79
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS Neneng Siti Hasanah (4420401-049) Aktivitas Humas Dalam Membangun Image Positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya xiii + 57Lampiran+ 75Halaman Bibliografi : 21 buku (Th 1984 – Th 2005)
ABSTRAKSI Untuk dapat menerapkan kegiatan komunikasi agar dapat bersaing dan menunjukkan eksistensinya, sebuah instansi atau lembaga harus dapat melakukan aktivitas komunikasi. Dalam hal ini peran Public Relations sangat diperlukan karena Public Relations berfungsi menumbuhkan hubungan baik antar segenap komponen pada suatu lembaga dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan partisipasi yang bertujuan untuk membina dan mngembangkan hubungan yang harmonis antar badan swasta atau perusahaan dengan publiknya melalui suatu proses komunikasi guna membangun citra perusahaan yang positif. Aktivitas Public Relations Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dipilih oleh penulis karena Polda Metro Jaya merupakan aparat negara sebagai mitra masyarakat, bangsa dan negara. Yang terus berusaha memaksimalkan tugas untuk dapat melindungi, melayani, mengayomi, dan makin dengan masyarakat melalui berbagai aktivitas yang dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian adalah ingin mengetahui aktivitas Public Relations Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Media apa saja yang digunakan Public Relations Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dan hambatan atau kendala apa saja yang dihadapi Public Relation Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif (study kasus) dan teknik analisa data triangulasi. Data yang digunakan adalah data primer dari hasil wawancara kepada nara sumber dan dapat sekundernya didapat dari data Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya yang sudah terdokumentasi yaitu thema/isi kegiatan, kapan, dimana, siapa yang di undang untuk press release, dan lain – lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan, menyimpulkan bahwa Aktivitas Public Relations Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam membangun image perusahaan sebagai instansi pemerintah sudah cukup baik dan efektif dilakukan selama tahun 2007. Hal itu ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa aktivitas yang telah dilakukan Public Relations Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya yaitu dengan melakukan press tour, press conference, perayaan isra mi’raj, perayaan maulid nabi Muhammad SAW, simulasi Penanggulangan Gawat Darurat (PGD) dan publikasi serta media relations sangat membantu perusahaan dalam membangun citra persuhaan sebagai pelindung, pelayan, dan pengayom masyarakat.
79
80
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatulohi wabarokatuh Alhamdulilah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah atas berkat rahmat-Nya skripsi ini bisa tersusun. Dengan judul “Aktivitas Humas Dalam Membangun Image Positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya”. Sebelumnya penulis mohon maaf atas segala kekurangan baik mengenai isi maupun cara penyajiannya. Namun penulis sudah berusaha untuk menyajikan dengan sebaik-baiknya skripsi ini. Penulis mengucapakan banayak terima kasih kepada: 1. Yang terhormat Ibu Dra.Diah Wardhani M.Si, selaku pembimbing skripsi I sekaligus selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 2. Yang terhormat Bapak Amir, SS, M.Si, selaku pembimbing skripsi II. Terima kasih atas segala masukan bapak untuk skripsi saya ini 3. Yang terhormat Bapak Dr. Ir. H. Suharyadi, MS, selaku Rektor Universitas Mercu Buana. 4. Yang terhormat Ibu Marhaeni, F.K, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Bidang Studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 5. Bpk. KBP Drs I Ketut Untung Yoga Ana, SH.MM, Sebagai Kepala Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya, terima kasih telah mengizinkan Penulis untuk skripsi di instansi bapak. 6. Bpk. AKBP Drs. Eddy Ihwanto.M.si, selaku Pembimbing magang Polda Metro Jaya, terima kasih atas bimbingannya dan penjelasan yang lebih mendalam mengenai Bidang Humas Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
80
81 7. Ibu AKP.Dra. Yulia Hutasuhut selaku pemberi nasihat dan masukan mengenai . Terima kasih banyak yah bu buat semuanya. 8. Untuk kedua orang tua tercinta. Papa yang selalu setia mengantar ke kantor setiap pagi dan Mama yang senantiasa menyiapkan segala keperluanku. Tak lupa untuk adikku “Dede”, aku ucapkan atas dukungan , do’a daan kasih sayang yang kalian berikan. 9. Untuk keluarga besarku yang ada di Sumatera Utara maupun yang di Jawa Timur serta yang ada di Chayoe Bezzar. Terima kasih atas segala dukungannya. 10. Untuk sahabat-sahabatku yang mulai dari awal semester 1 bahkan hingga saat ini kalian tetap sahabatku. Terima Kasih buat Nia, Noni, Indah, Yayah dan semua anak Humas Especially for aka 2004. Mudah-mudahan kita bisa lulus bareng yah. 11. Untuk teman-temanku Yayang, Egha and Rina. Thanks friend you always help me when I need you. Although I know you new but I sure you became my friendly forever. 12. Untuk sahabat-sahabat ku yang ada di Universitas Bunda Mulia, Budhi, Rudi, Santi, and Don2. Thanks yah kalian memang benar-benar sahabatku yang selalu membantu ku baik dalam suka maupun duka especially for BUDHI. Tanpa kalian semua mungkin aku ga akan bisa seperti ini. 13. Untuk Agus Salim, Deny Firmansyah, Firdaus, Syaiful Anwar and Syafrudin yang ada di Polres Jakarta Barat. Thanks buat tebengannya selama neng mencari data di Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya, berkat dorongan dari you semua so neng bisa menulis skripsi ini.
81
82 14. Untuk Putra yang bertugas di Polres Bandung, makacih banget yah udah support neng dari jauh and juga sudah mau dengerin curhat neng. Plus sudah bantu cariin referensi untuk nulis skripsi juga. Kamsiah yah. . . 15. Untuk Ibu Wayan, Ibu Yuni, dan bu Nurdjanah. Terima kasih sudah mau bantu aku untuk melengkapi skripsiku. Terima kasih yah bu sudah mau dengan sabar membimbingku. 16. Untuk Ibu Asmani, Ibu Santi dan Ibu Rukmini. Teriam kasih yach bu sudah bantu aku untuk membantu buat cari data-data skripsi ini. 17. Untuk Ibu Wury, Ibu Darni, Mba Vita, Pa Mingun, Pa Parno, Pa Rojak, Pa Jono, Pa Roni, Pa Diono, Pa Harun, Bang Irawan, Bang Puji, Bang Dicky, Bang Muslim, Bang Yani dan Bang Marwan. Terima kasih banyak untuk semuanya. 18. Untuk Firdaus Sagala dan Kurniawan. Thanks yach sudah mau jadi temanku and thanks banget buat segala petuah-petuah yang kalian berikan untukku. Wabilahitopik walhidayah, Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Jakarta, 2008
Penulis
82
75
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI............................................................i LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI............................................................ii LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI....................................................iii ABSTRAKSI.....................................................................................................................iv KATA PENGANTAR.......................................................................................................v DAFTAR ISI...................................................................................................................viii KADO CINTA................................................................................................................xii TAMPOMAS..................................................................................................................xiii
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1 1.2 Rumusan Permasalahan...................................................................................9 1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................9 1.4 Signifikasi Penelitian.......................................................................................9 1.4.1 Signifikasi Akademis..........................................................................9 1.4.2 Signifikasi Praktis.............................................................................10
Bab II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Komunikasi..................................................................................11 2.2 Pengertian Humas dan Fungsi Humas...........................................................12
75
76 2.2.1 Pengertian Public Relations..............................................................12 2.2.2 Peran dan Tugas Public Relations.....................................................14 2.2.2.1 Teknisi Komunikasi (Technician Communications).................15 2.2.2.2 Penentu Ahli (Expert Prescriber Communications)..................15 2.2.2.3 Fasilitator Komunikasi (Communications Facilitator)..............15 2.2.2.4 Fasilitator Pemecahan masalah (Problem Solving Facilitator).16 2.2.3 Aktivitas Humas................................................................................18 2.3 Citra................................................................................................................20 2.3.1 Definisi Citra.....................................................................................20 2.3.2 Jenis-jenis Citra.................................................................................21 2.3.3 Manfaat Citra....................................................................................24 2.3.4 Kaitan Antara PR dengan Citra……………………………………25 2.4 Media Relations............................................................................................25 2.5 Proses Public Relations………………………………………………….....28 Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian...............................................................................................30 3.2 Metode Peneltian...........................................................................................31 3.3 Periode Penelitian..........................................................................................31 3.4Teknik Pengumpulan Data.............................................................................31 3.3.1 Data Primer.......................................................................................31 3.3.2 Data Sekunder...................................................................................32 3.4 Nara Sumber / Key Informan........................................................................32 3.5 Definisi Konsep.............................................................................................33
76
77 3.6 Fokus Peneltian.............................................................................................34 3.7 Teknik Analisa Data......................................................................................34 Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gamabaran Umum Tempat Penelitian.............................................................36 4.1.1 Sejarah Singkat Polda Metropolitan Jakarta Raya............................36 4.1.2 Sejarah Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya................37 4.1.3 Tugas, Fungsi, dan Tujuan Bidang Humas Polda Metro Jaya..........37 4.1.4 Visi, Misi, dan Tujuan Bidang Humas Polda Metro Jaya.................38 4.1.4.1 Visi Bidang Humas Polda Metro Jaya...............................38 4.1.4.2 Misi Bidang Humas Polda Metro Jaya..............................38 4.1.4.3 Tujuan Bidang Humas Polda Metro Jaya..........................39 4.1.5 Kedudukan Bidang Humas Polda Metro Jaya..................................40 4.1.6 Cangkupan Kegiatan Bidang Humas Polda Metro Jaya...................41 4.1.7 Struktur Organisasi Polda Metro Jaya..............................................44 4.1.7.1 Struktur Organisasi Bidang Humas Polda Metro Jaya......45 4.1.7.2 Sarana dan Prasarana Bidang Humas Polda Metro Jaya...49 4.1.8 Sumber Daya Manusia Bidang Humas Polda Metro Jaya................50 4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan....................................................................53 4.2.1 Aktivitas Humas Bidang Humas Polda Metro Jaya ........................53 4.2.2 Media Yang Digunakan Humas Polda Metro Jaya...........................62 4.2.3 Hambatan dan Kendala yang dihadapi Humas Polda Metro Jaya....64 4.3 Hasil Pembahasan............................................................................................70 Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
77
78 5.1 Kesimpulan.....................................................................................................73 5.2 Saran...............................................................................................................74 5.2.1 Saran Akademis...............................................................................74 5.2.2 Saran Praktis ...................................................................................74
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
78
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman maka ilmu pengetahuan dan teknologi pun mengalami perkembangan juga. Perkembangan dan kemajuan ini begitu pesatnya, banyak manfaat dan kegunaan yang telah dirasakan oleh manusia. Dalam hal ini perkembangan tersebut harus diselaraskan dengan peningkatan SDM yang berkualitas dan berkemampuan tinggi dalam mengiringi perkembangan zaman menuju era globalisasi dengan permasalahan yang semakin kompleks. Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi yang memahami perlunya memberikan perhatian yang cukup untuk membangun citra yang menguntungkan bagi suatu perusahaan maupun organisasi, tidak hanya untuk melepaskan diri perusahaan terhadap terbentuknya suatu kesan negatif dari publik. Namun juga untuk menciptakan citra positif baik bagi perusahaan atau organisasi itu sendiri maupun citra produk serta jasa layanan yang akan dipasarkan. Dengan kata lain, citra perusahaan adalah fragile commodity (komoditas yang mudah rapuh/mudah pecah). Namun esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang.1 Kegiatan Humas pada dasarnya adalah upaya membangun hubungan yang positif, saling pengertian dan saling menguntungkan antar organisasi dengan publik/ stakeholders dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Semata-mata untuk kepentingan organisasi atau lembaga yang menjalankan fungsi dan peranan kehumasan, tetapi juga mendukung
1
Soleh Soemirat&Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar PR,Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 11
11
kepentingan publik atau stakeholdernya. Dengan kata lain, kegiatan humas suatu organisasi atau lembaga diharapkan sedapat mungkin dihindari adanya penghinaan, menjelek-jelekan dan mengkreditkan publik atau stakeholdernya yang memiliki hubungan tetapi berusaha menginformasikan sesuatu hal, kejadian atau masalah secara proporsional, lengkap, akurat, utuh dan tidak provokatif serta tidak subyektif. Untuk mencapai tujuan – tujuan humas, pada umumnya Humas tidak lepas dari dukungan dan peran media. Selain untuk menjalin hubungan yang harmonis, peran media berfungsi sebagai alat penyebaran informasi atau berita yang terkait sehubungan dengan keberadaan atau imej perusahaan. Keberhasilan kegiatan humas turut ditentukan oleh penggunaan media yang tepat dan juga setelah melalui pertimbangan yang cermat pula. Peran keterbukaan media sangat besar dalam menyebarluaskan informasi yang terbuka baik berupa fakta maupun opini. Oleh karena setiap praktisi Humas harus dapat menentukan jenis media apa yang akan digunakannya dalam melakukan komunikasi dengan pihak publiknya. Agar tercipta saling pengertian dan pemahaman di kedua belah pihak. Berdasarkan uraian tersebut diatas, fungsi dan peranan humas memiliki makna yang signifikan dalam proses organisasi. Keberadaan Humas berperan mendorong kinerja organisasi dalam menyediakan pelayanan sesuai dengan keinginan
dan harapan
pelanggan / masyarakatnya. Disamping itu Humas menjadi alat organisasi untuk mendengar kebutuhan dan keinginan publik termasuk segala permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam hubungannya dengan kegiatan organisasi. Hal ini jelas menunjukkan bahwa dengan semakin baiknya organisasi dalam menyediakan dan melayani kebutuhan dan permasalahan pelanggan atau masyarakatnya.
