6 tahun)
-
-
-
Pertumbuhan tetap: penampilan menjadi lebih ramping dan proporsional seperti orang dewasa. Nafsu makan berkurang dan masalah tidur biasanya terjadi Kemampuan tangan muncul: bagus dan kemampuan motorik yang mencolok dan kekuatan meningkat.
-
-
-
-
-
Berpikir sedikit egosentris tetapi pandangan pengertian terhadap orang lain tumbuh. Kesadaran yang tidak dewasa mengarahkan kepada suatu ide yang tidak logis tentang dunia. Kemampuan mengingat dan bahasa membaik. Kepintaran menjadi lebih dapat diramalkan Mulai masuk taman kanakkanak
-
-
-
-
-
-
Masa Kanak-kanak Pertengahan ( 6 sampai 11 tahun)
-
-
Pertumbuhan melambat Kekuatan dan kemampuan atletik meningkat Penyakit pernafasan biasa menyerang, tetapi kesehatan secara keseluruhan lebih baik dari semua masa waktu yang lain.
-
-
-
-
Egosentris berkurang. Anak mulai berpikir untuk berpikir logis tetapi konkret Kemampuan mengingat dan bahasa meningkat. Kesadaran tumbuh akan keuntungan ke sekolah formal Beberapa anak menunujukkan kebutuhan dan kekuatan pendidikan khusus.
-
-
-
Konsep diri dan pengertian emosi berkembang, kepercayaan diri membesar Mandiri, insisiatif, control diri, dan kehatihatian meningkat. Identitas jenis kelamin berkembang. Bermain menjadi lebih imajinatif, lebih teliti, dan lebih sosial. Altruisme (sifat mementingkan kepentingan orang lain), agresif, dan rasa takut mulai muncul. Keluarga masih menjadi fokus kehidupansosial, tapi anak lain menjadi Penting. konsep diri menjadi lebih kompleks, memengaruhi kepercayaan diri. Tanggung jawab berangsurangsur berpindah dari orang tua ke anak. Teman-teman dianggap menjadi kepentingan utama.
13
Masa Remaja (11sampai 20 tahun)
-
-
Masa Dewasa Awal (20 sampai 40tahun)
-
-
Fisik dan yang lain bertumbuh dengan sangat cepat dan besar Reproduksi dewasa muncul. Resiko kesehatan terbesar berasal dari masalah perilaku, seperti masalah makan dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
-
kondisi fisik berada pada puncaknya, lalu menurun sedikit demi sedikit. Pilihan gaya hidup memengaruhi kesehatan
-
-
-
-
kemampuan berpikir abstrak dan menggunakan pendekatan ilmiah berkembang. Cara berpikir yang belum dewasa tetap ada dalam beberapa perilaku dan kebiasaan. Pendidikan berfokus pada persiapan untuk masuk ke kampus atau kerja.
-
Kemampuan kesadaran dan moral diasumsikan lebih kompleks. Menentukan pilihan pendidikan dan karir.
-
-
-
-
-
Mencari identitas, termasuk identitas seksual, menjadi inti. Hubungan dengan orangtua biasanya baik. Kelompok teman membantu mengembangkan dan menguji konsep diri, tapi juga dapat menggunakan pengaruh antisosial.
karakter kepribadian dan gaya menjadi lebih tetap, tetapi perubahan pada kepribadian dapat memengaruhi tingkatan dan kejadian hidup. Keputusan dibuat tentang hubungan yang mendalam dan gaya hidup pribadi Sebagian orang menikah dan kebanyakan menjadi orang tua.
14
Masa Dewasa Pertengahan (40 sampai 65tahun)
-
-
Kemunduran kemampuan sensorik, kesehatan, stamina, dan kekuatan berkembang. Wanita mulai menopouse
-
-
-
Masa Dewasa Akhir (65 tahun dan seterusnya)
-
-
Kebanyakan orang sehat dan aktif, meskipun kesehatan dan kemampuan fisik menurun. Waktu reaksi yang lambat memengaruhi beberapa aspek fungsi.