12
Maka organisasi akan semakin menunjukkan kendala dan tanggung jawab organisasi, yang pada gilirannya kondisi tersebut dapat semakin meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi . Dimana hal-hal itu merupakan komponen penting dalam meningkatkan reputasi organisasi dihadapan publik. Korelasi secara jelas dapat di identifikasikan kemampuan humas dalam memainkan peranannya akan dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam melayani publik. Dimana kemampuan organisasi ini akan dapat meningkatkan reputasi organisasi yang pada gilirannya reputasi organisasi memberi andil pada citra organisasi termasuk dalam organisasi pemerintahan dan media atau pers lokal. Organisasi pemerintah akan makin diandalkan dan dipercaya apabila mampu memberikan yang terbaik bagi masyarakat melalui aktivitas humas. Demikian pula organisasi media atau pers lokal akan semakin diterima dan dipercaya publik pembaca dan pengguna media atau pers lokal apabila humas media atau pers lokal mampu menjadi sumber dan saluran informasi yang faktual, aktual, obyektif dan proporsional. Kemampuan organisasi pemerintah dan organisasi media tersebut akan semakin meningkatkan kepercayaan, kredibilitas dan tanggung jawab dalam pelayanan kepada masyarakat. Dimana komponen reputasi tersebut pada gilirannya dapat meningkatkan citra organisasi pemerintah. Dari hasil Today’s Dialogue di Metro TV dengan topik “Polri dan DPR lembaga terkorup tahun ini”, 12 Desember 2007. Topik tersebut diambil dari survey yang di lakukan oleh TII (Transparency International Indonesia), sebuah lembaga anti korupsi internasional yang melakukan survey di banyak negara termasuk Indonesia. Dalam dialog yang dipandu oleh Najwa Shihab tersebut dihadirkan 3 orang narasumber yang mewakili
13
masing masing pihak antara lain: Bung Efendi (Fraksi PDI-P) dari lembaga DPR, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Sisno Adiwinoto dan Todung Mulya Lubis dari ketua dewan pengurus TII. Todung menjelaskan bahwa survey dilakukan berdasarkan presepsi masyarakat dalam kehidupan kesehariannya. Berkali kali terlihat Sisno menyela pembicaraan Todung dan mencurigai TII sebagai sebuah lembaga yang ditunggangi oleh kepentingan asing untuk memojokkan pemerintah. Efendi memberi penjelasan bahwa lembaga DPR yang dianggap korup tersebut tidak homogen seperti Polri yang merupakan satu korp kesatuan. DPR itu terdiri dari berbagai macam unsur dari bermacam partai, fraksi, komisi, panitia dll. Sehingga kalau menyebut DPR harus jelas detil alamatnya supaya tidak terjadi salah paham tentang siapa yang dimaksud. Namun tindakan Sisno dinilai kontra produktif dengan usaha kepolisian membangun citra positif Polri dimata masyarakat. Dengan sikap yang seperti itu terkesan Polri tidak mau mengakui adanya praktik korupsi yang masih sangat berakar di personel kepolisian yang bertugas melayani masyarakat. Todung memberi perbandingan dengan lembaga TNI yang nuansa korupsinya jauh berkurang setelah perbaikan diri sekian lama sejak reformasi. Sekali lagi dengan apa yang dilakukan oleh Sisno maka di jajaran bawah kepolisian tidak merasa apa yang mereka perbuat adalah salah karena merasa di bela mati matian oleh Kadiv Humas mereka.2 Pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Demikian bunyi slogan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagaimana terpampang di halaman utama situs resmi mereka, www.polri.go.id. Slogan itu sendiri tampaknya mempunyi arti penting
2
Today’s Dialogue Metro TV “Polri dan DPR Lembaga Terkorup Tahun Ini”, 12 Desember 2007
14
penekanan akan peran aparat kepolisian sebagai pengabdi masyarakat. Hal yang berbeda dengan peran Polri di masa lampau, di mana pengabdian Polri lebih sebagai alat penguasa. Sebagaimana juga termuat dalam situs yang sama, pergeseran paradigma pengabdian Polri ini ditenggarai telah membawa berbagai implikasi perubahan yang mendasar. Salah satu perubahan itu adalah perumusan kembali perannya sesuai Undangundang Nomor 2 tahun 2002. Berdasarkan peraturan ini peran Polri ditetapkan selaku pemelihara kamtibmas, penegak hukum, serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Selain arah kebijakan strategi Polri yang berupaya menampilkan peran selaku pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, Polri juga tetap disibukkan dengan jargon “Kemandirian Polri Menuju Polisi yang Profesional”. Konsep kemandirian Polri ini tampaknya tidak terlepas dari upaya Polri untuk terus mereformasi dirinya. Sebagaimana diketahui semenjak 1 April 1999, Polri resmi berpisah dari ABRI. Dengan adanya pemisahan tersebut Polri tidak lagi menjadi salah satu angkatan dalam ABRI, namun berdiri sendiri sebagai organisasi sipil. Jika sebelumnya, fungsi pertahanan dan keamanan antara tentara dan polisi menjadi rancu. Maka melalui pemisahan ini tugas kepolisian dipertegas hanya mencangkup persoalan public security. Sementara tentara lebih berkonsentrasi pada keamanan nasional. Berdasarkan survei Litbang Media Group pada tanggal 22 Februari 2007, mencoba mencari tahu persepsi masyarakat akan kinerja aparat kepolisian kita. Hal yang tentu saja terkait dengan semangat profesionalitas mereka. Survei dilakukan terhadap 480 responden di 6 kota besar di Indonesia. Kota-kota tersebut meliputi: Jakarta, Makassar, Medan, Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. Adapun responden adalah mereka yang
15
berusia 17 tahun keatas yang dipilih melalui metodologi acak sistematis, dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error +/- 4,6%. Hasil survei tersebut tidak dimaksudkan mewakili pendapat seluruh masyarakat Indonesia, namun hanya masyarakat pemilik telepon residensial di kota-kota tersebut yang umumnya dari kalangan ekonomi menengah-atas.3 Survei menanyakan kepada para responden citra polisi saat ini dibandingkan setahun yang lalu. Apakah lebih baik atau lebih buruk? Hasilnya hampir separuh dari total responden yakni 40%, menilai citra polisi saat ini lebih baik dari tahun lalu. Sementara yang menilai citra polisi sama saja atau justru lebih buruk, proporsinya hampir berimbang masing-masing dengan 28% dan 23%.4 Membaiknya citra polisi ini tampaknya tidak terlepas dari sederet prestasi yang berhasil ditorehkan jajaran Polri selama ini. Mulai dari penanganan kasus teror bom hingga pengungkapan berbagai kasus kerusuhan di sejumlah daerah, yang tidak sampai menyulut konflik yang berkelanjutan tampaknya menjadi catatan tersendiri aparat kepolisian. Penilaian publik terhadap kinerja kepolisian ini terangkum dalam survei nasional yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 28 Juli hingga 2 Agustus 2005. Survei ini mengambil sample 1.396 responden nasional dengan metode multistage random sampling dan wawancara tatap muka dengan margin of error 2,6 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei LSI ini memperlihatkan, penilaian responden terhadap kinerja kepolisian secara umum memang masih baik, yaitu 69 persen menilai
3 4
Data dari Litbang Media Group dan Google Data dari Internet Transparency International Indonesia (TII) dan google
16
baik. Namun, jika membandingkan dengan survei sebelumnya pada Februari 2005, responden yang menilai kinerja kepolisian baik menurun menjadi 62 persen. Sedangkan persentase yang menilai buruk kinerja kepolisian justru meningkat dari 23 persen menjadi 28 persen.5 Pergeseran niali presentase kinerja kepolisian ini patut dijadikan bahan introspeksi dan evaluasi diri bagi institusi kepolisian. Karena segala langkah dan tindakan kepolisian yang diambil dalam membasmi berbagai penyakit masyarakat, akan kurang bermakna bila kepolisian tidak membersihkan lingkungan internalnya terlebih dahulu. Menurut Neta Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch ( IPW), kepada Tabloid Sensor. Dari hasil survei lembaga pengawas kinerja Polisi, di kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Palembang, Bandung, Jakarta, Semarang, Jogyakarta dan Surabaya. IPW mendapatkan delapan keluhan masyarakat, dimana Polisi dinilai, Arogan, Diskriminatif, Koruptif ( Pungli), Lamban memberi respon, tidak tegas, kurang transparan, tidak mekanisme dan masih berbudaya militer. Hasil IPW juga menunjukkan ada delapan penyalahgunaan wewenang yang masih merebak dan menyelimuti dunia Kepolisian. Pertama, Pungutan Liar yang terjadi di Samsat, laporan/pengaduan perkara. Kedua pemerasan, jika masyarakat ingin kasusnya dipeti eskan dan biaya permohonan untuk tidak ditahan. Ketiga Percaloan, dalam pengurusan di Samsat atau di pengadilan. Keempat Manipulasi, terjadi dalam pembuatan sketsa gambar akecelakaan lalulintas, penerapan unsure pasal, rekayasa pengakuan atau keterangan. Kelima Kolusi, berdamai dengan pelanggar hukum dan bersifat TST ( Tahu
5
Data dari Internet Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan google
17
Sama Tahu ), Keenam Korupsi, terjadi dalam pembebanan biaya untuk uang jaminan penangguhan penahan, Ketujuh Penipuan, membohongi dan menakuti agar masayrakat menyerahkan sejumlah uang. Kedelapan Penggelapan Barang Bukti ( Barbuk), dengan cara menyisihkan sebagian barang bukti.6 Dalam hubungan itu, maka kebijakan dan program organisasi pemerintah dan organisasi media dalam mengembangkan kegiatan humas harus disusun secara sistematis dan terencana yang dalam implementasi perlu didukung oleh strategis humas yang kreatif, inovatif dan professional, yang didukung oleh kemampuan SDM, sarana atau fasilitas dan sumber keuangan yang memadai. Menurut Carl I Hovland, ilmu komunikasi adalah salah satu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).7 Berkaitan dengan hal yang ada, maka penulis tertarik untuk meneliti Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dikarenakan, lembaga ini merupakan institusi pemerintah dalam bidang kepolisian. Sehingga penulis tertarik ingin melihat bagaimana aktivitas Humas dalam membangun Image Positif
Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan periode waktu dua tahun. Maka berdasarkan uraian penulis mengangkat judul skripsi “Aktivitas Humas Dalam Membangun Image Positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007”. Penulis mengambil periode 2007, dikarenakan di tahun tersebut Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya mulai
6 7
Data Internet google, Tabloid Sensor, Jakarta Desember 2007 F.Rachmadi, Public Relations dalam Teori dan Praktek, Gramedia Jakarta, 1994
18
mengedepankan pencitraan, sesuai dengan slogannya yaitu pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Maka di tahun 2007 pencitraan mulai dijalankan dan pihak Humas mulai menetapkan secara serius kecenderungan pemberitaan media yang kurang berimbang akan sangat berdampak buruk bagi citra perusahaan. Untuk itu kesiapan internal Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam hal komunikasi media menjadi sangat penting untuk segera dibenahi demi citra positif perusahaan.
1.2 Rumusan Permasalahan Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah aktivitas humas dalam membangun image positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 ?”
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengetahui aktivitas humas dalam membangun image positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007.
1.4 Signifikasi Penelitian
1.4.1 Signifikasi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Mahasiswa khususnya jurusan PR atau Humas Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, khususnya dibidang humas mengenai aktivitas humas dalam membangun image.
19
1.4.2 Signifikasi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangan saran bagi humas Polda Metro Jaya dalam pelaksanaan program kehumasan yaitu melakukan aktivitas untuk dapat membangun image positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya
20
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Komunikasi Bernard Berelson dan Garry A.Stainer dalam karyanya, “Human Behaviour”, mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : “ Communication : the transmission of information, ideas, emotions, skills,etc, by the use of symbols – words, pictures, figures, graphs, etc. It is the act or process of transmission that is usually called communication”. Komunikasi : penyampaian informasi, gagasan, emosi keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang – lambang, kata – kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain – lain. Kegiatan atau proses penyampaianlah yang biasanya dinamakan komunikasi.
21
22 8
Gerald A.Miller dalam karyanya, berjudul “On Defining Communication : Another Stab”, yang dimuat dalam jurnal of communication menyatakan sebagai berikut : “ In the main, communication has as its central interest those behavioral situations in which a source transmits a message to a receiver (s) with conscious intent to affect the latte’s behaviour”. Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya.9
Berdasarkan definisi diatas komunikasi merupakan suatu proses yang vital karena setiap individu di dalam menjalankan hidupnya selalu membutuhkan komunikasi. Setiap individu memliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya untuk mempertahankan hidupnya untuk menetapkan kredibilitasnya sebagai seorang anggota masyarakat. Dengan komunikasi akan terjadi hubungan antar manusia yang secara psikologis akan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia karena dengan berkomunikasi kita akan berbagi informasi yang dapat membangun kehidupan manusia.
2.2 Pengertian Public Relations dan Fungsi Public Relations 2.2.1 Pengertian Public Relations Menurut pakar, hingga saat ini belum terdapat konsesus mutlak tentang definisi dari PR/Humas. Ketidaksepakatan tersebut disebabkan oleh; pertama baragamnya definisi public relations yang telah dirumuskan baik oleh para pakar maupun professional public relations/Humas didasari perbedaan sudut pandang mereka terhadap pengertian Humas/Public Relations. Kedua, perbedaan latar balakang, misalnya definisi yang 8
Effendy, Onong Uchjana, Hubungan Masyarakat, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hal.48. 9 Ibid hal.49.
22
23 dilontarkan oleh kalangan akademisi perguruan tinggi tersebut akan lain bunyinya dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi (Public Relations Practitioner). Dan ketiga, adanya indikasi baik teoritis maupun praktis bahwa kegiatan public relations atau kehumasan itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika kehidupan masyarakat yang mengikuti kemajuan zaman, khususnya memasuki era globalisasi dan millennium ketiga saat ini.10 Penjabaran praktek hubungan masyrakat merupakan cara lain untuk mendefinisi fungsinya. Salah satu upaya paling gigih untuk mendefinisikan hubungan masyarakat secara operasionil datang dari Public Relations News, salah satu bulletin khusus bidang ini. Perhatikan bagaimana definisi ini menjabarkan cara hubungan masyarakat beroperasi dalam suatu organisasi. Hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, mengenali kebijakan dan prosedur individu atau organisasi dalam kepentingan masyarakat, dan merencanakan serta melaksanakan program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan masyarakat.11 Hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat, yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya. Definisi konseptual ini menempatkan berbagai ragam aktivitas dan tujuan dalam praktek hubungan masyarakat sebagai funsi manajemen. Definisi ini juga mengidentifikasi pembentukan dan
10
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005,hlm.15 11 Scott M. Cutlip, et al., Effective Public Relations Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses, Jakarta: PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA, Edisi kedelapan, 2005, hlm. 3-4
23
24 pemeliharaan hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan masyrakat sebagai dasar moral dan etika profesi ini.12 Definisi PR menurut Institute of Public Relations (IPR) di Inggris : Praktik PR adalah usaha yang direncanakan serta dilakukan secara kontinu untuk menciptakan dan menjaga nama baik organisasi (goodwill) dan kesepahaman bersama antar organisasi dengan publiknya.13 Definisi yang lebih baru dari IPR menyatakan sebagai berikut : PR berkaitan dengan reputasi – hasil dari apa yang anda lakukan, apa yang anda katakan, dan apa yang dikatakan orang lain tentang anda. Dan praktik PR adalah disiplin ilmu yang memelihara reputasi dengan tujuan untuk mendapatkan kesepahaman dan dukungan serta untuk mempengaruhi opini serta perilaku.14 Rhenald Kasali mengutip John R. Marston (dalam buku Modern Public Relations), menyebutkan public relations sebagai “komunikasi persuasive dan terencana yang dirancang untuk mempengaruhi public yang signifikan. Publik yang signifikan tersebut adalah stakeholder lembaga. Definisi lain yang dikutip Kasali diambil dari Public Relations News yang menyatakan “ Public Relations adalah fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap sikap-sikap public, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur seseorang/sebuah perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana serta menjalankan program-program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan public”. Sedangkan dari sisi manajemen, Blake dan Lawrence menyatakan,
12
Ibid, hlm 5 Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, Jakarta: Erlangga, Edisi Kedua, 2004, hlm.2 14 Ibid, hlm.3 13
24
25 public relations berkenaan dengan penanganan relasi perusahaan dan masyarakat, khususnya untuk menjaga citra yang (diharapkan) favourable.15 Dengan demikian, secara tersirat kita bisa menyimpulkan bahwa tujuan aktivitas public relations yang dijalankan organisasi adalah membangun pemahaman publik terhadap organisasi sehingga dapat terbangun hubungan yang baik antara organisasi dengan publiknya dan terpelihara pulalah citra organisasi tersebut.16
2.2.2 Peran dan Tugas Public Relations Peranan petugas humas dapat dibedakan menjadi dua, yakni peranan managerial (communications manager role) dan peranan teknis (communications technician role).17 Ada empat peran besar hubungan masyarakat yang menjabarkan sebagian besar praktek ini. Tetapi dalam berbagai kesempatan, praktisi memainkan semua peran ini dalam berbagai tingkatan, meskipun muncul peran yang domain pada saat mereka melakukan pekerjaan sehari-hari dan menghadapi orang lain. menulis dan menyunting majalah karyawan, menulis siaran pers dan cerita feature, 2.2.2.1 Teknisi Komunikasi (Technician Communications) Kebanyakan praktisi memulai karier hubungan masyarakat mereka sebagai teknisi komunikasi. Biasanya di dalam deskripsi kerja tingkat pemula tercantum syrat keterampilan komunikasi dan jurnalistik. Perekrutan teknisi komunikasi ditujukan untuk mengembangkan isi situs web, dan berurusan dengna kontak media. Praktisi yang memegang peran ini biasanya tidak ikut serta saat manajemen mendefinisikan masalah dan mencari jalan keluar. 15
Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public Relations, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 44 Ibid, hlm.45 17 Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Humas, Jakarta: Ghalia Indonesia dengan UMM Press, Juli, 2004, hlm. 24-25 16
25
26 2.2.2.2 Penentu Ahli (Expert Prescriber Communivations) Ketika praktisi menjalankan peran ahli, sehingga tentunya akan dipandang oleh pihak lain sebagai yang berwenang atas masalah dan penyelesain hubungan masyarakat. Manajemen puncak menyerahkan hubungan masyrakat di tangan sang ahli dan mengambil peran yang relative pasif. Praktisi yang beroperasi sebagai praktis ahli bertugas mendefinisikan masalah, mengembangkan program dan bertanggung jawab penuh atas penerapannya. Ada kemungkinan manajer lain ingin agar hubungan masyarakat tetap menjadi tanggung jawab tunggal praktisi, sehingga mereka dapat kembali pada bisnis sebagaimana biasa, dengan anggapan bahwa segala sesuatu akan ditangani oleh “ahli humas”. Peran penentu ahli diperlukan secara berkala saja dalam situasi krisis dan sepanjang program apapun, sehingga pada akhirnya menghambat tersebarnya pemikiran tentang hubungan masyarakat ke seluruh organisasi. 2.2.2.3 Fasilitator Komunikasi (Communications Facilitator) Peran fasilitator komunikasi menjadi praktisi sebagai pendengar yang sensitif dan pialang informasi. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dan publik. Mereka mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan menyingkirkan rintangan
dalam
hubungan,
dan
membuat
saluran
komunikasi
tetap
terbuka.Tujuannya adalah menyediakan informasi yang diperlukan manajemen organisasi maupun publik, sehungga mereka dapat membuat keputusan yang saling menguntungkan. Sebagai fasilitator komunikasi, praktisi mendapatkan dirinya bertindak sebagai sumber informasi dan kontak resmi organisasi dengan
26
27 publiknya. Mereka menjadi wasit interaksi, menetapkan agenda diskusi, meringkas dan mengulangi pandangan, memancing reaksi dan membantu partisipan mendiagnosa dan mengoreksi kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi. 2.2.2.4 Fasilitator Pemecahan Masalah (Problem Solving Facilitator) Fasilitator pemecahan masalah dilibatkan dalam tim manajemen karena telah mendemonstrasikan keterampilan dan nilai dalam membantu manajer lain menghindari dan mengatasi masalah. Dengan demikian, pemikiran tentang hubungan masyarakat terfaktor dalam pengambilan keputusan manajemen.18 Ada tiga tugas humas dalam organisasi /lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi/lembaga. 2. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik. 3. Mengevaluasi
program-program
organisasi/lembaga,
khususnya
yang
berkaitan dengan publik.19 Menurut penulis dari empat peran besar humas diatas yang dapat menyusun kebijakan dalam pemerintahan yaitu fasilitator pemecah masalah. Karena peran ini mempunyai keahlian dan keterampilan dalam membantu manajer lain untuk menghindari masalah
18
Scott M.Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Bromm, Effective Public Relations Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses, Jakarta; INDEKS Kelompok Gramedia, Edisi Kedelapan, 2005, hlm. 34-37 19 Op. cit, Frida Kusumastuti, Dasar – dasar Humas, hlm. 25-26
27
28 atau memecahkan masalah. Akibatnya, pandangan humas akan dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan manajemen. Berkenaan dengan peranan humas, maka menurut Ruslan (2000 : 10), peran utama humas adalah sebagai berikut : a
Sebagai communications / penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya.