-
-
Kebanyakan kemampuan mental dasar mencapai puncak; keahlian dan penggunaan kemampuan memecahkan masalah tinggi. Kreatifitas mungkin menurun tetapi kualitas meningkat. Untuk beberapa orang, sukses pada karir dan kekuatan puncak pendapatan; untuk beberapa pensiun atau pergantian karir muncul. Kebanyakan orang waspada terhadap kesehatan. Meskipun kepintaran dan ingatan memburuk di beberapa bagian, kebanyakan orang menemukan jalan untuk menggantinya.
-
-
-
-
-
-
-
Sumber: Human Development, International edition (2004, p12)
Pencarian identitas terus berlanjut dan berkembang; stres pada pertengahan umur dapat muncul. Tanggung jawab ganda untuk merawat anak dan orang tua baru dapat menimbulkan stres. Anak mulai meninggalkan rumah, rumah menjadi kosong.
Pensiun dari pekerjaan, mungkin mempunyai pilihan baru untuk mengisi waktu. Orang perlu menguasai kehilangan pribadi dan kematian yang akan datang. Hubungan dengan keluarga dan teman dekat dapat menjadi dukungan yang penting. Mencari arti hidup menjadi bagian yang penting.
15
2.1.7 Jenis Kelamin Dalam penelitian ini peneliti melakukan kategori dasar yaitu jenis kelamin. Guna untuk dapat menilai kepribadian wanita dan pria. Berdasarkan pendapat O’Sears (1992, p194) keyakinan tentang sifat kepribadian wanita dan pria disebut stereotip jemis kelamin. TABEL 2.2 STEREOTIP JENIS KELAMIN YANG LAZIM LEBIH KHAS UNTUK PRIA
LEBIH KHAS UNTUK WANITA
Agresif
Lemah lembut
Mandiri
Bijaksana
Tidak emosional
Cerewet
Objektif
Religius
Dominan
Peka terhadap perasaan orang lain
Menyukai matematika dan
Rapi
ilmu pengetahuan alam Aktif
Tertarik pada penampilan diri
Suka bersaing
Pendiam
Logis
Mengungkapkan perasaan yang lembut
Keduniawian
Menyukai seni dan kesusastraan
Percaya diri
Mudah menangis
Bertindak sebagai pemimpin
Tergantung
Senang bertualang
Tidak menyukai kata-kata kasar
Ambisius
Kebutuhan akan rasa aman besar
Sumber : Dikutip dari Rosenkrantz, Vogel, bee, Broverman, dan Brovermann (1968, p291)
16
Berdasarkan pendapat O’Sears (1992, p212) juga menyimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin terjadi dalam 4 hal yaitu : 1. Wanita memperoleh nilai lebih tinggi daripada pria dalam kemampuan verbal seperti membaca dan kosa kata. 2. Pria mendapat nilai lebih tinggi daripada wanita dalam kemampuan matematika. 3. Pria mendapat nilai lebih tinggi daripada wanita dalam kemampuan visual-spasial. 4. Pria lebih agresif daripada wanita. Berdasarkan jurnal ”An International Investigation of Cultural and Demographic
Effects on Domestic Retail Loyalty”. Yang diteliti oleh Robert D. Straughan dan Nancy D. Albers-Miller yang mengatakan bahwa jenis kelamin pria mempunyai loyalitas yang lebih kuat daripada wanita.
2.1.8 Pengertian Merek Menurut UU Merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur - unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa, dikutip dari Tjiptono (2005, p2). Durianto (2004, p1) mendefinisikan “Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol desain, ataupun kombinasi yang mendefinisikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Menurut Kotler (2002, p60) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Berdasarkan
pendapat
Rangkuti
(2004,
p37)
menyimpulkan
bahwa
merek
mempunyai dua unsur, yaitu brand name yang terdiri huruf-huruf atau kata-kata yang dapat
17
terbaca, serta brand mark yang berbentuk simbol, desain berguna untuk membedakan satu produk dari produk pesaingnya juga berguna untuk mempermudah konsumen untuk mengenali dan mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak dibeli. Dengan demikian merek harus meliputi beberapa hal sebagai berikut: •
Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut.
•
Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.
•
Nama merek harus mudah dibedakan, artinya harus spesifik dan khas.
•
Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum.