b
Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.
c
Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan.
d
Membentuk corporate image, artinya peranan public pelations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.20
Berdasarkan uraian definisi, fungsi dan peranan Humas / PR menunjukkan bahwa Humas memiliki kedudukan dan peranan yang penting dan strategis. Humas yang kreatif dan professional akan dapat meningkatkan efektivitas perusahaan tugas organisasi atau manajemen. Humas merupakan alat perantara atau jembatan antara organisasi dengan publik / masyarakat.
2.2.3 Aktivitas Humas Aktivitas Humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam symbol komunikasi, verbal maupun non verbal. Kegiatan komunikasi
20
Rosady Ruslan, Aspek-aspek Hukum Etika dalam Aktivitas Public Relations, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1955, hal 10
28
29 verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal, artikel progress report, menulis untuk presentasi, membuat press release, membuat untuk presentasi, membuat press release, membuat rekomendasi, dan sebagainya.21 Sedangkan
verbal
lisan antara lain jumpa pers, open house, announcer, presenter, desk informations, dan sebagainya. Kegiatan komunikasi non verbal meliputi penyelenggaraan pameran, seminar, special event, riset/penelitian, pers kliping dan sebaginya. Aktivitas komunikasi dapat pula berarti kegiatan dalam proses komunikasi itu sendiri meliputi mencari (fact finding melalui observasi, riset, keperpustakaan, media seeking dan sebagainya). Kemudian mengelola informasi, informasi meliputi mengedit, merangkum, identifikasi, analisis data dan sebagainya. Kemudian Adapun aktivitas Humas dapat bertindak sebagai juru bicaranya organisasi, disamping itu juga sebagai koordinator dari semua lalu lintas informasi dengan khalayak. Untuk bisa melakukan aktivitasnya secara sempurna dalam Public Relations ditetapkan sebagai bagian dari mekanisme pengambil keputusan dan karena itu PR harus dekat dengan pejabat pengambil keputusan adapun tugas PR dalam melakukan aktivitas sehari-hari adalah : 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi atau pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar (visual) kepada publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal ikhwal perusahaan atau lembaga, segenap tujuan serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum / masyarakat.
21
Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Humas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, Hal.27
29
30 3. Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik. Terhadap kebijakan perusahaan atau lembaga, maupun segala macam pendapat (public acceptance dan non acceptance). 4. Menyelenggarakan hubungan baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favour, public opinion dan perubahan sikap. Dalam melakukan aktivitas Humas menganalisis respon dari publik serta mempelajari dari perusahaan. Untuk menyelenggarakan hubungan baik dengan khlayak dan media massa Humas mendapatkan keuntungan atau favour public, opinion public apakah Humas bisa menjaga citra perusahaan agar perubahan sikap Humas terjaga dengan baik. Kegiatan penyampaian dan pelayanan informasi kepada khalayak lewat media komunikasi dilakukan melalui proses sebagai berikut : 1. Pengumpulan, pengolahan , penyusunan atau perumusan pesan yang akan disampaika kepada khalayak. 2. Pesan itu kemudian disampaikan melalui media komunikasi baik media tatap, media cetak maupun media elektronik. 3. Melalui media komunikasi itu berbagai pesan dan informasi disampaikan kepada khalayak yang menjadi sasaran kegiatan public relations. 4. Demi efektifnya komunikasi yang dilakukan, perlu diadakan evaluasi sehingga dapat diketahui berhasil tidaknya komunikasi itu.22 Lewat media komunikasi Humas dalam melayani khalayak yaitu pesan atau informasi dari Humas akan disampaikan pada media komunikasi baik itu cetak atau
22
F Rachmadi, Public Relations, Dalam teori dan praktek. Aplikasi dalam badan usaha swasta dan lembaga pemerintah, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hal 23
30
31 elektronik. Setelah melalui media komunikasi akan disebarluaskan kepada publik. Sehingga dari pesan atau informasi media komunikasi maka apakah akan efektif komunikasi itu dilakukan.
2.3 Citra 2.3.1 Definisi Citra Citra adalah kesan atau opini seseorang maupun masyarakat terhadap suatu perusahaan yang merupakan hasil interaksi dengan komunitas disekitar perusahaan berada, termasuk situasi perusahaan serta hubungan antara pimpinan dan karyawan perusahaan dengan masyarakat.23 Sebagai sebuah lembaga yang satu tujuan di adakannya adalah untuk menumbuhkan image atau citra positif perusahaan, lembaga public relations pun selayaknya memliki strategi manajemen sendiri, yang tetap mengacu pada strategi manajemen perusahaan secara umum. Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambar diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi.24 Jadi, citra itu dengan sengaja diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi. Menurut Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa citra adalah : penggambaran tentang realitas dan tidak sesuai dengan realitas, citra adalah dunia persepsi.25 Dalam
23
Frank Jefkins, Public Relations, Cetakan kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996, Hal 19 Soleh Soemirat&Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, Hal 122 25 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1986, Hal 65-66
24
31
32 definisi ini dapat disimpulkan semua sikap bersumber pada organisasi, pada informasi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seeorang. Frank Jefkins, dalam bukunya public relations technique, citra diartikan sebagai : kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.26 Dari definisi citra diatas, maka dapat ditarik kesimpulan suatu konsep bahwa citra adalah kesan dari publik terhadap perusahaan sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman publik terhadap perusahaan. Citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif
maupun negatif yang
khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. 2.3.2 Jenis-Jenis Citra Ada enam jenis citra yang dikenal di dunia aktivitas Public Relations yaitu sebagai berikut (menurut Frank Jefkins). 1. The Mirror Image (cerminan citra) Pengertian di sini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan, terutama para pimpinannya yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan orang luar terhadap perusahaan yang dipimpinnya itu tidak selamanya dalam posisi baik. Setelah diadakan studi tentang tanggapan, kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara yang diharapkan 26
Frank Jefkins, Public RelationsTechnique, Intermassa, 1984, hal.117
32
33 dengan kenyataan citra dilapangan, bisa terjadi justru mencerminkan citra negatifnya yang muncul. 2. The Current Image (citra kini) Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau organisasi atau hal yang lain berkaitan dengan produknya kemudian ada kemungkinan berdasarkan pada pengalaman dan informasi diterima yang kurang baik, sehingga dalam posisi tersebut Humas akan mendapat resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan prasangka buruk (prejudice), hingga muncul kesalahpahaman (misunderstanding), yang menyebabkan citra kini ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan negative yang diperolehnya. 3. The Wish Image (citra yang diinginkan) Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga atau perusahaan atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum. 4. The Corporate Image (citra perusahaan) Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate image) yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (Social Care) dan sebagainya. 5. The Multiple Image (citra yang berlapis)
33
34 Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan di atas misalnya bagaimana pihak Public Relations akan menampilkan pengenalan (Awareness) terhadap identitas, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform), sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para profesionalnya, kemudian diunifikasikan atau didentikan ke dalam suatu citra berlapis (multiple image) yang di integrasikan terhadap citra perusahaan (corporate image). 6. The Performance Image (citra yang berpenampilan) Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan dari para professional
pada perusahaan yang bersangkutan,
misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayannya, bagaimana pelaksanaan etika menyambut telepon, tamu dan pelanggan serta publiknya, serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalu baik. Mungkin masalah citra. Mungkin masalah citra penampilan ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan orang. Misalnya, dalam hal mengangkat secara langsung telepon ayng sedang berdering tersebut dianggap sebagai tindakan intrupsi, termasuk si penerima telepon masuk tidak menyebut identitas nama pribadi atau perusahaan bersangkutan merupakan tindakan kurang bersahabat.27 Citra yang baik dimaksudkan agar perusahaan tetap dapat terus eksis dan sumber
daya
manusia
yang
ada
didalamnya
dapat
senantiasa
berkreasi
mengembangkan kemampuan skill. Citra Humas yang ideal adalah kesan yang benar,
27
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta, 2005, Hal 76-78
34
35 yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.28 Citra positif dan baik menimbulkan kepercayaan hanya selama citra itu dapat dipertahankan. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif apabila kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keberadaan yang sebenarnya. Membangun citra itulah yang menjadi bidang aktivitas Humas. Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya sebagai instansi pemerintah juga membutuhkan citra yang positif sehingga dapat mempertahankan citranya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
2.3.3 Manfaat Citra Citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut : a
Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (mid and long term sustainable competitive position).
b
Menjadi perisai selama krisis (an insurance for adverse times).
c
Menjadi daya tarik eksekutif handal (attracting the best executives available).
d
Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (increasing the effectiveness or marketing instrument).
e
Penghematan biaya operasional (cost saving).29
2.3.4 Kaitan Antara PR dengan Citra
28 29
M.Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta, Bumi Aksara, 2002, Hal 69 Sutojo Siswanto, Membangun Citra Perusahaan, PT Damarmulia Pustaka, Jakarta, 2007, hal. 3-7
35
36 Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khlayak sasaran) dan masyarakat luas pada umunya.30 Kesimpulan mengenai citra dari suatu lembaga/organisasi dan bentuk pelayanan jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh Humas (public relations) dalam sistem informasi terbuka pada era globalisasi serta kompetitif tersebut intinya tidak terlepas dari bentuk kualitas jasa pelayanan yang telah diberikan, nilai kepercayaan dan merupakan “amanah” dari publiknya, serta goodwill
(kemauan
baik)
yang
ditampilkan
oleh
lembaga/perusahaan
bersangkutan.
2.4 Media Relations Untuk menjalankan fungsi dan perannya, humas memerlukan media yang tepat sebagai sarana guna mencapai tujuan yang dikehendaki, juga sebagai saluran/sarana yang menjembatani hubungan humas dengan publiknya. Media/saluran tersebut dapat digunakan sebagai jalan atau tempat berlalunya pelbagai pesan-pesan kita dalam berkomunikasi.31
30
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta, 2005, hal 74 31 Alo Liliweri, Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat, PT.Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1991, Hal 24
36
37 Media relations adalah berhubungan dengan para wartawan dalam upaya untuk membina hubungan yang baik dengan media siaran cetak dan online.32 Aktivitas komunikasi humas dalam penggunaan media bertujuan untuk menjalin pengertian dan hubungan baik dengan media massa dalam rangka pencapaian publikasi perusahaan/organisasi. Untuk itu humas sebaiknya memberikan kejujuran yang dapat melahirkan hubungan yang baik dengan pers atau dengan siapa pun. Adalah hal yang tidak bijaksana jika menyembunyikan sesuatu fakta terhadap pers, sebaiknya berikan kepercayaan pada pers tentang apa yang bisa di umumkan dan apa yang tidak dapat merugikan kepentingan umum.33 ”Don’t to kill the information and open communications”. Tegas Ivy Lee, yang dianggap sebagai Bapak Humas dunia saat membeberkan kiatnya menghadapi para wartawan dalam masalah berita-berita negatif. Menurut Ivy, menutup saluran komunikasi justru akan membuat sejumlah wartawan menjadi penasaran dan berupaya untuk menggali berita eksklusif serta menarik bagi para pembaca atau pemirsanya.34 Membina hubungan baik dengan pers bertujuan untuk : a
Memahami dan melayani media. Dengan berbekal semua pengetahuan diatas, maka seorang praktisi PR akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. Ia juga akan dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
b
Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Para praktisi PR harus senantiasa sipa menyediakan materi-materi yang akurat dimana saja dan kapan saja
32
Yosal Iriantara, Media Relations Konsep, Pendekatan dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005, Hal 228 33 Oemi Abdurrachman, Dasar-dasar Public Relations, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Hal.105 34 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal 156
37
38 hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan diakui sebagai salah satu sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komunikasi timbal-balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara. c
Menyediakan salinan yang baik. Misalnya menyediakan reproduksi foto-foto yang baik, menarik, dan jelas. Dengan adanya teknologi pemasukan dan langsung melalui komputer, teknologi ini sangat memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, penyediaan salinan dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting.
d
Bekerja sama dalam penyediaan materi. Sebagai contoh, petugas PR dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu.
e
Menyediakan fasilitas verifikasi. Para praktisi PR juga perlu memberi kesempatan kepada jurnalis untuk melakukan verifikasi (membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima. Contoh konkretnya, para juranlis diizinkan untuk langsung melihat fasilitas atau kondisi-kondisi organisasi/perusahaan yang hendak di beritakan.
f
Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerjasama, dan sikap saling menghormati profesi masing-masing.35
2.5 Proses Public Relations
35
Frank Jefkins, Hubungan Masyarakat, Intermasa, Jakarta, 1992, Hal 195.
38
39 Menurut Cutlip dan Center proses PR selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian berikut ini adalah yang dilakukan dalam proses PR yang efektif harus dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu :36 1. Fact Finding (Mendefinisikan Masalah) Praktisi PR perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta, selain itu praktisi PR perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Singkat kata, tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelijen perusahaan. Pada tahap ini ditentukan : “what’s happening now?”. 2. Planning (Perencanaan) Pada tahap ini seorang praktisi PR sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langakah-langkah itu dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Tercakup dalam tahap ini adalah objective, prosedur dan strategi yang diarahkan pada masing-masing khalayak sasaran. Tahap ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan “what should we do and why?”. 3. Acting and Commnunicating (Aksi dan Komunikasi) Banyak praktisi PR yang sering melupakan kedua proses diatas yakni langsung melakukan aksi dan komunikasi berdasarkan asumsi pribadi. Aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals yang spesifik. Tahap ini menjawab pertanyaan, “How do we do it and say it?”.
36
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Garafiti, Jakarta, 2005, Hal 82-85
39
40 4. Evaluation (Evaluasi) Untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atas langkah-langkah yang telah diambil. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. Pengukuran ini menjawab pertanyaan : “How did we do?”. Dalam pelaksanaan kegiatannya, public relations akan menggunakan konsep-konsep tersebut untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya, seperti mengumpulkan fakta, membuat rencana, melakukan persiapan-persiapan aksi dan komunikasi dan diakhiri dengan tindakan pengendalian melalui proses evaluasi. Dengan proses tersebut diharapkan tujuan semula organisasi atau perusahaan dapat tercapai.
40
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Pada penelitian ini menggambarkan suatu realitas, maka tipe penelitian yang paling tepat adalah tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berkitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan penelitian pada saat ini. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terjun kelapangan tanpa dibebani atau diarahkan teori. Ia bebas mengamati objeknya, menjelejah, dan menemukan wawasanwawasan baru sepanjang jalan.37 Penelitian deskriptif ditujukan untuk : a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. c. Membuat perbandingan dan evaluasi. d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.38
Penelitian yang objek variable masa lalu dan saat ini disebut juga penelitian deskriptif atau menggambarkan variable-variabel yang sedang diteliti. Penelitian jenis ini
37
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES, 1992.hal. 166 Jalaludin Rakhmat, Metode Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya,1991,hal. 24-25
38
41
42 disebut juga penelitian eksperimen yang tujuannya digunakan untuk mencari hubungan kausal antar variabel yang diteliti.39 Penelitian ini ingin memberikan gambaran terpadu aktivitas Humas dalam membangun image positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, Muhammad Najir mendefinisikan metode deskriptif sebagai suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek suatu kondisi suatu sistem pemikiran atau pun peristiwa pada masa sekarang. Yang bertujuan adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.40 Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
3.3. Periode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Humas Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya pada bulan Januari 2007 – Desember 2007 dalam hal ini membangun image positif perusahaan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
39 40
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarata, 2006, hal. 19 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1993, Hal. 98
42
43 Data Primer yakni data yang diperoleh dengan secara langsung dari nara sumber melalui wawancara yang mendalam (in depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap muka yang berisikan pertanyaan kepada Kabid Humas Polda Metro Jaya yaitu Bapak Drs. I Ketut Untung Yoga Ana, SH, MM karena dianggap yang lebih mengerti dalam menjalankan kegiatan Humas Polda Metro Jaya dan wartawan Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
3.4.2. Data Sekunder Yaitu data yang di dapat secara tidak langsung dengan mengutip sumber-sumber sekunder melalui dokumen, buku arsip dan catatan lain yang relevan. Data Sekundernya adalah : Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan mempelajari teori yang diperlukan dari berbagai literature di perpustakaan. Serta mencari data sekunder dengan membaca buku-buku wajib yang berhubungan dengan isi judul penelitian.
3.5. Nara Sumber / Key Informan Dalam penelitian ini penulis melengkapi data serta memperoleh data mengenai Peran Media Monitoring Dalam Menentukan Kebijakan Untuk Membangun Image Positif Polda Metro Jaya dengan nara sumber sebagai berikut : Kabid Humas Polda Metro Jaya yaitu Bapak Drs. I Ketut Untung Yoga Ana, SH, MM karena dianggap yang lebih mengerti dalam menjalankan kegiatan Humas Polda Metro Jaya dan wartawan Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
43
44 3.6. Definisi Konsep Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal – hal khusus. Konsep adalah merupakan unsure penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, maka diperlukan batasan – batasan konsep dari judul penelitian, konsep – konsep tersebut terdiri dari : a
Aktivitas Humas Aktivitas Humas adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam symbol
komunikasi, verbal maupun non verbal. Kegiatan komunikasi verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal, artikel progress report, menulis untuk presentasi, membuat press release, membuat untuk presentasi, membuat press release, membuat rekomendasi, dan sebagainya.41
Sedangkan verbal lisan antara lain jumpa
pers, open house, announcer, presenter, desk informations, dan sebagainya. Kegiatan komunikasi non verbal meliputi penyelenggaraan pameran, seminar, special event, riset/penelitian, pers kliping dan sebaginya.
b
Image atau citra Citra adalah kesan, perasaan, gambar diri publik terhadap perusahaan, kesan yang
dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi dan kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Citra merupakan kesan atau opini seseorang maupun masyarakat terhadap suatu perusahaan yang merupakan hasil interaksi dengan komunitas disekitar
41
Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Humas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, Hal.27
44
45 perusahaan berada, termasuk situasi perusahaan serta hubungan antara pimpinan dan karyawan perusahaan dengan masyarakat.
3.7. Fokus Penelitian 1. Aktivitas Humas Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam membangun image positif perusahaan periode Januari 2007 sampai Desember 2007. 2. Media yang digunakan oleh Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya sebagai penerangan informasi yang berhubungan dengan kepolisian kepada publik yaitu bagaimana Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam membangun image perusahaan. 3. Hambatan dan kendala yang dihadapi Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam menjalankan tugasnya.