2.1.9 Manfaat Merek Menurut Kotler (2002, p464) bahwa merek dapat memberikan beberapa manfaat bagi penjual yaitu: a. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri masalah. b. Nama merek dan tanda merek penjualan memberikan perlindungan hukum atau ciriciri produk yang unik. c. Merek memberikan kesempatan kepada penjual untuk menarik pelanggan yang setia dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberikan penjual perlindungan dari persaingan serta pengendalian yang lebih besar dalam perencanaan program pemasarannya. d. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar. e. Merek
yang
kuat
membantu
membangun
citra
perusahaan,
memudahkan
perusahaan meluncurkan merek-merek baru yang mudah diterima oleh para distributor dan pelanggan.
18
Berdasarkan pendapat Tjiptono (2005, p21) mengemukakan manfaat-manfaat merek bagi konsumen, yaitu: a. Kemudahan dalam mengidentifikasikan produk yang dibutuhkan atau dicari oleh konsumen dan dapat memberikan makna bagi produk. b. Penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas. c. Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan di tempat berbeda. d. Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi. e. Kepuasan terkait dengan daya tarik merek logo dan komunikasinya.
2.1.10 Loyalitas Merek Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu pengukuran secara langsung bagaimana konsumen tetap loyal kepada suatu merek. Durianto (2004, p19). Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain.
19
Commited Buyer Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer
Switcher/Price Buyer
GAMBAR 2.1 PIRAMIDA BRAND LOYALTY
Sumber: Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2004, p130) Dalam kaitannya dengan loyalitas merek, terdapat beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan brand loyalty tersebut menurut Durianto (2004, p19) adalah: 1. Pembeli yang berpindah-pindah (Switcher/Price Buyer) Adalah tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal. Pada tingkatan ini, merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling jelas dalam kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek tersebut dan karena harganya murah.
20
2. Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual Buyer) Adalah pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan tersebut membutuhkan usaha, biaya, atau berbagai pengorbanan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa mereka membeli suatu merek karena alasan kebiasaan. 3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied Buyer) Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, namun dapat saja berpindah merek dengan menanggung biaya peralihan (Switching Cost) seperti waktu, biaya, resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik minat pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya. (Switching Cost Loyalty). 4. Pembeli yang menyukai merek (Liking the Brand). Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek itu sebelumnya, baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh persepsi kualitas yang tinggi. 5. Pembeli yang berkomitmen (Commited Buyer) Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsi maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa
21
sebenarnya mereka. Ciri yang tampak dari kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasi/ mempromosikan merek yang ia gunakan kepada orang lain.
Dari piramida loyalitas (gambar 2.1) tersebut terlihat bahwa bagi merek yang belum memiliki ekuitas merek yang kuat, porsi terbesar dari konsumennya berada pada tingkat
switcher, yaitu pembeli yang suka berpindah-pindah merek. Selanjutnya, porsi terbesar kedua ditempati oleh konsumen yang berada pada taraf habitual buyer dan seterusnya, hingga porsi terkecil ditempati oleh commited buyer. Meskipun demikian, bagi merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat, tingkatan dalam loyalitas mereknya diharapkan membentuk segitiga terbalik. Artinya, semakin ke atas semakin melebar sehingga diperoleh jumlah commited buyer yang lebih besar daripada switcher, seperti tampak pada gambar 2.2 berikut:
Commited Buyer
Liking the Brand
Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher /Price Buyer
GAMBAR 2.2 PIRAMIDA BRAND LOYALTY TERBALIK
Sumber: Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2004, p130)
22
2.1.11 Fungsi Loyalitas Merek Menurut Durianto (2004, p22) dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat menjadi aset strategis bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa potensi yang dapat diberikan oleh brand loyalty kepada perusahaan: a. Mengurangi biaya pemasaran (Reduced Marketing Cost) Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih mudah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka yang membeli suatu produk karena harganya murah. b. Meningkatkan perdagangan (Trade Leverage) Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini. c. Menarik minat pelanggan baru (Attracting New Customer) Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka pada merek tertentu
akan
menimbulkan
perasaan
yakin
bagi
calon
pelanggan
untuk
mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang mereka lakukan mengandung resiko tinggi. Disamping itu, pelanggan yang puas umumnya akan merekomendasi merek tersebut kepada orang yang dekat dengannya sehingga akan menarik pelanggan baru.