3.8. Teknik Analisa Data Analisa data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan, berdasarkan data yang diperoleh dengan wawancara mendalam dengan para nara sumber. Adapun analisa data yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif dari data yang terkumpul dikategorikategorikan fenomena atau membandingkan dengan berbagai variasi situasi dan kondisi. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu keperluan pengecekan atau sesuai pembanding terhadap data itu.42 Pada
42
bagian
Lexy.Maleong J, Metode Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosdakarya ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004 ) hal.330
45
ini
46 triangulasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang mendalam dan data-data berupa dokumentasi periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007. Dimana peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulam data dari berbagai sumber yang berbeda-beda.
46
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Pada penelitian ini menggambarkan suatu realitas, maka tipe penelitian yang paling tepat adalah tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berkitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan penelitian pada saat ini. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terjun kelapangan tanpa dibebani atau diarahkan teori. Ia bebas mengamati objeknya, menjelejah, dan menemukan wawasanwawasan baru sepanjang jalan.43 Penelitian deskriptif ditujukan untuk : e. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. f. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. g. Membuat perbandingan dan evaluasi. h. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.44
Penelitian yang objek variable masa lalu dan saat ini disebut juga penelitian deskriptif atau menggambarkan variable-variabel yang sedang diteliti. Penelitian jenis ini
43
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES, 1992.hal. 166 Jalaludin Rakhmat, Metode Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya,1991,hal. 24-25
44
47
48 disebut juga penelitian eksperimen yang tujuannya digunakan untuk mencari hubungan kausal antar variabel yang diteliti.45 Penelitian ini ingin memberikan gambaran terpadu aktivitas Humas dalam membangun image positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, Muhammad Najir mendefinisikan metode deskriptif sebagai suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek suatu kondisi suatu sistem pemikiran atau pun peristiwa pada masa sekarang. Yang bertujuan adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.46 Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
3.3. Periode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Humas Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya pada bulan Januari 2007 – Desember 2007 dalam hal ini membangun image positif perusahaan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
45 46
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarata, 2006, hal. 19 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1993, Hal. 98
48
49 Data Primer yakni data yang diperoleh dengan secara langsung dari nara sumber melalui wawancara yang mendalam (in depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap muka yang berisikan pertanyaan kepada Kabid Humas Polda Metro Jaya yaitu Bapak Drs. I Ketut Untung Yoga Ana, SH, MM karena dianggap yang lebih mengerti dalam menjalankan kegiatan Humas Polda Metro Jaya dan wartawan Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
3.4.3. Data Sekunder Yaitu data yang di dapat secara tidak langsung dengan mengutip sumber-sumber sekunder melalui dokumen, buku arsip dan catatan lain yang relevan. Data Sekundernya adalah : Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan mempelajari teori yang diperlukan dari berbagai literature di perpustakaan. Serta mencari data sekunder dengan membaca buku-buku wajib yang berhubungan dengan isi judul penelitian.
3.5. Nara Sumber / Key Informan Dalam penelitian ini penulis melengkapi data serta memperoleh data mengenai Peran Media Monitoring Dalam Menentukan Kebijakan Untuk Membangun Image Positif Polda Metro Jaya dengan nara sumber sebagai berikut : Kabid Humas Polda Metro Jaya yaitu Bapak Drs. I Ketut Untung Yoga Ana, SH, MM karena dianggap yang lebih mengerti dalam menjalankan kegiatan Humas Polda Metro Jaya dan wartawan Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
49
50 3.6. Definisi Konsep Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal – hal khusus. Konsep adalah merupakan unsure penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, maka diperlukan batasan – batasan konsep dari judul penelitian, konsep – konsep tersebut terdiri dari : c
Aktivitas Humas Aktivitas Humas adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam symbol
komunikasi, verbal maupun non verbal. Kegiatan komunikasi verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal, artikel progress report, menulis untuk presentasi, membuat press release, membuat untuk presentasi, membuat press release, membuat rekomendasi, dan sebagainya.47
Sedangkan verbal lisan antara lain jumpa
pers, open house, announcer, presenter, desk informations, dan sebagainya. Kegiatan komunikasi non verbal meliputi penyelenggaraan pameran, seminar, special event, riset/penelitian, pers kliping dan sebaginya.
d
Image atau citra Citra adalah kesan, perasaan, gambar diri publik terhadap perusahaan, kesan yang
dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi dan kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Citra merupakan kesan atau opini seseorang maupun masyarakat terhadap suatu perusahaan yang merupakan hasil interaksi dengan komunitas disekitar
47
Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Humas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, Hal.27
50
51 perusahaan berada, termasuk situasi perusahaan serta hubungan antara pimpinan dan karyawan perusahaan dengan masyarakat.
3.7. Fokus Penelitian 4. Aktivitas Humas Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam membangun image positif perusahaan periode Januari 2007 sampai Desember 2007. 5. Media yang digunakan oleh Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya sebagai penerangan informasi yang berhubungan dengan kepolisian kepada publik yaitu bagaimana Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam membangun image perusahaan. 6. Hambatan dan kendala yang dihadapi Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam menjalankan tugasnya.
3.8. Teknik Analisa Data Analisa data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan, berdasarkan data yang diperoleh dengan wawancara mendalam dengan para nara sumber. Adapun analisa data yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif dari data yang terkumpul dikategorikategorikan fenomena atau membandingkan dengan berbagai variasi situasi dan kondisi. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu keperluan pengecekan atau sesuai pembanding terhadap data itu.48 Pada
48
bagian
Lexy.Maleong J, Metode Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosdakarya ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004 ) hal.330
51
ini
52 triangulasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang mendalam dan data-data berupa dokumentasi periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007. Dimana peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulam data dari berbagai sumber yang berbeda-beda.
52
53
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Polda Metropolitan Jakarta Raya Kepolisian daerah Metropolitan Jakarta Raya diawali dari Kepolisian Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang dibentuk pada tahun 1936 sesuai dengan Almanak Voor Nederlandsch Indie 1941 yang disusun oleh belanda. Dengan nama Hoofdbureau Van Politie Batavia atau Kantor Besar Kepolisian Jakarta yang terletak di Jl. Merdeka Barat. Pada jaman kependudukan Jepang diadakan perubahan tata pemerintahan yang kemudian membentuk Kantor Jawatan Kepolisisan Negara yang berlokasi di Jl. Juanda, dengan nama Jakarta Tokubetshu Shi Keisatshu dan seterusnya mengalami perubahan nama pada tahun menjadi Kantor Polisi Komisariat Jaya ( Kapekom Jaya ), kemudian pada tahun 1965 menjadi Komando Daerah Kepolisian VII Jaya ( Komdak VII Jaya ) lalu pada tahun 1967 menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya ( Komdak Metro Jaya ) setelah itu pada tahun 1970 menjadi Kodak Metro Jaya dan berubah menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya sampai tahun 1979, pada tahun 1980 sampai saat ini menjadi Polda Metropolitan Jakarta Raya. Sebelum penyerahan kedaulatan atas wilayah RI kepada bangsa Indonesia melalui penandatanganan naskah perjanjian antara Moh. Hatta dengan Ratu Juliana di Belanda pada tanggal 27 Desember 1946, badan-badan kepolisian secara perlahan-lahan diserahterimakan kepada Kepolisian Negara RI. Dan pada tanggal 6 Desember Kepala Kepolisian Negara membentuk Kepolisian Komisariat Jaya yang terletak di Medan Merdeka Barat. Kemudian peristiwa ini menjadi tonggak sejarah lahirnya Kepolisian
53
54 Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta maka Kantor Polisi Komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl. Jend Sudirman no.55 Jakarta Selatan. 4.1.2. Sejarah Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya Sebelum bidang humas digunakan sebagai nama resmi untuk bidang penerangan Polda Metro Jaya sebelumnya digunakan nama Dinas Penerangan Polda Mtero Jaya atau disingkat dengan DISPEN POLDA METRO JAYA yang dikenal sebagai Public Relations. Pada tahun 1952 sesudah penunjukkan Kepala Polisi Negara pertama yaitu R.S Soekanto oleh Presiden RI, membentuk suatu Divisi Public Relations di wilayah pusat dan di wilayah daerah. Oleh karena itu Kepala Kepolisian Negara menerbitkan order tanggal 30 Oktober 1951 No. 65/IV/51 dan tanggal 29 Desember 1951 No. Pol 4/11/18/Um, yang ditandatangani oleh Kepala Polisi Negara R.S Soekanto. Pada tahun 1959 seksi Public Relations berubah menjadi Direktorat Hubungan Masyarakat kemudian menjadi Pusat Penerangan Angakatan Kepolisian lalu berubah menjadi Dinas Penerangan Kepolisian RI atau DISPENPOL, dan terakhir sampai sekarang menjadi Bidang Humas Polda Metro Jaya. 4.1.3 Tugas, Fungsi dan Tujuan Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya Tugas Bidang Humas adalah menyelenggarakan fyngsi hubungan masyarakat melalui pengelolaan pemberitaan, penyampaian informasi, kerja sama dengan media mssa dan menjalin kemitraan dengan media massa. Tujuannya untuk membentuk opini publik yang positif dalam melaksanakan tugas pokoknya.
54
55 Fungsi dari Bidang Humas yaitu sebagai berikut : a) Penyelenggaraan penerangan umum yang meliputi pengelolaan dan penyampaian informasi serta menjalin kerja sama dan Kemitraan dengan media massa berikut komponennya untuk membentuk opini publik bagi kepentingan pelaksanaan tugas polri/polda. b) Penyelenggaraan penerangan satuan dalam rangka pemerataan informasi lingkungan polri. c) Penyelenggaraan peliputan monitoring, produksi dan dokumentasi semua informasi dan pemberitaan yang berkaitan dengan tugas polri/polda.
4.1.4. Visi, Misi dan Tujuan Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya 4.1.4.1 Visi Bidang Humas Polda Metro Jaya Yaitu berperan penting untuk membangun dan membentuk opini masyarakat yang positif terhadap polda metropolitan Jakarta raya sebagai pelindung, pengayoman, pelayanan masyarakat dan penegak hukum yang professional dalam pengelolaan dan penyampaian informasi secara cepat, tepat
dan proporsional.
4.1.4.2 Misi Bidang Humas Polda Metro Jaya Mengelola SDM POlri dilingkungan Bidang Humas Polda Metropolitan
Jakarta
55
Raya
secara
professional
dalam
56 pengelolaan
informasi
untuk
membentuk
citra
positif
kepolisian Mewujudkan model pengeloaan informasi di lingkungan Polda Metropolitan Jakarta Raya yang tersistemkan secra utuh sinergis dan dapat menjadi pedoman kegiatan bagi pengemban fungsi kehumasan seluruh jajaran Polda Metro Jaya Membangun dan memelihara kerja sama yang baik dengan media massa cetak dan elektronik dalam membentuk “ Image Buliding Police “ sebagai pengayom, pelindung, dan pelayanan masyarakat yang professional dan bertindak cepat dalam pelaksanaan tugas. Memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat terutama kalangan
Pers
secara
transparan
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Membangun forum komunikasi dengan sesama lembga kehumasan
guna
mendukung
upaya-upaya
peningkatan
kualitas informasi dan professionalisme pelaksanaan fungsi humas. 4.1.4.3 Tujuan Bidang Humas Polda Metro Jaya Meningkatkan kualitas dan kuantitas personel bidang humas sehingga mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
56
57 Membangun serta memelihara sarana dan prasarana bidang humas sehingga penggunaan materil dapat terlaksana secara optimal dan selalu siap pakai. Mendukung kegiatan operasional Polda Metropolitan Jakarta Raya melalui kegiatan publikasi, dokumentasi dan liputan dalam rangka pelaksanaan tugas polri selaku pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Senantiasa manciptakan opini publik yang positif terhadap tugas-tugas kepolisian POLDA metropolitan Jakarta Raya melalui kegiatan pengelolaan dan penyampaian informasi kepada masyarakat melalui media massa secara benar dan mendidik. Memberikan pelayanan yang optimal di bidang kehumasan. Mendukung program perpolisian masyarakat / community policing melalui bidang kehumasan. Menggiatkan koordinasi dengan sesama lembaga kehumasan melalui forum komunikasi Bako Humas guna mendukung upaya peningkatan kualitas informasi dan professionalisme pelaksanaan fungsi humas. 4.1.5 Kedudukan Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya Sesuai dengan surat keputusan Kapolri No. Pol : Skep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober tentang Organisasi tata cara kerja Polda Metropolitan Jakarta Raya, sebagai berikut :
57
58 •
Melaksanakan kegiatan kehumasan melalui pengelolaan, penyampaian berita atau informasi pada media massa baik media cetak maupun media elektronik.
•
Melaksanakan kegiatan penelitian tentang opini personel mengenai masalah yang berkaitan dengan kesatuan, pelaksanaan tugas, sikap mental dan kejuangan.
•
Melaksanakan kegiatan penerangan umum secara opensif sebagai upaya memlihara reputasi Polri yang baik di masyarakat.
•
Membina dan mengendalikan wartawan atau media massa dengan tujuan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas Polda Metropolitan Jakarta Raya.
•
Melaksanakan Monitoring dan Anev terhadap opini publik dari pemberitaan media massa untuk mengetahui kualitas citra Polri dalam melaksanakan tugas pembinaan kamtibmas di ibukota Jakarta dan sekitarnya.
•
Memproduksi bahan-bahan kehumasan guna menunjang efektivitas kegiatan Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya.
•
Memenfaatkan
mekanisme
kegiatan
Bidang
Humas
Polda
Metropolitan Jakarta Raya termasuk jalinan hubungan lintas sektoral untuk menjamin efektifitas pelaksanaan tugas. 4.1.6 Cangkupan Kegiatan Humas
58
59 Pada garis besarnya kegiatan humas dapat dibagi dua bagian, yaitu hubungan kedalam ( Internal Relations ) dan hubungan keluar ( Eksternal Relations ) untuk itu mutlak diperlukan suatu kegiatan komunikasi. Sementara itu kegiatan humas yang lain yaitu Eksternal Relations dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan kepada publik eksternal yaitu masyarakat di luar organisasi / lembaga yang memerlukan informaso atau penerangan melalui oleh pihak humasnya. Dan juga salah satu tujuan eksternal relations adalah untuk mempererat hubungan dengan orangorang diluar organisasi / lembaga sehingga akan terbentuk opini yang menguntungkan ( favourable ) terhadap organisasi tersebut. Adapun cangkupan kegiatan bidang humas Polda Metropolitan Jakarta Raya meliputi : 1. Kegiatan Internal a
Meliput seluruh kegiatan pimpinan ( Kapolri, Kapolda, Kabid )
b
Media Monitoring atau kliping berita-berita yang menonjol yang berkaitan dengan tugas rutin Polda Metropolitan Jakarta Raya ( wilayah hukum Polda Metro Jaya )
c
Mengadakan pengarahan kepada seluruh staff atau anggota Bidang Humas seminggu sekali secara rutin membahas mengenai kinerja anggota
d
Melaksanakan Upacara Bendera bulanan setiap tanggal 17 tiap bulannya
59
60 e
Mengadakan pertemuan/rapat koordinasi secara berkala dalam upaya menjalin kerjasama dengan bagian-bagian lain
f
Menerbitkan majalah internal “ Polisi Metropoilitan Jakarta “ setiap bulan sekali
g
Menyelenggarakan Family Gathering bersamaan dengan ulang tahun Polda Metro Jaya. Yang bertujuan untuk menjalin hubungan yang harmonis antara anggota beserta keluarga dengan pimpinan Polda Metro Jaya
h
Menerbitkan Lembar Pensat ( Penerangan Satuan ) dengan tujuan untuk memberikan informasi-informasi atau kebijakan-kebijakan baru dari Kapolri kepada seluruh anggota Pori wilayah Jakarta
i
Mengadakan kegiatan Olah Raga bersama setiap hari Selasa dan Jum’at secara rutin yang diikuti seluruh anggota beserta Kapolda dan Wakapolda
2. Kegiatan Eksternal a
Mengadakan Konferensi Pers untuk menyebarluaskan informasiinformasi penting yang berada di wilayah hukum Polda Metro Jaya
b
Membuat Siaran Pers untuk para media
c
Membuat Lapga untuk membantu wartawan dalam mencari berita
d
Mengadakan kegiatan Coffee Morning setiap sebulan sekali secara periodic
e
Mengadakan kegiatan Jumpa Pers setiap akhir tahun
60
61 f
Megundang wartawan, pemerintah, masyarakat sekitar ( Community Relations ) dalam acara tertentu misalnya ulang tahun Polda Metro Jaya, hari-hari besar, pameran dll.
4.1.7 Struktur Organisasi Polda Metropolitan Jakarta Raya Berdasarkan keputusan kapolri No.Pol Kep/54/X/2002 tertanggal 17 Oktober 2002, tentang oraganisasi dan tata kerja polda metro jaya maka: 1. Organisasi Polda Metro Jaya disusun dalam dua tingkat : a
Markas Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Metro Jaya, disingkat Mapolda Metropilitan Jakarta Raya.
b
Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor, disingkat Polres
2. Susunan organisasi Mapolda Metro Jaya terdiri dari : a
Unsur pimpinan Kepala Polda Metro Jaya, disingkat Kapolda Metro Jaya Wakil Kepala Polda Metro Jaya, disingkat Wakapolda Metro Jaya
b
Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf Inspektorat Pengawasan Umum Daerah, disingkat Itwasda Biro Operasi, disingakat Roops Biro Pembinaan Kemitraan, disingkat Robinamitra Biro Personel, disingkat Ropers Biro Logistik, disingkat Rolog
c
Unsur Pelaksana Staf khusus / Pendidikan dan Pelayanan Bidang Pertanggung Jawab Profesi dan Pengamanan internal, disingkat Bidbinkum
61
62 Bidang Hubungan Masyarakat, disingkat Bidhumas Bidang Pembinaan Hukum, disingkat Bidbinkum Bidang Telekomunikasi dan Informasi, disingkat Bidtelemetika Bidang Kedokteran dan Kesehatan, disingkat Biddokkes Bidang Keuangan, disingkat Bidku Sekolah Polisi Negara, disingkat SPN Sekretariat Umum, disingkat Setum Detasemen Markas, disingkat Denma d
Unsur Pelaksana Umum Sentra Pelayanan Kepolisian, disingkat SPK Direktorat Intelijen Keamanan, disingkat Ditintelkam Direktorat Reserse Kriminal Umum, disingkat Ditrekrimum Direktorat Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya, disingkat Ditrekrimsus Direktorat Samapta, Ditsamapta Direktorat Pengamanan Obyek Vital, disingkat Ditpamobvit Direktorat Lalu Lintas, disingkat Ditlantas Direktorat Kepolisian Perairan, disingkat Ditpolair Satuan Brigade Mobil, disingkat Satbrimob
Gambaran dalam bentuk bagan struktur organisasi Polda Metro Jaya seperti yang akan disebutkan pada lampiran 1. 4.1.7.1 Struktur Organisasi Bidang Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya
62
63 Bidang Humas adalah unsur pelaksanaan staf khusus Polda Metro Jaya yang berada di bawah Mapolda. Bidang Humas bertugas meneylenggrakan fungsi humas melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi serta kerjasama atau kemitraan dengan media massa dalam rangka pembentukan opini masyarakat yang positif bagi pelaksanaan tugas polri. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Humas menyelenggarakan fungsi seperti yang dituangkan dalam keputusan kapolri No. Pol Kep/54/X/2002 Tertanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Polda Metro Jaya berikut ini : a) Pembangunan fungsi humas dalam lingkungan Polda Metro Jaya b) Penyelenggaraan penerangan umum yang meliputi penegelolaan dan penyampaian informasi termasuk kerjasama atau kemitraan dengan media massa berikut komponennya dalam rangka memebentuk opini masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri c) Penyelenggaraan penerangan satuan dalam rangka pemerataan di lingkungan Polri d) Penyelenggaraan peliputan, monitoring, produksi dan dokumentasi semua informasi atau pemberitaan yang berkaitan dengan tugas Polri. Struktur organisasi bidang humas Polda Metro Jaya terdiri atas : 1. Kabid Humas Bertugas menyelenggarakan pengelolaan dan penyampaian informasi baik di lingkungan Polri maupun masyarakat, termasuk kerjasama/kemitraan dengan media massa berikut komponennya dalam rangka membentuk opini positif
63
64 masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri di lingkungan Polda Metro Jaya. Karenanya Kabid Humas bertanggungj awab kepada Kapolda Metro Jaya dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada dibawah Wakapolda Metro Jaya. 2. Kasubbid Publikasi 3. Kepala Sub Bidang Dokumentasi dan Peliputan atau disingkat dengan Kasubbid Dokliput Kasubbid Dokliput berada di bawah Kabid Humas dan bertanggung jawab kepada Kabid Humas dan setar dengan Kasubbid Publikasi, yang bertugas menyelenggarakan peliputan, monitoring, produksi dan dokumentasi semua informasi atau pemberitaan yang berkaitan dengan tugas Polri / Polda di lingkungan Polda Metro Jaya yang mana dalam pelaksanaan tugasnya berfungsi mengadakan koordinasi dan pengawasan serta memberikan pengarahan terhadap peneyelenggaraan fungsi teknis peliputan dan produksi dengan badan-badan lain di lingkungan Polda Metro Jaya. Sama dengan Kasubbid Publikasi, Kasubbid Dokliput dalam penyelenggaraan tugasnya dibantu oleh 3 ( tiga ) staf yang disebut dengan Kepala Urusan atau disingkat Kaur, yang terdiri dari : a) Kepala Urusan Produksi dan Dokumentasi atau disingkat dengan Kaur Prodok Bertugas