23
d. Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing (Provide Time to Respond to
Competitive Threats). Brand Loyalty akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu kepada perusahaan tersebut untuk memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya.
2.1.12 Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi selama beberapa tahun terakhir. Berikut ini beberapa
definisi
strategi menurut pendapat beberapa ahli : Menurut Tjiptono (2005, p3) dalam bukunya istilah strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratos = militer, dan ag = pemimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini relevan dengan situasi jaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin satu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Rangkuti (2004, p3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, progam tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Menurut Chandler (2003, p4) strategi adalah determinasi tujuan dan sasaran jangka panjang dari sebuah perusahaan, serta jalur tindakan dan alokasi sumber daya yang perlu untuk mencapai tujuan.
24
Adapun menurut David (2004, p15) strategi adalah cara untuk mencapai tujuantujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint
venture . Dan strategi bisnis juga bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga memengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi juga mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan. Dari definisi definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing dalam melaksanakan kegiatan pokok perusahaan untuk mancapai sasaran dan tujuan tertentu.
2.1.13 Tipe – Tipe Strategi Berdasarkan pendapat Rangkuti (2004, p7) tipe – tipe strategi
pada prinsipnya
strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi yaitu : 1. Strategi Manajemen Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. 2. Strategi Investasi Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi, misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha
mengadakan
penetrasi
pasar,
strategi
bertahan,
strategi
25
pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya. 3. Strategi Bisnis Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi
organisasi, dan
strategi-strategi yang
berhubungan
dengan
keuangan.
2.1.14 Konsep Strategi Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut menurut Rangkuti (2004, p5) adalah sebagai berikut : a. Distinctive Competence Tindakan yang dilakukan perusahaan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Distinctive Competence menjelaskan kemampuan spesifik suatu organisasi. Dalam suatu organisasi meliputi : 1. Keahlian tenaga kerja. 2. Kemampuan sumber daya.
Dua faktor tersebut menyebakan perusahaan ini dapat lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Keahlian sumber daya manusia yang tinggi muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih efektif dibandingkan dengan produk pesaingnya. Misalnya dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik disbandingkan dengan produk pesaing, dengan cara memahami secara detail
26
keinginan konsumen, serta membuat program pemasaran yang lebih baik daripada program pesaing. b. Competitive Advantage Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar. Ada tiga strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yaitu : 1. Keunggulan biaya 2. Diferensiasi 3. Fokus.
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai / kualitas produk yang sama. Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai oleh perusahaan tersebut karena dia memanfaatkan
skala
ekonomis,
efisiensi
produksi,
penggunaan
teknologi,
kemudahan akses dengan bahan baku dan sebagainya. Misalnya banyak perusahaan di Negara maju memindahkan industrinya ke Negara lain seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, China dan Thailand agar memperoleh bahan baku yang lebih murah dan lebih baik.
Perusahaan dapat juga melakukan strategi diferensiasi dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu dan konsumenya. Misalnya persepsi terhadap keunggulan kinerja produk, inovasi produk, pelayanan yang lebih baik, dan brand image yang lebih unggul. Selain itu, strategi fokus juga dapat ditetapkan untuk memperoleh keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi pasar dan sasaran yang diharapkan.
27
2.1.15 Bisnis Pengertian bisnis menurut pendapat Dani (2002, p13) landasan utama dalam kaidah bisnis yaitu bahwa menjalankan usaha. Bisnis adalah melakukan kegiatan menyediakan satu atau beberapa macam produk dan menjualnya kepada pemakai atau calon pemakai dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Menurut Umar H (2002, p3) bisnis merupakan seluruh kegiatan yang di organisasikan oleh orang–orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.