membuat
dan
merencanakan
kegiatan
produksi
dan
pendokumentasian berbagai hal yang menyangkut eksistensi Polri/Polda dimasyarakat. Dan mengendalikan setiap kegiatan pendokumentasian agar tercapai hasil yang maksimal. Salah satu hasil produksi dari bagian ini adalah
64
65 kliping berita, yang diambil dari berita-berita khususnya tentang kriminal, yang dimuat setiap hari di surat kabar ibu kota. b) Kepala Urusan Liputan atau disingkat dengan Kaur Liputan Bertugas menyelenggarakan perencanaan giat harian, mingguan, bulanan peliputan yang berkaitan dengan tugas kepolisian. c) Kepala Urusan Monitor atau disingkat dengan Kaur Monitor 4. Urusan Administrasi dan Tata Usaha atau disingkat Urmintu Urmintu
bertugas
menyelenggarakan
fungsi
kedministrasian
dan
ketatausahaan, yang membantu kelancaran penyelenggaraan fungsi bidang humas Polda Metropolitan Jakarta Raya, yang terdiri dari : a
Kepala Urusan Administrasi dan Tata Usaha atau disebut dengan Paur
Mintu Bertugas melaksanakan urusan ketata usahaan dan administrasi materiil dan logistik serta melaksanakan pengaturan urusan dalam ( urdal ) dan tertib administrasi dan kepustakaan b
Pembantu Administrasi Sub Bidang Publikasi atau disebut dengan Pamin
Subbid Publikasi Bertugas mengegendakan surat-surat khususnya surat masuk dari Urmin Bidang Humas ke subbid publikasi dan mendistribusikan lembar pensat. Serta menghubungi wartawan cetak dan elektronik setiap ada press release dan conference pers, dan mendata surat-surat penugasan wartawan. c
Pembantu Administrasi Sub Bidang Dokumentasi dan Liputan atau
disebut dengan Pamin Subbid Dokliput
65
66 Bertugas mengagendakan surat-surat khususnya suart masuk dari Urmin Bidang Humas ke subbid dokliput kedalam file dan juga membukukan/mencatat giat liputan baik photo maupun video kedalam file. Serta membukukan masuk dan keluarnya film atau kaset yang diterima dari Juyar Bidang Humas. Selain itu juga melaksanakan pembuatan kliping Koran setipa hari kerja yang dikirim ke pimpinan. 5. Bendahara Satuan disebut dengan Bensat Bertugas mengirimkan KU-106, KU-107, KU-109, KU-102 ke bensat spim dan mengisi buku KU-11 serta membayarkan gaji untuk anggota dan PNS dan membuat pertanggungan jawab UYHD. Bentuk bagan struktur organisasi Polda Metro Jaya seperti yang akan disebutkan pada lampiran 2. 4.1.7.2 Sarana dan Prasarana Bidang Humas Polda Metropiltan Jakarta Raya Untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari, Bidang Humas Polda Metro Jaya dilengkapi dengan sarana dan prasarana peralatan kantor antara lain : o Telephone o Komputer o Mesin Fax o Mesin Ketik o Handy Talky ( HT ) o Kamera baik HVS maupun kamera Photo o Alat transportasi ( Mobil )
66
67 4.1.8 Sumber Daya Manusia di Humas Polda Metro Jaya Bidang Humas memiliki sumber daya manusia yang berjumlah 30 orang, yaitu terdiri dari : Perwira : 1) KOMBES POL : terdiri dari 1 orang Drs. I Ketut Untung Yoga Ana, SH.MM (Kabid Humas) 2) AKBP : terdiri dari 2 orang Drs. Eddy Ihwanto, Msi sebagai Kasubbid Dokliput Sri Wuryani HD sebagai Kasubbid Publikasi 3) KOMPOL : terdiri dari 5 orang Sri Haryuni sebagai Kaur Penum Suryadarni Sebagai Kaur Kemitraan Diyono Sebagai Kaur Liputan Harun Al Rasyid Sebagai Kaur Pensat Suparno Sebagai Kaur Prodok 4) AKP : terdiri dari 1 orang Dra. Yulia Hutasuhut Sebagai Anggota Dokliput khusus majalah internal Bintara : 1) AIPTU : terdiri dari 1 orang Mingun Sebagai Kaur Monitor 2) AIPDA : terdiri dari 1 orang Ni Wayan Carita Sebagai Anggota Publikasi Khusus Press Release dan LAPGA
67
68 3) BRIPKA : terdiri dari 1 orang Sujono Sebagai Anggota Dokliput Khusus Liputan 4) BRIGADIR : terdiri dari 1 orang Minuk Tin Wuryani Sebagai Bensat 5) BRIPTU : terdiri dari 2 orang Muslim Sebagai Anggota Dokliput khusus Liputan Puji Kurniawan Sebagai Anggota Dokliput khusus Dokumentasi 6) BRIPDA : terdiri dari 3 orang Vita Rukmawati Sebagai Sepri Kabid Humas Rizki Irawan Sebagai Anggota Dokliput khusus Dokumentasi Dicky Dharma Saputra Sebagai Anggota Dokliput khusus Dokumentasi Kurniawan Sebagai Anggota Dokliput khusus Liputan Firdaus Sagala Sebagai Anggota Dokliput khusus Liputan Pegawai Negeri Sipil : PENATA : Drs. Abdul Rozak Sebagai Penata PENDA : Sri Asmani Sebagai Penda 1 Dewi Ratna Santi Sebagai Penda 1 Haeroni Sebagai Penda PENGATUR : Rukmini Sebagai Pengatur 1 Hj. Nurdjanah Sebagai Pengatur dan Khusus Media Monitoring
68
69 PENGDA : Setyo Wibowo Sebagai Pengda Kabid Humas PHL : Ahmad Yani Sebagai pembantu staff Marwani Sebagai pembantu staff
69
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai bagian terakhir dalam penyusunan skripsi ini tentang “Aktivitas Humas Dalam Membangun Image Positif Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya”. ( periode Januari 2007 – Desember 2007 ), disini penulis akhirnya menarik kesimpulan serta memberikan beberapa masukan ataupun saran sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, Aktivitas Humas yang dilakukan oleh Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam membangun image positif adalah sebagai berikut : 5.1.1
Salah satu cara Humas dalam membangun citra kepolisian sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat adalah dengan melakukan Aktivitas seperti , media relations yang dilakukan oleh PR dengan pihak media baik internal maupun eksternal, melakukan promosi dan publikasi.
5.1.2
Media dalam hal ini juga banyak membantu Humas dalam membangun citra perusahaan sebagai instansi kepolisian, wartawan selalu mengunjungi nara sumber yang ahli di bidangnya guna menanyakan tentang informasi dan meminta konfirmasi sebagai bahan tulisan mereka, selain dengan hal itu wartawan juga mengambil informasi tambahan dari press release yang dibuat Humas Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya dan juga sebagai dokumentasi.
70
71 5.2 Saran Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka penulis dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki akan mencoba untuk memberikan saran yang sekiranya dapat berguna bagi organisasi yaitu :
5.2.1 Saran Akademis 5.2.1.1 Untuk Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya, penulis menyarankan agar mempertahankan hasil yang sudah dicapai dan selanjutnya lebih meningkatkan lagi baik dari segi kualitas maupun kuantitas sehingga seluruh media massa yang berkompeten dapat meliput kegiatan tersebut, dan masyarakat dapat tercapai sesuai dengan tujuan dari kegiatan tersebut. 5.2.1.2 Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya harus lebih banyak lagi melakukan komunikasi-komunikasi pada berbagai kegiatan sosialisasi, dan publikasi dengan pemakaian media-media publikasi lain yang belum dipakai oleh Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya sehingga diharapkan dapat menjangkau lebih banyak lagi khalayak sasaran dari target kegiatan tersebut. 5.2.1.3 Dalam proses pelaksanaan kegiatan publisitas yang dilakukan oleh Humas Polda Metropolitan Jakarta Raya penulis menyarankan agar lebih menggunakan aktivitas yang berdaya cipta baik.
71
72 5.2.2
Saran Praktis 5.2.2.1 Untuk penelitian selanjutnya agar lebih dalam atau lebih fokus lagi membahas permasalahan terutama untuk penerapan aktivitas Humas yang diarahkan pada penelitian yang menganalisa suatu isi inti dari suatu permasalahan atau pengaruh dari penerapan strategi kegiatan sosialisasi itu sendiri terhadap khalayaknya. 5.2.2.2 Penulis mengharapkan untuk penelitian lanjutan, peneliti lainnya dapat menggunakan pendekatan penlitian yang berbeda untuk melihat perbandingan pembuatan dan pelaksanaan aktivitas komunikasi sehingga hasilnya dapat saling melengkapi dan diharapkan adanya temuan baru.
72
73
DAFTAR PUSTAKA
Cutlip, Scott M, et al., 2005, Effective Public Relations Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses, PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA, Edisi kedelapan, Jakarta. Effendy, Onong Uchjana, 1992, Hubungan Masyarakat, Remaja Rosdakarya, Revisi Bandung.
Edisi
Frank Jefkins. 1984, Public RelationsTechnique, Intermassa Gregory, Anne, 2004, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, (Edisi kedua), Erlangga, Jakarta. Iriantara, Yosal, 2004, Manajemen Strategis Public Relations, Ghalia Indonesia, Jakarta. Iriantara, Yosal, 2005, Media Relations, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. K.Robbert, 1997, Studi Kasus (Desain dan Metode), Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kusumastuti, Frida, 2004, Dasar-dasar Humas, Ghalia Indonesia dengan UMM Press, Jakarta Lexy. Maleong J. 2004, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya Bandung Michael Bland, Alison Theaker, David Wragg-editor seri : Anne Gregory, Hubungan Media Yang Efektif, edisi kedua, Erlangga, Jakarta. Mulyana Dedy, 2002, Paradigma Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung. Mulyana, Dedy. 2002, Paradigma Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya) Rachmadi, F, 1994, Public Relations, Dalam teori dan praktek. Aplikasi dalam badan usaha swasta dan lembaga pemerintah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rakhmat, Jalaludin, 1986, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. Rakhmat, Jalaludin, 1991, Metode Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. Ruslan, Rosady, 1955, Aspek-aspek Hukum Etika dalam Aktivitas Public Relations, Ghalia Indonesia, Jakarta.
73
74 Ruslan, Rosady, 2005, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sarwono, Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarata. Singarimbun Masri dan Efendi Sofyan, 1991, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta. Siswanto, Sutojo, 2007, Membangun Citra Perusahaan, PT Damarmulia Pustaka, Jakarta. Soemirat Soleh & Ardianto Elvinaro, 2002, Dasar-dasar Public Relations, Remaja Rosdakarya, Bandung.
74