2.1.16 Strategi Bisnis Startegi ini menyangkut cara yang ditetapkan untuk mencapai sasaran yang spesifik menurut usaha (bisnis) tertentu yang dijalankan oleh perusahaan. Oleh karena jalannya suatu usaha (bisnis) sangat tergantung dari produk yang dijalankan objek bisnis, maka strategi bisnis umumnya menyangkut produk dan sering juga disebut “strategi produk”. Menurut Indrajit (2001, p50), strategi bisnis merupakan strategi yang harus dijadikan landasan berpikir utama dalam pembuatan strategi teknologi informasi karena dalam strategi tersebut disebutkan visi dan misi perusahaan beserta target kinerja masingmasing fungsi pada struktur organisasi. Dalam strategi bisnis ditegaskan peranan teknologi informasi yang sesuai dengan strategi perusahaan, sehingga filosofi yang digunakan dalam pengembangan strategi teknologi informasi harus sesuai dengan strategi bisnis tersebut. Sedangkan menurut Thompson (2001, P60), strategi bisnis adalah berbagai tindakan dan pendekatan yang disusun oleh pihak manajemen untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan dalam kegiatan bisnis yang mereka tekuni.
28
Strategi bisnis yang utama dalam perusahaan adalah bagaimana membangun dan memperbaiki posisi perusahaan dalam persaingan bisnis jangka panjang, adapun lima prinsip yang harus dipenuhi antara lain: a. Memberikan jawaban atau reaksi atas perubahan yang sedang terjadi dalam bidang industri, perekonomian, politik, hukum, dsb. b. Berisikan langkah-langkah dan pendekatan untuk menghadapi persaingan. c. Menciptakan kemampuan dan kesanggupan bersaing yang berkualitas. d. Menyatukan inisiatif strategi dari tiap departemen fungsional. e. Menempatkan strategi utama kegiatan operasional perusahaan.
Strategi bisnis yang baik dan tepat adalah strategi bisnis yang mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan baik internal maupun eksternal, artinya bila terjadi perubahan yang signifikan terhadap perusahaan maka ada strategi khusus untuk menghadapinya. Berdasarkan pengertian strategi dan pengertian bisnis di atas maka kami menyimpulkan bahwa strategi bisnis adalah rencana jangka panjang untuk mencapai keunggulan bersaing dalam kaitannya dengan kegiatan yang di organisir dalam bidang perniagaan.
2.1.17 Manfaat Segmentasi Pasar Alasan – alasan bagi perusahaan dalam mengadakan segmentasi pasar, menurut Basu Swastha (1984, p66) adalah : 1. Pasar bersifat dinamis, tidak statis ini berarti bahwa dalam pasar terdapat perubahan terus menerus tentang sikap , siklus kehidupan, kondisi keluarga , pendapatan , pola geografis dan sebagainya.
29
2. Pasar untuk suatu produk berubah sesuai dengan siklus kehidupan produk tersebut , dari tahap pengenalan sampai tahap penurunan.
Agar dapat memasarkan dengan baik, setiap produk dan jasa harus ditujukan pada satu dan hanya satu target pasar. Kalau perusahaan ingin menjangkau seluruh pasar, maka perusahaan harus juga harus mengembangkan lebih dari satu produk atau jasa. Jangan sekali – kali mencoba menjangkau seluruh masyarakat dengan hanya mengandalkan satu produk saja. Menurut Basu Swastha (1984, p67), ada 3 alasan utama mengapa segmentasi pasar dan pemilihan target pasar sangat vital : 1. Heterogenitas pasar Masyarakat di negara mana saja, selalu bersifat heterogen. Ada yang kaya, sedang dan kurang. Ada pula golongan pria dan wanita, kelompok berusia tua dan muda. Maka kita harus memiliki gambaran yang jelas yaitu ‘need dan want ’ konsumen yang mana ? Sebab setiap kelompok yang disebutkan di atas, pasti mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda. 2. Menentukan potensi sales dan profit Kesalahan memilih target pasar akan menghambat tercapainya sales secara maksimal. Misalnya dalam memasarkan pasta gigi kita memilih target pasar, golongan yang concerned dengan kerusakan gigi. Padahal ternyata mayoritas masyarakat kita menginginkan gigi putih, maka strategi pertama tadi tidak akan pernah menghasilkan sales maksimal. 3. Menentukan intensitas pesaing Selain itu kesalahan memilih target pasar juga bisa fatal, karena persaingan yang terlalu sengit di segmentasi tersebut.
30
2.1.18 Analisis Persaingan: Model 5 Kekuatan Porter Menurut David, Fred R(2004, P144), pendekatan Porter atau yang sering disebut dengan analisis persaingan model lima kekuatan Porter merupakan pendekatan yang banyak dipakai untuk mengembangkan strategi oleh banyak industri. Intensitas persaingan antarperusahaan sangat beragam di berbagai industri. Intensitas persaingan paling tinggi adalah dalam industri dengan laba terkecil. Menurut Porter, sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan sebagai berikut:
Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Perseteruan diantara Perusahaan yang Saling Bersaing
Kekuatan Tawar-Menawar Konsumen
Potensi Masuknya Pesaing Baru
GAMBAR 2.3 MODEL PERSAINGAN PORTER
Sumber Gambar: David, Fred R. (2004, p145)
31
Keterangan gambar: 1. Perseteruan di antara perusahaan yang bersaing Kekuatan ini paling berpengaruh dibandingkan empat kekuatan lainnya. Strategi yang dijalankan oleh satu perusahaan dapat berhasil hanya jika strategi itu memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan strategi di sebuah perusahaan dapat diimbangi serangan balasan seperti menurunkan harga, meningkatkan mutu, menambah fitur, menyediakan pelayanan, memperpanjang garansi, meningkatkan iklan. 2. Potensi masuknya pesaing baru Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah ke industri tertentu, sudah pasti intensitas persaingan di antara perusahaan meningkat. Pendatang (pesaing) baru ini bisa saja merupakan perusahaan baru maupun perusahaan lama yang memperluas bidang usahanya. Ancaman ini pada umumnya lebih mudah diatasi daripada dengan perusahaan yang sudah lama menjadi pesaing, karena meskipun perusahaan baru itu memiliki dana yang kuat tetapi dari segi pemasaran biasanya mereka tertinggal. 3. Kekuatan tawar pemasok Kekuatan tawar pemasok memengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, terutama ketika jumlah pemasok banyak, ketika hanya ada sedikit bahan baku pengganti yang baik, atau ketika biaya mengganti bahan baku amat tinggi. Seringkali demi kepentingan bersama, pemasok dan produsen saling membantu dengan memberikan harga yang terjangkau, mutu lebih baik, pengembangan pelayanan
baru,
penyerahan
barang
tepat
waktu,
dan
mengurangi biaya
inventarisasi, sehingga meningkatkan kemampuan meraih laba jangka panjang bagi semua pihak yang terkait.
32
4. Kekuatan tawar pembeli Ketika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah banyak, kekuatan tawarnya merupakan kekuatan utama yang memengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan tawar konsumen juga lebih besar ketika produk yang dibeli bersifat standar atau tidak berbeda. 5. Potensi pengembangan produk pengganti Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen produk pengganti. Adanya produk pengganti membuat batasan harga maksimal, sebelum konsumen pindah ke produk pengganti tersebut. Ancaman dan tekanan persaingan akibat adanya produk pengganti semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif murah dan biaya konsumen beralih ke produk pun rendah. Kekuatan kompetitif produk pengganti paling mudah diukur dari seberapa besar pangsa pasar yang direbutnya dan rencana perusahaan produk pengganti tersebut untuk meningkatkan kapasitas serta penetrasi pasar.
33
2.2 Kerangka Pemikiran
PT.K-LINK NUSANTARA
MEMBER/ANGGOTA K-LINK
ANALISIS BUDAYA DAN DEMOGRAFI MEMBER K-LINK
PENGOLAHAN DATA ANALISIS
PENGAMBILAN SOLUSI UNTUK STRATEGI BISNIS YANG BARU
34
2.3 Hipotesis Berdasarkan dugaan diatas, maka dapat dibuat hipotesis. Hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho 1 : Bahwa umur tidak memengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek .
. .
k-Link.
Ha 1 : Bahwa umur memengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek K-Link.
Ho 2 : Bahwa jenis kelamin tidak memengaruhi loyalitas konsumen terhadap . .
.
.
K-Link.
Ho 3 : Bahwa budaya tidak memengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek .
.
merek K-Link.
Ha 2 : Bahwa jenis kelamin memengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek .
. .
K-Link.
Ha 3 : Bahwa budaya memengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek K-Link.
Keterangan : Ho
: hipotesis nol
Ha
: hipotesis alternatif
. .
.